JBM Volume 7 No. 2 Januari 2011

148
Jurnal Jurnal Jurnal Jurnal BISNIS & MANAJEMEN Jurnal Ilmiah Berkala Empat Bulanan, ISSN 1411 - 9366 Volume 7 No.2, Januari 2011 KAJIAN ELEMEN-ELEMEN PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI BIOETANOL BERBASIS BAHAN BAKU POTENSIAL DI PROVINSI LAMPUNG Erlina, Endang Gumbira Sa’id, Machfud, Sukardi, Zainal Mahmud PENGUKURAN EFISIENSI KINERJA DENGAN METODE STOCHASTIC FRONTIER APPROACH PADA PERBANKAN SYARIAH Ivan Gumilar SP, Siti Komariah PENGARUH KINERJA KEUANGAN TERHADAP HARGA SAHAM (STUDI PADA SUB SEKTOR PERBANKAN DI BURSA EFEK INDONESIA) Sendi Gusnandar Arnan, Shinta Dewi Herawati KEPUASAN KERJA, KOMITMEN ORGANISASI, DAN INTENSI TURNOVER Habibullah Jimad ANALISIS MENGAPA SEBUAH USAHA MENGGUNAKAN SISTIM BAGI HASIL Heru Wahyudi PENGARUH HUMAN RELATIONS TERHADAP MOTIVASI KERJA KARYAWAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SUKADANA Yuningsih TINJAUAN KEMBALI LEADERSHIP IN ADMINISTRATION: A SOCIOLOGICAL INTERPRETATION (Selznick, 1957) Ayi Ahadiat JURNAL BISNIS dan MANAJEMEN Vol. 7 No.2 Hal. 79-222 Bandarlampung Januari 2011 ISSN 1411 - 9366

Transcript of JBM Volume 7 No. 2 Januari 2011

  • JurnalJurnalJurnalJurnal

    BISNIS & MANAJEMEN Jurnal Ilmiah Berkala Empat Bulanan, ISSN 1411 - 9366 Volume 7 No.2, Januari 2011

    KAJIAN ELEMEN-ELEMEN PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI

    BIOETANOL BERBASIS BAHAN BAKU POTENSIAL DI PROVINSI LAMPUNG

    Erlina, Endang Gumbira Said, Machfud, Sukardi, Zainal Mahmud

    PENGUKURAN EFISIENSI KINERJA DENGAN METODE STOCHASTIC FRONTIER APPROACH PADA PERBANKAN SYARIAH

    Ivan Gumilar SP, Siti Komariah

    PENGARUH KINERJA KEUANGAN TERHADAP HARGA SAHAM (STUDI PADA SUB SEKTOR PERBANKAN

    DI BURSA EFEK INDONESIA) Sendi Gusnandar Arnan, Shinta Dewi Herawati

    KEPUASAN KERJA, KOMITMEN ORGANISASI,

    DAN INTENSI TURNOVER Habibullah Jimad

    ANALISIS MENGAPA SEBUAH USAHA MENGGUNAKAN

    SISTIM BAGI HASIL Heru Wahyudi

    PENGARUH HUMAN RELATIONS TERHADAP MOTIVASI KERJA

    KARYAWAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SUKADANA Yuningsih

    TINJAUAN KEMBALI LEADERSHIP IN ADMINISTRATION: A

    SOCIOLOGICAL INTERPRETATION (Selznick, 1957) Ayi Ahadiat

    JURNAL BISNIS dan

    MANAJEMEN Vol. 7 No.2 Hal. 79-222 Bandarlampung Januari 2011

    ISSN 1411 - 9366

  • JURNAL BISNIS DAN MANAJEMEN

    TIM REDAKSI

    Penanggung Jawab : Prof. Dr. Ir. Sugeng P. Harianto, M.Sc. (Rektor Universitas Lampung)

    Pembina : Prof. Dr. Ir. Hasriadi Mat Akin, M.Sc. (Pembantu Rektor I Universitas Lampung) : Dr. Eng. Admi Syarif (Ketua Lembaga Penelitian Universitas Lampung) : Prof. Dr. Satria Bangsawan, S.E., M.Si. (Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Lampung)

    Pemimpin Umum : Hj. Aida Sari, S.E., M.Si. Ketua Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Lampung

    Dewan Editor Ketua : Dr. Satria Bangsawan, S.E., M.Si. Anggota : Dr. Irham Lihan, S.E., M.Si. Dr. Sri Hasnawati, S.E.. M.M. Iban Sofyan, S.E., M.M. Aripin Ahmad, S.E., M.Si. Zulkarnain, S.E., M.B.A. Dariyus, S.E., M.M. Ribhan, S.E., M.Si. Ernie Hendrawaty, S.E., M.Si.

    Redaksi Pelaksana Ketua : Hj. Mahrinasari M.S., S.E., M.P.M. Wakil Ketua : Rinaldi Bursan, S.E., M.Si. Sekretaris : Prakarsa Pandjinegara, S.E., M.E. Bendahara : Hi. Habibullah Jimad, S.E., M.Si. Tata Usaha dan Kearsipan : Prayugo Distribusi dan Sirkulasi : Nasirudin Alamat Redaksi : Gedung A Lantai 2, Fakultas Ekonomi Unila Jl. Prof. Sumantri Brojonegoro no. 1 Gedungmeneng - Bandarlampung, 35145 Telp. : (0721) 773465 Email : [email protected] Website : http://fe-manajemen.unila.ac.id/jbm

    Jumal Bisnis dan Manajemen merupakan media komunikasi ilmiah, diterbitkan tiga kali setahun oleh Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Lampung, berisikan ringkasan hasil penelitian, skripsi, tesis, dan disertasi.

    Volume 7 No. 2, Januari 2011 ISSN 1411 - 9366

  • JURNAL BISNIS DAN MANAJEMEN

    DAFTAR ISI KAJIAN ELEMEN-ELEMEN PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI BIOETANOL BERBASIS BAHAN BAKU POTENSIAL DI PROVINSI LAMPUNG................................................... 79 Erlina, Endang Gumbira Said, Machfud, Sukardi, Zainal Mahmud

    PENGUKURAN EFISIENSI KINERJA DENGAN METODE STOCHASTIC FRONTIER APPROACH PADA PERBANKAN SYARIAH ......................................................................................................... 93 Ivan Gumilar SP, Siti Komariah

    PENGARUH KINERJA KEUANGAN TERHADAP HARGA SAHAM (STUDI PADA SUB SEKTOR PERBANKAN DI BURSA EFEK INDONESIA) ...................................................................... 123 Sendi Gusnandar Arnan, Shinta Dewi Herawati

    KEPUASAN KERJA, KOMITMEN ORGANISASI, DAN INTENSI TURNOVER ................................................................................. 155 Habibullah Jimad

    ANALISIS MENGAPA SEBUAH USAHA MENGGUNAKAN SISTIM BAGI HASIL .................................................................................. 167 Heru Wahyudi

    PENGARUH HUMAN RELATIONS TERHADAP MOTIVASI KERJA KARYAWAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SUKADANA .................................................................................................. 191 Yuningsih

    TINJAUAN KEMBALI LEADERSHIP IN ADMINISTRATION: A SOCIOLOGICAL INTERPRETATION (Selznick, 1957) ........................ 207 Ayi Ahadiat

    Volume 7 No. 2, Januari 2011 ISSN 1411 - 9366

  • KAJIAN ELEMEN-ELEMEN PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI BIOETANOL BERBASIS BAHAN

    BAKU POTENSIAL DI PROVINSI LAMPUNG1

    Erlina2, Endang Gumbira Said3, Machfud3, Sukardi3, Zainal

    Mahmud4

    ABSTRACT

    In general, this study aims to determine key elements of agro-industry development of bioethanol in Lampung Province. The results showed that based on MPE analysis, the raw material of superior agro-industry development of bioethanol in Lampung Province is cassava. Based on the results of the study elements from development using ISM analysis, obtained four key elements of agro-industry development of bioethanol in Lampung Province, namely: (1) supporting element development system with 7 (seven) sub key elements of development, (2) inhibiting element development system with 7 (seven) inhibiting the development of key sub-elements, (3) elements of the development system actors with 3 (three) sub-elements of the key development actors, and (4) elements need development system with 3 (three) sub-elements of the key development needs.

    Key Words : bioethanol, agro-industry, interpretative struktural modelling (ISM)

    PENDAHULUAN Latar Belakang

    Lampung merupakan salah satu provinsi yang memiliki potensi bahan baku bioetanol (Ubikayu, Tebu, Sorgum manis dan Jagung ) yang sangat baik. Lampung merupakan provinsi penghasil ubikayu dan tebu terbesar di Indonesia, dengan produksi pada tahun 2007 mencapai 6.394.906 ton (BPS 2008). Pada tahun yang sama produksi jagung 1.340.821 ton dan tebu sebesar 35.730 ton. Kelebihan tanaman sebagai sumber bahan bakar nabati dapat mengimbangi produksi rumah kaca, mengurangi pencemaran udara dan

    1 Bagian dari disertasi untuk Seminar Hasil Disertasi IPB 2 Mahasiswa S3 Program Studi Teknologi Industri Pertanian SPs IPB 3 Staf Pengajar Departemen Teknologi Industri Pertanian Fateta IPB 4 Peneliti Balitro, Bogor

  • 80

    bahan bakar tersebut dapat diproduksi secara lokal sehingga diharapkan dapat memperbaiki ekonomi pedesaan, menciptakan lapangan pekerjaan dan meningkatkan pendapatan petani serta mengurangi potensi ketergantungan minyak impor (Gumbira-Said , 2007). Hasil penelitian Hasanuddin et al., (2006) menunjukkan bahwa pengembangan agroindustri berbasis ubi kayu di Lampung menunjukkan bahwa, agroindustri bioetanol menduduki peringkat tertinggi untuk dikembangkan dibandingkan jika dikembangkan menjadi industri tapioka, tepung cassava dan industri makanan ringan. Bioetanol merupakan salah satu bahan bakar yang cukup penting setelah biodiesel untuk dikembangkan di Indonesia. Untuk mengimplemen-tasikan hal tersebut perlu dilakukan kajian-kajian terhadap permasalahan yang ada di dalam proses pengembangan agroindustri bioetanol. Beberapa penelitian sudah dilakukan mengenai strategi pengembangan bioetanol yaitu oleh Kurniawan et al., (2005) Bustaman (2008), Nurwidyastuti (2006) mengenai strategi pengembangan bioetanol berbasis tebu, dimana strategi yang diperlukan adalah perlu adanya upaya perluasan areal tanam untuk meningkatkan ketersediaan bahan baku tebu agar tidak bersaing dengan kebutuhan gula nasional. Berdasarkan kajian-kajian pustaka yang telah dilakukan, terdapat permasalahan pokok yang harus dikaji dalam usaha pengembangan agroindustri bioetanol di Lampung yaitu belum adanya penetapan dan penerapan strategi yang tepat untuk mampu memaksimalkan potensi sumberdaya yang ada, yang memungkinkan agroindustri menjadi industri yang kompetitif dan mewujudkan revitalisasi pertanian. Lampung merupakan salah satu sentra pertanian yang memiliki potensi yang tinggi sebagai penyedia bahan baku untuk bioetanol, tetapi masih diperlukan penelitian yang mengkaji strategi pengembangan agroindustri bioetanol agar kepentingan pemanfaatan bahan baku untuk bioetanol tidak berbenturan dengan kebutuhan bahan baku terutama untuk pangan, pakan, maupun industri lain yang terkait. Diharapkan pengembangan bioetanol di Lampung tidak hanya sesuai dengan prinsip pengembangan pada pemenuhan pasokan energi saja tetapi juga untuk mengurangi kemiskinan, menciptakan lapangan pekerjaan, menciptakan pembangunan nasional yang berkelanjutan dan mendukung aksi penyelamatan bumi dari efek pemanasan global.

  • Jurnal Bisnis dan Manajemen, Vol. 7 No.2, Januari 2011

    81

    Tujuan Penelitian Tujuan penelitian adalah sebagai berikut: 1. Mendapatkan bahan baku unggulan untuk pengembangan

    agroindustri bioetanol di Provinsi Lampung; 2. Menentukan elemen-elemen kunci pengembangan agroindustri

    bioetanol.

    Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Pemilihan bahan baku untuk pengembangan agroindustri bioetanol

    di Provinsi Lampung. 2. Penentuan elemen kunci pengembangan agroindustri bioetanol di

    Provinsi Lampung. Manfaat Penelitian Elemen-elemen kunci sistem pengembangan yang ditetapkan dalam penelitian diharapkan berguna untuk mengkaji strategi pengembangan agroindustri bioetanol berdasarkan pendekatan bahan baku di Provinsi Lampung METODE PENELITIAN Kerangka Penelitian Penelitian ini mengkaji tentang elemen-elemen pengembangan agroindustri bioetanol yang terdiri dari pokok kajian, 1) penentuan elemn kunci pendukung pengembangan agroindustri bioetanol, 2) penentuan elemen kunci penghambat pengembangan agroindustri bioetanol, 3) penentuan elemen kunci pelaku pengembangan dan 4) penentuan elemen kunci kebutuhan pengembangan. Metode yang digunakan untuk menggali informasi dan pengetahuan adalah dengan melakukan wawancara mendalam sesuai dengan kecukupan informasi yang diperlukan. Penggunaan teknik yang sesuai akan membantu dalam menetapkan elemen-elemen kunci pengembangan, klasifikasi hubungan pengaruh/ketergantungan dan tingkatan strukturalnya. Kerangka Pikir Penelitian untuk menentukan elemen-elemen kunci dalam pengembangan agroindustri bioetanol di Provinsi Lampung diperlihatkan pada Gambar 1

  • 82

    Gambar 1. Diagram Alir Strukturisasi Sistem Pengembangan

    Agroindustri menggunakan ISM-VAXO (diadopsi dari Machfud,2001)

    Metode Pengumpulan dan Analisis Data Penelitian ini didahului dengan survei pakar, yang berjumlah 14 responden yang berasal dari perguruan tinggi, instansi pemerintah, pengusaha bioetanol, ketua kelompok tani, dan asosiasi bioetanol. Data

    Mulai Nama Elemen Nama Sub-elemen Pakar

    Penilaian Hubungan Kontekstual (VAXO) antar Sub-Elemen pada setiap Elemen untuk setiap Pakar

    Matrik Self Structural Interpretive (SSIM) Untuk setiap Pakar dan pada setiap Elemen

    Pembentukan Matrik Reachability (RM) untuk setiap Pakar dan pada setiap Elemen

    Modifikasi menjadi Matrik Transitif Transitif ?

    Pembentukan RM Pendapat Gabungan Pakar

    Matrik Reachability Pendapat Gabungan Pakar

    Strukturisasi Elemen Sistem Penetapan Sub-elemen Kunci Kategorisasi Sub-Elemen

    Strukturisasi Sistem Pengembangan Kelompok Sub-Elemen

    Selesai

  • Jurnal Bisnis dan Manajemen, Vol. 7 No.2, Januari 2011

    83

    yang dikumpulkan pada penelitian ini adalah data primer dan sekunder. Data sekunder dikumpulkan melalui penelusuran atau studi pustaka dari dokumen-dokumen yang dipublikasikan oleh institusi terkait. Pengumpulan data primer dilakukan melalui cara survey. Dalam penelitian ini digunakan dua metode analisis yaitu, Metode Perbandingan Eksponensial (MPE) (Marimin, 2004) dan Analisis ISM (Saxena, 1992 ) Untuk kepentingan analisis MPE, fokus pertanyaan adalah tentang jenis bahan baku dengan kriteria yang mempengaruhinya, berikutnya pakar menilai elemen dan sub elemen struktur sistem pengembangan agroindustri bioetanol, dengan analisis ISM. HASIL DAN PEMBAHASAN Penentuan dan Penetapan Bahan Baku Unggulan Tahap penentuan bahan baku unggulan untuk pengembangan agroindustri bioetanol diseleksi dari beberapa alternatif ketersediaan bahan baku yang tersedia di lokasi penelitian. Penentuan bahan baku unggulan menggunakan pendekatan Metode Perbandingan Eksponensial (MPE). Terdapat enam bahan baku potensian untuk produksi bioetanol di Provinsi Lampung yakni, (A). Ubi kayu, (B). Tebu, (C). Jagung, (D). Ubi jalar, (E). Sorghum dan (F). Nira Aren Hasil analisis disajikan pada Tabel 1.

    Tabel 1. Hasil Perhitungan MPE Untuk Penentuan Bahan Baku Unggulan

    Prioritas Alternatif Bahan Baku Terpilih Nilai MPE

    Bahan Baku Unggulan 1 Ubi Kayu 601.80

    Bahan Baku Unggulan 2 Tebu 425.78

    Bahan Baku Unggulan 3 Jagung 425.19

    Bahan Baku Unggulan 4 Ubi Jalar 184.89

    Bahan Baku Unggulan 5 Bahan Baku Unggulan 6

    Nira Aren Sorgum manis

    145.76 144.38

    Berdasarkan hasil perhitungan di atas (Tabel 1) diperoleh enam alternatif bahan baku untuk pengembangan agroindustri bioetanol di Provinsi Lampung, urutan enam pilihan bahan baku yakni: (1) Ubi kayu dengan nilai MPE 601.80 ; (2) Tebu, nilai MPE 425.78; (3) Jagung, nilai MPE 425.19; (4) Ubi Jalar, nilai MPE 184.89; (5) Nira Aren. Nilai MPE 145.76 dan (6) Sorgum Manis nilai MPE 144.38. Mengingat ubi kayu

  • 84

    memiliki nilai MPE yang tertinggi, maka strategi pengembangan agroindustri bioetanol yang dikaji selanjutnya adalah yang berdasarkan bahan baku ubikayu. Pengembangan Agroindustri Bioetanol di Provinsi Lampung Kajian elemen-elemen pengembangan agroindustri bioetanol di Provinsi Lampung dengan menggunakan metode analisis ISM memperoleh 4 (empat) elemen kunci pengembangan agroindustri bioetanol, yaitu (1) elemen pendukung pengembangan, (2) elemen penghambat pengembangan ; (3) elemen pelaku pengembangan; dan (4) elemen kebutuhan pengembangan. Hasil analisis ISM-VAXO terhadap keempat elemen pengembangan, diperoleh hasil sebagai berikut.

    1. Elemen pendukung pengembangan agroindustri bioetanol

    Hasil ISM-VAXO menunjukan struktur hirarki hubungan antar sub-elemen pendukung terdiri dari 5 level (Gambar 2) dengan asumsi hubungannya bahwa sub elemen pendukung yang satu mempengaruhi manfaat sub-elemen pendukung yang lain. Hirarki model mengartikan bahwa sub elemen pada satu level didukung oleh terpenuhinya sub-elemen pada level dibawahnya. Hasilnya menunjukan kesesuaian dan ketersediaan lahan untuk bahan baku industri bioetanol di Provinsi Lampung (P2), sarana dan prasaran produksi pendukung (P3), dan Dukungan pemerintah dalam pengembangan agroindustri bioetanol (P4) sebagai elemen kunci pendukung pengembangan agroindustri bioetanol di Provinsi Lampung yang menempati level 5, dengan total DP terbesar yakni 14. Keluaran ISM-VAXO untuk klasifikasi sub elemen pendukung berdasarkan tingkat driver power (DP) dan tingkat dependency (D) (gambar 3), menunjukan bahwa tidak ada sub elem pendukung pengembangan yang tidak berkaitan dengan sistem (sektor 1 Autonomous =0), dan tidak ada hubungan antar peubah pada sektor ini yang tidak stabil (sektor 3 linkage ) Sub elemen P1,P6,P7,P9,P13 dan P14 berada pada sektor dua (Dependent), peubah pada sektor ini sangat tergantung dari input dan tindakan yang diberikan terhadap peubah dari independen dan terutama linkage dan P2,P3,P4,P5,P10,P11 dan P12 berada pada sektor 4 Independent elemen pada sektor ini memiliki daya dorong yang tinggi dengan tingkat ketergantungan yang rendah peubah pada sektor ini disebut sebagai beubah bebas.

  • Jurnal Bisnis dan Manajemen, Vol. 7 No.2, Januari 2011

    85

    Gambar 2. Struktur hirarki sub-elemen Pendukung pengembangan

    1

    2, 3, 4

    5, 10, 11, 12

    6, 7, 9

    8, 13, 14

    0123456789

    101112131415

    0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15

    Gambar 3. Diagram klasifikasi sub-elemen pendukung pengembangan

    Level 1

    Level 2

    Level 3

    Level 4

    Level 5

    1) Ketersediaan bahan baku untuk industri bioetanol di Provinsi lampung (P-1)

    2) Kesesuaian dan ketersediaan lahan untuk bahan baku di Provinsi Lampung (P-2)

    3) Sarana dan prasarana produksi mendukung (P-3) 4) Dukungan pemerintah dalam pengembangan

    agroindustri bioetanol (P-4) 5) Kemampuan masyarakat dalam menerima inovasi

    baru (P-5) 6) Sifat kepemilikan lahan pertanian sebagai petani

    pemilik lahan (P-6) 7) Motivasi Petani (P-7) 8) Ketersediaan teknologi proses (P-8) 9) Peningkatan kesejahteraan masyarakat dari nilai

    tambah yang diperoleh dari pengembangan agro industri bioetanol (P-9)

    10) Agroindustri bioetanol skala pabrik dapat dikembangkan di Provinsi Lampung (P-10)

    11) Penunjukan Provinsi Lampung sebagai lumbung bahan bakar nabati nasional (P-11)

    12) Peningkatan permintaan BBN (Bahan Bakar Nabati), khususnya bioetanol yang diprediksi akan terus meningkat (P-12)

    13) Peluang peningkatan pendapatan daerah di sektor pertanian (P-13)

    14) Potensi pasar lokal, regional dan global (P-14)

    DA

    YA

    D

    OR

    ON

    G

    KETERGANTUNGAN

    Linkage

    Dependent

    Independen

    Autonomous

  • 86

    2. Elemen penghambat sistem pengembangan

    Matriks SSIM-VAXO (elemen penghambat) ditranformasi menjadi matrik RM. Klasifikasi sub-elemen dilakukan berdasarkan tingkat driver power dan dependence , dan penyusunan hirarki struktural berdasarkan rangking sub-elemen (Gambar 4 dan 5). Sesuai dengan asumbi hubungannya bahwa sub-elemen penghambat yang satu menyebabkan sub-elemen penghambat yang lain, maka hirarki menunjukkan bahwa sub-elemen pada level ditentukan oleh terpenuhinya pada sub elemen pada level dibawahnya. Hasil ISM-VAXO menunjukan kedudukan sub-elemen keterbatasan modal bagi pengembangan dioetanol skala kecil (K-1), produktivitas bahan baku rendah (K-2) dan kontinuitas bahan baku tidak terjamin (K-9) menempati level tertinggi dengan total nilai DP terbesar yakni 14, sehingga ke tiga sub-elemen tersebut dinyatakan sebagai sub-elemen kunci penghambat pengembangan agroindustri bioetanol di Provinsi Lampung.

    Gambar 4. Struktur hirarki sub-elemen Penghambat pengembangan

    Level 1

    Level 2

    Level 3

    Level 4

    Level 5

    Level 6

    1. Keterbatasan modal bagi pengembangan bioetanol skala kecil (K-1)

    2 Produktivitas bahan baku rendah (K-2) 3. Biaya produksi masih tinggi untuk skala industri

    kecil (K-3) 4. Harga bioetanol per liter berada di atas harga

    BBM subsidi (K-4) 5. Keterbatasan sumber daya manusia dalam

    penguasaan teknologi (K-5) 6. Minimnya sosialiasi penggunaan bioetanol yang

    ahli di bidang agroindustri bioetanol (K-6) 7. Masih Terbatasnya Sumber daya manusia yang

    ahli di bidang agroindustri bioetanol (K-7) 8. Bahan baku bersaing dengan industri pangan (K-

    8) 9. Kontinuitas bahan baku tidak terjamin (K-9) 10. Hambatan kelembagaan (perijinan, birokrasi) (K-

    10) 11. Hambatan perdagangan internasional (K-11) 12. Pesaing internasional yang telah lebih dahulu

    mengembangkan bioetanol (K-12) 13. Kekuatan pesaing pada basis bahan baku yang

    sama (K-13) 14. Belum adanya jaminan harga bioetanol yang

    stabil (K-14)

  • Jurnal Bisnis dan Manajemen, Vol. 7 No.2, Januari 2011

    87

    Hasil klasifikasi menunjukan bahwa tidak ada sub-elemen penghambat yang tidak terkait dengan sistem (sektor Autonomous =0), dan tidak ada hubungan antar peubah pada sektor ini yang tidak stabil (sektor 3 linkage). Sub-elemen keterbatasan sumberdaya manusia dalam penguasaan teknologi (K-5), minimnya sosialisasi penggunaan penggunaan bioetanol sebagai bahan bakar alternatif untuk kendaraan (K-6), masih terbatasnya sumber daya manusia yang ahli di bidang agroindustri bioetanol (K-7), adanya hambatan perdagangan internasional (K-11), persaingan internasional yang telah lebih dahulu mengembangkan bioetanol (K-12), kekuatan pesaing pada basis bahan baku yang sama dan belum adanya jaminan harga bioetanol (K-14) berada pada sektor dua, peubah pada sektor ini sangat tergantung dari input dan tindakan yang diberikan terhadap peubah dari independen dan terutama linkage. dan (K1,K2,K9,K3,K4,K8 dan K10) berada pada sektor 4 Independent elemen pada sektor ini memiliki daya dorong yang tinggi dengan tingkat ketergantungan yang rendah peubah pada sektor ini disebut sebagai beubah bebas.

    1, 2, 9

    3, 4, 8, 10

    56

    7, 11, 12, 13

    140123456789

    101112131415

    0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15

    Gambar 5. Diagram klasifikasi sub-elemen penghambat pengembangan

    DAYA

    DORONG

    KETERGANTUNGAN

    Linkage

    Dependent

    Independen

    Autonomous

  • 88

    3. Elemen pelaku pengembangan

    Hirarki struktural (Gambar 6), menunjukan kedudukan sub-elemen Pemerintah Daerah (m5) berada pada level tertinggi dengan total DP terbesar yakni 7, diikuti pelaku industri bioetanol (m3) dan perguruan tinggi (m7) dengan nilai DP 6, Pemerintah Daerah dinyatakan sebagai sub elemen kunci pelaku pengembangan.

    Gambar 6. Struktur Hirarki Antar Sub-Elemen Pelaku Pengembangan Agroindustri Bioetanol di Provinsi Lampung

    Gambar 7 menampilkan klasifikasi sub elemen berdasarkan tingkat driver power dan dependence. Hasil klasifikasi menunjukan bahwa tidak ada sub-elemen pelaku pengembangan yang tidak terkait antar elemen (sektor Autonomous = 0). Sub elemen M6,M2 dan M4 masuk pada sektor dependent yang merupakan peubah tidak bebas dan sangat tergantung pada sektor independent dan linkage, dan M5,M3,M7 dan M1 masuk pada sektor 4 Independent, elemen pada sektor ini memiliki daya dorong yang tinggi dengan tingkat ketergantungan yang rendah peubah pada sektor ini disebut sebagai beubah bebas.

    Level 1

    Level 2

    Level 3

    Level 4

    Level 5

    1) Masyarakat (M-1) 2) Asosiasi Bahan Bakar Nabati (M-2) 3) Pelaku Industri Bioetanol (M-3) 4) Industri terkait bahan pangan (industri

    gula & tapioka) (M-4) 5) Pemerintah Daerah (M-5) 6) Balai Penelitian (M-6) 7) Perguruan Tinggi (M-7)

  • Jurnal Bisnis dan Manajemen, Vol. 7 No.2, Januari 2011

    89

    1

    2, 4

    3, 7

    5

    6

    01

    2

    34

    56

    7

    8

    0 1 2 3 4 5 6 7 8

    Gambar 7. Matriks Driver Power-Dependence Elemen Pelaku Pengembangan Agroindustri Bioetanol di Provinsi Lampung

    4. Elemen Kebutuhan Sistem Pengembangan.

    Hirarki struktural kebutuhan pengembangan (gambar8) menunjukan sub elemen intensifikasi dan ekstensifikasi pertanian (U-3), berada pada level tertinggi dengan total nilai DP terbesar yakni 8 dan sehingga dinyatakan sebagai sub elemen kunci kebutuhan pengembangan agroindustri bioetanol di provinsi Lampung, diikuti peningkatan sumberdaya teknologi (U-6) dan subsidi dan kemudahan dari pemerintah (U-8) dengan nilai DP 7.

    Gambar 8. Struktur hirarki sub-elemen kebutuhan pengembangan

    1) Peningkatan kualitas sumber daya manusia (U-1) 2) Peningkatan infrastruktur (U-2) 3) Intensifikasi dan ekstensifikasi pertanian (U-3) 4) Kebijakan penetapan ekspor (U-4) 5) Jaminan keamanan investasi (U-5) 6) Peningkatan sumber daya teknologi (U-6) 7) Jaminan pasar bioetanol dan kestabilan harga

    bioetanol (U-7) 8) Subsidi, insentif dan kemudahan-kemudahan dari

    pemerintah (U-8)

    KETERGANTUNGAN

    DAYA DORONG

    Linkage

    Dependent

    Independent

    Autonomous

    Level 1

    Level 2

    Level 3

    Level 4

    Level 5

  • 90

    Gambar 9 menunjukan bahwa tidak ada sub-elemen kebutuhan yang tidak terkait dengan sistem (sektor Autonomous =0), juga tidak ada sub elemen yang sifat hubungannya tidak stabil (sektor Linkage =0). Pada umumnya sub elemen tersebar pada sektor Independent ( U3,U6 dan U8),dan sebagian lainnya pada sektor Dependent ( U2,U5,U4 dan U7) yang sifatnya sangat tergantung dari input dan tindakan yang diberikan pada pengembangan dan peubah bebas.

    12, 5

    3

    4, 7

    6, 8

    0123456789

    0 1 2 3 4 5 6 7 8 9

    Gambar 9. Diagram klasifikasi subelemen kebutuhan pengembangan agroindustri Bioetanol di Provinsi Lampung

    Tabel 2. Sub Elemen Kunci Sistem Pengembangan Agroindustri

    bioetanol di Provinsi Lampung

    Nama Elemen Sub Elemen Kunci

    Pendukung Pengembangan

    Kesesuaian dan ketersediaan lahan untuk bahan baku industri bioetanol di Provinsi Lampung (P2), Sarana dan prasarana produksi pendukung (P3), Dukungan pemerintah dalam pengembangan agroindustri bioetanol(P-4), Kemampuan masyarakat dalam menerima inovasi baru (P5), Agroindustri bioetanol skala pabrik dapat dikembangkan (P-10), Penunjukan Provinsi Lampung sebagai lumbung bahan bakar nabati nasional (P-11) dan peningkatan permintaan BBN, khususnya yang diprediksi akan terus meningkat (P-12)

    Penghambat Pengembangan

    Keterbatasan modal bagi pengembangan bioetanol skala kecil (K-1), Produktivitas bahan baku rendah (K-2),Kontinuitas bahan baku yang tidak terjamin (K-9), Biaya produksi masih tinggi untuk skala industri kecil (K-3), Harga bioetanol per liter berada diatas harga BBM subsidi (K-4), Bahan baku bersaing dengan industri pangan (K-8) dan Hambatan Kelembagaan (K-10)

    Pelaku Pengembangan

    Pemerintah Daerah (M-5), Pelaku Industri Bioetanol (M-3) dan Perguruan tinggi (M-7)

    Kebutuhan Pengembangan

    Intensifikasi dan Ekstensifikasi pertanian (U-3), Peningkatan sumber daya teknologi (U-6), Subsidi dan kemudahan kemudahan dari pemerintah (U-8) dan Peningkatan kualitas sumberdaya manusia (U-1)

    KETERGANTUNGAN

    DAYA

    DORONG

    Linkage

    Dependent

    Independent

    Autonomous

  • Jurnal Bisnis dan Manajemen, Vol. 7 No.2, Januari 2011

    91

    Hasil analisis faktor kunci dengan ISM akan di jadikan sebagai landasan dalam analisis Internal dan eksternal dalam menentukan strategi pengembangan agroindustri bioetanol di provinsi Lampung. Dari hasil analisis ISM terlihat bahwa pengembangan agroindustri bioetanol di provinsi Lampung sangat terkait dengan Kesesuaian dan ketersediaan lahan untuk bahan baku industri bioetanol di Provinsi Lampung , Sarana dan prasarana produksi pendukung, Dukungan pemerintah dalam pengembangan agroindustri bioetanol, Kemampuan masyarakat dalam menerima inovasi baru, Agroindustri bioetanol skala pabrik dapat dikembangkan, Penunjukan Provinsi Lampung sebagai lumbung bahan bakar nabati nasional dan peningkatan permintaan BBN (Bahan Bakar Nabati), khususnya yang diprediksi akan terus meningkat, dan dengan ketersediaan bahan baku, teknologi, pasar tujuan dan dukungan finansial. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 1. Analisis unggulan bahan baku menggunakan Metode Perbandingan

    Eksponensial (MPE) menunjukkan bahwa tanaman ubi kayu menempati unggulan teratas.

    2. ISM-VAXO maka didapatkan Sub Elemen Kunci Sistem Pengembangan

    Agroindustri bioetanol di Provinsi Lampung sebagai berikut: 1). Elemen pendukung pengembangan, dengan sub elemen kunci pendukung

    pengembangannya adalah: kesesuaian dan ketersediaan lahan untuk bahan baku industri bioetanol di Provinsi Lampung (P2), sarana dan prasaran produksi pendukung (P3), dan Dukungan pemerintah dalam pengembangan agroindustri bioetanol (P4) sebagai elemen kunci pendukung pengembangan agroindustri bioetanol di Provinsi Lampung. 2) Elemen penghambat pengembangan agroindustri bioetanol , dengan sub elemen kunci penghambat pengembangan adalah keterbatasan modal bagi pengembangan dioetanol skala kecil (K-1), produktivitas bahan baku rendah (K-2) dan kontinuitas bahan baku tidak terjamin (K-9). 3) Elemen Pelaku pengembangan dengan sub elemen kunci pelaku pengembangan adalah : Pemerintah Daerah (m5) berada pada level tertinggi, diikuti pelaku industri bioetanol (m3) dan perguruan tinggi (m7). 4) Elemen Kebutuhan Pengembangan dengan sub elemen kuncikebutuhan pengembangan adalah sebagai berikut: Intensifikasi dan ekstensifikasi (U3), Peningkatan sumberdaya teknologi (U6) dan Subsidi dan kemudahan kemudahan dari pemerintah ( U8)

  • 92

    Saran 1. Pemerintah Provinsi Lampung harus lebih membina kelompok tani

    yang sudah ada. 2. Menerapkan intensifikasi dan ekstensifikasi pertanian, khususnya

    untuk pertanian ubi kayu 3. Memberikan pelatihan yang terpadu bagi industri bioetanol dan

    memberikan penyuluhan tentang mutu bioetanol DAFTAR PUSTAKA BPS. 2008. Provinsi Lampung Dalam Angka. 2008. Bandar Lampung: CV.

    Lima Saudara.

    Bustaman S. 2008. Strategi Pengembangan Bio-etanol Berbasis Sagu di Maluku. Perspektif Vol. 7 No. 2 / Desember 2008. Hlm 65 79.

    Gumbira-Said E. 2007. Bisnis Global Bioenergi Versus Ketahanan Pangan dan Energi Nasional Tantangan dalam Mengisi Visi Indonesia 2030. Materi Orasi Ilmiah pada Wisuda ke-7 Universitas Paramadina Jakarta, Minggu 9 September 2007.

    Hassanudin, U. 2006. Strategi Pengembangan Agroindustri Ubi Kayu di Propinsi Lampung. Laporan Pengabdian kepada Masyarakat. LPM Unila.

    Kurniawan , Y, A. Susmiadi dan A.Toharisman. 2005. Potensi Pengembangan Industri Gula Sebagai Penghasil Energi di Indonesia. Pusat Penelitian Perkebunan Gula Indonesia (P3GI), Pasuruan.

    Machfud. 2001. Rekayasa Model Penunjang Keputusan Kelompok dengan Fuzzy-logic untuk Sistem Pengembangan Agroindustri Minyak Atsiri [Disertasi]. Bogor: Institut Pertanian Bogor.

    Marimin. 2004. Teknik dan Aplikasi Pengambilan Keputusan, PT Gramedia Widiasarana Indonesia, Jakarta,2004.

    Nurwidyastuti, I. 2006. Teknologi Proses Produksi Bio-Ethanol. Prospek Pengembangan Bio-fuel sebagai Substitusi Bahan Bakar Minyak.

    Saxena, J.P. et al, 1992. Hierarchy and Classification of Program Plan Element Using Interpretative Struktural Modelling. Systems Practice, Vol 12 (6), 651 : 670.

  • PENGUKURAN EFISIENSI KINERJA DENGAN METODE STOCHASTIC FRONTIER APPROACH PADA

    PERBANKAN SYARIAH

    Ivan Gumilar SP5, Siti Komariah6

    ABSTRAK

    Tujuan penelitian ini adalah untuk untuk mengukur dan menganalisis tingkat efisiensi pada Perbankan Syariah di Indonesia dengan menggunakan Stochastic Frontier Approach (SFA) melalui pendekatan Alternative Profit Efficiency, dimana efisiensi perbankan syariah pada dasarnya adalah bagi-hasil yang dipengaruhi oleh fungsi 2 variabel input yaitu Dana Pihak Ketiga, Modal disetor dan 3 variabel output seperti Penempatan pada Bank Indonesia, Penempatan pada Bank Lain, Pembiayaan yang diberikan. Menggunakan metode desktiptif untuk 6 Bank Syariah di Indonesia saat ini beroperasi sebagai sampel selama rentang waktu 32 bulan (2007-2009) didapatkan bahwa secara umum industri perbankan syariah di Indonesia selama periode yang diteliti mengalami peningkatan efisiensi.

    Kata kunci: Efisiensi Kinerja, Stochastic Frontier Approach.

    I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejarah perkembangan perbankan syariah di Indonesia secara formal dimulai dengan Lokakarya MUI mengenai perbankan pada tahun 1990, yang kemudian diikuti dengan diterbitkannya Undang-Undang Nomor 7 tahun 1992 tentang perbankan yang mengakomodasi kegiatan operasional perbankan dengan prinsip bagi-hasil (Maghfirah;2005). Namun selama periode 1992-1998 menurut Biro Perbankan Syariah Bank Indonesia (2009) hanya terdapat satu Bank Umum Syariah dan beberapa Bank Perkreditan Rakyat Syariah sebagai pelaku industri perbankan

    5 Dosen Jurusan Manajemen, Fakultas Bisnis dan Manajemen, Universitas Widyatama

    Bandung 6 Dosen Jurusan Manajemen, Fakultas Bisnis dan Manajemen, Universitas Widyatama

    Bandung

  • 94

    syariah. Hal ini disebabkan selama enam tahun beroperasi, praktis tidak ada peraturan perundang-undangan lainnya yang mendukung sistem beroperasinya Perbankan Syariah. Ketiadaan perangkat legalitas pendukung ini mengharuskan perbankan Syariah menyesuaikan produk-produknya seperti produk bank konvensional, akibatnya ciri-ciri syariah menjadi tersamar seperti layaknya bank konvensional, selain itu mengenai rendahnya pengetahuan dan kesalahpahaman masyarakat mengenai bank syariah terutama mengenai riba dengan bagi-hasil, belum tersedianya ketentuan pelaksana terhadap operasional bank syariah, terbatasnya jaringan kantor perbankan syariah, dan kurangnya SDM khususnya keahlian dalam bidang perbankan syariah (ekonomi Islam). Sehubungan dengan hal tersebut, pemerintah melakukan langkah-langkah strategis dalam pengembangan perbankan syariah yaitu dengan pemberian izin kepada bank umum konvensional untuk membuka kantor cabang Unit Usaha Syariah (UUS) atau konversi dari sebuah bank konvensional menjadi bank syariah (Atmawardhana;2006). Langkah strategis ini menurut Hatifuddin (2004) merupakan respon dan inisiatif dari perubahan Undang-Undang Perbankan Nomor 10 tahun 1998 sebagai pengganti UU No. 7 tahun 1992, yang secara tegas Sistem Perbankan Syariah ditempatkan sebagai bagian dari sistim perbankan nasional. Pada tahun 2008 Pemerintah mengeluarkan Undang-Undang Perbankan Syariah No. 21 tahun 2008, diharapkan akan memberikan dasar hukum yang lebih kokoh dan peluang yang lebih besar dalam pengembangan Perbankan Syariah di Indonesia sehingga setara dan sejajar dengan bank konvensional. Dampak UU Perbankan Syariah memberikan hal yang positif, terbukti hingga akhir tahun 2009, pertumbuhan dana pihak ketiga perbankan syariah sebesar 41,7%, dengan angka Rp.52,3 triliun. Angka pertumbuhan 41,7% ini merupakan yang tertinggi sejak 2005. Begitupula jika dibandingkan dengan perbankan konvensional yang hanya tumbuh 19,6%. Tetapi market share perbankan syariah terhadap bank konvensional masih 6,4% (Biro Perbankan Syariah Bank Indonesia;2009). Lebih lanjut menurut Biro Perbankan Syariah BI menjelaskan bahwa perkembangan jumlah kantor bank syariah hingga akhir 2009 antara lain 6 Bank Umum Syariah, 138 BPR Syariah. Dari sisi institusional penyebaran jaringan kantor perbankan syariah juga mengalami pertumbuhan pesat. Pada tahun 2009, outlet pelayanan mengalami penambahan sebanyak 199 kantor. Dengan demikian, kini bank syariah telah memiliki sekitar 3134 jaringan, dengan rincian 6 kantor Pusat Bank Umum Syariah, 25 kantor UUS (Unit Usaha Syariah), 1223 Kantor

  • Jurnal Bisnis dan Manajemen, Vol. 7 No.2, Januari 2011

    95

    Cabang, 1742 office channeling (layanan bank syariah di bank konvensional) dan 138 BPRS, hal ini terlihat pada gambar 1.

    1990

    1992

    1998

    1999

    2000

    2001

    2002-2009

    MUI Workshop

    Founding the First Islamic Banking

    Allowed Dual Banking System

    Monetary Policy based on Islamic Sharia Principles

    Issued The Law of Operation and Institution

    Founding BPS in Central Bank

    Progress and Launch Islamic Banking

    Gambar 1. Sejarah Perkembangan Perbankan Syariah di Indonesia Sumber: Hasbi, 2010

    Data Bank Indonesia (2009) menunjukkan jumlah pembiayaan yang disalurkan oleh perbankan syariah mencapai Rp.46,9 triliun, hanya tumbuh 22,8%, lebih rendah dari tahun 2008 sebesar 36,9%. Hal ini dikarenakan melambatnya pertumbuhan ekonomi nasional. Sementara itu pertumbuhan Dana Pihak Ketiga perbankan syariah 41,7% yaitu 52,3 triliun. FDR (Financing to Deposit Rasio sebesar 89.7%, ROA perbankan syariah mencapai 1,5%, ROE mencapai 26,1%, CAR 10,77% dan NPF 4,0%. Terlihat bahwa dari laporan keuangan Perbankan syariah tahun 2009 memiliki nilai ratio yang baik, Pembiayaan tumbuh diatas 20%, FDR dibawah 100%, CAR dan NPF diatas ketentuan. Baiknya kinerja perbankan syariah ini dikarenakan dilakukannya sistem manajemen tata kelola dan melaksanakan prinsip kehati-hatian serta

    mengimplementasikan manajemen risiko dengan baik (Susilo;2000).

    The Participants agree to found Islamic Banking Immediately

    Bank Muamalat Indonesia found as a first Islamic Bank

    Issued Banking Act No.7/1992

    Banking Act No.10/1998: Central Bank recognize Islamic and Conventional Banking

    Conventional Bank allowed open UUS

    Government Law No.10 of 1999:

    BI have responsible on development and supervisory Islamic Bank

    BI determine monetary policy in Islamic Principles

    BI has research team and Islamic banking

    arrangement

    BI create and determine the law of Islamic banking institution

    Develop PUAS &

    SWBI

    The Era of progress Islamic Banking in Indonesia

    Many variety and Innovation of Islamic Banking Products

  • 96

    Menyadari bahwa pertumbuhan perbankan syariah nasional yang relatif cepat setelah dikeluarkannya peraturan yang mengatur tentang perbankan syariah, maka Biro Perbankan Syariah-Bank Indonesia sejak tahun 2001 telah melakukan kajian dan menyusun Cetak Biru Pengembangan Perbankan Syariah Indonesia untuk periode 2002-2011. Pada cetak biru ini terlihat jelas bahwa perbankan syariah harus memegang teguh prinsip syariah, prinsip kehati-hatian, memberikan manfaat bagi masyarakat dan mengembangkan sistem perbankan yang kompetitif. Untuk menciptakan hal-hal tadi salah satu tugas berat bagi perbankan syariah adalah harus melakukan efisiensi. Efisiensi dalam Atmawardhana (2006) merupakan salah satu parameter kinerja yang secara teoritis merupakan salah satu kinerja yang mendasari seluruh kinerja sebuah organisasi. Kemampuan menghasilkan output yang maksimal dengan input yang ada merupakan ukuran kinerja yang diharapkan. Pada saat pengukuran efisiensi menurut Astiyah dan Jardine (2006) bank dihadapkan pada kondisi bagaimana mendapatkan tingkat output yang optimal dengan tingkat input yang ada, atau mendapatkan tingkat input yang minimum dengan tingkat output tertentu.

    Dengan diidentifikasikannya alokasi input dan output, dapat dianalisa lebih jauh untuk melihat penyebab ketidakefisiensian (Iswardono dan Darmawan;2000). Menurut mereka efisiensi dalam dunia perbankan adalah salah satu parameter kinerja yang cukup populer, banyak digunakan karena merupakan jawaban atas kesulitan-kesulitan dalam menghitung ukuran-ukuran kinerja perbankan. Sering kali, perhitungan tingkat keuntungan menunjukkan kinerja yang baik, tidak masuk dalam kriteria sehat atau berprestasi dari sisi peraturan. Sebagaimana diketahui, industri perbankan adalah industri yang paling banyak diatur oleh peraturan-peraturan yang sekaligus menjadi ukuran kinerja dunia perbankan (Sunendar;2005, Sudarsono;2003). Capital Adequacy Ratio (CAR), Reserve Requirement, Legal Lending Limit dan kredibilitas para pengelola bank adalah contoh peraturan-peraturan yang sekaligus menjadi kriteria kinerja di dunia perbankan. Selain itu menurut Piesse (2000), Habib dan Alexander (2000), Muhammad (2004) pengukuran efisiensi perbankan dapat dilakukan dengan 3 pendekatan lainnya yaitu; Data Envelopment Analysis (DEA), Stochastic Frontier Approach (SFA), dan Distribution Free Approach (DFA).

  • Jurnal Bisnis dan Manajemen, Vol. 7 No.2, Januari 2011

    97

    1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti tertarik untuk menganalisa : 1. Apakah Dana Pihak Ketiga, Modal Disetor, Penempatan pada Bank

    Indonesia, Penempatan pada Bank Lain, dan pembiayaan yang diberikan berpengaruh terhadap efisiensi perbankan syariah di Indonesia selama ini ?

    2. Faktor apa yang paling berpengaruh terhadap efisiensi tersebut ? 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian yang dilakukan adalah untuk mengukur tingkat efisiensi pada Perbankan Syariah di Indonesia. 1.4 Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini adalah : 1. Bagi Perbankan Syariah, Bank Indonesia dan Pemerintah adalah

    memberikan informasi tentang kinerja khususnya tingkat efisiensi Bank Syariah di Indonesia

    2. Bagi Peneliti dan peneliti selanjutnya, dengan penelitian ini

    diharapkan menjadi wahana pengetahuan dan pengalaman mengenai perbankan syariah dan diharapkan penelitian ini menjadi pioner untuk penelitian selanjutnya.

    II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perbankan Syariah Setelah diterbitkannya Undang-Undang Perbankan No.10 tahun 1998 yang secara tegas menempatkan sistem perbankan syariah sebagai bagian dari sistem perbankan nasional barulah terdapat perkembangan pada perbankan syariah di Indonesia, terlebih dengan diterbitkannya Undang-Undang Perbankan Syariah No. 21 tahun 2008, diharapkan akan memberikan dasar hukum yang lebih kokoh dan peluang yang lebih besar dalam pengembangan Perbankan Syariah di Indonesia sehingga setara dan sejajar dengan bank konvensional. Bank Syariah adalah lembaga keuangan yang usaha pokoknya memberikan kredit dan jasa-jasa lain dalam lalu lintas pembayaran serta peredaran uang yang beroperasi disesuaikan prinsip-prinsip syariah. (Sudarsono; 2003) Selain itu Susilo(2000) juga mendefinisikan bahwa

  • 98

    Bank Syariah adalah bank yang dalam aktivitasnya, baik penghimpunan dana maupun dalam rangka penyaluran dananya memberikan dan mengenakan imbalan atas dasar prinsip syariah yaitu jual-beli dan bagi hasil. Antonio dan Perwaatmadja membedakan bank syariah menjadi dua pengertian, yaitu Bank Islam dan Bank yang beroperasi dengan prinsip syariah Islam. Bank Islam adalah (1) bank yang beropeasi sesuai dengan prinsip-prinsip syariah Islam; (2) adalah bank yang tata cara beroperasinya mengacu kepada ketentuan-ketentuan Al Quran dan Hadis. Sementara bank yang beroperasi sesuai prinsip syariah Islam adalah bank yang dalam beroperasinya itu mengikuti ketentuan-ketentuan syariah Islam, khususnya yang menyangkut tata cara bermuamalat secara Islam. Dalam tata cara bermuamalat ini menghindari praktek yang dikhawatirkan mengandung unsur riba dan diisi dengan kegiatan-kegiatan investasi atas dasar bagi-hasil dan pembiayaan perdagangan. (Muhammad;2005) Prinsip Syariah adalah aturan perjanjian berdasarkan hukum Islam antara bank dan pihak lain untuk penyimpanan dana dan atau pembiayaan kegiatan usaha atau kegiatan lainnya yang dinyatakan sesuai dengan syariah. Prinsip utama yang digunakan dalam kegiatan perbankan syariah adalah:

    1. Larangan riba dalam berbagai bentuk transaksi. 2. Melakukan kegiatan usaha perdagangan berdasarkan perolehan

    keuntungan yang sah. 3. Memberikan zakat.

    Oleh karena dalam operasional perbankan syariah tidak menerapkan sistem bunga seperti bank konvensional, namun menerapkan sistem bagi-hasil. Hal ini sesuai dengan fatwa MUI tanggal 16 Desember 2003 yang menggolongkan bunga bank termasuk riba, dan menurut Al-Qur`an riba adalah haram. Pernyataan ini ditegaskan oleh ayat-ayat dalam Al-Qur`an antara lain sebagai berikut: Ajaran yang mendasar dalam islam mengenai perdagangan yang dijelaskan dalam Al Qur'an and Hadith as follows:

    Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil. (An-Nisa: 29)

  • Jurnal Bisnis dan Manajemen, Vol. 7 No.2, Januari 2011

    99

    ! "#: $ & ( (&

    Perbaikilah dalam mencari rezeki, dengan mengambil yang halal dan meninggalkan yang haram. (HR. Ibnu Hibban, Al-Hakim, Al-Baihaqi dari Jabir bin Abdullah radhiyallahuanhu. (Al-Albani, 6/2607)

    , (/ 0 2 3/ 245 0 6 7

    (9. $ 2( 4: ; 0 (

    0

    Maka disebabkan kezaliman orang-orang Yahudi, Kami haramkan atas mereka (memakan makanan) yang baik-baik (yang dahulunya) dihalalkan bagi mereka, dan karena mereka banyak menghalangi (manusia) dari jalan Allah, dan disebabkan mereka memakan riba, padahal sesungguhnya mereka telah dilarang darinya, dan karena mereka memakan harta orang dengan jalan yang batil. Kami telah menyediakan untuk orang-orang yang kafir di antara mereka itu siksa yang pedih. (An-Nisa:160-161)

    Dan jangan kalian memakan harta di antara kalian dengan cara yang batil. (Al-Baqarah: 188)

    ?> 7 @A

  • 100

    Tabel 1. Perbedaan Bank Konvensional dan Bank Syariah

    Conventional Banks Islamic Banks

    1. The functions and operating modes of conventional banks are based on fully manmade principles.

    1. The functions and operating modes of Islamic banks are based on the principles of Islamic Shariah.

    2. The investor is assured of a predetermined rate of interest.

    2. In contrast, it promotes risk sharing between provider of capital (investor) and the user of funds (entrepreneur).

    3. It aims at maximizing profit without any restriction.

    3. It also aims at maximizing profit but subject to Shariah restrictions.

    4. It does not deal with Zakat. 4. In the modern Islamic banking system, it has become one of the service-oriented functions of the Islamic banks to be a Zakat Collection Centre and they also pay out their Zakat.

    5. Lending money and getting it back with compounding interest is the fundamental function of the conventional banks.

    5. Participation in partnership business is the fundamental function of the Islamic banks. So we have to understand our customer's business very well.

    6. It can charge additional money (penalty and compounded interest) in case of defaulters.

    6. The Islamic banks have no provision to charge any extra money from the defaulters. Only small amount of compensation and these proceeds is given to charity. Rebates are give for early settlement at the Bank's discretion.

    7. Very often it results in the bank's own interest becoming prominent. It makes no effort to ensure growth with equity.

    7. It gives due importance to the public interest. Its ultimate aim is to ensure growth with equity.

    8. For interest-based commercial banks, borrowing from the money market is relatively easier.

    8. For the Islamic banks, it must be based on a Shariah approved underlying transaction.

    9. Since income from the advances is fixed, it gives little importance to developing expertise in project appraisal and evaluations.

    9. Since it shares profit and loss, the Islamic banks pay greater attention to developing project appraisal and evaluations.

    10. The conventional banks give greater emphasis on credit-worthiness of the clients.

    10. The Islamic banks, on the other hand, give greater emphasis on the viability of the projects.

    11. The status of a conventional bank, in relation to its clients, is that of creditor and debtors.

    11. The status of Islamic bank in relation to its clients is that of partners, investors and trader, buyer and seller.

  • Jurnal Bisnis dan Manajemen, Vol. 7 No.2, Januari 2011

    101

    Conventional Banks Islamic Banks

    12. A conventional bank has to guarantee all its deposits.

    12. Islamic bank can only guarantee deposits for deposit account, which is based on the principle of al-wadiah, thus the depositors are guaranteed repayment of their funds, however if the account is based on the mudarabah concept, client have to share in a loss position..

    Sumber: Zaharuddin;2007

    2.2 Efisiensi Efisiensi didefinisikan sebagai perbandingan antara keluaran (output) dengan masukan (input), atau jumlah yang dihasilkan dari satu input yang dipergunakan (Iswardono;2000). Efisiensi juga bisa diartikan sebagai rasio antara output dengan input. Ada tiga faktor yang menyebabkan efisiensi, yaitu (1) apabila dengan input yang sama dapat menghasilkan output yang lebih besar, (2) input yang lebih kecil dapat menghasilkan output yang sama, dan (3) dengan input yang lebih besar dapat menghasilkan output yang lebih besar lagi. (Atmawardhana;2006) Astiyah dan Jardin (2006) menyebutkan ada empat faktor yang menyebabkan efisiensi dalam lembaga keuangan. Faktor utama adalah efisiensi karena arbitrase informasi, kedua efisiensi karena ketepatan penilaian asset-asetnya, ketiga adalah efisiensi karena lembaga keuangan bank mampu mengantisipasi resiko yang muncul, dan yang keempat adalah efisiensi fungsional, yaitu berkaitan dengan administrasi dan mekanisme pembayaran yang dilakukan oleh sebuah lembaga keuangan. Termasuk didalam efisiensi fungsional ini adalah risk pooling, general insurance, administrasi, dan mobilisasi dana masyarakat. (Sudarsono;2003) Efisiensi bank merupakan salah satu indikator penting untuk menganalisa performance suatu bank dan juga sebagai sarana untuk lebih meningkatkan efektifitas kebijakan moneter. Efisiensi dapat dilihat dari 2 sisi, yaitu dari sisi biaya (cost efficiency) dan keuntungan (profit efficiency). Profit efficiency sendiri dibedakan menjadi 2 yaitu Standard profit efficiency dan Alternative profit efficiency Secara umum terdapat 3 pendekatan konsep dasar model efisiensi sektor finansial (Habib;2000) termasuk industri perbankan yaitu Cost Efficiency, Standard Profit Efficiency, dan Alternatif Profit Efficiency.

  • 102

    (1) Cost Efficiency pada dasarnya mengukur tingkat biaya suatu bank dibandingkan dengan bank yang memiliki biaya operasi terbaik (best practice bank`s cost) yang menghasilkan output yang sama dengan teknologi yang sama. Rasio cost efficiency dari suatu bank dirumuskan sebagai berikut:

    Dimana Cn adalah biaya aktual dari bank n. Cost efficiency ratio (CEFF) adalah proporsi dari biaya atau resources yang digunakan secara efisien. Misalnya cost efficiency ratio suatu bank sebesar 80%, hal ini menunjukkan bahwa bank tersebut beroperasi secara efisien sebesar 80% atau terdapat 20 % biaya yang terbuang. (2) Standard Profit Efficiency pada dasarnya mengukur tingkat efisiensi suatu bank didasarkan pada kemampuan bank untuk menghasilkan profit maksimal pada tingkat harga output tertentu dibandingkan dengan tingkat keuntungan bank yang beroperasi terbaik (best practice bank) dalam sampel. Model ini seringkali dikaitkan dengan suatu kondisi pasar persaingan sempurna dimana harga input dan output ditentukan oleh pasar. Dengan kata lain tidak satupun bank yang dapat menentukan harga input maupun harga output sehingga bank bertindak sebagai price-taking agent. Karena dalam model ini terkait bentuk pasar persaingan sempurna (prefect market competition) maka hal ini mengindikasikan bahwa maksimum profit hanya merupakan fungsi dari eksogen harga output. Sehubungan dengan pendekatan cost efficiency, maka fungsi standard profit dalam natural logarithm adalah seperti berikut:

    Log pi = (w,y) + log u + log v Maka standard profit efficiency untuk bank menjadi:

    Dimana n adalah profit pada bank Z. standard profit efficiency merupakan rasio dari keuntungan yang dapat diperoleh suatu bank, misalnya bank Z dibandingkan dengan keuntungan dari bank yang paling efisien. Misalnya dari perhitungan diatas didapatkan standard profit efficiency sebesar 80%, hal ini berarti bahwa bank Z kehilangan 20% dari keuntungan yang seharusnya dapat diperoleh kalau beroperasi secara efisien. Atau dengan kata lain terdapat inefisiensi sebesar 20%.

  • Jurnal Bisnis dan Manajemen, Vol. 7 No.2, Januari 2011

    103

    (3) Alternative Profit Efficiency seringkali dikaitkan dengan suatu kondisi pasar persaingan tidak sempurna (imperfect market competition), dimana bank diasumsikan memiliki market power dalam menentukan harga output namun tidak pada harga input. Karena perbedaan jenis pasar tersebut maka perbedaan yang paling menonjol antara kedua model ini (standard profit efficiency dan alternative profit efficiency) adalah pada penentuan variabel eksogen didalam pencapaian keuntungan maksimum yaitu tingkat output. Dalam pendekatan ini bank akan memaksimalkan keuntungan dengan memilih harga output (p), jumlah input (x), untuk sejumlah output (y), dan harga input (r) yang telah ditetapkan. Fungsi indirect profit yang sesuai disebut sebagai fungsi indirect profit alternative yang dapat dituliskan sebagai berikut :

    Max = P.Q = ( p, r)( y, x) Sejalan dengan hal ini, misalkan fungsi alternative profit sebagai berikut:

    Log pi = (w,y) + log u + log v Maka alternative profit efficiency dapat dituliskan sebagai berikut:

    Terdapat 2 pendekatan untuk menghitung efisiensi jika menggunakan metode parametrik yaitu Stochastic Frontier Approach (SFA) dan Distribution Free Approach (DFA). Metode SFA ini dikembangkan oleh Aigner, Lovell, Schmidt (1977). Pada metode ini, profit dari suatu bank dimodelkan untuk terdeviasi dari profit efficient frontier-nya akibat adanya random noise dan inefisiensi. Fungsi standar Stochastic Profit Frontier memiliki bentuk umum (log) sebagai berikut:

    Log pii = (log Xi, log yi) + ei Dimana :

    pii = Total profit bank i Xi = Input pada waktu i Yi = Output pada waktu i ei = error

    Perhitungan efisiensi menurut Habib (2000) dengan menggunakan metode parametrik membutuhkan suatu pendugaan fungsi biaya sebagai frontier untuk mengetahui tingkat efisiensi suatu bank, tetapi sebelum

  • 104

    menentukan fungsi biaya yang digunakan, input dan output dari bank harus ditentukan terlebih dahulu seperti pada Gambar 2.

    Gambar 2. Sistem dan Prosedur Operasional Syariah Sumber : Muhammad, Sistem & Prosedur Operasional Bank Syariah,

    2005:4 Beberapa pendekatan dalam penentuan variabel input dan output dari bank antar lain Intermediary Approach, User-Cost Approach, dan Value Added Approach. (Astiyah dan Jardine A. Husman;2006). Intermediary Approach adalah penentuan variabel input dan variabel output dengan memperhatikan fungsi bank sebagai lembaga intermediasi. User-Cost Approach adalah penentuan variabel input dan variabel output bank berdasarkan fungsi bank sebagai penentu harga dipasar perbankan, dan Value Added Approach adalah penentuan variabel input dan output bank berdasarkan tujuan bank untuk menghasilkan nilai tambah (keuntungan) yang maksimal. Dalam penelitian ini penentuan variabel input dan outputnya menggunakan pendekatan Value Added Approach yang dilatarbelakangi oleh tujuan bank yaitu selalu meningkatkan efisiesi kinerjanya secara berkesinambungan, Variabel input dan output yang ditentukan berdasarkan Suswadi (2007) adalah sebagai berikut: a. Variabel Input (X) : Dana Pihak Ketiga (DPK), Modal Disetor

    (MDS). b. Variabel Output (Y) : Penempatan pada Bank Indonesia (PBI),

  • Jurnal Bisnis dan Manajemen, Vol. 7 No.2, Januari 2011

    105

    Penempatan pada bank lain (PBL), Pembiayaan yang diberikan (PD).

    Dijelaskan bahwa variabel-variabel input pada perbankan syariah terdiri dari (1) Dana pihak pertama adalah berasal dari dana yang berasal dari para pemodal, pemegang saham. (2) Dana pihak kedua adalah dana yang berasal dari pinjaman lembaga keuangan (bank dan bukan bank), pinjaman dari Bank Indonesia. (3) Dana pihak ketiga adalah dana yang berasal dari dana simpanan, tabungan, dan deposito. Setelah input terkumpul di bank, selanjutnya bank syariah dapat menghasilkan output. Output tersebut berupa penyaluran dana kepada pihak yang membutuhkan dalam bentuk pembiayaan, kredit dan jasa. 2.3 Hipotesis Dalam penelitian ini, Efisiensi perbankan dengan pendekatan alternative profit efficiency, pada dasarnya adalah bagi-hasil yang dipengaruhi oleh fungsi variabel input dan variabel output. Karena metode SFA merupakan fungsi log dari variabel input dan variabel output. Berdasarkan perihal diatas, peneliti melakukan rumusan hipotesa sebagai berikut: H1 : Dana Pihak Ketiga, Modal Disetor, Penempatan pada Bank

    Indonesia, Penempatan pada Bank Lain, dan Pembiayaan yang Diberikan secara parsial berpengaruh terhadap Efisiensi Perbankan Syariah di Indonesia

    H2 : Secara simultan Dana Pihak Ketiga, Modal Disetor, Penempatan

    pada Bank Indonesia, Penempatan pada Bank Lain, dan Pembiayaan yang Diberikan berpengaruh terhadap Efisiensi Perbankan Syariah di Indonesia

    III. METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini menggunakan metode analisis deskriptif yaitu memberikan gambaran umum dan menjelaskan tentang data yang telah diperoleh, dimana gambaran dan penjelasan ini bisa menjadi acuan untuk melihat karakteristik data yang kita peroleh dan diakhiri dengan menarik kesimpulan (Cooper;2009)

  • 106

    3.1 Populasi dan Sampel Populasi adalah keseluruhan objek psikologis yang dibatasi oleh kriteria tertentu (Sekaran;2003). Pada penelitian ini populasi ditentukan pada perbankan syariah yang terdaftar pada Bank Indonesia sebagai Bank Sentral sekaligus sebagai pengawas perbankan di Indonesia. Sampel penelitian ditentukan dengan metode purposive sampling, yaitu penentuan sampel dengan pertimbangan-pertimbangan tertentu (sekaran,2003), adapun yang dijadikan pertimbangan dalam penentuan sampel penelitian ini antara lain: 1. Bank-bank Syariah yaitu Bank Umum Syariah dan Unit Usaha

    Syariah 2. Telah menerbitkan laporan keuangan selama 3 tahun berturut-turut

    secara bulanan dari periode pengamatan 2007-2009 (32 bulan) 3. Bank-bank tersebut tidak merger dalam periode pengamatan.

    3.2 Definisi Operasional Tabel 2. Operasionalisasi Variabel

    Variabel Penelitian

    Konsep Variabel Indikator Ukuran Skala

    Dana Pihak Ketiga (DPK)

    Penjumlahan dari Giro Wadiah, Tabungan Mudharabah, dan Deposito Mudharabah

    Giro Wadiah Tabungan Mudharabah Deposito Mudharabah

    Rupiah (Rp)

    Rasio

    Modal disetor (MDS)

    Modal yang telah efektif diterima bank sebesar nilai nominal saham

    Modal disetor Harga Pasar Saham

    Rupiah (Rp)

    Rasio

    Penempatan Pada Bank Indonesia (PBI)

    Saldo rekening giro bank syariah dalam rupiah maupun valuta asing di Bank Indonesia.

    Giro Wajib Minimum Rupiah (Rp)

    Rasio

    Penempatan Pada Bank Lain (PBL)

    Penanaman dana pada bank syariah lain baik di dalam maupun di luar negeri dalam bentuk antara lain Sertifikat Investasi Mudharabah Antar Bank, deposito mudharabah, tabungan mudharabah, giro

    Sertifikat Investasi Mudharabah Deposito Mudharabah Tabungan Mudharabah Giro Wadiah Tabungan Wadiah

    Rupiah (Rp)

    Rasio

  • Jurnal Bisnis dan Manajemen, Vol. 7 No.2, Januari 2011

    107

    Variabel Penelitian

    Konsep Variabel Indikator Ukuran Skala

    wadiah, dan tabungan wadiah yang dimaksud untuk optimalisasi pengelolaan dana.

    Pembiayaan yang diberikan (PD)

    Penyediaan dana dan/atau tagihan berdasarkan akad udharabah dan/atau musyarakah dan/atau pembiayaan lainnya berdasarkan prinsip bagi hasil

    Pembiayaan Rupiah (Rp)

    Rasio

    Efisiensi Kemampuan perbankan syariah dalam menghasilkan bagi-hasil dengan input dan output yang telah ditetapkan dan diukur secara relative menurut waktu.

    BOPO ROA

    Rupiah (Rp)

    Rasio

    (Suswadi;2007) 3.3 Metode Analisa Data Dalam penelitian ini digunakan perhitungan alternative profit efficiency bank syariah dengan menggunakan metode pendekatan stochastic frontier approach (SFA) yang menghitung deviasi dari fungsi profit yang diestimasi terlebih dahulu dengan profit frontiernya. Alasan peneliti menggunakan pendekatan profit efficiency dengan metode pendekatan stochastic frontier approach (SFA) mengikuti Hadad (2003) adalah karena pendekatan profit efficiency lebih superior dibanding pendekatan cost efficiency. Selain alasan diatas, pemilihan metode ini terkait dengan jenis pasar perbankan di Indonesia yang tidak dapat diklasifikasikan dalam pasar persaingan sempurna tetapi lebih cenderung pada pasar persaingan tidak sempurna. Metode SFA ini dikembangkan oleh Aigner, Lovell, Schmidt (1977). Pada metode ini, profit dari suatu bank dimodelkan untuk terdeviasi dari profit efficient frontier-nya akibat adanya random noise dan inefisiensi. Fungsi standar stochastic profit frontier memiliki bentuk umum (log) sebagai berikut :

  • 108

    log i= f (log Xi , log Yi) + ei Dimana :

    = Total profit bank n X.i = Input j pada pada bank n Y. i = Output k pada bank n ei = error

    ei terdiri dari 2 fungsi yaitu:

    ei= ui+ vi dimana :

    ui = faktor error yang dapat dikendalikan vi = faktor error yang bersifat random yang tidak dapat dikendalikan. Diasumsikan bahwa v terdistribusi normal N(0,v2) dan

    u terdistribusi half-normal, |N(0,v2)| dimana uit= (uiexp(h(t T )))3 dan h adalah parameter yang akan diestimasi.

    Dalam pendekatan alternative profit efficiency bank akan memaksimalkan keuntungan dengan memilih harga output (y) dan jumlah input (X), untuk sejumlah output (Y) dan harga input (r) yang telah ditetapkan. Fungsi indirect profit yang sesuai disebut sebagai fungsi indirect profit alternative yang merupakan solusi dari masalah optimasi berikut: (Astiyah;2006)

    MAX = P`Q = ( p, r)( y, x) Sejalan dengan hal tersebut, misalkan fungsi alternative profit sebagai berikut:

    log = f(x,y) + logu + logv dimana :

    = Bagi-hasil atau Efisiensi x = Jumlah Input y = Jumlah Output u dan v = error

    Maka alternative profit efficiency dapat dituliskan sebagai berikut :

    Dimana: Variabel Input (X) : Dana Pihak Ketiga (DPK), Modal Disetor (MDS). Variabel Output (Y) : Penempatan pada Bank Indonesia (PBI), Penempatan pada

    Bank Lain (PBL), Pembiayaan yang Diberikan (PD).

  • Jurnal Bisnis dan Manajemen, Vol. 7 No.2, Januari 2011

    109

    IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

    4.1 Hasil Penelitian Pada penelitian ini digunakan data bulanan perbankan syariah di Indonesia (tidak termasuk BPRS) periode Januari 2007 sampai dengan Desember 2009. Dengan metode pendekatan Stochastic Frontier Approach (SFA) melalui alternative profit efficiency untuk menghitung tingkat efisiensi pada perbankan syariah di Indonesia, profit dari bank syariah dimodelkan untuk terdeviasi dari profit efficient frontier-nya akibat adanya random noise dan inefisiensi. Sedangkan penentuan input dan outputnya menggunakan pendekatan Value Added Approach. Dalam penelitian ini, efisiensi bank syariah didasarkan pada kemampuan bank syariah menghasilkan profit (bagi-hasil) dari input dan output yang digunakan, sehingga istilah bagi-hasil ataupun efisiensi didalam penelitian ini adalah memiliki makna yang sama. Sedangkan output (Y) yang digunakan pada penelitian ini adalah penempatan pada Bank Indonesia, penempatan pada bank lain, pembiayaan yang diberikan. Sedangkan input (X) yang digunakan adalah Dana Pihak Ketiga (DPK) terdiri dari giro wadiah, tabungan mudharabah, dan deposito mudharabah dan modal disetor. Dengan meregresi model SFA yang dirumuskan sebagai berikut :

    log i= f (log Xi , log Yi) + ei Dimana i adalah total profit untuk waktu ke i, Xi adalah input pada waktu ke i, Yi adalah output pada waktu ke i, ei adalah error. Sedangkan untuk perhitungan efisiensi, peneliti menggunakan pendekatan alternative profit efficiency yang dirumuskan sebagai berikut:

    4.1.1 Uji Asumsi Ordinary Least Square (OLS) Sebelum dilakukan pengujian hipotesis, terlebih dahulu dilakukan pengujian mengenai ada tidaknya pelanggaran terhadap asumsi-asumsi klasik. Hasil pengujian hipotesis yang baik adalah pengujian yang tidak melanggar empat asumsi klasik dengan menggunakan metode ordinary

  • 110

    least square (OLS) yang mendasari model regresi linier (Gujarati;1995), hasil perhitungan ke empat asumsi tersebut adalah sebagai berikut: A. Autokorelasi Untuk mendeteksi terjadinya autokorelasi dalam penelitian ini, digunakan uji DW dengan melihat koefisien korelasi DW test (Cooper;2009).

    Tabel 3. Tingkat Autokorelasi (Durbin Watson)

    DWg Kesimpulan

    < 1,10 1,10 1,54 1,55 2,46 2,47 2,90 > 2,91

    Ada Autokorelasi

    Tidak Ada Kesimpulan Tidak Ada Autokorelasi Tidak Ada Kesimpulan

    Ada Autokorelasi

    Hasil perhitungan uji autokorelasi pada industri perbankan syariah dapat diikhtisarkan nilai Durbin Watson sebesar 1,757 yang berada pada tingkat 1,550 2,460 dapat disimpulkan sesuai dengan tabel 3. bahwa tidak ada autokorelasi pada data ini.

    B. Heteroskedastisitas Untuk menguji apakah data mengalami heteroskedastisitas atau tidak, dilakukan dengan melihat apakah: 1. Terdapat pola tertentu seperti titik-titik, yang ada membentuk

    suatu pola tertentu yang beraturan seperti bergelombang, melebar, menyempit, diartikan bahwa data telah terjadi heteroskedastisitas.

    2. atau tidak ada pola yang jelas serta titik-titik menyebar ke atas dan dibawah 0 (nol) pada sumbu Y, diartikan tidak terjadi heteroskedastisitas.

    Pada gambar 3, titik-titik menyebar ke atas dan di bawah 0 (nol) pada sumbu Y serta tidak tampak adanya suatu pola tertentu pada sebaran data tersebut. Berdasarkan analisis ini disimpulkan bahwa data tidak terdapat heteroskedastisitas.

  • Jurnal Bisnis dan Manajemen, Vol. 7 No.2, Januari 2011

    111

    210-1-2

    Regression Standardized Predicted Value

    3

    2

    1

    0

    -1

    -2

    Regre

    ssion

    Stu

    denti

    zed D

    eleted

    (Pres

    s) Res

    idual

    Dependent Variable: Log_LR

    Scatterplot

    Gambar 3. Hasil Uji Heteroskedastisitas C. Multikolinearitas Cooper (2009) mengemukakan bahwa multikolinearitas dapat di deteksi dengan cara: 1. Nilai deskriminasi yang sangat tinggi dan diakui dengan nilai F

    test yang sangat tinggi, serta tidak atau hanya sedikit nilai t test yang signifikan.

    2. Meregresikan model analisis dan melakukan uji korelasi antar variable dependent dengan menggunakan Variance Inflating Factor (VIF) dan Tolerance Value (TV). Batas VIF adalah 10 dan TV adalah 0,1 jika nilai VIF lebih besar dari 10 dan nilai Tolerance Value lebih kecil dari 0,1 maka terjadi multikolinearitas.

    Hasil perhitungannya terlihat pada Tabel 5. dimana kelima variable dependent tersebut memiliki Variance Inflating Factor (VIF) < 10 dan Tolerance Value (TV) > 0,1 maka dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat gejala multikolinearitas pada data penelitian ini.

    Tabel 4. Ikhtisar Uji Multikolinearitas

    Model Collinearity Statistics

    Tolerance VIF Log_PBI Log_PBL Log_PD Log_DPK Log_MDS

    ,843 ,401 ,249 ,310 ,715

    1,856 4,907 7,301 6,078 5,830

    a. dependent varoables: P_Saham1

  • 112

    D. Normalitas Uji normalitas adalah menguji apakah model regresi, variabel independen, dan variabel dependen memiliki distribusi data normal atau tidak. Uji normalitas dilakukan dengan uji kolmogorov-smirnov satu arah atau analisis grafis. Jika residual berasal dari distribusi normal, maka nilai-nilai sebaran data akan terletak disekitar garis lurus, dalam penelitian ini menggunakan analisis grafis. Gambar 4. memperlihatkan bahwa sebaran data bisa dikatakan tersebar disekeliling garis lurus (tidak terpencar jauh dari garis lurus) sehingga dapat dikatakan bahwa persyaratan normalitas terpenuhi.

    Gambar 4. Hasil Uji Normalitas

    Dari hasil uji keempat analisis Ordinary Least Square (OLS) ini, cukup menyimpulkan bahwa data penelitian ini berdistribusi normal dan dapat dilanjutkan untuk mendapatkan model keuangan melalui analisis regresi berganda dan menguji hipotesis penelitian ini. 4.1.2 Hasil Pengujian Regresi Berganda Dengan memasukkan variabel input dan variabel output yang telah ditentukan ke dalam model regresi, persamaan SFA dapat dituliskan kembali menjadi:

    log LR = 0 + 1 log DPK + 2 log MDS + 3 log PBI + 4 log PBL + 5 log PD + ei

    Dimana:

  • Jurnal Bisnis dan Manajemen, Vol. 7 No.2, Januari 2011

    113

    LR = Bagi-hasil/Rugi Perbankan DPK = Dana Pihak Ketiga yang terdiri atas Giro Wadiah, Tabungan Mudharabah, Deposito Mudharabah MDS = Modal Disetor PBI = Penempatan pada Bank Indonesia PBL = Penempatan pada bank lain PD = Pembiayaan diberikan ei = error

    Hasil perhitungan data yang terdiri dari: Dana Pihak Ketiga, Modal Disetor, Penempatan pada Bank Indonesia, Penempatan pada Bank Lain dan Pembiayaan Diberikan periode 2007-2009 dengan menggunakan program SPSS seperti pada Tabel 5 dan Tabel 6.

    Tabel 5. Rumusan Regresi Berganda & Pengujian Hipotesis

    Coefficientsa

    165,402 ,014 ,101 ,040 -,031 -,28868,707 ,032 ,156 ,015 ,017 ,106

    ,171 ,363 ,612 -1,977 -,7382,407 2,444 ,649 1,730 -1,948 -2,726,022 ,046 ,621 ,049 ,025 ,011

    25,085 -,079 -,421 -,034 -,003 -,504305,720 ,051 ,218 ,027 ,066 -,072

    ,345 ,522 ,652 ,639 ,343,081 ,118 ,342 -,320 -,446,050 ,073 ,226 -,207 -,306,843 ,401 ,249 ,310 ,715

    1,856 4,907 7,301 6,078 5,830

    BStd. Error

    UnstandardizedCoefficients

    BetaStandardized CoefficientstSig.

    Lower BoundUpper Bound

    95% Confidence Intervalfor B

    Zero-orderPartialPart

    Correlations

    ToleranceVIF

    Collinearity Statistics

    (Constant) Log_PBI Log_PBL Log_PD Log_DPK Log_MDS1

    Model

    Dependent Variable: Log_LRa.

    Hasil regresi pada Tabel 5. dapat dituliskan kembali dalam suatu model keuangan, yaitu sebagai berikut: log LR = 165,4024 + 0,1713 log PBI + 0,3631 log PBL + 0,6122 log PD

    1,9771 log DPK 0,7384 log MDS + ei Dalam persamaan regresi di atas, konstanta LR adalah sebesar 165,4024. Hal ini berarti apabila variabel input dan variabel output (dana pihak ketiga, modal disetor, penempatan pada Bank Indonesia, penempatan pada bank lain, pembiayaan diberikan) dianggap konstan (tetap atau dianggap 1) maka perbankan syariah akan mengalami bagi-hasil sebesar Rp. 346736,850 milyar (anti log 165,4024 = 346736,850).

  • 114

    Tabel 6. Korelasi dan Kontribusi antar Variabel

    Model Summary b

    ,789a

    ,623

    ,560

    90,408

    ,623

    9,9145

    30

    ,000

    1,757

    RR SquareAdjusted R Square

    Std. Error of the Estimate

    R SquareChangeF Changedf1df2Sig. F Change

    Change Statistics

    Durbin-Watson

    1Model

    Predictors: (Constant), Log_MDS, Log_PBI,Log_PD, Log_PBL, Log_DPK

    a.

    Dependent Variable: Log_LRb.

    Jika persamaan di atas ditulis kembali dalam persamaan antilog maka akan menjadi:

    LR = 165,402 . PBI0,171 . PBL0,363 . PD0,612 . DPK 1,977 . MDS 0,738

    Dengan memasukkan persamaan antilog di atas ke dalam persamaan di bawah ini (pendekatan alternative profit efficiency) maka dapat dituliskan kembali menjadi:

    Dengan memasukkan data-data ke dalam rumus di atas, didapatkan efisiensi perbankan seperti pada Tabel 7.

    Tabel 7. Efisiensi Perbankan Syariah Nasional Periode 2007-2009

    Periode 2007 2008 2009

    Januari 93,3054 82,3282 87,2043

    Februari 92,8436 80,8523 86,9023

    Maret 94,2018 81,3956 85,3428

    April 94,7253 81,7495 90,2311

    Mei 95,5396 82,6382 90,8664

  • Jurnal Bisnis dan Manajemen, Vol. 7 No.2, Januari 2011

    115

    Periode 2007 2008 2009

    Juni 93,7935 80,8942 91,1869

    Juli 92,5392 80,2146 90,9824

    Agustus 90,4283 79,6928 91,7243

    September 89,8355 79,1734 92,0462

    Oktober 92,8454 82,4728 92,5881

    Nopember 93,5683 82,8946 92,7937

    Desember 95,2341 84,4854 93,2016

    Rata2 93,2383 81,5660 90,4225

    Sumber: data diolah kembali Telihat bahwa secara umum rata-rata efisiensi perbankan syariah mengalami fluktuasi tiap tahunnya, hal ini dikarenakan adanya krisis ekonomi di Amerika dan Eropa yang sedikit banyak mempengaruhi perekonomian dunia juga Indonesia karena 90% lalu lintas pembayaran di dunia menggunakan Dollar Amerika (USD) dan Euro Eropa (EUR) . rata-rata efisiensi perbankan syariah nasional pada tahun 2007 sebesar 93,238% namun turun 13% di tahun 2008 dengan rata-rata sebesar 81,566% karena pengaruh krisis dunia, dan selanjutnya di tahun 2009 mengalami kenaikan efisiensi kembali sebesar 11% di tahun 2009 dengan rata-rata sebesar 90,423%. Namun sesungguhnya dengan efisiensi rata-rata di atas 80% tersebut dapat disimpulkan Perbankan Syariah dalam menjalankan operasionalnya sudah sangat efisien sesuai dengan ukuran yang ditetapkan oleh Bank Indonesia yaitu 80%. 4.1.3 Pengujian Variabel

    A. Uji Koefisien Determinasi (R2)

    Pada Tabel 6 menunjukkan besarnya koefisien determinasi (Adjusted R2) adalah 0,560 yang menunjukkan variabel bebas secara bersama-sama mempengaruhi variabel tidak bebas sebesar 56% sisanya sebesar 44% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak dimasukkan dalam model penelitian. Artinya variabel input dan output yang dimasukkan (Dana Pihak Ketiga, Modal Disetor, Penempatan pada BI, Penempatan pada Bank Lain, dan Pembiayaan yang Diberikan) secara bersama-sama mempengaruhi bagi-hasil perbankan syariah sebesar 56% dan sisanya sebesar 44% dipengaruhi variabel lain yang tidak dimasukkan dalam model persamaan regresi diatas.

  • 116

    B. Uji Keseluruhan (Uji F) Hasil uji F diperoleh Fhitung sebesar 9,914 lebih besar dari Ftabel 2,69 dengan N1 (k-1) = 4 dan N2 (n-k) = 31. Karena Fhitung lebih besar dari Ftabel maka H0 ditolak dan H1 diterima, atau dapat diartikan bahwa secara bersama-sama variabel input dan output (Dana Pihak Ketiga, Modal Disetor, Penempatan pada BI, Penempatan pada Bank Lain, dan Pembiayaan Diberikan) berpengaruh terhadap efisiensi perbankan syariah di Indonesia. Hal ini juga diperkuat oleh nilai probabilitas (sig.) sebesar 0,00 yang lebih kecil dari tingkat signifikansinya () sebesar 5%. Uji Parsial (Uji t) Pada Tabel 8. terlihat bahwa secara parsial (individu) terdapat 3 variabel yang signifikan terhadap efisiensi perbankan syariah yaitu Pembiayaan yang Diberikan, Dana Pihak Ketiga dan Modal Disetor, serta 2 variabel yang tidak signifikan yaitu Penempatan pada Bank Indonesia dan Penempatan pada Bank Lain, dengan rincian sebagai berikut:

    Tabel 8. Hasil Pengujian Hipotesis (Uji t dan Uji F)

    Model Koef. Reg t_hitung t_tabel Sig. Kriteria #1 Kriteria #2 Kesimpulan

    Constant 165,402 2,407 1,697 0,022Log_PBI 0,171 1,444 1,697 0,460 t_hitung < t_tabel Sig. > 5% Ho DiterimaLog_PBL 0,363 0,649 1,697 0,521 t_hitung < t_tabel Sig. > 5% Ho DiterimaLog_PD 0,612 1,730 1,697 0,020 t_hitung > t_tabel Sig. < 5% H1 Diterima*Log_DPK -1,977 -1,948 -1,697 0,025 t_hitung > t_tabel Sig. < 5% H1 Diterima*Log_MDS -0,738 -2,726 -1,697 0,011 t_hitung > t_tabel Sig. < 5% H1 Diterima*

    Sumber: data diolah kembali

    1. Penempatan pada Bank Indonesia; terlihat bahwa nilai thitung lebih

    kecil dari ttabel (1,444 < 1,697) disimpulkan bahwa secara statistik Penempatan Dana pada Bank Indonesia tidak signifikan berpengaruh terhadap efisiensi perbankan syariah. Hal ini mungkin disebabkan karena bunga SBI yang selama ini selalu konstan dilevel 6,25, sehingga bank menjadi kurang tertarik lagi dan lebih mengoptimalkan pengucuran dananya dalam bentuk pembiayaan yang lebih memberikan bagi-hasil yang lebih besar dan tentu saja masih dalam rambu-rambu yang berprinsip kehati-hatian.

    2. Penempatan pada Bank Lain; jika dilihat dari perbandingan nilai

    thitung terhadap ttabel didapati bahwa nilai thitung lebih kecil dari ttabel (0,649 < 1,697), disimpulkan bahwa penempatan dana pada

  • Jurnal Bisnis dan Manajemen, Vol. 7 No.2, Januari 2011

    117

    bank lain tidak berpengaruh secara signifikan terhadap efisiensi perbankan syariah di Indonesia. Hal ini mungkin disebabkan karena dana yang ditempatkan pada bank lain tersebut tidak produktif, tidak diinvestasikan pada jangka waktu pendek atau menengah, atau disebabkan sedikitnya jumlah dana yang ditempatkan pada bank lain sehingga bagi hasil yang didapat tidak berpengaruh signifikan terhadap bagi-hasil bank syariah.

    3. Pembiayaan yang Diberikan; jika dilihat dari sisi statistik, bahwa

    variabel ini berpengaruh secara signifikan terhadap efisiensi pada perbankan syariah di Indonesia. Hal ini dapat dilihat dari nilai thitung terhadap ttabel, dimana nilai thitung lebih besar dari ttabel (1,730 > 1,697). Variabel ini berpengaruh positif terhadap bagi-hasil sebesar 0,612 artinya apabila pembiayaan yang diberikan bertambah 1% maka bagi-hasil perbankan syariah juga bertambah sebesar 0,612% dan sebaliknya apabila pembiayaan yang diberikan turun sebesar 1% maka bagi-hasil perbankan syariah juga akan turun sebesar 0,612%. Penyebab dari adanya pengaruh yang signifikan terhadap bagi-hasil perbankan syariah di Indonesia karena Perbankan syariah berhasil dalam melakukan pembiayaan yang tepat dan berprinsip kehati-hatian kepada debiturnya, sehingga memberikan bagi-hasil yang besar bagi bank.

    4. Dana Pihak Ketiga; dilihat dari nilai thitung terhadap ttabel dimana

    nilai thitung lebih besar dari ttabel (-1,948 > -1,697) disimpulkan bahwa variabel ini secara statistik berpengaruh signifikan terhadap efisiensi perbankan syariah. Hal ini kemungkinan disebabkan karena hampir semua dana pihak ketiga yang dapat disalurkan kepada debitur dalam bentuk Pembiayaan dan dikarenakan tepat sasaran memberikan tingkat pengembalian yang lancar yang berdampak pada besarnya bagi-hasil yang menguntungkan kedua belah pihak umumnya, dan bagi perbankan syariah khususnya sehingga secara signifikan mempengaruhi bagi-hasil perbankan syariah.

    5. Modal Disetor; dilihat dari nilai thitung terhadap ttabel dimana nilai

    thitung lebih besar dari ttabel (-2,726 > -1,697) disimpulkan bahwa variabel modal disetor secara statistik berpengaruh signifikan terhadap efisiensi perbankan syariah. Variabel ini berpengaruh negatif terhadap bagi-hasil perbankan syariah di Indonesia sebesar 0,738. Artinya apabila modal disetor bertambah 1%, maka bagi-hasil perbankan syariah akan turun sebesar0,738% dan sebaliknya apabila modal disetor berkurang 1% maka bagi-hasil perbankan syariah akan bertambah sebesar 0,738%.

  • 118

    4.2 Pembahasan Penelitian Berdasarkan Tabel 9 diketahui bahwa dengan metode pendekatan SFA dan alternative profit efficiency, secara umum Perbankan Syariah selama tahun 2007-2009 telah mengalami efisiensi rata-rata sebesar 88,41%. Hal ini sesuai dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Astiyah (2006) yang menyebutkan bahwa secara rata-rata efisiensi untuk tahun 2001-2004 adalah sebesar 91,4% dan 92,4% juga penelitian Suswadi (2007) untuk rentang 2003-2006 dengan efisiensi sebesar 90,12%, 94,45%, 94,62%, dan 98,29%. Pada tahun 2007 hingga 2009 rata-rata efisiensi pertahunnya sebesar 93,24%, 81,57% dan 90,42%, terlihat adanya penurunan efisiensi di tahun 2008 dikarenakan adanya krisis ekonomi di dunia yang melanda amerika dan eropa yang secara tidak langsung juga ikut mempengaruhi perekonomian di dalam negeri, namun hal tersebut tidak lama, karena ditahun 2009 perekonomian Indonesia sudah pulih kembali terlihat dengan meningkatnya efisensi di tahun tersebut sebesar 90,42%. Perbedaan antara penelitian yang dilakukan oleh Astiyah, Suswadi dan peneliti lainnya adalah variabel input dan output yang digunakan serta penekanan pada fungsi intermediasi perbankan. Dalam penelitian Astiyah (2006) lebih menekankan efisiensi setiap bank dan penekanan fungsi intermediasi, Suswadi (2007) lebih menekankan pada efisiensi yang diteliti lebih bersifat umum pada perbankan syariah (keseluruhan perbankan syariah yang beroperasi di Indonesia tetapi tidak termasuk BPRS) dan pada penelitian ini menekankan pada efisiensi funding dan lending yag menyangkut pada inflow dan outflow dari suatu operasionalisasi perbankan syariah.

    Tabel 9. Rata-rata Efisiensi yang terjadi pada Perbankan Syariah

    Nasional Periode 2007-2009

    2007 2008 2009 Rata2

    93,2383 81,5660 90,4225 88,4089

    Terlihat pada Tabel 10. Pertumbuhan efisiensi pada tahun 2008 terjadi perlambatan dengan rata-rata 12,51% terhadap tahun 2007, dimana perlambatan tertinggi terjadi pada bulan Juni sebesar 13,75% dan perlambatan terendah pada bulan Oktober sebesar 11,17%. Pada tahun 2009 terjadi perbaikan efisiensi setelah dihantam krisis ekonomi dunia dengan kenaikan rata-rata sebesar 10,88% dengan kenaikan tingkat efisiensi tertinggi januari 5,92%. Hal ini menunjukkan perekonomian kita secara umumnya sudah pulih dari gangguan krisis dunia dan lebih

  • Jurnal Bisnis dan Manajemen, Vol. 7 No.2, Januari 2011

    119

    spesifik lagi bahwa efisiensi Perbankan Syariah Nasional sudah baik terlihat dari rata-rata efisiensi operasional diatas 80%.

    Tabel 11. Pertumbuhan Efisiensi yang terjadi pada Perbankan

    Syariah Nasional Periode 2007-2009

    P e r io d e 2 0 0 8 2 0 0 9 R a t a 2

    J a n u a ri - 1 1 ,7 6 % 5 ,9 2 % - 2 ,9 2 %F e b ru a r i - 1 2 ,9 2 % 7 ,4 8 % - 2 ,7 2 %M a r e t - 1 3 ,5 9 % 4 ,8 5 % - 4 ,3 7 %A p r il - 1 3 ,7 0 % 1 0 ,3 8 % - 1 ,6 6 %M e i - 1 3 ,5 0 % 9 ,9 6 % - 1 ,7 7 %J u n i - 1 3 ,7 5 % 1 2 ,7 2 % - 0 ,5 1 %J u li - 1 3 ,3 2 % 1 3 ,4 2 % 0 ,0 5 %A g u s tu s - 1 1 ,8 7 % 1 5 ,1 0 % 1 ,6 1 %S e p te m b e r - 1 1 ,8 7 % 1 6 ,2 6 % 2 ,2 0 %O k to b e r - 1 1 ,1 7 % 1 2 ,2 7 % 0 ,5 5 %N o p e m b e r - 1 1 ,4 1 % 1 1 ,9 4 % 0 ,2 7 %D e s e m b e r - 1 1 ,2 9 % 1 0 ,3 2 % - 0 ,4 8 %R a t a 2 - 1 2 ,5 1 % 1 0 ,8 8 % - 0 ,8 1 % Sumber: data diolah kembali V. KESIMPULAN DAN SARAN

    5.1 Kesimpulan Berdasarkan analisa efisiensi perbankan syariah di Indonesia khususnya Bank Umum Syariah (BUS) dan Unit Usaha Syariah (UUS) dengan metode pendekatan SFA periode bulan Januari 2007 sampai dengan Desember 2009 dengan menggunakan variabel input dan otput secara berurutan adalah dana pihak ketiga (DPK), modal disetor (MDS), penempatan pada Bank Indonesia (PBI), penempatan pada bank lain (PBL), dan pembiayaan yang diberikan (PD) dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Selama periode Januari 2007 sampai dengan Desember 2009

    Perbankan Syariah di Indonesia telah mengalami efisiensi yang berfluktuatif dikarenakan adanya krisis ekonomi dunia di awal tahun 2008. Total rata-rata efisiensi sebesar 88,41% tiap tahunnya. Dengan efisiensi rata-rata tahun 2007, 2008 dan 2009 sebesar 93,24%, 81,57% dan 90,42%.

    2. Hipotesis secara simultan menyatakan bahwa semua variabel input

    dan output berpengaruh secara signifikan terhadap efisiensi perbankan syariah. Artinya variabel yang digunakan pada penelitian ini berpengaruh terhadap bagi-hasil pada perbankan syariah di

  • 120

    Indonesia. Besarnya pengaruh variabel yang digunakan terhadap bagi-hasil perbankan syariah adalah sebesar 56%.

    3. Berdasarkan hasil uji parsial dapat diketahui bahwa variabel-variabel

    yang digunakan ada yang tidak berpengaruh terhadap efisiensi perbankan syariah. Variabel tersebut antara lain Penempatan pada Bank Indonesia dan Penempatan pada Bank Lain, sedangkan variabel yang berpengaruh terhadap efisiensi pada perbankan syariah antara lain Modal Disetor, Dana Pihak Ketiga dan Pembiayaan yang Diberikan.

    4. Meskipun Modal Disetor, Dana Pihak Ketiga dan Pembiayaan yang

    Diberikan dalam penelitian ini berpengaruh terhadap efisiensi perbankan syariah, namun variabel Modal Disetor dan DPK berpengaruh negatif pada perbankan syariah di Indonesia. Sedangkan Penempatan pada Bank Indonesia dan Pembiayaan yang Diberikan sama-sama berpengaruh positif terhadap efisiensi pada perbankan syariah di Indonesia.

    5. Secara umum efisiensi perbankan syariah di Indonesia selama periode

    yang diteliti mengalami peningkatan kualitas, kecuali tahun 2008. 5.2. Saran Dari kesimpulan di atas ada beberapa saran yang penulis ingin sampaikan, diantaranya: 1. Dana Pihak Ketiga dan Modal Disetor hendaknya dapat dikendalikan,

    karena kedua variabel ini dalam operasional perbankan syariah selama ini memiliki hubungan yang negatif terhadap efisiensi perbankan syariah. Hal ini dapat disebabkan oleh banyaknya dana pihak ketiga dan modal yang masuk tetapi tidak diimbangi dengan penyaluran pembiayaan kepada debitur, sehingga bagi-hasil yang diterima perbankan tidak seimbang dengan biaya bagi-hasil yang harus diberikan kepada debitur yang akhirnya dapat mengurangi bagi-hasil yang akan diperoleh oleh perbankan syariah.

    2. Penempatan pada Bank Indonesia dan Penempatan pada Bank Lain

    seharusnya dikurangi karena tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap penerimaan bagi-hasil, atau penempatan dana ke bank lain harus melihat bank mana yang mampu memberikan potensi bagi-hasil yang paling optimal.

  • Jurnal Bisnis dan Manajemen, Vol. 7 No.2, Januari 2011

    121

    3. Untuk mendapatkan efisiensi yang optimal, perbankan syariah di Indonesia seharusnya lebih meningkatkan pembiayaan kepada debitur yang berpengaruh besar terhadap bagi-hasil yang diperoleh perbankan syariah selama ini namun tetap berprinsip prudent.

    DAFTAR PUSTAKA

    Astiyah, Siti, and Jardine A. Husman, (2006), Fungsi Intermediasi Dalam Efisiensi Perbankan di Indonesia: Deviasi Fungsi Profit, Buletin Ekonomi Moneter dan Perbankan, Volume 8, No. 4, Hal 529-543,Bank Indonesia, Jakarta

    Atmawardhana, Angga., (2006), Analisis Efisiensi Bank Umum Syariah dan Bank Konvensional yang Memiliki Unit Usaha Syariah di Indonesia, setelah pemberlakuan Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 tentang Perbankan (Pendekatan Data Envelopment Analysis), Fakultas Ekonomi, Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta

    Bader, M. K., Shamsher, M. and Taufiq, (2007). Cost, Revenue, and Profit Efficiency of Conventional versus Islamic Banks: Evidence from the Middle East. Paper Accepted for Presentation in the IIUM International Conference on Islamic Banking and Finance, April 23-25 in Kuala Lumpur, Malaysia

    Bank Indonesia, (2001), Cetak Biru Pengembangan Perbankan Syariah Indonesia, Bank Indonesia, Jakarta

    Bank Indonesia, (2009), Laporan Perkembangan Perbankan Syariah Tahun 2009, Bank Indonesia, Jakarta

    Biro Perbankan Syariah Bank Indonesia, (2009), Statistik Perbankan Syariah; Januari 2007-Desember 2009, Bank Indonesia, Jakarta

    Cooper, Donald R. and Pamela S. Schindler, (2009), Business Research Methods. 10th Ed. HD 30.4 E47. Tata McGraw-Hill Publising company Ltd., New Delhi

    Habib, Michel A. and Alexander P. Ljungqvist., (2000), Firm Value and Managerial Incentives: A Stochastic Frontier Approach, www.finance.ox.ac.uk

    Hatifuddin, (2004), Pengaruh kebijakan Bank Indonesia Terhadap Perkembangan Syariah di Indonesia, Universitas Islam Indonesia. Yogyakarta

    Iswardono S, Permono and Darmawan, (2000), Analisis Efisiensi Industri perbankan di Indonesia (studi kasus Bank-Bank Devisa di Indonesia Tahun 1991-1996), Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia, Universitas Gajah Mada, Yogyakarta

  • 122

    Maghfirah, Ester Dwi, (2005), Prospek Perbankan Syariah Pasca Fatwa MUI, Jakarta

    Muhammad, (2004), Manajemen Dana Bank Syariah, Ekonisia, Yogyakarta

    Nachrowi, D. Nacrowi and Hardius Usman, (2006), Pendekatan Populer dan Praktis EKONOMETRIKA Untuk Analisis Ekonomi dan Keuangan, Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta

    Piesse, Jennifer dan Colin Thirtle (2000), A Stochastic Frontier Approach to Firm Level Efficiency, Technological Change and Productivity During the Early Transition in Hungary, Journal of Comparative Economics

    Sekaran, Uma, (2003), Research Method for Business, Wiley and Son, New York

    Sudarsono, Heri, (2003), Bank dan Lembaga Keuangan Syariah; Deskripsi dan Ilustrasi, Ekonesia, Yogyakarta

    Sunendar, Anen, (2005), Analisa Kesehatan Finansial pada PT. Bank Muamalat Indonesia Periode Tahun 1998-2003, Fakultas Ekonomi, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Yogyakarta

    Susilo, Sri., at all, (2000),Bank & Lembaga Keuangan Lain, Salemba Empat, Jakarta

    Suswadi, (2007), Analisis Efisiensi Perbankan Syariah di Indonesia (Metode Stochastic Frontier Approach), UMM, Malang

    Yudistira, D., (2003), Efficiency in Islamic Banking: An empirical analysis of 18 Banks. Unpublished paper, Leicestershire: Department of Economics, Loughborough University, UK

  • PENGARUH KINERJA KEUANGAN TERHADAP HARGA SAHAM (STUDI PADA SUB SEKTOR PERBANKAN DI BURSA EFEK INDONESIA)

    Sendi Gusnandar Arnan7, Shinta Dewi Herawati8

    ABSTRAK

    Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis kinerja keuangan perbankan yang diukur dengan metode CAMEL yang diproksikan dengan Capital Adequacy Ratio (CAR), Return on Risked Assets (RORA), Net Profit Margin (NPM), Return On Assets (ROA), Operating Expense to Operating Income (OEOI) dan Loan to Deposits Ratio (LDR) serta pengaruhnya terhadap harga saham sub sektor perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Dengan menggunakan metode desktiptif untuk 23 perusahaan perbankan sebagai sampel dan menganalisis item-item dari laporan keuangan per bulannya selama rentang waktu 32 bulan (periode 2007 sampai dengan 2009) didapatkan hasil penelitian dimana secara parsial CAR, RORA dan LDR berpengaruh secara signifikan terhadap perubahan harga saham perbankan dan s