repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/890/1/BAB I-V.docx · Web viewSebagai bahan kajian lebih...

54
1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang kaya akan sumber daya perikanan, ikan mempunyai kandungan gizi yang tinggi, mudah didapat dan harganya terjangkau. Ikan nila gift (Oreochromis niloticus) pada saat ini banyak dibudidayakan. Ikan nila merupakan jenis ikan yang mudah di pelihara diair tawar, relatif tahan terhadap perubahan lingkungan, pertumbuhannya cepat, dan tahan terhadap serangan penyakit (Arie,2007). Untuk meningkatkan produksi budidaya ikan nila gift (Oreochromis niloticus) dapat dilakukan dengan beberapa cara diantaranya memberikan pakan dengan kandunngan nutrien dan energi yang sesuai dengan dibutuh kan oleh ikan, terdiri dari protein, karbohidrat, lemak, vitamin, dan mineral. Penyediaan pakan membutuhkan komponen biaya yang sangat besar yakni 40%-60% dari keseluruhan biaya operasional. Oleh

Transcript of repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/890/1/BAB I-V.docx · Web viewSebagai bahan kajian lebih...

Page 1: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/890/1/BAB I-V.docx · Web viewSebagai bahan kajian lebih lanjut dalam pengembangan usaha budidaya serta melengkapi referensi untuk peneliti

1

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Indonesia merupakan salah satu negara yang kaya akan sumber daya

perikanan, ikan mempunyai kandungan gizi yang tinggi, mudah didapat dan

harganya terjangkau. Ikan nila gift (Oreochromis niloticus) pada saat ini banyak

dibudidayakan. Ikan nila merupakan jenis ikan yang mudah di pelihara diair

tawar, relatif tahan terhadap perubahan lingkungan, pertumbuhannya cepat, dan

tahan terhadap serangan penyakit (Arie,2007).

Untuk meningkatkan produksi budidaya ikan nila gift (Oreochromis

niloticus) dapat dilakukan dengan beberapa cara diantaranya memberikan pakan

dengan kandunngan nutrien dan energi yang sesuai dengan dibutuh kan oleh ikan,

terdiri dari protein, karbohidrat, lemak, vitamin, dan mineral. Penyediaan pakan

membutuhkan komponen biaya yang sangat besar yakni 40%-60% dari

keseluruhan biaya operasional. Oleh karna itu pemilihan bahan-bahan sumber

pakan perlu dipertimbangkan untuk menghasilkan pakan yang bergizi tinggi

dengan biaya yang lebih murah (Arie, 2007).

Pakan buatan adalah pakan yang dibuat dengan formulasi tertentu, bahan

baku pakan buatan dibedakan menjadi bahan baku hewani dan nabati, dalam

pembutan pakan sangat dianjurkan untuk mengunakan campuran dari kedua

sumber bahan baku tersebut agar komposisi zat gizi yang terkandung menjadi

lebih lengkap. Pada dasarnya sumber utama pakan bagi ikan budidaya berasal dari

pakan alami dan pakan buatan, karna jumlah pakan alami yang tersedia diperairan

Page 2: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/890/1/BAB I-V.docx · Web viewSebagai bahan kajian lebih lanjut dalam pengembangan usaha budidaya serta melengkapi referensi untuk peneliti

2

sangat terbatas dan kurang memadai. Maka perlu diberikan pakan buatan

yang sesuai dengan kebutuhan ikan (Affianto dan Linawati, 2005).

Bahan baku utama yang digunakan dalam pembutan pakan berupa tepung

limbah ikan yang dihasilkan dari jeroan bagian dari isi perut ikan yang memiliki

nilai kandungan protein yang tinggi. Protein merupakan nutrien yang paling

penting sebagai bahan pembentuk jaringan tubuh dalam proses pertumbuhan,

jumlah dan kualitas protein pakan akan mempengaruhi pertumbuhan. Apabila

protein dalam pakan kurang maka protein dalam jaringan tubuh akan dimanfaat

kan untuk mempertahankan jaringan yang lebih penting (Halver, 2000).

Berdasarkan latar belakang di atas, maka perlu dilakukan penelitian untuk

mengetahui laju pertumbuhan ikan nila gift (Oreochromis niloticus) dengan

mengunakan bahan dasar tepung limbah ikan.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasar kan latar belakang yang telah diuraikan di atas maka dapat di

rumuskan permasalahan sebagai berikiut :

1. Bagaimana pengaruh formulasi pakan buatan yang terdiri dari 3 jenis formulasi

pakan terhadap pertumbuhan benih ikan nila gift (Oreochromis niloticus).

2. Untuk melihat formulasi pakan buatan yang optimal untuk meningkatkan

pertumbuhan benih ikan nila gift (Oreochromis niloticus).

1.3. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui pengaruh berbagai formulasi pakan buatan terhadap

pertumbuhan benih ikan nila gift (Oreochromis niloticus).

2. Untuk mengetahui kandungan protein yang optimal terhadap pertumbuhan

benih ikan nila gift (Oreochromis niloticus).

Page 3: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/890/1/BAB I-V.docx · Web viewSebagai bahan kajian lebih lanjut dalam pengembangan usaha budidaya serta melengkapi referensi untuk peneliti

3

1.4. Manfaat Penelitian

1. Memberi informasi dalam upaya meningkatkan pemanfaatan tepung limbah

ikan sehingga bisa menjadi bahan baku pakan ikan yang mengandung nilai

protein yang tinggi.

2. Sebagai bahan kajian lebih lanjut dalam pengembangan usaha budidaya serta

melengkapi referensi untuk peneliti selanjutnya.

1.5. Hipotesis

Pemberian pakan buatan dari formulasi tepung limbah ikan dapat

meningkatkan pertumbuhan benih ikan nila gift (Oreochromis niloticus).

.

Page 4: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/890/1/BAB I-V.docx · Web viewSebagai bahan kajian lebih lanjut dalam pengembangan usaha budidaya serta melengkapi referensi untuk peneliti

4

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Biologi Ikan Nila Gift

Ikan nila gift mempunyai nama ilmiah Oreochromis niloticus dan dalam

bahasa Inggris dikenal sebagai Nile Tilapia. Ikan nila bukanlah ikan asli perairan

Indonesia, melainkan ikan introduksi (ikan yang berasal dari luar Indonesia, tetapi

sudah dibudidayakan di Indonesia). Bibit ikan ini didatangkan ke Indonesia secara

resmi oleh Balai Penelitian Perikanan Air Tawar pada tahun 1969 dari Taiwan ke

Bogor. Setelah melalui masa penelitian dan adaptasi, barulah ikan ini

disebarluaskan kepada petani di seluruh Indonesia (Wiryanta Wahyu, B.T,dkk,

2010).

Ikan nila gift memiliki beberapa kelebihan sebagai spesies kultivan potensil

dibanding nila lokal di antaranya pertumbuhannya 300-400% lebih cepat, lebih

tahan terhadap lingkungan kurang baik, efesiensi pakan yang lebih tinggi. Nila

gift dikembangkan International Center for Living Aquatic Researc Management

(ICLARM) di Filipina melalui Genetic Improvement of Farmed Tilapia Project

(GIFT) dan merupakan hasil persilangan dan seleksi anatara ikan nila dari

Taiwan, Mesir, Thailand, Ghana, Singapura, Israel, Senegal dan Kenya,

Selanjutnya dinyatakan bahwa kelebihan ikan nila gift dibanding dengan ikan nila

lokal adalah nilai jumlah telur lebih banyak 20-30%, pada stadia benih hingga

bobot rata-rata 17,5 g tumbuh lebih cepat 100-200% (Rukyani dan Subagyo,

2001).

Page 5: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/890/1/BAB I-V.docx · Web viewSebagai bahan kajian lebih lanjut dalam pengembangan usaha budidaya serta melengkapi referensi untuk peneliti

5

Pada dasarnya persayaratan hidup antara ikan nila lokal dengan ikan nilai

gift adalah hampir sama. Ikan nilai gift hidup pada kisaran suhu yang lebar 14-

380C, pH 5-11, salinitas 0-29 permil. Ikan ini termasuk omnivor. Makanan pada

stadia larva adalah krustacea kecil dan bentos, dan menyukai Rotifer sp, Monia sp,

dan Dapnia sp setelah mencapai benih. Pada budidaya secara intensif ikan ini

dapat mengkonsumsi pakan buatan berupa pellet pada kadar protein 25% (New,

1987, Arie, 1999, Cholik dkk 2005, Khairuman dan Amri, 2008; Saade, 2009).

Sedangkan menurut Webster dan Lim (2002) dan Nugroho dan Kristanto

(2008), ikan nila dapat menerima pellet berkadar protein 26-28% sebanyak 3-5%

perbobot biomassa dengan frekuensi pemberian pakan 3-5 kali sehari. Jauncey

dan Ross (1982) menyatakan bahwa bahan baku utama yang dapat digunakan

sebagai penyusun pakan buatan tilapia adalah tepung ikan, tepung bulu, tepung

daging, tepung kedelai, tepung kacang tanah, tepung biji kapas dan dedak halus.

2.1.1. Klasifikasi

Menurut (Trewavas, 2009) Klasifikasi lengkap Ikan nila gift (Oreochromis

niloticus) kedalam Filum Chordata, Sub-filum Vertebrata, Kelas Osteichthyes,

Ordo Percomorphi, Sub-ordo Percoidea, Famili Cichlidae, Genus Oreochromis,

Spesies Oreochromis niloticus.

2.1.2. Marfologi

Secara sepintas, ikan nila gift dan lokal agak sulit di bedakan, baik warna

maupun organ tubuh, terutama sewaktu benih. Perbedaan akan muncul kalau

kualitas nila lokal sudah menurun. Namun demikian perbedaan dapat diketahui

kalau dilihat lebih dekat. Dilihat dari samping tubuh ikan nila gift memanjang,

dengan perbandingan panjang dan tinggi 2:1, sementara perbandingan tinggi dan

Page 6: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/890/1/BAB I-V.docx · Web viewSebagai bahan kajian lebih lanjut dalam pengembangan usaha budidaya serta melengkapi referensi untuk peneliti

6

lebar tubuh 4:1, ini menunjukkan ikan nila gift lebih tebal, berbeda dengan nila

lokal yang tubuhnya lebih memanjang karna memiliki perbandingan panjang dan

tinggi 2,5:1. Ketebalan tubuhnya memiliki perbandingan tinggi dan lebar 3:1

sehingga lebih tipis (Arie, 2007).

Tanda lainnya yang dapat dilihat dari ikan nila gift adalah warna tubuhnya

hitam dan agak keputihan. Sirip punggung memanjang mulai dari bagian atas

tutup insang sampai bagian atas sirip ekor. bagian bawah tutup insang berwna

putih. Sisik ikan nila gift besar, kasar dan tersusun rapi. Sepertiga sisik bagian

belakang menutupi sisik bagian depan tubuhnya. Garis linear lateralis yang

terputus-putus antara bagian atas dan bawahnya. linear lateralis bagian atas

memanjang mulai dari tutup insang hingga belakang sirip punggung, sementera

linear lateralis bagian bawah memanjang mulai dari bawah sirip punggung

hingga pangkal sirip ekor. Kepala relatif kecil dengan mulut berada di ujung

kepala mata ikan nila gift (Arie, 2007).

2.1.3. Jenis-Jenis Strain Ikan Nila

Semenjak pertama kali ikan nila datang pada tahun 1969 ke Indonesia,

sudah banyak mengalami perkembangan, khususnya dalam perbaikan genetis

yang dilakukan oleh Balai Penelitian Perikanan Air Tawar (BPPAT).

Berikut beberapa strain ikan nila yang cukup dikenal dan digemari, baik

oleh petani maupun konsumen.

a. Nila Gift (Genetic Improvement of Farmed Tilapias).

Dikembangkan oleh International Center for Living Aquatic Research

Management (ICLARM) pada tahun 1987 dengan dukungan dari Asian

Development Bank dan Unites Nations Development Programe (UNDP). Strain

Page 7: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/890/1/BAB I-V.docx · Web viewSebagai bahan kajian lebih lanjut dalam pengembangan usaha budidaya serta melengkapi referensi untuk peneliti

7

ini merupakan hasil seleksi dan persilangan ikan nila dari Kenya, Israel, Senegal,

Ghana, Singapura, Thailand, Mesir, dan Taiwan.

a. Nila Best (Bogor Enhanced Strain Tilapias).

b. Nila Gesit (Genetically Supermale Indonesian Tilapias).

c. Nila Jica (Japan for International Cooperation Agency).

d. Nila hitam

2.1.4. Habitat Ikan Nila Gift

Habitat artinya lingkungan hidup tertentu sebagai tempat tumbuhan atau

hewan hidup dan berkembang biak (Suyanto, S.R., 2009). Ikan nila memiliki

eurihaline yang menyebabkan ikan nila dapat hidup di dataran rendah yang berair

tawar hingga perairan bersalinitas, sehingga pembudidayaan nya sangat mudah.

Salinitas adalah tingkat keasinan atau kadar garam terlarut dalam air. Nila dapat

hidup di lingkungan air tawar, air payau, dan air asin. Kadar garam air yang

disukai antara 0 – 35 permil (Watanabe, 1989). Nila dapat tumbuh dan

berkembang dengan baik pada lingkungan perairan dengan alkalinitas rendah atau

netral. Nilai Ph ikan nila berkisar antara 6 – 8,5. Namun pertumbuhan optimalnya

terjadi pada pH 7 – 8. Batas pH yang mematikan adalah 11 (Carman Odang,

dkk.,2010).

Suhu atau temperatur air sangat berpengaruh terhadap metabolisme dan

pertumbuhan organisme serta mempengaruhi jumlah pakan yang dikonsumsi

organisme perairan. Suhu kolam atau perairan yang masih bisa ditolirir ikan nila

adalah 15–37oC. Suhu optimum untuk pertumbuhan nila adalah 25-300C, Oleh

karenaitu, ikan nila cocok dipelihara di dataran rendah sampai agak tinggi hingga

ketinggian 800 meter di atas permukaan laut. Sedangkan untuk pemijahan, suhu

Page 8: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/890/1/BAB I-V.docx · Web viewSebagai bahan kajian lebih lanjut dalam pengembangan usaha budidaya serta melengkapi referensi untuk peneliti

8

ideal untuk bisa menghasilkan telur dan larva adalah 22–370c (Wiryanta, B.T.W.

dkk, 2010).

2.2. Pakan

Setiap mahluk hidup, termasuk ikan membutuhkan energi untuk

mempertahankan kelangsungan hidup dan kelestarian lingkungannya. Sumber

utama energi bagi ikan berasal dari makanan sebab ikan tidak mampu

memamfaatkan energi matahari secara langsung seperti yang yang dilakukan oleh

tanaman. Pertumbuhan didefinisikan sebagai pertumbuhan ukuran baik bobot

maupun panjang dalam satu periode waktu tertentu (Effendi, 1979).

Sedangkan menurut Fujaya (2004), pertumbuhan adalah pertambahan

ukuran baik panjang maupun berat. Pertumbuhan dipengaruhi oleh faktor genetik,

hormon, dan lingkungan. Faktor lingkungan yang paling penting adalah zat hara.

Pertumbuhan ikan dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor internal yang meliputi

genetik dan kondisi fisiologis ikan serta faktor eksternal yang berhubungan

dengan lingkungan. Faktor eksternal tersebut yaitu komposisi kualitas kimia dan

fisika air, bahan buangan metabolik, ketersediaan pakan, dan penyakit (Hepper

dan Prugnin, 1984).adapun bahan baku yang digunakan dalam pembuatan pakan

adalah :

2.2.1. Tepung Limbah Ikan

Tepung limbah ikan berasal dari sisa atau buangan yang tidak dikomsumsi

oleh manusia, atau sisa pengolahan industri makanan ikan, sehingga kandungan

nutrisinya beragam, tapi pada umumnya berkisar antara 60-70%. Tepung limbah

ikan merupakan pemasok lisyn dan metionin yang baik, dimana hal ini tidak

terdapat pada kebanyakan bahan baku nabati, mineral kalsium dan fosfornya pun

Page 9: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/890/1/BAB I-V.docx · Web viewSebagai bahan kajian lebih lanjut dalam pengembangan usaha budidaya serta melengkapi referensi untuk peneliti

9

sangat tinggi, dan karena berbagai keungulan inilah maka harga tepung ikan

menjadi mahal (Sahwan, 2004).

Tabel 2. Kandungan Nutrisi Pada Tepung Limbah Ikan

No Komponen Kandungan1. Protein kasar 60-70%2. Serat kasar 1,0%3. Kalsium 5,0%4. Fosfor 3,0%

Sumber : Revisi Pakan dan Udang (Sahwan, 2004)

2.2.2. Tepung Kedelai

Kacang kedelai adalah salah satu tanaman polong-polongan yang menjadi

bahan dasar banyak makanan timur jauh seperti kecap, tahu, dan tempe. Kedelai

yang dibudidayakan terdiri dari dua spesies : kedelai putih dan kedelai hitam yang

merupakan tanaman asli daerah subtropis seperti tiongkok dan jepang selatan

(Djariah, 1989).

Tepung kedelai merupakan sumber asam amino terbaik dari semua bahan

nabati dan kaya akan protein (35-45%) untuk memenuhi kebutuhan asam amino

esensial bagi ikan dan kaya akan asam amino lysyn, tetapi miskin akan asam

amino methionin. kedelai merupakan tanaman dengan kadar protein tinggi

sehingga tanamannya digunakan sebagai pupuk hijau dan pakan ternak.

Pemanfaatan utama kedelai adalah dari biji, biji kadelai kaya akan protein dan

lemak serta beberapa bahan gizi penting lain, misalnya fitamin dan lesitin

(Khairuman, 2002).

2.2.3. Tepung Jagung

Jagung merupakan bahan baku potensial jika dimanfaatkan dalam bentuk

jagung ragi, ada tiga jenis jagung sebagai bahan makanan ikan, yakni jagung

kuning, jagung agak merah, dan jagung putih. Jagung yang digunakan untuk

Page 10: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/890/1/BAB I-V.docx · Web viewSebagai bahan kajian lebih lanjut dalam pengembangan usaha budidaya serta melengkapi referensi untuk peneliti

10

makanan ikan harus dalam bentuk jagung giling yang halus agar memudahkan

percampuran sehingga komposisi makanan ikan dapat diaduk merata. Pengunaan

jagung yang terlalu banyak dalam komposisi makanan ikan tidak baik, karna

dapat menyebabkan kandungan protein rendah, jagung mengandung protein

berkisar 8-10% (Murtidjo, 2000).

2.2.4. Dedak Halus

Dedak merupakan limbah proses pengolahan gabah, dan tidak dikomsumsi

manusia, sehingga tidak bersaing dalam pengunaannya, dedak mengandung

bagian luar beras yang tidak terbawa, tetapi tercampur pula dengan bagian

penutup beras itu, hal ini mempengaruhi tinggi rendahnya kandungan serat kasar

dedak, berikut tabel kandungan nutrisi dedak.

Tabel 3. Kandungan Nutrisi Dedak

No Nutrisi Kuantitas1. Bahan kering 91,0%2. Protein kasar 13,5%3. Lemak kasar 0,6%4. Serat kasar 13,0%5. Energi metabolis 1890,0 kal/kg6. Calcium 0,1%7. Total fosfor 1,7%

Sumber : Murtidjo, (2000)

Kandungan serat kasar dedak 13,6% atau 6 kali lebih besar dari pada

jagung kuning, sehingga dedak tidak dapat digunakan berlebihan. karna

kuantitasnya tidak mencukupi kebutuhan ikan, demikian juga dengan vitamin dan

mineral (Murtidjo, 2000).

2.2.5. Tepung Kanji (Binder)

Agar bahan baku yang ada dalam pakan dapat bersatu menjadi campuran

yang homogen maka diperlukan zat perekat sebagai pengikat antar komponen

Page 11: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/890/1/BAB I-V.docx · Web viewSebagai bahan kajian lebih lanjut dalam pengembangan usaha budidaya serta melengkapi referensi untuk peneliti

11

pengunaanya cukup dengan 10%. dengan demikian, maka pakan tidak mudah

hancur terurai kembali ketika dimasukkan kedalam air. Bahan yang dapat

digunakan sebagai perekat yaitu, tepung sagu, tepung kanji, dan tepung terigu.

Bahan yang dijadikan perekat tersebut juga dapat berfungsi sebagai sumber

berbagai zat makanan (Khadijah dkk, 2004).

2.2.6. Vitamin

Vitamin diperlukan dalam jumlah yang relatif sedikit pengunaanya cukup

1-2% saja, terutama untuk menjaga kesehatan dan pertumbuhan tubuh ikan,

ditinjau dari sifat-sifat fisiknya, vitamin dapat dibagi ke dalam dua golongan yaitu

vitamin yang larut dalam air dan vitamin yang larut dalam lemak. Vitamin yang

larut dalam air antara lain tiamin (vitamin B), ribovlavin (vitamin B2), biotin, dan

kobalamin (vitamin B12). Sedang kan vitamin yang larut dalam lemak yaitu retinol

(vitamin A), kolekalsiferol (vitamin D), alfa tokoferol (vitamin E ), dan menadion

(vitamin K). (Sahwan, 2004).

2.3. Kebutuhan Nutrisi Pada Ikan

Seperti halnya hewan lain, ikan pun membutuhkan zat gizi tertentu untuk

kehidupannya, yaitu untuk menghasilkan tenaga, menggantikan sel-sel yang rusak

dan untuk tumbuh. Zat gizi yang dibutuhkan adalah protein, lemak, karbohidrat,

vitamin, mineral, dan air (Linawati, 2005).

2.3.1. Protein

Berbeda dengan tumbuhan, ikan tidak mampu mensintesis protein, asam

amino dari senyawa nitrogen anorganik. Oleh karena itu, kehadiran protein dalam

makanan (pakan) ikan mutlak diperlukan. Ikan membutuhkan lebih banyak

protein dibandingkan dengan mamalia. Kebutuhan protein (%) pada ikan tinggi,

Page 12: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/890/1/BAB I-V.docx · Web viewSebagai bahan kajian lebih lanjut dalam pengembangan usaha budidaya serta melengkapi referensi untuk peneliti

12

tetapi kebutuhan absolute (g/kg penambahan berat badan) rendah. Alasan lain

adalah protein digunakan sebagai sumber energi utama. Ikan membutuhkan

protein berkisar antara 20 – 60% dari berat total makanan, namun kebutuhan

optimalnya hanya 30 – 36%. Bila terdapat kelebihan protein dalam pakan akan

menghambat laju pertumbuhan karena sebagian protein akan dimetabolisme

menjadi protein baru dan sisanya akan diubah menjadi energi.

Protein hewani memiliki kualitas lebih baik dibandingkan dengan protein

nabati. Hal ini disebabkan kandungan asam amino pada protein hewani lebih

lengkap daripada protein nabati. Selain itu, protein nabati selalu dibungkus oleh

lapisan selulosa. sehingga agak sulit atau lambat bagi ikan untuk mencernanya.

Kualitas protein sangat tergantung pada kemudahannya dicerna dan nilai

biologisnya. Kedua faktor tersebut sangat ditentukan oleh jumlah dan jenis asam

amino yang menyusunnya. Semakin lengkap kandungan asam aminonya, kualitas

protein semakin baik (Webster dan Lim, 2002).

Adapun fungsi protein dalam tubuh ikan adalah:

a. Merupakan sumber energi bagi ikan, terutama apabila komponen lemak dan

karbohidrat yang terdapat di dalam pakan ikan tidak mampu memenuhi

kebutuhan energi.

b. Berperan dalam pertumbuhan maupun pembentukan jaringan tubuh.

c. Berperan dalam perbaikan jaringan tubuh yang rusak danantibody .

e. Turut berperan dalam pembentukan gamet.

2.3.2. Lemak

Menurur Takeuchi (2002), Lemak adalah senyawa organik yang

mengandung unsur karbon (C), hidrogen (H), dan oksigen (O) sebagai unsur

Page 13: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/890/1/BAB I-V.docx · Web viewSebagai bahan kajian lebih lanjut dalam pengembangan usaha budidaya serta melengkapi referensi untuk peneliti

13

utama. Beberapa diantaranya ada yang mengandung nitrogen (N) atau fosfor (P).

Lemak memberikan lebih kurang 2,25 kali lebih banyak energi dari pada

karbohidrat jika mengalami metabolisme karena lemak mengandung hidrogen

lebih tinggi dari pada oksigen. Hampir semua lemak yang terdapat dalam

makanan ikan dapat dicerna, tetapi membutuhkan banyak waktu untuk pencernaan

dalam pakan maupun daging ikan, lemak umumnya terdapat dalam bentuk

trigliserida, fosfolipida, dalam pembentukan membranese penyimpanan asam

lemak pada beberapa zooplankton.

Selain berfungsi sebagai sumber energi, lemak juga mempunyai beberapa

fungsi tambahan sebagai berikut:

a. Merupakan sumber vitamin A, D, E, dan K yang larut dalam lemak.

b. Merupakan komponen organ-organ utama dalam bentuk fosfolipid.

c. Mengatur daya apung tubuh ikan di dalam air.

d. Menghemat penggunaan protein sebagai sumber energi.

g. Membentuk sterol, yaitu asam lemak berantai panjang.

h. Melindungi organ-organ vital di dalam tubuh ikan.

i. Menentukan cita rasa dan sifat daging ikan selama penyimpanan.

2.3.3. Karbohidrat

Karbohidart dalam makanan ikan tidak begitu penting. Namun, tidak

berarti karbohidrat tidak diperlukan dalam penyusunan makanan ikan. Sebab,

karbohidrat tetap memegang peranan funsional maupun struktural dalam tubuh

ikan. Secara umum, semua kebutuhan ikan dapat terpenuhi dari protein dan lemak

dari makanan yang dikonsumsi.

Page 14: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/890/1/BAB I-V.docx · Web viewSebagai bahan kajian lebih lanjut dalam pengembangan usaha budidaya serta melengkapi referensi untuk peneliti

14

Meskipun tampaknya karbohidrat tidak dibutuhkan oleh ikan, namun

sebaiknya pakan buatan dilengkapi dengan karbohidrat sebagai sumber energi dan

untuk menghemat penggunaan protein. Tidak tersedianya karbohidrat dan lemak

dalam pakan buatan akan menyebabkan proses metabolisme dan penggunaan

protein tidak efisien. Diduga bahwa 0,23 g karbohidrat per 100 g pakan dapat

menghemat 0,05 g protein (Murtidjo, 2001).

2.3.4. Vitamin

Vitamin adalah senyawa organik yang esensial bagi pertumbuhan,

walaupun dalam jumlah yang relatif kecil. Vitamin berperan sangat penting untuk

menjaga agar proses-proses yang terjadi di dalam tubuh ikan tetap berlangsung

dengan baik. Oleh karena itu vitamin harus selalu didatangkan melalui pakan

sebab tubuh ikan tidak mampu membuatnya. Kandungan vitamin di dalam pakan

buatan tergantung dari bahan baku yang digunakan dan bahan yang ditambahkan.

Penambahan vitamin ke dalam pakan buatan umumnya dilakukan dengan

menggunakan vitamin-mix (premix). Kebutuhan ikan akan vitamin dipengaruhi

oleh ukuran, umur, laju pertumbuhan, stress lingkungan, dan hubungan antara

nutrien (Lovell, 2001).

Kegunaan vitamin dalam tubuh ikan sangat bermacam-macam anatara lain:

a. Membantu protein dalam memperbaiki dan membentuk sel baru.

b. Mempertahankan fungsi berbagai jaringan tubuh sebagaimana mestinya.

c. Turut berperan dalam pembentukan senyawa-senyawa tertentu di dalam tubuh.

Page 15: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/890/1/BAB I-V.docx · Web viewSebagai bahan kajian lebih lanjut dalam pengembangan usaha budidaya serta melengkapi referensi untuk peneliti

15

2.3.5. Mineral

Menurut Affianto dan Linawati (2005), Mineral merupakan elemen

anorganik yang dibutuhkan oleh ikan dalam pembentukan jaringan dan berbagai

fungsi metabolisme dan osmoregulasi. Jumlah mineral yang dibutuhkan oleh ikan

sangat sedikit tetapi mempunyai fungsi yang sangat penting. Fungsi utama

mineral adalah:

1. Berperan dalam proses pembentukan rangka, pernapasan, dan metabolisme.

2. Mengatur keseimbangan asam basa dan proses osmosis antara cairan tubuh dan

lingkungannya (terutama Na, K, Ca, dan Cl).

3. Berperan dalam proses pembekuan darah dan pembentukan haemoglobin

(terutama Fe, Cu, dan Co).

4. Berperan penting dalam proses metabolisme (terutama Cl, Mg, dan P).

2.4. Kualitas Air

Air merupakan media bagi kehidupan ikan, dimana didalamnya terdapat

bahan kimia terlarut dalam bentuk partikel. Kualitas air merupakan faktor yang

sangat penting dan mempengaruhi usaha budidaya. Jika kualitas air baik maka

produksi pertumbuhan dan kelulushidupan ikan akan baik pula (Syafriadiman,

2005). Adapun kualitas air yang harus diperhatikan yaitu :

2.4.1. Suhu

Suhu air merupakan derajat panas air yang dinyatakan dalam suatu panas

derajat celcius (0c), suhu perairan sangat penting bagi kehidupan ikan karna

mempengaruhi metabolisme dan pertumbuhan (Wardoyo, 1999).

Perubahan suhu secara tiba-tiba dapat menyebabkan ikan stres dan

menimbulkan kematian, Nila merupakan jenis ikan yang tinggi toleransinya

Page 16: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/890/1/BAB I-V.docx · Web viewSebagai bahan kajian lebih lanjut dalam pengembangan usaha budidaya serta melengkapi referensi untuk peneliti

16

terhadap perubahan suhu. Suhu optimal untuk pertumbuhan dan perkembangan

ikan berada pada kisaran 25-30oc. Suhu mematikan dibawah 60c atau diatas 420c

(Murtidjo, 2000).

2.4.2. Derajat Keasaman (pH)

Derajat keasaman adalah suatu ukuran dari konsentrasi ion H yang

menunjukkan suasana air tersebut apakah dalam keadaan asam atau basa, pH

perairan yang baik untuk budidaya ikan adalah 6,50-8,50 ppm. Secara alamiah,

pH perairan dipengaruhi oleh konsentrasi karbondioksida dan senyawa yang

bersifat asam. Pada siang hari fitoplanton mengkomsumsi karbondioksida dalam

proses berfotosintesis yang menghasilkan oksigen dalam air. Sementara pada

malam hari fitoplankton dan tanamam air mengkomsumsi oksigen dalam proses

respirasi yang menghasilkan karbondioksida (Afrianto dan Linawati, 2005).

2.4.3. Dissovel Oxigen ( DO )

Oksigen terlarut merupakan salah satu parameter penting dalam analisis

kualitas air. Nilai DO yang biasanya di ukur dalam bentuk konsentrasi ini

menunjuk kan jumlah oksigen (O2) yang tersedia dalam suatu badan air. Semakin

besar nilai DO pada air, mengindikasikan air tersebut memiliki kualitas yang

bagus. Sebaliknya jika nilai DO rendah, dapat diketahui bahwa air tersebut telah

tercemar. Pengukuran DO juga bertujuan melihat sejauh mana badan air mampu

menampung biota air seperti ikan dan mikroorganisme (SNI, 1999).

Page 17: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/890/1/BAB I-V.docx · Web viewSebagai bahan kajian lebih lanjut dalam pengembangan usaha budidaya serta melengkapi referensi untuk peneliti

17

III. METODELOGI PENELITIAN

3.1. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April Sampai Mei 2013 yang

bertempat di laboratorium perikanan dan ilmu kelautan Universitas Teuku Umar

Meulaboh. Sedangkan analisa proksimatnya dilakukan di labolatorium makanan

ternak fakultas Pertanian jurusan Peternakan Unsyiah, Banda Aceh.

3.2. Bahan dan Alat

3.2.1. Bahan Penelitian

Bahan yang digunakan dalam pengolahan pakan buatan adalah: benih ikan

nila gift dengan berat tubuh 2 gr/ekor, tepung limbah ikan, tepung jagung, tepung

kedelai, tepung kanji, dedak dan vitamin.

3.2.2. Alat Penelitian

Adapun peralatan yang digunakan dalam penelitian adalah: Timbangan

analitik, Thermometer, pH pen, Mesin pencetak pellet, Kamera, Alat tulis,

Baskom, Tangguk, Saringan, dan Akuarium.

3.3. Metode penelitian

3.3.1. Rancangan Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen.

metode esperimen adalah suatu penelitian yang didalamnya ditemukan minimal

satu variabel yang dimanipulasi untuk mempelajari hubungan sebab akibat. Oleh

karna itu, penelitian eksperimen erat kaitannya dalam menguji suatu hipotesis

dalam rangka mencari pengaruh, hubungan, maupun perbedaan perubahan

terhadap kelompok yang dikenakan perlakuan. Rancangan percobaan yang akan

Page 18: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/890/1/BAB I-V.docx · Web viewSebagai bahan kajian lebih lanjut dalam pengembangan usaha budidaya serta melengkapi referensi untuk peneliti

18

digunakan adalah rancangan acak lengkap (RAL) dengan 3 perlakuan dan 3

ulangan sehingga terdapat 9 unit percobaan.

Tabel 5. Rancangan Acak Lengkap (RAL)

Adapun perlakuan yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut :

P1 : Pengunaan tepung limbah ikan 40%

P2 : pengunaan tepung limbah ikan 50%

P3 : pengunaan tepung limbah ikan 60%

C : pakan kontrol (pellet komersil)

3.4. Prosedur Penelitian

3.4.1. pemilihan Bahan Baku

Sebelum pengolahan pakan buatan terlebih dahulu melihat bobot masing-

masing bahan baku yang digunakan untuk kegiatan pembuatan pakan.

3.4.2. Pembuatan Pakan

pengolahan pakan buatan mengunakan tepung limbah ikan, tepung

kedelai, tepung jagung, dedak, tepung kanji dan vitamin. Adapun prosedur

pembuatan pakan adalah limbah ikan dibersihkan, kemudian di rebus selama lebih

kurang 15 menit kemudian dijemur hingga kering, begitu juga dengan kacang

kedelai, kemudian ditumbuk hingga menjadi tepung halus yang siap untuk

digunakan.

Ulangan Perlakuan KontrolP1 P2 P3

1.2.3.

P11P12P13

P21P22P23

P31P32P33

K1K2K3

Page 19: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/890/1/BAB I-V.docx · Web viewSebagai bahan kajian lebih lanjut dalam pengembangan usaha budidaya serta melengkapi referensi untuk peneliti

19

3.4.3. Campuran Bahan Baku Halus

Menurut (Murtidjo, 2001) dari semua bahan baku yang sudah dihaluskan

untuk pembuatan pakan ikan dalam bentuk pellet secara terapan memerlukan

perlakuan dengan formulasi yang telah ditentukan. Bahan-bahan yang sudah

dihalus kan kemudian diaduk hingga merata secara sempurna, setelah itu dikukus

(dimasak dengan penguapan panas) hingga merata, pada bahan makanan yang

mengandung zat tepung terjadi pemerasan zat tepung dan langsung menjadi

perekat. Jika penguapan sudah merata makanan ditekan dan digiling dengan alat

pencetak, sehingga keluar bentuk memanjang kemudian dipotong dengan ukuran

yang sudah ditentukan, setelah dipotong-potong makanan bentuk pellet yang

masih basah dapat di jemur pada panas matahari.

3.4.4. Persiapan Wadah

Wadah yang digunakan adalah akuarium berukuran 40 x 60 x 60 cm

dipasang aerasi dan diisi air dengan ketinggian 15 cm.

3.4.5. Pemeliharaan Benih

Akuarium yang digunakan sebanyak 12 unit yang berukuran 40 x 60 x 60

cm, masing-masing akuarium dimasukkan Benih Ikan Nila sebanyak 14 ekor,

kemudian ikan diberi pakan sesuai dengan perlakuan 3 kali sehari, dan setiap 10

hari sekali dilakukan penimbangan. Pemeliharaan dilakukan selama 1 bulan,

Adapun Formulasi pakan buatan yang akan dicoba dalam penelitian ini dapat

dilihat pada tabel dibawah ini :

Page 20: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/890/1/BAB I-V.docx · Web viewSebagai bahan kajian lebih lanjut dalam pengembangan usaha budidaya serta melengkapi referensi untuk peneliti

20

Tabel 4. Formulasi pakan yang digunakan dengan kandungan protein (25%) terhadap beberapa komponen pakan ikan buatan.

Ket :

P1 = tepung limbah ikan 40 %

P2 = tepung limbah ikan 50 %

P3 = tepung limbah ikan 60 %

C = kontrol (pellet komersil)

3.4.6. Ikan dan Pakan Uji

Ikan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Benih Ikan Nila gift,

yang diperoleh dari Balai Benih Ikan (BBI) Beutong, Kec. Senagan Timur, Kab.

Nagan raya. Adapun pakan yang diberikan berupa pakan yang diramu sendiri

dalam bentuk pellet sebanyak 10% dari bobot biomassa, dengan pemberian pakan

tiga kali sehari pukul 08.00, 13.00 dan 17.00 Wib.

3.4.7. parameter Uji

a. Laju Pertumbuhan Spesifik

Menurut Zonneveld et al, (1991) laju pertumbuhan spesifik diukur dengan

memakai rumus :

LPS= LnWt−LnW 0t

X 100 %

No Bahan-Bahan P1 40 % P2 50 % P3 60%

1. Tepung Limbah Ikan 12% 16% 19%2. Tepung kedelai 19% 16% 12%3. Tepung Jagung 28% 28% 28%4. Dedak 28% 28% 28%5. Tepung Kanji (binder) 10% 10% 10%6. Vitamin 2% 2% 2%

Page 21: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/890/1/BAB I-V.docx · Web viewSebagai bahan kajian lebih lanjut dalam pengembangan usaha budidaya serta melengkapi referensi untuk peneliti

21

dimana :

LPS : Laju pertumbuhan spesifik (%)

Wt : Bobot biomassa ikan pada akhir penelitian = grm

W0 : Bobot biomassa ikan pada awal penelitian = grm

t : Lama penelitian (hari)

b. Efesiensi Pakan

Jumlah pakan yang diberikan selama penelitian serta berat ikan pada awal

dan akhir penelitian diperoleh informasi tentang efesiensi pakan dengan

menggunakan rumus menurut Watanabe (1988).

EP=(Wt+Wd )−Wo

Fx 100%

Dimana:

EP = Efisiensi Pakan

Wt = Biomassa akhir = grm

Wd = Biomassa total ikan mati = grm

Wo = Biomassa pakan selama pemeliharaan = grm

F = Jumlah Pakan selama pemeliharaan = grm

c. Feed Convertion Rasio (FCR)

Menurut watanabe (1988) untuk mengetahui bobot ikan yang dihasilkan

dan jumlah pakan yang diberikan selama penelitian dapat diukur dengan

mengunakan rumus:

FCR= F(Wt+Wd )−Wo

Dimana:

FCR= Konfersi Pakan

Wt = Biomassa akhir = grm

Wd = Biomassa total ikan mati = grm

Page 22: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/890/1/BAB I-V.docx · Web viewSebagai bahan kajian lebih lanjut dalam pengembangan usaha budidaya serta melengkapi referensi untuk peneliti

22

Wo = Biomassa pakan selama pemeliharaan = grm

F = Jumlah Pakan selama pemeliharaan = grm

d. Tingkat Kelulus hidupan

kelangsungan hidup ikan pada awal dan akhir penelitian memberikan

informasi tingkat kelulushidup ikan. Menurut Zairin (2002) nilai tersebut dapat

dihitung dengan rumus:

SR= NtNo

x100 %

Dimana :

SR = kelulusan hidupan (%)

Nt = jumlah benih yang hidup pada akhir penelitian (ekor)

No= jumlah benih yang hidup pada awal penelitian (ekor)

e. Kualitas Air

Air merupakan media bagi kehidupan ikan, dimana didalamnya terdapat

bahan kimia terlarut dalam bentuk partikel. Kualitas air merupakan faktor yang

sangat penting dan mempengaruhi usaha budidaya. Jika kualitas air baik maka

baik produksi pertumbuhan dan kelulushidupan ikan akan naik pula. parameter

kualitas air yang diukur adalah Suhu, pH, DO, pengukuran ini dilakukan pada

awal dan akhir penelitian.

3.5. Analisa Data

Data yang diperoleh selama penelitian (SGR, EP, FCR, SR)

dikelompokkan dan ditabulasikan dalam bentuk tabel, selanjutnya dianalisis

dengan uji statistis F (ANOVA), jika uji statistic menunjukkan perbedaan nyata

dimana P<0,05 maka dilanjutkan dengan uji Beda Nyata Terkecil (BNT) sesuai

petunjuk (Sudjana,1991).

Page 23: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/890/1/BAB I-V.docx · Web viewSebagai bahan kajian lebih lanjut dalam pengembangan usaha budidaya serta melengkapi referensi untuk peneliti

23

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

4.1.1. Pertumbuhan

Data rata-rata laju pertumbuhan spesifik, efisiensi pakan, konfersi pakan

dan tingkat kelulushidupan benih ikan nila gift (Oreochromis niloticus) yang

diberi pakan dengan formulasi yang berbeda selama penelitian dapat dilihat pada

tabel 6 dibawah ini:

Tabel 6. Data laju pertumbuhan spesifik (LPS, efisiensi pakan (EP), konfersi pakan (FCR), dan Sintasan (SR) selama penelitian.

Parameter Uji P1 P2 P3 Kontrol

SGR (% Bt/Hari) 2,99 2,90 2,71 3,11

EP (%) 43,40 38,58 33,03 47,79

FCR (%) 2,30 2,60 3,04 2,09

SR (%) 66,67 69,05 59,52 73,81

Ket :

P1 : Tepung limbah ikan 40 %P2 : Tepung limbah ikan 50 %P3 : Tepung limbah ikan 60 %Kontrol : pelet komersil

1. Laju Pertumbuhan Spesifik

Page 24: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/890/1/BAB I-V.docx · Web viewSebagai bahan kajian lebih lanjut dalam pengembangan usaha budidaya serta melengkapi referensi untuk peneliti

24

Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa pertumbuhan spesifik

(SGR) tertinggi diperoleh pada perlakuan 1 dengan formulasi pakan tepung

limbah ikan dengan persentase 40% hingga mencapai 2,99%, diikuti perlakuan 2

dengan persentase 50% tepung limbah ikan sebesar 2,90%, dan yang terendah

pada perlakuan 3 dengan persentase 60% tepung limbah ikan pertumbuhannya

sebesar 2,71%. Sedangkan pada kontrol pertumbuhan diperoleh lebih tinggi

daripada semua perlakuan yaitu sebesar 3,11%.

2. Efisiensi Pakan

Efisiensi pakan dapat diartikan sebagai kemampuan ikan untuk dapat

memanfaatkan pakan yang diberikan sehingga dapat tumbuh dan berkembang

dengan baik. jumlah pemberian pakan terbanyak dapat dilihat pada tabel diatas

yaitu terdapat pada perlakuan 1 sebesar 43,40%, diikuti oleh perlakuan 2 yaitu

sebesar 38,58%, dan yang terkecil pada perlakuan 3 yaitu 33,03%. sedangkan

pada pakan kontrol diperoleh lebih tinggi sebesar 47,79%.

3. Food Convertion Rasio (FCR)

Hasil perhitungan FCR yang dilakukan terlihat bahwa pada perlakuan 3

memiliki nilai FCR tertinggi sebesar 3,04%, kemudian disusul dengan perlakuan 2

sebesar 2,60%, dan yang terendah pada perlakuan 1 yaitu 2,30%, namun pada

pakan kontrol nilai FCR lebih rendah dibandingkan dengan semua perlakuan yaitu

2,09%.

4. Kelulushidupan

Berdasarkan tabel 6 diatas dapat dilihat bahwa persentase tingkat

kelangsungan hidup benih ikan nila gift antar perlakuan selama penelitian

tertinggi diperoleh pada perlakuan 2 yaitu 69,05%, kemudian diikuti perlakuan 1

Page 25: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/890/1/BAB I-V.docx · Web viewSebagai bahan kajian lebih lanjut dalam pengembangan usaha budidaya serta melengkapi referensi untuk peneliti

25

sebesar 66,67%, sedangkan nilai yang terendah diperoleh pada perlakuan 3 yaitu

59,52%. pada kontrol nilai tingkat kelangsungan hidup diperoleh cukup tinggi

yaitu sebesar 73,81%.

5. Kualitas Air

Faktor lain yang mempunyai peranan sangat besar dalam menunjang

kelangsungan dan pertumbuhan ikan dalam penelitian ini adalah kualitas air.

Kualitas air yang diukur adalah suhu, oksigen terlarut (DO), dan derajat keasaman

(pH). Hasil pengukuran kualitas air selama penelitian dapat dilihat pada tabel 7

dibawah ini :

Tabel 7. Nilai Parameter Kualitas Air selama Penelitian

Kualitas Air Awal Akhir

Suhu (0C) 26 - 27 26 – 28

pH (ppm) 7,2- 7,3 7 – 7,4DO (mg/l) 5 5 – 6,3

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa kualitas air selama penelitian

tidak mengalami perubahan yang begitu berarti, sehingga ikan masih mampu

menyesuaikan diri dengan lingkungan.

4.2. Pembahasan

4.2.1. Laju Pertumbuhan Spesifik (SGR)

Laju pertumbuhan bobot ikan selama pemeliharaan dalam pemberian

pakan dengan formulasi tepung limbah ikan pada setiap perlakuan menunjukkan

hasil yang berbeda. Hasil pertumbuhan spesifik (SGR) tertinggi yaitu pada

perlakuan 1 dengan presentase (tepung limbah ikan 40%) mencapai 2,99%, diikuti

Page 26: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/890/1/BAB I-V.docx · Web viewSebagai bahan kajian lebih lanjut dalam pengembangan usaha budidaya serta melengkapi referensi untuk peneliti

26

dengan perlakuan 2 (tepung limbah ikan 50%) pertumbuhan mencapai 2,90%,

sedangkan untuk laju pertumbuhan yang terendah terdapat pada perlakuan 3

(tepung limbah ikan 60%) yaitu sebesar 2,71%. (Lampiran 2). grafik laju

pertumbuhan harian dapat dilihat pada gambar 1 dibawah ini :

P1=40 P2=50 P3=60 Kontrol2.50

2.60

2.70

2.80

2.90

3.00

3.10

3.20

2.99

2.90

2.71

3.11

Pakan Tepung Limbah Ikan (%)

Laju

Per

tum

buha

n Sp

esifi

k (%

Bt/

Har

i)

Gambar 1. Grafik Nilai Laju Pertumbuhan Harian (SGR)

Tinggi rendahnya tingkat pertumbuhan spesifik benih ikan nila diduga

karena asam amino tepung limbah ikan dengan tepung kedelai saling melengkapi

sehingga polanya lebih dekat dengan kebutuhan ikan. Menurut lovell (1989)

bahwa pertumbuhan atau pembentukan jaringan tubuh paling besar dipengaruhi

oleh keseimbangan protein dan energi dalam pakan sehingga gizi yang diperoleh

untuk tumbuh selama pemeliharaan relatif cukup. Perbedaan pertumbuhan bobot

tersebut diduga karna adanya perbedaan nutrisi dari pakan tersebut. Nutrisi adalah

bahan baku yang dibutuhkan demi kelangsungan hidup suatu organisme,

digunakan oleh sel-sel tubuh untuk pembentukan bagian tubuh dan energi (Batu,

1982). Rendah nya pertumbuhan pada perlakuan P3 (tepung limbah ikan 60%),

karena mengandung nilai protein dalam bahan pakan yang tinggi, sehingga dapat

menyebabkan ikan cepat kenyang sehingga konsumsinya rendah.

Page 27: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/890/1/BAB I-V.docx · Web viewSebagai bahan kajian lebih lanjut dalam pengembangan usaha budidaya serta melengkapi referensi untuk peneliti

27

Hasil uji statistik ANOVA menunjukkan bahwa pemberian pakan dengan

persentase tepung limbah ikan yang berbeda (40%, 50%, dan 60%) tidak

berpengaruh nyata (F Hitung < F Tabel) terhadap laju pertumbuhan spesifik

(lampiran 3).

Menurut hoer et al. (1979) peningkatan kandungan protein dalam pakan

berakibat terlalu banyak kerja yang dilakukan oleh tubuh untuk pembentukan

glukosa dari asam-asam amino dengan meningkatkan efek panas dinamik khusus

sehingga ada energi yang dihamburkan dan tidak digunakan untuk pertumbuhan.

Selain dari itu pertumbuhan spesifik juga dipengaruhi oleh faktor lingkungan dan

kondisi air sehingga tiap perlakuan ada perbedaan pertumbuhan. Sesuai dengan

pernyataan huet (1971) dalam susanti (2003) menyatakan bahwa pertumbuhan

ikan dipengaruhi oleh faktor eksternal dan internal. Faktor eksternal merupakan

faktor yang berkaitan dengan lingkungan tempat hidup ikan yang meliputi sifat

fisika dan kimia air, ruang gerak dan ketersediaan makanan dari segi kualitas dan

kuantitas. Sedangkan faktor internal merupakan faktor yang berhubungan dengan

ikan itu sendiri seperti umur dan sifat genetik ikan yang meliputi keturunan,

kemampuan untuk memanfaatkan makanan dan ketahanan terhadap penyakit.

4.2.2. Efisiensi pakan

Efisiensi pakan merupakan jumlah pakan yang masuk dalam sistem

pencernaan ikan untuk melangsungkan metabolisme dalam tubuh dan

dimanfaatkan untuk pertumbuhan, Semakin tinggi nilai efisiensi pakan maka akan

semakin optimal dalam meningkatkan pertumbuhan (Efendi,1987), Efisiensi

pakan yang tertinggi terdapat pada perlakuan 1 (tepung limbah ikan 40%) berkisar

43,40%, kemudian diikuti perlakuan 2 (tepung limbah ikan 50%) sebesar 38,58%,

Page 28: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/890/1/BAB I-V.docx · Web viewSebagai bahan kajian lebih lanjut dalam pengembangan usaha budidaya serta melengkapi referensi untuk peneliti

28

sedangkan efisiensi pakan yang terendah terdapat pada perlakuan 3 (tepung

limbah ikan 60%) yaitu sebesar 33, 03%. (Lampiran 4).

Hasil analisis sidik ragam (ANOVA), Menunjukkan bahwa pemberian

jenis pakan dengan formulasi tepung limbah ikan yang berbeda (40%, 50%, dan

60%) menunjukkan hasil yang berbeda sangat nyata terhadap Efesiensi Pakan

dimana (F hitung > F tabel), Maka dilanjutkan dengan uji analisa lanjut (BNT)

beda nyata terkecil (Lampiran 5). Nilai efisiensi pakan dapat dilihat pada gambar

3 dibawah ini :

P1=40 P2=50 P3=60 kontrol0

10

20

30

40

50

60

43,4038,58

33,03

47,79

Pakan tepung limbah ikan (%)

Efisi

ensi

Pak

an (

%)

Gambar 2. Grafik Efisiensi pakan (EP)

Dari grafik diatas dapat dilihat bahwa rata-rata efisiensi pemberian pakan

meningkat, namun menurun pada pakan yang mengandung (tepung limbah ikan

60%), hal ini diduga karena kelabihan protein dalam bahan pakan sehingga tidak

digunakan untuk pertumbuhan tetapi akan dibuang dalam bentuk amonia (Lan dan

Pan, 1993). Semakin tinggi tingkat protein pakan perlakuan menghasilkan

efisiensi pemberian pakan yang nyata lebih rendah, karena komposisi bahan

penyusun pakan seperti karbohidrat menjadi lebih sedikit, sehingga dapat

menyebabkan rendahnya proporsi energi non-protein. Menurut buwono (2000),

rendahnya energi non-protein pada tingkat protein yang lebih tinggi

Page 29: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/890/1/BAB I-V.docx · Web viewSebagai bahan kajian lebih lanjut dalam pengembangan usaha budidaya serta melengkapi referensi untuk peneliti

29

memungkinkan katabolisme protein menjadi semakin besar karena katabolisme

protein membutuhkan energi yang lebih besar (30%) dalam proses penyerapanya

dibandingkan karbohidrat yang hanya 5%.

4.2.3. Food Convertion Rasio (FCR)

Rasio konversi pakan merupakan perbandingan antara jumlah pakan yang

dikonsumsi dengan pertambahan berat badan yang dihasilkan (Haetami, 2006),

Rasio konversi pakan yang tertinggi terdapat pada perlakuan 3 (tepung limbah

ikan 60%) sebesar 3,04%, diikuti perlakuan 2 (tepung limbah ikan 50%) sebesar

2,60%, sedangkan untuk Perlakuan1(tepung limbah ikan 40%) nilai konversi

pakan sebesar 2,30%, dan pada kontrol memiliki nilai konversi pakan yang paling

rendah (Lampiran 6).

Berdasarkan hasil uji statistik dengan mengunakan Analisa Variasi

(ANOVA) menunjukkan bahwa pemberian pakan dengan formulasi tepung

limbah ikan yang berbeda (40%, 50%, dan 60%) memberikan pengaruh yang

sangat nyata terhadap rasio konversi pakan (FCR) dimana (F Hitung > F Tabel)

(Lampiran 7). Maka dilanjutkan dengan uji analisa lanjut (BNT) beda nyata

terkecil (0,41) (Lampiran 8). Semakin tinggi rasio konversi pakan menunjukkan

bahwa perlakuan yang diberikan semakin tidak efektif dan efisien. Grafik rasio

konversi pakan dapat dilihat pada gambar dibawah ini :

Page 30: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/890/1/BAB I-V.docx · Web viewSebagai bahan kajian lebih lanjut dalam pengembangan usaha budidaya serta melengkapi referensi untuk peneliti

30

P1=40 P2=50 P3=60 kontrol0

0.51

1.52

2.53

3.5

2,302,60

3,04

2,09

Pakan Tepung Limbah Ikan (%)

FCR

(%)

Gambar 3. Grafik Konversi Pakan (FCR)

Lovell (1989) mengatakan bahwa tinggi rendahnya konversi pakan

ditentukan oleh beberapa faktor, terutama kualitas dan kuantitas pakan, jenis dan

ukuran ikan serta kualitas air. Perbedaan nilai FCR dari tiap perlakuan

memperlihatkan perbedaan kualitas pakan yang digunakan. Pakan yang banyak

mengandung protein akan menjadi salah satu pemacu pertumbuhan ikan. Keadaan

lingkungan, kualitas dan kuantitas pakan serta kondisi ikan itu sendiri

mempengaruhi pertumbuhan ikan, dan memiliki kaitan dengan tinggi rendahnya

konversi pakan yang dihasilkan (niagara, 1994). Semakin rendah nilai konversi

pakan, semakin sedikit yang dibutuhkan untuk menghasilkan 1 kg daging ikan,

artinya semakin efisiensi pakan tersebut diubah menjadi daging (Effendi, 1979).

4.2.4. Kelulushidupan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sintasan pakan benih ikan nila gift

yang dipelihara selama 30 hari dengan pemberian pakan dari formulasi tepung

limbah ikan menghasilkan nilai yang tertinggi pada perlakuan 2 dengan persentase

(tepung limbah ikan 50%) sehingga mencapai 69,05%, diikuti dengan P1

persentase (tepung limbah ikan 40%) sebesar 66,67%, sedangkan yang terendah

terdapat pada perlakuan P3 persentase (tepung limbah ikan 60%) yaitu mencapai

Page 31: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/890/1/BAB I-V.docx · Web viewSebagai bahan kajian lebih lanjut dalam pengembangan usaha budidaya serta melengkapi referensi untuk peneliti

31

59,52%, untuk pakan kontrol sendiri tingkat kelulushidupan lebih tinggi berkisar

73,81% (Lampiran 9).

Hasil uji statistik ANOVA menunjukkan bahwa pemberian pakan dengan

formulasi tepung limbah ikan yang berbeda (40%, 50%, dan 60%) tidak

memberikan pengaruh nyata terhadap tingkat kelangsungan hidup benih ikan nila

gift (F hitung < F tabel) (lampiran 10). grafik nilai tingkat kelangsungan hidup

ikan nila gift dapat dilihat pada gambar 2 dibawah ini:

P1=40 P2=50 P3=60 kontrol0.00

10.0020.0030.0040.0050.0060.0070.0080.00

66.67 69.0559.52

73.81

Pakan Tepung Limbah Ikan (%)

Kel

ulus

Hid

upan

(%)

Gambar 4. Grafik Tingkat Kelangsungan Hidup Ikan (SR)

Namun dari data hasil penelitian menunjukkan adanya pengaruh dalam

pemberian pakan dengan persentase tepung limbah ikan yang berbeda sehingga

pada masing-masing perlakuan terdapat nilai sintasan yang berbeda pula. hal ini

diduga karena ikan mengalami sedikit stres dengan adanya penimbangan berat

setiap 10 hari sekali dalam pemeliharan. Effendi (1997) menyatakan bahwa

derajat kelangsungan hidup dipengaruhi oleh faktor biotik yaitu persaingan

makanan, umur, kepadatan, dan penangganan manusia. selain dari itu

Kelangsungan hidup juga dipengaruhi oleh kualitas air, kebutuhan pakan, dan

Page 32: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/890/1/BAB I-V.docx · Web viewSebagai bahan kajian lebih lanjut dalam pengembangan usaha budidaya serta melengkapi referensi untuk peneliti

32

lingkungan, Pada stdia benih merupakan tahapan yang masih kritis dalam siklus

hidup ikan (Effendi, 2004).

Pemberian pakan yang sesuai dengan kebutuhan gizi serta bukaan mulut

dari benih ikan uji akan menyebabkan kestabilan kualitas sintasan benih ikan akan

lebih bagus, hal ini sesuai dengan pernyataan supriyadi dkk, (2008) dalam kitri

(2010) menyatakan bahwa ikan juga cenderung memilih pakan alami yang

berukuran kecil, mudah ditangkap, dan pergerakan dari pakan tersebut ikan

tertarik untuk memangsa pakan.

4.2.5. Kualitas Air

Air berperan sangat penting sebagai media hidup bagi ikan, maka dalam

budidaya perairan, kualitas air atau media hidup bagi ikan mutlah diperhatikan

demi menjaga kehidupan yang sesuai bagi ikan budidaya. Hasil pengukuran suhu

selama penelitian adalah 26-28oC, pada kisaran suhu tersebut benih ikan nila gift

dapat hidup dengan baik nafsu makanya tinggi. Santoso (1996) menyatakan

bahwa suhu optimum untuk pertumbuhan dan perkembangbiakan ikan nila

sebesar 25-30oC. Suhu mempengaruhi aktifitas metabolisme organisme, karena itu

penyebaran organisme baik di lautan maupun di perairan tawar dibatasi oleh suhu

perairan tersebut. Laju pertumbuhan meningkat sejalan dengan kenaikan suhu,

dapat menekan kehidupan hewan budidaya bahkan menyebabkan kematian bila

peningkatan suhu ekstri (Gufran, 2007).

Berdasarkan data kualitas air dapat diketahui bahwa pH selama penelitian

berkisar antara 7-7,4, pH air selama masa penelitian ini masih dalam kisaran

optimum untuk pemeliharaan ikan, dari pH tersebut dapat diketahui bahwa pakan

Page 33: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/890/1/BAB I-V.docx · Web viewSebagai bahan kajian lebih lanjut dalam pengembangan usaha budidaya serta melengkapi referensi untuk peneliti

33

buatan yang diberikan tidak memberikan pengaruh buruk terhadap kualitas air.

lovell (1989) menyatakan bahwa ikan nila mampu mentoler pH air antara 5-11.

Derajat keasaman (pH) merupakan salah satu indikator kualitas

lingkungan air. Air yang mendekati basa dapat lebih cepat mendorong proses

pembongkaran bahan anorganik menjadi garam mineral seperti amonia, nitrat dan

phosfat (Soeseno, 1983).

Kandungan oksigen terlarut (DO) selama penelitian berkisar antara 5-6,3

mg/L. boyd (1990) memberikan kisaran oksigen yang baik bagi kehidupan ikan

nila yaitu lebih dari 5 mg/L. Oksigen (O2) adalah salah satu jenis gas terlarut

dalam air dengan jumlah yang sangat banyak, yaitu menempati urutan kedua

setelah nitrogen. Namun jika dilihat dari segi kepentingan untuk kegiatan

budidaya ikan, oksigen menempati urutan teratas. Organisme perairan

membutuhkan oksigen guna pembakaran makanan untuk menghasilkan aktifitas,

berenang, pertumbuhan, reproduksi dan sebaliknya (kordi, 2007).

Page 34: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/890/1/BAB I-V.docx · Web viewSebagai bahan kajian lebih lanjut dalam pengembangan usaha budidaya serta melengkapi referensi untuk peneliti

34

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksakan maka dapat diambil

kesimpulan sebagai berikut:

1. Pemberian Pakan dengan persentase Tepung Limbah Ikan (40%, 50%, dan

60%) tidak memberikan pengaruh nyata terhadap laju pertumbuhan

spesifik dan sintasan, tetapi berpengaruh nyata terhadap efesiensi pakan

(EP) dan Rasio Konversi Pakan (FCR).

2. Penggunaan tepung limbah ikan (40%) kedalam pakan pada perlakuan 1

menunjukkan hasil tertinggi dibandingkan perlakuan 2 dan 3 (50% dan

60%) tepung limbah ikan, dimana pada perlakuan 1 Laju Pertumbuhan

Spesifik sebesar 2,99%, Sintasan 66,67%, Efesiensi Pakan 43,40%, dan

Konversi Pakan 2,30%.

5.2. Saran

Page 35: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/890/1/BAB I-V.docx · Web viewSebagai bahan kajian lebih lanjut dalam pengembangan usaha budidaya serta melengkapi referensi untuk peneliti

35

Perlu adanya penelitian lanjutan tentang pemberian pakan dengan

formulasi tepung limbah ikan yang berbeda terhadap ikan jenis lainya.

DAFTAR PUSTAKA

Afrianto dan Linawati, 2005. Membut Pakan Air Tawar. Penerbit Kanisus. Jokjakarta 68 hal.

Ahmad Mujiman, 2004. Pengantar Ilmu Pangan, Nutrisi dan Mikrobiologi. Edisi Kedua. Gadjah Mada University Press. Jakarta. 381 hal.

Boyd, 1990. Penuntun praktikum pengetahuan bahan gizi pakan. Fakultas ilmu kelautan universitas riau. Pekanbaru

Buwono, 2005. Pembenihan dan pembesaran ikan. Penerbit kanisius. Yogyakarta

Batu, 1982. Analisis formulasi pakan. Pekanbaru. Universitas bogor

Carman Odang, dkk, 2010. Budidaya Ikan Air Tawar. Knisus.

Djarijah, 1989. Pemanfaatan Tepung Kedelai Sebagai peganti tepung ikan dalam pakan ikan. Pekan Baru. 59 halaman

.Effendi, 2004. Metodologi Biologi Perikanan. Yayasan Sri Dwi. Bogor. 112 hal.

Fujaya, 2004. Pakan Apung Air Tawar. Medan.

Hutomo, 2007. Pengaruh Kadar Protein Yang Berbeda Dengan Rasio Energi Protein. Jogkjakarta. Universitas gajah mada

Page 36: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/890/1/BAB I-V.docx · Web viewSebagai bahan kajian lebih lanjut dalam pengembangan usaha budidaya serta melengkapi referensi untuk peneliti

36

Haetami, 2010. Fisiologi ikan. Pusat antar universitas ilmu hayati. Institut pertanian bogor

Khairuman, 2002. Pengaruh pakan dengan kadar protein berbeda terhadap efesiensi Pakan. Program pasca sarjana. Institut Pertanian Bogor. 54 hal.

Khadijah dkk, 2004. Komposisi nutrisi beberapa bahan baku lokal Dan nilai kebutuhan protein. Jurnal penelitian perikanan indonesia. 45-52.

Kitri, w. 2010. Pengaruh pemberian pakan alami yang berbeda terhadap sintasan dan pertumbuhan benih ikan palmas (polyterus senegeruscuvier, 1892). Universitas indonesia. Depok

Kordi, gufron. M, H. Baso tancung, A.2007. pengelolaan kualitas air dalam budidaya perairan. Rineka. Jakarta

Khairuman dan Amri, 2008; Saade, 2009.“Pellet Sebagai Makanan Ikan”, Sinar Tani, Jakarta.

Lovell, 2001. Nutrient and Feeding of Fish. Van Nostrand Reindhold. New York.

Murtijdo, 1998. Pedoman meramu pakan ikan. Penebar Swadaya. Jakarta.

Niagara, 1994. Desain dan analisis eksperimen. Edisi kedua. Tarsito. Bandung

Suyanto, S,R, 2009. Pemijahan Ikan – Ikan Tropis. Fakultas perikanan Universitas Brawijaya. Malang.

SNI, 1992. Komposisi Pakan dan Mutu Tepung Limbah Ikan. http/comunity. Um.ac.id.

Sahwan, 2004. Pakan Ikan dan Udang : Formulasi, Pembuatan, Analisis Ekonomi. Penebar Swadaya.

Sudjana, 1991. Desain dan analisis Eksperimen. Edisi II. Tarsito. Bandung. 412 hal.

Susanti, D. 2003. Pengaruh pemberian pakan yang berbeda terhadap kualitas air, kelangsungan hidup dan pertumbuhan ikan mas di keramba jaring apung. Institut pertanian bogor (IPB). Bogor

Soeseno, 1983. Pengaruh pemupukan lanjutan terhadap sintasan laju

pertumbuhan Benih ikan nila pada pendederan pertama. Yayasan pustaka nusatama. Yogyakarta

Santoso, 1996. Makanan ikan. Direktorat jenderal perikanan. Departemen

Page 37: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/890/1/BAB I-V.docx · Web viewSebagai bahan kajian lebih lanjut dalam pengembangan usaha budidaya serta melengkapi referensi untuk peneliti

37

Watanabe, T. 1989. Fish Nutrition and Mariculture. Departemen of Aquatic Bioscient. Tokyo University of Fisheries. Jica, 233 pp.

Wardoyo, 1999. Peranan Kualitas Air. Yayasan pustaka nusatama. Bandung.