Jiwa

62
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Tujuan BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Dasar Keperawatan Jiwa 2.1.1 Pengertian Kesehatan Jiwa Pengertian kesehatan jiwa banyak dikemukakan oleh para ahli termasuk oleh organisasi, diantaranya menurut : 1. WHO Kesehatan jiwa bukan hanya tidak ada gangguan jiwa, melainkan mengandung berbagai karakteristik yang positif yang menggambarkan keselarasan dan keseimbangan kejiwaan yang mencerminkan kedewasaan kepribadiannya. 2. UU Kesehatan Jiwa No 3 tahun 1996 Kondisi yang memungkinkan perkembangan fisik, intelectual, emocional secara optimal 1

description

Stase Jiwa

Transcript of Jiwa

BAB 1PENDAHULUAN1.1 Latar Belakang

1.2 Tujuan

BAB 2TINJAUAN PUSTAKA2.1 Konsep Dasar Keperawatan Jiwa2.1.1 Pengertian Kesehatan JiwaPengertian kesehatan jiwa banyak dikemukakan oleh para ahli termasuk oleh organisasi, diantaranya menurut:1. WHOKesehatan jiwa bukan hanya tidak ada gangguan jiwa, melainkan mengandung berbagai karakteristik yang positif yang menggambarkan keselarasan dan keseimbangan kejiwaan yang mencerminkan kedewasaan kepribadiannya.2. UU Kesehatan Jiwa No 3 tahun 1996Kondisi yang memungkinkan perkembangan fisik, intelectual, emocional secara optimal dari seseorang dan perkembangan ini berjalan selaras dengan orang lain.3. Stuart & LaraiaIndikator sehat jiwa meliputi sifat yang positif terhadap diri sendiri, tumbuh, berkembang, memiliki aktualisasi diri, keutuhan, kebebasan diri, memiliki persepsi sesuai kenyataan dan kecakapan dalam beradaptasi dengan lingkungan4. RosdahlKondisi jiwa seseorang yang terus tumbuh berkembang dan mempertahankan keselarasan, dalam pengendalian diri serta terbebas dari stress yang serius.2.1.2 Kriteria Sehat Jiwa1. WHO, mengemukakan bahwa kriteria sehat jiwa terdiri dari:a. Sikap positif terhadap diri sendiriHal ini dapat dipercayai jika melihat diri sendiri secara utuh/total. contoh: membendingkan dengan teman sebaya pasti ada kekurangan dan kelebihan. Apakah kekurangan tersebut dapat diperbaiki atau tidak. Ingat, jangan mimpi bahwa anda tidak punya kelemahan.b. Tumbuh dan berkembang baik fisik dan psikologis dan puncaknya adalah aktualisasi diric. IntegrasiHarus mempunyai satu kesatuan yang utuh. Jangan hanya menonjolkan yang positif saja tapi yang negatif juga merupakan bagian anda. Jadi seluruh aspek merupakan satu kesatuan.d. OtonomiOrang dewasa harus mengambil keputusan untuk diri sendiri dan menerima masukan dari orang lain dengan keputusan sendiri sehingga keputusan pasienpun bukan diatur oleh perawat tapi mereka yang memilih sendirie. Persepsi sesuai dengan kenyataanStressor sering dimulai secara tidak akurat.Contoh: putus pacar karena perbedaan adat2.A. H. MaslowBila kebutuhan dasar terpenuhi maka akan tercapai aktualisasi diri. Cirinya adalah:a. Persepsi akurat terhadap realitasb. Menerima diri orang lain, dan hakekat manusia tinggic. Mewujudkan spontanitasd. Promblem centeredyang akhirnya memerlukanself centerede. Butuh privasif. Otonomi dan mandirig. Penghargaan baru, hal ini bersifat dinamis sehingga mampu memperbaiki dirih. Mengalami pengalaman pribadi yang dalam dan tinggii. Berminat terhadap kesejahteraan manusiaj. Hubungan intim dengan orang terdekatk. Demokrasil. Etik kuatm. Humor/tidak bermusuhann. Kreatifo. Bertahan atau melawan persetujuanasal bapak senang3.Yahodaa. Sikap positif terhadap diri sendirib. umbuh kembang dan aktualisasi diric. Integrasi (keseimbangan/keutuhan)d. Otonomie. Persepsi realitasf. Environmental Mastery(kecakapan dalam adaptasi dengan lingkungan)2.1.3 Rentang Sehat Jiwa1. Dinamis bukan titik statis2. Rentang dimulai dari sehat optimal-mati3. Ada tahap tahap

4. Adanya variasi tiap individu 5. Menggambarkan kemampuan adaptasi6. Berfungsi secara efektif: sehat2.1.4 Pengertian Keperawatan Kesehatan Jiwa1) Menurut Dorothy, CeceliaPerawatan Psikiatric/Keperawatan Kesehatan Jiwa adalah proses dimana perawat membantu individu/kelompok dalam mengembangkan konsep diri yang positif, meningkatkan pola hubungan antar pribadi yang lebih harnonis serta agar berperan lebih produktif di masyarakat.2) Menurut ANAKeperawatan Jiwa adalah area khusus dalam praktek keperawatan yang menggunakan ilmu tingkah laku manusia sebagai dasar dan menggunakan diri sendiri secara terapeutik dalam meningkatkan, mempertahankan, memulihkan kesehatan mental klien dan kesehatan mental masyarakat dimana klien berada3) Menurut Kaplan SadockProses interpersonal yang berupaya untuk meningkatkan dan mempertahankan prilaku yang akan mendukung integrasi. Pasien atau klien dapat berupa individu, keluarga, kelompok, organisasi atau komunitas4) Caroline dalamBasic Nursing, 1999Keahlian perawat kesehatan mental adalah merawat seseorang dengan penyimpangan mental, dimana memberikan kesempatan kepada perawat untuk mengoptimalkan kemampuannya, harus peka, memiliki kemampuan untuk mendengar, tidak hanya menyalahkan, memberikan penguatan atau dukungan, memahami dan memberikan dorongan.5) Menurut Stuart SundeenKeperawatan mental adalah proses interpersonal dalam meningkatkan dan mempertahankan perilaku yang berpengaruh pada fungsi integrasi. Pasien tersebut biasa individu, keluarga, kelompok, organisasi atau masyarakat. Tiga area praktik keperawatan mental yaitu perawatan langsung, komunikasi dan management.2.1.5 Peran Perawat Kesehatan JiwaMenurut Weiss (1947) yang dikutip oleh Stuart Sundeen dalamPrinciples and Practice of Psychiatric Nursing Care(1995), peran perawat adalah sebagaiAttitude Therapy,yakni:1. Mengobservasi perubahan, baik perubahan kecil atau menetap yang terjadi pada klien2. Mendemontrasikan penerimaan3. Respek4. Memahami klien5. Mempromosikan ketertarikan klien dan beradaptasi dalam interaksi6. Sedangkan menurutPeplau, peran perawat meliputi:a) Sebagai pendidik

b) Sebagai pemimpin dalam situasi yang bersifat lokal, nasional dan internasionalc) Sebagaisurrogate parentd) Sebagai konselor.Dan yang lain dari peran perawat adalah:a) Bekerjasama dengan lembaga kesehatan mentalb) Konsultasi dengan yayasan kesejahteraanc) Memberikan pelayanan pada klien di luar klinikd) Aktif melakukan penelitiane) Membantu pendidikan masyarakat.2.1.6 Konseptual Model Keperawatan Kesehatan JiwaModelView Of Behavioral DeviationTherapeutic ProcesRoles Of Patient & Therapist

Psychoanalitycal(Freud, Erickson)Ego tidak mampu mengontrol ansietas, konflik tidak sesuat Asosiasi bebas & analisis mimpi Transferen untuk memperbaiki traumatik masa laluPasien: mengungkapkan semua pikiran dan mimpiTerapist: menginterpretasi pikiran dan mimpi pasien

Interpersonal(Sullivan, Peplau)

Ansietas timbul & dialami secara interpersonal, basic fear is fear of rejection Building feeling security Trusting relationship & interpersonal satisfationPasien: share anxietiesTerapist: use empathy & relationship

Social(Caplan, Szasz)

Social & environmental factors create stress, which cause anxiety & symptom Environmental manipulation & social supportPasien: menyampaikan masalah menggunkan sumber yang ada di masyarakatTerapist: menggali system social klien

Existensial(Ellis, Rogers)

Individu gagal menemukan & menerima diri sendiri Experience in relationship,conduction in group Encouraged to accep self & control behaviorPasien: berperan serta dalam pengalaman yang berarti untuk mempelajari diriTerapist: memperluas kesadaran diri klien

Supportive Therapy(Wermon, Rockland)

Faktor biopsikososial & respon maladaptif saat ini Menguatkan respon koping adaptifPasien: terlibat dalam identifikasi copingTerapist: hubungan yang hangat dan empatik

Medical(Meyer, Kraeplin)

Combination from physiological, genetic, environmental & social Pemeriksaan diagnostic, terapi somatic, farmakologik & tehnik interpersonalPasien: menjalani prosedur diagnostic & terapi jangka panjangTerapist: therapy, repport effects, diagnose illness, therapeutic approach

Berdasarkan konseptual model keperawatan , maka dapat dikelompokan ke dalam 6 model yaitu:1. Psychoanalitycal(Freud, Erickson)Model ini menjelaskan bahwa gangguan jiwa dapat terjadi pada seseorang apabilaego(akal) tidak berfungsi dalam mengontrolid(kehendak nafsu atau insting). Ketidakmampuan seseorang dalam menggunakan akalnya (ego) untuk mematuhi tata tertib, peraturan, norma, agama (super ego/das uber ich), maka mendorong terjadinya penyimpangan perilaku (deviation of behavioral).Faktor penyebab lain gangguan jiwa dalam teori ini adalah adanya konflik interpsikis terutama pada masa anak-anak. Misalnya ketidakpuasan pada masa oraldimana anak tidak mendapatkan air susu secara sempurna, tidak adanya stimulus untuk belajar berkata-kata, dilarang dengan kekerasan untuk memasukan benda pada mulutnya pada fase oral dan sebagainya. Hal ini akan menyebabkan traumatik yang membekas pada masa dewasa.Proses terapi pada model ini adalah menggunakan metode asosiasi bebas dan analisa mimpi, transferen untuk memperbaiki traumatik masa lalu. Misalnya klien dinbuat dalam keadaan ngantuk yang sangat. Dalam keadaan tidak berdaya pengalaman bawah sadarnya digali dengan pertanyaan-pertanyaan untuk menggali traumatik masa lalu. Hal ini lebih dikenal dengan metode hypnotik yang memerlukan keahlian dan latihan yang khususDengan cara demikian, klien akan mengungkapkan semua pikiran dan mimpinya, sedangkan terapist berusaha untuk menginterprestasi pikiran dan mimpi pasien. Peran perawat adalah berupaya melakukanassessmentatau pengkajian melalui keadaan-keadaan traumatik atau stressor yang dianggap bermakna pada masa lalu misalnya (pernah disiksaorang tua, pernah disodomi, diperlakukan secara kasar, diterlantarkan, diasuh dengan kekerasan, diperkosa pada masa anak-anak), dengan menggunakan pendekatan komunitasi terapeutik setelah terjalin trust (saling percaya).2. Interpersonal(Sullivan, Peplau)Menurut model konsep ini, kelainan jiwa sesorang bisa muncul akibat adanya ancaman. Ancaman tersebut menimbulkan kecemasan (anxiety).Ansietas timbul dan dialami seseorang akibat adanya konflik saat berhubungan dengan orang lain (interpersonal).Menurut konsep ini perasaan takut seseorang didasari adanya ketakutan ditolak atau tidak diterima oleh orang disekitarnya. Sebagai contoh dalam kasus seorang anak yang tidak dikehendaki (unwanted child.Dimana seorang anak yang dilahirkan dari hasil hubungan gelap, ibunya pernah berupaya untuk membunuhnya karena merasa malu dan melanggar norma, lingkungannya tidak menerima dengan hangat karena dianggap anak yang harap, teman-temannya mengejek, ayahnya tidak pernah memberikan kasih sayang, maka ia akan tumbuh menjadi anak yang tidak diterima oleh orang lain.Proses terapi menurut konsep ini adalahbuild feeling security(berupaya membangun rasa aman bagi klien),trustingrelationship and interpersonal satisfaction(menjalin hubungan yang saling percaya) dan membina kepuasan dalam berrgaul dengan orang lain dehingga klien merasa berharga dan dihormati.Peran perawat dalam terapi adalahshare anxieties(berupaya melakuan sharing mengenai apa-apa yang dirasakan klien, apa yang biasa dicemaskan oleh klien saat berhubungan dengan orang lain),therapist use empathy and relationship(perawat berupaya bersikap empati dan turut merasakan apa-apa yang dirasakan oleh klien). Perawat memberikan respon verbal yang mendorong rasa aman klien dalam berhunbungan dengan orang lain seperti: saya senang berbicara dengan anda, saya siap membantu anda, anda sangat menyenangkan bagi saya.3. Social(Caplan, Szasz)Menurut konsep ini, seseorang akan mengalami gangguan jiwa atau penyimpangan perilaku apabila banyaknya faktor sosial dan faktor lingkungan yang akan memicu munculnya stress pada seseorang(social and environmental factors create stress, which cause anxiety and symptom). Akumulasi stressor yang ada pada lingkungan seperti: bising, macet, tuntutan persaingan pekerjaan, harga barang yang mahal, persaingan kemewahan, iklim yang sangat panas atau dingin, ancaman penyakit, polusi, sampah akan mencetus stress pada individu.Sterssor dari lingkungan diperparah oleh stressor dalam hubungan sosial seperti atasan yang galak, istri yang cerewet, anak yang naka, tetangga yang buruk, guru yang mengancam atau teman sebaya yang jahat akan memunculkan berbagai sterssor dan membangkitkan kecemasan. Prinsif proses terapi yang sangat penting dalam konsep model ini adalahenvironmen manipulation and social support(pentingnya modifikasi lingkungan dan adanya dukungan sosial). Sebagai contoh dirumah harus bersih, teratur, harum, tidak bising, ventilasi cukup, panataan alat dan perabotan yang teratur. Lingkungan kantor yang asri, bersahabat, ada tanaman, tata lampu yang indah, hubungan kerja yang harmonis, hubungan suami istri yang memuaskan. Peran perawat dalam memberikan terapi menurut model ini adalah paien harus menyampaikan masalah menggunakan sumber yang ada di masyarakat melibatkan teman sejawat, atasan, keluarga atau suami-istri. Sedangkan terapist berupaya: menggali sistem sosial klien seperti suasana di rumah, di kantor, di sekolah, di masyarakat atau tempat kerja.4. Existensial(Ellis, Rogers)Menurut teori model eksistensial gangguan perilaku atau gangguan jiwa terjadi bila individu gagal menemukan jati dirinya dan tujuan hidupnya. Individu tidak memiliki kebanggaan akan dirinya. Membenci diri sendiri dan mengalami gangguan dalambody image-nya.Prinsip dalam proses terapinya adalah: mengupayakan individu agar berpengalaman bergaul dengan orang lain, memahami riwayat hidup orang lain yang dianggap sukses atau dapat dianggap sebagai panutan (experience in relationship), memperluas kesadaran diri dengan cara intropeksi (self assessment), bergaul dengan kelompok sosial dan kemanusiaan (conduction in group), mendorong untuk menerima jati dirinya sendiri dan menerima kritik ataufeed backtentang perilakunya dari orang lain(encouraged to accept self and control behavior).Prinsip keperawatannya adalah: kliendianjurkan untuk berperan serta dalam memperoleh pengalaman yang berarti untuk mempelajari dirinya dan mendapatkanfeed backdari orang lain, misalnya melalui terapi aktivitas kelompok. Terapist beruapaya untuk memperluas kesadaran diri klien melalui feed back, kritik, saran ataureward & punishment5. Supportive Therapy(Wermon, Rockland)Penyebab gangguan jiwa dalam konsep model ini adalah: faktor biopsikososial dan respon maladaptif saat ini. Aspek biologisnya menjadi maslah seperti: sering sakit maag, migrain, batuk-batuk. Aspek psikologisnya mengalami banyak keluhan seperti :mudah cemas, kurang percaya diri, perasaan bersalah, ragu-ragu, pemarah. Aspek sosialnya memiliki masalah seperti: susah bergaul, menarik diri, tidak disukai, bermusuhan, tidak mampu mendapatkan pekerjaan dan sebagainya. Semua hal tersebut terakumulasi menjadi penyebab gangguan jiwa. Fenomena tersebut muncul akibat ketidakmampuan dalam beradaptasi pada masalah-masalah yang muncul saat ini da tidak ada kaitannya dengan masa lalu. Stressor pada saat ini misalnya berupa PHK atau ujian yang dianggap penting sekali seperti ujian PNS, ujian saringan masuk PTN, tes masuk pekerjaan. Ketidakmampuan beradaptasi dan menerima apapun hasilnya setelah berupaya maksimal, menyebabkan individu menjdi stress.Prinsip proses terapinya adalah menguatkan respon coping adaptif, individu diupayakan mengenal terlebih dahulu kekuatan-kekuatan apa yang ada pada dirinya; kekuatan mana yang dapat dipakai alternatif pemecahan masalahnya.Perawat harus membantu individu dalam melakukan identifikasi coping yang dimiliki dan yang biasa yang digunakan klien. Terapist berupaya menjalin hubungan yang hangat dan empatik dengan klien untuk menyiapkan coping klien yang adaptif.6. Medical(Meyer, Kraeplin)Menurut konsep ini gangguan jiwa cenderung muncul akibatmultifactoryang komplek meliputi: aspek fisik, genetik, lingkungan dan faktor sosial. Sehingga focus penatalaksanaannya harus lengkap melalui pemeriksaan diagnostik, terapi somatik, farmakologik dan teknik interpersonal. Perawat berperan dalam berkolaborasi dengan tim medis dalam melakukan prosedur diaognostik dan terapi jangka panjang, terapist berperan dalam pemberian terapi, laporan mengenai dampak terapi, menetukan diagnosa, dan menentukan jenis pendekatan tarapi yang digunakan.(therapy, repport effects, diagnose illness, therapeutic approach)2.1.7 Prinsip Dasar Upaya Pencegahan Dalam Keperawatan Jiwa1. Upaya promotif/preventif (pencegahan primer)Usaha-usaha ini meliputi usaha promosi dan pencegahan terjadinya gangguan mental dengan kegiatan-kegiatan berikut:a. Pendidikan kesehatan tentang prinsip-prinsip kesehatan mentalb. Usaha-usaha untuk meningkatkan kondisi kehidupan, bebas dari kemiskinan dan peningkatan pendidikan kesehatanc. Pengkajian terhadap stres-stres yang potensial dari perubahan-perubahan kehidupan dimana dapat menimbulkan gangguan mental serta merujuk ke unit pelayanan yang sesuaid. Membantu pasien-pasien di rumah sakit umum untuk usaha-usaha pencegahan masalah psikiatrike. Bekerjasama dengan keluarga/kelompok untuk mendorong anggota-anggota keluarga/kelompok dapat berfungsi dengan baikf. Berperan serta dalam kegiatan masyarakat dan politik yang ada kaitannya dalam bidang kesehatan jiwa2. Upaya kuratif (pencegahan sekunder)Usaha yang meliputi pengurangan, jumlah angka kesakitan dengan deteksi dini dan pengobatan, dengan kegiatan-kegiatan sebagai berikut:a. Menyelenggarakan skrining test dan mengevaluasi hasilb. Kunjungan rumah untuk persiapan perawatan dan pemberian pengobatanc. Pelayanan pengobatan gawat darurat dan pelayanan psikiatri di rumah sakit umumd. Menyelenggrakan milieu therapye. Supervisi pada pasien yang mendapatkan pengobatanf. Pelayanan pencegahan bunuh dirig. Memberikan konseling terbatas/sederhanah. Menyelenggarakan intervensi krisisi. Pelayanan psikoterapi kepada individu, keluarga, kelompok dari berbagai tingkatan umurj. Berintegrasi dengan organisasi-organisasi dan masyarakat dalam mengidentifikasi masalah-masalah kesehatan jiwa3. Upaya rehabilitatif (pencegahan tertier)Yaitu usaha untuk mengurangi gejala sisa dan atau bahaya akibat adanya penyakit/gangguan dengan kegiatan-kegiatan sebagai berikut:a. Peningkatan latihan vokasional dan rehabilitasib. Penyelenggaraan program latihan(after care)bagi pasien setelah pulang dirawat ke masyarakatc. Menyelenggarakanpartial hospitalization2.2 Stres, Adaptasi dan Mekanisme Koping2.2.1 StressA. DefinisiStress adalah sebagai keadaan atau kondisi yang tercipta bila transaksi seseorang yang mengalami stress dan hal yang dianggap mendatangkan stress membuat orang yang bersangkutan melihat ketidaksepadanan antara keadaan stsu kondisi dan sistem sumber daya biologis, psikologis, dan sosial yang ada padanya (Hardjana, 1994).Stress adalah gangguan atau kekacauan mental dan emosional yang disebabkan oleh faktor luar atau ketegangan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Balai Pustaka, 2007).Stres adalah segala situasi di mana tuntutan non-spesifik mengharuskan seseorang individu untuk berespons atau melakukan tindakan (Selye,1976).Dapat disimpulkan bahwa stress adalah suatu reaksi atau respon dari tubuh karena kekacauan emosional, mental dan tekanan psikologis terhadap lingkungan yang dapat memproteksi diri kita dan merupakan sebuah proses penyelamatan diri secara alami yang membuat seseorang tetap hidup.B. Proses Terjadi StresStres adalah reaksi dari tubuh (respons) terhadap lingkungan yang dapat memproteksi diri kita yang juga merupakan bagian dari sistem pertahanan yang membuat kita tetap hidup. Stres adalah kondisi yang tidak menyenangkan dimana manusia melihat adanya tuntutan dalam suatu situasi sebagai beban atau di luar batasan kemampuan mereka untuk memenuhi tuntutan tersbut. Pandangan dari Patel (1996), stres merupakan reaksi tertentu yang muncul pada tubuh yang bisa disebabkan oleh berbagai tuntutan, misalnya ketika manusia menghadapi tantangan-tantangan (challenge) yang penting, ketika dihadapkan pada ancaman (threat), atau ketika harus berusaha mengatasi harapan-harapan yang tidak realistis dari lingkungannya. Dengan demikian, bisa diartikan bahwa stres merupakan suatu sistem pertahanan tubuh di mana ada sesuatu yang mengusik integritas diri, sehingga mengganggu ketentraman yang dimaknai sebagai tuntutan yang harus diselesaikan. Disamping itu, keadan stres akan muncul apabila ada tuntutan yang luar biasa sehingga mengancam keselamatan atau integritas seseorang.C. Jenis StressAda dua jenis stres, yaitu baik dan buruk. Strs melibatkan perubahan fisiologis yang kemungkinan dapat dialami sebagai perasaan yang anxiousness (distres), atau pleasure (eustres).1. Stres yang baik atau eustres adalah sesuatu yang positif. Stres dikatakan berdampak baik apabila seseorang mencoba untuk memenuhi tuntutan untuk menjadikan orang lain maupundirinya sebdiri mendapatkan sesuatu yang baik dan berharga. Dengan stress yang baik, semua pihak merasa diuntungkan. Dengan begitu, stres yang baik akan memberikan kesempatan untuk berkembang dan memaksa seseorang mencapai performanya yang lebih tinggi. Stres yang baik terjadi jika setiap sytimulus mempunyai arti sebagai hal yang dirasakan seseorangmemberikan arti sebuah pelajaran, dan bukan sebuah tekanan. Tahu diri sendiri, tahu menempatkan diri, dan tahu membawa diri akan menempatkan kita pada suasana yang baik dan menyenangkan, terutama dalam menghadapi suatu stimulus yang masuk merupakan suatu pelajaran yang berharga dan mendorong seseorang untuk selalu berfikir dan berprilaku bagaimana agar apa yang akan dilakukan selalu membawa manfaat dan bukan bencana. Stimulus yang merupakan manifestasi dari timbulnya masalah itu pasti ada dan tidak perlu dihindari, tetapi harus dihadapi dan disikapi. Oleh karena itu, perlu ada standar yang ideal diri sesuai dengan kemampuan yang dimiliki. Untuk menjadikan stres sebagai sesuatu yang positif, maka perlu ads sikap bahwa masalah harus dicarikan penyelesaiannya(problem solving). Salah satunya dengan mencari dukungan dari orang lain untuk membantu menyelesaikan maslaah, terutama bila masalah sulit deselesaikan. Apabila tetap tidak bisa diselesaikan cukup dengan diambil hikmahnya.2. Stres yang buruk atau distres adalah stres yang bersifat negatif. Distres dihasilkan dari sebuah proses yang memaknai sesuatu yang buruk, dimana respons yang digunakan selalu negatif dan ada indikasi mengganggu integritasdiri sehingga bisa diartikan sebagai sebuah ancaaman. Distres akan menempatkan pikiran dan perasaan kita pada tempat dan suasana yang serba sulit. Hal tersebut dikarenakan cara memandang suatu masalah hanya dilihat dari sisi yang semoitdan merugikan saja. Belum pernah dieksplorasi betapa sebuah kejadian ini membawa makna yang luas sebagai suatu suatu pelajaran yang berharga dan bermakna untuk kepentingan diri sendiri dan orang lain. Dengan demikian distres terjadi apabila suatu stimulus diartikan sebagai sesuatu yang merugikan dirinya sendiri dalam hal kenikmatan sajadan biasanya terjadi pada saat itu juga, di mana sebuah stimulus dianggap mencoba untuk menyerang dirinya. Hal ini berdampak pada suatu penentuan sikap untuk mencoba mengusir stimulus tersebut dengan cara menyalahkan diri sendiri, menghindar dari maslaha, atau menyalahkan orang lain. Distres dipicu oleh sebuah tuntutan tidak sesuai dengan kenyataan atau apa yang diharapkan tidak sesuai dengan kenyataan yang dihadapi. Hans Selye (1982) menyebutkan distres adalah tubuh jika dihadapkan pada tuntutan yang berlebihan, sedangkan menurut Dadang Hawari (2001), distres dimaknai sebagai sebuah reaksi tubuh yang menyebabkan fungsi organ tubuh tersebut sampai terganggu. Hal yang mengejutkan adalah ternyata sedikit tekanan, kita mungkin hanya berusaha sedikit sehingga performa kita kurang optimal. Sebaliknya, tingkat stres yang tinggi membuat sulit berkonsentrasi sehingga performa juga menjadi kurang efektif dan efisien. Dengan stres yang tidak baik, dapat dipastikan ada salah satu pihak yang akan dirugikan, bisa mengenai diri sendiri, maupun orang lain.Suatu stres yang dikatakan baik dan buruk bergantung pada sweberapa besar perasaan dan respons kita terhadap sumbr stres tersebut atau bagaimana kita memaknai sebuah sumber stres. Stres sudah ada sejak kita dalam kandungan dan tak pernah lepas dari kehidupan kita. Stres adalah suatu kondisi normal pada waktu menghadapi perubahan dan ancaman dengan respons yang dapat adaptif.Menurut Patel (1996), stres tidak selalu bersifat negatif, namun juga tidak selalu positif, bergantung pada kemampuan kita untuk mengukur masalah dengan menggunakan standar ideal diri. Pada kondisi eustres hendaknya dapat disadari ketika kondisi tubuh dan pikiran dalam keadaan santai atau rileks. Ketika sudah melampaui tahapan eustres, individu akan merasa lelah, cemas, agresif serta defensif.Ditinjau dari penyebabnya, maka stres dibagi menjadi tujuh macam, di antanya :1. Stres fisik Stress yang disebabkan karena keadaan fisik seperti karena temperatur yang tinggi atau yang sangat rendah, suara yang bising, sinar matahari atau karena tegangan arus listrik.2. Stres kimiawiStres ini disebabkan karena zat kimia seperti adanya obat-obatan, zat beracun asam basa, faktor hormon atau gas dan prinsipnya karena pengaruh senyawa kimia.3. Stres mikrobiologikStres ini disebabkan karena kuman seperti virus, bakteri, atau parasit.4. Stres fisiologikStres yang disebabkan karena gangguan fungsi organ tubuh diantaranya gangguan dari struktur tubuh, fungsi jaringan, organ, dan lain-lain.5. Stres pertumbuhan dan perkembanganStres yang disebabkan karena proses pertumbuhan dan perkembangan seperti pubertas, perkawinan, dan proses lanjut usia.6. Stres psikis atau emosionalStres yang disebabkan karena gangguan situasi psikologis atau ketidakmampuan kondisi psikologis untuk menyesuaikan diri seperti hubungan interpersonal, sosial budaya atau faktor keagamaan.D. Sumber Stres Stresor adalah faktor-faktor dalam kehidupan manusia yang mengakibatkan terjadinya respons stres. Stresor dapat berasal dari berbagai sumber, baik dari kondisi fisik, psikologis, maupun sosial dan juga muncul pada situasi kerja, dirumah, dalam kehidupn sosial, dan lingkungan luar lainnya (Patel, 1996). Secara garis besar, stresor bisa dikelompokkan menjadi dua :1. Stresor mayor, yang berupa major live events yang meliputi peistiwa kematian orang yang disayangi, masuk sekolah untuk pertama kali, dan perpisahan. 2. Stresor minor, yang biasanya berawal dari stimulus tentang masalah hidup sehari-hari, misalnya ketidaksenangan emosional terhadap hal-hal tertentu sehingga menyababkan munculnya stres (Brantley, dkk, 1988, dalam Isnawarti, 1996).Sumber stres yang biasa terjadi dalam kehidupan : 1. Sumber stres di dalam diriSumber stres dalam diri pada umumnya dikarenakan konflik yang terjadi antara keinginan dan kenyataan berbeda, dalam hal ini adalah berbagai permasalahan yang terjadi yang tidak sesuai dengan dirinya dan tidak mampu diatasi, maka dapat menimbulkan suatu stress.2. Sumber Stres didalam keluargaSumber ini bersumber dari ,asalah keluarga ditandai dengan adanya perselisihan masalah keluarga, masalah keuangan serta adanya tujuan yang berbeda diantara keluarga permasalahan ini akan selalu menimbulkan suatu keadaan yang dinamakan stres.3. Sumber stres di dalam masyarakat dan lingkunganSumber stres ini dapat terjadi di likngkungan atau masyarakat pada umumnya, seperti lingkungan pekerjaan, secara umum disebut sebagai stres pekerja karena lingkungan fisik, dikarenakan kurangnya hubungan interpersonal serta kurangnya adanya pengakuan di masyarakat sehingga tidak dapat berkembang.Selain sumber stres diatas, adapun faktor pemicu timbulnya stres (stresor) yang biasanya disebut faktor presipitasi antara lain :1. Stres BioekologiStres bioekologi adalah stres yang diakibatkan perubahan lingkungan biologis. Stres Bioekologi terdiri dari empat macam, diantaranya : waktu dan ritme tubuh, perbedaan waktu, kebiasaan makan dan minum, polusi suara, perubahan iklim dan ketinggian.2. Stres PsikososialStres Psikososial adalah setiap keadaan atau peristiwa yang menyebabkan perubahan dalam kehidupan seseorang sehingga orang itu dipaksa mengadakan adaptasi atau penyesuain untuk menanggulanginya (Satriyo, 2005). Dalam Stres psikososial ini ada lima masalah yang berkaitan yaitu perubahan, frustasi, overload, bosan dan menyendiri, dan dinamika antara keempat masalah sebelumnya.3. Stres PekerjaanStres Pekerjaan adalah stres yang berasal dari dunia pekerjaan. Ada banyak banyak sumber stres dari dunia kerja. Ada dua masalah yang terkait diantanya tekanan organisasi, tekanan individuE. Tanda-Tanda Reaksi StresTanda-tanda Reaksi Stres Manusia dibagi menjadi empat, diantaranya:1. Tanda-tanda Fisik StresBanyak tanda fisik stres yang langsung bisa dikenali. Umumnya tanda-tanda itu beruba sakit yang tidak biasa. Sakit ini hanya terjadi secara temporer pada saat stres. Namun demikian, kalau stres tersebut berlangsung lama, tidak ditangani secara serius, dan penderitanya juga tidak menjaga kesehatan secara menyeluruh, bukan tidak mungkin penyakit tersebut menjadi penyakit yang menetap. Penyakit-penyakit tersebut antara lain sebagai berikut :a. Sakit hatib. Pertambahan tekanan darahc. Keluar keringat secara berlebihan d. Sakit kepalae. Bernafas berat atau kesulitan bernafas2. Tanda Emosi StresOrang yang mengalami stres pasti secara emosi tidak stabil. Orang yang stres biasanya juga dapat dikenali dari sisi emosionalnya, antara lain :a. Mudah marahb. Kecemasanc. Menyendiri, antisosiald. Tidak sabaran, mudah emosie. Tidak memilik gairah3. Tanda Kognitif StresTindakan kognitif seseorang yang stres juga sering sangat merisaukan orang-orang lain di sekitarnya. Misalnya mudah lupa. Tentu ini sangat mengganggu aktivitasnya secara keseluruhan. Berikut ini tindakan kognitif orangyang mengalami stres :a. Pelupab. Kekhawatiran berlebihc. Pengambilan keputusan sering salahd. Kurang kreatife. Kurang konsentrasi

4. Tanda Tingkah Laku StresOrang yang stres juga sering terlihat dari tingkah lakunya yang tidak seperti biasanya. Inilah tingkah laku orang yang stres :a. Pendirian tidak tetapb. Tindakan agresifc. Tidak punya pedoman untuk hidupd. Mudah mengalami kecelakaan karena cerobohe. Tidak sabaranF. Tingkatan StresSetiap individu mempunyai persepsi dan repon berbeda-beda terhadap stres. Persepsi seseorang didasarkan pada keyakinan dan norma, pengalaman dan pola hidup, faktor lingkungan, struktur dan fungsi keluarga, pengalaman masa laludengan stres serta mekanisme koping. Berdasarkan studi literatur, ditemukan tingkatan stres ada lima tingkatan, antara lain : 1. Stres NormalStres normal yang dihadapi secara teratur dan merupakan bagian alamiah dari kehidupan. Seperti dalam situasi kelelahan setelah mengerjakan tugas, takut tidak lulus ujian, merasakan detak jantung berdetak lebih keras setelah aktivitas (Crowford & Henry, 2003).Stres normal alamiah dan menjadi penting, karena setiap orang pasti pernah mengalami stres. Bahkan sejak dalam kandungan.2. Stres RinganStres ringan adalah stresor yang dihadapi secara teratur yang dapat berlangsung beberapa menit atau jam. Situasi seperti banyak tidur, kemacetan atau dimarahi dosen. Stresor ini dapat menimbulkan gejala antara lain bibir kering, kesulitan bernafas (sering terengah-engah), kesulitan menelan, merasa goyang, merasa lemas, berkeringat berlebihan ketika temperaturtidak panas dan tidak setelah beraktivitas, takut tanpa alasan yang jelas, tremor pada tangan, dan merasa sangat lega ketika itu berakhir (Psychology Foundation of Australi 2010). 3. Stres Sedang Stres ini terjadi lebih lama, antara beberapa jam sampai beberapa hari. Misalnya maslah perselisihan yang tidak dapat diselesaikan. Stresor ini dapat menimbulkan gejala, antara lain mudah marah, bereaksi berlebihan terhadap suatu situasi, sulit untuk beristirahat, merasa lelah karena cemas, tidak sabar ketika mengalami penundaan dan menghadapi gangguan terhadap hal yang sedang dilakukan, mudah tersinggung, gelisah, dan tidak dapat memaklumi hal apapun yang menghalangi ketika sedang mengerjakan sesuatu hal (Psychology Foundation of Australi 2010).4. Stres BeratStres Berat adalah situasi kronis yang dapat terjadi dalam beberapa minggu sampai beberapa tahun, seperti perselisihan dengan dosen, atau dengan teman-teman secara terus-menerus, kesulitan finansial yang berkepanjangan, dan penyakit fisik yang berkepanjangan. Makin sering dan lama situasi stres, makin tinggi resiko stres yang ditimbulkan.Stresor ini dapat menimbulkan gejala antara lain : merasa tidak dapat merasakan perasaan positifmerasa tidak kuat lagi melakukan kegiatan, merasa tidak ada hal yang dapat diharapkan lagi di masa depan, sedih dan tertekan, putus asa, kehilangan minat akan segala hal, merasa kurang berharga sebagai manusia, berfikir bahwa hidup tidak bermanfaat, 5. Stres Sangat BeratStres sangat berat adalah situasi kronis yang dapat terjadi dalam beberapa bulan, dan dalam waktu yang tidak dapat ditentukan. Seseorang yang stres sangat berat tidak memiliki motivasi untuk hidup dan cenderung pasrah. Seseorang dalam tingkatan stre ini biasanya teridentifikasi mengalami depresi berat. G. Cara Mengukur Tingkat StresTingkat stres adalah hasil penilaian terhadap berat ringannya stres yang dialami seseorang (Crowford & Henry, 2003). Tingkat stres diukur dengan menggunakan Depression Anxiety Stres Scale (DASS 42) oleh Lavibond & Lavibond (1995). Instrumen DASS 42 ini terdiri dari 42 pernyataan yang mengidentifikasi skala subjektif depresi, kecemasan dan stres. H. Respons Stres Taylor (1991), dalam Videbeck (2008), menyatakan bahwa stres dapat menghasilkan berbagai respons. Berbagai penelitian telah membuktikan bahwa respons-respons tersebut dapat berguna sebagai indikator terjadinya stres pada individu dan mengukur tingkat stres yang dialami individu. Respons stres dapat terlihat dalam berbagai aspek sebagai berikut:1. Respons fisiologisDapat ditandai dengan meningkatnya tekanan darah, detak jantung, nadi, dan sistem pernapasan.2. Respons kognitif Dapat terlihat melalui terganggunya proses kognitif individu, seperti pikiran menjadi kacau, menurunnya daya konsentrasi, pikiran berulang dan pemikiran tidak wajar.3. Respons emosiDapat muncul sangat luas, menyangkut emosi yang mungkin dialami individu, seperti takut, cemas, malu, marah dan sebainya.4. Respons tingkah lakuDapat dibedakan menjadi fight, yaitui melawan situasi yang menekan dan flight yaitu menghindari situasi yang menekan.

2.2.2 AdaptasiA. Pengertian adalah suatu perubahan yang menyertai individu dalam berespons terhadap perubahan yang ada di lingkungan dan dapat mempengaruhi keutuhan tubuh baik secara fisiologis maupun psikologis yang akan menghasilkan perilaku adaptif.B. Macam-Macam AdaptasiMacam-macam adaptasi antara lain:1) Adaptasi fisiologis merupakan proses penyesuaian tubuh secara alamiah atau secara fisiologis untuk mempertahankan keseimbangan dan berbagai faktor yang menimbulkan atau mempengaruhi keadaan menjadi tidak seimbang contohnya masuknya kuman penyakit, maka secara fisiologis tubuh berusaha untuk mempertahankan baik dari pintu masuknya kuman atau sudah masuk dalam tubuh. Adaptasi secara fisiologis dapat dibagi menjadi dua yaitu: apabila kejadiannya atau proses adaptasi bersifat lokal, maka itu disebut dengan LAS (Local Adaptation Syndroma) seperti ketika daerah tubuh atau kulit terkena infeksi, maka di daerah kulit tersebut akan terjadi kemerahan, bengkak, nyeri, panas dan lain-lain yang sifatnya lokal atau pada daerah sekitar yang terkena. Akan tetapi apabila reaksi lokal tidak dapat diatasi dapat menyebabkan gangguan secara sistemik tubuh akan melakukan proses penyesuaian seperti panas seluruh tubuh, berkeringat dan lain-lain, keadaan ini disebut sebagai GAS (General Adaption Syndroma).2) Adaptasi psikologis merupakan proses penyesuaian secara psikologis akibat stresor yang ada, dengan memberikan mekanisme pertahanan dari dengan harapan dapat melindungi atau bertahan diri dari serangan atau hal-hal yang tidak menyenangkan.Dalam adaptasi secara psikologis terdapat dua cara untuk mempertahankan diri dari berbagai stresor yaitu dengan cara melakukan koping atau penanganan diantaranya berorientasi pada tugas (task oriented) yang di kenal dengan problem solving strategi dan ego oriented atau mekanisme pertahanan diri.3) Adaptasi sosial budaya merupakan cara untuk mengadakan perubahan dengan melakukan proses penyesuaian perilaku yang sesuai dengan norma yang berlaku di masyarakat, berkumpul dalam masyarakat dalam kegiatan kemasyarakatan.4) Adaptasi spiritual. Proses penyesuaian diri dengan melakukan perubahan perilaku yang didasarkan pada keyakinan atau kepercayaan yang dimiliki sesuai dengan agama yang dianutnya. Apabila mengalami stres, maka seseorang akan giat melakukan ibadah, seperti rajin melakukan ibadah.2.2.3 Mekanisme KopingA. PengertianMekanisme koping adalah suatu pola untuk menahan ketegangan yang mengancam dirinya (pertahanan diri/maladaptif) atau untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi (mekanisme koping/adaptif). Adanya masalah-masalah yang mengancam pribadi dan kehidupan akan memunculkan reaksi adaptif atau maladaptif, dimana masalah tersebut akan memunculkan kecemasan pada individu. Pada kecemasan ringan, maka mekanisme koping yang dipergunakan masih dalam taraf normal atau adaptif/positif. Ketika kecemasan menjadi kecemasan sedang atau lebih/hebat, maka kecemasan tersebut seringkali dihadapi dengan 2 tipe mekanimse koping yaitu reaksi atas orientasi tugas (menyelesaikan masalah) dan mekanisme pertahanan ego (tanpa kesadaran dan pemikiran yang tidak rasional/maladaptif/negatif).Reaksi atas orientasi tugas adalah kesadaran, berorientasi atau berekasi untuk mencoba mempertemukan keinginan yang realistik dari situasi stres yang terjadi pada dirinya. Mekanisme pertahanan ego adalah salah satu penyesuaian diri terhadap stres pada tingkat ketidaksadaran tertentu dan melibatkan tingkat-tingkat penipuan diri sendiri dan atau penyimpangan atas realitas yang ada.B. Fungsi Coping Proses coping terhadap stres memiliki 2 fungsi utama yang terlihat dari bagaimana gaya menghadapi stres, yaitu : 1. Emotional-Focused Coping Coping ini bertujuan untuk melakukan kontrol terhadap respon emosional terhadap situasi penyebab stres, baik dalam pendekatan secara behavioral maupun kognitif. Lazarus dan Folkman (1986) mengemukakan bahwa individu cenderung menggunakan Emotional-Focused Coping ketika individu memiliki persepsi bahwa stresor yang ada tidak dapat diubah atau diatasi. 2. Problem-Focused Coping Coping ini bertujuan untuk mengurangi dampak dari situasi stres atau memperbesar sumber daya dan usaha untuk menghadapi stres. Lazarus dan Folkman (1986) mengemukakan bahwa individu cenderung menggunakan Problem-Focused Coping ketika individu memiliki persepsi bahwa stressor yang ada dapat diubah.C. Jenis Reaksi Atas Orientasi Tugas 1. Menyerang/agresif yaitu berusaha untuk menghilangkan atau mengatasi rintangan dengan cara aktif, partisipatif atau menghadapi masalah secara bertanggung jawab untuk memuaskan kebutuhan/untuk emosinya secara masuk akal dalam menghadapi masalah.2. Kompromi yaitu mengubah perjalanan suatu cara atau tujuan dengan posisi tawar-menawar (bargaining) untuk memuaskan keinginan/emosinya dan bagaimana caranya mencapai suatu tujuan yang sama-sama menguntungkan.3. Menarik diri yaitu berupaya untuk menghilangkan sumber-sumber ancaman secara fisik atau memuaskan keinginan/emosi tanpa melibatkan diri dalam mengatasi masalah tersebut. Cara ini termasuk maladaptif.D. Jenis Mekanisme Pertahanan Ego 1. Kompensasi adalah mengalihkan kelemahan dirinya dengan menonjolkan/ mengunggulkan/menggantikan keberhasilan-keberhasilan aspek lainnya yang dianggap sebagai aset dirinya.2. Pengingkaran/denial adalah menghindarkan diri dan mengabaikan realitas yang tidak menyenangkan terhadap dirinya, menolak untuk mengenalinya atau tidak setuju.3. Displacement adalah pengalihan emosi pada objek lain atau orang lain yang lebih ringan risikonya/bahayanya atau yang lebih netral.4. Identifikasi adalah berupaya menjadi orang yang dikagumi dengan mengambil ide-ide dan atau pemikiran/pendapat orang lain yang disukasinya tersebut (contohnya mencoba menjadi seperti idolanya).5. Rasionalisasi adalah memberikan alasan yang kuat/masuk akal agar diterima oleh orang lain sebagai pengganti untuk menutupi peran perilaku dan motivasi yang tidak dapat diterima orang lain untuk menyesuaikan diri terhadap impuls, perasaan dan perilaku orang lain.6. Introjeksi adalah mengidentifikasi perilaku yang kuat atau bersemangat mengambil nilai/norma dari orang lain untuk diterapkan pada dirinya atau ke dalam struktur egonya sendiri (tipe identifikasi yang hebat).7. Isolasi adalah memisahkan diri secara emosional dari suatu pemikiran atau permasalahn yang sedang terjadi saat ini bisa terjadi sementara/temporer atau menetap dalam jangka panjang/lama.8. Proyeksi adalah memindahkan pemikiran, dorongan, rangsangan emosional atau motivasi kepada orang lain atau objek lain, biasanya dengan menyalahkan orang lain atas ketidakberhasilan dirinya dalam suatu hal.9. Over kompensasi adalah pola perkembangan sikap dan perilaku yang berlainan dengan dorongan yang ada pada dirinya dan biasanya tidak sesuai dengan realitas sebagai upaya kompensasi namun berlebihan, seperti bekerja/belajar secara berlebihan.10. Regresi adalah menghindari keterangan dengan kemunduran karakter perilaku pada tingkat perkembangan sebelumnya.11. Represi adalah menekan dorongan yang tidak dapat diterima secara sadar/tidak disadari menekan pikiran, perasaan, kemauan, kemampuan, dan dorongan pada dirinya akibat dari adanya hal-hal yang menyakitkan/konflik sebagai pertahanan ego secara primer.12. Pemisahan/splitting adalah memandang/membagi orang lain/situasi dalam dua penggolongan yaitu kelompok baik/positif/negatif dalam dirinya.13. Penghalus/sublimasi adalah mengganti suatu tujuan untuk suatu tujuan tertentu yang tidak dapat diterima oleh orang lain/sosial dengan tujuan tertentu yang bisa diterima secara sosial dengan perilaku yang biasanya bersifat menekan perasaannya sendiri.14. Disosiasi adalah pemisahan diri sekelompok mental/proses perilaku dari keseluruhan kesadaran/identitas.15. Intelektualisasi adalah alasan/logika yang berlebihan yang digunakan untuk menghindari perasaan yang mengganggu dirinya.16. Supresi yaitu analog dengan represi dengan cara menekan perasaan dengan suatu kesadaran dan bertujuan untuk menunda suatu tindakan sampai ada suatu kesempatan untuk mengekspresikan.17. Undoing yaitu bertindak/berkomunikasi secara sebagian-sebagian/meniadakan tindakan/ informasi yang sebelumnya ada, hal ini sebagai pertahanan diri yang primitif.2.3 Konsep Asuhan Keperawatan Jiwa 1. PengkajianPerawat perlu mengkaji data demografi, riwayat kesehatan dahulu, kegiatan hidup klien sehari-hari, keadaan fifik, status mental, hubungan interpersonal serta riwayat personal dan keluarga.a. Data demografiPengkajian data demografi meliputi nama, tempat dan tanggal lahir klien, pendidikan, alamat orang tua, serta data lain yang dianggap perlu diketahui. Riwayat kelahiran, alergi, penyakit dan pengobatan yang pernah diterima klien, juga perlu dikaji. Selain itu kehidupan sehari-hari klien meliputi keadaan gizi termasuk berat badan, jadwal makan dan minat terhadap makanan tertentu, tidur termasuk kebiasaan dan kualitas tidur, eliminasi meliputi kebiasaan dan masalah yang berkaitan dengan eliminasi, kecacatan dan keterbatasan lainnya.b. FisikDalam pengkajian fisik perlu diperiksa keadaan kulit, kepala rambut, mata, telinga, hidung, mulut, pernapasan, kardiovaskuler, musculoskeletal dan neurologis klien. Pemeriksaan fisik lengkap saat diperlukan untuk mengetahui kemungkinan pengaruh gangguan fisik terhadap perilaku klien. Misalnya klien yang menderita DM atau asma sering berperilaku merusak dalam usahanya untuk mengendalikan lingkungan. Selain itu hasil pemeriksaan fisik berguna sebagai dasar dalam menentukan pengobatan yang diperlukan. Bahkan untuk mengetahui kemungkinan bekas penganiayaan yang pernah dialami klien.

c. Status mentalPemeriksaan status mental klien bermanfaat untuk memberikan gambaran mengenai fungsi ego klien. Perawat membandingkan perilaku dengan tingkat fungsi ego klien dari waktu ke waktu. Oleh karena itu status mental klien perlu dikaji setiap waktu dengan suasana santai bagi klienPemeriksaan status mental meliputi: keadaan emosi, proses berfikir dan isi pikir, halusinasi dan persepsi, cara berbicara dan orientasi, keinginan untuk bunuh diri dan membunuh. Pengkajian terhadap hubungan interpersonal klien dilihat dalam hubungannya dengan orang lain yang penting untuk mengetahui kesesuaian perilaku dengan usia. Pertanyaan yang perlu diperhatikan perawat ketika mengkaji hubungan interpersonal klien antara lain:1. Apakah klien berhubungan dengan orang lain dengan usia sebanya dan dengan jenis kelamin tertentu.2. Apa posisi klien dalam struktur kekuasaan dalam kelompok3. Bagaimana ketermpilan sosial klien ketika menjalin dan berhubungan dengan orang lain.4. Apakah klien mempunyai teman dekat.d. Riwayat personal dan keluargaRiwayat personal dan keluarga meliputi faktor pencetus masalah, tumbuh kembang klien, biasanya dikumpulkan oleh tim kesehatan. Data ini sangat diperlukan untuk mengerti perilaku klien dan membantu menyusun tujuan asuhan keperawatan.Pengumpulan data keluarga merupakan bagian penting dari pengkajian melalui pengalihan focus dari klien sebagai individu ke sistem keluarga. Tiap anggota keluarga di beri kesempatan untuk mengidentifikasi siapa yang bermasalah dan apa yang telah dilakukan oleh keluarga untuk menyelesaikan masalah tersebut.

2. Diagnosa keperawatanUntuk menegakan diagnosa keperawatan, data yang telah dikumpulkan kemuadian dianalisa sebagai dasar perencanaan asuhan keperawatan selanjutnya.3. PerencanaanSetelah pengkajian selesai dan maslah utama yang dialami klien telah teridentifikasi, rencana perawatan dan pengobatan yang komprehensif. Untuk klien yang dirawat di unit perawatan jiwa, tujuan umumnya adalah sebagai berikut:a. Memenuhi kebutuhan emosi klien dan kebutuhan untuk dihargaib. Mengurangi ketegangan pada anak dan keutuhan untuk berperilaku defensive.c. Membantu klien menjalan hubungan positif dengan orang laind. Membentu mengembangkan identitas diri kliene. Memberikan klien kesempatan untuk menjalin kembali tahapan perkembangan terdahulu yang belum terseleseikan secara tuntasf. Membantu klien untuk berkomunikasi secara efektifg. Mencegah anak untuk menyakiti baik dirinya maupun diri orang lainh. Membantu klien memelihara kesehatan fisiknya.4. Implementasi.Berbagai bentuk terapi pada klien dan keluarga dapat diterapkan, antara lain:a. Terapi bermainPada umumnya merupakan media yang tepat bagi klien untuk mengekspresikan konflik yang belum terselesaikan, selain juga berfungsi untuk:1) Menguasai dan mengasimilasi kembali pengalaman lalu yang tidak dapat dikendalikan sebelumnya2) Berkomunikasi dengan kebutuhan yang tidak disadari3) Berkomunikasi dengan orang lain4) Menggali dan mencoba belajar bagaimana hubungan dengan diri sendiri, dunia luar dan orang lain.5) Mencocokan tuntutan dan dorongan dari dalam diri dengan realitasb. Terapi keluargaSemua anggota keluarga perlu diikutsertakan dalam terapi keluarga. Orang tua perlu belajar secara bertahap tentang peran meraka dalam permasalahan yang dihadapi dan bertanggungjawab terhadap perubahan yang terjadi pada klein dan keluarga. Biasanya cukup sulit bagi keluarga untuk menyadari bahwa keadaan dalam keluarga turut menimbulkan gangguan pada anggota keluarganya. Oleh karena itu perawat perlu berhati-hati dalam meningkatkan kesadaran keluarga.c. Terapi kelompokTerapi kelompok dapat berupa suatu kelompok yang melakukan kegiatan atau berbicara. Terapi kelompok ini sangat bermanfaat untuk meningkatkan uji realitas, mengendalikan impuls (dorongan internal), meningkatkan harga diri, memfasilitasi pertumbuhan, kematangan dan keterampilan sosial klien. Kelompok dengan lingkungan yang terapeutik memungkinkan anggotanya untuk menjalin hubungan dan pengalaman sosial yang positif dalam suatu lingkungan yang terkendali.d. PsikofarmakologiWalaupun belum sepenuhnya diterima dalam psikiatri, tetapi bermanfaat untuk mengurangi gejala (hiperaktif, depresi, impulsive dan ansietas) dan membantu agar pengobatan lain lebih efektif. Pemberian obat ini tetap diawasi oleh dokter dan menggunkan pedoman yang tepate. Terapi individuAda berbagai terapi individu, terapi bermain psikoanalisa, psikoanalitis berdasarkan psikoterapi dan terapi bermain pengalaman. Hubungan antara klien dan terapist memberikan kesempatan pada klien untuk mendapatkan pengalaman mengenai hubungan positif dengan orang lain dengan penuh kasih sayang.f. Pendidikan pada orang tuaPendidikan pada orang tua merupakan hal penting untuk mencegah gangguan kesehatan jiwa klien, begitu pula untuk peningkatan kembali penyembuhan setelah dirawat. Orang tua diajarkan tentang tahap tumbang klien, sehingga orang tua dapat mengetahui perilaku yang sesuai dengan klien.Keterampilan berkomunikasi juga meningkatkan pengertian dan empati antara orang tua dan anaknya.g. Terapi lingkunganKonsep terapi lingkungan dilandaskan pada kejadian dalam kehidupan sehari-hari yang dialami klien. Lingkungan yang aman dan kegiatan yang teratur dan terprogram, memungkinkan klien untuk mencapai tugas terapeutik dan rencana penyembuhan dengan berfokus pada modifikasi perilaku. Kegiatan yang terstruktur secara formal seperti: belajar, terapi kelompok dan terapi rekreasi. Kegiatan ruti meliputi: bangun pagi hari, makan dan jam tidur.5. EvaluasiPada umumnya pengamatan perawat berfokus pada perubahan perilaku klien. Apakah klien menunjukan kesadaran dan pengertian tentang dirinya sendiri melalui refleksi diri dan meningkatnya kemampuan untuk membuat keputusan secara rasional. Aspek yang perlu dievaluasi antara lain:1) Keefektifan intervensi penaggulangan perilaku2) Kemampuan untuk berhubungan dengan orang lain secara wajar3) Kemampuan untuk melakukan asuhan mandiri4) Kemampuan untuk menggunakan kegiatan program sebagai rekreasi dan proses belajar5) Respon terhadap peraturan dan rutinitas6) Status mental secara menyeluruh

2.4 Konsep Strategi Pelaksanaan A. Definisi Strategi1. Pengertian umum: strategi adalah proses penetuan rencana para pemimpin puncak yang berfokus pada tujuan jangka panjang organisasi, serta penyusunan suatu cara atau upayabagaimana agar tujuan tersebut dapat tercapai.2. Pengertian khusus: merupakan tindakan yang bersifat incremental (senantiasa meningkat) dan terus menerus, serta dilakukan berdasarkan sudut pandang apa yang diharapkan oleh pelanggan/klien dimasa depan.B. Perumusan StrategiPerumusan strategi merupakan proses penyusunan langkah-langkah ke depan yang dimaksudkan untuk membangun visi dan misi organisasi, menetapkan tujuan strategis. Beberapa langkah yang perlu dilakukan menurut (Hariadi, 2005) adalah sebagai berikut:1. Mengidentifikasi lingkungan serta menetapkan tujuan yang akan dicapai2. Melakukan analisis terhadap lingkungan yang mempengaruhi3. Merumuskan faktor-faktor yang menunjang keberhasilan sehingga tujuan dapat tercapai4. Menentukan tujuan dan target serta mempertimbangkan berbagai hal yang mendukung5. Memilih strategi yang paling sesuai dengan keadaanC. Contoh Bentuk Strategi Pelaksanaan Tindakana) Strategi Pelaksanaan TindakanMasalah : Harga diri rendahPertemuan : I (satu)PROSES KEPERAWATAN1. Kondisi Klien2. Diagnosa Keperawatan3. Tujuan khususTuk 1 : Klien dapat membina hubungan saling percaya4. Tindakan KeperawatanTuk 1 : Klien dapat membina hubungan saling percayaa. Sapa klien dengan ramah, baik verbal maupun non verbalb. Perkenalkan diri dengan sopanc. Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang disukaid. Jelaskan tujuan pertemuane. Jujur dan menepati janjif. Tunjukan sikap empati dan menerima klien apa adanya.b) Strategi Pelaksanaan Tindakan Fase Orientasi Salam TerapeutikSelamat pagi pak. Nama saya Wayan Darsana biasa dipanggil wayan Saya MahasiswaSTIKES Wira Medika PPNI Bali. Saya Sekarang saya di sini dari jam 08.00-14.00 Witautuk membantu dan merawat Bapak. Nama Bapak siapa ? Senang dipanggil apa? Validasi Bagaimana persaan Bapak hari ini ?Bagaimana tidurnya semalam ? Nyenyak ? ApakahBapak masih ingat mengapa Bapak dibawa kesini ? KontrakTopic : Baiklah kalau begitu, bagaimana kalau kita berbincang-bincang tentang hobi ataukegiatan yang Bapak sukai ?Tempat : Mau dimana kita berbincang-bincang ?, Bagaimana kalau di ruangan ini. Waktu : Mau berapa lama ? Bagaimana kalau 10 menit.c) Strategi Pelaksanaan Tindakan Fase Kerja Sekarang Bapak Saya ajak Ngobrol-ngobrol ya! Bapak tidak usah malu saya ngajakngobrol, Bapak ungkapkan saja apa yang Bapak Rasakan? Bapak berasal dari mana ? Bapak sudah berapa lama di sini? Bapak ingat tidak, siapa yang mengajak Bapak kesini? Menurut Bapak, dibawa kesini karna apa? Selama disini setiap hari apa saja yang Bapak lakukan? Bagaimana perasaan Bapak saat melakukan kegiatan tersebut? Kalau boleh tahu, hobi Bapak apa ? Kegiatan apa yang sering Bapak lakukan dirumah ? Apakah Bapak sering melakukan kegiatan tersebut ? Bagaimana perasaan bapak saat ini?d) Strategi Pelaksanaan Kegiatan Fase Terminasi1) Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatanEvaluasi Subyektif: Bagaimana perasaan Bapak setelah kita bercakap-cakap ?Evaluasi Obyektif Klien mampu mengungkapkan atau mengulang kembali pembicaran Klien mampu mempertahankan kontrak Klien mau melakukan aktivitas yang sesuai dengan kemampuan yang dimiliki.2) Rencana Tindak Lanjut: Pak kalau nanti ada yang mau Bapak ceritakan atau ditanyakan kepada saya, Bapak bisa sampaikan saat kita bertemu lagi3) Kontrak: Saya kira, sekian dulu perbincangan kita hari ini. Nanti kita lanjutkan dengan membahastentang kemampuan yang Bapak miliki baik itu dirumah, di sini ataupun ditempat lain.Menurut Bapak kita berbincang-bincang jam berapa ? bagaimana kalau jam 10 besoksetelah kegiatan rehabilitasi.Dimana tempatnya ? Bagaimana kalau di kursi belakang.

BAB 3PENUTUP3.1 Kesimpulan Kesehatan jiwa bukan hanya tidak ada gangguan jiwa, melainkan mengandung berbagai karakteristik yang positif yang menggambarkan keselarasan dan keseimbangan kejiwaan yang mencerminkan kedewasaan kepribadiannya (WHO, 2010).Keperawatan Jiwa adalah area khusus dalam praktek keperawatan yang menggunakan ilmu tingkah laku manusia sebagai dasar dan menggunakan diri sendiri secara terapeutik dalam meningkatkan, mempertahankan, memulihkan kesehatan mental klien dan kesehatan mental masyarakat dimana klien berada (ANA, 2002).Stress adalah gangguan atau kekacauan mental dan emosional yang disebabkan oleh faktor luar atau ketegangan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Balai Pustaka, 2007).Pandangan dari Patel (1996), stres merupakan reaksi tertentu yang muncul pada tubuh yang bisa disebabkan oleh berbagai tuntutan, misalnya ketika manusia menghadapi tantangan-tantangan (challenge) yang penting, ketika dihadapkan pada ancaman (threat), atau ketika harus berusaha mengatasi harapan-harapan yang tidak realistis dari lingkungannya. Dengan demikian, bisa diartikan bahwa stres merupakan suatu sistem pertahanan tubuh di mana ada sesuatu yang mengusik integritas diri, sehingga mengganggu ketentraman yang dimaknai sebagai tuntutan yang harus diselesaikan. Adaptasi adalah suatu perubahan yang menyertai individu dalam berespons terhadap perubahan yang ada di lingkungan dan dapat mempengaruhi keutuhan tubuh baik secara fisiologis maupun psikologis yang akan menghasilkan perilaku adaptif.Mekanisme koping adalah suatu pola untuk menahan ketegangan yang mengancam dirinya (pertahanan diri/maladaptif) atau untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi (mekanisme koping/adaptif). Adanya masalah-masalah yang mengancam pribadi dan kehidupan akan memunculkan reaksi adaptif atau maladaptif, dimana masalah tersebut akan memunculkan kecemasan pada individu. Pada kecemasan ringan, maka mekanisme koping yang dipergunakan masih dalam taraf normal atau adaptif/positif. Ketika kecemasan menjadi kecemasan sedang atau lebih/hebat, maka kecemasan tersebut seringkali dihadapi dengan 2 tipe mekanimse koping yaitu reaksi atas orientasi tugas (menyelesaikan masalah) dan mekanisme pertahanan ego (tanpa kesadaran dan pemikiran yang tidak rasional/maladaptif/negatif).3.2 Saran

DAFTAR PUSTAKA

Depkes RI. (2002). Pedoman Umum Tim Pembina, Tim Pengaruh, Tim Pelaksana Kesehatan Jiwa Masyarakat (TP-KJM). Jakarta: Direktorat Jenderal Bina Kesehatan MasyarakatKeliat, B.A. dkk. (2011). Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas: CMHN (Basic Course). Jakarta: EGCSubandi, Utami, M.U. (1996). Pola Prilaku Mencari Bantuan Pada Keluarga Pasien Gangguan Jiwa. Jurnal psikologi

40