repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1101/1/BAB I-V.docx · Web viewDari segi sarana dan...

122
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kehamilan merupakan suatu proses yang dialami oleh wanita di seluruh dunia. Masa kehamilan dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin, lamanya hamil normal adalah 280 hari ( 40 minggu atau 9 bulan 7 hari) dihitung dari hari pertama haid terakhir. Kehamilan dibagi dalam 3 triwulan yaitu triwulan pertama dimulai dari konsepsi sampai 3 bulan, triwulan kedua dimulai dari 4 bulan sampai 6 bulan, triwulan ketiga dari bulan 7 sampai 9 bulan (Prawirohardjo, 2006). Antenatal Care (ANC)/Asuhan antenatal adalah suatu program yang terencana berupa observasi, edukasi dan penanganan medik pada ibu hamil, untuk memperoleh suatu proses kehamilan dan persalinan yang aman dan memuaskan. Kunjungan ANC sebaiknya dilakukan sekurang- kurangnya 4 kali selama kehamilan yaitu K1 sampai dengan K4 (Rosfanty, 2010).

Transcript of repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1101/1/BAB I-V.docx · Web viewDari segi sarana dan...

Page 1: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1101/1/BAB I-V.docx · Web viewDari segi sarana dan fasilitas pelayanan kesehatan, hingga bulan Desember 2013, tercatat terdapat 9.655 Puskesmas

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kehamilan merupakan suatu proses yang dialami oleh wanita di seluruh

dunia. Masa kehamilan dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin, lamanya

hamil normal adalah 280 hari ( 40 minggu atau 9 bulan 7 hari) dihitung dari hari

pertama haid terakhir. Kehamilan dibagi dalam 3 triwulan yaitu triwulan pertama

dimulai dari konsepsi sampai 3 bulan, triwulan kedua dimulai dari 4 bulan sampai

6 bulan, triwulan ketiga dari bulan 7 sampai 9 bulan (Prawirohardjo, 2006).

Antenatal Care (ANC)/Asuhan antenatal adalah suatu program yang

terencana berupa observasi, edukasi dan penanganan medik pada ibu hamil, untuk

memperoleh suatu proses kehamilan dan persalinan yang aman dan memuaskan.

Kunjungan ANC sebaiknya dilakukan sekurang-kurangnya 4 kali selama

kehamilan yaitu K1 sampai dengan K4 (Rosfanty, 2010).

Menurut WHO tahun 2015 Angka Kematian Ibu (AKI) di negara-negara Asia

Tenggara seperti Malaysia (40/100.000 kelahiran hidup), Brunei Darussalam

(23/100.000 KH), Vietnam (54/100.000 KH), serta Singapore (10/100.000 KH).

Dibandingkan dengan negara-negara Asia Tenggara, Angka kematian ibu (AKI)

di indonesia masih cukup tinggi yaitu (126/100.000 KH) (WHO, 2015).

Angka kematian ibu melahirkan di Indonesia saat ini tergolong masih cukup

tinggi dibandingkan negara-negara lain, padahal Angka Kematian Ibu (AKI) dan

angka kematian bayi (AKB) menjadi salah satu indikator penting dalam

Page 2: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1101/1/BAB I-V.docx · Web viewDari segi sarana dan fasilitas pelayanan kesehatan, hingga bulan Desember 2013, tercatat terdapat 9.655 Puskesmas

2

menentukan derajat kesehatan masyarakat. Berdasarkan Survei Demografi dan

Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012, angka kematian ibu (yang berkaitan

dengan kehamilan, persalinan, dan nifas) sebesar 359 per 100.000 kelahiran

hidup. Angka ini masihcukup tinggi apalagi jika dibandingkan dengan negara-

negara tetangga (Kemenkes, 2014).

Pemeriksaan kehamilan (antenatal care) merupakan kunjungan kesehatan

yang diberikan kepada ibu selama hamil yang sesuai dengan pedoman pelayanan

antenatal care yang ditentukan. Kunjungan antenatal care merupakan kunjungan

ibu hamil ke bidan atau ke dokter sedini mungkin semenjak ia merasa dirinya

hamil untuk mendapatkan pelayanan/asuhan antenatal. Pada setiap kunjungan

pemeriksaan ibu hamil (antenatal care) petugas mengumpulkan dan menganalisis

data mengenai kondisi ibu melalui anamnesis dan pemeriksaan fisik untuk

mendapatkan diagnosis kehamilan intra uterin, serta ada tidaknya masalah atau

komplikasi (Depkes RI, 2009).

Pelayanan kesehatan ibu hamil diwujudkan melalui pemberian pelayanan

antenatal sekurang-kurangnya 4 kali selama masa kehamilan, dengan distribusi

waktu minimal 1 kali pada trimester pertama (usia kehamilan 0-12 minggu),

minimal 1 kali pada trimester kedua (usia kehamilan 12-24 minggu), dan minimal

2 kali pada trimester ketiga (usia kehamilan 24 minggu - lahir). Standar waktu

pelayanan tersebut dianjurkan untuk menjamin perlindungan terhadap ibu hamil

dan janin, berupa deteksi dini faktor risiko, pencegahan dan penanganan dini

komplikasi kehamilan (Profil Kesehatan Indonesia, 2013).

Page 3: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1101/1/BAB I-V.docx · Web viewDari segi sarana dan fasilitas pelayanan kesehatan, hingga bulan Desember 2013, tercatat terdapat 9.655 Puskesmas

3

Capaian pelayanan kesehatan ibu hamil dapat dinilai dengan menggunakan

indikator Cakupan K1 dan K4. Cakupan K1 adalah jumlah ibu hamil yang telah

memperoleh pelayanan antenatal care pertama kali oleh tenaga kesehatan,

dibandingkan jumlah sasaran ibu hamil di satu wilayah kerja pada kurun waktu

satu tahun. Sedangkan Cakupan K4 adalah jumlah ibu hamil yang telah

memperoleh pelayanan antenatal care sesuai dengan standar paling sedikit 4 kali

sesuai jadwal yang dianjurkan, dibandingkan jumlah sasaran ibu hamil di satu

wilayah kerja pada kurun waktu satu tahun. Indikator tersebut memperlihatkan

akses pelayanan kesehatan terhadap ibu hamil dan tingkat kepatuhan ibu hamil

dalam memeriksakan kehamilannya ke tenaga kesehatan ( Profil Kesehatan

Indonesia, 2013).

Berbagai program dan kegiatan telah dilaksanakan oleh Kementerian

Kesehatan untuk semakin mendekatkan akses pelayanan kesehatan yang

berkualitas kepada masyarakat hingga ke pelosok desa, termasuk untuk

meningkatkan cakupan pelayanan antenatal. Dari segi sarana dan fasilitas

pelayanan kesehatan, hingga bulan Desember 2013, tercatat terdapat 9.655

Puskesmas di seluruh Indonesia. Dengan demikian rasio Puskesmas terhadap

30.000 penduduk sudah melampaui rasio ideal 1:30.000 penduduk. Sampai

dengan tahun 2013, tercatat terdapat 54.731 Poskesdes yang beroperasi dan

280.225 Posyandu di Indonesia ( Kemenkes, 2013).

Data Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2013 menunjukkan bahwa cakupan

K4 di Indonesia pada tahun 2011 sebesar 88,27% dan mengalami peningkatan

pada tahun 2012 menjadi 90,18% sedangkan pada tahun 2013 mengalami

Page 4: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1101/1/BAB I-V.docx · Web viewDari segi sarana dan fasilitas pelayanan kesehatan, hingga bulan Desember 2013, tercatat terdapat 9.655 Puskesmas

4

penurunan kembali menjadi 86,85% padahal Kementerian Kesehatan RI

memberikan target cakupan K4 sebesar 90%. Penurunan angka cakupan K4 di

Indonesia akan meningkatkan resiko kenaikan Angka Kematian Ibu (AKI) dan

Angka Kematian Bayi ( AKB) ( Kemenkes, 2014).

Berdasarkan hasil penelitian Pongsi Bidang (2013) menunjukkan bahwa dari 8

variabel yang diteliti terdapat 3 variabel yang berhubungan dengan kunjungan

antenatal care yaitu pengetahuan, sikap, dan ketersediaan transportasi. Perilaku

antenatal care penting untuk mengetahui dampak kesehatan bayi dan si ibu

sendiri, sementara faktanya masih banyak ibu-ibu yang menganggapkehamilan

sebagai hal yang biasa, alamiah dan kodrati, mereka merasa tidak

perlumemeriksakan kehamilannya secara rutin ke bidan atau tenaga kesehatan

sehingga menyebabkan tidak terdeteksinya faktor resiko tinggi yang mungkin

dialami oleh mereka (Maas, 2004).

Menurut Agnes (2005) bahwa dukungan suami merupakan hal yang tidak

dapat diabaikan dalam perubahan perilaku ibu hamil. Suami perlu memberikan

penjelasan dan pengajaran pada ibu untuk memeriksa kehamilan minimal 4 kali

selama kehamilan. Dukungan suami akan memberikan kontribusi yang besar

dalam tercapainya kunjungan K4 dan meminimalkan resiko yang terjadi selama

kehamilan dan persalinan.

Dukungan dari petugas puskesmas juga merupakan salah satu faktor penting

dalam perilaku kesehatan misalnya kunjungan K4. Apabila seorang ibu telah

mendapat penjelasan tentang pemeriksaan kehamilan yang benar dari petugas

kesehatan maka ibu tersebut pasti mencoba menerapkannya, akan tetapi karena

Page 5: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1101/1/BAB I-V.docx · Web viewDari segi sarana dan fasilitas pelayanan kesehatan, hingga bulan Desember 2013, tercatat terdapat 9.655 Puskesmas

5

lingkungannya belum ada yang menerapkan, maka ibu tersebut menjadi asing dan

bukan tidak mungkin ibu tidak mau melakukan ke petugas kesehatan untuk

memeriksa kehamilannya.

Rendahnya cakupan K4 di Indonesia tidak terlepas dari rendahnya cakupan

K4 di 21 provinsi dengan cakupan kurang dari 90% yang menjadi target

Kementerian Kesehatan RI. Salah satu provinsi yang memiliki cakupan K4

terendah ke 10 di Indonesia pada tahun 2013 yaitu Provinsi Aceh dengan cakupan

K4 hanya sebesar 81,75% sedangkan cakupan K1 di Provinsi Aceh yaitu 84 %.

( Kemenkes, 2014).

Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Barat

didapatkan cakupan Indikator pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak dua tahun

terakhir yaitu cakupan K1 tahun 2014 85,40% dan cakupan K1 tahun 2015

sebesar 88,0%, hal ini menggambarkan bahwa akses ibu hamil sudah baik, artinya

sudah banyak ibu hamil yang terjangkau oleh pelayanan kesehatan walaupun

belum mencapai target yaitu 95%. Sedangkan untuk cakupan K4 tahun 2014

78,69%, dan cakupan K4 pada tahun 2015 sebesar 81,0%. Hal ini juga

menggambarkan bahwa sudah ada kenaikan persentase K4 namun belum juga

mencapai target 95% (Dinkes Aceh Barat, 2016).

Berdasarkan Survei pendahuluan pada tanggal 12 Mei 2016 di UPTD

Puskesmas PIR Batee Puteh didapatkan bahwa cakupan K1 pada tahun 2015 yaitu

sebesar 78,0 % dan cakupan ini belum mencapai target yang ditetapkan yaitu

100%. Sedangkan cakupan K4 yaitu sebesar 62,0 % belum mencapai target yang

ditetapkan yaitu 100% (Puskesmas PIR Batee Puteh, 2016).

Page 6: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1101/1/BAB I-V.docx · Web viewDari segi sarana dan fasilitas pelayanan kesehatan, hingga bulan Desember 2013, tercatat terdapat 9.655 Puskesmas

6

Hasil wawancara awal yang telah dilakukan oleh peneliti dengan 10 orang ibu

hamil diperoleh bahwa dari 10 orang ibu hamil yang diwanwancarai oleh peneliti

terdapat 6 orang ibu yang tidak melakukan pemeriksaan kehamilan secara lengkap

dengan rincian sebanyak 4 orang yang tidak pernah sekalipun melakukan

pemeriksaan kehamilan, sebanyak 2 orang pernah memeriksakan kehamilan akan

tetapi hanya sebanyak 1 kali, hal ini terjadi karena alasan kehamilan adalah hal

biasa yang akan dihadapi oleh setiap wanita sehingga tidak perlu dilakukan

pemeriksaan khusus, dan suami juga tidak mendukung untuk melakukan

pemeriksaan kehamilan sejak awal karena melihat ibu dalam kondisi sehat. Ibu-

ibu hamil tersebut belum mengetahui tanda-tanda bahaya pada kehamilan dan

tanda-tanda persalinan serta kurangnya informasi yang diperoleh sehingga ibu-ibu

tersebut tidak mengetahui waktu yang seharusnya untuk memeriksakan

kehamilannya ke tenaga kesehatan. Terdapat 4 orang ibu hamil yang dilakukan

wawancara menyatakan melakukan pemeriksaan kehamilan dengan lengkap

(melakukan kunjungan K-1 dan K-4) selama kehamilannya karena suami dan

keluarga yang terus mengingatkan ibu untuk melakukan pemeriksaan kehamilan

secara rutin dan tenaga kesehatan yang terus mengingatkan ibu dan keluarga

untuk melakukan pemeriksaan kesehatan.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah disebutkan sebelumnya, maka rumusan

masalah dalam penelitian ini adalah “Faktor-faktor yang mempengaruhi

Kunjungan Antenatal Care (ANC) pada Ibu Hamil di UPTD Puskesmas PIR

Batee Puteh Kecamatan Woyla Barat Kabupaten Aceh Barat”.

Page 7: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1101/1/BAB I-V.docx · Web viewDari segi sarana dan fasilitas pelayanan kesehatan, hingga bulan Desember 2013, tercatat terdapat 9.655 Puskesmas

7

1.3. Tujuan Penelitian

1.3.1. Tujuan Umum

Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi Kunjungan Antenatal Care

(ANC) pada Ibu Hamil di UPTD Puskesmas PIR Batee Puteh Kecamatan Woyla

Barat Kabupaten Aceh Barat.

1.3.2. Tujuan Khusus

Adapun tujuan khusus dalam penelitian ini adalah untuk :

1. Mengetahui pengaruh Pengetahuan Ibu terhadap Kunjungan Antenatal Care

(ANC) di UPTD Puskesmas PIR Batee Puteh Kecamatan Woyla Barat

Kabupaten Aceh Barat.

2. Mengetahui pengaruh Sikap Ibu terhadap Kunjungan Antenatal Care (ANC)

di UPTD Puskesmas PIR Batee Puteh Kecamatan Woyla Barat Kabupaten

Aceh Barat.

3. Mengetahui pengaruh Dukungan Suami terhadap Kunjungan Antenatal Care

(ANC) di UPTD Puskesmas PIR Batee Puteh Kecamatan Woyla Barat

Kabupaten Aceh Barat.

4. Mengetahui pengaruh Keterpaparan Media terhadap Kunjungan Antenatal

Care (ANC) di UPTD Puskesmas PIR Batee Puteh Kecamatan Woyla Barat

Kabupaten Aceh Barat.

Page 8: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1101/1/BAB I-V.docx · Web viewDari segi sarana dan fasilitas pelayanan kesehatan, hingga bulan Desember 2013, tercatat terdapat 9.655 Puskesmas

8

1.4. Hipotesis Penelitian

Hipotesis yang diajukan pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Hα : Ada pengaruh antara faktor Pengetahuan terhadap Kunjungan Antenatal

Care (ANC) di UPTD Puskesmas PIR Batee Puteh Kecamatan Woyla Barat

Kabupaten Aceh Barat.

2. Hα : Ada pengaruh antara faktor Sikap terhadap Kunjungan Antenatal Care

(ANC) di UPTD Puskesmas PIR Batee Puteh Kecamatan Woyla Barat

Kabupaten Aceh Barat.

3. Hα : Ada pengaruh antara faktor Dukungan Suami terhadap Kunjungan

Antenatal Care (ANC) di UPTD Puskesmas PIR Batee Puteh Kecamatan

Woyla Barat Kabupaten Aceh Barat.

4. Hα : Ada pengaruh antara faktor Keterpaparan Media terhadap Kunjungan

Antenatal Care (ANC) di UPTD Puskesmas PIR Batee Puteh Kecamatan

Woyla Barat Kabupaten Aceh Barat.

1.5. Manfaat Penelitian

Penelitian ini mempunyai manfaat sebagai berikut:

1.5.1. Manfaat Praktis

1. Bagi masyarakat

Penelitian ini dapat memberikan informasi dini kepada ibu-ibu hamil tentang

pentingnya melakukan kunjungan pemeriksaan kehamilan.

2. Bagi Fakultas Kesehatan Masyarakat

Sebagai bahan dan sumber referensi mengenai capaian pelayanan kesehatan

ibu hamil tentang rendahnya cakupan K1 dan K4 dan penelitian selanjutnya.

Page 9: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1101/1/BAB I-V.docx · Web viewDari segi sarana dan fasilitas pelayanan kesehatan, hingga bulan Desember 2013, tercatat terdapat 9.655 Puskesmas

9

1.5.2. Manfaat Teoritis

1. Bagi Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Barat , hasil penelitian dapat menjadi

bahan informasi untuk meningkatkan penyuluhan tentang pentingnya

melakukan kunjungan pemeriksaan lengkap bagi ibu hamil.

2. Bagi UPTD Puskesmas PIR Batee Puteh dapat digunakan sebagai informasi

masukan dalam meningkatkan pelayanan khususnya pada program kegiatan

peningkatan dan pengawasan mengenai kunjungan ibu hamil dalam

memeriksakan kehamilannya.

3. Bagi peneliti untuk menambah wawasan dalam mengembangkan diri pada

ilmu kesehatan masyarakat dan untuk meningkatkan kemampuan menulis dan

juga melakukan penelitian.

Page 10: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1101/1/BAB I-V.docx · Web viewDari segi sarana dan fasilitas pelayanan kesehatan, hingga bulan Desember 2013, tercatat terdapat 9.655 Puskesmas

10

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Antenatal Care

Pemeriksaan antenatal care (ANC) adalah pemeriksaan kehamilan untuk

mengoptimalkan kesehatan mental dan fisik ibu hamil. Sehingga mampu

menghadapi persalinan, kala nifas, persiapan pemberi ASI dan kembalinya

kesehatan reproduksi secara wajar (Manuaba, 2008). Kunjungan antenatal care

(ANC) adalah kunjungan ibu hamil ke bidan atau dokter sedini mungkin semenjak

ia merasa dirinya hamil untuk mendapatkan pelayanan asuhan antenatal.

Pelayanan antenatal care yaitu untuk mencegah adanya komplikasi obstetri bila

mungkin dan memastikan bahwa komplikasi dideteksi sedini mungkin serta

ditangani secara memadai (Yeyeh, 2009).

Menurut WHO (2010), Antental Care adalah pengawasan sebelum persalinan

terutama ditujukan pada pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim.

Pemeriksaan kehamilan atau ANC merupakan pemeriksaan ibu hamil baik fisik

dan mental serta menyelamatkan ibu dan anak dalam kehamilan, persalinan dan

masa nifas, sehingga keadaan mereka post partum sehat dan normal, tidak hanya

fisik tetapi juga mental. Pelayanan antenatal terintegrasi merupakan integrasi

pelayanan antenatal care rutin dengan beberapa program lain yang sasarannya

pada ibu hamil, sesuai prioritas Departemen Kesehatanyang diperlukan guna

meningkatkan kualitas pelayanan antenatal care (Yeyeh, 2009).

Page 11: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1101/1/BAB I-V.docx · Web viewDari segi sarana dan fasilitas pelayanan kesehatan, hingga bulan Desember 2013, tercatat terdapat 9.655 Puskesmas

11

Program-program yang di integrasikan dalam pelayanan antenatal care

meliputi : Maternal Neonatal Tetanus Elimination (MNTE), Antisipasi Defisiensi

Gizi dalam Kehamilan (Andika), Pencengahan dan pengobatan IMS/ISR dalam

Kehamilan (PIDK), Eliminasi Sifilis Kongenital (ESK) dan Frambusia,

pencengahan dan penularan HIV dari ibu ke Bayi (PMTCT), Pencengahan

Malaria dalam Kehamilan (PMDK), Penatalaksanaan TB dalam kehamilan (TB-

ANC) dan kusta, Pencengahan Kecacingan dalam Kehamilan (PKDK),

Penangulangan Ganguan Intelegensia pada Kehamilan (PAGIN) (Depkes RI,

2009).

Menurut Prawirohardjo (2005) Antenatal care (ANC) juga merupakan salah

satu upaya pencegahan awal dari faktor risiko kehamilan. Menurut World Health

Organization (WHO) Antenatal care untuk mendeteksi dini terjadinya risiko

tinggi terhadap kehamilan dan persalinan juga dapat menurunkan angka kematian

ibu dan memantau keadaan janin. Idealnya bila tiap wanita hamil mau

memeriksakan kehamilannya, bertujuan untuk mendeteksi kelainan-kelainan yang

mungkin ada atau akan timbul pada kehamilan tersebut cepat diketahui, dan

segera dapat di atasi sebelum berpengaruh tidak baik terhadap kehamilan tersebut

dengan melakukan pemeriksaan Antenatal care.

Apabila ibu hamil tidak melakukan pemeriksaan kehamilan, maka tidak akan

diketahui apakah kehamilannya berjalan dengan baik atau mengalami keadaan

risiko tinggi dan komplikasi obstetri yang dapat membahayakan kehidupan ibu

dan janinnya. Dan dapat menyebabkan morbiditas dan mortalitas yang tinggi

(Saifuddin, 2002).

Page 12: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1101/1/BAB I-V.docx · Web viewDari segi sarana dan fasilitas pelayanan kesehatan, hingga bulan Desember 2013, tercatat terdapat 9.655 Puskesmas

12

Kunjungan Antenatal Care (ANC) adalah kontak ibu hamil dengan pemberi

perawatan atau asuhan dalam hal mengkaji kesehatan dan kesejahteraan bayi serta

kesempatan untuk memperoleh informasi dan memberi informasi bagi ibu dan

petugas kesehatan (Henderson, 2006). Pada setiap kunjungan Antenatal Care

(ANC), petugas mengumpulkan dan menganalisis data mengenai kondisi ibu

melalui anamnesis dan pemeriksaan fisik untuk mendapatkan diagnosis kehamilan

intrauterine, serta ada tidaknya masalah atau komplikasi dan memastikan bahwa

komplikasi dideteksi sedini mungkin serta ditangani secara memadai (Saifuddin

dalam Padila, 2014).

2.1.1 Tujuan Antenatal Care

Ada beberapa tujuan antenatal care menurut (Kusmiyati,et al.,2008) yaitu

mempromosikan dan menjaga kesehatan fisik dan mental ibu dan bayi dengan

memberikan pendidikan gizi, kebersihan diri dan proses kelahiran bayi,

mendeteksi dan menatalaksanakan komplikasi medis, bedah ataupun

obstetriselama kehamilan, mengembangkan persiapan persalinan serta rencana

kesiagaan menghadapi komplikasi, membantu menyiapkan ibu untuk menyusui

dengan sukses, menjalankan puerperium normal, dan merawat anak secara fisik,

psikologi dan sosial.

Menurut Fitrihanda (2012), fungsi antenatal adalah sebagai berikut :

a. Promosi kesehatan selama kehamilan melalui sarana dan aktifitas pendidikan.

b. Melakukan screning, identifikasi wanita dengan kehamilan risiko tinggi dan

merujuk bila perlu.

Page 13: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1101/1/BAB I-V.docx · Web viewDari segi sarana dan fasilitas pelayanan kesehatan, hingga bulan Desember 2013, tercatat terdapat 9.655 Puskesmas

13

c. Memantau kesehatan selama hamil dengan usaha mendeteksi dan menangani

masalah yang terjadi.

Tujuan utama antenatal care adalah untuk menfasilitasi hasil yang sehat dan

positif bagi ibu maupun bayinya dengan membina hubungan saling percaya

dengan ibu, mendeteksi komplikasi-komplikasi yang dapat mengancam jiwa,

mempersiapkan kelahiran, dan memberikan pendidikan. Antenatal care penting

untuk menjamin agarproses alamiah tetap berjalan selama kehamilan (Marmi,

2011).

Menurut Jaringan Nasional Pelatihan Klinik Kesehatan Reproduksi/

Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia (JNPKKR/POGI) tahun 2002,

tujuan dari ANC meliputi :

a. Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu dan tumbuh

kembang bayi

b. Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental, dan sosial ibu

dan bayi

c. Mengenali secara dini adanya ketidaknormalan atau komplikasi yang mungkin

terjadi selama hamil, termasuk riwayat penyakit secara umum, kebidanan dan

pembedahan.

d. Mempersiapkan persalinan cukup bulan, melahirkan dengan selamat, ibu

maupun bayinya dengan trauma seminimal mungkin.

e. Mempersiapkan ibu agar masa nifas berjalan normal dan pemberian ASI

Eksklusif

Page 14: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1101/1/BAB I-V.docx · Web viewDari segi sarana dan fasilitas pelayanan kesehatan, hingga bulan Desember 2013, tercatat terdapat 9.655 Puskesmas

14

f. Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran bayi agar

dapat tumbuh kembang secara normal.

g. Mengurangi bayi lahir prematur, kelahiran mati, kematian neonatal, dan

mempersiapkan kesehatan yang optimal bagi janin (Rukiyah dan Yulianti,

2014).

Asuhan antenatal penting untuk menjamin agar proses alamiah tetap berjalan

normal selama kehamilan. Kehamilan dapat berkembang menjadi masalah atau

komplikasi setiap saat. Kehamilan bisa saja membawa resiko bagi ibu. World

Health Organization (WHO) memperkirakan sekitar 15% dari seluruh wanita

hamil akan berkembang menjadi komplikasi yang berkaitan dengan kehamilannya

serta dapat mengancam jiwanya. Dari 5.600.000 wanita hamil di Indonesia,

sejumlah besar akan mengalami suatu komplikasi atau masalah yang bisa menjadi

fatal (Hani, Kusbandiyah, Marjati, dan Yulifah, 2011).

Mengacu pada penjelasan di atas, bagi ibu hamil dan suami/keluarga dapat

mengubah pola berpikir yang hanya datang ke dokter jika ada permasalahan

dengan kehamilannya. Karena dengan pemeriksaan kehamilan yang teratur,

diharapkan proses persalinan dapat berjalan dengan lancar dan selamat, dan yang

lebih penting adalah kondisi bayi yang dilahirkan juga sehat, begitu pula dengan

ibunya.

2.1.2 Kebijakan Program Pelayanan ANC

Kebijakan Departemen Kesehatan dalam upaya mempercepat penurunan

Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) pada dasarnya

mengacu kepada intervensi strategis “Empat Pilar Safe Motherhood” yaitu

Page 15: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1101/1/BAB I-V.docx · Web viewDari segi sarana dan fasilitas pelayanan kesehatan, hingga bulan Desember 2013, tercatat terdapat 9.655 Puskesmas

15

meliputi : Keluarga Berencana, Antenatal care, Persalinan Bersih dan Aman, dan

Pelayanan Obstetri Essensial. Pendekatan pelayanan obstetrik dan neonatal

kepada setiap ibu hamil ini sesuai dengan pendekatan Making Pregnancy Safer

(MPS), yang mempunyai 3 (tiga) pesan kunci yaitu :

a. Setiap persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan terlatih.

b. Setiap komplikasi obstetrik dan neonatal mendapat pelayanan yang adekuat.

c. Setiap perempuan dalam usia subur mempunyai akses pencegahan dan

penatalaksanaan kehamilan yang tidak diinginkan dan penanganan komplikasi

keguguran.

Kebijakan program pelayanan antenatal menetapkan frekuensi kunjungan

antenatal care sebaiknya minimal 4 (empat) kali selama kehamilan, dengan

ketentuan sebagai berikut (Kemenkes RI, 2012) : .

a. Minimal satu kali pada trimester pertama (K1) hingga usia kehamilan 12

minggu.

Kontak pertama harus dilakukan sedini mungkin pada trimester pertama

sebaiknya sebelum minggu ke 8, tujuannya :

1. Penapisan dan pengobatan anemia

2. Perencanaan persalinan

3. Pengenalan komplikasi akibat kehamilan dan pengobatannya

b. Minimal satu kali pada trimester kedua (K2), 13 - 24 minggu, tujuannya :

1. Pengenalan komplikasi akibat kehamilan dan pengobatannya

2. Penapisan pre-eklamsia, gemelli, infeksi alat reproduksi dan saluran

perkemihan

Page 16: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1101/1/BAB I-V.docx · Web viewDari segi sarana dan fasilitas pelayanan kesehatan, hingga bulan Desember 2013, tercatat terdapat 9.655 Puskesmas

16

3. Mengulang perencanaan persalinan

c. Minimal dua kali pada trimester ketiga (K3 dan K4) > 24 minggu sampai

dengan minggu ke 36 dan sampai kelahiran. Kunjungan antenatal care bisa

lebih dari 4 kali sesuai kebutuhan/indikasi dan jika ada keluhan, penyakit atau

gangguan kehamilan, tujuannya :

1. Sama seperti kegiatan kunjungan II dan III

2. Mengenali adanya kelainan letak dan presentasi

3. Memantapkan rencana persalinan

4. Mengenali tanda-tanda persalinan (Rukiyah dan Yulianti, 2014).

2.1.3 Standar pelayanan Antenatal Care

Menurut Clinical Practice Guidelines yang dikutip oleh Nurmawati

(2010)Standar adalah keadaan ideal atau tingkat pencapaian tertinggi dan

sempurna sebagai batas penerimaan minimal. Standar pelayanan kebidanan dapat

digunakan untuk menentukan kompetensi yang diperlukan oleh bidan dalam

menjalankan prakteksehari-hari.

Menurut Kemenkes RI (2011), pemeriksaan antenatal dilakukan

denganstandar pelayanan antenatal dimulai dengan :

a. Ukur tinggi badan

b. Timbang berat badan dan Lingkar Lengan Atas (LILA)

c. Ukur Tekanan Darah

d. Ukur Tinggi Fundus Uteri (TFU)

e. Imunisasi Tetanus Toxoid (TT)

f. Pemberian Tablet besi (fe)

Page 17: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1101/1/BAB I-V.docx · Web viewDari segi sarana dan fasilitas pelayanan kesehatan, hingga bulan Desember 2013, tercatat terdapat 9.655 Puskesmas

17

g. Tanya/Temu wicara

Menurut Dewi dan Sunarsih (2011) terdapat enam standar dalam pelayanan

asuhan antenatal. Standar tersebut merupakan bagian dari lingkup standar

pelayanan kebidanan:

Standar 1 : Identifikasi ibu hamil

Bidan melakukan kunjungan rumah dan berinteraksi dengan masyarakatsecara

berkala untuk memberikan penyuluhan dan memotivasi ibu, suami,dan anggota

keluarganya agar mendorong ibu untuk memeriksakankehamilannya sejak dini

secara teratur.

Standar 2 : Pemeriksaan dan Pemantauan Antenatal

Bidan memberikan sedikitnya 4 kali pelayanan antenatal. Pemeriksaan meliputi

anamnesis, perkembangan janin, mengenal kehamilan resiko tinggi, imunisasi,

nasihat, dan penyuluhan kesehatan.

Standar 3 : Palpasi Abdominal

Bidan melakukan palpasi untuk memperkirakan usia kehamilan, memeriksa

posisi, bagian terendah janin, dan masuknya kepala janin ke dalam rongga

panggul untuk mencari kelainan.

Standar 4 : Pengelolaan Anemia pada Kehamilan

Bidan melakukan tindakan pencegahan, penemuan, penanganan, dan/atau rujukan

semua kasus anemia pada kehamilan.

Page 18: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1101/1/BAB I-V.docx · Web viewDari segi sarana dan fasilitas pelayanan kesehatan, hingga bulan Desember 2013, tercatat terdapat 9.655 Puskesmas

18

Standar 5 : Pengelolaan Dini Hipertensi pada Kehamilan

Bidan menemukan secara dini setiap kenaikan tekanan darah pada kehamilan,

mengenali tanda dan gejala preeklamsia lainnya, mengambil tindakan yang tepat,

dan merujuknya.

Standar 6 : Persiapan Persalinan

Bidan memberikan saran yang tepat kepada ibu hamil, suami, dan keluarganya

pada trimester ketiga untuk memastikan bahwa persiapan persalinan bersih dan

aman, serta suasana yang menyenangkan.

Pelayanan antenatal disebut lengkap apabila dilakukan oleh tenaga kesehatan

serta memenuhi standar tersebut.

2.1.4 Jadwal pemeriksaan Antenatal Care

Kunjungan ibu hamil adalah kontak antara ibu hamil dan petugas kesehatan

yang memberikan pelayanan antenatal care standar untuk mendapatkan

pemeriksaan kehamilan. Istilah kunjungan tidak mengandung arti bahwa selalu

ibu hamil yang datang ke fasilitas pelayanan, tetapi dapat sebaliknya, yaitu ibu

hamil yang dikunjungi petugas kesehatan di rumahnya atau di Posyandu (Depkes

RI,2007).

Kunjungan baru ibu hamil (K1) adalah kontak ibu hamil yang pertama kali

dengan petugas kesehatan untuk mendapatkan pemeriksaan kehamilan standar,

dalam pengelolaan program KIA disepakati bahwa kunjungan ibu hamil yang

keempat (K4) adalah kontak ibu hamil yang keempat atau lebih dengan petugas

kesehatan untuk mendapatkan pemeriksaan kehamilan, dengan distribusi kontak

sebagai berikut :

Page 19: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1101/1/BAB I-V.docx · Web viewDari segi sarana dan fasilitas pelayanan kesehatan, hingga bulan Desember 2013, tercatat terdapat 9.655 Puskesmas

19

1) Minimal 1 kali pada trimester I

2) Minimal 1 kali pada trimester II dan

3) Minimal 2 kali pada trimester III (Depkes RI,2007).

2.1.5 Tempat pelayanan Antenatal Care

Pelayanan antenatal care bisa didapatkan di Rumah Sakit, Puskesmas, Bidan

Praktek Swasta, Dokter Praktek Swasta, Posyandu. Pelayanan antenatal care

hanya diberikan oleh tenaga kesehatan dan bukan dukun bayi (Meilani, et al.,

2009).

2.1.6 Hal-hal yang dilakukan pada pemeriksaan Antenatal Care(ANC)

1. Trimester I dan II

Setiap bulan sekali diambil data tentang laboratorium,

pemeriksaanultrasonografi, nasehat diet : empat sehat lima sempurna, protein

½ gr/kg BB atau satu telur/hari, observasi yang dapat mempengaruhi

kehamilan, komplikasi kehamilan, rencana : pengobatan penyakitnya,

menghindari terjadinya komplikasi kehamilan, imunisasi tetanus pertama.

2. Trimester III

Setiap dua minggu-seminggu sampai ada tanda kelahiran tiba, evaluasi

data laboratorium untuk melihat hasil pengobatan, diet empat sehat lima

sempurna, pemeriksaan ultrasonografi, imunisasi tetanus II, observasi :

penyakit yang menyertai kehamilan, komplikasi hamil trimester ketiga,

berbagai kelainan kehamilan trimester III, rencana pengobatan, nasehat dan

petunjuk tentang: tanda inpartu, kemana harus datang untuk melahirkan

(Manuaba, 2001).

Page 20: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1101/1/BAB I-V.docx · Web viewDari segi sarana dan fasilitas pelayanan kesehatan, hingga bulan Desember 2013, tercatat terdapat 9.655 Puskesmas

20

2.2. Faktor-faktor yang mempengaruhi ibu hamil dalam melakukan

kunjungan Antenatal Care (ANC)

Menurut Lawrance Green yang dikutip oleh Notoatmodjo (2010), sebuah

perilaku kesehatan timbul karena dipengruhi oleh tiga faktor yaitu:

1. Faktor Pendukung (Predisposing Factors), faktor ini digunakan untuk

menggambarkan fakta bahwa setiap individu mempunyai kecendrungan

menggunakan pelayanan kesehatan yang berbeda-beda. Hal ini disebabkan

oleh karena adanya ciri-ciri individu yang digolongkan ke dalam ciri-ciri:

a. Demografi (umur, jenis kelamin, status perkawinan, jumlah anggota

keluarga)

b. Struktur sosial (tingkat pendidikan, jumlah pendapatan pekerjaan, ras,

kesukuan, tempat tinggal)

c. Sikap, keyakinan, pesepsi, pandangan individu terhadap pelayanan

kesehatan.

2. Faktor Pemungkin (Enabling Factors) adalah faktor anteseden terhdap perilaku

yang memungkinkan suatu motivasi atau aspirasi terlaksana. Termasuk di

dalam faktor pemungkin adalah keterampilan dan sumber daya pribadi atau

komuniti, seperti tersedianya pelayanan kesehatan, keterjangkauan, kebijakan,

peraturan perundangan.

3. Faktor Penguat (Reinforcing Factors), adalah konsekuensi dari perilaku yang

ditentukan apakah pelaku menerima unpan balik yang positif atau negatif dan

mendapatkan dukungan sosial setelah perilaku dilakukan. Faktor penguat

mencakup :dukungan sosial dari tenaga kesehatan. Menurut House (dalam

Page 21: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1101/1/BAB I-V.docx · Web viewDari segi sarana dan fasilitas pelayanan kesehatan, hingga bulan Desember 2013, tercatat terdapat 9.655 Puskesmas

21

Smet Bart, 1999) bentuk dukungan sosial tenaga kesehatan di klasifikasikan

menjadi empat jenis yaitu: dukungan informasi, dukungan penilaian,

dukungan instrument dan dukungan emosional.

2.2.1 Faktor Pendukung

1. Umur

Pembagian umur pada suatu penelitian dapat berdasarkan tingkat kedewasaan

yaitu antar usia 15 tahun sampai 49 tahun, dimana berada pada tahap dewasa,

dengan kata lain batas antara dewasa muda dengan dewasa tua yaitu sekitar 32

tahun. Semakin tua umur seseorang maka proses-proses perkembangan mentalnya

bertambah baik, akan tetapi pada umur tertentu, bertambahnya proses

perkembangan mental ini tidak secepat seperti ketika berumur belasan tahun. Hal

ini juga sesuai dengan pernyataan Verner dan Davison di dalam Notoatmodjo

(2010) bahwa dengan bertambah usia maka akan mengurangi kemampuan untuk

melihat, mendengar yang akan mempengaruhi dirinya dalam mendapatkan

pengetahuan.

Usia <20 tahun dan >35 tahun meningkatkan risiko komplikasi obstetri juga

peningkatan kesakitan dan kematian perinatal. Pada kehamilan >35 tahun juga

berpengaruh untuk terjadi abnormalitas persalinan. Umur meningkatkan angka

kematian maternal (Cuningham et al., 2005). Penelitian Matthews et al (2001),

mayoritas perempuan dalam usia tiga puluhan melakukan pemeriksaan kehamilan

awal dan lebih sering daripada remaja dan wanita yang lebih tua. Penelitian juga

menunjukkan bahwa perempuan di bawah 35 tahun lebih sering melakukan

kunjungan ke klinik untuk meyakinkan bahwa bayi mereka tumbuh, sedangkan

Page 22: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1101/1/BAB I-V.docx · Web viewDari segi sarana dan fasilitas pelayanan kesehatan, hingga bulan Desember 2013, tercatat terdapat 9.655 Puskesmas

22

wanita yang lebih tua yang tidak mengalami masalah, tidak peduli mereka

menganggap hal tersebut hal biasa.

2. Pendidikan

Pendidikan secara umum adalah segala upaya yang direncanakan untuk

memengaruhi orang lain baik individu,kelompok atau masyarakat sehingga

melakukan apa yang diharapkan oleh pelaku pendidikan. Pendidikan kesehatan

adalah aplikasi atau penerapan pendidikan didalam bidang kesehata

(Notoatmojo,2010).

Pendidikan merupakan salah satu unsur penting yang dapat memengaruhi

keadaan keluarga karena dengan tingkat pendidikan yang lebih tinggi diharapkan

pengetahuan atau informasi tentang pemanfaatan pelayanan kesehatan akan lebih

baik. Pengetahuan kesehatan akan berpengaruh kepada perilaku seseorang sebagai

hasil jangka menengah dari pendidikan yang diperoleh. Perilaku kesehatan akan

berpengaruh pada meningkatnya indikator kesehatan masyarakat sebagai hasil

dari pendidikan kesehatan.

Menurut UU RI No. 20 tahun 2003, ditinjau dari sudut tingkatannya, jalur

pendidikan sekolah terdiri dari:

a) Pendidikan Dasar

Yaitu pendidikan yang memberikan pengetahuan dan keterampilan yang

menumbuhkan sikap dasar yang diperlukan masyarakat serta mempersiapkan

pendidik untuk mengikuti pendidikan menengah, yang merupakan bekal dasar

bagi perkembangan kehidupan baik untuk pribadi maupun masyarakat. Oleh

Page 23: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1101/1/BAB I-V.docx · Web viewDari segi sarana dan fasilitas pelayanan kesehatan, hingga bulan Desember 2013, tercatat terdapat 9.655 Puskesmas

23

karena itu, bagi setiap warga Negara harus disediakan kesempatan untuk

memperoleh pendidikan dasar (Hasbullah, 2001).

Pendidikan dasar berbentuk Sekolah Dasar (SD) dan Madrasah Ibtidaiyah

(MI) atau bentuk lain yang sederajat serta Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan

Madrasah Tsanawiyah (MTs) dan bentuk lain yang sederajat (Depdiknas, 2003).

b) Pendidikan Menengah

Yaitu pendidikan untuk mempersiapkan peserta didik menjadi anggota

masyarakat yang memiliki kemampuan mengadakan hubungan timbal balik

dengan lingkungan, sosial budaya, alam sekitar dan dapat mengembangkan

kemampuan lebih lanjut dalam dunia kerja atau pendidikan tinggi (Hasbullah,

2001). Pendidikan menengah meliputi: Sekolah Menengah Umum (SMU) dan

kejuruan serta Madrasah Aliyah (Depdiknas,2003).

c) Pendidikan Tinggi

Mempersiapkan peserta didik untuk menjadi anggota masyarakat yang

memiliki tingkat kemampuan tinggi bersifat akademik atau professional sehingga

dapat menerapkan, mengembangkan, menciptakan ilmu pengetahuan dan seni

dalam pembangunan nasional dan kesejahteraan manusia (Hasbullah, 2001).

Pendidikan tinggi meliputi : akademi, institut, sekolah tinggi dan universitas

(Depdiknas, 2003). Di Indonesia, tingkat pendidikan mempengaruhi perilaku dan

menghasilkan banyak perubahan di segala bidang, termasuk pengetahuan

masyarakat dibidang kesehatan (Notoatmodjo, 2003).

Agar intervensi atau upaya tersebut efektif, faktor predisposisi ini mencakup

pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap kesehatan, sistem yang dianut

Page 24: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1101/1/BAB I-V.docx · Web viewDari segi sarana dan fasilitas pelayanan kesehatan, hingga bulan Desember 2013, tercatat terdapat 9.655 Puskesmas

24

masyarakat, tingkat pendidikan dan tingkat sosial ekonomi. Ketidakmengertian

ibu dan keluarga terhadap pentingnya pemeriksaan kehamilan berdampak pada

ibu hamil tidak memeriksakan kehamilannya pada petugas kesehatan ( Depkes

RI,2008 ).

Selanjutnya Widyastuti, dkk (2010) mengatakan pendidikan yang tinggi di

pandang perlu bagi kaum wanita, karena dengan tingkat pendidikan yang tinggi

mereka dapat meningkatkan taraf hidup,mampu membuat keputusan menyangkut

masalah kesehatan mereka sendiri. Semakin tinggi pendidikan seorang

wanita,maka semakin mampu mandiri dalam mengambil keputusan menyangkut

diri mereka sendiri. Berdasarkan hasil penelitian Widyastuti, dkk (2010)

mengatakan bahwa ada hubungan pendidikan dengan pemeriksaan kehamilan.

3. Paritas

Paritas merupakan jumlah anak yang pernah dilahirkan hidup, yaitu kondisi

yang menggambarkan kelahiran sekelompok atau beberapa kelompok wanita

selama masa reproduksi (BkkbN, 2011).

Ditinjau dari tingkatannya, paritas dikelompokkan menjadi 3, yaitu : paritas

rendah meliputi nulipara yaitu wanita yang belum pernah melahirkan sama sekali,

atau wanita yang belum pernah melahirkan bayi hidup, dan primara yaitu wanita

yang pernah melahirkan hanya sekali. Paritas sedang meliputi multipara yang

digolongkan pada wanita hamil dan bersalin dua sampai empat kali. Paritas tinggi

atau grande multipara adalah ibu hamil dan melahirkan 5 kali atau lebih (Ying,

2010).

Page 25: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1101/1/BAB I-V.docx · Web viewDari segi sarana dan fasilitas pelayanan kesehatan, hingga bulan Desember 2013, tercatat terdapat 9.655 Puskesmas

25

Menurut Wiknjosastro (2005), paritas 2-3 merupakan paritas paling aman

ditinjau dari sudut kematian maternal. Paritas 1 dan paritas tinggi (lebih dari 3)

mempunyai angka kematian maternal lebih tinggi. Hal ini di akibatkan oleh

vaskularisasi yang berkurang ataupun perubahan atrofi pada desidua akibat

persalinan yang lampau sehingga dapat mengakibatkan terjadinya plasenta previa.

Ibu yang pernah melahirkan mempunyai pengalaman tentang antenatal care

(ANC) sehingga dari pengalaman yang terdahulu kembali dilakukan untuk

menjaga kesehatan kehamilannya (Depkes RI,2008).

Interval kehamilan yang terlalu rapat memang mengundang risiko bagi para

wanita. Penelitian terbaru menyatakan, ibu yang hamil lagi dalam waktu setahun

setelah melahirkan berisiko menyebabkan autisme pada calon anak mereka

kelak.Kehamilan berturut-turut membuat ibu bisa berbahaya. Para ilmuwan dari

New York AS menyebutkan, wanita butuh waktu untuk pulih dari kehamilan.

Selain itu, kehamilan yang terjadi dalam jangka waktu pendek akan menyebabkan

anak-anak yang dilahirkan rentan mengalami kekurangan gizi. Dalam hal ini perlu

memperhatikan interval kehamilan karena jarak kehamilan yang terlalu rapat

mengundang risiko bagi para wanita. Jadi sebaiknya apabila ibu hamil dengan

interval kehamilan yang rapat sebaiknya rutin memeriksakan kehamilannya.

Mempunyai anak lebih dari 4 orang akan meningkatkan risiko terhadap ibu

dan bayinya. Lebih-lebih kalau jarak antara kehamilan lebih dari 2 tahun, maka

ibu akan lemah akibat dari seringnya hamil, melahirkan dan menyusui. Sehingga

sering mengakibatkan berbagai masalah seperti ibu menderita anemia, kurang

gizi, dan bahkan sering pendarahan setelah melahirkan yang membahayakan

Page 26: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1101/1/BAB I-V.docx · Web viewDari segi sarana dan fasilitas pelayanan kesehatan, hingga bulan Desember 2013, tercatat terdapat 9.655 Puskesmas

26

nyawa ibu.risiko melahirkan bayi cacat dan berat badan lahir rendah (BBLR) juga

meningkat setelah 4 kali kehamilan dan setelah usia ibu 35 tahun.

Selanjutnya Swenson et al.,(2006) berpendapat, wanita dengan paritas tinggi

cenderung kurang melakukan perawatan kehamilan, ibu paritas tinggi lebih

percaya diri tentang kehamilannya dan merasa kurang perlu untuk melakukan

perawatan kehamilan dan merupakan penghalang untuk menggunakan pelayanan

ANC (Overbosch et al, 2004). Berdasarkan hasil penelitian Widyastuti , dkk

(2010) mengatakan bahwa ada hubungan paritas dengan pemeriksaan kehamilan.

4. Pendapatan Keluarga

Pendapatan yaitu seluruh penerimaan baik berupa uang maupun barang baik

dari pihak lain maupun dari hasil sendiri. Jadi yang dimaksud pendapatan adalah

suatu tingkat penghasilan yang di peroleh dari pekerjaan pokok dan pekerjaan

sampingan dari orangtua dan anggota keluarga lainnya.

Penghasilan keluarga merupakan faktor pemungkin bagi seseorang untuk

memanfaatkan pelayanan kesehatan. Penghasilan keluarga juga menentukan status

sosial ekonomi keluarga tersebut. Sosial ekonomi merupakan gambaran tingkat

kehidupan seseorang dalam masyarakat yang di tentukan dengan variable

pendapatan , pendidikan dan pekerjaan , karena ini dapat mempengaruhi aspek

kahidupan termasuk pemeliharaan kesehatan (Notoatmodjo, 2010)

Pendapatan juga mempunyai kontribusi besar dalam pemanfaatan pelayanan

kesehatan. Bagi ibu-ibu yang mempunyai biaya akan lebih leluasa untuk

memanfaatkan pelayanan kesehatan, sebaliknya ibu-ibu yang kurang mempunyai

biaya akan kurang leluasa untuk memanfaatkan pelayanan kesehatan. Berdasarkan

Page 27: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1101/1/BAB I-V.docx · Web viewDari segi sarana dan fasilitas pelayanan kesehatan, hingga bulan Desember 2013, tercatat terdapat 9.655 Puskesmas

27

hasil penelitian (Ulina, 2004) mengatakan bahwa ada hubungan pendapatan

dengan pemeriksaan kehamilan.

Menurut WHO dalam (Notoatmodjo, 2010) faktor ekonomi juga berpengaruh

terhadap seseorang dalam upaya deteksi dini komplikasi kehamilan status

ekonomi keluarga juga berperan bagi seseorang dalam bertindak termasuk

tindakan yang berhubungan dengan kesehatan dan pemeriksaan kehamilannya.

Hasil penelitian Simanjuntak (2009) menunjukkan bahwa ada yang bermakna

antara penghasilan dengan kunjungan antenatal care K4 ,dimana OR sebesar 2,42

yang berarti ibu yang berpenghasilan tinggi cenderung melakukan kunjungan

antenatal care sesuai standar 2,42 kali dibandingkan dengan ibu yang

berpenghasilan rendah.

5. Pengetahuan

Pengetahuan seseorang ibu tentang kehamilan sangat diperlukan untuk

menjalani proses kehamilannya. Banyak sumber informasi yang dapat di peroleh

ibu untuk meningkatkan pengetahuan tentang kehamilannya, seperti dari petugas

kesehatan (bidan,dokter) saat menjalani pemeriksaan dengan melakukan tanya

jawab (konseling), maupun dari media massa yaitu informasi yang diperoleh dari

media elektronik (televisi) maupun media cetak (majalah, tabloid, koran, poster

dan lain-lain). Pada umumnya, jika pengetahuan ibu sudah baik maka akan

memamfaatkan sarana pelayanan kesehatan.

Akan tetapi seseorang yang mempunyai latar belakang pengetahuan yang baik

dan bertempat tinggal dekat dengan sarana kesehatan, bisa saja belum pernah

memanfaatkan sarana kesehatan. Ada juga ibu yang tidak mau memanfaatkan

Page 28: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1101/1/BAB I-V.docx · Web viewDari segi sarana dan fasilitas pelayanan kesehatan, hingga bulan Desember 2013, tercatat terdapat 9.655 Puskesmas

28

sarana pelayanan kesehatan karena kurang pengetahuan yang baik tentang fasilitas

kesehatan yang ada, tetapi karena sesuatu hal maka ibu tersebut akan

menggunakan fasilitas kesehatan tersebut.

Misalnya ketika seorang ibu hamil terpaksa minta bantuan dokter /bidan

karena mengalami pendarahan yang pada awalnya melakukan pemeriksaan di

dukun bayi, tetapi karena pelayanan yang di berikan dokter (bidan) cukup baik

maka ibu hamil tersebut akan memanfaatkan sarana kesehatan yang sudah ada.

Pentingnya aspek pengetahuan dalam pemanfaatan antenatal care (ANC) dapat di

lihat dari pendapat Choli (2014) yang menyatakan bahwa pemanfaatan antenatal

care (ANC) perlu di lakukan upaya peningkatan kesehatan ibu saat kehamilan dan

melahirkan. Ketidakmengertian ibu dan keluarga terhadap pentingnya

pemeriksaan kehamilan berdampak pada ibu hamil tidak memeriksakan

kehamilannya pada petugas kesehatan.

Berdasarkan penelitian Surtama (2013) mengatakan bahwa pengetahuan

mempunyai hubungan dengan pemeriksaan kehamilan. Pengetahuan merupakan

domain dari perilaku. Semakin tinggi tingkat pengetahuan seseorang, maka

perilaku akan lebih bersifat langgeng. Dengan kata lain ibu yang tahu dan paham

tentang jumlah anak yang ideal , maka ibu akan berperilaku sesuai dengan apa

yang ia ketahui (Friedeman, 2005). Pengetahuan yang dimiliki ibu tentang

pelayanan antenatal care (ANC) dan pentingnya pemeriksaan kehamilan

berdampak pada ibu hamil akan memeriksakan kehamilannya pada petugas

kesehatan (Depkes RI,2008).

Page 29: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1101/1/BAB I-V.docx · Web viewDari segi sarana dan fasilitas pelayanan kesehatan, hingga bulan Desember 2013, tercatat terdapat 9.655 Puskesmas

29

6. Sikap

Sikap merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup terhadap

suatu stimulus atau objek. Sikap tidak langsung dilihat tetapi hanya dapat

ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup. Sikap secara nyata

menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu yang

dalam kehidupan sehari-hari adalah merupakan reaksi yang bersifat emosional

terhadap stimulus sosial (Notoatmodjo, 2010 ).

Menurut Mar’at (1985) bahwa sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi

terhadap obyek di lingkungan tertentu sebagai bentuk penghayatan terhadap

obyek tersebut. LaPierra (1934) dalam Azwar (2012) mengungkapkan sikap

sebagai suatu pola perilaku, tendensi atau kesiapan antisipatif, predisposisi untuk

menyesuaikan diri dalam situasi sosial atau secara sederhana sikap merupakan

sebuah respons terhadap stumuli sosial yang telah dikondisikan.

Secara umum sikap dapat dirumuskan sebagai kecenderungan untuk merespon

(secara positif atau negatif) terhadap orang, objek atau situasi tertentu. Sikap

mengandung suatu penelitian emosional/afektif (senang, benci, sedih dan

sebagainya). Selain bersifat positif dan negatif, sikap memiliki tingkat kedalaman

yang berbeda-beda (sangat benci, agak benci, dan sebagainya). Sikap itu tidaklah

sama dengan perilaku dan perilaku tidaklah selalu mencerminkan sikap seseorang.

Sebab sering kali terjadi bahwa seseorang dapat berubah dengan memperlihatkan

tindakan yang bertentangan dengan sikapnya. Sikap sesorang dapat berubah

dengan diperolehnya tambahan informasi tentang objek tersebut melalui persuasi

serta tekanan dari kelompok sosialnya.

Page 30: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1101/1/BAB I-V.docx · Web viewDari segi sarana dan fasilitas pelayanan kesehatan, hingga bulan Desember 2013, tercatat terdapat 9.655 Puskesmas

30

Hasil penelitian Situmeang (2010) menunjukkan bahwa sikap ibu hamil

berhubungan dengan tindakan ibu hamil dalam melakukan pemanfaatan antenatal

care di Kelurahan Pasir Bidang Kecamatan Sarudik Kabupaten Tapanuli Tengah.

Hal ini juga sejalan dengan pendapat Dever dalam Ulina (2004) dan Kalangie

dalam Hotma (2007) yang menempatkan sikap pada faktor konsumen yang akan

memengaruhi individu dalam memanfaatkan pelayanan antenatal.

2.2.2. Faktor Pemungkin

1. Lokasi Pelayanan Kesehatan

Faktor yang mendorong dalam kunjungan K-4 adalah lokasi fasilitas

kesehatan yang meliputi 1). Sarana dan prasarana kesehatan 2). Kemudahan

dalam mencapai sarana kesehatan tersebut. Sarana dan prasarana kesehatan

meliputi seberapa banyak fasilitas-fasilitas kesehatan, konseling maupun pusat-

pusat informasi bagi individu/masyarakat. Kemudahan bagaimana kemudahan

untuk mencapai sarana kesehatan tersebut termasuk biaya, waktu atau lama

pengobatan, dan juga hambatan budaya seperti malu mengalami penyakit tertentu

jika diketahui masyarakat (Notoatmodjo, 2010).

Lokasi yang mudah dijangkau dan tersedianya fasilitas yang memadai akan

memberi kemudahan bagi ibu hamil untuk memeriksakan kehamilannya dan bisa

melaksanakan antenatal care sehingga jika terdapat kedaan gawat darurat dapat

segera ditangani. Berdasarkan peneliti (Yeyeh, 2009) mengatakan bahwa lokasi

pelayanan kesehatan mempunyai hubungan dengan pemeriksaan kehamilan.

Lokasi adalah ruang sela (panjang atau jauh) antara dua benda atau tempat

yaitu jarak antara rumah dengan tempat pelayanan ANC. Keterjangkauan

Page 31: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1101/1/BAB I-V.docx · Web viewDari segi sarana dan fasilitas pelayanan kesehatan, hingga bulan Desember 2013, tercatat terdapat 9.655 Puskesmas

31

masyarakat termasuk lokasi akan fasilitas kesehatan akan mempengaruhi

pemilihan pelayanan kesehatan. Jarak merupakan komponen kedua yang

memungkinkan seseorang untul memanfaatkan pelayanan pengobatan.

Menurut peneliti Elfi Rahmawati (2008) faktor Geografis dan keberadaan

sarana pelayanan kesehatan akan sangat mempengaruhi hasil pelayanan kesehatan

kepada masyarakat. Pelayanan kesehatan yang mudah dijangkau baik dari segi

pembiayaan manapun dari segi lokasi akan lebih banyak dikunjungi oleh

masyarakat khususnya masyarakat ekonomi lemah/miskin. Biaya dan lokasi juga

sering berkaitan sebagai bahan pertimbangan seseorang dalam mengakses

pelayanan.

Studi lain mencatat bahwa 84 % wanita di pedesaan Tanzania memutuskan

untuk melahirkan di rumah karena masalah transportasi dan jarak (Mrisho et al

2007). Mpembeni et al (2007) menemukan bahwa wanita yang tinggal kurang dari

5 km dari fasilitas kesehatan lebih mungkin untuk merujuk ke fasilitas kesehatan

dari pada mereka yang tinggal lebih dari 5 km.

Akses ke fasilitas sangat berkaitan erat dengan keterlambatan pertama, kedua,

dan ketiga dimana sosial ekonomi yang rendah mengakibatkan wanita maupun

keluarganya tidak dapat mencapai askes ke pelayanan kesehatan terkait dengan

biaya transportasi, ketiadaan biaya juga mengakibatkan ibu dan keluarganya sulit

untuk mendapatkan askes terhadap layanan yang berkualitas (Cham et al, 2008 ).

2. Ketersediaan Tenaga Kesehatan

Menurut Kemenkes (2010) bahwa dalam menganalisis indek pembangunan

kesehatan masyarkat dapat dilihat jumlah sarana kesehatan dan jumlah tenaga

Page 32: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1101/1/BAB I-V.docx · Web viewDari segi sarana dan fasilitas pelayanan kesehatan, hingga bulan Desember 2013, tercatat terdapat 9.655 Puskesmas

32

kesehatan. Untuk ketenagaan dilakukan penghitungan rasio bidan per desa

sebanyak 3 orang. Pada kenyataannya masih banyak dilihat tenaga kesehatan

seperti bidan yang memiliki wilayah kerja di suatu desa namun pada

kenyataannya tidak berada didesa yang ditentukan.

Penelitian Syahrianti (2011) menunjukkan bahwa bidan sebagai tenaga

kesehatan yang memberikan pelayanan antenatal care ternyata tidak berada di

tempat fasilitas kesehtaan yang ditentukan sehingga berdampak terhadap cakupan

kunjungan ibu hamil (K4) yang tidak sesuai target yang ditentukan. Hasil

penelitian Ayuningtyas (2008) menunjukkan bahwa ketersediaan tenaga kesehatan

berhubungan dengan penatalaksanaan ANC di Kota Tasikmalaya, sebagian besar

Bidan Puskesmas di Kota Tasikmalaya ternyata merasa senang untuk mengabdi

dan menghabiskan karier mereka di tempat sekarangmereka bekerja,merasa

memiliki dan berat untuk meninggalkan tempat bekerja dikarenakan mereka

merasa kesulitan untuk mendapatkan tempat bekerja yang lebih baik dari

sebelumnya. Hasil penelitianNalisanti (2012) menyatakan bahwa angka kematian

ibu itu bisa lebih tinggi antara lain disebabkan jika distribusi tenaga medis tidak

merata dan minimnya sarana kesehatan, terutama transportasi untuk menjangkau

warga khususnya di daerah terpencil.

2.2.3 Faktor Penguat

1. Dukungan Suami

Faktor pendukung dalam kunjungan antenatal care selain dari petugas

puskesmas adalah dukungan suami dan keluarga. Dukungan suami dan keluarga

merupakan hal yang tidak dapat diabaikan dalam perilaku ibu hamil. Contohnya

Page 33: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1101/1/BAB I-V.docx · Web viewDari segi sarana dan fasilitas pelayanan kesehatan, hingga bulan Desember 2013, tercatat terdapat 9.655 Puskesmas

33

suami/keluarga perlu memberikan penjelasan dan mengajarkan pada ibu untuk

memeriksa kehamilan minimal 4 kali selama kehamilan. Dukungan seperti itu

memberi kontibusi yang benar dalam tercapainya kunjungan K-4 dan

meminimalkan risiko yang terjadi selama kehamilan dan persalinan

(Notoatmodjo,2010).

Memeriksa kehamilan sejak dini dalam hal ini suami dapat mendukung

istrinya agar mendapatkan pelayanan antenatal care yang baik,

menyediakantransportasi atau dana untuk biaya konsultasi, sehingga suami dapat

belajar mengenai gejala dan tanda-tanda komplikasi kehamilan. Kematian ibu

dapat di cegah bila suami dapat mengenal komplikasi-komplikasi potensial dan

selalu siaga untuk mencari pertolongan bila hal itu terjadi (Beni, 2008).

Suami seseorang yang terdekat dengan istri, suami dianggap paling

memahami kebutuhan istri. Saat hamil seorang wanita mengalami perubahan baik

fisik maupun mental. Suami sebaiknya memahami perubahan ini dan dapat lebih

bersabar. Suami diharapkan tidak terlalu cemas agar tidak mempengaruhi kondisi

emosi istri. Berdasarkan penelitian (Mansur, 2009), mengatakan bahwa ada

hubungan dukungan suami dengan pemeriksaan kehamilan. Dalam penelitiannya

mengatakan bahwa dengan dukungan suami yang baik membuat ibu hamil

melakukan pemeriksaan kehamilan.

Menurut suami dapat membantu merencanakan kelahiran oleh tenaga bidan

terlatih dan menyiapkan dana untuk persiapan biaya kelahiran.suami juga dapat

menyusun waktu yang tepat untuk menyediakan transfortasi dan bahan-bahan

yang diperlukan.

Page 34: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1101/1/BAB I-V.docx · Web viewDari segi sarana dan fasilitas pelayanan kesehatan, hingga bulan Desember 2013, tercatat terdapat 9.655 Puskesmas

34

Salah satu peran suami dalam menurunkan angka kematian ibu adalah suami

dapat memastikan persalinan istrinya di tolong oleh tenaga kesehatan terlatih dan

dapat berjalan dengan aman. Untuk itu suami perlu diberikan pengetahuan

mengenai persiapan persalinan yang meliputi komponen pembuatan rencana

persalinan (tempat, menjaga keluarganya yang lain) dan membuat rencana siapa

pembuatan keputusan utama jika terjadi kegawat daruratan dan siapa pembuat bila

pembuat keputusan utama tidak ada (Admin, 2008).

Faktor yang memperkuat perubahan perilaku seseorang dikarenakan adanya

sikap dan perilaku yang lain seperti sikap suami, orangtua, tokoh masyarakat, atau

petugas kesehatan. Perilaku individu sangat besar pengaruhnya terhadap

kesehatan, perilaku yang positif akan menunjang atau meningkatkan derajat

kesehatan (Fitrihanda,2012).

2. Sikap Petugas Kesehatan

Menurut Depkes RI (2009), tenaga kesehatan adalah setiap orang yang

mengabdikan diri dan kesehatan serta memiliki pengetahuan dan keterampilan

melalui pendidikan di bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan

kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan. Dukungan petugas kesehatan

merupakan dukungan sosial dalam bentuk dukungan informasi, dimana perasaan

subjek bahwa lingkungan (petugas kesehatan) memberikan informasi yang jelas

mengenai hal-hal yang berhubungan dengan kehamilan.

Sikap dari petugas puskesmas merupakan salah satu faktor penting dalam

perilaku kesehatan. Contoh dalam kasus kunjungan K-4, apabila seorang ibu telah

mendapat penjelasan tentang memeriksa kehamilan yang benar dari petugas

Page 35: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1101/1/BAB I-V.docx · Web viewDari segi sarana dan fasilitas pelayanan kesehatan, hingga bulan Desember 2013, tercatat terdapat 9.655 Puskesmas

35

puskesmas dan mencoba menerapkannya, akan tetapi karena lingkungannya

belum ada yang menerapkan, maka ibu tersebut menjadi asing dan bukan tidak

mungkin ibu tidak mau melakukan kunjungan ke petugas kesehatan untuk

memeriksa kehamilannya (Notoatmodjo,2010).

Berdasarkan hasil penelitian Supriyanto (2008), bahwa ada hubungan

dukungan petugas kesehatan dengan pemeriksaan kehamilan, dimana nilai p value

(0,011). Menurut Supriyanto bahwa pemanfaatan pelayanan kesehatan adalah

penggunaan pelayanan yang telah diterima pada tempat atau pemberi pelayanan

kesehatan.sedangkan pelayanan kesehatan sendiri adalah setiap upaya yang

diselenggarakan secara bersama-sama dalam suatu organisasi untuk memelihara

dan meningkatkan derajat kesehatan, mencegah dan mengobati penyakit

sertamemulihkan kesehatan perorangan, kelompok, keluarga, dan ataupun

masyarakat (Azwar, 2008). Pemanfaatan pelayanan kesehatan dan seberapa jauh

efektivitas pelayanan tersebut.

Hubungan antara keinginan sehat dan permintaan akan pelayanan kesehatan

hanya kelihatannya saja sederhanan, tetapi sebenarnya sangat kompleks.

Penyebab utama adalah karena pesoalan kesejangan informasi. Adanya keinginan

sehat menjadi konsumsi perawatan kesehatan melibatkan berbagai informasi,

yaitu aspek yang menyangkut kesehatan tersebut. Dari informasi inilah

masyarakat kemudian terpengaruh untuk melakukan permintaan dan penggunaan

(Utilisasi) terhadap suatu pelayanan kesehatan.

Page 36: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1101/1/BAB I-V.docx · Web viewDari segi sarana dan fasilitas pelayanan kesehatan, hingga bulan Desember 2013, tercatat terdapat 9.655 Puskesmas

36

3. Keterpaparan Media

Keterpaparan media dapat dinyatakan dengan media sebagai sumber informasi

tentang kunjungan K-4 yang diterima oleh masyarakat khususnya ibu hamil.

Sumber informasi merupakan asal atau sumber pesan yang disampaikan tentang

sesuatu.

Sumber informasi yang diperoleh ibu suhubungan dengan informasi tentang

kunjungan K-4 berasal dari petugas kesehatan maupun melalui media massa.

Informasi yang diperoleh melalui petugas kesehatan dapat berupa penyuluhan-

penyuluhan kesehatan. Sedangkan informasi yang diperoleh dai media berasal

dari media elektronik (radio, televisi,VCD), sedangkan media cetak berupa

brosur-brosur, buku-buku, majalah, koran, dan lain-lain (Notoatmodjo, 2010).

Berdasarkan penelitian Yeyeh (2009) mengatakan bahwa ada hubungan

keterpaparan informasi dengan pemeriksaan kehamilan.

Menurut Sukmadinata (2007), melalui berbagai media, baik cetak maupun

elektronik, berbagai informasi dapat diterima oleh masyarakat seperti halnya

antenatal care, sehingga seorang yang lebih sering terpapar media masa (TV,

Radio, Majalah, Pamflet, dan lain-lain) akan memperoleh informasi lebih banyak

jika dibandingkan dengan orang yang tidak pernah terpapar informasi media. Hal

ini berarti paparan media massa mempengaruhi tingkat pengetahuan yang dimiliki

oleh seseorang.

Page 37: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1101/1/BAB I-V.docx · Web viewDari segi sarana dan fasilitas pelayanan kesehatan, hingga bulan Desember 2013, tercatat terdapat 9.655 Puskesmas

37

2.3. Kerangka Teori

Menurut Lawrance Green yang dikutip oleh Notoatmodjo (2010), sebuah

perilaku kesehatan timbul karena dipengruhi oleh tiga faktor yaitu:

1. Faktor Pendukung (Predisposing Factors), faktor ini digunakan untuk

menggambarkan fakta bahwa setiap individu mempunyai kecendrungan

menggunakan pelayannan kesehatan yang berbeda-beda. Hal ini disebabkan

oleh karena adanya ciri-ciri individu yang digolongkan ke dalam ciri-ciri:

a. Demografi (umur, jenis kelamin, status perkawinan, jumlah anggota

keluarga)

b. Struktur sosial (tingkat pendidikan, pengetahuan, jumlah pendapatan

pekerjaan, ras, kesukuan, tempat tinggal)

c. Sikap, keyakinan, persepsi, pandangan individu terhadap pelayanan

kesehatan.

2. Faktor Pemungkin (Enabling Factors) adalah faktor anteseden terhadap

perilaku yang memungkinkan suatu motivasi atau aspirasi terlaksana.

Termasuk di dalam faktor pemungkin adalah keterampilan dan sumber daya

pribadi atau komuniti, seperti tersedianya pelayanan kesehatan,

keterjangkauan, kebijakan, peraturan perundangan.

3. Faktor Penguat (Reinforcing Factors), adalah konsekuensi dari perilaku yang

ditentukan apakah pelaku menerima umpan balik yang positif atau negatif dan

mendapatkan dukungan sosial setelah perilaku dilakukan. Faktor penguat

mencakup :dukungan sosial dari tenaga kesehatan. Menurut House (dalam

Smet Bart, 1999) bentuk dukungan sosial tenaga kesehatan di klasifikasikan

Page 38: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1101/1/BAB I-V.docx · Web viewDari segi sarana dan fasilitas pelayanan kesehatan, hingga bulan Desember 2013, tercatat terdapat 9.655 Puskesmas

38

menjadi empat jenis yaitu: dukungan informasi, dukungan penilaian,

dukungan instrument dan dukungan emosional.

Berdasarkan pada uraian teori dan hasil-hasil penelitian pada bab sebelumnya,

maka dapat disusun suatu kerangka teori penelitian sebagai berikut :

Faktor Pendukung:

1. Umur2. Pendidikan3. Paritas4. Pengetahuan 5. Sikap

Faktor Pemungkin :1. Lokasi Pelayanan Kesehatan2. Keberadaan tenaga kesehatan

Gambar 2.2 Kerangka Teori Penelitian

Kunjungan Antenatal

Care

Faktor Penguat :

1. Dukungan suami2. Sikap petugas kesehatan3. Keterpaparan media

Page 39: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1101/1/BAB I-V.docx · Web viewDari segi sarana dan fasilitas pelayanan kesehatan, hingga bulan Desember 2013, tercatat terdapat 9.655 Puskesmas

39

2.4. Kerangka Konsep Penelitian

Berdasarkan pada uraian teori dan hasil-hasil penelitian pada bab sebelumnya,

maka dapat disusun suatu kerangka konsep penelitian sebagai berikut :

Variabel Independen Variabel Dependen

Pengetahuan

Sikap

Keterpaparan Media

Gambar 2.3 Kerangka Konsep Penelitian

Kunjungan

Antenatal CareDukungan suami

Page 40: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1101/1/BAB I-V.docx · Web viewDari segi sarana dan fasilitas pelayanan kesehatan, hingga bulan Desember 2013, tercatat terdapat 9.655 Puskesmas

40

BAB III

METODE PENELITIAN

1.1. Jenis dan Rancangan Penelitian

Penelitian ini bersifat Analitik Kuantitatif dengan pendekatan Cross

Sectional. Pendekatan ini dimaksudkan untuk melihat pengaruh antara variabel

independen dengan variabel dependen, yaitu untuk mengetahui tentang Faktor

yang mempengaruhi Kunjungan Pemeriksaan Antenatal Care pada Ibu Hamil di

Wilayah Kerja UPTD PIR Batee Puteh Kecamatan Woyla Barat Kabupaten Aceh

Barat (Notoatmodjo, 2010).

1.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian adalah di UPTD Puskesmas PIR Batee Puteh Kecamatan

Woyla Barat Kabupaten Aceh Barat. Penelitian ini dilakukan pada tanggal 01 - 10

September 2016.

1.3. Populasi dan Sampel

1.3.1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti

tersebut (Notoadmodjo, 2010). Populasi penelitian adalah seluruh ibu hamil yang

Page 41: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1101/1/BAB I-V.docx · Web viewDari segi sarana dan fasilitas pelayanan kesehatan, hingga bulan Desember 2013, tercatat terdapat 9.655 Puskesmas

41

berdomisili di wilayah Kecamatan Woyla Barat Kabupaten Aceh Barat berjumlah

190 ibu hamil.

1.3.2. Sampel

Sampel adalah sebagian diambil dari keseluruhan objek yang diteliti dan

dianggap mewakili seluruh populasi (Notoadmodjo, 2010).

Pengambilan sampel dalam penelitian ini dengan menggunakan rumus Slovin

(Notoatmodjo, 2010), sebagai berikut:

n= N1+N (d2 )

Keterangan :

N : Jumlah Populasi

n : Jumah Sampel

d : Tingkat kepercayaan (ketepatan yang diinginkan) sebesar 10% (0,1)

n= N1+N (d2 )

n= 1901+190 (0 , 12 )

n= 1901+190 (0,01 )

n= 1901+1,91

n= 1902,91

n=65,29

Page 42: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1101/1/BAB I-V.docx · Web viewDari segi sarana dan fasilitas pelayanan kesehatan, hingga bulan Desember 2013, tercatat terdapat 9.655 Puskesmas

42

Jadi jumlah sampel dalam penelitian ini dibulatkan menjadi 65 orang.

Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik

proportional stratified sampling adalah pengambilan sampel dilakukan

berdasarkan pertimbangan antara jumlah anggota populasi berdasarkan masing-

masing strata / kelas (Notoatmodjo, 2010)

ni = ¿N

x N

Keterangan :

ni : Jumlah sampel menurut lokasi

n : Jumlah sampel dalam keseluruhan

Ni : Jumlah populasi menurut lokasi

N : Jumlah populasi keseluruhan

No Gampong Jumlah Populasi Jumlah sampel

1 Alu Kemuning 14 52 PIR Batee Puteh 17 63 Lhok Male 4 14 Pasi Malee 4 15 Ule Pasi Ara 4 16 Lubok Pasi Ara 8 37 Lueng Baroe 8 38 Plekueng 4 19 Pasi Jeut 7 310 Monpasong 13 511 Alue Perman 12 412 Cot Lagan 12 413 Kulam Kaju 5 214 Karak 15 515 Pasi Manyang 4 116 Ulee Pulo 7 317 Blang Cot Rubek 4 118 Cot Rambong 6 219 Blang Luah 12 420 Ie Sayang 5 221 Alue Lhop 7 3

Page 43: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1101/1/BAB I-V.docx · Web viewDari segi sarana dan fasilitas pelayanan kesehatan, hingga bulan Desember 2013, tercatat terdapat 9.655 Puskesmas

43

22 Sp Temarom 2 123 Napai 10 324 Blang Cot Mameh 4 1

Total 190 65

Agar karakteristik sampel tidak menyimpang dari populasinya, maka

sebelum dilakukan pengambilan sampel maka peneliti perlu menentukan kriteria

inklusi maupun kriteria eksklusi.

Kriteria Inklusi :

1. Ibu hamil yang tinggal di wilayah Kerja Puskesmas PIR Batee Puteh.

2. Ibu hamil yang usia kehamilan 1-36 minggu.

3. Sehat Jasmani dan Rohani.

4. Bersedia diwawancarai.

Kriteria Eksklusi :

1. Ibu hamil yang bukan tinggal di wilayah Kerja Puskesmas PIR Batee Puteh.

2. Ibu hamil yang usia kehamilan lebih dari 36 minggu atau melahirkan.

3. Ibu hamil yang tidak sehat jasmani dan rohani.

4. Tidak bersedia diwawancarai.

1.4. Metode Pengumpulan Data

1.4.1. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari sumber data.

Pengumpulan data dilakukan dengan metode wawancara dengan pedoman

pengisian kuesioner yang dilakukan secara langsung oleh peneliti terhadap sampel

penelitian.

1.4.2. Data Sekunder

Page 44: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1101/1/BAB I-V.docx · Web viewDari segi sarana dan fasilitas pelayanan kesehatan, hingga bulan Desember 2013, tercatat terdapat 9.655 Puskesmas

44

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan

Kabupaten Aceh Barat dan Puskesmas PIR Batee Puteh Kecamatan Woyla Barat

Kabupaten Aceh Barat dan berbagai literatur atau buku-buku yang berkaitan

dengan Kunjungan Pemeriksaan Antenatal Care.

1.5. Definisi Operasional

Definisi operasional adalah definisi berdasarkan karakteristik yang diamati

dari sesuatu yang didefinisikan (Notoatmodjo, 2010).

Tabel 2.1 Definisi Operasional

No Variabel Definisi Alat Ukur Kategori Skala

Variabel Independen

1. Pengetahuan Segala sesuatu yang diketahui oleh ibu hamil tentang pemeriksaan kehamilan (Antenatal Care)

Kuisioner Skor untuk jawaban SS = 5Skor untuk jawaban S = 4Skor untuk jawaban N = 3Skor untuk jawaban TS = 2Skor untuk jawaban STS= 1

Selanjutnya akan diperoleh skor kepercayaan dengan cara menjumlahkan nilai dari masing-masing pertanyaan.1. Baik 2. Kurang baik

Data yang diperoleh distribusi normal, maka mean akan digunakan untuk menjadi ukuran pusat yang tepat. Mean=18

Interval

2. Sikap Pandangan atau tanggapan dari ibu hamil dalam melakukan pemeriksaan kehamilan dinyatakan

Kuisioner Skor untuk jawaban SS =5Skor untuk jawaban S =4Skor untuk jawaban N =3Skor untuk jawaban TS =2Skor untuk jawaban STS =1

Selanjutnya akan diperoleh skor kepercayaan dengan cara

Interval

Page 45: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1101/1/BAB I-V.docx · Web viewDari segi sarana dan fasilitas pelayanan kesehatan, hingga bulan Desember 2013, tercatat terdapat 9.655 Puskesmas

45

dengan sangat setuju, setuju, tidak setuju dan sangat tidak setuju

menjumlahkan nilai dari masing-masing pertanyaan.1. Baik 2. Kurang Baik

Data yang diperoleh distribusi tidak normal, maka median akan digunakan untuk menjadi ukuran pusat yang tepat. Median=15 tepat.

3. Dukungan Suami

Bantuan yang berasal dari suami kepada ibu hamil dalam melakukan pemeriksaan kehamilam minimal 4 kali selama kehamil

Kuisioner Skor untuk jawaban SS =5Skor untuk jawaban S =4Skor untuk jawaban N =3Skor untuk jawaban TS =2Skor untuk jawaban STS =1

Selanjutnya akan diperoleh skor kepercayaan dengan cara menjumlahkan nilai dari masing-masing pertanyaan.1. Mendukung 2. Tidak mendukung

Data yang diperoleh distribusi normal, maka mean akan digunakan untuk menjadi ukuran pusat yang tepat. Mean= 10

Interval

3. Keterpaparan Media

Informasi yang didapatkan responden tentang kunjungan antenatal care dari petugas kesehatan

Kuisioner Skor untuk jawaban SS =5Skor untuk jawaban S =4Skor untuk jawaban N =3Skor untuk jawaban TS =2Skor untuk jawaban STS =1

Selanjutnya akan diperoleh skor kepercayaan dengan cara menjumlahkan nilai dari masing-masing pertanyaan.1. Terpapar 2. Tidak terpapar

Data yang diperoleh distribusi tidak normal, maka median akan digunakan untuk menjadi ukuran pusat yang tepat. Median=2

Interval

Page 46: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1101/1/BAB I-V.docx · Web viewDari segi sarana dan fasilitas pelayanan kesehatan, hingga bulan Desember 2013, tercatat terdapat 9.655 Puskesmas

46

Variabel Dependen

Variabel Definisi Alat Ukur Hasil Ukur Skala

1. Kunjungan ANC Jumlah kunjungan ANC sesuai dengan usia kehamilan yang dilakukan oleh ibu hamil

Buku

KIA/KMS

1. Berkunjung 2. Tidak Berkunjung

Interval

1.6. Aspek pengukuran

1) Pengetahuan

a. Untuk pengetahuan baik jika nilai skor responden > mean.

b. Untuk pengetahuan kurang baik jika nilai skor responden ≤ mean2) Sikap

a. Untuk sikap baik jika nilai skor responden > median b. Untuk sikap kurang baik jika nilai skor responden ≤ median

3) Dukungan Suami

a. Untuk Dukungan Suami mendukung jika nilai skor responden > mean

b. Untuk Dukungan Suami tidak mendukug jika nilai skor responden ≤ mean

4) Keterpaparan Media

a. Untuk Keterpaparan Media terpapar baik jika nilai responden > median

b. Untuk Keterpaparan Media tidak terpapar jika nilai responden ≤ median

5) Kunjungan Antenatal Care

a. Berkunjung jika nilai responden ≥ mean

b. Tidak berkunjung jika nilai responden < mean

1.7. Pengolahan Data

Menurut Notoatmodjo (2010) setelah data terkumpul melalui kuisioner

maka dapat dilakukan pengolahan data melalui beberapa tahapan sebagai berikut:

a. Seleksi Data (Editing)

Page 47: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1101/1/BAB I-V.docx · Web viewDari segi sarana dan fasilitas pelayanan kesehatan, hingga bulan Desember 2013, tercatat terdapat 9.655 Puskesmas

47

Untuk memastikan apakah data telah terisi semua oleh responden untuk dapat

dibaca secara relevan. Dimana peneliti akan melakukan penelitian terhadap

data yang diperoleh dan diteliti apakah terdapat kekeliruan atau tidak dalam

penelitian.

b. Pemberian Kode (Coding)

Setelah dilakukan editing, selanjutnya peneliti memberikan kode tertentu pada

tiap-tiap data sehingga memudahkan dalam melakukan analisis data.

c. Pemberian Skor (Scoring)

Pemberian skor dimana setiap jawaban yang sangat setuju skor 4 dan yang

sangat tidak setuju skor 0, hasil jawaban responden yang telah diberikan

pembobotan dijumlahkan dan dibandingkan dengan jumlah skor kemudian

dipersentasikan dengan jumlah dikali 100%. Kuesioner atau angket yang

digunakan dalam penelitian ini menggunakan pertanyaan terbuk dengan

alternatif yang telah ditentukan.

d. Transfering

Data yang telah diberi kode disusun secara berurutan sesuai dengan klasifikasi

data.

e. Tabel (Tabulating)

Data yang telah dikumpulkan dimasukkan dalam tabel distribusi frekuensi.

1.8. Teknik Analisis Data

1.8.1. Uji Normalitas Data

Page 48: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1101/1/BAB I-V.docx · Web viewDari segi sarana dan fasilitas pelayanan kesehatan, hingga bulan Desember 2013, tercatat terdapat 9.655 Puskesmas

48

Uji normalitas adalah untuk melihat apakah nilai residual terdistribusi

normal atau tidak. Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model

regresi variabel terikat dan variabel bebas keduanya mempunyai distribusi normal.

Model regresi yang baik adalah memiliki distribusi atau data normal atau

mendekati normal.

1.8.2. Analisis Univariat

Data yang telah dikumpulkan dianalisis dengan kuantitatif yaitu memba

has kembali apa yang diperoleh dari lapangan serta kaitannya dengan tujuan.

Penelitian ini dapat diolah dalam bentuk tabulasi dengan mencantumkan frekuensi

dalam persentase jawaban. Proses analisis data meliputi kegiatan-kegiatan

pengorganisasian data dan pembahasan agar ke depan penelitian ini dapat

menjawab secara sistematis seluruh masalah yang diteliti.

Menurut Arikunto (2007), rumus yang dipergunakan dalam pengolahan

data ini adalah sebagai berikut:

P = FN x 100%

Dimana:

P = Persentase

F = Frekuensi

N = Jumlah sampel

100% = Bilangan konstanta

1.8.3. Analisis Korelasi

Analisis korelasi dapat digunakan untuk mengadakan uraian tentang

derajat hubungan linier antar satu variabel dengan variabel lain. Korelasi sering

Page 49: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1101/1/BAB I-V.docx · Web viewDari segi sarana dan fasilitas pelayanan kesehatan, hingga bulan Desember 2013, tercatat terdapat 9.655 Puskesmas

49

digunakan bersama dengan regresi untuk menjelaskan variasi variabel dependen

dapat digunakan untuk mengukur derajat hubungan antara dua variabel melalui

koefisien determinasi dan koefisien korelasi ( Budiarto, 2001).

Koefisien determinasi digunakan untuk mengukur kekuatan hubungan

antara variabel independen dengan variabel dependen. Karena titik-titik koordinat

yang membentuk garis regresi berasal dari sampel maka disebut koefisien

determinasi sampel.

1.8.4. Analisis Regresi Linear Sederhana

Analisis Regresi Linier Sederhana suatu analisis untuk mengetahui tingkat

hubungan antara dua variabel atau lebih yaitu x variabel bebas dan y variabel

terikat. Dari analisis regresi dapat diketahui bentuk hubungan antara dua variabel.

Gambaran tentang hubungan antara dua variabel dapat diketahui melalui titik-titik

koordinat yang terdapat pada diagram pencar. Hubungan tersebut dapat berupa

garis lurus (linier) atau garis lengkung (kurva linier) (Budiarto,2001).

Kedua bentuk hubungan tersebut dapat berupa garis regresi positif atau

negatif. Dikatakan regresi positif bila perubahan yang terjadi pada variabel

independen diikuti oleh perubahan dengan arah yang sama pada variabel

dependen sehingga garis yang dihasilkan bergerak dari kiri bawah ke kanan atas.

Sebaliknya, bila perubahan pada variabel independen diikuti oleh variabel

dependen dengan arah yang berlawanan disebut regresi negatif sehingga garis

yang dihasilkan bergerak dari kiri atas ke kanan bawah.

Hubungan yang terjadi antara dua variabel dapat pula ditinjau dari sifat

hubungannya, yaitu hubungan langsung atau tidak langsung. Dikatakan hubungan

Page 50: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1101/1/BAB I-V.docx · Web viewDari segi sarana dan fasilitas pelayanan kesehatan, hingga bulan Desember 2013, tercatat terdapat 9.655 Puskesmas

50

langsung apabila perubahan variabel independen secara langsung diikuti oleh

perubahan variabel dependen. Dikatakan hubungan tidak langsung apabila

perubahan yang terjadi pada variabel independen tidak secara langsung

mengakibatkan perubahan pada variabel dependen (Budiarto,2001).

Page 51: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1101/1/BAB I-V.docx · Web viewDari segi sarana dan fasilitas pelayanan kesehatan, hingga bulan Desember 2013, tercatat terdapat 9.655 Puskesmas

51

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum

4.1.1 Keadaan geografis lokasi penelitian

UPTD Puskesmas PIR Batee Puteh merupakan Puskesmas yang berada di

wilayah Kecamatan Woyla Barat. Luas wilayah 107,7km2 dengan jumlah wilayah

kerjanya meliputi 24 gampong dengan dua kemukiman. Kualitas sumber daya

manusia sangat terkait dengan kondisi kesehatan masyarakat. Sarana dan

prasarana kesehatan yang dimiliki Kecamatan Woyla Barat sampai dengan tahun

2015 berupa 1 Puskesmas Induk, 3 Puskesmas Pembantu, 2 Puskesmas Keliling, 8

Poskesdes dan 24 Posyandu.

Puskesmas PIR Batee Puteh berbatasan dengan sebelah utara Kecamatan

Samatiga, sebelah selatan Kecamatan Teunom Kabupaten Aceh Jaya, sebelah

barat Kecamatan Woyla, dan sebelah timur Kecamatan Arongan Lambalek.

4.1.2 Demografi/ Kependudukan

Jumlah penduduk yang besar merupakan modal pembangunan, dan juga

merupakan beban dalam pembangunan, karenanya pembangunan diarahkan

kepada peningkatan kualitas sumber daya manusia. Puskesmas PIR Batee Puteh

diharapkan dapat memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu diwilayah kerja

sebanyak 7.462 jiwa yang terbagi menjadi 2.003 KK, dengan tingkat kepadatan

penduduk mencapai 69,2 jiwa/ Km2.

Page 52: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1101/1/BAB I-V.docx · Web viewDari segi sarana dan fasilitas pelayanan kesehatan, hingga bulan Desember 2013, tercatat terdapat 9.655 Puskesmas

52

Persebaran penduduk di Kecamatan Woyla Barat untuk masing-masing desa

tidak merata, desa dengan jumlah penduduk terbanyak adalah desa Karak, yaitu

dihuni oleh 615 jiwa dengan luas desa 20 Km2, sedangkan desa dengan jumlah

penduduk paling sedikit adalah desa Peleukung dengan jumlah penduduk 151

jiwa dengan luas desa 10 Km2. Kemudian untuk desa terluas adalah Alue

Keumuneng dengan luas desa 20 Km2 yang dihuni oleh 595 jiwa, sedangkan desa

dengan luas daerah paling kecil adalah Desa Leubok Pasi Ara dengan luas daerah

desa 0,8 Km2 yang dihuni oleh 362 jiwa. Sedangkan desa dengan kepadatan paling

padat adalah desa Pasi Mali.

4.2 Hasil Penelitian

4.2.1 Uji normalitas Data

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi,

variabel terikat dan variabel bebas keduanya memiliki distribusi normal atau

tidak. Model regresi yang baik adalah memiliki distribusi data normal atau

mendekati normal. Untuk mengetahui data berdistribusi normal menggunakan

nilai skewness dan standar error, bila nilai skewness dibagi standar error

menghasilkan angka ≤ 2, maka distribusinya normal.

Tabel 4.1 Uji Normalitas Variabel

Variabel independen Nilai mean/skewness

Statistik Standar error

Pengetahuan Mean 18,1538

Skewness 0,287 0,297

Page 53: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1101/1/BAB I-V.docx · Web viewDari segi sarana dan fasilitas pelayanan kesehatan, hingga bulan Desember 2013, tercatat terdapat 9.655 Puskesmas

53

Sikap Median 15,0000

Skewness 0,718 0,297

Dukungan Suami Mean 10,3385

Skewness -0,591 0,297

Keterpaparan Media Median 2.0000

Skewness 0,727 0,297

Tabel 4.1 Hasil perbandingan skewness dan standar error didapatkan:

pengetahuan 0,287/0,297=0,966, sikap 0,718/0,297=2,417, dukungan suami -

0,591/0,297,=-1,989, Keterpaparan Media 0,727/0,297=2,447. Variabel sikap dan

Keterpaparan media didapatkan hasil di atas 2, maka variabel tersebut

berdistribusi tidak normal. Untuk variabel Pengetahuan dan dukungan suami

didapatkan hasilnya masih di bawah 2, maka variabel tersebut hasilnya

berdistribusi normal.

4.2.2 Persentase Variabel Pengetahuan

1. Pengetahuan responden tentang kunjungan Antenatal Care

Tabel 4.2 Pengetahuan responden tentang Antenatal Care

No Pengetahuan SS S N TS STS1 Waktu pemeriksaan

kehamilan pada trimester pertama adalah pada usia kehamilan 0-13 minggu

4 (6,2%)

24 (36,9%)

9 (13,9%)

24 (36,9%)

4(6,2%)

2. Waktu pemeriksaan kehamilan pada trimester kedua adalah pada usia kehamilan 14-27 minggu

4 (6,2%)

15 (23,1%)

12 (18,5%)

27 (41,5%)

7(10,8%)

3 Waktu pemeriksaan kehamilan pada trimester ketiga adalah pada usia

1 (1,5%)

15 (23,1%)

13 (20,0%)

28 (43,1%)

8 (12,3%)

Page 54: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1101/1/BAB I-V.docx · Web viewDari segi sarana dan fasilitas pelayanan kesehatan, hingga bulan Desember 2013, tercatat terdapat 9.655 Puskesmas

54

kehamilan 28-35 minggu4 Pada kehamilan usia 15-28

minggu harus dilakukan pemeriksaan kehamilan minimal sebanyak 2 kali

3 (4,6%)

12 (18,5%)

7 (10,8%)

36 (55,4%)

7 (10,8%)

5 Sebaiknya pemeriksaan kehamilan/Antenatal Care dilakukan 4 kali selama masa kehamilan

5 (7,7%)

17 (26,2%)

13 (20,0%)

22 (33,8%)

8 (12,3%)

6 Orang yang melakukan pemeriksaan kehamilan pada ibu hamil sebaiknya Dokter/bidan.

4 (6,2%)

21 (32,3%)

11 (16,9%)

24 (36,9%)

5(7,7%)

7 Keuntungan yang bisa didapatkan dari pemeriksaan kehamilan yaitu menjaga fisik dan mental ibu dengan bayi.

4 (6,2%)

19 (29,2%)

10 (15,4%)

26 (40.0%)

6(9,2%)

8 Tujuan dari pemeriksaan kehamilan yaitu mengenal dan menangani penyakit yang menyertai kehamilan, persalinan dan nifas.

2 (3,1%)

19 (29,2%)

14 (21,5%)

23 (35,4%)

7 (10,8%)

9 Tempat pemeriksaan kehamilan sebaiknya di Klinik dokter/bidan atau puskesmas.

3 (4,6%)

20 (30,8%)

9 (13,8%)

28 (43,1%)

5(7,7%)

10 Manfaat yang bisa didapatkan ibu dari pemeriksaan kehamilan antara lain agar ibu dan bayi sehat selama kehamilan dan persalinan

5 (7,7%)

27 (41,5%)

11 (16,9%)

17 (26,2%)

5(7,7%)

Sumber :Data Primer (diolah) Tahun 2016.

Tabel 4.2 menunjukkan mayoritas kesetujuan responden tertinggi pada manfaat

yang bisa didapatkan ibu dari pemeriksaan kehamilan antara lain agar ibu dan

bayi sehat selama kehamilan dan persalinan 49,2 % dan untuk kesetujuan

responden yang terendah pada kehamilan usia 15-28 minggu harus dilakukan

pemeriksaan kehamilan minimal sebanyak 2 kali sebanyak 77 % responden yang

Page 55: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1101/1/BAB I-V.docx · Web viewDari segi sarana dan fasilitas pelayanan kesehatan, hingga bulan Desember 2013, tercatat terdapat 9.655 Puskesmas

55

tidak setuju. Berdasarkan hasil penelitian dari jawaban kuesioner tersebut

didapatkan bahwa rendahnya pengetahuan ibu hamil tentang kunjungan antenatal

care sehingga menyebabkan kurangnya kesadaran untuk melakukan kunjungan

antenatal care ke tempat pelayanan asuhan antenatal.

2. Sikap responden tentang Kunjungan Antenatal Care

Tabel 4.3 Sikap responden tentang Antenatal Care

No Sikap SS S N TS STS

1 Ibu hamil perlu memeriksakan kehamilan walaupun tidak ada keluhan.

2 (3,1%)

12 (18,5%)

9(13,8%)

24 (36,9%)

18 (27,7%)

2 Memeriksakan kehamilan mempunyai manfaat bagi kesehatan ibu.

4 (6,2%)

11 (16,9%)

16 (24,6%)

26 (40,0%)

8 (12,3%)

3 Memeriksakan kehamilan mempunyai manfaat bagi kesehatan anak.

2 (3,1%)

10 (15,4%)

26 (40,0%)

23 (35,4%)

4(6,2%)

4 Pemeriksaan kehamilan harus dilakukan kepada tenaga kesehatan

2 (3,1%)

13 (20,0%)

20(30,8%)

26 (40,0%)

4(6,2%)

5 Dapat dipastikan tanpa periksa kehamilan ibu tetap melahirkan bayi sehat.

1 (1,5%)

9 (13,8%)

12(18,5%)

26 (40,0%)

17 (26,2%)

6 Penyakit yang timbul pada waktu hamil akan sembuh sendiri tanpa pergi ke tenaga kesehatan.

2 (3,1%)

11 (16,9%)

9 (13,8%)

34 (52,3%)

9 (13,8%)

7 Pada usia kehamilan 0-13 minggu harus melakukan pemeriksaan kehamilan minimal sebanyak 1 kali.

1 (1,5%)

21 (32,3%)

13

(20,0%)30

(46,2%)22

(23,2%)

8 Pada usia kehamilan 14-27 minggu harus melakukan pemeriksaan kehamilan minimal sebanyak 2 kali.

3 (4,6%)

10 (15,4%)

12(18,5%)

35 (53,8%)

5 (7,7%)

9 Pada usia kehamilan 28-

Page 56: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1101/1/BAB I-V.docx · Web viewDari segi sarana dan fasilitas pelayanan kesehatan, hingga bulan Desember 2013, tercatat terdapat 9.655 Puskesmas

56

35 minggu harus melakukan pemeriksaan kehamilan minimal sebanyak 4 kali.

1 (1,5%)

11 (16,9%)

12(18,5%)

36 (55,4%)

5(7,7%)

10 Pemeriksaan kehamilan ke bidan sebaiknya minimal dilakukan 4 kali.

2 (3,1%)

16 (24,6%)

12(18,5%)

26 (40,0%)

9 (13,8%)

Sumber :Data Primer (diolah) Tahun 2016.

Tabel 4.3 menunjukkan mayoritas kesetujuan responden tertinggi pada usia

kehamilan 0-13 minggu harus melakukan pemeriksaan kehamilan minimal

sebanyak 1 kali sebanyak 33,8 % dan untuk kesetujuan responden yang terendah

pada dapat dipastikan tanpa periksa kehamilan ibu tetap melahirkan bayi sehat

sebanyak 84,7 % responden yang tidak setuju. Berdasarkan hasil penelitian dari

jawaban kuesioner tersebut didapatkan bahwa ibu hamil bersikap kurang peduli

terhadap kunjungan antenatal care dan beranggapan bahwa pemeriksaan

kehamilan tidak perlu rutin untuk dilakukan sehingga menyebabkan kurangnya

kesadaran untuk melakukan kunjungan antenatal care guna mendapatkan

pelayanan asuhan antenatal care.

3. Dukungan Suami responden tentang Antenatal Care

Tabel 4.4 Dukungan Suami responden tentang Antenatal Care

No Tindakan SS S N TS STS

1 Suami ibu menyarankan ibu untuk selalu melakukan pemeriksaan kehamilan secara rutin setiap bulannya.

3(4,6%)

28 (43,1%)

16 (24,6%)

12 (18,5%)

6(9,2%)

2 Suami ibu selalu menyemangati (memotivasi dan 5 27 15 10 8

Page 57: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1101/1/BAB I-V.docx · Web viewDari segi sarana dan fasilitas pelayanan kesehatan, hingga bulan Desember 2013, tercatat terdapat 9.655 Puskesmas

57

mendorong) ibu agar terus melakukan pemeriksaan kesehatan secara rutin setiap bulannya.

(7,7%) (41,5%) (23,1%) (15,4%) (12,3%)

3 Keluarga ibu memberikan informasi tentang pemeriksaan kehamilan.

1(1,5%)

27 (41,5%)

19 (29,2%)

10 (15,4%)

8 (12,3%)

4 Suami ibu menawarkan bantuan kepada ibu untuk melakukan pemeriksaan kehamilan.

1(1,5%)

18 (27,7%)

19 (29,2%)

21 (32,3%)

6(9,2%)

5 Suami ibu selalu siap mendampingi ibu ketika ingin melakukan pemeriksaan kehamilan.

30(46,2%)

21 (32,3%)

9 (13,8%)

5(7,7%)

9 (13,8%)

Sumber :Data Primer (diolah) Tahun 2016.

Tabel 4.4 menunjukkan mayoritas kesetujuan responden tertinggi pada suami ibu

selalu siap mendampingi ibu ketika ingin melakukan pemeriksaan kehamilan

sebanyak 78,5 % dan untuk kesetujuan responden yang terendah pada suami ibu

menawarkan bantuan kepada ibu untuk melakukan pemeriksaan kehamilan

sebanyak 70,7 % responden yang tidak setuju. Berdasarkan hasil penelitian dari

jawaban kuesioner tersebut didapatkan bahwa rendahnya kesadaran suami dalam

menawarkan bantuan untuk melakukan pemeriksaan kehamilan istrinya sehingga

menyebabkan kurangnya kesadaran untuk melakukan kunjungan antenatal care.

4. Keterpaparan Media responden tentang Kunjungan Antenatal Care

Page 58: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1101/1/BAB I-V.docx · Web viewDari segi sarana dan fasilitas pelayanan kesehatan, hingga bulan Desember 2013, tercatat terdapat 9.655 Puskesmas

58

Tabel 4.5 Keterpaparan Media responden tentang Kunjungan Antenatal Care

No Sanitasi Lingkungan SS S N TS STS

1 Ibu mendapatkan informasi tentang pemeriksaan kehamilan dari media cetak (brosur, buku, majalah, koran, dan lain-lain).

6 (9,2%)

13 (20,0%)

7 (10,8%)

24 (36,9%)

15 (23,1%)

2 Ibu mendapatkan informasi tentang pemeriksaan kehamilan dari media elektronik( radio, televisi, VCD, dan lain-lain).

7 (10,8%)

5 (7,7%)

10(15,4%)

17 (26,2%)

26 (40,0%)

Sumber :Data Primer (diolah) Tahun 2016.

Tabel 4.5 menunjukkan mayoritas kesetujuan responden tertinggi pada ibu

mendapatkan informasi tentang pemeriksaan kehamilan dari media cetak (brosur,

buku, majalah, koran, dan lain-lain) sebanyak 29,2 % dan untuk kesetujuan

responden yang terendah pada ibu mendapatkan informasi tentang pemeriksaan

kehamilan dari media elektronik ( radio, televisi, VCD, dan lain-lain) sebanyak

81,6 % responden yang tidak setuju. Berdasarkan hasil penelitian dari jawaban

kuesioner tersebut didapatkan bahwa kurangnya memanfaat media yang ada

misalnya televisi untuk mendapatkan informasi tentang antenatal care.

4.2.3 Karakteristik Responden1. Umur Responden

Hasil perhitungan frekuensi dan persentase berdasarkan umur responden

dapat dilihat pada tabel 4.6 berikut dibawah ini :

Page 59: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1101/1/BAB I-V.docx · Web viewDari segi sarana dan fasilitas pelayanan kesehatan, hingga bulan Desember 2013, tercatat terdapat 9.655 Puskesmas

59

Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur Dengan Kunjungan Antenatal Care di Wilayah Kerja Puskesmas PIR Batee Puteh Kabupaten Aceh Barat

Variabel Mean SD Minimal-maksimal

95% CI

Umur 28,52 5,34 17 – 40 27,20 – 29,85Tabel 4.6 Menunjukkan rata-rata umur ibu hamil adalah 28,52 tahun (95% CI:

27,20 – 29,85), dengan standar deviasi 5,34 tahun. Umur termuda 17 tahun dan

umur tertua 40 tahun. Dari hasil estimasi interval dapat disimpulkan bahwa 95%

diyakini bahwa rata-rata umur ibu adalah diantara 27,20 sampai dengan 29,85

tahun.

2. Pendidikan Responden

Hasil perhitungan frekuensi dan persentase berdasarkan Pendidikan

responden dapat dilihat pada tabel 4.7 berikut dibawah ini :

Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pendidikan Dengan Kunjungan Antenatal Care di Wilayah Kerja Puskesmas PIR Batee Puteh Kabupaten Aceh Barat

No Pendidikan Responden Frekuensi (n) Presentase (%)

1 SD-SMP 14 21,5

2 SMA/MA 35 53,8

3 Perguruan Tinggi 16 24,6

total 65 100

Sumber : Data Primer (diolah) Tahun 2016.

Tabel 4.7 Menunjukkan dari 65 responden yang memiliki pendidikan SD-SMP

sebanyak 14 responden (21,5%), responden yang memiliki pendidikan SMA/MA

Page 60: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1101/1/BAB I-V.docx · Web viewDari segi sarana dan fasilitas pelayanan kesehatan, hingga bulan Desember 2013, tercatat terdapat 9.655 Puskesmas

60

sebanyak 35 responden (53,8%) dan responden yang memiliki pendidikan tinggi

sebanyak 16 responden (24,6%).

3. Paritas

Hasil perhitungan frekuensi dan persentase berdasarkan Paritas responden

dapat dilihat pada tabel 4.8 berikut dibawah ini :

Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Paritas dengan Kunjungan Antenatal Care di wilayah kerja Puskesmas PIR Batee Puteh Kabupaten Aceh Barat

No Paritas Frekuensi (n) Presentase (%)

1 < 1 orang anak 35 53,823

2 – 4 orang anak> 5 orang

300

46,20

Total

65 100

Sumber : Data Primer (diolah) Tahun 2016.

Tabel 4.8 Menunjukkan dari 65 responden yang memiliki paritas < 1 orang anak

sebanyak 35 responden (53,8%) dan yang memiliki paritas 2-4 orang anak

sebanyak 30 responden (46,2%).

4.2.3 Analisis Univariat

1. Pengetahuan

Hasil perhitungan frekuensi dan persentase dari variabel independent

(pengetahuan) dapat dilihat pada tabel 4.9 berikut dibawah ini :

Page 61: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1101/1/BAB I-V.docx · Web viewDari segi sarana dan fasilitas pelayanan kesehatan, hingga bulan Desember 2013, tercatat terdapat 9.655 Puskesmas

61

Tabel 4.9 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pengetahuan Dengan Kunjungan Antenatal Care di Wilayah Kerja Puskesmas PIR Batee Puteh Kabupaten Aceh Barat

No Pengetahuan Frekuensi (n) Presentase (%)

1 Baik 28 43,1

2 Kurang baik 37 56,9

Total 65 100

Sumber :Data Primer (diolah) Tahun 2016.

Tabel 4.9 menunjukkan 65 responden yang memiliki pengetahuan baik sebanyak

28 responden (43,1%), dan responden yang memiliki pengetahuan kurang baik

sebanyak 37 responden (56,9%).

2. Sikap

Hasil perhitungan frekuensi dan persentase dari variabel independent (sikap)

dapat dilihat pada tabel 4.10 berikut dibawah ini :

Tabel 4.10 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Sikap Dengan Kunjungan Antenatal Care Di Wilayah Kerja Puskesmas PIR Batee Puteh Kabupaten Aceh Barat

No Sikap Frekuensi (n) Presentase (%)

1 Baik 28 43,1

2 Kurang 37 56,9

Total 65 100

Sumber :Data Primer (diolah) Tahun 2016.

Tabel 4.10 Menunjukkan dari 65 responden yang memiliki sikap baik sebanyak

28 responden (43,1%), dan responden yang memiliki sikap kurang baik sebanyak

37 responden (56,9%).

Page 62: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1101/1/BAB I-V.docx · Web viewDari segi sarana dan fasilitas pelayanan kesehatan, hingga bulan Desember 2013, tercatat terdapat 9.655 Puskesmas

62

3. Dukungan Suami

Hasil perhitungan frekuensi dan persentase dari variabel independent

(dukungan suami) dapat dilihat pada tabel 4.11 berikut dibawah ini :

Tabel 4.11 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Dukungan Suami Dengan Kunjungan Antenatal Care Di Wilayah Kerja Puskesmas PIR Batee Puteh Kabupaten Aceh Barat

No Dukungan Suami Frekuensi (n) Presentase (%)1 Mendukung 33 50,82 Tidak Mendukung 32 49,2

Total 65 100Sumber :Data Primer (diolah) Tahun 2016.

Tabel 4.11 Menunjukkan dari 65 responden yang memiliki dukungan suami

mendukung sebanyak 33 responden (50,8%), dan responden yang memiliki

dukungan suami tidak mendukung sebanyak 32 responden ( 49,2%).

4. Keterpaparan Media

Hasil perhitungan frekuensi dan persentase dari variabel independent

(Keterpaparan Media) dapat dilihat pada tabel 4.12 berikut dibawah ini :

Tabel 4.12 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Keterpaparan Media Dengan Kunjungan Antenatal Care Di Wilayah Kerja Puskesmas PIR Batee Puteh Kabupaten Aceh Barat

No Keterpaparan Media Frekuensi (n) Presentase (%)

1 Terpapar 27 41,5

2 Tidak terpapar 38 58,5

Total 65 100Sumber :Data Primer (diolah) Tahun 2016.

Page 63: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1101/1/BAB I-V.docx · Web viewDari segi sarana dan fasilitas pelayanan kesehatan, hingga bulan Desember 2013, tercatat terdapat 9.655 Puskesmas

63

Tabel 4.12 Menunjukkan dari 65 responden yang memiliki keterpaparan media

terpapar sebanyak 27 responden (41,5%), dan responden yang memiliki

keterpaparan media tidak terpapar sebanyak 38 responden (58,5%).

5. Kunjungan Antenatal Care

Hasil perhitungan frekuensi dan persentase dari variabel dependent

(Kunjungan Antenatal Care) dapat dilihat pada tabel 4.13 berikut dibawah ini :

Tabel 4.13 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kunjungan Antenatal Care Di Wilayah Kerja Puskesmas PIR Batee Puteh Kabupaten Aceh Barat

No Kunjungan ANC Frekuensi (n) Presentase (%)1 Bekunjung 23 35,4

2 Tidak Berkunjung 42 64,6

Total 65 100Sumber :Data Primer (diolah) Tahun 2016.

Tabel 4.13 Menunjukkan dari 65 responden yang berkunjung sebanyak 23

responden (35,4%), dan responden yang tidak berkunjung sebanyak 42 responden

(64,6%).

4.2.4 Analisis Korelasi

Page 64: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1101/1/BAB I-V.docx · Web viewDari segi sarana dan fasilitas pelayanan kesehatan, hingga bulan Desember 2013, tercatat terdapat 9.655 Puskesmas

64

Tabel 4.14 Analisis Korelasi

Correlations

kategori pengetahuan

Kategori Sikap

kategori dukungan

suami

Kategori Keterpaparan Media

Kategori Kunjunga

n ANCkategori pengetahuan

Pearson Correlation

1 .122 -.013 .023 .396**

Sig. (2-tailed)

.334 .916 .854 .001

N 65 65 65 65 65Kategori Sikap

Pearson Correlation

.122 1 .173 -.040 .461**

Sig. (2-tailed)

.334 .168 .753 .000

N 65 65 65 65 65kategori dukungan suami

Pearson Correlation

-.013 .173 1 .330** .214

Sig. (2-tailed)

.916 .168 .007 .087

N 65 65 65 65 65Kategori Keterpaparan Media

Pearson Correlation

.023 -.040 .330** 1 .225

Sig. (2-tailed)

.854 .753 .007 .072

N 65 65 65 65 65Kategori Kunjungan ANC

Pearson Correlation

.396** .461** .214 .225 1

Sig. (2-tailed)

.001 .000 .087 .072

N 65 65 65 65 65**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Tampilan analisis korelasi berupa matrik antar variabel yang dikorelasi,

informasi yang muncul terdapat tiga baris, baris pertama berisi niliai korelasi (r),

baris kedua menampilkan nilai p (pvalue), dan baris ketiga menampilkan N

(jumlah data). Pada hasil di atas di peroleh bahwa:

a. Nilai r untuk variabel pengetahuan = 0,396 dan nilai p = 0,001 kesimpulan

Page 65: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1101/1/BAB I-V.docx · Web viewDari segi sarana dan fasilitas pelayanan kesehatan, hingga bulan Desember 2013, tercatat terdapat 9.655 Puskesmas

65

dari hasil tersebut adalah ada hubungan antara pengetahuan dengan kunjungan

antenatal care menunjukkan hubungan yang kuat dan berpola positif artinya

semakin baik pengetahuan responden tentang kunjungan antenatal care maka

semakin sedikit peluang responden untuk tidak berkunjung. Hasil uji statistik

di dapatkan hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan kunjungan

antenatal care (p= 0,001 ).

b. Nilai r untuk variabel sikap = 0,461 dan nilai p = 0,000 kesimpulan dari hasil

tersebut adalah ada hubungan antara sikap dengan kunjungan antenatal care

menunjukkan hubungan yang kuat dan berpola positif artinya semakin baik

sikap responden tentang kunjungan antenatal care maka semakin mudah untuk

menerima dan mendapatkan informasi tentang kunjungan antenatal care maka

semakin sedikit peluang responden untuk tidak berkunjung. Hasil uji statistik

di dapatkan hubungan yang signifikan antara sikap dengan kunjungan

antenatal care (p= 0,000).

c. Nilai r untuk variabel Dukungan Suami = 0,214 dan nilai p = 0,087 kesimpulan

dari hasil tersebut adalah ada hubungan antara dukungan suami dengan

kunjungan antenatal care menunjukkan hubungan yang kuat dan berpola

positif artinya semakin baik dukungan suami responden tentang kunjungan

antenatal care maka semakin sedikit peluang responden untuk tidak

berkunjung. Hasil uji statistik di dapatkan hubungan yang signifikan antara

dukungan suami dengan kunjungan antenatal care (p= 0,087).

d. Nilai r untuk variabel Keterpaparan Media = 0,225 dan nilai p = 0,072

kesimpulan dari hasil tersebut adalah ada hubungan antara keterpaparan media

Page 66: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1101/1/BAB I-V.docx · Web viewDari segi sarana dan fasilitas pelayanan kesehatan, hingga bulan Desember 2013, tercatat terdapat 9.655 Puskesmas

66

dengan kunjungan antenatal care menunjukkan adanya hubungan yang kuat

dan berpola positif artinya semakin baik keterpaparan media responden tentang

kunjungan antenatal care maka semakin mudah untuk menerima dan

mendapatkan informasi tentang kunjungan antenatal care maka semakin

sedikit peluang responden untuk tidak berkunjung. Hasil uji statistik di

dapatkan hubungan yang signifikan keterpaparan media dengan kunjungan

antenatal care (p= 0,072 ).

4.2.5 Analisis Regresi Linier Sederhana

Tabel 4.15 Analisis Regresi Pengetahuan Dengan Kunjungan Antenatal Care

Variabel R2 B

Pengetahuan 0,157 0,382

Sumber :Data Primer (diolah) Tahun 2016.

Berdasarkan koefisien determinasi (R2) digunakan untuk mengetahui

seberapa besar pengaruh variabel yang diteliti (pengetahuan) sebagai variabel

independent dengan kunjungan antenatal care sebagai variabel dependent. Secara

parsial variabel independent (pengetahuan) berpengaruh terhadap variabel

dependent (kunjungan antenatal care) adalah sebesar 15,7 % dan nilai b= 0,38

berarti bahwa resiko tidak berkunjung akan berkurang 0,38 % bila pengetahuan

bertambah satu.

Tabel 4.16 Analisis Regresi Sikap Dengan Kunjungan Antenatal Care

Variabel R2 B

Sikap 0,212 0,445

Sumber :Data Primer (diolah) Tahun 2016.

Page 67: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1101/1/BAB I-V.docx · Web viewDari segi sarana dan fasilitas pelayanan kesehatan, hingga bulan Desember 2013, tercatat terdapat 9.655 Puskesmas

67

Berdasarkan koefisien determinasi (R2) digunakan untuk mengetahui

seberapa besar pengaruh variabel yang diteliti (sikap) sebagai variabel

independent dengan kunjungan antenatal care sebagai variabel dependent. Secara

parsial variabel independent (sikap) berpengaruh terhadap variabel dependent.

(kunjungan antenatal care) adalah sebesar 21,2 % dan nilai b= 0,44 berarti bahwa

resiko tidak berkunjung akan berkurang 0,44 % bila sikap bertambah satu.

Tabel 4.17 Analisis Regresi Dukungan Suami Dengan Kunjungan Antenatal

Care

Variabel R2 B

Dukungan Suami 0,046 0,205

Sumber :Data Primer (diolah) Tahun 2016.

Berdasarkan koefisien determinasi (R2) digunakan untuk mengetahui

seberapa besar pengaruh variabel yang diteliti (dukungan suami) sebagai variabel

independent dengan kunjungan antenatal care sebagai variabel dependent. Secara

parsial variabel independent (dukungan suami) berpengaruh terhadap variabel

dependent (kunjungan antenatal care) adalah sebesar 04,6 % dan nilai b= 0,20

berarti bahwa resiko tidak berkunjung akan berkurang 0,20 % bila dukungan

suami bertambah satu.

Tabel 4.18 Analisis Regresi Keterpaparan Media Dengan Kunjungan

Antenatal Care

Variabel R2 B

Keterpaparan Media 0,051 0,218

Sumber :Data Primer (diolah) Tahun 2016.

Page 68: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1101/1/BAB I-V.docx · Web viewDari segi sarana dan fasilitas pelayanan kesehatan, hingga bulan Desember 2013, tercatat terdapat 9.655 Puskesmas

68

Berdasarkan koefisien determinasi (R2) digunakan untuk mengetahui

seberapa besar pengaruh variabel yang diteliti (Keterpaparan media) sebagai

variabel independent dengan kunjungan antenatal care sebagai variabel

dependent. Secara parsial variabel independent (keterpaparan media) berpengaruh

terhadap variabel dependent (kunjungan antenatal care) adalah sebesar 05,1 %

dan nilai b= 0,21 berarti bahwa resiko tidak berkunjung akan berkurang 0,21 %

bila keterpararan media bertambah satu.

4.3 Pembahasan

Penelitian yang dilakukan bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang

mempengaruhi kunjungan Antenatal Care di wilayah kerja Puskesmas PIR Batee

Puteh Kabupaten Aceh Barat. Variabel yang diteliti dalam penelitian ini adalah

variabel independent yaitu variabel pengetahuan, sikap, dukungan suami dan

keterpaparan media dan variabel dependent yaitu dengan kunjungan Antenatal

Care.

4.3.1 Pengaruh Pengetahuan Terhadap Kunjungan Antenatal Care

Berdasarkan hasil univariat diketahui bahwa dari 65 responden yang

memiliki pengetahuan baik sebanyak 28 responden (43,1%), dan responden yang

memiliki pengetahuan kurang baik sebanyak 37 responden (56,9%). Sedangkan

hasil uji normalitas diketahui bahwa pengetahuan berdistribusi normal, dan hasil

korelasi nilai r untuk variabel pengetahuan = 0,396 dan nilai p = 0,001 kesimpulan

dari hasil tersebut adalah ada hubungan antara pengetahuan dengan kunjungan

antenatal care menunjukkan hubungan yang kuat dan berpola positif. Berdasarkan

Page 69: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1101/1/BAB I-V.docx · Web viewDari segi sarana dan fasilitas pelayanan kesehatan, hingga bulan Desember 2013, tercatat terdapat 9.655 Puskesmas

69

koefisien determinasi (R2) digunakan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh

variabel yang diteliti (pengetahuan) sebagai variabel independent dengan

kunjungan antenatal care sebagai variabel dependent. Secara parsial variabel

independent (pengetahuan) berpengaruh terhadap variabel dependent. (kunjungan

antenatal care) adalah sebesar 15,7 % dan nilai b=0,38 berarti bahwa resiko untuk

tidak berkunjung akan berkurang 0,38 % bila pengetahuan bertambah satu artinya

semakin baik pengetahuan responden tentang kunjungan ANC maka semakin

sedikit peluang responden untuk tidak melakukan kunjungan antenatal care.

Berdasarkan pengamatan peneliti di lapangan pengetahuan berpengaruh

dengan kunjungan antenatal care karena responden yang mengetahui bahwa

keuntungan dari pentingnya melakukan kunjungan pemeriksaan kehamilan ke

tempat dan petugas kesehatan untuk mendapatkan pelayanan asuhan antenatal

guna menjaga kesehatan fisik ibu dan bayi pada saat kehamilan. Sedangkan

responden yang tidak mengetahui bahwa pemeriksaan kehamilan sangat penting

bagi kesehatan ibu dan bayi memiliki perilaku kurang baik sehingga memiliki

peluang yang lebih besar untuk tidak melakukan kunjungan asuhan antenatal

care.

Menurut Fitriani (2011) pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini

terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.

Pernginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni indera penglihatan,

pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan diperoleh

melalui mata dan telinga.

Page 70: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1101/1/BAB I-V.docx · Web viewDari segi sarana dan fasilitas pelayanan kesehatan, hingga bulan Desember 2013, tercatat terdapat 9.655 Puskesmas

70

Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam

membentuk tindakan seseorang (overt behavior). Tanpa pengetahuan seseorang

tidak mempunyai dasar untuk mengambil keputusan dan menentukan tindakan

terhadap masalahyang dihadapi. Pengetahuan merupakan proses kognitif dari

seseorang atau individu untuk memberikan arti terhadap lingkungan, sehingga

masing-masing individu memberikan arti sendiri-sendiri terhadap stimuli yang

diterima walaupun stimuli itu sama. Apabila perilaku melalui proses yang didasari

pengetahuan, kesadaran, dan sikap yang positif maka perilaku tersebut akan

bertahan lama (long lasting) daripada perilaku yang tidak didasarri pengetahuan

(Notoatmodjo, 2012).

Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian manurung (2015) didapatkan

hasil analisis hubungan antara pengetahuan dengan kunjungan antenatal care dari

hasil uji statistik chi-square didapat nilai p = 0,002, artinya terdapat hubungan

yang signifikan antara pengetahuan dengan kunjungan antenatal care di wilayah

kerja Puskesmas Padangmatinggi, adapun ibu dengan pengetahuan baik

mempunyai tingkat kunjungan ANC lebih baik daripada ibu dengan pengetahuan

kurang.

4.3.2 Pengaruh Sikap Terhadap Kunjungan Antenatal Care

Berdasarkan hasil univariat diketahui bahwa dari 65 responden yang

memiliki sikap baik sebanyak 28 responden (43,1%), dan responden yang

memiliki sikap kurang baik sebanyak 37 responden (56,9%). Sedangkan hasil uji

normalitas diketahui bahwa sikap berdistribusi tidak normal, dan hasil korelasi

nilai r untuk variabel sikap = 0,396 dan nilai p = 0,001 kesimpulan dari hasil

Page 71: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1101/1/BAB I-V.docx · Web viewDari segi sarana dan fasilitas pelayanan kesehatan, hingga bulan Desember 2013, tercatat terdapat 9.655 Puskesmas

71

tersebut adalah ada hubungan antara sikap dengan terjadinya kunjungan ANC

menunjukkan hubungan yang kuat dan berpola positif. Berdasarkan koefisien

determinasi (R2) digunakan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh variabel

yang diteliti (sikap) sebagai variabel independent dengan kunjungan ANC sebagai

variabel dependent. Secara parsial variabel independent (sikap) berpengaruh

terhadap variabel dependent. (kunjungan ANC) adalah sebesar 21,2 % dan nilai

b=0,31 berarti bahwa resiko untuk tidak melakukan kunjungan ANC akan

berkurang 0,44 % bila sikap bertambah satu. Artinya semakin baik sikap

responden tentang kunjungan ANC maka semakin mudah untuk menerima dan

mendapatkan informasi kunjungan ANC maka semakin sedikit peluang

responden untuk tidak melakukan kunjugan antenatal care.

Berdasarkan pengamatan peneliti di lapangan sikap berpengaruh dengan

kunjungan antenatal care karena responden yang memiliki sikap yang baik sudah

bersifat terbuka dan telah tampak dalam kehidupan nyata sehingga tercermin

dalam tindakan mereka lakukan secara lebih baik sesuai dengan sikap positif

mereka terhadap upaya untuk melakukan kunjungan antenatal care itu sendiri.

Sedangkan responden yang memiliki sikap yang kurang baik lebih cenderung

memilih untuk tidak melakukan kunjungan antenatal ke tempat pelayanan

antenatal maupun tenaga kesehatan karena menganggap penyakit yang timbul

pada saat kehamilan akan sembuh sendiri tanpa harus pergi ke tenaga kesehatan.

Dari Azwar dalam Kholid (2012) menyatakan sikap merupakan kesiapan

untuk bereaksi terhadap suatu objek dengan cara tertentu, bentuk reaksinya

Page 72: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1101/1/BAB I-V.docx · Web viewDari segi sarana dan fasilitas pelayanan kesehatan, hingga bulan Desember 2013, tercatat terdapat 9.655 Puskesmas

72

dengan positif dan negatif sikap meliputi rasa suka dan tidak suka, mendekati dan

menghindari situasi, benda, orang, kelompok, dan kebijaksanaan sosial.

Sikap merupakan reaksi atau respon tertutup seseorang terhadap stimulus

atau objek tertentu, yang sudah melibatkan faktor pendapat dan emosi, sikap

merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak dan bukan pelaksanaan motif

tertentu ( newcomb dalam notoatmodjo, 2012).

Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian Syamsiah (2013) didapatkan

hasil analisis hubungan antara sikap dengan kunjungan antenatal care diperoleh

nilai signifikan (p) sebesar 0,008 < 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa ada

hubungan yang bermakna antara sikap dengan kunjungan antenatal care.

Diperoleh nilai ods ratio (OR) sebesar 8,750 yang artinya orang yang memiliki

sikap baik memiliki peluang 8 kali untuk melakukan kunjungan antenatal care

dibandingkan dengan yang memiliki pengetahuan sikap kurang baik.

4.3.3 Pengaruh Dukungan Suami Terhadap Kunjungan Antenatal Care

Berdasarkan hasil univariat diketahui bahwa dari 65 responden yang

memiliki dukungan suami mendukung sebanyak 33 responden (50,8%), dan

responden yang memiliki dukungan suami tidak mendukung sebanyak 32

responden ( 49,2%). Sedangkan hasil uji normalitas diketahui bahwa sikap

berdistribusi normal, dan hasil korelasi nilai r untuk variabel sikap = 0,214 dan

nilai p = 0,087 kesimpulan dari hasil tersebut adalah ada hubungan antara

dukungan suami dengan kunjungan ANC menunjukkan hubungan yang kuat dan

berpola positif. Berdasarkan koefisien determinasi (R2) digunakan untuk

mengetahui seberapa besar pengaruh variabel yang diteliti (dukungan suami)

Page 73: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1101/1/BAB I-V.docx · Web viewDari segi sarana dan fasilitas pelayanan kesehatan, hingga bulan Desember 2013, tercatat terdapat 9.655 Puskesmas

73

sebagai variabel independent dengan kunjungan ANC sebagai variabel dependent.

Secara parsial variabel independent (dukungan suami) berpengaruh terhadap

variabel dependent (kunjungan antenatal care) adalah sebesar 04,6 % dan nilai b=

0,20 berarti bahwa resiko tidak berkunjung akan berkurang 0,20 % bila dukungan

suami bertambah satu. Artinya semakin baik dukungan suami responden tentang

kunjungan ANC maka semakin sedikit peluang responden untuk tidak melakukan

kunjugan antenatal care.

Berdasarkan pengamatan peneliti di lapangan dukungan suami berpengaruh

dengan kunjungan antenatal care karena responden yang ingin melakukan

kunjungan antenatal selalu disarankan, disemangati dan suami responden pun siap

mendampingi saat responden ingin berkunjung ke tempat pelayanan asuhan

antenatal. Sedangkan responden yang tidak mendapatkan dorongan dari suaminya

dan tidak didampingi cenderung memilih tidak melakukan kunjungan antenatal

care.

Dukungan suami dan keluarga merupakan hal yang tidak dapat diabaikan

dalam perilaku ibu hamil. Contohnya suami/keluarga perlu memberikan

penjelasan dan mengajarkan pada ibu untuk memeriksakan kehamilan minimal 4

kali selama kehamilan. Dukungan seperti itu memberi kontibusi yang benar dalam

tercapainya kunjungan K-4 dan meminimalkan risiko yang terjadi selama

kehamilan dan persalinan (Notoatmodjo,2010).

Memeriksa kehamilan sejak dini dalam hal ini suami dapat mendukung

istrinya agar mendapatkan pelayanan antenatal care yang baik,

menyediakantransportasi atau dana untuk biaya konsultasi, sehingga suami dapat

Page 74: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1101/1/BAB I-V.docx · Web viewDari segi sarana dan fasilitas pelayanan kesehatan, hingga bulan Desember 2013, tercatat terdapat 9.655 Puskesmas

74

belajar mengenai gejala dan tanda-tanda komplikasi kehamilan. Kematian ibu

dapat di cegah bila suami dapat mengenal komplikasi-komplikasi potensial dan

selalu siaga untuk mencari pertolongan bila hal itu terjadi (Beni, 2008).

Hasil penelitian ini didukung oleh hasil penelitian Husna (2015) didapatkan

hasil analisis hubungan antara dukungan suami dengan kunjungan antenatal care

di peroleh hasil uji statistik chi-square didapat nilai p = 0,000 > 0,05, artinya ada

hubungan yang signifikan antara dukungan suami dengan kunjungan antenatal

care di Rumah Bersalin Hadijah Medan.

4.3.4 Pengaruh Keterpaparan Media Terhadap Kunjungan Antenatal Care.

Berdasarkan hasil univariat diketahui bahwa dari 65 responden yang

memiliki keterpaparan media terpapar sebanyak 27 responden (41,5%), dan

responden yang memiliki keterpaparan media tidak terpapar sebanyak 38

responden (58,5%). Sedangkan hasil uji normalitas diketahui bahwa keterpaparan

media berdistribusi tidak normal, nilai r untuk variabel keterpaparan media =

0,225 dan nilai p = 0,072 kesimpulan dari hasil tersebut adalah ada hubungan

antara keterpaparan media dengan kunjungan antenatal care. Berdasarkan

koefisien determinasi (R2) digunakan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh

variabel yang diteliti (dukungan suami) sebagai variabel independent dengan

kunjungan antenatal care sebagai variabel dependent. Secara parsial variabel

independent (keterpaparan media) berpengaruh terhadap variabel dependent

(kunjungan antenatal care) adalah sebesar 05,1 % dan nilai b= 0,21 berarti bahwa

resiko tidak berkunjung akan berkurang 0,21 % bila keterpararan media

bertambah satu. Artinya semakin baik keterpaparan media responden tentang

Page 75: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1101/1/BAB I-V.docx · Web viewDari segi sarana dan fasilitas pelayanan kesehatan, hingga bulan Desember 2013, tercatat terdapat 9.655 Puskesmas

75

kunjungan ANC maka semakin sedikit peluang responden untuk tidak melakukan

kunjugan antenatal care.

Berdasarkan pengamatan peneliti di lapangan keterpaparan media

berpengaruh dengan kunjungan antenatal care karena responden yang sering

terpapar dengan media (televisi,buku,brosur dan lain-lain) akan mendapatkan

informasi tentang pemeriksaan kehamilan. Sedangkan responden yang kurang

mendapatkan informasi dari media cenderung tidak mengetahui tentang

pemeriksaan kehamilan sehingga memiliki peluang untuk tidak melakukan

kunjungan antenatal care.

Melalui berbagai media, baik cetak maupun elektronik, berbagai informasi

dapat diterima oleh masyarakat seperti halnya antenatal care, sehingga seorang

yang lebih sering terpapar media masa (TV, Radio, Majalah, Pamflet, dan lain-

lain) akan memperoleh informasi lebih banyak jika dibandingkan dengan orang

yang tidak pernah terpapar informasi media. Hal ini berarti paparan media massa

mempengaruhi tingkat pengetahuan yang dimiliki oleh seseorang ( Sukmadinata,

2007).

Penelitian ini didukung oleh hasil penelitian Armayani (2013) pada uji

fisher exact tes p adalah 0,001 > α =0,05 maka hipotesis nol ditolak dimana ada

hubungan antara keterpaparan media dengan kunjugan antenatal care pada ibu

hamil yang dirawat di Rumah Sakit Ibnu Sina Makassar.

Page 76: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1101/1/BAB I-V.docx · Web viewDari segi sarana dan fasilitas pelayanan kesehatan, hingga bulan Desember 2013, tercatat terdapat 9.655 Puskesmas

76

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

1. Adanya pengaruh yang signifikan antara faktor pengetahuan dengan kunjungan

Antenatal Care.

2. Adanya pengaruh yang signifikan antara faktor sikap dengan kunjungan

Antenatal Care.

3. Adanya pengaruh yang signifikan antara faktor dukungan suami dengan

kunjungan Antenatal Care.

4. Adanya pengaruh yang signifikan antara faktor keterpaparan media dengan

kunjungan Antenatal Care.

5.2. Saran

1. Diharapkan kepada Puskesmas PIR Batee Puteh agar rutin memberikan

sosialisasi kepada ibu hamil tentang pentingnya melakukan kunjungan

pemeriksaan kehamilan guna mendapatkan pelayanan asuhan antenatal

sehingga ibu hamil dapat berkunjung ke tempat pelayanan kesehatan.

Page 77: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1101/1/BAB I-V.docx · Web viewDari segi sarana dan fasilitas pelayanan kesehatan, hingga bulan Desember 2013, tercatat terdapat 9.655 Puskesmas

77

2. Diharapkan kepada Dinas Kesehatan Aceh Barat khususnya pada bagian KIA

agar dapat mensosialisasikan masalah kesehatan kepada masyarakat terkait

dengan kunjungan pemeriksaan kehamilan.

3. Bagi peneliti selanjutnya diharapkan agar dapat melakukan penelitian yang

sama dengan variabel yang lebih luas lagi dan dengan pengolahan data yang

berbeda sehingga menambah wawasan para mahasiswa lainnya tentang

kunjungan Antenatal Care.

DAFTAR PUSTAKA

Azwar, A. 2012. Pengantar Administrasi Kesehatan, Edisi Ketiga, Jakarta: Yayasan Penerbit IDI

Budiarto, Eko. 2001. Biostatistika untuk Kedokteran dan Kesehatan Masyarakat, Jakarta : Buku Kedokteran EGC

Choli, 2014. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta. Depkes.

Depkes RI. 2007. Standar Pelayanan Kebidanan, Jakarta.

2008. Panduan Pelayanan Antenatal, Jakarta.

2009. Standar Pelayanan Kebidanan. Jakarta. Departemen Kesehatan.

Friedman. 2005.Keperawatan Keluarga, Jakarta : EGC.

Fitrihanda, 2012. Hubungan Umur, Tingkat Pendidikan, Paritas, Pendapatan, Jarak Rumah dan Tingkat Pengetahuan dengan Frekuensi ANC. Unimus. Skripsi.

Green, L. 1980. Health Education Planning, A Diagnostic Approach. The John Hopkins University, Myfield Publishing Co.

Hani, U. Kusbandiyah, J., Marjati., Yulifah, R. 2011. Asuhan Kebidanan pada Kehamilan Fisiologis, Jakarta: Salemba Medika.

Page 78: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1101/1/BAB I-V.docx · Web viewDari segi sarana dan fasilitas pelayanan kesehatan, hingga bulan Desember 2013, tercatat terdapat 9.655 Puskesmas

78

Hotma, 2007. Pengaruh pengaruh Karakteristik Ibu terhadap Pemanfaatan Penolong Persalinan di Wilayah Kerja Puskesmas Sunggal Kecamatan Medan Sunggal Tahun 2007. Skripsi FKM USU. Medan.

Hasbullah, 2001. Dasar-dasar ilmu pendidikan. Jakarta : PT.Rajagravindo Persada

Kusmiati, Wahyuningsih. Sujiyatini. 2010. Perawatan Ibu Hamil, Yogyakarta: Fitramaya.

Kemenkes RI. 2011. Buku Kesehatan Ibu dan Anak. Kementerian Kesehatan, Jakarta.

2013. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2012. Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Kesehatan. Jakarta.

2014. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2013. Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Kesehatan. Jakarta.

Manuaba, Ida Bagus Gde. 2001. Kapita Selekta Pelaksanaan Rutin Obstetri Ginekologi & Keluarga Berencana. Jakarta : EGC

Marmi. 2011. Asuhan Kebidanan pada masa Antenatal. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Maas LT. 2004. Kesehatan Ibu dan Anak Persepsi Budaya dan Dampak Kesehatannya.http://www.pkmsobo.banyuwangikab.go.id/index.php?option=co_rokdownloads&view=file&itemed=16&id=29:kesehatanibu-dananakdlm-persepsi-budaya-dan-dampak-kesehatannya. Diakses 16 maret 2016

Manuaba. 2007. Pengantar kuliah obstetri. Jakarta : EGC

Meilani, niken dkk. 2009. Kebidanan Komunitas. Yogyakarta : Fitramaya

Manurung, M. 2015. Faktor yang Berhubungan dengan Kunjungan Antenatal Care pada Ibu Hamil di Puskesmas Padang Matinggi Kecamatan Pdang Sidimpuan Selatan Kota Padang Sidimpuan Tahun 2015. Tesis. Medan : USU

Notoatmodjo, S. 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta : PT.Rineka Cipta

2010. Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi. Rineka Cipta, Jakarta.

Page 79: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1101/1/BAB I-V.docx · Web viewDari segi sarana dan fasilitas pelayanan kesehatan, hingga bulan Desember 2013, tercatat terdapat 9.655 Puskesmas

79

2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.

Nalisanti. Febri. 2012. Gambaran Pelaksanaan Pelayanan ANC (Antenatal Care) oleh Bidan di Wilayah Kerja Puskesmas Baitussalam Kabupaten Aceh Besar. KTI.

Nurmawati. 2010. Mutu Pelayanan Kebidanan. Tim, Jakarta.

Prawirohardjo, Sarwono, 2006. Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal, Jakarta : YBP – SP.

Rosfanty. 2010. Pentingnya Antenatal Care (ANC).http://www.who.int/gho/maternal-health/ert/index.html2010. Diakses 18 maret 2016.

Rukiyah, A.Y dan Yulianti, L. 2014. Asuhan Kebidanan Berdasarkan Kurikulum Berbasis Kompetensi. Jakarta: Trans Info Media.

_____________________________ 2009. Asuhan kebidanan I (kehamilan). Jakarta : Trans Info Media

Simanjuntak, 2009. Hubungan Anemia pada Ibu Hamil dengan Kejadian Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) di Badan Pengelola Rumah Sakit Umum (BPRSU) Rantau Prapat Kabupaten Labuhan Batu Tahun 2008. Skripsi. USU.

Situmeang, Riris. 2010. Pengaruh Faktor Predisposisi, Pemungkin dan Kebutuhan terhadap Pemanfaatan Pelayanan Antenatal oleh Ibu di Kelurahan Pasir Bidang Kecamatan Sarudik Kabupaten Tapanuli Tengah Tahun 2010. Skripsi. USU.

Syahrianti, 2011. Analisis Faktor Determinan Bidan terhadap Cakupan Kunjungan Ibu Hamil (K4) Studi pada Bidan di Puskesmas Kabupaten Konawe Selatan Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2011. Tesis. UNDIP. Semarang.

Sukmadinata, 2007. Informasi dan Pengetahuan. Jakarta : Bina Rupa Aksara.

Saifuddin AB. dkk. 2002. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta.

Supriyarto. 1998.Pemanfaatan ANC, Jakarta.

Page 80: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1101/1/BAB I-V.docx · Web viewDari segi sarana dan fasilitas pelayanan kesehatan, hingga bulan Desember 2013, tercatat terdapat 9.655 Puskesmas

80

Syamsiah, Purtikasari. 2013. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kunjungan Antenatal Care Pada Ibu Hamil di Puskesmas Kecamatan Kembangan Jakarta Barat Tahun 2013 . Jurnal. Jakarta

Ulina, Endang. 2004. Pengaruh Karakteristik Ibu Hamil terhadap Pemanfaatan Pelayanan Antenatal K4 di Kelurahan Tanjung Jati Puskesmas Sambil Rejo Kabupaten Langkat Tahun2004. Skripsi. USU.

Widyastuti, dkk. 2010. Kesehatan Reproduksi. Yogyakarta : Fitramaya

Wiknjosastro, H. 2005. Ilmu kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka

Sarwono Prawirohardjo.

WHO, 2016. World Health Statistics 2015. WHO.