ITS-Master-20729-2410201007-Chapter1.pdf

download ITS-Master-20729-2410201007-Chapter1.pdf

of 5

Transcript of ITS-Master-20729-2410201007-Chapter1.pdf

  • 7/24/2019 ITS-Master-20729-2410201007-Chapter1.pdf

    1/5

    1

    BAB 1

    PENDAHULUAN

    1.1. LATAR BELAKANG

    Tahu merupakan makanan tradisional dengan kandungan gizi yang baik,

    berbahan dasar kedelai (Glysine spp) dan sangat digemari oleh seluruh lapisan

    masyarakat Indonesia. Saat ini pembuatan tahu di Indonesia masih menggunakan

    teknologi yang sederhana, sehingga tingkat efisiensi penggunaan sumber daya (air

    dan bahan baku) masih sangat rendah dan tingkat produksi limbahnya sangat

    tinggi. Dalam proses pembuatan tahu, setiap tahapannya menggunakan air sebagai

    bahan pembantu dalam jumlah yang banyak. Menurut (Nuraida, 1985) untuk

    setiap 1 kg bahan baku kedelai dibutuhkan rata-rata 45 liter air dan akan

    dihasilkan limbah cair berupa whey tahu rata-rata 43,5 liter. Whey mengandung

    bahan-bahan organik berupa protein, karbohidrat dan lemak tinggi (Nurhasan dan

    Pramudyanto, 1987). Limbah tersebut dapat segera terurai di lingkungan menjadi

    senyawa-senyawa organik yang dapat mencemari lingkungan. Menurut (Tay,

    1990 dan Husin, 2003) limbah cair industri tahu mengandung BOD, COD, TSS,

    Nitrogen dan Fosfor tinggi. Jumlah industri tahu di Indonesia pada tahun 2010

    mencapai 84.000 unit usaha. Dengan kapasitas produksi lebih dari 2,56 juta ton

    per tahun, industri tahu ini memproduksi limbah cair sebanyak 20 juta meter

    kubik per tahun. Sebagian besar industri tahu yang ada di Indonesia merupakan

    industri berskala kecil dan menengah yang belum mengelola limbahnya secara

    baik. Dari data tersebut dapat dibayangkan betapa banyaknya limbah cair industri

    tahu yang dibuang ke lingkungan dan berpotensi menimbulkan pencemaran.

    Limbah yang mengandung bahan organik tinggi bisa diolah secara

    biologis dengan menggunakan mikroorganisme. Pengolahan yang tepat untuk

    limbah tahu yang diproduksi oleh industri skala kecil dan menengah adalah

    pengolahan secara anaerobik. Karena pengolahan secara anaerobik memerlukan

    instalasi pengolahan yang sederhana, biaya operasional yang rendah, ramah

    lingkungan dan efisiensi yang tinggi dalam menurunkan kandungan bahan

    organik. Selain itu proses anaerobik juga bisa menghasilkan biogas yang bisa

  • 7/24/2019 ITS-Master-20729-2410201007-Chapter1.pdf

    2/5

    2

    dimanfaatkan sebagai energi alternatif. Pemanfaatan limbah cair tahu untuk

    sumber biogas dengan menggunakan filter anaerobik telah dilakukan oleh

    (Rizkiyah Dewi dan Sakinah, 2008). Demikian juga (Amaliyah Rohsari Indah

    Utami, 2010) memanfaatkan limbah cair tahu sebagai bahan aditif dalam

    pembuatan Biogas dari kotoran sapi. Namun ekstraksi limbah tahu menjadi biogas

    dengan menggunakan bioreactor anaerobik yang dilakukan selama ini

    mempunyai kendala lamanya waktu yang diperlukan untuk start up. Pada

    umumnya waktu yang diperlukan untuk start up ekstraksi limbah cair tahu

    menjadi biogas memerlukan waktu 2 sampai 3 minggu (Sunarto Gundi, 2008).

    Dalam penelitian tersebut pengolahan limbah cair industri tahu denganmenggunakan biodigester dilakukan secara batch dan kontinu. Dari penelitian

    tersebut didapatkan waktu optimum yang diperlukan untuk mengolah limbah cair

    tahu menjadi biogas dengan menggunakan model digester tipe batch adalah 16

    hari. Sedangkan waktu optimum yang diperlukan untuk mengolah limbah cair

    tahu menjadi biogas dengan menggunakan model digestertipe kontinu adalah 41

    hari. Oleh karena itu dalam penelitian ini akan dicoba menggunakan eceng

    gondok sebagai bahan tambahan untuk mempercepat waktu start up tersebut.

    Dari studi literatur yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa eceng

    gondok mempunyai kandungan bahan organik yang tinggi dan bisa diekstrak

    secara anaerobik menjadi gas methan dalam waktu yang lebih pendek. Eceng

    gondok mengandung bahan organik antara 61.8% 88.86%, Nitrogen antara

    1.01% - 2.29%, Carbon organik antara 33.84% - 51.54% dan C/N ratio antara

    22.5% - 35.48% (H.A Dirar dan H.B. El amin, 1987). Dari karakteristik tersebut,

    dapat diketahui bahwa eceng gondok mengandung nutrisi dengan komposisi yang

    tepat untuk melangsungkan ekstraksi biogas secara optimum.

    Variasi yang dilakukan dalam penelitian ini adalah variasi perlakuan awal

    terhadap eceng gondok sebelum digunakan, yaitu dicincang dan diblender dan

    variasi perbandingan komposisi antara limbah cair tahu dan eceng gondok. Tujuan

    dari penelitian ini adalah untuk mengetahui peran eceng gondok sebagai bahan

    tambahan dalam proses ekstraksi limbah cair tahu menjadi biogas. Pemanfaatan`

    limbah cair tahu dan eceng gondok untuk biogas dapat meminimalisasi

  • 7/24/2019 ITS-Master-20729-2410201007-Chapter1.pdf

    3/5

    3

    pencemaran dan kerusakana lingkungan. Biogas yang dihasilkan juga dapat

    dimanfaatkan untuk energi alternatif.

    1.2. PERUMUSAN MASALAH

    Masalah yang akan diangkat dalam penelitian ini adalah apakah eceng

    gondok bisa mempercepat proses ekstraksi limbah cair tahu menjadi biogas. Jika

    eceng gondok bisa mempercepat proses ekstraksi limbah tahu menjadi biogas,

    maka berapa besar eceng gondok yang dibutuhkan untuk proses tersebut. Hal ini

    ditunjukkan dengan reaktor yang memberikan hasil yang terbaik.

    1.3. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN

    Tujuan dilakukan penelitian ini adalah untuk mengetahui kemampuan

    eceng gondok dalam mempercepat proses ekstraksi limbah cair tahu menjadi

    biogas dengan menggunakan biodigesteranaerobik dan untuk mengetahui reaktor

    mana yang memberikan hasil terbaik. Sehingga kita bisa mengetahui berapa besar

    eceng gondok yang perlu ditambahkan untuk proses ekstraksi biogas tersebut.

    Adapun manfaat dari penelitian ini antara lain : menemukan suatu bahan

    yang bisa mempercepat proses ekstraksi limbah cair tahu menjadi biogas,

    memperoleh data dari reaktor yang terbaik untuk dikembangkan dikemudian hari,

    memanfaatkan limbah cair industri tahu sebagai sumber biogas (energi alternatif),

    meminimalisasi terjadinya pencemaran lingkungan akibat pembuangan limbah

    cair industri tahu dan kerusakan badan air akibat pertumbuhan eceng gondok.

    1.4. BATASAN PERMASALAHAN

    Penelitian ini dilakukan dalam skala laboratorium dengan menggunakan

    biodigester tipe batch. Limbah tahu yang digunakan di ambil dari salah satu

    pabrik tahu yang ada di daerah Pagesangan Surabaya, Eceng gondok yang

    digunakan di ambil dari sungai Gunung Sari (Rolak) Surabaya. Kotoran sapi yang

    digunakan untuk proses seeding diambil dari peternakan sapi yang ada di

    Pagesangan Surabaya. Pengujian parameter uji (COD, VSS, BOD, TSS, C

    organik dan N total) dilakukan di laboratorium Baristand Industri Surabaya.

    Sedangkan pembacaan `suhu dan pH dilakukan di dalam biodigestertersebut.

  • 7/24/2019 ITS-Master-20729-2410201007-Chapter1.pdf

    4/5

    4

    (Halaman ini sengaja dikosongkan)

  • 7/24/2019 ITS-Master-20729-2410201007-Chapter1.pdf

    5/5

    5