Ita_lbm 4 Modul Reproduksi

27
LBM 4 MODUL REPRODUKSI PERSALINAN NORMAL Sebab mulainya persalinan 1. Progesterone Partus dimulai dari adanya his yang dirangsang oleh penurunan kadar progesterone. Hal ini disebabkan karena menuanya placenta. Sebagai akibatnya fungsi plasenta untuk menghasilkan progesterone juga berkurang. Hal ini terjadi pada usia kehamilan 37 minggu dimana akan tampak kalsifikasi pada plasenta 2. Oksitosin Oksitosin adalah hormone yang di hasilkan dari hipofisis anterior dimana bersifat vasopressor. Keadaan ini juga memunculkan adanya his yang berujung pada timbulnya proses persalinan. Hormone ini berhubungan erat dengan prolaktin yaitu hormone yang dihasilkan untuk pengaturan sekresi glandula mamae. Jika seorang wanita menyusui sedang hamil muda maka kecenderungannya akan terjadi abortus karena ketika wanita tersebut menyusui bayinya maka rahim akan berkontraksi dan janin yang ada di dalamnya akan mati. 3. Prostaglandin Peningkatan prostaglandin seiring dengan terkelupasnya kulit ketuban. Ketika ketuban itu pecah maka ketuban akan menghasilkan prostaglandin yang selanjutnya akan memacu adanya kontraksi. 4. Pleksus frankenhausser Pleksus ini berada di sebelah dalam serviks. Biasanya terangsang (iritasi mekanink) oleh kepala janin. Kemudian akan muncul impuls yang merangsang adanya kontraksi. 5. Regangan Semakin tua usia kehamilan maka akan terjadi regangan dalam rahim. Sebagai kompensasinya rahim justru berkontraksi. Teori ini membuktikan mengapa pada kasus gemelli akan terjadi prematuritas. Hal ini karena semakin besar regangan yang dibentuk akan semakin kuat kontraksi yang terjadi Faktor yang mempengaruhi persalinan jalan lahir (passage)

Transcript of Ita_lbm 4 Modul Reproduksi

Page 1: Ita_lbm 4 Modul Reproduksi

LBM 4 MODUL REPRODUKSI

PERSALINAN NORMAL

Sebab mulainya persalinan1. Progesterone

Partus dimulai dari adanya his yang dirangsang oleh penurunan kadar progesterone. Hal ini disebabkan karena menuanya placenta. Sebagai akibatnya fungsi plasenta untuk menghasilkan progesterone juga berkurang. Hal ini terjadi pada usia kehamilan 37 minggu dimana akan tampak kalsifikasi pada plasenta

2. OksitosinOksitosin adalah hormone yang di hasilkan dari hipofisis anterior dimana bersifat vasopressor. Keadaan ini juga memunculkan adanya his yang berujung pada timbulnya proses persalinan.Hormone ini berhubungan erat dengan prolaktin yaitu hormone yang dihasilkan untuk pengaturan sekresi glandula mamae. Jika seorang wanita menyusui sedang hamil muda maka kecenderungannya akan terjadi abortus karena ketika wanita tersebut menyusui bayinya maka rahim akan berkontraksi dan janin yang ada di dalamnya akan mati.

3. ProstaglandinPeningkatan prostaglandin seiring dengan terkelupasnya kulit ketuban. Ketika ketuban itu pecah maka ketuban akan menghasilkan prostaglandin yang selanjutnya akan memacu adanya kontraksi.

4. Pleksus frankenhausserPleksus ini berada di sebelah dalam serviks. Biasanya terangsang (iritasi mekanink) oleh kepala janin. Kemudian akan muncul impuls yang merangsang adanya kontraksi.

5. ReganganSemakin tua usia kehamilan maka akan terjadi regangan dalam rahim. Sebagai kompensasinya rahim justru berkontraksi. Teori ini membuktikan mengapa pada kasus gemelli akan terjadi prematuritas. Hal ini karena semakin besar regangan yang dibentuk akan semakin kuat kontraksi yang terjadi

Faktor yang mempengaruhi persalinan

jalan lahir (passage)

jalan lahir lunak uterus, vagina, serviks, jaringan ikat, ligamen , otot ,

jalan lahir keras tulang panggul

jenis panggul:

1. ginekoid

2. android

3. antropoid

4. platipeloid

janin(passager)

sikap fleksi

letak janin bagaimana sumbu janin berada terhadap sumbu ibu?

Page 2: Ita_lbm 4 Modul Reproduksi

letak membujur letak kepala dan letak sungsang

letak lintang

letak miring letak kepala mengolak dan bokong mengolak

presentasi

bagian terbawah janin

posisi

letak belakang kepala

presentasi muka

presentasi dahi

presentasi bokong

kekuatan (power)

kontraksi uterus coz otot2 polos rahim bekerja dgn sifat:

1. kontraksi simetris

2. fundus dominan

3. relaksasi

4. involuntir

5. intermitten

6. terasa sakit

7. kadang dipengaruhi psikis, fisik, kimia

kontraksi dengan pace maker uterus di sudut tuba dimana gelombang his berasal, kekuatan

his yang paling tinggi di fundus uteri otot rahim menguncup tebal dan lbh

pendekcavum uteri jadi kecil dorong janin dan kantung amnion ke arah SBR dan

serviks serviks tak punya otot yang banyak tertarik, mendatar, membuka.

his : frekuensi, amplitudo, aktivitas his, durasi, datangnya his, interval

aktivitas uterus (miometrium)

jelang usia 7 bulan kontraksi kecil2 dari rahim (tanda braxton-hicks)

>30 minggu aktivitas rahm > kuat dan sering

> 36 minggu dan permulaan kala I lbh sering, kuat pembukaan serviks 2 cm

Page 3: Ita_lbm 4 Modul Reproduksi

akhir kala I> meningkat, sering, teratur.

kala II his > efektif, terkoordinasi, simetri, kuat, lbh lama (60-90 dtk)

kala III kontraksi sedang lepaskan dan melahirkan plasenta

kala IV kontraksi lemah, pengecilan rahim.

perubahan akibat his:

uterus dan serviks uterus keras dan padat serviks mendatar dan terbuka

ibu: nyeri karena iskemis rahim dan kontraksi rahim, kenaikan nadi, dan TD

janin pertukaran O2 pada sirkulasi uteroplasenter kurang hipoksia janin

Tahapan Persalinan

Menurut Sarwono Prawirohardjo (2002), tahapan dalam persalinan di bagi menjadi 3

kala yaitu :

1.      Kala I (kala pembukaan)

Dimulainya dari saat persalinan sampai pembukaan lengkap 10 cm. Proses ini dibagi menjadi

2 fase yaitu :

a.       Fase laten (8 jam), servik membuka sampai 3 cm

b.      Fase aktif (7 jam) servik, membuka dari 4 cm sampai 10 cm

Fase aktif dibagi menjadi 3 fase, yaitu :

Fase akselerasi : berlangsung selama 2 jam, pembukaan menjadi  4 cm

Fase dilatasi max : berlangsung selama 2 jam, berlangsung cepat dari 4 cm menjadi 9cm

Fase deselerasi : berlangsung lambat dalam waktu 2 jam, pembukaan menjadi 10 cm

(lengkap)

2.      Kala II (kala pengeluaran)

Dimulai dari pembukaan lengkap sampai bayi lahir, berlangsung selama 2 jam untuk primi

dan 1 jam untuk multi.

3.      Kala III (kala uri)

Dimulai segera setelah bayi lahir sampai lahirnya plasenta, yang berlangsung tidak lebih dari

30 menit.

Tanda-tanda lepasnya plasenta :

a.       Uterus terdorong ke atas

b.      Tali pusat bertambah panjang

c.       Terjadinya perdarahan tiba-tiba

Page 4: Ita_lbm 4 Modul Reproduksi

d.      Uterus menjadi bundar

4.      Kala IV (kala pengawasan)

Dimulai dari lahirnya plasenta sampai 2 jam post partum.

Mekanisme persalinan (kala)

KALA 1

Adalah waktu untuk pembukaan servix sampai menjadi pembukaan lengkap 10 cm.

In partu ditandai dengan keluarnya lendir bercampur darah, kerana servics mulai membuka dan

mendatar. Darah berasal dari pecahnya pembuluh darah kapiler sekitar kanalis servicalis karena

pergeseran ketika serviks mendatar dan terbuka.

Kala 1 dibagi atas 2 fase:

1. fase laten: dimana pembukaan servics berlangsung lambat; sampai pembukaan 3 cm

berlangsung dalam 7-8 jam

2. fase aktif: berlangsung selama 6 jam dan dibagi atas 3 sub fase:

- periode akselerasi : berlangsung selama 2 jam, pembukaan menjadi 4cm

- periode dilatasi maksimal : selama 2 jam pembukaaan berlangsung cepat menjadi 9cm

- periode deselerasi: berlangsung lambat, dalam waktu 2 jam pembukaan 10 cm atau lengkap.

Dalam buku2, proses pembukaan servik disebut dengan berbagai istilah: melembek (softening),

menipis (thined out),obliterasi, mendatar dan tertarik keatas dan membuka.

Fase fase yang dikemukanan diatas dijumpai pada primigravisa. Bedanya dengan multi gravida

adalah:

Primi Multi

Servik mendatar dulu baru dilatasi Mendatar dan membuka bisa bersamaan

Berlangsung 13-14jam Berlangsung 6-7 jam

KALA 2

Page 5: Ita_lbm 4 Modul Reproduksi

Pada kala pengeluarab janin, his terkoordinir, kuat, cepat, dan lebih lama, kira kira 2-3 manit sekali.

Kepala janin telah turun masuk ruangan panggul sehingga terjadi tekanan pada otot dasar panggul

yang secara reflektoris menimbulkan rasa mengejan. Karena pada rektum, ibu merasa seperti mau

buang air besar, dengan adanya tanda anus terbuka. Pada waktu his, kepala janin mulai kelihatan

vulva membuka dan perineum meregang. Dengan his mengejan yang terpimpin, akan lahirlah kepala,

diikuti oleh seluruh badan janin. Kala 2 pada primi : 1,5-2 jam, pada multi 0,5-1 jam

KALA 3

Setelah lahir, kontraksi rahim istirahat sebentar. Uterus teraba keras dengan fundus uteri setinggi

pusat dan berisi plasenta yang menjadi tebal 2x sebelumnya. Beberapa saat kemudian, timbul his

pelepasan dan pengeluaran uri. Dalam waktu 5-10 menit, plasenta terlepas, terdorong kedalam vagina

dan akan lahir spontan atau dengan sedikit dorongan dari atas simpisis atau fundus uteri. Seluruh

proses biasanya berlangsung selama 5-30 menit setelah bayi lahir pengeluaran plasenta disertai

dengan pengeluaran darah kira kira 100-200cc.

KALA 4

Adalah kala pengawasan selama 1 jam setelah bayi lahir dan uri lahir untuk mengamati keadaan ibu

terutama terhadap bahaya perdarahan postpartum

Lamanya persalinan pada primi dan multi adalah:

primi Multi

Kala 1 13 jam 7 jam

Kala 2 1 jam 0,5 jam

Kala3 0,5 jam 0,25 jam

Lama persalinan 14,5 jam 7,75 jam

PARTUS LAMA

1. Partus macet, syarat :a. Pembukaan lengkapb. Tidak ada kemajuan persalinan pada kala IIc. Sudah masuk H III +

Page 6: Ita_lbm 4 Modul Reproduksi

H III + artinya diameter terbesar kepala sudah masuk PAP. Sehingga jika telah masuk H III + tapi bayi tidak keluar maka kemungkinan adanya kelainan adalah di jalan lunak. Penatalaksanaan biasanya forceps atau vacuum

d. Mengejan selama 2 jam bayi tidak keluare. Tidak ditemukan CPD

CPD adalah keadaan dimana panggul ibu dalam ukuran normal tapi diameter kepala janin lebih besar dari normal. Sedangkan jika ukuran kepala janin normal tapi janin tetap tidak dapat keluar maka kemungkinan lain ibu mengalami keadaan panggul sempit. Cara diagnosis panggul sempit :Lakukak VT ukur jarak antara tepi bawah simpisis dengan promontorium (conjungata vera). Jika conjungata vera < 10 cm maka di diagnosis panggul sempit. Jika selisih 0,5 cm (artinya ukuran panggul 9,5 cm) masuk dalam kategori panggul sempit ringan.

Atau dengan menggunakan indikasi :A. Indikasi pinart, yaitu :

1. Pembukaan lengkap2. UUK di depan3. Turun pada H III +4. Di pimpin mengejan selama 2 jam

Jika ibu mengejan lebih dari 2 jam maka komplikasi yang mungkin timbul :a. Pada janin

Oksigenasi pada otak janin << sehingga terjadi anoksia dan abgas score buruk (tidak dapat menangis dll)

b. Pada ibuTerjadi nekrosis pada vagina. Sedangkan vagina berbatasan pada VU, maka jika terjadi nekrosis akan muncul fistula vesicovaginalis, dengan gambaran klinik urin keluar merembes dan tidak ada sphinter yang bias menahan

B. Indikasi deep transfer rest 1. Pembukaan lengkap2. UUK kecil disamping (melintang)

Jika UUK berada di samping maka pimpin menegjan selama ¼ jam jika dapat berubah posisi maka kemungkinan besar janin dapat lahir pervaginam tapi jika tidak berubah posisi maka perlu bantuan forceps atau vacuum

3. Masuk H III +4. Di pimpin mengejan ¼ jam tidak dapat keluar

2. Partus tidak maju, syarat :Tidak kemajuan persalinan pada kala I

3. Bayi letak sungsang Sebab terjadinya : premature atau terjadi ketidakseimbangan perbandingan besar janin

dan banyaknya air ketuban. Pada primigravida : jika ditemukan bayi sungsang dengan 1 penyulit maka di lakukan

caesares Pada multigravida : jika di temukan bayi letak sungsang maka lansung tanyakan riwayat

obstetric dengan tujuan untuk mengetahui etiologi dari keadaan ini Penyulit yang terjadi :

1. Janin besar (perhatikan BBJ)2. Serotinus3. Ketuban pecah dini4. Riwayat obstetric yang buruk (dianalogikan dengan persalinan abnormal)

Hal yang perlu di perhatikan :1. Bagian yang terbesar dari lahir akan lahir terakhir seperti bahu2. Tidak dapat menentukan diameter kepala

Page 7: Ita_lbm 4 Modul Reproduksi

3. Kadang terjadi jepitan tali pusat (kasus tali pusat membumbung)4. Jika kaki keluar terlebih dahulu maka akan terjadi kemungkinan ketuban pecah dini

sehingga air ketuban keluar seluruhnya dan terjadi keadaan yang disebut lahir kering prognosa buruk , penatalaksanaan dengan caesares

Cara persalinan dapat dilakukan secara pervaginam (spontan)1. Pada awalnya kaki akan keluar kemudian di ikuti dengan lahirnya bokong secar

spontan (jangan lakukan tindakan apapun lebih baik menunggu bokong lahir spontan)2. Setelah bokong keluar, tarik perlahan punggung bayi3. Untuk mencegah terjepitnya tali pusat maka kita kendorkan terlebih dahulu (reposisi)

kemudian dapat di lakukan pemotongan4. Lalu tarik kembali hingga subscapula lahir5. Selanjutnya lahirkan lengan (klimaks kesulitan pada kelahiran sungsang) dengan cara :

a. Metode klasikDiawali dengan VT (untuk tahu adakah tangan yang menjungkit atau tangan melingkar di leher), utamakan bagian terbawah lahir terlebih dahulu. Ayunkan kaki kanan janin searah paha ibu (posisi lititomi) kemudian tarik lengan kanan dengan menempatkan jari telunjuk sebagai penopang humerus dan jari tengah sebagai penopang fossa cubiti. Lakukan pada lengan kiri pula.

b. Metode mullerDiawali dengan VT, kemudian kaki di ayunkan ke atas (searah OUE) atau kebawah (searah perineum). Saat keatas keluarkan lengan kanan, saat kebawah keluarkan lengan kiri.

c. Metode lofcetTarik badan dan putar 1800 sehingga bahu depan jadi belakang dan lengan akan keluar dengan sendirinya.

6. Setelah lahir lengan dan bahu, lahirkan kepala dengan cara morreshou tekan kepala pada fossa canina atau mulut sehingga kepala fleksi. Jika tidak dilakukan dengan benar dan cepat maka janin mati disebut kematian after coming dead

A.    Definisi

Menurut Prof. Dr. Rustam Mochtar, MPH (1998), pengertian dari partus lama adalah

persalinan yang berlangsung lebih dari 24 jam pada primigravida dan lebih dari 18 jam pada

multigravida. Dilatasi serviks di kanan garis waspada persalinan fase aktif.

B.     Etiologi

Sebab-sebab terjadinya persalinan lama ini adalah multikomplek dan tentu saja

bergantung pada pengawasan selagi hamil, pertolongan persalinan yang baik dan

penatalaksanaannya. Faktor-faktor penyebabnya antara lain :

1.      Kelainan letak janin

2.      Kelainan-kelainan panggul

3.      Kelainan kekuatan his dan mengejan

4.      Pimpinan persalinan yang salah

Page 8: Ita_lbm 4 Modul Reproduksi

5.      Janin besar atau ada kelainan kongenital

6.      Primi tua primer dan sekunder

7.      Perut gantung, grandemulti

8.      Ketuban pecah dini ketika servik masih menutup, keras dan belum mendatar

9.      Analgesi dan anestesi yang berlebihan dalam fase laten

10.  Wanita yang dependen, cemas dan ketakutan dengan orang tua yang menemaninya ke rumah

sakit merupakan calon partus lama.

Page 9: Ita_lbm 4 Modul Reproduksi

C.    Gejala Klinik

Menurut Prof. Dr. Rustam Mochtar, MPH (1998) gejala klinik partus lama terjadi

pada ibu dan juga pada janin.

1.      Pada ibu

Gelisah, letih, suhu badan meningkat, berkeringat, nadi cepat, pernapasan cepat dan

meteorismus. Di daerah lokal sering dijumpai: Ring v/d Bandle, oedema serviks, cairan

ketuban berbau, terdapat mekonium.

2.      Pada janin :

a. Denyut jantung janin cepat atau hebat atau tidak teratur bahkan negarif, air ketuban

terdapat mekonium, kental kehijau-hijauan, berbau.

b. Kaput succedaneum yang besar

c. Moulage kepala yang hebat

d. Kematian  Janin Dalam Kandungan (KJDK)

e. Kematian Janin Intra Parental (KJIP)

Menurut Prof. dr. Ida Bagus Gde Manuaba, DSOG (1998), gejala utama yang perlu

diperhatikan pada partus lama antara lain :

1.      Dehidrasi

2.      Tanda infeksi : temperatur tinggi, nadi dan pernapasan, abdomen meteorismus

3.      Pemeriksaan abdomen : meteorismus, lingkaran bandle tinggi, nyeri segmen bawah rahim

4.      Pemeriksaan lokal vulva vagina : edema vulva, cairan ketuban berbau, cairan ketuban

bercampur mekonium

5.      Pemeriksaan dalam : edema servikalis, bagian terendah sulit di dorong ke atas, terdapat kaput

pada bagian terendah

6.      Keadaan janin dalam rahim : asfiksia sampai terjadi kematian

7.      Akhir dari persalinan lama : ruptura uteri imminens sampai ruptura uteri, kematian karena

perdarahan atau infeksi.

D.    Klasifikasi Partus Lama

Harry Oxorn dan Willian R. Forte (1996) mengklasifikasikan partus lama menjadi

beberapa fase, yaitu :

1.      Fase laten yang memanjang

Page 10: Ita_lbm 4 Modul Reproduksi

Fase laten yang melampaui waktu 20 jam pada primigravida atau waktu 14 jam pada

multipara merupakan keadaan abnormal. Sebab-sebab fase laten yang panjang mencakup :

a.       Serviks belum matang pada awal persalinan

b.      Posisi janin abnormal

c.       Disproporsi fetopelvik

d.      Persalinan disfungsional

e.       Pemberian sedatif yang berlebihan

Serviks yang belum matang hanya memperpanjang fase laten, dan kebanyakan serviks

akan membuka secara normal begitu terjadi pendataran. Sekalipun fase laten berlangsung

lebih dari 20 jam, banyak pasien mencapai dilatasi serviks yang normal ketika fase aktif

mulai. Meskipun fase laten itu menjemukan, tapi fase ini tidak berbahaya bagi ibu atau pun

anak.

2.      Fase aktif yang memanjang pada primigravida

Para primigravida, fase aktif yang lebih panjang dari 12 jam merupakan keadaan

abnormal, yang lebih penting daripada panjangnya fase ini adalah kecepatan dilatasi serviks.

Pemanjangan fase aktif menyertai :

a.       Malposisi janin

b.      Disproporsi fetopelvik

c.       Penggunaan sedatif dan analgesik secara sembrono

d.      Ketuban pecah sebelum dimulainya persalinan

Keadaan ini diikuti oleh peningkatan kelahiran dengan forceps  tengah, secsio

caesarea dan cedera atau kematian janin. Periode aktif yang memanjang dapat dibagi menjadi

dua kelompok klinis yang utama, yaitu kelompok yang masih menunjukkan kemajuan

persalinan sekalipun dilatasi servik berlangsung lambat dan kelompok yang benar-benar

mengalami penghentian dilatasi serviks.

3.      Fase aktif yang memanjang pada multiparas

Fase aktif pada multipara yang berlangsung lebih dari 6 jam (rata-rata 2,5 jam) dan

laju dilatasi serviks yang kurang dari 1,5 cm per jam merupakan keadaan abnormal.

Meskipun partus lama pada multipara lebih jarang dijumpai dibandingkan dengan

primigravida, namum karena ketidakacuhan dan perasaan aman yang palsu, keadaan tersebut

bisa mengakibatkan malapetaka.

Page 11: Ita_lbm 4 Modul Reproduksi

Kelahiran normal yang terjadi di waktu lampau tidak berarti bahwa kelahiran

berikutnya pasti normal kembali. Pengamatan yang cermat, upaya menghindari kelahiran

pervaginam yang traumatik dan pertimbangan secsio caesarea merupakan tindakan penting

dalam penatalaksanaan permasalahan ini. Berikut ini ciri-ciri partus lama pada multipara :

a.       Insedensinya kurang dari 1%

b.      Mortalitas perinatalnya lebih tinggi dibandingkan pada primigravida dengan partus lama

c.       Jumlah bayi besar bermakna

d.      Malpresentasi menimbulkan permasalahan

e.       Prolapsus funiculi merupakan komplikasi

f.       Perdarahan postpartum berbahaya

g.      Rupture uteri terjadi pada grande multipara

h.      Sebagian besar kelahirannya berlangsung spontan pervaginam

i.        Ekstraksi forceps tengah lebih sering dilakukan

j.        Angka secsio caesarea  tinggi, sekitar 25%

Page 12: Ita_lbm 4 Modul Reproduksi

E.     Bahaya Partus Lama

Prof. Dr. Rustam Mochtar, MPH (1998), menjelaskan mengenai bahaya partus lama

bagi ibu dan janin, yaitu :

1.      Bahaya bagi ibu

Partus lama menimbulkan efek berbahaya baik terhadap ibu maupun anak. Beratnya

cedera meningkat dengan semakin lamanya proses persalinan, resiko tersebut naik dengan

cepat setelah waktu 24 jam. Terdapat kenaikan pada insidensi atonia uteri, laserasi,

perdarahan, infeksi, kelelahan ibu dan shock. Angka kelahiran dengan tindakan yang tinggi

semakin memperburuk bahaya bagi ibu.

2.      Bahaya bagi janin

Semakin lama persalinan, semakin tinggi morbiditas serta mortalitas janin dan

semakin sering terjadi keadaan berikut ini :

a.       Asfiksia akibat partus lama itu sendiri

b.      Trauma cerebri yang disebabkan oleh penekanan pada kepala janin

c.       Cedera akibat tindakan ekstraksi dan rotasi dengan forceps yang sulit

d.      Pecahnya ketuban lama sebelum kelahiran. Keadaan ini mengakibatkan terinfeksinya cairan

ketuban dan selanjutnya dapat membawa infeksi paru-paru serta infeksi sistemik pada janin.

Sekalipun tidak terdapat kerusakan yang nyata, bayi-bayi pada partus lama

memerlukan perawatan khusus. Sementara pertus lama tipe apapun membawa akibat yang

buruk bayi anak, bahaya tersebut lebih besar lagi apalagi kemajuan persalinan pernah

berhenti. Sebagian dokter beranggapan sekalipun partus lama meningkatkan resiko pada anak

selama persalinan, namun pengaruhnya terhadap perkembangan bayi selanjutnya hanya

sedikit. Sebagian lagi menyatakan bahwa bayi yang dilahirkan melalui proses persalinan yang

panjang ternyata mengalami defisiensi intelektual sehingga berbeda jelas dengan bayi-bayi

yang lahir setelah persalinan normal.

F.     Penatalaksanaan Pada Partus Lama

Menurut Harry Oxorn dan Willian R. Forte (1996), penatalaksanaan partus lama

antara lain :

1.      Pencegahan

a. Persiapan kelahiran bayi dan perawatan prenatal yang baik akan mengurangi insidensi

partus lama.

Page 13: Ita_lbm 4 Modul Reproduksi

b. Persalinan tidak boleh diinduksi atau dipaksakan kalau serviks belum matang. Servik

yang matang adalah servik yang panjangnya kurang dari 1,27 cm    (0,5 inci), sudah

mengalami pendataran, terbuka sehingga bisa dimasuki sedikitnya satu jari dan lunak

serta bisa dilebarkan.

2.      Tindakan suportif

a. Selama persalinan, semangat pasien harus didukung. Kita harus membesarkan hatinya

dengan menghindari kata-kata yang dapat menimbulkan kekhawatiran dalam diri

pasien.

b. Intake cairan sedikitnya 2500 ml per hari. Pada semua partus lama, intake cairan

sebanyak ini di pertahankan melalui pemberian infus larutan glukosa. Dehidrasi,

dengan tanda adanya acetone dalam urine, harus dicegah

c. Makanan yang dimakan dalam proses persalinan tidak akan tercerna dengan baik.

Makanan ini akan tertinggal dalam lambung sehingga menimbulkan bahaya muntah

dan aspirasi. Karena waktu itu, pada persalinan yang berlangsung lama di pasang

infus untuk pemberian kalori.

d. Pengosongan kandung kemih dan usus harus memadai. Kandung kemih dan rectum

yang penuh tidak saja menimbulkan perasaan lebih mudah cidera dibanding dalam

keadaan kosong.

e. Meskipun wanita yang berada dalam proses persalinan, harus diistirahatkan dengan

pemberian sedatif dan rasa nyerinya diredakan dengan pemberian analgetik, namun

semua preparat ini harus digunakan dengan bijaksana. Narcosis dalam jumlah yang

berlebihan dapat mengganggu kontraksi dan membahayakan bayinya.

f. Pemeriksaan rectal atau vaginal harus dikerjakan dengan frekuensi sekecil mungkin.

Pemeriksaan ini menyakiti pasien dan meningkatkan resiko infeksi. Setiap

pemeriksaan harus dilakukan dengan maksud yang jelas.

g. Apabila hasil-hasil pemeriksaan menunjukkan adanya kemajuan dan kelahiran

diperkirakan terjadi dalam jangka waktu yang layak serta tidak terdapat gawat janin

ataupun ibu, tetapi suportif diberikan dan persalinan dibiarkan berlangsung secara

spontan.

3.      Perawatan pendahuluan

Page 14: Ita_lbm 4 Modul Reproduksi

Penatalaksanaan penderita dengan partus lama adalah sebagai berikut :

a. Suntikan Cortone acetate 100-200 mg intramuskular

b. Penisilin prokain : 1 juta IU intramuskular

c. Streptomisin 1 gr intramuskular

d. Infus cairan :

1)      Larutan garam fisiologis

2)      Larutan glukose 5-100% pada janin pertama : 1 liter/jam

e. Istirahat 1 jam untuk observasi, kecuali bila keadaan mengharuskan untuk segera

bertindak

4.      Pertolongan

Dapat dilakukan partus spontan, ekstraksi vakum, ekstraksi forsep, manual aid pada letak

sungsang, embriotomi bila janin meninggal, seksio sesarea dan lain-lain.

Penyebab partus lamaTT

Page 15: Ita_lbm 4 Modul Reproduksi

TINDAKAN

Tindakan

Page 16: Ita_lbm 4 Modul Reproduksi
Page 17: Ita_lbm 4 Modul Reproduksi
Page 18: Ita_lbm 4 Modul Reproduksi

Komplikasi Tindakan

Page 19: Ita_lbm 4 Modul Reproduksi

DISPROPORSI SEPALOPELVIKGanguan keseimbangan kepala janin dan panggul

CPD absolut : perbedaan antara kepala janin dengan panggul ibu sedemikian rupa sehingga menghalangi terjadinya persalinan per vaginam dalam kondisi optimal sekalipun

CPD relatif : jika akibat kelainan letak, kelainan posisi atau kelainan defleksi sedemikian rupa sehingga menghalangi persalinan per vaginam.

Page 20: Ita_lbm 4 Modul Reproduksi

Kurangnya diameter panggul dapat menyebabkan distosia. Kesempitan panggul dapat terjadi pada : pintu atas panggul, bidang tengah panggul pintu bawah panggul atau kombinasi diantaranya.

KESEMPITAN PINTU ATAS PANGGUL – PAP

Pintu atas panggul dinyatakan sempit bila ukuran

Ø antero-posterior terpendek < 10 cm Ø tranversal terbesar < 12 cm

Perkiraan Ø AP – PAP dilakukan dengan mengukur Conjugata Diagonalis secara manual (VT) dan kemudian dikurangi 1.5 cm ; kesempitan PAP ditegakkan bila ukuran CD < 11.5 cm.

Mengukur Conjugata Diagonalis

Pada kehamilan aterm, ukuran rata-rata Ø biparietal - BPD 9.5 – 9.8 cm. Sehingga kepala janin yang normal tidak mungkin dapat melewati  panggul bila Ø AP – PAP < 10 cm. Perlu diingat bahwa ibu yang bertubuh kecil, biasanya memiliki panggul yang kecil namun anak dalam kandungan ibu yang dimaksud biasanya juga kecil. Dalam keadaan normal, bila ketuban masih utuh dilatasi servik dibantu pula dengan tekanan hidrostatik pada selaput ketuban atau bila sudah pecah, dilatasi servik terjadi akibat tekanan langsung bagian terendah janin terhadap servik serta penebalan fundus uteri dan penipisan segmen bawah rahim.. Pada kasus kesempitan panggul dimana kepala janin masih berada diatas PAP, semua tekanan hidrostatik disalurkan pada bagian selaput ketuban yang berada diatas ostium uteri internum sehingga sering terjadi peristiwa Ketuban Pecah Dini-KPD pada kasus kesempitan PAP. Setelah ketuban pecah, tidak adanya tekanan hidrostatik pada selaput ketuban pada daerah servik dan Segmen Bawah Rahim menyebabkan kontraksi uterus menjadi tidak efektif bagi jalannya persalinan normal. Kesempitan PAP merupakan predisposisi terjadinya kelainan presentasi. Pada wanita dengan kesempitan panggul, angka kejadian letak muka dan letak lintang meningkat 3 kali lipat dan angka kejadian prolapsus talipusat meningkat 5 – 6 kali lipat.

KESEMPITAN BIDANG TENGAH PANGGUL – BTP Kejadian ini lebih sering terjadi dibandingkan kesempitan PAP Kejadian ini sering menyebabkan kejadian “deep tranverse arrest” pada perjalanan persalinan dengan posisio occipitalis posterior, sebuah gangguan putar paksi dalam akibat kesempitan BTP. Bidang obstetrik BTP terbentang dari tepi bawah simfisis pubis melalui spina ischiadica dan mencapai sacrum didekat pertemuan antara vertebra sacralis 4 – 5. Garis penghubung kedua spina ischiadica membagi BTP menjadi bagian anterior dan bagian posterior. Batas anterior bagian anterior BTP adalah tepi bawah Simfisis Pubis dan batas lateralnya adalah rami ischiopubic. Batas dorsal bagian posterior BTP adalah sacrum dan batas lateralnya adalah ligamentum sacrospinosum.

Page 21: Ita_lbm 4 Modul Reproduksi

Ukuran rata-rata BTP:

Ø tranversal (interspinous) = 10.5 cm Ø AP (tepi bawah SP sampai pertemuan S4 – S5) = 11.5 cm Ø Sagitalis Posterior - DSP (titik pertengahan Ø interspinous dengan pertemuan S4 –

S5) = 5 cm

Kesempitan BTP tidak dapat dinyatakan secara tegas seperti kesempitan PAP BTP diperkirakan mengalami kesempitan bila penjumlahan  dari Ø Interspinous + DSP ( normal 10.5cm + 5cm = 15.5 cm) <13.5 cm. Dengan demikian maka BTP diduga mengalami penyempitan bila Ø interspinous < 10 cm dan bila < 8 cm, dinyatakan bahwa pasti terdapat kesempitan pada BTP. Dugaan adanya kesempitan BTP adalah bila pada pemeriksaan panggul teraba adanya penonjolan spina ischiadica yang menyolok.

KESEMPITAN PINTU BAWAH PANGGUL – PBP Terjadi kesempitan pada PBP bila Ø intertuberosa < 8 cm. PBP berbentuk dua buah segitiga yang memiliki satu sisi bersama (berupa distansia intertuberous) dan tidak terletak pada bidang yang sama.

Apex segitiga anterior permukaan posterior arcus pubis. Apex segitiga posterior ujung vertebra sacralis terakhir ( bukan ujung coccyx).

Berkurangnya nilai distansia intertuberosa menyebabkan sempitnya segitiga anterior sehingga pada kala II, kepala terdorong lebih kearah posterior dengan konskuensi dapat terjadinya robekan perineum yang luas. Distosia akibat kesempitan PBP saja jarang terjadi oleh karena kesempitan PBP hampir selalu disertai dengan kesempitan BTP.

Cara mengukur pangul luar?????