BAB v Edit Adit Last
-
Upload
early-cious -
Category
Documents
-
view
62 -
download
1
Transcript of BAB v Edit Adit Last
BAB VI
HASIL DAN PEMBAHASAN
Telah dilaksanakan penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi
pemilihan metode kontrasepsi implant-IUD pada ibu-ibu di wilayah kerja
puskesmas Alalak selatan Banjarmasin tahun 2012 dengan sampel penelitian
sebanyak 100 orang. Cara pemilihan subyek penelitian ini dilakukan berdasarkan
data ibu-ibu pengguna kontrasepsi di wilayah kerja puskesmas Alalak selatan
yang memenuhi kriteria inklusi.
Data yang dikumpulkan adalah hasil dari wawancara terstrukur
(kuesioner) tentang faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan metode
kontrasepsi implant dan IUD pada ibu-ibu di wilayah kerja puskesmas Alalak
selatan Banjarmasin tahun 2012 (Lampiran 1). Karakteristik subyek penelitian
dapat dilihat pada Tabel 6.1.
32
Tabel 6.1. Karakteristik Subyek Penelitan
No. Karakteristik
JumlahN=100
Kontrasepsi
N %Selain
Implant/IUDImplant/IUD
1. Pendidikan-Rendah 76 76% 35 41-Tinggi 24 24% 15 9
2. Sosial Ekonomi-Rendah 75 75% 37 38-Menengah keatas 25 25% 13 12
3. Aspek izin suami-Tidak diizinkan 21 21% 20 1-Diizinkan 79 79% 30 49
4. Persepsi rasa takut-Takut 71 71% 45 26-Tidak takut 29 29% 5 24
5. Persepsi rasa aman-Tidak aman 32 32% 30 2-Aman 68 68% 20 48
6. Pengetahuan tentang KB-Jelek 20 20% 17 3-Baik 80 80% 33 47
7. Persepsi Nilai-Negatif 65 65% 44 21-Positif 35 35% 6 29
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat karakteristik dari subyek penelitian
ini. Pada pemilihan kontrasepsi implant-IUD dan selain implant-IUD yang
berpendidikan rendah adalah sebesar 76% sedangkan yang berpendidikan tinggi
sebesar 24%. Sedangkan responden yang memilih kontrasepsi implant-IUD dan
responden yang memilih selain implant/IUD yang berstatus ekonomi rendah dan
menengah keatas sebesar 75% dan 25%. Selanjutnya untuk responden yang
memilih kontrasepsi implant-IUD dan memilih selain implant-IUD yang dilihat
dari aspek izin suami, yang tidak mendapatkan izin suami sebesar 79% sedangkan
33
yang mendapatkan izin untuk berkontrasepsi implant/IUD sebesar 21%.
Kemudian responden yang memilih kontrasepsi implant/IUD dan selain implant-
IUD yang mempunyai persepsi tidak aman terhadap penggunaan kontrasepsi
implant-IUD sebanyak 32% dan yang mempunyai persepsi rasa aman untuk
berkontrasepsi implant-IUD sebesar 68%. Untuk responden yang memilih
kontrasepsi implant-IUD dan selain implant-IUD yang mempunyai pengetahuan
jelek mengenai kontrasepsi implant-IUD kemudian memilih kontrasepsi tersebut
sebesar 20%. Sedangkan mengenai persepsi nilai tentang implant-IUD didapatkan
hasil yang memiliki persepsi negatif mengenai implant-IUD sebanyak 65% dan
persepsi nilai yang positif sebanyak 35%.
Tabel 6.2. Hubungan Tingkat Pendidikan terhadap Pemilihan kontrasepsi
Implant- IUD di Wilayah Kerja Puskesmas Alalak Selatan Banjarmasin
2012
Kontrasepsi
Total X2 p ORSelain
Implant/IUD
Implant
IUD
Tingkat
Pendidikan
RendahN
(%)
35
70
41
82
76
76
1,37 0,085 0,51TinggiN
(%)
15
30
9
18
24
24
TotalN
(%)
50
100
50
100
100
100
34
Hasil penelitian yang tersaji pada tabel 6.2 menunjukkan bahwa responden
yang memiliki pendidikan rendah yang memilih untuk berkontrasepsi selain
implant-IUD sebanyak 70% sedangkan yang memilih untuk menggunakan
kontrasepsi implant-IUD sebanyak 82%. Pada tabel tersebut terlihat perbedaan
mengenai pemilihan kontrasepsi, responden yang memilih selain implant-IUD dan
memiliki pendidikan tinggi sebanyak 30% sedangkan sebesar 18% responden
berpendidikan tinggi yang memilih untuk berkontrasepsi implant maupun IUD.
Pada uji chi square didapatkan nilai X2= 1,3706 dengan nilai p = 0,0853,
karena nilai p > 0,05, maka didapatkan hasil yang tidak bermakna dan hipotesis
penelitian ditolak, yaitu tidak ada hubungan antara tingkat pendidikan ibu dengan
pemilihan kontrasepsi implant-IUD di wilayah kerja puskesmas Alalak selatan
Banjarmasin tahun 2012. Dapat dikatakan bahwa tingkat pendidikan tidak
berpengaruh terhadap pemilihan kontrasepsi jenis implant dan IUD di wilayah
kerja puskesmas Alalak selatan Banjarmasin tahun 2012.
Nilai OR yang kurang dari 1 (yaitu 0,51) berarti bahwa tingkat pendidikan
bukan merupakan factor yang mempengaruhi terhadap penelitian kontrasepsi atau
dikatakan bahwa tingkat pendidikan yang rendah justru menyebabkan ibu
memilih kontrasepsi implant-IUD.
Dari data tersebut seharusnya tingkat pendidikan sangat menentukan daya
nalar seseorang yang lebih baik, sehingga memungkinkan menyerap informasi-
informasi juga dapat berfikir secara rasional dalam menanggapi informasi atau
setiap masalah yang dihadapi.10 Akan tetapi dalam kenyataan di wilayah kerja
35
Puskesmas Alalak Selatan masih banyak penduduk yang berpendidikan rendah.
Dari hasil wawancara peneliti dengan responden juga mendapatkan bahwa
kenyataan di lapangan, responden yang menggunakan implant dan IUD
dikarenakan mengikuti tetangga yang mempromosikan penggunaan kontrasepsi
implant maupun IUD. Hal ini mungkin disebabkan karena sosialisasi masyarakat
yang sangat baik dan sangat erat, bahkan pada masyarakat wilayah kerja Alalak
Selatan didapatkan ibu-ibu yang menggunakan kontrasepsi saling mengetahui
siapa saja tetangganya yang menggunakan kontrasepsi implant maupun IUD.
Sedangkan hubungannya dengan pengetahuan, secara teoritis tingkat pengetahuan
seseorang akan sesuatu (dalam hal ini KB jangka panjang) sangat penting serta
merupakan dasar dari sikap dan tindakan dalam menerima atau menolak sesuatu
hal, sehingga tingkat pengetahuan yang baik tentang KB dengan segala aspeknya
akan sangat membantu kelancaran usaha untuk memotivasi calon akseptor KB.12
Pengetahuan tentang kontrasepsi pada ibu-ibu tidak mesti didapat dari
pendidikan formal tapi dapat diperoleh dari berbagai informasi non formal
sehingga didapatkan bahwa tingkat pendidikan tidak mempengaruhi sikap dan
tindakan ibu dalam memilih kontrasepsi
36
Tabel 6.3. Hubungan Status Ekonomi terhadap Pemilihan kontrasepsi Implant-
IUD di wilayah Kerja Puskesmas Alalak Selatan Banjarmasin tahun
2012
Kontrasepsi
Total X2 p ORSelain
Implant/IUD
Implant
IUD
Status
Ekonomi
RendahN
(%)
37
74
38
76
75
75
0,0000 0,41 0,9
Menengah
keatas
N
(%)
13
26
12
24
25
25
TotalN
(%)
50
100%
50
100%
100
100
Hasil penelitian yang tersaji pada tabel diatas mendeskripsikan bahwa
responden yang mempunyai status ekonomi rendah yang memilih untuk
berkontrasepsi selain implant-IUD sebesar 74% sedangkan responden yang
memilih untuk berkontrasepsi implant-IUD sebanyak 76%. Pada responden yang
memiliki status ekonomi menengah keatas yang memilih untuk berkontrasepsi
selain implant-IUD sebanyak 26% kemudian yang memilih untuk berkontrasepsi
implant-IUD sebanyak 24%. Berdasarkan ini diketahui bahwa jumlah/ proporsi
responden hampir sama antara yang memilih selain implant-IUD dan yang
memilih implant-IUD, maka pada uji tersebut didapatkan nilai X2= 0,0000 dengan
didapatkannya nilai p = 0,4111 karena nilai p > 0,05, maka didapatkan hasil yang
37
tidak bermakna dan hipotesis penelitian ditolak, yaitu tidak ada hubungan antara
ibu yang bersatus ekonomi rendah untuk memilih kontrasepsi implant-IUD di
wilayah kerja puskesmas Alalak Selatan Banjarmasin tahun 2012. Dapat
dikatakan bahwa, status ekonomi tidak berpengaruh terhadap pemilihan
kontrasepsi jenis implant dan IUD di wilayah kerja puskesmas Alalak Selatan
Banjarmasin tahun 2012.
Dari data yang diperoleh menunjukkan bahwa faktor status ekonomi tidak
mempengaruhi ibu-ibu untuk berkontrasepsi implant maupun IUD, dimana
terlihat dari hasil OR sebesar 0,8988 yang menyatakan reponden yang berstatus
ekonomi rendah untuk tidak memilih kontrasepsi selain implant maupun IUD
sebanyak 0,9 kali dibanding responden yang berstatus ekonomi menengah keatas.
Pada kenyataannya bila penghasilan tinggi maka pemanfaatan pelayanan
kesehatan dan pencegahan penyakit juga meningkat, dibandingkan dengan
penghasilkan rendah akan berdampak pada kurangnya pemanfaatan pelayanan
kesehatan dalam hal pemeliharaan kesehatan karena daya beli obat maupun biaya
transportasi dalam mengunjungi pusat pelayanan kesehatan.11
Dalam kenyataan di lapangan didapatkan ibu-ibu yang berstatus ekonomi
rendah pun dapat menggunakan kontrasepsi implant maupun IUD dikarenakan
adanya fasilitas Jampersal dan Jamkesmas yang dapat digunakan ibu-ibu
berkontrasepsi implant maupun IUD secara gratis. Sehingga ibu-ibu yang
berstatus ekonomi rendah pun memanfaatkan pelayanan kesehatan dengan baik,
serta terjangkaunya puskesmas Alalak Selatan sendiri sehingga memudahkan ibu-
ibu untuk datang dan memanfaatkan pelayanan kesehatan yang telah disediakan.11
38
Tabel 6.4. Hubungan Aspek Izin Suami/ keluarga terhadap pemilihan kontrasepsi
Implant-IUD di Wilayah Kerja Puskesmas Alalak Selatan
Banjarmasin tahun 2012.
Kontrasepsi
TotalSelain
Implant/IUD
Implant
IUD
Aspek Izin
Suami/Keluarga
Tidak
diizinkan
N
(%)
20
40
1
2
21
21
DiizinkanN
(%)
30
60
49
98
79
79
TotalN
(%)
50
100%
50
100%
100
100%
Hasil penelitian yang tersaji pada tabel diatas didapatkan bahwa dari segi
aspek izin suami sangatlah berperan dalam pemilihan kontrasepsi implant dan
IUD dimana didapatkan data responden yang tidak dapat izin dari suami untuk
berkontrasepsi implant-IUD sehingga memilih untuk berkontrasepsi selain itu
sebanyak 40% sedangkan pada responden yang memilih berkontrasepsi impant-
IUD tetapi tidak mendapatkan izin dari suami hanya sebanyak 2% saja. Dari data
tersebut bahwasanya responden yang diizinkan suami untuk berkontrasepsi
implat-IUD dan menggunakannya sebanyak 98% sedangkan yang mendapat izin
dari suami tetapi tidak memilih kontrasepsi implant maupun IUD sebanyak 60%.
Pada uji chi square didapatkan nilai X2= 19,5298 dengan didapatkannya nilai p =
39
0,000000610 karena nilai p < 0,05, maka didapatkan hasil yang bermakna dan
hipotesis penelitian diterima, yaitu izin suami/keluarga (dukungan pasangan)
mempengaruhi pemilihan kontrasepsi implant-IUD di wilayah kerja puskesmas
Alalak selatan Banjarmasin tahun 2012. Dapat dikatakan bahwa, izin
suami/keluarga berpengaruh terhadap pemilihan kontrasepsi jenis implant dan
IUD di wilayah kerja puskesmas Alalak Selatan Banjarmasin tahun 2012.
Berdasarkan table diatas didapatkan nilai OR sebesar 32,56 kali risiko
untuk ibu tidak memilih implant-IUD, dimana suami dianggap sebagai kepala
keluarga, pencari nafkah dan seseorang yang dapat membuat keputusan dalam
suatu keluarga. Adanya peran serta suami dalam intervensi penggunaan KB pun
ikut mengambil andil. Hal-hal yang berkaitan dengan hal tersebut diantaranya
adalah perolehan izin istri untuk pemakaian metode kontrasepsi yang akan
digunakan dan hal ini tentunya menjadi satu alasan sendiri dimana sebagai
seorang suami pun juga memiliki hak untuk menentukan dan mengatur kehidupan
rumah tangga dalam rangka mencapai kebahagiaan dan kesejahteraan berumah
tangga itu sendiri.12 Hal ini juga dipertegas dengan penelitian Karindra yang
menyebutkan bahwa peran serta suami sangat berperan dalam keikutsertaan
sebagai akseptor Keluarga Berencana di Rumah Sakit (KBRS) pada pasien
pascapersalinan dan pasca keguguran.12
Tabel 6.5. Hubungan Persepsi Rasa Takut terhadap pemilihan kontrasepsi
Implant/ IUD di
wilayah Kerja Puskesmas Alalak Selatan Banjarmasin 2012
40
Kontrasepsi
Total X2 p ORSelain
Implant/IUD
Implant
IUD
Persepsi
Rasa Takut
TakutN
(%)
45
90
26
52
71
71
15,7 0,000012 8,4Tidak
Takut
N
(%)
5
10
24
48
79
79
TotalN
(%)
50
100%
50
100%
100
100
Hasil penelitian yang tersaji pada tabel di atas mendeskripsikan bahwa
persepsi rasa takut akan membuat responden cenderung memilih untuk
menggunakan kontrasepsi selain implant-IUD, dapat dilihat pada tabel tersebut
bahwa pada responden yang memiliki persepsi rasa takut terhadap implant-IUD
dan memilih kontrasepsi selain implant-IUD sebanyak 90% sedangkan responden
yang takut tetapi tetap memilih untuk berkontrasepsi implant-IUD sebanyak 52%.
Kemudian dapat dilihat lagi pada responden penelitian ini yang tidak takut untuk
menggunakan kontrasepsi implant-IUD sebanyak 48% akan tetapi responden yang
tidak takut tetapi tetap memilih kontrasepsi selain implant-IUD hanya sebanyak
10%.
Kemudian pada uji chi square tersebut didapatkan nilai X2= 15,7358
dengan didapatkannya nilai p = 0,0000129 karena nilai p < 0,05, maka didapatkan
hasil yang bermakna dan hipotesis penelitian diterima, yaitu persepsi rasa takut
41
mempengaruhi pemilihan kontrasepsi implant-IUD di wilayah kerja puskesmas
alalak selatan Banjarmasin tahun 2012. Dapat dikatakan bahwa persepsi rasa takut
berpengaruh terhadap responden untuk tidak memilih kontrasepsi jenis implant
dan IUD di wilayah kerja puskesmas alalak selatan Banjarmasin tahun 2012.
Data yang didapatkan menunjukkan bahwa faktor persepsi rasa takut yang
mempengaruhi ibu memilih kontrasepsi implant dan IUD di wilayah kerja
puskesmas alalak selatan Banjarmasin tahun 2012 dengan OR= 8,3077 dan
p=0,0000129.
Dari data yang diperoleh menunjukkan bahwa faktor persepsi rasa takut
mempengaruhi responden untuk tidak berkontrasepsi implant maupun IUD
sebesar 8,3 kali dibandingkan dengan responden yang tidak takut untuk memilih
berkontrasepsi implant/IUD, sehingga pada responden yang tidak memilih
kontrasepsi implant maupun IUD dikarenakan takut akan pemasangan dan efek
samping yang ditimbulkan yaitu sebanyak 90%. Dalam masyarakat didapatkan
bahwa menurut pendapat mereka, implant maupun IUD cara memasangnya
dengan memasukkan benda asing ke tubuh sehingga akan menimbulkan rasa sakit
dan bekas pada tempat pemasangan.
Faktor yang memicu persepsi rasa takut sendiri dipicu dari cerita orang
lain dimana mengakibatkan keengganan untuk memanfaatkan implant maupun
IUD sebagai alternatif berkontrasepsi. Pada akhirnya mereka sebagai konsumen
dari pelayanan kontrasepsi tidak begitu saja mengambil keputusan untuk
memanfaatkan suatu produk kontrasepsi tertentu, melainkan terlebih dahulu
dipengaruhi oleh sifat-sifat budaya, sosial, pribadi dan psikologi.17
42
Masyarakat umumnya berasumsi bahwa kontrasepsi implant/IUD adalah
jenis kontrasepsi yang harus memasukkan sesuatu benda tajam ke dalam tubuh,
yakni implant dimasukkan di bawah kulit di bagian lengan atas, dan IUD di
dalam rahim. Hal tersebut membuat suatu persepsi rasa takut, yang rata-rata
dianggap oleh sebagian masyarakat, karena pemasangan yang demikian
tersebut.13
Tabel 6.6. Hubungan Persepsi Rasa Aman terhadap pemilihan kontrasepsi Implant-
IUD di wilayah Kerja Puskesmas Alalak Selatan Banjarmasin tahun 2012
Kontrasepsi
Total X2 p ORSelain
Implant/IUDImplant IUD
Persepsi
Rasa Aman
Tidak
aman
N
(%)
30
60
2
4
32
32
33,5 0,000 36
AmanN
(%)
20
40
48
96
68
68
TotalN
(%)
50
100%
50
100%
100
100
Hasil penelitian yang tersaji pada tabel 6.6 mendiskripsikan pada
responden yang memiliki persepsi tidak aman terhadap penggunaan kontrasepsi
43
implant-IUD sehingga responden memilih untuk berkontrasepsi selain implant-
IUD sebesar 60% sedangkan yang tetap memilih untuk menggunakan kontrasepsi
implant-IUD walaupun dilandasi persepsi tidak aman sebanyak 4%. Dengan
adanya persepsi aman menurut informasi dari teman maupun tetangga sehingga
banyak responden yang memilih untuk berkontrasepsi implant-IUD sebanyk 96%
sedangkan yang memilih untuk berkontrasepsi lain walaupun sudah dilandasi
persepsi aman sebesar 40%.
Berdasarkan uji chi square didapatkan nilai X2= 33,5018 dengan
didapatkannya nilai p = 0,0000000002, karena nilai p < 0,05, maka didapatkan
hasil yang bermakna dan hipotesis penelitian diterima, yaitu persepsi rasa aman
mempengaruhi pemilihan kontrasepsi implant-IUD di wilayah kerja puskesmas
Alalak Selatan Banjarmasin tahun 2012. Dapat dikatakan bahwa persepsi rasa
aman berpengaruh terhadap pemilihan kontrasepsi jenis implant dan IUD di
wilayah kerja puskesmas Alalak Selatan Banjarmasin tahun 2012.
Data yang didapatkan menunjukkan bahwa faktor persepsi rasa aman yang
mempengaruhi ibu memilih kontrasepsi implant dan IUD di wilayah kerja
puskesmas alalak selatan Banjarmasin tahun 2012 dengan OR= 36 dan
p=0,0000000002.
Dari data yang diperoleh menunjukkan bahwa faktor persepsi rasa aman
mempengaruhi ibu-ibu untuk berkontrasepsi implant maupun IUD, hal ini terkait
dengan adanya faktor informasi dari orang lain baik teman ataupun tetangga yang
banyak mengungkapkan cerita tentang pengalaman orang lain yang memakai
implant-IUD namun gagal ataupun hanya sekedar mitos belaka yang mereka
44
sendiri juga tidak tahu kebenarannya, meskipun demikian informasi yang bersifat
negatif tersebut seringkali dianut, sehingga memunculkan persepsi kurang aman
terhadap pemakaian KB implant-IUD dan akhirnya menimbulkan momok
tersendiri bagi akseptor yang ingin menggunakan kontrasepsi ini.13
Tabel 6.7. Hubungan Pengetahuan Tentang Kontrasepsi Implant-IUD terhadap
Pemilihan kontrasepsi Implant/ IUD di Wilayah Kerja Puskesmas
Alalak Selatan Banjarmasin tahun 2012
Kontrasepsi
Total X2 p ORSelain
Implant/IUD
Implant
IUD
Pengetahuan
Tentang
Kontrasepsi
JelekN
(%)
17
34
3
6
20
20
10,56 0,000 8
BaikN
(%)
33
66
47
94
80
80
TotalN
(%)
50
100%
50
100%
100
100
Hasil penelitian yang tersaji pada tabel di atas menunjukkan responden
yang berpengetahuan jelek mengenai kontrasepsi implant-IUD sehingga memilih
untuk berkontrasepsi lain sebanyak 34% sedangkan yang memilih berkontrasepsi
implant maupun IUD meskipun memiliki pengetahuan jelek tentang kontrasepsi
45
tersebut sebesar 6%. Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa banyak reponden
yang menggunakan kontrasepsi implant-IUD ini berpengetahuan baik sebesar
94% sedangkan yang berpengetahuan baik akan tetapi menggunakan kontrasepsi
selain implant maupun IUD sebanyak 66%.
Berdasarkan hasil pada uji chi square didapatkan nilai X2= 10,5625 dengan
didapatkannya nilai p = 0,000224 karena nilai p < 0,05, maka didapatkan hasil
yang bermakna dan hipotesis penelitian diterima, yaitu pengetahuan tentang
kontrasepsi implant-IUD mempengaruhi pemilihan kontrasepsi implant-IUD di
wilayah kerja puskesmas Alalak Selatan Banjarmasin tahun 2012. Dapat
dikatakan bahwa pengetahuan tentang kontrasepsi implant-IUD berpengaruh
terhadap pemilihan kontrasepsi jenis implant dan IUD di wilayah kerja puskesmas
Alalak Selatan Banjarmasin tahun 2012.
Berdasarkan table diatas didapatkan nilai OR sebesar 8 yang berarti bahwa
faktor pengetahuan tentang kontrasepsi implant-IUD mempengaruhi ibu-ibu untuk
berkontrasepsi implant maupun IUD sebanyak 8 kali dibandingkan dengan
responden yang berpengetahuan jelek kemudian tidak memilih kontrasepsi
implant maupun IUD. Pada tabel tersebut juga tergambar bahwa pengetahuan
responden mengenai kontrasepsi implant maupun IUD baik dengan diperolehnya
data responden berpengetahuan baik tentang kontrasepsi implant maupun IUD
pada ibu yang menggunakan kontrasepsi selain implant-IUD sebanyak (60%).
Dapat dilihat bahwa banyak ibu mengetahui tentang kontrasepsi implant maupun
IUD menyebabkan pada masyarakat wilayah kerja puskesmas Alalak Selatan
Banjarmasin memilih kontrasepsi implant atau IUD.
46
Disini terlihat bahwa pada masyarakat wilayah kerja puskesmas Alalak
Selatan Banjarmasin banyak masyarakat yang tahu tentang kontrasepsi implant
maupun IUD akan tetapi masih diperlukannya peningkatan penyuluhan di
masyarakat agar menggunakan kontrasepsi implant dan IUD ini.
Ketidaktahuan responden tentang hal teknis implant/IUD terkait dengan
minat mereka pada alat kontrasepsi jenis lain yang dipakainya saat ini, sehingga
membuat mereka menutup diri dalam mendapatkan informasi tentang alat
kontrasepsi jenis lain termasuk jenis implant maupun IUD. Hal ini sesuai dengan
determinan perilaku manusia yang dikemukakan oleh WHO yang menyebutkan
alasan seseorang terhadap objek.18 seseorang yang tidak memiliki keinginan,
motivasi dan kehendak untuk menggunakan alat kontrasepsi jangka panjang
seperti implant-IUD tdak akan berperilaku mencari informasi tentang implant
maupun IUD sehingga enggan memakai kontrasepsi tersebut.
Sebagaimana diungkapkan oleh Engel et al bahwa faktor individu yakni
pengetahuan berpengaruh pada perilaku konsumen yang dalam penelitian ini lebih
memilih untuk menggunakan alat kontrasepsi tertentu, tidak lepas dari faktor
perilaku masing-masing individu. Perilaku individu tersebut disebabkan oleh
faktor penyebab perilaku, yang salah satunya adalah pengetahuan, dimana faktor
ini menjadi dasar atau motivasi bagi individu dalam mengambil keputusan.18
Tabel 6.8. Hubungan Persepsi Nilai terhadap kontrasepsi Implant-IUD di wilayah
Kerja Puskesmas Alalak Selatan Banjarmasin tahun 2012
Kontrasepsi
Total X2 p OR
Selain Implant
47
Implant/IUD IUD
Persepsi
Nilai
NegatifN
(%)
44
88
21
42
65
65
21,2 0,000 10,12
PositifN
(%)
6
12
29
58
35
35
TotalN
(%)
50
100%
50
100%
100
Hasil penelitian yang tersaji pada table 6.8 mendeskripsikan bahwa
persepsi nilai responden terhadap kontrasepsi implant maupun IUD yang negatif
sehingga tidak memilih kontrasepsi tersebut sebanyak 88% kemudian yang
memilih kontrasepsi implant maupun IUD dengan persepsi nilai negatif terhadap
kontrasepsi tersebut tetapi tetatp menggunakannya sebanyak 42%. Kemudian pada
responden yang mempunyai persepsi nilai positif sehingga memakai kontrasepsi
implant-IUD sebanyak 58% dan yang tidak memilih menggunakan kontrasepsi
tersebut sebanyak 12%.
Berdasarkan pada uji chi square didapatkan nilai X2= 21,2747 dengan
didapatkannya nilai p = 0,0000005864 karena nilai p < 0,05, maka didapatkan
hasil yang bermakna dan hipotesis penelitian diterima, yaitu persepsi nilai
mempengaruhi pemilihan kontrasepsi implant-IUD di wilayah kerja puskesmas
Alalak Selatan Banjarmasin tahun 2012. Dapat dikatakan bahwa persepsi nilai
berpengaruh terhadap pemilihan kontrasepsi jenis implant dan IUD di wilayah
kerja puskesmas Alalak Selatan Banjarmasin tahun 2012.
48
Berdaarkan tabel diatas diperoleh nilai OR sebesar 10,12 yang
menunjukkan bahwa faktor persepsi nilai negatif mempengaruhi responden untuk
tidak berkontrasepsi implant maupun IUD sebanyak 10,12 kali dibandingkan
dengan responden yang mempunyai persepsi positif menggunakan kontrasepsi
implant-IUD. Dalam tabel terlihat bahwa reponden yang berkontrasepsi implant
maupun IUD cenderung memiliki persepsi negative sehingga tidak menggunakan
kontrasepsi implant maupun IUD (88%) persepsi nilainya ini disebabkan karena
dari sisi agama, masyarakat menilainya secara negatif, yang berarti kurangnya
dukungan dari pihak-pihak terkait serta pada masyarakat beranggapan bahwa
berkontrasepsi implant maupun IUD dilarang agama, dan responden beranggapan
adanya larangan dari tokoh agama yang dianut di wilayahnya tersebut. Dengan
demikian maka diperlukannya peningkatan peran tokoh masyarakat tersebut,
kader dan petugas kesehatan serta upaya memperbaiki nilai negatif dari
kontrasepsi implant maupun IUD yang terletak pada adanya perasaan malu saat
pemasangan.
BAB VII
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Tidak terdapatnya hubungan antara tingkat pendidikan ibu dengan
keputusan ibu memilih metode kontrasepsi implant/IUD di wilayah kerja
Puskesmas Alalak Selatan Banjarmasin.
49
2. Tidak terdapat hubungan antara tingkat ekonomi ibu dengan keputusan
memilih metode kontrasepsi Implant-IUD di wilayah kerja Puskesmas
Alalak Selatan.
3. Terdapat hubungan antara izin suami dengan keputusan memilih metode
kontrasepsi Implant-IUD di wilayah kerja Puskesmas Alalak Selatan.
4. Terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan ibu dengan keputusan
memilih metode kontrasepsi Implant-IUD di wilayah kerja Puskesmas
Alalak Selatan.
5. Terdapat hubungan antara persepsi rasa aman dengan keputusan memilih
metode kontrasepsi Implant-IUD di wilayah kerja Puskesmas Alalak
Selatan.
6. Terdapat hubungan antara persepsi rasa takut dengan keputusan memilih
metode kontrasepsi Implant-IUD di wilayah kerja Puskesmas Alalak
Selatan.
7. Terdapat hubungan antara persepsi nilai tentang Implant-IUD dengan
keputusan memilih metode kontrasepsi Implant-IUD di wilayah kerja
Puskesmas Alalak Selatan.
8. Faktor yang paling besar mempengaruhi ibu terhadap pemilihan metode
kontrasepsi implant maupun IUD adalah persepsi rasa aman, aspek izin
suami/keluarga, persepsi nilai, persepsi rasa takut terhadap penggunaan
kontrasepsi implant/IUD, pengetahuan terhadap kontrasepsi implant/IUD,
status ekonomi dan pendidikan.
50
B. SARAN
1. Pusekesmas Alalak selatan Banjarmasin perlu lebih berperan aktif dalam
penyelenggaraan penyuluhan tentang penggunaan kontrasepsi implant dan
IUD untuk meningkatkan pengetahuan penduduk mengenai kontrasepsi
implant dan IUD.
2. Membentuk kaderisasi di lingkungan masyarakat sehingga dapat
memudahkan masyarakat memperoleh informasi dan dukungan untuk
menggunakan kontrasepsi implant dan IUD.
51