jatuh a2

23
LAPORAN PBL KELOMPOK SISTEM TUMBUH KEMBANG ANAK DAN GERIATRI MODUL JATUH OLEH : KELOMPOK 5A 1. Olyvia Widyastuti 110206071 2. Radhiah K. Sanrang 110207084 3. Sandi Suwardi Pakaya 110208064 4. Rusdin Isnain Makbul 110208066 5. Aza Patullah Zai 110208068 6. Agung Suryansyah 110208070 7. Mubdi Afdhal 110208072 8. Aisyah Tristania 110208074 9. Fitriani Uswatun Hasanah 110208076 10. Suci Pratiwi Aminuddin 110208078 11. Marawia 110208080 12. Amalia Dewi Pontoh 110208082 13. Irawati 110208084 1

Transcript of jatuh a2

Page 1: jatuh a2

LAPORAN PBL KELOMPOK

SISTEM TUMBUH KEMBANG ANAK DAN GERIATRI

MODUL JATUH

OLEH :

KELOMPOK 5A

1. Olyvia Widyastuti 110206071

2. Radhiah K. Sanrang 110207084

3. Sandi Suwardi Pakaya 110208064

4. Rusdin Isnain Makbul 110208066

5. Aza Patullah Zai 110208068

6. Agung Suryansyah 110208070

7. Mubdi Afdhal 110208072

8. Aisyah Tristania 110208074

9. Fitriani Uswatun Hasanah 110208076

10. Suci Pratiwi Aminuddin 110208078

11. Marawia 110208080

12. Amalia Dewi Pontoh 110208082

13. Irawati 110208084

14. Marwah Widuri A. 110208086

15. Nur Farmawati Humayrah 110208146

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

MAKASSAR 2011

1

Page 2: jatuh a2

SKENARIO

Seorang perempuan umur 65 tahun masuk rumah sakit dengan keluhan nyeri

pada pangkal paha kanan sehingga mengganggu bila berjalan. Keadaan ini dialami

sejak 5 hari yang lalu. Penderita selama ini kalau berjalan agak pincang karena

mengeluh kedua lutut sering sakit dan bengkak. Sejak 7 tahun terakhir ini penderita

mengkonsumsi obat-obat kencing manis, tekanan darah tinggi, jantung dan rematik.

Juga pernah menderita serangan stroke 3 tahun yang lalu.

KATA KUNCI

- pasien geriatrik wanita 65 tahun

- nyeri pada pangkal paha kanan sejak 5 tahun yang lalu

- kedua lutut sering sakit dan bengkak

- penyakit DM dan sudah minum obat

- penyakit Hipertensi

- penyakit rematik

- riwayat stroke 3 tahun yang lalu

PERTANYAAN & JAWABAN

Untuk jawaban pertanyaan akan dijelaskan lebih lanjut di pembahasan.

2

Page 3: jatuh a2

ANALISA SKENARIO

Pasien geriatri ini masuk dengan keluhan nyeri pada pangkal paha kanan.

Pada keadaan usia tua, sering terjadi multipatologi sehingga banyak faktor yang

dipertimbangkan menjadi penyebab nyeri pada pasien ini.

Seperti diketahui penyakit reumatik yang diderita orang ini adalah Osteoartritis genu,

maka umur dan berat badan yang lebih (IMT) merupakan suatu faktor risiko untuk

terjadinya OA. OA merupakan penyakit degeneratif yang ditandai dengan kerusakan

pada tulang rawan sendi yang selanjut akan merusak tulang subkondral pada kondisi

lanjut.

Keadaan hipertensi dan diabetes mellitus juga memperberat perbaikan pada pasien

geriatri ini karena kedua kondisi ini juga berkontribusi pada keadaan lain yang lebih

berbahaya seperti stroke dan serangan jantung.

3

Page 4: jatuh a2

JATUH PADA SKENARIO

PENYEBAB JATUH

penyebab jatuh pad lansia biasanya merupakan gabungan beberapa faktor-faktor,

antara lain : ( Kane, 1994 ; Reuben, 1996 ; Tinetti, 1992 ; Campbell, 1987 ;

Brocklehurst, 1987 ).

1. Kecelakaan : merupakan faktor penyebab jatuh yang utama bagi lansia, yaitu

sekitar 30-50 % kasus jatuh.

murni kecelakaan, misalnya karena jatuh terpeleset atau tersandung sesuatu.

gabungan antara lingkungan yang jelek dengan kelainan-kelainan akibat

proses menua, misalnya karena penglihatan pada lansia sudah menurun (mata

kurang awas), kemudian menabrak benda-benda yang ada di rumah, sehingga

akhirnya jatuh.

2. Nyeri kepala dan atau vertigo

3. Hipotensi orthostatik

hipovolemia (curah jantung rendah)

disfungsi otonom

penurunan kembalinya darah vena ke jantung

terlalu lama berbaring dan kurang bergerak selama berbaring

4

Page 5: jatuh a2

pengaruh obat-obat hipotensi

hipotensi sesudah makan

4. Obat-obatan :

anti hipertensi, misalnya alfa-bloker

anti depresan trisiklik

sedativa

antipsikotik

obat-obat hipoglikemik

alkohol

5. Proses penyakit yang spesifik.

Penyakit-penyakit akut seperti :

kardiovaskuler : - aritmia

- stenosis aorta

- sinkope sinus karotis

Neurologi : - TIA

- stroke

- serangan kejang

- Parkinson

- kompresi saraf spinal karena spondilosis

- penyakit cerebelum

6. Idiopatik ( tidak jelas sebabnya )

7. Sinkope : kehilangan kesadaran secara tiba-tiba

drop attack (serangan roboh)

penurunan darah ke otak secara tiba-tiba

terbakar matahari

Penyakit akut

Dizzines dan syncope, sering menyebabkan jatuh. Eksaserbasi akut dari

penyakit kronik yang diderita lansia juga sering menyebabkan jatuh, misalnya

sesak napas akut pada penderita penyakit paru obstruktif menahun, nyeri dada

tiba-tiba pada penderita penyakit jantung iskemik, dan lain-lain

5

Page 6: jatuh a2

FAKTOR RESIKO JATUH

Secara singkat faktor risiko jatuh pada lansia dibagi dalam dua golongan

besar, yaitu:

1) Faktor-faktor intrinsic (faktor dari dalam)

2) Faktor-faktor ekstrinsik (faktor dari luar)

Faktor Intrinsik Faktor ekstrinsik

AKIBAT JATUH PADA LANSIA

1. Rusaknya jaringan

2. Fraktur pelvis, femur

3. Perawatan di rumah sakit

4. Jatuh menyebabkan penurunan kepercayaan diri sehingga mengurangi gerak

5. Kematian

6

KONDISI FISIK DAN NEUROPSIKIATRIK

PENURUNAN VISUS DAN PENDENGARAN

PERUBAHAN NEUROMUSKULER, GAYA BERJALAN, DAN REFLEKS POSTURAL KARENA PROSES MENUA

OBAT-OBATAN YANG DIMINUM

ALAT-ALAT BANTU BERJALAN

LINGKUNGAN YANG TIDAK MENDUKUNG (BERBAHAYA)

FALLS(JATUH

)

Page 7: jatuh a2

Hubungan riwayat penyakit dgn skenario

Akibat DM

• Gangguan pd penglihatan

• Katarak, glaukoma, retinopati diabetik

Hipertensi

• Sakit kepala

Rematik Osteoartritis

• Sakit / nyeri hilang timbul

• Nyeri setelah melakukan suatu aktifitas

• Rasa kaku pada persendian

• Kelemahan otot / tulang

Jantung PJK

• Sinkop

Hubungan efek obat-obatan dgn skenario

Obat Hipertensi

• Diuretik: Hipokalemi & nyeri kepala

• Alfa blocker: hipotensi ortostatik, pusing, lemah

• Beta blocker: bradikardia

• Antagonis Ca: hipotensi , ggn penglihatan

• ACE inhibitor: hipotensi ortostatik, pusing, sesak

Obat DM

• Insulin: hipoglikemi

• Obat diabetes oral: hipoglikemi, vertigo

7

Page 8: jatuh a2

PEMERIKSAAN YANG PERLU DILAKUKAN

A. Anamnesa riwayat penyakit (jatuhnya)

Anamnesa dibuat baik terhadap penderita ataupun saksi mata jatuh atau

keluarganya. Anamnesis ini meliputi

1. Seputar jatuhnya : mencari penyebab jatuhnya misalnya apa karena terpeleset,

tersandung, berjalan, perubahan posisi badan, waktu mau berdiri dari jongkok

atau sebaliknya, sedang buang air kecil atau besar, sedang batuk atau bersin,

sedang menolwh tiba-tiba ataupun aktivitas lainnya.

2. Gejala yang menyertai : seperti nyeri dada, berdebar-debar, nyeri kepala tiba-

tiba, vertigo, pingsan, lemas, konfusio, inkontinens, sesak nafas.

3. Kondisi komorbid yang relevan : pernah menderita hipertensi, diabetes

mellitus, stroke, parkinsonisme, osteoporosis, sering kejang, penyakit jantung,

rematik, depresi, deficit rematik dll

4. Review obat-obatan yang diminum : anti hipertensi ( alfa inhibitor non

spesifik dll ), diuretic, autonomic bloker, anti depresan, hipnotik, anxiolitik,

analgetik, psikotropik, ACE inhibitor dll

5. Review keadaan lingkungan : tempat jatuh apakah licin/bertingkat-tingkat dan

tidak datar, pencahayaannya dll

B. PEMERIKSAAN FISIK

- Kesadaran pasien (bisa dengan GCS)

- tanda vital (suhu, nadi, tekanan darah, pernapasan)

- tanda nyeri dan fraktur serta pemeriksaan ekstremitas(edema dan sebagainya)

- keadaan jantung: apakah ada pembesaran dan bunyi jantung abnormal

- pemeriksaan neurologis untuk menetukan lesi pada otak atau juga sensorik dan

motorik

- pemeriksaan status fungsional dan kognitif, memperhatikan apakah pasien

menderita demensia terutama demensia vascular

- pemeriksaan mobilitas pasien: status fungsional cara berlajan

C. PEM PENUNJANG

- pemeriksaan laboratorium tergantung dari sifat permasalahan dan keadaannya.

8

Page 9: jatuh a2

- Pemeriksaan darah lengkap, laju endap darah, kadar kalsium, elektroforesis protein

serum

- Mengukur kadar alkali fosfatase serum, bone-Gla-protein plasma

(osteocalcin),untuk mengetahui adanya pembentukan tulang pada osteoporosis.

- Pemeriksaan foto roentgen bagian panggul dalam bidang anteroposterior, lateral,

dan oblique, harus dilakukan pada setiap pasien yang menderita nyeri pada pangkal

paha dan juga pada sendi lutut.

D. Assesmen Fungsionalnya

Seyogyanya dilakukan untuk mengetahui lebih lanjut tentang kebiasaan

pasien dan aspek fungsionalnya dalam lingkungannya, ini sangat bermanfaat

untuk mencegah terjadinya jatuh ulangan. Pada assesmen fungsional dilakukan

observasi atau pencarian terhadap :

1. Fungsi gait dan keseimbangan : observasi pasien ketika bangkit dari

duduk dikursi, ketika berjalan, ketika membelok atau berputar badan,

ketika mau duduk dibawah dll.

2. Mobilitas : dapat berjalan sendiri tanpa bantuan, menggunakan alat Bantu

( kursi roda, tripod, tongkat dll) atau dibantu berjalan oleh keluarganya.

3. Aktifitas kehidupan sehari-hari : mandi, berpakaian, berpergian,

kontinens. Terutama kehidupannya dalam keluarga dan lingkungan sekitar

( untuk mendeteksi juga apakah terdapat depresi dll

Diagnosis kerja

a. Fraktur

b. Parkinsons

c. DM

d. Hipertensi

e. Osteartritis

f. PJK

g. Stroke

9

Page 10: jatuh a2

10

Page 11: jatuh a2

PENANGANAN JATUH PADA LANSIA

a. Operasi.

Jika pada pemeriksaan radiologis ditemukan adanya fraktur yang disebabkan

karena pasien terjatuh ( terpeleset ) khususnya fraktur tulang belakang yang

mengakibatkan kompresi pada saraf sehingga kedua tungkai tidak dapat

digerakkan,merupakan indikasi untuk dilakukan operasi mis: fiksasi internal nerve

root,spinal cord.

b. Hospitalisasi (perawatan di rumah sakit).

Hal ini bertujuan untuk memudahkan penanganan pasien khususnya dengan fraktur

akut ( immobilisasi ) yang beresiko tinggi yang juga disertai dengan penyakit

kronik,yang membutuhkan perawatan intensif.

c. Operasi mata ( operasi katarak).

Gangguan penglihatan pada pasien ini kemungkinan besar berupa katarak senilis.

Operasi dapat dilakukan jika pasien & keluarganya menyetujui dan kondisi

kesehatan pasien memungkinkan. Tindakan ini bertujuan untuk meningkatkan

kualitas hidup pasien yang selama ini terganggu akibat gangguan penglihatan

( kemungkinan salah satu penyebab pasien terjatuh ).

Indikasi operasi katarak :

- Gangguan penglihatan dengan Snellen aquity ( visus ) 20/50 atau dibawahnya.

- Ketidakmampuan salah satu mata untuk melihat.

Kontraindikasi :

- Jika penglihatan pasien dapat dikoreksi dengan penggunaan kaca mata atau

alat bantu lainnya.

- Kondisi kesehatan pasien tidak memungkinkan.

d. Fisioterapi.

Setelah dilakukan tindakan operasi untuk mengatasi fraktur dibutuhkan fisioterapi (

rehabilitasi ) yang penting untuk mengembalikan fungsi alat gerak dan mengurangi

disabilitas selama masa penyembuhan. Penggunaan alat bantu berjalan misalnya

tongkat biasanya dibutuhkan untuk membantu permulaan berjalan kembali dan

untuk mendukung aktifitas sehari-hari lainnya.

11

Page 12: jatuh a2

e. Perbaikan status gizi.

Penyusunan menu disesuaikan dengan kebutuhan kalori pasien setiap harinya dan

kemampuan untuk mencerna makanan. Pemberian makanan diberikan secara

bertahap.dimulai dengan porsi kecil tetapi sesering mungkin diberikan.

f. Kontrol penyakit dan penggunaan obat-obatan.

Hindari polifarmasi yang justru lebih banyak menimbulkan efek

samping,khususnya pada pasien beresiko tinggi.

g. Pendidikan keluarga.

Jika fraktur yang diderita oleh pasien mengharuskan immobilisasi untuk beberapa

lama.keluarga harus senantiasa mengawasi,merawat pasien dengan mencegah

pasien terlalu banyak berbaring ( posisi diubah-ubah ) untuk mencegah dekubitus

dan penyakit iatrogenik. Berikan perhatian dan kasih sayang agar pasien tidak

merasa terisolasi dan depresi.

Untuk kasus seperti ini telah ada guidelines pengobatan Gastropaty-NSAID, yaitu

pasien diberikan OAINS golongan COX-2 Inhibitor, dikombinasi dengan PPI

(Protom Pump Inhibitors). COX-2 akan bekerja secara selektif, yakni hanya

menghambat prostaglandin pro-inflamasi dalam hal in COX-2, tanpa menghambat

COX-1 yang diperlukan untuk menjaga integritas lambung, agregasi trombosit, dsb.

Sedangkan PPI dimaksudkan untuk menekan produksi asam, sehingga keasaman

lambung dapat ditekan dengan demikian perusakan mukosa lambung OAINS melalui

jalur ion trapping tidak terjadi. Disamping itu, saat ini telah dikenal obat-obat yang

bertujuan untuk memperbaiki struktur tulang rawan sendi dapat pula diberikan pada

kasus – kasus seperti ini.

Penggunaan OAINS pada pasien USILA, jelas akan berpengaruh terhadap semua

organ vital, seperti jantung, ginjal dan pembuluh darah. Sehingga pada kasus OA

yang umumnya mengenai golongan USILA, diperlukan strategi pengobatan lokal

yang telah banyak dikembangkan di beberapa negara, termasuk di Indonesia.

Pengobatan tersebut adalah dengan pemberian injeksi asam hyaluronat intra artikuler.

12

Page 13: jatuh a2

Pengobatan ini bertujuan untuk memperbaiki kerusakan tulang rawan sendi sebagai

dasar patofisiologi penyakit OA. Sehingga dengan membaiknya kembali tulang

rawan sendi akan menghilangkan juga nyeri lutut, dengan demikian pasien tidak akan

bergantung pada penggunaan obat OAINS.

Untuk pengobatan nyeri adalah penting pemberian obat analgetik. Selama fase

baring, perlatihan fisis untuk mengurangi spasme otot, pelemas otot. Sesudah 2

sampai 3 minggu di tempat tidur, pasien dapat diijinkan untuk perlahan lahan kembali

beraktifitas. Apabila dengan penanganan konservatif tidak berhasil maka tindakan

pembedahan perlu dipertimbangkan.

Untuk nyeri tulang yang disebabkan oleh osteoporosis, prinsip pengobatannya

adalah:

1. Meningkatkan pembentukan tulang, obat-obat yang dapat meningkatkan

pembentukan tulang adalah:Na-flurida dan steroid anabolic.

2. Menghambat resorbsi tulang,obat-obat yang dapat menghambat resorbsi tulang

adalah; kalsium, estrogen, kalsitonin dan difosfonat. Disamping itu juga diberikan

obat anti nyeri.

- meminta keluarganya untuk tidak mengabaikannya.

PROGNOSIS

Prognosis pasien usia lanjut dengan gangguan motorik pada skenario tersebut

dapat dikatakan baik karena penatalaksanaan yang diberikan segera setelah pasien

jatuh sehinggan akibat yang lebih fatal dapat dihindari. Sedangkan prognosis untuk

riwayat penyakit DM dan Hipertensi pada usia lanjut tergantung pada beberapa hal

dan tidak selamanya buruk. Penanganan khusus yang adekuat dengan memperhatikan

berbagai aspek pasien penderita DM yang mempunyai banyak kelainan metabolik

harus diperhitungkab dalam pemilihan obat antihipertensi agar tidak memperberat

dan tidak menimbulkan komplikasi penyakit lain, dengan demikian prognosis pasien

tersebut dapat lebih baik.

13

Page 14: jatuh a2

PENCEGAHAN

Usaha pencegahan merupakan langkah yang harus dilakukan karena bila

sudah terjadi jatuh pasti terjadi komplikasi, meskipun ringan tetap memberatkan.

Ada 3 usaha pokjok untuk pencegahan ini, antara lain:

1. Identifikasi faktor resiko

Pada setiap lansia perlu dilakukan pemeriksaan untuk mencari adanya faktor

intrinsik resiko jatuh, perlu dilakukan assesmen keadaan sensorik, neurologik,

muskuloskeletal dan penyakit sistemik yang sering mendasari/menyebabkan jatuh.

Keadaan lingkungan rumah yang berbahaya dan dapat menyebabkan jatuh

harus dihilangkan. Penerangan rumah hartus cukup tapi tidak menyilaukan. Lantai

rumah datar, tidak licin, bersih dari benda-benda kecil yang susah dilihat. Peralatan

rumah tangga yang sudah tidak aman (lapuk, dapat bergeser sendiri) sebaiknya

diganti, peralatan rumah ini sebaikknya diletakkan sedemikian rupa sehingga tidak

mengganggu jalan/tempat aktifitas lansia. Kamar mandi dibuat tidak licin, sebaiknya

diberi pegangan pada dindingnya, pintu yang mudah dibuka. WC sebaiknya dengan

kloset duduk dan diberi pegangan di dinding.

1. Penilaian keseimbangan dan gaya berjalan

Setiap lansia harus dievaluasi bagaimana keseimabangan badannya dalam

melakukan gerakan pindah tempat, pindah posisi. Penilaian postural sway sangat

diperlukan untuk mencegah terjadinya jatuh pada lansia. Bila goyangan badan pada

saat berjalan sangat beresiko jatuh, maka diperlukan bantuan latihan oleh rehabilitasi

medik. Penilaian gaya berjalan(gait) juga harus dilakukan dengan cermat, apakah

penderita menapakkan kakinya dengan baik, tidak mudah goyah, apakah penderita

mengangkat kaki dengan benar pada saat berjalan, apakah kekuatan otot ekstremitas

bawah penderita cukup untuk berjalan tanpa bantuan. Kesemuanya itu harus

dikoreksi bila terdapat kelainan/penurunan.

2. Mengatur/mengatasi fakor situsional

Faktor situasional yang bersifat serangan akut/eksaserbasi akut penyakit yang

diderita lansia secara periodik. Faktor situasional bahaya lingkungan dapat dicegah

dengan mengusahakan perbaikan lingkungan seperti tersebut diatas. Faktor

14

Page 15: jatuh a2

situasional yang berupa aktifitas fisik dapat diatasi sesuai dengan kondisi kesehatan

penderita. Perlu diberitahukan pada penderita aktivitas fisik seberapa jauh yang aman

bagi penderita, aktivitas tersebut tidak boleh melampaui batasan yang diperbolehkan

baginya sesuai hasil pemeriksaan kondisi fisik. Bila lansia sehat dan tidak ada batasan

aktifitas fisik, maka dianjurkan lansia tidak melakukan aktifitas fisik yang sangat

melelahkan atau beresiko tinggi untuk terjadinya jatuh.

15

Page 16: jatuh a2

DAFTAR PUSTAKA

1. H Slamet Suyono, SpPD,KE. Prof. Dr. 2001. Buku Ajar Ilmu Penyakit

Dalam jilid I. Jakarta : Balai Penerbit FKUI.

2. Boedhi, Darmojo, R. 2004. Buku Ajar Geriatri ( Ilmu Kesehatan Usia

Lanjut ) edisi ke-3. Jakarta : Balai Penerbit FKUI.

3. Adelman,M,Alan.Daly,P,Mel.20 Common Problems In Geriatrics.2001.Mc

GRAW-HILL INTERNATIONAL EDITION.

16