Jbptunpaspp Gdl Cecepsaima 371 1 Nengpdf 2

126
KEBIJAKAN LUAR NEGERI INDONESIA DALAM MENYIKAPI KEBIJAKAN TRAVEL ADVISORY AUSTRALIA DI BAWAH PEMERINTAHAN KEVIN RUDD Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Dalam Menempuh Ujian Sarjana Program Strata Satu Pada Jurusan Ilmu Hubungan Internasional Oleh: Cecep Saiman 052030120 FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS PASUNDAN BANDUNG 2009

Transcript of Jbptunpaspp Gdl Cecepsaima 371 1 Nengpdf 2

Page 1: Jbptunpaspp Gdl Cecepsaima 371 1 Nengpdf 2

KEBIJAKAN LUAR NEGERI INDONESIA DALAM

MENYIKAPI KEBIJAKAN TRAVEL ADVISORY AUSTRALIA

DI BAWAH PEMERINTAHAN KEVIN RUDD

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Dalam Menempuh Ujian Sarjana Program Strata Satu Pada Jurusan Ilmu Hubungan Internasional

Oleh:Cecep Saiman

052030120

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIKUNIVERSITAS PASUNDAN

BANDUNG2009

Page 2: Jbptunpaspp Gdl Cecepsaima 371 1 Nengpdf 2

LEMBAR PENGESAHAN

KEBIJAKAN LUAR NEGERI INDONESIA DALAM MENYIKAPI KEBIJAKAN TRAVEL ADVISORY AUSTRALIA

DI BAWAH PEMERINTAHAN KEVIN RUDD

Oleh:Cecep Saiman

052030120

Telah diujikan tanggal

…………………..

Menyetujui:Pembimbing.

Dra. Dewi Astuti M.Si.

Mengetahui:

Dekan Ketua JurusanFakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Ilmu Hubungan Internasional

Drs. Aswan Haryadi, M.Si. Drs. Iwan Gunawan, M.Si. NIP 131 687 153 NIP 151 101 37

Page 3: Jbptunpaspp Gdl Cecepsaima 371 1 Nengpdf 2

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi ini adalah benar- benar hasil

pekerjaan penelitian saya sendiri. Adapun semua referensi/kutipan (baik kutipan

langsung maupun tidak langsung) dari hasil karya ilmiah orang lain tiap- tiap

satunya telah saya sebutkan sumbernya sesuai etika ilmiah. Apabila dikemudian

hari skripsi terbukti hasil meniru/plagiat dan terbukti mencantumkan kutipan

karya orang lain tanpa menyebutkan sumbernya, saya bersedia menerima sangsi

penangguhan gelar kesarjanaan dan menerima sangsi dari lembaga yang

berwenang.

Bandung,__________________

(Cecep Saiman) Nrp 052030120

Page 4: Jbptunpaspp Gdl Cecepsaima 371 1 Nengpdf 2

Pertama kali saya menemukan masalah untuk menyelesaikan ini,

saya hanya bilang Astagfirullah……..

kedua kalinya,

saya bilang astagfirullah…….

Ketiga kalinya,

Hah……..

Keempat kalinya,

Anj………

Dan ketika semuanya beres,

Pada saat itu juga saya mengucap syukur

dengan tangan menengadah ke atas dengan mengucap

Alhamdulillah………..

Kreativitas Dan Kendali Bisa Berjalan Berdampingan.

--Donald J. Trump

Page 5: Jbptunpaspp Gdl Cecepsaima 371 1 Nengpdf 2

ABSTRAK

Kebijakan Travel Advisory yang dikeluarkan oleh pemerintah Australia di bawah kepemimpinan Kevin rudd merupakan kebijakan dari upaya pemerintah Australia untuk melindungi warga negaranya dari ancaman kekerasan. Pemerintah Australia terus memantau negara-negara tersebut khususnya dalam bidang keamanan. Sebab, travel advisory ini merupakan upaya pemerintah untuk melindungi warga negaranya dari ancaman keamanan.

Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui, mengeksplorasi dan mendeskripsikan Kebijakan Indonesia dalam menyikapi kebijakan travel advisoryAustralia di bawah Pemerintahan Kevin Rudd yang berdasarkan pada kesepakatan yang telah dicapai oleh kedua negara pada Traktat Lombok.

Sedangkan kegunaan penelitian ini, secara akademis diharapkan dapat menambah khasanah pengembangan ilmu Hubungan Internasional, Khususnya yang menyangkut Hubungan Internasional dan kerjasama internasional. Selanjutnya, secara praktis diharapkan dapat menambah perbendaharaan wawasan mengenai kebijakan suatu negara.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif analisis yang bertujuan untuk menggambarkan kebijakan Pemerintah Indonesia, serta menganalisa implikasi dari kebijakan travel advisory yang dikeluarkan oleh Pemerintah Australia.

Hasil dari penelitian ini adalah : Pemerintah Indonesia dalam upayanya meyakinkan Australia agar mencabut kebijakan travel advisory. Selain itu, komitmen pemerintah untuk menjamin keamanan di Indonesia juga dapat menjadi modal untuk meyakinkan Pemerintah Australia agar mencabut kebijakan tersebut.

Kata kunci : Kebijakan Indonesia, Travel Advisory

Page 6: Jbptunpaspp Gdl Cecepsaima 371 1 Nengpdf 2

ABSTRACT

Policies Travel Advisory Issued by the Australian government under the leadership of Kevin Rudd is the policy of the Australian government’s efforts to protect its citizens from the threat of violence. Australian Government continue to monitor these countries, especially in the field of securitity. Because of this travel advisory is a government effort to protect its citizens from security threats.

The purpose of this study was to find out, explore and describe the policy of Indonesia in addressing Australia’s travel advisory policy under Kevin Rudd Government is based on that agreement had been reached by both countries in Lombok Treaty.

While this research uses, is expected to increase the academic sphere of the science of International Relations, in particular regarding international relations and international cooperation. Furthemore, practically expected to add insight into the treasury of a state policy.

The method use in this research is descriptive analysis that aims to describe the policy of the Government of Indonesia, and analyze the policy implications of the travel advisory issued by the Australian Government.

The results of this research are: the Government of Indonesia in its efforts to convince Australia to revoke travel advisory policy. In addition, the government’s commitment to ensure security in Indonesia can also be a capital to convince the Australian Government to revoke the policy.

Keywords: Policy Indonesia, Travel Advisory

Page 7: Jbptunpaspp Gdl Cecepsaima 371 1 Nengpdf 2

ABSTRAK

Kabijakan Travel Advisory anu dikaluarkeun ku Pamarentah Australia dina kapamimpinan Kevin Rudd mangrupakeun kabijaksanaan tina upaya Pamarentah Australia kanggo ngalindungan warga nagarana tina ancaman kakerasan. Pamarentah Australia terus nalingakeun nagara-nagara anu diutamakeunana dina bidang kaamanan. Sabab Travel Advisory ieu mangrupakeun usaha pamarentah kanggo ngalindungan warga nagarana tina ancaman kaamanan.

Aya oge tujuan panalitian ieu nyaeta kanggo milarian terang, ngabedahkeun, sareng ngajelaskeun kabijakan Indonesia dina mayunan kabijakan Travel Advisory Australia dina kapamimpinan Pamarentah Kevin Rudd anu ngadasarkeun tina kasangeman anu di jieun ku kadua nagara dina perjanjian lombok.

Kagunaan panalitian ieu, tina akademis diharepkeun tiasa nambah wawasan elmu hubungan internasional utamina nu ngajurus kana hubungan internasional jeung kerjasama internasional. Salajengna, dina praktekna diharepkeun tiasa nambah wawasan tina kabijakan ti hiji nagara.

Metode anu dianggo dina panalitian ieu nyaeta deskriptif analisis anu ditujukeun kanggo ngagambarkeun kabijaksanaan pamarentah Indonesia sareng naliti akibat tina kabijakan Travel Advisory anu dikaluarkeun ku Pamarentah Australia.

Hasil ti panalitian ieu nyaeta : Pamarentah Indonesia ngupayakeun Australia tiasa nyabut kabijakan Travel Advisory. Sajabana, janji pamarentah kanggo ngajamin kaamanan di Indonesia sareng ngajadikeun modal keur ngayakinkeun Pamarentah Australia Kanggo nyabut kabijakan Travel Advisoryna.

Kata Kunci : Kabijakan Indonesia, Travel Advisory

Page 8: Jbptunpaspp Gdl Cecepsaima 371 1 Nengpdf 2

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena

atas kemurahan dan kebesaran-Nya lah akhirnya penulisan skripsi yang berjudul :

KEBIJAKAN LUAR NEGERI INDONESIA DALAM

MENYIKAPI KEBIJAKAN TRAVEL ADVISORY AUSTRALIA

DI BAWAH PEMERINTAHAN KEVIN RUDD dapat diselesaikan

sesuai dengan waktu yang di tetapkan.

Penulis menyadari masih banyak kekutangan yang terdapat dalam penulisan

ini, maka dari itu tetap mengharapkan saran dan kritikan dari pihak- pihak yang

membacanya, bahkan bila perlu melakukan penelitian lanjutan dalam rangka

penyempurnaan skripsi ini.

Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada pihak-

pihak yang turut berjasa dalam penyelesaian skripsi ini, yang terhormat :

1. Bapak Prof. DR. HM Didi Turmudzi, M.Si, selaku Rektor Universitas

Pasundan Bandung.

2. Bapak Drs. Aswan Haryadi, M.Si, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial

dan Ilmu Politik Universitas Pasundan Bandung.

3. Bapak Dr. Thomas Bustomi Selaku Pembantu Dekan I Fakultas Ilmu

Sosial dan Ilmu Politik Universitas Pasundan Bandung.

4. Bapak Drs. Budiana M.Si, selaku Pembantu Dekan II Fakultas Ilmu

Sosial dan Ilmu Politik Universitas Pasundan Bandung.

5. Bapak Drs. Deden Ramdan, M.Si, selaku Pembantu Dekan III Fakultas

Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Pasundan Bandung.

6. Bapak Drs. Iwan Gunawan, M.Si, selaku ketua jurusan Hubungan

Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Pasundan

Bandung.

7. Bapak Drs. Ade Priangani, M.Si, selaku sekretaris jurusan Hubungan

Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Pasundan

Bandung.

8. Ibu Dra. Dewi Astuti, M.Si, selaku pembimbing dalam menyusun skripsi.

Page 9: Jbptunpaspp Gdl Cecepsaima 371 1 Nengpdf 2

9. Abah sareng Ema kaucap syukur anu saageung- ageungna dina sagala

kaayaan ngalirkeun do'a kanggo putra- putrina.

10. Terima kasih Neng…..☻ yang selalu bawel klo aku lagi males buat

ngerjain semuanya.

11. mulai dari dencis….kotek….pajar……air….teh hera…..a iwan……teh

yanti……pasagi……a ojos……n si cantik…….trus si abang

kecil…….nuhuuun…

12. Sahabatku Johan Mashuri & Wanti yang selalu ada dalam duka maupun

susahhe…... Isma*ijot*cahya*iki*ndah*noir dan smua- muanya nuhun

nya……….

Page 10: Jbptunpaspp Gdl Cecepsaima 371 1 Nengpdf 2

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Cecep Saiman

Tempat, Tanggal Lahir : Lembang, 06 Juni 1985

Alamat : Jl. Mama Adiwarta No. 07 Lembang

Nama Orang Tua : -Ayah : Saepudin

-Ibu : Sunarti

Alamat Orang Tua : Jl. Mama Adiwarta No. 07 Lembang

Jumlah Bersaudara : Anak Ke-4 dari 6 bersaudara

Riwayat Pendidikan : - SDN 1 Lembang

- SLTPN 2 Lembang

- SMU 8 Pasundan Bandung

- Universitas Pasundan Bandung

Page 11: Jbptunpaspp Gdl Cecepsaima 371 1 Nengpdf 2

DAFTAR ISI

ABSTRAK .............................................................................................................. i

DAFTAR ISI........................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................... 1

A. Latar Belakang Penelitian .......................................................... 1

B. Identifikasi Masalah ................................................................. 11

1. Pembatasan Masalah .............................................................. 12

2. Perumusan Masalah ............................................................... 12

C. Tujuan Dan Kegunaan Penelitian............................................. 12

1. Tujuan Penelitian ................................................................... 12

2. Kegunaan Penelitian............................................................... 13

D. Kerangka Teoritis Dan Hipotesis ............................................. 14

1. Kerangka Teoritis................................................................ 14

2. Kerangka Hipotesis ............................................................. 25

3. Operasionalisasi Variable dan Indikator ............................. 26

4. Skema Kerangka Teoritis.................................................... 28

E. Metode Dan Teknik Pengumpulan Data................................... 29

1. Tingkat Analisis .................................................................. 29

2. Metode Penelitian................................................................ 29

3. Teknik Pengumpulan Data.................................................. 30

F. Lokasi Dan Lama Penelitian..................................................... 30

1. Lokasi Penelitian................................................................. 30

2. Lama Penelitian................................................................... 31

G. Sistematika Penulisan............................................................... 33

BAB II KEBIJAKAN LUAR NEGERI PEMERINTAH

INDONESIA TERHADAP AUSTRALIA................................... 36

A. Kebijakan Politik Luar Negeri (PLN) Indonesia...................... 36

1. Dasar Hukum Politik Luar Negeri ...................................... 37

2. Arahan Kebijakan Politik Luar Negeri ............................... 39

3. Tujuan Politik Luar Negeri ................................................. 40

4. Sasaran Politik Luar Negeri ................................................ 41

5. Kebijakan Departemen Luar Negeri ................................... 44

Page 12: Jbptunpaspp Gdl Cecepsaima 371 1 Nengpdf 2

6. Program Departemen Luar Negeri ...................................... 46

B. Landasan Kerjasama Lombik Treaty Indonesia - Australia ..... 50

C. Optimalisasi Diplomasi Kebijakan Indonesia .......................... 53

D. Peningkatan Kerja Sama Internasional Pemerintah Indonesia. 55

E. Kebijakan Politik Luar Negeri (PLN) Australia....................... 62

1. Kebijakan Luar Negeri Australia ........................................ 62

2. Australia di Asia Pasifik ..................................................... 63

3. Australia di Luar Kawasan.................................................. 63

4. Kebijakan dalam Bidang Keamanan................................... 65

BAB III PEMERINTAHAN AUSTRALIA di BAWAH

KEPEMIMPINAN KEVIN RUDD ............................................. 67

A. Pemerintahan Australia di Bawah Kepemimpinan

Kevin Rudd ............................................................................. 67

B. Kebijakan Travel Advisory di Bawah Kepemimpinan

Kevin Rudd ............................................................................. 70

C. Hubungan Indonesia-Australia Pada Pemerintahan

Kevin Rudd ............................................................................. 72

1. Kepentingan Nasional ......................................................... 72

2. Middle Power atau Mezano dan Asia ................................. 73

BAB IV SIKAP PEMERINTAH INDONESIA DALAM

MENYIKAPI KEBIJAKAN TRAVEL ADVISORY OLEH

PEMERINTAHAN AUSTRALIA ............................................... 80

A. Implementasi Kebijakan Luar Negeri Indonesia Dalam

Menyikapi Kebijakan Travel Advisory Australia ................... 80

B. Perkembangan Hubungan Indonesia-Australia Dalam Bidang

Keamanan................................................................................ 85

1. Pertemuan Antar Kepala Pemerintah .................................. 85

2. Australia-Indonesia Ministerial Forum............................... 87

3. Indonesia-Australia Defence Strategic Dialog.................... 87

C. Sikap Antara Kedua Negara Dalam Menyikapi Kemungkinan

Munculnya Berbagai Konflik.................................................. 91

1. Ancaman Terorisme............................................................ 92

Page 13: Jbptunpaspp Gdl Cecepsaima 371 1 Nengpdf 2

2. Imigran Gelap...................................................................... 96

D. Analisis Strategis dan Kebijakan Pemerintah Indonesia........ 103

BAB V PENUTUP................................................................................... 107

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 110

Page 14: Jbptunpaspp Gdl Cecepsaima 371 1 Nengpdf 2

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Operasional Variabel dan Indikator ........................................................... i

Tabel 2 Jadwal Penelitian ........................................................................................ i

Page 15: Jbptunpaspp Gdl Cecepsaima 371 1 Nengpdf 2

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Studi Hubungan Internasional merupakan studi yang sangat kompleks,

karena studi ini mencakup banyak aspek yang terlibat di dalamnya. Studi

Hubungan Internasional dapat diartikan sebagai studi yang mempelajari segala

bentuk transaksi lintas batas baik secara politik, ekonomi, dan sosial. Hubungan

Internasional juga mempelajari hubungan diplomatis-strategis antar-negara dan

memiliki fokus pada isu-isu perang dan perdamaian, konflik dan kerjasama.

Hubungan Internasional juga disebut merupakan suatu studi yang mempelajari

interaksi berbagai aktor berbeda yang berpartisipasi dalam politik internasional,

termasuk negara, organisasi intenasional, organisasi non pemerintah, kesatuan

subnasional seperti birokrasi dan pemerintah lokal, serta individu. Itu adalah suatu

studi tentang kebiasaan aktor-aktor yang berpartisipasi baik secara individual

maupun bersama-sama dalam proses politik internasional.

Interaksi tidak hanya dilakukan antar-negara (state actor) saja melainkan

ada juga aktor-aktor lain yang juga memiliki peranan dalam hubungan

internasional. Aktor lain selain negara inilah yang dinamakan sebagai aktor non-

negara (non-state actors), misalnya multinational corporations (MNCs),

organisasi internasional, kelompok-kelompok teroris, serta liberation movement

(gerakan pembebasan) yang semuanya merupakan bagian dari politik dunia. Dan

perilaku aktor-aktor tersebut mengarah pada adanya konflik, kompetisi, kerjasama

dan integrasi.

Page 16: Jbptunpaspp Gdl Cecepsaima 371 1 Nengpdf 2

Kerjasama keamanan antara Indonesia dan Australia merupakan salah satu

bentuk interaksi yang menjadi kajian dalam Studi Hubungan Internasional.

Hubungan Indonesia-Australia berlangsung dengan baik, penuh pengertian dan

kerjasama sewaktu Australia dikuasai dan dipimpin oleh Partai Buruh pada tahun

1945-1949 dan tahun 1983-1996 dengan tokoh-tokohnya seperti Chifley dan

Keating. Semasa Chifley, dukungan Australia kepada perjuangan kemerdekaan

Indonersia begitu besar, sehingga Australia ditunjuk Indonesia duduk dalam

Komite Jasa-Jasa Baik (Good Offices Committee) PBB. Komite itu dibentuk

untuk mengakhiri penjajahan Belanda di Indonesia dan mengusahakan pengakuan

atas kemerdekaan Indonesia yang diproklamasikan pada 17 Agustus 1945.1

Indonesia dan Australia merupakan negara yang bertetangga dekat dan

berada pada kawasan Asia-Pasifik. Kondisi ini membuat hubungan kedua negara

semakin intens baik dalam kerjasama maupun konflik. Isu yang paling

berkembang di antara kedua negara ialah isu keamanan. Berdasarkan keadaan

goegrafis, maka kedua negara sering kali bersitegang tentang masalah keamanan.

Untuk mengatasi permasalahan tersebut maka dibutuhkan kesepahaman kedua

negara untuk membahasnya yang dituangkan dalam bentuk kerjasama keamanan

Indonesia dan Australia pada awal 2006 sepakat untuk membangun kerangka

kerjasama keamanan bersama di wilayah kedua negara.

Gagasan itu muncul pasca peristiwa 1999, dimana hubungan Indonesia-

Australia mengalami peristiwa pasang surut. Hubungan Jakarta-Canberra

beberapa kali sempat terganggu karena kasus campur tangna Australia di Timor

Timur tahun 1999. Terakhir, Indonesia untuk sementara menarik duta besarnya di

1http://hadiclipping.blogspot.com/2006/06/indonesia -australia-baasyir.htm diakses pada

26 Juli 2009

Page 17: Jbptunpaspp Gdl Cecepsaima 371 1 Nengpdf 2

canberra setelah pemerintah John Howard menerima 43 pencari suaka asal Papua

pada tahun 2006. Sebelumnya, Indonesia juga telah mencabut secara sepihak

perjanjian keamanan bersama setelah Australia ikut campur tangan dalam masalah

di Timor Timur (Putranto, 2006). Dalam kerangka kerjasama yang lebih bersifat

forum konsultasi pengamanan itu, Australia memfokuskan pola pengamanan pada

kedua belah pihak antara lain untuk mengatasi pencuria ikan di wilayah perairan

Indonesia-Australia.

Pasca sejumlah ketegangan yang mewarnai hubungan kedua negara,

penandatanganan kerangka kerjasama keamanan yang lebih dikenal dengan

Perjanjian Lombok (Lombok Treaty) pada 13 November 2006 antara Pemerintah

Indonesia dan Australia mencerminkan kematangan hubungan Indonesia-

Australia sebagai tetangga dekat.2 Hal ini juga akan menandai era baru dalam

hubungan kedua negara dimana berbagai permasalahan sensitif dan kompleks di

antara keduanya dapat dihadapi dengan suatu dasar yang lebih kuat dan tolak ukur

yang jelas dan kerjasama keamanan ini akan menjadi payung bagi berbagai bidang

kerjasama bilateral.

Pemilihan umum di australia pada 24 November 2007 lalu telah mengakhiri

masa kepemimpinan john Howard dari koalisi Partai Liberal dan Nasional. Hasil

pemilu telah menunjikan kemenangan mutlak Partai Buruh di bawah pimpinan

Kevin Rudd dengan perolehan 83 kursi dari 150 kursi parlemen yang

diperebutkan. Ironisnya, bagi Howard yang sering disebut oleh media masa dan

pengamat politik Australia sebagai deputi sheriff Amerika Serikat di Pasifik,

2

Perjanjian Lombok merupakan perjanjian Kerjasama Keamanan antara Indonesia-Australia yang dilakukan di Lombok, Nusa Tenggara Barat oleh Menlu RI Hassan Wirajuda dan Menlu Australia (saat itu) Alexander Downer.

Page 18: Jbptunpaspp Gdl Cecepsaima 371 1 Nengpdf 2

kursinya di parlemen yang telah didudukinya selama 33 tahun lepas dengan

kekalahannya di daerah pemilihan Sydney.

Kini Australia memasuki babak baru dengan pemerintahan yang dipimpin

oleh partai buruh, khususnya dalam hal kebijakan-kebijakan terutama politik.

Selain itu, sebagai tradisi dan kebijakn umum Partai Buruh yang menganut

pendekatan geografis yaitu mengutamakan hubungan baik dengan negara-negara

tetangga khususnya dan Asia pada umumnya, kemenangan Rudd akan

mempengaruhi hubungan Indonesia-Australia.

Dalam era Kevin Rudd, kebijakan pertahanan Australia berdiri di atas tiga

pilat sebagaimana disampaikannya ketika mengunjungi barak AD Lavarack di

Townsville beberapa hari sebelum pemilu bersama menteri pertahanan bayangan

Joel Fitzgibbon, yaitu aliansi dengan Amerika Serikat, kenggotaan negeri itu di

Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB), dan pelibatan komprehensif di kawasan Asia

Timur dan Asia Pasifik yang lebih luas. Ketiga pilar tersebut akan mendukung

pendekatan terhadap kebijakan keamanan Australia. Dari pernyataan Rudd di

depan parlemen pada 8 Agustus 2007, mungkin akan terjadi perbedaan dengan

pemerintahan sebelumnya saat melaksanakan kebijakan politiknya. Rudd lebih

memilih aliansi dengan AS berada dalam visi strategis Australia bukan alliansi

yang bersifat kepatuhan bentuknya bisa berupa pembagian informasi intelijen,

akses terhadap teknologi maju dan perlengkapan, dipadukan dengan latihan

militer yang meningkakan kemampuan keamanan Nasional Australia.

Setelah setahun lebih pemerintah Partai Baru berjalan, Perdana Menteri

Australia Kevin Rudd menganggap Indonesia merupakan negara yang penting

bagi Australia dalam menghadapi tantangan bersama di tingkat regional dan

Page 19: Jbptunpaspp Gdl Cecepsaima 371 1 Nengpdf 2

global serta signifikasi kerjasama bilateral bagi masa depan kedua bangsa. Rudd

menginginkan Indonesia semakin penting perannya sebagai mitra bagi Australia.

Kerjasama kedua negara juga akan ditingkatkan, termasuk ekonomi, kebudayaan

dan pendidikan. Peningkatan kerjasama kedua negara dimulai pada 2005, lewat

pernyataan bersama tentang kemitraan komprehensif Indonesia dan Australia.

Selain mengatur soal kerjasama ekonomi dan keamanan, kedua negara sepakat

memperkuat hubungan “people-to-people”, atau yang sering dikenal sebagai

“diplomasi total”.3

pemerintah Australia saat ini masih memberlakukan travel advisory kepada

sejumlah negara, termasuk Indonesia. Pencabutan travel advisory sangat

tergantung pada bagaimana negara itu melihat kondisi keamanan di daerah

tersebut. Sebab, travel advisory merupakan upaya pemerintah Australia untuk

melindungi warga negaranya dari ancaman kekerasan. Bahkan, pemerintah

Australia terus memantau negara-negara tersebut khususnya dalam bidang

keamanan. Sebab, travel advisory ini merupakan upaya pemerintah untuk

melindungi warga negaranya dari ancaman keamanan.

Dalam menerapkan kebijakan travel advisory, Pemerintah Australia selalu

memperbaharui isu-isu dan perkembangan yang terjadi di Indonesia seperti

masalah keamanan terutama terorisme. Pemerintah Australia memberikan

peringatan kepada warganya dalam melakukan perjalanan ke Indonesia terutama

Bali yang dianggap masih menjadi sasaran utama terorisme. Selain masalah

terorisme, Australia juga mengawasi tentang perkembangan Pemilihan Umum

2009 di Indonesia yang diwarnai dengan ancaman serangan teroris, demonstrasi

3http://nasional.vivanews.com/news/read/31917-australia_politik_ri_berjalan_dinamis

diakses pada 26 Juli 2009

Page 20: Jbptunpaspp Gdl Cecepsaima 371 1 Nengpdf 2

dan kampenye partai politik sehingga berpotensi menimbulkan konflik dan

pertikaian. Berkaitan dengan pernyataan World Health Organization (WHO)

mengenai berkembangnya virus flu burung di Indonesia dan juga rabies di Bali,

Pemerintah Australia juga mengingatkan kembali warganya apabila ingin

berkunjung ke Indonesia.4

Terorisme merupakan ancaman keamanan bagi dunia. Australia

menganggap Indonesia masih merupakan negara yang menjadi salah satu sasaran

utama terorisme terutama Bali. Dalam peringatan kepada warganya, Australia

menyatakan bahwa Indonesia masih berada dalam kategori resiko sangat tinggi

akan serangan teroris. Terutama setelah Pemerintah Indonesia memperingatkan

bahwa target teroris kemungkinan besar orang asing. Serangan teroris di Bali dan

Jakarta mengindikasikan bahwa daerah tersebut merupakan prioritas utama

serangan teroris. Peristiwa bom Bali tahun 2002 dan 2005 serta bom kuningan di

depan Kedutaan Besar Australia pada tahun 2004 telah menelan banyak korban

jiwa. Pasca eksekusi mati ketiga terpidana bom Bali 2002 pada tanggal 9

November 2008 telah menimbulkan resiko akan adanya serangan balasan

terorisme.5

Perkembangan politik, proses dan demonstrasi merupakan hal yang sering

terjadi di Indonesia. Putusan pengadilan yang tidak memuaskan, seperti adanya

perbedaan antara keputusan dengan pelaksanaannya terutama mengenai kasus

korupsi dan pemilihan kepala daerah (pilkada) ataupun pemilihan umum (pemilu)

4

http://www.smartraveller.gov.au/zw-cgi/view/advice/Indonesia, diakses 29 September 2009

5http://www.smartraveller.gov.au/zw-cgi/view/advice/Indonesia, diakses 29 September

2009

Page 21: Jbptunpaspp Gdl Cecepsaima 371 1 Nengpdf 2

dapat menjadi pemicu dan pendorong terjadinya aksi demonstrasi bahkan anarki.

Selain itu, gejolak keamanan di berbagai daerah juga menjadu pertimbangan

utama pemerintah Australia dalam kasus ini.

a. Aceh

Situasi keamanan diaceh mulai stabil setelah disepakati perjanjian

perdamaian antara pemerintah Indonesia dengan Gerakan Aceh Merdeka pada

Agustus 2005. Namun, pemerintah Australia menganggap bahwa situasi

keamanan di Aceh belum stabil sepenuhnya. Masih banyaknya terjadi kekerasan

di beberapa daerah di Aceh terutama tingkat kriminalitas semakin memperkuat

sikap Pemerintah Australia ini.

b. Sulawesi Tengah

Situasi keamanan di Sulawesi Tengah tidak menentu terutama di Palu, Poso

dan Tentena. Seringnya terjadi kasus pengeboman dan penembakan di daerah

tersebut telah membuat situasi keamanan semakin tidak kondusif. Bahkan

serangan yang sering terjadi terhadap bus antar kota dan antar provinsi di Poso

telah mengancam keselamatan warga sipil termasuk warga asing. Di daerah

tersebut yang menjadi sasaran bukan hanya fasilitas umum tetapi fasilitas ibadah

seperti gereja, mesjid dan lainnya sehingga berpotensi menimbulkan konflik antar

agama.

c. Kalimantan Timur

Di Kalimantan Timur, terutama di bagian utara terdapat ancaman akan

adanya bahaya penculikan untuk memperoleh tebusan yang dilakukan oleh

kelompok anti-pemerintah, penjahat dan teroris yang beroperasi di Filipina

Selatan.

Page 22: Jbptunpaspp Gdl Cecepsaima 371 1 Nengpdf 2

d. Maluku

Provinsi Maluku (khususnya Ambon) merupakan daerah yang masih sering

terjadi tindak kekerasan dan serangan bom sehingga belum adanya jaminan

keamanan yang pasti.

e. Papua dan Papua Barat

Ketegangan politik yang terjadi di daerah ini terkait dengan kelompok anti-

pemerintah dan ketegangan antar-etnis dapat mengakibatkan kekerasan.

f. Nusa Tenggara Timur

Situasi keamanan di daerah dekat perbatasan dengan Timor Timur masih

belum stabil, dimana insiden keamanan terus terjadi dan memiliki potensi untuk

menimbulkan konflik lokal.

Kriminalitas merupakan hal yang sering terjadi ditandai dengan tindak

kejahatan dan pencurian yang semakin meningkat bahkan kekerasan juga

mungkin terjadi. Pencurian dengan menggunakan sepeda motor seperti

perampasan tas dari pejalan kaki, pencurian pada saat mobil berhenti di lampu lalu

lintas dan perampokan dengan cara menusuk ban kendaraan merupakan

kejahatan-kejahatan yang sering terjadi.

Selain itu, berbagai tindak kriminalitas lainnya yang diperingatkan oleh

Pemerintah Australia kepada warganya seperti penipuan terhadap kartu kredit dan

ATM, transportasi umum yang ramai rawan akan pencurian, kasus pencurian dan

perampokan yang dilakukan oleh sopir taksi juga menjadi perhatian dari

Pemerintah Australia.

Transportasi umum, termasuk bis, kereta api dan kapal feri merupakan

sarana transportasi yang menurut Pemerintah Australia kurang terpelihara dan

Page 23: Jbptunpaspp Gdl Cecepsaima 371 1 Nengpdf 2

memiliki peralatan keselamatan yang terbatas. Kecelakaan kapal feri yang terjadi

beberapa tahun terakhir telah menimbulkan korban jiwa yang cukup banyak

terutama pada musim hujan yang meningkatkan resiko perjalanan laut.

Pemeruntah Australia juga mengingatkan warganya jika mau melakukan

perjalanan udara terkait seringnya kasus kecelakaan pesawat udara terjadi di

Indonesia terutama adanya larangan terbang maskapai Indonesia terbang di

wilayah Eropa sehungga menjadi perhatian Pemerintah Australia juga.

Indonesia merupakan negara yang berada pada kawasan tropis dan memiliki

posisi strategis yaitu berada pada posisi silang antara Benua Asia-Australia dan

Samudra Hindia-Pasifik. Berbagai daerah di Indonesia merupakan titik rawan

bencana, terutama bencana gempa bumi, tsunami, banjir, dan letusan gunung

merapi. Wilayah Indonesia dikepung oleh lempeng Eurasia, Lempeng Indo-

Australia, dan lempeng Pasifik. Sewaktu-waktu lempeng ini akan bergeser patah

menimbulkan gempa bumi. Selanjutnya jika terjadi tumbukan antar lempeng

tektonik dapat menghasilkan tsunami, seperti yang terjadi di Aceh dan Sumatra

Utara, catatan dari Direktorat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi

(DVMBG) Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral menunjukan bahwa ada

28 wilayah di Indonesia yang dinyatakan rawan gempa dan tsunami. Diantaranya

Aceh, Sumatra Utara, Sumatra Barat, Bengkulu, Lampung, Banten, Jawa Tengah

dan Yogyakarta bagian selatan, Jawa Timur bagian selatan, Maluku Utara,

Maluku Selatan, Biak, Yapen dan Fak-fak di Papua serta Balik Papan di

Kalimantan Timur. Selain dikepung tiga lempeng pasifik dengan lempeng Indo-

Australia, lempeng Eurasia, Lempeng Amerika Utara dan lempeng Nazca yang

bertabrakan dengan lempeng Amerika Selatan. Ia membentang dari mulai pantai

Page 24: Jbptunpaspp Gdl Cecepsaima 371 1 Nengpdf 2

barat Amerika Selatan, berlanjut ke pantai barat Amerika Utara, melingkar ke

Kanada, Semenanjung Kamsatschka, Jepang, Indonesia, Selandia Baru dan

kepulauan di Pasifik Selatan. Indonesia memiliki gunung berapi dengan jumlah

kurang lebih 240 buah, di mana hampir 70 di antaranya masih aktif. Zona

kegempaan dan gununga api aktif Sirkum Pasifik amat terkenal, karena setiap

gempa hebat atau tsunami dahsyat di kawasan itu, dipastikan menelan korban jiwa

manusia yang sangat banyak.6

Dalam situs resminya, Pemerintah Australia memberikan peringatan akan

perkembangan isu kesehatan kepada waganya yang akan berpergian ke Indonesia.

Pemerintah Australia menyarankan warganya agar memiliki asuransi kesehatan

yang lengkap dan memeriksakan kesehatannya sebelum berangkat ke Indonesia.

Rendahnya standar fasilitas kesehatan di Indonesia termasuk fasilitas darurat serta

kualitas pelayanan medis yang lebih mementingkan konfirmasi pembayaran

terlebih dahulu dibandingkan pelayanan kesehatan telah membuat buruk cittra

dunia medis Indonesia.7

Berkembangnya berbagai macam wabah penyakit di Indonesia juga menjadi

perhatian Pemerintah Australia. Penyakit-penyakit yang berkembang di Indonesia

diantaranya penyakit malaria, demam berdarah, kolera, hepatitis, campak,

penyakit tipus dan TBC di mana penyakit-penyakit ini bersifat menular baik

melalui air, parasit dan udara. Selain itu wabah penyakit chikungunya juga

berkembang terutama di daerah pedesaan pertanian. Penyakit lain (termasuk

6

http://pdat.co.id/hg/political_pdat/2006/06/19/pol,20060619-01,id.html, diakses 30 September 2009

7http://www.smartraveller.gov.au/zw-cgi/view/advice/Indonesia, diakses pada 30

September 2009

Page 25: Jbptunpaspp Gdl Cecepsaima 371 1 Nengpdf 2

HIV/AIDS, polio dan penyakit anjing gila) adalah penyakit yang berbahaya

terutama penyakit rabies yang baru-baru ini menyerang anjing-anjing yang ada di

Bali.

Flu burung adalah penyakit yang perlu di perhatikan secara serius. Kasus flu

burung atau Avian Influenza (AI) telah menyebabkan banyak kasus kematian di

Indonesia. World Health Organization (WHO) telah menyatakan bahwa terjadi

kematian manusia akibat flu burung di Indonesia termasuk Bali. Pada bulan

September 2005, Pemerintah Australia memutuskan sebagai tindakan pencegahan

untuk mengirim pasokan obat anti virus oseltamivir (tamiflu) dan masker

pelindung wajah pada stafnya di Indonesia. Tamiflu yang akan digunakan

terutama untuk melindungi staf konsuler dan memberikan bantuan penting lainnya

dari wabah flu burung di antara manusia.8

Dengan alasan-alasan di atas, maka peneliti tertarik untuk lebih jauh

mengkaji permasalahan ini, dan selanjutnya membahasnya dalam sebuah

penelitian dengan judul :

“KEBIJAKAN LUAR NEGERI INDONESIA DALAM MENYIKAPI

KEBIJAKAN TRAVEL ADVISORY AUSTRALIA DI BAWAH

PEMERINTAHAN KEVIN RUUD”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian diatas dan untuk memudahkan dalam menganalisa

masalah, maka penulis mencoba mengidentifikasikan masalahnya dalam bentuk

pertanyaan sebagai berikut:

8http://www.smartraveller.gov.au/zw-cgi/view/advice/Indonesia, diakses pada 3 Oktober

2009

Page 26: Jbptunpaspp Gdl Cecepsaima 371 1 Nengpdf 2

a. Bagaimana Kebijakan Luar Negeri Indonesia dalam menyikapi kebijakan

trevel advisory Australia?

b. Bagaimana perkembangan hubungan Indonesia-Australia terhadap tingkat

sensitifitas keamanan?

c. Bagaimana sikap antara kedua negara dalam menyikapi kemungkinan

munculnya berbagai konflik?

d. Bagaimana upaya Indonesia dalam menyikapi kebijakan Australia

terhadap masalah pemerintahan Kevin Rudd?

1. Pembatasan Masalah

Mengingat cukup luasnya permasalahan yang akan diteliti, maka penulis

membatasi masalah dengan menitikberatkan pada kebijakan luar negeri yang

sudah disepakati kedua belah pihak dalam kebijakan “trevel advisory” yang

diterapkan Australia di bawah pemerintahan Kevin Ridd tahun 2007-2009

terhadap Indonesia belum dicabut.

2. Perumusan Masalah

Mengacu kepada penjelasan dari identifikasi masalah dan pembatasan

masalah diatas, maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut :

“Bagaimana strategi dan kebijakan Pemerintah Indonesia dalam menyikapi

kebijakan travel advisory dari Australia di bawah pemerintahan Kevin Rudd”

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Adapun maksud dan tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:

Page 27: Jbptunpaspp Gdl Cecepsaima 371 1 Nengpdf 2

a. Mengetahui bentuk kerjasama keamanan antara Indonesia dan Australia

pasca kemenangan Partai Buruh terkait dengan kebijakan travel advisory

dari Australia.

b. Menganalisis strategi dan kebijakan yang dikeluarkan oleh Pemerintah

Indonesia dalam upaya meyakinkan Pemerintah Australia agar mencabut

kebijakan travel advisory ke Indonesia sehingga kerjasama keamanan

kedua negara yang sudah disepakati dapat berjalan dengan baik.

c. Mengaplikasikan ilmu yang telah diperoleh aelama proses studi di Jurusan

Hubungan Internasional FISIP UNPAS

2. Kegunaan Penelitian

Penulisan penelitian ini sebagai hasil dari suatu penelitian yang diharapkan

dapat memberikan kegunaan dan manfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan

baik secara teoritis maupun praktis. Kegunaan penelitian ini adalah:

a. Ditujukan sebagai salah satu syarat dalam menempuh ujian Sarjana

Program Strata Satu Jurusan Ilmu Hubungan Internasional.

b. Untuk menambah pengetahuan serta wawasan penulis menyangkut

permasalahan yang sedang diteliti.

c. Hasil penelitian diharapkan mampu memberikan sumbangan informasi

bagi perbendaharaan ilmu pengetahuan dan kepustakaan, terutama yang

berhubungan dengan konteks Hubungan Internasional.

d. Dengan hasil penelitian ini, maka diharapkan dapat memberikan manfaat

bagi para penstudi lain yang sekiranya ingin melakukan penelitian yang

berkenaan dengan permasalahan ekonomi internasional.

Page 28: Jbptunpaspp Gdl Cecepsaima 371 1 Nengpdf 2

D. Kerangka Teoritis dan Hipotesis

1. Kerangka Teoritis

Untuk mempermudah proses penelitian ini diperlukan adanya landasan

berpijak untuk memperkuat analisa. Dan sebelum mengemukakan konsep-konsep

yang akan membahas pokok-pokok pikiran yang sesuai dengan tema penelitian

ilmiah ini, adalah suatu keharusan didalam suatu penelitian untuk menggunakan

pendekatan ilmiah kerangka pikiran konseptual dalam mengarahkan penelitian

yang dimaksud.

Kerangka berfikir ini bertujuan untuk membantu memahami dan

menganalisa permasalahan. Dan dengan ditopang oleh pendapat para pakar yang

berkompeten dalam penelitian ini. Oleh karena itu peneliti akan menggunakan

teori-teori yang berhubungan dengan permasalahan yang akan diteliti sebagai

sarana dalam membentuk pengertian dan menjadikannya pedoman dalam objek

penelitian.

Perkembangan studi Hubungan Internasional mengalami kemajuan yang

pesat, terutama setelah masa perang dunia kedua, karena merupakan salah satu

disiplin ilmu yang cukup penting dalam kajian strategis ilmu pengetahuan. Studi

Hubungan Internasional secara luas adalah studi tentang segala macam aktifitas

politik (perjuangan banyaknya nilai-nilai untuk mencapai titik maksimal;

pengaruh dan kekuasaan) yang independen antar anggota masyarakat

internasional, yang dilakukan oleh pemerintah Negara maupun individu, sebagai

warga negaranya.

Hubungan yang terjadi dalam masyarakat merupakan bentuk perwujudan

dari berlangsungnya interaksi itu sendiri merupakan kunci dari semua kehidupan

Page 29: Jbptunpaspp Gdl Cecepsaima 371 1 Nengpdf 2

sosial antar individu, dimana interaksi itu sendiri merupakan kunci dari semua

kehidupan sosial karena tanpa interaksi sosial, tidak mungkin ada kehidupan

bersama.

Setiap Negara pada hakekatnya memiliki tujuan dan sasaran tertentu, hal ini

terlihat pada hubungan yang mencakup seluruh bentuk interaksi antar Negara, satu

dengan lainnya. Secara konseptual K.J Holsti mengemukakan bahwa

”Hubungan Internasional adalah semua bentuk interaksi antara anggota

masyarakat bangsa-bangsa yang berbeda, baik dengan atau tanpa

pemerintah masing-masing Hubungan Internasional mencakup suatu analisa

terhadap politik internasional atau proses politik antar bangsa, menyangkut

segala hubungan itu”.

Dipertegas oleh Charles A. Mc Clelland, dalam bukunya berjudul ilmu

hubungan internasional: Teori dan Sistem, yakni:

Hubungan Internasional sebagai studi tentang interaksi antara jenis-jenis kesatuan sosial, ekonomi, budaya, dan interaksi lainnya di antara aktor-aktor negara dan aktor non-negara. Hubungan Internasional didefinisikan sebagai studi tentang interaksi antar beberapa aktor yang berpartisipasi dalam Politik Internasional dan penggunaan Politik Luar Negeri dalam pencapaian kepentingan suatu Negara.

Konsep kepentingan nasional sangat penting untuk menjelaskan dan

memahami perilaku internasional. Konsep kepentingan nasional merupakan dasar

untuk menjelaskan perilaku luar negeri suatu negara, kepentingan nasional juga

dapat dijelaskan sebagai tujuan fundamental dan faktor penentu akhir yang

mengarahkan para pembuat keputusan dari suatu negara dalam merumuskan

kebijakan luar negerinya. Kepentingan nasional bagi kedua negara dalam

penelitian ini adalah pelaksanaan kerjasama keamanan. Namun, dalam upaya

pencapaian kepentingan ini seringkali terjadi bentrok dengan kepentingan

Page 30: Jbptunpaspp Gdl Cecepsaima 371 1 Nengpdf 2

nasional yang lain dari negara-negara tersebut sebagai contoh kepentingan

nasional Australia dalam menjamin keselamatan warga Australia dari ancaman

terorisme dalam berkunjung ke Indonesia. Dari sinilah maka Australia

mengeluarkan kebijakan luar negeri tervel advisory bagi warganya untuk

berkunjung ke Indonesia.

Kebijakan luar negeri terdiri dari dua kata yang masing-masing mempunyai

arti kata yang berbeda yaitu kebijakan dan luar negeri, kebijakan atau plan of

action menurut Howard H. Lentner dalam Foreign Policy Analysis: A

comparative and conceptual approach adalah: “A form of action wich involves

(1) selection of objectives, (2) mobilization of means for achieving those

objectives, and (3) implementation or the actual expenditure of efforts and

resources in pursuit of the selected objectives”9

Dalam proses pembuatan kebijakan melibatkan banyak pihak dan organisasi

yang berbeda, mesalnya organisasi masyarakat (ormas), organisasi politik, LSM,

kelompok pengusaha, serikat pekerja, elit politik dll, atau yang oleh David Easton

disebut penguasa yakni:

Orang-orang yang terlibatdalam masalah sehari-hari dalam suatu sistem politik, diakui oleh sebagian terbesar anggota sistem poltik, mempunyai tanggung jawab untuk masalah-masalah ini, dan mengambil tindakan-tindakan yang siterima secara mengikat dalam waktu yang panjang oleh sebagian besar anggita sistem politik selama mereka bertindak dalam batas-batas peran yang diharapkan10

9

Howard H. Lentner, Foreign Policy Analysis: A comparative and conceptual approach(ohio: Charles E. Merril publishing Company, 1974), hlm 3.

10 Budi winarto: teori dan poses kebijakan publik ( Yogyakarta: Mediapresindo, 2002)

hlm 18

Page 31: Jbptunpaspp Gdl Cecepsaima 371 1 Nengpdf 2

Sementara luar negeri atau foreign masih menurut Lentner adalah “The

spesific definition of foregn depend on the viewpoint of any particular

country and refers to all that is outside of that country”11

Sehingga kebijakan luar negeri atau foreign policy menurut Joshua S.

Goldstein yaitu “the strategis used by government to guide their action in the

international arena”.12

International arena si sini adalah pusaran politik

internasional, dalam pusaran tersebut terdapat dua aktor besar yakni aktor negara

dan non-negara.

Dalam proses pembuatan sebuah kebijakan luar negeri suatu negara,

tanggung jawabnya dipegang oleh organisasi pemerintahan yang si dalamnya

terdapat eksekutif, legislatif, dan agen khusus terkait juga organisasi non-

pemerintah seperti partai politik, kelompok kepentingan,media dan opini publik.

Sebuah negara dalam melaksanakan kebijakan luar negeri harus ditunjang

oleh beberapa faktor yang keberadaanya dapat menjadi nilai tawar negara

bersangkutan si arena internasional, Macridis menulisbeberapa faktor tersebut

sbb:

a. The relatively permanent material element:1). Geography2). Natural Resources:

(a). Mineral(b). Food production(c). Energy and power

b. Less permanent material element:1). Industrial establishment2). Military establishment3). Changes in industrial and military capacity

c. The Human Element: Quantitative and qualitative:1). Quantitative – population2). Qualitative:

11

Lentner. Op. Cit. hal 4-512

Joshua S. Goldstein,-3rd ed, international relation, (Newyork: Longman, 1952), hlm 147

Page 32: Jbptunpaspp Gdl Cecepsaima 371 1 Nengpdf 2

(a). Policy makers and leaders(b). The role of ideology

(c). The role of information.13

Setelah menyadari secara objektif akan faktor-faktor tersebut kemudian para

pembuat kebijakan membuat kebijakan dengan model yang sesuai, salah satu

model kebijakan yang sering digunakan adalah Model Rasional artinya para

pembuat kebijakan membuat kalkulasi atau biaya yang dikeluarkan dan

keuntungan yang akan didapat dari sebuah kebijakan, tentunya pilihan rasional

dan ekonomis adalah keuntungan yang tinggi dan biaya yang rendah.

Dalam hal kepada siapa kebijakan luar negeri itu ditujukan terdapat

perbedaan pendapat antara para akademisi HI, Sir Ernest Satow's misalnya

dalam guide to diplomatic practice sebuah buku yang untuk beberapa tahun telah

menjadi ketab suci bagi para diplomat inggris menulis “Is the application of

intelligence and tact to the conduct of official relation beetwen the

government of independent state”.14

Sementara Brian White mempunyai pandangan yang lebih luas, bahwa

kebijakan luar negeri tidak hanya ditujukan kepada aktor negara tapi juga aktor

bukan negara seperti yang dituliskan berikut “Area of government activity

which is concerned with relationship between the state and other actors,

particularly other state in the international system”15

13

Ibid, hlm 1-2, lih juga Sufri Yusuf, Hubungan Internasional dan Politik Luar Negeri “Sebuah analisis teoritis dan uraian tentang pelaksanaannya” (Jakarta: Pusaka Sinar Harapan, 1989), hlm. 113.

14Sir Ernest Satow, Guide to Diplomatic Practice, dalam Palmer & Perkins,

International Relation, (Calcuta: Scientific Book Agency, 1976), hlm. 8415

Brian White, Analyzing Foreign Policy: Problem and Approaches, dalam Understanding Foreign policy: The Foreign Policy System Approach, (London: Edward Elgar Published Limited, 1989), hlm. 1

Page 33: Jbptunpaspp Gdl Cecepsaima 371 1 Nengpdf 2

Kebijakan luar negeri diaktualisasikan dengan proses diplomasi oleh para

diplomat sebagai eksekutor kebijakan luar negeri, tugas utama diplomat adalah:

“1). Representation, 2). Negotiation, 3). Reporting, 4). The protection of the

interests of its citizens in foreign lan”16

Implementasi kebijakan luar negeri berlangsung melalui diplomasi yang

dilakukan oleh para diplomat, kebijakan yang ditetapkan begara dalam waktu

tertentu terhadap isu tertentu, pada akhirnya harus dievaluasi sesuai dengan

mekanisme yang diatur konstitusi sebagai tolak ukur berhasil tidaknya sebuah

kebijakan luar negeri.

Kebijakan luar negeri lazimnya dilakukan oleh sebuah negara merdeka,

artinya sebuah wilayah yang diakui secara hukum internasional, dan juga oleh

begara lain sehingga mampu melakukan hubungan diplomasi dengan begara lain.

Dalam melaksanakan kebijakan luar negeri diperlukan perangkat hukum

yang dapat menjadi patung, agar sebuah kebijakan lebih terarah dan terpadu, bagi

pelaku hubungan luar negeri diantaranya pemerintah pusat, pemerintah daerah,

NGO, MNCs, dan individu. Di Indonesia pada era pasca orde baru pemerintah

telah mengeluarkan UU. No. 37 Yahun 2000 tentang Hubungan Luar Negeri dan

UU. No. 24 Tahun 2000 tentang Perjanjian Internasional.

Pemerintah sesuai undang-undang menetapkan satu pintu kebijakan luar

negeri sebagai saluran resmi yaitu Departemen Luar Negeri. Kebijakan bukan

berarti sebagai upaya sentralisasi hubungan luar negeri tetapi posisi DEPLU

hanya menjadi jembatan yang menghubungkan domestik dan internasional, juga

mempertimbangkan semua hubungan luar negeri yang dilakukan oleh warga

16

Palmer & Perkins, op. cit. hlm. 85

Page 34: Jbptunpaspp Gdl Cecepsaima 371 1 Nengpdf 2

negara, untuk memastikan semua kerjasama hubungan luar negeri yang dibangun

oleh aktor domestik dapat berjalan sesuai undang-undang.

Konsep ini diperlukan dalam penelitian karena merupakan komitmen dalam

menentukan keterlibatan suatu negara di dalam isu-isu internasional atau

lingkungan sekitarnya seperti Indonesia dan Australia. Adapun pengertian dari

politik luar negeri adalah seperangkat pedoman dalam mempertahankan,

mengamankan, dan memajukan kepentingan nasional sehingga dapat dipilih

tindakan tepat yang ditunjukan ke luar wilayah suatu negara. Kebijakan luar

negeri travel advisory ini ditujukan oleh Australia ke negara-negara yang

dianggap Australia memiliki potensi ancaman serangan terorisme termasuk

Indonesia. Bagi Indonesia, kebijakan Australia ini akan diterima oleh para

pembuat keputusan untuk dianalisis dan memberikan respon terhadap kebijakan

Australia tersebut.

Politik luar negeri Indonesia yang bebas aktif selama ini tidak mengalami

perubahan yang mendasar sejak dicetuskannya di Yogyakarta pada 2 dan 16

September 1948 oleh Mohammad Hatta sebagai perdana menteri dihadapan

komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP).

Bebas aktif ini mengacu pada UUD 45 alinea I dan alinea IV yakni Alinea I

menyatakan bahwa .… kemerdekaan ialah hak segala bangsa dan oleh sebab itu

maka penjajahan di atas dunia harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan peri

kemanusiaan dan peri keadilan. Selanjutnya pada alinea IV dinyatakan bahwa ….

dan ikut melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan, perdamaian

abadi dan keadilan sosial …..Dari dua kutipan di atas, jelaslah bahwa politik luar

negeri RI mempunyai landasan atau dasar hukum yang sangat kuat, karena diatur

Page 35: Jbptunpaspp Gdl Cecepsaima 371 1 Nengpdf 2

di dalam Pembukaan UUD 1945. Selain dalam pembukaan terdapat juga dalam

beberapa pasal contohnya pasal 11 ayat 1, 2,3; pasal 13 ayat 1,2,3 dan lain-lain.

Pasal 11

(1) Presiden dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat menyatakan perang,

membuat perdamaian dan perjanjian dengan negara lain.

(2) Presiden dalam membuat perjanjian internasional lainnya yang menimbulkan

akibat yang luas dan mendasar bagi kehidupan rakyat yang terkait dengan

beban keuangan negara, dan/atau mengharuskan perubahan atau pembentukan

undang-undang harus dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat.

(3) Ketentuan lebih lanjut tentang perjanjian internasional diatur dengan undang-

undang.

Pasal 13

(1) Presiden mengangkat duta dan konsul.

(2) Dalam mengangkat duta, Presiden memperhatikan pertimbangan Dewan

Perwakilan Rakyat.

(3) Presiden menerima penempatan duta negara lain dengan memperhatikan

pertimbangan Dewan Perwakilan Rakyat.

Walaupun demikian Mochtar Kusumaatmaja merumuskan bebas aktif sebagai

berikut :

Bebas : dalam pengertian bahwa Indonesia tidak memihak pada kekuatan-kekuatan yang pada dasarnya tidak sesuai dengan kepribadian bangsa sebagaimana dicerminkan dalam Pancasila. Aktif : berarti bahwa di dalam menjalankan kebijaksanaan luar negerinya, Indonesia tidak bersifat pasif-

reaktif atas kejadiankejadian internasionalnya, melainkan bersifat aktif .17

17

http://id.wordpress.com/tag/arsip-blog/ diakses pada tanggal 8 September 2009

Page 36: Jbptunpaspp Gdl Cecepsaima 371 1 Nengpdf 2

Dan ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) No. IV/MPR/1999

tentang Garis Garis Besar Haluan Negara (GBHN) yang mengatur tantang arah

politik yang bebas aktif dan orientasi kepentingan nasional, solidaritas negara

berkembang mendukung kemerdekaan bangsa, menolak segala bentuk penjajahan,

kemandirian bangsa dan kerja sama internasional bagi kesejahteraan rakyat.

Dalam Hubungan Internasional kontenporer dengan berakhirnya perang

dingan, pandangan realis yang state centris srmakin tidak popular lagi, hal ini

ditandai dengan munculnya fenomena abu abu (Gray Phenomena) yang

menempatkan non state actors dan state actor secara seimbang dalam politik

internasional. Dengan alasan ini penelitian akan lebih menggunakan perspektif

pluralism, dalam proses pembuatan dan pelaksanaan kebijakan luar negeri sebagai

objek kajian dari penelitian ini.

Paradigma pluralis menempatkan negara bukan lagi sebagai aktor pertama

dan utama lagi dalam hubungan antar bangsa dan pengambilam keputusan luar

negeri tertunya, karena keterlibatan individu dan kelompok juga harus

diperhitungkan dalam era demokrasi ini.

Aktor-aktor hubungan internasional dalam sebuah sistem internasional akan

melakukan interaksi internasional. Lentner memfokuskan interaksi para aktor

hubungan internasional sebagai berikut:

Konflik; merupakan keadaan yang ditandai dengan kondisi zero sum game di mana jika satu pihak memperoleh kemenangan maka pihak yang lain akan mengalami kegagalan.

Kompetisi; keadaan di mana tidak terdapt zero sum game melainkan keuntungan yang diperoleh tidak seimbang.

Kerjasama; keadaan di mana negara-negara yang berinteraksi mengikuti kebijakan yang sama untuk mencapai kepentinagan

bersama.18

18

Lentner, Foreign Policy Analysis: A Comparative and Conceptual Approach, hlm 86-97

Page 37: Jbptunpaspp Gdl Cecepsaima 371 1 Nengpdf 2

Interaksi dalam hal ini tindakan yang seragam dan perbedaan yang ada

terjalin seemikian rupa sehingga keputusan yang dihasilkan adalah keputusan

yang harus dijalankan bersama.

Bentuk-bentuk interaksi berdasarkan banyaknya pihak yang melakukan

hubungan, antara lain dibedakan menjadi hubungan bilateral, trilateral, regional,

dan multilateral/internasional. Adapun yang dimaksud dengan hubungan bilateral

adalah keadaan yang menggambarkan adanya hubungan saling mempengaruhi

atau terjadinya hubungan timbal balik antara dua pihak. Pola-pola yang terbentuk

dari poroses interaksi, dilihat dari kecenderungan sikap dan tujuan pihak-pihak

yang melakukan hubungan timbal balik tersebut.

Rangkaian pola hubungan aksi reaksi ini meliputi proses sebagai berikut:

1. Rangsangan atau kebijakan aktual dari negara yang memprakarsai.

2. Persepsi dari rangsangan tersebut oleh pembuat keputusan di negara penerima.

3. Respon atau aksi balik dari nrgara penerima.

4. Persepsi atau respon oleh pembuat keputusan dari negara pemrakarsa.

Kerjasama merupakan salah satu bentuk interaksi dalam hubungan

internasional yang paling sering dilakukan. Kerjasama dilakukan ketika ada dua

pihak atau lebih yang menghadapi suatu isu yang menjadi masalah bersama dan

pihak-pihak tersebut memiliki kepentingan tersendiri atau bersama berkaitan

dengan isu tersebut. Hal ini sejalan dengan definisi kerjasama yang dikemukakan

oleh Heywood yaitu “kegiatan yang dilakukan besama untuk mencapai

tujuan bersama melalui tindakan bersama” .19

19

A. Heywood Politics.2nd ed. hlm 4.

Page 38: Jbptunpaspp Gdl Cecepsaima 371 1 Nengpdf 2

Kerjasama internasional adalah bentuk interaksi yang dilakukan antara

negara-negara ataupun melibatkan aktor non-negara yang menyadari kesaling

tergantungan yang mengelilingi mereka. Kerjasama internasional adalah alat bagi

aktor-aktor hubungan internasional yang fungsinya memfasilitasi dan melayani

berbagai macam kegiatan yang tak ada batasnya. Kerjasama ini meliputi bebagai

macam bidang seperti politik, keamanan, ekonomi, budaya dan sebagainya. Holsti

memberikan beberapa alasan mengapa negara-negara melakukan kerjasama

internasional yakni(Holsti, 1995:362):

Untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi, melalui kerjasama negara-negara dapat memotong ongkos produksi untuk memenuhhi kebutuhan mereka dan rakyatnya meskipun +negara-negara tersebut mengalami keterbatasan baik dalam segi sumber daya alam maupun manusia.

Untuk meningkatkan efisiensi, seperti pengurangan biaya dan ongkos. Karena adanya masalah-masalah yang mengancam keamanan

bersama. Untuk mengurangi atau menghilangkan image negatif yang selama ini

menjadi alasan bagi negara lain memandang negara tersebut.20

Dikarenakan faktor interdependensi maka negara akan selalu terkena

pengaruh oleh semua tindakan yang dilakukan oleh aktor-aktor hubungan

internasional lainnya dan kerjasama adalah salah satu bentuk respon terhadap

dinamika yang ditimbulkan oleh aktor-aktor hubungan internasional tersebut.

Interaksi melalui kionflik dan kerjasama dapat terjadi terntu disebabkan

dengan adanya sifat saling membutuhkan yang dialami oleh setiap aktor

internasional. Kondisi ini muncul akibat dari adanya kepentingan nasional suatu

negara sehingga dalam penerapan kebijakan luar negerinya terhadap negara lain

dapat terjadi interaksi internasinal.

20

K. j. Holsti. International Politics: A Framework For Analysis. Hlm 362.

Page 39: Jbptunpaspp Gdl Cecepsaima 371 1 Nengpdf 2

Formulasi dari pola aksi-reaksi ini memberi kesan bahwa rangkaian aksi dan

reaksi selalu tertutup atau berbentuk simetris. Di dalam proses ini terdapat suatu

hubungan timbal balik (resiprokal).

Berdasarkan kerangka teoritis diatas, maka penulis memaparkan beberapa

asumsi, sebagai berikut:

1. Kerjasama keamanan antara Indonesia dan Australia ditengarai sebagai

tolak ukur awal kerjasama yang komprehensif di antara kedua belak pihak.

2. Indonesia-Australia merupakan dua negara besar yang secara geografis

berdekatan sehingga munculnya potensi akan terjadinya konflik cukup

besar.

3. Indonesia-Australia merupakan dua negara yang terlatak di kawasan Asia

Pasifik dimana keduanya sedang berusaha meningkatkan kekuatan dan

pengaruhnya di kawasan tersebut.

4. Peneliti juga tertarik bagaimana kerjasama keamanan Indonesia-Australia

dapat berjalan dengan sukses di tengah banyaknya permasalahan-

permasalahan yang ada di antara kedua negara seperti masalah perikanan,

travel advisory, para pencari suaka dan Sumber Daya Alam.

2. Kerangka Hipotesis

Hipotesis merupakan dugaan atau jawaban sementara terhadap

permasalahan yang telah dirumuskan.21

Berdasarkan kepada konsep yang telah

diuraikan diatas penulis menarik suatu hipotesis sebagai berikut:

“kebijakan Pemerintah Indonesia dalam menyikapi kebijakan travel

advisory dengan strategi optimalisasi diplomasi dan peningkatan kerjasama

21 Oman Heryaman (Ed.), Panduan Penyusunan Skripsi, (Bandung: Jurusan Ilmu

Hubungan Internasional FISIP UNPAS, 2008), hlm. 35.

Page 40: Jbptunpaspp Gdl Cecepsaima 371 1 Nengpdf 2

internasional maka Pemerintahan Kevin Rudd melaksanakan kebijakan

pendekatan diplomatis”

3. Operasional Variabel dan Indikator

Dalam mempermudah pengoperasian Variabel maka dibentuk tabel

operasional Variabel dan indikator sebagai berikut:

Tabel 1.1

Operasional Variabel dan Indikator

Variabel dalam

Hipotesis

(Teoritik)

Indikator

(Empirik)

Verifikasi

(Analisis)

Variabel Bebas:

Strategi dan kebijakan

Pemerintah Indonesia

dalam menyikapi

kebijakan travel

advisory dengan strategi

dan kebijakan

pendekatan diplomatis

1. Adanya akses diplomasi

antara kedua negara

a. Adanya peningkatan

kualitas diplomasi

indonesia.

b. Memanfaatkan

sumberdaya dalam

mengkampanyekan

Indonesia damai dan

aman.

2. Adanya perbaikan

hubungan antara kedua

negara dengan Membuka

akses berbagai kerjasama

antara kedua negara.

1. Data fakta dan angka

tentang adanya akses

diplomasi antara

kedua negara

berdasarkan akses

internet dari

http://www.deplu.go.

id/?category_id=12&

news_id=934&main

_id=1

2. Data fakta dan angka

adanya perbaikan

hubungan antara

kedua negara dengan

Membuka akses

berbagai kerjasama

antara kedua negara

berdasarkan akses

internet dari

http://www.ialdf.org/

Page 41: Jbptunpaspp Gdl Cecepsaima 371 1 Nengpdf 2

bi/kegiatanproyek.ht

ml

Variabel Terikat:

Pemerintahan Kevin

Rudd mencabut kbijakan

travel advisorynya

terhadap Pemerintah

Indonesia

3. Adanya pertimbangan

kebijakan travel advisory.

a. Upaya melakukan

diplomasi.

b. Menunjukan keseriusan

Pemerintah Indonesia

dalam Lombok Treaty

4. Adanya perbaikan

berbagai sistem dalam

negeri.

a. Peningkatan keamanan

sipil dan politik.

b. Adanya perbaikan

sumber daya yang dapat

mengundang

masyarakat Australia.

3. Data fakta dan angka

mengenai adanya

upaya pencabutan

kebijakan travel

advisory berdasarkan

akses internet dari

http://hasan.sayangin

anda.com/luar-

negeri/prospek-

hubungan-ri-

australia-20

4. Data fakta dan angka

adanya perbaikan

berbagai sistem

dalam negeri

berdasarkan akses

internet dari

http://www.smartrav

eller.gov.au/zw-

cgi/view/advice/indo

nesia

Sumber: olahan peneliti

Page 42: Jbptunpaspp Gdl Cecepsaima 371 1 Nengpdf 2

4. Skema Kerangka Teoritis

Untuk mempermudah pemahaman kerangka teoritis yang telah dipaparkan

diatas, dirumuskan kedalam skema kerangka teoritis sebagai berikut:

Skema 1.1

Skema Kerangka Teoritis Kebijakan Luar Negeri Indonesia Dalam

Menyikapi Kebijakan Travel Advisory Australia Di Bawah Pemerintahan

Kevin Rudd

Kepentingan Nasional

Politik Luar Negeri

Indonesia Australia

Lombok Treaty

Travel

Advisory

Strategi dan Kebijakan

Pemerintah Indonesia

Sumber: olahan peneliti

Page 43: Jbptunpaspp Gdl Cecepsaima 371 1 Nengpdf 2

E. Metode dan Teknik Pengumpulan Data

1. Tingkat Analisis

Dalam menentukan tingkat analisis dalam studi Hubungan Internasional

terlebih dahulu ditetapkan unit analisa yaitu yang perilaku hendak kita

deskripsikan, jelaskan dan ramalkan (karena itu juga biasa disebut variabel

dependen) dan unit eksplanasi yaitu yang dampaknya terhadap unit analisa hendak

kita amati (bisa disebut variabel dependen).22

Berdasarkan penjelasan tersebut

unit analisa dari penelitian ini adalah ebijakan Australia di bawah pemerintahan

Kevin Rudd. Sedangkan unit eksplanasi penelitian ini adalah kebijakan Luar

Negeri Indonesia dalam menyikapi travel advisory Australia. Dari paparan diatas

maka analisa yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisa induksionis,

yaitu: unit eksplanasinya pada tingkat yang lebih tinggi.

2. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitan ini adalah metode

penelitian deskriptif, yaitu suatu metode yang bertujuan untuk mendeskripsikan

atau menjelaskan peristiwa dan kejadian yang ada pada masa sekarang. Dengan

cara mengumpulkan, menyusun, menginterpretasikan data yang kemudian

diajuakan dengan menganalisa data tersebut serta suatu metode dalam meneliti

status kelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu metode dalam

meneliti atau suatu kelas peristiwa masa sekarang. Metoda ini memudahkan

penulis untuk menganalisa kebijakan Luar Negeri Indonesia dalam menyikapi

kebijakan travel advisory Australia di baeah pemerintahan Kevin Rudd.

22

Mochtar Mas`oed, Ilmu hubungan Internasional Disiplin dan Metode, (Jakarta: LP3ES, 1994), hlm. 39.

Page 44: Jbptunpaspp Gdl Cecepsaima 371 1 Nengpdf 2

3. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

a. Studi kepustakaan/studi literatur (library research), yaitu teknik

pengumpulan data yang dilakukan melalui penelaahan data terhadap buku

teks, jurnal ilmiah, dokumen, majalah berita, surat kabar, laporan lembaga

pemerintah dan non pemerintah, maupun data-data yang terdapat dalam

website/internet, yang berhubungan dengan masalah yang sedang diteliti.

b. Teknik wawancara (interview) yaitu teknik pengumpulan data dengan

mengajukan pertanyaan secara langsung oleh pewawancara (pengumpul

data) kepada pelaku industri kreatif, dan hasil jawaban-jawaban dicatat

atau direkam dengan alat perekam.

F. Lokasi dan Lama Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Lokasi yang digunakan sebagai tempat pencarian data dalam penelitian ini

adalah:

Perpustakaan Ekonomi Universitas Pasundan, jalan Taman Sari No. 8

Bandung.

Perpustakaan FISIP Universitas Pasundan, jalan Lengkong Besar No. 68

Bandung.

Perpustakaan Universitas Parahyangan, Bandung.

Page 45: Jbptunpaspp Gdl Cecepsaima 371 1 Nengpdf 2

2. Lama Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan dalam rentang waktu enam bulan terhitung

dari bulan Maret hingga September 2009. dengan rincian sebagai berikut:

Page 46: Jbptunpaspp Gdl Cecepsaima 371 1 Nengpdf 2

TABEL 1.2JADWAL KEGIATAN PENELITIAN

TAHUN2009

Bulan Maret April Mei Juni Juli Agustus SeptemberNo. Kegiatan

Minggu 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 41 Tahap Persiapan

a. Konsultasi Judulb. Pengajuan Judulc. Pengajuan dan Revisi Proposald. Seminar Proposale. Perbaikan Seminar Proposal

2 Penelitian Lapangan3 Pengolahan Data4 Analisa Data

Kegiatan Akhir5a. Pelaporanb. Persiapan dan Draftc. Perbaikan Hasil Draftd. Persiapan dan Sidang Skripsi

Page 47: Jbptunpaspp Gdl Cecepsaima 371 1 Nengpdf 2

G. SISTEMATIKA PENULLISAN

1. Bab I Pendahuluan

Dalam Bab I ini membahas:

A. Latar Belakang Masalah, yaitu penuturan aspek-aspek dan tema sentral

masalah yang diteliti, serta pertimbangan-pertimbangan pemilihan tema, kali

ini tema yang akan dibahas adalah “Kebijakan Luar Negeri Indonesia Dalam

Menyikapi Kebijakan Travel Advisory Australia Di Bawah Pemerintahan

Kevin Rudd” dan perlunya masalah itu diteliti serta gambaran yang

diharapkan dari penulisan.

B. Identifikasi masalah yang terdiri dari:

1. Pembatasan masalah, pembatasan ruang lingkup dari tema, yaitu

menetapkan batasan permasalahan dengan jelas. Pembatasan masalah

dalam penelitian ini adalah menitikberatkan pada bentuk kerjasama yang

sudah disepakati kedua belah pihak dalam kebijakan “trevel advisory”

yang diterapkan Australia di bawah pemerintahan Kevin Ridd terhadap

Indonesia.

2. Perumusan masalah, upaya untuk menyatakan secara tersurat pertanyaan-

pertanyaan apa saja yang ingin peneliti cari jawabannya, yaitu

mengembangkan pertanyaan-pertanyaan penelitian yang bersumber dari

masalah yang telah dipilih dalam pembatasan masalah.

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

Yaitu upaya mengungkapkan arah dan tujuan umum dari apa yang akan

dicapai atau diharapkan dari sebuah penelitian sehingga lanjutan dari identifikasi

masalah.

Page 48: Jbptunpaspp Gdl Cecepsaima 371 1 Nengpdf 2

D. Kerangka Pemikiran

Kerangka penelitian merupakan sumber dan landasan untuk menganalisis

masalah yang hendak diteliti. Secara umum kerangka teoritis berisi teori-teori

yang mempunyai relevansi dengan masalah yang dibahas. Yang terdiri dari atas:

1. Hipotesis Penelitian

Hipotesis merupakan dugaan atau jawaban sementara terhadap

permasalahan yang telah sirumuskan.

2. Skema Kerangka Teoritis

Untuk memudahkan pemahaman kerangka teoritis yang telah dijelaskan

sebelumnya, dirumuskam kedalam skema meramgka teoritis.

E. Metode Penelitian dan Teknik Pemgumpulan Data

Yaitu menerangkan metode dan teknik pengumpulan data yang dipakai

dalam penelitian.

F. Lokasi Penelitian serta Jadwal dan Kegiatan Penelitian

Lokasi penelitian adalah tempat-tempat dimana penulis mendapatkan data

melalui studi kepustakaan maupun wawancara, sedangkan lama penelitian adalah

waktu yang disediakan olen peneliti untuk melewati proses tahapah-tahapan

penelitian yang dilakukan.

G. Sistematika Penulisan

Yaitu memaparkan sistematika yang digunakan dalam melakukan penelitian.

2. Bab II Objek Penelitian Variabel Bebas

Bab II ini akan membahas uraian atau informasi umum mengenai tema yang

dijadikan variabel bebas yaitu konsep yang menjelaskan dan meramalkan masalah

Page 49: Jbptunpaspp Gdl Cecepsaima 371 1 Nengpdf 2

tersebut. Pada penyusunan penelitian ini yang menjadi variabel bebasnya adalah

kebijakan Luar Negeri Indonesia dalam menyikapi travel advisory.

3. Bab III Objek Penelitian Variabel Terikat

Bab III ini akan membahas uraian atau informasi umum mengenai masalah

yang menjadi variabel terikat yaitu konsep yang hendak dijelaskan kejadiannya

dan terjadi akibat dari variabel lain. Pada penyusunan skripsi ini yang menjadi

variabel terikatnya adalah implikasinya dalam meyikapi kebijakan travel advisory

Australia dibawah pemerintahan Kevin Rudd.

4. Bab IV Verifikasi Data

Dalam bab ini akan membahas, menguraikan serta menjawab hiptesis dan

indikator-indikator penelitian yang dideskripsikan dalam data.

5. Bab V Kesimpulan

Dalam bab ini akan memaparkan beberapa kesimpulan atas hasil penelitian

yang dilakukan.

Page 50: Jbptunpaspp Gdl Cecepsaima 371 1 Nengpdf 2

BAB II

KEBIJAKAN LUAR NEGERI PEMERINTAH INDONESIA

TERHADAP AUSTRALIA

A. Kebijakan Politik Luar Negeri (PLN) Indonesia

Kebijakan umum Indonesia menegaskan bahwa penyelenggaraan hubungan

luar negeri dan pelaksanaan politik luar negeri merupakan salah satu komponen

utama dalam memperjuangkan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

Penegasan itu mencerminkan kebutuhan pengembangan wawasan ke Indonesiaan,

baik dalam konteks kewilayahan maupun kebangsaan. Pada tingkat pelaksanaan,

efektifitas penyelenggaraan hubungan luar negeri dan pelaksanaan politik luar

negeri memerlukan sinergi dan keterlibatan diantara seluruh stake holders yang

berwujud pada total diplomasi.

Interaksi yang diciptakan Indonesia dengan negara-negara tetangga dan

negara-negara sahabat harus bersifat kondusif agar tetap dapat memajukan sikap

saling pengertian dan menghormati diantara mesyarakat bangsa-bangsa. Dalam

kaitan ini, masyarakat dunia harus dapat menerima realitas kemajemukan dan

kompleksitas Indonesia sebagai daya tarik tersendiri.

Mencuatnya kembali kekuatan Eropa dalam peta politik internasional yang

mempengaruhi pola hubungan trans-atlantik serta menguatnya pengaruh China

dalam konstelasi global akan memberikan perspektif baru dalam hubungan

internasional menuju konsep multipolar. Kecenderungan kedepan itu tentu saja

membawa dorongan penting dalam upaya penanganan masalah keamanan

internasional disamping membuka alternatif pilihan lebih luas dalam kerjasama

antar-negara. Sementara itu, persoalan krusial di kawasan Timur Tengah dan

Page 51: Jbptunpaspp Gdl Cecepsaima 371 1 Nengpdf 2

Semenanjung Korea, isu terorisme internasional dan perlombaan sejata masih

tetap terlihat sebagai tantangan berat dalam upaya memelihara perdamaian dan

keamanan internasional. Hak asasi manusia, liberalisasi perdagangan, tenaga

kerja, ketimpangan pembangunan berkelanjutan, serta masalah-masalah sosial dan

pembangunan merupakan isu negatif yang dinilai masih menonjol disebagian

besar negara berkembang.

Formulasi kebijakan dalam isu ini menegaskan kembali bahwa terorisme

tidak dapat dipisahkan dari isu radikalisme dan kemiskinan. Karena itu,

penanganan isu terorisme mesti menyentuh isu-isu kesejahteraan, penciptaan

kehidupan yang lebih baik dan penyelenggaraan dialog antar agama yang

konstruktif. Oleh karena itu, Indonesia berusaha memanfaatkan seluruh potensi

dan energi yang dimiliki untuk memajukan langkah-langkah penyelesaian

terhadap akar masalah tersebut seperti, ketimpangan pembangunan yang berakibat

pada eskalasi kemiskinan yang akut di banyak negara berkembang, masa depan

Palestina dan Irak, phobia masyarakat barat terhadap Islam, serta keseimbangan

kebijakan luar negeri Amerika Serikat di timur tengah.

1. Dasar Hukum Politik Luar Negeri

Dasar hukum rencana strategik politik Luar Negeri Republik Indonesia

tahun 2004-2009 adalah sebagai berikut:

Pembukaan dan Batang Tubuh Undang-Undang Dasar 1945 dan

Perubahannya;

Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia Nomor

XI/MPR/1998 Tahun 1998 tentang Penyelenggaraan Negara Yang Bersih

Dan Bebas Korupsi, Kolusi Dan Nepotisme;

Page 52: Jbptunpaspp Gdl Cecepsaima 371 1 Nengpdf 2

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1982 tentang Pengesahan Konvensi

Wina Mengenai Hubungan Diplomatik dan Hubungan Konsuler Beserta

Protokol Opsionalnya Mengenai Hal Memperoleh Kewarganegaraan;

Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara

Yang Bersih Dan Bebas Dari Korupsi, Kolusi Dan Nepotisme;

Undang-Undang Nomor 37 Tahun 1999 tentang Hubungan Luar Negeri;

Undang-undang Nomor 24 Tahun 2000 tentang Perjanjian Internasional;

Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara;

Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan

Pembangunan Nasional;

Keputusan Presiden Nomor 108 Tahun 2003 tentang Organisasi

Perwakilan RI Luar Negeri;

Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2005 tentang Rencana Pembangunan

Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2004-2009;

Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 2005 tentang Kedudukan, Tugas,

Fungsi, Susunan Organisasi, Dan Tata Kerja Kementerian Negara

Repubilk Indonesia;

Peraturan Presiden nomor 20 Tahun 2005 tentang Unit Organisasi Dan

Tugas Eselon 1 Kementerian Negara Republik Indonesia; Intruksi

Presiden Republik Indonesia nomor 7 Tahun 1999 tentang Akuntabilitas

Kinerja Instansi Pemerintah (AKIP);

Keputusan Menteri Luar Negeri Nomor SK.05/A/OT/IV/2004/02 Tahun

2004 tentang Perubahan Atas Lampiran Keputusan Menteri Luar Negeri

Nomor SK.03/A/OT/XII/2002/02 Tahun 2002 tentang Pedoman Umum

Page 53: Jbptunpaspp Gdl Cecepsaima 371 1 Nengpdf 2

Implementasi Sistem Akuntabilitas Kinerja Enstansi Pemerintah (SAKIP)

Departemen Luar Negeri Dan Perwakilan RI Di Luar Negeri;

Keputusan Menteri Luar Negeri Nomor SK.06/A/OT/VI/2004/01 Tahun

2004 tentang Organisasi Dan Tata Kerja Perwakilan Republik Indonesia di

Luar Negeri.23

2. Arahan Kebijakan Politik Luar Negeri

Berdasarkan hasil Rapat Keppri tahun 2004, paling tidak terdapat tiga arah

kebijakan luar negeri yang penting dijalankan saat ini yakni: (i) Meningkatkan

kualitas diplomasi Indonesia dalam rangka memperjuangkan kepentingan

nasional; (ii) Melanjutkan komitmen Indonesia terhadap pembentukan identitas

dan pemantapan integrasi regional, serta; (iii) Melanjutkan komitmen Indonesia

terhadap upaya-upaya pemantapan perdamaian dunia. Karena itu, dalam konteks

yang lebih luas, Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN)

tahun 2004-2009 meletakannya ke dalam tiga program utama nasional kebijakan

luar negeri yang harus segera dilakukan yaitu:

Pemantapan Politik Luar Negeri dan Optimalasasi Diplomasi Indonesia

dalam penyelenggaraan hubungan luar negeri dan pelaksanaan politik luar

negeri. Tujuan pokok dari upaya tersebut adalah meningkatkan kapasitas

dan kinerja politik luar negeri dan diplomasi dalam memberikan kontribusi

bagi proses demokratisasi, stabilitas politik dan persatuan nasional.

Peningkatan kerjasama internasional yang bertujuan memanfaatkan secara

optimal berbagai peluang dalam diplomasi dan kerjasama internasional

terutama kerjasama ASEAN di samping negara-negara yang memilliki

23

http://www.deplu.go.id/?category_id=638&main_id=1, diakses 6 September 2009

Page 54: Jbptunpaspp Gdl Cecepsaima 371 1 Nengpdf 2

kepentingan yang sejalan dengan Indonesia. Langkah mementingkan

kerjasama ASEAN dalam penyelenggaraan hubungan luar negeri dan

pelaksanaan politik luar negeri merupakan aktualisasi dari pendekatan

ASEAN sebagai concentric circle utama politik luar negeri Indonesia.

Penegasan komitmen Perdamaian Dunia yang dilakukan dalam rangka

membangun dan mengembangkan semanngat multilateralisme dalam

memecahkan berbagai persoalan keamanan internasional. Langkah

diplomatik dan multilateralisme yang dilandasi dengan penghormatan

terhadap hukum internasional dipandang sebagai cara yang lebih dapat

diterima oleh subjek hukum internasional dalam mengatasi masalah

keamanan internasional. Komitmen terhadap perdamaian internasional

relevan dengan tujuan hidup bernegara dan berbangsa sebagaimana

dituangkan dalam alinea IV Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945. 24

3. Tujuan Politik Luar Negeri

Dalam rangka mewujudkan pencapaian pengelolaan kebijakn politik luar

negeri secara efisien dan efektif, maka misi tujuan Politik Luar Negeri RI

dijabarkan dalam beberapa tujuan strategik sebagai berikut:

Mewujudkan dukungan masyarakat internasional terhadap keutuhan dan

kedaulatan wilayah NKRI;

Meningkatkan penyelesaian masalah perbatasan wilayah Indonesia dengan

negara tetangga secara diplomatis;

24

http://www.deplu.go.id/?category_id=12&news_id=675&main_id=1, diakses 6 September 2009

Page 55: Jbptunpaspp Gdl Cecepsaima 371 1 Nengpdf 2

Mengembangkan kerjasama ekonomi, perdagangan, investasi, alih

teknologi dan bantuan pembangunan untuk meningkatkan kesejahteraan

masyarakat Indonesia;

Meningkatkan fasilitas bagi perluasan kesempatan kerja di luar negeri;

Mewujudkan kepemimpinan Indonesia dalam proses integrasi ASEAN

Community dan penanganan kejahatan lintas negara di kawasan;

Memperkuat hubungan dan kerjasama Indonesia dengan negara-negara

kawasan Asia Pasifik;

Mewujudkan kemitraan strategis baru Asia Afrika;

Memantapkan dan memperluas hubungan dan kerjasama bilateral;

Memperkuat kerjasama di forum regional dan multilateral;

Meningkatkan dukungan dan kepercayaan masyarakat internasional

terhadap Indonesia yang demokratis, aman, damai, adil dan sejahtera;

Meningkatkan komitmen terhadap perdamaian dunia;

Meningkatkan pelayanan dan perlindungan warga negara Indonesia dan

badan hukum Indonesia di luar negeri;

Meningkatkan upaya diplomasi kemanusiaan dalam menangani bencana

alam, khususnya rehabilitasi dan rekonstruksi Aceh dan Sumatera Utara;

Meningkatkan koordinasi dan sinergi dalam penyelenggaraan hubungna

luar negeri dan pelaksanaan politik luar negeri.25

4. Sasaran Politik Luar Negeri

Sasaran strategik adalah penjabaran dari misi dan tujuan yang telah

ditetapkan dalam Rencana Strategik. Sasaran strategik ini secara khusus

25

Ibid, diakses pada 6 September 2009

Page 56: Jbptunpaspp Gdl Cecepsaima 371 1 Nengpdf 2

merupakan gambaran keberhasilan yang dapat dicapai dalam periode 5 (lima)

tahun, namun dialokasikan dalam 5 (lima) tahun tersebut.

Secara umum Sasaran Strategik Politik Luar Negeri RI yang hendak dicapai

dapat diuraikan sebagai berikut:

Terciptanya dukungan solid dan konsisten masyarakat internasional

terhadap keutuhan dan kesatuan wilayah negara Republik Indonesia;

Meningkatnya penyelesaian masalah perbatasan dengan negara-negara

tetangga secara diplomatis;

Meningkatnya kerjasama eknomi Indonesia di tingkat bilateral, regional

dan internasional;

Meningkatnya kerjasama teknik dan alih teknologi di tingkat bilateral,

regional dan internasional;

Meningkatnya kerjasama ketenagakerjaan dengan negara pengguna

Tenaga Kerja Indonesia (TKI);

Menguatnya dukungan terhadap kepemimpinan Indonesia di ASEAN

Community;

Meningkatnya peran Indonesia dalam penanganan masalah kejahatan

lintas batas di kawasan;

Meningkatnya peran Indonesia di kawasan Asia Pasifik;

Terbentuknya kerjasama strategis antara negara-negara Asia dan Afrika;

Meningkatnya kerjasama politik dengan negara-negara sahabat;

Meningkatnya kerjasama sosial budaya;

Meningkatnya peran Indonesia dalam penguatan multilateralisme;

Meningkatnya peran Indonesia dalam forum regional dan multilateral;

Page 57: Jbptunpaspp Gdl Cecepsaima 371 1 Nengpdf 2

Meningkatnya telaahan hukum dan perjanjian internasional yang

akomodatif terhadap kepentingan nasional;

Meningkatnya peran Indonesia dalam penanganan masalah kejahatan

internasional dalam forum multilateral;

Menurunnya pandangan negatif tentang Indonesia;

Meningkatnya peran informasi dan diplomasi publik dalam memajukan

citra Indonesia;

Meningkatnya prakrsa dan kontribusi Indonesia terhadap keamanan dan

perdamaian dunia;

Menurunnya masalah yang dihadapi WNI/BHI di luar negeri;

Menjamin keberhasilan koordinasi bantuan masyarakat internasional

dalam rehabilitasi dan rekonstruksi Aceh dan Sumatera Utara;

Meningkatnya kualitas kapasitas kelembagaan dan sumber daya manusia;

Meningkatnya kualitas diplomasi dan kebijakan politik luar negeri;

Meningkatnya kualitas keamanan diplomatik di Deplu dan Perwakilan RI;

Meningkatnya dukungan sarana dan prasarana bagi pelaksanaan politik

luar negeri;

Terwujudnya peran Departemen Luar Negeri sebagai koordinator dalam

penyelenggaraan hubungan luar negeri dan pelaksanaan politik luar negri;

Terwujudnya dukungan dan kepercayaan masyarakat luas terhadap

Departemen Luar Negeri dan Perwakilan RI di luar negeri;

Page 58: Jbptunpaspp Gdl Cecepsaima 371 1 Nengpdf 2

Meningkatnya kualitas pelayan keprotokolan, fasilitas diplomatik dan

kekonsuleran26

5. Kebijakan Departemen Luar Negeri

Kebijakan pada dasarnya merupakan ketentuan-ketentuan yang telah

ditetapkan untuk dijadikan pedoman maupun pegangan guna menjaga kelancaran

dan keterpaduan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, misi dan visi yang telah

ditetapkan. Adapun kebijakan-kebijakan dalam mencapai tujuan dan sasaran itu

adalah sebagai berikut:

Memperkuat dukungan terhadap integritas wilayah Negara Kesatuan

Republik Indonesia (NKRI);

Meningkatkan kerjasama untuk menyelesaikan masalah perbatasan;

Menggalakkan promosi dan kerjasama perdagangan ekonomi dan investasi

Indonesia di forum bilateral, regional dan internasional;

Memperluas kerjasama teknik dan alih teknologi dengan negara-negara

maju dan lembaga internasional serta menjalin kerjasama teknik dengan

sesama negara berkembang;

Meningkatkan fasilitasi kerjasama ketenagakerjaan dengan negara

pengguna Tenaga Kerja Indonesia (TKI);

Mengukuhkan posisi Indonesia di ASEAN;

Mencegah ASEAN sebagai kawasan kejahatan lintas batas antar-negara

dan menjadi wilayah transit;

Melakukan pendekatan dan menjalin kerjasama ekstradisi dengan negara-

negara ASEAN;

26

Ibid, diakses pada 6 September 2009

Page 59: Jbptunpaspp Gdl Cecepsaima 371 1 Nengpdf 2

Meningkatkan dan memperluas kerjasama Indonesia dengan negara-

negara kawasan Asia Pasifik;

Memperkokoh semangat kerjasama Asia-Afrika melalui KTT Asia Afrika

2005;

Mengoptimalkan kerjasama politik bagi kepentingan nasional;

Mengoptimalkan diplomasi sosial budaya dan diplomasi kemanusiaan;

Menggalang dukungan masyarakat internasional terhadap pentingnya

multilateralisme;

Meningkatkan fasilitasi dalam upaya harmonisasi hukum internasional

dengan hukum nasional;

Mengoptimalkan peran Indonesia dalam penanggulangan kejahatan

internasional;

Mendiseminasikan perkembangan dan dinamika positif Indonesia kepada

masyarakat internasional;

Melibatkan seluruh komponen bangsa dalam rangka pelaksanaan

diplomasi total;

Mengoptimalkan seluruh instrumen diplomasi Indonesia dalam

memelihara keamanan dan perdamaian dunia;

Mengoptimalkan pendekatan diplomasi dalam memberikan pelayanan dan

perlindungan terhadap WNI dan BHI di luar negeri;

Menjalin kemitraan dengan masyarakat internasional dalam penanganan

bencana alam;

Memanfatkan kelembagaan dan organisasi melalui restrukturisasi

Departemen Luar Negeri dan Perwakilan RI;

Page 60: Jbptunpaspp Gdl Cecepsaima 371 1 Nengpdf 2

Mengoptimalkan upaya pengembangan sumber daya manusia;

Mengoptimalkan upaya diplomasi dalam pelaksanaan politik luar negeri

guna mencapai kepentingan nasional;

Mengoptimalkan upaya pengkajian dan pengembangan kebijakan politik

luar negeri;

Meningkatkan kuantitas dan kualitas sarana serta prasarana pengamanan

diplomatik di Deplu dan Perwakilan RI;

Meningkatkan kerjasama dan mengoptimalkan koordinasi dengan instansi

terkait dalam penyelenggaraan hubungan luar negeri dan pelaksanaan

politik luar negeri;

Melaksanakan diplomasi publik dalam mendiseminasikan kebijakan

politik luar negeri;

Melakukan pendekatan dan kerjasama dengan berbagai kalangan

masyarakat;

Mengoptimalkan pemberian pelayanan keprotokolan, fasilitas diplomatik

dan kekonsuleran sesuai dengan kaidah umum pelayanan publik27

6. Program Departemen Luar Negeri

Berdasarkan visi dan misi dalam RENSTRA Deplu 2004-2009 dan sebagai

penjabaran dari RKP 2006, Deplu melaksanakan program operasional sebagai

berikut:

a. Pemantapan Kapasitas Politik Luar Negeri dan Optimalisasi Diplimasi

Indonesia

27

Ibid, diakses 6 September 2009

Page 61: Jbptunpaspp Gdl Cecepsaima 371 1 Nengpdf 2

Dalam upaya menjamin pencapaian hasil dari pelaksanaan program pokok

penyelenggaraan hubungan luar negeri dan pelaksanaan politik luar negeri

Republik Indonesia, maka dijabarkan program-program operasiaonal Departemen

Luar Negeri dalam kategori sebagai berikut:

Penguatan dukungan terhadap kedaulatan dan keutuhan NKRI;

Penyelesaian masalah perbatasan melalui diplomasi;

Penggalangan dukungan bagi pencalonan Indonesia di berbagai

organisasi/badan internasional;

Peningkatan citra Indonesia;

Penguatan diplomasi dan politik luar negeri;

Peningkatan pelayanan dan perlindungan WNI/BHI di luar negeri;

Penguatan diplomasi kemanusiaan;

Pemantapan organisasi Departemen Luar Negeri dan Perwakilan RI di luar

negeri;

Pemanfaatan perjanjian-perjanjian internasional dan hukum internasional

bagi kepentingan Indonesia;

Peningkatan kualitas sarana dan prasarana;

Peningkatan koordinasi antara Departemen Luar Negeri dan instansi

pemerintah pusat dan daerah dalam penyelenggaraan hubungan luar negeri

dan pelaksanaan politik luar negeri;

Penguatan sistem informasi dan diplomasi publik;

Peningkatan dukungan publik dalam penyelenggaraan hubungan luar

negeri dan pelaksanaan politik luar negeri;

Page 62: Jbptunpaspp Gdl Cecepsaima 371 1 Nengpdf 2

Peningkatan peran serta masyarakat dalam proses perumusan kebijakan

penyelenggaraan hubungan luar negeri dan pelaksaan politik luar negeri;

Peningkatan kualitas diplomasi publik Indonesia

Peningkatan kualitas perumusan kebijakan penyelenggaraan hubunga luar

negeri dan pelaksanaan politik luar negeri;

Pementapan keamanan diplomatik;

Peningkatan kualitas sumber daya manusia;

Peningkatan pelayanan keprotokolan, fasilitas diplomatik dan

kekonsuleran.

b. Peningkatan Kerjasama Internasional

Dalam upaya menjamin pencapaian hasil dari pelaksanaan program pokok

penyelenggaraan hubungan luar negeri dan pelaksanaan politik luar negeri

Republik Indonesia, maka dijabarkan program-program operasional Departemen

Luar Negeri dalam kategori ini sebagai berikut:

Peningkatan kerjasama perdagangan, ekonomi dan investasi;

Peningkatan kerjasama teknik dan alih teknologi;

Peningkatan fasilitasi kerjasama ketenagakerjaan;

Pengembangan kerjasama ASEAN;

Peningkatan kerjasama penanganan kejahatan lintas batas negera;

Peningkatan kerjasama ekstradisi negara-negara ASEAN;

Peningkatan hubungan dan kerjasama dengan negara-negara Asia Pasifik;

Peningkatan kerjasama strategis Indonesia dengan negera-negara Asia dan

Afrika;

Peningkatan kerjasama sosial budaya;

Page 63: Jbptunpaspp Gdl Cecepsaima 371 1 Nengpdf 2

Pengamanan kepentingan Indonesia dan peningkatan kerjasama dalam

penanggulangan kejahatan internasional.

c. Penegasan terhadap Komitmen Perdamaian Internasional

Dalam upaya menjamin pencapaian hasil dari pelaksanaan program pokok

penyelenggaraan hubungan luar negeri dan pelaksanaan politik luar negeri

Republik Indonesia, maka dijabarkan progran-program operasional Departemen

Luar Negeri dalam kategori ini sebagai berikut:

Penguatan multilateralisme dan demokrasi PBB;

Pengembangan kerjasama regional dan multilateral dalam berbagai

bidang;

Peningkatan peran dan kontribusi Indonesia dalam memelihara keamanan

dan perdamaian dunia;

Pemantapan dan perluasan kerjasama politik;

Peningkatan peran dan kontribusi Indonesia dalam perumusan kebijakan

organisasi-organisasi internasional.28

28

Ibid, diakses 6 September 2009

Page 64: Jbptunpaspp Gdl Cecepsaima 371 1 Nengpdf 2

B. Landasan Kerjasama Lombik Treaty Indonesia - Australia

Kerjasama Indonesia-Australia yang tertuang dalam “Lombok Treaty” secara

resmi memasuki tahap implementasi. Penandatanganan proses verbal pertukaran

nota diplomatik sudah dilakukan Menteri Luar Negeri Hasan Wirajuda dan

Menteri Luar Negeri Australia Stephen Smith, 7 Februari 2008 silam di Perth,

Australia. Lombok Treaty mengatur 21 kerjasama dalam 10 bidang, yaitu:

kerjasama bidang pertanian, penegakan hukum, anti-terorisme; kerjasama

intelijen, keamanan maritim, keselamatan dan keamanan penerbangan,

pencagahan perluasan (non-proliferensi) senjata pemusnah masal, kerjasama

tanggap darurat, organisasi multilateral, dan peningkatan saling pengertian dan

saling kontak antar-masyarakat dan antar-perseorangan. Kerjasama pertahanan

sebagaimana terungkap dari pembicaraan di tingkat kepala negara, tingkat menteri

maupun Panglima TNI dan Panglima ADF menghasilkan antara lain kesepakatan

untuk melakukan pendidikan latihan, saling kunjung antar-perwira, saling tukar

informasi intelijen untuk pemberantasan terorisme, membangun industri

pertahanan, sampai kerjasama penanggulangan bencana dan misi kemanusiaan.29

Meski disambut gembira oleh kedua pihak, Lombok Treaty patut dicermati

hati-hati oleh publik. Publik Australia melihat keberadaan perjanjian ini sebagai

sinyal komitmen Pemerintah Australia yang makin melemah untuk mendukung

penegakan Hak Asasi Manusia di Indonesia menilai Lombok Treaty juga

berpotensi menguarkan praktek impunitas dan semakin memperlambat aktor

keamanan untuk melakukan reformasi.

29

Newsletter, Lombok Treaty, Edisi III bulan 6, 2008

Page 65: Jbptunpaspp Gdl Cecepsaima 371 1 Nengpdf 2

Lepas dari berbagai kritik atas perjanjian ini, Lombok Treaty memiliki arti

penting bagi kedua negara untuk mempertahankan keamanan nasionalnya. Bagi

Australia kerjasama keamanan ini dibutuhkan untuk mengatasi berbagai isu

keamanan kontenporer, khususnya terorisme, penyelundupan obat-obatan

terlarang, penyelundupan manusia, dan penangkapan ikan secara gelap, money

laundering, proliferensi senjata pemusnah masal yang mengancam kepentingan

nasionalnya.

Bagi Indonesia, kerangka kerjasama keamanan ini akan digunakan

menangkal bahaya terorisme, selain diperlukan untuk mengatasi ancaman

separatisme dari dalam. Untuk hal ini, Indonesia mengajukan dua syarat yang

harus dipenuhi dan tercantum eksplisit dalam perjanjian, yakni politik Australia

tidak mendukung gerakan separatisme di wilayah mana pun di Indonesia, dan

Australia tidak menjadi pangkalan bagi kelompok pro-kemerdekaan Papua.

Dibandingkan dengan perjanjian kerjasama pertahanan RI dengan negara

lain, Lombok Treaty nyaris tidak mendapat hambatan politik berarti. Tampaknya

pemerintah dan parlemen RI menyepakati Lombok Treaty sebagai jalan keluar

atas ketegangan-ketegangan yang selama ini mewarnai hubungan Indonesia-

Australia. Sebagai dua negara yang berbatasan secara langsung, Indonesia-

Australia memiliki sejarah hubungan luar negeri yang pasang surut. Beberapa isu-

isu sensitif bagi kedua pemerintah sangat mempengaruhi kebijakan luar negeri

Indonesia-Australia ini.

Intervensi dalam persoalan politik Timor Timur Pra dan pasca kemerdekaan,

dukungan terhadap gerakan politik di Papua, penangkapan terhadap nelayan

Indonesia, hingga kecaman terhadap ketitakmampuan mengatasi kasus bom bali

Page 66: Jbptunpaspp Gdl Cecepsaima 371 1 Nengpdf 2

yang menelan korban warga Australia, adalah sejumlah contoh kasus yang

mewarnai ketegangan dan ketidakharmonisan hubungan Indonesia-Australia

selama ini.

Terkait dengan upaya pemajuan hubungan di tingkat masyarakat, Indonesia

dan Australia memiliki komitmen yang sama dan menyambut baik berbagai

kerjasama dan inisiatif penting yang dirancang untuk menumbuhkembangkan

saling pengertian dan mendorong pemajuan aspek people to peole links di bidang

pendidikan, kerjasama antar-parlemen, penyelenggaraan Interfaith Dialogue dan

Intercultural Dialogue, termasuk peran Australia-Indonesia Institute (AII) dan

prakarsa Australia untuk menyelenggarakan konferensi mengenai hubungan

bilateral pada tahun 2009. selain itu, kedua negara telah menandatangani Work

and Holiday Visa Memorandum of Understandimg pada akhir tahun 2008 yang

diharapkan dapat membuka kesempatan bagi mahasiswa untuk menimba

pengalaman bekerja di kedua negara.30

30

http://www.kbri-canberra.org.au/press/2008/PR_101008.htm, diakses 28 September 2009

Page 67: Jbptunpaspp Gdl Cecepsaima 371 1 Nengpdf 2

C. Optimalisasi Diplomasi kebijakan Indonesia

Kebijakan politik dan hubungan luar negeri akan terus diarahkan untuk

melanjutkan dan menindaklanjuti kegiatan dalam rangka perluasan dan

peningkatan diplomasi Indonesia di tingkat bilateral, regional, dan multilateral

dalam bentuk kerja sama di segala bidang. Hal tersebut dilaksanakan guna

mencapai sasaran pembangunan di bidang hubungan luar negeri yakni

menguatnya dan meluasnya identitas nasional sebagai negara demokratis dalam

tatanan masyarakat internasional. Terkait dengan pencapaian sasaran tersebut,

tantangan terbesar adalah bagaimana Indonesia dapat memanfaatkan potensi

strategisnya secara maksimal dalam konstelasi politik regional dan global.

Indonesia juga akan terus meningkatkan dan mengembangkan diplomasi

ekonomi dalam upaya meningkatkan kerja sama perdagangan dan investasi

sebagai sumber pendanaan bagi pembangunan. Sebagai langkah ke depan,

Indonesia akan terus memanfaatkan peluang yang ada dalam keikutsertaan

Indonesia di berbagai fora internasional. Pemerintah berusaha untuk

meningkatkan peranan Indonesia dalam mendorong terciptanya tatanan dan kerja

sama ekonomi regional dan internasional yang lebih baik dalam mendukung

pembangunan nasional. Pemerintah juga akan menyusun rencana tindak untuk

mendukung upaya peningkatan kerja sama ekonomi dan perdagangan melalui

pelaksanaan three-track diplomacy, yaitu bilateral, regional, dan multilateral.

Fondasi penyelenggaraan dan pelaksanaan politik luar negeri yang bertumpu

pada kepentingan nasional telah dijabarkan dalam program Kabinet Indonesia

Bersatu (KIB) sebagaimana tertuang dalam RPJMN 2004-2009. Jabaran tersebut

merekapitulasi kepentingan nasional ke dalam tiga program prioritas yang

Page 68: Jbptunpaspp Gdl Cecepsaima 371 1 Nengpdf 2

difokuskan pada optimalisasi diplomasi Indonesia, peningkatan kerja sama

internasional, dan komitmen perdamaian dunia.

Departemen Luar Negeri merumuskan ketiga orientasi itu dalam formulasi

visi kementerian yang diharapkan dapat menjadi pedoman dalam penyelenggaraan

hubungan luar negeri dan pelaksanaan politik luar negeri. Harapan tersebut

tercermin dalam 08 – 7 visi ”Melalui diplomasi total, ikut mewujudkan Indonesia

yang bersatu lebih aman, adil, demokratis, dan sejahtera”. Berbagai langkah

kebijakan dan hasil yang telah dicapai dalam penyelenggaraan politik dan

hubungan luar negeri Indonesia mencerminkan peran Indonesia yang semakin

meningkat. Profil Indonesia yang terus membaik telah mencerminkan tekad

bersama untuk mengembangkan politik dan hubungan luar negeri yang

sepenuhnya berlandaskan pada kepentingan nasional.

Sejumlah langkah kebijakan utama yang telah dilaksanakan untuk

mewujudkan pemantapan politik luar negeri dan kerja sama internasional antara

lain adalah (1) pelaksanaan tindak lanjut agenda pembentukan ASEAN

Community, (2) peningkatan peran diplomasi dalam menyelesaikan masalah

perbatasan, (3) upaya penyelesaian berbagai permasalahan HAM, (4) pelaksanaan

inter-faith dialogue, (5) partisipasi aktif dalam upaya mewujudkan perdamaian

dunia, (6) upaya perlindungan dan pelayanan WNI/BHI, dan (7) peningkatan kerja

sama bilateral dan multilateral untuk mendukung kepentingan nasional, termasuk

menjalin kemitraan strategis dengan berbagai negara.

Page 69: Jbptunpaspp Gdl Cecepsaima 371 1 Nengpdf 2

D. Peningkatan Kerja Sama Internasional Pemerintah Indonesia

Dinamika globalisasi telah membuka ruang bagi banyak aktor, baik negara

maupun nonnegara, untuk mengambil peran. Spektrum hubungan internasional

menjadi semakin terbuka, flat dan accessible. Kecenderungan itu diakui telah

membawa implikasi dalam berbagai bentuk pergeseran, perubahan,

persinggungan, dan adaptasi negara ataupun nonnegara terhadap resonansi

kepentingan masing-masing.

Indonesia menyadari sepenuhnya interdependensi dalam konteks

kecenderungan tersebut sebagai peluang dan tantangan. Sebagai peluang

(opportunity), Indonesia berupaya mengartikulasikan peran, posisi, dan

kepentingannya dengan mengedepankan pendekatan diplomasi total dalam

berbagai lini. Sebaliknya, sebagai tantangan (challenge), Indonesia bertekad

mempertahankan aktivitas hubungan luar negeri yang berlandaskan prinsip politik

luar negeri bebas aktif yang menjadi refleksi amanat UUD 1945.

Diplomasi total merepresentasikan sinergi seluruh komponen bangsa dan

pemangku kepentingan (stakeholder) di dalam negeri. Orientasi praksis kebijakan

itu adalah menempatkan substansi permasalahan secara integratif, terutama dalam

perspektif internasional-domestik. Cara pandang tersebut menciptakan korelasi 08

– 2 erat dan timbal balik antara dinamika hubungan internasional dan realitas

domestik Indonesia dalam skala yang lebih luas.

Penyelenggaraan hubungan dan politik luar negeri dari 2005 hingga

pertengahan 2008 ini telah dihadapkan pada berbagai perkembangan, tantangan,

dan permasalahan. Perkembangan yang menarik untuk dicermati dalam tiga tahun

terakhir adalah reposisi krusial sejumlah attitude dan orientasi negara-negara

Page 70: Jbptunpaspp Gdl Cecepsaima 371 1 Nengpdf 2

besar yang telah mendominasi hubungan internasional dalam paruh awal dekade

2000-an. Salah satu kecenderungan positif pergeseran itu yang patut dicatat adalah

adaptasi sikap unilateralisme Amerika Serikat dan sekutu terdekatnya terhadap

kultur baru komunitas global yang menyodorkan alternatif penguatan soft power

dalam setiap conflict resolution.

Pada saat ini, para pelaku hubungan internasional menyadari bahwa

penggunaan hard power sebagai wujud unilateralisme ternyata tidak serta merta

menyelesaikan masalah. Sebaliknya, penggunaan soft power justru semakin

menguat dalam upaya menyelesaikan permasalahan dunia. Hal itu terbukti dengan

dilaksanakannya berbagai dialog antarumat beragama serta kerja sama di bidang

sosial dan budaya, sebagai salah satu perwujudan soft power yang dinilai dapat

meredakan ketegangan yang terjadi di berbagai belahan dunia dewasa ini.

Faktor lain yang turut mempengaruhi konstelasi dan equilibrium politik

global saat ini adalah munculnya kekuatan baru yang menjadi penyeimbang

pengaruh Amerika Serikat seperti Uni Eropa, India, China, dan Jepang. Kekuatan

politik dan ekonomi baru tersebut telah menciptakan antusiasme tinggi dalam

hubungan 08 – 3 antarnegara dengan segala rekapitulasi efek positifnya pada

dinamika regional dan internasional.

Gambaran yang menjanjikan itu ternyata tidak simetris dengan kondisi

perekonomian dunia yang secara beruntun dihantam oleh krisis energi, krisis

pangan, subprime mortgage di AS yang mengarah kepada kemunduran ekonomi

global. Reperkusi ekonomi dunia itu memaksa banyak negara, termasuk

Indonesia, untuk mengambil langkah-langkah penyesuaian kebijakan

pembangunan dan artikulasi kepentingan nasional masing-masing.

Page 71: Jbptunpaspp Gdl Cecepsaima 371 1 Nengpdf 2

Terlepas dari kesulitan ekonomi dunia tersebut, publik Indonesia berharap

dapat membayangkan peran penting instrumen diplomasi dalam memberi

kontribusi terhadap perbaikan dan pertumbuhan ekonomi nasional. Persepsi

diplomasi konvensional kini telah diperbarui dengan orientasi pada akselerasi

pertumbuhan ekonomi nasional melalui fasilitasi investasi asing, perdagangan,

pariwisata, dan kerja sama teknik dan jasa-jasa ekonomi lainnya.

Fondasi penyelenggaraan hubungan luar negeri dan pelaksanaan politik luar

negeri yang berorientasi kepada kepentingan nasional dibangun sebagai bagian

dari mobilisasi pemerintah untuk menggerakkan roda pembangunan dalam rangka

menyejahterakan rakyat. Oleh karena itu, implementasi kebijakan luar negeri

menjadi bagian vital dari rekonstruksi ekonomi yang hendak dibangun Indonesia

dalam mewujudkan pertumbuhan ekonomi yang mampu memberikan

kemakmuran dan kesejahteran pada masyarakat Indonesia. Kendati demikian,

Indonesia masih memiliki beberapa kendala dalam mengembangkan hubungan

dan kerja sama bilateral di bidang ekonomi, perdagangan, investasi, dan

pariwisata. Kesulitan untuk mengoptimalkan sektor itu di negara-negara kawasan

Amerika Tengah dan Selatan, misalnya, tercermin dari rendahnya daya saing

produk perdagangan Indonesia. Kurangnya promosi dan pertukaran informasi

menyebabkan potensi Indonesia dan tiap-tiap negara mitra kurang teridentifikasi

dengan baik.

Peningkatan kerja sama dalam penanggulangan bencana alam merupakan

salah satu prioritas penting Indonesia mengingat rentannya posisi Indonesia

terhadap bencana alam. Untuk itu, Indonesia terus mendorong upaya-upaya dalam

rangka memperkuat komitmen dan kerja sama di bidang tersebut melalui antara

Page 72: Jbptunpaspp Gdl Cecepsaima 371 1 Nengpdf 2

lain pengajuan proposal ARF Statement on Disaster Management and Emergency

Response yang selanjutnya disahkan dalam Pertemuan Tingkat Menteri ARF ke-

13 di Kuala Lumpur pada tanggal 28 Juli 2006.

Indonesia akan terus memainkan peranan aktif dalam ARF seperti terlihat

intersesi 2006—2007 tatkala Indonesia menjadi Ketua Bersama Intersessional

Group on Confidence Building Measures and Preventive Diplomacy. Pada saat

itu, Indonesia menggagas dihidupkannya kembali forum ISM (Inter-Sessional

Meeting) on Disaster Relief yang sebelumnya inactive. Forum kembali

dilaksanakan pada The 7th ISM on Disaster Relief di Helsinki, Finlandia, 10—11

Oktober 2007 dan diketuai bersama oleh Indonesia dan Uni Eropa.

Indonesia juga berperan dalam kerja sama penanggulangan bencana lainnya

seperti pada ARF Desktop Exercise on Disaster Relief yang diketuai bersama oleh

Indonesia dan Australia yang dilaksanakan di Jakarta pada tanggal 1—2 Mei

2008. Ini merupakan hal yang sangat penting mengingat Indonesia sangat rentan

terhadap bencana alam. Pedoman ini dilihat sebagai cara nyata untuk menangani

bencana alam.

Perkembangan ARF dari tahap Confidence Building Measures menuju

Confidence Building Measures dan Preventive Diplomacy sejak Pertemuan

Tingkat Menteri di Vientiane, Laos, bulan Juli 2005, merupakan suatu

perkembangan penting ARF. Perkembangan tersebut semakin memantapkan

peran ARF dalam pembangunan rasa saling percaya dan sekaligus pencegahan

konflik dan eskalasi konflik di kawasan. Upaya-upaya demikian hendaknya

dilakukan berdasarkan prinsip-prinsip antara lain moving at a pace comfortable to

all, tailor-made, pemahaman sensitifitas suatu isu bagi negara negara peserta

Page 73: Jbptunpaspp Gdl Cecepsaima 371 1 Nengpdf 2

tertentu, dan tetap menjaga peran ASEAN sebagai the primary driving force

dalam proses ARF.

Dalam forum ARF di Manila pada bulan Maret 2007 tersebut, Indonesia

juga berhasil memblokir proposal Amerika Serikat mengenai penghentian

penyebaran senjata nuklir karena proposal tersebut tidak meliputi upaya

perlucutan senjata. Proposal AS terkait dengan upaya untuk mencegah

pembangunan kapabilitas nuklir di negara-negara di luar lima negara yang telah

memiliki kemampuan nuklir yakni AS, Rusia, Prancis, Inggris dan China,

sedangkan “perlucutan” atau “disarmament” yang diusulkan oleh Indonesia

mempunyai arti bahwa kelima negara yang telah memiliki kemampuan nuklir

tersebut juga harus mengurangi persenjataan nuklir mereka.

Kontinuitas prakarsa aktif Indonesia telah membawa Indonesia untuk

mengetuai kegiatan ARF selama tahun intersesi 2007—2008, 08 – 12 seperti ARF

Roundtable Discussion on Stocktaking Maritime Security Issues (Bali, 24—25

Agustus 2007), ARF Desk Top Exercise Initial Planning Conference (Darwin,

Australia, 4—7 September 2007), The 6th ARF Intersessional Meeting on Counter-

Terrorism and Transnational Crimes (Semarang, 22—23 Februari 2008), dan

Workshop on Confidence Building Measures and Preventive Diplomacy in Asia

and Europe (Berlin, Maret 2008). Pada tahun intersesi 2008—2009 Indonesia

mengusulkan agar didirikan mekanisme baru di ARF, yaitu pembentukan ARF

Inter- Sessional Meeting on Maritime Security.

Dalam penanganan masalah perbatasan maritim dan darat antara Indonesia

dengan negara-negara tetangga, saat ini Indonesia dan Timor Leste sedang

mengupayakan penyelesaian garis perbatasan melalui mekanisme Joint Border

Page 74: Jbptunpaspp Gdl Cecepsaima 371 1 Nengpdf 2

Committee, Technical Sub-Committee on Border Demarcation and Regulation.

Kedua pemimpin negara sepakat untuk membangun soft border regime dan good

border management dalam rangka memelihara suasana perlintasan perbatasan

damai, terutama pelintas batas tradisional dan keamanan sepanjang wilayah

perbatasan. Sementara itu, penanganan masalah perbatasan RI-PNG dilakukan

melalui mekanisme Joint Border Committee (JBC). Selain dengan kedua negara

tersebut, sepanjang tahun 2007 Pemerintah Indonesia secara intensif telah

melakukan border diplomacy dengan Filipina dan Malaysia.

Untuk melihat dan menilai keberhasilan yang dicapai di tingkat bilateral,

beberapa pencapaian dapat diteropong melalui hubungan dengan sejumlah negara.

Secara umum hubungan dan kerja sama bilateral Indonesia dengan negara-negara

di berbagai kawasan berlangsung dinamis dalam bidang dan tingkatan yang

beragam. Adapun sejumlah isu penting dalam interaksi Indonesia dan negara-

negara lain di kawasan Asia Timur dan Pasifik meliputi: delimitasi batas maritim;

perjanjian kerja sama pertahanan dan perjanjian ekstradisi RI-Singapura;

penanganan dan perlindungan TKI/WNI di luar negeri; keamanan di Filipina

selatan (Moro National Liberation Front/MNLF) dan Thailand selatan; Olimpiade

Beijing 2008, demokrasi di Myanmar; Dalai Lama/Tibet; Selat Taiwan;

Semenanjung Korea; perbatasan dengan Papua Nugini; hubungan dengan Timor-

Leste; dan kerja sama pertahanan/keamanan dengan Australia (Lombok Treaty);

ketersediaan energi; kelestarian lingkungan dan ketahanan pangan; illegal

logging, illegal fishing, dan pengakuan kepemilikan hak kekayaan seni dan

budaya oleh Malaysia.

Page 75: Jbptunpaspp Gdl Cecepsaima 371 1 Nengpdf 2

Kerja sama Indonesia - Australia menunjukkan peningkatan sejak

penandatanganan Joint Declaration on Comprehensive Partnership oleh kedua

kepala pemerintahan pada tanggal 4 April 2005, yang menyatakan komitmen kerja

sama bilateral kedua negara dalam berbagai bidang. Prioritas dalam hubungan RI-

Australia adalah pencapaian stabilitas dalam hubungan bilateral berdasarkan

kesetaraan, penghormatan atas kedaulatan dan integritas wilayah. Penguatan

hubungan bilateral antara kedua negara tersebut semakin nyata sejak dilantiknya

Perdana Menteri Kevin Rudd dari Partai Buruh pada bulan Desember 2007. PM

Rudd telah dua kali berkunjung ke Indonesia, yakni pada Desember 2007 dan PM

Rudd menandatangani Protokol Kyoto di forum UNFCCC di Bali dan pada

tanggal 12—14 Juni 2008. Dalam kunjungan terakhir, kedua negara berkomitmen

untuk mengelola penanganan perubahan iklim secara 08 – 27 lebih baik melalui

penandatanganan Indonesia-Australia Forest Carbon Partnership, dan

mengembangkan suatu Roadmap for Access to International Carbon Markets.

Kedua kepala negara juga sepakat untuk meningkatkan kerja sama bidang

perdagangan dan pertahanan. Sektor kerja sama pertahanan secara khusus

diarahkan untuk mempererat kemitraan dalam menangani masalah terorisme yang

terkait militansi Angkatan Gerakan Aceh Merdeka (AGAM) dan kerja sama di

bidang penanggulangan bencana. Kedua negara juga mengintensifkan

pembicaraan masalah penangangan pencurian ikan (illegal fishing) di wilayah

perbatasan Australia dan Indonesia.

Secara umum, dasar-dasar hubungan Indonesia – Australia semakin kokoh,

terlebih dengan adanya instrumen legal Deklarasi Kemitraan Komprehensif dan

Page 76: Jbptunpaspp Gdl Cecepsaima 371 1 Nengpdf 2

Lombok Treaty. Pertukaran Nota Ratifikasi Lombok Treaty telah dilakukan pada 7

Februari 2008 di Perth. Kemitraan tersebut diharapkan dapat menjadi pijakan bagi

penanganan ancaman nontradisional di kawasan, termasuk ancaman separatisme.

E. Kebijakan Politik Luar Negeri (PLN) Australia

1. Kebijakan Luar Negeri Australia

Secara umum Kebijakan Luar Negeri Australia ialah mempromosikan

keamanan dan kemakmuran jangka panjang Australia dalam konteks global.

Australia memiliki tiga pilar utama dalam penerapan politik luar negerinya yaitu

berpartisipasi dalam institusi-institusi global termasuk Perserikatan Bangsa-

Bangsa (PBB) dan World Trade Organization (WTO), mempertegas hubungan

aliansi Australia dengan Amerika Serikat (AS), dan peningkatan hubungan

diplomatik dan ekonomi di kawasan Asia Pasifik.

Sasaran utama dari Politik Luar Negeri Australia yaitu:

Menurunkan tungkat ancaman terorisme terhadap Australia, proliferensi

senjata pemusnah masal dan transnational Crime, termasuk perdagangan

narkoba, penyelundupan manusia, daan money laundering;

Berkontribusi secara komprehensif dan efektif dalam isu perubahan iklim

dan kemiskinan global;

Membangun akses pasar untuk membuka kesempatan ekspor bagi barang-

barang Australia dan mempromosikan alur investasi 2 jalur;

Menyediakan bagi masyarakat Australia pelayanan paspor dan konsuler

termasuk tindakan dalam keadaan darurat;

Page 77: Jbptunpaspp Gdl Cecepsaima 371 1 Nengpdf 2

Memproyeksikan nilai positif Australia sebagai masyarakat yang toleran,

membuka, adil, dan egaliter serta mempromosikan Australia sebagai

partner internasional dalam bidang pendidikan, penelitian dan inovasi.31

2. Australia di Asia Pasifik

Australia memiliki hubungan yang kuat dengan negara-negara besar di Asia

Utara seperti China, Jepang dan Korea Selatan di mana negara-negara ini

memiliki potensi pasar yang besar. Hubungan dengan india juga semakin

menguat. Australia juga aktif dalam menjaga hubungan bilateralnya dengan

Indonesia dan negara-negara anggota ASEAN lainnya di Asia tenggara.

Australia mendukung dengan penuh upaya integrasi kawasan dan memiliki

peran kunci dalam arsitek kawasan. Australia aktif sebagai anggota Asia Pasific

Economic Coorperation (APEC), East Asia Summit (EAS), ASEAN Regional

Forum (ARF), dan Pacific Islands Forum (PIF).

Australia bekerjasama dengan Selandia Baru dan negara-negara kepulauan

pasifik untuk mempromosikan pembangunan berkelanjutan, good governance dan

stabilitas kawasan di Pasifik Selatan, termasuk rencana jangka panjang Australia

yaitu Pacific Development Partnership. Australia juga tetap menjaga

komitmennya untuk mengkoordinir Regional Assistance Mission to The Solomon

Islands (RAMSI).32

3. Australia di Luar Kawasan

Mengenai kebijakannya di luar kawasan, Australia tetap menjaga hubungan

baiknya dengan AS dan Kanada dalam bidang ekonomi, keamanan, politik, sosial

31

http://www.dfat.gov.au/aib/foreign_trade_policy.html, diakses 24 September 200932

Ibid , diakses pada 25 September 2009

Page 78: Jbptunpaspp Gdl Cecepsaima 371 1 Nengpdf 2

dan budaya. Sistem aliansi keamanan AS, termasuk ANZUS, penting sekali untuk

menjaga kedamaian dan stabilitas di kawasan Asia Pasifik. Australia berkontribusi

dalam perdamaian internasional, keamanan, dan pembangunan melalui pasukan

perdamaian Internasional di Afganistan dan Timor Timur.

Australia dan Eropa membangun kekuatan dan peningkatan hubungan dalam

bidang politik, budaya, perdagangan dan investasi, dan hubungan people to people

untuk kepentingan bersama. Australia berusaha membangun jembatan kemitraan

dengan Uni eropa (UE), terutama dalam menyelesaikan permasalahan perubahan

iklim, pembangunan, perdagangan internasional, keamanan, dan pembangunan

sistem internasional yang lebih baik.

Australia merupakan salah satu dari 50 anggota pertama PBB tahun 1945

dan telah ikut mengambil peranan penting di dalam organisasi. Oleh karena itu,

untuk lebih meningkatkan peranannya Australia bermaksud mengajukan diri

sebagai anggota tetap Dewan Keamanan PBB tahun 2013-2014 sehingga dapat

berkontribusi secara aktif dalam melaksanakan tugas PBB, menciptakan

perdamaian dan kemakmuran global. Australia juga berkomitmen membantu PBB

dan organisasi-organisasi lainnya dalam usaha menghadapi tantangan global

seperti perubahan iklim, rusaknya ekosistem, konflik dan penegakan Hak Asasi

Manusia (HAM), penggunaan senjata pemusnah masal, terorisme dan kejahatan

transnasional.

Dengan menandatangani Protokol Kyoto tahun 2007 dan berkomitmen

memotong emisi gas rumah kaca hingga 60 persen tahun 2050, Australia telah

menegaskan tujuannya untuk berkontribusi dalam upaya membangun solusi yang

Page 79: Jbptunpaspp Gdl Cecepsaima 371 1 Nengpdf 2

efektif dalam menghadapi tantangan yang paling besar bagi masyarakat

internasional.33

4. Kebijakan dalam Bidang Keamanan

Kerjasama regional dan internasional sangat efektif dalam melawan

terorisme. Australia menekankan kerjasama pada bidang penegakan hukum,

kerjasama intelijen, penanganan perbatasan, keamanan transportasi, kerangka

kerja berlandaskan hukum, mencegah akses keuangan teroris untuk

mengembangkan kemampuan dalam bidang kimia, biologi, radiologi dan material

nuklir. Australia juga aktif dalam melawan propaganda teroris.

Salah satu ancaman utama keamanan Australia adalah ancaman penggunaan

senjata pemusnah masal. Australia merespon ancaman ini dengan cara kerja sama

dengan institusi multilateral seperti International Atomic Energy Agency (IAEA)

untuk memastikan penggunaan energi nuklir secara damai bukan untuk program

senjata nuklir. Australia juga berpartisipasi aktif dalam kawasan Asia Pasifik

dalam mengawasi perdagangan internasional menyangkut ternologi dan material

sensistif yang menjadi bahan pembuatan senjata pemusnah masal (WMD) dan

misil balistik.

Australia memiliki komitmen yang kuat dalam upaya pengurangan senjata

nuklir dan memperkuat rezim pengurangan senjata secara multilateral. Australia

memiliki peranan yang aktif dan konstruktif dalam upaya pelucutan senjata

33

http://www.dfat.gov.au/aib/foreign_trade_policy.htm, diakses pada 25 September 2009

Page 80: Jbptunpaspp Gdl Cecepsaima 371 1 Nengpdf 2

multilateral terutama senjata nuklir secara hubungan bulateral termasuk dengan

negara-negara yang memiliki gudang senjata nuklir.34

34

http://www.dfat.gov.au/aib/foreign_trade_policy.htm, diakses pada 25 September 2009

Page 81: Jbptunpaspp Gdl Cecepsaima 371 1 Nengpdf 2

BAB III

PEMERINTAHAN AUSTRALIA di BAWAH KEPEMIMPINAN

KEVIN RUDD

A. Pemerintahan Australia di Bawah Kepemimpinan Kevin Rudd

Australia memiliki hubungan yang kuat dengan negara-negara besar seperti

Amerika Serikat dam di Asia Utara seperti China, Jepang dan Korea Selatan di

mana negara-negara ini memiliki potensi pasar yang besar. Hubungan dengan

india juga semakin menguat. Australia juga aktif dalam menjaga hubungan

bilateralnya dengan Indonesia dan negara-negara anggota ASEAN lainnya di Asia

tenggara. Kunjungan kerja Perdana Menteri Australia Kevin Rudd ke Amerika

Serikat, Eropa, dan China dari 27 Maret hingga 13 April merupakan kunjungan

resmi sejak dilantik menjadi PM Australia pada 3 Desember 2007, setelah

mengalahkan John Howard dalam pemilu November tahun lalu. Kunjungan ini

juga menunjukkan secara cukup jelas arah politik luar negeri Australia di bawah

Rudd.

Kunjungan Rudd di atas mewakili tiga garis besar kebijakan luar negeri

Australia, yaitu tetap pentingnya kerja sama strategis Australia dengan AS,

pentingnya kerangka hubungan multilateral, dan pentingnya kerja sama Australia

dengan negara-negara Asia.

Seperti dinyatakan Rudd dalam kampanyenya tahun lalu, politik luar negeri

Australia di bawah pemerintannya akan tetap menjaga tradisi hubungan strategis

dan historis Australia dengan AS (selain dengan Eropa). Namun, berbeda dengan

kebijakan Howard, Rudd akan menarik pasukan Australia dari Irak, setelah

melakukan konsultasi mendalam dengan pihak AS. Presiden AS George W Bush

Page 82: Jbptunpaspp Gdl Cecepsaima 371 1 Nengpdf 2

pada waktu itu menyatakan pengertiannya mengenai keputusan Rudd menarik

pasukan Australia dari Irak.

Penerimaan Bush cukup menarik dicermati mengingat Bush selama ini tidak

menyembunyikan kedekatannya secara politik maupun personal dengan John

Howard. Bush tampaknya menyadari bahwa era Howard di Australia telah lewat

dan di akhir masa jabatannya sebagai Presiden AS, suka atau tidak, harus

menerima Rudd sebagai PM Australia, salah satu sekutu paling dekat AS di Asia

Pasifik. Rudd secara hati-hati dan elegan menunjukkan kepada Bush bahwa ia

meneruskan tradisi pemimpin Australia yang senantiasa menempatkan AS selaku

sekutu utama. Namun, ia juga mengirim isyarat jelas kepada Bush maupun kepada

masyarakat Australia bahwa berbeda dengan Howard, ia bukan pendukung

membabi buta terhadap apa pun kebijakan luar negeri AS. Sebagaimana di

negara-negara Barat lainnya, Perang Irak semakin tidak populer di mata sebagian

besar warga Australia.

Dalam kunjungan Rudd ke AS, ia juga sekaligus menemui Sekretaris

Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Ban Ki- moon dan menyatakan niat

Australia mencalonkan diri untuk menduduki salah satu kursi anggota tidak tetap

Dewan Keamanan PBB (UN Security Council) tahun 2013-2014. Pernyataan

Rudd tersebut menunjukkan komitmennya terhadap kebijakan multilateral dan

penghargaannya terhadap PBB. Rudd ingin membuat kontras dengan Howard

yang kerap kali tampak menyepelekan PBB (khususnya dalam kasus Perang Irak).

Pernyataan Rudd juga mengisyaratkan tekadnya menunjukkan Australia sebagai

kekuatan menengah (middle power) di dalam percaturan politik internasional.

Page 83: Jbptunpaspp Gdl Cecepsaima 371 1 Nengpdf 2

Rudd secara lihai menggabungkan niatnya menjadi anggota tidak tetap

Dewan Keamanan dengan pembicaraan mengenai pemanasan global dan Protokol

Kyoto, yang telah Australia ratifikasi. Kesediaan Australia di bawah Rudd

meratifikasi Protokol Kyoto adalah salah satu langkah paling awal Rudd untuk

membedakan dirinya dari Howard. Selain kedua masalah tersebut, Rudd

mendiskusikan masalah krisis keuangan global dengan Ban Ki-moon. Pertemuan

Rudd dengan Ban Ki-moon membahas ketiga topik strategis itu mendukung tekad

Rudd untuk menempatkan kembali kerja sama multilateral sebagai kerangka

penting politik luar negeri Australia, yang agak tergerus di era Howard.

Pertemuan Rudd dengan Sekjen PBB setelah ia menemui Presiden AS

menunjukkan bahwa Australia tidak memosisikan secara kontradiktif tradisi

aliansi AS-Australia dengan kebijakan multilateral dan penghargaan Australia

terhadap PBB.

Setelah menemui Presiden AS dan Sekjen PBB, Rudd melakukan lawatan ke

Eropa mengunjungi Belgia, Romania, dan Inggris. Di Belgia, Rudd bertemu

dengan presiden dan para anggota senior Komisi Eropa. Sementara di Bucharest,

Romania, Rudd menghadiri KTT kepala pemerintahan negara-negara anggota

Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO). KTT NATO itu, antara lain, akan

memutuskan cara-cara meningkatkan efektivitas strategi dan misi Pasukan

Bantuan Keamanan Internasional (ISAF) di Afganistan, di mana Australia juga

menyumbangkan pasukan. Di Inggris, Rudd akan menemui PM Gordon Brown

dan sejumlah anggota senior kabinet Brown. Kunjungan ke Eropa secara

tradisional menjadi ritual bagi setiap PM Australia yang baru terpilih mengingat

kedekatan historis, politik, dan strategis Australia dengan Eropa.

Page 84: Jbptunpaspp Gdl Cecepsaima 371 1 Nengpdf 2

Kunjungan ke China juga menjadi momentum keterkaitan Australia dengan

negara-negara besar di Asia. Sesaat setelah diumumkan memenangi pemilu tahun

lalu, Rudd mengisyaratkan tekadnya untuk meningkatkan fokus Australia

terhadap kerja sama dengan negara-negara di kawasan Asia Pasifik, khususnya

lewat tiga negara kunci, yakni Indonesia, China, dan India.35

B. Kebijakan Travel Advisory di Bawah Kepemimpinan Kevin Rudd

Pemerintahan Perdana Menteri Kevin Rudd sudah berjalan, namun Rudd

tidak berbeda dengan rezim John Howard yang digantikannya dalam memandang

masalah teroris di Indonesia. Bagi Pemerintahan Kevin Rudd, Indonesia tetaplah

sebuah negara "abnormal" dan tidak aman bagi para warga negaranya untuk

secara bebas dikunjungi, walaupun rekam jejak kesuksesan Indonesia dalam

menumpas jaringan terorisme mendapat pengakuan dunia.

Departemen Luar Negeri dan Perdagangan Australia (DFAT) tetap

mengelompokkan Indonesia ke dalam 15 negara di dunia yang patut diwaspadai

setiap warga negaranya sebelum memutuskan untuk berkunjung. Dimata DFAT,

kondisi Indonesia tak berbeda dengan Aljazair, Angola, Republik Demokrasi

Kongo, Timor Leste, Eritrea, Etiopia, Haiti, Liberia, Nigeria, Pakistan, Saudi

Arabia, Sri Lanka, Yaman, dan Zimbabwe. Peringkat status "travel advisory"

(saran perjalanan) yang diberlakukan DFAT kepada Indonesia ini tidak pernah

berubah sejak era Howard hingga kubu Partai Buruh berkuasa di Canberra, yakni

level empat atau hanya terpaut satu tingkat di bawah level lima (dilarang untuk

dikunjungi). Makna di balik peringatan perjalanan level empat itu adalah setiap

35http://cetak.kompas.com/read/xml/2008/04/02/00363941 diakses pada 3 Oktober

2009

Page 85: Jbptunpaspp Gdl Cecepsaima 371 1 Nengpdf 2

warga Australia yang berniat berkunjung ke berbagai daerah di Indonesia diminta

untuk "mempertimbangkan kembali" rencana mereka itu karena alasan keamanan

(ancaman terorisme).

Kementerian yang kini dipimpin Stephen Smith ini tetap berdalih bahwa

pihaknya terus menerima laporan-laporan yang mengindikasikan adanya rencana

serangan teroris terhadap sejumlah target, termasuk kepentingan-kepentingan

Barat dan tempat-tempat yang biasa dikunjungi orang asing.

Tampaknya kondisi psikologis pemerintah federal Australia di bawah PM

Rudd tetap tak berubah, yakni masih saja tunduk pada "ketakutan" yang ingin

diciptakan para radikalis dari serangkaian aksi terorisme mereka. Media Australia

pun umumnya selalu memelihara rasa takut publik negara itu dengan memberikan

ruang bagi isu-isu radikalisme dalam Islam.

Dalam masalah terorisme, tak ada yang bisa menyangkal fakta bahwa rakyat

Indonesia dan Australia sama-sama merupakan korban kekerasan para militan.

Berbagai komitmen kerja sama yang telah disepakati pemerintah kedua negara

dalam bentuk nota kesepahaman maupun perjanjian bilateral tidak bisa dengan

mulus dilaksanakan secara timbal balik karena kendala "travel advisory".

Bidang kerja sama di tingkat masyarakat, seperti program pertukaran siswa

dan guru, riset dan pendidikan, bisnis dan pariwisata adalah sektor paling

dirugikan oleh pemberlakuan "travel advisory". Pemberlakuan "travel advisory"

terhadap Indonesia ini dinilai banyak pihak di Australia sendiri sebagai

penghambat bagi program kerja sama antarlembaga pendidikan maupun hubungan

antar-masyarakat kedua negara.

C. Hubungan Indonesia-Australia Pada Pemerintahan Kevin Rudd

Page 86: Jbptunpaspp Gdl Cecepsaima 371 1 Nengpdf 2

Mantan PM John Howard dan Menteri Luar Negeri Alexander Downer

mewariskan sebuah pasang surut hubungan Australia-Indonesia yang amat

bersejarah. Kemerdekaan Timor Timur berikut setumpuk antiklimaks residu

masalah yang terus saja hidup dan membuat hubungan kadang terasa kurang

nyaman. Kemajuan kerja sama di banyak bidang politik-pertahanan, ekonomi, dan

pendidikan seolah tenggelam di tengah pasang surut, episode-episode kasus

pemberian visa bagi warga Papua, soal Abu Bakar Ba’asyir, Schapelle Corby,

nelayan yang ditangkap, travel warning, dan sederet berita panas lainnya termasuk

kasus Balibo Five yang bagi kita sudah selesai. Sebuah harapan terbukanya

lembaran baru sekalipun disadari bahwa di sana-sini kita banyak perbedaan.

Perbedaan yang tidak harus memisahkan dan menjauhkan kesamaan pandangan,

kepentingan bersama, dan kenyataan geografis bahwa keduanya harus bertetangga

baik.

1. Kepentingan Nasional

Pasang surut persoalan yang timbul mengganggu hubungan Canberra-

Jakarta sesungguhnya terjadi ketika Pemerintah Australia tidak mampu mengelola

kepentingannya sendiri. Ketika para petinggi Pemerintah Australia tidak mampu

mengolah dan merumuskan kepentingan mayoritas masyarakat Australia menjadi

kepentingan nasional Australia. Australia telah kehilangan kompas moral di

bawah Pemerintah Howard. Ketika kepentingan segelintir minoritas masyarakat

Australia yang vokal, yang tidak mewakili suara mayoritas publik Australia ini

dikemas seolah menjadi kepentingan nasional Australia, maka ia akan menjadi

episode buruk bagi pemerintah baru. Suara vokal ini mudah bergeser dan bergerak

menjadi tekanan politik sekaligus komoditas untuk merebut dukungan di dalam

Page 87: Jbptunpaspp Gdl Cecepsaima 371 1 Nengpdf 2

negeri berupa legitimasi dan justifikasi pemihakan sesaat. Oleh sebab itu, bisa

ditebak, Pemerintah Australia akan kehilangan obyektivitas merumuskan

kepentingan nasional yang sesungguhnya disuarakan oleh mayoritas

penduduknya. Akibatnya, kepentingan semu ini menjadi bom waktu, rusaknya

hubungan Pemerintah Australia dengan dunia luar.

2. Middle Power atau Mezano dan Asia

Indonesia tidak hanya vital secara geografis, tetapi juga penting sejauh

segala potensi yang dimilikinya mampu diserap dan dimanfaatkan secara

komplementer dan sinergis. Artinya, Australia harus bisa menempatkan RI

menjadi sentra kebijakan luar negerinya. Pilihan politik yang pernah dilakukan

PM Keating ini mungkin tetap relevan bagi Australia jika ingin menjadi regional

middle power. Orientasi kebijakan luar negeri Australia mendatang adalah

menjadi kekuatan menengah. Artinya, Australia ingin terlibat menjadi pemangku

kepentingan kekuatan menengah di kawasan terutama Asia.

Segi tiga hubungan dengan Indonesia, China, dan Jepang menjadi pendulum

yang menggerakkan pembuatan kebijakan luar negeri di kawasan, sementara ia

menarik pasukan dari Irak dan menandatangani Protokol Kyoto serta membangun

hubungan yang lebih independen dengan Amerika Serikat. Middle power atau

mezano yang dilontarkan Kevin Rudd, mengutip konsep Giovani Botero, ini

adalah meletakkan Australia menjadi mandiri, berdiri di kaki sendiri, tanpa

bergantung pada satu kekuatan besar (AS). Making Australia a force for good

sebagai kekuatan menengah yang efektif. Memperbarui diplomasi Australia

sebagai kekuatan menengah adalah prioritas yang akan dilakukan karena the act of

diplomacy is not to fight wars—it is to prevent wars. Demikian janji yang

Page 88: Jbptunpaspp Gdl Cecepsaima 371 1 Nengpdf 2

diucapkan menteri luar negeri bayangan Australia Kevin Rudd, 28 September

2006.

Optimisme terbentuknya hubungan Australia-Indonesia yang membaik di

bawah Kevin Rudd mendatang ini—tidak seharusnya dipertaruhkan dan

dibelokkan hanya oleh episode buruk yang akan tetap bergulir—menjadi ilustrasi

politik yang tidak terkelola secara baik.

Australia adalah negara tetangga yang terletak di sebelah selatan Indonesia.

Dengan dipisahkan oleh Laut Hindia, Laut Timor dan Laut Arafuru, Australia

merupakan negara barat yang saling dekat dengan Indonesia karena mayoritas

penduduk Australia berasal dari Benua Eropa sejak Benua Australia mulai

menjadi koloni Inggris tahun 1770.

Australia memiliki salah satu perekonomian terkuat di dunia dengan

manajemen makro ekonomi yang solid dan upaya reformasi struktur yang

berkelanjutan sehingga dapat terus mempertahankan kinerja baik tersebut. Sejak

tahun 1990 dan selama 15 tahun berturut-turut, ekonomi riil Australia terus

tumbuh rata-rata sebesar 3,3% dengan tingkat inflasi yang rendah rata-rata sebesar

2,5% selama periode tersebut. Pada tahun 2006 GDP Australia adalah sekitar satu

trilyun dolar Australia.36

Dengan berpenduduk lebih dari 20 juta orang, salah satu kekuatan ekonomi

Australia terletak pada sektor usaha kecil yang terdiri dari 1,2 juta usaha kecil

dengan mempekerjakan sebanyak 3,3 juta penduduknya. Para usaha kecil tersebut

juga adalah kontributor utama dari ekspor barang dan jasa Australia, yakni

sebanyak 42% dari keseluruhan pelaku ekspor barang Australia.

36

http://www.deplu.go.id/?hotnews_id=2967, diakses pada 3 Oktober 2009

Page 89: Jbptunpaspp Gdl Cecepsaima 371 1 Nengpdf 2

Bank dunia telah menilai bahwa diantara negara-negara Organization for

Economic Cooperation and Develop0ment (OECD), Australia adalah negara

kedua termudah bagi penduduknya untuk mendirikan usaha baru, yakni dua hari

untuk memulai usaha baru dibandingkan dengan rata-rata negara OECD selama

20 hari.

Dibidang pariwisata dan pelajar asing, Australia setiap tahun dikunjungi

oleh hampir enam juta wisatawan dan pelajar asing dengan masing-masing

menyumbangkan A$ 75 milyar dan A$ 10,1 milyar bagi perekonomian Australia.

Australia adalah negara berbahasa inggris ketiga yang paling populer bagi pelajar

asing untuk meneruskan studi. Pada tahun 2006, sekitar 383.818 pelajar asing dari

190 negara sedang menempuh studinya di Australia. Nilai perdagangan dua arah

Australia di bidang barang dan jasa adalah sebesar A$ 443,6 milyar untuk periode

2007-2007, yakni sebesar satu persen dari perdagangan dunia. Mitra dagang

utama Australia berturut-turut adalah Jepang, RRC, Amerika Serikat, Inggris dan

Singapura, dengan Indonesia menempati urutan ke-13.37

Saat ini dimaklumi bahwa Indonesia dan Australia masih memiliki

perbedaan yang signifikan di bidang ekonomi, sosial, dan budaya serta perjalanan

sejarah yang relatif terpisah satu sama lain hingga awal Perang Dunia II.

Meskipun kedua negara adalah negara tetangga dan telah secara resmi berinteraksi

dan menjalin relasi selama lebih dari 58 tahun, kiranya perbedaan tersebut masih

saja menghantui dalam benak kedua masyarakat kita.

Salah satu upaya yang dapat semakin memperkuat hubungan bilateral

Indonesia dangan Australia adalah bagaimana masyarakat kedua bangsa dapat

37

http://www.dfat.gov.au/aib/overview.html, diakses pada 3 Oktober 2009

Page 90: Jbptunpaspp Gdl Cecepsaima 371 1 Nengpdf 2

saling memahami dan mengerti akan pikiran dan kehidupan bangsa masing-

masing. Upaya untuk semakin mengikis perbedaan tersebut kiranya dapat

memanfaatkan tingkat hubungan antar-pemerintah yang semakin erat dengan

didasari oleh rasa saling berkepentingan, saling menghormati dan saling

menguntungkan dalam kesetaraan. Akan tetapi keinginan untuk saling mengetahui

dan saling memahami harus timbul dari setiap individu dari masing-masing

bangsa itu sendiri.

Berbagai upaya telah dijalankan oleh pemerintah kedua negara agar

masyarakat dapat saling mengenal, saling menghormati dan saling menghargai

budaya masing-masing seperti antara lain kegiatan pertukaran misi kebudayaan,

pertukaran pelajar, dan kunjungan jurnalis dan senior editors serta dialog antar-

tokoh masyarakat yang dilakukan secara reguler dan berkesinambungan. Akan

tetapi upaya tersebut masih saja belum mencapai tingkat sebagaimana diharapkan

yaitu mencapai tingkat kedewasaan dalam berhubungan antar-masyarakat. Perlu

diakui bahwa arah pandang sebagian masyarakat Indonesia belum sepenuhnya

melihat ke selatan dan memanfaatkan potensi penuh yang terkandung di Australia.

Kedepan kiranya potensi Australia yang dapat dimanfaatkan guna

meningkatkan hubungan bilateral kedua negara dalam konteks people to people

dapat ditempuh melalui bidang perdagangan, ketenagakerjaan, pariwisata, dan

pendidikan.38

Dibidang perdagangan, Indonesia berada pada urutan ke-13 sebagai negara

mitra dagang Australia dengan nilai keseluruhan A$8,8 milyar untuk tahun

2006-2007. Dengan berasaskan saling menguntungkan bagi kedua belah

38

http://www.deplu.go.id/?hotnews_id=2967, diakses pada 5 Oktober 2009

Page 91: Jbptunpaspp Gdl Cecepsaima 371 1 Nengpdf 2

pihak, kiranya pelaku usaha Indonesia dan Australia masih memiliki

banyak ruang untuk dapat semakin tumbuh dan berkembang. Impor barang

utama Australia antara lain adalah kendaraan bermotor, minyak mentah,

elektronika, dan komputer. Bagi Indonesia, mengingat ongkos tenaga kerja

di Australia adalah sangat mahal, maka peluang bagi pengusaha Indonesia

untuk mengekspor berbagai produk seperti mebel, perabot rumah tangga,

produk kulit, kerajinan tangan, pakaian dan perhiasan wanita tetap terbuka.

Saat ini barang-barang tersebut pada umumnya dipasok oleh RRC dengan

harga yang sangat murah sehingga pengusaha Indonesia haruslah lebih

komprehensif.

Di bidang pariwisata, jumlah kedatangan wisatawan dari Indonesia

berjumlah sekitar 83 ribu orang dari keseluruhan 5,5 juta turis asing ke

Australia pada 2006. Di antara para wisatawan Indonesia tersebut, sekitar

76% adalah wisatawan yang tergolong repeat visitors. Pada tahun yang

sama pula jumlah wisatawan Australia ke Indonesia berjumlah sekitar 215

ribu orang. Angka saling kunjung tersebut tampak sangat kecil jumlahnya

jika dibandingkan dengan potensi penduduk Indonesia maupun dengan

kemampuan masyarakat Australia untuk berkunjung ke Indonesia. Seperti

diketahui bahwa salah satu kendala yang turut mempengaruhi arus

wisatawan kedua negara adalah adanya travel advisory dari Australia

untuk melakukan kunjungan ke Indonesia serta sulitnya persyaratan untuk

memperoleh visa kunjungan ke Australia.

Bidang ketenagakerjaan, ini merupakan bidang yang paling menjanjikan

bagi upaya peningkatan hubungan people to people. Perekonomian

Page 92: Jbptunpaspp Gdl Cecepsaima 371 1 Nengpdf 2

Australia yang tergolong booming ini memerlukan berbagai semi-sklilled

workers untuk dapat menunjuang pertumbuhan tersebut, dan kelangkaan

ini dapat dipenuhi oleh tenaga kerja Indonesia. Bidang-bidang seperti

perawat, masinis, tukang las, buruh bangunan, tukang pipa, tukang listrik,

montir, serta tenaga semi –skilled lainnya kini termasuk langka dan

banyak dicari di Australia. Adapun hambatan utamanya bagi tenaga kerja

Indonesia adalah dari faktor bahasa dan tuntutan penyesuaian kualifikasi

keahlian yang tinggi untuk dapat bekerja di Australia. Hukum imigrasi

Australia dan faktor labor union Australia juga turut mempengaruhi proses

pengiriman tenaga kerja Indonesia ke Australia.

Di bidang pendidikan, Australia memiliki salah satu infrastruktur

pendidikan terbaik dunia. Dengan berbasis bahasa inggris, pelajar dari

Indonesia sejak dahulu telah menempatkan Australia sebagai salah satu

alternatif pendidikan tinggi mereka di luar negeri. Meskipun demikian

dibandingkan dengan negara Asia lainnya, jumlah pelajar Indonesia masih

termasuk rendah dengan jumlah sekitar 16 ribu pada tahun 2006 dari

jumlah keseluruhan 383 ribu pada tahun itu. Sebagian besar dari jumlah

pelajar Indonesia tersebut bukan penerima beasiswa melainkan atas biaya

sendiri. Dalam kaitan ini, salah satu kendala bagi peningkatan jumlah

pelajar Indonesia adalah semakin tingginya biaya hidup di Australia dan

persaingan pendidikan untuk belajar di negara selain Australia, seperti

Singapura dan Malaysia.

Menghadapi berbagai kendala yang ada dalam upaya meningkatkan people

to peole relation tersebut, Pemerintah Indonesia haruslah berupaya bekerjasama

Page 93: Jbptunpaspp Gdl Cecepsaima 371 1 Nengpdf 2

dengan Pemerintah Australia untuk mencari jalan keluar dan sekaligus membuka

peluang-peluang baru.

Page 94: Jbptunpaspp Gdl Cecepsaima 371 1 Nengpdf 2

BAB IV

SIKAP PEMERINTAH INDONESIA DALAM MENYIKAPI

KEBIJAKAN TRAVEL ADVISORY OLEH PEMERINTAHAN

AUSTRALIA

A. Implementasi Kebijakan Luar Negeri Indonesia Dalam Menyikapi

Kebijakan Travel Advisory Australia

Pemerintah Australia telah mengeluarkan kebijakan travel advisory ke

Indonesia sejak tahun 2001 atau lebih tepatnya sejak terjadinya serangan teroris di

Amerika Serikat (9/11/2001). Hal ini disebabkan persepsi Pemerintah Australia

saat itu yang melihat Indonesia sebagai salah satu sarang teroris karena sebagian

besar penduduk Indonesia sebagai salah satu sarang teroris karena sebagian besar

penduduk Indonesia merupakan muslim. Tentu saja ini berhubungan dengan

sentimen masyarakat internasional pada saat itu yang dikampanyekan oleh

Amerika Serikat bahwa masyarakat muslim identik dengan terorisme apalagi

ditambah dengan adanya serangkaian peledakan bom di Indonesia dalam kurun

waktu 2002-2005. di bawah pemerintahan Kevin Rudd saat ini pemberlakuan

Travel Advisorry Australia ke Indonesia belum ada perubahan bahkan masih

berada pada level empat atau hanya terpaut satu tingkat di bawah level lima

(dilarang untuk dikunjungi). Makna dibalik peringatan perjalanan level empat itu

adalah setiap warga Australia yang berbuat berkunjuang ke berbagai daerah di

Page 95: Jbptunpaspp Gdl Cecepsaima 371 1 Nengpdf 2

Indonesia diminta untuk “mempertimbangkan kembali” rencana mereka itu

karena alasan keamanan seperti ancaman terorisme.39

Dalam menerapkan kebijakan travel advisory, Pemerintah Australia selalu

memperbaharui isu-isu dan perkembangan yang terjadi di Indonesia seperti

masalah keamanan terutama terorisme. Pemerintah Australia memberikan

peringatan kepada warganya dalam melakukan perjalanan ke Indonesia terutama

Bali yang dianggap masih menjadi sasaran utama terorisme. Selain masalah

terorisme, Australia juga mengawasi tentang perkembangan Pemilihan Umum

2009 di Indonesia yang diwarnai dengan ancaman serangan teroris, demonstrasi

dan kampenye partai politik sehingga berpotensi menimbulkan konflik dan

pertikaian. Berkaitan dengan pernyataan World Health Organization (WHO)

mengenai berkembangnya virus flu burung di Indonesia dan juga rabies di Bali,

Pemerintah Australia juga mengingatkan kembali warganya apabila ingin

berkunjung ke Indonesia.40

Bagi Indonesia tentu saja pemberlakuan kebijakan ini merugikan karena

akan mambuat jelek citra Indonesia di dunia internasional. Munculnya imej bahwa

Indonesia bukanlah negara yang aman untuk dikunjungi akan mempengaruhi

posisi Indonesia dan juga akan menyebabkan kerugian di berbagai aspek

hubungan kedua negara. Pemerintah Indonesia menilai travel advisory ke

Indonesia yang masih diberlakukan oleh Australia, menghambat upaya kedua

bangsa membangun dan memperkuat hubungan antar-masyarakat. Padahal

39

http://hariansib.com/2009/02/22/indonesia-ingin-australia-tinjau-%E2%80%9Ctravel-advisory%E2%80%9D/, diakses pada 9 Oktober 2009

40http://www.smartraveller.gov.au/zw-cgi/view/advice/Indonesia, diakses 9 Oktober

2009

Page 96: Jbptunpaspp Gdl Cecepsaima 371 1 Nengpdf 2

Indonesia telah mampu memerangi terorisme sebagai sesuatu yang menghambat

hubungan di tingkat masyarakat (people to people) dibuktikan sejauh ini sudah

sekitar 400 orang yang terlibat dalam berbagai aksi terorisme ditangkap dan

dihukum.41

Dalam menerapkan strategi dan kebijakannya agar kebijakan travel advisory

ini dicabut, Pemerintah Indonesia haruslah memperhatikan berbagai aspek yang

mempengaruhi baik itu yang berasal dari domestik ataupun dari luar negeri.

Berdasarkan pendekatan sistem, penerapan kebijakan travel advisory pastinya

berhubungan dengan pelaksanaan berbagai kerjasama yang dilakukan antara

Indonesia dan Australia dalam bingkai Lombok Treaty sehingga Indonesia merasa

perlu untuk mensukseskan Lombok Treaty.

Pada analisis kali ini akan digunakan tingkat analisis pada level negara

karena dinilai akan lebih efektif di mana yang berwenang mengeluarkan kebijakan

travel advisory merupakan Pemerintah Federal Australia. Menurut kasubdit IV

Direktorat Asia Timur dan Pasifik, Departemen Luar Negeri RI, Masriati Lita

Saadina Pratama, ada beberapa aspek yang mempengaruhi Pemerintah Indonesia

dalam merumuskan kebijakannya, namun ada 5 aspek yang cukup dominan, yaitu

kebijakan travel advisory dari Australia, Partai Buruh, keamanan, Lombok Treaty,

dan pariwisata.

Dari aspek pariwisata, Indonesia memiliki kepentingan yang besar karena

masyarakat Australia merupakan salah satu turis mancanegara dengan jumlah

terbesar dan Australia juga telah menjadi tujuan pariwisata favorit masyarakat

Indonesia. Terdapat 5,6 juta wisatawan internasional yang berkunjung ke

41http://www.eramuslim.com/berita/nasional/menlu-ri-travel-advisory-australia-hambat-

hubungan-baik-dengan-indonesia.html, diakses pada 9 Oktober 2009

Page 97: Jbptunpaspp Gdl Cecepsaima 371 1 Nengpdf 2

Australia selama tahun 2008. selama Desember 2008, jumlah wisatawan

internasional yang berkunjung ke Australia mencapai 611.500. Terhitung sejak

Desember 2007, jumlah pengunjung terbesar ke-14 yang berdatangan ke Australia

berasal dari Indonesia. Terdapat 12.000 pengunjung Indonesia di Australia selama

Desember 2008. Total jumlah warga Indonesia yang bepergian ke Australia

selama 2008 mencapai 94.300 atau terdapat kenaikan sebesar 6 persen apabila

dibandingkan pada tahun sebelumnya. Sementara jumlah wisatawan Australia

yang berkunjung ke Indonesia, terutama Bali, juga meningkat hingga mencapai

52,68 persen pada 2008. kunjungan wisatawan Australia ke Bali selama 2008

mencapai 313.313 orang atau terdapat kenaikan sebanyak 108.108 orang

dibandingkan pada 2007.42

Dalam usaha mencapai kepentingan nasionalnya berupa perbaikan citra

Indonesia dimata dunia internasional dan terlaksananya dengan baik Lombok

Treaty, maka Pemerintah Indonesia menerapkan strategi yaitu berupa pelaksanaan

total diplomacy sesuai dengan instrumen pelaksanaan kebijakan luar negeri

Indonesia yang lebih memilih jalur diplomasi. Prinsip total diplomacy yang

digunakan oleh Pemerintah Indonesia berupa pemanfaatan segala sektor

kerjasama dan hubungan kedua negara. Kebijakan ini merupakan bagian dari

pengimplementasikan tujuan jangka pendek (day to day) Pemerintah Indonesia

yaitu pencabutan kebijakan travel advisory tersebut sehingga tercapainya tujuan

jangka panjang berupa kesepahaman bersama antara penduduk Indonesia dan

Australia. Dalam hal ini, Pemerintah Indonesia memanfaatkan segala forum

42

http://internasional.kompas.com/read/xml/2009/02/18/08502681/travel.advisory.dan.pariwisata.indonesia-australia, diakses pada 9 Oktober 2009

Page 98: Jbptunpaspp Gdl Cecepsaima 371 1 Nengpdf 2

kerjasama yang sudah terjalin baik pada tataran kepala pemerintahan, menteri,

pengusaha, swasta bahkan masyarakat Indonesia yang melakukan hubungan

dengan masyarakat Australia.

Berbagai forum yang sudah dipaparkan diatas ditambah dengan adanya

interfaith diologue, dialog kepemudaan dan lainnya merupakan beberapa forum

yang sudah berjalan dimana inti dari forum tersebut ialah menghasilkan

kesepahaman antara Indonesia dan Australia yang bertujuan untuk meningkatkan

hubungan kedua negara terutama dalam upaya menyukseskan Lombok Treaty.

Meskipun berbagai forum tersebut ada yang dilaksanakan oleh pihak non-

pemerintah seperti para pengusaha, namun strategi total dipolomacy masih berada

dibawah koordinator Departemen Luar Negeri RI sebagai perwakilan dari

pemerintah. Pada prinsipnya agar kebijakan travel advisory dari Australia bisa

dicabut pemerintah akan menggunakan berbagai sumber daya yang ada dan segala

bentuk perjanjian dan kerjasama yang sudah ada juga akan ditingkatkan tanpa

memperhatikan travel advisory sehingga kebijakan tersebut akan tercabut secara

sendirinya.

Page 99: Jbptunpaspp Gdl Cecepsaima 371 1 Nengpdf 2

B. Perkembangan Hubungan Indonesia-Australia Dalam Bidang

Keamanan

Dalam menjalin hubungan kedua negara, baik Indonesia maupun Australia

berkomitmen untuk terus meningkatkan hubungan kedua negara terutama dalam

tingkat people to people. Adapun cara-cara yang digunakan yaitu dengan

memanfaatkan forum-forum yang sudah ada baik pada tataran antar-pemerintah,

antar-parlemen, ataupun antar-swasta.

1. Pertemuan Antar Kepala Pemerintah

Pertemuan antara Presiden Yudhoyono dan PM Kevin Rudd merupakan

pertemuan-pertemuan tingkat tinggi kedua negara yang berguna untuk membahas

dan mempererat hubungan kedua negara. Sebelumnya kedua pemimpin

pemerintah ini telah beberapa kali bertemu sejak pengangkatan Rudd sebagai PM

Australia menggantikan Jonh Howard pada penghujung 2007.

Tidak berapa lama setelah pengankatannya, Rudd bertemu Yudhoyono di

Bali di sela-sela konfrensi PBB tentang perubahan iklim (UNFCCC) pada

Desember 2007. Pada pertengahan 2008, Rudd juga telah melajujan lawatan ke

Jakarta guna mendorong kerjasama kedua negara terutama setelah disepakatinya

Perjanjian Lombok, yang salah satunya menegaskan pengakuan Australia pada

kedaulatan Indonesia termasuk Papua dan yang terakhir pertemuan keduannya di

bali pada Desember 2008 di kegiatan Bali Democracy Forum.43

Diantara isu bilateral yang sering dibahas oleh kedua kepala pemerintahan

yaitu menyangkut kerjasama dibidang ekonomi, khususnya perdagangan dan

investasi. Hubungan perdagangan dan investasi dari tahun ke tahun berkembang

43http://www.presidensby.info/index.php/fokus/2009/04/01/4151.html, diakses pada 6

Oktober 2009

Page 100: Jbptunpaspp Gdl Cecepsaima 371 1 Nengpdf 2

dengan pertumbuhan untuk perdagangan 14% rata-rata pertahunnya. Kedua

kepala pemerintahan juga membahas kerjasama di bidang mengatasi climate

change, dan secara kongkret kedua negara telah menandatangani Australia-

Indonesia forest Carbon Partnership yang merupakan contoh nyata kerja sama

kedua negara untuk mengatasi climate change, utamanya du bidang kehutanan.44

Dibidang pendidikan kerjasama terus ditingkatkan untuk memberi

kesempatan kepada pelajar dan mahasiswa kedua negara untuk saling belajar di

negara lain, sekaligus memperkuat people to people contact yang menjadi tujuan

dari kerjasama bilateral. Selain itu, pertemuan yang dilakukan juga membahas

masalah kerjasama dibidang kepariwisataan dimana wisatawan Australia yang

datang ke Indonesia tetap banyak jumlahnya, tahun lalu bahkan meningkat 35%.

Dibidang pertahanan dan keamanan, di bahas kerjasama menyangkut kerjasama

kepolisian kedua negara, kerjasama melawan terorisme, maupun kerjasama di

bidang militer, seperti pendidikan, latihan, saling kunjung antar perwira dan

sebagainya.

Dalam berbagai kesempatan pertemuan keduanya, Presiden Yodhoyono juga

selalu membahas mengenai kebijakan travel advisory Australia ke Indonesia.

Dalam pertemuan kedua kepala pemerintahan pada pertengahan 2008 yang lalu,

Presiden Yudhoyono menyampaikan bahwa keadaan Indonesia sudah baik,

normal dan pulih kembali dan wisatawan Australia yang datang ke Bali jumlahnya

sangat besar sehingga hubungan dan kesepahaman people to people contact akan

44

http://beritasore.com/2008/12/10/sby-ridd-lakukan-pertemuan-dwipihak/, diakses pada 11 Oktober 2009

Page 101: Jbptunpaspp Gdl Cecepsaima 371 1 Nengpdf 2

lebih mudah dilaksanakan jika travel advisory dari Pemerintah Australia di

cabut.45

2. Australia-Indonesia Ministerial Forum

Australia-Indonesia Ministerial Forum (AIMF) merupakan forum tingkat

menteri yang dilakukan antara Pemerintah Indonesia dan Pemerintah Australia.

AIMF sudah beberapa kali dilaksanakan dan yang terakhir merupakan pertemuan

ke-9 yang dilaksanakan di Canberra, Australia pada tahun 2008. Dalam pertemuan

terakhir ini dibahas mengenai teknis dari pelaksanaan kerjasama Lombok Treaty,

perumusan strategi baru dalam kerjasama pembangunan Australia-Indonesia

Partnership tahun 2008-2013, dan peluncuran Indonesia-Australia Forest Carbon

Partnership serta pembukaan akses untuk dunia pendidikan.

Forum ini juga membahas berbagai mecam tantangan baik regional maupun

global dimana kedua negara perlu bekerja sama. Adapun tantangan-tantangan tang

dimaksud seperti krisis keuangan global, transnational crime, perubahan iklim,

lingkungan, keamanan pangan, isu keamanan manusia dan keamanan energi

termasuk antisipasi dari bencana alam dan ekonomi.

Dalam upaya meningkatkan people to people contact, forum ini berusaha

meningkatkan kerjasama kedua negara ditandai dengan ditandatanganinya

memoranda of Understanding (MoU) kerjasama pendidikan dan pemberian visa

liburan dan kerja (AIMF Joint Ministerial Statement, 12 November 2008).

3. Indonesia-Australia Defence Strategic Dialog

Indonesia-Australia Defence Strategic Dialog (IADSD) merupakan forum

dialog antar-pemerintah yang membahas mengenai kerjasama pertahanan kedua

45http://www.setneg.go.id/index.php?option=content&task=view&id=2240&Itemid=26,

diakses pada 11 Oktober 2009

Page 102: Jbptunpaspp Gdl Cecepsaima 371 1 Nengpdf 2

negara. Adapun IADSD sudah berjalan beberapa kali dan terakhir merupakan

IADSD IV di laksanakan di Jakarta pada tanggal 28-29 Juli 2008. Adapun topik

yang dibahas dalam dialog tersebut yaitu:

1. Strategic review

Delegasi Indonesia dan Australia saling bertukar pandangan tentang

perkembangan keamanan kawasan dan global. Dalam beberapa hal terdapat

kesamaan pandangan mengenai isu nuklir Korea, klaim tumpang tindih di Laut

Cina Selatan, isu Taiwan, Kebangkitan Cina, keamanan di Selat Malaka dan juga

tentang ancaman terorisme. Dalam dialog tersebut dijelaskan juga tentang

perkembangan kerjasama Indonesia-Australia, termasuk Lombok Treaty tahun

2006 yang merupakan payung untuk terjalinnya lebih lanjut kerjasama pertahanan

kedua negara.

a. Current Operations Brief

Delegasi Indonesia memaparkan tentang bagaimana PMPP (Pusat Misi

Pemeliharaan Perdamaian) sebagai pusat peace keeping Operation melaksanakan

tugasnya, antara lain tentang cara merekrut personil TNI untuk dikirim

melaksanakan misi pasukan perdamaian melalui mandat PBB. Delegasi Indonesia

juga menjelaskan tentang berbagai kegiatan penugasan TNI dalam menjaga

perdamaian di berbagai wilayah konflik di bawah bendera PBB. Sedangkan di

pihak Australia memaparkan tentang bidang operasi, baik di lingkup regional,

domestik maupun internasional. Pada bidang operasi yang dilaksanakan di dalam

negeri, Australia melaksanakan operasi Solonia di Pasifik Barat, dan operasi

Gatewawy di Asia Tenggara. Sementara operasi di bawah bendera PBB

dilaksanakan di Sudan, Timor Leste, Sinai, dan Israel, serta operasi-operasi yang

Page 103: Jbptunpaspp Gdl Cecepsaima 371 1 Nengpdf 2

berkaitan dengan penanggulangan terorisme, restorasi, dan masalah-masalah

keamanan maritim.

b. Indonesia Defence University

Dalam dialog ini delegasi Indonesia menjelaskan tentang alasan-alasan akan

didirikannya IDU, waktu dan lokasi kampus, calon-calon siswa dan lembaga-

lembaga pendidikan di bawah IDU. Sedangkan untuk pembuatan kurikulum,

Dephan mengharapkan bantuan Australia dengan menempatkan perwira penasehat

kebijakan di Dephan pada saat berdirinya IDU. Delegasi Australia memaparkan

tentang sistem pendidikan militer dimulai dari kadet hingga CDSS (Centre for

Defence Security Studies)

c. Defence Industry

Dalam kesempatan ini pihak Australia menyampaikan tentang rencana

pertukaran kunjungan kerja antara pejabat Australia dan Indonesia untuk

meningkatkan produk industri pertahanan Indonesia. Selama beberapa tahun

Australia telah menghasilkan suatu dasar industri pertahanan yang kuat. Di pihak

Indonesia menyampaikan bahwa untuk pengadaan alutsista, Indonesia

mengutamakan produk dalam negeri belum memadai, maka Indonesia membeli

dari negara lain dengan catatan negara tersebut mau melaksanakan transfer

teknologi. Di bidang riset dan pengembangan, Indonesia bekerja sama dengan

institusi Research & Development dan beberapa universitas lainnya.

d. Kerjasama Keamanan Maritim

Delegasi Australia menyampaikan tentang seluk beluk Border Patrol

Command (BPC). Badan ini dikepalai oleh perwira AL bintang dua yang

bertanggung jawab mengenai kesiapan, pencegahan dan respon terhadap kegiatan-

Page 104: Jbptunpaspp Gdl Cecepsaima 371 1 Nengpdf 2

kegiatan ilegal, penyelundupan termasuk penangkapan ikan oleh nelayan asing.

Dijelaskan pula tentang perangkat pendukung badan tersebut seperti kapal laut

dan pesawat. Pada tahun 2007, tim BPC mengunjungi counterpart-nya di

Indonesia, yaitu Badan Koordinasi Keamanan Laut (BAKORKAMLA).

e. Kerjasama Pertahanan

Delegasi Indonesia menyatakan bahwa perkembangan kerjasama pertahanan

kedua negara berjalan lancar, merkipun terdapat beberapa kegiatan yang masih

belum dilaksanakan. Disampaikan juga tentang prioritas kerjasama dimasa datang,

yang meliputi bidang intelijen, penanggulangan terorisme, keamanan maritim,

Humanitarian Assistance Disaster Relief dan PKO. Pihak Australia menekankan

pentingnya kerjasama yang lebih jauh dan mendalam di masa datang.

f. Perjanjian Kerjasama Pertahanan

Sebagai tindak lanjut dari Lombok Treaty, pihak Indonesia menyampaikan

draft Perjanjian Kerjasama Pertahanan kepada Australia. Dan saat ini pihak

Indonesia masih menunggu counter draft dari pihak Australia. Diharapkan

perjanjian dapat ditandatangani pada tahun 2009.

g. Perwira Australia sebagai Penasehat Kebijakan di Dephan

Pihak Australia menyampaikan bahwa Menteri Pertahanan RI telah

menyetujui mengenai penempatan seorang pejabat penasehat kebijakan di Dephan

yang diharapkan dapat membantu dalam pengembangan kurikulum IDU. Pihak

Indonesia dan Australia sepakat melakukan pembahasan lebih lanjut menyangkut

penempatannya.

Page 105: Jbptunpaspp Gdl Cecepsaima 371 1 Nengpdf 2

C. Sikap Antara Kedua Negara Dalam Menyikapi Kemungkinan

Munculnya Berbagai Konflik

Saat ini, paling tidak terdapat dua isu yang memerlukan perhatian khusus

pemerintahan kedua negara, yaitu ancaman terorisme dan imigran gelap.

Ancaman terorisme sejauh ini telah berhasil dimanfaatkan untuk meningkatkan

kerjasama, antara lain dengan penandatanganan 'Memorandum of Understanding

on Counter Terrorism' yang antara lain meliputi kegiatan tukar-menukar informasi

intelijen, menghidupkan kembali kerjasama dan pengembangan kemampuan

antara agen penegak hukum. Bahkan pada bulan Februari 2004, Indonesia dan

Australia bersama-sama menyelenggarakan 'Ministerial Conference on Counter

Terrorism' yang dihadiri para menteri negara-negara kawasan. Salah satu hasil

konkret yang disepakati adalah pendirian 'Jakarta Center for Law Enforcement

Cooperation' (JCLEC) yang tujuan utamanya adalah untuk meningkatkan

kemampuan operasional para petugas penegak hukum di kawasan guna

memerangi transnational crime, khususnya terorisme.

Keengganan Indonesia menjadi bagian 'Pacific Solution' dalam

menyelesaikan masalah migran gelap mendorong penyelenggaraan 'Bali Regional

Ministerial Conference on People Smuggling, Trafficking in Persons and Related

Trans-national Crime' tahun 2002 dan 2003 yang disponsori oleh Indonesia dan

Australia disusul dengan penyelenggaraan 'Regional Ministerial Conference on

Combating Money Laundering and Terrorist Financing' tahun 2002. Seperti

diketahui, Australia menggunakan Papua New Guinea dan Nauru untuk

menampung para pengungsi gelap yang akan menuju Australia dengan cara

memberlakukan 'exclusive immigration zones' terhadap beberapa pulau terluarnya

Page 106: Jbptunpaspp Gdl Cecepsaima 371 1 Nengpdf 2

yaitu pulau Christmas, kepulauan Cocos, dan pulau Ashmore Reef (September

2001), sehingga para pencari suaka yang mendarat di pulau-pulau tersebut belum

dapat meng-klaim bahwa mereka telah berada di wilayah keimigrasian Australia.

Dengan cara demikian, pemerintah Australia merasa 'berhak' mengirimkan para

pencari suaka tersebut ke negara lain, dalam hal ini Papua New Guinea dan

Nauru. Perkembangan positif juga terlihat dengan kesepakatan kedua negara

untuk mencari berbagai upaya guna meningkatkan kerjasama di bidang

pertahanan dan keamanan. Tukar-menukar kunjungan para perwira tinggi kedua

negara berlangsung secara berkelanjutan, sementara sejumlah personil TNI

mengikuti berbagai program pendidikan di Australia untuk memperdalam

pengetahuan mereka.

1. Ancaman Terorisme

Terorisme merupakan ancaman keamanan bagi dunia. Australia

menganggap Indonesia masih merupakan negara yang menjadi salah satu sasaran

utama terorisme terutama Bali. Dalam peringatan kepada warganya, Australia

menyatakan bahwa Indonesia masih berada dalam kategori resiko sangat tinggi

akan serangan teroris. Terutama setelah Pemerintah Indonesia memperingatkan

bahwa target teroris kemungkinan besar orang asing. Serangan teroris di Bali dan

Jakarta mengindikasikan bahwa daerah tersebut merupakan prioritas utama

serangan teroris. Peristiwa bom Bali tahun 2002 dan 2005 serta bom kuningan di

depan Kedutaan Besar Australia pada tahun 2004 telah menelan banyak korban

jiwa. Pasca eksekusi mati ketiga terpidana bom Bali 2002 pada tanggal 9

Page 107: Jbptunpaspp Gdl Cecepsaima 371 1 Nengpdf 2

November 2008 telah menimbulkan resiko akan adanya serangan balasan

terorisme.46

Secara geografis, Indonesia dan Australia adalah bertetangga, meski kedua

negara memiliki latar belakang budaya berbeda. Perbedaan itu jika hendak

ditonjolkan, bisa membuat renggang keduanya. Untungnya, Indonesia-Australia

sering harus menghadapi persoalan yang sama, bahkan menjadi korban dari suatu

persoalan sama.

Adanya isu tentang kelompok Islam garis keras, Jamaah Islamiyah (JI),

yang berencana melakukan pengeboman berkaitan dengan peringatan tahun

pertama awal serangan ke Afghanistan. Australia menerima peringatan yang

secara eksplisit menyebutkan, kelompok terorisme akan menjadikan Indonesia

sebagai target untuk menyerang Amerika Serikat dan sekutunya. Australia sebagai

deputy sheriff dalam perang global melawan terorisme menghadapi dilema ironis

yang harus membuktikan kemampuannya memerangi terorisme di dalam

negaranya sendiri, menyusul serangan dan teror terhadap entitas-entitas Indonesia.

Ekstremis dalam negeri yang menyatakan kebencian mereka kepada

Indonesia, menegaskan kembali sikap tidak tulus sebagian warga Australia dalam

menjalin hubungan bertetangga yang baik dengan kawasan. Ini menjadi masalah

prinsip bagi pemerintahan Australia yang terlibat aktif dalam perang global

melawan terorisme.

Pada Bom Bali I pada 2002 yang menewaskan 202 orang tewas, mayoritas

korban juga warga Australia dan Indonesia. Demikian juga, pada bom Bali II pada

2005 dan ledakan bom di depan Hotel JW Marriott, dekat Kedubes Australia di

46http://www.smartraveller.gov.au/zw-cgi/view/advice/Indonesia, diakses 13 Oktober

2009

Page 108: Jbptunpaspp Gdl Cecepsaima 371 1 Nengpdf 2

kawasan Mega Kuningan, pada 5 Agustus 2003. Sedang pada ledakan di dua

hotel, JW Maariotts dan Ritz Carlton 17 Juli 2009, ada korban dari kedua negara.

Pascaledakan bom di dua hotel itu, aparat kepolisian dari kedua negara sibuk

mencari para teroris. Kepolisian Australia menangkap tiga pria sebagai terdakwa

rencana serangan bunuh diri dengan sasaran markas militer di kota Sidney.

Korban bom bunuh diri sebenarnya bukan ternodanya citra Islam sebagai

agama damai, tapi juga relasi Indonesia-Australia. Pascapengemboman Amrozi

cs, relasi kedua negara tidak semesra dulu. Relasi itu memburuk pasca-bom di

depan Hotel JW Marriott, dekat Kedubes Australia di kawasan Mega Kuningan,

Jakarta Selatan, 5 Agustus 2003. Beberapa survei menunjukkan negeri kita

Indonesia dianggap menakutkan dan kurang penting lagi bagi sebagian warga

Australia. Survei Ivan Cook dari Lowy Institute for International Policy, lembaga

kajian internasional di Sydney, menyebut Indonesia menempati posisi 12

dibandingkan Singapura, Malaysia, Timor Leste, Papua Nugini, Inggris dan

Jepang. Dengan skala 0 (dingin)-100 (hangat), Indonesia berada di bawah Israel

atau ”satu kelompok” dengan Irak, Iran, dan Korea Utara.

Sejak Forum Tingkat Menteri Australia-Indonesia (AIMF) ke-9 (11 dan 12

November 2008) di Canberra, sudah ada saling pengertian. Forum itu juga

melahirkan pembaharuan Nota Kesepahaman Indonesia-Australia dalam

kontraterorisme. MoU meliputi kerja sama pengawasan perbatasan, maritim dan

keamanan transportasi, penegakan hukum, pendampingan hukum, serta

penanganan ancaman teroris di bidang kimia, biologi, radiologi, hingga nuklir.

Tapi, delegasi Indonesia dengan terbuka menyatakan keberatan atas penerapan

“travel advisory” oleh Australia setiap ada bom teroris meledak.

Page 109: Jbptunpaspp Gdl Cecepsaima 371 1 Nengpdf 2

Muncul pula harapan bahwa setelah beberapakali ledakan bom di Tanah Air

yang mengorbankan warga Australia, publik Australia menaruh pengertian bahkan

empati pada Indonesia. Presiden SBY mengungkapkan perang melawan terorisme

sebagai ”pertempuran untuk mengambil hati dan pikiran”. Gagasan itu amat patut

dan penting dielaborasi, karena perang melawan teroris tidak cukup dihadapi

dengan senjata. Pemprov Jatim misalnya, harus menjamin bahwa ke depan

kesejahteraan warganya kian terjamin. Angka kemiskinan dikurangi dan

ketimpangan sosial di kota-kota besar jangan dibiarkan menganga. Kerukunan

antarumat beragama atau antarwarga bangsa yang berbeda etnis harus terus

dipupuk dan ditingkatkan. Kecemburuan sosial diganti dengan keadilan

sosial.Tentu ini proses panjang yang tidak mudah.Tapi kalau banyak yang

berkehendak baik, gagagasan besar ini akan bisa jadi kenyataan. Pemerintah dan

rakyat Australia juga mengamini bahwa terorisme tak cukup dilawan dengan

pendekatan keamanan. Maka, pemerintah PM Kevin Ruudpun berjanji hendak

lebih menggunakan ”kekuatan lunak” pada bidang ekonomi, intelektual, dan

agama guna memerangi terorisme.

Paling tidak ada dua opsi dalam hubungan diplomatik Indonesia-Australia.

Jika dalam tempo yang wajar Pemerintah Australia tidak sanggup membawa

pelaku teror untuk diadili, pertama, sudah saatnya pemerintahan Presiden

Yudhoyono meninjau kembali berbagai kesepakatan kerja sama kedua negara

yang dicapai dalam kunjungan ke negara itu beberapa waktu silam. Recovery

ekonomi dan sosial lewat berbagai kerja sama itu penting, tetapi harkat dan

keamanan negara juga bukan untuk dipertaruhkan. Momentum ini memberi jalur

yang baik untuk menegakkan kembali kepala kita yang telah sekian lama

Page 110: Jbptunpaspp Gdl Cecepsaima 371 1 Nengpdf 2

tertunduk malu karena ditimpa berbagai krisis yang akut, khususnya kepada

negara tetangga seperti Australia.

3. Imigran Gelap

Adanya berita tentang lolosnya 10 dari 11 imigran gelap (people smuggling)

asal Afghanistan dari rumah tahanan di Malang pada bulan Mei 2009 merupakan

salah satu peristiwa yang menandai rentetan persoalan migrasi yang dihadapi

Indonesia. Klimaks atas persoalan keamanan Indonesia terkait dengan masuknya

para imigran gelap yang memanfaatkan Indonesia sebagai tempat batu loncatan

(stepping stone) ke Australia. Untuk mencapai tujuannya, mereka memanfaatkan

berbagai jalur yang menghubungkan antara satu negara dengan negara lain hingga

sampai ke Australia. Indonesia sebagai negara tetangga terdekat bagi Australia

tidak dapat melepaskan diri dari persoalan tersebut. Bahkan sebaliknya,

keberadaan imigran gelap dari sudut pandang pengambil kebijakan negara

mengenai migrasi telah menjadi salah satu persoalan keamanan bagi Indonesia,

yang berpotensi menjadi “kerikil-kerikil tajam” terhadap hubungan Indonesia-

Australia.

Fenomena semacam itu bukanlah suatu hal yang baru. Indonesia menjadi

tempat batu loncatan bagi para imigran gelap tidak hanya dari Afghanistan, tetapi

juga dari negara-negara Timur Tengah dan Asia Selatan. Namun demikian,

tampaknya tidak pernah ada penyelesaian secara jelas. Persoalannya mencuat

sebentar lalu menghilang. Bahkan sampai sekarang masih terdapat beberapa

tempat yang melindungi keberadaan dan usaha imigran gelap di Indonesia.

a. Keamanan Wilayah Indonesia

Page 111: Jbptunpaspp Gdl Cecepsaima 371 1 Nengpdf 2

Indonesia tidak hanya merupakan salah satu negara pengirim tenaga kerja

keluar negeri terbesar di Asia Tenggara, namun telah menjadi negara tujuan bagi

siapapun yang ingin masuk dan bekerja di negeri ini. Data IOM (International

Organization for Migration) menunjukkan bahwa beberapa tahun terakhir

terdapat sekitar 20.000 tenaga kerja asing setiap tahunnya bekerja di Indonesia,

namun disinyalir oleh Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi

(Depnakertrans) masih ada sekitar 50.000 warga asing yang menyalahgunakan

visa kunjungan atau visa sementara untuk mencari pekerjaan.

Mengemukanya kesan bahwa orang dapat dengan mudah masuk dan

berusaha di Indonesia telah menjadi salah satu alasan kuat bagi para imigran gelap

untuk memanfaatkan Indonesia sebagai tempat batu loncatan dari tujuannya ke

Australia. Alasan utama lainnya adalah posisi strategis Indonesia sebagai negara

yang berbatasan langsung dengan Australia. Untuk dapat memasuki Australia,

rute yang paling memungkinkan (dari banyak kasus yang terjadi) adalah melalui

darat dan laut, dibandingkan lewat udara. Di samping itu, bentuk negara

kepulauan Indonesia menjadikan para imigran dapat masuk dari berbagai pintu

wilayah Indonesia. Dari kasus-kasus yang ada, para imigran yang tertangkap lebih

banyak masuk ke Indonesia melalui jalur darat yaitu dari Malaysia, lalu masuk ke

pulau Sumatera, ke Jawa dengan Jawa Barat bagian selatan (Serang) dan Jawa

Timur bagian selatan sebagai pintu keluarnya untuk menuju Pulau Christmas.

Jalur darat dan laut tersebut seringkali pula dikombinasikan dengan jalur udara,

mengingat banyak para imigran yang tertangkap di Bandara Pulau Batam, di

Provinsi Riau maupun di Surabaya. Namun, bukan berarti imigran yang masuk

melalui Indonesia bagian tengah tidak banyak. Hal itu dibuktikan dengan

Page 112: Jbptunpaspp Gdl Cecepsaima 371 1 Nengpdf 2

banyaknya imigran gelap yang memanfaatkan rute melalui Makasar, Kupang dan

Mataram sebagai transit terakhir sebelum dibantu oleh nelayan Indonesia

menyeberang ke Australia bagian utara atau ke Pulau Pasir (Ashmore Reef).

Kasus-kasus imigran gelap hanyalah salah satu dari “kekusutan” Indonesia

menjaga keamanan teritorialnya. Namun, tekanan atas keamanan wilayah dapat

menjadi lebih buruk, disebabkan oleh kombinasi antara beberapa faktor yaitu (1)

lemahnya koordinasi, dan (2) minimnya kapasitas baik dari segi kemampuan

maupun kelengkapan kepolisian dan Angkatan Laut RI (tidak lagi memadai secara

jumlah dan teknologi). Sayangnya, meskipun hal itu telah diketahui oleh

pemerintah pusat dan DPR RI, tetapi anggaran untuk pertahanan dan keamanan

dari tahun ke tahun tidak juga membaik.

b. Agen Imigran Gelap di Indonesia

Masuknya imigran gelap ke Indonesia tidak dapat dilepaskan dari dua faktor

yang saling terkait. Pertama, peran pihak-pihak tertentu atau organisasi yang

berfungsi sebagai agen lintas negara (transnational organization crime – TOC).

Meskipun disinyalir organisasi mereka tidak sekompleks organisasi narkoba

maupun teroris, tetapi pihak aparat keamanan cenderung “kecolongan”. Data

Mabes Polisi Indonesia, sebagai contoh, menunjukkan bahwa kedatangan 20

orang imigran gelap asal Pakistan dan Afghanistan yang tertangkap dini hari di

perairan Teluk Banten pada awal bulan November 2008 dicurigai telah difasilitasi

oleh seorang warga Pakistan yang telah lama menetap di Indonesia dan bekerja

untuk penyelundupan dan perdagangan manusia.

Kedua, bila dilihat bagaimana nelayan membantu para imigran gelap

tersebut melintasi perbatasan Australia, tampaklah bahwa faktor kemiskinan dan

Page 113: Jbptunpaspp Gdl Cecepsaima 371 1 Nengpdf 2

keyakinan para nelayan menjadi suatu titik lemah negeri ini. Iming-iming bayaran

yang berkisar minimal berkisar 30-40an juta per perahu (tergantung jarak

tempuhnya) menjadi daya tarik tersendiri bagi mereka. Demikian pula, ketika

nelayan menolong dan mengantar imigran gelap meskipun beresiko juga

disebabkan oleh rasa solidaritas sesama muslim. Keyakinan dan kemiskinan

tersebut dijadikan alat bagi para agen untuk memaksa para nelayan melintasi

wilayah perbatasan meskipun dengan resiko terhadap keselamatan mereka,

bahkan perahu mereka sering dibakar di tempat ketika tertangkap oleh polisi

Australia.

Beberapa kejadian di akhir tahun 2008 dan sepanjang tahun 2009

menunjukkan kecenderungan bahwa Indonesia kewalahan mengendalikan para

imigran gelap yang singgah ke Indonesia untuk menuju ke Australia, sedangkan

pada saat yang sama memperlihatkan lemahnya aparat keamanan, penegakan

hukum dan posisi Indonesia dalam kasus ini. Dalam hal ini pihak kepolisian di

Batam, Lampung, Malang, Surabaya dan NTT, sebagai contoh telah berusaha

keras untuk menangkap dan menggagalkan keberangkatan imigran gelap ke

Australia. Namun demikian, upaya untuk mengembalikan imigran gelap ke negara

asal mereka bukan suatu hal yang mudah, mengingat Indonesia masih belum

memiliki kesepakatan kerjasama dan mekanisme dengan beberapa negara asal

mereka.

Sebetulnya dari aspek instrumen peraturan internasional telah ada dukungan

dari IOM dan UNHCR (United Nations High Commissioner for Refugees)

sehingga Indonesia menerapkan standar prosedur internasional ketika menahan

imigran gelap, yang umumnya mengaku sebagai pengungsi. Namun hal itu sering

Page 114: Jbptunpaspp Gdl Cecepsaima 371 1 Nengpdf 2

tidak berarti ketika jaringan sindikat tetap mampu membuat mereka meloloskan

diri dari rumah tahanan, meskipun banyak yang akhirnya bernasib naas seperti

mengalami kecelakaan dan tenggelam, sebagaimana yang terjadi di Selat Pukuafu

ketika imigran gelap menuju pulau Rote untuk menyeberang ke Australia dengan

bantuan nelayan Indonesia di akhir tahun 2008.

Kondisi-kondisi di atas memperlihatkan kekurangadilan jika tekanan hanya

ditujukan kepada para nelayan Indonesia yang menjadi sasaran perantara oleh

TOC. Salah satu sebabnya terkait dengan persoalan politik perbatasan yang

berkembang di antara Indonesia-Australia yang tidak kunjung ada titik temunya.

Perbedaan tentang batas wilayah, pengertian tentang nelayan tradisional, maupun

berbedanya kepentingan pulau-pulau di lokasi perbatasan menjadikan titik-titik

kelemahan lainnya bagi kedua negara tersebut dalam menjaga wilayah

perbatasannya, yang akhirnya dimanfaatkan oleh para agen penyelundup imigran

gelap dari Indonesia ke Australia.

c. Pengaruhnya pada Hubungan Indonesia-Australia

Migrasi pada dasarnya adalah sejarah penduduk Australia. Penduduk asli

mereka hanyalah suku Aborigin (meskipun konon sejarah awalnya juga

merupakan bagian dari migrasi). Kekuatan kebijakan keimigrasian juga

merupakan kelemahan Australia dari waktu ke waktu. Salah satu kekuatan yang

dimanfaatkan oleh para imigran gelap, yang mengaku sebagai pengungsi, adalah

ketika Australia memberikan ruang kepada para pengungsi dengan tidak hanya

memberi fasilitas penampungan namun juga kesempatan berusaha. Namun dalam

perkembangannya, intensitas arus imigran yang tinggi, khususnya akhir-akhir ini

Page 115: Jbptunpaspp Gdl Cecepsaima 371 1 Nengpdf 2

imigran asal Afganistan, Iran, Irak dan Myanmar, akhirnya menjadi hal yang

sangat sensitif bagi Australia secara internal maupun eksternal.

Sebenarnya sejak tahun 2000 Australia telah mengembangkan sistem

pertahanan dan keamanan yang sangat memperhitungkan kehadiran para human

smuggler, karena persoalan lintas batas antara negara dapat saja merupakan salah

satu potensi ancaman bagi suatu negara. Kebijakan pertahanan-keamanan teritori

Australia yang difokuskan pada non-traditional security sebenarnya merupakan

upaya yang sejalan dengan kebijakan pertahanan-keamanan Indonesia. Namun

dengan pendekatan dan pemahaman yang berbeda akhirnya mengganggu

hubungan Indonesia-Australia, khususnya dalam hal imigran gelap.

Dalam hal ini persoalan utama adalah MoU antara Polri dengan Kepolisian

Federal Australia (Australian Federal Police/ AFP) yang cenderung merugikan

Indonesia. Indonesia menjadi terpaksa menampung para pengungsi yang hanya

singgah sebelum menuju Australia. Hal itu ternyata bukan sekedar masalah

penampungan, sebab jumlah mereka yang mencapai ribuan orang dapat

menimbulkan persoalan pengawasan. Demikian pula, terkait dengan lamanya

proses untuk mendapatkan negara yang bersedia menampung para imigran.

Disinyalir oleh pihak kepolisian bahwa mereka pada akhirnya akan menetap di

Indonesia. Sejauh ini hasil identifikasi Polri menyebutkan para pengungsi itu kini

tersebar di sejumlah wilayah: Jakarta dan sekitarnya (Jabotabek), Kupang, Bali,

Tanjung Balai Asahan, Mataram, Larantuka, dan Batam.

Beberapa upaya telah dilakukan, ketika Indonesia dengan Australia berusaha

mengangkat persoalan tersebut dengan persoalan-persoalan non-traditional

security lainnya dalam skala ASEAN di Bali, sehingga tercapai beberapa

Page 116: Jbptunpaspp Gdl Cecepsaima 371 1 Nengpdf 2

kesepakatan antara negara-negara ASEAN dan Australia. Namun mengingat

besarnya kepentingan masing-masing negara dibandingkan kepentingan bersama,

sepertinya kesepakatan tidak berjalan. Perkembangan terakhir menunjukkan,

Indonesia dan Australia telah menyepakati bahwa masalah imigran gelap itu

dipandang sebagai permasalahan kawasan dan internasional, bukan hanya masalah

bilateral antara Australia dan Indonesia. Namun mekanisme pengembalian ke

negara asal ataupun ke negara tujuan belumlah jelas. Ketidakjelasan tersebut akan

membuat beban tersediri bagi Indonesia.

Pada akhirnya, tampaknya benar perkiraan IOM bahwa Indonesia masih

menyimpan sedikitnya 400 imigran gelap yang sebagian besar dari Irak, disusul

Iran, Afghanistan dan Pakistan, dan tidak akan mampu menyelesaikan

sendiri/sepihak. Namun demikian penanganannya akan terpulang pada niat baik

kedua negara (Indonesia dan Australia) serta negara-negara di kawasan ASEAN

selain negara asal imigran untuk menyelesaian masalah imigran gelap. Khusus

untuk Indonesia, harus ada upaya membersihkan jajaran aparat yang terkait

dengan lalu lintas manusia, di samping itu mesti ada peningkatan kemandirian dan

pendapatan nelayan Indonesia. Sedangkan dalam hal nota kesepahaman perlu ada

upaya meninjau kembali kerjasama yang seharusnya didasari saling menghormati

dan menjaga wilayah. Jika tidak, persoalan imigran gelap akan terus menjadi

“duri” dalam upaya menjaga keamanan wilayah Indonesia, maupun dalam

konteks hubungan antara Indonesia dan Australia.

Page 117: Jbptunpaspp Gdl Cecepsaima 371 1 Nengpdf 2

D. Efektifitas Kebijakan RI Dalam Menanggapi Kebijakan Travel

Advisory Australia

Setiap entitas negara yang berdaulat memiliki kebijakan yang mengatur

hubungannya dengan dunia internasional., baik berupa negara maupun komunitas

intenasional lainnya. kebijakan tersebut merupakan bagian dari politik luar negeri

yang dijalankan negara dan merupakan pencerminan dari kepentingan

nasionalnya. indonesia sebagai sebuah negara berdaulat juga menjalankan politik

luar negeri yang senantiasa berkembang disesuaikan dengan kebutuhan. dalam

negeri dan perubahan situasi internasional.

Politik Luar Negeri Indonesia telah memasuki masa enam dekade sejalan

dengan usia negara Republik Indonesia. selama enam puluh tahun itu pula

perjalanan bangsa dan negara indonesia mengalami dinamika dalam menjalankan

politik domestik demi kesejahteraan rakyat, sekaligus mengukuhkan eksistensinya

di dunia internasional. pergantian kepemimpinan mulai dari presiden soekarno

hingga presiden susilo bambang yudhoyono menandakan telah berlangsungnya

proses demokrasi di Indonesia.

Dalam setiap periode pemerintahan juga terjadi pemaknaan yang bervariasi

terhadap prinsip-prinsip yang menjadi landasan dalam perumusan dan

pelaksanaan politik luar negeri indonesia. perbedaan interpretasi tersebut

diantaranya dipengaruhi oleh situasi dan kondisi yang terjadi di dalam negeri

maupun di luar negeri. sementara itu, terdapat prinsip atau landasan yang tetap

dipertahankan, namun mengalami persoalan dalam relevansi dan dilema karena

dianggap sudah tidak sesuai dengan perkembangan dan perubahan situasi yang

demikian cepat.

Page 118: Jbptunpaspp Gdl Cecepsaima 371 1 Nengpdf 2

Landasan konstitusional dalam pelaksanaan politik luar negeri indonesia

adalah undang-undang dasar (UUD) 1945. Hal ini berarti, pasal-pasal uud 1945

yang mengatur kehidupan berbangsa dan bernegara memberikan garis-garis besar

dalam Kebijakan Luar Negeri Indonesia. dengan demikan, semakin jelas bahwa

politik luar negeri Indonesia merupakan salah satu upaya untuk mencapai

kepentingan nasional Indonesia, yang termuat dalam UUD 1945.

Sementara itu, pancasila sebagai dasar negara republik indonesia diposisikan

sebagai landasan idiil dalam politik luar negeri indonesia. Mohammad Hatta

menyebutnya sebagai salah satu faktor yang membentuk politik luar negeri

indonesia. Kelima sila yang termuat dalam pancasila, berisi pedoman dasar bagi

pelaksanaan kehidupan berbangsa dan bernegara yang ideal dan mencakup

seluruh sendi kehidupan manusia. Hatta lebih lanjut mengatakan, bahwa pancasila

merupakan salah satu faktor objektif yang berpengaruh atas politik liar negeri

indonesia. hal ini karena pancasila sebagai filsafah negara mengikat seluruh

bangsa indonesia, sehingga golongan atau partai politik manapun yang berkuasa

di indonesia tidak dapat menjalankan suatu politik negara yang menyimpang dari

pancasila.

Kemudian agar prinsip bebas aktif dapat dioperasionalisasikan dalam politik

luar negeri indonesia, maka setiap periode pemerintahan menetapkan landasan

operasional politik luar negeri indonesia yang senantiasa berubah sesuai dengan

kepentingan nasional.

Efektifitas kebijakan indonesia berdampak baik dengan adanya peningkatan

kerjasama diantara kedua negara yang dapat menguntungkan bagi kedua belah

pihak. Keseriusan upaya Ruud membina hubungan di tingkat tinggi antara kedua

Page 119: Jbptunpaspp Gdl Cecepsaima 371 1 Nengpdf 2

negara ditandai, antara lain, dengan tujuh kali pertemuannya dengan Presiden

Susilo Bambang Yudhoyono sejak 2007, disusul enam kali pertemuan antara

Menteri Luar Negeri Hassan Wirajuda dan rekannya, Menlu Stephen Smith.

Menteri Perdagangan Mari Pangestu dan rekannya, Simon Crean, bahkan sudah

12 kali bertemu dalam 13 bulan terakhir.

Kedua pemerintah telah membentuk mekanisme dialog dan konsultasi guna

membicarakan baik hal-hal yang jadi perhatian bersama maupun yang tidak

disepakati. keefektifitasan kebijakan ini ditandai dengan adanya perhatian

bersama kedua negara dalam berbagai bidang, antara lain terkait persoalan lintas

batas, khususnya pendatang gelap, melakukan pertukaran dan pengembangan

profesi bagi pejabat pemerintah, tenaga ahli, akademisi, cendekiawan, auditor

pendidikan, staf pengajar dan administrasi, serta pelajar sebagai bagian dari upaya

memperkuat kerja sama pendidikan kedua negara.

Membanjirnya pendatang gelap di kawasan ini, termasuk kasus 391 manusia

perahu dari Rohingya, Myanmar, yang terdampar di pesisir Aceh akan menjadi

pembahasan serius dalam pertemuan Proses Bali, April. Proses Bali, merupakan

prakarsa Australia dan Indonesia tahun 2002, adalah badan di Asia-Pasifik untuk

melawan penyelundupan dan perdagangan orang. Kedua Menlu mengatakan,

sejauh ini mekanisme Proses Bali cukup efektif menyelesaikan persoalan itu.

Pertanda baik sudah terlihat untuk hal-hal yang tidak disepakati. Perbedaan

pandangan tentang kasus 43 warga Papua yang mencari suaka ke Australia tahun

2006 tidak mengganggu penyelesaian Perjanjian Lombok, yang kemudian empat

di antaranya memutuskan kembali, kedua pemerintah bekerja sama memfasilitasi

repatriasi itu.

Page 120: Jbptunpaspp Gdl Cecepsaima 371 1 Nengpdf 2

Selain soal pendidikan, ekonomi, dan lingkungan, kedua negara juga bekerja

sama di bidang lain, termasuk pembentukan Australia-Indonesia Facility for

Disaster Reduction (AIFDR), Dialog Antar-Iman Regional, upaya melawan

terorisme, partisipasi Indonesia dalam International Commission on Nuclear and

Disarmament, pembentukan pusat-pusat kajian perdamaian, dan upaya

membangun tata pemerintahan yang baik di kawasan sebagai dukungan pada

Forum Demokrasi Bali.

Page 121: Jbptunpaspp Gdl Cecepsaima 371 1 Nengpdf 2

BAB V

PENUTUP

Kebijakan travel advisory Australia ke Indonesia merupakan kebijakan yang

dikeluarkan Pemerintah Federal Australia sejak tahun 2001 dengan tujuan untuk

melindungi warga negaranya dari berbagai ancaman terutama serangan tetoris.

Travel advisory ini juga tidak dapat dilepaskan dari pandangan Pemerintah

Australia yang menganggap Indonesia sebagai salah satu sarang teroris di Asia

Tenggara karena sebagian besar rakyat Indonesia muslim serta sering terjadinya

rangkaian ledakan bom di Indonesia. Dalam peringatan kepada warganya,

Australia menyatakan bahwa Indonesia masih berada dalam kategori resiko sangat

tinggi akan serangan teroris. Dalam perkembangan politik, proses dan demonstrasi

merupakan hal yang sering terjadi di Indonesia. Putusan pengadilan yang tidak

memuaskan, seperti adanya perbedaan antara keputusan dengan pelaksanaannya

terutama mengenai kasus korupsi dan pemilihan kepala daerah (pilkada) ataupun

pemilihan umum (pemilu) dapat menjadi pemicu dan pendorong terjadinya aksi

demonstrasi bahkan anarki. Selain itu, situasi keamanan di berbagai daerah dalam

faktor kemiskinan yang sangat tinggi memicu adanya kejahatan dan masih

banyaknya terjadi kekerasan di beberapa daerah dengan tingkat kriminalitas

sehingga tingginya angka terorisme, kriminalitas dan rendahnya keamanan sipil

dan politik, kesehatan, transportasi maupun keadaan alam semakin memperkuat

sikap Pemerintah Australia untuk memberlakukan travel advisory terhadap

Indonesia.

Page 122: Jbptunpaspp Gdl Cecepsaima 371 1 Nengpdf 2

Pada masa Pemerintahan Kevin Rudd hubungan antara Indonesia dan

Australia semakin meningkat ditandai dengan meningkatnya komunikasi kedua

negara yang tertuang ke dalam berbagai forum baik forum antar-pemerintah

ataupun forum swasta seperti para pengusaha, akademisi, dan masyarakat awam.

Lombok Treaty sebagai payung bagi berbagai kerjasama Indonesia-Australia

sangat penting untuk terus dilaksanakan. Upaya kedua negara untuk

menyukseskan perjanjian ini tertuang dalam bentuk plans of action yang

dirancang oleh kedua negara. Namun, kerjasama kedua negara dalam konteks

Lombok Treaty dalam tingkat hubungan masyarakat terganggu disebabkan adanya

kebijakan travel advisory dari Australia. Mahalnya biaya asuransi yang

menyebabkan mahalnya biaya kunjungan ke Indonesia telah membuat beberapa

program kedua negara tingkat masyarakat tidak berjalan dengan baik. Sebagai

contoh program pertukaran mahasiswa antar-kedua negara mengalami kendala

tersebut. Banyaknya para akademisi dan masyarakat Australia yang ingin

mempelajari Bahasa Indonesia dan juga kehidupan masyarakat Indonesia menjadi

korban kebijakan ini. Dan secara tidak langsung upaya kedua negara untuk

meningkatkan hubungan dan kesepahaman tingkat masyarakat (people-to-people)

menjadi tidak efektif.

Pada analisis negara (pembuat keputusan), upaya Pemerintah Indonesia

dalam meminta Pemerintah Australia mencabut kebijakan travel advisory

melibatkan seluruh aspek diplomasi Indonesia atau yang lebih dikenal dengan

total diplomacy. Pemerintah Indonesia memanfaatkan seluruh hubungan dan

kerjasama yang ada untuk membujuk pemerintah Australia.

Page 123: Jbptunpaspp Gdl Cecepsaima 371 1 Nengpdf 2

Selain itu, Pemerintah Indonesia juga meningkatkan intensitas kerjasama

dan hubungan dengan Australia dalam upaya menunjukkan keseriusan Indonesia

terhadap komitmennya dalam Lombok Treaty. Jadi berdasarkan analisis peneliti,

Pemerintah Indonesia menggunakan strategi berupa meningkatkan kepercayaan

Australia terhadap Indonesia selain juga terus melaksanakan kampanye bahwa

Indonesia negara yang aman untuk dikunjungi.

Page 124: Jbptunpaspp Gdl Cecepsaima 371 1 Nengpdf 2

DAFTAR PUSTAKA

Buku

Heryaman, Oman. 2008. Panduan Penyusunan Skripsi. Jurusan Ilmu Hubungan

Internasional FISIP UNPAS : Bandung.

Mas`oed, Mochtar. 1994. Ilmu hubungan Internasional Disiplin dan Metode.

LP3ES : Jakarta.

Lentner, H. H. 1974. Foreign Policy Analysis: A comparative and conceptual

approach. Colombus-Ohio: Bell and Howell Company.

Winarto, Budi. 2002. Teori Dan Poses Kebijakan Publik. Mediapresindo :

Yogyakarta.

Goldstein, Joshua, S. 1952. International Relation. Longman : Newyork.

Yusuf, Sufri. 1989. Hubungan Internasional dan Politik Luar Negeri “Sebuah

analisis teoritis dan uraian tentang pelaksanaannya”. Pusaka Sinar

Harapan : Jakarta.

Satow, Ernest. 1976. Guide to Diplomatic Practice, dalam Palmer & Perkins,

International Relation. Scientific Book Agency : Calcuta.

White, Brian. 1989. Analyzing Foreign Policy: Problem and Approaches, dalam

Understanding Foreign policy: The Foreign Policy System Approach.

Edward Elgar Published Limited : London.

Internet

Kerjasama keamanan antara Indonesia dan Australia dari

http://hadiclipping.blogspot.com/2006/06/indonesia -australia-baasyir.htm

diakses pada 26 Juli 2009

Page 125: Jbptunpaspp Gdl Cecepsaima 371 1 Nengpdf 2

Hubungan Indonesia-Australia dalam pemerintahan Kevin Rudd dari

http://nasional.vivanews.com/news/read/31917-

australia_politik_ri_berjalan_dinamis diakses pada 26 Juli 2009

Dasar hukum rencana strategik politik Luar Negeri Republik Indonesia tahun

2004-2009 dari http://www.deplu.go.id/?category_id=638&main_id=1,

diakses 6 September 2009

Tiga program utama nasional kebijakan luar negeri dari

http://www.deplu.go.id/?category_id=12&news_id=675&main_id=1,

diakses 6 September 2009

Misi tujuan Politik Luar Negeri RI dari

http://www.deplu.go.id/?category_id=12&news_id=672&main_id=1,

diakses pada 6 September 2009

Sasaran Strategik Politik Luar Negeri RI

http://www.deplu.go.id/?category_id=12&news_id=672&main_id=1,

diakses pada 6 September 2009

Kebijakan-kebijakan dalam mencapai tujuan Departemen Luar Negeri dari

http://www.deplu.go.id/?category_id=12&news_id=934&main_id=1,

diakses 6 September 2009

Progran-program operasional Departemen Luar Negeri dari

http://www.deplu.go.id/?category_id=12&news_id=500&main_=1, diakses

6 September 2009

Sasaran utama dari Politik Luar Negeri Australia dari

http://www.dfat.gov.au/aib/foreign_trade_policy.html, diakses 24 September

2009

Page 126: Jbptunpaspp Gdl Cecepsaima 371 1 Nengpdf 2

Penandatanganan Protokol Kyoto tahun 2007 oleah Australia dari

http://www.dfat.gov.au/aib/foreign_trade_policy.htm, diakses pada 25

September 2009