jtptunimus-gdl-aieniengnu-7854-3-babii.pdf
-
Upload
fiola-finandakasih -
Category
Documents
-
view
218 -
download
1
description
Transcript of jtptunimus-gdl-aieniengnu-7854-3-babii.pdf
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Vektor Dengue
Virus dengue ditularkan dari orang ke orang melalui gigitan nyamuk Aedes
aegypti dan Aedes albopictus (betina). Kedua jenis nyamuk ini mempunyai daerah
distribusi geografis sendiri-sendiri yang terbatas. Meskipun merupakan vektor yang
sangat baik untuk virus dengue, biasanya Aedes albopictus merupakan vektor epidemi
yang kurang efisien dibanding Aedes aegypti.16
Aedes aegypti adalah spesies nyamuk tropis dan subtropis yang ditemukan di
bumi, biasanya antara garis lintang 35oU dan 35
oS, kira-kira berpengaruh dengan musim
dingin isotherm 10oC. Distribusi Aedes aegypti juga dibatasi oleh ketinggian. Ini
biasanya tidak ditemukan diatas ketinggian 1000 m. Aedes aegypti adalah salah satu
vektor nyamuk yang paling efisien untuk arbovirus, karena nyamuk ini sangat
antropofilik dan hidup dekat manusia dan sering hidup di dalam rumah. Wabah dengue
juga telah disertai Aedes albopictus, dan spesies Aedes yang lain. Faktor yang
menjadikan pemusnahan vektor cukup sulit adalah bahwa telur Aedes aegypti dapat
bertahan terhadap desikasi (pengawetan dengan pengeringan) dalam waktu lama, kadang
selama lebih dari satu tahun.17,18
Penyakit DBD disebabkan oleh virus dengue dari kelompok Arbovirus B, yaitu
Arthropod borne virus atau virus yang di sebarkan oleh Arthropoda. Faktor utama
penyakit DBD adalah nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopoictus. Virus yang berada
di dalam tubuh nyamuk Aedes aegypti berkembang selama 8 – 10 hari terutama dalam
kelenjar air liurnya, dan jika nyamuk tersebut menggigit maka virus dengue berpindah
bersamaan dengan air liur. Dalam tubuh manusia virus dengue berkembang selama 4 – 6
hari kemudian orang tersebut akan mengalami sakit demam berdarah dengue, selama
satu minggu virus dengue memperbanyak diri dalam tubuh manusia.19
Penyakit DBD
disebabkan oleh virus dengue dengan tipe DEN 1, DEN 2, DEN 3 dan DEN 4. Virus
tersebut termasuk dalam group B Arthropod borne viruses (arboviruses). Keempat tipe
virus tersebut telah ditemukan di berbagai daerah di Indonesia. Virus dengue dengan tipe
1 dan 3 adalah tipe virus yang banyak berkembang di masyarakat. Virus dengue
merupakan virus RNA untai tunggal dan genus flavivirus.16
Nyamuk Culex Sp merupakan spesies nyamuk yang juga cukup luas dikalangan
lingkungan masyarakat. Salah satu penyakit yang disebabkan oleh nyamuk culex yaitu
filariasis yang merupakan penyakit yang disebabkan oleh parasit berupa cacing filaria,
yang terdiri dari 3 tiga (spesies) yaitu Wucheria brancofti, Brugia malayi dan Brugia
timori. Filariasis menular melalui gigitan nyamuk yang mengandung cacing filaria dalam
tubuhnya. Dalam tubuh manusia, cacing tersebut tumbuh menjadi cacing dewasa dan
menetap di jaringan limfe sehingga menyebabkan pembengkakan di kaki, tungkai,
payudara, lengan dan organ genital.4
B. Klasifikasi
1. Urutan klasifikasi dari nyamuk Aedes aegypti adalah sebagai berikut :
Kingdom : Animalia
Philum : Antrophoda
Sub Philum : Mandibulata
Kelas : Insecta
Ordo : Diptera
Sub ordo : Nematocera
Familia : Culicidae
Sub family : Culicinae
Tribus : Culicini
Genus : Aedes
Spesies : Aedes aegypti.20-21
2. Urutan klasifikasi dari nyamuk Culex Sp adalah sebagai berikut :
Kingdom : Animalia
Philum : Antrophoda
Kelas : Insecta
Ordo : Diptera
Sub ordo : Nematocera
Familia : Culicidae
Genus : Culex20
.
C. Morfologi
1. Nyamuk Aedes aegypti Secara
morfologis Aedes aegypti dan Aedes albopictus sangat mirip, berukuran tubuh
kecil.22
Panjang 3-4 mm dan bintik hitam dan putih pada badan, kaki dan mempuntai
ring putih di kaki.23
Namun dapat dibedakan dari strip putih yang terdapat pada
bagian skutumnya. Skutum Aedes aegypti berwarna hitam dengan dua strip putih
sejajar di bagian dorsal tengah yang diapit oleh dua garis lengkung berwarna putih.
Sementara skutum Aedes albopictus yang juga berwarna hitam hanya berisi satu
garis putih tebal di bagian dorsalnya.24
Gambar 2.1 Ciri-ciri khusus nyamuk Ae aegypti dan Ae albopictus
Nyamuk Aedes aegypti berukuran lebih kecil jika dibandingkan dengan ukuran nyamuk
rumah (Culex), mempunyai warna dasar yang hitam dengan bintik-bintik putih pada bagian
badannya, terutama pada kaki dan dikenal dari bentuk morfologi yang khas sebagai nyamuk
yang mempunyai gambaran lire (Lyre form) yang putih pada punggungnya. Sayap berukuran
2,5 – 3,0 mm bersisik hitam. Nyamuk Aedes albopictus sepintas seperti nyamuk Aedes
aegypti, yaitu mempunyai warna dasar hitam dengan bintik-bintik putih pada bagian
dadanya, tetapi pada thorax yaitu bagian mesotoumnya terdapat satu garis longitudinal (lurus
dan tebal) yang dibentuk oleh sisik-sisik putih berserakan. Nyamuk ini merupakan penghuni
asli Negara Timur, walaupun mempunyai kebiasaan bertelur di tempat-tempat yang alami
seperti di hutan rimba dan bambu, tetapi telah dilaporkan dijumpainya telur dalam jumlah
banyak di sekitar tempat pemukiman penduduk di daerah perkotaan.25,26
Nyamuk Aedes aegypti memiliki ciri khas, yaitu memiliki kaki belang dan adanya dua
garis lengkung yang berwarna putih keperakan di kedua sisi lateral dan dua buah garis putih
sejajar di garis median dari punggungnya yang berwarna dasar hitam. Nyamuk ini hidup di
dalam dan di sekitar rumah.27
Berwarna hitam dengan loreng putih (belang-belang berwarna
putih) di sekujur tubuh nyamuk. Bisa terbang hingga radius 100 meter dari tempat menetas.
Nyamuk betina membutuhkan darah setiap dua hari sekali. Nyamuk betina menghisap darah
pada pagi hari dan sore hari. Senang hinggap di tempat gelap dan benda tergantung di dalam
rumah. Hidup di lingkungan rumah, seperti bangunan dan gedung. Nyamuk bisa hidup
sampai 2-3 bulan dengan rata-rata 2 minggu.28
Metamorfosa nyamuk Aedes aegypti sebagai berikut :
a. Telur Aedes aegypti
suka bertelur di air jernih yang tidak berpengaruh langsung dengan tanah dan lebih
menyukai kontainer yang di dalam rumah dari pada di luar rumah. Hal ini disebabkan
suhu di dalam rumah relatif lebih stabil. Seekor nyamuk selama hidupnya dapat bertelur
4-5 kali dengan rata-rata jumlah telur berkisar 10 – 100 butir dalam sekali bertelur.
Jumlah telur yang dapat dikeluarkan oleh 1 ekor nyamuk betina seluruhnya antara 300-
700 butir.29,30
Telur tersebut diletakkan
secara terpisah di permukaan air untuk memudahkannya menyebar dan berkembang
menjadi larva di dalam media air. Media air yang dipilih untuk tempat peneluran itu
adalah air bersih yang stagnant (tidak mengalir) dan tidak berisi spesies lain sebelumnya.
Sejauh ini informasi mengenai pemilihan air bersih stagnant sebagai habitat bertelur
Aedes aegypti banyak dilaporkan oleh peneliti serangga vektor tersebut dari berbagai
negeri. Laporan terakhir yang disampaikan oleh penelitian IPB Bogor bahwa ada telur
Aedes aegypti yang dapat hidup pada media air kotor dan berkembang menjadi larva.
Sementara Aedes albopictus meletakkan telurnya dipinggir kontainer atau lubang pohon
di atas permukaan air.24
Gambar 2.2 Telur Aedes aegypti.31
b. Larva atau jentik
Larva Aedes memiliki sifon yang pendek dan hanya ada sepasang sisir subventral
yang jaraknya tidak lebih dari ¼ bagian dari pangkal sifon dengan satu kumpulan rambut.
Pada waktu istirahat membentuk sudut dengan permukaan air. Terdapat empat tahapan
dalam perkembangan larva yang disebut instar. Larva nyamuk semuanya hidup di air
yang tahapannya terdiri atas empat instar. Keempat instar itu dapat diselesaikan dalam
waktu 4 hari-2 minggu tergantung keadaan lingkungan seperti suhu air persediaan
makanan.24
Larva menjadi pupa membutuhkan waktu 6–8 hari.23
Gambar 2.3 Larva Aedes aegypti.31
c. Pupa atau kepompong
Pupa adalah fase inaktif yang tidak membutuhkan makan, namun tetap
membutuhkan oksigen untuk bernafas. Untuk keperluan pernafasannya pupa berada di
dekat permukaan air. Lama fase pupa tergantung dengan suhu air dan spesies nyamuk
yang lamanya dapat berkisar antara satu hari sampai beberapa minggu. Setelah melewati
waktu itu maka pupa membuka dan melepaskan kulitnya kemudian imago keluar ke
permukaan air yang dalam waktu singkat siap terbang. Pupa sangat sensitif terhadap
pergerakan air dan belum dapat dibedakan antara jantan dan betina.24
Bentuk pada
stadium pupa ini seperti bentuk terompet panjang dan ramping.23
Gambar 2.4 Pupa Aedes aegypti.31
2. Nyamuk Culex Sp
Culex sp adalah genus dari nyamuk yang berperan sebagai vektor penyakit yang
penting seperti West Nile Virus, Filariasis, Japanese enchepalitis, St Louis
encephalitis. Nyamuk dewasa dapat berukuran 4-10 mm (0.16-0.4 inci), dan dalam
morfologinya nyamuk memiliki tiga bagian tubuh umum yaitu kepala, dada, dan
perut. Nyamuk Culex yang banyak di temukan di Indonesia yaitu Culex
quinquefasciatus.50
Nyamuk C. quinquefasciatus memiliki tubuh berwarna kecokelatan, probosis
berwarna gelap tetapi kebanyakan dilengkapi dengan sisik berwarna lebih pucat pada
bagian bawah, scutum berwarna kecoklatan dan terdapat warna emas dan keperakan
di sekitar sisiknya. Sayap berwarna gelap, kaki belakang memiliki femur yang
berwarna lebih pucat, seluruh kaki berwarna gelap kecuali pada bagian persendian.
Nyamuk C. quinquefasciatus bisa hidup baik di dalam maupun luar ruangan.27
D. Bionomi
a. Perilaku hinggap atau istirahat
Nyamuk Aedes aegypti mempunyai kebiasaan istirahat lebih banyak di dalam
rumah pada benda-benda yang bergantung, berwarna gelap, dan di tempat-tempat
lain yang terlindung. Di tempat-tempat tersebut nyamuk menunggu proses
pematangan telur. Setelah beristirahat dan proses pematangan telur selesai, nyamuk
betina akan meletakan telurnya di dinding tempat perkembangbiakannya, sedikit di
atas permukaan air.32
Malam harinya lebih suka bersembunyi di sela-sela pakaian
yang tergantung atau gorden, terutama di ruang gelap atau lembab. Mereka
mempunyai kebiasaan menggigit berulang kali. Nyamuk ini memang tidak suka air
kotor seperti air got atau lumpur kotor tapi hidup di dalam dan di sekitar rumah.33
Setelah menghisap darah, nyamuk akan mencari tempat hinggap yang digunakan
untuk beristirahat. Tempat yang disukai nyamuk untuk beristirahat berupa benda-
benda yang tergantung, seperti pakaian, kelambu, atau tumbuh-tumbuhan di dekat
tempat perkembangbiakannya yang gelap dan lembab. Setelah beristirahat nyamuk
akan bertelur dan menghisap darah lagi.34
b. Perilaku menghisap darah
Nyamuk betina lebih menyukai darah manusia (anthropophilic) daripada darah
binatang dan nyamuk jantan hanya tertarik pada cairan mengandung gula seperti
pada bunga. Aedes aegypti biasanya menggigit nyamuk ini memiliki kebiasaan
menghisap darah pada jam 08.00-12.00 WIB dan sore hari antara 15.00-17.00
WIB.27
Nyamuk Aedes aegypti betina menghisap darah untuk
keperluan hidupnya. Darah manusia lebih disukai oleh nyamuk betina daripada darah
binatang (antropofilik). Nyamuk Aedes aegypti betina ini menghisap darah manusia
setiap 2 hari. Protein yang berada dalam darah manusia yang dihisap digunakan
untuk mematangkan telur yang dikandungnya agar dapat menetas jika dibuahi oleh
sperma nyamuk Aedes aegypti jantan. Berbeda dengan nyamuk Aedes aegypti betina,
untuk keperluan hidupnya nyamuk Aedes aegypti jantan biasanya menghisap sari
bunga atau tumbuhan yang mengandung gula.34
Nyamuk Aedes aegypti mempunyai
kebiasaan berbeda dengan nyamuk yang lainnya yaitu menghisap darah secara
berulang kali (multiple bites) dalam satu siklus gonotropik. Satu siklus gonotropik
adalah waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan perkembangan telur mulai dari
nyamuk menghisap darah sampai telur dikeluarkan, biasanya berlangsung antara 3-4
hari. Kebiasaan menghisap darah berulang kali ini adalah untuk memenuhi
lambungnya dengan darah. Hal inilah yang membuat nyamuk Aedes aegypti sangat
efektif dalam menularkan penyakit.33
c. Lama hidup
Nyamuk Aedes Aegypti dewasa memiliki rata-rata lama hidup 8 hari. Selama
musim hujan, saat masa bertahan hidup lebih panjang, risiko penyebaran virus
semakin besar.35
E. Metode Pengendalian Vektor
a. Kimia
Insektisida yaitu salah satu dari jenis pestisida (pembunuh hama) selain jenis
fungisida, rodentisida, herbisida, nematisida, bakterisida, virusida, acorisida,
mitiusida, lamprisida dan lain-lain.36
Dalam penelitian ini menggunakan insektisida
malathion. Malathion merupakan insektisida dengan sifat racun yang paling rendah
dan aman terhadap hewan mamalia dan tidak meracuni tumbuhan kecuali pada jenis-
jenis tertentu.37
Malathion temasuk kelompok insektisida organofosfor yang dipergunakan secara
luas untuk membasmi serangga dalam bidang kesehatan, pertanian, peternakan dan
rumah tangga, dan mempunyai daya racun yang tinggi pada serangga sedangkan
toksisitasnya terhadap mamalia relatif rendah, sehingga banyak digunakan.
Malathion telah terdaftar di Kanada sejak 1953 untuk pengendalian nyamuk dewasa.
Disukai pilihan untuk aplikasi ultra rendah volume (ULV) untuk kontrol nyamuk
dewasa, yang umumnya disebut adulticiding. Mayoritas malathion digunakan di
Kanada adalah untuk mengendalikan serangga dibidang pertanian. Diantara pilihan
nyamuk kontrol yang tersedia, malathion memiliki paling saat ini dan keselamatan
yang komprehensif informasi yang tersedia.
Para pengguna adulticiding dan malathion baru-baru ini ditinjau oleh Manajemen
Hama Kesehatan Kanada Badan Pengatur (PMRA). PMRA menunjukkan
kesimpulan bahwa terus menggunakan malathion untuk nyamuk dewasa di
permukiman, dengan menggunakan tanah atau udara dengan aplikasi volume rendah,
tidak akan menimbulkan kesehatan bagi lingkungan sekitar. Selama aplikasi ULV,
malathion diterapkan pada tingkat 60,8 gram/hektar untuk ULV tanah, atau 260
gram/hektar untuk ULV udara aplikasi. Menyemprot area tertentu untuk kontrol
nyamuk dewasa dilakukan pada lokal atau tingkat provinsi.
1. Pengasapan (Fogging)
Pengasapan atau fogging dengan menggunakan malathion dan fenthion yang
berguna untuk mengurangi kemungkinan penularan Aedes aegypti dengan batas
tertentu. Pengasapan dilakukan pada pagi antara jam 07.00-10.00 dan sore antara jam
15.00-17.00 secara serempak.13
Penyemprotan dilakukan dua siklus dengan interval 1
minggu. Pada penyemprotan pertama, semua nyamuk yang mengandung virus dengue
(nyamuk infentif) dan nyamuk lainnya akan mati. Penyemprotan kedua bertujuan
agar nyamuk baru yang infektif akan terbasmi sebelum sempat menularkan kepada
orang lain. Dalam waktu singkat, tindakan penyemprotan dapat membatasi penularan,
akan tetapi tindakan ini harus diikuti dengan pemberantasan terhadap jentiknya agar
populasi nyamuk penular dapat tetap ditekan serendah – rendahnya.38
Pemberantasan nyamuk dewasa tidak dengan menggunakan cara penyemprotan
pada dinding (residual spraying) karena nyamuk Aedes aegypti tidak suka hinggap
pada dinding, melainkan pada benda-benda yang tergantung seperti kelambu dan
pakaian yang tergantung.39
2. Kelambu celup atau Impregnated bed net atau kelambu berinsektisida
Penggunaan kelambu berinsektisida tahan lama (Long Lasting Insecticide Net)
merupakan satu diantara cara yang efektif dalam mencegah gigitan nyamuk vektor,
karena selain sebagai penghalang secara fisik terhadap nyamuk, aktifitas insektisida
yang terdapat didalamnya juga dapat membunuh nyamuk. Olyset adalah contoh
kelambu berinsektisida tahan lama yang unik, karena terbuat dari polietilen dan
mengandung permetrin 2% yang terdapat didalam benangnya.15
Pencucian kelambu
berinsektisida dapat menghilangkan insektisida dari permukaan kelambu yang
dicelupkan insektisida.40
3. Abate (temephos) Pemberantasan jentik
dengan bahan kimia biasanya menggunakan temephos. Formulasi temephos (abate
1%) yang digunakan yaitu granules (sand granules). Dosis yang digunakan 1 ppm
atau 10 gram temephos (kurang lebih 1 sendok makan rata) untuk setiap 100 liter air.
Abatisasi dengan temephos ini mempunyai efek residu 3 bulan, khususnya di dalam
gentong tanah liat dengan pola pemakaian air normal.41,42
Abate merupakan senyawa fosfat organik yang mengandung gugus
phosphorothioate. Bersifat stabil pada pH 8, sehingga tidak mudah larut dalam air
dan tidak mudah terhidrolisis. Abate murni berbentuk kristal putih dengan titik lebur
300–30,50 C. Mudah terdegradasi bila terkena sinar matahari, sehingga kemampuan
membunuh larva nyamuk tergantung dari degradasi tersebut. Gugus phosphorothioate
(P=S) dalam tubuh binatang diubah menjadi fosfat (P=O) yang lebih potensial
sebagai anticholinesterase. Kerja anticholinesterase adalah menghambat enzim
cholinesterase baik pada vertebrata maupun invertebrata sehingga menimbulkan
gangguan pada aktivitas syaraf karena tertimbunnya acetylcholin pada ujung syaraf
tersebut. Hal inilah yang mengakibatkan kematian.43
b. Fisik
1. Penggunaan repelan yaitu bahan aktif yang mempunyai kemampuan menolak
serangga nyamuk yang mendekati manusia. Repellen sangat praktis apabila di
pakai dalam luar ruangan (out door) karena dapat menghindarkan kotak langsung
antara nyamuk dan manusia. Repelan ada dua jenis yaitu repelan berbahan dasar
kimia dan alami. Sedangkan repelan alami berbahan dasar tumbuhan, aman dan
ramah lingkungan.
Ciri-ciri repelan yang baik yaitu :
a) Tidak menimbulkan iritasi dan memberikan rasa nyaman pada kulit (tidak
terasa lengket dan tidak tidak terasa panas).
b) Melindungi kulit lebih lama karena bahan aktifnya terurai secara perlahan.
c) Praktis penggunaannya, mudah digunakan untuk kegiatan outdoor maupun
indoor.
d) Berbahan dasar alami, tidak menimbulkan efek samping bagi pemakai dan
juga ramah lingkungan.
e) Dibuat dari bahan yang berkualitas baik.32
2. Melakukan PSN dengan dengan cara 3 M, yaitu menguras tempat penampungan
air secara teratur, menutup tempat-tempat penampungan air dan mengubur
barang-barang bekas yang dapat menjadi sarang nyamuk.13
c. Mekanik
1. Payung perangkap
Payung perangkap adalah alat yang menyerupai payung, dengan atap
berupa kain berwarna hitam. Atap payung bagian dalam diberi sirip atau kain
yang digantungkan atau dijahit di sela-sela jeruji, dengan ukuran 40x40 cm, kain
ini sebagai tempat untuk hinggap dan bersembunyi bagi nyamuk Aedes aegypti.
Kain yang paling efektif dalam perangkap payung ini yaitu kain berbahan kaos
hitam. Atap payung dan sirip-siripnya merupakan satu kesatuan bangunan
payung, yang dapat dilepas dari rangkanya untuk dicelup dengan insektisida
permethrin. Payung perangkap ini dilengkapi dengan tiang penyangga setinggi 80
cm.14
Kekurangan dalam pemanfaatan payung perangkap tersebut kurang efisien
diterapkan dilapangan karena ukuran payung yang cukup besar dan memakan
tempat.
2. Raket jaring yaitu alat yang berbentuk raket yang dialiri listrik untuk membunuh
nyamuk karena sengatan listrik tersebut.
d. Biologi
Pengendalian secara biologis merupakan pengendalian perkembangan nyamuk
dan jentiknya dengan menggunakan hewan atau tumbuhan. Seperti pemeliharaan
ikan cupang pada kolam atau sumur yang sudah tidak terpakai, bisa juga diletakkan
dibak kamar mandi.
F. Faktor- faktor yang Mempengaruhi Perilaku Hinggap Nyamuk
a. Warna media yang disukai nyamuk biasanya berwarna dasar hitam, hal ini terbukti
oleh penelitian yang yang dilakukan oleh Qoriah, kematian nyamuk tertinggi pada
kain kaos hitam sebesar 63,17, dibandingkan kain kaos lurik yang hanya 13,83.14
b. Pencahayaan, nyamuk menyukai tempat sedikit redup atau remang-remang. Nyamuk
Aedes aegypti suka beristirahat di tempat yang gelap, lembab, serta tempat yang
tersembunyi.39
Cahaya merupakan faktor utama yang mempengaruhi nyamuk untuk
berhinggap atau beristirahat pada suatu tempat intensitas cahaya yang rendah, redup
atau remang-remang dan kelembaban yang tinggi merupakan kondisi yang disukai
nyamuk. Intensitas cahaya merupakan faktor terbesar yang mempengaruhi aktivitas
terbang nyamuk, nyamuk terbang apabila intensitas cahaya rendah (<20 Ft-cd).44,45
c. Kelembaban udara adalah banyaknya uap air yang terkandung dalam udara yang
biasanya dinyatakan dalam persen. Dalam kehidupan nyamuk kelembaban udara
mempengaruhi kebiasaan meletakkan telurnya. Hal ini berkaitan dengan nyamuk
atau serangga pada umumnya bahwa kehidupannya ditentukan oleh faktor
kelembaban. Sistem pernafasan nyamuk Aedes aegypti yaitu dengan menggunakan
pipa-pipa udara yang disebut trachea, dengan lubang pada dinding tubuh nyamuk
yang disebut spiracle. Adanya spirakel yang terbuka lebar tanpa ada mekanisme
pengaturnya, maka pada kelembaban rendah akan menyebabkan penguapan air
dalam tubuh nyamuk, dan salah satu musuh nyamuk dewasa adalah penguapan. Pada
kelembaban kurang dari 60 % umur nyamuk akan menjadi pendek, tidak bisa
menjadi vektor karena tidak cukup waktu untuk perpidahan virus dari lambung ke
kelenjar ludah.44,45
d. Suhu udara merupakan salah satu faktor lingkungan yang mempengaruhi kehidupan
Aedes aegypti. Nyamuk dapat hidup pada suhu rendah tetapi proses metabolismenya
menurun atau bahkan berhenti apabila suhu turun sampai dibawah suhu kritis. Pada
suhu lebih tinggi dari 35oC juga mengalami perubahan dalam arti lebih lambatnya
proses-proses fisiologi, rata-rata suhu optimum untuk pertumbuhan nyamuk adalah
25-27oC. Pertumbuhan nyamuk akan terhenti sama sekali pada suhu kurang dari
10oC atau lebih dari 40
oC. Kecepatan perkembangan nyamuk tergantung dari
kecepatan proses metabolismenya yang sebagian diatur oleh suhu. Karenanya
kejadian-kejadian biologis tertentu seperti lamanya pradewasa, kecepatan pencernaan
darah yang dihisap dan pematangan indung telur dan frekuensi mengambil makanan
atau menggigit berbeda-beda menurut suhu, demikian pula lamanya perjalanan virus
di dalam tubuh nyamuk.44,45
G. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kematian Aedes aegypti
a. Ketepatan dosis insektisida yang digunakan, melalui pertimbangan-pertimbangan
dalam penggunaan yaitu perilaku hama, bahaya yang dapat menimbukan kontaminasi
lingkungan, kemungkinan kontaminasi terhadap makanan. Insektisida residual adalah
Insektisida yang diaplikasikan pada permukaan suatu tempat dengan harapan apabila
serangga melewati atau hinggap pada permukaan tersebut akan terpapar dan akhirnya
mati.32
Diharapkan dengan pemasangan kain yang dicelup insektisida malathion
dapat mematikan nyamuk yang hinggap dikain tersebut.
b. Masa penggunaan insektisida, Insektisida kontak/non-residual merupakan insektisida
yang langsung kontak dengan tubuh serangga saat diaplikasikan.
c. Efektifitas insektisida, insektisida adalah semua zat kimia dan bahan lain serta jasad
renik, serta virus yang dipergunakan untuk memberantas atau mencegah binatang-
binatang yang dapat menyebabkan penyakit pada manusia.
d. Jenis bahan aktif insektisida. Dosis yang berada pada insektisida malathion yaitu 438
gram atau larutan max, 500 ml malathion 96%EC/Ha. Konsentrasi malathion sebesar
4,8% dalam solar (1 liter malathion 96% dilarutkan dalam 19 liter solar).32
Malathion membunuh insekta dengan cara meracun lambung, kontak langsung
dan dengan uap atau pernapasan. Malathion mempunyai sifat yang sangat khas, yaitu
dapat menghambat kerja kolinesterase terhadap asetilkolin (Asetilcholinesterase
Inhibitor) di dalam tubuh. Insektisida mengalami proses biotransformation di dalam
darah dan hati. Sebagian malathion dapat dipecahkan dalam hati mamalia dan
penurunan jumlah dalam tubuh terjadi melalui jalan hidrolisa esterase.
Adapun kelebihan insektisida malathion adalah efektif mengendalikan nyamuk
Aedes aegypti, hemat, dosis yang rendah, beraroma lembut dan relatif tidak
berbahaya kepada operator, memiliki toksisitas rendah terhadap mamalia, murah
diaplikasikan dengan cold fogging/pengkabutan, thermal fogging/pengasapan.
Sedangkan nama kimia malathion yaitu dietil (dimethoxy thiophosporylthio)
suksinat.
H. Kajian Tentang Kotak Perangkap
Kotak perangkap adalah sebuah alat yang berbentuk persegi panjang, dengan penjabaran
sebagai berikut :
1. Sisi samping dan bagian alas terbuat dari kardus, bagian belakang terbuat dari triplek
2. Kotak perangkap berukuran 20×20×30 cm, dan
3. Dibagian dalamnya terdapat kain berinsektisida malathion dengan perbedaan dosis
antara 0,5 gr/m2 dan 0,75 gr/m
2 yang digantungkan pada langit-langit kotak tersebut,
kain berbahan kaos yang berwarna hitam, karena nyamuk menyukai tempat hinggap
yang berwarna dasar hitam atau gelap. Hal tersebut dibuktikan dalam penelitian yang
menggunakan payung perangkap yang menunjukkan ada perbedaan jumlah nyamuk
yang mati terperangkap pada masing-masing jenis kain payung perangkap nyamuk
Aedes aegypti, rerata kematian nyamuk tertinggi 63,17 pada kain kaos hitam,
sedangkan terendah 13,83 pada kain kaos lurik.14
4. Pemasangan kotak tersebut dipasang dengan ketinggian 1 meter dari permukaan
lantai, yang bertujuan agar kotak perangkap tersebut dapat termanfaatkan dengan
baik dan terhindar dari predator lain.
Gambar 2.5 Rancangan Kotak Perangkap
Lebar kain 35 cm
Panjang kain 30 cm
35 cm
Triplek
Lubang
Kardus
20 cm
Laci
20 cm
Pemilihan bahan kardus, karena bahan tersebut mudah didapat, ramah lingkungan dan
tidak membayakan, dengan ukuran bawah dan atas 20 cm × 30 cm, bagian sisi samping
berukuran 20 cm × 30 cm. Untuk bahan triplek juga mudah didapat dan memudahkan
peletakkan kotak, karena bahan tersebut tidak mudah rusak, dengan ukuran 20 cm × 30 cm.
Penggunaan dari kedua bahan tersebut bertujuan memudahkan masyarakat untuk membuat
kembali rancangan tersebut apabila terbukti efisien dalam pengendalian vektor dengue.
I. Kerangka Teori
Berdasarkan teori-teori yang dijabarkan di atas dapat disusun kerangka teori sebagai
berikut :
Efektifitas insektisida
Jumlah nyamuk mati dalam
kotak perangkap
Dosis insektisida
Masa penggunaan (waktu)
Jenis bahan aktif insektisida
Gambar 2.1 Kerangka Teori14,32,39,44,45
J. Kerangka Konsep
Kerangka konsep penelitian ini adalah sebagai berikut :
Variabel Bebas Variabel Terikat
Dosis insektisida
Jumlah nyamuk yang mati
dan hinggap dalam kotak
perangkap
Intensitas kontak
Jumlah nyamuk yang
hinggap
Daya tarik tempat
hinggap
Warna media (kain
perangkap)
Densitas populasi
nyamuk Aedes
aegypti/Aedes
albopictus
Kelembaban Suhu
Bentuk dan luas kotak
Jenis bahan
perangkap
Jarak peletakkan
perangkap
Pencahayaan
Variabel Kontrol
Keterangan :
* = Diukur
# = Dikontrol
Gambar 2.2 Kerangka Konsep
K. Hipotesis
1. Ada perbedaan jumlah nyamuk hinggap pada perangkap berdasarkan dosis insektisida.
2. Ada perbedaan jumlah nyamuk mati pada perangkap berdasarkan dosis insektisida.
a. Suhu *
b. Kelembaban *
c. Pencahayaan *
d. Warna kain perangkap#
e. Jenis bahan perangkap#
f. Jarak peletakkan perangkap#
g. Bentuk dan luas kotak perangkap#
h. Waktu#