Jbptunpaspp Gdl Kurnia0850 1804 3 Babiii

23
BAB III METODE PENELITIAN A. METODE PENELITIAN Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah metode eksperimen dengan menggunakan desain kelompok kontrol  pretes-postes.  Ruseffendi (1994:32) mengemukakan, “Penelitian eksperimen adalah  penelitian yang bertujuan untuk melihat hubungan sebab akibat, dimana  perlakuan yang kita lakukan terhadap variabel bebas kita lihat hasilnya pada variabel terikat”. Berdasarkan penjelasan tersebut, dengan penggunaan metode eksperimen diharapkan setelah menganalisis hasilnya dapat dilihat  pengaruh perlakuan terhadap kemamp uan berpikir kritis siswa. B. DESAIN PENELITIAN Penelitian ini dilakukan terhadap sampel yang terdiri dari dua kelompok, yakni kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Kelompok eksperimen adalah kelompok yang diberi perlakuan khusus, yaitu memperoleh pembelajaran matematika melalui model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS). Sedangkan kelompok kontrol tidak mendapat perlakuan atau memperoleh pembelajaran matematika biasa. Perlakuan yang diberikan bertujuan untuk mengetahui seberapa besar

Transcript of Jbptunpaspp Gdl Kurnia0850 1804 3 Babiii

BAB IIIMETODE PENELITIAN

A. METODE PENELITIANDalam penelitian ini metode yang digunakan adalah metode eksperimen dengan menggunakan desain kelompok kontrol pretes-postes. Ruseffendi (1994:32) mengemukakan, Penelitian eksperimen adalah penelitian yang bertujuan untuk melihat hubungan sebab akibat, dimana perlakuan yang kita lakukan terhadap variabel bebas kita lihat hasilnya pada variabel terikat. Berdasarkan penjelasan tersebut, dengan penggunaan metode eksperimen diharapkan setelah menganalisis hasilnya dapat dilihat pengaruh perlakuan terhadap kemampuan berpikir kritis siswa.

B. DESAIN PENELITIANPenelitian ini dilakukan terhadap sampel yang terdiri dari dua kelompok, yakni kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Kelompok eksperimen adalah kelompok yang diberi perlakuan khusus, yaitu memperoleh pembelajaran matematika melalui model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS). Sedangkan kelompok kontrol tidak mendapat perlakuan atau memperoleh pembelajaran matematika biasa. Perlakuan yang diberikan bertujuan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh kedua pendekatan pembelajaran yang diterapkan terhadap kemampuan berpikir kritis siswa. Desain eksperimen yang digunakan berbentuk kelompok kontrol pretes-postes. Adapun desain penelitiannya sebagai berikut: A O X O A O O (Ruseffendi, 1994:45)Keterangan :A = Pemilihan sampel secara acakO = Pretes /PostesX = Pembelajaran dengan model pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share (TPS).

C. POPULASI DAN SAMPELDalam penelitian ini yang menjadi populasi penelitian adalah siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Cimahi, Siswa kelas VIII dipilih karena mereka diasumsikan sudah dapat beradaptasi dengan kondisi lingkungan dan pembelajaran di SMP. Di SMP Negeri 2 Cimahi terdapat sepuluh kelas yaitu kelas VIII-I sampai VIII-10. Kemudian dipilih dua kelas secara acak untuk dijadikan kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Jadi sampelnya adalah siswa kelas VIII-9 sebagai kelompok eksperimen dan kelas VIII-I sebagai kelompok kontrol.

D. INSTRUMEN PENELITIANAdapun instrumen dalam penelitian ini adalah menggunakan:1. Tes Kemampuan Berpikir KritisTes yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes yang bertujuan untuk mengukur kemampuan berpikir kritis siswa. Tes dilaksanakan dua kali yakni pada awal pembelajaran (pretes) sebelum mendapat perlakuan dan setelah mendapat perlakuan pada akhir pembelajaran (postes). Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah materi kelas VIII semester genap, pada pokok bahasan bangun ruang sisi tegak. Tipe tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah tipe subjektif bentuk uraian (essay). Karena dengan bentuk uraian akan terlihat strategi siswa dalam menyelesaikan permasalahan. Selain itu bertujuan untuk mengetahui proses berpikir, langkah-langkah pengerjaan, dan ketelitian siswa dalam menjawab soal.Suherman dan Sukajaya (1990:95) mengungkapkan beberapa kelebihan penyajian soal tipe subjektif dalam bentuk uraian, yaitu: a. Pembuatan soal relatif mudah dan bisa dibuat dalam kurun waktu yang tidak terlalu lama, hal ini disebabkan jumlah soalnya tidak terlalu banyak, biasanya untuk soal matematika kurang lebih dari 5 butir soal.b. Dalam menjawab bentuk soal uraian siswa dituntut untuk menjawab secara rinci, maka proses berpikir, ketelitian, sistematika penyusunan dapat dievaluasi. Terjadinya bisa evaluasi dapat dihindari karena tidak ada sistem tebakan atau untung-untungan. Hasil evaluasi lebih mencerminkan kemampuan siswa sebenarnya.c. Proses pengerjaan tes akan menimbulkan kreativitas dan aktivitas positif siswa, karena tes tersebut menuntut siswa agar berpikir secara sistematik, menyampaikan pendapat dan argumentasi, mengaitkan fakta-fakta yang relevan.Sebagai langkah awal instrument di ujicobakan terlebih dahulu kepada siswa (di luar kelompok kontrol dan eksperimen) yaitu diujicobakan kepada siswa kelas IX dengan pertimbangan bahwa siswa kelas IX sudah mendapatkan materi bangun ruang sisi datar.Uji coba instrumen dilakukan untuk melihat bagaimana tingkat validitas instrumen, reliabilitas instrumen, kesukaran soal, daya pembeda (Russefendi, 1991:176). Hal tersebut diperlukan agar instrument penelitian yang peneliti buat layak untuk dipergunakan.Adapun langkah-langkah penyusunan tes kemampuan matematika dalam jenjang kognitif adalah sebagai berikut:1. Membuat kisi-kisi soal yang meliputi dasar dalam pembuatan soal tes kemampuan berpikir kritis.1. Menyusun soal tes kemampuan berpikir kritis matematika.1. Menilai kesesuaian antara materi, indikator, dan soal tes untuk mengetahui validitas isi.1. Melakukan ujicoba soal untuk memperoleh data hasil tes uji coba.Menghitung validitas tiap butir soal, reliabilitas soal, daya pembeda, dan indeks kesukaran tiap butir soal menggunakan data hasil uji coba. a) ValiditasSuherman (2003:102) mengemukakan, Suatu alat evaluasi dikatakan valid apabila alat tersebut mampu mengevaluasi apa yang seharusnya dievaluasi.Mencari validitas dengan menggunakan rumus korelasi product moment yaitu:

(Suherman, 2003:120)Keterangan:

Koefisien korelasi antara variabel X dan Y Y = Total skorX = Skor item yang dicari validitasnya N = Jumlah responden

Dalam hal ini diartikan sebagai koefisien validitas. Klasifikasi koefisien validitas, menurut Guiford (dalam Suherman, 2003: 113), dapat dilihat pada Tabel berikut ini:

Klasifikasi ValiditasTabel 3.1ValiditasKoefisien Validitas

0,90 1,00validitas sangat tinggi (sangat baik)

0,70 < 0,90Validitas tinggi (baik)

0,40 < 0,70Validitas sedang (cukup)

0,20 < 0,40Validitas rendah (kurang)

0,00 < 0,20Validitas sangat rendah

< 0,00Tidak valid

B

B

Berdasarkan hasil perhitungan, didapat nilai validitas butir yang disajikan dalam Tabel 3.2 berikut ini :Tabel 3.2Interpretasi ValiditasNorxyValiditas

1Sedang

2Sedang

3Tinggi

4Sedang

5Tinggi

6Sedang

Berdasarkan koefisien korelasi pada tabel 3.1 dapat disimpulkan bahwa instrumen penelitian ini diinterpretasikan sebagai soal yang mempunyai validitas tiap butir soal yaitu, 4 soal validitasnya sedang, dan 2 soal validitasnya tinggi. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran C.2 halaman 186.

b) ReliabilitasSuherman (2003:131) mengatakan, Suatu alat evaluasi dikatakan reliabel jika hasil evaluasi tersebut relatif tetap jika digunakan untuk subyek yang sama.Untuk mengetahui reliabilitasnya digunakan rumus Alpha yaitu:

. . . . . . . . . . . . . (Suherman, 2003: 154) Keterangan:

Reliabilitasn = Banyak butir

= Jumlah varians skor tiap soal

= Varians skor totalKlasifikasi koefisien reliabilitas, menurut Guiford (dalam Suherman, 2003:139), dapat dilihat pada Tabel 3.3 berikut ini:

Tabel 3.3Klasifikasi ReliabilitasNilai ReliabilitasInterpretasi

0,20Derajat reliabilitas sangat rendah

0,20 < 0,40Derajat reliabilitas rendah

0,40 < 0,70Derajat reliabilitas sedang

0,70 < 0,90Derajat reliabilitas tinggi

0,90 1,00Derajat reliabilitas sangat tinggi

Berdasarkan hasil perhitungan reliabilitas diperoleh relibilitas (R11) sebesar 0,59 dengan kriteria koefisien reliabilitas sedang. Perhitungan reliabilitas selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran C.3 halaman 187.c) Indeks KesukaranUntuk indeks kesukaran dari tiap butir soal berbentuk uraian, digunakan rumus:

IK= . . . . . . . . . . .. . . . . . . . (Suherman, 2003: 43)Keterangan:IK = Indeks kesukaran

= Rata-rata skor jawaban tiap butir soal b = Skor maksimum tiap butir soal Klasifikasi indeks kesukaran yang banyak digunakan (Suherman, 2003:170) dapat dilihat pada Tabel 3.4 berikut ini:Tabel 3.4 Klasifikasi Indeks KesukaranIndeks kesukaranInterpretasi

IK = 0,00Soal terlalu sukar

0,00 < IK 0,30Soal sukar

0,30 < IK 0,70Soal sedang

0,70 < IK < 1,00Soal mudah

IK = 1, 00Soal terlalu mudah

Dari hasil perhitungan, diperoleh indeks kesukaran tiap butir soal yang disajikan dalam Tabel 3.5 berikut ini Tabel 3.5Interpretasi Indeks KesukaranNomor SoalIndeks KesukaranKriteria

10,83Mudah

20,65Sedang

30,72Sedang

40,26Sukar

50,77Mudah

60,75Mudah

Berdasarkan klasifikasi indeks kesukaran pada tabel 3.4 dapat disimpulkan bahwa soal nomor 1, 5 dan 6 adalah soal mudah, untuk soal nomor 2 dan 3 termasuk soal yang sedang, dan untuk soal nomor 4 termasuk soal yang sukar. Oleh karena itu ada soal yang harus direvisi agar tercapai perbandingan yang diharapkan sesuai dengan kisi-kisi yang dibuat peneliti. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran C.4 halaman 188.

d) Daya Pembeda Suherman (2003:159) mengatakan, daya pembeda dari sebuah soal adalah Seberapa jauh kemampuan butir soal dapat membedakan antara testi yang mengetahui jawaban dengan benar dan testi yang tidak dapat. Untuk mengetahui daya pembeda dari butir soal tes digunakan rumus sebagai berikut:

DP = . . . . . . . . . . . . . . . . . . (Suherman, 2003: 43)Keterangan:DP = Daya Pembeda

= Rata-rata skor siswa kelas atas

= Rata-rata skor siswa kelas bawah b = Skor maksimum tiap butir soalKlasifikasi daya pembeda yang banyak digunakan (Suherman, 2003:161) dapat dilihat pada Tabel berikut ini:Tabel 3.6Klasifikasi Daya PembedaDaya pembedaInterpretasi

DP 0,00Sangat jelek

0,00 < DP 0,20Jelek

0,20 < DP 0,40Cukup

0,40 < DP 0,70Baik

0,70 < DP 1,00Sangat baik

Berdasarkan hasil perhitungan daya pembeda diperoleh tiap butir soal yang disajikan dalam Tabel 3.7 berikut ini :Tabel 3.7Interpretasi Daya PembedaNomor SoalDaya PembedaKriteria

10, 36Cukup

20, 51Baik

30, 66Baik

40, 36Cukup

50, 54Baik

60, 31Cukup

Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran C.5 halaman 190.Berikut adalah rekapitulasi hasi ujicoba yang disajikan dalam Tabel 3.8 berikut ini:Tabel 3.8Rekapitulasi Hasil Uji cobaNomor SoalValiditasReliabilitasIKDPKeterangan

1Sedang

TinggiMudahCukupDipakai

2SedangMudahBaikDipakai

3TinggiSedangBaikDipakai

4SedangSukarCukupDipakai

5TinggiMudahBaikDipakai

6SedangMudahCukupDipakai

Berdasarkan klasifikasi rekapitulasi hasil uji coba pada tabel 3.8 dapat disimpulkan bahwa soal nomor 1, 2, 3, 4, 5, dan 6 semua soal dipakai.

2. Skala Sikap Skala sikap yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala Likert. Penggunaan angket skala sikap ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana sikap siswa terhadap model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share. Skala sikap ini terdiri dari 30 pernyataan yang dikelompokan menjadi dua bagian, yaitu pernyataan positif dan negatif dari indikator-indikator yang ada model pembelajaran kooperatif tipe TPS, yang kemudian diisi oleh siswa sebagai responden dari kelompok eksperimen yang diberikan setelah pelaksanaan tes akhir. Dalam instrumen skala sikap ini, responden diminta untuk menjawab suatu pertanyaan dengan jawaban sangat setuju (SS), setuju (S), netral (N), tidak setuju (TS), sangat tidak setuju (STS). Untuk penskorannya dapat dilihat pada Tabel 3.9Tabel 3. 9Skor Skala SikapAlternatif JawabanBobot Penilaian

Pernyataan PositifPernyataan Negatif

Sangat Setuju (SS)51

Setuju (S)42

Netral (N)33

Tidak Setuju (TS)24

Sangat Tidak Setuju (STS)15

E. Prosedur PenelitianPenelitian ini dilakukan dalam dua tahap:1. Tahap Persiapan Langkah-langkah persiapan penelitian yang dilakukan.a. Mengajukan judul penelitianb. Penyusunan proposal penelitianc. Seminar proposald. Permohonan izin penelitiane. Menyusun instrumen penelitian dan bahan ajarf. Uji coba instrumen penelitian

2. Tahap PelaksanaanLangkah-langkah pelaksanaan penelitian yang dilakukan :a. Pemilihan kelas VIII sebanyak 2 kelas dari kelas yang ada untuk dijadikan sampel penelitian yaitu sebagai kelas kontrol dan sebagai kelas eksperimen.b. Memberikan tes awal pada kedua kelompok, baik kelas eksperimen maupun kelas kontrol. Tes awal dilakukan untuk mengetahui apakah kedua kelompok mempunyai kemampuan awal yang sama dalam memahami materi yang akan diajukan.c. Melakukan kegiatan belajar mengajar, kedua kelompok diberikan perlakuan yang berbeda dalam proses belajar mengajarnya untuk kelas eksperimen diberikan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share, sedangkan untuk kelas kontrol diberikan metode pembelajaran konvensional.d. Memberikan tes akhir kepada kedua kelompok. Tes akhir digunakan untuk mengetahui hasil belajar siswa setelah mendapat perlakuan yang berbeda.e. Mengumpulkan dan mengolah data hasil penelitian.f. Menganalisis data hasil belajar siswa yang akan diuraikan pada teknik pengolahan data. g. Membuat kesimpulan hasil penelitian berdasarkan uji hipotesis.F. Teknik Analisis DataPerhitungan statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis terhadap Setelah semua data yang diperlukan telah terkumpul, maka dilanjutkan dengan menganalisis data tersebut sebagai bahan untuk menjawab semua permasalahan yang ada dalam penelitian. Adapun teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:1. Analisis Data Tes Awala. Mencari nilai maksimum, nilai minimum, rerata dan simpangan baku tes awal kelas eksperimen dan kelas kontrol.b. Menguji normalitas distribusi dari kelas eksperimen dan kelas kontrol. Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data kedua kelas berasal dari kelas yang berdistribusi normal atau tidak. Jika jumlah siswa < 30 pengujian dilakukan dengan menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov, sedangkan jika data 30 pengujian dilakukan dengan menggunakan uji Shapiro-Wilk. Dengan kriteria pengujiannya (Santoso, 2001: 169) :1) Jika nilai signifikasi > 0,05 maka sebaran skor data berdistribusi normal.2) Jika nilai signifikasi < 0,05 maka sebaran skor data tidak berdistribusi normal. c. Menguji homogenitas varians dari kelas eksperimen dan kelas kontrol. Untuk mengetahui kesamaan varians (homogenitas) antara kelas eksperimen dan kelas kontrol digunakan levenestest for equality variansces pada SPSS 17 for windows. Dengan kriteria pengujian (Santoso, 2001: 169) :1) Jika nilai signifikasi > 0,05, maka kedua kelas memiliki varians yang sama (homogen).2) Jika nilai signifikasi < 0,05, maka kedua kelas memiliki varians yang tidak sama (tidak homogen).d. Melakukan Uji Kesamaan Dua RerataHipotesis tersebut dirumuskan dalam bentuk hipotesis statistik (uji dua pihak) sebagai berikut :Ho : Ha : Keterangan :Ho : Hasil belajar siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol tidak berbeda secara signifikan.Ha : Hasil belajar siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol berbeda secara signifikan.Jika kedua kelas berdistribusi normal dan homogen, maka dilakukan uji kesamaan dua rerata (Uji-t) melalui uji dua pihak menggunakan independent sample t-test, dengan bantuan software SPSS versi 17.0 for windows.Dengan kriteria pengujian (Santoso, 2001: 245):1) Jika nilai signifikasi > 0,05, maka H0 diterima dan Ha ditolak.2) Jika nilai signifikasi 0,05 maka sebaran skor data berdistribusi normal.2) Jika nilai signifikasi < 0,05 maka sebaran skor data tidak berdistribusi normal. b. Menguji homogenitas varians dari kelas eksperimen dan kelas kontrol. Untuk mengetahui kesamaan varians (homogenitas) antara kelas eksperimen dan kelas kontrol digunakan levenestest for equality variansces pada SPSS17 for windows. Dengan kriteria pengujian menurut Santoso,1) Jika nilai signifikasi > 0,05, maka kedua kelasmemiliki varians yang sama (homogen).2) Jika nilai signifikasi < 0,05, maka kedua kelas memiliki varians yang tidak sama (tidak homogen).c. Melakukan Uji Kesamaan Dua RerataHipotesis tersebut dirumuskan dalam bentuk hipotesis statistik (uji satu pihak) sebagai berikut (Sugiyono, 2011:121) :Ho : 1 2Ha : 1 > 2Keterangan:H0 : Peningkatan kemampuan berpikir kritis matematika siswa yang memperoleh pembelajaran dengan kooperatif tipe TPS tidak lebih baik dengan siswa yang mendapatkan pembelajaran konvensional. Ha : Peningkatan kemampuan berpikir kritis matematika siswa yang memperoleh pembelajaran dengan kooperatif tipe TPS lebih baik dengan siswa yang mendapatkan pembelajaran konvensional. Jika kedua kelas berdistribusi normal dan homogen, maka dilakukan uji kesamaan dua rerata (Uji-t) melalui uji satu pihak menggunakan independent sample t-test, dengan bantuan software SPSS versi 17.0 for windows.Dengan kriteria pengujian menurut Santoso,1) Jika nilai signifikasi > 0,05, maka H0 diterima dan Ha ditolak.2) Jika nilai signifikasi 3Adapun kriteria pengambilan keputusan mengenai uji t untuk skala sikap ini adalah:1) H0 ditolak jika thitung > tdaftar atau nilai yang dihipotesiskan.2) Ha ditolak jika thitung < tdaftar atau nilai yang dihipotesiskan.