Journal Reading Kelompok 2

11
Journal Reading SEBUAH PENELITIAN EPIDEMIOLOGI ANGKA KERACUNAN KARBON MONOKSIDA DAN PERBANDINGAN DENGAN KERACUNAN LAIN YANG TERCATAT DI DEPARTMENT KEDOKTERAN FORENSIK MAZANDARAN, 2009-2011 OLEH: Ren Re!"n E#$"n 0910%1212& R"'( A!n) F*#+ 0910%120 . A)e/"ne S #" F"#)+ 0910%1%23& S#" M+/4n5" 1110%11010 Re(" 6"*4 1110%12129 PEMBIMBING: )#7 R"( S+ n5", S8F )#7 C"5# Mne/, S8F )#7 N e#"( 6"n) #" BAGIAN ILMU KEDOKTERAN FORENSIK FAKULTAS KEDOKTERAN UNI;ERSITAS ANDALAS RSUP DR M7 D<AMIL PADANG 2013

description

forensik

Transcript of Journal Reading Kelompok 2

Journal Reading

SEBUAH PENELITIAN EPIDEMIOLOGI ANGKA KERACUNAN KARBON MONOKSIDA DAN PERBANDINGAN DENGAN KERACUNAN LAIN YANG TERCATAT DI DEPARTMENT KEDOKTERAN FORENSIK MAZANDARAN, 2009-2011

OLEH:

Rena Regina Erwin

0910312126

Rizka Aganda Fajrum

0910312084

Adeline Sacharissa Firdaus

0910313256Sri Mulyanti

1110311010

Reki Wijaya

1110312129

PEMBIMBING:

dr. Rika Susanti, SpFdr. Citra Manel, SpF

dr. Noverika WindasariBAGIAN ILMU KEDOKTERAN FORENSIKFAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS

RSUP DR M. DJAMIL PADANG

2015

Sebuah Penelitian Epidemiologi Angka Keracunan Karbon Monoksida dan

Perbandingan dengan Keracunan lain yang tercatat di Department

Kedokteran Forensik Mazandaran, 2009-2011

Mohammad Shokrzadeh 1, Masoud Poorhosein2, Nafiseh Nasri Nasrabadi*3, Farzaneh Veisi4, Zohreh Kooshki4ABSTRAKLatar Belakang: Karbon monoksida adalah gas yang tidak berbau, tidak berwarna dan beracun. Karena saat ini belum ada informasi mengenai prevalensi keracunan karbon monoksida di Mazandaran, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui prevalensi keracunan karbon monoksida dan membandingkan prevalensi dengan keracunan lainnya yang tercatat di Mazandaran Departemen Kedokteran Forensik, 2009-2011.Metode: Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif-analitis, di mana informasi yang diterima dari Mazandaran Departemen Kedokteran Forensik.Hasil: Di antara 2.446 kematian manusia pada tahun 2009, 2010, 2011, 237 kematian disebabkan oleh keracunan dan 27 (11,4%) adalah karena keracunan karbon monoksida, peringkat ketiga setelah keracunan narkotika dan Aluminium phosphide. Keracunan pada laki-laki 1,7 kali lebih banyak daripada perempuan. Co adalah penyebab paling umum kematian diantara orang-orang yang berusia 21 sampai 30 tahun. Kesimpulan: Mengingat fakta bahwa dalam banyak kasus kematian yang disebabkan oleh keracunan CO (silent killer) datang dengan tenang dan dengan cara tersembunyi, CO justru membuat pertahanan apapun dan tidak mungkin bagi orang untuk melarikan diri meskipun melihat bayang-bayang kematian, orang pasti akan menyerah dan akan dikalahkan. Oleh karena itu, perlu untuk mendidik dan memberikan informasi kepada masyarakat melalui media dan lembaga pendidikan tentang risiko dan sumber keracunan CO.Kata kunci: Karbon Monoksida, Kedokteran Forensik, Keracunan.PENDAHULUANKarbon monoksida (CO) adalah zat tidak berwarna, tidak berbau dan gas beracun yang dihasilkan oleh pembakaran yang tidak sempurna. Kendaraan bermotor, pemanas, perangkat yang membakar bahan bakar berbasis karbon, dan kebakaran rumah adalah sumber utama dari keracunan [1, 2]. Keracunan karbon monoksida adalah penyebab utama kematian akibat keracunan di Amerika Serikat [1, 3, 4]. Keracunan CO adalah penyebab kematian paling umum akibat cedera inhalasi yang disebabkan oleh bahan-bahan yang mudah terbakar [5, 6]. Keracunan karbon monoksida pertama kali dijelaskan pada 1865 oleh Claude Bernard, sengaja atau tidak sengaja; Namun, keracunan yang disengaja 10 kali lebih banyak dari jumlah keracunan yang tidak disengaja. Wabah keracunan tidak disengaja turun karena penerapan sistem peringatan dini untuk transportasi dan pemanasan peralatan. Karbon monoksida dapat menyebabkan hipoksia melalui pembentukan karboksihemoglobin dan pergeseran kurva saturasi hemoglobin oxy- ke kiri. Gas CO yang cepat diserap terhirup melalui saluran pernapasan dan terikat dengan hemoglobin (Hb); dan terbentuk karboksihemoglobin (HbCO). Afinitas gas CO untuk hemoglobin adalah 200-250 kali lebih besar dari afinitas oksigen untuk hemoglobin [7,8]. Akibatnya, bahkan dengan jumlah kecil CO yang dihirup, karboksihemoglobin akan terbentuk. CO menurunkan kemampuan oksigen mengikat hemoglobin. Oleh karena itu, efek utama dari keracunan CO disebabkan oleh penurunan oksigen dalam berbagai jaringan tubuh. Tanda awal keracunan adalah sakit kepala ringan dengan perasaan berat di kepala. Dengan peningkatan konsentrasi HbCO, intensitas sakit kepala meningkat, dan mual, muntah, kelemahan, kulit kemerahan terutama di daerah wajah, kadang-kadang jantung berdebar-debar, detak jantung tidak teratur, MI, sinkop, sesak napas dan kesulitan bernafas terjadi [9, 10 ]. Jika tingkat HbCO darah melebihi 40 persen, koma terjadi, dan konsentrasi yang lebih tinggi dari 60- 70% dapat menyebabkan kematian. Keracunan disengaja dengan gas CO di musim dingin di negara kita sering terlihat karena penerapan anglo besi atau pemanas minyak dan gas tanpa ventilasi. Keracunan CO pidana atau bunuh diri kurang umum di negara kita; meskipun penyebab utama keempat bunuh diri di negara lain (setelah tembak, gantung dan obat-obatan) yang menghirup gas [3,11]. Karena pertumbuhan penduduk besar-besaran dan penggunaan kendaraan dan sumber bahan bakar fosil di Iran kita memperlihatkan angka signifikan dari kematian manusia yang disebabkan oleh keracunan karbon monoksida dan CO telah menjadi penyebab umum kematian. Kajian teoritis dari Jalili di barat utara Iran (East Azerbaijan) selama 5 tahun, 2003-2008 menunjukkan bahwa 346 orang meninggal akibat keracunan karbon monoksida dan tingkat relatif terhadap keracunan lain adalah 11,6% [12]. Diyanat menunjukkan dalam survei bahwa tingkat keracunan CO di Tabriz 2007-2009 dibandingkan dengan keracunan lain adalah 17,6% dan 90 orang meninggal karena keracunan CO [13]. Khademi et al. dalam sebuah penelitian dari kematian yang disebabkan oleh gas karbon monoksida di 23 provinsi negara pada musim dingin tahun 2003 menunjukkan bahwa 156 meninggal akibat keracunan. Saat ini tidak ada informasi mengenai prevalensi keracunan karbon monoksida di Mazandaran dan apa yang pasti adalah bahwa kebodohan dan kurangnya informasi adalah penyebab utama keracunan dan kematian akibat gas CO, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penyebab keracunan CO dan prevalensi keracunan CO dan membandingkan dengan keracunan lain dalam 3 tahun di Provinsi Mazandaran. MATERIAL DAN METODE

Penelitian ini memakai stude deskriptif dan analitik, dimana informasi yang dibutuhkan dikumpulkan dari departemen kedokteran forensik Mazandaran. Dalam hal untuk menganalisa keracunan fatal yang terjadi di departemen kedokteran forensik Mazandaran, setelah dilakukan otopsi dan pemeriksaan melalui tanda dan penemuan otopsi melalui saluran ditubuh seperti perut, hati, ginjal, darah dan urin kemudian diperiksa untuk mendeteksi obat obatan, pestisida, volatil dan racun seperti etanol dan metanol, gas racun seperti karbon monoksida serta racun dan bahan kimia lainnya. Pada penelitian ini semua kasus keracunan masuk kedalam populasi penelitian ini. Dimana sebelumnya juga dilakukan penelitian dengan cara kuisioner, dan investigasi proses kematian serta rekam medis rumah sakit, yang sebelumnya telah mendapat persetujuan terhadap penggunaan data data pasien tersebut.

Di laboratorium toksikologi untuk membedakan jenis keracunan udara, seperti carboxyhemoglobin diidentifikasi dengan berbagai macam teknik pemeriksaan seperti spektrofotometri, kromatografi udara dan metode elektro-kimia. Pada penelitian kami jumlah jaringan biologi sampel penelitian berjumlah 2446 yang berasal dari provinsi Mazandaran selama 3 tahun terakhir, dengan pembagian jenis racun diidentifikasi dengan metode konvensional melalui analisa racun. Karboksihemoglobin di darah dari 27 kasus diperiksa dengan spektrofotometri dengan rasio gelombang antara 400 600 nm dan ditemukan perbedaan konsentrasi dari karboksihemoglobin. Informasi tentang umur, jenis kelamin dan pekerjaan, penyebab keracunan serta informasi lain yang dibutuhkan, dikumpulkan dari laporan nekropsi dan penelitian kasus selama 3 tahun terakhir yang dibuat melalui dengan penggunaan kuisioner, statistik SPSS dan tes statistik X 2 yang digunakan untuk analisa dan mencari hubungan antara variabel.

HASIL

Berdasarkan tabel 1, subjek yang meninggal tahun 2009, 2010, dan 2011 berjumlah 6244 orang, dima 237 orag dirujuk ke Departemen Kedokteran Forensik Mazandaran. Penyebab keracunan berdasarkan frekuensi adalah:

Dapat dilihat, penyebab utama keracunan di Mazandaran adalah intoksikasi Narkotik, yang kedua adalah Aluminium Fosfat, dan yang ketiga adalah Karbon Monoksida. Di antara 237 kasus keracunan selama 3 tahun, 27 kasus yang berhubungan dengan Karbon Monoksida, dan pada 2009, 10 kasus (14%), pada 2010, 10 kasus (14%,) dan pada 2011, 7 kasus(12% ) meninggal karena keracunan gas (Tabel 1).

Dalam 3 tahun ini, 26 kasus (96.3%) terjadi di Iran dan 1 kasus (3.7%) terjadi di Afghanistan. Frekuensi kematian pada kelompok usia muda (21-30 tahun) lebih banyak daripada yang lain (Chart1). Frekuensi meracunan pada pria lebih banyak daripada wanita (1.7 kali), tetapi perbedaannya tidak begitu signifikan (Chart2). (p=0.0001), laki-laki sebanyak 62.9% dan wanita sebanyak 37.03%. Dalam penelitian ini, pekerjaan yang paling diamati pada pria adalah wiraswasta dan pada wanita adalah ibu rumah tangga (Chart3). Penyebab paling umum dari keracunan adalah pemanas dan boiler gas dalam persentase yang kecil. Dalam penelitian ini, kompor gas piknik adalah peyebab 10% keracunan yang diabaikan. Evaluasi dari hasil menunjukan hubunga yang signifikan lokasi keracunan dan jenis kelamin. Tempat kematian pada wanita adalah rumah atau kamar mandi, pada 41.17% pria meninggal di rumah dan 29.5% di luar rumah. Dalam kebanyakan kasus keracunan Karbon Monoksida terjadi di musim dingin. Dalam 20 insiden keracunan gas CO, 5 kasus (25%) terjadi pada musim panas dan 15 kasus (75%) terjadi pada musim dingin. Sebanyak 12 kasus (60%) terjadi pada malam hari dan 8 kasus (40%) terjadi apda siang hari. Terdapat perbedaan signifikan pada antara frekuensi insiden yang terjadi pada malam dan siang hari. (p