SKRIPSI - repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/238/1/BAB I_V.pdf · 2 2 berasal dari dalam...

44
i FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KECEMASAN IBU HAMIL DALAM MENGHADAPI PROSES PERSALINAN DI WILAYAH KERJA UPTD PUSKESMAS KUALA BHEE KECAMATAN WOYLA KABUPATEN ACEH BARAT TAHUN 2012 SKRIPSI OLEH : MAWARNI NIM: 07C10104094 Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS TEUKU UMAR MEULABOH - ACEH BARAT TAHUN 2013

Transcript of SKRIPSI - repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/238/1/BAB I_V.pdf · 2 2 berasal dari dalam...

  • i

    FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KECEMASANIBU HAMIL DALAM MENGHADAPI PROSES PERSALINAN

    DI WILAYAH KERJA UPTD PUSKESMAS KUALABHEE KECAMATAN WOYLA KABUPATEN

    ACEH BARAT TAHUN 2012

    SKRIPSI

    OLEH :

    MAWARNINIM: 07C10104094

    Diajukan Sebagai Salah Satu SyaratUntuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

    PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKATFAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

    UNIVERSITAS TEUKU UMARMEULABOH - ACEH BARAT

    TAHUN 2013

  • 1

    BAB I

    PENDHULUAN

    1.1. Latar Belakang

    Kehamilan merupakan peristiwa penting bagi seorang wanita. Kesehatan

    wanita sangat ditentukan oleh kesehatan jiwanya. Wanita lebih cepat bereaksi

    terhadap setiap kondisi yang dihadapinya dibandingkan dengan pria. Oleh karena

    itu kematangan perkembangan emosional dan psikoseksual sangat diperlukan bagi

    seseorang yang berkeinginan untuk mempunyai anak. Kondisi ini akan

    mendukung kesanggupan untuk menyesuaikan diri selama proses kehamilan.

    Beberapa wanita akan menyambut kehamilannya dengan gembira, dilain pihak

    ada yang menyambut dengan kecemasan, ketakutan dan kesedihan, (Laksonno,

    2008).

    Seorang wanita hamil tidak hanya mengalami proses somatik, tetapi juga

    mengalami implikasi psikologik yang mendalam dan membekas. Perkembangan

    proses somatik banyak ditentukan oleh keadaan anatomi dan fisiologi, sedangkan

    sifat-sifat pengalaman fisiologik sangat erat hubungannya dengan perasaan ibu

    baik terhadap kondisi dirinya sendiri, terhadap anak yang dikandungnya,

    terhadap suaminya, dan juga terhadap lingkungan sekitarnya, (Nengah, 2008).

    Proses persalinan selain dipengaruhi oleh faktor passage, passanger, power

    dan penolong, faktor psikis juga sangat menentukan keberhasilan persalinan.

    Dimana kecemasan atau ketegangan, rasa tidak aman yang timbul karena sesuatu

    yang tidak menyenangkan tetapi sumber sebagian besar tidak diketahui dan

  • 2

    2

    berasal dari dalam (intra psikis) dapat mengakibatkan persalinan menjadi lama

    atau perpanjang kala II, (Saifuddin, 2002).

    Persalinan adalah suatu peristiwa dan pengalaman penting dalam kehidupan

    seorang wanita. Peristiwa-peristiwa itu mempunyai makna yang berbeda bagi

    setiap wanita maupun keluarganya. Bagi para wanita persalinan itu bermakna

    positif hal ini merupakan fase transisi yang menyenangkan ketahap baru dalam

    siklus kehidupannya dan juga bisa menyebabkan stres serta kekecewaan,

    (Laksonno, 2008).

    Trimester ketiga merupakan klimaks kegembiraan emosi karena kelahiran

    bayi. Akhir bulan ke – 8 mungkin mengalami periode tidak semangat dan depresi

    karena ketidaknyamanan bertambah karena bayi bertambah besar. Ketika dua

    minggu sebelum melahirkan sebagian besar wanita mulai merasa senang.

    Keinginan bayinya sama ketakutan akan keselamatan saat melahirkan,

    (Purwaningsih Wahyu, dkk. 2010).

    Menghadapi akhir semester ketiga, seorang ibu hamil sering mengalami

    keluhan-keluhan seperti kesulitan bernafas dan merasakan gerakan janin lebih

    keras yang mengganggu tidur, sakit punggung, sering berkemih, dan defikasi.

    Membesarnya perut ibu seiring dengan perkembangan janin dalam rahimnya akan

    mempengaruhi kemampuannya dalam mengurus anak-anak yang lain dan

    melaksanakan pekerjaan rutin, (Prayuda, 2008).

    Kecemasan adalah hal yang wajar kehamilan adalah hal yang luar biasa

    karena menyangkut perubahan fisiologis, biologis dan psikis yang mengubah

    hidup seorang wanita. Kecemasan yang menghantui ibu hamil dapat dipengaruhi

    oleh turun naiknya kadar hormon. Selain itu ibu yang pernah menjalani kehamilan

  • 3

    3

    dengan kasus seperti mengalami keguguran, perdarahan juga akan mengalami

    kecemasan pada kehamilan selanjutnya. Mengingat kecemasan mempunyai

    dampak yang buruk bagi kehamilan maka perlu dilakukan tindakan pencegahan

    dan pengobatan bila diperlukan agar tidak menimbulkan komplikasi dan penyakit

    pada kehamilan. Gangguan psikis disebabkan oleh kurangnya pengetahuan,

    terutama tentang proses mekanisme persalinan, (Kusmiati Dkk, 2008).

    Menurut Sulistyawati (2005), ibu yang baru pertama sekali hamil,

    mengalami kecemasan adalah hal yang wajar. Hal ini disebabkan karena

    kecemasan dalam menghadapi persalinan merupakan suatu masalah yang dihadapi

    oleh seorang ibu yang akan menjalani persalinan tentu muncul perasaan-perasaan

    takut, stres, dan sebagainya. Namun demikian kecemasan pada individu dapat

    memberikan motivasi untuk mencapai sesuatu dan merupakan sumber penting

    dalam usaha memelihara keseimbangan hidup.

    Kecemasan adalah respon emosional terhadap penilaian yang

    menggambarkan keadaan khawatir, gelisah, takut dan tidak tentram disertai

    berbagai keluhan fisik, keadaan tersebut dapat terjadi dalam berbagai situasi

    kehidupan maupun sebagai gangguan sakit. Kecemasan juga merupakan salah

    satu unsur emosi yang pernah dialami oleh setiap individu dalam kehidupannya,

    karena suatu pengalaman baru yang dijumpai oleh individu dalam kehidupan tidak

    selalu menyenangkan, tetapi sering muncul suatu situasi yang membawa

    kecemasan, (Vida, 2004).

    Kecemasan yang dialami oleh pasien memiliki beberapa tingkat mulai dari

    ringan sampai dengan panik. Tingkat kecemasan ini dipengaruhi oleh beberapa

    faktor-faktor antara lain: umur pasien, tingkat pendidikan pasien, dan juga

  • 4

    4

    pekerjaan pasien. Disamping itu pengalaman masa lalu juga ikut mempengaruhi,

    (Potter & Ferry, 2005)

    Menurut data WHO, sebanyak 99 persen kematian ibu akibat dari persalinan

    atau kelahiran yang dirujuk oleh tenaga kesehatan (bidan), terjadi di negara-

    negara berkembang, sedangkan angka kematian ibu (AKI) di Indonesia masih

    tinggi walaupun di sisi lain sudah terjadi penurunan dari 307/100.000 kelahiran

    hidup. Peningkatan angka kematian di indonesia disebabkan karena terlambat

    mengenali tanda dan bahaya kehamilan, kemudian pencapaian fasilitas untuk

    persalinan yang terlambat dalam mendapatkan pelayanan kesehatan. Sehingga

    tingkat kecemasan yang dialami ibu bersalin bisa meningkat, (WHO, 2011).

    Berdasarkan data yang telah diperoleh dari Dinas Kesehatan Kabupaten

    Aceh Barat jumlah ibu hamil yang tercatat yaitu 3861 orang (94,80%) dan dari

    UPTD Puskesmas Kuala Bhee Kecamatan Woyla pada tahun 2012 tercatat ibu

    hamil sebanyak 266 orang dari 43 desa. Dari data tersebut diperoleh ibu hamil

    yang mengalami kecemasan dalam menghadapi proses persalinan yaitu sebanyak

    53 orang, sehingga penulis tertarik untuk meneliti tentang “Faktor-Faktor Yang

    Mempengaruhi Kecemasan Ibu Hamil Dalam Menghadapi Proses Persalinan Di

    Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Kuala Bhee Kecamatan Woyla Kabupaten Aceh

    Barat Tahun 2012.

    1.2. Rumusan Masalah

    Berdasarkan uraian dan latar belakang diatas, maka permasalahan masalah

    dalam penelitian ini adalah Apa Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kecemasan

    Ibu Hamil Dalam Menghadapi Proses Persalinan Di Wilayah Kerja UPTD

    Puskesmas Kuala Bhee Kecamatan Woyla Kabupaten Aceh Barat Tahun 2012.

  • 5

    5

    1.3. Tujuan Penelitian

    1.3.1.Tujuan Umum

    Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Faktor-faktor yang

    mempengaruhi Kecemasan Ibu Hamil dalam Menghadapi Proses Persalinan di

    Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Kuala Bhee Kecamatan Woyla Kabupaten Aceh

    Barat Tahun 2012.

    1.3.2.Tujuan Khusus

    1.3.1.1. Untuk mengetahui pengaruh kecemasan ibu takut mati terhadap proses

    persalinan.

    1.3.1.2. Untuk mengetahui pengaruh kecemasan ibu trauma kelahiran terhadap

    proses persalinan.

    1.3.1.3. Untuk mengetahui pengaruh kecemasan ibu perasaan berdosa atau

    bersalah terhadap ibunya terhadap proses persalinan.

    1.3.1.4. Untuk mengetahui pengaruh kecemasan ibu ketakutan melahirkan

    terhadap proses persalinan.

    1.4. Manfaat penelitian

    1.4.1.Teoritis

    Secara teoritis, hasil penelitian ini memberikan kontribusi yang berarti

    karena dapat dimanfaatkan untuk memberikan informasi empiris tentang Faktor-

    Faktor Yang Mempengaruhi Kecemasan Ibu Hamil Dalam Menghadapi Proses

    Persalinan di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Kuala Bhee Kecamatan Woyla

    Kabupaten Aceh Barat.

  • 6

    6

    1.4.2. Aplikatif

    1.4.2.1. Bagi Peneliti

    Dapat menambah wawasan dan ilmu pengetahuan tentang tingkat

    kecemasan ibu hamil dalam menghadapi akhir kehamilan atau persalinan.

    1.4.2.2. Bagi Masyarakat

    Sebagai bahan informasi dan bacaan untuk menambah wawasan tentang

    tingkat kecemasan dalam menghadapi akhir kehamilan.

    1.4.2.3. Bagi Institusi Pendidikan

    Dapat berguna sebagai bahan bacaan dan referensi untuk mahasiswa

    Universitas Teuku Umar khususnya Fakultas Kesehatan Masyarakat serta sebagai

    bahan informasi dan masukan di perpustakaan.

    1.4.2.4. Bagi Institusi Kesehatan

    Sebagai bahan informasi dan masukan kepada petugas kesehatan dalam

    upaya peningkatan kesehatan psikologi ibu dalam menghadapi akhir kehamilan

    persalinan.

  • 7

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1. Konsep Kecemasan

    Kecemasan adalah suatu ketegangan, rasa tidak aman, kekhawatiran, yang

    timbul karena dirasakan akan mengalami kejadian yang tidak menyenangkan,

    (Maramis, 2004). Stuart (2010), mengatakan kecemasan adalah keadaan emosi

    yang tidak memiliki objek yang spesifik dan kondisi ini dialami secara

    subjektif. Cemas berbeda dengan rasa takut. Takut merupakan penilaian

    intelektual terhadap sesuatu yang berbahaya. Cemas adalah respon emosional

    terhadap penilaian tersebut.

    Kecemasan adalah hal yang wajar kehamilan adalah hal yang luar biasa

    karena menyangkut perubahan fisiologis, biologis dan psikis yang mengubah

    hidup seorang wanita. Kecemasan yang menghantui ibu hamil dapat dipengaruhi

    oleh turun naiknya kadar hormon. Selain itu ibu yang pernah menjalani kehamilan

    dengan kasus khusus seperti mengalami keguguran, perdarahan juga akan

    mengalami kecemasan pada kehamilan selanjutnya. Mengingat kecemasan

    mempunyai dampak yang buruk bagi kehamilan maka perlu dilakukan tindakan

    pencegahan dan pengobatan bila diperlukan agar tidak menimbulkan komplikasi

    dan penyakit pada kehamilan. Gangguan psikis disebabkan oleh kurangnya

    pengetahuan, terutama tentang proses mekanisme persalinan, (Kusmiati Dkk,

    2008).

  • 8

    8

    Kecemasan merupakan respons psikologis terhadap adanya stimulus dari

    dalam maupun dari luar tubuh. Beberapa ahli telah mendefinisikan pengertian

    cemas sebagai berikut :

    1. Respon emosional terhadap penilaian yaitu berkaitan dengan perasaan

    tidak pasti dan tidak berdaya. Keadaan emosi ini tidak memiliki objek

    yang spesifik, (Stuard and Sundeen, 2010).

    2. Suatu keadaan individu / kelompok mengalami perasaan yang sulit

    (ketakutan) dan aktivitas sistem syaraf otonom dalam berespon

    terhadap ketidakjelasan, ancaman tidak spesifik, (Capernito, 1995).

    3. Respon tanpa objek yang spesifik yang secara objektif dialami dan

    dikomunikasikan secara interpersonal, (Suliswati, 2005).

    4. Fungsi ego untuk memperingatkan individu tentang kemungkinan

    datangnya suatu bahaya sehingga dapat dipersiapkan reaksi adaptif

    yang sesuai, (Freud, 2005).

    5. Kecemasan adalah suatu ketegangan, rasa tidak aman, kekhawatiran,

    yang timbul karena dirasakan akan mengalami kejadian yang tidak

    menyenangkan, (Maramis, 2004).

    2.1.1.Tanda dan Gejala Kecemasan

    Tanda dan gejala kecemasan yang ditunjukkan atau dikemukakan oleh

    seseorang bervariasi, tergantung dari beratnya atau tingkatan yang dirasakan oleh

    individu tersebut. Keluhan yang sering dikemukakan oleh seseorang saat

    mengalami kecemasan secara umum menurut Hawari (2004), antara lain adalah

    sebagai berikut:

    1. Gejala psikiologis: pernyataan cemas/khawatir, firasat buruk, takut

  • 9

    9

    akan pikirannya sendiri, mudah tersinggung, merasa tegang, tidak

    tenang, gelisah, mudah terkejut.

    2. Gangguan pola tidur, mimpi-mimpi yang menegangkan.

    3. Gangguan konsentrasi dan daya ingat.

    4. Gejala somatic: rasa sakit pada otot dan tulang, berdebar-debar,

    sesak nafas, gangguan pencernaan, sakit kepala, gangguan

    perkemihan, tangan terasa dingin dan lembab, dan lain sebagainya.

    Kecemasan dapat diekspresikan secara langsung melalui perubahan

    fisiologis dan perilaku dan secara tidak langsung melalui timbulnya gejala atau

    mekanisme koping sebagai upaya untuk melawan timbulnya kecemasan,

    (Kaplan & Sadock, 2010). Menurut Stuart (2010), pada orang yang cemas akan

    muncul beberapa respon yang meliputi :

    1. Respon Fisiologis

    a) Kardiiovasklar: palpitiasi, tekanan darah meningkat, tekanan

    darah menurun, denyut nadi menurun.

    b) Pernafasan: nafas cepat dan pendek, nafas dangkal dan terengah-

    engah.

    c) Gastrointestinal: nafsu makan menurun, tidak nyaman pada perut,

    mual dan diare.

    d) Neuromuskular: tremor, gugup, gelisah, insomnia dan pusing.

    e) Traktus urinarius: sering berkemih.

    f) Kulit: keringat dingin, gatal, wajah kemerahan.

  • 10

    10

    2. Respon perilaku

    Respon perilaku yang muncul adalah gelisah, tremor, ketegangan fisik,

    reaksi terkejut, gugup, bicara cepat, menghindar, kurang kooordinasi,

    menarik diri dari hubungan interpersonal dan melarikan diri dari masalah.

    3. Respon kognitif

    Respon kognitif yang muncul adalah perhatian terganggu, pelupa, salah

    dalam memberikan penilaian, hambatan berfikir, kesadaran diri

    meningkat, tidak mampu berkonsentrasi, tidak mampu mengambil

    keputusan, menurunnya lapangan persepsi dan kreatifitas, bingung, takut,

    kehilangan kontrol, takut pada gambaran visual dan takut cedera atau

    kematian.

    4. Respon afektif

    Respon afektif yang sering muncul adalah mudah terganggu, tidak

    sabar, gelisah, tegang, ketakutan, waspada, gugup, mati rasa, rasa

    bersalah dan malu.

    2.1.2. Stresor Predisposisi

    Stresor predisposisi adalah semua ketegangan dalam kehidupan yang dapat

    menyebabkan timbulnya kecemasan. Berbagai teori telah dikembangkan untuk

    menjelaskan asal predisposisi ansietas, antara lain, (Stuard dan Sundeen, 2010).

    1. Dalam pandangan psikoanalitik ansietas adalah konflik emosional

    yang terjadi antara dua elemen kepribadian id dan super ego. Id

    mewakili dorongan insting dan impuls primitif seseorang, sedangkan

    super ego mencerminkan hati nurani seseorang dan dikendalikan oleh

    norma-norma budaya seseorang. Ego atau aku, berfungsi menengahi

  • 11

    11

    tuntutan dari dua elemen yang bertentangan, dan fungsi ansietas

    adalah meningkatkan ego bahwa ada bahaya.

    2. Menurut pandangan interpersonal ansietas timbul dari perasaan takut

    terhadap tidak adanya penerimaan dan penolakan Interpersonal.

    Ansietas juga berhubungan dengan perkembangan trauma, seperti

    perpisahan dan kehilangan yang menimbulkan kelemahan spesifik.

    Orang dengan harga diri rendah terutama mudah mengalami

    perkembangan kecemasan yang berat.

    3. Menurut pandangan perilaku ansietas merupakan produk frustasi

    yaitu segala sesuatu yang mengganggu kemampuan seseorang untuk

    mencapai tujuan yang diinginkan. Pakar perilaku lain menganggap

    ansietas sebagai suatu dorongan untuk belajar berdasarkan keinginan

    dari dalam untuk menghindari kepedihan. Pakar tentang pembelajaran

    meyakini bahwa individu yang terbiasa dalam kehidupan dirinya

    dihadapkan pada ketakutan yang berlebihahan lebih sering

    menunjukkan ansietas pada kehidupan selanjutnya.

    4. Kajian sosial menunjukkan bahwa gangguan ansietas merupakan hal

    yang biasa ditemui dalam satu keluarga. Ada tumpang tindih dalam

    gangguan ansietas dan antara gangguan ansietas dengan depresi.

    5. Kajian biologis menunjukkan bahwa otak mengandung reseptor

    khusus untuk benzodiazepines. Reseptor ini mungkin membantu

    mengatur ansietas. Penghambat asam aminobutirik-y neroregulator

    juga mungkin memainkan peran utama dalam mekanisme biologis

    berhubungan dengan ansietas, sebagaimana hal dengan endorfin.

  • 12

    12

    Selain itu telah dibuktikan bahwa kesehatan umum seseorang

    mempunyai akibat nyata sebagai predisposisi terhadap ansietas.

    Ansietas mungkin disertai dengan gangguan fisik dan selanjutnya

    menurunkan kapasitas seseorang untuk mengatasi stresor.

    2.1.3.Tingkat Kecemasan

    Menurut Peplau dikutip oleh Stuart (2010), mengidentifikasi kecemasan

    dalam empat tingkatan dan menggambarkan efek dari tiap tingkatan kecemasan

    antara lain :

    1. Kecemasan ringan, dihubungkan dengan ketegangan yang dialami

    sehari-hari. Individu masih waspada serta menajamkan indra. Dapat

    memotivasi individu untuk belajar dan mampu memecahkan masalah

    secara efektif dan menghasilkan pertumbuhan dan kreatifitas.

    2. Kecemasan sedang, individu terfokus hanya pada pikiran yang

    menjadi perhatiannya terjadi penyempitan lapangan persepsi, masih

    dapat melakukan sesuatu dengan arahan orang lain.

    3. Kecemasan berat, lapangan persepsi individu sangat sempit. Pusat

    perhatiannya pada detil yang kecil (spesifik) dan tidak dapat berfikir

    tentang hal-hal lain. Seluruh perilaku dimaksudkan untuk terfokus

    pada area lain.

    4. Panik, individu kehilangan kendali diri dan detil perhatian karena

    hilang kontrol (tidak terkendali), terjadi peningkatan aktivitas motorik,

    penyimpangan persepsi dan hilangnya pikiran rasional. Biasanya

    disertai dengan disorganisasi kepribadian.

  • 13

    13

    Menurut Hawari (2004), tingkat kecemasan dapat diukur dengan

    menggunakan alat ukur (instrumen) yang dikenal dengan nama Hamilton Rating

    Scale for Anxiety (HRS-A), yang terdiri dari 14 kelompok gejala, antara lain

    adalah sebagai berikut :

    1. Perasaan cemas: cemas, firasat buruk, takut akan pikiran sendiri

    dan mudah tersinggung.

    2. Ketegangan: merasa tegang, lesu, tidak dapat beristirahat dengan

    tenang, mudah terkejut, mudah menangis, gemetar dan gelisah.

    3. Ketakutan: pada gelap, pada orang asing, ditinggal sendiri, pada

    binatang besar, pada keramaian lalu lintas dan pada kerumunan

    orang banyak.

    4. Gangguan tidur: sukar untuk tidur, terbangun pada malam hari, tidur

    tidak nyenyak, bangun dengan lesu, banyak mimpi, mimpi buruk

    dan mimpi yang menakutkan.

    5. Gangguan kecerdasan: sukar berkonsentrasi, daya ingat menurun

    dan daya ingat buruk.

    6. Perasaan depresi (murung): hilangnya minat, berkurangnya

    kesenangan pada hobi, sedih, terbangun pada saat dini hari dan

    perasaan berubah-ubah sepanjang hari.

    7. Gejala somatik/ fisik (otot): sakit dan nyeri di otot, kaku, kedutan

    otot, gigi gemerutuk dan suara tidak stabil.

    8. Gejala somatik/ fisik (sensorik): tinnitus (telinga berdenging),

    penglihatan kabur, muka merah atau pucat, merasa lemas dan

    perasaan ditusuk-tusuk.

  • 14

    14

    9. Gejala kardiovaskuler (jantung dan pembuluh darah): takikardi

    (denyut jantung cepat), berdebar-debar, nyeri di dada, denyut nadi

    mengeras, rasa lesu/ lemas seperti mau pingsan dan detak jantung

    menghilang/ berhenti sekejap.

    10. Gejala respiratori (pernafasan): rasa tertekan atau sepit di

    dada, rasa tercekik, sering menarik nafas dan nafas pendek/ sesak.

    11. Gejala gastrointestinal (pencernaan): sulit menelan, perut melilit,

    gangguan pencernaan, nyeri sebelum dan sesudah makan, perasaan

    terbakar di perut, rasa penuh atau kembung, mual, muntah, BAB

    konsistensinya lembek, sukar BAB (konstipasi) dan kehilangan

    berat badan.

    12. Gejala urogenital (perkemihan dan kelamin): sering buang air

    kecil, tidak dapat menahan BAK, tidak datang bulan (tidak dapat

    haid), darah haid berlebihan, darah haid sangat sedikit, masa haid

    berkepanjangan, masa haid sangat pendek, haid beberapa kali dalam

    sebulan, menjadi dingin (frigid, ejakulasi dini, ereksi melemah,

    ereksi hilang dan impotensi.

    13. Gejala autonom: mulut kering, muka merah, mudah berkeringat,

    kepala pusing kepala terasa berat, kepala terasa sakit dan bulu-bulu

    berdiri.

    14. Tingkah laku/sikap: gelisah, tidak tenang, jari gemetar, kening/

    dahi berkerut, wajah tegang, otot tegang/ mengeras, nafas pendek

    dan cepar serta wajah merah.

  • 15

    15

    2.1.4. Rentang Respon Kecemasan

    Menurut Stuart (2010), rentang respon induvidu terhadap cemas berfluktuasi

    antara respon adaptif dan maladaptif. Rentang respon yang paling adaptif

    adalah antisipasi dimana individu siap siaga untuk beradaptasi dengan cemas

    yang mungkin muncul. Sedangkan rentang yang paling maladaptif adalah panik

    dimana individu sudah tidak mampu lagi berespon terhadap cemas yang

    dihadapi sehingga mengalami ganguan fisik dan psikososial.

    Rentang Respon Kecemasan.

    Respon Adaptif Respon Maladaptif

    Antisipasi Ringan Sedang Berat Panik

    2.1.5. Stresor Presipitasi atau Pencetus

    Stresor pencetus mungkin berasal dari sumber internal dan eksternal.

    Stresor pencetus dapat dikelompokkan dalam dua kategori, (Suliswati, 2005):

    1. Ancaman terhadap integritas seseorang meliputi ketidakmampuan

    fisiologis yang akan datang atau menurunnya kapasitas untuk

    melakukan aktivitas sehari-hari.

    2. Ancaman terhadap sistem diri seseorang yang dapat membahayakan

    identitas, harga diri dan fungsi sosial yang terintegrasi seseorang.

  • 16

    16

    2.1.6. Mengatasi Kecemasan

    Menurut Sulistyawati (2009), ada beberapa cara mengatasi kecemasan

    adalah sebagai berikut:

    a. Kaji penyebab cemas.

    b. Libatkan keluarga dalam mengkaji penyebab cemas dan alternatif

    penanganan.

    c. Berikan dukungan mental dan spiritual kepada pasien dan keluarga.

    d. Fasilitasi kebutuhan pasien yang berkaitan dengan penyebab cemas

    dengan menjadi teman sekaligus pendengar yang baik, menjadi

    konselor, dan lakukan pendekatan yang bersifat spiritual.

    e. Memberikan pendidikan kesehatan.

    f. Memfasilitasi menjadi orang tua dengan melakuka beberapa hal

    berikut.

    - Berikan dukungan dan keyakinan pada pasangan akan kemampuan

    mereka sebagai orang tua.

    - Upaya untuk belajar merawat bayi yang selama ini telah dilakukan

    sudah cukup bagus.

    - Perlu persiapan mental dan material karena anak adalah suatu

    anugerah sekaligus amanah yang harus dirawat baik-baik.

    - Dengan adanya anak akan merubah beberapa pola dan kebiasaan

    sehari-hari.

  • 17

    17

    2.2. Kehamilan

    Kehamilan adalah masa di mana seorang wanita membawa embrio atau

    fetus di dalam tubuhnya. Kehamilan disebut juga sejak masa yang dimulai sejak

    konsepsi (pertemuan spermatozoa dengan sel ovum) diakhiri dengan permulaan

    persalinan. Lamanya kehamilan mulai dari ovulasi sampai partus adalah kira-kira

    280 hari (40 minggu), dan tidak lebih dari 300 hari (43 minggu). Kehamilan 40

    minggu disebut kehamilan matur (cukup bulan). Bila kehamilan lebih dari 43

    minggu disebut kehamilan postmatur. Kehamilan antara 28 hingga 36 minggu

    disebut kehamilan premature, (Sarwono, 2005).

    2.2.1. Tanda-tanda Kehamilan

    Menurut Wibisono dan Dewi (2009), ada dua jenis tanda-tanda kehamilan

    sebagai berikut:

    1. Tanda-tanda mengarah ke kehamilan, tetapi tidak pasti hamil.

    a. Tes kencing menggunakan alat celup menunjukkan hasil positif.

    b. Terlambat menstruasi.

    c. Terasa mual dan muntah.

    d. Perut terasa membesar.

    e. Payudara terasa membesar dan kencang.

    2. Tanda-tanda kehamilan yang pasti.

    a. Terlihat buah kehamilan dengan USG (ultra sonografi).

    b. Terlihat melalui foto sinar X. Namun perlu diperhatikan, alat ini

    tidak boleh dipakai selama kehamilan.

    c. Terasa ada gerakan anak oleh pemeriksa.

  • 18

    18

    Adapun hal yang harus dihindari pada tiga bulan pertama kehamilan

    Wibisono dan Dewi (2009), adalah sebagai berikut:

    a. Alkohol.

    b. Asap rokok.

    c. Kafein.

    d. Olahraga berlebihan.

    e. Mandi sauna.

    f. Berhubungan seks (masih kontoversi).

    g. Terbang dengan pesawat, terutama jika jarak tempuh membutuhkan

    waktu lama.

    2.2.2.Kunjungan Ibu Hamil

    Kunjungan ibu hamil adalah pertemuan (kontak) antara ibu hamil dan

    petugas kesehatan yang memberi pelayanan antenatal untuk mendapatkan

    pemeriksaan kehamilan. Istilah kunjungan tidak mengandung arti bahwa

    selalu ibu hamil yang datang ke fasilitas pelayanan, tetapi dapat juga

    sebaliknya yaitu ibu hamil yang dikunjungi petugas kesehatan di rumahnya

    ataupun di posyandu, (Depkes RI, 2005).

    Kunjungan K-4 adalah kontak ibu hamil yang keempat atau lebih

    dengan petugas kesehatan untuk mendapatkan pemeriksaan kehamilan, dengan

    distribusi kontak sebagai berikut : minimal 1 kali pada triwulan I, minimal 1 kali

    pada triwulan II, dan minimal 2 kali pada triwulan III, (Depkes RI, 2005).

  • 19

    19

    2.3. Persalinan

    Persalinan dan kelahiran merupakan kejadian fisiologi yang normal dalam

    kehidupan. Kelahiran seorang bayi juga merupakan peristiwa sosial bagi ibu dan

    keluarga. Peranan ibu adalah melahirkan bayinya, sedangkan peranan keluarga

    adalah memberikan bantuan dan dukungan pada ibu ketika terjadi proses

    persalinan. Dalam hal ini peranan petugas kesehatan tidak kalah penting dalam

    memberikan bantuan dan dukungan pada ibu agar seluruh rangkaian proses

    persalinan berlangsung dengan aman dan baik bagi ibu maupun bagi bayi yang

    dilahirkan, (Sumarah dkk, 2009).

    Menurut Depkes (2004), Persalinan adalah proses dimana bayi, plasenta dan

    selaput ketuban keluar dari rahim ibu.

    Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan plasenta)

    yang telah cukup bulan atau dapat hidup diluar kandungan melalui jalan lahir atau

    melalui jala lain, dengan bantuan atau tanpa bantuan (kekuatan sendiri). Proses ini

    di mulai dengan adanya kontraksi persalinan sejati, yang ditandai dengan

    perubahan serviks secara progresif dan diakhiri dengan kelahiran plasenta,

    (Sulistyawati dan Nugraheny, 2010).

    2.3.1. Tanda-tanda Persalinan

    Menurut Sulistyawati dan Nugraheny (2010), terdapat beberapa tanda/gejala

    dalam menghadapi persalinan adalah sebagai berikut :

    1. Terjadinya his persalinan, karakter dari his persalinan yaitu:

    a. pinggang tersa sakit menjalar kedepan

    b. sifat his teratur, interval makin pendek, dan kekuatan makin besar.

    c. Terjadi perubahan pada serviks.

  • 20

    20

    d. Jika pasien menambah aktivitasnya, misalnya dengan berjalan,

    maka kekuatannya bertambah.

    2. Pengeluaran Lendir dan Darah (penanda persalinan)

    Dengan adanya his persalinan, terjadi perubahan pada serviks yang

    menimbulkan:

    a. pendataran dan pembukaan.

    b. Pembukaan menyebabkan selaput lendir yang terdapat pada kanalis

    servikalis terlepas.

    c. Terjadi perdarahan karena kapiler pembuluh darah pecah.

    3. Pengeluaran Cairan

    Sebagian pasien mengeluarkan air ketuban akibat pecahnya selaput

    ketuban. Jika ketuban sudah pecah, maka ditargetkan persalinan dapat

    berlangsung dalam 24 jam. Namun jika ternyata tidak tercapai, maka

    persalinan akhirnya diakhiri dengan tindakan tertentu, misalnya ekstraksi

    vakum, atau sectio caesaria.

    2.3.2.Tahapan Persalinan

    Menurut Sumarah dkk (2009), tahapan dalam persalinan dibagi menjadi 4

    tahap, yaitu:

    1. Persalinan Kala I

    Persalinan kala I adalah kala pembukaan yang berlangsung antara

    pembukaan nol sampai pembukaan lengkap. Proses ini berlangsung kurang

    lebih18-24 jam, yang terbagi menjadi 2 fase, yaitu fase laten (8 jam) dari

    pembukaan 0 cm sampai pembukaan 3 cm, dan fase aktif (7 jam) dari

    pembukaan serviks 3 cm sampai pembukaan 10 cm.

  • 21

    21

    2. Kala II (pengeluaran)

    Dimulai dari pembukaan lengkap (10 cm) sampai bayi lahir. Proses ini

    berlangsung 2 jam pada primigravida dan 1 jam pada multigravida. Pada

    kala ini his menjadi lebih kuat dan cepat, kurang lebih 2-3 menit sekali.

    3. Kala III (Pelepasan Uri)

    Dimulai segera setelah bayi lahir sampai lahirnya plasenta, yang

    berlangsung tidak lebih dari 30 menit. Setelah bayi lahir uterus teraba

    keras dengan fundus uteri agak diatas pusat. Beberapa menit kemudian

    uterus berkontraksi lagi untuk melepas plasenta dari dindingnya.

    4. Kala IV (Observasi)

    Dimulai dari saat lahirnya plasenta sampai 2 jam pertama post partum.

    Observasi yang harus dilakukan pada kala IV yaitu:

    a. tingkat kesadaran penderita

    b. pemeriksaan tanda-tanda vital: tekanan darah, nadi dan pernapasan.

    c. Kontraksi uterus.

    d. Terjadinya pendarahan

    Pendarahan di anggap masih normal jika jumlahnya tidak melebihi

    400 sampai 500 cc.

    2.4. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kecemasan Dalam Persalinan

    2.4.1.Takut mati

    Perasaan biasanya muncul karena belum menyadari akan nilai hidup dan

    kematian, kecemasan yang muncul pada intinya adalah disebabkan karena mati

    dan hidup tidak ada ketentraman, orang yang cemas adalah karena dirinya tidak

  • 22

    22

    mengenal takdir nasip dari tuhan. Ketakutan terhadap kematian biasanya muncul

    pada orang yang tidak memiliki kepercayaan dan keyakinan terhadap tuhan.

    2.4.2.Trauma kelahiran

    Trauma kelahiran ini berupa ketakutan akan berpisahnya bayi dari rahim

    ibunya. Ketakutan berpisah adakalanya menghinggapi seorang ibu yang merasa

    amat takut kalau bayinya akan terpisah dari dirinya, seolah-olah ibu tersebut

    menjadi tidak mampu menjamin keselamatan bayinya.

    2.4.3.Perasaan berdosa atau bersalah terhadap ibunya

    Sejak kecil kita mendapat perawatan orang tua dengan kasih sayang, setelah

    beranjak dewasa tentu kita ingin membalas budi orang tua, masalah terjadi

    manakala kita tidak dapat membalas budi orang tua dan apa yang terjadi pada diri

    kita, saat ini tidak ada harapan orang tua.

    2.4.4.Ketakutan melahirkan

    Ketakutan melahirkan berhubungan dengan proses melahirkan yang

    berkaitan dengan ibu, kejadian melahirkan merupakan peristiwa besar yang

    membawa ibu berada antara hidup dan mati, menyebabkan ibu merasa cemas akan

    keadaannya, dukungan yang penuh dari anggota keluarga penting artinya bagi

    seorang ibu bersalin terutama dukungan suami, sehingga memberikan support dan

    moril terhadap ibu, (Bambang, 2004).

  • 23

    23

    2.5. Kerangka Teori

    Kerangka Teori menurut Sakaran dalam Hidayat, (2007).

    Gambar 2.1. Kerangka Teori Penelitian

    2.6. Kerangka Konsep

    Kerangka konsep adalah membahas saling ketergantungan antar variabel

    yang dianggap perlu untuk melengkapi dinamika situasi atau hal yang sedang

    atau akan diteliti. Menurut Sakaran dalam Hidayat, (2007). Kerangka konseptual

    ini bertujuan faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kecemasan ibu hamil

    dalam menghadapi proses persalinan. Adapun kerangka konseptual dapat di

    gambarkan sebagai berikut :

    Kehamilan

    Persalinan

    Faktor yang mempengaruhikecemasan dalam persalinan

    - Takut mati- Trauma kelahiran- Perasaan berdosa atau

    bersalah terhadap ibunya- Ketakutan melahirkan

    Kecemasan menghadapiproses persalinan

    Tahap proses persalinan- Kala I- Kala II- Kala III- Kala IV

  • 24

    24

    Gambar 2.2. Kerangka Konsep Penelitian

    2.7. Hipotesis Penelitian

    1) Ada pengaruh takut mati terhadap proses persalinan

    2) Ada pengaruh trauma kelahiran terhadap proses persalinan

    3) Ada pengaruh perasaan berdosa atau bersalah kepada ibunya terhadap

    proses persalinan

    4) Ada pengaruh ketakutan melahirkan terhadap proses persalinan

    Takut mati

    Menghadapi ProsesPersalinan

    Independen Dependen

    Trauma kelahiran

    Perasaan berdosa ataubersalah kepadaibunya

    Ketakutan melahirkan

  • 25

    BAB III

    METODE PENELITIAN

    3.1. Jenis Penelitian

    Penelitian ini menggunakan metode penelitian analitik pendekatan Cross

    Sectional yang bertujuan untuk mengetahui bagaimana Faktor-Faktor Yang

    Mempengaruhi Kecemasan Ibu Hamil Dalam Menghadapi Proses Persalinan Di

    Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Kuala Bhee Kecamatan Woyla Kabupaten Aceh

    Barat Tahun 2012.

    3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

    3.2.1.Lokasi Penelitian

    Penelitian ini dilaksanakan di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Kuala Bhee

    Kecamatan Woyla Kabupaten Aceh Barat.

    3.2.2. Waktu Penelitian

    Penelitian ini dilakukan pada bulan Desember tahun 2012.

    3.3. Populasi dan Sampel

    3.3.1. Populasi

    Menurut Sugiono dalam Hidayat (2007), populasi adalah wilayah

    generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kuantitas dan

    karakteristik tertentu yang di tetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian

    ditarik kesimpulannya. Adapun populasi dalam penelitian ini adalah seluruh Ibu

    Hamil yang usia kehamilan trisemester III yang berada di wilayah kerja UPTD

    Puskesmas Kuala Bhee Kecamatan Woyla Kabupaten Aceh Barat tahun 2012

    yaitu sebanyak 266 ibu hamil.

  • 26

    3.3.2. Sampel

    Pengambilan jumlah sampel dalam penelitian ini mengacu pada rumusan

    (Arikunto, 2002 : 112), yang menjelaskan bahwa apabila pengambilan sampel

    pada subjek penelitian kurang dari 100, maka dapat diambil semua sehingga

    penelitiannya merupakan penelitian populasi, tetapi bila jumlah subjek lebih dari

    100 dapat diambil 10-20% dari jumlah populasi. Berdasarkan hal tersebut maka

    peneliti mengambil 15% dari keseluruhan populasi untuk dijadikan sampel yaitu :

    x 266 = 53

    Jadi jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 53 orang.

    Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah secara random

    sampling, pengambilan sampel secara random atau acak disebut random sampling

    dan sampel yang diperoleh disebut sampel random. Teknik random ini hanya

    boleh digunakan apabila setiap unit atau anggota populasi itu bersifat homogen,

    (Notoatmodjo, 2005).

    3.4. Metode Pengumpulan Data

    3.4.1.Data Primer

    Data primer merupakan data yang langsung diperoleh dari responden

    melalui pengisian kuesioner yang di susun sendiri oleh peneliti dengan

    berpedoman pada konsep dan tinjauan teori.

    3.4.2. Data Sekunder

    Data sekunder adalah data yang berasal dari selain responden yaitu data-

    data yang ada di Puskesmas Kuala Bhee Kecamatan Woyla Kabupaten Aceh

    Barat.

  • 27

    3.5. Definisi Operasional

    Tabel 3.1. Definisi Operasional

    No Variabel KeteranganVariabel Independen

    1 Takut Mati Defenisi

    Cara ukurAlat ukurHasil ukur

    Skala ukur

    Perasaan biasanya muncul karenabelum menyadari akan nilai hidupdan kematian dalam menghadapipersalinan.WawancaraKuesioner1. Takut2. Tidak TakutOrdinal

    2 Trauma Kelahiran Defenisi

    Cara ukurAlat ukurHasil ukur

    Skala ukur

    Perasaan trauma yang pernahdialami oleh ibu pada saat prosespersalinan sebelumnya.WawancaraKuesioner1. Trauma2. Tidak TraumaOrdinal

    3 Perasaan berdosaatau bersalahkepada ibunya

    Defenisi

    Cara ukurAlat ukurHasil ukur

    Skala ukur

    Masalah terjadi manakala kitatidak dapat membalas budi orangtua dan apa yang terjadi pada dirikita dalam menghadapi persalinanWawancaraKuesioner1. Berdosa2. Tidak BerdosaOrdinal

    4 Ketakutanmelahirkan

    Defenisi

    Cara ukurAlat ukurHasil ukur

    Skala ukur

    Ketakutan melahirkanberhubungan dengan prosesmelahirkan yang berkaitan denganibu pada saat menghadapipersalinan.WawancaraKuesioner1. Takut2. Tidak TakutOrdinal

    Variabel Dependen5 Menghadapi Proses

    PersalinanDefenisi Suatu proses pengeluaran hasil

    konsepsi yang dapat hidup ke

  • 28

    Cara ukurAlat ukurHasil ukur

    Skala ukur

    dunia luar, dari rahim melaluijalan lahir atau dengan jalan lain.WawancaraKuesioner1. Cemas2. Tidak cemasOrdinal

    3.6. Aspek Pengukuran Variabel

    1. Takut Mati

    - Takut : Apabila menjawab pertanyaan dengan benar ≥ 3

    - Tidak Takut : Apabila menjawab pertanyaan dengan benar < 3

    2. Trauma Kelahiran

    - Trauma : Apabila menjawab pertanyaan dengan benar ≥ 3

    - Tidak Trauma : Apabila menjawab pertanyaan dengan benar < 3

    3. Perasaan berdosa atau bersalah kepada ibunya

    - Berdosa : Apabila menjawab pertanyaan dengan benar ≥ 3

    - Tidak Berdosa : Apabila menjawab pertanyaan dengan benar < 3

    4. Ketakutan Melahirkan

    - Takut : Apabila menjawab pertanyaan dengan benar ≥ 3

    - Tidak Takut : Apabila menjawab pertanyaan dengan benar < 3

    5. Mengahadapi Proses Persalinan

    - Cemas : Apabila menjawab pertanyaan dengan benar ≥ 3

    - Tidak Cemas : Apabila menjawab pertanyaan dengan benar < 3

    3.7. Metode Analisa Data

    3.7.1. Analisa Univariat

    Analisis univariat bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan

    karakteristik setiap variabel penelitian. Bentuk analisis univariate tergantung dari

  • 29

    jenis datanya. Untuk data numerik digunakan nilai mean atau rata-rata, median

    dan standar deviasi, (Notoatmodjo, 2010).

    3.7.2. Analisa Bivariat

    Analisis bivariat yang dilakukan terhadap dua variabel yang diduga

    berhubungan atau berkolerasi, (Notoatmodjo, 2010).

    Untuk uji statistik Chi-square (X2) menggunakan komputerisasi penilaian

    dilakukan sebagai berikut.

    1. Apabila hasil uji tersebut di dapat p-value > 0,05 berarti tidak ada

    hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen.

    2. Apabila hasil uji tersebut tidak di dapat p-value < 0,05 berarti ada

    hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen.

  • 30

    BAB IV

    HASIL PENELITIAN

    4.1. Hasil Penelitian

    4.1.1.Gambaran Umum Tempat Penelitian

    UPTD Puskesmas Kuala Bhee berada di Kecamatan Woyla yang merupakan

    bagian dari Kabupaten Aceh Barat Provinsi Aceh dengan luas wilayah lebih

    kurang 249,04. Letak geografis UPTD Puskesmas Kuala Bhee disebelah Utara

    berbatasan dengan Kecamatan Woyla Timur, disebelah Selatan berbatasan dengan

    Kecamatan Bubon, disebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Woyla Barat

    dan disebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Kawai XVI.

    4.1.2. Hasil Analisa Univariat

    4.1.2.1. Takut Mati

    Tabel 4.1. Takut Mati pada Responden di Puskesmas Kuala Bhee KecamatanWoyla Kabupaten Aceh Barat Tahun 2013

    No Takut Mati f %1. Takut 31 58,52. Tidak Takut 22 41,5

    Total 53 100Sumber : Data primer diolah tahun 2013

    Berdasarkan Tabel 4.1 di atas diketahui bahwa mayoritas responden berada

    pada kategori takut dengan jumlah 31 orang (58,5%).

    4.1.2.2. Trauma Kelahiran

    Tabel 4.2.Trauma Kelahiran pada Responden di Puskesmas Kuala BheeKecamatan Woyla Kabupaten Aceh Barat Tahun 2013

    No Trauma Kelahiran f %1. Trauma 35 662. Tidak Trauma 18 34

    Total 53 100Sumber : Data primer diolah tahun 2013

  • 31

    Berdasarkan Tabel 4.2 di atas diketahui bahwa mayoritas responden

    berada pada kategori trauma dengan jumlah 35 orang (66%).

    4.1.2.3. Perasaan Berdosa atau Bersalah Kepada Ibunya

    Tabel 4.3. Perasaan Berdosa atau Bersalah Kepada Ibunya pada Respondendi Puskesmas Kuala Bhee Kecamatan Woyla Kabupaten AcehBarat Tahun 2013

    No Perasaan berdosa ataubersalah terhadap Ibunya

    F %

    1. Berdosa 38 71,72. Tidak Berdosa 15 28,3

    Total 53 100Sumber : Data primer diolah tahun 2013

    Berdasarkan Tabel 4.3 di atas diketahui bahwa mayoritas responden

    berdosa atau bersalah kepada Ibunya berada pada kategori berdosa dengan jumlah

    38 orang (71,7%).

    4.1.2.4. Ketakutan Melahirkan

    Tabel 4.4. Ketakutan Melahirkan pada Responden di Puskesmas KualaBhee Kecamatan Woyla Kabupaten Aceh Barat Tahun 2013

    No Ketakutan Melahirkan F %1. Takut 30 56,62. Tidak Takut 23 43,4

    Total 53 100Sumber : Data primer diolah tahun 2013

    Berdasarkan Tabel 4.4 diatas dapat diketahui bahwa mayoritas responden

    berada pada kategori takut dengan jumlah 30 orang (56,6%).

  • 32

    4.1.2.5. Menghadapi Proses Persalinan

    Tabel 4.5. Menghadapi Proses Persalinan pada Responden di PuskesmasKuala Bhee Kecamatan Woyla Kabupaten Aceh Barat Tahun2013

    No Menghadapi ProsesPersalinan

    F %

    1. Cemas 32 60,42. Tidak Cemas 21 39,6

    Total 53 100Sumber : Data primer diolah tahun 2013

    Berdasarkan Tabel 4.5 diatas dapat diketahui bahwa mayoritas responden

    berada pada kategori cemas dengan jumlah 32 orang (60,4%).

    4.1.3. Hasil Analisa Bivariat

    4.1.3.1. Pengaruh Takut Mati Terhadap Proses Persalinan

    Tabel 4.6. Distribusi Frekuensi Pengaruh Takut Mati TerhadapMenghadapi Proses Persalinan di Puskesmas Kuala BheeKecamatan Woyla Kabupaten Aceh Barat Tahun 2013

    No Takut Mati

    Menghadapi ProsesPersalinan

    JumlahUji Statistik

    CemasTidakCemas P OR

    f % f % f %1. Takut 21 67,7 10 32,3 31 100

    0,310 2,12. Tidak Takut 11 50 11 50 22 100Jumlah 32 21 53

    Sumber : Data primer diolah tahun 2013

    Dari tabel di atas diketahui dari 31 responden yang takut mati ternyata

    67,7% merasa cemas dalam menghadapi proses persalinan dan tidak takut

    ternyata 50% merasa cemas dalam menghadapi proses persalinan.

    Setelah dilakukan Uji Statistik dengan menggunakan uji Chi-Square

    dengan taraf kepercayaan 95% (α= 0,05), diperoleh nilai p-value = 0,310 yang

    berarti lebih besar dari α (0,05). Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa

  • 33

    tidak ada pengaruh yang signifikan antara takut mati terhadap menghadapi proses

    persalinan. Besarnya pengaruh dapat dilihat dari nilai Odds Ratio (OR), yaitu 2,1

    dimana responden yang takut mati pada kategori takut mempunyai peluang 2,1

    kali merasa cemas dalam menghadapi proses persalinan.

    4.1.3.2. Pengaruh Trauma Kelahiran Terhadap Proses Persalinan

    Tabel 4.7. Distribusi Frekuensi Pengaruh Trauma Kelahiran TerhadapMenghadapi Proses Persalinan di Puskesmas Kuala BheeKecamatan Woyla Kabupaten Aceh Barat Tahun 2013

    No

    TraumaKelahiran

    Menghadapi ProsesPersalinan

    JumlahUji Statistik

    Cemas TidakCemas P OR

    f % f % F %1. Trauma 17 48,6 18 51,4 35 100

    0,031 0,12. Tidak Trauma 15 83,3 3 16,7 18 100Jumlah 32 21 53

    Sumber : Data primer diolah tahun 2013

    Dari tabel di atas diketahui dari 35 responden yang trauma kelahiran

    ternyata 48,6% merasa cemas menghadapi proses persalinan dan tidak trauma

    ternyata 83,3% merasa cemas dalam menghadapi proses persalinan.

    Setelah dilakukan Uji Statistik dengan menggunakan uji Chi-Square

    dengan taraf kepercayaan 95% (α= 0,05), diperoleh nilai p-value = 0,031 yang

    berarti lebih kecil dari α (0,05). Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa

    ada pengaruh yang signifikan antara trauma kelahiran terhadap menghadapi

    proses kelahiran. Besarnya pengaruh dapat dilihat dari nilai Odds Ratio (OR),

    yaitu 0,1 dimana responden yang trauma kelahiran pada kategori cemas

    mempunyai peluang 0,1 kali merasa cemas dalam menghadapi proses persalinan.

  • 34

    4.1.3.3. Pengaruh Perasaan Berdosa atau Bersalah Kepada Ibunya TerhadapProses Persalinan

    Tabel 4.8. Distribusi Frekuensi Pengaruh Perasaan Berdosa atau BersalahKepada Ibunya Terhadap Menghadapi Proses Persalinan diPuskesmas Kuala Bhee Kecamatan Woyla Kabupaten Aceh BaratTahun 2013

    No

    PerasaanBerdosa atau

    BersalahKepadaIbunya

    Menghadapi ProsesPersalinan

    JumlahUji Statistik

    Cemas TidakCemas P ORf % f % F %

    1. Berdosa 19 50 19 50 38 1000,032 0,12. Tidak Berdosa 13 86,7 2 13,3 15 100

    Jumlah 32 21 53Sumber : Data primer diolah tahun 2013

    Dari tabel di atas diketahui dari 38 responden yang memiliki perasaan

    berdosa atau bersalah terhadap ibunya ternyata 50% merasa cemas dalam

    menghadapi proses persalinan dan tidak berdosa ternyata 86,7% merasa cemas

    dalam menghadapi proses persalinan.

    Setelah dilakukan Uji Statistik dengan menggunakan uji Chi-Square

    dengan taraf kepercayaan 95% (α= 0,05), diperoleh nilai p-value = 0,032 yang

    berarti lebih kecil dari α-value (0,05). Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan

    bahwa ada pengaruh yang signifikan antara perasaan berdosa atau bersalah kepada

    ibunya terhadap menghadapi proses persalinan. Besarnya pengaruh dapat dilihat

    dari nilai Odds Ratio (OR), yaitu 0,1 dimana responden yang memiliki perasaan

    berdosa atau bersalah terhadap ibunya pada kategori cemas mempunyai peluang

    0,1 kali merasa cemas dalam menghadapi proses persalinan.

  • 35

    4.1.3.3. Pengaruh Ketakutan Melahirkan Terhadap Proses Persalinan

    Tabel 4.9. Distribusi Frekuensi Pengaruh Ketakutan Melahirkan TerhadapMenghadapi Proses Persalinan di Puskesmas Kuala BheeKecamatan Woyla Kabupaten Aceh Barat Tahun 2013

    No

    KetakutanMelahirkan

    Menghadapi ProsesPersalinan

    JumlahUji Statistik

    CemasTidakCemas P OR

    f % f % f %1. Takut 14 46,7 16 53,3 30 100

    0,041 0,22. Tidak Takut 18 78,3 5 21,7 23 100Jumlah 32 21 53

    Sumber : Data primer diolah tahun 2013

    Dari tabel di atas diketahui dari 30 responden yang ketakutan melahirkan

    ternyata 46,7% merasa cemas dalam menghadapi proses persalinan dan tidak

    takut ternyata 78,3% merasa cemas dalam menghadapi proses persalinan.

    Setelah dilakukan Uji Statistik dengan menggunakan uji Chi-Square

    dengan taraf kepercayaan 95% (α= 0,05), diperoleh nilai p-value = 0,041 yang

    berarti lebih kecil dari α (0,05). Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan

    bahwa ada pengaruh yang signifikan antara ketakutan melahirkan terhadap

    menghadapi proses persalinan. Besarnya pengaruh dapat dilihat dari nilai Odds

    Ratio (OR), yaitu 0,2 dimana responden yang ketakutan melahirkan pada kategori

    takut mempunyai peluang 0,2 kali merasa cemas dalam menghadapi proses

    persalinan.

    4.2. Pembahasan

    4.2.1.Pengaruh Takut Mati Terhadap Menghadapi Proses Persalinan

    Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa tidak ada pengaruh antara

    takut mati terhadap menghadapi proses persalinan di UPTD Puskesmas Kuala

    Bhee Kecamatan Woyla Kabupaten Aceh Barat. Dari penjelasan di atas peneliti

  • 36

    dapat menyimpulkan bahwa di dalam masyarakat paradigma persalinan masih

    dianggap sebagai pertaruhan hidup dan mati. Sekalipun peristiwa kelahiran itu

    adalah satu fenomena fisiologis yang normal, namun kenyataannya selalu

    membawa resiko dan bahaya kematian. Bahkan pada proses yang normal

    sekalipun senantiasa disertai perdarahan dan kesakitan hebat, peristiwa inilah

    yang menimbulkan ketakutan-ketakutan, khususnya takut mati, baik kematian

    dirinya sendiri maupun anak yang akan dilahirkan.

    Segala macam ketakutan dalam menghadapi proses persalinan dapat

    menyebabkan timbulnya perasaan yang pesimis dan optimis. Perasaan yang

    optimis atau positif ini biasanya dilandasi oleh pengetahuan intelektual, bahwa

    sebenarnya memang tidak ada bahaya-bahaya yang riil pada masa kehamilan dan

    saat melahirkan bayinya, dan dapat berfikir secara optimis bahwa diri dan bayinya

    akan selamat sekalipun harus merasakan kesakitan pada proses persalinan,

    (Kartini Kartono, 2012).

    Oleh karena itu, pada calon ibu-ibu muda perlu adanya kesiapan mental

    dalam menghadapi proses kehamilan dan melahirkan tanpa adanya perasaan takut

    mati saat menghadapi proses persalinan.

    4.2.2.Pengaruh Trauma Kelahiran Terhadap Menghadapi Proses Persalinan

    Berdasarkan hasil penelitian diketahui ada pengaruh antara trauma kelahiran

    terhadap menghadapi proses persalinan di UPTD Puskesmas Kuala Bhee

    Kecamatan Woyla Kabupaten Aceh Barat. Dari penjelasan diatas maka peneliti

    menyimpulkan bahwa trauma persalinan salah satunya terjadi akibat lamanya

    persalinan berlangsung, sehingga ibu merasakan sakit yang lama pula. Trauma

    kelahiran biasanya berhubungan dengan ketakutan untuk berpisah dengan anak

  • 37

    dari rahimnya, sehingga ada rasa takut dan keengganan yang berlebihan untuk

    melahirkan bayi. Ketakutan ini muncul karena sikap ibu yang berlebihan

    melindungi bayinya, merasa tidak mampu menjaga bayi diluar rahim, ketakutan

    meninggalkan bayi dari sisinya seolah-olah tak mampu menjamin keselamatan

    bayinya.

    Antoni dalam Erwin (2009), juga menambahkan faktor lain yang juga dapat

    mengurangi adanya trauma persalinan adalah pendamping ibu selama persalinan.

    Banyak ibu tidak bisa melalui persalinan seorang diri, biasanya mereka

    membutuhkan pendamping yang dapat mendampingi, memberi support, bahkan

    membantu kelancaran persalinan itu sendiri.

    4.2.3.Pengaruh Perasaan Berdosa atau Bersalah kepada Ibunya TerhadapMenghadapi Proses Persalinan

    Berdasarkan hasil penelitian diketahui ada pengaruh antara perasaan

    berdosa atau bersalah kepada ibunya terhadap menghadapi proses persalinan di

    UPTD Puskesmas Kuala Bhee Kecamatan Woyla Kabupaten Aceh Barat.

    Dari penjelasan diatas maka peneliti menyimpulkan bahwa selain ketakutan

    akan kematian, perasaan berdosa yang juga turut mempengaruhi ibu dalam

    menghadapi proses persalinan ialah perasaan berdosa atau bersalah terhadap

    ibunya. Hal ini berkaitan dengan kehidupan emosi dan cinta kasih yang diterima

    wanita dari ibunya. Manakala dia menerima kasih sayang yang baik, maka

    kemungkinan perasaan bersalah tak begitu besar dibandingkan wanita dengan

    kehidupan emosi yang kurang menyenangkan. Terutama jika anak yang akan

    dilahirkan hasil pemerkosaan atau anak yang tidak diinginkannya. Biasanya

    wanita ini cenderung ingin membunuh bayinya.

  • 38

    Selain itu juga rasa bersalah berkaitan dengan indentifikasi yang diterima

    ibu hamil. Jika proses identifikasi menjadi bentuk yang salah, maka kemungkinan

    besar mengembangkan mekanisme rasa bersalah atau berdosa kepada ibunya.

    Keadaan rasa bersalah atau berdosa membuat ibu semakin lebih takut pada

    kematian. Salah satu usaha yang dilakukannya ialah meminta ibunya untuk selalu

    menemaninya sebelum, selama, dan pasca persalinan. Kehadiran ibunya dianggap

    sebagai obat pengganti, (Intan, 2012).

    4.2.4.Pengaruh Ketakutan Melahirkan Terhadap Menghadapi ProsesPersalinan

    Berdasarkan hasil penelitian diketahui ada pengaruh antara ketakutan

    melahirkan terhadap menghadapi proses persalinan di Puskesmas Kuala Bhee

    Kecamatan Woyla Kabupaten Aceh Barat. Melahirkan menjadi suatu hal yang

    diharapkan dan merupakan puncak kebahagiaan seorang wanita. Namun, hampir

    semua wanita merasakan ketakutan menjelang persalinan. Ketakutan menjelang

    persalinan merupakan hal yang wajar terjadi selama dalam batas kewajaran dan

    tidak sampai mengganggu kejiwaan (depresi). Bila depresi sampai terjadi,

    ketakutan menjelang persalinan akan sangat mengganggu proses persalinan dan

    justru hal-hal yang ditakutkan akan semakin terjadi.

    Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Adams dkk dalam

    Harnowo (2012), mereka menemukan bahwa wanita yang takut melahirkan lebih

    sering melahirkan dengan bantuan alat yaitu sebanyak 17 persen bila

    dibandingkan dengan wanita yang tidak takut melahirkan sebanyak 10,6 persen.

    Sehubungan dengan ini, persiapan mental sebagai mekanisme pertahanan diri

    menghadapi kelahiran itu sangat penting untuk meredam segala bentuk

  • 39

    kecemasan dan ketakutan dan bagi suksesnya kelahiran sang bayi, sehingga dapat

    melindungi diri dari segala bentuk kecemasan, serta memberikan rasa aman untuk

    diri sendiri.

    Menurut Kartini Kartono (2012), pada setiap wanita hamil, ketakutan

    melahirkan diperkuat dengan rasa takut konkret, seperti ketakutan anak lahir cacat

    atau keadaan patologis, takut bayinya akan bernasib buruk karena dosa-dosanya di

    masa silam, ketakutan akan beban hidup menjadi berat, munculnya elemen-

    elemen takut yang sangat mendalam dan perasaan takut kehilangan bayinya yang

    diperkuat oleh rasa berdosa atau bersalah, dukungan yang penuh dari anggota

    keluarga penting artinya bagi seorang Ibu bersalin terutama dukungan suami

    sehingga memberikan support moril terhadap Ibu.

  • 40

    BAB V

    KESIMPULAN DAN SARAN

    5.1. Kesimpulan

    1. Berdasarkan hasil penelitian, tidak ada pengaruh yang signifikan antara

    takut mati terhadap menghadapi proses persalinan di Puskesmas Kuala

    Bhee Kecamatan Woyla Kabupaten Aceh Barat Tahun 2013 (p= 0,310 >

    α =0,05).

    2. Berdasarkan hasil penelitian, ada pengaruh yang signifikan antara trauma

    kelahiran terhadap menghadapi proses persalinan di Puskesmas Kuala

    Bhee Kecamatan Woyla Kabupaten Aceh Barat Tahun 2013 (p= 0,031 <

    α =0,05).

    3. Berdasarkan hasil penelitian, ada pengaruh yang signifikan antara

    perasaan berdosa atau bersalah kepada ibunya terhadap menghadapi

    proses persalinan di Puskesmas Kuala Bhee Kecamatan Woyla

    Kabupaten Aceh Barat Tahun 2013 (p= 0,032 < α =0,05).

    4. Berdasarkan hasil penelitian, ada pengaruh yang signifikan antara

    ketakutan melahirkan terhadap menghadapi proses persalinan di

    Puskesmas Kuala Bhee Kecamatan Woyla Kabupaten Aceh Barat Tahun

    2013 (p= 0,041 < α =0,05).

    5.2. Saran

    1. Bagi ibu hamil dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan kehamilan

    secara teratur serta mencari informasi mengenai kehamilan dan

    persalinan agar dapat meminimalisir timbulnya kecemasan selama

    kehamilan maupun dalam menghadapi persalinan.

  • 41

    2. Bagi petugas kesehatan dan instansi terkait dianjurkan untuk

    memberikan konseling mengenai kehamilan dan persalinan agar ibu

    hamil siap secara fisik dan mental dalam menghadapi kehamilan dan

    persalinan.

    3. Bagi peneliti selanjutnya yang tertarik dengan penelitian yang

    berhubungan dengan kecemasan selama kehamilan dan dalam

    menghadapi persalinan diharapkan untuk lebih memperhatikan faktor-

    faktor yang mempengaruhi timbulnya kecemasan sehingga diperoleh

    hasil yang lebih akurat.

  • DAFTAR PUSTAKA

    Atmajda Antoni, 2009. Trauma Persalinan/Melahirkan, http://erwin-buahhati.blogspot.com (19 Januari 2009).

    Bambang, 2004. Ketakutan Melahirkan, http://repository.usu.ac.id (12 Juni2007).

    Capernito, 1995. Diagnosa Keperawatan, Jakarta; EGC.

    Depkes, 2004. Persalinan, http://id.shvoonq.com (15 Oktober 2010).

    Depkes RI, 2005. Kunjungan Ibu Hamil, http://repository.usu.ac.id (07 Agustus2010).

    Freud, 2005. Kecemasan, http://makalahcyber.blogspot.com (23 Juli 2012).

    Hawari, D. (2004). Psikiatri Manajemen Stres, Cemas & Depresi, Jakarta; FKUI.

    Hidayat A.A, 2007. Metode Penelitian & Teknik Analisa Data, Jakarta; SalembaMedika.

    Intan, 2012. Psikologi Ibu Menjelang Persalinan,http://intand14kiiroi.blogspot.com (07 Juli 2012).

    Kaplan dan Sadock 1998. Psikologi Keperawatan, http://jurnal.pdii.lipi.go.id (02Agustus 2010).

    Kartini, Kartono, 2012. Psikologi Masa Persalinan,http://emayamidwifery.blogspot.com (25 Maret 2012).

    , 2012. Perubahan Psikologi Pada Ibu Melahirkan,http://siebidhah911.blogspot.com (29 Juni 2012).

    , 2012. Takut Melahirkan Bikin Proses Persalinan MakinLama, http://health.detik.com (28 Juni 2012).

    Kusmiati, dkk. 2008. Panduan Lengkap Perawatan Kehamilan,Yogyakarta; Fitramaya.

    Laksonno, 2008. Tingkat Kecemasan Menghadpi Persalinan Pada WanitaPrimigrapida Dibandingkan Multi Gravida Di Rumah Sakit Bersalin,http://www.laksonno.co.id (28 Oktober 2011).

    Manuaba,I. 2004. Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita, Jakarta; Arcan.

  • Maramis. 2004. Ilmu Prilaku Dalam Pelayanan Kesehatan, Surabaya; UnairPres.

    Muhammad, 2012. Proses Kelahiran/Tips Mengatasi Ketakutan MenjelangPersalinan, http://kehamilan.org (07 April 2012).

    Mochtar, M. 1998. Sinopsis Obstertri, Jakarta; EGC.

    Nengah, 2008. Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan HyperemesisGravidarum, Jakarta; Salemba Medika.

    Nevid dan Rathus. 2005. Psikologi Abnormal, Surabaya; Erlangga.

    Notoatmodjo, 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan, Jakarta; PT Rineka Cipta

    Prawirohardjo S, 2002. Ilmu Kebidanan Edisi 3, Jakarta; Yayasan Bina PustakaPrawirohardjo.

    Prayuda, 2008. Gambaran Pengetahuan Ibu Hamil, http://download-ktiku.blogspot.com (23 Agustus 2011).

    Potter & fery, 2005. Dasar-dasar Keperawatan, Jakarta; EGC.

    Purwaningsih, Wahyu, dkk. 2010. Asuhan Keperawatan Maternitas, Yogyakarta;Nuha Medica.

    Saifuddin, 2002. Kesehatan Reproduksi . Jakarta; EGC.

    Stuart and Sundeen, GW. 1998. Keperawatan Jiwa, http://jurnal.pdii.lipi.go.id (02Agustus 2010).

    Sumarah dkk, 2009. Perawatan Ibu Bersalin, Yogyakarta; Fitramaya.

    Sulistyawati, 2005. Konsep Dasar Keperawatan dan Kesehatan Jiwa, Jakarta;EGC.

    , 2009. Asuhan Kebidanan Pada Masa Kehamilan, Jakarta; SalembaMedika.

    Sulistyawati dan Nugraheny, 2010. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Bersalin,Jakarta; Salemba Medika.

    WHO, 2011. Pengetahuan Ibu Hamil, http://bidanstasiun.blogspot.com (10November 2011).

    Wibisono dan Dewi, 2009. Solusi Sehat Seputar Kehamilan, Jakarta; AgroMediaPustaka.

    Cover HalBAB I MawarBAB II MawarBAB III MawarBAB IV MawarBAB V MawarDAFTAR PUSTAKA