repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1057/1/BAB I_V.docx · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar...
Transcript of repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1057/1/BAB I_V.docx · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar...
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Imunisasi merupakan pemberian kekebalan pada bayi dan anak terhadap
berbagai penyakit, sehingga bayi dan anak tumbuh dalam keadaan sehat.
Imunisasi merupakan usaha memberikan kekebalan pada bayi dan anak dengan
memasukkan vaksin kedalam tubuh agar tubuh membuat zat anti untuk mencegah
terhadap penyakit tertentu. Sedangkan yang dimaksud dengan vaksin adalah
bahan yang dipakai untuk merangsang pembentukan zat anti yang dimasukkan
kedalam tubuh melalui suntikan misalnya vaksin BCG, DPT dan campak dan
melalui mulut misalnya vaksin polio (Hidayat, 2010 dalam Sarimin, 2014).
Imunisasi bukan saja dapat melindungi individu dari penyakit yang serius
namun dapat juga menghindari tersebarnya penyakit menular. World Health
Organization (WHO) dan United Nations International Children's Emergency
Fund (UNICEF) mencanangkan Global Immunization Visionand Strategy (GIVS)
yaitu rancangan kerja 10 tahun untuk mencegah penyakit yang dapat dihindari
melalui imunisasi. Sasaran GIVS hingga tahun 2010 adalah meningkatkan
cakupan imunisasi negara sekurang-kurangnya 90% cakupan imunisasi nasional
dan sekurang-kurangnya 80% cakupan imunisasi dalam setiap distrik atau daerah
administratif untuk mengetahui pemerataan penyebaran imunisasi pada semua
anak (Prayogo, 2010 dalam Yuhanadh, 2012).
1
2
Akibat dari tidak diberikannya imunisasi pada bayi adalah menurunkan
kekebalan seseorang terhadap suatu penyakit, sehingga tingginya bayi untuk
terkena penyakit TB, Difteri, Pertusis, Tetatus, Hepatitis B, Polio dan Campak
(Yusmi, 2011).
Cakupan imunisasi anak di negara- negara anggota WHO telah mencapai
90%, dan diperkirakan 85% dari bayi diseluruh dunia telah mendapat imunisasi.
Terdapat 19,3% juta bayi dan anak-anak belum sepenuhnya mendapatkan
vaksinasi dan tetap beresiko terkena penyakit (Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia, 2013)
Berdasarkan data Riskesdas (2010) cakupan Anak Umur 12-23 Bulan yang
Mendapatkan Imunisasi Dasar di Indonesia yaitu BCG (77,9%), Polio (66,7%),
DPT/HB (61,9%) dan campak (74,4%). Cakupan imunisasi lengkap di perkotaan
lebih tinggi (59,1%) daripada di perdesaan (48,3%) dan masih terdapat 17,7%
anak 12-23 bulan di perdesaan yang tidak mendapat imunisasi sama sekali.
Sedangkan pada tahun 2013 di Indonesia target bayi di Imunisasi adalah 95% ,
untuk imunisasi Polio 1 (97,92 %), Polio 2 (93,76%) sudah mencapai target UCI
(Universal Child Immunization), sedangkan untuk Polio 3 (85,43%), Polio 4
(87,51%) secara keseluruhan belum mencapai target UCI = 100% (Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia, 2013)
Sedangkan untuk Provinsi Aceh berdasarkan data Dinas Kesehatan Aceh
(2011) diketahui jumlah bayi di provinsi Aceh adalah 99.863 bayi. Data Riskesdas
menunjukkan di provinsi Aceh cakupan imunisasi dasar yang didapat yaitu BCG
(86,9%), Polio (85,9%), DPT/HB (83,7%), dan Campak (81,6%). Provinsi Aceh
3
berdasarkan data Dinas Kesehatan Aceh (2012) diketahui jumlah bayi di provinsi
Aceh adalah 101.201 bayi. Data Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
menunjukkan di provinsi Aceh cakupan imunisasi dasar yang didapat yaitu BCG
(90,5%), Polio (88,5%), DPT/HB (85,4%), dan Campak (85,6%). Provinsi Aceh
berdasarkan data Dinas Kesehatan Aceh (2013) diketahui jumlah bayi di provinsi
Aceh adalah 106.466 bayi. Data Riskesdas menunjukkan di provinsi Aceh
cakupan imunisasi dasar yang didapat yaitu BCG (87%), Polio (83%), DPT/HB
(81%),dan Campak (80%), secara keseluruhan cakupan imunisasi di provinsi
Aceh belum mencapai target UCI = 100%.
Jumlah bayi di Kabupaten Nagan Raya adalah 3.037 bayi. Data Dinas
Kesehatan Aceh menunjukkan cakupan imunisasi dasar yang didapat yaitu BCG
(91,6%), Polio (88,4%), DPT/HB (83%), dan Campak (82,8%) (Dinas Kesehatan
Aceh, 2011). Jumlah bayi di Kabupaten Nagan Raya adalah 3.143 bayi. Data
Riskesdas menunjukkan cakupan imunisasi dasar yang didapat yaitu BCG
(81,8%), Polio (79,9%), DPT/HB (77,5%), dan Campak (75%) (Dinas Kesehatan
Aceh, 2012). Jumlah bayi di Kabupaten Nagan Raya adalah 3.226 bayi. Data
Riskesdas menunjukkan cakupan imunisasi dasar yang didapat yaitu BCG (79%),
Polio (85%), DPT/HB (86%), dan Campak (82%), dengan demikian cakupan
imunisasi pada bayi di Kabupaten Nagan Raya dari tahun 2011-2013 belum
sepenuhnya mencapai target Nasional = 95% (Dinas Kesehatan Aceh, 2013).
Jumlah bayi keseluruhan di wilayah kerja Puskesmas Suka Mulia pada
tahun 2014 adalah sebanyak 351 bayi, cakupan imunisasi dasar yang didapat yaitu
BCG (90,3%), Polio (92%), DPT/HB (90%), Campak (92,6%), dan cakupan
4
imunisasi dasar lengkap pada bayi (85,2%), dengan demikian cakupan imunisasi
di Puskesmas Suka Mulia belum mencapai target Nasional = 95% (Puskesmas
Suka Mulia, 2014). Jumlah bayi keseluruhan di wilayah kerja Puskesmas Suka
Mulia pada tahun 2015 dari bulan Januari hingga bulan Oktober adalah sebanyak
387 bayi, cakupan imunisasi dasar yang didapat yaitu BCG (73,4%), Polio
(73,4%), DPT/HB (80,1%), Campak (64,9%), dan cakupan imunisasi dasar
lengkap pada bayi (64,9%), dengan demikian cakupan imunisasi di Puskesmas
Suka Mulia belum mencapai target Nasional = 95% (Puskesmas Suka Mulia,
2015).
Berdasarkan survei yang dilakukan oleh peneliti dengan 10 orang ibu yang
memiliki bayi, peneliti mengetahui bahwa 4 orang ibu yang melakukan imunisasi
pada bayinya karena mereka mendapatkan dukungan suami, dimana suami
mereka yang selalu mengingatkan ibu untuk membawa bayinya diimunisasi ke
puskesmas pada saat posyandu dilakukan. Sedangkan 6 orang ibu lagi tidak rutin
memberikan imunisasi pada bayinya karena terkadang tidak ada kendaraan di
rumah untuk pergi ke puskesmas, keluarga ibu khususnya suami ibu pun tidak
terlalu memperhatikan jadwal pemberian imunisasi kepada anak mereka.
Penelitian ini dilakukan karena peneliti merasa dukungan keluarga sangat
menentukan tindakan yang akan diambil tentang imunisai dasar pada bayinya.
Seperti yang kita ketahui bahwa kebanyakan masyarakat yang bertempat tinggal
di desa memiliki pengetahuan kurang baik tentang imunisasi dan merasa bahwa
imunisasi tidak dibutuhkan untuk bayinya. Lokasi penelitian yang diambil adalah
wilayah kerja Puskesmas Suka Mulia karena peneliti melihat masih banyak bayi
5
di wilayah kerja Puskesmas Suka Mulia yang tidak mendapatkan imunisasi secara
lengkap. Berdasarkan penelitian Sarimin (2014) dimana didapat hasil adanya
hubungan antara dukungan keluarga yaitu suami dengan pemberian imunisasi
dasar kepada bayi di Desa Taraitak Satu Kecamatan Langowan Utara Wilayah
Kerja Pukesmas Walantakan. Hasil penelitian menunjukkan ibu yang memberikan
imunisasi kepada bayinya karena adanya izin dari suami untuk membawa anaknya
di imunisasi. Sedangkan ibu yang tidak membawa anaknya imunisasi karena
suami tidak memberikan izin kepada ibu untuk membawa bayinya imunisasi.
Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik melakukan penelitian
dengan judul Analisis Hubungan Perilaku dalam Pemberian Imunisasi pada Bayi
di Wilayah Kerja Puskesmas Suka Mulia Kecamatan Darul Makmur Kabupaten
Nagan Raya Tahun 2015.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan bagaimana
Hubungan Perilaku dalam Pemberian Imunisasi pada Bayi di Wilayah Kerja
Puskesmas Suka Mulia Kecamatan Darul Makmur Kabupaten Nagan Raya Tahun
2015.
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui bagaimana Hubungan Perilaku dalam Pemberian
Imunisasi pada Bayi di Wilayah Kerja Puskesmas Suka Mulia Kecamatan Darul
Makmur Kabupaten Nagan Raya Tahun 2015.
6
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui Hubungan Pengetahuan Keluarga dalam Pemberian
Imunisasi pada Bayi di Wilayah Kerja Puskesmas Suka Mulia
Kecamatan Darul Makmur Kabupaten Nagan Raya Tahun 2015.
2. Untuk mengetahui Hubungan sikap Keluarga dalam Pemberian
Imunisasi pada Bayi di Wilayah Kerja Puskesmas Suka Mulia
Kecamatan Darul Makmur Kabupaten Nagan Raya Tahun 2015.
3. Untuk mengetahui Hubungan dukungan Keluarga dalam Pemberian
Imunisasi pada Bayi di Wilayah Kerja Puskesmas Suka Mulia
Kecamatan Darul Makmur Kabupaten Nagan Raya Tahun 2015.
4. Untuk mengetahui Hubungan pendapatan Keluarga dalam Pemberian
Imunisasi pada Bayi di Wilayah Kerja Puskesmas Suka Mulia
Kecamatan Darul Makmur Kabupaten Nagan Raya Tahun 2015.
1.4 Hipotesis
Ha : Adanya Hubungan antara Pengetahuan, sikap, dukungan keluarga dan
pendapatan keluarga dalam Pemberian Imunisasi pada Bayi di Wilayah
Kerja Puskesmas Suka Mulia Kecamatan Darul Makmur Kabupaten
Nagan Raya Tahun 2015.
7
1.5 Manfaat Penelitian
1.5.1 Manfaat Praktis
1. Bagi masyarakat sebagai bahan informasi mengenai Hubungan Perilaku
dalam Pemberian Imunisasi pada Bayi di Wilayah Kerja Puskesmas Suka
Mulia Kecamatan Darul Makmur Kabupaten Nagan Raya Tahun 2015.
2. Bagi pihak puskesmas Suka Mulia Kabupaten Nagan Raya sebagai
informasi dalam meningkatkan pelayanan khususnya tentang Hubungan
Perilaku dalam Pemberian Imunisasi pada Bayi di Wilayah Kerja
Puskesmas Suka Mulia Kecamatan Darul Makmur Kabupaten Nagan
Raya Tahun 2015.
1.5.2 Manfaat Teoritis
a. Bagi peneliti dapat menambah wawasan dalam melakukan penelitian
khususnya Hubungan Perilaku dalam Pemberian Imunisasi pada Bayi di
Wilayah Kerja Puskesmas Suka Mulia Kecamatan Darul Makmur
Kabupaten Nagan Raya Tahun 2015.
b. Bagi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Teuku Umar sebagai
salah satu bahan masukan atau informasi guna menambah bahan
perpustakaan yang dapat digunakan bagi pihak-pihak yang
berkepentingan.
c. Bagi pihak lain diharapkan penelitian ini dapat dijadikan sebagai
referensi untuk dipelajari dibangku perkuliahan, dan dapat
membandingkan antara teori dengan praktek yang sesungguhnya.
BAB II
8
TINJAUAN KEPUSTAKAAN
2.1 Perilaku
2.1.1 Pengertian Perilaku
Perilaku dari aspek biologis diartikan sebagai suatu kegiatan atau aktivitas
organisme atau makhluk hidup yang bersangkutan. Aktivitas tersebut ada yang
dapat diamati secara langsung dan tidak langsung (Kholid, 2012). Perilaku
manusia merupakan hasil dari segala macam pengalaman serta interaksi manusia
dan lingkungannya yang terwujud dalam bentuk pengetahuan, sikap, dan
tindakan. Perilaku merupakan respon atau reaksi individu terhadap stimulus yang
berasal dari luar maupun dari dalam dirinya. Respon ini bersifat fasif (tanpa
tindakan) maupun aktif disertai tindakan (Notoatmodjo dalam Andriani, 2013).
2.1.2 Pengelompokan Perilaku
Menurut Kholid (2012), Perilaku manusia dapat dikelompokan menjadi
2 (dua) yaitu sebagai berikut:
1. Perilaku tertutup (covert behavior)
Perilaku tertutup terjadi bila respon terhadap stimulus tersebut masih
belum dapat diamati oleh orang lain (dari luar) secara jelas.
Perilaku terbuka (Overt behavior)
Perilaku terbuka terjadi bila responden terhadap stimulus tersebut sudah
berupa tindakan, atau praktik ini dapat diamati oleh orang lain dari atau
observable behavior.
8
9
Berdasarkan batasan perilaku dari Skiner (1938) dalam Notoatmodjo
(2012), maka periaku kesehatan adalah suatu respon seseorang terhadap stimulus
atau objek yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sisteem pelayanan
kesehatan, makanan, minuman, serta lingkungan. Dari batasan ini, perilaku
kesehatan dapat diklasifikasikan menjadi 3 kelompok :
1. Perilaku pemeliharaan kesehatan (health maintenance)
Adalah perilaku atau usaha – usaha seseorang untuk penyembuhan
bilamana sakit. Oleh sebab itu perilaku pemeliharaan kesehatan ini terdiri dari 3
aspek :
a) Perilaku pencegahan penyakit, dan penyembuhan penyakit bila sakit, serta
pemulihan kesehatan bilamana telah sembuh dari penyakit.
b) Perilaku peningkatan kesehatan, apabila seseorang dalam keadaan sehat.
Perlu dijelaskan disini, bahwa kesehatan itu sangat dinamis dan relative,
maka dari orang yang sehatpun perlu diupayakan supaya mencapai tingkat
kesehatan yang seoptimal mungkin.
c) Perilaku gizi (makanan dan minuman), makanan dan minuman dapat
memelihara dan meningkatkan kesehatan seseorang tetapi sebaliknya
makanan dan minuman dapat menjadi penyebab menurunnya kesehatan
seseorang bahkan dapat menjadi penyebab menurunnya kesehatan seseorang
bahkan dapat mendatangkan penyakit. Hal ini sangat tergantung pada
perilaku orang terhadap makanan dan minuman tersebut.
2. Perilaku pencaharian dan sistem atau fasilitas pelayanan kesehatan atau
disebut perilaku pencaharian pengobatan (health seeking behavior).
10
3. Perilaku kesehatan lingkungan adalah merespons lingkungan, baik
lingkungan fisik maupun sosial budaya, dan sebagainya, sehingga lingkungan
tersebut tidak mempengaruhi kesehatannya.
2.2 Domain Perilaku
Perilaku adalah merupakan totalitas penghayatan dan aktivitas seseorang,
yang merupakan hasil bersama atau resultante antara berbaagai faktor, baik faktor
internal maupun eksternal (Notoatmodjo, 2012).
Benyamin Bloom (1908) dalam Fitriani (2011) seorang ahli psikologi
pendidikan membagi perilaku manusia itu dalam 3 (tiga) domain ranah atau
kawasan yakni :
1. Kognitif (cognitive) yaitu, aspek yang menitikberatkan pada aspek intektual,
berfikir, dan hubungannya dengan aspek ingatan seseorang.
2. Afektif (affektive) yaitu, mencakup tujuan – tujuan yang berhubungan dengan
perubahan sikap seseorang maupun yang berkaitan dengan nilai, perasaan,
serta minat dan bakat.
3. Psikomotor (psychomotor) yaitu, tujuan – tujuan yang berhubungan dengan
manipulasi dan kemampuan gerak motorik. Saat ini lebih dikenal dengan
kemampuan keterampilan.
Dalam perkembangannya, teori Bloom ini dimodifikasi untuk pengukuran
hasil pendidikan kesehatan yakni: pengetahuan (kwoledge), sikap (attitude), dan
praktek atau tindakan.
11
2.2.1 Pengetahuan (Knowledge)
Menurut Fitriani (2011) pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini
terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.
Pernginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni indera penglihatan,
pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan diperoleh
melalui mata dan telinga.
Dari pengalaman dan penelitian terbukti bahwa perilaku yang didasari oleh
pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh
pengetahuan. Penelitian Rogers (1974) dalam Fitriani (2011) mengungkapkan
bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru (berperilaku baru), di dalam diri
orang tersebut terjadi proses yang berurutan yakni;
a. Awareness (kesadaran), yakni orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui
stimulus (objek) terlebih dahulu.
b. Interest, yakni orang mulai tertarik kepada stimulus.
c. Evaluation (menimbang – nimbang baik tidaknya stimulus tersebut bagi
dirinya). Hal ini sikap responden sudah lebih baik lagi.
d. Trial, orang sudah mencoba perilaku baru.
e. Adoption, subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran,
dan sikapnya terhadap stimulus.
Menurut Kholid (2012) tingkat pengetahuan seseorang secara rinci terdiri
dari enam tingkatan, yaitu:
1. Tahu (know) diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya termasuk mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik
12
dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Tahu
merupakan tingkatan pengetahuan yang paling rendah.
2. Memahami (comprehension) diartikan sebagai suatu kemampuan untuk
menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat
menginterprestasikan materi secara benar.
3. Aplikasi (application) diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menggunakan
materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya) ialah
dapat menggunakan rumus – rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam
situasi yang lain, misalnya dapat menggunakan prinsip – prinsip siklus
pemecahan masalah kesehatan dari kasus yang telah diberikan.
4. Analisis (analysis) adalah kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu
objek di dalam struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya suatu
dengan yang lain.
5. Sintesis (synthesis) menunjukkan pada suatu kemampuan untuk meletakkan
atau menghubungkan bagian- bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang
baru.
6. Evaluasi (evaluation) ini berkaitan dengan pengetahuan untuk melakukan
penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian – penilaian itu didasarkan
pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria –
kriteria yang telah ada.
2.2.2 Sikap (Attitude)
Menurut Fitriani (2011) Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih
tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap belum
13
merupakan suatu tindakan atau aktivitas, akan tetapi merupakan predisposisi
tindakan suatu perilaku.
Dari Azwar (2007) dalam Kholid (2012) menyatakan sikap merupakan
kesiapan untuk bereaksi terhadap suatu objek dengan cara tertentu, bentuk
reaksinya dengan positif dan negatif sikap meliputi rasa suka dan tidak suka,
mendekati dan menghindari situasi, benda, orang, kelompok, dan kebijaksanaan
sosial.
Dari Newcomb (2003) dalam Fitriani (2011) salah seorang ahli psikologi
sosial, menyatakan bahwa sikap itu merupakan kesiapan atau kesediaan untuk
bertindak, dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu. Sikap merupakan
kesiapan untuk bereaksi terhadap objek di lingkungan tertentu sebagai suatu
penghayatan terhadap objek.
Dalam bagian lain Allport (1954) dalam Notoatmodjo (2012) menjelaskan
bahwa sikap itu mempunyai tiga komponen pokok, yaitu :
1. Kepercayaan (keyakinan), ide, dan konsep terhadap suatu objek.
2. Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek.
3. Kecenderungan untuk bertindak (tend to behave).
Ketiga komponen ini secara bersama – sama membentuk sikap yang utuh
(total attitude). Dalam penentuan sikap yang utuh ini, pengetahuan, pikiran,
keyakinan, dan emosi memegang peranan penting.
Menurut Fitriani (2011) Seperti halnya dengan pengetahuan, sikap ini
terdiri dari berbagai tingkatan.
14
1. Menerima (receiving) diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan
stimulus yang diberikan (objek).
2. Merespon (respondingi) memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan,
dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap.
3. Menghargai (valuing) mengajak orang lain untuk mengerjakan atau
mendiskusikan suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga.
4. Bertanggungjawab (responsible) bertanggungjawab atas segala sesuatu yang
telah dipilihnya dengan segala resiko yang paling tinggi.
2.2.3 Tindakan (Practice)
Menurut Notoatmodjo (2012) Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam
suatu tindakan (over behavior). Untuk mewujudkan sikap menjadi suatu
perbuatan nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang
memungkinkan, antara lain adalah fasilitas. Disamping faktor fasilitas, juga
diperlukaan faktor dukungan (support) dari pihak lain.
Menurut Fitriani (2011) Praktik mempunyai beberapa tingkatan, yaitu:
1. Persepsi (perseption) mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan
dengan tindakan yang akan diambil adalah merupakan praktik tingkat pertama.
2. Respon terpimpin (guied response) dapat melakukan sesuatu sesuai dengan
urutan yang benar dan sesuai dengan contoh adalah merupakan indikator
praktik tingkat dua.
3. Mekanisme (mecanism) apabila seseorang telah melakukan sesuatu dengan
benar secara otomatis, atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan, maka ia
sudah mencapai praktik tingkat tiga.
15
4. Adopsi (adoption) adalah suatu praktik atau tindakan yang sudah berkembang
dengan baik. Artinya tindakan itu sudah dimodifikasikannya tanpa mengurangi
kebenaran tindakan tersebut.
2.3 Imunisasi
2.3.1 Pengertian
Imunisasi merupakan pemberian kekebalan pada bayi dan anak terhadap
berbagai penyakit, sehingga bayi dan anak tumbuh dalam keadaan sehat.
Imunisasi merupakan usaha memberikan kekebalan pada bayi dan anak dengan
memasukkan vaksin kedalam tubuh agar tubuh membuat zat anti untuk mencegah
terhadap penyakit tertentu. Sedangkan yang dimaksud dengan vaksin adalah
bahan yang dipakai untuk merangsang pembentukan zat anti yang dimasukkan
kedalam tubuh melalui suntikan misalnya vaksin BCG, DPT dan campak dan
melalui mulut misalnya vaksin polio (Hidayat, 2010 dalam Sarimin, 2014).
Imunisasi adalah suatu cara untuk meningkatkan kekebalan seseorang
secara aktif terhadap suatu penyakit, sehingga bila kelak ia terpapar dengan
penyakit tersebut tidak akan menderita penyakit tersebut. Imunisasi dasar adalah
pemberian imunisasi awal untuk mencapai kadar kekebalan diatas ambang
perlindungan (Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia, 2014).
Jenis imunisasi yang diuraikan mencakup BCG, DPT, polio, campak dan
hepatitis B yang sesuai dengan sasaran agar setiap anak mendapatkan imunisasi
dasar terhadap 7 penyakit utama yang dapat dicegah dengan imunisasi. Program
imunisasi merupakan suatu program yang digunakan untuk menurunkan angka
kesakitan, kematian dan kecacatan bayi serta anak balita, program ini
16
dilaksanakan untuk penyakit-penyakit yang apat dicegah dengan imunisasi seperti
penyakit TB, Difteri, Pertusis, Tetatus, Hepatitis B, Polio dan Campak. Idealnya
bayi harus mendapat imunisasi dasar lengkap yang terdiri dari BCG 1 kali, DPT 3
kali, Polio 4 kali, HB 3 kali dan Campak 1 kali (Yusmi, 2011)
2.3.2 Tujuan
Tujuan jangka pendek dari pelayanan imunisasi adalah mencegah
terjadinya penyakit tertentu pada seseorang dan menghilangkan penyakit tertentu
pada sekelompok masyarakat. Sedangkan tujuan jangka panjang adalah eradikasi
atau eliminasi suatu penyakit. Walaupun PD3I sudah dapat ditekan, cakupan
imunisasi harus dipertahankan tetap tinggi dan merata. Kegagalan untuk menjaga
tingkat perlindungan yang tinggi dan merata dapat menimbulkan KLB (Kejadian
Luar Biasa) PD3I (Utami, 2009 dalam Yusmi, 2011).
Menurut Muslihatun (2010) ada tiga tujuan utama pemberian imunisasi
pada seseorang yaitu mencegah terjadinya penyakit tertentu pada seseorang,
menghilangkan penyakit tertentu pada kelompok masyarakat (populasi) serta
menghilangkan penyakit tertentu dari dunia, hanya mungkin pada penyakit yang
ditularkan pada manusia. Untuk tujuan mencegah terjadinya penyakit tertentu
pada seseorang ditempuh dengan cara memberikan infeksi ringan yang tidak
berbahaya namun cukup untuk menyiapkan respon imun apabila terjangkit
penyakit tersebut, anak tidak sakit karena tubuh cepat membentuk antibodi dan
mematikan antigen yang masuk tersebut.
17
2.3.3 Jenis Imunisasi
Jenis-jenis vaksin dalam program imunisasi bayi menurut Depkes RI
dalam Lisnawati (2013) adalah sebagai berikut:
a. Vaksin campak, untuk pemberian kekebalan aktif terhadap penyakit campak.
b. Vaksin BCG (Bacillus Calmette Guerine), untuk pemberian kekebaan aktif
terhadap tuberkulosa.
c. Vaksin Hepatitis B, untuk pemberian kekebalan aktif terhadap infeksi yang
disebabkan oleh virus hepatitis B.
d. Vaksin Polio, untuk pemberian kekebalan aktif terhadap poliomyelitis
e. Vaksin DPT, untuk pemberian kekebalan secara simultan terhadap difteri,
pertusis, dan tetanus.
f. Vaksin DPT-HB, untuk pemberian kekebalan aktif terhadap penyakit difteri,
tetanus, pertusis, dan hepatitis B.
Menurut Hidayat dalam Sarimin (2014) di Indonesia terdapat jenis
imunisasi yang diwajibkan oleh pemerintah (imunisasi dasar) dan ada juga yang
dianjurkan. Yang termasuk dalam imunisasi dasar yaitu:
a. BCG
Imunisasi BCG merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah
terjadinya penyakit TB yang berat sebab terjadinya penyakit TB yang primer
atau yang ringan. Vaksin BCG diberikan melalui intradermal. Efek samping
pemberian imunisasi BCG adalah terjadinya ulkus pada daerah suntikan,
limfadenitis regionalis dan reaksi panas.
18
b. Hepatitis B
Imunisasi hepatitis merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah
terjadinya penyakit hepatitis. Kandungan vaksin ini adalah HbsAg dalam
bentuk cair. Frekuensi pemberian imunisasi hepatitis sebanyak 3 kali dan
penguatnya dapat diberikan pada usia 6 tahun. Imunisasi hepatitis ini diberikan
melalui intra muskuler.
c. Polio
Imunisasi polio merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah
terjadinya penyakit poliomielitis yang dapat menyebabkan kelumpuhan pada
anak. Kandungan vaksin ini adalah virus yang dilemahkan, imunisasi diberikan
melalui oral.
d. DPT
Imunisasi DPT (Diphteri, Pertusis, Tetanus) merupakan imunisasi yang
digunakan untuk mencegah terjadinya penyakit difteri, pertusis dan tetanus.
Vaksin DPT ini merupakan vaksin yang mengandung racun kuman difteri yang
telah dihilangkan sifat racunnya namun masih dapat merangsang pembentukan
zat anti bodi. Imunisasi DPT diberikan melalui intra muskuler. Pemberian DPT
dapat berefek samping ringan ataupun berat. Efek ringan misalnya terjadi
pembengkakan, nyeri pada tempat penyuntikan dan demam. Efek berat
misalnya terjadi menangis hebat, kesakitan kurang lebih empat jam dan syok.
e. Campak
Imunisasi campak merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah
terjadinya penyakit campak pada anak karena termasuk penyakit menular.
19
Kandungan vaksin ini adalah virus yang telah dilemahkan. Imunisasi campak
diberikan melalui subkutan. Imunisasi ini memiliki efek samping seperti
terjadinya ruam pada tempat suntikan dan panas.
2.3.4 Jadwal Imunisasi
Menurut Muslihatun (2010) jadwal imunisasi yang diwajibkan sesuai
program pengembangan imunisasi (PPI) adalah BCG, polio, hepatitis B, DPT dan
campak. Jadwal imunisasi yang dianjurkan sesuai program pengembangan
imunisasi non PPI adalah MMR, hib, tifoid, hepatitis A, varisella, influenza.
Waktu yang tepat untuk pemberian imunisasi dasar berdasarkan petunjuk
pelaksanaan program imunisasi di Indonesia adalah (UNICEF, 2011).
Tabel 2.1 Jadwal ImunisaiUmur Vaksin Selang Waktu Tempat
0-7 hari Hbo Imunisasi Hbo diberikan di tempat bayi
dilahirkan1 bulan BCG, Polio 1 4 minggu Posyandu2 bulan DPT/HB 1, Polio 2 4 minggu Posyandu3 bulan DPT/HB 2, Polio 3 4 minggu Posyandu4 bulan DPT/HB 3, Polio 4 4 minggu Posyandu9 bulan Campak 4 minggu Posyandu
Sumber: UNICEF (2011).
2.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Suami dengan pemberian
Imunisasi pada bayi
Menurut Bloom (1974) yang dipetik dari Notoadmodjo (2012), faktor
lingkungan merupakan faktor utama yang mempengaruhi kesehatan individu,
kelompok, atau masyarakat manakala faktor perilaku pula merupakan faktor yang
kedua terbesar. Disebabkan oleh teori ini, maka kebanyakan intervensi yang
20
dilakukan untuk membina dan meningkatkan lagi kesehatan masyarakat
melibatkan kedua faktor ini.
Menurut Notoadmodjo (2012) juga mengatakan mengikut teori L. Green
(1980), perilaku ini dipengaruhi oleh 3 faktor utama, yaitu:
a. Faktor penguat (Predisposising) yang mencakup:
1. Pengetahuan
Secara garis besar menurut (Notoatmodjo, 2012) domain tingkat
pengetahuan (kognitif) mempunyai enam tingkatan, meliputi: mengetahui,
memahami, menggunakan, menguraikan, menyimpulkan dan
mengevaluasi. Ciri pokok dalam taraf pengetahuan adalah ingatan tentang
sesuatu yang diketahuinya baik melalui pengalaman, belajar, ataupun
informasi yang diterima dari orang lain. Pengetahuan merupakan hasil dan
ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek
tertentu.
2. Sikap
Menurut Santrock dalam Azwar dalam Notoadmodjo (2012)
mengemukakan bahwa sikap merupakan kepercayaan atau opini terhadap
orang-orang, obyek atau suatu ide. Setiap orang memiliki opini atau
kepercayaan yang berbeda terhadap suatu obyek atau ide. Sikap adalah
reaksi atas penilaian suka atau tidak suka terhadap sesuatu atau seseorang
yang ditunjukkan melalui kepercayaan, perasaan atau kecenderungan
bertingkah laku.
21
3. Tindakan
Menurut Notoatmodjo (2012) Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam
suatu tindakan (over behavior). Untuk mewujudkan sikap menjadi suatu
perbuatan nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang
memungkinkan, antara lain adalah fasilitas. Disamping faktor fasilitas,
juga diperlukaan faktor dukungan (support) dari pihak lain.
4. Jenis kelamin
Jenis Kelamin adalah perbedaan bentuk, sifat, dan fungsi biologi laki-laki
dan perempuan yang menentukan perbedaan peran mereka dalam
menyelenggarakan upaya meneruskan garis keturunan (Notoatmodjo,
2012).
5. Pekerjaan
Pekerjaan yaitu sebuah aktifitas antar manusia untuk saling memenuhi
kebutuhan dengan tujuan tertentu, dalam hal ini pendapatan atau
penghasilan.
b. Faktor pendukung (Enabling) yang mencakup:
1. Tingkat Pendapatan
Tingkat sosial ekonomi yang rendah menyebabkan keterbatasan biaya
untuk menempuh pendidikan, sehingga pengetahuannya pun rendah
(Notoatmodjo, 2012)
2. Ketercapaian pelayanan kesehatan
Pelayanan kesehatan yang dapat memuaskan setiap pemakai jasa
pelayanan kesehatan yang sesuai dengan tingkat kepuasaan rata-rata serata
22
penyelenggaraannya sesuai dengan standart dan kode etik profesi
(Notoatmodjo, 2012).
3. Ketersediaan sarana dan prasarana
Tersedianya semua fasilitas kesehatan yang dibutuhkan untuk melakukan
suatu pemeriksaan kesehatan bagi masyarakat (Notoatmodjo, 2012)
c. Faktor pendorong (Reinfonsing) pula mencakup:
1. Keluarga
Keluarga adalah salah satu kelompok atau kumpulan manusia yang hidup
bersama sebagai satu kesatuan atau unit masyarakat terkecil dan biasanya
selalu ada hubungan darah, ikatan perkawinan atau ikatan lainnya, tinggal
bersama dalam satu rumah yang dipimpin oleh seorang kepala keluarga
(Lestari, 2012).
2. Lingkungan
Sesuatu yang berada di luar atau disekitar makhluk hidup. Lingkungan
adalah suatu sistem yang kompleks dimana berbagai faktor berpengaruh
timbal balik satu sama lain dan dengan masyarakat (Notoadmodjo, 2012)
3. Sosial budaya
Segala sesuatu yag berkitan dengan tata nilai yang ada pada masyakat,
yang mana di dalamnya terdapat pernytaan mengenai poin intelektual dan
juga nilai artistik yang dapat di jadikan sebagai ciri khas yang ada pada
masyarakat itu sendiri (Notoadmodjo, 2012)
23
2.5 Kerangka Teoritis
Kerangka teori ini disimpulkan berdasarkan tinjauan kepustakaan diatas
yaitu menurut L. Green dalam Notoadmodjo (2012) sebagai berikut:
p
Faktor EnablingTingkat Pendapatan Ketercapaian Pelayanan KesehatanKetersediaan Sarana Prasarana
Faktor ReinfonsingDukungan KeluargaLingkunganSosial Budaya
Pemberian Imunisasi pada Bayi
Faktor Predisposising PengetahuanSikapTindakanJenis KelaminPekerjaan
Gambar 2.1 Kerangka Teori PenelitianSumber: l. Green dalam Notoadmodjo (2012)
24
2.6 Kerangka Konsep
Variabel Independen
Gambar 2.2 Kerangka Konsep
Variabel Dependen
Pengetahuan
Sikap
Dukungan Keluarga
Tingkat Pendapatan
Pemberian Imunisasi pada Bayi
25
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian
Jenis penelitian ini adalah survey analitik dengan pendekatan Cross
Sectional, dimana variabel bebas dan terikat diteliti pada saat yang bersamaan saat
penelitian dilakukan (Notoatmodjo, 2010), yang bertujuan untuk mengetahui
hubungan perilaku dalam Pemberian Imunisasi pada Bayi diwilayah Kerja
Puskesmas Suka Mulia Kecamatan Darul Makmur Kabupaten Nagan Raya Tahun
2015.
3.2 Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Wilayah Kerja Puskesmas Suka Mulia
Kecamatan Darul Makmur Kabupaten Nagan Raya pada tanggal 13 - 27
Desember 2015.
3.3 Populasi dan Sampel
3.3.1 Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu yang mempunyai bayi
usia 0-12 bulan di wilayah Kerja Puskesmas Suka Mulia Kecamatan Darul
Makmur Kabupaten Nagan Raya tahun 2015 dari bulan Januari hingga Oktober
yang berjumlah 387 bayi.
3.3.2 Sampel25
26
Menurut Notoatmodjo (2010), cara pengambilan sampel pada penelitian
ini adalah secara purposive sampling yaitu teknik penentuan sampel dengan
pertimbangan tertentu dengan rumus slovin sebagai berikut:
n =
Keterangan: N : Populasi Penelitian
n : Sampel penelitian
d : Tingkat Kesalahan/ eror yang di gunakan (0,1)
n =
n =
n =
n = 79,7 di genapkan menjadi 80
Jadi jumlah sampel yang diambil adalah sebanyak 80 ibu yang
mempunyai bayi 0-12 bulan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut
dibawah ini:
Tabel 3. 1. Daftar Sampel Penelitian
N
1+N (d)²
387
1+387 (0,1)²
387
1+387(0,01)
387
4,87
27
No Nama Desa Jumlah Populasi
Rumus Proposi di ruangan
Sampel
1234567
Suka MuliaSido JadiSimpang DuaSimpang Deli KilangPulo IePanton BayuUjong Tanjong
16128
10162114
16/379x8012/379x808/379x80
10/379x8016/379x8021/379x8014/379x80
3222343
8910111213141516171819202122
Simpang Deli KampungSuka RamaiLadang BaroAlue Bateung BrokBlang LuahKuala SeumayamAlue JampakAlue RayaMekarti JayaSumber MakmurAlue KuyunPuloe KruetSumber BaktiSerba JadiSerba Guna
10156
3825181631178
1018233728
10/379x8015/379x806/379x80
38/379x8025/379x8018/379x8016/379x8031/379x8017/379x808/379x80
10/379x8018/379x8023/379x8037/379x8028/379x80
231854363224576
Jumlah 387 80
3.4 Metode Pengumpulan Data
Setelah data dikumpulkan penulis melakukan pengolahan data dengan
langkah-langkah sebagai berikut (Sugiyono, 2012):
1. Editing (memeriksa), yaitu data yang telah didapatkan diedit untuk mengecek
ulang atau mengoreksi untuk mengetahui kebenaran.
2. Coding, dimana data yang telah didapat dari hasil penelitian dikumpul dan
diberi kode.
3. Prosesing, dimana data yang telah didapat diproses yaitu memisahkan sesuai
dengan kategori yang telah ditentukan
28
4. Cleaning, dimana data yang telah dipisahkan sesuai dengan kategori di
bersihkan sesuai dengan kebutuhan penelitian
5. Tranfering, dimana data yang telah dibersihkan dimasukkan dalam komputer
kemudian data tersebut diolah dengan program komputer.
6. Tabulating data, data yang telah dikoreksi kemudian dikelompokkan dalam
bentuk tabel.
3.5 Jenis dan Sumber Data
1. Data Primer
Data yang diperoleh dari peninjauan langsung kelapangan melalui wawancara
dengan menggunakan kuisioner yang telah disusun sebelumnya.
2. Data Sekunder
Yang dijadikan data sekunder dalam penelitian ini adalah data yang diperoleh
dari kepala puskesmas dan instansi lain yang terkait
3.6 Definisi Operasional
Tabel 1. Definisi Operasional
29
Variabel Independent
No Variabel Definisi Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala
1. Pengetahuan Wawasan keluarga tentang imunisasi
Wawancara Kuesioner 1. Baik2. Kurang baik
Ordinal
2. Sikap Reaksi/respon keluarga terhadap imunisasi
Wawancara Kuesioner 1. Positif2. Negatif
Ordinal
3 Dukungan Keluarga
Dukungan keluarga dalam mendukung imunisasi
Wawancara Kuesioner 1. Mendukung2. Tidak
Mendukung
Ordinal
4 Pendapatan Keluarga
Pendapatan keluarga untuk memenuhi kebutuhan hidup
Wawancara Kuesioner 1. > UMP2. ≤ UMP
Ordinal
Variabel Dependen1. Imunisasi Pada
BayiPemberian vaksin dan pembentukan imun tubuh bayi untuk mencegah penyakit
Wawancara Kuesioner 1.Ada2.Tidak
Ada
Ordinal
3.7 Aspek Pengukuran Variabel
Aspek pengukuran yang digunakan dalam pengukuran variabel dalam
penelitian ini adalah skala Guddman yaitu memberi skor dari nilai tertinggi ke
nilai terendah berdasarkan jawaban responden (Notoatmodjo, 2010).
1. Faktor Pengetahuan
Baik: jika responden mendapat skor nilai > 10
30
Kurang Baik: jika responden mendapat skor nilai ≤ 10
2. Faktor Sikap
Positif: jika responden mendapat skor nilai > 5
Negatif: jika responden mendapat skor nilai ≤ 5
3. Faktor Dukungan Keluarga
Mendukung: jika responden mendapat skor nilai > 5
Tidak Mendukung: jika responden mendapat skor nilai ≤ 5
4. Faktor Pendapatan
>UMP: jika responden mendapatkan penghasilan > Rp. 1.900.000,-
≤UMP: jika responden mendapatkan penghasilan ≤ Rp. 1.900.000,-
5. Imunisasi Pada Bayi
Ada: jika responden mendapat skor nilai = 1
Tidak Ada: jika responden mendapat skor nilai= 0
3.8 Teknik Analisis Data
3.8.1 Analisis Univariat
Analisis Univariat dilakukan untuk mendapat data tentang distribusi
frekuensi dari masing-masing variabel, kemudian data ini di sajikan dalam bentuk
tabel distribusi frekuensi.
3.8.2 Analisis Bivariat
31
Analisis ini digunakan untuk mengetahui hipotesis dengan menentukan
hubungan antara variabel independen (variabel bebas) dengan variabel dependen
(variabel terikat) dengan menggunakan uji statistik Chi-square (X2) (Budiarto,
2012). Kemudian untuk mengamati derajat hubungan antara variabel tersebut
akan di hitung nilai odd ratio (OR). Bila tabel 2 x 2, dan dijumpai nilai expected
(harapan) kurang dari 5, maka yang digunakan adalah “Fisher’s Exact Test”
Analis data dilakukan dengan menggunakan perangkat computerisasi
untuk membuktikan yaitu dengan ketentuan p value < 0,05 (H0 ditolak) sehingga
disimpulkan ada hubungan yang bermakna.
Dalam melakukan uji Chi-Square ada syarat-syarat yang harus dipenuhi:
1. Bila 2 x 2 dijumpai nilai expected (harapan) kurang dari 5, maka yang
digunakan adalah fisher`s test,
2. Bila 2 x 2 dan nilai E > 5, maka uji yang dipakai sebaliknya Contiuty
Corection,
3. Bila table lebih dari 2 x 2 misalnya 2 x 3, 3 x 3 dan seterusnya, maka
digunakan uji pearson Chi-square.
4. Uji ‘’ likelihood Ratio’’, biasanya digunakan untuk keperluan lebih spesifik ,
misalnya analisis stratifikasi pada bidang epidemiologi dan juga untuk
mengetahui hubungan linier dua variabel katagorik ,sehingga kedua jenis ini
jarang digunakan.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
32
4.1 Gambaran Umum
Puskesmas Suka Mulia terletak di desa Suka Mulia
Kecamatan Darul Makmur Kabupaten Nagan Raya. Luas Wilayah
Kerja Puskesmas Suka Mulia kurang lebih 505, 13 Km2, terdiri
dari 22 desa dengan jumlah penduduk 18.018 jiwa. Sebagian
besar wilayah kerja Puskesmas Suka Mulia merupakan dataran
rendah dan perkebunan sawit. Mata pencaharian sebagian besar
penduduk adalah bertani, berkebun, dagang dan karyawan
perkebunan kelapa sawit.
Secara administrasi dan geografis Puskesmas Suka Mulia berbatas dengan:
Sebelah Barat berbatas dengan Wilayah Kerja Puskesmas Alue Rambot
Sebelah Timur berbatas dengan Kabupaten Aceh Barat Daya
Sebelah Utara berbatas dengan Samudera Indonesia
Sebelah Selatan berbatas dengan Wilayah Kerja Puskesmas Alue Bilie
Wilayah Kerja Puskesmas Suka Mulia mempunyai 8 Puskesmas
Pembantu (PUSTU), 12 Pos Kesehatan Desa (POSKESDES). Wilayah kerja
Puskesmas Suka Mulia berada di 4 kemukiman yaitu kemukiman TWK.
Abdullah, kemukiman Neubok dalam, kemukiman Ujong Raja, kemukiman
Seuneam. Puskesmas Suka Mulia mempunyai 85 orang pegawai yang terdiri dari:
Dokter Umum sebanyak 2 orang, Kesehatan Masyarakat sebanyak 7 orang, S1
Keperawatan 2 orang, Kebidanan 41 orang, D3 Keperawatan 16 orang, Gizi 4
orang, Perawat Gigi 1 orang, Kesling 1 orang, analis 1 orang, SMF 1 orang,
32
33
SPRG 1 orang, SPK 3 orang, Pekarya Kesehatan 1 orang, Administrasi 1 orang,
Sopir ambulance 2 orang, Cleaning Service 1 orang.
Tabel 4.1. Distribusi Jumlah Pegawai di Puskesmas Suka Mulia No Tenaga Ahli Jumlah1 Dokter Umum 2 Orang2 Kesehatan Masyarakat 7 Orang3 S1 Keperawatan 2 Orang4 Kebidanan 41 Orang5 D3 Keperawatan 16 Orang6 Gizi 4 Orang7 Perwat Gigi 1 Orang8 Kesling 1 Orang9 Analis 1 Orang10 SMF 1 Orang11 SPRG 1 Orang12 SPK 3 Orang13 Pekarya Kesehatan 1 Orang14 Administrasi 1 Orang15 Sopir Ambulance 2 Orang16 Cleaning Service 1 Orang
Jumlah 85 OrangSumber: Puskesmas Suka Mulia 2015
Tabel 4.2. Distribusi Cakupan Wilayah Kerja dan Penduduk Puskesmas Suka Mulia
Desa KK1 Suka Mulia 2052 Sido Jadi 1273 Simpang Dua 1064 Simpang Deli Kilang 1175 Pulo Ie 2226 Panton Bayu 3257 Ujong Tanjong 2608 Simpang Deli Kampung 1569 Suka Ramai 26110 Ladang Baro 7211 Alue Bateung Brok 36912 Blang Luah 40713 Kuala Seumayam 6414 Alue Jampak 12515 Alue Raya 47616 Mekarti Jaya 16017 Sumber Makmur 8918 Alue Kuyun 92
34
19 Puloe Kruet 17120 Sumber Bakti 30221 Serba Jadi 78922 Serba Guna 474
Jumlah5.369
4.2 Hasil
4.2.1 Karakteristik Responden
1. Umur Ibu Bayi
Hasil perhitungan frekuensi dan persentase berdasarkan
umur Ibu Bayi dapat dilihat pada tabel 4.3 berikut dibawah ini:
Tabel 4.3. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Umur Ibu Bayi dalam Pemberian Imunisasi pada Bayi di Wilayah Kerja Puskesmas Suka Mulia Kecamatan Darul Makmur Kabupaten Nagan Raya Tahun 2015
NO Umur Responden Frekuensi %1 20-25 Tahun 13 16,32 26-30 Tahun 28 35,03 31-35 Tahun 28 35,04 >35 Tahun 11 13,8
Total 80 100Sumber: data primer 2015
Berdasarkan tabel 4.3 di ketahui bahwa responden tertinggi yang
berumur 26-30 tahun dan umur 31-35 tahun masing-masing adalah sebanyak 28
orang (35,0%), sedangkan responden terendah yang berumur >35 tahun adalah
sebanyak 11 orang (13,8%).
2. Umur Bayi
Hasil perhitungan frekuensi dan persentase berdasarkan
umur bayi dapat dilihat pada tabel 4.4 berikut dibawah ini:
Sumber: Puskesmas Suka Mulia, 2015
35
Tabel 4.4. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Umur Bayi dalam Pemberian Imunisasi pada Bayi di Wilayah Kerja Puskesmas Suka Mulia Kecamatan Darul Makmur Kabupaten Nagan Raya Tahun 2015
NO Umur Responden Frekuensi %1 1-3 Bulan 8 10,02 4-6 Bulan 23 28,83 7-9 Bulan 30 37,54 10-12 Bulan 19 23,8
Total 80 100Sumber: data primer 2015
Berdasarkan tabel 4.4 di ketahui bahwa responden tertinggi yang
berumur 7-9 bulan adalah sebanyak 30 orang (37,5%), sedangkan responden
terendah yang berumur 1-3 bulan adalah sebanyak 8 orang (10,0%).
3. Pendidikan Ibu
Hasil perhitungan frekuensi berdasarkan pendidikan
responden dapat dilihat pada tabel 4.5 berikut dibawah ini:
Tabel 4.5. Distribusi Frekuensi Berdasarkan pendidikan Responden dalam Pemberian Imunisasi pada Bayi di Wilayah Kerja Puskesmas Suka Mulia Kecamatan Darul Makmur Kabupaten Nagan Raya Tahun 2015
NO Pendidikan Frekuensi %1 SD 6 7,52 SMP 35 43,83 SMA 28 35,04 Perguruan Tinggi 11 13,8Total 80 100Sumber: data primer 2015
36
Berdasarkan tabel 4.5 dapat di ketahui bahwa responden tertinggi yang
berpendidikan SMP sebanyak 35 orang (43,84%) dan responden terendah yang
berpendidikan SD sebanyak 6 orang (7,5%).
4.2.2 Analisis Univariat
1. Pengetahuan
Hasil perhitungan frekuensi dan persentase dari variabel
pengetahuan dapat dilihat pada tabel 4.6 berikut dibawah ini:
Tabel 4.6. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Faktor Pengetahuan Responden dalam Pemberian Imunisasi pada Bayi di Wilayah Kerja Puskesmas Suka Mulia Kecamatan Darul Makmur Kabupaten Nagan Raya Tahun 2015
NO Pengetahuan Frekuensi %1 Baik 32 40,02 Kurang Baik 48 60,0Total 80 100Sumber: data primer 2015
Berdasarkan tabel 4.6 dapat di ketahui bahwa responden
yang berpengetahuan tidak baik adalah sebanyak 48 orang
(60,0%) sedangkan responden yang berpengetahuan baik adalah
sebanyak 32 orang (30,0%).
2. Sikap
Hasil perhitungan frekuensi dan persentase dari variabel
sikap dapat dilihat pada tabel 4.7 berikut dibawah ini:
Tabel 4.7. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Faktor sikap Responden terhadap dalam Pemberian Imunisasi pada Bayi di Wilayah Kerja Puskesmas Suka Mulia Kecamatan Darul Makmur Kabupaten Nagan Raya Tahun 2015
NO Sikap Frekuensi %1 Positif 34 42,52 Negatif 46 57,5
37
Total 80 100Sumber: data primer 2015
Berdasarkan tabel 4.7 dapat di ketahui bahwa responden
yang bersikap negatif adalah sebanyak 46 orang (57,5%),
sedangkan responden yang bersikap positif adalah sebanyak 34
orang (42,5%).
3. Pendapatan
Hasil perhitungan frekuensi dan persentase dari variabel
Pendapatan dapat dilihat pada tabel 4.8 berikut dibawah ini:
Tabel 4.8. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Faktor Pendapatan Responden dalam Pemberian Imunisasi pada Bayi di Wilayah Kerja Puskesmas Suka Mulia Kecamatan Darul Makmur Kabupaten Nagan Raya Tahun 2015
NO Pendapatan Frekuensi %1 > UMP (> Rp. 1.900.000) 36 45,02 ≤ UMP (≤ Rp. 1.900.000) 44 55,0Total 80 100Sumber: data primer 2015
Berdasarkan tabel 4.8 dapat di ketahui bahwa responden
yang memiliki pendapatan ≤ UMP (≤ Rp. 1.900.000) adalah sebanyak
44 orang (55,0%), sedangkan responden yang memiliki
pendapatan > UMP (> Rp. 1.900.000) adalah sebanyak 36 orang
(45,0%).
4.Dukungan Keluarga
Hasil perhitungan frekuensi dan persentase dari variabel
dukungan keluarga dapat dilihat pada tabel 4.9 berikut dibawah
ini:
38
Tabel 4.9. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Faktor Dukungan Keluarga Responden dalam Pemberian Imunisasi pada Bayi di Wilayah Kerja Puskesmas Suka Mulia Kecamatan Darul Makmur Kabupaten Nagan Raya Tahun 2015
NO Dukungan Keluarga Frekuensi %1 Mendukung 33 41,32 Tidak Mendukung 47 58,8Total 80 100Sumber: data primer 2015
Berdasarkan tabel 4.9 dapat di ketahui bahwa responden
yang faktor dukungan keluarga tidak mendukung adalah
sebanyak 47 orang (58,8%), sedangkan responden yang faktor
dukungan keluarga mendukung adalah sebanyak 33 orang
(41,3%).
5. Pemberian Imunisasi pada Bayi
Hasil perhitungan frekuensi dan persentase dari variabel
imunisasi pada bayi dapat dilihat pada tabel 4.10 berikut
dibawah ini:
Tabel 4.10.Distribusi Frekuensi Berdasarkan Faktor Pemberian Imunisasi pada Bayi di Wilayah Kerja Puskesmas Suka Mulia Kecamatan Darul Makmur Kabupaten Nagan Raya Tahun 2015
No Pemberian Imunisasi pada Bayi Frekuensi %1 Ada 44 55,02 Tidak Ada 36 45,0Total 80 100Sumber: data primer 2015
Berdasarkan tabel 4.10 dapat di ketahui bahwa responden
yang faktor imunisasi pada bayi adalah sebanyak 44 orang
(55,0%), sedangkan responden yang faktor imunisasi pada bayi
tidak baik adalah sebanyak 36 orang (45,0%).
4.2.3 Analisis Bivariat
39
Analisis bivariat untuk mengetahui hubungan variabel independen dan
dependen. Pengujian ini menggunakan uji chi-square. Dimana ada hubungan yang
bermakna secara statistik jika diperoleh nilai pvalue < 0,05.
a. Hubungan Faktor Pengetahuan dalam Pemberian Imunisasi pada Bayi
Tabel 4.11.Faktor Pengetahuan yang berhubungan dalam Pemberian Imunisasi pada Bayi di Wilayah Kerja Puskesmas Suka Mulia Kecamatan Darul Makmur Kabupaten Nagan Raya Tahun 2015
Pengetahuan Pemberian Imunisasi pada Bayi Total Ada Tidak Ada Pvalue ORf % f % f %
Baik 24 75,0 8 25,0 32 100 0,007 4,2Kurang Baik 20 41,7 28 58,3 48 100 (1,5-11,2)Jumlah 44 55,0 36 45,0 80 100Sumber : data primer 2015
Berdasarkan tabel 4.11 diketahui bahwa dari 32 responden yang
berpengetahuan baik, sebanyak 24 orang (75,0%) yang bayinya ada
diimunisasi dan sebanyak 8 orang (25,0%) yang bayinya tidak diimunisasi.
Sedangkan dari 48 responden yang berpengetahuan baik, sebanyak 20
orang (41,7%) yang bayinya ada diimunisasi dan sebanyak 8 orang (58,3%) yang
bayinya tidak diimunisasi.
Berdasakan hasil uji chi square didapat nilai Pvalue = 0,007 dan ini lebih
kecil dari α = 0,05 (Pvalue = 0,007 < α = 0,05) sehingga diuraikan terdapat
hubungan yang signifikan antara faktor pengetahuan dalam pemberian imunisasi
pada bayi di Wilayah Kerja Puskesmas Suka Mulia Kecamatan Darul Makmur
Kabupaten Nagan Raya
Berdasarakan hasil OR 4,2 dapat disimpulkan bahwa responden yang
merasa memiliki pengetahuan baik akan berpeluang sebanyak 4,2 kali membawa
bayinya imunisasi dibandingkan ibu yang memiliki pengetahuan tidak baik.
40
b. Hubungan Faktor Sikap dalam Pemberian Imunisasi pada Bayi
Tabel 4.12.Faktor Sikap yang berhubungan dalam Pemberian Imunisasi pada Bayi di Wilayah Kerja Puskesmas Suka Mulia Kecamatan Darul Makmur Kabupaten Nagan Raya Tahun 2015
Sikap Pemberian Imunisasi pada Bayi Total Ada Tidak Ada Pvalue ORf % f % f %
Positif 26 76,5 8 23,5 34 100 0,002 5,0Negatif 18 39,1 28 60,9 46 100 (1,8-13,5)Jumlah 44 55,0 36 45,0 80 100Sumber : data primer 2015
Berdasarkan tabel 4.12 diketahui bahwa dari 34 responden yang
bersikap positif, sebanyak 26 orang (76,5%) yang bayinya ada diimunisasi
dan sebanyak 8 orang (23,5%) yang bayinya tidak diimunisasi. Sedangkan dari 46
responden yang bersikap negatif, sebanyak 18 orang (39,1%) yang bayinya
ada diimunisasi dan sebanyak 28 orang (60,9%) yang bayinya tidak diimunisasi.
Berdasakan hasil uji chi square didapat nilai Pvalue = 0,002 dan ini lebih
kecil dari α = 0,05 (Pvalue = 0,002 < α = 0,05) sehingga diuraikan terdapat
hubungan yang signifikan antara faktor sikap dalam pemberian imunisasi pada
bayi di Wilayah Kerja Puskesmas Suka Mulia Kecamatan Darul Makmur
Kabupaten Nagan Raya.
Berdasarakan hasil OR 5,0 dapat disimpulkan bahwa responden yang
merasa memiliki sikap baik akan berpeluang sebanyak 5,0 kali membawa bayinya
imunisasi dibandingkan ibu yang memiliki sikap tidak baik.
c. Hubungan Faktor Pendapatan dalam Pemberian Imunisasi pada Bayi
Tabel 4.13.Faktor Pendapatan yang berhubungan dalam Pemberian Imunisasi pada Bayi di Wilayah Kerja Puskesmas Suka Mulia Kecamatan Darul Makmur Kabupaten Nagan Raya Tahun 2015
Pendapatan Pemberian Imunisasi pada Bayi Total Ada Tidak Ada Pvalue OR
41
f % f % f %>UMP 28 77,8 8 22,2 36 100 0,001 6,1≤UMP 16 36,4 28 63,6 44 100 (2,2-16,6)Jumlah 44 55,0 36 45,0 80 100Sumber : data primer 2015
Berdasarkan tabel 4.13 diketahui bahwa dari 36 responden yang miliki
pendapatan >UMP sebanyak 28 orang (77,8%) yang bayinya ada
diimunisasi dan sebanyak 8 orang (22,2%) yang bayinya tidak diimunisasi.
Sedangkan dari dari 44 responden yang memiliki pendapatan ≤UMP
sebanyak 16 orang (36,4%) yang bayinya ada diimunisasi dan sebanyak 28
orang (63,6%)yang bayinya tidak diimunisasi.
Berdasakan hasil uji chi square didapat nilai Pvalue = 0,001 dan ini lebih
kecil dari α = 0,05 (Pvalue = 0,001 < α = 0,05) sehingga diuraikan terdapat
hubungan yang signifikan antara faktor pendapatan dalam pemberian imunisasi
pada bayi di Wilayah Kerja Puskesmas Suka Mulia Kecamatan Darul Makmur
Kabupaten Nagan Raya
Berdasarakan hasil OR 6,1 dapat disimpulkan bahwa responden yang
merasa memiliki pengetahuan yang >UMP akan berpeluang sebanyak 6,1 kali
membawa bayinya imunisasi dibandingkan ibu yang memiliki pendapatan ≤UMP.
d. Hubungan Faktor Dukungan Keluarga dalam Pemberian Imunisasi pada
Bayi
Tabel 4.14.Faktor Dukungan Keluarga yang berhubungan dalam Pemberian Imunisasi pada Bayi di Wilayah Kerja Puskesmas Suka Mulia Kecamatan Darul Makmur Kabupaten Nagan Raya Tahun 2015
Dukungan Pemberian Imunisasi pada Bayi TotalKeluarga Ada Tidak Ada Pvalue OR
f % f % f %Mendukung 25 75,8 8 24,2 33 100 0,004 4,6Tidak Mendukung 19 40,4 28 59,6 47 100 (1,7-12,3)
42
Jumlah 44 55,0 36 45,0 80 100Sumber : data primer 2015
Berdasarkan tabel 4.14 diketahui bahwa dari 33 responden yang
memiliki dukungan keluarga mendukung, sebanyak 25 orang
(75,8%) yang bayinya ada diimunisasi dan sebanyak 8 orang (24,2%) yang
bayinya tidak diimunisasi. Sedangkan dari 47 responden yang memiliki
dukungan keluarganya tidak mendukung, sebanyak 19 orang
(40,4%) yang bayinya ada diimunisasi dan sebanyak 28 orang (59,6%) yang
bayinya tidak diimunisasi.
Berdasakan hasil uji chi square didapat nilai Pvalue = 0,004 dan ini lebih
kecil dari α = 0,05 (Pvalue = 0,004 < α = 0,05) sehingga diuraikan terdapat
hubungan yang signifikan antara faktor dukungan keluarga dalam pemberian
imunisasi pada bayi di Wilayah Kerja Puskesmas Suka Mulia Kecamatan Darul
Makmur Kabupaten Nagan Raya.
Berdasarakan hasil OR 4,6 dapat disimpulkan bahwa responden yang
merasa memiliki dukungan keluarga mendukung akan berpeluang sebanyak 4,6
kali membawa bayinya imunisasi dibandingkan ibu yang memiliki dukungan
keluarga tidak mendukung.
4.3 Pembahasan
Penelitian yang dilakukan bertujuan untuk mengetahui hubungan perilaku
dalam pemberian imunisasi pada bayi di Wilayah Kerja Puskesmas Suka Mulia
Kecamatan Darul Makmur Kabupaten Nagan Raya Tahun 2015. Variabel yang
diteliti dalam penelitian ini adalah variabel independen yaitu variabel
43
pengetahuan, sikap, pendapatan, dukungan keluarga, dengan variabel dependen
yaitu dengan pemberian imunisasi pada bayi.
4.3.1 Hubungan Faktor Pengetahuan dalam pemberian imunisasi pada bayi
Berdasakan hasil uji chi square didapat nilai Pvalue = 0,007 dan ini lebih
kecil dari α = 0,05 (Pvalue = 0,007 < α = 0,05) sehingga diuraikan terdapat
hubungan yang signifikan antara faktor pengetahuan dalam pemberian imunisasi
pada bayi di Wilayah Kerja Puskesmas Suka Mulia Kecamatan Darul Makmur
Kabupaten Nagan Raya
Pengetahuan adalah hasil tahu yang terjadi setelah manusia melakukan
penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui
pancaindra manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan
raba. Sebagian besar pengetahuan diperoleh melalui mata dan telinga. Teori
pengetahuan berkaitan dengan sumber-sumber pengetahuan (Notoatmodjo, 2012).
Hasil penelitian di atas didukung oleh hasil penelitian Yuhanadh (2012)
dimana didapat hasil adanya hubungan antara pengetahuan dengan pemberian
imunisasi diwilayah kerja puskesmas Pante Raja Kabupaten Pidie Jaya Tahun
2012. Dimana diketahui bahwa ibu yang memberikan imunisasi kepada bayinya
adalah kebanyakan ibu-ibu yang mengetahui manfaat dari imunisasi yang
diberikan kepada anaknya.
Berdasarkan hasil penelitian Habibaturrahmi (2014) dimana hasil
penelitian terdapat hubungan yang bermakna antara pengetahuan (p= 0,004), ibu
terhadap imunisasi (p < 0,05). Kesimpulan penelitian ini menunjukkan
44
pengetahuan, secara signifikan berpengaruh terhadap pemberian imunisasi di
Posyandu Puskesmas Jaya Baru Banda Aceh
Berdasarkan hasil penelitian Jawahir (2011) Hasil penelitian menunjukkan
bahwa variabel yang berhubungan terhadap pengetahuan ibu dalam pemberian
imunisasi dasar lengkap adalah pengetahuan (p=0,000) di Wilayah kerja
Puskesmas Kuta Baro Kecamatan Kuta Baro Kabupaten Aceh Besar pada tahun
2010.
Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan peneliti mengidentifikasi
bahwa responden yang memiliki pengetahuan baik tetapi tidak melakukan
imunisasi pada bayinya karena mereka merasa khawatir jika diimunisasi maka
bayi mereka akan demam dan rewel, selain itu ibu juga sibuk dengan pekerjaan
rumah sehingga tidak sempat membawa bayinya ke posyandu atau puskesmas
untuk diimunisasi. Selain itu ibu juga tidak berani atau tidak tega melihat anaknya
yang baru lahir di suntik, karena itu walaupun ibu tahu manfaat imunisasi tetapi
tidak mengizinkan bayinya untuk diimunisasi. Sedangkan pengetahuan baik yang
melakukan imunisasi karena mereka mengetahui manfaat dari imunisasi pada bayi
dan bahaya dari tidak memberikan imunisasi.
Sedangkan pengetahuan ibu yang tidak baik melakukan imunisasi karena
mereka mengikuti anjuran dokter atau tenaga kesehatan untuk melakukan
imunisasi kepada anak, selanjutnya pengetahuan ibu yang tidak baik dan tidak
melakukan imunisasi karena mereka merasa imunisasi tidak ada manfaatnya bagi
anak mereka.
4.3.2 Hubungan faktor sikap dalam pemberian imunisasi pada bayi
45
Berdasakan hasil uji chi square didapat nilai Pvalue = 0,002 dan ini lebih
kecil dari α = 0,05 (Pvalue = 0,002 < α = 0,05) sehingga diuraikan terdapat
hubungan yang signifikan antara faktor sikap dalam pemberian imunisasi pada
bayi di Wilayah Kerja Puskesmas Suka Mulia Kecamatan Darul Makmur
Kabupaten Nagan Raya.
Azwar (2007) dalam Kholid (2012) menyatakan sikap merupakan
kesiapan untuk bereaksi terhadap suatu objek dengan cara tertentu, bentuk
reaksinya dengan positif dan negatif sikap meliputi rasa suka dan tidak suka,
mendekati dan menghindari situasi, benda, orang, kelompok, dan kebijaksanaan
sosial.
Berdasarkan hasil penelitian Fantaria (2014) dimana hasil penelitian
Terdapat hubungan yang bermakna antara sikap, ibu terhadap imunisasi (p < 0,05)
di Wilayah Kecamatan Darussalam Aceh Besar Tahun 2014.
Berdasarkan hasil penelitian Yuzar (2010) Hasil penelitian menunjukkan
bahwa variabel yang berhubungan terhadap sikap ibu dalam pemberian imunisasi
dasar lengkap adalah sikap (p=0,000) di Wilayah Kerja Puskesmas Sawang
Kecamatan Sawang Kabupaten Aceh Selatan Tahun 2010.
Berdasarkan hasil penelitian Putri (2014) Hasil uji menunjukkan terdapat
hubungan antara sikap ibu dengan status imunisasi dasar (p value= 0,031; p0,05).
Kesimpulan pada penelitian ini adalah sikap berhubungan terhadap status
imunisasi dasar di Puskesmas Jaya Baru Banda Aceh.
Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan, maka peneliti melihat bahwa
responden yang memiliki sikap positif dan tidak melakukan imunisasi karena
46
mereka juga khawatir salah mengambil sikap karena mereka takut bayinya akan
demam, selain itu tidak membawa bayinya imunisasi karena tidak mencari tahu
manfaat dari imunisasi dan suami ibupun tidak pernah menemani ibu ke posyandu
untuk membawa bayinya imunisasi. Karena hal ini ibu tidak membawa bayinya
untuk diimunisasi. Akan tetapi responden yang memiliki sikap yang positif dan
melakukan imunisasi dikarenakan mereka mendapatkan informasi tentang
pentingnya imunisasi serta suami ibu selalu menemani ibu membawa bayi
imunisasi ke pelayanan kesehatan.
Sedangkan responden yang memiliki sikap yang negatif dan melakukan
imunisasi karena rumah mereka dekat dengan kegiatan posyandu yang dilakukan
sehingga pada saat posyandu diadakan petugas kesehatan mengajak ibu-ibu
tersebut untuk datang dan bayi mereka diimunisasi, selanjutnya ibu yang memiliki
sikap negatif dan tidak melakukan imunisasi karena mereka beranggapan tanpa
imunisasi pun bayi mereka akan tetap sehat selain itu rumah mereka tidak dekat
dengan kegiatan posyandu yang diadakan sehingga petugas kesehatan tidak
datang kerumah mereka untuk mengajak ibu datang keposyandu dan bayinya di
imunisasi.
4.3.3 Hubungan Faktor Pendapatan dalam pemberian imunisasi pada bayi
Berdasakan hasil uji chi square didapat nilai Pvalue = 0,001 dan ini lebih
kecil dari α = 0,05 (Pvalue = 0,001 < α = 0,05) sehingga diuraikan terdapat
hubungan yang signifikan antara faktor pendapatan dalam pemberian imunisasi
pada bayi di Wilayah Kerja Puskesmas Suka Mulia Kecamatan Darul Makmur
Kabupaten Nagan Raya.
47
Menurut Kieso, Warfield Dan Weygantd (2011) Pendapatan adalah arus
masuk bruto dari manfaat ekonomi yang timbul dari aktivitas normal entitas
selama suatu periode, jika arus masuk tersebut mengakibatkan kenaikan ekuitas
yang tidak berasal dari kontribusi penanaman modal.
Berdasarkan hasil penelitian Fonna (2014) dimana hasil penelitian
Terdapat hubungan yang bermakna antara pendapatan (p= 0,023), ibu terhadap
imunisasi (p < 0,05) di wilayah kerja Puskesmas Lampisang Kabupaten Aceh
Besar. Selanjutnya penelitian Yanti (2012) hasil analisis menunjukkan bahwa
terdapat hubungan antara pendapatan dengan kelengkapan imunisasi dasar pada
balita dengan nilai P-value 0,000 (P-value < α 0,31) yang berarti ada hubungan
antara pendapatan ibu tentang imunisasi dasar dengan pemberian imunisasi dasar
pada balita di Kabupaten Aceh Besar Provinsi Aceh Tahun 2012.
Berdasarkan pengamatan peneliti dilapangan peneliti menemukan bahwa
responden yang pendapatannya > UMP (> Rp. 1.900.000,-) dan melakukan
imunisasi pada bayinya karena responden tersebut selalu membawa bayinya ke
klinik setiap bulan untuk melakukan pemeriksaan kesehatan sehingga imunisasi
pada bayi selalu dapat dilakukan. Sedangkan yang responden pendapatannya >
UMP (> Rp. 1.900.000,-) dan tidak membawa bayinya imunisasi karena mereka
sibuk bekerja sehingga tidak sempat membawa bayinya baik ke posyandu maupun
ke klinik kesehatan untuk diimunisasi.
Selanjutnya responden yang pendapatannya ≤ UMP (≤ Rp. 1.900.000,-)
dan membawa bayinya imunisasi karena responden tersebut selalu membawa
bayinya keposyandu yang diadakan di desa sehingga imunisasi pada bayi dapat
48
selalu dilakukan. Sedangkan yang responden pendapatannya ≤ UMP (≤ Rp.
1.900.000,-) dan tidak membawa bayinya imunisasi karena rumah mereka jauh
dari tempat kegiatan posyandu diadakan, sedangkan mereka tidak memiliki
kendaraan untuk ke posyandu tersebut. hal ini membuat bayi mereka tidak
diimunisasi.
4.3.4 Hubungan Faktor Dukungan Keluarga dalam pemberian imunisasi pada bayi
Berdasakan hasil uji chi square didapat nilai Pvalue = 0,004 dan ini lebih
kecil dari α = 0,05 (Pvalue = 0,004 < α = 0,05) sehingga diuraikan terdapat
hubungan yang signifikan antara faktor dukungan keluarga dalam pemberian
imunisasi pada bayi di Wilayah Kerja Puskesmas Suka Mulia Kecamatan Darul
Makmur Kabupaten Nagan Raya.
Dukungan keluarga adalah sikap, tindakan dan penerimaan keluarga
terhadap anggotanya. Anggota keluarga memandang bahwa orang yang bersifat
mendukung selalu siap memberikan pertolongan dan bantuan jika diperlukan
(Friedman, 2010).
Hasil penelitian di atas didukung oleh hasil penelitian Kusumawati
(2007) dimana didapat hasil adanya hubungan antara dukungan keluarga dengan
pemberian imunisasi dasar kepada bayi di Kabupaten Pidie, Nanggroe Aceh
Darussalam, dimana hasil (p = 0,019). Hasil penelitian menunjukkan ibu yang
memberikan imunisasi kepada bayinya karena adanya izin dari suami untuk
membawa anaknya di imunisasi.
49
Penelitian Desita (2010) berdasarkan hasil diketahui bahwa ada
hubungan dukungan keluarga (P-value (0,021) < 0,05). Penelitian ini
menyimpulkan bahwa ada pengaruh dukungan keluarga terhadap pemberian
imunisasi dasar lengkap pada anak di Wilayah Kerja Puskesmas Jeumpa, Aceh
Jeumpa.
Penelitian Hayati (2009) hasil analisis menunjukkan bahwa terdapat
hubungan antara dukungan keluarga dengan kelengkapan imunisasi dasar pada
balita dengan nilai P-value 0,000 (P-value 0,000 < α 0,05) yang artinya ada
hubungan antara dukungan keluarga ibu tentang imunisasi dasar dengan
kelengakapan imunisasi dasar pada balita di Desa Kajhu Kecamatan Baitussalam
Aceh Besar Tahun 2009.
Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan responden yang mendapatkan
dukugan keluarga yang mendukung dan tidak melakukan imunisasi pada bayi
mereka karena ibu menganggap bahwa imunisasi itu tidak begitu penting, dan
berkata tanpa imunisasi pun anak tetap sehat, selanjutnya responden yang
mendapatkan dukugan keluarga yang mendukung dan melakukan imunisasi pada
bayi mereka karena ibu menganggap bahwa imunisasi itu penting, dan suami
ataupun keluarga lainnya mendukung ibu untuk membawa bayi mereka imunisasi.
Sedangkan responden yang tidak mendapatkan dukungan keluarga dan melakukan
imunisasi pada bayinya karena ibu merasa perlu untuk mengindahkan anjuran
tenaga kesehatan, sehingga tanpa dukungan keluarga ibupun memberikan
imunisasi pada bayinya, selanjutnya responden yang tidak mendapatkan dukungan
50
keluarga dan tidak melakukan imunisasi pada bayinya karena ibu tidak
mendapatkan dukungan keluarga untuk memberikan imunisasi pada bayinya.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
1. Adanya hubungan yang signifikan antara faktor Pengetahuan dalam
pemberian imunisasi pada bayi (Pvalue = 0,007 < α = 0,05), OR = 4,2 artinya
responden yang memiliki pengetahuan baik berpeluang sebanyak 4,2 kali
membawa bayinya imunisasi.
2. Adanya hubungan yang signifikan antara faktor sikap dalam pemberian
imunisasi pada bayi (Pvalue = 0,002 < α = 0,05), OR = 5,0 artinya
responden yang memiliki positif berpeluang sebanyak 5,0 kali membawa
bayinya imunisasi.
51
3. Adanya hubungan yang signifikan antara faktor pendapatan dalam
pemberian imunisasi pada bayi (Pvalue = 0,001 < α = 0,05), OR = 6,1
artinya responden yang memiliki pendapatan > UMP berpeluang sebanyak
6,1 kali membawa bayinya imunisasi.
4. Adanya hubungan yang signifikan antara faktor dukungan keluarga dalam
pemberian imunisasi pada bayi (Pvalue = 0,004 < α = 0,05), OR = 4,6 artinya
responden yang memiliki dukungan keluarga yang mendukung berpeluang
sebanyak 4,6 kali membawa bayinya imunisasi.
5.2 Saran
1. Diharapkan kepada para orang tua agar dapat selalu membawa bayinya ke
posyandu atau tempat pelayanan imunisasi baik di Puskesmas maupun di
tempat kesehatan lainnya dan memanfaatkan keuangan sedikit untuk
membawa bayi di imunisasi ke dokter atau klinik jika tidak dapat ke
posyandu.
2. Diharapkan kepada Puskesmas Suka Mulia, diharapkan agar dapat
memberikan sosialisasi kepada semua masyarakat khususnya kepada ibu-ibu
tentang manfaat dari pemberian imunisasi pada bayi.
3. Diharapkan kepada Dinas Kesehatan Bagian Kesehatan Ibu dan Anak
Kabupaten Nagan Raya agar dapat lebih mensosialisasikan masalah
pemberian imunisasi pada bayi dan menjelaskan kerugian yang akan dialami
ibu jika anaknya tidak di imunisasi.
50
52
4. Bagi peneliti selanjutnya diharapkan agar dapat melakukan penelitian tentang
imunisasi pada bayi akan tetapi dengan metode analisa data yang berbeda dan
variabel yang berbeda sehingga dapat menambah wawasan mahasiswa.
DAFTAR PUSTAKA
Andriani, R., 2013. Gambaran Perilaku Penjual Peptisida di Desa Ujong Baroh Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat. Skripsi. Universitas Teuku Umar : Meulaboh.
Budiarto. 2012. Metode Penelitian. Jakarta: EGC
Desita, 2010, Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Imunisasi di Wilayah Kerja Puskesmas Jeumpa, Aceh Jeumpa
Dinas Kesehatan Aceh. Data Jumlah Bayi dan Imunisasi di Provinsi Aceh Tahun 2011.
________________. Data Jumlah Bayi dan Imunisasi di Provinsi Aceh Tahun 2012.
_______________. Data Jumlah Bayi dan Imunisasi di Provinsi Aceh Tahun 2013.
53
Fantaria. 2014. Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang Imunisasi dasar Dengan Kelengkapan Imunisasi Dasar Pada Balita di Wilayah Kecamatan Darussalam Aceh Besar Tahun 2014. Unsyiah.
Fitriani, S., 2011. Promosi Kesehatan. Graha Ilmu : Jakarta.
Friedman. 2010. Keperawatan Keluarga. Jakarta : EGC
Fonna. 2014. Hubungan Karakteristik Dan Pengetahuan Ibu Dengan Pemberian Asi Di Wilayah Kerja Puskesmas Lampisang Kabupaten Aceh Besar. Skripsi. Unsyiah
Habibaturrahmi. 2014. Hubungan Pengetahuan, Sikap dan Pekerjaan Ibu Terhadap Pemberian Imunisasi Hepatitis B0 di Posyandu Puskesmas Jaya Baru Banda Aceh. Unsyiah
Hayati. 2009. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Cakupan Imunisasi Dasar Pada Bayi Di Desa Kajhu Kecamatan Baitussalam Aceh Besar Tahun 2009. Volume 1, Nomor 1 PolTekKes DepKes RI Nanggroe Aceh Darussalam.
Jawahir. 2011. Hubungan Antara Pengetahuan Dan Sikap Ibu Terhadap Imunisasi Dasar Pada Bayi di Wilayah Kerja Puskesmas Kuta Baro Aceh Besar. Unsyiah.
Kementerian Kesehatan RI. 2013. Kebijakan Program Imunisasi. Jakarta : Depkes RI
Kementerian Kesehatan. 2014. Imunisasi pada Bayi. Jakarta
Kusumawati. 2007. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Pemberian Imunisasi Hepatitis B 0-7 Hari. Berita Kedokteran Masyarakat. Vol. 23, No. 1, Maret 2007. Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat, UGM, Yogyakarta
Kholid, A., 2012. Promosi Kesehatan dengan Pendekatan Teori Perilaku, Media, dan Aplikasinya. Rajawali Pres : Jakarta.
Kieso, Weygandt, dan Warfield. 2011. Akuntansi Intermediate, Edisi Kedua Belas,. Erlangga
Lestari, Sri. 2012. Psikologi Keluarga: Penanaman Nilai dan Penanganan Konflik dalam Keluarga. Jakarta: Prenada Media Group
Lisnawati. 2013. Hubungan Pengetahuan, Pendidikan Dan Informasi Ibu Dengan Kelengkapan Imunisasi Dasar Pada Anak 1-5 Tahun Di Puskesmas Titue Kabupaten Pidie. STIKes U`Budiyah Banda Aceh 2013
54
Muslihatun, 2010, Asuhan Neonatus, Bayi Dan Balita, Fitramaya, Yogyakarta
Notoadmodjo, S. 2010. Metodelogi Penelitian. Rineka Cipta. Jakarta.
______________. 2012. Promosi kesehatan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta : Rineka cipta
Putri. 2014. Hubungan Antara Tingkat Pendidikan, Pengetahuan Ibu dan Jumlah Anak Dengan Status Imunisasi Dasar di Puskesmas Jaya Baru Banda Aceh. Unsyiah.
Sarimin, Sisfiani. 2014. Efektivitas Paket Dukungan Keluarga (PDK) terhadap Respon Perilaku Nyeri Bayi yang di Lakukan Prosedur Imunisasi di RSUP Prof. Dr. R.D. Kandou Manado. Thesis. Di Publikasikan. Jakarta. Fakultas Keperawatan Universitas Indonesia.
Sugiyono. 2012. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.
UNICEF, 2011, Imunisasi Dasar Pada Anak. Unicef
Yanti. 2012. Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang Pemberian Imunisasi Campak Pada Bayi Di Kabupaten Aceh Besar Provinsi Aceh Tahun 2012. Universitas Sumatera Utara.
Yuhanandh. 2012. Hubungan Pengetahuan dan Sikap Ibu dengan Pemberian Imunisasi Hepatitis B 0-7 hari di Puskesmas Pante Raja Kabupaten Pidie Jaya.
Yusmi, 2011, Imunisasi Dan Keuntungan Serta Efeknya Bagi Kesehatan, Thesis. Di Publikasikan. Jakarta. Fakultas Keperawatan Universitas Indonesia.
Yuzar. 2010. Faktor-faktor yang Berhubugan dengan Pemberian Bayi di Wilayah Kerja Puskesmas Sawang Kecamatan Sawang Kabupaten Aceh Selatan Tahun 2010. Universitas Sumatera Utara.
55
KUESIONER
ANALISIS HUBUNGAN PERILAKU DALAM PEMBERIAN IMUNISASI PADA BAYI DIWILAYAH KERJA PUSKESMAS SUKA MULIA
KECAMATAN DARUL MAKMUR KABUPATEN NAGAN RAYA
TAHUN 2015
1. DATA UMUM ( RESPONDEN )1. Inisial :2. Umur : ..............Tahun3. Umur Anak : .............. Bulan4. Pekerjaan Ibu : ..................5. Pendapatan/bulan orang tua: > Rp. 1.900.000,-
56
≤ Rp. 1.900.000,- 6. Pendidikan Ibu : ( ) SD
( ) SLTP ( ) SLTA ( ) Akademi / Perguruan Tinggi.
II. PENGETAHUAN
1 Pada setiap bayi baru lahir, dianjurkan pada bayi tersebut untuk imunisasi, apakah suami ibu mengetahui tentang imunisasi tersebut?
a. Ya, Imunisasi adalah pemberian kekebalan kepada bayi dan anak terhadap berbagai penyakit.
b. Tidak, imunisasi itu hanya membuat bayi demam2 Pemberian imunisasi adalah suatu upaya untuk memberikan kekebalan
terhadap?a. kulitb. Berbagai penyakit
3 Penyakit TB, Difteri, Tetanus, Hepatitis B, Polio dan campak adalah salah satu penyakit?
a. Yang dapat dicegah dengan imunisasib. Yang dapat diobati dengan obat biasa
4 Manfaat dari pemberian imunisasi yang lengkap dapat?a. Tidak dapat mencegah penyakit pada bayib. mencegah penyakit pada bayi
5 Dengan mengikuti anjuran imunisasi secara teratur, salah satunya adalah?
a. Untuk mencegah gatal-gatalb. Untuk mencegah penyakit
6 Pemberian imunisasi pada bayi berumur 0-7 hari, disebuta. Imunisasi HB-0b. Imunisasi campak
7 Imunisasi dasar 1 diberikan hingga bayi berumur?a. 1 tahunb. 5 tahun
8 Imunisasi diberikan hingga bayi usia 7 tahun ?a. Benarb. Tidak benar
9 Imunisasi diberikan pada usia bayi 1 bulan adalah imunisasi?a. BCG, Polio 1b. Campak
10 Imunisasi diberikan pada usia bayi 2 bulan adalah imunisasi?a. DPT/HB 1, Polio 2
55
57
b. Hepatitis11 Imunisasi diberikan pada usia bayi 3 bulan adalah imunisasi?
a. Campakb. DPT/HB 2, Polio 3
12 Imunisasi diberikan pada usia bayi 4 bulan adalah imunisasi?a. Poliob. DPT/HB 3, Polio 4
13 Imunisasi diberikan pada usia bayi 9 bulan adalah imunisasi?a. Hepatitisb. Campak
14 Imunisasi pada bayi dapat mencegah berapa macam penyakit?a. 7 macam penyakitb. 10 macam penyakit
15 Vasksin polio digunakan dalam imunisasi untuk memberikan kekebalan aktif terhadap?
a. Virus influenzab. Virus hepatitis
16 Untuk mencegah penyakit hepatitis maka bayi diberikan?a. Vaksin Hepatitisb. Vaksin Polio
17 Dengan mengikuti anjuran imunisasi secara teratur, salah satunya adalah imunisasi Campak, imunisasi ini termasuk kedalam imunisasi dasar?
b. Yac. Tidak
18 Apakah fungsi imunisasi BCGa. Mencegah penyakit TBb. Mencegah penyakit biri-biri
19 Untuk mencegah penyakit TB maka diberikan imunisasi?a. BCGb. DPT
20 Untuk mencegah racun kuman difteri maka bayi harus diberikan imunisasi?
a. DPTb. BCG
III. SIKAP
1 Apakah orang tua ibu selalu mengingatkan agar membawa anak ibu di imunisasi?
a. Ya, mengingatkannya satu hari sebelum jadwal imunisasi akan
58
di laksanakanb. Tidak mengingatkan
2 Apakah suami ibu selalu menandai jadwal imunisasi bayi ibu di kelender?
a. Ya, agar ibu selalu mengingat jadwal imunisasi pada bayib. Tidak, karena itu urusan istri
3 Apakah suami ibu mencari tahu manfaat dari imunisasi?a. Ya, agar ibu tidak salah dalam mengambil keputusan untuk
memberikan imunisasi pada bayib. Tidak, karena itu tanggung jawab ibu
4 Apakah orang tua ibu mencari tahu bahaya dari tidak melakukan imunisasi?
a. Yab. Tidak
5 Apakah suami ibu mengantar ibu membawa bayi imunisasi?a. Ya, agar ibu mengetahui bagaimana anak ibu diimunisasib. Tidak, karena ibu tidak tega melihat bayi diimunisasi
6 Apakah orangtua ibu selalu menjaga bayi ketika demam setelah diimunisasi?
a. Ya, karena bayi rewelb. Tidak, itu tugas ibunya
7 Apakah suami ibu merasa bahwa imunisasi dasar pada bayi sangat penting diberikan?
a. Yab. Tidak
8 Bagaimana bila suami ibu bentrok dengan pekerjaan dan terhambat mengantar ibu dan bayi imunisasi?
a. Suami ibu akan meninggalkan pekerjaannya dan mengantar ibu untuk membawa bayi imunisasi
b. Bayi ibu tidak di imunisasi
9 Bila anak sakit karena imunisasi, bagaimana orang tua ibu?a. Mengingatkan ibu agar memberikan obat yang diberikan tenaga
kesehatanb. Orang tua ibu biasa saja tidak menyuruh ibu untuk memberikan
apapun
10 Bila ibu mengeluh karena bayi ibu di imunisasi bagaimana dengan suami ibu?
a. Suami ibu akan menasehati ibu bahwa imunisasi sangat penting bagi bayi ibu
b. Suami ibu akan marah karena tidak di imunisasi
59
IV. DUKUNGAN KELUARGA
1 Apakah suami ibu selalu mengantarkan ibu ke posyandu untuk mengimunisasi bayi?
a. Yab. Tidak
2 Apakah orang tua ibu memeriksa buku KIA untuk melihat kelengkapan imunisasi bayi?
a. Ya,b. Tidak
3 Apakah suami ibu memberikan tanda dikelender sebagai jadwal imunisasi bayi ibu?
a. Yab. Tidak
4 Apakah orang tua ibu memberikan dukungan untuk membawa bayi ibu imunisasi setiap jadwal imunisasi?
a. Yab. Tidak,
5 Apakah suami ibu selalu mengingatkan untuk memberikan obat setelah anak ibu diimunisasi?
a. Yad. Tidak
6 Apakah orang tua ibu selalu mengingatkan untuk hati-hati memegang bekas imunisasi pada bayi anda?
a. Ya,b. Tidak
7 Apakah orang tua ibu selalu mengingatkan untuk memberikan ASI setelah bayi anda diimunisasi agar dia cepat diam?
a. Yab. Tidak
8 Apakah suami ibu selalu mengingatkan untuk menjaga bayi agar tidak merasa kesakitan pada tempat imunisasi?
a. Yab. Tidak,
9 Apakah orang tua ibu selalu mengingatkan untuk memeluk bayi ibu ketika diimunisasi?
a. Yab. Tidak
10 Apakah suami ibu selalu memeriksa buku KIA dan mencari tahu manfaat imunisasi dan penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi?
a. Ya,b. Tidak
60
V Imunisasi Pada Bayi
1 Apakah bayi ibu diberikan imunisasi?a. Adab. Tidak Ada
TABEL SKOR
NO Variabel yang diteliti
No. urut pertanyaan
Bobot Skor Rentanga b
1 Pengetahuan 1234567
1111111
0000000
20 = 10
2Baik : > 10Kurang Baik: ≤ 10
61
891011121314151617181920
1111111111111
0000000000000
2 Sikap 12345678910
1111111111
0000000000
10 = 5
2Positif : > 5Negatif : ≤ 5
3 Dukungan Keluarga
12345678910
1111111111
0000000000
10 = 5
2Mendukung : > 5Tidak Mendukung: ≤ 5
4 Pendapatan 1 1 0 UMP : > Rp. 1.900.000UMP: ≤ Rp. 1.900.000
5 Imunisasi pada Bayi
1 1 0 Ada : = 1Tidak Ada: = 0
62