BAB II Pengertian ) menurut -...
Transcript of BAB II Pengertian ) menurut -...
6
BAB II
KONSEP DASAR
A. Pengertian
Beberapa pengertian DHF (Dengue Haemoragic Fever) menurut
beberapa ahli : DHF adalah penyakit yang terdapat pada anak dan dewasa
dengan gejala utama demam, nyeri otot dan sendi yang disertai leucopenia,
dengan atau tanpa ruam (rash) dan limfadenopati, trombositopenia ringan dan
bintik-bintik perdarahahan (petekie) spontan (Noer Sjaefullah, 2000: 200).
Demam berdarah dengue adalah infeksi akut yang disebabkan oleh
arbovirus (Arthropodhomvirus) dan Aedes Albopictus (Ngastiyah, 2005: 368).
Demam berdarah dengue adalah penyakit akut dengan ciri-ciri demam
manifestasi perdarahan dan bertendensi mengakibatkan renjatan yang dapat
menyebabkan kematian (Arif Mansjoer, 2000: 428). Jadi demam berdarah
dengue adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus dengue
dengan manifestasi klinis demam disertai gejala perdarahan dan bila timbul
renjatan dapat menyebabkan kematian.
B. Anatomi Fisiologi
Sistem sirkulasi adalah sarana untuk menyalurkan makanan dan
oksigen dari traktus distivus dan dari paru-paru ke sela-sela tubuh. Selain itu,
sistem sirkulasi merupakan sarana untuk membuang sisa-sisa metabolisme
dari sel-sel ke ginjal, paru-paru dan kulit yang merupakan tempat ekskresi
7
sisa-sisa metabolisme. Organ-organ sistem sirkulasi mencakup jantung,
pembuluh darah, dan darah.
1. Jantung
Merupakan organ yang berbentuk kerucut, terletak didalam thorax,
diantara paru-paru, agak lebih kearah kiri.
Gambar anatomi sistim sirkulasi
(Sumber: Guyton, 1992)
8
Gambar anatomi pembuluh darah
(Gambar: Syaifuddin, 1997)
Struktur jantung :
a. Atrium kanan
Atrium kanan berada di sebelah kanan jantung dan terbuka pada
bagian kirinya kedalam segitiga ventrikel kanan.
b. Atrium kiri
Atrium kiri berbentuk persegi tidak beraturan dengan vena pulmonalis
masuk kedalam setiap sudutnya.
9
c. Ventrikel kanan
Atrium ini berada pada bagian depan jantung, dan memompakan darah
keatas masuk ke arteri pulmonalis.
d. Ventrikel kiri
Dinding ventrikel kiri jauh lebih tebal dibandingkan dinding ventrikel
kanan namun strukturnya sama. Dinding yang tebal diperlukan untuk
memompa darah teroksigenasi dengan tekanan tinggi melalui sirkulasi
sistemik.
e. Katup bikuspidalis
Katup yang menjaga aliran darah dari atrium kiri ke ventrikel kiri.
f. Katup trikuspidalis
Katup yang terdapat antara atrium kanan dengan ventrikel kanan yang
terdiri dari 3 katup.
g. Endokardium
Merupakan lapisan jantung yang terdiri dari jaringan indotel atau
selaput lender yang melapisi permukaan rongga jantung.
h. Miokardium
Merupakan lapisan inti dari jantung terdiri dari otot-otot jantung, otot
jantung ini membentuk bundalan-bundalan otot.
i. Perikardium
Lapisan jantung sebelah luar yang merupakan selaput pembungkus,
terdiri dari 2 lapisan yaitu lapisan parietal dan viseral yang bertemu
dipangkal jantung membentuk kantung jantung.
10
2. Pembuluh Darah
Pembuluh darah ada 3 yaitu:
a. Arteri (Pembuluh nadi)
Arteri meninggalkan jantung pada ventikel kiri dan kanan. Beberapa
pembuluh darah arteri yang penting:
a) Arteri koronaria
Arteri yang mendarahi dinding jantung.
b) Arteri subklavikula
Arteri bawah selangka yang bercabang kanan kiri leher dan
melewati aksila.
c) Arteri Brachialis
Arteri yang berada pada lengan atas.
d) Arteri radialis
Arteri yang teraba pada pangkal ibu jari.
e) Arteri karotis
Arteri yang mendarahi kepala dan otak.
f) Arteri temporalis
Arteri yang teraba denyutnya di depan telinga.
g) Arteri facialis
Teraba denyutan disudut kanan bawah.
h) Arteri femoralis
Arteri yang berjalan kebawah menyusuri paha menuju ke belakang
lutut.
11
i) Arteri Tibia
Arteri pada kaki.
j) Arteri Pulmonalis
Arteri yang menuju ke paru-paru.
b. Kapiler
Kapiler adalah pembuluh darah yang sangat kecil yang teraba dari
cabang terhalus dari arteri sehingga tidak tampak kecuali dari bawah
mikroskop. Kapiler membentuk anyaman di seluruh jaringan tubuh,
kapiler selanjutnya bertemu satu dengan yang lain menjadi darah yang
lebih besar yang disebut vena.
c. Vena (pembuluh darah balik)
Vena membawa darah kotor kembali ke jantung.
Beberapa vena yang penting:
1) Vena Cava Superior.
Vena balik yang memasuki atrium kanan, membawa darah kotor
dari daerah kepala, thorak dan ekstremitas atas.
2) Vena Cava Inferior
Vena yang mengembalikan darah kotor ke jantung dari semua
organ tubuh bagian bawah.
3) Vena jugularis
Vena yang mengembalikan darah kotor dari otak ke jantung.
4) Vena pulmonalis
Vena yang mengembalikan darah kotor ke jantung dari paru-paru.
12
3. Darah
Darah adalah jaringan cair dan terdiri atas dua bagian: bagian cair yang
disebut plasma dan bagian padat yang disebut sel darah (Evelyn.P,
2002:133). Darah adalah suatu jaringan tubuh yang terdapat didalam
pembuluh darah yang berwarna merah. (Syaifudin, 1997:232). Darah
adalah suatu cairan kental yang terdiri dari sel-sel dan plasma (Guyton,
1997).
a. Bagian-bagian darah
b. Fungsi darah secara umum terdiri dari:
1) Sebagai alat pengangkut
a) Mengambil O2 atau zat pembakaran dari paru untuk
diedarkan ke seluruh jaringan tubuh.
b) Mengangkut CO2 dari jaringan untuk dikeluarkan melalui
paru.
c) Mengambil zat-zat makanan dari usus halus untuk diedarkan
dan dibagikan ke seluruh jaringan / alat tubuh.
d) Mengangkat atau mengeluarkan zat-zat yang tidak berguna
13
bagi tubuh untuk dikeluarkan melalui kulit dan ginjal.
2) Sebagai pertahanan tubuh
Terhadap serangan bibit penyakit dan racun yang akan
membinasakan tubuh dengan perantara leukosit, antibodi atau zat-
zat anti racun.
3) Menyebarkan panas keseluruh tubuh.
Fungsi khususnya lebih lanjut di terangkan lebih banyak di
struktur atau bagian dari masing-masing sel darah dan plasma
darah.
c. Proses pembentukan sel darah (hemotopoesis) terdapat di tiga tempat,
yaitu: sumsum tulang, hepar dan limpa.
1) Sumsum Tulang
Susunan tulang yang aktif dalam proses hemopoesis adalah:
a) Tulang Vertebrae
Vertebrae merupakan serangkaian tulang kecil yang tidak
teratur bentuknya dan saling berhubungan, sehingga tulang
belakang mampu melaksanakan fungsinya sebagai pendukung
dan penopang tubuh. Tubuh manusia mempunyai 33
vertebrae, tiap vertebrae mempunyai korpus (badan ruas
tulang belakang) terbentuk kotak dan terletak di depan dan
menyangga. Bagian yang menjorok dari korpus di belakang
disebut arkus neoralis (lengkung neoral) yang dilewati
14
medulla spinalis, yang membawa serabut dari otak ke semua
bagian tubuh. Pada arkus terdapat bagian yang menonjol pada
vertebrae dan dilekati oleh otot-otot yang menggerakkan
tulang belakang yang dinamakan prosesus spinosus.
b) Sternum (tulang dada)
Sternum disebut juga dengan tulang dada. Tulang dada
sebagai pelekat tulang kosta dan klavikula. Sternum terdiri
dari manubrium sterni, corpus sterni dan processus xipoideus.
c) Costa (tulang iga)
Costa terdapat 12 pasang, 7 pasang Costa vertebio sterno, 3
pasang costa vertebio condralis dan 2 pasang costa
fluktuantes. Costa dibagian posterior tubuh melekat pada
tulang vertebrae dan di bagian anterior melekat pada tulang
sternum, baik secara langsung maupun tidak langsung, bahkan
ada yang sama sekali tidak melekat.
2) Hepar
Hepar merupakan kelenjar terbesar dari beberapa kelenjar pada
tubuh manusia. Organ ini terletak di bagian kanan atas abdomen di
bawah diafragma, kelenjar ini terdiri dari 2 lobus yaitu lobus dextra
dan duktus hepatikus sinestra, keduanya bertemu membentuk
duktus hepatikus komunis. Duktus hepatikus komunis menyatu
dengan duktus sistikus membentuk duktus koleduktus.
15
3) Limpa
Limpa terletak dibagian kiri atas abdomen, limpa berbentuk
setengah bulat berwarna kemerahan, limpa adalah organ
berkapsula dengan berat normal 100–150 gram. Limpa mempunyai
2 fungsi sebagai organ limfaed dan memfagosit material tertentu
dalam sirkulasi darah. Limpa juga berfungsi menghancurkan sel
darah merah yang rusak. Volume darah pada tubuh yang sehat /
organ dewasa terdapat darah kira-kira 1/13 dari berat badan atau
kira-kira 4-5 liter. Keadaan jumlah tersebut pada tiap organ tidak
sama tergantung pada umur, pekerjaan, keadaan jantung atau
pembuluh darah. Tekanan viskositas atau kekentalan dari pada
darah lebih kental dari pada air yaitu mempunyai berat jenis 1.041
– 1.067 dengan temperatur 380C dan PH 7.37 – 1.45.
d. Darah terdiri dari 2 bagian yaitu:
1) Sel-sel darah ada 3 macam yatiu:
a) Eritrosit (sel darah merah)
Eritrosit merupakan cakram bikonkaf yang tidak berhenti,
ukurannya kira-kira 8 m, tidak dapat bergerak, banyaknya
kira-kira 5 juta dalam mm3. Eritrosit berwarna kuning
kemerahan karena didalamnya mengandung suatu zat yang
disebut hemoglobin. Warna ini akan bertambah merah jika
didalamnya banyak mengandung O2. Fungsi dari eritrosit
adalah mengikat CO2 dari jaringan tubuh untuk dikeluarkan
16
melalui paru-paru.
Pengikat O2 dan CO2
ini dilakukan oleh hemoglobin yang
telah bersenyawa dengan O2 disebut oksihemoglobin yang
telah bersenyawa dengan O2 disebut oksi hemoglobin (Hb+
O2� HbO2) jadi O2 dingkut dari seluruh tubuh sebagai oksi
hemoglobin dan kemudian dilepaskan dalam jaringan HbO2
� Hb+O2 dan seterusnya Hb akan mengikat dan bersenyawa
dengan Hb+ O2� HbO2CO2 yang disebut karbondioksida
hemoglobin (Hb+ CO2� HbCO2) yang mana CO2 akan
dilepaskan dari paru.
Eristrosit dibuat dalam sumsum tulang, limpa dan hati, yang
kemudian akan beredar keseluruh tubuh selama 14-15 hari,
setelah itu akan mati. Hemoglobin yang keluar dari eritrosit
yang mati akan terurai menjadi dua zat yaitu hematin yang
menjadi Fe yang berguna untuk pembuatan eritrosit baru dan
hemoglobin yaitu suatu zat yang terdapat dalam eritrosit yang
berguna untuk mengikat O2 dan CO2. Jumlah Hb dalam
orang dewasa kira-kira 11, 5-15 mg %. Normal Hb wanita 11,
5- 15, 5 mg % dan Hb laki-laki 13, 0- 17, 0 mg %.
Dari dalam tubuh banyaknya sel darah merah ini bisa
berkurang, demikian juga banyaknya hemoglobin dalam sel
darah merah. Apabila keduanya berkurang maka keadaan ini
17
disebut anemia. Biasanya hal ini disebabkan karena
pendarahan yang hebat dan gangguan dalam pembuatan
eritrosit.
b) Leukosit (sel darah putih)
Sel darah yang bentuknya dapat berubah-ubah dan dapat
bergerak dengan perantara kaki palsu (pseudopodia)
mempunyai bermacam-macam inti sel sehingga dapat
dibedakan berdasarkan inti sel. Leukosit berwarna kuning
(tidak berwarna), banyaknya kira-kira 4000- 11.000/mm3.
Leukosit berfungsi sebagai serdadu tubuh, yaitu membunuh
dan memakan bibit penyakit / bakteri yang masuk dalam
tubuh jaringan RES (Retikulo Endotel System). Fungsi yang
lain yaitu sebagai pengangkut dimana leukosit mengangkut
dan membawa zat lemak dari dinding usus melalui limpa dan
ke pembuluh darah.
Sel leukosit selain dari dalam pembuluh darah juga terdapat
di seluruh jaringan tubuh manusia. Pada kebanyakan penyakit
disebabkan karena kemasukan kuman/ infeksi maka jumlah
leukosit yang ada dalam darah akan meningkat.
Hal ini disebabkan sel leukosit yang biasanya tinggal di
dalam kelenjar limfe sekarang beredar dalam darah untuk
mempertahankan tubuh terhadap serangan bibit penyakit
tersebut. Macam-macam leukosit adalah sebagai berikut:
18
1) Agranulosit
Sel yang tidak mempunyai granula didalamnya, terdiri
dari:
a) Limfosit
Leukosit yang dihasilkan dari jaringan RES dan
kelenjar limfe di dalam sitoplasmannya tidak terdapat
granula dan inti besar banyaknya 20-25 %. Fungsinya
membunuh kuman dan memakan bakteri yang masuk
ke dalam jaringan tubuh.
b) Monosit
Fungsinya sebagai fagosit dan banyaknya 30%.
2) Granulosit
a) Neutrofil
Mempunyai inti, protoplasma, banyaknya bintik-bintik,
banyaknya 60-70%.
b) Eosinofil
Granula lebih besar, banyaknya kira-kira 24%.
c) Basofil
Inti teratur dalam protoplasma terdapat granula besar
banyaknya ½%
c) Trombosit (sel pembeku)
Merupakan benda-benda kecil yang bentuk dan ukurannya
19
bermacam-macam, ada yang bulat dan ada yang lonjong.
Warnanya putih dengan jumlah normal 150.000-450.000/
mm3. Trombosit memegang peranan penting dalam
pembekuan darah jika kurang dari normal. Apabila timbul
luka, darah tidak lekas membeku sehingga timbul pendarahan
terus menerus.
Proses pembekuan darah dibantu oleh zat yaitu Ca2+ dan
fribinogen. Fibrinogen mulai bekerja apabila tubuh mendapat
luka. Jika tubuh terluka, darah akan keluar, trombosit pecah
dan akan mengeluarkan zat yang disebut trombokinase.
Trombokinase akan bertemu dengan protombin dengan
bantuan Ca2+ akan menjadi thrombin. Thrombin akan
bertemu dengan fibrin yang merupakan benang-benang halus,
bentuk jaringan yang tidak teratur letaknya, yang akan
menahan sel darah. Dengan demikian terjadi pembekuan.
d) Plasma darah
Bagian darah yang encer tanpa sel-sel darah warna
bening kekuningan hampir 90% plasma darah terdiri dari:
1) Fibrinogen yang berguna dalam proses pembekuan
darah.
2) Garam-garam mineral (garam kalsium, kalium, natrium,
dan lain-lain yang berguna dalam metabolisme ).
3) Protein darah (albumin dan globulin) meningkatkan
20
viskositas darah dan juga menimbulkan tekanan osmotik
untuk memelihara keseimbangan cairan dalam tubuh.
4) Zat makanan (zat amino, glukosa lemak, mineral, dan
vitamin)
5) Hormon yaitu suatu zat yang dihasilkan dari kelenjar
tubuh.
6) Antibodi atau anti toksin.
Hematokrit adalah presentase darah yang berupa sel. Harga
normal hematokrit adalah 40,0-54,0 %. Efek hematokrit terdapat
viskositas darah makin besar presentase darah merah yaitu makin
besar hematokrit.
C. Etiologi
Perkembangan hidup nyamuk Aedes Aegypti dari tidur hingga dewasa
memerlukan waktu sekitar 10-12 hari. Hanya nyamuk betina yang menggigit
dan menghisap darah serta memilih dari manusia untuk memotongkan
telurnya. Sedangkan nyamuk jantan tidak biasa darah namun hanya menghisap
sari tumbuh-tumbuhan. Umur nyamuk Aedes Aegypti betina ±2 minggu.
Umur nyamuk Aedes Aegypti kemempuan terbang 40-100 m. (Hadinegoro,
1999).
D. Patofisiologi
Virus Dengue masuk ke dalam tubuh manusia melalui gigitan nyamuk
terjadi viremia, yang ditandai dengan demam mendadak tanpa penyebab yang
21
jelas disertai gejala lain seperti sakit kepala, mual, muntah, nyeri otot, pegal di
seluruh tubuh, nafsu makan berkurang dan sakit perut, bintik-bintik merah
pada kulit. Selain itu kelainan dapat terjadi pada sistem retikulo endotel atau
seperti pembesaran kelenjar-kelenjar getah bening, hati dan limpa. Pelepasan
zat anafilaktoksin, histamin dan serotonin serta aktivitas dari sistem kalikrein
menyebabkan peningkatan permeabilitas dinding kapiler/vaskuler sehingga
cairan dari intravaskuler keluar ke ekstravaskuler atau terjadinya
perembesaran plasma akibatnya terjadi pengurangan volume plasma yang
terjadi hipovolemia, penurunan tekanan darah, hemokonsentrasi,
hipoproteinemia, efusi dan renjatan. Selain itu sistem reikulo endotel bisa
terganggu sehingga menyebabkan reaksi antigen anti body yang akhirnya bisa
menyebabkan anaphylaxia.
Akibat lain dari virus dengue dalam peredaran darah akan menyebabkan
depresi sumsum tulang sehingga akan terjadi trombositopenia yang berlanjut
akan menyebabkan perdarahan karena gangguan trombosit dan kelainan
koagulasi dan akhirnya sampai pada perdarahan kelenjar adrenalin.
Plasma merembas sejak permulaan demam dan mencapai puncaknya
saat renjatan. Pada pasien dengan renjatan berat, volume plasma dapat
berkurang sampai 30% atau lebih. Bila renjatan hipovolemik yang terjadi
akibat kehilangan plasma yang tidak dengan segera diatasi maka akan terjadi
anoksia jaringan, asidosis metabolik dan kematian. Terjadinya renjatan ini
biasanya pada hari ke-3 dan ke-7.
Reaksi lainnya yaitu terjadi perdarahan yang diakibatkan adanya
22
gangguan pada hemostasis yang mencakup perubahan vaskuler,
trombositopenia (trombosit < 100.000/mm3), menurunnya fungsi trombosit
dan menurunnya faktor koagulasi (protrombin, faktor V, IX, X dan
fibrinogen). Pembekuan yang meluas pada intravaskuler (DIC) juga bisa
terjadi saat renjatan. Perdarahan yang terjadi seperti petekie, ekimosis,
purpura, epistaksis, perdarahan gusi, sampai perdarahan hebat pada traktus
gastrointestinal.
E. Manifestasi Klinik
Perjalanan penyakit DD/DBD sulit diramalkan. Pada umunya pasien
mengalami fase demam selama 2-7 hari, selanjutnya diikuti oleh fase kritis
selama 2-3 hari.
1. Demam Dengue (DD)
Demam Dengue merupakan penyakit demam akut selama 2-7 hari,ditandai
dengan dua atau lebih manifestasi sebagai berikut :
a. Nyeri kepala
b. Ruam kulit
c. Manifestasi perdarahan (ptekie atau uji bending positif)
d. Pemeriksaan serologi dengue positif, atau ditemukan pasien
DD//DBD yang sudah dikonfirmasikan pada lokasi dan waktu yang
sama .
2. Demam Berdarah Dengue
Berdasarakan kriteria WHO 1997 diagnosis ditegakkan bila semua hal di
23
bawah ini di penuhi, yaitu:
a. Demam atau riwayat demam akut, antara 2-7 hari, biasanya bifasik
b. Terdapat minimal satu manifestasi perdarahan berikut :
1) Uji bendung positif
2) Ptekie,ekimosis, atau purpura
3) Perdarahan mukosa (epitaksis atau perdarahan gusi), atau
perdarahan dari tempat lain
4) Hematemesis atau melena
c. Trombositopenia (jumlah trombosit < 100.000/ul)
d. Terdapat minimal satu tanda-tanda plasma leakage (kebocoran
plasma), yaitu :
1) Peningkatan hematokrit >20% dibandingkan satandart sesuai
dengan umur dan jenis kelamin
2) Penurunan hematokrit >20% setelah mendapat terapi cairan,
dibandingkan dengan nilai hematokrit sebelumnya
3) Tanda kebocoran plasma seperti efuis pleura, asites,
hipoproteinemia, atau hiponatremia.
4) Keluhan pada saluran pernafasan seperti batuk, pilek, sakit waktu
menelan.
5) Keluhan pada saluran pencernaan: mual, muntah, anoreksia, diare,
konstipasi
6) Keluhan sistem tubuh yang lain: nyeri atau sakit kepala, nyeri pada
otot, tulang dan sendi, nyeri otot abdomen, nyeri ulu hati, pegal-
24
pegal pada saluran tubuh.
F. Klasifikasi Dengue Beradah Dengue (DBD)
Berdasarkan patokan dari WHO (1999) DBD dibagi menjadi 4 derajat:
1. Derajat I
Demam disertai gejala klinis lain tanpa perdarahan spontan, uji tourniquet
(+) thrombocytopenia hemokonsentrasi.
2. Derajat II
Derajat I dan disertai perdarahan spontan pada kulit atau perdarahan lain.
3. Derajat III
Ditemukan kegagalan sirkulasi yaitu nadi cepat dan lemah tekanan darah
rendah, gelisah, sianosis mulut, hidung dan ujung jari.
4. Derajat IV
Syok hebat dengan tekanan darah atau nadi tidak terdeteksi. (Ngastiyah,
1997).
Dengue Syok Syndrome (DSS)
Suluruh krtiteria diatas untuk DBD disertai dengan kegagalan sirkulasi
dengan manifetasi nadi yang cepat dan halus, tekanan nadi turun (20≤
mmHg), hipotensi dibandingkan standart sesuai umur, kulit dingin dan
lembab serta gelisah. Penderita seringkali mengeluhkan nyeri didaerah
perut sesaat sebelum renjatan timbul. Nyeri tersebut seringkali
mendahului perdarahan gastrointestinal.
25
G. Penatalaksaaan
1. Medis
Pada dasarnya pengoobatan pada DB bersifat simtomatis dan suportif
a. DHF tanpa renjatan
Demam tinggi, anoreksia dan sering muntah menyebabkan
pasien dehidrasi dan haus. Pada pasien ini perlu diberi banyak minum,
yaitu 1,5 sampai 2 liter dalam 24 jam. Dapat diberikan teh manis,
sirup, susu, dan bila mau lebih baik oralit. Cara memberikan minum
sedikit demi sedikit dan orang tua yang menunggu dilibatkan dalam
kegiatan ini. Jika anak tidak mau minum sesuai ang dianjurkan tidak
dibenarkan pemasangan sonde karena merangsang resiko terjadi
perdarahan.
Keadaan hiperpireksia diatasi dengan obat anti piretik dan
kompres dingin. Jika terjadi kejang diberi luminal atau anti konvsulsan
lainnya. Luminal diberikan dengan dosis : anak umur kurang 1 tahun
50 mg IM, anak lebih 1 tahun 75 mg. Jika 15 menit kejang belum
berhenti luminal diberikan lagi dengan dosis 3 mg/kg BB. Anak diatas
1 tahun diberi 50 mg, dan dibawah 1 tahun 30 mg, dengan
memperhatikan adanya depresi fungsi vital.
Infus diberikan pada pasien DHF tanpa renjatan apabila :
1) Pasien terus-menerus muntah, tidak dapat diberikan minum
sehingga mengancam terjadinya dehidrasi.
2) Hematokrit yang cenderung meningkat.
26
Hematokrit mencerminkan kebocoran plasma dan biasanya
mendahului munculnya secara klinik perubahan fungsi vital (hipotensi,
penurunan tekanan nadi ), sedangkan turunnya nilai trombosit biasanya
mendahului naiknya hematokrit. Oleh karena itu, pada pasien yang
diduga menderita DHF harus diperiksa hemoglobin, hematokrit dan
trombosit setiap hari mlai hari ke-3 sakit sampai demam telah turun 1-
2 hari. Nilai hematokrit itulah yang menentukan apabila pasien perlu
dipasang infus atau tidak.
b. DHF disertai renjatan (DSS)
Pasien yang mengalami renjatan (syok) harus segera sipasang
infus sebagai penganti cairan yang hilang akibat kebocoran plasma.
Caiaran yang diberikan bisanya Ringer Laktat. Jika pemberian cairan
tidak ada respon diberikan plasma atau plasma ekspander, banyaknya
20-30 ml/kgBB. Pada pasien dengan renjatan berat diberikan infus
harus diguyur dengan cara membuka klem infus.
Apabila renjatan telah teratasi, nadi sudah jelas teraba, amplitudo
nadi besar, tekanan sistolik 80 mmHg /lebih, kecepatan tetesan
dikurangi 10 liter/kgBB/jam. Mengingat kebocoran plasma 24-48 jam,
maka pemberian infus dipertahankan sampai 1-2 hari lagi walaupn
tanda-tanda vital telah baik.
Pada pasien renjtan berat atau renjaan berulang perlu dipasang
CVP (Central Venous Pressure) untuk mengukur tekanan vena sentral
melalui vena magna atau vena jugularis, dan biasanya pasien dirawat
27
di ICU.
Tranfusi darah diberikan pada pasien dengan perdarahan
gastrointestinal yang berat. Kadang-kadang perdarahan gastrointestinal
berat dapat diduga apabila nilai hemoglobin dan hematokrit menurun
sedangkan perdarahannya sedikit tidak kelihatan. Dengan
memperhatikan evaluasi klinik yang telah disebut, maka dengan
keadaan ini dianjurkan pemberian darah.
2. Keperawatan
Masalah pasien yang perlu diperhatikan ialah bahaya kegagalan
sirkulasi darah, resiko terjadi pendarahan, gangguan suhu tubuh, akibat
infeksi virus dengue, gangguan rasa aman dan nyaman, kurangnya
pengetahuan orang tua mengenai penyakit
e. Kegagalan sirkulasi darah
Dengan adanya kebocoran plasma dari pembuluh darah ke dalam
jaringan ekstrovaskular, yang puncaknya terjadi pada saat renjatan
akan terlihat pada tubuh pasien menjadi sembab (edema) dan darah
menjadi kental.
Pengawasan tanda vital (nadi, TD, suhu dan pernafasan) perlu
dilakukan secara kontinu, bila perlu setiap jam. Pemeriksaan Ht, Hb
dan trombosit sesuai permintaan dokter setiap 4 jam. Perhatikan
apakah pasien ada kencing / tidak.
f. Resiko terjadi pendarahan
Adanya thrombocytopenia, menurunnya fungsi trombosit dan
28
menurunnya faktor koagulasi merupakan faktor penyebab terjadinya
pendarahan utama pada traktus gastrointestinal. Pendarahan grasto
intestinal didahului oleh adanya rasa sakit perut yang hebat atau daerah
retrosternal
Bila pasien muntah bercampur darah atau semua darah perlu
diukur. Karena melihat seberapa banyak darah yang keluar perlu
tindakan secepatnya. Makan dan minum pasien perlu dihentikan. Bila
pasien sebelumnya tidak dipasang infuse segera dipasang. Formulir
permintaan darah disediakan.
Perawatan selanjutnya seperti pasien yang menderita syok. Bila
terjadi pendarahan (melena, hematesis) harus dicatat banyaknya/
warnanya serta waktu terjadinya pendarahan.
Pasien yang mengalami pendarahan gastro intestinal biasanya
dipasang NGT untuk membantu mengeluarkan darah dari lambung.
g. Gangguan suhu tubuh
Gangguan suhu tubuh biasanya terjadi pada permulaan sakit atau
hari ke-2-ke-7 dan tidak jarang terjadi hyperpyrexia yang dapat
menyebabkan pasien kejang. Peningkatan suhu tubuh akibat infeksi
virus dengue maka pengobatannya dengan pemberian antipiretika dan
anti konvulsan. Untuk membantu penurunan suhu dan mencegah agar
tidak meningkat dapat diberikan kompres dingin, yang perlu
diperhatikan, bila terjadi penurunan suhu yang mendadak disertai
berkeringat banyak sehingga tubuh teraba dingin dan lembab, nadi
29
lembut halus waspada karena gejala renjatan. Kontrol TD dan nadi
harus lebih sering dan dicatat secara baik dan memberitahu dokter.
h. Gangguan rasa aman dan nyaman
Gangguan rasa aman dan nyaman dirasakan pasien karena
penyakitnya dan akibat tindakan selama dirawat. Hanya pada pasien
DHF menderita lebih karena pemeriksaan darah Ht, trombosit, Hb
secara periodic (stp 4 jam) dan mudah terjadi hematom, serta
ukurannya mencari vena jika sudah stadium II.
Untuk megurangi penderitaan diusahakan bekerja dengan tenang
yakinkan dahulu vena baru ditusukan jarumnya. Jika terjadi hematum
segera oleskan trombophub gel / kompres dengan alkohol.
Bila pasien datang sudah kolaps sebaiknya dipasang venaseksi
agar tidak terjadi coba-coba mencari vena dan meninggalkan bekas
hematom di beberapa tempat. jika sudah musim banyak pasien DHF
sebaiknya selalu tersedia set venaseksi yang telah seteril.
(Ngastiyah, 2005)
3. Penatalaksanaan Keperawatan per derajat
a. Perawatan pasien DBD derajat I
Pada pasien derajat I ini keadaan umumnya seperti pada pasien
influenza biasa dengan gejala demam, lesu, sakit kepala, dan
sebagainya, tetapi terdapat juga gejala perdarahan atas hasil uji
tourniquet positif (cara uji tourniquet ialah pasang manset tensimeter
pada lengan atas dan pompa sampai air raksa mencapai pertengahan
30
tekanan sistolik dan diastolik, biarkan selama 5 menit. Bila setelah
manset dibuka terdapat lebih dari 20 petekia pada daerah lengan bawah
dengan diameter 2,8 cm dinyatakan positif). Pasien perlu istirahat
mutlak, observasi tanda vital setiap 3 jam (terutama tekanan darah dan
nadi), periksa Ht, Hb, dan trombosit secara periodik (4 jam sekali).
Berikan minum 1 ½ - 2 liter dalam 24 jam. Air minum boleh teh
manis, sirup, susu, dan lebih baik oralit jika anak mau. Cara
memberikan minum sedikit demi sedikit bila perlu setiap 5 menit 1
sendok makan atau setiap ¼ jam 1/3 gelas. Jika ada keluarga yang
menunggu mintalah mereka membantu; terangkan mengapa anak harus
banyak minum dan apa bahayanya jika kebutuhan cairan yang telah
ditentukan tidak terpenuhi. Buah-buahan lebih baik diberikan berupa
sari buah saja.
Obat-obatan harus diberikan tepat pada waktunya disamping
kompres dingin jika pasien demam. Urine perlu ditampung selama 24
jam dan diukur; tetapi tidak usah menunggu 24 jam jika urine
dianggap kurang beritahukan dokter. Catatlah hasil pemeriksaan Ht,
Hb dan trombosit secara teratur dan adakan penilaian apakah terjadi
kenaikan yang melebihi normal / tidak. Jika tekanan darah pada suatu
waktu menurun, ulangi ukur lagi 5 menit kemudian dan jika ternyata
memang turun dan mencurigakan segera hubungi dokter. Bila perlu
persiapkan alat-alat untuk infus. Bila pasien tidak mau minum
sebanyak yang telah ditentukan walaupun sudah dibujuk tidak
31
dibenarkan memasang sonde karena dapat menimbulkan perdarahan.
Pasien biasanya dipasang infus. Bila tidak terjadi sesuatu setelah
dirawat 2-3 hari, dan pasien dalam keadaan membaik dengan ditandai
adanya nafsu makan yang baik, pasien dipulangkan.
b. Perawatan pasien DBD derajat II
Umumnya pasien dengan DBD derajat II, ketika datang dirawat
sudah dalam keadaan lemah, malas minum (gejala klinis derajat I
ditambah adanya perdarahan spontan) dan tidak jarang setelah dalam
perawatan baru beberapa saat pasien jatuh kedalam keadaan renjatan.
Oleh karena itu, lebih baik jika pasien segera dipasang infus sebab jika
sudah terjadi renjatan vena-vena sudah menjadi kolaps sehingga susah
untuk memasang infus. Tidak jarang terpaksa menusuk beberapa kali
dibeberapa tempat tidak dapat berhasil bahkan meninggalkan bekas
hematom yang besar. Bila keadaan pasien pasien sangat lemah infus
lebih baik dipasang pada dua tempat karena dalam keadaan renjatan
walaupun klem dibuka tetesan cairan tetap tidak lancar, maka jika dua
tempat akan membantu memperlancar. Kadang-kadang satu infus ini
diperlukan untuk memberikan plasma / darah, yang lain cairan biasa.
Pengawasan tanda vital, pemeriksaan hematokrit dan hemoglobin serta
trombosit seperti derajat I, dan harus diperhatikan gejala-gejala
renjatan seperti nadi menjadi kecil dan cepat, tekanan darah menurun,
anuria atau anak mengeluh sakit perut sekali dan lain sebagainya. Jika
32
hal-hal tersebut terjadi segera hubungi dokter. Pada pasien ini
disamping infus juga diberi minum serta makan sebanyak ia mau.
Apabila pasien derajat II ini setelah dirawat selama 2 hari
keadaen membaik yang ditandai dengan tekanan darah yang normal,
nadi, suhu dan pernafasan juga baik, infus satu dibuka, yang lainnya
dipertahankan sampai 24 jam lagi sambil terus diobservasi. Jika
keadaan umumnya tetap baik, tanda vital serta Ht dan Hb sudah
normal dan stabil infus dibuka. Biasanya pasien sudah mau makan dan
diperbolehkan pulang dengan pesan untuk datang kontrol setelah 1
minggu kemudian.
c. Perawatan DBD derajat III (DSS)
Pasien DSS adalah pasien gawat maka jika tidak mendapatkan
penanganan yang cepat dan tepat akan menjadi fatal sehingga
memerlukan perawatan yang intensif. Masalah utama adalah akibat
kebocoran plasma yang pada pasien DSS ini mencapai puncaknya
dengan ditemuinya tubuh pasien sembab, aliran darah sangat lambat
karena menjadi kental sehingga mempengaruhi curah jantung dan
menyebabkan gangguan saraf pusat. Terjadi gangguan pada sistim
pernafasan berupa asidosis metabolik dan agak dispnea karena adanya
cairan didalam rongga pleura. Pertolongan yang utama adalah
mengganti plasma yang keluar dengan memberikan cairan dan
elektrolit (biasanya diberikan Ringer Laktat) dan cara memberikan
33
diguyur ialah dengan kecepatan tetesan 20 ml/kg BB/jam. Karena
darah kehilangan plasma maka alirannya menjadi sangat lambat (darah
menjadi kental), untuk melancarkan tetesan infus tersebut dimasukkan
cairan secara paksa dengan menggunakan spuit 20-30 cc sebanyak
100-200 ml melalui selang infus. Dengan cara ini dapat membantu
kelancaran darah dan tetesan menjadi lebih cepat, selanjutnya diatur
sesuai dengan kebutuhan pada saat itu.
Akibat terjadinya kebocoran plasma pada paru terjadi
pengumpulan cairan didalam rongga pleura dan menyebabkan pasien
agak dispnea; untuk meringankan pasien dibaringkan semi fowler dan
diberikan O2. pengawasan tanda vital dilakukan setiap 15 menit
terutama tekanan darah dan nadi juga pernafasan dan catat dalam
catatan perawatan / catatan khusus. Bila terlihat keadaan pasien makin
memburuk atau tetesan tetap tidak dapat lancar supaya menghubungi
dokter. Untuk memantau keadaan ginjal pasien perlu dipasang kateter
urine dan ditampung ke dalam kantong yang steril, karena diperlukan
evaluasi setiap jam atau lebih sering dengan melihat keadaan pasien
(renjatan sering didahului adanya anuria).
Pemeriksaan hematokrit, hemoglobin dan trombosit tetap
dilakukan secara periodik dan semua tindakan serta hasil pemeriksaan
dicatat dalam catatan khusus serta dinilai / dibandingkan. Jika renjatan
dapat diatasi, nadi sudah jelas teraba dan amplitude nadi cukup besar,
tekanan darah sistolik 80 mmHg/lebih, kecepatan tetesan dikurangi
34
menjadi 10 ml/kg BB perjam. Karena dalam masa penyembuhan ini
cairan yang ada di ruang ekstravaskular diserap kembali ke dalam
ruang vaskuler maka pemberian cairan harus diperhatikan karena jika
kelebihan dapat menyebabkan sesak nafas dan memperberat kerja
jantung. Penilaian tanda vital dan infus masih diteruskan sampai 24-48
jam setelah syok teratasi, pemeriksaan hematokrit, hemoglobin dan
trombosit masih perlu dilakukan. Bila hasil telah stabil serta diberi
makan dan minum biasa. Bila pasien telah mau makan (nafsu
makannya sudah kembali) merupakan pertanda keadaan bahaya telah
lewat. Pasien dipulangkan dengan pesan kontrol kembali 1 minggu
lagi.
H. Komplikasi
1. Perdarahan
Perdarahan pada DHF disebabkan adanya perubahan vaskuler,
penurunan jumlah trombosit (trombositopenia) <100.000 /mm³ dan
koagulopati, trombositopenia, dihubungkan dengan meningkatnya
megakoriosit muda dalam sumsum tulang dan pendeknya masa hidup
trombosit. Tendensi perdarahan terlihat pada uji tourniquet positif,
petechi, purpura, ekimosis, dan perdarahan saluran cerna, hematemesis
dan melena.
35
2. Kegagalan sirkulasi
DSS (Dengue Syok Sindrom) biasanya terjadi sesudah hari ke
2–7, disebabkan oleh peningkatan permeabilitas vaskuler sehingga
terjadi kebocoran plasma, efusi cairan serosa ke rongga pleura dan
peritoneum, hipoproteinemia, hemokonsentrasi dan hipovolemi yang
mengakibatkan berkurangnya aliran balik vena (venous return), prelod,
miokardium volume sekuncup dan curah jantung, sehingga terjadi
disfungsi atau kegagalan sirkulasi dan penurunan sirkulasi jaringan.
DSS juga disertai dengan kegagalan hemostasis mengakibatkan
aktivity dan integritas system kardiovaskur, perfusi miokard dan curah
jantung menurun, sirkulasi darah terganggu dan terjadi iskemia
jaringan dan kerusakan fungsi sel secara progresif dan irreversibel,
terjadi kerusakan sel dan organ sehingga pasien akan meninggal dalam
12-24 jam.
3. Hepatomegali
Hati umumnya membesar dengan perlemakan yang berhubungan
dengan nekrosis karena perdarahan, yang terjadi pada lobulus hati dan sel
sel kapiler. Terkadang tampak sel netrofil dan limposit yang lebih besar
dan lebih banyak dikarenakan adanya reaksi atau kompleks virus
antibody.
4. Efusi pleura
Efusi pleura karena adanya kebocoran plasma yang
mengakibatkan ekstravasasi aliran intravaskuler sel hal tersebut dapat
36
dibuktikan dengan adanya cairan dalam rongga pleura bila terjadi efusi
pleura akan terjadi dispnea, sesak napas.
37
I. Pengkajian Fokus
1. Identitas pasien
Nama, umur (pada DHF paling sering menyerang anak-anak dengan usia
kurang dari 15 tahun), jenis kelamin, alamat, pendidikan, nama orang tua,
pendidikan orang tua, dan pekerjaan orang tua.
2. Keluhan utama
Alasan atau keluhan yang menonjol pada pasien DHF datang ke rumah
sakit adalah panas tinggi dan pasien lemah.
3. Riwayat penyakit sekarang
Didapatkan adanya keluhan panas mendadak dengan disertai menggigil
dan saat demam kesadaran kompos mentis. Turunya panas terjadi antara
hari ke-3 dan ke-7, dan anak semakin lemah. Kadang-kadang disertai
keluhan batuk pilek, nyeri telan, mual, muntah, anoreksia, diare atau
konstipasi, sakit kepala, nyeri otot dan persendian, nyeri ulu hati dan
pergerakan bola mata terasa pegal, serta adanya manifestasi perdarahan
pada kulit, gusi (grade III, IV), melena atau hematemasis.
4. Riwayat penyakit yang pernah diderita
Penyakit apa saja yang pernah diderita. Pada DHF, anak biasanya
mengalami serangan ulangan DHF dengan type virus yang lain.
5. Riwayat imunisasi
Apabila anak mempunyai kekebalan yang baik, maka kemumgkinan akan
timbulnya komplikasi dapat dihindarkan.
38
6. Riwayat gizi
Status gizi anak yang menderita DHF dapat bervariasi. Semua anak
dengan status gizi baik maupun buruk dapat berisiko, apabila ada faktor
predisposisinya. Anak yang menderita DHF sering mengalami keluhan
mual, muntah,dan nafsu akan menurun. Apabila kondisi ini berlanjut dan
tidak disertai pemenuhan nutrisi yang mencukupi, maka anak dapat
mengalami penurunan berat badan sehingga status gizinya menjadi
kurang.
7. Kondisi lingkungan
sering terjadi pada daerah yang padat penduduknya dan lingkumgan yang
kurang bersih (seperti yang mengenang dan gantungan baju yang di
kamar).
8. Pola kebiasaan
a. Nutrisi dan metabolisme
Nutrisi dan metabolisme: frekuensi, jenis, pantangan, nafsu makan
berkurang, dan nafsu makan menurun.
b. Eliminasi BAB
Eliminasi BAB: kadang-kadang anak mengalami diare atau konstipasi.
Sementara DHF grade III-IV bisa terjadi melena.
c. Eliminasi BAK
Eliminasi BAK: perlu dikaji apakah sering kencing, sedikit atau
banyak, sakit atau tidak. Pada DHF grade IV sering terjadi hematuria.
39
d. Tidur dan istirahat
Tidur dan istirahat: anak sering mengalami kurang tidur karena
mengalami sakit atau nyeri otot dan persendian sehingga kualitas dan
kuantitas tidur maupun istirahatnya kurang.
e. Kebersihan
Kebersihan: upaya keluarga untuk menjaga kebersihan diri dan
lingkungan cenderung kurang terutama untuk membersihkan tempat
sarang nyamuk aedes aegypti.
Perilaku dan tanggapan bila ada keluarga yang sakit serta upa untuk
menjaga kesehatan.
9. Pemeriksaan fisik
Meliputi inspeksi, auskultasi, palpasi, perkusi dari ujung rambut sampai
ujung kaki. Berdasarkan tingkatan grade DHF, keadaan fisik anak adalah :
a. Kesadaran : Apatis
b. Vital sign : TD : 110/70 mmHg
c. Kepala : Bentuk mesochepal
d. Mata : simetris, konjungtiva anemis, sclera tidak ikterik, mata
anemis
e. Telinga : simetris, bersih tidak ada serumen, tidak ada gangguan
pendengaran
f. Hidung : ada perdarahan hidung / epsitaksis
g. Mulut : mukosa mulut kering, bibir kering, dehidrasi, ada
perdarahan pada rongga mulut, terjadi perdarahan gusi.
40
h. Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tyroid, kekakuan leher
tidak ada, nyeri telan
i. Dada
Inspeksi : simetris, ada penggunaan otot bantu pernafasan
Auskultasi : tidak ada bunyi tambahan
Perkusi : Sonor
Palpasi : taktil fremitus normal
j. Abdomen :
Inspeksi : bentuk cembung, pembesaran hati (hepatomegali)
Auskultasi : bising usus 8x/menit
Perkusi : tympani
Palpasi : turgor kulit elastis, nyeri tekan bagian atas
k. Ekstrimitas : sianosis, ptekie, echimosis, akral dingin, nyeri otot, sendi
tulang
l. Genetalia : bersih tidak ada kelainan di buktikan tidak terpasang
kateter
10. Sistem integumen
Adanya peteki pada kulit, turgor kulit menurun, dan muncul keringat
dingin dan lembab.
Kuku sianosis atau tidak.
a. Kepala dan leher
Kepala terasa nyeri, muka tamp0ak kemerahan karena demam (flusy),
mata anemis, hidung kadang mengalami perdarahan (epistaksis) pada
41
grade II,III, IV. Pada mulut didapatkan bahwa mukosa mulut kering,
terjadi perdarahan gusi, dan nyeri telan. Sementara tenggorokan
mengalami hyperemia pharing dan terjadi perdarahan telingga (grade
II, III, IV ).
b. Dada
Bentuk simetris dan kadang-kadang sesak. Pada fhoto thorax terdapat
adanya cairan yang tertimbun pada paru sebelah kanan, (efusi pleura),
rales, ronchi, yang biasanya terdapat pada grade III dan IV.
c. Abdomen
Mengalami nyeri tekan, pembesaran hati (hepatomegali) dan asites.
Ekstremitas : akral dingin, serta terjadi nyeri otot, sendi, serta tulang.
11. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk menentukan adanya infeksi
dengue adalah :
a. Uji rumple leed / tourniquet positif
b. Darah, akan ditemukan adanya trombositopenia, hemokonsentrasi,
masa perdarahan memanjang, hiponatremia, hipoproteinemia.
c. Air seni, mungkin ditemukan albuminuria ringan
d. Serologi
Dikenal beberapa jenis serologi yang biasa dipakai untuk menentukan
adanya infeksi virus dengue antara lain : uji IgG Elisa dan uji IgM Elisa
42
e. Isolasi virus
Identifikasi virus dengan melakukan fluorescence anti body technique
test secara langsung / tidak langsung menggunakan conjugate
(pengaturan atau penggabungan)
f. Identifikasi virus
Identifikasi virus dengan melakukan fluorescence anti body tehnique
test secara langsung atau tidak langsung dengan menggunakan
conjugate
g. Radiology
Pada fhoto thorax selalu didapatkan efusi pleura terutama disebelah
hemi thorax kanan . ( Departemen Kesehatan RI, 1999)
43
J. Pathways Keperawatan
Demam akut
Keringat ↑
Dehidrasi Hipertermi
Fungsi trombosit menurun, faktor
koagulasi menurun,
Gigitan nyamuk Aedes Aegepti
Sumber : Syaifoellah Noer (1999); Doenges (2000)
Nyeri otot, tulang dan sendi
Gangguan rasa nyaman nyeri
Stimulasi RES
Hepatomegali
Hepar mendesak rongga abdomen
Nafsu makan ↓
Intake tidak adekuat
Perubahan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
Peningkatan enzim-enzim hepar SGOT
SGPT
Permeabilitas vaskuler ↑
Kebocoran plasma
Hipoproteinemia
Hipovolemi
Syok hipovolemi
- Gelisah - Takikardi - Akral dingin - Hipotensi
Penumpukan cairan ekstra vaskuler dan rongga serosa
Akumulasi cairan ↑
Efusi Pleura
Dispnea
Gangguan pertukaran gas
Hematokrit ↑ viskositas darah ↑
Aliran darah lambat
Suplai O2 ke jaringan ↓
Gangguan Perfusi jaringan
Trombosytopenia
Resiko perdarahan
Mual, muntah
Defisit volume cairan dan elektrolit
Virus Dengue
Terjadinya viremia
44
K. Diagnosa Keperawatan
1. Defisit volume cairan berhubungan dengan berpindahnya cairan
intraseluler ke ekstraseluler (kebocoran plasma dari endotel)
Ditandai dengan:
a. Hipotensi
b. Takikardi
c. Pengisian kapiler lambat
d. Berkeringat
e. Urin pekat atau menurun
2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan suplai oksigen
Ditandai dengan :
a. Dispnea
b. Bingung, gelisah
c. Ketidakmampuan membuang secret
d. Perubahan tanda vital
e. Penurunan toleransi terhadap aktivitas
3. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan suplai oksigen dalam
jaringan menurun
Ditandai dengan :
a. Penurunan nadi perifer, pengisian kapiler lambat atau menurun
b. Perubahan warna kulit
c. Edema jaringan ekstremitas dingin
45
4. Hipertermi berhubungan viremia
Ditandai dengan:
a. Peningkatan suhu tubuh yang lebih besar dari jangkauan normal
b. Kulit kemerahan, hangat waktu disentuh
c. Peningkatan tingkat pernafasan
d. Takikardi
5. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubunggan dengan proses patologis
(viremia)
Ditandai dengan:
a. Keluhan nyeri
b. Perilaku yang bersifat hati-hati atau melindungi
c. Wajah menunjukkan nyeri
d. Gelisah
6. Intake nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual,
muntah, anoreksia
Ditandai dengan:
a. Konjungtiva dan membran mukosa pucat
b. Menolak untuk makan
c. Penurunan berat badan
d. Turgor kulit buruk
46
L. Fokus Intervensi
1. Defisit volume cairan berhubungan dengan berpindahnya cairan
intraseluler ke ekstraseluler
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan defisit volume
cairan dapat terpenuhi
Kriteria Hasil :
a. Menyatakan pemahaman faktor penyebab dan perilaku yang, perlu
untuk memperbaiki defisit cairan
b. Menunjukkan perubahan keseimbangan cairan, dibuktikan oleh
haluaran urine adekuat, tanda-tanda vital stabil, membran mukosa
lembab, turgor kulit baik.
c. Volume cairan cukup, input cukup, output tidak berlebih.
Rencana tindakan:
a. Mengkaji keadaan umum pasien (lemah pucat, tachicardi) serta
tanda-tanda vital.
Rasional : Menetapkan data dasar pasien, untuk mengetahui
dengan cepat penyimpangan dari keadaan normalnya
b. Mengobservasi adanya tanda-tanda syok.
Rasional : Agar dapat segera dilakukan tindakan untuk menangani
syok yang dialami pasien.
c. Memberikan cairan intravaskuler sesuai program dokter.
Rasional : Pemberian cairan IV sangat penting bagi pasien yang
mengalami defisit volume cairan dengan keadaan
47
umum yang buruk karena cairan langsung masuk
kedalam pembuluh darah.
d. Menganjurkan pasien untuk banyak minum
Rasional : Asupan cairan sangat diperlukan untuk menambah
volume cairan tubuh.
e. Mengkaji tanda dan gejala dehidrasi atau hipovolemik (riwayat
muntah diare, kehausan turgor jelek).
Rasional : Untuk mengetahui penyebab devisit volume cairan, jika
haluaran urine < 25 ml/jam, maka pasien mengalami
syok
f. Mengkaji perubahan haluaran urine dan monitor asupan haluaran
Rasional : Untuk mengetahui keseimbangan cairan dan tingkatan
dehidrasi.
2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan suplai oksigen
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan suplai oksigen
ke jaringan adekuat.
Kriteria Hasil : Menunjukkan perbaikan ventilasi dan oksigen jaringan
adekuat dengan GDA dalam rentang normal dan bebas
gejala distres pernafasan.
Rencana tindakan :
a. Kaji frekuensi, kedalaman pernafasan. Catat penggunaan otot
aksesori, nafas bibir, ketidakmampuan bicara / berbincang.
Rasional : Berguna dalam evaluasi derajat distres pernafasan dan /
48
kronisnya proses penyakit.
b. Tinggikan kepala tempat tidur, Bantu pasien untuk memilih posisi
yang mudah untuk bernafas. Dorong nafas dalam perlahan / nafas
bibir sesuai kebutuhan atau tolaransi individu.
Rasional : Pengiriman oksigen tidak dapat diperbaiki dengan
posisi duduk tinggi dan latihan nafas untuk
menurunkan kolaps jalan nafas, dispnea, dan kerja
nafas.
c. Kaji / awasi secara rutin kulit dan warna membran mukosa
Rasional : Sianosis mungkin perifer (terlihat pada kuku) atau
sentral (terlihat sekitar bibir / daun telinga). Keabu-
abuan dan dianosis sentral mengindikasikan beratnya
hipoksia.
d. Dorong mengeluarkan sputum, penghisapan bila diindikasikan.
Rasional : Kental, tebal dan banyaknya sekresi adalah sumber
utama gangguan pertukaran gas pada jalan nafas kecil.
Penghisapan dibutuhkan bila batuk tidak efektif.
e. Auskultasi bunyi nafas, catat area penurunan aliran udara / bunyi
tambahan
Rasional : Bunyi nafas mungkin redup karena penurunan aliran
udara atau area konsolidasi. Adanya mengindikasikan
spasme bronkus / tertahannya sekret.. Krekles basah
menyebar menunjukkan cairan pada interstisial atau
49
dekompensasi jantung.
f. Palpasi premitus
Rasional : Penurunan getaran vibrasi diduga ada pengumpulan
cairan atau udara terjebak.
3. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan suplai oksigin dalam
jaringan menurun.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan suplai oksigen
ke jaringan adekuat.
Kriteria Hasil : Menunjukkan peningkatan perfusi secara individual
misalnya tidak ada sianosis dan kulit hangat.
Rencana tindakan:
a. Auskultasi frekuensi dan irama jantung cacat adanya bunyi jantung
ekstra.
Rasional : Tachicardia sebagai akibat hipoksemia kompensasi
upaya peningkatan aliran darah dan perfusi jaringan,
gangguan irama berhubungan dengan hipoksemia,
ketidakseimbangan elektrolit. Adanya bunyi jantung
tambahan terlihat sebagai peningkatan kerja jantung.
b. Observasi perubahan status metal
Rasional : Gelisah bingung disorientasi dapat menunjukkan
gangguan aliran darah serta hipoksia.
c. Observasi warna dan suhu kulit atau membrane mukosa.
Rasional : Kulit pucat atau sianosis, kuku membran bibir atau
50
lidah dingin menunjukkan vasokonstriksi prifer (syok)
atau gangguan aliran darah perifer.
d. Ukur haluaran urine dan catat berat jeuis urine
Rasional : Syok lanjut atau penurunan curah jantung
menimbulkan penurunan perfusi ginjal dimanifestasi
oleh penurunan haluaran urine dengan berat jenis
normal atau meningkat
e. Berikan cairan intra vena atau peroral sesuai indikasi.
Rasional : Peningkatan cairan diperlukan untuk menurunkan
hiperviskositas darah (Potensial pembentukan
trombosit) atau mendukung volume sirlukasi atau
perfusi jaringan.
4. Hipertemi berhubungan dengan terjadinya veremia
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan temperatur
suhu dalam batas normal (36°-37° C).
Kriteria Hasil :
a. Klien tidak menunjukkan kenaikan srihu tubuh.
b. Suhu tubuh dalam batas normal ( 36°-37° C)
Rencana tindakan:
a. Mengkaji saat timbulnya demam
Rasional : Untuk mengidentifikasi pola demam pasien
b. Mengobservasi tanda-tanda vital
Rasional : Tanda-tanda vital merupakan acuan untuk mengetahui
51
keadaan umum pasien.
c. Tingkatkan intake cairan.
Rasional : Peningkatan suhu tubuh mengakibatkan penguapan
tubuh meningkat sehingga perlu diimbangi asupan
cairan
d. Mencatat asupan dan keluaran
Rasional : Untuk mengetahui ketidakseimbangancairan tubuh
e. Memberikan terapi cairan intravena dan obat-obatan sesuai program
dokter
Rasional : Pemberian cairan sangat penting bagi pasien dengan
suhu tinggi.
5. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan proses patologis
(viremia)
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan nyeri
berkurang atau hilang
Kriteria Hasil :
a. Rasa nyaman pasien terpenuhi
b. Nyeri berkurang atau hilang
Rencana tindakan:
a. Mengkaji tingkat nyeri yang dialami pasien dengan skala nyeri (0 -
10), tetapkan tipe nyeri yang dialami pasien, respon pasien terhadap
nyeri
Rasional : Untuk mengetahui berat nyeri yang dialami pasien
52
b. Mengkaji faktor-faktor yang mempengaruhi reaksi pasien terhadap
nyeri
Rasional : Dengan mengetahui faktor-faktor tersebut maka
perawat dapat melakukan intervensi yang sesuai dengan
masalah klien.
c. Memberikan posisi yang nyata dan, usahakan situasi ruang yang
terang
Rasional : Untuk mengurangi rasa nyeri .
d. Memberikan suasana gembira bagi pasien, alihkan perhatian pasien
dari rasa nyeri
Rasional : Dengan melakukan aktivitas lain, pasien dapat sedikit
melupakan perhatiannya terhadap nyeri yang dialami.
e. Memberikan kesempatan pada pasien untuk berkomunikasi dengan
teman-teman atau orang terdekat.
Rasional : Tetap berhubungan dengan orang-orang terdekat atau
teman membuat pasien bahagia dan dapat mengalihkan,
perhatiannya terhadap nyeri.
f. Memberikan obat analgetik (Kolaborasi dengan dokter)
Rasional : Obat analgetik dapat menekan atau mengurangi nyeri
pasien.
6. Intake nutrisi kurang dari, kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual,
muntah , anoreksia
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan kebutuhan
53
nutrisi pasien terpenuhi.
Kriteria Hasil : Pasien mampu menghabiskan makanan sesuai dengan
porsi yang dibutuhkan atau diberikan.
Rencana tindakan:
a. Mengkaji keluhan mual dan muntah yang dialami oleh pasien
Rasional : Untuk menetapkan cara mengatasinya.
b. Memberikan makanan dalam porsi kecil dan frekuensi sering.
Rasional : Untuk menghindari mual dan muntah
c. Menjelaskan manfaat nutrisi bagi pasien terutama saat pasien sakit.
Rasional : Meningkatkan pengetahuan pasien tentang nutrisi
sehingga motivasi pasien untuk makan meningkat.
d. Memberikan makanan yang mudah ditelan seperti bubur dan
dihidangkan saat masih hangat.
Rasional : Membantu mengurangi kelelahan pasien dan
meningkatkan asupan makanan.
e. Mencatat jumlah dan porsi makanan yang dihabiskan
Rasional : Untuk mengetahui pemenuhan nutrisi pasien.
f. Mengukur berat badan pasien setiap hari.
Rasional : untuk mengetahui status gizi pasien