ITS-Master-30078-9110205411-chapter-1pdf
description
Transcript of ITS-Master-30078-9110205411-chapter-1pdf
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Salah satu unit pelaksana teknis dari Dinas Kesehatan Kabupaten Sidoarjo
yang melaksanakan pengelolaan obat untuk kebutuhan Puskesmas se-Kabupaten
Sidoarjo adalah Gudang Farmasi Dinas Kesehatan Kabupaten (GFK). Fungsi
dari Gudang farmasi ini adalah sebagai tempat berlangsungnya pekerjaan
kefarmasian dan bertanggung jawab atas pengelolaan, penerimaan, penyimpanan
dan pendistribusian obat ke seluruh Puskesmas yang berada dalam ruang lingkup
layanan. GFK menyimpan rata - rata 398 item obat per tahunnya dan distribusikan
ke 26 Puskesmas yang berada didalam naungannya dimana setiap Puskesmas rata
- rata menangani sebanyak 378 item obat.
Terdapat beberapa masalah yang dihadapi dalam manajemen persediaan
obat yang diterapkan oleh GFK dan Puskesmas saat ini. Manajemen persediaan
yang terpisah - pisah dan masih manual (ratusan item obat belum dipantau secara
up to date) sehingga rawan terjadinya human error pada akhirnya berdampak
terhadap ketidakakuratan informasi yang tersedia. Menurut Lee dkk (1997)
distorsi informasi dalam rantai pasok dapat menyebabkan inefisiensi seperti
jumlah inventori yang terlalu banyak atau sedikit, tingkat layanan yang rendah,
pemborosan, transportasi yang tidak efektif.
Hal ini menyebabkan GFK kesulitan dalam menentukan persediaan yang
optimal untuk memenuhi pasokan ke semua puskesmas sehingga kebijakan
manajemen persediaan yang diambilpun menjadi sederhana. Beberapa item obat
yang umum (dalam hal ini obat yang sering dipakai), GFK menyamakan stok
pengaman (safety stok) sebesar 10 - 30 % akibatnya item obat tersebut selalu
berlebih (overstock) sehingga jika disimpan dalam jangka waktu yang lama
menyebabkan banyaknya obat yang kadaluarsa dan berdampak pada kerugian
biaya. Disisi lain ada item obat khusus yang tidak ditentukan besar safety stock,
yaitu obat yang penggunaannya jarang dan hanya untuk penyakit tertentu. Untuk
item ini pembagian ke puskesmas sesuai permintaan yang diajukan tanpa ada stok
2
pengaman. Jika obat jenis ini habis, maka GFK kesulitan memenuhi permintaan
puskesmas karena mereka tidak memiliki stok persediaan obat tersebut.
Sebenarnya masalah ini dapat diatasi dengan mencarikan di puskesmas lain yang
persediaannya berlebih namun GFK sulit menemukan mana puskesmas yang
memiliki item tersebut sehingga harus ditanyakan satu persatu sehingga memakan
waktu yang lama. Hal ini tentunya bisa berpengaruh terhadap pelayanan kepada
pasien.
Secara singkat masalah-masalah yang dihadapi dalam pengelolaan antar
elemen rantai pasok di sektor kesehatan yaitu antara GFK dan Puskesmas seperti
diuraikan di atas adalah: 1) sistem pengelolaan persediaan yang digunakan masih
manual sehingga mengakibatkan tingginya human error, rendahnya akurasi
informasi dan lambatnya penyediaan informasi 2) kurangnya visibilitas terhadap
informasi yang ada di GFK dan puskesmas dan 3) belum adanya integrasi
perencanaan dan manajemen persediaan. Masalah - masalah ini dapat diatasi
dengan menerapkan berbagai konsep dalam manajemen rantai pasok terutama
terkait dengan sektor kesehatan.
Menurut Cheng dan Whittemorre (2008) yang meneliti tentang manajemen
rantai pasok di rumah sakit, sistem yang masih manual merupakan salah satu
penyebab dari kelebihan pemesanan yang akhirnya menimbulkan inventory yang
berlebih. Menurut LeRouge, Mantzana dan Vance Wilson (2007) teknologi
informasi tidak dapat dianggap sebagai alat pendukung tetapi telah menjadi
kebutuhan strategis untuk membangun infrastruktur teknologi informasi layanan
kesehatan yang terintegrasi yang dapat meningkatkan pelayanan dan mengurangi
kesalahan-kesalahan medis. Tung (2008) menambahkan bahwa sektor medis
adalah sektor yang padat modal, padat karya dan padat informasi, sehingga
pertukaran informasi yang sangat besar telah menarik perhatian para pelaku
industri kesehatan. Menurut mereka rumah sakit yang tidak mengaplikasikan
sistem dan teknologi informasi akan menjadi kurang efisien dan kehilangan
kepercayaan dari pasiennya.
Berdasarkan permasalahan yang dihadapi dan hasil-hasil penelitian yang
sebelumnya maka diperlukan sistem yang dapat membantu pihak GFK dan
Puskesmas untuk melakukan manajemen persediaan secara terintegrasi. Sistem ini
3
harus mampu meningkatkan visibilitas dan kecepatan penyediaan informasi
terkait dengan manajemen persediaan sehingga GFK bisa berperan lebih besar
dalam mengatur alokasi persediaan di masing-masing Puskesmas. Selain itu
sistem harus dapat membantu menentukan persediaan yang optimal, memberikan
alert untuk mengingatkan saat item obat di Puskesmas harus dipesan dan
menentukan report detil harian dan bulanan.
Dengan adanya sistem ini diharapkan dapat membantu permasalahan yang
dihadapi oleh bagian logistik GFK maupun Puskesmas dalam manajemen
persediaan obat agar lebih baik dan pada akhirnya diharapkan dapat meningkatkan
tingkat layanan yang diberikan oleh Puskesmas.
1.2 Rumusan Masalah
Penelitian yang diajukan menitikberatkan pada permasalahan sebagai
berikut:
1 Apa saja kebutuhan GFK dan Puskesmas dalam manajemen persediaan obat?
2 Bagaimana rancangan alur proses yang dapat membantu GFK dan Puskesmas
dalam mengelola persediaan obat?
3 Bagaimana hasil pengembangan sistem dapat membantu GFK dan puskesmas
dalam mengelola persediaan obat?
1.3 Batasan Permasalahan
Dari permasalahan yang telah disebutkan diatas, maka batasan-batasan
dalam penelitian ini adalah:
1. Data yang digunakan dalam sistem manajemen persediaan terintegrasi ini
adalah data persediaan farmasi per periode selama 2 tahun, yakni pada tahun
2010 dan 2011 yang telah tercatat, antara lain:
a. Amoxicillin 500 mg Tab.
b. Antalgin 500 mg Tab.
c. Asam Mefenamat 500 mg Tab.
d. Dexamethason 0,5 mg Tab
4
2. Penelitian yang dilakukan hanya sebatas dalam bidang logistik farmasi di
Gudang Farmasi Kesehatan Sidoarjo dan Puskesmas Wonoayu Sidoarjo.
3. Semua data untuk keperluan penelitian ini diperoleh dari pihak Gudang
Farmasi Kesehatan Sidoarjo dan Puskesmas Wonoayu Sidoarjo.
1.4 Tujuan
Secara lebih spesifik, penelitian ini diharapkan dapat menghasilkan suatu
sistem terintegrasi yang dapat meningkatkan visibilitas, kecepatan dan ketepatan
penyediaan informasi terkait dengan manajemen persediaan di GFK dan
Puskesmas.
1.5 Manfaat penelitian
Diharapkan dengan dengan pengerjaan penelitian ini dapat bermanfaat
bagi unit logistik GFK dan Puskesmas di Kabupaten Sidoarjo dalam meringankan
beban kerja dan mempermudah dalam manajemen persediaan obat serta
membantu dalam mengambil keputusan atau membuat kebijakan tertentu terkait
informasi persediaan obat.
1.6 Sistematika Penulisan
Dalam penelitian ini, sistematika penulisan laporan disesuaikan dengan
pelaksanaan penelitian dan saling berhubungan antara satu dengan yang lainnya.
Penulisan ini dibagi menjadi 7 bab dan masing-masing bab terdiri dari beberapa
sub bab untuk memberikan penjelasan yang lebih detail. Tahapan penulisan
laporan penelitian penelitian ini dijelaskan sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini dijelaskan tentang latar belakang, rumusan masalah, batasan
masalah, tujuan dan manfat penelitian, serta sistematika penulisan penelitian.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Konsep dan dasar-dasar teori dari studi pustaka dijelaskan dalam bab ini,
termasuk di dalamnya mengenai sistem manajemen persediaan, rantai pasok pada
5
sektor kesehatan, teknologi informasi untuk rantai pasok, supply chain
terintegrasi, SDLC, Waterfall, ROP, safety stock, EOQ , VB.NET, MySQL, dan
review terhadap penilitan sebelumnya mengenai manajemen persediaan obat.
BAB III METODA PENELITIAN
Pada bagian ini diuraikan secara rinci metode waterfall yang dilakukan
dalam penelitian ini. Metoda penelitian tersebut meliputi studi literatur,
wawancara dan pengumpulan data, analisa kebutuhan sistem, perancangan sistem,
pembuatan sistem, pengujian sistem dan evaluasi sistem.
BAB V ANALISA SISTEM
Bab ini menjelaskan mengenai penjelasan gambaran proses bisnis singkat
yang terjadi antara GFK dan Puskesmas saat ini, analisis terhadap sistem yang
berlangsung serta penjelasan mengenai saran perbaikan yang nantinya menjadi
dasar dalam menggali kebutuhan sistem yang akan dibangun.
BAB IV PERANCANGAN SISTEM
Bab ini membahas mengenai bagaimana merancang sistem untuk
manajemen persediaan yang yang tepat sesuai dengan penggalian kebutuhan yang
dilakukan, menentukan reoder point, safey stock, economic order quantity, histori
transaksi dan reporting.
BAB VI IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN SISTEM
Bab ini menjelaskan mengenai hasil uji coba program yang telah dibangun
sebelumnya untuk memastikan kebenaran implementasi model. Kemudian
dilakukan analisis terhadap hasil uji coba tersebut.
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini berisi mengenai kesimpulan dari penelitian dan saran untuk
pengembangan selanjutnya.
6
HALAMAN SENGAJA DIKOSONGKAN