MAKALAH JIWA
-
Upload
cecillia-pakpahan-marjorie -
Category
Documents
-
view
630 -
download
0
Transcript of MAKALAH JIWA
5/17/2018 MAKALAH JIWA - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-jiwa-55ab58b34f5b7 1/22
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Harga diri merupakan suatu nilai yang terhormat atau rasa hormat yang
dimiliki seseorang terhadap diri mereka sendiri. Hal ini menjadi suatu ukuran yang
berharga bahwa mereka memiliki sesuatu dalam bentuk kemampuan dan patut
dipertimbangkan (Townsend, 2005).
Harga diri rendah adalah suatu masalah utama untuk kebanyakan orang dan
dapat diekspresikan dalam tingkat kecemasan yang tinggi. Harga diri rendah kronik
merupakan suatu keadaan yang maladaptif dari konsepdiri, dimana perasaan tentangdiri atau evaluasi diri yang negatif dan dipertahankan dalam waktu yang cukup lama.
Termasuk didalam harga diri rendah ini evaluasi diri yang negatif dan dihubungkan
dengan perasaan lemah, tidak tertolong, tidak ada harapan, ketakutan, merasa sedih,
sensitif, tidak sempurna, rasa bersalah dan tidak adekuat. Harga diri rendah kronik
merupakan suatu komponen utama dari depresi yang ditunjukkan dengan perilaku
sebagai hukum dan tidak mempunyai rasa (Stuart & Laraia, 2001).
Jika individu sering mengalami kegagalan maka gangguan jiwa yang sering
muncul adalah gangguan konsep diri harga diri rendah, yang mana harga diri rendah
digambarkan sebagai perasaan yang negatif terhadap diri sendiri, merasa gagal
mencapai keinginan (Kelliat, 1999). Perawat akan mengetahui jika perilaku seperti ini
jika tidak segera ditanggulangi sudah tentu berdampak pada gangguan jiwa yang
lebih berat. Beberapa tanda- tanda harga diri rendah yaitu rasa bersalah terhadap diri
sendiri, merendahkan martabat sendiri, merasa tidak mampu, gangguan hubungan
sosial, kurang percaya diri kadang sampai mencederai diri sendiri (Townsend, 1998).
Dalam hal ini penulis mengambil kasus harga diri rendah dikarenakan
masalah- masalah kejiwaan bisa muncul lebih serius itu dimulai dari harga diri
rendah. Kasus ini juga dapat memberikan gambaran bagaimana seseorang
5/17/2018 MAKALAH JIWA - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-jiwa-55ab58b34f5b7 2/22
mengalami gangguan pada konsep dirinya yaitu harga diri rendah dan dampak apa
saja yang bisa ditimbulkan jika masalah tersebut tidak teratasi.
B. TUJUAN PENULISAN
1. Tujuan Umum
Tujuan penulisan yang ingin penulis dapatkan adalah diperolehnya
pengalaman secara nyata dalam melakuka asuhan keperawatan pada pasien dengan
harga diri rendah di Ruang Indragiri Rumah Sakit Jiwa Tampan.
2. Tujuan Khusus
a. Mampu melakukan pengkajian pada klien dengan gangguan konsep diri:harga diri rendah.
b. Mampu merumuskan diagnose keperawatan pada klien dengan gangguan
konsep diri: harga diri rendah.
c. Mampu merencanakan tindakan keperawatan pada klien dengan gangguan
konsep diri: harga diri rendah.
d. Mampu melakukan implementasi keperawatan pada klien dengan gangguan
konsep diri: harga diri rendah.
e. Mampu melakukan evaluasi keperawatan pada klien dengan gangguan konsep
diri: harga diri rendah.
f. Mampu mengidentifikasi fakto pendukung dan penghambat serta mencari
solusi dalam pelaksanaan asuhan keperawatan, serta mampu memberikan
masukan kepada pihak tim kesehatan yang ada di rumah sakit.
g. Mampu mengidentifikasi kesenjangan antara teori dengan kasus dengan
gangguan konsep diri: harga diri rendah.
h. Mampu mendokumentasikan semua kegiatan keperawatan dalam bentuk
narasi.
5/17/2018 MAKALAH JIWA - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-jiwa-55ab58b34f5b7 3/22
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Gangguan Konsep Diri
Gangguan konsep diri merupakan suatu kondisi dimana individu mengalami
atau berisiko mengalami kondisi perubahan perasaan pikiran atau pandangan dirinya
sendiri yang negatif (Carpenito, 2001). Gangguan konsep diri meliputi gangguan
pada : gambaran diri, ideal diri, penampilan peran, identitas diri dan harga diri.
1. Gambaran diri
Gambaran diri adalah sikap seseorang terhadap tubuhnya secara sadar dan
tidak sadar.Sikap tersebut mencakup persepsi dan perasaan tentang ukuran, bentuk,fungsi, penampilan dan potensi tubuh saat ini dan masa lalu. Disaat seseorang lahir
sampai mati, maka selama 24 jam sehari individu hidup dengan tubuhnya, sehingga
setiap perubahan tubuh akan mempengaruhi kehidupan individu. Individu yang stabil,
realistis dan konsisten terhadap gambaran dirinya akan memperlihatkan kemampuan
yang mantap terhadap realisasi yang akan memacu sukses didalam kehidupan
sehingga terhindar dari rasa cemas dan meningkatkan harga dirinya (Stuart, 2007).
2. Ideal diri
Ideal diri adalah persepsi individu tentang bagaimana ia harus berperilaku
sesuai dengan standar pribadi. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi ideal diri :
kecenderungan individu menetapkan ideal diri pada batas kemampuannya, faktor
budaya akan mempengaruhi individu menetapkan ideal diri, ambisi dan keinginan
untuk menghindari kegagalan, perasaan cemas dan rendah diri (Stuart & Sunden,
1998).
3. Penampilan peran
Serangkaian pola perilaku yang diharapkan oleh lingkungan sosial
berhubungan dengan fungsi individu diberbagai kelompok sosial. Peran yang
ditetapkan adalah peran dimana seseorang tidak mempunyai pilihan. Peran yang
diterima adalah peran yang terilih atau dipilh oleh individu (Stuart, 2007).
5/17/2018 MAKALAH JIWA - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-jiwa-55ab58b34f5b7 4/22
4. Identitas diri
Identitas diri adalah kesadaran akan diri sendiri yang bersumber dari
observasi dan penilaian, yang merupakan sintesa dari semua aspek konsep diri
sebagai suatu kesatuan yang utuh (Stuart, 2007). Pengorganisasian prinsip dari
kepribadian yang bertanggung jawab terhadap kesatuan, keimbangan, konsistensi dan
keunikan individu. Seseorang yang mempunyai perasaan identitas yang kuat akan
memandang dirinya berbeda dengan orang lain, unik dan tidak ada duanya.
Kemandirian timbul dari perasaan berharga (respek terhadap diri sendiri),
kemampuan dan penguasaan diri. Seseorang yang mandiri dapat mengatur dan
menerima dirinya.
5. Harga diri
Harga diri adalah penilaian pribadi terhadap hasil yang dicapai dengan
menganalisa seberapa jauh perilaku memenuhi ideal diri ( Stuart, 2007). Harga diri
yang tinggi adalah perasaan yang berakar dalam penerimaan diri sendiri tanpa syarat,
walaupun melakukan kekalahan dan kegagalan tetapi tetap merasa sebagai seorang
yang penting dan berharga ( Carpenito, 2001)
Ada 4 cara untuk meningkatkan harga diri pada individu (Stuart & Sunden,
1998) yaitu : memberi kesempatan untuk berhasil, menanamkan gagasan, mendorong
aspirasi, membantu membentuk pertahanan diri (koping).
Harga diri yang rendah berhubungan dengan hubungan interpersonal yang
buruk yang mengakibatkan individu cenderung melakukan kesalahan-kesalahan yang
berangkat dari sebab-sebab internal (Carpenito, 2001).
Faktor predisposisi gangguan harga diri, (Suliswati,dkk 2005):
a. Penolakan dari orang lain.
b. Kurang penghargaan.
c. Pola asuh yang salah: terlalu dilarang, terlalu dikontrol, terlalu dituruti, terlalu
dituntut dan tidak konsisten.
d. Persaingan antar saudara.
e. Kesalahan dan kegagalan yang berulang.
5/17/2018 MAKALAH JIWA - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-jiwa-55ab58b34f5b7 5/22
f. Tidak mampu mencapai standart yang ditentukan.
Karakteristik gangguan harga diri meliputi : tampak atau tersembunyi,
menyatakan kekurangan dirinya, mengekspresikan rasa malu atau bersalah, menilai
diri sebagai individu yang tidak memiliki kesempatan, ragu-ragu untuk mencoba
sesuatu/situasi yang baru, mengingkari masalah yang nyata pada orang lain,
melemparkan tanggung jawab terhadap masalah, mencari alasan untuk kegagalan diri,
sangat sensitive terhadp kritikan, merasa hebat (Stuart, 2007).
Perilaku yang berhubungan dengan harga diri rendah meliputi: mengkritik diri
sendiri atau orang lain, penurunan produktivitas, destruktif yang diarahkan pada
orang lain, gangguan dalam berhubungan, rasa diri penting yang berlebihan, perasaan
tidak mampu, mudah tersinggung atau marah yang berlebihan, perasaan negativemengenai tubuhnya sendiri, pandangan hidup yang pesimis, kecemasan (Stuart, 2007)
B. Harga Diri
1. Pengertian
Harga diri adalah penilaian pribadi terhadap hasil yang dicapai dengan
menganalisa seberapa jauh perilaku memenuhi ideal diri ( Stuart, 2007). Harga diri
yang tinggi adalah perasaan yang berakar dalam penerimaan diri sendiri tanpa syarat,
walaupun melakukan kekalahan dan kegagalan tetapi tetap merasa sebagai seorang
yang penting dan berharga ( Carpenito, 2001)
Harga diri rendah merupakan bagian masalah psikososial yang banyak
ditemukan di tengah - tengah masyarakat menunjukkan grjuti oungu, penilaian
individu yang subjektif, yang dipengaruhi oteh lisien harga diri rendah adalah pasien
cenderung untuk menilai dirinya negatii dan merasa lebih rendah dari orang lain
(Departemen Kesehatan RI, 2000).
Harga diri adalah pandangan keseluruhan dari individu tenang dirinya sendiri.
Penghargaan diri juga kadang dinamakan martabat diri atau gambaran diri. Misalnya,
anak dengan penghargaan diri yang tinggi mungkin tidak hanya memandang dirinya
sebagai seseorang, tetapi juga sebagai seseorang yang baik (Santrock, 2010).
5/17/2018 MAKALAH JIWA - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-jiwa-55ab58b34f5b7 6/22
Harga diri merupakan suatu nilai yang terhormat atau rasa hormat yang dimiliki
seseorang terhadap diri mereka sendiri. Hal ini menjadi suatu ukuran yang berharga
bahwa mereka memiliki sesuatu dalam bentuk kemampuan dan patut dipertimbangkan
(Townsend, 2005).
2. Pembentukan Harga Diri
Harga diri mulai terbentuk setelah anak lahir, ketika anak berhadapan dengan
dunia luar dan berinteraksi dengan orang-orang di lingkungan sekitarnya. Interaksi
secara minimal memerlukan pengakuan, penerimaan peran yang saling tergantung
pada orang yang bicara dan orang yang diajak bicara. Interaksi menimbulkan
pengertian tentang kesadaran diri, identitas, dan pemahaman tentang diri. Hal ini akanmembentuk penilaian individu terhadap dirinya sebagai orang yang berarti, berharga,
dan menerima keadaan diri apa adanya sehingga individu mempunyai perasaan harga
diri (Burn, 1998).
Harga diri mulai terbentuk setelah anak lahir, ketika anak berhadapan dengan
dunia luar dan berinteraksi dengan orang-orang di lingkungan sekitarnya. Interaksi
secara minimal memerlukan pengakuan, penerimaan peran yang saling tergantung
pada orang yang bicara dan orang yang diajak bicara. Interaksi menimbulkan
pengertian tentang kesadaran diri, identitas, dan pemahaman tentang diri. Hal ini akan
membentuk penilaian individu terhadap dirinya sebagai orang yang berarti, berharga,
dan menerima keadaan diri apa adanya sehingga individu mempunyai perasaan harga
diri (Burn, 1998).
3. Klasifikasi Harga Diri
Harga diri ada 2 macam: harga diri rendah kronis dan harga diri rendah situasi
(Carpenito, 2001 ).
a. Harga diri rendah kronis adalah suatu kondisi penilaian diri yang negatif
berkepanjangan pada seseorang atas dirinya.
5/17/2018 MAKALAH JIWA - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-jiwa-55ab58b34f5b7 7/22
Karakteristiknya antara lain :
Mayor: untuk jangka waktu lama / kronis : Pernyataan negatif atas dirinya,
ekspresi rasa malu/ bersalah, penilaian diri seakan-akan tidak mampu menghadapi
kejadian tertentu, ragu-ragu untuk mencoba sesuatu yang baru.
Minor: Seringnya menemui kegagalan dalam pekerjaan, tergantung pada pendapat
orang lain, presentasi tubuh buruk, tidak asertif bimbang,dan sangat ingin mencari
ketentraman.
b. Harga diri rendah situasional suatu keadaan dimana seseorang memiliki perasaan-
perasaan yang negatif tentang dirinya dalam berespon terhadap peristiwa
(kehilangan, perubahan).
Karakteristiknya : Mayor : Kejadian yang berulang / berkala dari penilaian diri yang negatif dalam
berespon terhadap peristiwa yang pernah dilihat secara positif, menyatakan
perasaan negatif tentang dirinya ( putus asa, tidak berguna).
Minor : Pernyataan negatif atas dirinya, mengekspresikan rasa mal/bersalah,
penilaian diri tidak mampu mengatasi peristiwa/situasi kesulitan membuat
keputusan, mengesolasi diri.
4. Aspek-aspek Harga Diri
Harga diri mulai terbentuk setelah anak lahir, ketika anak berhadapan dengan
dunia luar dan berinteraksi dengan orang-orang di lingkungan sekitarnya. Interaksi
secara minimal memerlukan pengakuan, penerimaan peran yang saling tergantung
pada orang yang bicara dan orang yang diajak bicara. Interaksi menimbulkan
pengertian tentang kesadaran diri, identitas, dan pemahaman tentang diri. Hal ini akan
membentuk penilaian individu terhadap dirinya sebagai orang yang berarti, berharga,
dan menerima keadaan diri apa adanya sehingga individu mempunyai perasaan harga
diri (Burn, 1998).
5/17/2018 MAKALAH JIWA - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-jiwa-55ab58b34f5b7 8/22
Harga diri mulai terbentuk setelah anak lahir, ketika anak berhadapan dengan
dunia luar dan berinteraksi dengan orang-orang di lingkungan sekitarnya. Interaksi
secara minimal memerlukan pengakuan, penerimaan peran yang saling tergantung
pada orang yang bicara dan orang yang diajak bicara. Interaksi menimbulkan
pengertian tentang kesadaran diri, identitas, dan pemahaman tentang diri. Hal ini akan
membentuk penilaian individu terhadap dirinya sebagai orang yang berarti, berharga,
dan menerima keadaan diri apa adanya sehingga individu mempunyai perasaan harga
diri (Burn, 1998).
Ada 4 cara untuk meningkatkan harga diri pada individu (Stuart & Sunden,
1998) yaitu : memberi kesempatan untuk berhasil, menanamkan gagasan, mendorong
aspirasi, membantu membentuk pertahanan diri (koping).Harga diri yang rendah berhubungan dengan hubungan interpersonal yang
buruk yang mengakibatkan individu cenderung melakukan kesalahan-kesalahan yang
berangkat dari sebab-sebab internal (Carpenito, 2001).
C. Konsep Harga Diri Rendah
1. Pengertian
Harga diri rendah adalah perasaan tidak berharga, tidak berarti dan rendah diri
yang berkepanjangan akibat evaluasi yang negatif terhadp diri sendiri atau
kemampuan diri. Adanya perasaan hilang kepercayaan diri, merasa gagal karena tidak
mampu mencapai keinginan sesuai dengan ideal diri (Keliat, 1998). Gangguan harga
diri rendah akan terjadi jika kehilangan kasih sayang, perlakuan orang lain yang
mengancam dan hubungan interpersonal yang buruk. Harga diri meningkat bila
diperhatikan/dicintai dan dihargai atau dibanggakan. Tingkat harga diri seseorang
berada dalam rentang tinggi sampai rendah. Harga diri tinggi/positif ditandai dengan
ansietas yang rendah, efektif dalam kelompok, dan diterima oleh orang lain. Individu
yang memiliki harga diri tinggi menghadapi lingkungan secara aktif dan mampu
beradaptasi secara efektif untuk berubah serta cenderung merasa aman sedangkan
5/17/2018 MAKALAH JIWA - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-jiwa-55ab58b34f5b7 9/22
individu yang memiliki harga diri rendah melihat lingkungan dengan cara negatif dan
menganggap sebagai ancaman (Yoseph, 2009).
2. Proses
Berdasarkan hasil riset Malhi (2008, dalam http:www.tqm.com)
menyimpulkan bahwa harga diri rendah diakibatkan oleh rendahnya cita-cita
seseorang. Hal ini mengakibatkan berkurangnya tantangan dalam mencapai tujuan.
Tantangan yang rendah menyebabkan upaya yang rendah. Selanjutnya, hal ini
menyebabkan penampilan seseorang yang tidak optimal. Dalam tinjauan life span
history klien, penyebab terjadinya harga diri rendah adalah pada masa kecil sering
disalahkan, jarang diberi pujian atas keberhasilannya. Saat individu mencapai masaremaja keberadaannya kurang dihargai, tidak diberi kesempatan dan tidak diterima.
Menjelang dewasa awal sering gagal di sekolah, pekerjaan, atau pergaulan. Harga diri
rendah muncul saat lingkungan cenderung mengucilkan dan menuntut lebih dari
kemampuannya.
Dalam Purba (2008), ada empat cara dalam meningkatkan harga diri yaitu:
1) Memberikan kesempatan berhasil
2) Menanamkan gagasan
3) Mendorong aspirasi
4) Membantu membentuk koping.
3. Faktor terjadinya
Menurut Fitria (2009), faktor-faktor yang mempengaruhi proses terjadinya
harga diri rendah yaitu faktor predisposisi dan faktor presipitasi.
a. Faktor predisposisi
Faktor predisposisi terjadinya harga diri rendah adalah penolakan orang
tua yang tidak realistis, kegagalan berulang kali, kurang mempunyai
tanggung jawab personal, ketergantungan pada orang lain ideal diri yang
tidak realistis.
5/17/2018 MAKALAH JIWA - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-jiwa-55ab58b34f5b7 10/22
b. Faktor presipitasi
Faktor presipitasi terjadinya harga diri rendah biasanya adalah hilannya
sebagian tubuh, perubahan penampilan/bentuk tubuh, mengalami
kegagalan serta menurunya produktivitas.
Sementara menurut Purba, dkk (2008) gangguan harga diri rendah dapat
terjadi secara situasional dan kronik. Gangguan harga diri yang terjadi secara
situasional bisa disebabkan oleh trauma yang muncul secara tiba-tiba misalnya harus
dioperasi, mengalami kecelakaan, menjadi korban perkosaan, atau menjadi
narapidana sehingga harus masuk penjara. Selain itu, dirawat di rumah sakit juga
menyebabkan rendahnya harga diri seseorang diakibatkan penyakit fisik, pemasangan
alat bantu yang membuat klien tidak nyaman, harapan yang tidak tercapai akanstruktur, bentuk dan fungsi tubuh, serta perlakuan petugas kesehatan yang kurang
mengharagai klien dan keluarga. Sedangkan gangguan harga diri kronik biasanya
sudah berlangsung sejak lama yang dirasakan klien sebelum sakit atau sebelum
dirawat dan menjadi semakin meningkat saat dirawat. Menurut Peplau dan Sulivan
dalam Yosep (2009) mengatakan bahwa harga diri berkaitan dengan pengalaman
interpersonal, dalam tahap perkembangan dari bayi sampai lanjut usia seperti good
me, bad me, not me, anak sering dipersalahkan, ditekan sehingga perasaan amannya
tidak terpenuhi dan merasa ditolak oleh lingkungan dan apabila koping yang
digunakan tidak efektif akan menimbulkan harga diri rendah. Menurut Caplan,
lingkungan sosial akan mempengaruhi individu, pengalaman seseorang dan adanya
perubahan sosial seperti perasaan dikucilkan, ditolak oleh lingkungan sosial, tidak
dihargai akan menyebabkan stress dan menimbulkan penyimpangan perilaku akibat
harga diri rendah. Caplan (dalam Keliat 1999) mengatakan bahwa lingkungan sosial,
pengalaman individu dan adanya perubahan sosial seperti perasaan dikucilkan,
ditolak oleh lingkungan sosial, tidak dihargai akan menyebabkan stress dan
menimbulkan penyimpangan perilaku akibat harga diri rendah.
5/17/2018 MAKALAH JIWA - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-jiwa-55ab58b34f5b7 11/22
4. Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala harga diri rendah Keliat (2009) mengemukakan beberapa
tanda dan gejala harga diri rendah adalah:
a. Mengkritik diri sendiri
b. Perasaan tidak mampu
c. Pandangan hidup yang pesimis
d. Penurunan produkrivitas
e. Penolakan terhadap kemampuan diri.
Selain tanda dan gejala tersebut, penampilan seseorang dengan harga diri
rendah juga tampak kurang memperhatikan perawatan diri, berpakaian tidak rapi,
selera makan menurun, tidak berani menatap lawan bicara, lebih banyak menunduk,dan bicara lambat dengan nada suara lemah.
5. Pohon Masalah
Resiko Perilaku Kekerasan
Gangguan Persepsi Sensori
Harga Diri Rendah
Koping Individu Tidak Efektif
Traumatik Tumbuh Kembang
Sumber: Yosep (2009)
Berdasarkan jurnal psikologi yang dilampirkan, Hubungan Antara
Kebiasaan Berpikir Negatif Tentang Tubuh Dengan Body Esteem Dan Harga
Diri, dinyatakan bahwa kebiasaan berpikir negative mengenai diri sendiri dapat
5/17/2018 MAKALAH JIWA - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-jiwa-55ab58b34f5b7 12/22
mengakibatkan individu merasa harga diri rendah. Hal ini dapat dilihat dalam
kutipan:
“Tubuh memang merupakan bagian penting dalam pembentukan konsep diri
seseorang, karena kesadaran awal manusia mengenai dirinya dimulai dari kesadaran
akan tubuhnya, pengenalan ini semakin lama akan semakin menjadi bagian yang
intim dari konsep diri secara umum (James, 1999). Oleh karena itu, selama ini sudah
banyak penelitian mengenai body esteem yang dikaitkan dengan harga diri secara
keseluruhan; baik melalui studi lintas budaya maupun lintas jender. Dari hasil-hasil
penelitian tersebut ditemukan adanya indikasi bahwa body esteem yang rendah
berhubungan dengan rendahnya harga diri seseorang; gangguan makan; serta
kerentanan terhadap depresi dan gangguan kecemasan (Henriques & Calhoun,
1999; Klaczynski, et al., 2004; Matz, et al., 2002; Verplanken, et al., 2005).
Ditemukan pula bahwa hasil-hasil tersebut bervariasi tergantung dari kelompok
yang merupakan sasaran studi, berdasarkan jenis kelamin, usia maupun
budaya/etnis. Seperti misalnya penelitian yang menemukan bahwa perempuan
memiliki body esteem yang lebih rendah dibadingkan laki-laki; dan bahwa
perubahan body esteem perempuan akan berkontribusi terhadap perubahan harga
diri secara keseluruhan; serta bahwa efek body esteem terhadap harga diri secara
keseluruhan ini bervariasi antar berbagai kelompok usia dan budaya/etnis
(McKinley, 1998; Henriques & Calhoun, 1999; Klaczynski, et al., 2004). Teori Sosial
Comparison (Dorian & Garfinkel, 2002) menyatakan bahwa setiap orang akan
melakukan perbandingan antara keadaan dirinya sendiri dengan keadaan orang-
orang lain yang mereka anggap sebagai pembanding yang realistis. Perbandingan
social semacam ini terlibat dalam proses evaluasi diri seseorang, dan dalam
melakukannya seseorang akan lebih mengandalkan penilaian subyektifnya
dibandingkan penilaian obyektif. Bila masyarakat terlanjur membentuk pandangan
bahwa penampilan fisik yang ideal itu adalah seperti yang dimiliki para model yang
5/17/2018 MAKALAH JIWA - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-jiwa-55ab58b34f5b7 13/22
ditampilkan dalam media massa, maka akan ada kecenderungan bahwa individu
akan membandingkan dirinya berdasarkan standar yang tidak realistis. Oleh karena
itu, tidak mengherankan bahwa orang-orang yang sebenarnya memiliki proporsi
tinggi badan serta berat badan yang normal mungkin saja memiliki penilaian yang
negatif mengenai tubuhnya karena menggunakan tubuh model-model yang
dilihatnya di media masa sebagai pembanding (Vilegas & Tinsley, 2003). Sampai
batas tertentu, proses berpikir kritis terhadap diri sendiri memang akan membantu
seseorang untuk menilai dirinya sendiri secara sehat dan untuk beradaptasi dengan
lingkungannya. Baru-baru ini Verplanken (2006) melakukan penelitian mengenai
kebiasaan seseorang untuk berpikiran negatif dalam menilai dirinya sendiri (negative
self-thinking habit ). Negative self-thinking yang menjadi kebiasaan serta terus
menerus muncul secara otomatis, sering dan menetap dalam benak seseorang,
tentunya tidak lagi berkontribusi terhadap pembentukan konsep diri yang sehat.
Sebaliknya hal tersebut merupakan suatu disfungsi psikologis, yang selanjutnya
dapat menurunkan harga diri serta membuat seseorang rentan untuk mengalami
gangguan kecemasan dan depresi (Verplanken, 2006). Negative self-thinking habit
yang disfungsional memiliki tiga aspek sebagai berikut: (1) pemikiran tentang diri
yang muatannya negatif; (2) frekuensi munculnya pemikiran serupa itu secara
sering; dan (3) pemikiran ini muncul tanpa disadari, tanpa disengaja, serta sulit
untuk dikontrol (e.g., Haaga et al.; Moretti & Shaw dalam Verplanken, 2006).”
5/17/2018 MAKALAH JIWA - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-jiwa-55ab58b34f5b7 14/22
BAB III
Tinjauan Kasus
Pada hari Rabu, 5 April 2012, mulai dilakukan pengkajian dengan Ibu K.
Pada pertemuan pertama ini, Ibu K tampak kumal, jorok, bau, sering menunduk, tidak
ada kontak mata, ngomong lambat, suara pelan, dan tidak banyak bicara. Dalam
komunikasi, diperoleh hasil wawancara dengan klien bahwa klien bernama K, belum
menikah, pendidikan hingga jenjang Sekolah Dasar, dan tinggal di Indragiri Hilir.
Dan saat melakukan kegiatan, Ibu K sering mengatakan “tidak bisa” atau tidak tahu”
apabila diminta untuk melakukan sesuatu. Ibu K mengatakan bahwa ia adalah
seorang laki-laki dan Ibu K tidak menyukai laki-laki karna punya hubungan yangtidak baik antara klien dengan kekasihnya semasa dulu. Ibu K juga mengatakan
bahwa ia adalah teman dari Nike Ardila dan Ali Topan, serta mengatakan bahwa
klien melihat gumpalan darah di atas matahari. Setelah dilakukan pemeriksaan fisik,
diperoleh tekanan darah klien adalah 110/70 mmHg, nadi 75 x/mnt, dan suhu 37.
Selain dari hasil observasi dan pernyataan klien, perawat juga memperoleh data dari
rekam medis klien. Adapun data yang diperoleh dari rekam m edis bahwa klien
dimasukkan ke Rumah Sakit tersebut karena klien mengamuk dan dipasung, kadang
ketawa-ketawa sendiri dan bernyanyi. Klien adalah anak ke 3 dari 8 bersaudara dan
tidak ada keluarga klien yang memiliki riwayat gangguan jiwa. Klien berumur 23
tahun. Klien dirawat dibawa ke rumah sakit pada tanggal 16 November 2011.
Berdasarkan data yang telah diperoleh; Ibu K selalu menunduk, tidak ada
kontak mata, dan sering mengatakan “tidak bisa” saat diminta melakukan sesuatu,
sehingga perawat mendiagnosa bahwa Ibu K mengalami gangguan konsep diri: harga
diri rendah.
Setelah menetapkan daignosa, perawat membuat implementasi untuk
membantu Ibu K mengatasi harga diri rendahnya. Perawat berencana untuk
mengidentifikasi penyebab harga diri rendahnya, mengidentifikasi aspek &
5/17/2018 MAKALAH JIWA - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-jiwa-55ab58b34f5b7 15/22
kemampuan positif Ibu K, membantu Ibu K memilih dan menetapkan kemampuan
yang akan dilatih, dan melatih kemampuan yang sudah dipilih. Berhubung Ibu K
mengatakan bahwa ia tidak memiliki hobi atau kegiatan lain yang bisa ia lakukan,
maka perawat menentukan kegiatan yang akan dilakukan atas persetujuan Ibu K.
Kemudian menggambar, mencuci kain dan menyanyi menjadi pilihan kegiatan yang
akan dilakukan.
Setelah menyusun rencana kegiatan tersebut, perawat membuat kontrak waktu
dalam setiap pertemuan yang dilakukan untuk menjalankan kegiatan yang telah
dipilih. Dalam kegiatan menggambar dan menyanyi, Ibu K sering kali mengatakan
“tidak bisa” dan pada kenyataannya Ibu K mampu melakukannya dengan baik.
Dengan inforcement positif yang diberikan perawat, Ibu K semakin hari terlihatsemakin percaya diri untuk melakukan kegiatan yang dilakukan.
Setelah kegiatan berlangsung, Ibu K terlihat senang melakukan kegiatan yang
telah dilakukan. Hal ini dapat dilihat dari respon Ibu K yang mau melakukan pesan
dari perawat, yaitu saat perawat meninggalkan selembar kertas untuk digambar dan
Ibu K melakukannya dan Ibu K juga mau menyanyi dan mulai rajin tersenyum
kepada orang-orang.
5/17/2018 MAKALAH JIWA - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-jiwa-55ab58b34f5b7 16/22
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Saat pengkajian penulis mengalami sedikit kesulitan karena pasien kurang
kooperatif. Penulis menemuan faktor presipitasi yaitu pengalaman buruk masa lalu
klien (Ibu K) terhadap lelaki yang mendustainya. Penulis menekankan komunikasi
terapeutik pada klien harga diri rendah agar klien dapat mengungkapkan perasaannya
sehingga dapat diketahui masalah-masalah yang ada pada diri klien.
Diagnose yang didapat dari pohon masalah adalah gangguan konsep diri:harga diri rendah.
Untuk perencanaan pada klien harga diri rendah, prinsip intervensinya adalah
jangan memberikan pernyataan negative karena akan menurunkan harga dirinya,
memberikan motivasi, menggali kemampuan possitif yang dimiliki klien dan
melibatkan klien dalam aktivitas sederhana yang mampu dilakukan klien, seperti
menggambar, mencuci kain, merapikan tempat tidur dan menyanyi.
Penulis dalam melakukan implementasi, dapat dilakukan tindakan
keperawatan pada diagnose gangguan konsep diri: harga diri rendah.
Evaluasi yang didapat dari klien pada saat pertemuan terakhir adalah untuk
implementasi keperawatan yang telah dilakukan pada diagnose deficit perawatan diri
dan gangguan konsep diri: harga diri rendah.
B. Saran
Dalam makalah ini, penulis membuat saran kepada semua pihak yang terlibat
dalam perawatan kesehatan jiwa terutama masalah klien dengan harga diri rendah
untuk diruangan bagi tim kesehatan maupun mahasiswa yang praktek di rumah sakit
jiwa.
5/17/2018 MAKALAH JIWA - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-jiwa-55ab58b34f5b7 17/22
Saran untuk perawat ruangan yaitu perawat ruangan terus memotivasi dan
melibatkan klien dengan kegiatan sehari-hari seperti membersihkan ruangan, mencuci
baju, merapikan tempat tidur, dan lain-lain, pertahankan atau tingkatkan komunikasi
terapeutik serta tingkatkan koping individu dan keluarga, pertahankan dan
tingkartkan kerjasama antara perawat-klien.
Saran untuk mahasiswa yaitu agar melakukan pengkajian sesuai dengan teori
dan dapat mendokumentasikan data lengkap, agar dalam melakukan pengkajian
perawat menggunakan teknik komunikasi terapeutik , sehingga dapat terbina
hubungan saling percaya.
5/17/2018 MAKALAH JIWA - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-jiwa-55ab58b34f5b7 18/22
Lampiran 1
JURNAL REFLEKSI
Pertama sekali waktu saya harus menginjakakkan kaki di Rumah Sakit Jiwa
Tampan, rasanya menakutkan. Apalagi ditambah dengan teriakan pasien dan
panggilan-panggilan dari mereka. Tetapi, itu semua justru hilang begitu saja saat
mulai berkomunikasi dengan pasiennya secara langsung. Semuanya menjadi
membahagiakan hingga pada pertemuan terakhir. Enggan untuk bertemu, enggan pula
untuk berpisah. Saya mendapat tugas untuk preklinik di ruang Indragiri. Di Indragiri
semua pasiennya adalah wanita.Hari pertama saat saya harus mencari pasien kelolaan untuk saya angkat
kasusnya dalam tugas perkuliahan saya, saya bingung untuk memilih pasien. Yang
saya lihat hanyalah dari fisik dan sikap yang kelihatan. Saya sangat menghindari yang
berteriak-teriak dan manggil-manggil. Saya cendereung mencari yang tenang dan bisa
diajak ngobrol. Akhirnya, saya bertemu dengan seorang ibu, bernama Ibu L.
Pertemuan pertama ini, Ibu L terlihat kooperatif dan dia mau bercerita panjang lebar
atas pertanyaan yang saya ajukan. Setelah bercakap-cakap sejenak bersama Ibu L,
saya segera mencari pasien resume. Kemudian saya punya 1 target pasien yang
sedang berbaring di tempat tidur dan terlihat tidak ingin untuk dihampiri. Tetapi saya
tetap memberanikan diri untuk menghampiri dan menegurnya. Ternyata hasilnya nol.
Kehadiran saya tidak diterima.
Hari kedua, Kamis, 5 April, pandangan saya tertuju pada pasien yang
sebelumnya menolak saya. Saya kembali menghampiri dan berhasil mendapatkan
izinny untuk ngobrol bareng, ternyata namanya Ibu K. Akan tetapi, saya menjadi lupa
kepada pasien kelolaan saya,Ibu L. Pertemuan pertama dengan Ibu K, saya langsung
diajak jalan keliling rumah sakit sambil menggandeng tangan saya. Saat itu rasanya
saya mulai mendapatkan trust nya. Ibu K tidak banyak bicara. Setiap kali diajukan
pertanyaan, hampir semua jawabannya “tidak tahu”. Setelah selesai dari pertemuan
5/17/2018 MAKALAH JIWA - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-jiwa-55ab58b34f5b7 19/22
dengan Ibu K, saya mencari Ibu L untuk membina trust. Akan tetapi, saat saya
mencoba menegurnya, sepertinya saya sudah kehilangan trust yang kemarin mungkin
sudah mulai tumbuh. Ibu L tidak mau lagi ngobrol dengan saya. Hari kedua berada di
rumah sakit jiwa ini, saya melihat respon yang tidak baik dari perawat terhadap
pasien. Ada salah seorang perawat yang mengatakan “masa kamu samain pasien
sama perawat”. Saya terkejut mendengar ada perawat yang berkata seperti itu hanya
karena dia mengira pasien menggunakan gelas perawat. Mungkin memang geli
menggunakan peralatan pasien karena gelas dan piring mereka itu pada ga bersih
semua. Yang menjadi pertanyaan saya, mengapa sih peralatan pasien itu tidak dicuci
bersih? Sementara rumah sakit punya petugas dapur yang saya rasa bisa untuk
melakukannya. Saya melihat gelas dan piring pasien itu pada berminyak semua dantempat air minumnya pun berlumut dan air minum nya keruh. Selain itu, saya juga
melihat nasi basi diletakin aja di atas meja atau didekat rak piring. Yang namanya
pasien jiwa belum tentu mengerti itu nasinya masih layak makan atau tidak.
Bagaimana kalo pasien sampai memakan nasi itu disaat tidak ada perawat yang
mengawasi?
Dalam pertemuan ketiga, Sabtu, 7 April, Ibu L telah dijemput oleh
keluarganya. Kemudian pasien resume saya (Ibu K) saya jadikan pasien kelolaan
saya. Saya melanjutkan pertemuan ketiga dengan Ibu K. Kami kembali berjalan
mengelilingi rumah sakit. Saya berusaha untuk mengidentifikasi masalahnya, namun
masih gagal. Ibu K terlihat selalu menunduk dan tidak mau menatap setiap lawan
bicaranya. Setiap kali ditanya oleh orang lain, Ibu K hanya mengabaikannya atau
tersenyum miris atau menjawab “tidak tahu”. Berdasarkan hasil observasi saya ini,
saya menyangka bahwa masalahnya Ibu K ini adalah isolasi social. Ternyata saat saya
mencoba menggali isolasi sosialnya, Ibu K malah mengatakan bahwa ia mempunyai
banyak teman, yaitu Nike Ardila. Lalu saya berpaling dari diagnose sebelumnya,
menjadi waham. Pada pertemuan ketiga ini saya juga menduga bahwa Ibu K punya
pengalaman buruk terhadap laki-laki sehingga ia sangat benci sekali kepada laki-laki
dan menganggap laki-laki itu setan. Hingga saat ini saya belum menegakkan diagnose
5/17/2018 MAKALAH JIWA - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-jiwa-55ab58b34f5b7 20/22
yang pasti. Jadi saya mencoba untuk mengajak Ibu K melakukan sebuah kegiatan,
yaitu menggambar. Saat menggambar, Ibu K sering sekali mengatakan “tidak bisa”.
Dari hasil observasi ini, saya menjadikan gangguan konsep diri: harga diri rendah
sebagai diagnose utama sementara.
Pertemuan keempat, Senin, 9 April, saya mencoba untuk menggali mengenai
Nike Ardila yang dikatakan Ibu K sebelumnya. Namun, Ibu K tidak lagi mau
membahasnya. Lalu saya memutuskan untuk menggali penyebab Ibu tidak menyukai
laki-laki melalui kegiatan menggambar. Dari hasil menggambar ini, ternyata Ibu K
memang terlihat tidak menyukai laki-laki. Ibu K tidak mau menggambarkan wajah
laki-laki, dan mengatakan bahwa ia menyukai wajah perempuan untuk menjadi
pasangannya.Hari ke 5 di Rumah Sakit Jiwa Tampan ini, kami bertugas di ruangan UPIP.
Di ruangan ini saya mendapat pasien bernama Tn. S yang masi berusia 21 tahun
dengan diagnose halusinasi. Berdasarkan hasil wawancara, klien mengatakan bahwa
dia sering dicemooh oleh teman-teman sepermainannya dan dianggap gila oleh
mereka. Pertemuan dengan Tn. S ini sangat berkesan sekali bagi saya meski hanya
dengan sekali pertemuan saja.
Hari ke 6 di Rumah Sakit Jiwa Tampan, saya melanjutkan pertemuan yang ke
5 dengan Ibu K. Senang sekali bisa membantunya mandi dan berias diri. Setelah itu,
kami melanjutkan kembali kegiatan menggambar yang lalu. Saya mengajarkan Ibu K
untuk membedakan antara pria dan wanita. Saya mengajaknya berkeliling rumah
sakit untuk memperkenalkannya kepada perawat dan pasien lain, sambil menjelaskan
perbedaan antara pria dan wanita. Saya meniggalkannya secarik kertas agar Ibu K
bisa menggambarkan apa yang dia rasa dan pikirkan. Siapa tahu Ibu K bisa berbagi
cerita lewat gambarannya. Ditengah kegiatan ini, Ibu K kembali mengatakan bahwa
ia berteman dengan salah seorang penyanyi tahun 70an, Ali Topan. Namun, Ibu K
tidak berkata banyak mengenai itu.
5/17/2018 MAKALAH JIWA - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-jiwa-55ab58b34f5b7 21/22
Pertemuan ke 6 dengan Ibu K, saya mulai terbiasa untuk membantunya
mandi, namun peralatan mandi yang saya berikan sebelumnya telah dibuang oleh Ibu
K.
Pertemuan ke 7 dengan Ibu K, disaat ujian revisi tengah berlangsung, Ibu K
akhirnya mau berbagi cerita mengenai pengalaman masa lalunya. Ternyata Ibu K
memang benar memiliki pengalaman buruk terhadap laki-laki. Ibu K mengatakan
bahwa ia telah didustai, namun ia tidak menceritakan lebih lanjutnya lagi. Tetapi
kepastian itu sangat membuatku merasa bahagia karena setidaknya rasa penasaranku
telah berlalu dan aku bisa lebih membantunya untuk mengatasi masalah ini. Sayang
sekali, ini adalah hari terakhir kami preklinik di Rumah Sakit Jiwa Tampan ini.
Hampir sedih sebenarnya, tapi semua berubah menjadi kebahagiaan yang luar biasa.Hari ini juga, saya melihat kepulangan Ibu K ke rumahnya dan ternyata Ibu K masih
menyimpan peralatan mandi yang saya berikan dan tidak membuangnya. Hari ini
juga saya melihat Tn. S dijenguk oleh ibunya. Dan hari ini juga saya bisa
menenangkan salah satu pasien di ruang Indragiri yang tengah mengamuk dan ia
mempercayakan sebuah pesan yang penting baginya di secarik kertas yang dia
berikan padaku. Pasien ini bernama Ibu Kd.
Pengalaman preklinik perdana yang sangat menyenangkan. Rasanya masih
kurang untuk beramah-ramah kepada pasien-pasien di Rumah Sakit Jiwa ini.
Terutama saat trust telah terbina, tidak menutup kemungkinan kita bisa menyayangi
mereka selayaknya keluarga. Saya bahagia bisa berada ditengah-tengah mereka
selama ini. Saya berharap, kehadiran kami semua bisa berarti buat pasien-pasien jiwa
disana. Yang bisa saya petik dari semua kejadian ini adalah “Jangan takut dengan
pasien jiwa, sekalipun mereka terlihat menakutkan. Justru mereka akan menyambut
dengan bahagia dan ikhlas. Begitulah juga seharusnya kita memperlakukan mereka.”
5/17/2018 MAKALAH JIWA - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-jiwa-55ab58b34f5b7 22/22
BAB IV
PEMBAHASAN
Santrock, J. W. Psikologi Pendidikan, Jakarta: Kencana, 2010, hal. 112-113.