JURNAL MENATA Volume 3, No 1, Januari-Juni 2020 PERAN ...
Transcript of JURNAL MENATA Volume 3, No 1, Januari-Juni 2020 PERAN ...
JURNAL MENATA Volume 3, No 1, Januari-Juni 2020
88
PERAN PEMIMPIN DALAM MENINGKATKAN
KUALITAS PELAYANAN PUBLIK MELALUI LEADERS LINSTEN
Oleh : Yenni
Sekolah Tinggi Agama Islam YAPTIP Pasaman Barat
Pelayanan publik menjadi isu kebijakan yang semakin
strategis karena perbaikan pelayanan publik di Indonesia cenderung
“berjalan di tempat” sedangkan implikasinya sangatlah luas dalam
kehidupan ekonomi, politik, sosial budaya dan lain-lain. Di era
otonomi daerah, keberhasilan daerah otonom di dalam
meningkatkan kualitas pelayanan publik terletak pada peran
seorang pemimpin, terutama kepala daerah atau kepala wilayah.
Gaya atau perilaku kepemimpinan seorang kepala daerah atau
wilayah akan sangat berpengaruh terhadap peningkatan kualitas
pelayanan publik, mengingat di era reformasi seperti sekarang ini,
masyarakat semakin cerdas dan kritis dalam melihat dan merespon
serta mensikapi segala bentuk implementasi pelayanan publik yang
wajib diberikan pemerintah kepada masyarakat. Oleh Karena itu,
artikel ini membahas tentang bagaimana peran pemimpin dalam
pelayanan publik yang berkualitas yang dapat dilakukan salah
satunya dengan Mendengarkan Pelanggan “Leaders Listen”.
Pelayanan publik merupakan pemberian layanan (melayani)
keperluan orang atau masyarakat yang mempunyai kepentingan
pada organisasi itu sesuai dengan aturan pokok dan tata cara yang
lebih ditetapkan. Untuk melakukan pelayanan publik yang
berkualitas, peran pemimpin tidak cukup hanya dengan
memperhatikan bawahan atau yang bersifat intern, tetapi juga
pemimpin harus respek dengan lingkungan luar terutama terhadap
pelanggan / masyarakat. Kualitas pelayanan publik hanya akan
diwujudkan, jika di dalam organisasi pelayanan terdapat sistem
pelayanan yang mengutamakan kepentingan warga negara,
khususnya pengguna jasa pelayanan dan sumber daya manusia yang
berorientasi pada kepentingan warga negara / masyarakat.
Pemimpin yang mengutamakan kepentingan masyarakat adalah
pemimpin yang mau mendengar dan menerima masukan, kritikan
maupun pujian dari masyarakat. Hal ini akan mendorong
peningkatan pelayanan publik dan akan menghasilkan pelayanan
publik yang berkualitas.
Kata kunci: Kepemimpinan, Pelayanan Publik, Kepemimpinan dan
Pelayanan Publik.
JURNAL MENATA Volume 3, No 1, Januari-Juni 2020
89
PENDAHULUAN
Pelayanan publik menjadi isu kebijakan yang semakin strategis karena
perbaikan pelayanan publik di Indonesia cenderung “berjalan di tempat”
sedangkan implikasinya sangatlah luas dalam kehidupan ekonomi, politik, sosial
budaya dan lain-lain.
Di era otonomi daerah, keberhasilan daerah otonom di dalam
meningkatkan kualitas pelayanan publik terletak pada peran seorang pemimpin,
terutama kepala daerah atau kepala wilayah. Gaya atau perilaku kepemimpinan
seorang kepala daerah atau wilayah akan sangat berpengaruh terhadap
peningkatan kualitas pelayanan publik, mengingat di era reformasi seperti
sekarang ini, masyarakat semakin cerdas dan kritis dalam melihat dan merespon
serta mensikapi segala bentuk implementasi pelayanan publik yang wajib
diberikan pemerintah kepada masyarakat. Sebagai contoh gaya yang otoriter
kepada bawahan dalam organisasi publik maupun terhadap masyarakat jelas tidak
akan cocok.
Salah satu indikasi keberhasilan implementasi otonomi daerah pada
beberapa daerah otonom adalah meningkat tidaknya kualitas pelayanan publik
yang menjadi fokus masing‐masing daerah otonom. Sampai saat ini pelayanan
publik masih menjadi ukuran utama keberhasilan daerah otonom
mengimplementasikan sistem desentralisasi, di mana keberhasilan masing‐masing
daerah otonom di dalam meningkatkan kualitas pelayanan publik sangatlah
beragam. Adapun keragaman tersebut sangat dipengaruhi oleh gaya
kepemimpinan kepala daerah atau kepala wilayah daerah otonom tersebut.
Dengan gaya kepemimpinan yang dimiliki, seorang kepala daerah atau kepala
wilayah masing‐masing memiliki ciri khas berbeda‐beda di dalam mengorganisir
segala potensi diwilayahnya untuk menciptakan peningkatan kualitas pelayanan.
Kondisi ini membuat kualitas pelayanan publik setiap daerah berbeda-beda.
Oleh Karena itu, artikel ini membahas tentang bagaimana peran pemimpin
dalam pelayanan publik yang berkualitas yang dapat dilakukan salah satunya
dengan Mendengarkan Pelanggan “Leaders Listen”.
JURNAL MENATA Volume 3, No 1, Januari-Juni 2020
90
PEMBAHASAN
A. Leaders Listen
Pemimpin adalah seorang pribadi yang memiliki kecakapan dan
kelebihan khususnya kecakapan kelebihan disatu bidang sehingga dia
mampu mempengaruhi orang-orang lain untuk bersama-sama melakukan
aktivitas-aktivitas tertentu, demi pencapaian satu atau beberapa
tujuan (Kartini Kartono, 2005). Pemimpin berdasarkan konsep teoritis
sebagaimana yang telah diuraikan memiliki tanggungjawab yang besar
baik dalam suatu organisasi pemerintah maupun swasta. Dikatakan
demikian karena kepemimpinan adalah inti daripada manajemen yang
merupakan motor penggerak bagi sumber dan fungsi manajemen serta alat
lainnya. Peranan pemimpin sangat penting dalam usaha mencapai tujuan
suatu organisasi, sehingga dapat diketahui keberhasilan dan kegagalan
yang dialami, sebagian besar sangat ditentukan oleh kualitas
kepemimpinan.
Salah satu peranan pemimpin dalam meningkatkan pelayanan
publik, adalah melalui pemotivasian bawahan. Tinggi rendahnya
motivasi kerja seseorang pegawai dapat dipengaruhi oleh beberapa
faktor diantaranya lingkungan lingkungan tempat bekerja. Oleh sebab
itu, seorang pemimpin harus dapat menciptakan suasana yang harmonis
yang dapat mendorong atau menimbulkan motivasi kerja yang tinggi.
Adapun lingkungan yang dapat menimbulkan motivasi kerja seorang
pegawai adalah hubungan antara atasan dengan bawahan yang lazim
disebut hubungan vertikal dan hubungan anatar sesama bawahan atau
sering disebut hubungan horizontal (Lijan Poltak Sinambela, 2014).
Namun untuk melakukan pelayanan publik yang berkualitas, peran
pemimpin tidak cukup hanya dengan memperhatikan bawahan atau yang
bersifat intern, tetapi juga pemimpin harus respek dengan lingkungan
luar terutama terhadap pelanggan / masyarakat. Banyak hal yang bisa
dilakukan seorang pemimpin utuk memberikan pelayanan yang berkualitas
JURNAL MENATA Volume 3, No 1, Januari-Juni 2020
91
terhadap publik yang salah satunya yaitu Mendengarkan keluhan
pelanggan / masyarakat yang disebut dengan Ledears Listen (Pemimpin
Mendengar).
Sering terjadi perdebatan antara pelanggan / masyarakat dengan
manejer/pemimpin baik pemimpin pada lembaga pemerintah maupun swasta.
Seperti kasus yang diceritakan pada buku dimana Pelanggan menyampaikan
komplennya terhadap menejer toko atas kualitas barang yang dibeli yang kurang
baik. Namun apa yang terjadi manejer toko justru menghina pelanggan tersebut.
Sehingga pelanggan menyatakan dia tidak akan datang lagi ke toko itu. Itulah
yang banyak pemimpin lain lakukan yang terlalu menghina pelanggan ketika
pelanggan mengeluh. Artinya banyak pemimpin yang tidak menerima kritikan
dari pelanggan / masyarakat.
Namun untuk memberikan pelayanan yang berkualitas seorang pemimpin
harus bisa mendengar keluhan dari pelanggan / masyarakat. Seorang pemimpin
harus bisa menerima kritikan dari pelanggan / masyarakat, seorang pemimpin
harus respek terhadap lingkungan luar yang bersifat membangun pelayanan yang
berkualitas. Adapun hal-hal yang bisa dilakukan pemimpin melalui leaders listen
sebagai berikut :
1. Listening to Customers (Mendengarkan Pelanggan)
Listen to customer dapat dilakukan dengan menyediakan kotak saran pada
kantor. Setiap yang datang berkunjung atau yang berurusan dengan bebas untuk
menuliskan komentar mereka. Kemudian setiap saran yang masuk pada kotak
saran dibuka dan dibaca dan mengetik saran tersebut setiap hari sebelum jam
pulang dinas. Saran-saran yang sudah diterima didistribusikan kepada
pimpinan/manajer dan dibagikan di kantor dengan tujuan menginformasikan
kepada staf yang lain sehingga saran yang diterima sama-sama diketahui. Saran
yang diterima tersebut lebih bagus juga kalau di kategorikan atau dikelompokkan,
pujian, ide baru, maupun keluhan. Hal ini salah satu cara untuk meningkatkan
kualitas pelayanan publik.
2. Customer Ideas (Ide-ide Pelanggan)
Contoh kasus : Dari ide-ide yang kita terima di toko, sekitar setengah
saran produk dan rekomendasi untuk meningkatkan operasional toko. Sebagai
JURNAL MENATA Volume 3, No 1, Januari-Juni 2020
92
contoh, pelanggan menulis catatan tentang menambahkan produk seperti keju
rendah lemak, eksotis, ayam tanpa kulit sayuran, dan kemasan yang lebih didaur
ulang. Hal tersebut memberikan kebebasan kepada pelanggan/masyarakat untuk
memberikan ide-idenya. Dengan diberikannya kebebasan kepada pelanggan untuk
memberikan masukan terhadap produk yang diberikan akan memberikan masukan
yang berharga bagi lembaga untuk perbaikan pelayanan yang berkualitas. Ini
adalah cara yang bagus untuk mendengarkan setiap hari. Bahkan, beberapa ide
yang telah diberikan kepada organisasi tak ternilai harganya.
“Juga, kami mendengarkan pelanggan ketika sesuatu yang baik terjadi.
Salah satu fungsi utama manajemen saya untuk merayakan kinerja, dan kami
melakukannya dengan semangat! Catatan ini memberikan umpan balik pada
kebutuhan pelanggan ini, harapan, dan kebutuhan masa depan. Misalnya, kami
melihat frekuensi peningkatan permintaan untuk makanan Cina di panas salad bar
kami”. Hal ini menggambarkan bahwa saran-saran yang diberikan
pelanggan/masyarakat kepada organisasi tidak selalu yang negatif, tetapi juga
banyak juga saran positif. Hal ini pasti akan memberikan motivasi kepada
organisasi untuk mempertahankan kualitas dan mengembangkan kualitas
pelayanan atau bisa mencari inovasi baru dalam rangka memberikan pelayanan
yang berkualitas.
3. Customer Complaints (Keluhan Pelanggan)
Salah satu ucapan favorit Stew Leonard adalah, "Pelanggan yang
mengeluh adalah teman terbaik karena mereka memberikan kita kesempatan
untuk memperbaiki." Pepatah ini diposting mencolok di toko. Keluhan pelanggan
merupakan masukan yang berharga untuk meningkatkan layanan pelanggan.
Semua keluhan dipelajari, dievaluasi, dan ditindaklanjuti. Pada pertemuan
manajer mingguan, keluhan dan tindakan yang diambil untuk menyelesaikan
keluhan yang dibahas.
Laporan layanan pelanggan manajer pengembalian produk yang mungkin
menjadi indikasi masalah, serta keluhan lain yang diterima oleh departemen
selama seminggu. Beberapa keluhan melibatkan operasi toko. Misalnya, kami
menerima banyak keluhan pelanggan tentang kebisingan tentang paging system,
bagaimana jalan keluar dari store. dan lain-lain.
JURNAL MENATA Volume 3, No 1, Januari-Juni 2020
93
Keluhan, ketika ditunjukkan, akan diteruskan ke departemen untuk
menentukan akar penyebab. Ini praktis telah berhasil dalam memperbaiki banyak
area diseluruh organisasi. Komplen yang berulang disorot mingguan pertemuan
maneger dan ditugaskan untuk sebuah tim untuk evaluasi lebih jauh. Complen
lenyap.
4. Customer Focus Groups (Pelanggan Fokus Grup)
Catatan pelanggan adalah cross-check in kelompok fokus, dan ditinjau
pertemuan komunikasi dengan anggota tim. Memang, Stew Leonard 'adalah
pemimpin dalam penggunaan kelompok fokus pelanggan untuk menentukan
kepuasan pelanggan dan untuk mencari informasi untuk perbaikan. Saya biasanya
melakukan kelompok fokus, bersama dengan beberapa anggota manajemen.
Dua kali sebulan, kita berkumpul lima belas pelanggan untuk pertemuan di
toko kami. Kami menggunakan daftar pelanggan kami untuk mendapatkan
beberapa peserta tersebut, dan saya pribadi meminta pelanggan lainnya di lantai
jika mereka ingin menghadiri. Tujuan dari pertemuan ini adalah untuk meminta
"Bagaimana kita lakukan?" Kita perang untuk mengetahui apa yang bisa Stew
Leonard lakukan untuk meningkatkan. Semua manajer departemen menghadiri
pertemuan. Pertemuan Stew Leonard melayani kita dengan baik. Namun,
memaksa pelanggan kami untuk berbelanja di toko-toko lainnya. Akibatnya
mereka melihat apa yang kompetitor lakukan lebih sering maka kita lakukan, dan
ini feed ide-ide dan saran pada pertemuan kelompok fokus tersebut.
5. Learning From Feedback (Belajar dari Tanggapan)
Lebih dari 100 panggilan telepon yang dibuat setiap bulan oleh anggota
tim, manajer, dan eksekutif untuk pelanggan secara acak, menanyakan bagaimana
mereka seperti toko, produk, dan layanan. Sebagai contoh, kita menelepon lebih
dari 300 pelanggan untuk menindaklanjuti bagaimana mereka menyukai
keranjang hadiah liburan mereka memerintahkan. Sebuah kekalahan 96 persen
mencintai cookie, dan satu pelanggan bertanya, "Saya suka kaleng kue, buah
segar, dan keranjang hadiah yang saya beli di toko selama liburan. Bagaimana
menempatkan tanda sampai menawarkan untuk mail ini bagi kita?
JURNAL MENATA Volume 3, No 1, Januari-Juni 2020
94
Data untuk perbaikan juga diperoleh melalui penelaahan manajemen studi
kasus pada kepuasan pelanggan, yang diperoleh dari perguruan tinggi daerah dan
universitas. Pertukaran informasi informal didorong antara masyarakat akademik
dan Stew Leonard. Pengunjung dari Harvard, University of Connecticut, Yale,
Universitas Boston, New York University, Columbia, Culinary Institute of
America, dan sekolah lokal diberi tur dan kesempatan untuk bertemu dengan
manajemen. Pada gilirannya, laporan siswa pada kepuasan pelanggan dibagi
dengan Stew Leonard. Survei pelanggan yang dilakukan oleh mahasiswa dan
kadang-kadang anggota tim kami sendiri, yang kemudian ditinjau oleh
manajemen, dan ditindaklanjuti. Hasilnya adalah situasi win-win-win: Pelanggan
menang melalui produk atau layanan yang lebih baik, anggota tim menang
melalui pendidikan, dan menang Stew Leonard melalui peningkatan penjualan.
7. Serving Customers Better (Melayani Pelanggan Lebih Baik)
Jaringan komunikasi yang luas menjamin bantuan segera kepada
pelanggan/masyarakt. Tersedianya telepon di setiap departemen/bagian dan pada
setiap kasir, dan semua manajer departemen dan pemimpin tim membawa walkie
talkie (alat komunikasi). Kasir akan sering memanggil departemen untuk
membuka item untuk pelanggan bahwa mereka lupa atau tidak terjawab.
Penekanan kuat ditempatkan pada mengunjungi kompetisi kami dan pasar
ritel lain untuk membantu kami meningkatkan produk dan jasa. Misalnya,
kunjungan ke Tianguis (supermarket etnis besar di California selatan)
mengungkapkan bagian jus segar diperas luas.
8. Putting Quality Service First (Kualitas Pelayanan Pertama)
Stew Leonard menggunakan data pelanggan yang berhubungan untuk
menilai biaya dan perencanaan, strategi dan untuk menemukan cara yang paling
efisien dan biaya-efektif untuk mengembangkan proyek-proyek baru. Preferensi
pelanggan yang rinci dalam data datang untuk kasir. Kegiatan ini terus
membentuk ulang 900 atau lebih item ditawarkan untuk dijual.
Lebih lanjut disediakan melalui pengawasan dekat dari laporan produksi,
laporan kegiatan mingguan produk (daftar sasaran dan minggu ini), dan lembar
hijau. Stew Leonard terus mengevaluasi dan meningkatkan penggunaannya untuk
menentukan kebutuhan pelanggan. Hal ini dilakukan melalui penjualan produk
JURNAL MENATA Volume 3, No 1, Januari-Juni 2020
95
pelacakan, laporan departemen, dan umpan balik pelanggan. Memperkenalkan
banyak produk baru dan musiman pada dasar percobaan. Penerimaan pelanggan
tinggi, memvalidasi proses.
9. Working With Suppliers (Bekerja dengan pemasok)
Working with suppliers maksudnya adalah melakukan kerjasama dengan
instansi atau lembaga yang bisa menunjang semakin berkualitasnya pelayanan
yang diberikan. Mengunjungi pemasok dengan sering, dan selalu meminta mereka
untuk mengajari kita tentang apa yang mereka lakukan. Maka kita melakukan
banyak mendengarkan. Meskipun pemasok kami memiliki pandangan yang
berbeda, tujuan kita akhirnya adalah sama.
10. Listening to the Experts (Mendengarkan Ahli)
Banyak panggilan telepon dengan produk dan peralatan lokal pemasok,
pengacara, akuntan, iklan orang, atau pejabat lokal dan negara.
Ketika mendengar resepsionis atau sekretaris dengan impersonal, ratusan
panggilan setiap hari. Saya memperkenalkan diri dan bertanya apakah ia
berbelanja di toko kami. Biasanya, beberapa menit percakapan mengembangkan,
dan kemudian bisa ditransfer ke orang yang menelepon saya. Percakapan ini
melakukan hal-hal: (1) mereka memungkinkan saya untuk mendengarkan
kemungkinan ide yang baik, dan pelanggan tahu bahwa peduli dan Stew Leonard
adalah sebuah perusahaan yang mendengarkan.
Kebanyakan pembeli adalah dengan keluarga atau teman-teman, dan
mereka berbicara seperti di toko, pemanas di toko atau di pesaing. Saya suka
berpura-pura aku belanja, tapi aku benar-benar menguping untuk mendengar
beberapa langsung dari komentar mereka. Manejer toko juga pergi ke tempat
parkir Stew Leonard dan pelanggan apa yang baru saja mereka pikir toko. Ini
contoh-contoh kecil, tapi setiap apa yang didengarkan membantu menemukan ide-
ide yang berguna.
Beberapa poin diatas merupakan bagaimana seorang pemimpin
memberikan pelayanan yang berkualitas kepada pelanggan/masyarakat melalui
mendengar pelanggan/masyarakat yang sering disebut dengan Leaders Listen. Hal
ini dapat diterapkan lembaga-lembaga baik pemerintahan maupun lembaga
pendidikan.
JURNAL MENATA Volume 3, No 1, Januari-Juni 2020
96
B. Peran Pemimpin Membangun Kepercayaan Masyarakat Melalui
Pelayanan yang Berkualitas
Kepercayaan publik tumbuh dari pelayanan yang berkualitas. Hal tersebut
sejalan dengan pernyataan OECD (2000) bahwa pada dasarnya pelayanan publik
adalah kepercayaan publik. “Public service is a public trust. Citizens expect
public servants to serve the public interest with fairness and to manage public
resources properly on a daily basis. Fair and reliable public services inspire
public trust and create a favourable environment for businesses, thus contributing
to well-functioning markets and economic growth,” Dengan demikian, kualitas
pelayanan publik merupakan salah satu strategic issue bagi aparatur negara yang
harus diaktualisasikan dalam kerangka membangun kepercacayaan publik.
Dalam upaya perwujudan hal-hal tersebut, pemimpin merupakan faktor
yang signifikan. Peran pemimpin dalam membangun kepercayaan publik
mencakup lingkup internal yang berkaitan dengan upaya menggerakkan dan
memastikan seluruh sumberdaya aparatur berkinerja tinggi, dan lingkup eksternal
organisasi dalam upaya mencermati harapan masyarakat dan komunikasi eksternal
baik menyangkut ukuran kinerja pelayanan (public service measures) yang
ditetapkan, upaya yang telah, sedang dan akan dilakukan, maupun kinerja
pelayanan yang telah dihasilkan. Pemimpin yang cerdas bukanlah suatu jaminan
untuk memimpin suatu organisasii yang efektif dan efisien, karena seorang
pemimpin selain memiliki pengetahuan dan keterampilan untuk memimpin juga
dituntut berperilaku sebagai panutan bagi bawahannya (building the trust). Arie
de Geus mengemukan bahwa organisasi yang bisa bertahan lebih dari seratus
tahun dan menunjukkan prestasi yang outstanding adalah organisasi yang
dipimpin oleh pemimpin yang teach by example (dalam Nugroho D, 2003).
Dalam konteks organisasi publik, kepemimpinan lebih merupakan
„kepemimpinan formal‟ dalam arti pemimpin merupakan orang yang diangkat dan
dikukuhkan untuk menduduki jabatan tertentu. Pada kondisi demikian,
akuntabilitas (accountability) menjadi penting sebagai bentuk
pertanggungjawaban atas kedudukan dan kepemimpinan dan
„pertanggungjawaban sosial‟. Akuntabilitas di atas mengandung makna
JURNAL MENATA Volume 3, No 1, Januari-Juni 2020
97
keharusan/kemampuan untuk menjelaskan dan menjawab segala hal yang
menyangkut langkah dan proses yang dilakukan serta mempertanggungjawabkan
atas kinerjanya.
Dalam rangka mewujudkan kinerja maksimal, kepemimpinan aparatur
harus mendasarkan pada kredibilitas yang dibentuk atas dasar profesionalitas dan
kejujuran. Kejujuran dalam kepemimpinan merupakan akar dan modal dari
terhindarnya tindakan-tindakan yang bertentangan dengan norma-norma
kehidupan sosial dan bernegara, baik yang dilakukan oleh para pemimpin itu
sendiri maupun para pengikutnya. Dalam membangun hubungan, seorang
pemimpin perlu menumbuhkan karakteristik dan atribut-atribut yang meliputi
(Kuczmarski dan Kuczmarski, 1995): (1) Listens actively; (2) Emphatic; (3)
Attitudes are positive and optimistic; (4) Delivers on Promises and commitment;
(5) Energy level high; (6) Recognizes self-doubts and vulnerability; dan (7)
Sensitivity to others, values, and potential.
Kualitas pelayanan publik hanya akan diwujudkan, jika di dalam
organisasi pelayanan terdapat sistem pelayanan yang mengutamakan kepentingan
warga negara, khususnya pengguna jasa pelayanan dan sumberdaya manusia yang
berorientasi pada kepentingan warga negara. Oleh sebab itu tiap-tiap unit
pelayanan publik harus fokus pada kepentingan warga negara, sebagai
konsekwensi dari adanya kemauan pemerintah dan kepeduliannya
menyelenggarakan pelayanan publik yang berkualitas. Apalagi dalam kondisi saat
ini, dimana para penyelenggara pelayanan publik tidak hanya harus mampu
bersaing dengan pihak swasta, tetapi juga harus mampu bersaing atau
berkompetisi ditingkat lokal, nasional, regional bahkan internasional.
Kualitas produk layanan adalah salah satu bagian yang berhubungan
dengan penciptaan superior value bagi pelanggan menurut Menon, Jaworski dan
Kohli (1997,h.187). Sedangkan menurut (Tjiptono,1996) kualitas tidak hanya
diartikan dari segi hasilnya saja akan tetapi dapat dikatakan lebih lengkap lagi
karena meliputi mulai proses, lingkungan dan juga yang sangat penting adalah
faktor manusia. Kualitas layanan dibentuk oleh tiga indikator , yaitu:
1. Kecepatan dan keakuratan kinerja layanan,
JURNAL MENATA Volume 3, No 1, Januari-Juni 2020
98
2. Kecepatan dan keakuratan dalam merespon dan menyelesaikan komplain
dari pelanggan,
3. Citra / reputasi kualitas layanan.
Menurut (Tjiptono 1997) kualitas dapat diartikan antara lain adalah
sebagai berikut:
1. Sesuatu yang dapat membuat pelanggan bahagia
2. Mempunyai kecocokan dalam pemakaian
3. Sesuai dengan tuntutan atau keinginan
4. Terdapat unsur perbaikan yang berkelanjutan
5. Tidak terjadi kerusakan atau adanya cacat.
Kualitas pelayanan, sebagaimana menurut Goetsch dan Davis (2006:16) di
definisikan sebagai suatu kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk, jasa,
manusia, proses dan lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan. Kualitas
pelayanan juga diartikan sebagai sesuatu yang berhubungan dengan terpenuhinya
harapan/kebutuhan pelanggan. Penilaian terhadap kualitas pelayanan dilakukan
pada saat pemberian pelayanan, yaitu terjadinya kontak antara pelanggan dengan
petugas pemberi pelayanan (service contact person). Kualitas pelayanan akan
terlihat dari kesesuaian pelayanan yang diterima dengan apa yang menjadi
harapan dan keinginan pelanggan tersebut. Kualitas pelayanan juga diartikan
dimana keunggulan produk tidak hanya diukur dari karakterstik produk yang
ditawarkan saja, tetapi juga pelayanan yang menyertai produk tersebut seperti cara
pembayaran, ketepatan penyerahan dan sebagainya.
Dengan demikian penyelenggaraan pelayanan yang berkualitas
memerlukan desain dalam rangka memenuhi keinginan pelanggan. Sianipar dalam
Retno, (2001:176), mengatakan dalam memahami kebutuhan pelanggan yang
sesuai dengan ekspektasi mereka, ada beberapa cara, yaitu ;
1. Reaktif, yaitu memahami kebutuhan pelanggan dengan mendengarkan
keluhan pelanggan. Pendekatan ini kurang efektif dalam menciptakan
pelayanan yang memuaskan pelanggan secara berkesinambungan.
2. Aktif, yaitu memahami kebutuhan pelanggan dengan menjawab setiap ada
pertanyaan pelanggan dan menawarkan jasa yang disediakan. Pendekatan
JURNAL MENATA Volume 3, No 1, Januari-Juni 2020
99
ini kurang efektif, karena tujuannya baru pada tingkat mendengar secara
aktif, belum menggali apa ekspektasi pelanggan.
3. Proaktif, yaitu memahami kebutuhan pelanggan dengan cara aktif menjaring
informasi apa yang berkaitan dengan ekspektasi pelanggan. Pendekatan ini
dipandang paling efektif untuk memahami kebutuhan pelanggan. Dilakukan
dengan cara melakukan wawancara atau survey,
4. Benchmarking, yaitu memahami kebutuhan pelanggan, melalui suatu proses
pengukuran pelayanan yang dilakukan secara terus menerus dengan cara
membandingkan pelayanan terbaik dari instansi lain yang menjadi
pesaingnya. Pendekatan ini memiliki suatu komitmen membuat lebih baik
dari yang terbaik.
Dari keempat cara tersebut, ada dua cara yang dipandang sebagai cara
yang efektif dalam upaya pelayanan publik yang berkualitas. Kedua cara ini pun
dapat dikatakan sebagai langkah menuju kompetitif. Dengan meminjam istilah
dibidang kegiatan bisnis, langkah menuju kompetitif dilakukan dengan penerapan
formula yang disebut “Total Quality Management” sering disingkat dengan
TQM.
Kepemimpinan merupakan fenomena sosial, yang berarti bahwa praktek
kepemimpinan dipengaruhi nilai-nilai (value-driven). Dalam pelayanan publik,
nilai-nilai yang mendasari seorang pemimpin transformasional bertindak adalah
customer satisfaction dan perjuangan pada nilai sosial yang menjadi tanggung
jawab negara. Sebagai konsekuensinya, pengembangan berbagai sistem pelayanan
publik diarahkan pada pemberian pelayanan yang mudah, murah, tepat dan
sederhana. Dampak dari fenomena sosial tidak hanya pada nilai yang dianut,
namun juga seorang pemimpin yang transformasional haruslah percaya kepada
orang lain dan berani memberikan tantangan dan tanggung jawab pada orang lain
(empowerment). Seorang pemimpin harus mampu menumbuhkan kreativitas dan
tidak mematikan berbagai strategi yang dikembangkan bawahan berdasarkan
kompetensi teknis yang mereka kuasai. Penyelesaian masalah pelayanan publik
sangat membutuhkan kerjasama yang baik antara pemimpin, personal dalam
organisasi, masyarakat (client), dan sektor swasta. Dengan kerja sama yang baik
masalah pelayanan publik akan menjadi ringan jika. semua membuka diri untuk
JURNAL MENATA Volume 3, No 1, Januari-Juni 2020
100
saling menyumpangkan pemikiran, resources, dan dukungan. Langkah yang dapat
ditempuh seorang pemimpin dalam menggerakkan organisasi untuk menciptakan
pelayanan prima antara lain :
1. Mengembangkan call centers dalam berbagai pelayanan yang
diberikan organisasi publik.
2. Resource sharing atau melibatkan sektor swasta dalam penyediaan
pelayanan publik. Bahkan bagi pemerintah daerah dapat
mengembangakan satu sistem kerja sama dengan daerah terdekat untuk
mencapai efektivitas dan efisiensi dalam satu jenis (atau beberapa)
pelayanan kepada publik.
3. Konsultasi publik (citizen consultation) dalam mengembangan sistem
atau kebijakan yang berkaitan dengan pelayanan publik.
Meskipun disebutkan di atas bahwa salah satu kompetensi seorang
pemimpin adalah bisa mempengaruhi, namun bukan pengaruh yang bersifat
„çoercive‟ atau pemaksaan. Pengaruh yang dimaksud adalah pengaruh yang
mengandung konsekuensi/keuntungan bagi organisasi dan stakeholdernya.
C. Kepemimpinan dan Pelayanan Publik
Kepemimpinan menjadi salah satu faktor kunci dalam kehidupan
organisasi, termasuk pada sektor publik. Thoha (2004) menyatakan bahwa suatu
organisasi akan berhasil atau bahkan gagal sebagian besar ditentukan oleh faktor
kepemimpinan. Begitu pentingnya masalah kepemimpinan terutama dalam
pelayanan publik, menjadikan pemimpin selalu menjadi fokus evaluasi mengenai
penyebab keberhasilan atau kegagalan organisasi.
Kepemimpinan (leadership) menurut Ensiklopedia Umum-Kanisius
(1993), diartikan sebagai hubungan yang erat antara seorang dan kelompok
manusia karena ada kepentingan yang sama. Hubungan itu ditandai oleh tingkah
laku yang tertuju dan terbimbing dari pemimpin dan yang dipimpin. Jadi dalam
kepemimpinan, tentu akan melibatkan unsur pemimpin (influencer) yakni orang
yang akan mempengaruhi tingkah laku pengkikutnya (influencee) dalam situasi
tertentu. Sedangkan Gibson, et. al (1992) mendefinisikan kepemimpinan sebagai
kemampuan di dalam mempengaruhi sekelompok orang untuk bersama-sama
JURNAL MENATA Volume 3, No 1, Januari-Juni 2020
101
mencapai tujuan. Pengertian yang senada juga dikemukan oleh Chowdhury (2003)
bahwa “Exercising leadership inevitably involves having influence. One cannot
lead without influencing other”. Sumber dari pengaruh bisa berupa pengaruh
formal yang telah ditetapkan secara organisasional sehingga seorang pemimpin
mampu mempengaruhi orang lain semata-mata karena kedudukan di tingkat
manajerial. Jadi kepemimpinan merupakan suatu proses dimana seseorang
mempengaruhi kebiasaan orang lain ke arah penyelesaian tujuan yang spesifik
yang mengarah kepada teaching organization untuk dapat melatih dan
mengembangkan knowledge, skill, dan attitude setiap individu dalam organisasi.
Pemimpin mempunyai pengetahuan yang lebih baik dibandingkan dengan
bawahannya, berdedikasi baik, serta pengalaman yang luas. Oleh sebab itu
pemimpin mempunyai perilaku yang dapat diterima oleh bawahan dan
lingkungannya. Pemimpin harus dapat mempengaruhi bawahannya agar apa yang
diperintahkan senantiasa dapat dilaksanakan bawahannya. Salah sati faktor yang
mendukung perilaku kepemimpinan tersebut yaitu, faktor kependidikan adalah
usaha sadar dan sistematis yang berlangsung seumur hidup dalam ragka
mengalihkan pengetahuan seseorang ke orang lain (bawahan) yang bersifat formal
maupun informal (Sinambela, 2014).
Perkembangan konsep kepemimpinan sampai pada apa yang disebut
sebagai kepemimpinan transformasional (transformational leadership) yang
dipelopori oleh Bernard M. Bass sebagai kelanjutan studi dari J.M. Burn pada
tahun 1978. Kepemimpinan transformasional didasarkan pada perubahah nilai,
keyakinan yang dipromosikan oleh pemimpin dan kebutuhan dari
pengikut/pegawainya (Luthan, 1995). Simic (1998) dengan mengutip pendapat
Stoner menyatakan bahwa pemimpin transformasional mendorong para pegawai
untuk mengerjakan lebih dari apa yang dapat dikerjakan, meningkatkan perasaan
bahwa apa yang dikerjakan adalah penting dan bernilai, dan menjadikan pegawai
sampai pada prinsip bahwa kepentingan organisasi yang utama.
Lebih lanjut Simic (1998) dengan mengutip pendapat Galpin menegaskan
enam ciri kepemimpinan transformasional, dua diantaranya yang terkait erat
dengan manajemen sumber daya manusia adalah menghargai orang lain
(appreciation of others) dan pengakuan (recognition). Menghargai orang lain
JURNAL MENATA Volume 3, No 1, Januari-Juni 2020
102
mengandung makna komunikasi dua arah yang juga mencerminkan prinsip
mendengarkan pegawai. Sedangkan recognation berarti pemberian penghargaan,
misalnya ucapan terima kasih kepada pegawai baik dalam kondisi sendiri
(langsung kepada pegawai yang bersangkutan) maupun dalam suatu forum.
Terkait dengan prinsip tersebut dalam rangka meningkatkan semangat pegawai,
perlu diperhatikan apa yang disarankan oleh Kenneth Blanchard bahwa pemimpin
yang baik adalah pemimpin yang berusaha “memergoki” bawahan pada saat
mereka berprestasi dan kemudian memberikan pujian secara tulus, bukan yang
berusaha “memergoki” bawahan pada saat berbuat kesalahan dan
menghukumnya. Efektifitas kepemimpinan didasarkan pada kombinasi
karakteristik personal, keahlian manajerial, perilaku, dan situasi.
Dalam perspektif pelayanan publik, pemimpin harus mampu membawa
organisasi publik memberikan pelayanan berkualitas. Karena pada hakekatnya
dibentuknya organisasi publik adalah untuk memberikan pelayanan kepada
masyarakat. Tangkilisan (2005) mengatakan bahwa organisasii publik dikatakan
efektif apabila dalam realita pelaksanaannya birokrasi dapat berfungsi melayani
sesuai dengan kebutuhan masyarakat (client), artinya tidak ada hambatan (sekat)
yang terjadi dalam pelayanan tersebut, cepat dan tepat dalam memerikan
pelayanan, serta mampu memecahkan fenomena yang menonjol akibat adanya
perubahan sosial yang sangat cepat dari faktor eksternal. Efektivitas organisasi
publik tersebut merupakan produk dari sebuah sistem yang salah sistem (unsur)
adalah sumber daya manusia aparatur.
Sebagai bagian dari suatu sistem, meningkatnya profesionalitas sumber
daya manusia aparatur tidaklah otomatis kinerja organisasi publik akan
meningkat. Sehingga manakala sumber daya manusia aparatur telah profesional,
namun tidak didukung oleh sub-sub sistem lainnya seperti kelembagaan,
ketalaksanaan, sarana dan prasarana yang memadai, niscaya kinerja organisasi
publik yang bersangkutan tidak akan bisa mencapai tingkat kerja yang optimal.
Meskipun demikian, sumber daya manusia yang profesional menjadi
faktor diterminan dan sekaligus menjadikan sub sistem lain menjadi baik, dan
pada akhirnya kinerja organisasi publik menjadi baik pula. Berarti kesuksesan
suatu organisasi sangat tergantung pada kinerja sumber daya manusianya yaitu
JURNAL MENATA Volume 3, No 1, Januari-Juni 2020
103
para pegawai dalam berbagai strata suatu piramida organisasi, yang pada dasarnya
para pegawai tersebut bekerja membutuhkan pemimpin yang memimpin mereka
dalam bekerja. Karena itu, kepemimpinan sebagai bagian dari sub sistem sumber
daya manusia sangat menentukan berjalannya keseluruhan sub-sub sistem yang
terintegratif dan saling berkaitan menjadi sistem yang mampu menggerakkan roda
organisasi secara efektif dan efisien.
Tanpa kepemimpinan yang baik, akan sulit bagi organisasi publik untuk
mencapai tujuannya, yaitu memenuhi tuntutan pelaksanaan tugas dan fungsinya
yang strategis dalam pelayanan publik. Menurut Goleman (2002), tugas pemimpin
adalah menciptakan pada apa yang disebutnya sebagai resonansi (resonance)
yaitu suasana positif yang mampu membuat seluruh sumber daya manusia dalam
organisasi terus mengikatkan diri (committed) dan menyumbangkan yang terbaik
bagi organisasi. Schein (1992) menyatakan bahwa pemimpin mempunyai
pengaruh yang besar terhadap keberhasilan organisasi dalam menghadapi
tantangan yang muncul.
Tuntutan akan kualitas dan kinerja kepemimpinan dalam penyelenggaraan
pemerintahan mengemuka dan terus meningkat telah menjadi patron seorang
pemimpin dan calon pemimpin di dalam membawa perubahan dalam organisasi,
serta memotivasi anggotanya untuk mencapai tujuan organisasi. Kepemimpinan
menjadi basis dalam manajemen sumber daya manusia yang diharapkan tidak saja
pada aspek operasional yaitu dalam pembentukan kualitas kehidupan kerja tetapi
juga pada aspek stratejik yang mendasari terbentuknya kondisi kehidupan kerja
tersebut.
Dari uraian di atas menunjukkan bahwa kepemimpinan mempunyai
peranan yang besar untuk memaksimalkan organisasi bekerja dalam memberikan
pelayanan yang berkualitas. Dalam kaitan ini, pengalaman dari negara-negara di
Asia menunjukkan bahwa kepemimpinan pemerintahan menjadi kunci perubahan.
Untuk menjelaskan hubungan antara faktor kepemimpinan dan kualitas
pelayanan publik, dapat dikemukakan pendapat Katz dan Kahn dalam Richard M.
Steer (Tangkilisan, 2005), bahwa kualitas kepemimpinan dalam berbagai bentuk
memperlihatkan perbedaan antara organisasi yang mampu mencapai tujuan dan
yang tidak. Dikatakan bahwa kepemimpinan dapat mengisi beberapa fungsi
JURNAL MENATA Volume 3, No 1, Januari-Juni 2020
104
penting yang diperlukan bagi organisasi untuk mencapai tujuannya, seperti berikut
ini :
1. Dalam fungsi mengisi kekosongan akibat ketidaklengkapan atau
ketidaksempurnaan desain organisasi. Ada banyak hal dalam aktivitas
organisasi publik yang tidak diatur dalam peraturan perundangan sebagai
dasar pembentukan organisasi publik. Karena itu tugas pemimpin adalah
mewakili organisasi publik dalam setiap kegiatan yang menyangkut tugas
dan fungsi pokok birokrasi publik. Tugas-tugas lain, baik internal maupun
eksternal, yang belum diatur dalam perundangan yang ada, menjadi
tanggung jawab pimpinan. Hal ini merupakan unsur dalam menghasilkan
pelayanan yang berkualitas.
2. Membangun mempertahankan stabilitas organisasi dalam lingkungan yang
bergolak, dengan memungkinkan dilakukan penyesuaian dan adaptasi yang
segera pada kondisi lingkungannyang bergolak atau yang sedang berubah.
Dalam menindaklanjuti aktivitas layanan, sudah menjadi tugas pimpinan
dan para stafnya untuk melakukan persiapan diri jika mekanisme, metode,
dan teknik yang bersifat substansial maupun peraturan perundangan yang
melatarbelakanginya.
3. Membantu koordinasi intern dari unit-unit organisasi yang berbedabeda,
khususnya selama masa pertumbuhan dan perubahan. Kepemimpinan dapat
meredam serta menjadi pemisah bagi kelompok-kelompok yang berkomflik
dalam organisasi. Tugas dan fungsi organisasi publik tidaklah ringan,
karena keberhasilan layanan sangat ditentukan oleh kualitas kerjanya.
Inilah tugas berat dari organisasi publik, karena itu dibutuhkan seorang
pimpinan yang mampu mengatasi gejolak atau konflik internal sehingga
tidak mengganggu kinerja serta prestasi organisasi publik.
4. Memainkan peranan dalam mempertahankan susunan anggota yang stabil
dengan cara pemenuhan kebutuhan anggota secara memuaskan. Untuk
mensukseskan organisasi publik dalam menjalankan tugas dan fungsinya,
pimpinan dan stafnya perlu memikirkan kesejahteraan karyawan, baik
kebutuhan fisik, spritual, maupun kepuasan-kepuasan lain yang menjadi
JURNAL MENATA Volume 3, No 1, Januari-Juni 2020
105
ukuran karyawan sendiri. Jika kondisi ini terpenuhi, tidaklah sukar bagi
organisasi publik untuk mengemban tugas yang diberikan kepadanya.
Dalam mewujudkan pelayanan yang berkualitas, seorang pemimpin harus
berani melakukan perubahan. Karena itu diperlukan kepemimpinan
transformasional yaitu kepemimpinan yang mampu sebagai agen perubahan.
Berbagai perubahan mungkin mendapatkan tantangan dan hambatan, baik dari
dalam maupun luar organisasi namun seorang pemimpin transformasional harus
berani menghadapi kompleksitas, ambiguitas, dan ketidakpastian tersebut dengan
menyiapkan strategi terbaik. Perubahan-perubahan yang dapat dilakukan seorang
pemimpin untuk meningkatkan kualitas pelayanan publik, antara lain :
a. Memangkas berbagai birokrasi yang sudah tidak relevan.
b. Menerapkan contestability (membandingkan pelayanan yang dilakukan
unit organisasinya dengan organisasi lain untuk melihat efisiensi dan
efektivitasnya) bahkan mengembangkan kontrak dengan sektor swasta
(jika hal ini merupakan jalan terefektif dan terefisien yang harus
ditempuh).
c. Menggunakan berbagai teknologi baru untuk meningkatkan kualitas
pelayanan publik.
d. Mengembangkan kebijakan publik yang berorientasi pada pelanggan
(customer focus)
Tuntutan akan perbaikan atas kondisi pelayanan publik dewasa ini
semakin besar dan menjadi agenda utama dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara. Seorang pemimpin harus mampu melakukan perubahan-perubahan
menuju perbaikan secara sistematis dan terukur. Namun demikian berbagai upaya
reformasi yang sifatnya lebih ‟internal‟ tersebut juga harus dibarengi dengan suatu
penngembangan strategi yang bersifat eksternal. Strategi ini diarahkan pada
pengembangan ‟citra baik‟ organisasi dan pelayanan yang diberikan oleh
organisasi publik.
KESIMPULAN
JURNAL MENATA Volume 3, No 1, Januari-Juni 2020
106
Pelayanan publik merupakan pemberian layanan (melayani) keperluan
orang atau masyarakat yang mempunyai kepentingan pada organisasi itu sesuai
dengan aturan pokok dan tata cara yang lebih ditetapkan.
Untuk melakukan pelayanan publik yang berkualitas, peran
pemimpin tidak cukup hanya dengan memperhatikan bawahan atau yang
bersifat intern, tetapi juga pemimpin harus respek dengan lingkungan
luar terutama terhadap pelanggan / masyarakat. Banyak hal yang bisa
dilakukan seorang pemimpin utuk memberikan pelayanan yang berkualitas
terhadap publik yang salah satunya yaitu Mendengarkan keluhan
pelanggan / masyarakat yang disebut dengan Ledears Listen (Pemimpin
Mendengar).
Kualitas pelayanan publik hanya akan diwujudkan, jika di dalam
organisasi pelayanan terdapat sistem pelayanan yang mengutamakan kepentingan
warga negara, khususnya pengguna jasa pelayanan dan sumberdaya manusia yang
berorientasi pada kepentingan warga negara / masyarakat. Pemimpin yang
mengutamakan kepentingan masyarakat adalah pemimpin yang mau mendengar
dan menerima masukan, kritikan maupun pujian dari masyarakat. Hal ini akan
mendorong peningkatan pelayanan publik dan akan menghasilkan pelayanan
publik yang berkualitas.
Diharapkan kepada pemimpin dan calon pemimpin agar berorientasi pada
masyarakat bukan pada kepentingan pribadi maupun golongan. Karena dengan
pola pikir yang berorientasi pada publiklah pelayanan publik akan dapat
terwujudkan. Kepada para pemimpin juga hendaknya mengetahui idikator-
indikator pelayanan publik yang berkualitas sehingga dapat diaplikasikan pada
organisasi yang dipimpin. Dan semoga tulisan ini bermanfaat juga pada SKPD-
SKPD dan lembaga-lembaga pendidikan baik negeri maupun swasta sebagai
referensi.
DAFTAR KEPUSTAKAAN
Agus Dwiyanto, 2006. Mewujudkan Good Governance Melalui Pelayanan Publik,
Gadjah Mada University, Yogyakarta.
JURNAL MENATA Volume 3, No 1, Januari-Juni 2020
107
Bailey, Stephen J. 1999. Local Government Economics-Principle and Practice.
MacMillan Press LTD, Houndmills, Basingstoke, Hampshire RG216XS.
Dunn, William N. 2000. Public Policy Analysis: An Introduction (Indonesian
Edition). Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Ensiklopedia Umum. 1993. Yogyakarta: Kanisius.
Kartono, kartini. 2005. Pemimpin dan Kepemimpinan. RajaGrafindo Persada :
Jakarta
Kuczmarski, Susan Smith dan Thomas D. Kuczmarski. 1995. Values-Based
Leadership. New York: Prentice Hall.
Lembaga Administrasi Negara RI, 2006. Stratregi Peningkatan Kualitas
Pelayanan Prima, Jakarta.
Mileham, P. and Spacie K. 1996. Transforming Corporate Leadership.
London: Pitman Publishing.
Nunik Retno Herawati. 2001. Manajemen Pelayanan Publik Daerah, dalam
Manajemen Otonomi Daerah. Semarang: CLOGAPPS Universitas
Diponegoro.
Robbin, S. P. 1996. Perilaku Organisasi: Konsep, Kontroversi, Aplikasi.
Jakarta: PT Prenhalindo.
Sinambela. 2014. Reformasi Pelayanan Publik Teori, Kebijakan dan
Implementasi. Bumi Aksara : Jakarta
Stoner, J. F., Freeman, A. E. dan Gilbert, D. A. 1995. Management.
Sixth Edition.
Utang Rosidin, 2010. Otonomi Daerah dan Desentralisasi, CV. Pustaka Setia,
Bandung.