jatuh a2
-
Upload
abdullah-azzam -
Category
Documents
-
view
42 -
download
0
Transcript of jatuh a2
![Page 1: jatuh a2](https://reader030.fdokumen.com/reader030/viewer/2022032623/55cf9d68550346d033ad7e02/html5/thumbnails/1.jpg)
LAPORAN PBL KELOMPOK
SISTEM TUMBUH KEMBANG ANAK DAN GERIATRI
MODUL JATUH
OLEH :
KELOMPOK 5A
1. Olyvia Widyastuti 110206071
2. Radhiah K. Sanrang 110207084
3. Sandi Suwardi Pakaya 110208064
4. Rusdin Isnain Makbul 110208066
5. Aza Patullah Zai 110208068
6. Agung Suryansyah 110208070
7. Mubdi Afdhal 110208072
8. Aisyah Tristania 110208074
9. Fitriani Uswatun Hasanah 110208076
10. Suci Pratiwi Aminuddin 110208078
11. Marawia 110208080
12. Amalia Dewi Pontoh 110208082
13. Irawati 110208084
14. Marwah Widuri A. 110208086
15. Nur Farmawati Humayrah 110208146
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR 2011
1
![Page 2: jatuh a2](https://reader030.fdokumen.com/reader030/viewer/2022032623/55cf9d68550346d033ad7e02/html5/thumbnails/2.jpg)
SKENARIO
Seorang perempuan umur 65 tahun masuk rumah sakit dengan keluhan nyeri
pada pangkal paha kanan sehingga mengganggu bila berjalan. Keadaan ini dialami
sejak 5 hari yang lalu. Penderita selama ini kalau berjalan agak pincang karena
mengeluh kedua lutut sering sakit dan bengkak. Sejak 7 tahun terakhir ini penderita
mengkonsumsi obat-obat kencing manis, tekanan darah tinggi, jantung dan rematik.
Juga pernah menderita serangan stroke 3 tahun yang lalu.
KATA KUNCI
- pasien geriatrik wanita 65 tahun
- nyeri pada pangkal paha kanan sejak 5 tahun yang lalu
- kedua lutut sering sakit dan bengkak
- penyakit DM dan sudah minum obat
- penyakit Hipertensi
- penyakit rematik
- riwayat stroke 3 tahun yang lalu
PERTANYAAN & JAWABAN
Untuk jawaban pertanyaan akan dijelaskan lebih lanjut di pembahasan.
2
![Page 3: jatuh a2](https://reader030.fdokumen.com/reader030/viewer/2022032623/55cf9d68550346d033ad7e02/html5/thumbnails/3.jpg)
ANALISA SKENARIO
Pasien geriatri ini masuk dengan keluhan nyeri pada pangkal paha kanan.
Pada keadaan usia tua, sering terjadi multipatologi sehingga banyak faktor yang
dipertimbangkan menjadi penyebab nyeri pada pasien ini.
Seperti diketahui penyakit reumatik yang diderita orang ini adalah Osteoartritis genu,
maka umur dan berat badan yang lebih (IMT) merupakan suatu faktor risiko untuk
terjadinya OA. OA merupakan penyakit degeneratif yang ditandai dengan kerusakan
pada tulang rawan sendi yang selanjut akan merusak tulang subkondral pada kondisi
lanjut.
Keadaan hipertensi dan diabetes mellitus juga memperberat perbaikan pada pasien
geriatri ini karena kedua kondisi ini juga berkontribusi pada keadaan lain yang lebih
berbahaya seperti stroke dan serangan jantung.
3
![Page 4: jatuh a2](https://reader030.fdokumen.com/reader030/viewer/2022032623/55cf9d68550346d033ad7e02/html5/thumbnails/4.jpg)
JATUH PADA SKENARIO
PENYEBAB JATUH
penyebab jatuh pad lansia biasanya merupakan gabungan beberapa faktor-faktor,
antara lain : ( Kane, 1994 ; Reuben, 1996 ; Tinetti, 1992 ; Campbell, 1987 ;
Brocklehurst, 1987 ).
1. Kecelakaan : merupakan faktor penyebab jatuh yang utama bagi lansia, yaitu
sekitar 30-50 % kasus jatuh.
murni kecelakaan, misalnya karena jatuh terpeleset atau tersandung sesuatu.
gabungan antara lingkungan yang jelek dengan kelainan-kelainan akibat
proses menua, misalnya karena penglihatan pada lansia sudah menurun (mata
kurang awas), kemudian menabrak benda-benda yang ada di rumah, sehingga
akhirnya jatuh.
2. Nyeri kepala dan atau vertigo
3. Hipotensi orthostatik
hipovolemia (curah jantung rendah)
disfungsi otonom
penurunan kembalinya darah vena ke jantung
terlalu lama berbaring dan kurang bergerak selama berbaring
4
![Page 5: jatuh a2](https://reader030.fdokumen.com/reader030/viewer/2022032623/55cf9d68550346d033ad7e02/html5/thumbnails/5.jpg)
pengaruh obat-obat hipotensi
hipotensi sesudah makan
4. Obat-obatan :
anti hipertensi, misalnya alfa-bloker
anti depresan trisiklik
sedativa
antipsikotik
obat-obat hipoglikemik
alkohol
5. Proses penyakit yang spesifik.
Penyakit-penyakit akut seperti :
kardiovaskuler : - aritmia
- stenosis aorta
- sinkope sinus karotis
Neurologi : - TIA
- stroke
- serangan kejang
- Parkinson
- kompresi saraf spinal karena spondilosis
- penyakit cerebelum
6. Idiopatik ( tidak jelas sebabnya )
7. Sinkope : kehilangan kesadaran secara tiba-tiba
drop attack (serangan roboh)
penurunan darah ke otak secara tiba-tiba
terbakar matahari
Penyakit akut
Dizzines dan syncope, sering menyebabkan jatuh. Eksaserbasi akut dari
penyakit kronik yang diderita lansia juga sering menyebabkan jatuh, misalnya
sesak napas akut pada penderita penyakit paru obstruktif menahun, nyeri dada
tiba-tiba pada penderita penyakit jantung iskemik, dan lain-lain
5
![Page 6: jatuh a2](https://reader030.fdokumen.com/reader030/viewer/2022032623/55cf9d68550346d033ad7e02/html5/thumbnails/6.jpg)
FAKTOR RESIKO JATUH
Secara singkat faktor risiko jatuh pada lansia dibagi dalam dua golongan
besar, yaitu:
1) Faktor-faktor intrinsic (faktor dari dalam)
2) Faktor-faktor ekstrinsik (faktor dari luar)
Faktor Intrinsik Faktor ekstrinsik
AKIBAT JATUH PADA LANSIA
1. Rusaknya jaringan
2. Fraktur pelvis, femur
3. Perawatan di rumah sakit
4. Jatuh menyebabkan penurunan kepercayaan diri sehingga mengurangi gerak
5. Kematian
6
KONDISI FISIK DAN NEUROPSIKIATRIK
PENURUNAN VISUS DAN PENDENGARAN
PERUBAHAN NEUROMUSKULER, GAYA BERJALAN, DAN REFLEKS POSTURAL KARENA PROSES MENUA
OBAT-OBATAN YANG DIMINUM
ALAT-ALAT BANTU BERJALAN
LINGKUNGAN YANG TIDAK MENDUKUNG (BERBAHAYA)
FALLS(JATUH
)
![Page 7: jatuh a2](https://reader030.fdokumen.com/reader030/viewer/2022032623/55cf9d68550346d033ad7e02/html5/thumbnails/7.jpg)
Hubungan riwayat penyakit dgn skenario
Akibat DM
• Gangguan pd penglihatan
• Katarak, glaukoma, retinopati diabetik
Hipertensi
• Sakit kepala
Rematik Osteoartritis
• Sakit / nyeri hilang timbul
• Nyeri setelah melakukan suatu aktifitas
• Rasa kaku pada persendian
• Kelemahan otot / tulang
Jantung PJK
• Sinkop
Hubungan efek obat-obatan dgn skenario
Obat Hipertensi
• Diuretik: Hipokalemi & nyeri kepala
• Alfa blocker: hipotensi ortostatik, pusing, lemah
• Beta blocker: bradikardia
• Antagonis Ca: hipotensi , ggn penglihatan
• ACE inhibitor: hipotensi ortostatik, pusing, sesak
Obat DM
• Insulin: hipoglikemi
• Obat diabetes oral: hipoglikemi, vertigo
7
![Page 8: jatuh a2](https://reader030.fdokumen.com/reader030/viewer/2022032623/55cf9d68550346d033ad7e02/html5/thumbnails/8.jpg)
PEMERIKSAAN YANG PERLU DILAKUKAN
A. Anamnesa riwayat penyakit (jatuhnya)
Anamnesa dibuat baik terhadap penderita ataupun saksi mata jatuh atau
keluarganya. Anamnesis ini meliputi
1. Seputar jatuhnya : mencari penyebab jatuhnya misalnya apa karena terpeleset,
tersandung, berjalan, perubahan posisi badan, waktu mau berdiri dari jongkok
atau sebaliknya, sedang buang air kecil atau besar, sedang batuk atau bersin,
sedang menolwh tiba-tiba ataupun aktivitas lainnya.
2. Gejala yang menyertai : seperti nyeri dada, berdebar-debar, nyeri kepala tiba-
tiba, vertigo, pingsan, lemas, konfusio, inkontinens, sesak nafas.
3. Kondisi komorbid yang relevan : pernah menderita hipertensi, diabetes
mellitus, stroke, parkinsonisme, osteoporosis, sering kejang, penyakit jantung,
rematik, depresi, deficit rematik dll
4. Review obat-obatan yang diminum : anti hipertensi ( alfa inhibitor non
spesifik dll ), diuretic, autonomic bloker, anti depresan, hipnotik, anxiolitik,
analgetik, psikotropik, ACE inhibitor dll
5. Review keadaan lingkungan : tempat jatuh apakah licin/bertingkat-tingkat dan
tidak datar, pencahayaannya dll
B. PEMERIKSAAN FISIK
- Kesadaran pasien (bisa dengan GCS)
- tanda vital (suhu, nadi, tekanan darah, pernapasan)
- tanda nyeri dan fraktur serta pemeriksaan ekstremitas(edema dan sebagainya)
- keadaan jantung: apakah ada pembesaran dan bunyi jantung abnormal
- pemeriksaan neurologis untuk menetukan lesi pada otak atau juga sensorik dan
motorik
- pemeriksaan status fungsional dan kognitif, memperhatikan apakah pasien
menderita demensia terutama demensia vascular
- pemeriksaan mobilitas pasien: status fungsional cara berlajan
C. PEM PENUNJANG
- pemeriksaan laboratorium tergantung dari sifat permasalahan dan keadaannya.
8
![Page 9: jatuh a2](https://reader030.fdokumen.com/reader030/viewer/2022032623/55cf9d68550346d033ad7e02/html5/thumbnails/9.jpg)
- Pemeriksaan darah lengkap, laju endap darah, kadar kalsium, elektroforesis protein
serum
- Mengukur kadar alkali fosfatase serum, bone-Gla-protein plasma
(osteocalcin),untuk mengetahui adanya pembentukan tulang pada osteoporosis.
- Pemeriksaan foto roentgen bagian panggul dalam bidang anteroposterior, lateral,
dan oblique, harus dilakukan pada setiap pasien yang menderita nyeri pada pangkal
paha dan juga pada sendi lutut.
D. Assesmen Fungsionalnya
Seyogyanya dilakukan untuk mengetahui lebih lanjut tentang kebiasaan
pasien dan aspek fungsionalnya dalam lingkungannya, ini sangat bermanfaat
untuk mencegah terjadinya jatuh ulangan. Pada assesmen fungsional dilakukan
observasi atau pencarian terhadap :
1. Fungsi gait dan keseimbangan : observasi pasien ketika bangkit dari
duduk dikursi, ketika berjalan, ketika membelok atau berputar badan,
ketika mau duduk dibawah dll.
2. Mobilitas : dapat berjalan sendiri tanpa bantuan, menggunakan alat Bantu
( kursi roda, tripod, tongkat dll) atau dibantu berjalan oleh keluarganya.
3. Aktifitas kehidupan sehari-hari : mandi, berpakaian, berpergian,
kontinens. Terutama kehidupannya dalam keluarga dan lingkungan sekitar
( untuk mendeteksi juga apakah terdapat depresi dll
Diagnosis kerja
a. Fraktur
b. Parkinsons
c. DM
d. Hipertensi
e. Osteartritis
f. PJK
g. Stroke
9
![Page 10: jatuh a2](https://reader030.fdokumen.com/reader030/viewer/2022032623/55cf9d68550346d033ad7e02/html5/thumbnails/10.jpg)
10
![Page 11: jatuh a2](https://reader030.fdokumen.com/reader030/viewer/2022032623/55cf9d68550346d033ad7e02/html5/thumbnails/11.jpg)
PENANGANAN JATUH PADA LANSIA
a. Operasi.
Jika pada pemeriksaan radiologis ditemukan adanya fraktur yang disebabkan
karena pasien terjatuh ( terpeleset ) khususnya fraktur tulang belakang yang
mengakibatkan kompresi pada saraf sehingga kedua tungkai tidak dapat
digerakkan,merupakan indikasi untuk dilakukan operasi mis: fiksasi internal nerve
root,spinal cord.
b. Hospitalisasi (perawatan di rumah sakit).
Hal ini bertujuan untuk memudahkan penanganan pasien khususnya dengan fraktur
akut ( immobilisasi ) yang beresiko tinggi yang juga disertai dengan penyakit
kronik,yang membutuhkan perawatan intensif.
c. Operasi mata ( operasi katarak).
Gangguan penglihatan pada pasien ini kemungkinan besar berupa katarak senilis.
Operasi dapat dilakukan jika pasien & keluarganya menyetujui dan kondisi
kesehatan pasien memungkinkan. Tindakan ini bertujuan untuk meningkatkan
kualitas hidup pasien yang selama ini terganggu akibat gangguan penglihatan
( kemungkinan salah satu penyebab pasien terjatuh ).
Indikasi operasi katarak :
- Gangguan penglihatan dengan Snellen aquity ( visus ) 20/50 atau dibawahnya.
- Ketidakmampuan salah satu mata untuk melihat.
Kontraindikasi :
- Jika penglihatan pasien dapat dikoreksi dengan penggunaan kaca mata atau
alat bantu lainnya.
- Kondisi kesehatan pasien tidak memungkinkan.
d. Fisioterapi.
Setelah dilakukan tindakan operasi untuk mengatasi fraktur dibutuhkan fisioterapi (
rehabilitasi ) yang penting untuk mengembalikan fungsi alat gerak dan mengurangi
disabilitas selama masa penyembuhan. Penggunaan alat bantu berjalan misalnya
tongkat biasanya dibutuhkan untuk membantu permulaan berjalan kembali dan
untuk mendukung aktifitas sehari-hari lainnya.
11
![Page 12: jatuh a2](https://reader030.fdokumen.com/reader030/viewer/2022032623/55cf9d68550346d033ad7e02/html5/thumbnails/12.jpg)
e. Perbaikan status gizi.
Penyusunan menu disesuaikan dengan kebutuhan kalori pasien setiap harinya dan
kemampuan untuk mencerna makanan. Pemberian makanan diberikan secara
bertahap.dimulai dengan porsi kecil tetapi sesering mungkin diberikan.
f. Kontrol penyakit dan penggunaan obat-obatan.
Hindari polifarmasi yang justru lebih banyak menimbulkan efek
samping,khususnya pada pasien beresiko tinggi.
g. Pendidikan keluarga.
Jika fraktur yang diderita oleh pasien mengharuskan immobilisasi untuk beberapa
lama.keluarga harus senantiasa mengawasi,merawat pasien dengan mencegah
pasien terlalu banyak berbaring ( posisi diubah-ubah ) untuk mencegah dekubitus
dan penyakit iatrogenik. Berikan perhatian dan kasih sayang agar pasien tidak
merasa terisolasi dan depresi.
Untuk kasus seperti ini telah ada guidelines pengobatan Gastropaty-NSAID, yaitu
pasien diberikan OAINS golongan COX-2 Inhibitor, dikombinasi dengan PPI
(Protom Pump Inhibitors). COX-2 akan bekerja secara selektif, yakni hanya
menghambat prostaglandin pro-inflamasi dalam hal in COX-2, tanpa menghambat
COX-1 yang diperlukan untuk menjaga integritas lambung, agregasi trombosit, dsb.
Sedangkan PPI dimaksudkan untuk menekan produksi asam, sehingga keasaman
lambung dapat ditekan dengan demikian perusakan mukosa lambung OAINS melalui
jalur ion trapping tidak terjadi. Disamping itu, saat ini telah dikenal obat-obat yang
bertujuan untuk memperbaiki struktur tulang rawan sendi dapat pula diberikan pada
kasus – kasus seperti ini.
Penggunaan OAINS pada pasien USILA, jelas akan berpengaruh terhadap semua
organ vital, seperti jantung, ginjal dan pembuluh darah. Sehingga pada kasus OA
yang umumnya mengenai golongan USILA, diperlukan strategi pengobatan lokal
yang telah banyak dikembangkan di beberapa negara, termasuk di Indonesia.
Pengobatan tersebut adalah dengan pemberian injeksi asam hyaluronat intra artikuler.
12
![Page 13: jatuh a2](https://reader030.fdokumen.com/reader030/viewer/2022032623/55cf9d68550346d033ad7e02/html5/thumbnails/13.jpg)
Pengobatan ini bertujuan untuk memperbaiki kerusakan tulang rawan sendi sebagai
dasar patofisiologi penyakit OA. Sehingga dengan membaiknya kembali tulang
rawan sendi akan menghilangkan juga nyeri lutut, dengan demikian pasien tidak akan
bergantung pada penggunaan obat OAINS.
Untuk pengobatan nyeri adalah penting pemberian obat analgetik. Selama fase
baring, perlatihan fisis untuk mengurangi spasme otot, pelemas otot. Sesudah 2
sampai 3 minggu di tempat tidur, pasien dapat diijinkan untuk perlahan lahan kembali
beraktifitas. Apabila dengan penanganan konservatif tidak berhasil maka tindakan
pembedahan perlu dipertimbangkan.
Untuk nyeri tulang yang disebabkan oleh osteoporosis, prinsip pengobatannya
adalah:
1. Meningkatkan pembentukan tulang, obat-obat yang dapat meningkatkan
pembentukan tulang adalah:Na-flurida dan steroid anabolic.
2. Menghambat resorbsi tulang,obat-obat yang dapat menghambat resorbsi tulang
adalah; kalsium, estrogen, kalsitonin dan difosfonat. Disamping itu juga diberikan
obat anti nyeri.
- meminta keluarganya untuk tidak mengabaikannya.
PROGNOSIS
Prognosis pasien usia lanjut dengan gangguan motorik pada skenario tersebut
dapat dikatakan baik karena penatalaksanaan yang diberikan segera setelah pasien
jatuh sehinggan akibat yang lebih fatal dapat dihindari. Sedangkan prognosis untuk
riwayat penyakit DM dan Hipertensi pada usia lanjut tergantung pada beberapa hal
dan tidak selamanya buruk. Penanganan khusus yang adekuat dengan memperhatikan
berbagai aspek pasien penderita DM yang mempunyai banyak kelainan metabolik
harus diperhitungkab dalam pemilihan obat antihipertensi agar tidak memperberat
dan tidak menimbulkan komplikasi penyakit lain, dengan demikian prognosis pasien
tersebut dapat lebih baik.
13
![Page 14: jatuh a2](https://reader030.fdokumen.com/reader030/viewer/2022032623/55cf9d68550346d033ad7e02/html5/thumbnails/14.jpg)
PENCEGAHAN
Usaha pencegahan merupakan langkah yang harus dilakukan karena bila
sudah terjadi jatuh pasti terjadi komplikasi, meskipun ringan tetap memberatkan.
Ada 3 usaha pokjok untuk pencegahan ini, antara lain:
1. Identifikasi faktor resiko
Pada setiap lansia perlu dilakukan pemeriksaan untuk mencari adanya faktor
intrinsik resiko jatuh, perlu dilakukan assesmen keadaan sensorik, neurologik,
muskuloskeletal dan penyakit sistemik yang sering mendasari/menyebabkan jatuh.
Keadaan lingkungan rumah yang berbahaya dan dapat menyebabkan jatuh
harus dihilangkan. Penerangan rumah hartus cukup tapi tidak menyilaukan. Lantai
rumah datar, tidak licin, bersih dari benda-benda kecil yang susah dilihat. Peralatan
rumah tangga yang sudah tidak aman (lapuk, dapat bergeser sendiri) sebaiknya
diganti, peralatan rumah ini sebaikknya diletakkan sedemikian rupa sehingga tidak
mengganggu jalan/tempat aktifitas lansia. Kamar mandi dibuat tidak licin, sebaiknya
diberi pegangan pada dindingnya, pintu yang mudah dibuka. WC sebaiknya dengan
kloset duduk dan diberi pegangan di dinding.
1. Penilaian keseimbangan dan gaya berjalan
Setiap lansia harus dievaluasi bagaimana keseimabangan badannya dalam
melakukan gerakan pindah tempat, pindah posisi. Penilaian postural sway sangat
diperlukan untuk mencegah terjadinya jatuh pada lansia. Bila goyangan badan pada
saat berjalan sangat beresiko jatuh, maka diperlukan bantuan latihan oleh rehabilitasi
medik. Penilaian gaya berjalan(gait) juga harus dilakukan dengan cermat, apakah
penderita menapakkan kakinya dengan baik, tidak mudah goyah, apakah penderita
mengangkat kaki dengan benar pada saat berjalan, apakah kekuatan otot ekstremitas
bawah penderita cukup untuk berjalan tanpa bantuan. Kesemuanya itu harus
dikoreksi bila terdapat kelainan/penurunan.
2. Mengatur/mengatasi fakor situsional
Faktor situasional yang bersifat serangan akut/eksaserbasi akut penyakit yang
diderita lansia secara periodik. Faktor situasional bahaya lingkungan dapat dicegah
dengan mengusahakan perbaikan lingkungan seperti tersebut diatas. Faktor
14
![Page 15: jatuh a2](https://reader030.fdokumen.com/reader030/viewer/2022032623/55cf9d68550346d033ad7e02/html5/thumbnails/15.jpg)
situasional yang berupa aktifitas fisik dapat diatasi sesuai dengan kondisi kesehatan
penderita. Perlu diberitahukan pada penderita aktivitas fisik seberapa jauh yang aman
bagi penderita, aktivitas tersebut tidak boleh melampaui batasan yang diperbolehkan
baginya sesuai hasil pemeriksaan kondisi fisik. Bila lansia sehat dan tidak ada batasan
aktifitas fisik, maka dianjurkan lansia tidak melakukan aktifitas fisik yang sangat
melelahkan atau beresiko tinggi untuk terjadinya jatuh.
15
![Page 16: jatuh a2](https://reader030.fdokumen.com/reader030/viewer/2022032623/55cf9d68550346d033ad7e02/html5/thumbnails/16.jpg)
DAFTAR PUSTAKA
1. H Slamet Suyono, SpPD,KE. Prof. Dr. 2001. Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam jilid I. Jakarta : Balai Penerbit FKUI.
2. Boedhi, Darmojo, R. 2004. Buku Ajar Geriatri ( Ilmu Kesehatan Usia
Lanjut ) edisi ke-3. Jakarta : Balai Penerbit FKUI.
3. Adelman,M,Alan.Daly,P,Mel.20 Common Problems In Geriatrics.2001.Mc
GRAW-HILL INTERNATIONAL EDITION.
16