jtptunimus-gdl-aieniengnu-7854-3-babii.pdf

16
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Vektor Dengue Virus dengue ditularkan dari orang ke orang melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus (betina). Kedua jenis nyamuk ini mempunyai daerah distribusi geografis sendiri-sendiri yang terbatas. Meskipun merupakan vektor yang sangat baik untuk virus dengue, biasanya Aedes albopictus merupakan vektor epidemi yang kurang efisien dibanding Aedes aegypti. 16 Aedes aegypti adalah spesies nyamuk tropis dan subtropis yang ditemukan di bumi, biasanya antara garis lintang 35 o U dan 35 o S, kira-kira berpengaruh dengan musim dingin isotherm 10 o C. Distribusi Aedes aegypti juga dibatasi oleh ketinggian. Ini biasanya tidak ditemukan diatas ketinggian 1000 m. Aedes aegypti adalah salah satu vektor nyamuk yang paling efisien untuk arbovirus, karena nyamuk ini sangat antropofilik dan hidup dekat manusia dan sering hidup di dalam rumah. Wabah dengue juga telah disertai Aedes albopictus, dan spesies Aedes yang lain. Faktor yang menjadikan pemusnahan vektor cukup sulit adalah bahwa telur Aedes aegypti dapat bertahan terhadap desikasi (pengawetan dengan pengeringan) dalam waktu lama, kadang selama lebih dari satu tahun. 17,18 Penyakit DBD disebabkan oleh virus dengue dari kelompok Arbovirus B, yaitu Arthropod borne virus atau virus yang di sebarkan oleh Arthropoda. Faktor utama penyakit DBD adalah nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopoictus. Virus yang berada di dalam tubuh nyamuk Aedes aegypti berkembang selama 8 10 hari terutama dalam kelenjar air liurnya, dan jika nyamuk tersebut menggigit maka virus dengue berpindah bersamaan dengan air liur. Dalam tubuh manusia virus dengue berkembang selama 4 6 hari kemudian orang tersebut akan mengalami sakit demam berdarah dengue, selama satu minggu virus dengue memperbanyak diri dalam tubuh manusia. 19 Penyakit DBD disebabkan oleh virus dengue dengan tipe DEN 1, DEN 2, DEN 3 dan DEN 4. Virus tersebut termasuk dalam group B Arthropod borne viruses (arboviruses). Keempat tipe virus tersebut telah ditemukan di berbagai daerah di Indonesia. Virus dengue dengan tipe 1 dan 3 adalah tipe virus yang banyak berkembang di masyarakat. Virus dengue merupakan virus RNA untai tunggal dan genus flavivirus. 16

description

jfhkjdnbjkfnsjdff

Transcript of jtptunimus-gdl-aieniengnu-7854-3-babii.pdf

Page 1: jtptunimus-gdl-aieniengnu-7854-3-babii.pdf

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Vektor Dengue

Virus dengue ditularkan dari orang ke orang melalui gigitan nyamuk Aedes

aegypti dan Aedes albopictus (betina). Kedua jenis nyamuk ini mempunyai daerah

distribusi geografis sendiri-sendiri yang terbatas. Meskipun merupakan vektor yang

sangat baik untuk virus dengue, biasanya Aedes albopictus merupakan vektor epidemi

yang kurang efisien dibanding Aedes aegypti.16

Aedes aegypti adalah spesies nyamuk tropis dan subtropis yang ditemukan di

bumi, biasanya antara garis lintang 35oU dan 35

oS, kira-kira berpengaruh dengan musim

dingin isotherm 10oC. Distribusi Aedes aegypti juga dibatasi oleh ketinggian. Ini

biasanya tidak ditemukan diatas ketinggian 1000 m. Aedes aegypti adalah salah satu

vektor nyamuk yang paling efisien untuk arbovirus, karena nyamuk ini sangat

antropofilik dan hidup dekat manusia dan sering hidup di dalam rumah. Wabah dengue

juga telah disertai Aedes albopictus, dan spesies Aedes yang lain. Faktor yang

menjadikan pemusnahan vektor cukup sulit adalah bahwa telur Aedes aegypti dapat

bertahan terhadap desikasi (pengawetan dengan pengeringan) dalam waktu lama, kadang

selama lebih dari satu tahun.17,18

Penyakit DBD disebabkan oleh virus dengue dari kelompok Arbovirus B, yaitu

Arthropod borne virus atau virus yang di sebarkan oleh Arthropoda. Faktor utama

penyakit DBD adalah nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopoictus. Virus yang berada

di dalam tubuh nyamuk Aedes aegypti berkembang selama 8 – 10 hari terutama dalam

kelenjar air liurnya, dan jika nyamuk tersebut menggigit maka virus dengue berpindah

bersamaan dengan air liur. Dalam tubuh manusia virus dengue berkembang selama 4 – 6

hari kemudian orang tersebut akan mengalami sakit demam berdarah dengue, selama

satu minggu virus dengue memperbanyak diri dalam tubuh manusia.19

Penyakit DBD

disebabkan oleh virus dengue dengan tipe DEN 1, DEN 2, DEN 3 dan DEN 4. Virus

tersebut termasuk dalam group B Arthropod borne viruses (arboviruses). Keempat tipe

virus tersebut telah ditemukan di berbagai daerah di Indonesia. Virus dengue dengan tipe

1 dan 3 adalah tipe virus yang banyak berkembang di masyarakat. Virus dengue

merupakan virus RNA untai tunggal dan genus flavivirus.16

Page 2: jtptunimus-gdl-aieniengnu-7854-3-babii.pdf

Nyamuk Culex Sp merupakan spesies nyamuk yang juga cukup luas dikalangan

lingkungan masyarakat. Salah satu penyakit yang disebabkan oleh nyamuk culex yaitu

filariasis yang merupakan penyakit yang disebabkan oleh parasit berupa cacing filaria,

yang terdiri dari 3 tiga (spesies) yaitu Wucheria brancofti, Brugia malayi dan Brugia

timori. Filariasis menular melalui gigitan nyamuk yang mengandung cacing filaria dalam

tubuhnya. Dalam tubuh manusia, cacing tersebut tumbuh menjadi cacing dewasa dan

menetap di jaringan limfe sehingga menyebabkan pembengkakan di kaki, tungkai,

payudara, lengan dan organ genital.4

B. Klasifikasi

1. Urutan klasifikasi dari nyamuk Aedes aegypti adalah sebagai berikut :

Kingdom : Animalia

Philum : Antrophoda

Sub Philum : Mandibulata

Kelas : Insecta

Ordo : Diptera

Sub ordo : Nematocera

Familia : Culicidae

Sub family : Culicinae

Tribus : Culicini

Genus : Aedes

Spesies : Aedes aegypti.20-21

2. Urutan klasifikasi dari nyamuk Culex Sp adalah sebagai berikut :

Kingdom : Animalia

Philum : Antrophoda

Kelas : Insecta

Ordo : Diptera

Sub ordo : Nematocera

Familia : Culicidae

Genus : Culex20

.

Page 3: jtptunimus-gdl-aieniengnu-7854-3-babii.pdf

C. Morfologi

1. Nyamuk Aedes aegypti Secara

morfologis Aedes aegypti dan Aedes albopictus sangat mirip, berukuran tubuh

kecil.22

Panjang 3-4 mm dan bintik hitam dan putih pada badan, kaki dan mempuntai

ring putih di kaki.23

Namun dapat dibedakan dari strip putih yang terdapat pada

bagian skutumnya. Skutum Aedes aegypti berwarna hitam dengan dua strip putih

sejajar di bagian dorsal tengah yang diapit oleh dua garis lengkung berwarna putih.

Sementara skutum Aedes albopictus yang juga berwarna hitam hanya berisi satu

garis putih tebal di bagian dorsalnya.24

Gambar 2.1 Ciri-ciri khusus nyamuk Ae aegypti dan Ae albopictus

Nyamuk Aedes aegypti berukuran lebih kecil jika dibandingkan dengan ukuran nyamuk

rumah (Culex), mempunyai warna dasar yang hitam dengan bintik-bintik putih pada bagian

badannya, terutama pada kaki dan dikenal dari bentuk morfologi yang khas sebagai nyamuk

yang mempunyai gambaran lire (Lyre form) yang putih pada punggungnya. Sayap berukuran

2,5 – 3,0 mm bersisik hitam. Nyamuk Aedes albopictus sepintas seperti nyamuk Aedes

aegypti, yaitu mempunyai warna dasar hitam dengan bintik-bintik putih pada bagian

dadanya, tetapi pada thorax yaitu bagian mesotoumnya terdapat satu garis longitudinal (lurus

dan tebal) yang dibentuk oleh sisik-sisik putih berserakan. Nyamuk ini merupakan penghuni

asli Negara Timur, walaupun mempunyai kebiasaan bertelur di tempat-tempat yang alami

seperti di hutan rimba dan bambu, tetapi telah dilaporkan dijumpainya telur dalam jumlah

banyak di sekitar tempat pemukiman penduduk di daerah perkotaan.25,26

Nyamuk Aedes aegypti memiliki ciri khas, yaitu memiliki kaki belang dan adanya dua

garis lengkung yang berwarna putih keperakan di kedua sisi lateral dan dua buah garis putih

Page 4: jtptunimus-gdl-aieniengnu-7854-3-babii.pdf

sejajar di garis median dari punggungnya yang berwarna dasar hitam. Nyamuk ini hidup di

dalam dan di sekitar rumah.27

Berwarna hitam dengan loreng putih (belang-belang berwarna

putih) di sekujur tubuh nyamuk. Bisa terbang hingga radius 100 meter dari tempat menetas.

Nyamuk betina membutuhkan darah setiap dua hari sekali. Nyamuk betina menghisap darah

pada pagi hari dan sore hari. Senang hinggap di tempat gelap dan benda tergantung di dalam

rumah. Hidup di lingkungan rumah, seperti bangunan dan gedung. Nyamuk bisa hidup

sampai 2-3 bulan dengan rata-rata 2 minggu.28

Metamorfosa nyamuk Aedes aegypti sebagai berikut :

a. Telur Aedes aegypti

suka bertelur di air jernih yang tidak berpengaruh langsung dengan tanah dan lebih

menyukai kontainer yang di dalam rumah dari pada di luar rumah. Hal ini disebabkan

suhu di dalam rumah relatif lebih stabil. Seekor nyamuk selama hidupnya dapat bertelur

4-5 kali dengan rata-rata jumlah telur berkisar 10 – 100 butir dalam sekali bertelur.

Jumlah telur yang dapat dikeluarkan oleh 1 ekor nyamuk betina seluruhnya antara 300-

700 butir.29,30

Telur tersebut diletakkan

secara terpisah di permukaan air untuk memudahkannya menyebar dan berkembang

menjadi larva di dalam media air. Media air yang dipilih untuk tempat peneluran itu

adalah air bersih yang stagnant (tidak mengalir) dan tidak berisi spesies lain sebelumnya.

Sejauh ini informasi mengenai pemilihan air bersih stagnant sebagai habitat bertelur

Aedes aegypti banyak dilaporkan oleh peneliti serangga vektor tersebut dari berbagai

negeri. Laporan terakhir yang disampaikan oleh penelitian IPB Bogor bahwa ada telur

Aedes aegypti yang dapat hidup pada media air kotor dan berkembang menjadi larva.

Sementara Aedes albopictus meletakkan telurnya dipinggir kontainer atau lubang pohon

di atas permukaan air.24

Gambar 2.2 Telur Aedes aegypti.31

b. Larva atau jentik

Page 5: jtptunimus-gdl-aieniengnu-7854-3-babii.pdf

Larva Aedes memiliki sifon yang pendek dan hanya ada sepasang sisir subventral

yang jaraknya tidak lebih dari ¼ bagian dari pangkal sifon dengan satu kumpulan rambut.

Pada waktu istirahat membentuk sudut dengan permukaan air. Terdapat empat tahapan

dalam perkembangan larva yang disebut instar. Larva nyamuk semuanya hidup di air

yang tahapannya terdiri atas empat instar. Keempat instar itu dapat diselesaikan dalam

waktu 4 hari-2 minggu tergantung keadaan lingkungan seperti suhu air persediaan

makanan.24

Larva menjadi pupa membutuhkan waktu 6–8 hari.23

Gambar 2.3 Larva Aedes aegypti.31

c. Pupa atau kepompong

Pupa adalah fase inaktif yang tidak membutuhkan makan, namun tetap

membutuhkan oksigen untuk bernafas. Untuk keperluan pernafasannya pupa berada di

dekat permukaan air. Lama fase pupa tergantung dengan suhu air dan spesies nyamuk

yang lamanya dapat berkisar antara satu hari sampai beberapa minggu. Setelah melewati

waktu itu maka pupa membuka dan melepaskan kulitnya kemudian imago keluar ke

permukaan air yang dalam waktu singkat siap terbang. Pupa sangat sensitif terhadap

pergerakan air dan belum dapat dibedakan antara jantan dan betina.24

Bentuk pada

stadium pupa ini seperti bentuk terompet panjang dan ramping.23

Gambar 2.4 Pupa Aedes aegypti.31

2. Nyamuk Culex Sp

Culex sp adalah genus dari nyamuk yang berperan sebagai vektor penyakit yang

penting seperti West Nile Virus, Filariasis, Japanese enchepalitis, St Louis

encephalitis. Nyamuk dewasa dapat berukuran 4-10 mm (0.16-0.4 inci), dan dalam

morfologinya nyamuk memiliki tiga bagian tubuh umum yaitu kepala, dada, dan

Page 6: jtptunimus-gdl-aieniengnu-7854-3-babii.pdf

perut. Nyamuk Culex yang banyak di temukan di Indonesia yaitu Culex

quinquefasciatus.50

Nyamuk C. quinquefasciatus memiliki tubuh berwarna kecokelatan, probosis

berwarna gelap tetapi kebanyakan dilengkapi dengan sisik berwarna lebih pucat pada

bagian bawah, scutum berwarna kecoklatan dan terdapat warna emas dan keperakan

di sekitar sisiknya. Sayap berwarna gelap, kaki belakang memiliki femur yang

berwarna lebih pucat, seluruh kaki berwarna gelap kecuali pada bagian persendian.

Nyamuk C. quinquefasciatus bisa hidup baik di dalam maupun luar ruangan.27

D. Bionomi

a. Perilaku hinggap atau istirahat

Nyamuk Aedes aegypti mempunyai kebiasaan istirahat lebih banyak di dalam

rumah pada benda-benda yang bergantung, berwarna gelap, dan di tempat-tempat

lain yang terlindung. Di tempat-tempat tersebut nyamuk menunggu proses

pematangan telur. Setelah beristirahat dan proses pematangan telur selesai, nyamuk

betina akan meletakan telurnya di dinding tempat perkembangbiakannya, sedikit di

atas permukaan air.32

Malam harinya lebih suka bersembunyi di sela-sela pakaian

yang tergantung atau gorden, terutama di ruang gelap atau lembab. Mereka

mempunyai kebiasaan menggigit berulang kali. Nyamuk ini memang tidak suka air

kotor seperti air got atau lumpur kotor tapi hidup di dalam dan di sekitar rumah.33

Setelah menghisap darah, nyamuk akan mencari tempat hinggap yang digunakan

untuk beristirahat. Tempat yang disukai nyamuk untuk beristirahat berupa benda-

benda yang tergantung, seperti pakaian, kelambu, atau tumbuh-tumbuhan di dekat

tempat perkembangbiakannya yang gelap dan lembab. Setelah beristirahat nyamuk

akan bertelur dan menghisap darah lagi.34

b. Perilaku menghisap darah

Nyamuk betina lebih menyukai darah manusia (anthropophilic) daripada darah

binatang dan nyamuk jantan hanya tertarik pada cairan mengandung gula seperti

pada bunga. Aedes aegypti biasanya menggigit nyamuk ini memiliki kebiasaan

menghisap darah pada jam 08.00-12.00 WIB dan sore hari antara 15.00-17.00

WIB.27

Nyamuk Aedes aegypti betina menghisap darah untuk

keperluan hidupnya. Darah manusia lebih disukai oleh nyamuk betina daripada darah

Page 7: jtptunimus-gdl-aieniengnu-7854-3-babii.pdf

binatang (antropofilik). Nyamuk Aedes aegypti betina ini menghisap darah manusia

setiap 2 hari. Protein yang berada dalam darah manusia yang dihisap digunakan

untuk mematangkan telur yang dikandungnya agar dapat menetas jika dibuahi oleh

sperma nyamuk Aedes aegypti jantan. Berbeda dengan nyamuk Aedes aegypti betina,

untuk keperluan hidupnya nyamuk Aedes aegypti jantan biasanya menghisap sari

bunga atau tumbuhan yang mengandung gula.34

Nyamuk Aedes aegypti mempunyai

kebiasaan berbeda dengan nyamuk yang lainnya yaitu menghisap darah secara

berulang kali (multiple bites) dalam satu siklus gonotropik. Satu siklus gonotropik

adalah waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan perkembangan telur mulai dari

nyamuk menghisap darah sampai telur dikeluarkan, biasanya berlangsung antara 3-4

hari. Kebiasaan menghisap darah berulang kali ini adalah untuk memenuhi

lambungnya dengan darah. Hal inilah yang membuat nyamuk Aedes aegypti sangat

efektif dalam menularkan penyakit.33

c. Lama hidup

Nyamuk Aedes Aegypti dewasa memiliki rata-rata lama hidup 8 hari. Selama

musim hujan, saat masa bertahan hidup lebih panjang, risiko penyebaran virus

semakin besar.35

E. Metode Pengendalian Vektor

a. Kimia

Insektisida yaitu salah satu dari jenis pestisida (pembunuh hama) selain jenis

fungisida, rodentisida, herbisida, nematisida, bakterisida, virusida, acorisida,

mitiusida, lamprisida dan lain-lain.36

Dalam penelitian ini menggunakan insektisida

malathion. Malathion merupakan insektisida dengan sifat racun yang paling rendah

dan aman terhadap hewan mamalia dan tidak meracuni tumbuhan kecuali pada jenis-

jenis tertentu.37

Malathion temasuk kelompok insektisida organofosfor yang dipergunakan secara

luas untuk membasmi serangga dalam bidang kesehatan, pertanian, peternakan dan

rumah tangga, dan mempunyai daya racun yang tinggi pada serangga sedangkan

toksisitasnya terhadap mamalia relatif rendah, sehingga banyak digunakan.

Malathion telah terdaftar di Kanada sejak 1953 untuk pengendalian nyamuk dewasa.

Page 8: jtptunimus-gdl-aieniengnu-7854-3-babii.pdf

Disukai pilihan untuk aplikasi ultra rendah volume (ULV) untuk kontrol nyamuk

dewasa, yang umumnya disebut adulticiding. Mayoritas malathion digunakan di

Kanada adalah untuk mengendalikan serangga dibidang pertanian. Diantara pilihan

nyamuk kontrol yang tersedia, malathion memiliki paling saat ini dan keselamatan

yang komprehensif informasi yang tersedia.

Para pengguna adulticiding dan malathion baru-baru ini ditinjau oleh Manajemen

Hama Kesehatan Kanada Badan Pengatur (PMRA). PMRA menunjukkan

kesimpulan bahwa terus menggunakan malathion untuk nyamuk dewasa di

permukiman, dengan menggunakan tanah atau udara dengan aplikasi volume rendah,

tidak akan menimbulkan kesehatan bagi lingkungan sekitar. Selama aplikasi ULV,

malathion diterapkan pada tingkat 60,8 gram/hektar untuk ULV tanah, atau 260

gram/hektar untuk ULV udara aplikasi. Menyemprot area tertentu untuk kontrol

nyamuk dewasa dilakukan pada lokal atau tingkat provinsi.

1. Pengasapan (Fogging)

Pengasapan atau fogging dengan menggunakan malathion dan fenthion yang

berguna untuk mengurangi kemungkinan penularan Aedes aegypti dengan batas

tertentu. Pengasapan dilakukan pada pagi antara jam 07.00-10.00 dan sore antara jam

15.00-17.00 secara serempak.13

Penyemprotan dilakukan dua siklus dengan interval 1

minggu. Pada penyemprotan pertama, semua nyamuk yang mengandung virus dengue

(nyamuk infentif) dan nyamuk lainnya akan mati. Penyemprotan kedua bertujuan

agar nyamuk baru yang infektif akan terbasmi sebelum sempat menularkan kepada

orang lain. Dalam waktu singkat, tindakan penyemprotan dapat membatasi penularan,

akan tetapi tindakan ini harus diikuti dengan pemberantasan terhadap jentiknya agar

populasi nyamuk penular dapat tetap ditekan serendah – rendahnya.38

Pemberantasan nyamuk dewasa tidak dengan menggunakan cara penyemprotan

pada dinding (residual spraying) karena nyamuk Aedes aegypti tidak suka hinggap

pada dinding, melainkan pada benda-benda yang tergantung seperti kelambu dan

pakaian yang tergantung.39

2. Kelambu celup atau Impregnated bed net atau kelambu berinsektisida

Penggunaan kelambu berinsektisida tahan lama (Long Lasting Insecticide Net)

merupakan satu diantara cara yang efektif dalam mencegah gigitan nyamuk vektor,

Page 9: jtptunimus-gdl-aieniengnu-7854-3-babii.pdf

karena selain sebagai penghalang secara fisik terhadap nyamuk, aktifitas insektisida

yang terdapat didalamnya juga dapat membunuh nyamuk. Olyset adalah contoh

kelambu berinsektisida tahan lama yang unik, karena terbuat dari polietilen dan

mengandung permetrin 2% yang terdapat didalam benangnya.15

Pencucian kelambu

berinsektisida dapat menghilangkan insektisida dari permukaan kelambu yang

dicelupkan insektisida.40

3. Abate (temephos) Pemberantasan jentik

dengan bahan kimia biasanya menggunakan temephos. Formulasi temephos (abate

1%) yang digunakan yaitu granules (sand granules). Dosis yang digunakan 1 ppm

atau 10 gram temephos (kurang lebih 1 sendok makan rata) untuk setiap 100 liter air.

Abatisasi dengan temephos ini mempunyai efek residu 3 bulan, khususnya di dalam

gentong tanah liat dengan pola pemakaian air normal.41,42

Abate merupakan senyawa fosfat organik yang mengandung gugus

phosphorothioate. Bersifat stabil pada pH 8, sehingga tidak mudah larut dalam air

dan tidak mudah terhidrolisis. Abate murni berbentuk kristal putih dengan titik lebur

300–30,50 C. Mudah terdegradasi bila terkena sinar matahari, sehingga kemampuan

membunuh larva nyamuk tergantung dari degradasi tersebut. Gugus phosphorothioate

(P=S) dalam tubuh binatang diubah menjadi fosfat (P=O) yang lebih potensial

sebagai anticholinesterase. Kerja anticholinesterase adalah menghambat enzim

cholinesterase baik pada vertebrata maupun invertebrata sehingga menimbulkan

gangguan pada aktivitas syaraf karena tertimbunnya acetylcholin pada ujung syaraf

tersebut. Hal inilah yang mengakibatkan kematian.43

b. Fisik

1. Penggunaan repelan yaitu bahan aktif yang mempunyai kemampuan menolak

serangga nyamuk yang mendekati manusia. Repellen sangat praktis apabila di

pakai dalam luar ruangan (out door) karena dapat menghindarkan kotak langsung

antara nyamuk dan manusia. Repelan ada dua jenis yaitu repelan berbahan dasar

kimia dan alami. Sedangkan repelan alami berbahan dasar tumbuhan, aman dan

ramah lingkungan.

Ciri-ciri repelan yang baik yaitu :

Page 10: jtptunimus-gdl-aieniengnu-7854-3-babii.pdf

a) Tidak menimbulkan iritasi dan memberikan rasa nyaman pada kulit (tidak

terasa lengket dan tidak tidak terasa panas).

b) Melindungi kulit lebih lama karena bahan aktifnya terurai secara perlahan.

c) Praktis penggunaannya, mudah digunakan untuk kegiatan outdoor maupun

indoor.

d) Berbahan dasar alami, tidak menimbulkan efek samping bagi pemakai dan

juga ramah lingkungan.

e) Dibuat dari bahan yang berkualitas baik.32

2. Melakukan PSN dengan dengan cara 3 M, yaitu menguras tempat penampungan

air secara teratur, menutup tempat-tempat penampungan air dan mengubur

barang-barang bekas yang dapat menjadi sarang nyamuk.13

c. Mekanik

1. Payung perangkap

Payung perangkap adalah alat yang menyerupai payung, dengan atap

berupa kain berwarna hitam. Atap payung bagian dalam diberi sirip atau kain

yang digantungkan atau dijahit di sela-sela jeruji, dengan ukuran 40x40 cm, kain

ini sebagai tempat untuk hinggap dan bersembunyi bagi nyamuk Aedes aegypti.

Kain yang paling efektif dalam perangkap payung ini yaitu kain berbahan kaos

hitam. Atap payung dan sirip-siripnya merupakan satu kesatuan bangunan

payung, yang dapat dilepas dari rangkanya untuk dicelup dengan insektisida

permethrin. Payung perangkap ini dilengkapi dengan tiang penyangga setinggi 80

cm.14

Kekurangan dalam pemanfaatan payung perangkap tersebut kurang efisien

diterapkan dilapangan karena ukuran payung yang cukup besar dan memakan

tempat.

2. Raket jaring yaitu alat yang berbentuk raket yang dialiri listrik untuk membunuh

nyamuk karena sengatan listrik tersebut.

d. Biologi

Pengendalian secara biologis merupakan pengendalian perkembangan nyamuk

dan jentiknya dengan menggunakan hewan atau tumbuhan. Seperti pemeliharaan

Page 11: jtptunimus-gdl-aieniengnu-7854-3-babii.pdf

ikan cupang pada kolam atau sumur yang sudah tidak terpakai, bisa juga diletakkan

dibak kamar mandi.

F. Faktor- faktor yang Mempengaruhi Perilaku Hinggap Nyamuk

a. Warna media yang disukai nyamuk biasanya berwarna dasar hitam, hal ini terbukti

oleh penelitian yang yang dilakukan oleh Qoriah, kematian nyamuk tertinggi pada

kain kaos hitam sebesar 63,17, dibandingkan kain kaos lurik yang hanya 13,83.14

b. Pencahayaan, nyamuk menyukai tempat sedikit redup atau remang-remang. Nyamuk

Aedes aegypti suka beristirahat di tempat yang gelap, lembab, serta tempat yang

tersembunyi.39

Cahaya merupakan faktor utama yang mempengaruhi nyamuk untuk

berhinggap atau beristirahat pada suatu tempat intensitas cahaya yang rendah, redup

atau remang-remang dan kelembaban yang tinggi merupakan kondisi yang disukai

nyamuk. Intensitas cahaya merupakan faktor terbesar yang mempengaruhi aktivitas

terbang nyamuk, nyamuk terbang apabila intensitas cahaya rendah (<20 Ft-cd).44,45

c. Kelembaban udara adalah banyaknya uap air yang terkandung dalam udara yang

biasanya dinyatakan dalam persen. Dalam kehidupan nyamuk kelembaban udara

mempengaruhi kebiasaan meletakkan telurnya. Hal ini berkaitan dengan nyamuk

atau serangga pada umumnya bahwa kehidupannya ditentukan oleh faktor

kelembaban. Sistem pernafasan nyamuk Aedes aegypti yaitu dengan menggunakan

pipa-pipa udara yang disebut trachea, dengan lubang pada dinding tubuh nyamuk

yang disebut spiracle. Adanya spirakel yang terbuka lebar tanpa ada mekanisme

pengaturnya, maka pada kelembaban rendah akan menyebabkan penguapan air

dalam tubuh nyamuk, dan salah satu musuh nyamuk dewasa adalah penguapan. Pada

kelembaban kurang dari 60 % umur nyamuk akan menjadi pendek, tidak bisa

menjadi vektor karena tidak cukup waktu untuk perpidahan virus dari lambung ke

kelenjar ludah.44,45

d. Suhu udara merupakan salah satu faktor lingkungan yang mempengaruhi kehidupan

Aedes aegypti. Nyamuk dapat hidup pada suhu rendah tetapi proses metabolismenya

menurun atau bahkan berhenti apabila suhu turun sampai dibawah suhu kritis. Pada

suhu lebih tinggi dari 35oC juga mengalami perubahan dalam arti lebih lambatnya

proses-proses fisiologi, rata-rata suhu optimum untuk pertumbuhan nyamuk adalah

Page 12: jtptunimus-gdl-aieniengnu-7854-3-babii.pdf

25-27oC. Pertumbuhan nyamuk akan terhenti sama sekali pada suhu kurang dari

10oC atau lebih dari 40

oC. Kecepatan perkembangan nyamuk tergantung dari

kecepatan proses metabolismenya yang sebagian diatur oleh suhu. Karenanya

kejadian-kejadian biologis tertentu seperti lamanya pradewasa, kecepatan pencernaan

darah yang dihisap dan pematangan indung telur dan frekuensi mengambil makanan

atau menggigit berbeda-beda menurut suhu, demikian pula lamanya perjalanan virus

di dalam tubuh nyamuk.44,45

G. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kematian Aedes aegypti

a. Ketepatan dosis insektisida yang digunakan, melalui pertimbangan-pertimbangan

dalam penggunaan yaitu perilaku hama, bahaya yang dapat menimbukan kontaminasi

lingkungan, kemungkinan kontaminasi terhadap makanan. Insektisida residual adalah

Insektisida yang diaplikasikan pada permukaan suatu tempat dengan harapan apabila

serangga melewati atau hinggap pada permukaan tersebut akan terpapar dan akhirnya

mati.32

Diharapkan dengan pemasangan kain yang dicelup insektisida malathion

dapat mematikan nyamuk yang hinggap dikain tersebut.

b. Masa penggunaan insektisida, Insektisida kontak/non-residual merupakan insektisida

yang langsung kontak dengan tubuh serangga saat diaplikasikan.

c. Efektifitas insektisida, insektisida adalah semua zat kimia dan bahan lain serta jasad

renik, serta virus yang dipergunakan untuk memberantas atau mencegah binatang-

binatang yang dapat menyebabkan penyakit pada manusia.

d. Jenis bahan aktif insektisida. Dosis yang berada pada insektisida malathion yaitu 438

gram atau larutan max, 500 ml malathion 96%EC/Ha. Konsentrasi malathion sebesar

4,8% dalam solar (1 liter malathion 96% dilarutkan dalam 19 liter solar).32

Malathion membunuh insekta dengan cara meracun lambung, kontak langsung

dan dengan uap atau pernapasan. Malathion mempunyai sifat yang sangat khas, yaitu

dapat menghambat kerja kolinesterase terhadap asetilkolin (Asetilcholinesterase

Inhibitor) di dalam tubuh. Insektisida mengalami proses biotransformation di dalam

darah dan hati. Sebagian malathion dapat dipecahkan dalam hati mamalia dan

penurunan jumlah dalam tubuh terjadi melalui jalan hidrolisa esterase.

Page 13: jtptunimus-gdl-aieniengnu-7854-3-babii.pdf

Adapun kelebihan insektisida malathion adalah efektif mengendalikan nyamuk

Aedes aegypti, hemat, dosis yang rendah, beraroma lembut dan relatif tidak

berbahaya kepada operator, memiliki toksisitas rendah terhadap mamalia, murah

diaplikasikan dengan cold fogging/pengkabutan, thermal fogging/pengasapan.

Sedangkan nama kimia malathion yaitu dietil (dimethoxy thiophosporylthio)

suksinat.

H. Kajian Tentang Kotak Perangkap

Kotak perangkap adalah sebuah alat yang berbentuk persegi panjang, dengan penjabaran

sebagai berikut :

1. Sisi samping dan bagian alas terbuat dari kardus, bagian belakang terbuat dari triplek

2. Kotak perangkap berukuran 20×20×30 cm, dan

3. Dibagian dalamnya terdapat kain berinsektisida malathion dengan perbedaan dosis

antara 0,5 gr/m2 dan 0,75 gr/m

2 yang digantungkan pada langit-langit kotak tersebut,

kain berbahan kaos yang berwarna hitam, karena nyamuk menyukai tempat hinggap

yang berwarna dasar hitam atau gelap. Hal tersebut dibuktikan dalam penelitian yang

menggunakan payung perangkap yang menunjukkan ada perbedaan jumlah nyamuk

yang mati terperangkap pada masing-masing jenis kain payung perangkap nyamuk

Aedes aegypti, rerata kematian nyamuk tertinggi 63,17 pada kain kaos hitam,

sedangkan terendah 13,83 pada kain kaos lurik.14

4. Pemasangan kotak tersebut dipasang dengan ketinggian 1 meter dari permukaan

lantai, yang bertujuan agar kotak perangkap tersebut dapat termanfaatkan dengan

baik dan terhindar dari predator lain.

Gambar 2.5 Rancangan Kotak Perangkap

Lebar kain 35 cm

Panjang kain 30 cm

Page 14: jtptunimus-gdl-aieniengnu-7854-3-babii.pdf

35 cm

Triplek

Lubang

Kardus

20 cm

Laci

20 cm

Pemilihan bahan kardus, karena bahan tersebut mudah didapat, ramah lingkungan dan

tidak membayakan, dengan ukuran bawah dan atas 20 cm × 30 cm, bagian sisi samping

berukuran 20 cm × 30 cm. Untuk bahan triplek juga mudah didapat dan memudahkan

peletakkan kotak, karena bahan tersebut tidak mudah rusak, dengan ukuran 20 cm × 30 cm.

Penggunaan dari kedua bahan tersebut bertujuan memudahkan masyarakat untuk membuat

kembali rancangan tersebut apabila terbukti efisien dalam pengendalian vektor dengue.

I. Kerangka Teori

Berdasarkan teori-teori yang dijabarkan di atas dapat disusun kerangka teori sebagai

berikut :

Efektifitas insektisida

Jumlah nyamuk mati dalam

kotak perangkap

Dosis insektisida

Masa penggunaan (waktu)

Jenis bahan aktif insektisida

Page 15: jtptunimus-gdl-aieniengnu-7854-3-babii.pdf

Gambar 2.1 Kerangka Teori14,32,39,44,45

J. Kerangka Konsep

Kerangka konsep penelitian ini adalah sebagai berikut :

Variabel Bebas Variabel Terikat

Dosis insektisida

Jumlah nyamuk yang mati

dan hinggap dalam kotak

perangkap

Intensitas kontak

Jumlah nyamuk yang

hinggap

Daya tarik tempat

hinggap

Warna media (kain

perangkap)

Densitas populasi

nyamuk Aedes

aegypti/Aedes

albopictus

Kelembaban Suhu

Bentuk dan luas kotak

Jenis bahan

perangkap

Jarak peletakkan

perangkap

Pencahayaan

Page 16: jtptunimus-gdl-aieniengnu-7854-3-babii.pdf

Variabel Kontrol

Keterangan :

* = Diukur

# = Dikontrol

Gambar 2.2 Kerangka Konsep

K. Hipotesis

1. Ada perbedaan jumlah nyamuk hinggap pada perangkap berdasarkan dosis insektisida.

2. Ada perbedaan jumlah nyamuk mati pada perangkap berdasarkan dosis insektisida.

a. Suhu *

b. Kelembaban *

c. Pencahayaan *

d. Warna kain perangkap#

e. Jenis bahan perangkap#

f. Jarak peletakkan perangkap#

g. Bentuk dan luas kotak perangkap#

h. Waktu#