repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1018/1/BAB I_V.docx · Web viewJika kehamilan tidak...

70
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Wanita dalam kehidupannya tidak luput dari adanya siklus Menstruasi normal yang terjadi secara periodik. wanita akan merasa terganggu bila hidupnya mengalami perubahan, terutama bila Menstruasi menjadi lebih lama dan atau banyak, tidak teratur, lebih sering atau tidak Menstruasi sama sekali, bahkan bisa disertai nyeri. Diharapkan semua wanita mengalami siklus menstruasi yang teratur, namun hampir semua wanita pernah mengalami gangguan Menstruasi selama masa hidupnya. Gangguan ini dapat berupa kelainan siklus atau pendarahan. Masalah ini dihadapi oleh wanita remaja, reproduksi dan klimakterium. (Manuaba, dkk. 2010). Menurut Bobak, (2004) masa remaja disebut pula sebagai masa penghubung atau masa peralihan antara masa kanak-kanak dengan masa dewasa yang di tandai dengan perkembangan dan perubahan fisik, mental, emosional,

Transcript of repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1018/1/BAB I_V.docx · Web viewJika kehamilan tidak...

43

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Wanita dalam kehidupannya tidak luput dari adanya siklus Menstruasi normal yang terjadi secara periodik. wanita akan merasa terganggu bila hidupnya mengalami perubahan, terutama bila Menstruasi menjadi lebih lama dan atau banyak, tidak teratur, lebih sering atau tidak Menstruasi sama sekali, bahkan bisa disertai nyeri. Diharapkan semua wanita mengalami siklus menstruasi yang teratur, namun hampir semua wanita pernah mengalami gangguan Menstruasi selama masa hidupnya. Gangguan ini dapat berupa kelainan siklus atau pendarahan. Masalah ini dihadapi oleh wanita remaja, reproduksi dan klimakterium. (Manuaba, dkk. 2010).

(1)Menurut Bobak, (2004) masa remaja disebut pula sebagai masa penghubung atau masa peralihan antara masa kanak-kanak dengan masa dewasa yang di tandai dengan perkembangan dan perubahan fisik, mental, emosional, termasuk perubahan hormonal yang berpengaruh pada proses terjadinya menstruasi. Usia gadis remaja pada saat menstruasi bervariasi, yaitu antara 10 – 16 tahun, tetapi rata-ratanya 12,5 tahun. Statistik menunjukkan bahwa usia menstruasi dipengaruhi oleh faktor keturunan, keadaan gizi, dan kesehatan umum. Dikatakan menstruasi dini apabila menstruasi terjadi sebelum usia 10 tahun disertai dengan munculnya tanda-tanda seks sekunder sebelum usia 8 tahun. Dalam hal ini hipofisis oleh sebab yang belum diketahui memproduksi hormon gonadotropin sebelum waktunya. Apabila menarche baru datang antara umur 14 – 16 tahun disebut sebagai menarche tarda. Biasanya tidak ada kelainan yang mencolok, hal ini dapat disebabkan oleh faktor keturunan, gangguan kesehatan, dan kekurangan gizi. Apabila menarche belum dating pada umur 18 tahun disebut amenore primer (Wiknjosastro, 2012).

Prevalensi premenstrual syndrome di Virginia pada 10,3% wanita obes (BMI >30) mempunyai risiko mengalami premenstrual syndrome tiga kali lebih besar dibanding wanita nonobes (Odds Ratio/OR =2,8; IK 95% 1,1–7,2). Dari data ini tampak bahwa obesitas dapat menjadi faktor risiko terjadinya premenstrual syndrome, namun ada beberapa penelitian yang menyimpulkan hasil yang berbeda. Penelitian eksperimen di Korea dengan educational program tentang PMS menunjukkan bahwa wanita yang mendapatkan program pendidikan mengalami perubahan yang signifikan (p<0,01) dalam pengetahuan, cara mengatasi PMS bahkan berkurang atau hilangnya gejala dan keluhan PMS dibanding dengan wanita yang tidak mendapatkan program pendidikan (Kyung, 2002 dalam Puspitorini, 2007).

Penelitian yang dilakukan oleh Pelayanan Kesehatan Ramah Remaja (PKRR) (2005) dalam Setiasih (2007) menyebutkan bahwa permasalahan wanita di Indonesia adalah seputar permasalahan mengenai gangguan menstruasi (38,45%), masalah gizi yang berhubungan dengan anemia (20,3%), gangguan belajar (19,7%), gangguan psikologis (0,7%), serta masalah kegemukan (0,5%). Penelitian yang dilakukan oleh Corney dan Stanton (1991 dalam Wijaya 2008), mengatakan ada perbedaan tingkat prevalensi antara negara Barat dengan negara Asia, seperti Indonesia kejadian Pre-menstrual syndrome (PMS) sangat rendah antara 23-24% sedangkan negara Barat seperti Inggris dan Yugoslavia lebih tinggi tingkat prevalensinya yaitu 71-73%. Dilaporkan dari negara-negara Barat, gejala-gejala perubahan emosional telah dialami oleh 88% wanita, sementara gejala fisik ada 69%.

Faktor–faktor yang menyebabkan gangguan Menstruasi yaitu (1) Faktor psikologis, seperti tekanan hidup, stres, kecemasan, kelelahan fisik maupun psikis. (2) Gangguan yang bersifat hormonal yaitu ketidak seimbangan hormon estrogen maupun hormon progesterone dan prostaglandin. (3) Hormon Prolaktin berlebih, meningkatnya hormon prolaktin secara otomatis akan menurunkan hormon estrogen dan progesteron. (4) Kenaikan atau berkurangnya berat badan secara signifikan. (5) Status gizi (kurus jika IMT < 17,0 dan obesitas jika IMT >27,0) akan mempengaruhi kerja berupa peningkatan, keseimbangan ataupun penurunan hormon. (6) Kelainan organik seperti radang, tumor, trauma dan sebagainya. (Wiknjosastro, 2012).

Status gizi adalah ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam bentuk variabel tertentu, atau perwujudan dari nutriture dalam bentuk variabel tertentu. Indeks Masa Tubuh (IMT) merupakan alat yang sederhana untuk memantau status gizi orang dewasa khususnya yang berkaitan dengan kekurangan dan kelebihan berat badan. Penggunaan IMT hanya berlaku untuk orang dewasa di atas 18 tahun. IMT tidak dapat diterapkan pada bayi, anak, dan ibu hamil. Pada perempuan yang obesitas (IMT >27,0) tentunya akan meningkatkan kerja organ-organ tubuh sebagai bentuk haemodialisa (kemampuan tubuh untuk menetralisir pada keadaan semula) dalam rangka pengeluaran kelebihan tersebut. Hal ini tentunya akan berdampak pada fungsi sistem hormonal pada tubuh berupa peningkatan maupun penurunan progesteron, estrogen, LH (Luetezing Hormon), dan FSH (Foklikel Stimulating Hormon) (Supariasa, 2001).

Berdasarkan hasil survey Glas ier, dalam Puspitorini (2007) di Amerika Serikat menunjukkan, Pre-menstrual syndrome dialami 50% wanita yang datang ke klinik ginekologi. Lembaga independen yang di prakarsai Bayer Schering Pharma melakukan penelitian yang melibatkan 1602 wanita dari Australia, Hongkong, Pakistan dan Thailand. Hasilnya menyimpulkan bahwa 22% wanita Asia Pasifik menderita pre-menstrual syndrome.

Berdasarkan penelitian di Indonesia prevalensi Pre-menstrual syndrome (PMS) pada siswi SMA di Surabaya adalah 39,2% mengalami gejala berat dan 60,8% mengalami gejala ringan (Christiany, 2006). Sekitar 80% sampai 95% perempuan antara 16 sampai 45 tahun mengalami gejala-gejala Pre-menstrual syndrome (PMS) yang dapat menganggu.

Pada penelitian lain, didapatkan hanya 38% wanita yang menganggap perdarahan yang banyak pada menstruasi sebagai masalah, padahal 76% dokter yang menerima kasus tersebut menganggapnya sebagai kasus yang perlu dirujuk. Hal tersebut menunjukkan masih rendahnya kesadaran wanita terhadap masalah gangguan menstruasi. Cakir M et al. dalam penelitiannya menemukan bahwa dismenorea merupakan gangguan menstruasi dengan prevalensi terbesar (89,5%), diikuti ketidakteraturan menstruasi (31,2%), serta perpanjangan durasi menstruasi (5,3%). Pada pengkajian terhadap penelitian-penelitian lain didapatkan prevalensi dismenorea bervariasi antara 15,8-89,5%, dengan prevalensi tertinggi pada remaja. Mengenai gangguan lainnya, Bieniasz J et al. mendapatkan prevalensi amenorea primer sebanyak 5,3%, amenorea sekunder 18,4%, oligomenorea 50%, polimenorea 10,5%, dan gangguan campuran sebanyak 15,8%. Selain itu, dismenorea merupakan alasan utama yang menyebabkan remaja wanita absen dari sekolah. Sindrom pramenstruasi didapatkan pada 40% wanita, dengan gejala berat pada 2-10% penderita. (Sianipar, dkk, 2009).

Menurut Kemenkess RI, 2010 persentase remaja putri yang mendapatkan haid pertama pada usia 15-16 tahun di provinsi Sulawesi tenggara yaitu 22,8%. Persentase perempuan usia 10-59 tahun di provinsi Sulawesi tenggara yang mengalami haid tidak teratur yaitu 8,7%. Persentase terendah haid tidak teratur adalah di provinsi Sulawesi Tenggara 8,7% (Kemenkess RI, 2011). Menurut Kemenkess RI, 2012 persentase remaja putri yang mendapatkan haid pertama pada usia 15-20 tahun di provinsi yaitu 32,3%. Persentase perempuan usia 30-59 tahun yang mengalami haid tidak teratur yaitu 14,3% (Kemenkess RI, 2012). Berdasarkan data Kemenkess RI (2013) Jumlah remaja di Indonesia adalah sebanyak 64.887.035 orang, di indonesia 83,5% mahasiswi mengalami dismenorea. Persentase remaja putri yang mendapatkan haid pertama pada usia 15-20 tahun di provinsi yaitu 29,7%. Persentase perempuan usia 30-59 tahun yang mengalami haid tidak teratur yaitu 19,8% (Kemenkess RI, 2013).

Berdasarkan Profil Kesehatan Aceh (2012) jumlah remaja di Provinsi Aceh sebanyak 1.341.145 orang, sedangkan jumlah remaja yang mengalami obesitas adalah sebanyak 16,28% dari jumlah remaja yaitu sebanyak 218.338 orang. Selanjutnya sebanyak 41,18% respondennya menderita sindrom pre-menstruasi (Dinkes Aceh, 2012). Persentase remaja putri yang mendapatkan haid pertama pada usia 15-20 tahun di provinsi yaitu 34,5%. Persentase perempuan usia 30-59 tahun yang mengalami haid tidak teratur yaitu 19,7% (Dinkes Aceh, 2013).

Berdasarkan data dari Dinkes Aceh Barat Daya (2012) jumlah remaja di Kabupaten Aceh Barat Daya sebanyak 66.672 orang, sedangkan jumlah remaja yang mengalami gangguan siklus menstruasi adalah sebanyak 21,4% dari jumlah remaja yang ada (Dinkes Aceh Barat Daya, 2012). Jumlah remaja di Kabupaten Aceh Barat Daya tahun 2013 sebanyak 75.478 orang, sedangkan jumlah remaja yang mengalami gangguan siklus menstruasi adalah sebanyak 29,7% dari jumlah remaja yang ada (Dinkes Aceh Barat Daya, 2013).

Berdasarkan data observasi awal dilapangan, jumlah penduduk di wilayah kerja Puskesmas Lembah Sabil adalah sebanyak 10.683 jiwa dengan 4.897 KK, dimana jumlah remaja adalah sebanyak 428 orang (Puskesmas Lembah Sabil, 2015). Berdasarkan observasi awal penelitian, wawancara dengan 10 orang remaja di ketahui bahwa sebanyak 7 orang remaja mengalami siklus menstruasi, dimana mereka tidak teratur mengalami menstruasi secara teratur tiap bulannya. Sedangkan 3 lainnya mengalami siklus menstruasi dengan waktu yang singkat hanya 4 hari saja dalam sebulan.

Penulis melakukan penelitian di wilayah kerja Puskesmas Lembah Sabil dikarenakan wilayah kerja Puskesmas Lembah Sabil merupakan puskesmas yang wilayah kerjanya mencakup beberapa gampong dan memiliki jumlah remaja yang cukup untuk dijadikan populasi bagi penelitian ini. Selain itu masalah siklus menstruasi merupakan hal yang harus diperhatikan bagi semua wanita khususnya para remaja. Selanjutnya di wilayah kerja Puskesmas tersebut belum pernah dilakukan penelitian yang sama tentang gangguan siklus menstruasi, sehingga penelitian ini memiliki manfaat tersendiri baik bagi remaja, pihak puskesmas dan bagi peneliti sendiri.

Berdasarkan uraian diatas maka penulis melakukan suatu penelitian dalam bentuk skripsi yang diberi judul: “Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Gangguan Siklus Menstruasi pada Remaja Putri di Wilayah Kerja Puskesmas Lembah Sabil Kecamatan Lembah Sabil Kabupaten Aceh Barat Daya Tahun 2016

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan Faktor-faktor apasaja yang Berhubungan dengan Gangguan Siklus Menstruasi pada Remaja Putri di Wilayah Kerja Puskesmas Lembah Sabil Kecamatan Lembah Sabil Kabupaten Aceh Barat Daya Tahun 2016.

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Gangguan Siklus Menstruasi pada Remaja Putri di Wilayah Kerja Puskesmas Lembah Sabil Kecamatan Lembah Sabil Kabupaten Aceh Barat Daya Taun 2016

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui hubungan kelainan sistemik dengan Gangguan Siklus Menstruasi pada Remaja Putri di Wilayah Kerja Puskesmas Lembah Sabil Kecamatan Lembah Sabil Kabupaten Aceh Barat Daya Tahun 2016.

2. Untuk mengetahui hubungan Stres dengan Gangguan Siklus Menstruasi pada Remaja Putri di Wilayah Kerja Puskesmas Lembah Sabil Kecamatan Lembah Sabil Kabupaten Aceh Barat Daya Tahun 2016.

1.4 Hipotesis

Ha:Adanya hubungan kelainan sistemik dan Stres dengan Gangguan Siklus Menstruasi pada Remaja putri di Wilayah Kerja Puskesmas Lembah Sabil Kecamatan Lembah Sabil Kabupaten Aceh Barat Daya Tahun 2016

1.5 Manfaat Penelitian

1.5.1 Manfaat Praktis

1. Bagi masyarakat sebagai bahan informasi mengenai ilmu kesehatan khususnya pada Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Gangguan Siklus Menstruasi pada Remaja putri di Wilayah Kerja Puskesmas Lembah Sabil Kecamatan Lembah Sabil Kabupaten Aceh Barat Daya Tahun 2016.

2. Bagi pihak Wilayah Kerja Puskesmas Lembah Sabil Kecamatan Lembah Sabil Kabupaten Aceh Barat Daya sebagai informasi tentang Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Gangguan Siklus Menstruasi pada Remaja Putri di Wilayah Kerja Puskesmas Lembah Sabil Kecamatan Lembah Sabil Kabupaten Aceh Barat Daya Tahun 2016.

1.5.2 Manfaat Teoritis

0. Bagi peneliti dapat menambah wawasan dalam melakukan penelitian khususnya Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Gangguan Siklus Menstruasi pada Remaja Putri di Wilayah Kerja Puskesmas Lembah Sabil Kecamatan Lembah Sabil Kabupaten Aceh Barat Daya Tahun 2016

0. Bagi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Teuku Umar sebagai salah satu bahan masukan atau informasi guna menambah bahan perpustakaan yang dapat digunakan bagi pihak-pihak yang berkepentingan.

0. Bagi pihak lain diharapkan penelitian ini dapat dijadikan sebagai referensi untuk dipelajari dibangku perkuliahan, dan dapat membandingkan antara teori dengan praktek yang sesungguhnya.

BAB II

TINJAUAN KEPUSTAKAAN

2.1 Menstruasi

Siklus menstruasi Menstruasi adalah suatu keadaan fisiologis atau normal, merupakan peristiwa pengeluaran darah, lendir dan sisa-sisa sel secara berkala yang berasal dari mukosa uterus dan terjadi relatif teratur mulai dari menarche sampai menopause, kecuali pada masa hamil dan laktasi. Lama pendarahan pada menstruasi bervariasi, pada umumnya 4-6 hari, tapi 2-9 hari masih dianggap fisiologis (Ganong, 2003).

Menstruasi merupakan aktivitas bersiklus yang melibatkan peluruhan sebagian endometrium (Andrews, 2009). Wanita yang sehat dan tidak hamil setiap

bulan secara teratur mengeluarkan darah dari alat kandungannya yang disebut menstruasi (Syaifuddin, 2006).

Menstruasi adalah perdarahan periodik dari uterus yang dimulai sekitar 14 hari setelah ovulasi secara berkala akibat terlepasnya lapisan endometrium uterus (Bobak, 2004). Suzannec (2001), mendeskripsikan siklus menstruasi adalah proses kompleks yang mencakup reproduktif dan endokrin. Menurut Bobak (2004), Siklus menstruasi merupakan rangkaian peristiwa yang secara kompleks saling mempengaruhi dan terjadi secara simultan.

2.1.1 Fisiologi Menstruasi

(10)Fisiologis Siklus Menstruasi Fungsi menstruasi normal merupakan hasil interaksi antara hipotalamus, hipofisis, dan ovarium dengan perubahan-perubahan terkait pada jaringan sasaran pada saluran reproduksi normal, ovarium memainkan peranan penting dalam proses ini, karena tampaknya bertanggung jawab dalam pengaturan perubahan-perubahan siklik maupun lama siklus menstruasi (Bobak, 2004). Ovarium menghasilkan hormon steroid, terutama estrogen dan progesteron. Beberapa estrogen yang berbeda dihasilkan oleh folikel ovarium, yang mengandung ovum yang sedang berkembang dan oleh sel-sel yang mengelilinginya. Estrogen ovarium yang paling berpengaruh adalah estradiol.

Estrogen bertanggung jawab terhadap perkembangan dan pemeliharaan organorgan reproduktif wanita dan karakteristik seksual sekunder yang berkaitan dengan wanita dewasa. Estrogen memainkan peranan penting dalam perkembangan payudara dan dalam perubahan siklus bulanan dalam uterus. Progesteron juga penting dalam mengatur perubahan yang terjadi dalam uterus selama siklus menstruasi. Progesteron merupakan hormon yang paling penting untuk menyiapkan endometrium yang merupakan membran mukosa yang melapisi uterus untuk implantasi ovum yang telah dibuahi. Jika terjadi kehamilan sekresi progesteron berperan penting terhadap plasenta dan untuk mempertahankan kehamilan yang normal. Sedangkan endrogen juga dihasilkan oleh ovarium, tetapi hanya dalam jumlah kecil. Hormon endrogen terlibat dalam perkembangan dini folikel dan juga mempengaruhi libido wanita (Suzannec, 2001).

Menstruasi disertai ovulasi terjadi selang beberapa bulan sampai 2-3 tahun setelah menarche yang berlangsung sekitar umur 17-18 tahun. Dengan memperhatikan komponen yang mengatur menstruasi dapat dikemungkakan bahwa setiap penyimpangan system akan terjadi penyimpangan pada patrum umun menstruasi. Pada umumnya menstruasi akan berlangsung setiap 28 hari selama ±7 hari. Lama perdarahannya sekitas 3-5 hari dengan jumlah darah yang hilang sekitar 30-40 cc. Puncak pendarahannya hari ke-2 atau 3 hal ini dapat dilihat dari jumlah pemakaian pembalut sekitar 2-3 buah. Diikuti fase proliferasi sekitar 6-8 hari (Manuaba dkk, 2006).

2.1.2 Faktor-faktor yang Berperan dalam Siklus Menstruasi

Menurut Praworohardjo (1999), ada beberapa faktor yang memegang peranan dalam siklus menstruasi antara lain:

1. Faktor enzim Dalam fase proliferasi estrogen mempengaruhi tersimpannya enzimenzim hidrolitik dalam endometrium, serta merangsang pembentukan glikogen dan asam-asam mukopolisakarida. Zat-zat yang terakhir ini ikut berperan dalam pembangunan endometrium, khususnya dengan pembentukan stroma di bagian bawahnya. Pada pertengahan fase luteal sintesis mukopolisakarida terhenti, yang berakibat mempertinggi permeabilitas pembuluh-pembuluh darah yang sudah berkembang sejak permulaan fase proliferasi. Dengan demikian lebih banyak zat-zat makanan mengalir ke stroma endometrium sebagai persiapan untuk implantasi ovum apabila terjadi kehamilan. Jika kehamilan tidak terjadi, maka dengan menurunnya kadar progesterone, enzim-enzim hidrolitik dilepaskan, karena itu timbul gangguan dalam metabolisme endometrium yang mengakibatkan regresi endomentrium dan perdarahan.

2. Faktor vaskuler Mulai fase proliferasi terjadi pembentukan sistem vaskularisasi dalam lapisan fungsional endometrium. Pada pertumbuhan endometrium ikut tumbuh pula arteri-arteri, vena-vena. Dengan regresi endometrium timbul statis dalam vena serta saluran-saluran yang menghubungkannya dengan arteri, dan akhirnya terjadi nekrosis dan perdarahan dengan pembentukan hematom baik dari arteri maupun dari vena.

3. Faktor prostaglandin Endometrium mengandung banyak prostaglandin E2 dan F2. dengan desintegrasi endometrium, prostaglandin terlepas dan menyebabkan berkontraksinya miometrium sebagai suatu faktor untuk membatasi perdarahan pada haid.

2.1.3 Siklus Menstruasi

Panjang siklus menstruasi ialah jarak antara tanggal mulainya menstruasi yang lalu dan mulainya menstruasi berikutnya. Panjang siklus menstruasi yang normal atau dianggap sebagai siklus menstruasi yang klasik ialah 28 hari. Panjang siklus haid dipengaruhi oleh usia seseorang. Rata-rata panjang siklus haid pada gadis usia 12 tahun ialah 25,1 hari, pada wanita usia 43 tahun 27,1 hari, pada wanita usia 55 tahun 51,9 hari. Jadi, sebenarnya siklus panjang siklus haid 28 hari itu tidak sering dijumpai. Wanita yang berevolusi siklus menstruasinya berkisar antara 18-42 hari. Lama menstruasi biasanya anatara 3–5 hari, ada yang sampai 7-8 hari. Pada setiap wanita biasanya lama menstruasi itu tetap. Jumlah darah yang keluar rata-rata 33,2 ± 16 cc (Wiknjosastro, 2007).

Pada siklus menstruasi, mukosa rahim dipersiapkan secara teratur untuk menerima ovum yang dibuahi setelah terjadinya ovulasi (Pudiastuti, 2010). Siklus menstruasi, selaput lendir rahim dari hari ke hari terjadi perubahan yang berulang selama satu bulan mengalami empat masa / stadium (Syaifuddin, 2006), yaitu :

a. Stadium Menstruasi (desquamasi)

Pada masa ini endometrium terlepas dari dinding rahim disertai dengan pendarahan, hanya lapisan tipis yang tinggal disebut stratum basale berlangsung selama empat hari. Dengan haid, keluar darah, potongan endometrium dan lendir dari serviks. Darah ini tidak membeku karena ada fermen (biokatalisator) yang mencegah pembekuan darah dan mencairkan potongan mukosa, banyaknya pendarahan selama haid kira-kira 50 cc. Stadium ini berlangsung 3-7 hari.

b. Stadium Post-Menstrumm (regenerasi)

Luka yang terjadi karena endometrium terlepas, berangsur-angsur ditutup kembali oleh selaput lendir baru yang terjadi dari sel epitel kelenjar endometrium. Pada masa ini tebal endometrium kira-kira 0,5 mm dan berlangsung selama empat hari.

c. Stadium Intermenstrum (proliferasi)

Pada masa ini endometrium tumbuh menjadi tebal kira-kira 3,5 mm. Kelenjar-kelenjar tumbuhnya lebih cepat dari jaringan lain, berlangsung kira-kira 5-14 hari dari hari pertama haid.

d. Stadium Praemenstruum (sekresi)

Pada stadium ini endometrium tetap tebalnya tetapi bentuk kelenjar berubah menjadi panjang dan berliku-liku dan mengeluarkan getah. Dalam endometrium telah tertimbun glikogen dan kapur yang diperlukan sebagai makanan untuk sel telur. Perubahan ini untuk mempersiapkan endometrium menerima telur. Pada endometrium sudah dapat dibedakan lapisan atas yang padat (stratum kompaktum) yang hanya ditembus oleh saluran-saluran keluar dari kelenjar, lapisan stratum spongeosum yang banyak lubang-lubangnya karena disini terdapat rongga dari kelenjar dan lapisan bawah disebut stratum basale. Stadium ini berlangsung 14-28 hari, kalau tidak terjadi kehamilan maka endometrium dilepas dengan pendarahan dan berulang lagi siklus menstruasi.

2.1.4 Hormon yang Berpengaruh pada Menstruasi

Sejumlah hormon yang berpengaruh pada menstruasi (Pudiastuti, 2010), ialah :

1. Progesterone, yang dikeluarkan oleh indung telur.

2. LH (Luteinizing Hormone), yang dihasilkan oleh hipofisis.

3. FSH (Follicle Stimulating Hormone), yang dikeluarkan oleh hipofisis lobus depan.

4. Estrogen, yang dihasilkan oleh ovarium.

2.1.5 Klasifikasi Gangguan Menstruasi

Menurut Wiknjosastro (2007), gangguan menstruasi dapat digolongkan dalam :

1. Kelainan dalam banyaknya darah dan lamanya perdarahan :

a. Hipermen orea (menoragia) ialah perdarahan haid yang lebih banyak dari normal, atau lebih lama dari normal (lebih dari 8 hari).

b. Hipomenorea ialah perdarahan haid yang lebih pendek dan/atau lebih kurang dari biasanya.

2. Kelainan siklus

a. Polimenorea, Pada polimenorea siklus haid lebih pendek dari biasa (kurang dari 21 hari).

b. Oligomenorea, Disini siklus haid lebih panjang, lebih dari 35 hari.

c. Amenorea, Amenorea ialah keadaan tidak adanya haid untuk sedikitnya 3 bulan berturut-turut.

3. Perdarahan diluar menstruasi Metroragia

4. Gangguan lain yang ada hubungan dengan menstruasi

a. Premenstrual tension (ketegangan prahaid)

b. Mastodinia

c. Mittelschmers (rasa nyeri pada ovulasi)

d. Dismenorea

2.1.6 Keteraturan Siklus Menstruasi

Panjang siklus menstruasi adalah jarak antara tanggal mulainya menstruasi yang lalu dan mulainya menstruasi berikutnya (Wiknjosastro, 2007). Panjang siklus menstruasi mengandung kesalahan ± 3 hari karena waktu keluarnya menstruasi dari ostium uteri eksternum (OUE) tidak dapat diketahui secara tepat dan jam mulainya menstruasi tidak diperhitungkan (Wiknjosastro, 2007).

Menurut Nizomy (2002), suatu siklus menstruasi dikatakan teratur apabila berjalan tiga kali siklus dengan lama siklus yang sama. Ketidakteraturan menstruasi adalah kondisi di mana siklus dengan durasi bervariasi dari bulan ke bulan (Tarigan, 2010). Pada siklus menstruasi tidak teratur, biasanya siklus menstruasinya tidak mengalami proses ovulasi (Anovulatoric Cycle) (Hendrik, 2006).

Anovulasi terjadi ketika ovarium gagal untuk merilis sebuah oosit, hal ini menunjukkan bahwa ovulasi tidak terjadi (Pendergraft, 2011). Bagi remaja putri, mengalami siklus menstruasi yang tidak teratur pada masa-masa awal adalah hal yang normal. Mungkin saja remaja putri mengalami jarak antar 2 siklus berlangsung selama 2 bulan atau dalam 1 bulan terjadi 2 siklus (Baziad, 2009).

Setelah menarche, pertumbuhan linear melambat untuk 2 tahun berikutnya, yang disebut masa anovulatori. Sehingga dapat diasumsikan pemeriksaan persentase lemak tubuh dan status gizi setelah menarche bisa ditoleransi sampai 2 tahun setelah menarche (Aryati, 2008).

Kehidupan reproduksi seorang wanita dipengaruhi oleh beberapa faktor, yang berpotensi menimbulkan gangguan. Salah satu faktor yang berpengaruh adalah status gizi. Ciri remaja wanita yang mampu melakukan kehidupan reproduksi adalah telah menstruasi. Menstruasi yang berulang setiap bulan tersebut pada akhirnya akan membentuk siklus menstruasi (Cunningham, 2005).

Pada status gizi lebih (overweight dan obesitas) biasanya mengalami anovulatory chronic atau menstruasi tidak teratur secara kronis (Karyadi, 2007). Karena cenderung memiliki sel-sel lemak yang berlebih, sehingga memproduksi estrogen yang berlebih. Sedangkan pada status gizi kurang (underweight) akan terjadi kekurangan berat badan dan tidak mempunyai cukup sel lemak untuk memproduksi estrogen yang dibutuhkan untuk ovulasi dan menstruasi sehingga bisa mengakibatkan siklus menstruasi tidak teratur (Evan, 2011).

2.2 Remaja

2.2.1 Defenisi Remaja

Secara etimiologi, remaja berarti “tumbuh menjadi dewasa’. Defenisi remaja (adolescence) menurut organisasi kesehatan dunia (WHO) adalah periode usia antara 10 sampai 19 tahun, sedangkan Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) menyebut kaum muda (youth) untuk usia antar 15 samapai 24 tahun. Sementara itu, menurut The Health Resources and Services Administrations Guidelines Amerika Serikat, rentang usia remaja adalah 11-21 tahun dan terbagi menjadi tiga tahap, yaitu remaja awal (11-14 tahun); remaja menengah (15-17 tahun); dan remaja akhir (18-21 tahun). Defenisi ini kemudian disatukan dalam terminilogi kaum muda (young people) yang mencakup usia 10-24 tahun (Kusmiran, 2011).

Defenisi remaja sendiri dapat ditinjau dari tiga sudut pandang, yaitu :

1. Secara kronologis, remaja adalah individu yang berusia antara 11-12 tahun sampai 20-21 tahun.

2. Secara fisik, remaja ditandai oleh ciri perubahan pada penampilan fisik dan fungsi fisiologis, terutama yang terkait dengan kelenjar seksual.

3. Secara psikologis, remaja merupakan masa di mana individu mengalami perubahan – perubahan dalam aspek koqnitif, emosional, sosial, dan moral, di antara masa anak – anak menuju masa dewasa (Kusmiran, 2011).

Menurut WHO (1974) memberikan definisi tentang remaja yang lebih bersifat konseptual. Dalam definisi tersebut dikemukakan tiga kriteria, yaitu biologis, psikologis dan sosial ekonomi, sehingga secara lengkap definisi tersebut berbunyi sebagai berikut.

Remaja adalah suatu masa dimana:

1. Individu berkembang dari saat pertama kali ia menunjukkan tanda-tanda seksual sekundernya sampai saat ia mencapai kematangan seksual.

2. Individu mengalami perkembangan psikologis dan pola identifikasi dari kanak-kanak menjadi dewasa.

3. Terjadi peralihan dari ketergantungan sosial-ekonomi yang penuh kepada keadaan yang relatif lebih mandiri.

2.2.2 Ciri-ciri Kejiwaan dan Psikososial Remaja

Usia Remaja Muda (12-15 Tahun)

1. Sikap protes terhadap orang tua

Remaja pada usia ini cenderung tidak menyetujui nilai-nilai hidup orang tuanya, sehingga menunjukkan sikap protes terhadap orang tua. Mereka berusaha mencari identitas diri dan sering kali disertai dengan menjauhkan diri dari orang tuanya. Dalam upaya pencarian identitas diri, remaja cenderung melihat kepada tokoh-tokoh di luar lingkungan keluarganya, yaitu : guru, figure ideal yang terdapat di film, atau tokoh ideal.

2. Prekupasi dengan badan sendiri

Tubuh seorang remaja pada usia ini mengalami perubahan yang cepat sekali. Perubahan-perubahan ini menjadi perhatian khusus bagi remaja.

3. Kemampuan untuk berfikir secara abstark

Daya kemampuan berfikir seorang remaja mulai berkembang dan dimanifestasikan dalam bentuk diskusi untuk mempertajam kepercayaan diri.

4. Perilaku yang labil dan berubah-ubah

Remaja sering memperlihatkan perilaku yang berubah-ubah. Pada suatu waktu tampak bertanggung jawab, tetapi dalam waktu lain tampak masa bodoh dan tidak bertanggung jawab. Remaja merasa cemas akan perubahan dalam dirinya. Perilaku demikian menunjukkan bahwa dalam diri remaja terdapat konflik yang memerlukan pengertian dan penanganan yang bijaksana.

2.3 Faktor-faktor Penyebab Gangguan Siklus Menstruasi

Penyebab Terganggunya Siklus Haid Banyak penyebab kenapa siklus haid menjadi panjang atau sebaliknya. Penanganan kasus dengan siklus haid yang tidak normal, tidak berdasarkan kepada panjang atau pendeknya sebuah siklus haid, melainkan berdasarkan kelainan yang dijumpai (Sahara, 2009):

1. Fungsi hormon

Terganggu Haid terkait erat dengan sistem hormon yang diatur di otak, tepatnya di kelenjar hipofisa. Sistem hormonal ini akan mengirim sinyal ke indung telur untuk memproduksi sel telur. Bila sistem pengaturan ini terganggu, otomatis siklus haid pun akan terganggu.

2. Kelainan Sistemik

Tubuhnya sangat gemuk atau kurus dapat mempengaruhi siklus haidnya karena sistem metabolisme di dalam tubuhnya tak bekerja dengan baik, atau wanita yang menderita penyakit diabetes, juga akan mempengaruhi sistem metabolisme sehingga siklus haidnya pun tak teratur.

3. Stress

Stress akan mengganggu sistem metabolisme di dalam tubuh, karena stress, wanita akan menjadi mudah lelah, berat badan turun drastis, bahkan sakit-sakitan, sehingga metabolisme terganggu. Bila metabolisme terganggu, siklus haid pun ikut terganggu.

4. Kelenjar Gondok

Terganggunya fungsi kelenjar gondok/tiroid juga bias menjadi penyebab idak teraturnya siklus haid. Gangguan bisa berupa produksi kelenjar gondok yang terlalu tinggi (hipertiroid) maupun terlalu rendah (hipertiroid), yang dapat mengakibatkan sistem hormonal tubuh ikut terganggu.

5. Hormon prolakin

Berlebih hormon prolaktin dapat menyebabkan seorang wanita tidak haid, karena memang hormon ini menekan tingkat kesuburan. Pada wanita yang tidak sedang menyusui hormone prolaktin juga bisa tinggi.

2.4 Kerangka Teoritis

Kerangka teori ini disimpulkan berdasarkan tinjauan kepustakaan diatas yaitu menurut (Sahara, 2009):

1. Fungsi Hormon

2. (Gangguan Siklus Menstruasi pada Remaja)Kelainan Sistemik

3. Stres

4. Kelenjar Gondok

5. Hormon Prolakin

(Gambar 2.1 Kerangka TeoritisSumber: Sahara (2009))

2.6 Kerangka Konsep

(Gangguan Siklus Menstruasi pada Remaja) Variabel Independen Variabel Dependen

1. Kelainan Sistemik

2. Stres

Gambar 2.2 Kerangka Konsep

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian

Jenis penelitian ini adalah jenis penelitian survey yang bersifat analitik dengan pendekatan Cross Sectional, dimana variabel bebas dan terikat diteliti pada saat yang bersamaan saat penelitian dilakukan, yang bertujuan untuk mengetahui Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Gangguan Siklus Menstruasi pada Remaja Putri di Wilayah Kerja Puskesmas Lembah Sabil Kecamatan Lembah Sabil Kabupaten Aceh Barat Daya Tahun 2016.

3.2 Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian

Penelitian ini di laksanakan di Wilayah Kerja Puskesmas Lembah Sabil Kecamatan Lembah Sabil Kabupaten Aceh Barat Daya pada tanggal 4-21 Desember 2015.

3.3 Populasi dan Sampel

3.3.1 Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh remaja di Wilayah Kerja Puskesmas Lembah Sabil Kecamatan Lembah Sabil Kabupaten Aceh Barat Daya yaitu sebanyak 428 remaja yang berada dalam 14 gampong.

(24)

3.3.2 Sampel

Menurut Notoatmodjo (2005), penarikan sampel pada penelitian ini dengan rumus slovin sebagai berikut:

(N)

(1+N (d)²)n =

Keterangan: N : Populasi Penelitian

n : Sampel penelitian

d : Tingkat Kesalahan/ eror yang di gunakan (0,1)

(428)

(1+428 (0,1)²)n =

(428)

(1+428 (0,01))n =

(428)

( 5,28)n =

n = 81

Jadi jumlah keseluruhan yang diambil adalah sebanyak 81 responden. Pengambilan sampel dilakukan secara cluster yaitu teknik pengambilan sampel dimana pemilihan mengacu pada kelompok bukan pada individu.

Tabel 3. 1. Daftar Sampel Penelitian

No

Nama Desa

Jumlah Populasi

Rumus Proposi di ruangan

Sampel

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12

13

14

Suka Damai

Meurandeh

Cot Baku

Meunasah Sukon

Ujong Tanoh

Ladang Tuha 2

Alue Rambot

Tokoh

Kaye Aceh

Meunasah Teungah

Padang Kelele

Gelanggang Bate

Kuta Paya

Ladang Tuha 1

33

45

46

25

15

20

48

18

29

35

31

26

5

52

33/428x81

45/428x81

46/428x81

25/428x81

15/428x81

20/428x81

48/428x81

18/428x81

29/428x81

35/428x81

31/428x81

26/428x81

5/428x81

52/428x81

6

8

9

5

3

4

9

3

5

7

6

5

1

10

Jumlah

428

81

3.4 Metode Pengumpulan Data

Setelah data dikumpulkan penulis melakukan pengolahan data dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Editing (memeriksa), yaitu data yang telah didapatkan diedit untuk mengecek ulang atau mengoreksi untuk mengetahui kebenaran.

2. Coding, dimana data yang telah didapat dari hasil penelitian dikumpul dan diberi kode.

3. Tabulating data, data yang telah dikoreksi kemudian dikelompokkan dalam bentuk tabel.

4. Transfering data, dimana data yang telah dibersihkan dimasukkan dalam komputer kemudian data tersebut diolah dengan program komputer.

3.5 Jenis dan Sumber Data

1. Data Primer

Data yang diperoleh dari peninjauan langsung kelapangan melalui pengamatan dilapangan dan kuisioner yang telah disusun sebelumnya.

2. Data Sekunder

Data yang diperoleh dari Puskesmas Lembah Sabil Kecamatan Lembah Sabil Kabupaten Aceh Barat Daya seperti data jumlah desa, jumlah bayi, batasan wilayah dan data lainnya yang diperlukan dalam penelitian ini.

3.6 Definisi Operasional

Tabel 1. Definisi Operasional

Variabel Independen

No

Variabel

Definisi

Cara Ukur

Alat Ukur

Hasil Ukur

Skala

1.

Kelainan Sistematik

Ukuran berat badan remaja

Wawancara

Kuesioner

1. Gemuk

2. Kurus

Ordinal

2.

Stress

Adanya pikiran yang berlebihan pada remaja terhadap suatu hal

Wawancara

Kuesioner

1. Stres

2. Tidak Stres

Ordinal

Variabel Independen

1.

Gangguan Siklus Menstruasi

Gangguan datang bulan yang dialami remaja

Wawancara

Kuesioner

1.Terganggu

2.Tidak Terganggu

Ordinal

3.7 Aspek Pengukuran Variabel

Aspek pengukuran yang digunakan dalam pengukuran variabel dalam penelitian ini adalah skala Guddman yaitu memberi skor dari nilai tertinggi ke nilai terendah berdasarkan jawaban responden (Notoatmodjo, 2003.).

1. Faktor Sistematik

Gemuk: jika responden mendapat skor nilai > 25,0

Kurus: jika responden mendapat skor nilai < 18,5

2. Stres

Stres: jika responden mendapat skor nilai >3

Tidak Stres: jika responden mendapat skor nilai ≤ 3

3. Gangguan Siklus Mensstruasi

Terganggu: jika responden mengalami gangguan siklus menstruasi > 3

Tidak Terganggu: jika responden tidak mengalami gangguan siklus menstruasi ≤ 3

3.8 Teknik Analisis Data

3.8.1 Analisis Univariat

Analisis Univariat dilakukan untuk mendapat data tentang distribusi frekuensi dari masing-masing variabel, kemudian data ini di sajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi.

3.8.2 Analisis Bivariat

Analisis ini digunakan untuk mengetahui hipotesis dengan menentukan hubungan antara variabel independen (variabel bebas) dengan variabel dependen (variabel terikat) dengan menggunakan uji statistik Chi-square (X2) (Budiarto, 2003).

Kemudian untuk mengamati derajat hubungan antara variabel tersebut akan di hitung nilai odd ratio (OR). Bila tabel 2 x 2, dan dijumpai nilai expected (harapan) kurang dari 5, maka yang digunakan adalah “Fisher’s Exact Test”

Analis data dilakukan dengan menggunakan perangkat computer SPSS untuk membuktikan yaitu dengan ketentuan p value < 0,05 (Ha diterima dan H0 ditolak) sehingga disimpulkan ada hubungan yang bermakna.

Dalam melakukan uji Chi-Square ada syarat-syarat yang harus dipenuhi:

1. Bila 2 x 2 dijumpai nilai expected (harapan) kurang dari 5, maka yang digunakan adalah fisher`s test,

2. Bila 2 x 2 dan nilai E > 5, maka uji yang dipakai sebaliknya Continiuty Corection,

3. Bila table lebih dari 2 x 2 misalnya 2 x 3, 3 x 3 dan seterusnya, maka digunakan uji pearson Chi-square.

4. Uji ‘’ likelihood Ratio’’, biasanya digunakan untuk keperluan lebih spesifik , misalnya analisis stratifikasi pada bidang epidemiologi dan juga untuk mengetahui hubungan linier dua variabel katagorik, sehingga kedua jenis ini jarang digunakan.

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum

Lokasi UPP (Puskesmas Lembah Sabil) terletak dijalan Teungku Peukan Desa Meunasah Teungah Kecamatan Lembah Sabil Kabupaten Aceh Barat Daya. Jarak Puskesmas Lembah Sabil dengan Ibu Kota Kabupaten adalah 20 Km jalan yang ditempuh adalah jalan darat. Secara administrasi dan geografis Puskesmas Lembah Sabil berbatas dengan:

Sebelah Barat berbatas dengan Kecamatan Manggeng

Sebelah Timur berbatas dengan Kabupaten Labuhan Haji Barat Aceh Selatan

Sebelah Utara berbatas dengan Kabupaten Gayo Lues

Sebelah Selatan berbatas dengan Samudra Indonesia

Puskesmas ini mempunyai wilayah kerja 14 desa yang ada di Kecamatan Lembah Sabil yaitu:

Tabel 4.1. Cakupan Wilayah Kerja dan Penduduk Puskesmas Lembah Sabil

Desa

Jiwa

1

Suka Damai

792

2

Meurandeh

861

3

Cot Baku

989

4

Meunasah Sukon

710

5

Ujong Tanoh

462

6

Ladang Tuha 2

849

7

Alue Rambot

928

8

Tokoh

532

9

Kaye Aceh

1129

10

Meunasah Teungah

870

11

Padang Kelele

722

12

Gelanggang Bate

619

13

Kuta Paya

112

14

Ladang Tuha I

1108

Jumlah

10.683

(30) Sumber: Puskesmas Lembah Sabil, 2015

Tabel 4.2. Data Kelengkapan Sarana Prasarana Puskesmas Lembah Sabil, 2015

Sarana dan Prasarana

Jumlah

1

Ambulance

1 Unit

2

Sepeda Motor

8 Unit

3

Komputer

1 Unit

4

Rumah Dinas

3 Unit

5

Pustu

1 Unit

6

Poskesdes

8 Unit

7

Posyandu Plus

1 Unit

Sumber: Puskesmas Lembah Sabil, 2015

Tabel 4.3. Data Ruangan Puskesmas Lembah Sabil, 2015

Sarana dan Prasarana

Jumlah

1

Ruang Kartu

1 Unit

2

Ruang Tata Usaha

1 Unit

3

Ruang Kepala Puskesmas

1 Unit

4

Apotik

1 Unit

5

Poly Umum

1 Unit

6

MTBS

1 Unit

7

Ruang Obat

1 Unit

8

Ruang Gizi

1 Unit

9

Ruang Imunisasi

1 Unit

10

Poly Gigi

1 Unit

11

KIA

1 Unit

12

Laboratorium

1 Unit

13

Ruang Bersalin

1 Unit

14

IGD

1 Unit

15

PM 2

1 Unit

\ Sumber: Puskesmas Lembah Sabil, 2015

Tabel 4.4. Data Tenaga Kesehatan Puskesmas Lembah Sabil, 2015

Sarana dan Prasarana

Jumlah

1

Dokter Umum

1 Orang

2

Perawat Gigi

2 Orang

3

Bidan

13 Orang

4

Perawat

11 Orang

5

Sanitasi

1 Orang

6

Cleaning Service

1 Orang

7

Sopir

1 Orang

8

Pekarya

1 Orang

9

Analis

1 Orang

\ Sumber: Puskesmas Lembah Sabil, 2015

4.2 Hasil Penelitian

4.2.1 Analisis Univariat

1. Umur Responden

Hasil perhitungan frekuensi dan persentase berdasarkan umur responden dapat dilihat pada tabel 4.5 berikut dibawah ini:

Tabel 4.5.Distribusi Frekuensi Berdasarkan Umur Responden dengan Gangguan Siklus Menstruasi pada Remaja Putri di Wilayah Kerja Puskesmas Lembah Sabil Kecamatan Lembah Sabil Kabupaten Aceh Barat Daya Tahun 2016

NOUmur Responden Frekuensi%

111-15Tahun 2024,7

216-20Tahun 3138,3

321-24Tahun 3037,0

Total 81 100

Sumber: data primer 2015

Berdasarkan tabel 4.5 di ketahui bahwa responden tertinggi yang berumur 16-20 tahun adalah sebanyak 31 orang (38,3%), sedangkan responden terendah yang berumur 11-15 tahun adalah sebanyak 20 orang (24,7%).

2. Pendidikan

Hasil perhitungan frekuensi berdasarkan pendidikan responden dapat dilihat pada tabel 4.6 berikut dibawah ini:

Tabel 4.6.Distribusi Frekuensi Berdasarkan pendidikan Responden dengan Gangguan Siklus Menstruasi pada Remaja Putri di Wilayah Kerja Puskesmas Lembah Sabil Kecamatan Lembah Sabil Kabupaten Aceh Barat Daya Tahun 2016

NOPendidikan Frekuensi%

1SD 6 7,4

2SMP3644,4

3SMA2834,6

4Perguruan Tinggi1113,6

Total81 100

Sumber: data primer 2015

Berdasarkan tabel 4.6 dapat di ketahui bahwa responden tertinggi yang berpendidikan SMP sebanyak 36 orang (44,4%) dan responden terendah yang berpendidikan SD sebanyak 6 orang (7,4%).

3. Kelainan Sitemik

Hasil perhitungan frekuensi dan persentase dari variabel kelainan sistemik dapat dilihat pada tabel 4.7 berikut dibawah ini:

Tabel 4.7.Distribusi Frekuensi Berdasarkan Faktor Kelainan Sistemik Responden dengan Gangguan Siklus Menstruasi pada Remaja Putri di Wilayah Kerja Puskesmas Lembah Sabil Kecamatan Lembah Sabil Kabupaten Aceh Barat Daya Tahun 2016

NOKelainan Sistemik Frekuensi%

1Gemuk3239,5

2Kurus4960,5

Total81 100

Sumber: data primer 2015

Berdasarkan tabel 4.7 dapat di ketahui bahwa responden yang kelainan sistemik pada kategori gemuk adalah sebanyak 32 orang (39,5%), sedangkan responden yang kelainan sistemik pada kategori kurus adalah sebanyak 49 orang (60,5%).

4. Stres

Hasil perhitungan frekuensi dan persentase dari variabel sters dapat dilihat pada tabel 4.8 berikut dibawah ini:

Tabel 4.8.Distribusi Frekuensi Berdasarkan Faktor Stres Responden dengan Gangguan Siklus Menstruasi pada Remaja Putri di Wilayah Kerja Puskesmas Lembah Sabil Kecamatan Lembah Sabil Kabupaten Aceh Barat Daya Tahun 2016

NO Stres Frekuensi%

1Stres3442,0

2Tidak Stres4758,0

Total81 100

Sumber: data primer 2015

Berdasarkan tabel 4.8 dapat di ketahui bahwa responden yang mengalami stres adalah sebanyak 34 orang (42,0%), sedangkan responden yang tidak mengalami stres adalah sebanyak 47 orang (58,0%).

5. Gangguan Siklus Mesntruasi

Hasil perhitungan frekuensi dan persentase dari variabel gangguan siklus menstruasi dapat dilihat pada tabel 4.9 berikut dibawah ini:

Tabel 4.9.Distribusi Frekuensi Berdasarkan Gangguan Siklus Menstruasi pada Remaja Putri di Wilayah Kerja Puskesmas Lembah Sabil Kecamatan Lembah Sabil Kabupaten Aceh Barat Daya Tahun 2016

NO Gangguan Siklus Menstruasi Frekuensi%

1Terganggu 4555,6

2Tidak Terganggu 3644,4

Total 81 100

Sumber: data primer 2015

Berdasarkan tabel 4.9 dapat di ketahui bahwa responden yang mengalami gangguan siklus menstruasi adalah sebanyak 45 orang (55,6%), sedangkan responden yang tidak mengalami gangguan siklus menstruasi adalah sebanyak 36 orang (44,4%).

Tabel 4.10.Distribusi Frekuensi Berdasarkan Umur Responden terhadap Gangguan Siklus Menstruasi pada Remaja Putri di Wilayah Kerja Puskesmas Lembah Sabil Kecamatan Lembah Sabil Kabupaten Aceh Barat Daya Tahun 2016

Umur Gangguan Siklus Menstruasi Total

RespondenTerganggu Tidak Terganggu

n % n % n%

11-15 Tahun 9 45,0 1155,020100

16-20 Tahun17 54,3 1445,731100

21-24 Tahun19 63,3 1136,730100

Jumlah45 55,63644,481100

Sumber : data primer 2015

4.2.2 Analisis Bivariat

Analisis bivariat untuk mengetahui hubungan variabel independen dan dependen. Pengujian ini menggunakan uji chi-square. Dimana ada hubungan yang bermakna secara statistik jika diperoleh nilai pvalue < 0,05.

a. Hubungan Faktor Kelainan Sistemik dengan Gangguan Siklus Menstruasi

Tabel 4.11.Faktor Kelainan Sistemik yang Berhubungan dengan Gangguan Siklus Menstruasi pada Remaja Putri di Wilayah Kerja Puskesmas Lembah Sabil Kecamatan Lembah Sabil Kabupaten Aceh Barat Daya Tahun 2016

Kelainan Gangguan Siklus Menstruasi Total

SistemikTerganggu Tidak Terganggu Pvalue OR

n%n% n%

Gemuk 2475,0 825,0321000,009 4,0

Kurus21 42,92857,149100 (1,5-10,6)

Jumlah4555,63644,481100

Sumber : data primer 2015

Berdasarkan tabel 4.11 diketahui bahwa dari 32 responden yang kelainan sistemik pada kategori gemuk, sebanyak 24 orang (75,0%) yang mengalami gangguan siklus menstruasi dan sebanyak 8 orang (25,0%) yang tidak mengalami gangguan siklus menstruasi. Sedangkan dari 49 responden yang kelainan sistemik pada kategori kurus, sebanyak 21 orang (42,9%) yang mengalami gangguan siklus menstruasi dan sebanyak 28 orang (57,1%) yang tidak mengalami gangguan siklus menstruasi.

Berdasakan hasil uji chi square didapat nilai Pvalue = 0,009 dan ini lebih kecil dari α = 0,05 (Pvalue = 0,009 < α = 0,05) yaitu Ha di terima dan Ho ditolak, sehingga diuraikan terdapat hubungan yang signifikan antara faktor kelainan sistemik dengan Gangguan Siklus Menstruasi pada Remaja di Wilayah Kerja Puskesmas Lembah Sabil Kecamatan Lembah Sabil Kabupaten Aceh Barat Daya.

Berdasarakan hasil OR 4,0 dapat disimpulkan bahwa responden yang merasa memiliki kelainan sistemik gemuk akan berpeluang sebanyak 4,0 kali untuk mengalami gangguan siklus menstruasi dibandingkan responden yang kurus.

b. Hubungan Faktor Stres dengan Gangguan Siklus Menstruasi

Tabel 4.12.Faktor Stres yang Berhubungan dengan Gangguan Siklus Menstruasi pada Remaja Putri di Wilayah Kerja Puskesmas Lembah Sabil Kecamatan Lembah Sabil Kabupaten Aceh Barat Daya Tahun 2016

Stres Gangguan Siklus Menstruasi Total

Terganggu Tidak Terganggu Pvalue OR

n%n% n%

Stres 2676,5 823,5341000,003 4,7

Tidak Stres19 40,42859,647100 (1,7-12,8)

Jumlah4555,63644,481100

Sumber : data primer 2015

Berdasarkan tabel 4.12 diketahui bahwa dari 34 responden yang mengalami stres, sebanyak 26 orang (76,5%) yang mengalami gangguan siklus menstruasi dan sebanyak 8 orang (23,5%) yang tidak mengalami gangguan siklus menstruasi. Sedangkan dari 47 responden yang mengalami tidak stres, sebanyak 19 orang (40,4%) yang mengalami gangguan siklus menstruasi dan sebanyak 28 orang (59,6%) yang tidak mengalami gangguan siklus menstruasi.

Berdasakan hasil uji chi square didapat nilai Pvalue = 0,003 dan ini lebih kecil dari α = 0,05 (Pvalue = 0,003 < α = 0,05) yaitu Ha di terima dan Ho ditolak, sehingga diuraikan terdapat hubungan yang signifikan antara faktor Stres dengan Gangguan Siklus Menstruasi pada Remaja di Wilayah Kerja Puskesmas Lembah Sabil Kecamatan Lembah Sabil Kabupaten Aceh Barat Daya.

Berdasarakan hasil OR 4,7 dapat disimpulkan bahwa responden yang mengalami stres akan berpeluang sebanyak 4,7 kali untuk mengalami gangguan siklus menstruasi dibandingkan responden yang tidak mengalami stres.

4.3 Pembahasan

Penelitian yang dilakukan bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan gangguan siklus menstruasi pada remaja putri di Wilayah Kerja Puskesmas Lembah Sabil Kecamatan Lembah Sabil Kabupaten Aceh Barat Daya Tahun 2016. Variabel yang diteliti dalam penelitian ini adalah variabel independen yaitu variabel Gangguan sistematik dan Stres, dengan variabel dependen yaitu dengan gangguan siklus menstruasi.

4.3.1 Hubungan Faktor Kelainan Sistemik dengan Gangguan Siklus Mestruasi

Berdasarkan hasil penelitian ini diketahui bahwa terdapatnya hubungan yang signifikan antara faktor kelainan sistemik dengan Gangguan Siklus Menstruasi pada Remaja putri di Wilayah Kerja Puskesmas Lembah Sabil Kecamatan Lembah Sabil Kabupaten Aceh Barat Daya Tahun 2016., dimana dari 32 responden yang kelainan sistemik pada kategori gemuk, sebanyak 24 orang (75,0%) yang mengalami gangguan siklus menstruasi dan sebanyak 8 orang (25,0%) yang tidak mengalami gangguan siklus menstruasi. Sedangkan dari 49 responden yang kelainan sistemik pada kategori kurus, sebanyak 21 orang (42,9%) yang mengalami gangguan siklus menstruasi dan sebanyak 28 orang (57,1%) yang tidak mengalami gangguan siklus menstruasi.

Berdasakan hasil uji chi square didapat nilai Pvalue = 0,009 dan ini lebih kecil dari α = 0,05 (Pvalue = 0,009 < α = 0,05) sehingga diuraikan terdapat hubungan yang signifikan antara faktor kelainan sistemik dengan Gangguan Siklus Menstruasi pada Remaja di Wilayah Kerja Puskesmas Lembah Sabil Kecamatan Lembah Sabil Kabupaten Aceh Barat Daya.

Berdasarkan pengamatan peneliti dilapangan peneliti menemukan bahwa responden yang yang gemuk lebih banyak mengalami gangguan siklus menstruasi karena mereka jarang melakukan oleh raga, sehingga tidak ada pergerakan dalam tubuh mereka yang mengakibatkan terjadinya gangguan sikluss menstruasi, sedangkan responden yang gemuk akan tetapi tidak mengalami gangguan siklus menstruasi karena mereka rutin melakukan oleh raga seperti lari pagi dan sore, ssehingga mereka tidak mengalami gangguan siklus menstruasi.

Selanjutnya responden yang kurus lebih sedikit mengalami gangguan siklus menstruasi karena mereka tidak memiliki timbunan kadar lemak yang berlebihan, sehingga sistem metabolisme didalam tubuh tetap stabil tidak meglami ganggua. Sedangkan responden yang kurus akan tetapi mengalami gangguan siklus menstruasi karena mereka banyak melakukan pekerjaan atau banyak memikirkan sesuatu secara berlebihan hal ini akan mengakibat terjadinya gangguan siklus mestruasi

Menurut Sahara (2009) Tubuhnya sangat gemuk atau kurus dapat mempengaruhi siklus haidnya karena sistem metabolisme di dalam tubuhnya tak bekerja dengan baik, atau wanita yang menderita penyakit diabetes, juga akan mempengaruhi sistem metabolisme sehingga siklus haidnya pun tak teratur.

Hasil penelitian Andnyani (2011) Analisa data didapatkan nilai p=0,000 < α=0,05 dan nilai C (coifisien contingency) = 0,490 sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan signifikan antara berat badan dengan siklus menstruasi pada remaja putri kelas X di SMA PGRI 4 Denpasar.

4.3.2 Hubungan Faktor Stres dengan Gangguan Siklus Menstruasi

Berdasarkan hasil penelitian ini diketahui bahwa terdapatnya hubungan yang signifikan antara faktor Stres dengan Gangguan Siklus Menstruasi pada Remaja Putri di Wilayah Kerja Puskesmas Lembah Sabil Kecamatan Lembah Sabil Kabupaten Aceh Barat Daya Tahun 2016., dimana dari 34 responden yang mengalami stres, sebanyak 26 orang (76,5%) yang mengalami gangguan siklus menstruasi dan sebanyak 8 orang (23,5%) yang tidak mengalami gangguan siklus menstruasi. Sedangkan dari 47 responden yang mengalami tidak stres, sebanyak 19 orang (40,4%) yang mengalami gangguan siklus menstruasi dan sebanyak 28 orang (59,6%) yang tidak mengalami gangguan siklus menstruasi.

Berdasakan hasil uji chi square didapat nilai Pvalue = 0,003 dan ini lebih kecil dari α = 0,05 (Pvalue = 0,003 < α = 0,05) sehingga diuraikan terdapat hubungan yang signifikan antara faktor Stres dengan Gangguan Siklus Menstruasi pada Remaja di Wilayah Kerja Puskesmas Lembah Sabil Kecamatan Lembah Sabil Kabupaten Aceh Barat Daya.

Berdasarkan pengamatan peneliti dilapangan peneliti menemukan bahwa responden yang mengalami stres lebih banyak mengalami gangguan siklus menstruasi karena mereka terlalu banyak memikirkan sesuatu sehingga mereka merasa tidak sehat, cepat lelah dan malas melakukan oleh raga. Keadaan mereka yang seperti membuat mereka sakit sehingga metabolisme mereka tergangguan dan akan berakibat pada terganggunya siklus menstruasi mereka. Sedangkan responden yang stres akan tetapi tidak mengalami gangguan siklus menstruasi karena disaat mereka banyak pikiran mereka lebih sering melakukan olah raga atau hal-hal positif yang dapat menghilangkan stres mereka. Hal ini sangat baik karena tidak menganggu metabolisme di saat stres dan terhindar dari gangguan siklus mentsruasi.

Selanjutnya responden yang tidak stres lebih banyak tidak mengalami gangguan siklus menstruasi karena mereka melakukan aktifitas seperti biasa, makan seperti biasa dan melakukan oleh raga seperti biasa sehingga mereka memilki metabolisme yang baik sehingga terhindar dari gangguan siklus menstruasi. Sedangkan responden yang tidak stres tetapi mengalami gangguan siklus menstruasi karena mereka kurang sehat atau sakit, sehingga badan mereka lemas, mudah lelah yang mengakibatkan metabolisme meraka terganggu sehingga mengalami gangguan siklus menstruasi.

Stres adalah suatu kondisi yang disebabkan oleh transaksi antara individu dengan lingkungan yang menimbulkan persepsi jarak antara tuntutan yang berasal dari situasi dan sumber daya sistem biologis, psikologis dan sosial dari seseorang. Stress yang dialami seseorang tidak saja yang bersangkutan mengeluh secara subyektif bagaimana diuraikan pada tahapan stres. (Hawari, 2008).

Hasil penelitian Mulastin (2011) hasilnya dengan tehnik sampling bahwa menurut responden dengan umur 21-25 tahun sebanyak 25 orang (40,3%), umur 26-30 tahun sebanyak 29 (46,8%) dan umur 31-35 tahun sebanyak 8 (12,9). Dengan hasil penelitian sebagian besar responden mengalami stres dengan siklus normal sebanyak 36 (58,1%) dan sebagian kecil mengalami stres dengan siklus tidak normal sebanyak 26 orang (41,9%). Penelitian terdapat hubungan antara stres dengan siklus menstruasi. Diharapkan agar lebih meningkatkan dan memotivasi diri tentang pentingnya kesehatan reproduksi yang berkaitan dengan stres dengan siklus menstruasi.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

1. Adanya hubungan yang signifikan antara faktor Kelainan Sistematik dengan Gangguan Siklus Menstruasi (Pvalue = 0,009 < α = 0,05)

2. Adanya hubungan yang signifikan antara faktor Stres dengan Gangguan Siklus Menstruasi (Pvalue = 0,003 < α = 0,05)

5.2 Saran

1. Diharapkan kepada petugas Puskesmas Lembah Sabil agar dapat memberikan informasi bagi para remaja tentang cara menghindari gangguan siklus menstruasi dan cara menjaga agar menstruasi dapat lancar dan teratur setiap bulannya dengan menjaga kesehatan reproduksi.

2. Diharapkan kepada petugas Dinas Kesehatan Aceh Barat Daya agar dapat lebih mensosialisasikan masalah kesehatan reproduksi bagi seluruh remaja, baik dari menjaga berat badan dan banyak melakukan kegiatan positif dan olah raga sehingga terhindar dari stres.

3. Kepada para remaja agar dapat memperhatikan kesehatan pencernaan pada diri sendiri, memperhatikan berat badan dan lebih banyak melakukan hal yang baik dan tidak membuat stres karena dengan demikian akan terhindar dari gangguan siklus menstruasi

(42)

DAFTAR PUSTAKA

Andriani, R., 2013. Gambaran Perilaku Penjual Peptisida di Desa Ujong Baroh Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat. Skripsi. Universitas Teuku Umar : Meulaboh.

Baziad, Ali., 2009, Obsetri dan Ginekologi, Perkumpulan Obsetri dan Ginekologi, Jakarta.

Bobak , L. 2004. Keperawatan Maternitas. Jakarta : EGC

Christiany. 2006. Hubungan status gizi, asupan zat gizi mikro (Kalsium, Magnesium) dengan sindroma premenstruasi pada remaja putri SMU Sejahtera di Surabaya. Penerbit, [Yogyakarta] : Universitas Gadjah Mada

Dinkes Aceh Barat Daya. 2012. Profil Kesehatan Aceh Barat Daya Tahun 2011. Aceh.

____________________. 2013. Profil Kesehatan Aceh Barat Daya Tahun 2012. Aceh.

Dinkes Aceh. 2012. Profil Kesehatan Aceh Tahun 2011. Aceh

__________. 2013. Profil Kesehatan Aceh Tahun 2012. Aceh

Ganong, W. F. 2003. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Ganong. Edisi 22, Jakarta:EGC .

Hawari, D. 2013. Manejemen Stres Cemas dan Depresi, Jakarta: FKUI.

Hill, J., Nelson, E., Tilman, D., Polasky, S., Tiffany, D. (2006), Environmental, economic, and energetic costs and benefit of biodiesel and ethanol biofuel, PNAS, 103(30), 11206-11210.

Kemenkes RI. 2011. Data Masalah Menstruasi di Indonesia Tahun 2010. Jakarta

________________. Data Masalah Menstruasi di Indonesia Tahun 2011. Jakarta

________________. Data Masalah Menstruasi di Indonesia Tahun 2012. Jakarta

Kusmiran, E. 2011. Kesehatan Reproduksi Remaja dan Wanita, Jakarta: Salemba Medika.

Manuaba dkk. 2010. Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita: Arca;

Manuaba, IBG, dkk. 2010. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan Dan KB. Jakarta : EGC

Mulastin. 2011. Hubungan Stres Dengan Siklus Menstruasi Pada Wanita Pekerja Di Desa Pelemkerep Kecamatan Mayong Kabupaten Jepara. Universitas Sebelas Maret. Surakarta.

Notoadmodjo, S. 2005. Ilmu Kesehatan Masyarakat: Prinsip-prinsip Dasar. Rineka Cipta. Jakarta.

Prawirohardjo, sarwono.2007. Ilmu Kebidanan. Jakarta: YBP-SP

Puskesmas Lembah Sabil. 2015. Data Kesehatan Puskesmas Lembah Sabil. Lembah Sabil.

Puspitorini, Hakimi, Emilia. 2007. Obesitas sebagai Faktor Risiko Terjadinya Premenstrual Syndrome pada Mahasiswa Akademi Kebidanan PemerintahKabupaten Kudus. Berita Kedokteran Masyarakat . Vol 23 No. 1 Halaman 6-11.

Supariasa, dkk. 2001. Penilaian Status Gizi. Buku Kedokteran EGC. Jakarta

Syaifuddin, 2006, Anatomi Fisiologi untuk Mahasiswa Keperawatan, Edisi 3, Editor Monica Ester, Jakarta : EGC

Wiknjosastro, Hanifa, 2007, Ilmu Kebidanan. Jakarta : YBP-SP

KUISIONER

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN GANGGUAN SIKLUS

MENSTRUASI PADA REMAJA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS

LEMBAH SABIL KECAMATAN LEMBAH SABIL

KABUPATEN ACEH BARAT DAYA

I. Karakteristik Responden

Inisial:

Umur Remaja:

Berat badan:

Pendidikan: SD /MI, SMP/MTsN= Rendah

SMA/MAN = Menengah

Perguruan Tinggi (PT) = Tinggi

Berat Badan :Gemuk = < 25,0

Kurus = > 18,5

Stres

1. Apakah Anda banyak pikiran saat ini?

a. Ya

b. Tidak

2. Apakah anda memiliki masalah yang belum selesai hingga saat ini?

a. Ya

b. Tidak

3. Apakah anda mengalami ke kawatiran yang berlebihan?

a. Ya

b. Tidak

4. Apakah anda mengalami rasa sakut yang berlebihan?

a. Ya

b. Tidak

5. Apakah anda sering memikirkan hal-hal yang anda alami sehari-hari?

a. Ya

b. Tidak

6. Apakah anda terlalu memikir setiap masalah yang ada?

a. Ya

b. Tidak

Gangguan Siklus

1. Apakah Anda pernah mengalami menstruasi selama kurang dari 23 hari?

a. Ya

b. Tidak

2. Apakah anda pernah mengalami menstruasi dalam jangka panjang?

a. Ya

b. Tidak

3. Apakah Anda pernah tidak mengalami menstruasi selama kurang dari 3 bulan berturut-turut?

a. Ya

b. Tidak

4. Apakah anda tidak biasanya mengalami menstruasi yang tidak teratur selama 3 bulan berturut-turut?

a. Ya

b. Tidak

5. Apakah Anda pernah mengalami menstruasi selama 21 hari?

a. Ya

b. Tidak

6. Apakah anda pernah mengalami mestruasi dalam jangka pendek?

a. Ya

b. Tidak

TABEL SKOR

NO

Variabel yang diteliti

No. urut pertanyaan

Bobot Skor

Rentang

a

b

1

Faktor Sistematik

Gemuk : < 25,0

Kurus : > 18,5

2

Stres

1

2

3

4

5

6

1

1

1

1

1

1

0

0

0

0

0

0

6 - 0

= 3

2

Stres : > 3

Tidak Stres: ≤ 3

4

Gangguan Siklus Menstruasi

1

2

3

4

5

6

1

1

1

1

1

1

0

0

0

0

0

0

6 - 0

= 3

2

Terganggu : > 3

Tidak Terganggu: ≤ 3