BAB v Edit Adit Last

30
BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN Telah dilaksanakan penelitian mengenai faktor- faktor yang mempengaruhi pemilihan metode kontrasepsi implant-IUD pada ibu-ibu di wilayah kerja puskesmas Alalak selatan Banjarmasin tahun 2012 dengan sampel penelitian sebanyak 100 orang. Cara pemilihan subyek penelitian ini dilakukan berdasarkan data ibu-ibu pengguna kontrasepsi di wilayah kerja puskesmas Alalak selatan yang memenuhi kriteria inklusi. Data yang dikumpulkan adalah hasil dari wawancara terstrukur (kuesioner) tentang faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan metode kontrasepsi implant dan IUD pada ibu-ibu di wilayah kerja puskesmas Alalak selatan Banjarmasin tahun 2012 (Lampiran 1). Karakteristik subyek penelitian dapat dilihat pada Tabel 6.1. 32

Transcript of BAB v Edit Adit Last

Page 1: BAB v Edit Adit Last

BAB VI

HASIL DAN PEMBAHASAN

Telah dilaksanakan penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi

pemilihan metode kontrasepsi implant-IUD pada ibu-ibu di wilayah kerja

puskesmas Alalak selatan Banjarmasin tahun 2012 dengan sampel penelitian

sebanyak 100 orang. Cara pemilihan subyek penelitian ini dilakukan berdasarkan

data ibu-ibu pengguna kontrasepsi di wilayah kerja puskesmas Alalak selatan

yang memenuhi kriteria inklusi.

Data yang dikumpulkan adalah hasil dari wawancara terstrukur

(kuesioner) tentang faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan metode

kontrasepsi implant dan IUD pada ibu-ibu di wilayah kerja puskesmas Alalak

selatan Banjarmasin tahun 2012 (Lampiran 1). Karakteristik subyek penelitian

dapat dilihat pada Tabel 6.1.

32

Page 2: BAB v Edit Adit Last

Tabel 6.1. Karakteristik Subyek Penelitan

No. Karakteristik

JumlahN=100

Kontrasepsi

N %Selain

Implant/IUDImplant/IUD

1. Pendidikan-Rendah 76 76% 35 41-Tinggi 24 24% 15 9

2. Sosial Ekonomi-Rendah 75 75% 37 38-Menengah keatas 25 25% 13 12

3. Aspek izin suami-Tidak diizinkan 21 21% 20 1-Diizinkan 79 79% 30 49

4. Persepsi rasa takut-Takut 71 71% 45 26-Tidak takut 29 29% 5 24

5. Persepsi rasa aman-Tidak aman 32 32% 30 2-Aman 68 68% 20 48

6. Pengetahuan tentang KB-Jelek 20 20% 17 3-Baik 80 80% 33 47

7. Persepsi Nilai-Negatif 65 65% 44 21-Positif 35 35% 6 29

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat karakteristik dari subyek penelitian

ini. Pada pemilihan kontrasepsi implant-IUD dan selain implant-IUD yang

berpendidikan rendah adalah sebesar 76% sedangkan yang berpendidikan tinggi

sebesar 24%. Sedangkan responden yang memilih kontrasepsi implant-IUD dan

responden yang memilih selain implant/IUD yang berstatus ekonomi rendah dan

menengah keatas sebesar 75% dan 25%. Selanjutnya untuk responden yang

memilih kontrasepsi implant-IUD dan memilih selain implant-IUD yang dilihat

dari aspek izin suami, yang tidak mendapatkan izin suami sebesar 79% sedangkan

33

Page 3: BAB v Edit Adit Last

yang mendapatkan izin untuk berkontrasepsi implant/IUD sebesar 21%.

Kemudian responden yang memilih kontrasepsi implant/IUD dan selain implant-

IUD yang mempunyai persepsi tidak aman terhadap penggunaan kontrasepsi

implant-IUD sebanyak 32% dan yang mempunyai persepsi rasa aman untuk

berkontrasepsi implant-IUD sebesar 68%. Untuk responden yang memilih

kontrasepsi implant-IUD dan selain implant-IUD yang mempunyai pengetahuan

jelek mengenai kontrasepsi implant-IUD kemudian memilih kontrasepsi tersebut

sebesar 20%. Sedangkan mengenai persepsi nilai tentang implant-IUD didapatkan

hasil yang memiliki persepsi negatif mengenai implant-IUD sebanyak 65% dan

persepsi nilai yang positif sebanyak 35%.

Tabel 6.2. Hubungan Tingkat Pendidikan terhadap Pemilihan kontrasepsi

Implant- IUD di Wilayah Kerja Puskesmas Alalak Selatan Banjarmasin

2012

Kontrasepsi

Total X2 p ORSelain

Implant/IUD

Implant

IUD

Tingkat

Pendidikan

RendahN

(%)

35

70

41

82

76

76

1,37 0,085 0,51TinggiN

(%)

15

30

9

18

24

24

TotalN

(%)

50

100

50

100

100

100

34

Page 4: BAB v Edit Adit Last

Hasil penelitian yang tersaji pada tabel 6.2 menunjukkan bahwa responden

yang memiliki pendidikan rendah yang memilih untuk berkontrasepsi selain

implant-IUD sebanyak 70% sedangkan yang memilih untuk menggunakan

kontrasepsi implant-IUD sebanyak 82%. Pada tabel tersebut terlihat perbedaan

mengenai pemilihan kontrasepsi, responden yang memilih selain implant-IUD dan

memiliki pendidikan tinggi sebanyak 30% sedangkan sebesar 18% responden

berpendidikan tinggi yang memilih untuk berkontrasepsi implant maupun IUD.

Pada uji chi square didapatkan nilai X2= 1,3706 dengan nilai p = 0,0853,

karena nilai p > 0,05, maka didapatkan hasil yang tidak bermakna dan hipotesis

penelitian ditolak, yaitu tidak ada hubungan antara tingkat pendidikan ibu dengan

pemilihan kontrasepsi implant-IUD di wilayah kerja puskesmas Alalak selatan

Banjarmasin tahun 2012. Dapat dikatakan bahwa tingkat pendidikan tidak

berpengaruh terhadap pemilihan kontrasepsi jenis implant dan IUD di wilayah

kerja puskesmas Alalak selatan Banjarmasin tahun 2012.

Nilai OR yang kurang dari 1 (yaitu 0,51) berarti bahwa tingkat pendidikan

bukan merupakan factor yang mempengaruhi terhadap penelitian kontrasepsi atau

dikatakan bahwa tingkat pendidikan yang rendah justru menyebabkan ibu

memilih kontrasepsi implant-IUD.

Dari data tersebut seharusnya tingkat pendidikan sangat menentukan daya

nalar seseorang yang lebih baik, sehingga memungkinkan menyerap informasi-

informasi juga dapat berfikir secara rasional dalam menanggapi informasi atau

setiap masalah yang dihadapi.10 Akan tetapi dalam kenyataan di wilayah kerja

35

Page 5: BAB v Edit Adit Last

Puskesmas Alalak Selatan masih banyak penduduk yang berpendidikan rendah.

Dari hasil wawancara peneliti dengan responden juga mendapatkan bahwa

kenyataan di lapangan, responden yang menggunakan implant dan IUD

dikarenakan mengikuti tetangga yang mempromosikan penggunaan kontrasepsi

implant maupun IUD. Hal ini mungkin disebabkan karena sosialisasi masyarakat

yang sangat baik dan sangat erat, bahkan pada masyarakat wilayah kerja Alalak

Selatan didapatkan ibu-ibu yang menggunakan kontrasepsi saling mengetahui

siapa saja tetangganya yang menggunakan kontrasepsi implant maupun IUD.

Sedangkan hubungannya dengan pengetahuan, secara teoritis tingkat pengetahuan

seseorang akan sesuatu (dalam hal ini KB jangka panjang) sangat penting serta

merupakan dasar dari sikap dan tindakan dalam menerima atau menolak sesuatu

hal, sehingga tingkat pengetahuan yang baik tentang KB dengan segala aspeknya

akan sangat membantu kelancaran usaha untuk memotivasi calon akseptor KB.12

Pengetahuan tentang kontrasepsi pada ibu-ibu tidak mesti didapat dari

pendidikan formal tapi dapat diperoleh dari berbagai informasi non formal

sehingga didapatkan bahwa tingkat pendidikan tidak mempengaruhi sikap dan

tindakan ibu dalam memilih kontrasepsi

36

Page 6: BAB v Edit Adit Last

Tabel 6.3. Hubungan Status Ekonomi terhadap Pemilihan kontrasepsi Implant-

IUD di wilayah Kerja Puskesmas Alalak Selatan Banjarmasin tahun

2012

Kontrasepsi

Total X2 p ORSelain

Implant/IUD

Implant

IUD

Status

Ekonomi

RendahN

(%)

37

74

38

76

75

75

0,0000 0,41 0,9

Menengah

keatas

N

(%)

13

26

12

24

25

25

TotalN

(%)

50

100%

50

100%

100

100

Hasil penelitian yang tersaji pada tabel diatas mendeskripsikan bahwa

responden yang mempunyai status ekonomi rendah yang memilih untuk

berkontrasepsi selain implant-IUD sebesar 74% sedangkan responden yang

memilih untuk berkontrasepsi implant-IUD sebanyak 76%. Pada responden yang

memiliki status ekonomi menengah keatas yang memilih untuk berkontrasepsi

selain implant-IUD sebanyak 26% kemudian yang memilih untuk berkontrasepsi

implant-IUD sebanyak 24%. Berdasarkan ini diketahui bahwa jumlah/ proporsi

responden hampir sama antara yang memilih selain implant-IUD dan yang

memilih implant-IUD, maka pada uji tersebut didapatkan nilai X2= 0,0000 dengan

didapatkannya nilai p = 0,4111 karena nilai p > 0,05, maka didapatkan hasil yang

37

Page 7: BAB v Edit Adit Last

tidak bermakna dan hipotesis penelitian ditolak, yaitu tidak ada hubungan antara

ibu yang bersatus ekonomi rendah untuk memilih kontrasepsi implant-IUD di

wilayah kerja puskesmas Alalak Selatan Banjarmasin tahun 2012. Dapat

dikatakan bahwa, status ekonomi tidak berpengaruh terhadap pemilihan

kontrasepsi jenis implant dan IUD di wilayah kerja puskesmas Alalak Selatan

Banjarmasin tahun 2012.

Dari data yang diperoleh menunjukkan bahwa faktor status ekonomi tidak

mempengaruhi ibu-ibu untuk berkontrasepsi implant maupun IUD, dimana

terlihat dari hasil OR sebesar 0,8988 yang menyatakan reponden yang berstatus

ekonomi rendah untuk tidak memilih kontrasepsi selain implant maupun IUD

sebanyak 0,9 kali dibanding responden yang berstatus ekonomi menengah keatas.

Pada kenyataannya bila penghasilan tinggi maka pemanfaatan pelayanan

kesehatan dan pencegahan penyakit juga meningkat, dibandingkan dengan

penghasilkan rendah akan berdampak pada kurangnya pemanfaatan pelayanan

kesehatan dalam hal pemeliharaan kesehatan karena daya beli obat maupun biaya

transportasi dalam mengunjungi pusat pelayanan kesehatan.11

Dalam kenyataan di lapangan didapatkan ibu-ibu yang berstatus ekonomi

rendah pun dapat menggunakan kontrasepsi implant maupun IUD dikarenakan

adanya fasilitas Jampersal dan Jamkesmas yang dapat digunakan ibu-ibu

berkontrasepsi implant maupun IUD secara gratis. Sehingga ibu-ibu yang

berstatus ekonomi rendah pun memanfaatkan pelayanan kesehatan dengan baik,

serta terjangkaunya puskesmas Alalak Selatan sendiri sehingga memudahkan ibu-

ibu untuk datang dan memanfaatkan pelayanan kesehatan yang telah disediakan.11

38

Page 8: BAB v Edit Adit Last

Tabel 6.4. Hubungan Aspek Izin Suami/ keluarga terhadap pemilihan kontrasepsi

Implant-IUD di Wilayah Kerja Puskesmas Alalak Selatan

Banjarmasin tahun 2012.

Kontrasepsi

TotalSelain

Implant/IUD

Implant

IUD

Aspek Izin

Suami/Keluarga

Tidak

diizinkan

N

(%)

20

40

1

2

21

21

DiizinkanN

(%)

30

60

49

98

79

79

TotalN

(%)

50

100%

50

100%

100

100%

Hasil penelitian yang tersaji pada tabel diatas didapatkan bahwa dari segi

aspek izin suami sangatlah berperan dalam pemilihan kontrasepsi implant dan

IUD dimana didapatkan data responden yang tidak dapat izin dari suami untuk

berkontrasepsi implant-IUD sehingga memilih untuk berkontrasepsi selain itu

sebanyak 40% sedangkan pada responden yang memilih berkontrasepsi impant-

IUD tetapi tidak mendapatkan izin dari suami hanya sebanyak 2% saja. Dari data

tersebut bahwasanya responden yang diizinkan suami untuk berkontrasepsi

implat-IUD dan menggunakannya sebanyak 98% sedangkan yang mendapat izin

dari suami tetapi tidak memilih kontrasepsi implant maupun IUD sebanyak 60%.

Pada uji chi square didapatkan nilai X2= 19,5298 dengan didapatkannya nilai p =

39

Page 9: BAB v Edit Adit Last

0,000000610 karena nilai p < 0,05, maka didapatkan hasil yang bermakna dan

hipotesis penelitian diterima, yaitu izin suami/keluarga (dukungan pasangan)

mempengaruhi pemilihan kontrasepsi implant-IUD di wilayah kerja puskesmas

Alalak selatan Banjarmasin tahun 2012. Dapat dikatakan bahwa, izin

suami/keluarga berpengaruh terhadap pemilihan kontrasepsi jenis implant dan

IUD di wilayah kerja puskesmas Alalak Selatan Banjarmasin tahun 2012.

Berdasarkan table diatas didapatkan nilai OR sebesar 32,56 kali risiko

untuk ibu tidak memilih implant-IUD, dimana suami dianggap sebagai kepala

keluarga, pencari nafkah dan seseorang yang dapat membuat keputusan dalam

suatu keluarga. Adanya peran serta suami dalam intervensi penggunaan KB pun

ikut mengambil andil. Hal-hal yang berkaitan dengan hal tersebut diantaranya

adalah perolehan izin istri untuk pemakaian metode kontrasepsi yang akan

digunakan dan hal ini tentunya menjadi satu alasan sendiri dimana sebagai

seorang suami pun juga memiliki hak untuk menentukan dan mengatur kehidupan

rumah tangga dalam rangka mencapai kebahagiaan dan kesejahteraan berumah

tangga itu sendiri.12 Hal ini juga dipertegas dengan penelitian Karindra yang

menyebutkan bahwa peran serta suami sangat berperan dalam keikutsertaan

sebagai akseptor Keluarga Berencana di Rumah Sakit (KBRS) pada pasien

pascapersalinan dan pasca keguguran.12

Tabel 6.5. Hubungan Persepsi Rasa Takut terhadap pemilihan kontrasepsi

Implant/ IUD di

wilayah Kerja Puskesmas Alalak Selatan Banjarmasin 2012

40

Page 10: BAB v Edit Adit Last

Kontrasepsi

Total X2 p ORSelain

Implant/IUD

Implant

IUD

Persepsi

Rasa Takut

TakutN

(%)

45

90

26

52

71

71

15,7 0,000012 8,4Tidak

Takut

N

(%)

5

10

24

48

79

79

TotalN

(%)

50

100%

50

100%

100

100

Hasil penelitian yang tersaji pada tabel di atas mendeskripsikan bahwa

persepsi rasa takut akan membuat responden cenderung memilih untuk

menggunakan kontrasepsi selain implant-IUD, dapat dilihat pada tabel tersebut

bahwa pada responden yang memiliki persepsi rasa takut terhadap implant-IUD

dan memilih kontrasepsi selain implant-IUD sebanyak 90% sedangkan responden

yang takut tetapi tetap memilih untuk berkontrasepsi implant-IUD sebanyak 52%.

Kemudian dapat dilihat lagi pada responden penelitian ini yang tidak takut untuk

menggunakan kontrasepsi implant-IUD sebanyak 48% akan tetapi responden yang

tidak takut tetapi tetap memilih kontrasepsi selain implant-IUD hanya sebanyak

10%.

Kemudian pada uji chi square tersebut didapatkan nilai X2= 15,7358

dengan didapatkannya nilai p = 0,0000129 karena nilai p < 0,05, maka didapatkan

hasil yang bermakna dan hipotesis penelitian diterima, yaitu persepsi rasa takut

41

Page 11: BAB v Edit Adit Last

mempengaruhi pemilihan kontrasepsi implant-IUD di wilayah kerja puskesmas

alalak selatan Banjarmasin tahun 2012. Dapat dikatakan bahwa persepsi rasa takut

berpengaruh terhadap responden untuk tidak memilih kontrasepsi jenis implant

dan IUD di wilayah kerja puskesmas alalak selatan Banjarmasin tahun 2012.

Data yang didapatkan menunjukkan bahwa faktor persepsi rasa takut yang

mempengaruhi ibu memilih kontrasepsi implant dan IUD di wilayah kerja

puskesmas alalak selatan Banjarmasin tahun 2012 dengan OR= 8,3077 dan

p=0,0000129.

Dari data yang diperoleh menunjukkan bahwa faktor persepsi rasa takut

mempengaruhi responden untuk tidak berkontrasepsi implant maupun IUD

sebesar 8,3 kali dibandingkan dengan responden yang tidak takut untuk memilih

berkontrasepsi implant/IUD, sehingga pada responden yang tidak memilih

kontrasepsi implant maupun IUD dikarenakan takut akan pemasangan dan efek

samping yang ditimbulkan yaitu sebanyak 90%. Dalam masyarakat didapatkan

bahwa menurut pendapat mereka, implant maupun IUD cara memasangnya

dengan memasukkan benda asing ke tubuh sehingga akan menimbulkan rasa sakit

dan bekas pada tempat pemasangan.

Faktor yang memicu persepsi rasa takut sendiri dipicu dari cerita orang

lain dimana mengakibatkan keengganan untuk memanfaatkan implant maupun

IUD sebagai alternatif berkontrasepsi. Pada akhirnya mereka sebagai konsumen

dari pelayanan kontrasepsi tidak begitu saja mengambil keputusan untuk

memanfaatkan suatu produk kontrasepsi tertentu, melainkan terlebih dahulu

dipengaruhi oleh sifat-sifat budaya, sosial, pribadi dan psikologi.17

42

Page 12: BAB v Edit Adit Last

Masyarakat umumnya berasumsi bahwa kontrasepsi implant/IUD adalah

jenis kontrasepsi yang harus memasukkan sesuatu benda tajam ke dalam tubuh,

yakni implant dimasukkan di bawah kulit di bagian lengan atas, dan IUD di

dalam rahim. Hal tersebut membuat suatu persepsi rasa takut, yang rata-rata

dianggap oleh sebagian masyarakat, karena pemasangan yang demikian

tersebut.13

Tabel 6.6. Hubungan Persepsi Rasa Aman terhadap pemilihan kontrasepsi Implant-

IUD di wilayah Kerja Puskesmas Alalak Selatan Banjarmasin tahun 2012

Kontrasepsi

Total X2 p ORSelain

Implant/IUDImplant IUD

Persepsi

Rasa Aman

Tidak

aman

N

(%)

30

60

2

4

32

32

33,5 0,000 36

AmanN

(%)

20

40

48

96

68

68

TotalN

(%)

50

100%

50

100%

100

100

Hasil penelitian yang tersaji pada tabel 6.6 mendiskripsikan pada

responden yang memiliki persepsi tidak aman terhadap penggunaan kontrasepsi

43

Page 13: BAB v Edit Adit Last

implant-IUD sehingga responden memilih untuk berkontrasepsi selain implant-

IUD sebesar 60% sedangkan yang tetap memilih untuk menggunakan kontrasepsi

implant-IUD walaupun dilandasi persepsi tidak aman sebanyak 4%. Dengan

adanya persepsi aman menurut informasi dari teman maupun tetangga sehingga

banyak responden yang memilih untuk berkontrasepsi implant-IUD sebanyk 96%

sedangkan yang memilih untuk berkontrasepsi lain walaupun sudah dilandasi

persepsi aman sebesar 40%.

Berdasarkan uji chi square didapatkan nilai X2= 33,5018 dengan

didapatkannya nilai p = 0,0000000002, karena nilai p < 0,05, maka didapatkan

hasil yang bermakna dan hipotesis penelitian diterima, yaitu persepsi rasa aman

mempengaruhi pemilihan kontrasepsi implant-IUD di wilayah kerja puskesmas

Alalak Selatan Banjarmasin tahun 2012. Dapat dikatakan bahwa persepsi rasa

aman berpengaruh terhadap pemilihan kontrasepsi jenis implant dan IUD di

wilayah kerja puskesmas Alalak Selatan Banjarmasin tahun 2012.

Data yang didapatkan menunjukkan bahwa faktor persepsi rasa aman yang

mempengaruhi ibu memilih kontrasepsi implant dan IUD di wilayah kerja

puskesmas alalak selatan Banjarmasin tahun 2012 dengan OR= 36 dan

p=0,0000000002.

Dari data yang diperoleh menunjukkan bahwa faktor persepsi rasa aman

mempengaruhi ibu-ibu untuk berkontrasepsi implant maupun IUD, hal ini terkait

dengan adanya faktor informasi dari orang lain baik teman ataupun tetangga yang

banyak mengungkapkan cerita tentang pengalaman orang lain yang memakai

implant-IUD namun gagal ataupun hanya sekedar mitos belaka yang mereka

44

Page 14: BAB v Edit Adit Last

sendiri juga tidak tahu kebenarannya, meskipun demikian informasi yang bersifat

negatif tersebut seringkali dianut, sehingga memunculkan persepsi kurang aman

terhadap pemakaian KB implant-IUD dan akhirnya menimbulkan momok

tersendiri bagi akseptor yang ingin menggunakan kontrasepsi ini.13

Tabel 6.7. Hubungan Pengetahuan Tentang Kontrasepsi Implant-IUD terhadap

Pemilihan kontrasepsi Implant/ IUD di Wilayah Kerja Puskesmas

Alalak Selatan Banjarmasin tahun 2012

Kontrasepsi

Total X2 p ORSelain

Implant/IUD

Implant

IUD

Pengetahuan

Tentang

Kontrasepsi

JelekN

(%)

17

34

3

6

20

20

10,56 0,000 8

BaikN

(%)

33

66

47

94

80

80

TotalN

(%)

50

100%

50

100%

100

100

Hasil penelitian yang tersaji pada tabel di atas menunjukkan responden

yang berpengetahuan jelek mengenai kontrasepsi implant-IUD sehingga memilih

untuk berkontrasepsi lain sebanyak 34% sedangkan yang memilih berkontrasepsi

implant maupun IUD meskipun memiliki pengetahuan jelek tentang kontrasepsi

45

Page 15: BAB v Edit Adit Last

tersebut sebesar 6%. Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa banyak reponden

yang menggunakan kontrasepsi implant-IUD ini berpengetahuan baik sebesar

94% sedangkan yang berpengetahuan baik akan tetapi menggunakan kontrasepsi

selain implant maupun IUD sebanyak 66%.

Berdasarkan hasil pada uji chi square didapatkan nilai X2= 10,5625 dengan

didapatkannya nilai p = 0,000224 karena nilai p < 0,05, maka didapatkan hasil

yang bermakna dan hipotesis penelitian diterima, yaitu pengetahuan tentang

kontrasepsi implant-IUD mempengaruhi pemilihan kontrasepsi implant-IUD di

wilayah kerja puskesmas Alalak Selatan Banjarmasin tahun 2012. Dapat

dikatakan bahwa pengetahuan tentang kontrasepsi implant-IUD berpengaruh

terhadap pemilihan kontrasepsi jenis implant dan IUD di wilayah kerja puskesmas

Alalak Selatan Banjarmasin tahun 2012.

Berdasarkan table diatas didapatkan nilai OR sebesar 8 yang berarti bahwa

faktor pengetahuan tentang kontrasepsi implant-IUD mempengaruhi ibu-ibu untuk

berkontrasepsi implant maupun IUD sebanyak 8 kali dibandingkan dengan

responden yang berpengetahuan jelek kemudian tidak memilih kontrasepsi

implant maupun IUD. Pada tabel tersebut juga tergambar bahwa pengetahuan

responden mengenai kontrasepsi implant maupun IUD baik dengan diperolehnya

data responden berpengetahuan baik tentang kontrasepsi implant maupun IUD

pada ibu yang menggunakan kontrasepsi selain implant-IUD sebanyak (60%).

Dapat dilihat bahwa banyak ibu mengetahui tentang kontrasepsi implant maupun

IUD menyebabkan pada masyarakat wilayah kerja puskesmas Alalak Selatan

Banjarmasin memilih kontrasepsi implant atau IUD.

46

Page 16: BAB v Edit Adit Last

Disini terlihat bahwa pada masyarakat wilayah kerja puskesmas Alalak

Selatan Banjarmasin banyak masyarakat yang tahu tentang kontrasepsi implant

maupun IUD akan tetapi masih diperlukannya peningkatan penyuluhan di

masyarakat agar menggunakan kontrasepsi implant dan IUD ini.

Ketidaktahuan responden tentang hal teknis implant/IUD terkait dengan

minat mereka pada alat kontrasepsi jenis lain yang dipakainya saat ini, sehingga

membuat mereka menutup diri dalam mendapatkan informasi tentang alat

kontrasepsi jenis lain termasuk jenis implant maupun IUD. Hal ini sesuai dengan

determinan perilaku manusia yang dikemukakan oleh WHO yang menyebutkan

alasan seseorang terhadap objek.18 seseorang yang tidak memiliki keinginan,

motivasi dan kehendak untuk menggunakan alat kontrasepsi jangka panjang

seperti implant-IUD tdak akan berperilaku mencari informasi tentang implant

maupun IUD sehingga enggan memakai kontrasepsi tersebut.

Sebagaimana diungkapkan oleh Engel et al bahwa faktor individu yakni

pengetahuan berpengaruh pada perilaku konsumen yang dalam penelitian ini lebih

memilih untuk menggunakan alat kontrasepsi tertentu, tidak lepas dari faktor

perilaku masing-masing individu. Perilaku individu tersebut disebabkan oleh

faktor penyebab perilaku, yang salah satunya adalah pengetahuan, dimana faktor

ini menjadi dasar atau motivasi bagi individu dalam mengambil keputusan.18

Tabel 6.8. Hubungan Persepsi Nilai terhadap kontrasepsi Implant-IUD di wilayah

Kerja Puskesmas Alalak Selatan Banjarmasin tahun 2012

Kontrasepsi

Total X2 p OR

Selain Implant

47

Page 17: BAB v Edit Adit Last

Implant/IUD IUD

Persepsi

Nilai

NegatifN

(%)

44

88

21

42

65

65

21,2 0,000 10,12

PositifN

(%)

6

12

29

58

35

35

TotalN

(%)

50

100%

50

100%

100

Hasil penelitian yang tersaji pada table 6.8 mendeskripsikan bahwa

persepsi nilai responden terhadap kontrasepsi implant maupun IUD yang negatif

sehingga tidak memilih kontrasepsi tersebut sebanyak 88% kemudian yang

memilih kontrasepsi implant maupun IUD dengan persepsi nilai negatif terhadap

kontrasepsi tersebut tetapi tetatp menggunakannya sebanyak 42%. Kemudian pada

responden yang mempunyai persepsi nilai positif sehingga memakai kontrasepsi

implant-IUD sebanyak 58% dan yang tidak memilih menggunakan kontrasepsi

tersebut sebanyak 12%.

Berdasarkan pada uji chi square didapatkan nilai X2= 21,2747 dengan

didapatkannya nilai p = 0,0000005864 karena nilai p < 0,05, maka didapatkan

hasil yang bermakna dan hipotesis penelitian diterima, yaitu persepsi nilai

mempengaruhi pemilihan kontrasepsi implant-IUD di wilayah kerja puskesmas

Alalak Selatan Banjarmasin tahun 2012. Dapat dikatakan bahwa persepsi nilai

berpengaruh terhadap pemilihan kontrasepsi jenis implant dan IUD di wilayah

kerja puskesmas Alalak Selatan Banjarmasin tahun 2012.

48

Page 18: BAB v Edit Adit Last

Berdaarkan tabel diatas diperoleh nilai OR sebesar 10,12 yang

menunjukkan bahwa faktor persepsi nilai negatif mempengaruhi responden untuk

tidak berkontrasepsi implant maupun IUD sebanyak 10,12 kali dibandingkan

dengan responden yang mempunyai persepsi positif menggunakan kontrasepsi

implant-IUD. Dalam tabel terlihat bahwa reponden yang berkontrasepsi implant

maupun IUD cenderung memiliki persepsi negative sehingga tidak menggunakan

kontrasepsi implant maupun IUD (88%) persepsi nilainya ini disebabkan karena

dari sisi agama, masyarakat menilainya secara negatif, yang berarti kurangnya

dukungan dari pihak-pihak terkait serta pada masyarakat beranggapan bahwa

berkontrasepsi implant maupun IUD dilarang agama, dan responden beranggapan

adanya larangan dari tokoh agama yang dianut di wilayahnya tersebut. Dengan

demikian maka diperlukannya peningkatan peran tokoh masyarakat tersebut,

kader dan petugas kesehatan serta upaya memperbaiki nilai negatif dari

kontrasepsi implant maupun IUD yang terletak pada adanya perasaan malu saat

pemasangan.

BAB VII

PENUTUP

A. KESIMPULAN

1. Tidak terdapatnya hubungan antara tingkat pendidikan ibu dengan

keputusan ibu memilih metode kontrasepsi implant/IUD di wilayah kerja

Puskesmas Alalak Selatan Banjarmasin.

49

Page 19: BAB v Edit Adit Last

2. Tidak terdapat hubungan antara tingkat ekonomi ibu dengan keputusan

memilih metode kontrasepsi Implant-IUD di wilayah kerja Puskesmas

Alalak Selatan.

3. Terdapat hubungan antara izin suami dengan keputusan memilih metode

kontrasepsi Implant-IUD di wilayah kerja Puskesmas Alalak Selatan.

4. Terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan ibu dengan keputusan

memilih metode kontrasepsi Implant-IUD di wilayah kerja Puskesmas

Alalak Selatan.

5. Terdapat hubungan antara persepsi rasa aman dengan keputusan memilih

metode kontrasepsi Implant-IUD di wilayah kerja Puskesmas Alalak

Selatan.

6. Terdapat hubungan antara persepsi rasa takut dengan keputusan memilih

metode kontrasepsi Implant-IUD di wilayah kerja Puskesmas Alalak

Selatan.

7. Terdapat hubungan antara persepsi nilai tentang Implant-IUD dengan

keputusan memilih metode kontrasepsi Implant-IUD di wilayah kerja

Puskesmas Alalak Selatan.

8. Faktor yang paling besar mempengaruhi ibu terhadap pemilihan metode

kontrasepsi implant maupun IUD adalah persepsi rasa aman, aspek izin

suami/keluarga, persepsi nilai, persepsi rasa takut terhadap penggunaan

kontrasepsi implant/IUD, pengetahuan terhadap kontrasepsi implant/IUD,

status ekonomi dan pendidikan.

50

Page 20: BAB v Edit Adit Last

B. SARAN

1. Pusekesmas Alalak selatan Banjarmasin perlu lebih berperan aktif dalam

penyelenggaraan penyuluhan tentang penggunaan kontrasepsi implant dan

IUD untuk meningkatkan pengetahuan penduduk mengenai kontrasepsi

implant dan IUD.

2. Membentuk kaderisasi di lingkungan masyarakat sehingga dapat

memudahkan masyarakat memperoleh informasi dan dukungan untuk

menggunakan kontrasepsi implant dan IUD.

51