JURNAL ADIT

12
 1 EFFEKTIVITAS PENERAPAN PENANGKAL PETIR SISTEM E.F ( Aditya Hendy S) TUGAS ARTIKEL JURNAL Di Buat oleh Nama : Aditya Satria Nugroho No.Reg : 5115096972 Jurusan : Teknik Elektro Prodi : Pend. Teknik Elektro 2009 ( NR ) Di Periksa oleh : Nama DOSEN : Dr. Bambang Dharmaputra M.Pd. MATA KULIAH : Bahasa Indonesia UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA FAKULTAS TEKNIK ELEKTRO 2012

description

TUGAS ARTIKEL JURNALDi Buat oleh :Nama No.Reg Jurusan Prodi : Aditya Satria Nugroho : 5115096972 : Teknik Elektro : Pend. Teknik Elektro 2009 ( NR )Di Periksa oleh : Nama DOSEN MATA KULIAH : Dr. Bambang Dharmaputra M.Pd. : Bahasa IndonesiaUNIVERSITAS NEGERI JAKARTA FAKULTAS TEKNIK ELEKTRO 20121EFFEKTIVITAS PENERAPAN PENANGKAL PETIR SISTEM E.F ( Aditya Hendy S)EFFEKTIVITAS PENERAPAN PENANGKAL PETIR SISTEM E.F PADA GEDUNG BERTINGKAT DI JAKARTAOleh : Aditya Hendy Suroso ( 5115067260 )

Transcript of JURNAL ADIT

TUGAS ARTIKEL JURNAL

Di Buat oleh :Nama No.Reg Jurusan Prodi : Aditya Satria Nugroho : 5115096972 : Teknik Elektro : Pend. Teknik Elektro 2009 ( NR )

Di Periksa oleh : Nama DOSEN MATA KULIAH : Dr. Bambang Dharmaputra M.Pd. : Bahasa Indonesia

UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA FAKULTAS TEKNIK ELEKTRO 20121EFFEKTIVITAS PENERAPAN PENANGKAL PETIR SISTEM E.F ( Aditya Hendy S)

EFFEKTIVITAS PENERAPAN PENANGKAL PETIR SISTEM E.F PADA GEDUNG BERTINGKAT DI JAKARTAOleh : Aditya Hendy Suroso ( 5115067260 ) ( Alumni UNJ Jurusan Teknik Elektro Tahun 2011 Dan Pekerjaan Sekarang Ialah Wirausaha, Fotografer ) Muhammad Rifan, ST, MT sebagai Dosen Pembimbing I ( Dosen Universitas Negeri Jakarta Program Studi Pendidikan Teknik Elektro ) Muksin, M.Pd sebagai Dosen Pembimbing II ( Dosen Universitas Negeri Jakarta Program Studi Pendidikan Teknik Elektro ) Penyusun Artikel : Aditya Satria Nugroho ( 5115096972 ) ( Mahasiswa UNJ Fakultas Teknik Jurusan Teknik Elektro Program Studi Pendidikan Teknik Elektro NR 2009 ) Abstrak Aditya Hendy Suroso. The Effectiveness of Lighting Rod with EF systems Applications on Jakartas Skyscrapers. Skripsi. Jakarta: Engineering Faculty, Universitas Negeri Jakarta. This research is aimed to apprehend how effective is the lighting rod with EF systems application on skyscrapers in Jakarta. This research is conducted on March to July 2011 at five skyscrapers in Jakarta that using lighting rod with EF system, there are Wisma Anugrah Building, certification Guru Building of Universitas Negeri Jakarta, Pertamina Kwarnas Building, Graha Iska Building, and C Building of Kantor Pusat Taspen. The Method used in this research is Survey Research Method by distributing questionnaires and observing on those five buildings. The data collecting procedures conducted by filling the questionnaires with two alternative answer Yes and No, with filled by each buildings technician. To apprehend how much the effectiveness of light rod with EF system on skyscrapers in Jakarta, the data analysis technique conducted by grouping and calculating the average of alternative answer and then matched with criteria which have been established. Then the result is descriptively described to get the final conclusion with PUIL and PUIPP. Based on the calculation of questionnaires data, researcher get the average score for the whole instruments is 4,66 and 93,2% for the percentage, that score is encompassed as the first category. By that, researcher can conclude that the lighting rod with EF system is more effective than the conventional lighting rod. Kata Kunci : Effektifitas Penerapan Penangkal Petir Sistem E.F pada Gedung Bertingkat

PEVOTE.Vol.6, No. 11, September 2011: 1 - 10

2

1. Latar Belakang Jakarta adalah ibu kota negera

Menara Empire State di New York City yang pada tahun 1935 dengan ketinggian saat itu 380 meter telah disambar petir sebanyak 42 kali. Menara tersebut juga pernah disambar petir sebanyak 12 kali pada suatu hujan petir dan satu peristiwa yang tidak terlupakan adalah bahwa menara itu pernah disambar petir sebanyak 9 kali dalam waktu 20 menit.(James Stokley :1991 :43)

Indonesia, seperti pada umumnya ibu kota negera berkembang di dunia mengalami banyak permasalahn khususnya tentang

jumlah penduduk. Setiap tahun penduduk Jakarta terus bertambah, pertambahan

penduduk selain disebabkan karena angka kelahiran yang lebih besar dari angka

. Kerusakan yang

kematian, juga disebabkan banyaknya urban dari kota kota lain di Indonesia. Menurut data statistic penduduk Jakarta pada tahun 2000 adalah 8.389.443 sedangkan pada tahun 2010 telah mencapai 9.607.787 orang(http://www.bps.go.id)

ditimbulkan akibat samabaran petir pada gedung beringkat atau bangunan dapat berupa kerusakan teknis yaitu terbakarnya bagian yang tersambar petir. Selain itu juga dapat mengakibatkan kerusakan mekanis seperti retaknya dinding dan atap gedung,

. bertambahnya jumlah

Dengan

serta kerusakan elektrik yang mengakibatkan rusaknya alat alat elektronik. Kerusakan yang sangat parah biasanya diderita oleh bahan isolasi atau semi isolasi, dan terjadi

penduduk, maka kebutuhan akan lahan untuk tempat tinggal, bisnis, dan kemasyarakatan ikut bertambah sehingga luas lahan kota Jakarta yang hanya 661,52 km tampak semakin sempit(ibid)

sejuahmana

kerusakan

tersebut

. Oleh karena itu untuk

tergantung pada kondisi bahan bahan bangunan itu sendiri, yaitu sedang kering atau basah. Semakin kering bahan bangunan semakin parah kerusakannya. Penyebab

melakukan aktifitasnya dengan lahan yang sempit maka pembangunan gedung

berorientasi keatas sehinga banyak yang mendirikan gedung bertingkat untuk lahan rumah tinggal, bisnis dan kemasyarakatan. Bangunan bangunan tinggi tersebut pada dasarnya membuat bangunan tersebut

kerusakan yang diakibatkan sambaran petir dikarenakan besarnya amplitude dari arus petir yang berkisar antara 5 200 kAStandarisasi Nasional : 1987 :15) (Dewan

. hal tersebut, pada

menjadi rawan terhadap sambaran petir. Semakin tinggi suatu bangunan,

Berdasarkan

gedung bertingkat perlu menggukan sistem penangkal dipergunakan bangunan keputusan petir. untuk tersambar Menteri Penangkal mecegah petir. petir suatu Menurut No.

makin tinggi pula kemungkinannya untuk tersambar petir, terlebih lagi bila gedung tersebut terletak pada suatu daerah yang mempunyai jumlah hari sambaran petir yang besar. Salah satu contoh bangunan tinggi yang sering tersambar petir adalah gedung

Kesehatan

261/MENKES/SK/II/1998 tentang persyaratan kesehatan lingkungan kerja tentang instalasi

3

EFFEKTIVITAS PENERAPAN PENANGKAL PETIR SISTEM E.F ( Aditya Hendy S)

poin b Bangunan kantor yang lebih tinggi dari 10 meter atau lebih tinggi dari bangunan lain disekitarnya harus dilengkapi dengan penangkal petir. Instalasi penangkal petir terdiri dari komponen komponen dan peralatan yang secara keseluruhan berfungsi untuk

sistem penangkal petir radioaktif di Indonesia tidak di perbolehkan karena pada terminal petir yang digunakan mengandung unsur radioaktif. Dikhawatirkan apabila arus petir yang menyambar dari arus terminal yang maka kapasitasnya diterima akan oleh terjadi

melebihi penangkal

tersebut

menangkal petir dan menyalurkan ke tanah. Penangkal petir yang dipasang sedemikian rupa sehingga semua bagian dari bangunan beserta isinya, atau benda benda yang dilindunginya terhindar dari bahaya sambaran petir baik secara langsung maupun tidak langsung. Instalasi penangkal petir

ledakan. Radiasi dari ledakan unsur radioaktif dapat membahayakan manusia, oleh karena itu penggunaan sistem penangkal petir ini sudah tidak dipergunakan lagi. Bahaya dan kerusakan pada

penangkal petir tersebut dapat dihindari bila instalasi penangkal petir memenuhi

persyaratan persyaratan teknis yang sesuai dengan keamanan kebutuhan dalam perlindungan penggunaan. dan Untuk

dikelompokan menjadi tiga bagian besar yaitu penangkap petir, penghantar untuk

menyalurkan arus ke elektroda pentanahan, dan elektroda pentanahan untuk

mengeliminir masalah ini maka para ahli mencari alternatif lain yang akhirnya

menyebarkan arus

di dalam tanah. Pada

ditemukan sistem penangkal petir sistem EF. Berhubungan dengan penjelasan di atas maka peneliti memilih penangkal petir sistem E.F untuk diteliti lebih dalam.

penghantar di atas tanah yaitu penangkap (terminal petir) terdapat 3 sistem penangkap petir yaitu sistem konvensional, sistem

radioaktif, dan sistem elektrostatis field (EF). Pada penangkal petir konvensional karena radius pengamannya kecil maka diperlukan beberapa terminal udara di bagian atap gedung agar gedung benar benar aman. Dan kabel penghantar turun sistem konvensional menggunakan kabel yang tidak berisolasi sehingga dapat menyebabkan fisika 2. Kajian Teori 2..1. Proses Terjadinya Petir Berawalnya petir terjadi dari proses dimana terjadi pengumpulan

pengumpulan muatan listrik di awan. Dalam keadaan normal, pada atmosfer bumi

terdapat ion positif dan ion negative yang tersebar acak. Ion ion ini terjadi karena tumbukan atom. Pada keadaan cuaca cerah terdapat medan listrik yang bararah ke bawah menuju bumi. Dengan adanya medan listrik tersebut maka butiran butiran yang ada di

percikan percikan petir yang arus listriknya besar dan membahayakan. Perencanaan dan pelaksanaan instalasi penangkal petir yang konvensional memerlukan waktu, biaya serta tenaga yang lebih banyak. Sedangkan pada

PEVOTE.Vol.6, No. 11, September 2011: 1 - 10

4

udara akan terpolarisasi karena induksi. Bagian atas bermuatan negative dan bagian bawah bermuatan positif. Di dalam awan ada kalanya terjadi pergerakan arus udara keatas membawa butir butir air yang berat jenisnya lebih tinggi. Karena mengalami pendinginan,

listrik

bertegangan. kerja

Arus jantung

tersebut dan dapat

mempengaruhi

mengakibatkan terhentinya kerja jantung. Disamping itu efek rangsangan dan panas yang timbul akibat arus petir pada organ organ tubuh dapat juga

melumpuhkan jaringan atau otot. Terutama otot yang mempengaruhi kerja sistem

butiran air ini membeku sehingga berat jenisnya membesar mengakibatkan gerakan kebawah dengan kecepatan sangat tinggi. Dalam pergerakannya, timbul gaya tarik terhadap ion ion negative dan ion positif. Akibatnya butiran air besar yang

pernafasan. Dan bila petir tadi tidak sampai mengakibatkan kematian pada orange yang terkena sambaran langsung maupun tidak langsung maka biasanya setelah beberapa jam atau beberapa hari sistem saraf dan jaringan atau otot otot yang mengalami kelumpuhan tadi akan kembali normal.

mengandung ion negative dan berkumpul dibagian bawah awan, sementara pada bagian atas awan akan berkumpul ion bermuatan positif

2..4.

Pertanahan (Grounding) Salah satu hal yang penting tapi

2..2. Kemungkinan Tersambar Petir

Suatu

Gedung

sedikit dimengerti dalam merancang sistem elektrikal pentanhan adalah berasal pentanahan. dari kata Kata teknik

Telah dijelaskan mengenai proses terjadinya petir dan titik sambaran petir. Untuk gedung yang terletak di bawah awan badai yang mengakibatkan tingginya medan listrik di daerah tersebut mempunyai

pentanahan itu sendiri adalah membuat suatu hubungan dengan bumi atau tanah diperoleh tahanan yang kecil. Untuk pentanahannya peralatan, dengan rangkaian yang

kemungkinan yang besar untuk tersambar petir, selain itu dimensi dari masing masing gedung sangat berpengaruh kepada

elektroda

tertanam di bumi atau menghubungkan ke beberapa logam konduktif yang terhubung ke sebuah elektroda pentanahan. adalah Sehingga suatu

besarnya kemungkinan tersambar petir

pentanahan 2..3. Akibat akibat sambaran Petir Bila arus listrik akibatan sambaran petir mengalir melalui tubuh manusia maka organ organ tubuh yang dilalui arus itu akan mengalami kejutan sama halnya seperti apabila tubuh manusia menyentuh peralatan

peralatan

hubungan ke tanah dari satu atau lebih bagian metal yang tidak dialiri arus. Yang dimaksud dengan peralatan adalah segala macam metal conduit, metal racewat, metal penguat kabel, kotak switch rangka motor dan seterusnya.

5

EFFEKTIVITAS PENERAPAN PENANGKAL PETIR SISTEM E.F ( Aditya Hendy S)

Tujuan pentanahan peralatan adalah untuk membatasi tegangan antara bagian bagian ini dengan tanah sampai pada suatu harga yang aman (tidak membahayakan) untuk semua kondisi operasi normal atau tidak normal. Pentanahan ini berguna untuk memeperoleh potensial yang merata dalam semua bagian struktur dan peralatan, dan juga untuk menjaga agar operator atau orange yang berada di daerah itu berada pada potensial yang sama dan tidak

Sistem proteksi penangkal petir yang efektif, melibatkan keterpaduan dari : 1. Terminal Udara Terminal udara adalah komponen sistem penangkal petir yang didesain untuk menangkap percikan petir dan sesegera mungkin melewatkan ke penghantar atau down conductor. 2. Penghantar ke bawah (Down Conductor) Peranan utama penghantar ke bawah adalah untuk membawa percikan dan meneruskannya ke tanah tanpa

berbahaya. Untuk tujuan dari pentanahan

menimbulkan akibat yang merusak atau merugikan, terutama di sekitar tikungan atau sudut sudut gedung dimana dapat menimbulkan penggiatan medan 3. Pentanahan Pentanahan adalah suatu bagian dari sistem penangkal petir yang berguna untuk menyebarkan arus petir di dalam

tercapai, maka perlu disediakan suatu sistem pentanahan dengan impedansi rendah. Dan sebelum itu harus diketahui dahulu faktor faktor tahanan yang memepengaruhi dari besarnya elektroda

pentanahan

pentanahan.

3. Pembahasan Kata Kunci Sistem Penangkal petir E.F adalah suatu sistem penangkal petir yang

tanah atau bumi sehingga ternetralisir, sistem pentanahan dapat dipakai secara umum pada berbagai sistem penangkal petir Terminal penangkal petir E.F

merupakan kesatuan dari terminal E.F kabel penghantar yang disebut kabel koaksial dan pentanahan. E.F merupakan kependekan dari

mempunyai keunikan tersendiri dari terminal penangkal petir pada gedung yang telah sebelumnya karena terminal E.F bekerja dengan prinsip medan elektrostatik dan tidak mengandung unsur radioaktif karena

Energi Froide (Swiss) atau Elektrostatic Field (inggris) dan di indonesia menjadi medan elektrostatik, yang pada akhirnya menjadi sebuah nama suatu penangkal petir. Sesuai dengan namanya maka prinsip kerja petir E.F bergantung pada medan elektrostatik yang ditimbulkan oleh keadaan alam pada saat terjadinya awan petir.

perolehan energi dan medan secara alami yang terjadi saat badai guruh, hal ini aman bagi lingkungan sekitarnya. Dan terminal penangkal petir E.F terdiri dari : a) Finial, merupakan sebuah batang anti korosi yang panjangnya kurang lebih 15 cm terhubung

PEVOTE.Vol.6, No. 11, September 2011: 1 - 10

6

langsung ke bumi melalui kabel koaksial, b) Kolektro, merupakan 4 buah loham runcing mengelilingi finial, c) Arching, merupakan 3 buah logam berbentuk pipa dan runcing yang juga menmpel seperti pada penyangga yang finial tidak

Sistem

penangkal

petir

yang

digunakan harus mampu melindungi seluruh bagian gedung dan menyalurkan arus petir dengan aman untuk dinetralisir di dalam tanah. Sistem penangkal petir itu sendiri memiliki 3 bagian : 1) Terminal penangkal petir, terdiri dari sistem sistem radio terminal aktif, dan

sehingga

kolektor

terpengaruh muatan finial. Tidak hanya itu saja, dalam

konvensional,

penerapan penangkal petir E.F mempunyai radius perlindungan penangkal petir E.F pada ketinggian dan intensitas sambaran.

electrostatic field, 2) Penghantar turun, terdiri dari dua jenis kabel yaitu kabel BC dan kabel koaksial/ besarnya NYY, 3) Sistem pentanahan, harus

Pemasangan terminal udara minimum 3 meter di atas leel tertinggi dari obyek yang dilindungi namun juga harus diperhitungkan mengenai efek angin yang dapat

tahanan

pentanahan

serendah mungkin agar arus petir dapat disalurkan dengan aman. Ketika bagian ini harus dapat

menggoyangkan peyangga terminal udara E.F. Dari keseluruhan pembahasan

melindungi bangunan dari bahaya sambaran petir dan dapat digunakan dengan aman. Persyaratan keamanan dan perlindungan yang dituntut oleh pemakai dapat dipenuhi oleh sistem penangkal petir EF, selain keistimewaan pada terminalnya juga oada penghantarnya. Dari seluruh uraian kerangka berpikir penelitian ini adalah menguraikan secara deskriptif tentang efektivitas penerapan

tentang kata kunci diatas dapat disimpulkan bahwa Effektifitas Penerapan Penangkal

Petir Sistem E.F pada Gedung Bertingkat dapat sesuai yang diharapkan apabila dalam pelaksanaannya melibatkan komponen

utama diantaranya :1) Terminal Udara, 2) Penghantar ke bawah (Down Conductor), 3) Pentanahan dan mempunyai radius

penangkal petir sistem EF pada gedung bertingkat di Jakarta.

perlindungan penangkal petir E.F yaitu 90 meter.

5. Metodologi Penelitian 4. Kerangka Berpikir Pertumbuhan penduduk yang pesat membuat Jakarta dipenuhi dengan gedung gedung tinggi. Dengan besarnya jumlah hari guruh di Jakarta menjadikan gedung gedung tinggi tersebut membutuhkan sistem penangkal petir. Metodologi digunakan dalam penelitian penelitian ini yang adalah

metode survai. Salah satu keuntungan dari penelitian survai adalah mungkinnya

pembuatan generalisasi untuk populasi yang besar(Masri Singarimbun dan Sofian Effendi :1988 :25)

..

7

EFFEKTIVITAS PENERAPAN PENANGKAL PETIR SISTEM E.F ( Aditya Hendy S)

Dalam mengumpulkan

hal data

ini tentang

penyusun effektivitas

1. Efektifitas penerapan penangkal petir sistem E.F, 2. Kelebihan menggunakan penangkal petir sistem EF. Kuesioner ini menggunakan Skala Guttman, dengan jawaba Ya dan Tidak. Responden diambil dari teknisi gedung

penerapan penangkal petir sistem E.F dari pentanahannya sampai dengan terminal petir yang berada dibagian atap bangunan yang sesuai dengan aturan serta jangkauan dan

perlindungan

effektif

dari

instalasi

keistimewaan lainnya.

bertingkat yang tersebut sebelumnya.

3.1.

Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan yang di lima

3.4.

Metode Pengumpulan Data Dalam penelitian ini metode

gedung

bertingkat

menggunakan

pengumpulan data yang akan digunakan meliputi : 1. Mengumpulkan data selengkapnya

penangkal petir E.F, Yaitu (1). Gedung Wisma Anugrah, (2) Gedung Sertifikasi Guru UNJ, (3) Gedung Pertamina Kwarnas, (4) Gedung Graha Iska, dan (5). Gedung C kantor pusat Taspen yang berfungsi sebagai tempat beraktifitas manusia dan berlokasi di Jakarta. Penelitian berlangsung dari bulan Maret sampai dengan Juli 2011

tentang penangkal petir sistem E.F 2. Memberi kuesioner kepada teknisi ahli ke lima gedung tersebut 3. Mengadakan pengamatan dana cataan atas hasil wawancara

3.5. 3.2. Populasi dan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh gedung di Jakarta bertingkat yang menggunakan penangkal petir sistem E.F. Sampel dalam penelitian ini adalah lima gedung di Jakarta yang menggunakan

Pengujian Instrumen Penelitian Pengujian instrument dilakukan pada

10 sampel yaitu teknisi listrik dari konsultan kontraktor. 6.1. Pengujian Validitas Validitas dengan menjabarkan

komponen komponen yang diamati dalam efektivitas penerapan penangkal petir sistem EF serta kelebihan yang dimilikinya.

penangkap petir sistem E.F.

3.3.

Instrumen Penelitian Instrumen yang digunakan dalam

Komponen yang diamati tadi diukur kedalam butir butir pernyataan yang sesuai dengan kisi kisi. Uji membanding validitas nilai dilakukan kelayakan (r) dengan suatu

penelitian ini adalah berupa kuesioner yang dibagi dalam 2 dimensi dimana tiap dimensi disertai dengan indikator. Kedua dimensi tersebut adalah :

instrument diukur dari setiap dimensinya pada kisi kisi dengan nilai r kritis yang

PEVOTE.Vol.6, No. 11, September 2011: 1 - 10

8

ditetapkan, umumnya r kritis digunakan untuk mendefinisikan2

Guilford Kriteria Sangat Reliabel Realiabel Cukup Reliabel Kurang Reliabel Tidak Reliabel >0.9 0.7 0.9 0.4 0.7 0.2 0.4 < 0.2

batas =

validitas

suatu

instrumen, yang nilainya ditetapkan sebesar r = 0,3 . Dengan menggunakan rumus : .

Dimana : r = nilai kelayakan, x = bobot jawaban responden setiap dimensi, n = jumlah responden, N = jumlah item. Hasil Perhitungan Validitas ; (1) Dimensi 1, r hitung = 0,62 dan r kritis = 0,30 sehingga keputusannya adalah Valid. (2) Dimensi 2, r hitung = 0,31 dan r kritis = 0,30 sehingga keputusannya adalah Valid. 6.2. Pengujian Reliabilitas Uji reliabiltas adalah proses

Berdasarkan kaidah reliable Guilford, dapat disimpulkan bahwa pada penelitian ini adalah reliabel. Tabel Hasil Perhitungan Reliabilitas Hasil Perhitungan Reliabilitas Efektifitas penerapan penangkal petir system EF 0.63 Cukup Reliabel Reliabilitas Skor Komposit Interpretasi

pengukuran terhadap ketepatan (konsisten) dari suatu instrumen. Pengujian ini

dimaksudkan untuk menjamin instrument yang digunakan merupakan sebuah 3.6.

instrumen yang handal, konsistensi, stabil dan dependibalitas, sehingga bila digunakan berkali kali akan menghasilkan data yang sama. Reabilitas diukur dengan rumus KR 20 : = 1

Teknik Analisis Data Data dianalisis dengan

menggunakan prosedur berikut : 3.6.1. Data dikelompokkan dan ditabulasi berdasarkan dimensi yang diukur dari criteria yang dibuat, 3.6.2. Dari hasil tabulasi data dihitung skor jawaban tiap indikator dan dimensi. Dari jawaban yang dipilih responden dihitung rata rata jawaban setiap dimensi maupun secara keseluruhan, 3.6.3. Dibuat rata rata penilaian terhadap dimensi yang diukur, kemudian dibuat kesimpulan berdasarkan kriteria yang ditentukan yaitu : 1. 76% - 100% ~> 3.6 5 adalah Efektif

Dimana : r11 = Reabilitas instrument, k = jumlah item dalam instrumen, p = 1 p, N = banyaknya responden, Vt = Varians total. Hasil perhitungan tersebut menunjukan bahwa instrument berada pada criteria cukup reliable. Berikut adalah table kategori reliabilitas Guilford : Tabel Kategori Reabilitas Guilford Kategori Reabilitas Koefisien Korelasi

9

EFFEKTIVITAS PENERAPAN PENANGKAL PETIR SISTEM E.F ( Aditya Hendy S)

2. 51% - 75% ~> 2.6 3.5 adalah Cukup Efektif 3. 26% - 50% ~> 1.6 2.5 adalah kurang efektif 4. 0% - 25% ~> 0 1.5 adalah tidak efektif. Setelah mengumpulkan teori teori dan data data yang diperlukan. Akhirnya penulis menggunakan uraian deskriptif dalam menguraikan efektivitas penerapan

dengan

penangkal

petir

konvensional

diperoleh nilai rata rata 4,83 dengan persentase 96,6.jumlah ini jika dimasukan kedalam criteria yang telah ditentukan

sebelumnya termasuk dalam kriteria pertama, bahwa penangkal petir sistem E.F

mempunyai banyak kelebihan dari penangkal petir konvensional. Secara keseluruhan ini nilai rata rata responden adalah 4,79 dengan

penangkal petir sistem EF pada gedung bertingkat.

persentase 95,8. Ini berarti bahwa penangkal petir sistem E.F efektif dibandingkan

penangkal petir konvensional. Dibawah ini 4. Hasil Penelitian Dimensi Rata rata 1 2 4,66 4,83 93,2 96,6 Persentase Penilai - an Efektif Mempu nyai banyak kelebih an Keseluru han Dari hasil pengolahan data di atas setiap dimensi dan secara keseluruhan, didapatkan analisa data rata rata skor jawaban kelima responden dalam dimensi pertama diperoleh rata rata nilai 4,66 dengan persentase 93,2. Jumlah ini jika dimasukan dalam criteria yang ditetapkan sebelumnya, termasuk dalam kriteria pertama bahwa penangkal petir sistem E.EF efektif. Sedangkan pengolahan data kelima responden tentang kelebihan yang dimiliki penangkal petir sistem E.F dibandingkan 5. Kesimpulan Kerusakan yang ditimbulkan akibat samabaran petir pada gedung beringkat atau bangunan dapat berupa kerusakan teknis yaitu terbakarnya bagian yang tersambar petir. Selain itu juga dapat mengakibatkan 4,79 95,8 Efektif Gedung Anugrah Gedung Sertifikasi UNJ Gedung Kwarnas Gedung Graha Iska Gedung C Kantor Pusat Taspen 95,82% 94,45% Pertamina 100% 100% Wisma dijabarkan perlunya gedung memasang

penangkal petir, terminal penangkal petir, penghantar turun, dan pentanahan pada lima gedung yang menjadi tempat penelitian ini. Tabel Persentase Efektivitas

Keseluruhan Gedung Nama Gedung Persentase Keseluruhan 88,54%

PEVOTE.Vol.6, No. 11, September 2011: 1 - 10

10

kerusakan mekanis seperti retaknya dinding dan atap gedung, serta kerusakan elektrik yang mengakibatkan rusaknya alat alat elektronik. Kerusakan yang sangat parah biasanya diderita oleh bahan isolasi atau semi isolasi, dan sejuahmana kerusakan tersebut terjadi tergantung pada kondisi sehingga diperlukan Sistem penangkal petir E.F yang merupakan suatu sistem penangkal petir yang merupakan kesatuan dari terminal E.F kabel penghantar yang disebut kabel koaksial dan pentanahan. Sehingga dapat disimpulkan Dari hasil tabulasi instrumen data yang diperoleh hasil rata rata skor keseluruhan responden adalah 4.66 dengan persentase 93.2%.Dan hasilnya penangkal petir sistem EF lebih efektif dibandingkan dengan penangkal petir konvensional

5.

Kraus,

John

D. New

1992. York:

Elektromagentics. McGraw Hill, Inc 6.

S, Onesimus . 2003. Sistem Instlasi Penangkal Petir dan

Penanggulangannya pada Beberapa Bangunan Vital. Jurnal Forum

Bangunan Vol 1 No 2. 7. Pabla, AS. 1994. Sistem Distribusi Daya Listrik. Jakarta : Erlangga 8. Singarimbun, Effendi. 1988. Masri, dan Sofian

Metode

Penelitian

Survai. Jakarta : LP3ES 9. Stokley, James. 1991. McGraww Hill Encyclopedia of Engineering. New York : McGraww Hill Int. Press 10. Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, Alfabeta dan R&D. Bandung :

6. DAFTAR PUSTAKA 1. Badan Standarisasi Nasional. 2000. Peraturan Umum Instalasi Listrik

11. Widyadara,

Pt.

1988.

Ilmu

pengetahuan Populer JIlid 3. Jakarta : Grolier International 12. Vernon, Cooray. 2010. Lighting

2000. Jakarta : BSN 2. Dewan Standarisasi Nasional. 1987. Pedoman Perencanaan Penangkal Petir. Jakarta : Yayasan Badan

Protection. London : The Institution of Enginerring and Technology

Penerbit Pekerjaan Umum 3. Frydenlund, Marvin M. 1995. Lighting Protection for People and Property. New York : Van Nostrand Reinhold 4. Jumlah Penduduk Indonesia. [online]. Diambil dari website Biro Pusat

7. Riwayat Penulis Aditya Hendy Suroso, atau lebih dikenal dengan Adit. Lahir di boyolali pada tanggal 19 Desember 1988. Putrid kedua dari pasangan Beralamat D.Suroso di Jl. dan Cipinang, Sri Henyati.

Kecamatan

Statistik. Tersedia di: http://bps.go.id. [diakses 13 Maret 2011]

pulogadung, Jakarta Timur, 13240. Pendidikan formal yang telah dijalani yaitu dimulai dari TK Bentara Indonesia II,

11

EFFEKTIVITAS PENERAPAN PENANGKAL PETIR SISTEM E.F ( Aditya Hendy S)

kemudian lulusan dari SD Negeri Cipinang 01 Pagi pada tahun 2000. Pada tahun yang sama melanjutkan studi ke SLTP Negeri 74, Jakarta Timur kemudian ke SMA Negeri 31 kayu Manis Jakarta Timur mengambil jurusan IPA dan lulus pada tahun 2006. Pada tahun yang sama melalui jalur PENMABA Akademika diterima Universitas menjadi Negeri civitas Jakarta,

Fakultas Teknik, Jurusan ELektro, Program Studi Pendidikan Teknik Elektro. Pernah mengukuti praktik kerja Lapangan (PKL) du PT. Indonesia Power UBP Periok. Dan pernah mengikuti program Pengenalan

Lapangan (PPL) di SMK Bunda Kandung Jakarta Selatan tahun 2010. Pengalaman organisasi yang pernah diikuti adalah unit kegiatan Mahasiswa bidang Fotografi yaitu kelompok Universitas Mahasiswa Negeri Peminat Fotografi

Jakarta

(KMPF-UNJ)

dalam Periode 2006 2011. CP : [email protected]

PEVOTE.Vol.6, No. 11, September 2011: 1 - 10

12