JURNAL MANAJEMEN PELAYANAN KESEHATAN -...

8
Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan, Vol. 13, No. 1 Maret 2010 z 39 EVALUASI PENERAPAN SISTEM INFORMASI TRANSAKSI PUSKESMAS DI KABUPATEN BANTAENG PROPINSI SULAWESI SELATAN EVALUATIVE STUDY ON INFORMATION SYSTEM AT HEALTH CENTRE IN BANTAENG DISTRICT, SOUTH SULAWESI Sudarianto 1 , Haryanto 2 , Anis Fuad 3 1 Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan 2 Dinas Kesehatan Kabupaten Sleman, Yogyakarta 3 Minat Sistem Informasi Manajemen Kesehatan, Program Pascasarjana IKM, UGM, Yogyakarta ABSTRACT Background: Health information system is one of four health development major strategies. Health Office of South Celebes Province has tried to implement an electronic information system in health centers (Puskesmas) which is named Puskesmas’ Transaction Information System (SITRAPUS) in Bantaeng District since 2006. However, its performance and effectiveness have not been evaluated yet. Objectives: The research aimed to evaluate the implementation of SITRAPUS in Bantaeng District from aspects of development process, the output, the barriers and entries during the implementation. Methods: This was a qualitative study. The data was gathered by in-depth interview and observation in health centers, Bantaeng District Health Office, and Health Office of South Celebes Province. Results: From the development process, the result showed there was lack of operator participation in the process of SITRAPUS designing; the use of SITRAPUS was not well socialized so that the users were not familiar with the system; there was no a division which managed the information system, less supervisory; and there was no technical support for the SITRAPUS maintenance. The SITRAPUS output were disease reports but they were not accurate and irrelevant with the organization needs. Nevertheless, the users felt that the system could make their works easier, especially in data searching. The SITRAPUS output were used by the health centers in calculating the retribution, meanwhile data access to the district was not up to date and timely. Conclusions: The SITRAPUS implementation in Bantaeng District was not optimal, because this implementation did not accordance to the system development life cycle and the output was only report. Keywords: evaluation of information system, information system of health center transactions ABSTRAK Latar belakang: Sistem informasi kesehatan merupakan salah satu dari empat strategi utama pembangunan kesehatan. Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan telah mencoba menerapkan sistem informasi di Puskesmas yang berbasis elektronik dengan nama Sistem Informasi Transaksi Puskesmas (Sitrapus) di Kabupaten Bantaeng sejak tahun 2006. Akan tetapi belum pernah dilakukan evaluasi mengenai keefektifan program tersebut. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi penerapan Sitrapus di Kabupaten Bantaeng dari aspek proses pengembangan, output sistem, hambatan dan dukungan penerapannya. Metode: Penelitian ini dilakukan secara kualitatif pada Puskesmas, Dinas Kesehatan Kabupaten Bantaeng dan Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan dengan melakukan wawancara mendalam dan observasi sebagai metode pengumpulan data. Hasil: Dari segi proses pengembangan Sitrapus belum melibatkan operator secara mendalam dalam perancangan sistem, pengoperasian Sitrapus belum tersosialisasi dengan baik sehingga pengguna masih merasa terbebani, belum ada struktur organisasi yang khusus menangani sistem informasi, masih kurangnya pembinaan, dan belum adanya technical support yang bertanggung jawab terhadap pemeliharaan Sitrapus. Output Sitrapus menghasilkan laporan tentang penyakit tetapi belum akurat, belum relevan dengan kebutuhan organisasi karena hanya tentang penyakit, tetapi dapat mempermudah pekerjaan karena lebih cepatnya pencarian data. Hasil Sitrapus dimanfaatkan di Puskesmas sebagai dasar untuk menghitung retribusi, sedangkan akses data ke kabupaten belum tepat waktu. Simpulan: Penerapan Sitrapus di Kabupaten Bantaeng belum optimal karena proses penerapannya belum berjalan sesuai dengan kaidah siklus pengembangan sistem dan outputnya hanya mengenai informasi penyakit. Kata kunci: evaluasi sistem informasi, sistem informasi transaksi Puskesmas PENGANTAR Sistem informasi kesehatan merupakan salah satu dari empat strategi utama pembangunan kesehatan di Indonesia. 1 Informasi kesehatan yang disajikan harus akurat, tepat waktu dan lengkap sehingga mampu menjadi bagian utama dari pengambilan keputusan yang tepat dengan mendayagunakan teknologi informasi dan telekomunikasi. Perkembangan teknologi informasi dan telekomunikasi menyebabkan perubahan- perubahan peran dari sistem teknologi informasi dalam membantu operasi organisasi menjadi lebih efisien. Sistem informasi merupakan bagian dari sistem organisasi yang dapat memanfaatkan informasi untuk memenuhi kebutuhan dan memecahkan problem yang dihadapi. JURNAL MANAJEMEN PELAYANAN KESEHATAN VOLUME 13 No. 01 Maret z 2010 Halaman 39 - 46 Artikel Penelitian

Transcript of JURNAL MANAJEMEN PELAYANAN KESEHATAN -...

Page 1: JURNAL MANAJEMEN PELAYANAN KESEHATAN - …dinus.ac.id/repository/docs/ajar/JURNAL_EVALUASI_PENERAPAN_SI... · Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan, Vol. 13, No. 1 Maret 2010 z 41

Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan, Vol. 13, No. 1 Maret 2010 39

Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan

EVALUASI PENERAPAN SISTEM INFORMASI TRANSAKSI PUSKESMASDI KABUPATEN BANTAENG PROPINSI SULAWESI SELATAN

EVALUATIVE STUDY ON INFORMATION SYSTEM AT HEALTH CENTRE IN BANTAENG DISTRICT,SOUTH SULAWESI

Sudarianto1, Haryanto2, Anis Fuad3

1Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan2Dinas Kesehatan Kabupaten Sleman, Yogyakarta

3Minat Sistem Informasi Manajemen Kesehatan,Program Pascasarjana IKM, UGM, Yogyakarta

ABSTRACTBackground: Health information system is one of four healthdevelopment major strategies. Health Office of South CelebesProvince has tried to implement an electronic information systemin health centers (Puskesmas) which is named Puskesmas’Transaction Information System (SITRAPUS) in BantaengDistrict since 2006. However, its performance andeffectiveness have not been evaluated yet.Objectives: The research aimed to evaluate the implementationof SITRAPUS in Bantaeng District from aspects of developmentprocess, the output, the barriers and entries during theimplementation.Methods: This was a qualitative study. The data was gatheredby in-depth interview and observation in health centers,Bantaeng District Health Office, and Health Office of SouthCelebes Province.Results: From the development process, the result showedthere was lack of operator participation in the process ofSITRAPUS designing; the use of SITRAPUS was not wellsocialized so that the users were not familiar with the system;there was no a division which managed the information system,less supervisory; and there was no technical support for theSITRAPUS maintenance. The SITRAPUS output were diseasereports but they were not accurate and irrelevant with theorganization needs. Nevertheless, the users felt that the systemcould make their works easier, especially in data searching.The SITRAPUS output were used by the health centers incalculating the retribution, meanwhile data access to the districtwas not up to date and timely.Conclusions: The SITRAPUS implementation in BantaengDistrict was not optimal, because this implementation did notaccordance to the system development life cycle and the outputwas only report.

Keywords: evaluation of information system, informationsystem of health center transactions

ABSTRAKLatar belakang: Sistem informasi kesehatan merupakan salahsatu dari empat strategi utama pembangunan kesehatan. DinasKesehatan Provinsi Sulawesi Selatan telah mencobamenerapkan sistem informasi di Puskesmas yang berbasiselektronik dengan nama Sistem Informasi Transaksi Puskesmas(Sitrapus) di Kabupaten Bantaeng sejak tahun 2006. Akan tetapibelum pernah dilakukan evaluasi mengenai keefektifan programtersebut.Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi penerapanSitrapus di Kabupaten Bantaeng dari aspek proses

pengembangan, output sistem, hambatan dan dukunganpenerapannya.Metode: Penelitian ini dilakukan secara kualitatif padaPuskesmas, Dinas Kesehatan Kabupaten Bantaeng dan DinasKesehatan Provinsi Sulawesi Selatan dengan melakukanwawancara mendalam dan observasi sebagai metodepengumpulan data.Hasil: Dari segi proses pengembangan Sitrapus belummelibatkan operator secara mendalam dalam perancangansistem, pengoperasian Sitrapus belum tersosialisasi denganbaik sehingga pengguna masih merasa terbebani, belum adastruktur organisasi yang khusus menangani sistem informasi,masih kurangnya pembinaan, dan belum adanya technicalsupport yang bertanggung jawab terhadap pemeliharaanSitrapus. Output Sitrapus menghasilkan laporan tentangpenyakit tetapi belum akurat, belum relevan dengan kebutuhanorganisasi karena hanya tentang penyakit, tetapi dapatmempermudah pekerjaan karena lebih cepatnya pencariandata. Hasil Sitrapus dimanfaatkan di Puskesmas sebagai dasaruntuk menghitung retribusi, sedangkan akses data kekabupaten belum tepat waktu.Simpulan: Penerapan Sitrapus di Kabupaten Bantaeng belumoptimal karena proses penerapannya belum berjalan sesuaidengan kaidah siklus pengembangan sistem dan outputnyahanya mengenai informasi penyakit.

Kata kunci: evaluasi sistem informasi, sistem informasitransaksi Puskesmas

PENGANTARSistem informasi kesehatan merupakan salah

satu dari empat strategi utama pembangunankesehatan di Indonesia.1 Informasi kesehatan yangdisajikan harus akurat, tepat waktu dan lengkapsehingga mampu menjadi bagian utama daripengambilan keputusan yang tepat denganmendayagunakan teknologi informasi dantelekomunikasi. Perkembangan teknologi informasidan telekomunikasi menyebabkan perubahan-perubahan peran dari sistem teknologi informasidalam membantu operasi organisasi menjadi lebihefisien. Sistem informasi merupakan bagian darisistem organisasi yang dapat memanfaatkaninformasi untuk memenuhi kebutuhan danmemecahkan problem yang dihadapi.

JURNAL MANAJEMEN PELAYANAN KESEHATANVOLUME 13 No. 01 Maret 2010 Halaman 39 - 46

Artikel Penelitian

Page 2: JURNAL MANAJEMEN PELAYANAN KESEHATAN - …dinus.ac.id/repository/docs/ajar/JURNAL_EVALUASI_PENERAPAN_SI... · Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan, Vol. 13, No. 1 Maret 2010 z 41

40 Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan, Vol. 13, No. 1 Maret 2010

Sudarianto, dkk.: Evaluasi Penerapan Sistem Informasi ...

Dalam perkembangan teknologi informasi,beberapa Dinas Kesehatan di Indonesiamengembangkan sistem informasinya sendiri. DinasKesehatan Provinsi Sulawesi Selatan yangmenerapkan sistem informasi kesehatan berbasiskomputer dengan harapan data dan informasi yangdihasilkan dapat terintegrasi dari Puskesmas sampaike Dinas Kesehatan. Alasan utama menggunakanteknologi informasi di bidang kesehatan adalah agarmampu memberikan pelayanan kesehatan kepadamasyarakat secara lebih efisien, meningkatkanefektivitas dan produktivitas kerja, serta menguatkanfungsi strategik organisasi kesehatan denganmemanfaatkan teknologi informasi secara efektif.

Sistem Informasi Transaksi Puskesmas(Sitrapus) adalah nama aplikasi perekaman datatransaksi rawat jalan di Puskesmas yang disiapkanoleh Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan.Aplikasi ini diharapkan dapat menghasilkan data-base yang dapat diolah menjadi suatu informasisebagai pendukung dalam pengambilan keputusan.Selain itu, database tersebut dapat dikirim ke DinasKesehatan Kabupaten atau provinsi untuk digabungdengan database Puskesmas lainnya.

Dalam rangka memastikan keefektifanpenerapan dan dampak positif yang diberikan olehSitrapus di Kabupaten Bantaeng dalammenghasilkan suatu informasi yang akurat, tepatwaktu, relevan dan ekonomis, maka evaluasiterhadap sistem tersebut merupakan hal pentingyang harus dilakukan. Sistem yang baru maupunsistem lama, harus dievaluasi secara berkala untukmenentukan apakah sistem tersebut berfungsiseperti yang diharapkan atau tidak.2

BAHAN DAN CARA PENELITIANPenelitian ini menggunakan metode kualitatif

dengan menggunakan rancangan studi kasus. Obyekpenelitian adalah aplikasi pengelolaan sisteminformasi kesehatan yaitu Sitrapus di KabupatenBantaeng Provinsi Sulawesi Selatan. Subjek dalampenelitian ini terdiri dari 6 orang Pengelola DataPuskesmas, 3 orang Kepala Puskesmas, 1 orangpengelola sistem informasi Dinas KesehatanKabupaten, 1 orang Kepala Dinas Kesehatan, 1 or-ang dari Bappeda yang membidangi kesehatan, dan1 orang dari pengelola sistem informasi DinasKesehatan Provinsi.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN1. Input Sitrapusa. Tenaga. Tingkat pendidikan penanggungjawab

data Puskesmas di kabupaten Bantaeng terdiri

dari 4 orang Sarjana Kesehatan Masyarakat(SKM), 4 orang Ahli Madia Keperawatan (AMK),1 orang Ahli Madia Keperawatan Gigi (AMKG),dan 1 orang Ahli Madia Kesehatan Lingkungan(AMKL). Berdasarkan tingkat pendidikan, tidakada yang memiliki latar belakang pendidikanformal maupun informal di bidang teknologiinformasi.

b. Sarana. Semua Puskesmas di wilayah kerjaDinas Kesehatan Kabupaten Bantaeng telahmemiliki masing-masing 1 komputer untukdigunakan sebagai sarana pengelolaanSitrapus. Namun kenyataannya komputertersebut digunakan juga untuk keperluanadministrasi dan lainnya.

c. Dana. Alokasi anggaran untuk penerapanSitrapus terdiri dari beberapa sumber, yaitu PIBinkesmas, Dinas Kesehatan Provinsi, danPemerintah Daerah Kabupaten Bantaeng.

2. Proses pengembangan SitrapusPenerapan sistem informasi transaksi

Puskesmas di Kabupaten Bantaeng dapat dilihatpada Gambar 1.

Dari skema pengembangan Sitrapus dapatdilihat bahwa peranan Dinas Kesehatan Provinsi danpengembang sangat menonjol pada setiap kegiatanpengembangan Sitrapus, terutama pada analisiskebutuhan, perancangan, pelatihan dan pengadaansarana. Pengelola data Puskesmas tidak terlibatpada studi analisis kebutuhan dan perancangansistem, tetapi hanya dilibatkan pada pelatihan danpengoperasian Sitrapus.

Uji sistem tidak dilaksanakan, melainkanlangsung pelaksanaan pelatihan pengoperasian bagipengelola data kabupaten dan Puskesmas. Setelahitu, selama lima bulan menunggu proses pengadaansarana yang terealisasi pada bulan Nopember 2006,sehingga pengoperasian Sitrapus berjalan dimulaipada bulan Desember 2006.

a. Perancangan Sitrapus. Perancangan sistemadalah suatu fase dimana diperlukan keahlianperencanaan untuk elemen-elemen komputer yangakan menggunakan sistem baru. Sesuai dengandokumen perencanaan Sitrapus, ada 11 modul yangakan dikembangkan, yaitu : (1) pencatatan penyakit,(2) kematian, (3) kelahiran, (4) persalinan, (5)pemulihan, (6) gizi, (7) pengukuran, (8) sarana, (9)perlengkapan, (10) tenaga, dan (11) keuangan.Namun baru modul penyakit yang berhasil dirancangdan diterapkan.

Dari hasil temuan di lapangan, terungkap bahwadalam proses perancangan Sitrapus di Kabupaten

Page 3: JURNAL MANAJEMEN PELAYANAN KESEHATAN - …dinus.ac.id/repository/docs/ajar/JURNAL_EVALUASI_PENERAPAN_SI... · Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan, Vol. 13, No. 1 Maret 2010 z 41

Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan, Vol. 13, No. 1 Maret 2010 41

Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan

Bantaeng, telah melibatkan pihak-pihak yang terkaitterutama ketiga pihak, yaitu Kepala Puskesmas,Pengelola Data Dinas Kesehatan Propinsi danPengelola Data Dinas Kesehatan Kabupaten. Halini sesuai dengan teori tentang pengembangansistem, yaitu melibatkan para pengguna sistem.3Untuk alasan ini, keterlibatan pengguna sistemadalah kebutuhan yang absolut untukpengembangan sistem yang berhasil. Namunketerlibatan beberapa pihak dalam perancanganSitrapus di Kabupaten Bantaeng tersebut hanyasebatas mengikuti pertemuan yang diselenggarakanoleh Dinas Kesehatan Provinsi. Teori lainmengatakan bahwa keterlibatan secara mendalampada perancangan sistem, seperti menentukanmodel, output, input dan database yang diharapkan.4

Dari uraian di atas, maka dalam perancanganSitrapus di Kabupaten Bantaeng belum sesuaidengan makna keterlibatan yang semestinyaberdasarkan teori, sehingga pengguna tidak mampumengendalikan perubahan yang dapat dihasilkan olehSitrapus. Padahal dengan keterlibatan semua pihak,baik dari pengguna, manajemen (pimpinan), danpembuat sistem (tenaga ahli) secara mendalamdiharapkan sistem informasi yang dirancang akanberjalan baik dan efektif.

b. Pengoperasian Sitrapus. Prosespengoperasian Sitrapus di Puskesmas dimulai dari

registrasi, pemeriksaan pasien, kemudianpengentrian data. Secara keseluruhan dari alurpasien di Puskesmas mulai dari awal sampai pulangsebelum penerapan Sitrapus dapat dilihat padaGambar 2.

Setiap pasien mendaftar, kemudian diregistrasipada buku secara manual dan memberikan kartukontrol dengan menggunakan nomor satu keluarga.Kartu kontrol tersebut dibawa ke ruang pemeriksaanyang digunakan oleh dokter untuk menulis diagno-sis penyakit pasien dengan ICD 9 kemudian ke ruangpelayanan untuk mendapatkan pengobatan,selanjutnya pasien langsung pulang. Pengelola datasetiap bulan merekap buku register pasien dan datapenyakit dari kartu kontrol yang kemudian dibuatlaporan LB 1.

Alur pasien setelah penerapan Sitrapus dapatdilihat pada Gambar 3.

Pengoperasian Sitrapus di Kabupaten Bantaengmasih menggunakan buku bantu yaitu pada bagianregistrasi dan pemeriksaan/ pelayanan dilakukandengan mengisi ke dalam buku register dan kartudiagnosis yang kemudian dientri oleh petugas lainpada komputer. Petugas entri data dalammelaksanakan tugasnya harus menungguselesainya penerimaan pasien, karena data yangakan dientri adalah buku register yang digunakanoleh petugas registrasi dan kartu kontrol pasien dari

Gambar 1. Keterlibatan pengguna dalam pengembangan Sitrapus

Page 4: JURNAL MANAJEMEN PELAYANAN KESEHATAN - …dinus.ac.id/repository/docs/ajar/JURNAL_EVALUASI_PENERAPAN_SI... · Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan, Vol. 13, No. 1 Maret 2010 z 41

42 Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan, Vol. 13, No. 1 Maret 2010

Sudarianto, dkk.: Evaluasi Penerapan Sistem Informasi ...

ruangan pemeriksaan. Pengentrian data padaumumnya dilakukan dengan mengisi langsung for-mat isian, sehingga masih sering terjadi kesalahanjika terjadi salah input. Menurut teori bahwa salahsatu masalah yang dapat menyebabkan kegagalansistem informasi adalah pengoperasian sistem yang

tidak berjalan dengan baik, informasi tidak tersediadengan efisien karena operasi komputer yangmenangani proses terhambat.4 Hal ini terjadi diKabupaten Bantaeng karena petugas entri data harusbekerja pada saat petugas yang lainnya beristirahatdan ketika komputer tidak digunakan untuk kegiatan

Gambar 3. Alur pasien setelah penerapan Sitrapus

Gambar 2. Alur pasien sebelum penerapan Sitrapus

Page 5: JURNAL MANAJEMEN PELAYANAN KESEHATAN - …dinus.ac.id/repository/docs/ajar/JURNAL_EVALUASI_PENERAPAN_SI... · Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan, Vol. 13, No. 1 Maret 2010 z 41

Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan, Vol. 13, No. 1 Maret 2010 43

Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan

lainnya. Model ini kemungkinan akan mendapatkesulitan jika diterapkan pada wilayah Puskesmasyang mempunyai pasien banyak.

c. Pengorganisasian Pelaksanaan Sitrapus.Kegiatan manajemen untuk menghimpun semuasumber daya yang dimiliki oleh organisasi dandimafaatkan secara efisien untuk mencapai tujuanorganisasi disebut pengorganisasian.5 SemuaPuskesmas di Kabupaten Bantaeng telahmempunyai pengelola data yang ditetapkan dengansurat keputusan oleh Kepala Dinas KesehatanKabupaten Bantaeng. Tenaga diPuskesmasmerupakan ujung tombak pekerjaan Sitrapus diKabupaten Bantaeng, pada umumnya pengeloladatanya masih bekerja sendiri. Pada DinasKesehatan Kabupaten Bantaeng tidak memilikistruktur organisasi yang khusus menangani sisteminformasi, melainkan berada dibawah tanggungjawab Seksi Puskesmas. Struktur organisasidiperlukan untuk menambahkan bagian yangbertanggung jawab tentang sistem informasisehingga wewenang dan tanggung jawab yangberkenaan dengan Sitrapus dapat dilaksanakandengan optimal. Hal ini menunjukkan bahwadukungan organisasi masih kurang dalam penerapanSitrapus dengan membadingkan teori yangmengatakan bahwa keberhasilan sistem sangatditentukan oleh dukungan top manajemen dan staf.6

d. Pemantauan dan Pembinaan. Sejakpelaksanaan Sitrapus pembinaaan dan pemantauanoleh Dinas Kesehatan Propinsi Sulawesi Selatanbaru satu kali dilakukan, yaitu dengan mengunjungibeberapa Puskesmas, hal ini diakibatkan karenadana yang dimiliki pihak Dinas Kesehatan Propinsisangat terbatas. Dinas Kesehatan propinsimengharapkan, pembinaan dan pemantauanpelaksanaan Sitrapus lebih lanjut oleh pihak DinasKesehatan Kabupaten Banteang. Pembinaan danpengawasan perlu dilakukan secara terus menerus,seperti teori yang mengatakan bahwa pembinaandan pengawasan dilakukan dengan mengamatipelaksanaan seluruh aspek program untuk menjaminagar semua kegiatan yang sedang dilaksanakanberjalan sesuai dengan rencana.7 Peningkatanpembinaan dan pengawasan pada hakekatnya akanmembawa peningkatan kemampuan pelaksanaandan pengendalian kegiatan.

e. Pemeliharaan. Tanggung jawab terhadapkerusakan software dan komputer dalam rangkapengelolaan Sitrapus diserahkan kepada DinasKesehatan Kabupaten Bantaeng. Kebutuhan tenagadan biaya yang besar dalam pengembangan danpemeliharaan Sitrapus, serta sarananya. Sampaisaat ini belum ada petugas yang berkompeten untuk

technical support yang bertanggung jawab terhadappemeliharaan Sitrapus, sehingga memerlukantenaga yang mampu ditugaskan sebagai technicalsupport dengan mengikutkan pelatihan terlebihdahulu. Pemeliharaan selalu dilakukan agar terjadipenyempurnaan proses, selalu menganalisiskebutuhan informasi yang dihasilkan sistem tersebutdan meminimalkan gangguan kontrol dan ganguanoperasi.8

3. Output SitrapusLaporan yang dapat dihasilkan oleh Sitrapus

adalah LB 1 menurut penyakit, jumah kunjunganmenurut desa, jumlah kunjunga menurut pekerjaan,jumlah kunjungan per bulan, jumlah kunjunganmenurut jenis kartu berobat, jumlah kunjunganmenurut sekolah, register kunjungan, registermenurut penyakit tertentu, frekuensi kunjungan,tabel perkembangan penyakit. Dibadingkan denganprogram Puskesmas, hasil ini masih sangat sedikit.

a. Tingkat akurasi Sitrapus. Keakuratan dariinformasi yang dihasilkan suatu sistem informasisangat diharapkan dan ini tentu tidak terlepas daridata-data yang diproses oleh sistem tersebutsehingga akuratnya dapat menghindari kesalahaninformasi yang dihasilkan jika operator benar-benarmelakukan entri data yang sesuai.

Pernyataan responden mengatakan bahwa hasilSitrapus ditinjau dari segi perhitungan pasien dankunjungan, sudah akurat karena diperoleh dari hasilentri data individu yang pernah berkunjung kePuskesmas dan tersimpan di komputer. Hal ini sudahsesuai dengan teori bahwa sistem komputermemberikan kontribusi penyampaian informasi yangtepat waktu dan akurat.9

Berbeda dengan hasil observasi penelitimenemukan hasil Sitrapus yang tidak akurat karenabeberapa kode yang tidak dikenal oleh program tetapmuncul pada laporan. Begitupun beberapa penyakityang termuat dalam laporan masih diragukan,sehingga memerlukan waktu untuk menelusurikebenaran data tersebut. Kekurangakuratan datadapat muncul pada kesalahan mengentri, karenapada proses mengentri rata-rata masih mengetiklangsung, sehingga jika terjadi salah ketikan makaakan mempengaruhi keakuratan data.

b. Tingkat relevansi. Sistem informasidiharapkan dapat menghasilkan informasi yangsesuai dengan kebutuhan dalam menjawabpermasalahan-permasalahan yang ada, sehinggamendukung dalam pengambilan keputusan. Indikatordari hasil sistem informasi ini baik apabila relevandengan tujuan yang diharapkan dari sistem informasitersebut.

Page 6: JURNAL MANAJEMEN PELAYANAN KESEHATAN - …dinus.ac.id/repository/docs/ajar/JURNAL_EVALUASI_PENERAPAN_SI... · Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan, Vol. 13, No. 1 Maret 2010 z 41

44 Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan, Vol. 13, No. 1 Maret 2010

Sudarianto, dkk.: Evaluasi Penerapan Sistem Informasi ...

Pada umumnya responden mengungkapkanhasil Sitrapus belum mencakup seluruh kebutuhanyang diinginkan karena belum mencakup programPuskesmas secara keseluruhan. Khusus mengenaidata tentang penyakit, rata-rata sudah menganggaprelevan dengan kebutuhan untuk saat ini, walaupuntidak sama persis dengan format pelaporan dariBinkesmas, tetapi kebutuhan format tersebut dapatterpenuhi dari hasil Sitrapus tersebut. Hal inimenunjukkan bahwa kualitas informasi yangdihasilkan belum memenuhi kriteria sesuai teoribahwa kualitas informasi dapat dikatakan baik jikamemenuhi kriteria kelengkapan, keakuratan,ketepatan waktu, ketersediaan, dan relevansi.6

c. Tingkat kemudahan. Sistem Informasi yangdikembangkan akan diimplementasikan sesuaidengan kebutuhan, untuk itu maka diharapkansistem informasi tersebut harus mudah digunakanoleh pengguna (user), meskipun penggguna yangawam sekalipun terhadap teknologi komputer.

Pernyataan responden yang mengatakan sulitadalah pada bagian pendaftaran pasien dan dokterpemberi diagnosis karena merasa bebanpekerjaannya bertambah, tetapi bagi pengentri datapada umumnya mengatakan mudah terutama jikapada petugas pendaftaran dan ICD sudah betul.Begitu pun pada pembuatan laporan penyakit sangatmudah karena hanya mengklik saja. Teorimengatakan bahwa salah satu faktor yangmempengaruhi penerimaan terhadap penerapansuatu sistem baru adalah faktor kemudahanpenggunaan sistem tersebut10.

d. Ketepatan waktu. Akses data Sitrapus dariPuskesmas ke Dinas Kesehatan masih lambatsebab belum menggunakan jaringan komputersecara on-line. Proses pengumpulan data diPuskesmas dilakukan dengan cara mencopy filekemudian digabung di Dinas Kesehatan Kabupatenmaupun Dinas Kesehatan Provinsi. Teorimengatakan bahwa sistem komputer memberikankontribusi penyampaian informasi yang tepat waktudan akurat.9 Hal ini tidak terjadi di KabupatenBantaeng, karena akses data Sitrapus antaraPuskesmas dengan kabupaten maupun provinsimasih belum sesuai dengan yang diharapkan.Karena data yang dicopy ke Dinas Kesehatan selaluterlambat satu bulan, atau dengan kata lain tidak upto date. Pengembangan sistem informasi dapatmenghasilkan output yang tepat waktu tetapimemerlukan biaya yang cukup besar, sehinggamembutuhkan dukungan besar dari pemerintahdaerah.

e. Pemanfaatan. Pada tingkat Puskesmas,manfaat yang diperoleh dari program Sitrapus antara

lain dapat digunakan untuk dasar menghitung jumlahretribusi, dasar penyusunan profil kesehatan, bahanuntuk mendeteksi penyakit dan KLB, dan menindaklanjuti program Puskesmas yang mempunyai kaitandengan penyakit. Misalnya yang berkaitan dengankesehatan lingkungan, dapat menindak lanjutisampai ke sasaran dengan melihat identitas pasienyang menderita penyakit yang berhubungan dengankesehatan lingkungan. Begitupun denganpelaksanaan imunisasi, pelaksanaan promosikesehatan, penanganan penyakit kusta dansebagainya. Manfaat lain yang dapat diperolehdengan penerapan Sitrapus antara lain kecepatanpencarian data penyakit dan pembuatan laporan.

Penerapan sistem informasi menyeluruh akanterjadi jika manfaatnya didemonstrasikan kepengambil kebijakan dan politik.9 Namun hasilSitrapus belum dimanfaatkan di Dinas KesehatanKabupaten Bantaeng karena data yang dikumpulkandari Puskesmas belum diolah dan tidakdidemonstrasikan ke pengambil kebijakan ataupunlegislatif.

Sistem komputer sebagai pembawa suatuperubahan dalam organisasi11. Hal ini terbukti denganditerapkannya Sitrapus di Kabupaten Bantaeng,beberapa perubahan yang diperoleh antara lainkemampuan menghasilkan informasi lebih baik,kemudahan operasional, proses pengolahan datayang lebih singkat, jumlah data yang diolah menjaditidak terbatas, proses pencarian data yang cepat,penyimpanan data yang teratur dan tempatpenyimpanan data yang tidak membutuhkan tempatluas.

Kelemahan Sitrapus antara lain karenamenggunakan sistem operasional komersialsehingga membutuhkan legalisasi yang harusdibayar, single user, hasilnya belum akurat, danbelum relevan dengan kebutuhan pengguna.

4. Hambatan dan Dukungan Sitrapusa. Hambatan penerapan sitrapus. Dalam

penerapan Sitrapus, ada beberapa faktorpenghambat antara lain kurangnya sumber dayamanusia dan kesulitan koordinasi antara bagian dilingkup dinas sendiri. Selain faktor tersebut di atas,ada beberapa faktor penghambat lain sepertikurangnya sarana, dan keterbatasan dana. Faktorpenghambat lain adalah terjadinya kerusakankomputer yang digunakan untuk Sitrapus, kesulitanpengoperasian Strapus, dan adanya tugas rangkap.

b. Dukungan penerapan Sitrapus. Dukungandari berbagai pihak dalam rangka penerapan Sitrapusdi Kabupaten Bantaeng, mulai dari pusat, DinasKesehatan Provinsi, Pemerintah Kabupaten

Page 7: JURNAL MANAJEMEN PELAYANAN KESEHATAN - …dinus.ac.id/repository/docs/ajar/JURNAL_EVALUASI_PENERAPAN_SI... · Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan, Vol. 13, No. 1 Maret 2010 z 41

Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan, Vol. 13, No. 1 Maret 2010 45

Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan

Bantaeng mengalokasikan anggaran untukpelaksanaanya.

Analisis peneliti bahwa kualitas informasi yangdihasilkan suatu sistem informasi akan akurat,relevan, tepat waktu dan dapat dimanfaatkan jikaproses pengembangannya berdasarkan kaidahsiklus pengembangan sistem yang sesuai urutannya.Jika pengembangan sistem seperti yang diterapkandengan proses bertahap dan dikembangkan sendiri,maka metode system development life cycle yangtepat yaitu dimulai dari studi awal, analisiskebutuhan, rancangan, implementasi, uji integrasi,evaluasi dan pemeliharaan.12 Metode ini semestinyayang digunakan pada pengembangan Sitrapussupaya sistem berjalan secara berkesinambungandan dapat menghasilkan output yag berkualitas.

KESIMPULAN DAN SARANProses penerapan Sitrapus: a) Perancangan

Sitrapus belum melibatkan pengguna secaramendalam, b) pengoperasian Sitrapus belumtersosialisasi dengan baik pada setiap bagian yangterlibat sehingga merasa terbebani dengan adanyapenerapan Sitrapus, c) pengorganisasian Sitrapusbelum terstruktur sesuai dengan tugas dan tanggungjawab masing-masing pengguna, d) pembinaan tidakberkesinambungan, e) pemeliharaan Sitrapus, belumtersedia technical support yang bertanggung jawabterhadap pemeliharaan Sitrapus, f) pengembanganSitrapus tidak berdasarkan dengan kaidah siklushidup pengembangan sistem.

Output penerapan Sitrapus: a) Sitrapus telahmenghasilkan beberapa laporan tentang penyakit, b)Sitrapus tidak akurat dalam proses menghasilkaninformasi penyakit dan demografi dengan masihadanya kesalahan-kesalahan pada laporan yangdihasilkan, c) hasil Sitrapus belum relevan dengankebutuhan pengguna karena belum mencakup seluruhprogram di Puskesmas, d) petugas pendaftaran danpoliklinik merasa terbebani dengan adanya Sitrapus,tetapi pengelola data merasa puas karena dapatmempermudah pekerjaan dan proses pencarian datacepat, e) hasil Sitrapus telah dimanfaatkan diPuskesmas untuk dasar menghitung retribusi, dasarpenyusunan profil kesehatan, bahan untukmendeteksi penyakit dan KLB sedangkan di DinasKesehatan Kabupaten belum memanfaatkan.

Faktor penghambat penerapan SITRAPUS yaitukurangnya dukungan internal organisasi, kurangnyakomputer di Puskesmas, beban ganda bagi petugasyang menyebabkan penerapan SITRAPUS belumoptimal. Sedangkan dukungannya mulai dari PusatData Depkes RI, Dinas Kesehatan Provinsi SulawesiSelatan dan Pemerintah Daerah Kabupaten

Bantaeng yang mengalokasikan anggaran untukpelaksanaan SITRAPUS

SaranUntuk Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi

Selatan, diperlukan pembinaan secaraberkesinambungan dari provinsi.

Untuk Pemda Kabupaten Bantaeng: a)diperlukan suatu bagian tersendiri dalam strukturorganisasi yang mempunyai Tupoksi yang berkenaandengan sistem informasi, b) diperlukan biaya dariPemda secara berkesinambungan supaya sistemberjalan terus-menerus,

Selain itu, perlu perencanaan yang matanguntuk penerapan dan pengembangan Sitrapus yangdituangkan dalam bentuk master plan sehinggapelaksanaan Sitrapus dapat berjalan sesuai denganyang diharapkan, perlu untuk memperbaiki moduldan database pada aplikasi Sitrapus berdasarkanprogram Puskesmas, perlu adanya bimbingan teknissecara berkesinambungan dari kabupaten, perlupengetahuan tetang sistem informasi secaramendalam pada level top manajemen sehinggatercipta komitmen yang tinggi dalam penerapanSitrapus, perlu optimalisasi feed back hasil Sitrapusdari Dinas Kesehatan ke Puskesmas.

Untuk pengelola data Puskesmas, perlupelatihan atau penyegaran pengetahuan pengeloladata dan technical support secara rutin, perlu validasikode penyakit oleh dokter/ perawat sebelum dientrike Sitrapus.

KEPUSTAKAAN1. Depkes Keputusan Menteri Kesehatan RI

Nomor 511/Menkes/SK/V/2002 tentangKebijakan dan Strategi Pengembangan SistemInformasi Kesehatan Nasional. 2002.

2. Winarno W.W. Sistem Informasi Manajemen.UPP AMP YKPN. Yogyakarta. 2004.

3. Whitten JL, Bentley LD, Dittman K.C. MetodeDesain dan Analisis Sistem. Edisi Keenam.Penerbit Andi. Yogyakarta. 2004.

4. Laudon KC and Laudon J.P. Sistem InformasiManajemen. Penerbit Andi Yogyakarta. 2005.

5. Muninjaya, GAA, Manajemen Kesehatan. EGC,Jakarta. 2004.

6. Yusof MM, Paul R. J. & Stergioulas L. K.Towards a Framework for Health InformationSystem Evaluation. Proceeding of the 39th

Hawaii International Conference on SystemSciences, UK. 2006.

7. Wijono D. Manajemen KepemimpinanOrganisasi Kesehatan. Airlangga UniversityPress. Surabaya.1997.

Page 8: JURNAL MANAJEMEN PELAYANAN KESEHATAN - …dinus.ac.id/repository/docs/ajar/JURNAL_EVALUASI_PENERAPAN_SI... · Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan, Vol. 13, No. 1 Maret 2010 z 41

46 Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan, Vol. 13, No. 1 Maret 2010

Sudarianto, dkk.: Evaluasi Penerapan Sistem Informasi ...

8. Sutabri. Analisa Sistem Informasi. Penerbit Andi.Yogyakarta. 2004.

9. Wigertz. O, Tell. E, Moidu. K, Singh. A.K.Impact on Management and Delivery of PrimaryHealth Care by a Computer-based InformationSystem.1992. from :<http://www.intl.elsevierhealth.com/ journals/ijmi> [Accessed 8Pebruari 2007]

10. Davis G. B. Kerangka Dasar Sistem InformasiManajemen: Struktur dan Pengembangannya,PT Pustaka Binaman Pressindo, Jakarta.1999.

11. Anderson J.G., Aydin C.E., Jay S.J. eds.Evaluating Health Care Informaton System:Methods and Aplication. Thousand Oaks: SagePublications. London.1994.

12. Kristanto A. Perancangan Sistem Informasi danAplikasinya. Gava Media. Yogyakarta.2003.