paj VOLUME 3 NOMOR 1 JANUARI-MARET 2021

10

Transcript of paj VOLUME 3 NOMOR 1 JANUARI-MARET 2021

Page 1: paj VOLUME 3 NOMOR 1 JANUARI-MARET 2021

43

PUBLIC ADMINISTRATION JOURNAL OF RESEARCH Volume 3 (1), Januari-Maret 2021

PERAN PEMBIMBING KEMASYARAKATAN DALAM UPAYA MEMBERIKAN

HUKUMAN DI LUAR PENJARA PADA ANAK YANG BERKONFLIK DENGAN

HUKUM

Wahyu Saefudin1, Husni Mubarok

2, Mujib

3, Sriwiyanti

4

VOLUME 3 NOMOR 1 JANUARI-MARET 2021

ABSTRAK

Pemberian rekomendasi pidana di luar penjara pada Anak Berkonflik dengan

Hukum menjadi sebuah tugas yang harus dijalankan oleh Pembimbing Kemasyarakatan.

Peradilan Anak, dimana pemenjaraan menjadi alternatif paling akhir. Pembimbing

kemasyarakatan bertugas melaksanakan penelitian kemasyarakatan memegang peranan

kunci melalui rekomendasi hukuman yang terdapat dalam dokumen penelitian

kemasyarakatan. Rekomendasi tersebut dalam UU SPPA menjadi bahan pertimbangan

hakim dalam pemberian putusan. Bahkan apabila hakim tidak menjadikan rekomendasi

hukuman yang dibuat pembimbing kemasyarakatan, maka putusan batal demi hukum.

Pertanyaan dalam penelitian ini adalah sedalam apa peran pembimbing kemasyarakatan

berkaitan dengan pemberian hukuman di luar penjara pada ABH. Penelitian ini

menggunakan metode systematic reviews dengan memanfaatkan berbagai sumber dari

peraturan perundangan, jurnal, buku serta sumber lain yang relevan. Berdasarkan data yang

diunduh dari sistem database pemasyarakatan, keberhasilan proses diversi dan pemberian

hukuman di luar penjara dalam proses peradilan anak cukup tinggi. Sebagai buktinya kita

bisa melihat tidak adanya overcrowded pada Lembaga Pembinaan Khusus Anak. Oleh

karena itu, kita perlu melihat bagaimana efektivitas rekomendasi yang diberikan oleh

pembimbing kemasyarakatan untuk menghindarkan anak menjalani hukuman di luar

penjara

Kаtа Kunci: Anak Berkonflik dengan Hukum; Hukuman di luar Penjara; Pembimbing

Kemasyarakatan

ABSTRACT

Providing punishment recommendations outside of prison to children in conflict with the

law is an obligation that must be carried out by the probation officer. This statement is in

System, where imprisonment is the last alternative. The Probation officer in charge of

carrying out community research plays a key role through the recommendation of

punishment contained in the social research document. This recommendation in the SPPA

Law becomes the material for consideration of judges in issuing decisions. Even if the

judge does not make the recommendation for the sentence made by the probation officer,

the verdict is null and void. The question in this research is how deep is the role of the

probation officer with regard to imprisonment for young offenders. This research uses

systematic reviews method by utilizing various sources from laws and regulations,

journals, books and other relevant sources. Based on data downloaded from the

correctional database system, the success of the diversion process and the provision of

sentences outside of prison in juvenile justice processes is quite high. As proof, we can see

that there is no overcrowded development in the Special Development Institution for

Children. Therefore, we need to see how effective the recommendations given by probation

officer are to prevent children from serving sentences outside of prison.

Kеywords: Children in Conflict with The Law; Probation Officer; Sentence Outside of

Prison

http://paj.upnjatim.ac.id/index.php/paj

DOI:

https://doi.org/10.33005/paj.v3i1.79

Submitted : 28-02-2021

Revised : 08-03-2021

Accepted : 12-03-2021

AFFILIATION:

1ASN Kementrian Hukum dan Ham

2Balai Pemasyarakatan Kelas II

Pontianak

3Politeknik Negeri Pontianak

Kalimantan Barat

4Universiti Sultan Zainal Abidin

Malaysia

Co-Responding E-mail:

[email protected]

e-ISSN 2685-9866

Diterbitkan oleh:

Universitas Pembangunan

Nasional “Veteran” Jawa Timur

berkolaborasi dengan

Indonesia Association of Public

Administration Jawa Timur

Pernyataan tersebut sesuai Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem

accordance with The Amendment Number 11 of 2012 concerning the Juvenile Justice

Page 2: paj VOLUME 3 NOMOR 1 JANUARI-MARET 2021

44

Peran Pembimbing Kemasyarakatan Dalam Upaya Memberikan…

Saifudin W, Mubarok H, Mujib, & Sriwijayanti

I. PENDAHULUAN

Pidana penjara menjadi alternatif paling akhir dalam amanat UU Nomor 11 Tahun

2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak. Menurut Napitupulu et al., (2019) perubahan

paradigma pemenjaraan menjadi pemasyarakatan berubah setelah terbentuknya UU 12/1995

tentang Pemasyarakatan.Berkaitan dengan perubahan ini, maka hukuman tidak lagi dianggap

sebagai upaya balas dendam negara terhadap perilaku tindak pidana. Melainkan upaya untuk

kembali memasyarakatkan narapidana. Upaya ini kemudian diperkuat dengan dibentuknya

Peraturan Menteri Hukum dan HAM 31/1999 tentang Pembinaan dan Pembimbingan Warga

Binaan Pemasyarakatan, UU 3/1997 Tentang Pengadilan Anak, dan UU 11/2012 Tentang

SPPA.

Dalam UU SPPA, disebutkan berbagai pihak yang mempunyai peran dalam upaya

menghindarkan anak dari hukuman penjara, mulai dari polisi, jaksa, hakim, dan pembimbing

kemasyarakatatan. Melihat dari tugas pokok dan fungsinya berangkat dari langkah pra-

adjudikasi, adjudikasi, dan pasca-adjudikasi, keberadaan pembimbing kemasyarakatan dalam

acara peradilan anak sangat penting berkaitan dengan tujuan menghadirkan rasa adil melalui

sebuah proses musyawarah yang disebut diversi (Susanti, 2020).

Pengalihan penyelesaian perkara ABH dari proses peradilan pidana ke proses di luar

pengadilan pidana merupakan definisi diversi berdasarkan UU SPPA. Sedangkan tujuan

diversi yakni menghindarkan anak dari efek negatif yang biasanya didapatkan dari tahapan

peradilan umum (Marjoko, 2014). Efek tersebut baik dalam proses pidananya maupun stigma

yang akan disebabkan setelahnya.

Pembimbing kemasyarakatan yang merupakan aparat penegak hukum, saat ini sudah

masuk dalam rumpun jabatan fungsional tertentu setelah disahkannya Permenpan RB 22/2016

Tentang Jabatan Fungsional Pembimbing Kemasyarakatan. Menurut Permen PAN-RB

tersebut pembimbing kemasyarakatan adalah pegawai yang mempunyai tugas dan tanggung

jawab, serta wewenang dan hak untuk bekerja dalam bidang bimbingan kemasyarakatan.

Bimbingan kemasyarakatan yang dilakukan oleh pembimbingan kemasyarakatan

meliputi penelitian kemasyarakatan, pengawasan, pembimbingan, pendampingan dan sidang

tim pengamat pemasyarakatan. Tugas dan wewenang ini memungkinkan PK memiliki peran

yang vital dalam penanganan ABH (Saefudin, 2020).

Litmas (penelitian kemasyarakatan) yang dilaksanakan oleh pembimbing

kemasyarakatan merupakan dokumen hukum, sebagai dasar pertimbangan bagi hakim dalam

memberikan putusan pidana. Selain itu, peran pembimbing kemasyarakatan sebagai

Page 3: paj VOLUME 3 NOMOR 1 JANUARI-MARET 2021

45

PUBLIC ADMINISTRATION JOURNAL OF RESEARCH Volume 3 (1), Januari-Maret 2021

pendamping yang dilakukan dalam setiap tahapan, meliputi tahapan pra-adjudikasi saat

dilakukan pemeriksaan, pendampingan saat pelimpahan perkara di kejaksaan, dan

persidangan juga sangat penting dalam upaya menghindarkan anak dari penjara.

Dengan mencermati pembahasan di atas, penulis ingin melihat bagaimana peran

pembimbing kemasyarakatan dalam upaya memberikan hukuman di luar penjara pada anak

yang berkonflik dengan hukum sesuai dengan amanat UU SPPA.

II. TINJAUAN PUSTAKA

1. Peran

Posisi aparatur di organisasi menjadikannya memiliki tugas serta fungsi yang cukup

sentral. Aparatur tersebut memiliki peran dalam upaya mewujudkan tujuan organisasi agar

tercapai. Peran menggambarkan dimensi yang berkaitan dengan pelaksanaan hak dan

kewajiban secara seimbang selaras dengan, sehingga dapat dikatakan menjalankan sebuah

peranan (Soekanto dalam Lantaeda et al., 2017). Aparatur dalam sebuah organisasi

mempunyai kekhasan dalam melaksanakan tugas. Peran aparatur dalam institusi juga sangat

erat kaitannya dengan kinerjanya. Aparatur dapat berperan aktif dalam institusi salah satunya

disebabkan adanya dorongan dari dalam dirinya yang muncul karena keyakinan yang

dipunyai. Dorongan yang muncul karena keyakinan spiritual disebut juga sebagai motivasi

spiritual (Mujib et al., 2016). Selanjutnya Soekanto (Imanuel, 2015) menyebut peran juga

dengan peranan yang mempunyai beberapa cakupan diantaranya berkaitan dengan nilai-nilai

yang berkembang dalam masyarakat di sebuah wilayah, persepsi tentang berbagai hal yang

boleh atau tidak boleh diperbuat oleh perseorangan dalam kelompok, serta cerminan tingkah

laku seseorang yang relevan untuk konstruksi sosial kelompok.

2. Pembimbing Kemasyarakatan

Pembimbing kemasyarakatan adalah sebuah jabatan yang melaksanakan tugas dan

fungsi tertentu di bidang bimbingan kemasyarakatan. Oleh karena itu, di berbagai peraturan

perundang-undangan menyebutkan bahwa pembimbing kemasyarakatan merupakan jabatan

fungsional. Dalam UU No. 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara terdapat tiga jenis

jabatan ASN, yaitu:

a. Jabatan Administrasi;

b. Jabatan Fungsional; dan

c. Jabatan Pimpinan Tinggi.

Page 4: paj VOLUME 3 NOMOR 1 JANUARI-MARET 2021

46

Peran Pembimbing Kemasyarakatan Dalam Upaya Memberikan…

Saifudin W, Mubarok H, Mujib, & Sriwijayanti

Pengertian jabatan fungsional dalam UU ASN merupakan sekelompok jabatan yang

berisi fungsi dan tugas berkaitan dengan pelayanan fungsional yang berdasarkan pada

keahlian keterampilan tertentu. Pengertian mengenai pembimbing kemasyarakatan diatur

dalam UU 12/1995, UU 11/2012, Permenpan RB 22/2016 serta Permenkumham 41/2017.

Dalam berbagai peraturan ini menyebutkan bahwa pembimbing kemasyarakatan adalah

pejabat fungsional penegak hukum yang melaksanakan penelitian kemasyarakatan,

pembimbingan, pengawasan, dan pendampingan terhadap anak di dalam dan di luar proses

peradilan pidana.

3. Tugas dan Fungsi Pembimbing Kemasyarakatan

Dalam Pasal 65 UU 11/2012 Tentang SPPA disebutkan tugas dan pembimbing

kemasyarakatan yang meliputi:

1. Membuat laporan Litmas untuk diversi, melakukan pendampingan, pembimbingan,

dan pengawasan terhadap Anak selama proses diversi dan pelaksanaan kesepakatan,

termasuk melaporkannya kepada pengadilan apabila diversi tidak dilaksanakan;

2. Membuat Litmas untuk kepentingan penyidikan, penuntutan, dan persidangan dalam

perkara anak, baik di dalam maupun di luar sidang, termasuk di dalam LPAS dan

LPKA;

3. Menentukan program perawatan Anak dan pembinaan Anak bersama dengan petugas

lainnya;

4. Melakukan pendampingan, pembimbingan, dan pengawasan terhadap Anak yang

berdasarkan putusan pengadilan dijatuhi pidana atau dikenai tindakan; dan

5. Melakukan pendampingan, pembimbingan, dan pengawasan terhadap Anak yang

memperoleh asimilasi, pembebasan bersyarat, cuti menjelang bebas, dan cuti

bersyarat;

6. Melakukan registrasi klien pemasyarakatan; dan

7. Mengikuti sidang anak di Pengadilan Negeri dan Sidang Tim Pengamat

Pemasyarakatan (TPP).

4. Hukuman di Luar Penjara

Menurut Napitupulu et al., (2019) hukuman non penjara adalah salah satu upaya yang

bisa dilaksanakan di Indonesia dengan tujuan mengurangi kelebihan kapasitas yang terjadi di

Lapas dan Rutan di Indonesia. Adapun yang dipahami sebagai hukuman non penjara adalah

semua bentuk sanksi, baik berupa hukuman maupun tindakan yang dilakukan di dalam proses

peradilan pidana, yang mewajibkan pelaku untuk melaksanakan sanksi dengan tidak

melibatkan pemenjaraan. Bentuk hukuman non penjara sebagaimana dimaksud meliputi

Page 5: paj VOLUME 3 NOMOR 1 JANUARI-MARET 2021

47

PUBLIC ADMINISTRATION JOURNAL OF RESEARCH Volume 3 (1), Januari-Maret 2021

percobaan; pelayanan masyarakat; pengawasan dengan alat elektronik; denda; perintah untuk

tidak berada di tempat tertentu; dan penundaan penjatuhan putusan pengadilan. Sementara itu,

dalam SPPA bentuk hukuman non penjara dapat dilihat dari Pasal 71 yang meliputi pidana

peringatan; pidana dengan syarat: pelayanan masyarakat; pidana pengawasan; latihan kerja

dan pidana pembinaan di luar lembaga. Termasuk dalam hal ini adalah mekanisme

penyelesaian melalui proses diversi yang menghindarkan anak dari hukuman badan.

III. METODOLOGI

Pemilihan metode Systematic Reviews dalam penelitian ini dengan pertimbangan

bahwa penulis tidak melaksanakan pengambilan data lapangan secara langsung, akan tetapi

hanya melakukan kajian literatur, selain itu dengan pendekatan Systematic Reviews

menghindarkan penulis terjebak pada pemahaman yang subektif berkaitan dengan kajian yang

sedang dilaksanakan. Adapun metode Systematic Reviews yang digunakan dalam penelitian

ini adalah PRISMA dengan lima tahapan, yakni yakni 1) Menentukan parameter kelaikan, 2)

menentukan asal data, 3) penentuan daftar bacaan, 4) penghimpunan informasi, 5) pemilihan

pokok informasi (Moher dalam Faedlulloh et al., 2020).

Research ini berlangsung dari bulan awal januari sampai dengan pertengaan bulan

februari di Kota Pontianak. Pengumpulan research article dilakukan dengan memanfaatkan

berbagai kanal yang ada dan tersedia secara gratis diantaranya Directory of Open Access

Journals, Google Scholar dan Perpustakaan Nasional dengan kata kunci Peran, Pembimbing

Kemasyarakatan, Hukuman diluar Penjara, Peradilan Pidana Anak.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Sesuai dengan yang tertulis di Undang-Undang Dasar 1945 pasal 1 ayat 3 bahwa

negara Indonesia adalah negara hukum. Hal tersebut menunjukkan bahwa dalam

menyelenggarakan negaranya, Indonesia menjunjung tinggi penegakkan hukum, termasuk

dalam penyelesaian perkara pidana. Dalam prakteknya, Indonesia membagi proses peradilan

pidana berdasarkan usia menjadi dua, yaitu peradilan pidana Anak dan peradilan pidana

dewasa.

Proses peradilan pidana anak diatur dalam UU 11/2012 tentang Sistem Peradilan

Pidana Anak. Dalam Pasal 71, undang-undang tersebut menekankan pentingnya mekanisme

penyelesaian masalah anak agar terhindar dari hukuman penjara melalui proses diversi

maupun hukuman lainnya seperti pidana peringatan; pidana dengan syarat; pelatihan kerja;

dan pembinaan dalam lembaga.

Page 6: paj VOLUME 3 NOMOR 1 JANUARI-MARET 2021

48

Peran Pembimbing Kemasyarakatan Dalam Upaya Memberikan…

Saifudin W, Mubarok H, Mujib, & Sriwijayanti

UU SPPA juga mengatur tugas dan peran pembimbing kemasyarakatan sebagai salah

satu aparat penegak hukum dalam membuat penelitiaan kemasyarakatan dan dalam setiap

tahapan peradilan pidana, dimulai dari tahap pra-adjudikasi, adjudikasi, serta pasca-

adjudikasi.

1. Penelitian Kemasyarakatan (Litmas)

Penelitian kemasyarakatan merupakan kegiatan penelitian yang dilaksanakan untuk

memperoleh informasi tentang permasalahan baik aktual maupun potensial mengenai klien

pemasyarakatan. Litmas merupakan catatan atau laporan dari apa yang terjadi dalam situasi

sosial klien yang mengalami masalah dalam hidup dan kehidupannya (Biafri, dkk, 2012).

Pembimbing kemasyarakatan menyusun laporan penelitian kemasyarakatan untuk

merumuskan rekomendasi yang sesuai dengan kepentingan terbaik untuk Anak. Penyusunan

penelitian ini dilakukan baik untuk kasus yang dapat diselesaikan melalui diversi maupun

kasus yang diselesaikan melalui persidangan. Penelitian kemasyarakatan yang telah disusun

kemudian akan disidangkan dalam sidang Tim Pengamat Pemasyarakatan (TPP) yang dihadiri

oleh para pembimbing kemasyarakatan lain.

Dalam UU SPPA juga dikenal jenis Litmas lain, yaitu Litmas untuk sidang. Litmas ini

biasanya dipesan oleh polisi, jaksa, dan hakim. Jenis litmas yang dikerjakan oleh pembimbing

kemasyarakatan didasarkan pada pasal hukuman yang disangkakan oleh penyidik.

Litmas dalam UU SPPA digunakan dalam setiap tahapan, baik ditingkat kepolisian,

kejaksaan, dan pengadilan. Untuk lebih jelasnya bagaimana kegunaan Litmas dalam UU

SPPA bisa kita lihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 1. Fungsi Litmas

Penegak hukum Fungsi Litmas Pasal yang mengatur

Polisi - Pertimbangan diversi

- Penyidikan

- Pelimpahan berkas ke

jaksa

- Pasal 9 Ayat (1) huruf

c

- Pasal 27 Ayat (1)

- Pasal 28 Ayat (4)

Jaksa - Pertimbangan diversi

- Pelimpahan berkas ke

hakim

- Pasal 9 Ayat (1) huruf

c

- Pasal 42 Ayat (4)

Hakim - Pertimbangan diversi

- Pertimbangan putusan

- Pasal 9 Ayat (1) huruf

c

- Pasal 60 Ayat (3)

Sumber: (Bpsdm Hukum Dan Ham, n.d.)

Dari dasar ini, peran yang dilakukan oleh pembimbing kemasyarakatan dalam

menentukan dasar perlakuan bagi ABH sangat strategis. Melalui Litmas yang dilakukan

Page 7: paj VOLUME 3 NOMOR 1 JANUARI-MARET 2021

49

PUBLIC ADMINISTRATION JOURNAL OF RESEARCH Volume 3 (1), Januari-Maret 2021

pembimbing kemasyarakatan dapat memberikan alternatif hukuman lain sebagai bahan

pertimbangan hakim dalam memberikan putusan.

Pada Litmas Diversi pembimbing kemasyarakatan dapat memberikan rekomendasi

sebagaimana tertuang dalam Pasal 10 Ayat (2) yang berbentuk:

1. Pengembalian kerugian dalam hal ada korban;

2. Rehabilitasi medis dan psikososial;

3. Penyerahan kembali kepada orang tua/wali;

4. Keikutsertaan dalam pendidikan atau pelatihan di lembaga pendidikan atau LPKS

paling lama 3 (tiga) bulan; atau

5. Pelayanan masyarakat paling lama 3 (tiga) bulan.

Dalam hal penyelesaian kasus yang diselesaikan melalui diversi, pembimbing

kemasyarakatan memiliki kewajiban untuk memberikan pendampingan, pembimbingan, serta

pengawasan. Apabila pelaksanaan musyawarah diversi telah mencapai kesepakatan,

pembimbing kemasyarakatan masih bertugas untuk memberikan pembimbingan serta

pengawasan terhadap proses pelaksanaan kesepakatan diversi.

Pada Litmas untuk persidangan pembimbing kemasyarakatan mempunyai peran dalam

pemberian rekomendasi hukuman di luar hukuman badan. Sebagaimana yang dijelaskan pada

Pasal 71 UU SPPA yang meliputi:

1. Pidana peringatan;

2. Pidana dengan syarat:

a. Pembinaan di luar lembaga;

b. Pelayanan masyarakat; atau

c. Pengawasan;

3. Pelatihan kerja; dan

4. Pembinaan dalam lembaga.

Dari penjelasan di atas, peran pembimbing kemasyarakatan melalui rekomendasi yang

diberikan dalam litmas diversi maupun litmas sidang menjadi sangat penting. Pada tahap

adjudikasi peran Litmas berkaitan dengan putusan yang akan diberikan oleh hakim, dimana

hakim wajib mempertimbangkan laporan penelitian kemasyarakatan yang dilakukan oleh

pembimbing kemasyarakatan. Apabila hakim tidak mempertimbangkan maka putusan batal

demi hukum (Susanti, 2020).

Berdasarkan hal ini, kedudukan pembimbing kemasyarakatan melalui penelitian

kemasyarakatan yang dilakukan mempunyai konsekuensi hukum yang besar. Pembimbing

kemasyarakatan melalui Litmasnya dapat mempengaruhi putusan yang akan diberikan oleh

Page 8: paj VOLUME 3 NOMOR 1 JANUARI-MARET 2021

50

Peran Pembimbing Kemasyarakatan Dalam Upaya Memberikan…

Saifudin W, Mubarok H, Mujib, & Sriwijayanti

hakim. Oleh karena itu, apabila rekomendasi hukuman yang diberikan bukan merupakan

hukuman badan maka hakim akan mempertimbangkan rekomendasi tersebut dalam

putusannya.

2. Pendampingan

Pada tahap pra-adjudikasi, pembimbing kemasyarakatan berperan sebagai pendamping

Anak pada saat dilakukan pemeriksaan, baik di tingkat kepolisian maupun kejaksaan. Dalam

proses pendampingan, pembimbing kemasyarakatan wajib memastikan terpenuhinya hak

Anak. Pembimbing kemasyarakatan juga wajib memastikan kesesuaian proses hukum yang

berlangsung dengan aturan hukum terkait.

Pada tahap adjudikasi, pembimbing kemasyarakatan kembali mendampingi Anak

untuk tetap memastikan agar hak Anak terpenuhi. Selain itu, pembimbing kemasyarakatan

juga mempertanggungjawabkan hasil penelitiannya dipersidangan serta menyampaikan

rekomendasi putusan yang telah disusun di dalam bentuk penelitian kemasyarakatan.

Pada tahap pasca-adjudikasi, pembimbing kemasyarakatan berperan dalam melakukan

pengawasan putusan peradilan. Pada kasus yang memperoleh putusan tindakan, pembimbing

kemasyarakatan bertugas untuk melakukan pembimbingan dan pengawasan. Pada kasus yang

memperoleh putusan pidana, pembimbing kemasyarakatan wajib menyusun penelitian

kemasyarakatan dalam rangka menentukan program pembinaan, pemberian reintegrasi, dan

bimbingan. Selain itu, pembimbing kemasyarakatan juga masih berperan dalam pengawasan

pelaksanaan rekomendasi dan pembimbingan terhadap klien Anak.

Peran pembimbing kemasyarakatan dalam rangka pendampingan dapat diamati pada

tabel di bawah:

Tabel 2. Pendampingan

Tahapan Peran Keterangan

Penyidikan - Inisiator, koordinator, fasilitator,

dan mediator

- Pasal 14 Ayat (2)

Pelimpahan

perkara ke JPU - Memberikan bimbingan pada

anak serta orang tua dalam

menjalani proses hukum

- Permeneg PPA No. 15

Tahun 2010

Persidangan - Membacakan litmas,

menyampaikan hal-hal yang

dianggap perlu

- Memberikan bimbingan kepada

orangtua dalam menghadapi

proses hukum

- Pasal 55

- Pasal 60

Sumber: (Bpsdm Hukum Dan Ham, n.d.)

Page 9: paj VOLUME 3 NOMOR 1 JANUARI-MARET 2021

51

PUBLIC ADMINISTRATION JOURNAL OF RESEARCH Volume 3 (1), Januari-Maret 2021

Selain itu, pembimbing kemasyarakatan juga mempunyai peran yang strategis dalam

hal dilakukan musyawarah diversi. Dalam Peraturan Pemerintah 65/2015 Tentang Pendoman

Diversi dan Penanganan Anak Yang Belum Berumur 12 Tahun, yang merupakan turunan dari

UU SPPA, pembimbing kemasyarakatan merupakan wakil fasilitator. Posisi ini

memungkinkan agar pembimbing kemasyarakatan bisa memberikan pandangan dan

pengaruhnya agar anak dapat terhindar dari proses hukuman badan.

V. KESIMPULAN

Berkaitan dengan tugas dan fungsi pembimbing kemasyarakatan dalam UU SPPA,

peran pembimbing kemasyarakatan sangat penting dalam upaya menghindarkan anak dari

proses hukuman badan. Peran tersebut dapat dilihat dari dua fungsi utama pembimbing

kemasyarakatan yaitu melaksanakan penelitian kemasyarakatan dan pendampingan.

Penelitian kemasyarakatan yang dimaksud adalah penelitian kemasyarakatan untuk diversi

dan untuk sidang pengadilan. Dalam Litmas diversi melalui rekomendasi yang diberikan,

pembimbing kemasyarakatan dapat menghindarkan anak dari proses hukuman badan. Selain

itu Litmas yang dilakukan oleh PK juga menggambarkan dokumen hukum nan wajib

dipertimbangkan saat hakim memberikan putusan. Dalam pendampingan, pembimbing

kemasyarakatan juga mempunyai peran dalam menghindarkan anak dari hukuman badan.

Pendampingan tersebut berkaitan dengan perannya sebagai wakil fasilitator dalam upaya

musyawarah diversi maupun sebagai pendamping yang membacakan rekomendasinya dalam

sidang pengadilan.

DAFTAR PUSTAKA

Biafri, Sylviani, V., Gustaf Rion & Agustina Ade. (2012). Modul Pembimbing

Kemasyarakatan. Jakarta: Direktorat Jenderal Pemasyarakatan.

bpsdm hukum dan ham. (n.d.). Retrieved February 26, 2021, from

http://bpsdm.kemenkumham.go.id/

Faedlulloh, D., Maarif, S., Meutia, I. F., & Yulianti, D. (2020). Indonesia Bureaucracy and

Industrial Revolution 4 . 0 : Preventing the Myth of Smart Asn in Indonesia ’ S

Bureaucratic Reform Agenda. 16(3), 313–336.

Imanuel, F. C. (2015). Peran Kepala Desa Dalam Pembangunan Kecamatan Muara Badak.

Jurnal IlmuPemerintahan, 3(32), 1182–1196.

Page 10: paj VOLUME 3 NOMOR 1 JANUARI-MARET 2021

52

Peran Pembimbing Kemasyarakatan Dalam Upaya Memberikan…

Saifudin W, Mubarok H, Mujib, & Sriwijayanti

Lantaeda, S. B., Lengkong, F. D. J., & Ruru, J. M. (2017). Peran Badan Perencanaan

Pembangunan Daerah Dalam Penyusunan Rpjmd Kota Tomohon. Jurnal Administrasi

Publik, 4(48), 1–9.

Mujib, Kurniasih, D., & Rokhman, A. (2016). Peningkatan Kinerja Pelayanan Publik melalui

Peningkatan Motivasi Spiritual. Masyarakat, Kebudayaan Dan Politik, 29(4), 204–211.

Marjoko (2014). Penerapan Diversi Dalam Penanganan Anak yang Berkonflik Hukum.

Medan: Pustaka Indonesia.

Napitupulu, E. A. T., Maya, G. A. K. S., Iftitahsari, & Pramuditya, M. E. A. (2019). Hukuman

Tanpa Penjara: Pengaturan, Pelaksanaan, dan Proyeksi Alternatif Pemidanaan Non

Pemenjaraan di Indonesia. Institute for Criminal Justice Reform (ICJR).

http://icjr.or.id/wp-content/uploads/2019/09/Hukuman-Tanpa-Penjara.pdf

Saefudin, Wahyu (2020). Psikologi Pemasyarakatan. Jakarta: Prenada Media.

Susanti, D. E. (2020). Pemasyarakatan, Optimalisasi Pelaksanaan Tugas Pembimbing

Kemasyarakatan dalam Revitalisasi (Optimization of the implementation Task of

Correctional Adviser in A Correctional Revitalization). Jurnal Ilmiah Kebijakan

Hukum, 14(1), 141–162.

Perundang-undangan

Undang-Undang Dasar 1945

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 Tentang Aparatur Sipil Negara

Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 Tentang Sistem Peradilan Pidana Anak.

Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1997 Tentang Pengadilan Anak

Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan

Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2015 Tentang Pendoman Diversi dan Penanganan

Anak Yang Belum Berumur 12 Tahun

Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor 31 Tahun 1999 Tentang

Pembinaan dan Pembimbingan Warga Binaan Pemasyarakatan

Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 22

Tahun 2016 tentang Jabatan Fungsional Pembimbing Kemasyarakatan

Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 21

Tahun 2017).

Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor 41 Tahun 2017 Tentang

Pelaksanaan Jabatan Fungsional Pembimbing Kemasyarakatan.