Makalah Fisiologi Reproduksi Kelompok II (4)

29
Makalah Fisiologi Reproduksi Regulasi Reproduksi (Pubertas, Folikulogenesis, Ovulasi, dan Siklus Estrus) Kelompok II Ainul Aina Sinaga 1302101010070 Anka Rahmi Ade Utami 1302101010100 Hasni Marmas 1302101010104 Ina Satria 1302101010113 Laksmita Patma Ningrum 1302101010067 Mairiska Putri 1302101010098 Mayanda Khoirini 1302101010075 Mirza Yusa 1302101010105 Misbahul Jannah 1302101010107 Moma Silvia 1302101010065 Fakultas Kedokteran Hewan 1

description

hdevbdbeubud

Transcript of Makalah Fisiologi Reproduksi Kelompok II (4)

Makalah Fisiologi ReproduksiRegulasi Reproduksi (Pubertas, Folikulogenesis, Ovulasi, dan Siklus Estrus)Kelompok IIAinul Aina Sinaga 1302101010070Anka Rahmi Ade Utami 1302101010100Hasni Marmas 1302101010104Ina Satria 1302101010113Laksmita Patma Ningrum 1302101010067Mairiska Putri 1302101010098Mayanda Khoirini 1302101010075Mirza Yusa 1302101010105Misbahul Jannah 1302101010107Moma Silvia 1302101010065

Fakultas Kedokteran HewanUniversitas Syiah KualaBanda Aceh2015

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat, Inayah, Taufik dan Hinayahnya sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang kedua ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca dalam mengetahui bagaimana transformasi virus pada matakuliah mikrobiologi 2 yaitu mengenai virus dan kanker.Harapan saya semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, sehingga saya dapat memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik.Makalah ini saya akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang saya miliki sangat kurang. Oleh kerena itu saya harapkan kepada para pembaca untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.

Banda Aceh, 27 April 2015

DAFTAR ISI

Kata Pengantar 2Daftar Isi 3BAB I PENDAHULUAN4BAB II ISI5BAB III PENUTUP18DAFTAR PUSTAKA12

BAB IPENDAHULUAN

Reproduksi atau perkembangbiakan merupakan bagian dari ilmu fisiologi. Secara umum reproduksi baru dapat berlangsung setelah hewan mencapai masa pubertas atau dewasa kelamin, dan hal ini diatur oleh kelenjar-kelenjar endokrin dan hormon yang dihasilkan dalam tubuh hewan. Hewan tingkat tinggi, termasuk ternak, bereproduksi secara seksual, dan proses reproduksinya meliputi beberapa tingkatan fisiologik yang meliputi fungsi-fungsi yang sangat komplek dan terintegrasi antara proses yang satu dengan yang lainnya.Reproduksi pada hewan betina merupakan suatu proses yang kompleks dan dapat terganggu pada berbagai stadium sebelum dan sesudah permulaan siklus reproduksi. Hewan betina harus menghasilkan ovum yang hidup dan diovulasikan pada waktu yang tepat. Hewan betina tersebut harus memperlihatkan estrus (birahi atau keinginan untuk kawin) dekat waktu ovulasi sehingga kemungkinan penyatuan sel kelamin jantan dan sel telur dan kemungkinan pembuahan dapat dipertinggi. Ia harus menyediakan lingkungan intra-uterin yang sesuai untuk konseptus sejak pembuahan sampai partus, demikian pula lingkungan yang baik untuk anaknya sejak lahir sampai waktu disapih. Jadi, reproduksi yang normal melingkupi penyerentakan dan penyesuaian banyak mekanisme fisiologik.Sistem reproduksi sapi betina lebih kompleks daripada sapi jantan, dimana terdiri dari beberapa organ yang memiliki peran dan fungsi masing-masing. Ovarium merupakan dua organ kecil yang terletak di ruang abdominal yang fungsi utamanya adalah untuk menghasilkan ovum sekaligus sebagai tempat terjadinya proses oogenesis (proses produksi sel telur). Tugas lain dari ovarium adalah menghasilkan estrogen dan progesteron dimana kedua hormon ini memiliki peran penting dalam siklus reproduksi betina (Hafez dan Hafez, 2000).

BAB II PEMBAHASANA. Pubertas1. Pubertas pada hewan betina Pubertas merupakan batasan umur atau waktu hewan betina secara fisik dan fisiologis siap untuk melakukan perkawinan dan berkembang biak. Pada hewan betina pubertas ditandai dengan terjadinya estrus/birahi dan ovulasi. Pubertas lebih jelas terlihat pada hewan betina dibandingkn dengan hewan jantan. Pubertas atau dewasa kelamin terjadi sebelum dewasa tubuh tercapai. Sebelum pubertas, saluran reproduksi dan organ-organ reproduksi perlahanlahan bertambah dalam ukuran dan secara fisiologis belum berfungsi. Perkembangan dan pertumbuhan tubuh hewan penting artinya bagi perkembangan fungsi kelamin hewan betina. Apabila suatu umur atau bobot tubuh tertentu telah dicapai maka hewan betina akan mengalami estrus dan ovulasi. Secara normal, pertumbuhan dan perkembangan alat reproduksi adalah proses yang bertahap pada individu baru. Willie (1994) dalam Salisbury dn VanDemark (1985) membagi perkembangan dan pendewasaan alat reproduksi sapi menjadi tiga tingkatan. Tingkat pertama, pendewasaan kelenjar hipofise sebagai penghasil hormon reproduksi pada umur 36 bulan. Kedua, pendewasaan ovarium sebagai pengasil sel telur dan hormon pada umur 612 bulan.Pubertas pada hewan betina ditandai dengan estrus yang terjadi secara tiba-tiba sehingga sangat menyolok perubahannya. Pubertas biasanya terjadi apabila berat dewasa tubuh hampir tercapai dan kecepatan pertumbuhan mulai menurun. hewan-hewan muda tidak oleh dikawinkan sampai pertumbuhan badannya memungkinkan suatu kebuntingan dan kelahiran normal. Sapi-sapi dara sebaiknya dikawinkan berdasarkan ukuran dan berat bukan berdasarkan umur.Mekanisme timbulnya pubertas dikontrol secara fisiologis yang melibatkan gonad dan kelenjar adenohifpofise, maka pubertas dipengaruhi oleh hormon, genetik, nutrisi, dan lingkungan.a. HormonPertumbuhan dan perkembangan organ-organ kelamin betina pada waktu pubertas dipengaruhi oleh hormon-hormon gonadotropin dan hormon-hormon gonadal. Pelepasan FSH ke dalam aliran darah menjelang pubertas menyebabkan folikel-folikel pada ovarium mulai tumbuh.b. GenetikFaktor genetik yang berpengaruh terhadap pubertas dicerminkan dengan adanya perbedaan-perbedaan antar bangsa, strain, dan persilangan. Bangsa sapi perah mencapai pubertas lebih cepat dibandingkan dengan sapi potong. Sapi-sapi Brahman dan Zebu mencapai pubertas 612 bulan lebih lambat daripada bangsa-bangsa sapi eropa. Pada umumnya, pubertas akan lebih cepat pada perkawinan cross breeding dibandingkan dengan inbreeding.c. NutrisiKekurangan pakan pada hewan akan menyebabkan penundaan pubertas, sedangkan kelebihan pakan akan memperpendek pubertas. Pakan yang cukup diperlukan untuk fungsi endoktrin yang normal. Sintesis dan sekresi hormon-hormon reproduksi oleh kelenjar-kelenjar endoktrin dipengaruhi oleh tingkatan pakan yang diberikan, semakin berkualitas dan kecukupan jumlah pakan yang diberikan maka sintesis hormon akan lebih cepat. Pertumbuhan dan perkembangan organ reproduksi akan terhambat apabila hewan betina muda mengalami kekurangan pakan baik kualitas maupun kuantitasnya.d. LingkunganFaktor lingkungan seperti temperatur dan kelembaban dapat mnyebabkan penundaan pubertas. Kelompok sapi yang berada pada daerah bertemperatur tinggi (Brahman dan Shorthorn) dapat tumbuh lebih cepat tetapi pubertasnya tertunda dibandingkan dengan kelompok sapi yang berada pad daerah bertemperatur rendah (Santa Gertrudis). Umunya sapi yang dikandangkan pada suhu 10oC, pubertas dicapai pada umur 300 hari dibandingkan 398 hari pada suhu 28,9oC dan 320 hari pada kandang terbuka. Sapi-sapi yang dikandangkan pada suhu 10oC pubertasnya dicapai adalah 290 hari untuk sapi Santa Gertrudis, 303 hari pada sapi Shorthorn, dan 300 hari untuk sapi Brahman.1. Pubertas pada Hewan JantanPubertas merupakan batasan umur dan waktu hewan jantan secara fisik dan fisiologis siap untuk melakukan perkawinan dan berkembang biak. Pada hewan jantan, pubertas ditandai dengan telah direproduksinya hormon adrogen dan spermatozoa serta organ-organ reproduksi telah berkembang dan ternak mampu melakukan kopolasi. Kriteria lain yang menandai pubertas pada hewan jantan adalah adanya spermatozoa di dalam epididimis, terjadi ejakulasi dengan adanya stimulasi elektrik, penis telah mengalami ereksi dan perpanjangan, penis mampu melewati preputium, dan libido hewan mulai tampak. Seperti halnya pada hewan betina, pubertas pada hewan jantan dipengaruhi oleh hormon, geneik, nutrisi, dan lingkungan.

B. FolikulogenesisMerupakan proses perkembangan follikel muda menjadi follikel masak, yang meliputi perubahan-perubahan pada besarnya, jumlah lapisan-lapisan sel granulosa, pertumbuhan lapisan sel theca dan posisi oosit dikelilingi sel kumulus Perkembangan follikel dipengaruhi oleh ransangan hormon gonadotropin (Follikel Stimulating Hormon/FSH) Follikel dalam berbagai tingkat perkembangannya terdapat di dalam ovarium sebelm hewan mencapai pubertas, kecuali tingkat follikel de Graaf akan terbentuk bila ada ransangan hormon gonadotropin (FSH) yang diproduksi oleh hypofisa pada saat mencapai pubertas Perkembangan follikel terbagi 4 tahap :1. Follikel primer: Terjadi pada waktu dalam kandungan atau prenatal Dibentuk dari sel epithel benih yang membelah diri Sel yang akan menjadi ovum berada di bagian tengah dan dikelilingi sel granulosa 2. Follikel Sekunder Terjadi setelah lahir dan selama proses pendewasaan Sel granulosa tampak lebih membesar dan banyak, letak agak jauh dari permukaan ovarium. Ovum sudah terbungkus oleh membran viteliin serta terdapat membran yang lebih tebal di zona pellusida 3. Follikel Tersier: Terjadi pada saat hewan sudah dewasa dan akan dilanjutkan pada waktu hewan mengalami siklus birahi ditandai dengan pertumbuhan sel-sel granulosa yang cepat semakin membesarnya sehingga bagian dalam terbentuk ruang yang disebut antrum follikuli Antrum follikuli dilapisi oleh banyak sel granulosa, berisi cairan yang kaya protein dan hormon estrogen liquor follikuli Menjelang estrus follikel tersier mengalami perkembangan membentuk dua lapisan stroma korteks yang mengelilingi follikel. Lapisan ini disebut dengan sel theca interna dan theca eksterna 4. Follikel De Graaf Ditandai dengan perkembangan sempurna dari antrum, ovum terbungkus massa sel kumulus oophorus Jumlah follikel de Graaf yang terbentuk dalam satu siklus birahi tergantung dari faktur keturunan dan lingkungan Hormon yang mempengaruhi Follikulogenesis FSH Berperan pada saat pertumbuhan follikel primordial sampai follikel tersier LH Berperan pada saat pertumbuhan follikel tersier ke follikel degraaf dan ovulasi Kedua hormon ini (FSH dan LH) mempunyai reseptor spesifik pada permukaan sel granulosa dan sel theca dan berfungsi untuk ; Menstimulasi produksi estrogen dari dinding follikel (sel theca interna dan eksterna) Meningkatkan produksi inhibin khuus oleh FSH

C. OvulasiOvulasi merupakan proses dimana dilepasnya sel telur (gamet betina) ke tuba fallopi karena meluruhnya folikel graafian. Ovulasi terdiri dari beberapa tahapan yang dipengaruhi oleh hormon hormon tubuh yang penting dimana semuanya dikendalikan dalam kontrol hormonal. Ovulasi terjadi di ovarium. Ovarium juga merupakan kelenjar endokrin berbentuk ova yang terletak di dalam rongga peritonium yang jumlahnya sepasang, kiri dan kanan. Kelenjar ini dilapisi oleh mesovarium, sebagai jaringan ikat dan jalan pembuluh serta saraf yang terdiri atas korteks dan medulaGambar Proses Perkembangan Ovulasi

Proses ovulasi tidak berdiri sendiri. Proses ovulasi merupakan bagian dari rangkaian proses yang panjang yang dinulai sejak berada dalam kandungan. Sebelum terjadi ovulasi berlangsung proses oogenesis. Oogenesis adalah suatu proses pembelahan sel dari oogonium menjadi oosit yang nantinya menjadi ootid. Selanjutnya ootid inilah yang nantinya mengalami ovulasi. Proses OogenesisOogenesis terjadi di ovarium. Di dalam ovarium banyak terdapat oogonium atau sel induk telur (ovum) yang bersifat diploid. Oogonium kemudian akan mengalami beberapa kali mitosis, dan pada akhir perkembangan embrional bulan ketiga setiap oogonium dikelilingi oleh selapis sel epitel yang berasal dari permukaan jaringan gonad, yang nantinya menjadi sel folikuler. Sebagian besar oogonium terus mengalami mitosis, sebagian lain berdiferensiasi dan tumbuh membesar menjadi oosit primer. Oosit primer kemudian akan mengalami replikasi DNA dan mengalami proses meiosis pertama sampai tahap profase. Oosit primer yang telah memasuki tahap profase meiosis pertama tetap bertahan pada stadiumnya dengan dilapisi sel folikuler epitel gepeng. Pada masa pubertas, sambil mulai terbentuk siklus menstruasi, oosit primer mulai melanjutkan pematangannya dengan kecepatan yang berbeda-beda. Pada saat ovulasi suatu siklus haid normal, yaitu sekitar dua minggu sebelum terjadinya pendarahan haid berikutnya, hanya satu folikel yang mengalami pematangan sampai tingkat lanjut dan keluar sebagai ovum ynag siap dibuahi. Pertumbuhan atau pematangan diawali dengan pertambahan ukuran oosit primer , dan sel-sel epitel lapis gepang berubah menjadi kuboid dan berlapis-lapis. Pada tingkat pertumbuhan ini oosit primer dan folikelnya berada pada stadium folikel primer. Awalnya oosit primer berhubungan erat dengan sel folikuler kuboid yang melapisinya, naamun selanjutnya terbentuk suatu lapisan mukopolisakarida yang membatasi diantaranya yang disebut zona pellucia. Kemudian terbentuk juga suatu rongga dalam lapisan polikuler yang makin lam maki membesar. Stadium perkembangan ini disebut stadium folikel sekunder. Kemudian antrum folikuli semakin membesar, sementara bagian tepi luar lapisan folikuler mulai dilapisi oleh dua lapisan sel ikat yaitu teka interna (lapisan seluler sebelah dalam yang akan menghasilakan estrogen) dan teka eksterna (lapisan fibrosa sebelah luar). Pada stadium ini folikel berada dalam stadium folikel tersiser atau folikel deGraff. Setelah mencapai pematangan folikel, oosit primer memasuki pembelahan meiosis kedua dengan menghasilkan dua sel anak yang masing-masing mengandung jumlah DNA separuh dari sel induk. Tetapi hanya satu sel anak ynag tumbuh menjadi oosit sekunder, sementara sel yang lainnya menjadi badan kutub polar yang tidak tumbuh lebih lanjut. Pada saat oosit sekunder mencapai stadium pembentukan kumparan terjadilah ovulasi diman oosit tersebut dilepaskan dari folikel deGraff, bersama dengan cumulus oopharus dari sel folikular dan lapisan zona pellucida. Folikel bekas tempat oosit kemudian di bawah pengaruh hormon LH akan menjadi korpus luteum yang kemudian menghasilkan progesteron. Jika terjadi pembuahan, oosit sekunder akan melanjutkan stadium pembelahan pematangan sampai menjadi oosit matang. Kemudian gengan menghasilkan satu buah badan polar lagi. Sementara badan polar hasil pembelahan sebelumnya diperkirakan akan mengalami satu kali pembelahan lagi. Jika terjadi pembuahan dan kehamilan, korpus luteum tetap aktif karena hormon progesteron yang dihasilakan berfungsi mempertahankan keseimbangan hormonal selama masa-masa awal kehamilan. Jika tidak terjadi pembuahan, oosit sekunder akan menagalami degenerasi dalam waktu sekitar 24-48 jam pasca ovulasi. Jika tidak terjadi pembuahan dan kehamilan sampai 9-10 hari sesudah ovulasi korpus luteum akan berdegenerasi dan mengalami fibrosis menjadi korpus albikans. Akibat degenerasi ini produksi progesteron akan menurun, menjadi stimulasi untuk terjadinya pendarahan haid selanjutnya.Folikel primer : Belum sempurna karena hanya memiliki sel granulosa.Sel granulosa adalah sel yang menghasilkan estrogenFolikel sekunder : a. Berkembang dari folikel primerb. Memiliki beberapa lapis sel granulosa yang menutupi oosit c. Rongga sel berisi cairan yang berupa vesicleFolikel Graafian : Folikel yang sudah matang sudah berkembang menjadi antrumGambar perkembangan folikel

Hormon-hormon yang mempengaruhi ovulasi diantaranya :1. GnRH (Gonadotrophin Releasing Hormone)GnRH dihasilkan di Hypothalamus yang akan mempengaruhi anterior pituitary untuk menghasilkan hormon FSH (Folicle Stimulating Hormone) dan LH (Luitenizing Hormone).Kemudian FSH dan LH berfungsi untuk : Stimulasi gamet Stimulasi sekresi hormon reproduksi Mempertahankan pertumbuhan/perkembangan struktur gonad.2. FSH (Folicle stimulating Hormone)Diproduksi di sel-sel basal hipofisis anterior ,sebagai respon terhadap GnRH. Berfungsi memicu pertumbuhan dan pematangan folikel dan sel-sel granulosa di ovarium wanita3. LH (Luitenizing Hormone)Diproduksi di sel-sel kromofob hipofisis anterior. Bersama FSH ,LH berfungsi memicu perkembangan folikel ( sel-sel teka dan granulosa) dan mencetuskan terjadinya ovulasi di pertengahan siklus (LH-surge).4. EstrogenEstrogen diproduksi terutama oleh sel-sel teka interna folikel di ovarium secara primer , dan dalam jumlah lebih sedikit juga diproduksi di kelenjar adrenal melalui konversi hormon androgen. Berfungsi dalam stimulasi pertunbuhan dan perkembangan (proliferasi) pada berbagai organ reproduksi wanita. Pada uterus dapat menyebabkan proliferasi endometrium. 5. ProgesteronProgesteron diproduksi terutama di korpus luteum di ovarium, sebagian diproduksi di kelenjar adrenal dan pada kehamilan juga diproduksi di plasenta. Progesteron menyebabkan terjadinya proses perubahan sekretorik pada endometrium uterus, yang mempersiapkan endometrium uterus berada pada keadaan optimal jika terjadi implantasi.Mekanisme Hormon yang Mempengaruhi Ovulasi

Lewat pesan kimia hormon mengirimkan isyarat ke otak untuk mengeluarkan sebuah hormon tertentu (FSH). Hormon ini merangsang indung telur untuk menyiapkan sel telur yang matang, kemudian sel telur akan mengeluarkan estrogen. Hormon estrogen tersebut akan menghentikan kerja hormon FSH, sehingga sel telur yang lain menjadi tidak matang. Karena hanya dibutuhkan satu sel telur saja yang siap dibuahi setiap siklusnya. Kadar hormon FSH menurun dan dikeluarkan hormon LH. Hormon ini bertugas untuk melepaskan sel telur matang (ovulasi), yang kemudian ditangkap oleh fimbria yang fungsi dan bentuknya seperti tangan untuk memasukan sel telur melalui tuba fallovi untuk menuju rahim. Sementara itu dikeluarkanpula hormon progesteron untuk menghantikan kerja hormon LH, sehingga tidak terjadi pelepasan sel telur. Estrogen dan progesteron pada saat bersamaan mempersiapkan jaringan pembuluh darah (endometrium) pada rongga rahim. Jaringan pembuluh darah ini dibuat untuk persiapan apabila terjadi pembuahan. Jika tidak terjadi pembuahan, sel telur pada lapisan tersebut akan luruh berupa darah menstruasi. Silkus ini terjadi tiap bulan yang yang berlangsung selama kurang lebih 3-7 hari.Gangguan OvulasiOvulasi merupakan proses pengeluaran sel telur dari ovarium. Dalam proses ini terlibat berbagai komponen dalam tubuh wanita, terutama adalah komponen hormonal. Hormon yang berperan dalam proses ini diantaranya adalah GnRH, FSH,dan LH. Salah satu kelainan yang dapat mengakibatkan gangguan pengeluaran GnRH adalah gangguan pada sistem endofrin akibat gangguan metabolisme epioid. Kelainan pada sistem endofrin tersebut mengakibatkan tingginya kadar hormon prolaktin atau disebut juga dengan hipoprolaktinemia. Kondisi kadar prolaktin yang tinggi ini akan menaghambat pengeluaran FSH yang bertanggung jawab terhadap pengeluaran sel telur.Ovulasi yang terjadi pada wanita kadang kala tidak diinginkan. Sehingga gangguan pada ovulasi dapat dilakukan. Seiring dengan kemajuan teknologi, sekarang ini banyak alat yang dapat menggangu serta menghambat terjadinya ovulasi sering disebut alat kontrasepsi.Kontrasepsi berarti pencegahan terjadinya kehamilan atau konsepsi. Sehingga harus dibedakan dengan pencegahan terjadinya kelahiran hasil kontrasepsi hidup melalui cara-cara abortif. Ada dua jenis alat kontrasepsi yaitu alat kontrasepsi hormonal dan alat kontrasepsi non hormonal.Alat Kontrasepsi HormonalAlat kontrasepsi hormonal adalah alat kontrasepsi yang mengandung hormon estrogen dan progesteron yang dapat mencegah ovulasi dan kehamilan. Cara pencegahan terjadinya kehamilan denagn menggunakan obet yang ebrkhasiat hormonal, yang mempengaruhi proses hipotalamus, hipofisis, ovarium, dan endometrium (pengaruh pada poros, organ, atau kesuburan). Prinsip dari kerja alat kontrasepsi hormonal adalah melakukan interaksi antar hormaon dan reseptornya. Kemudian dilanjutkan ke reseptor seluler yang akan berhubungan langsung dengan organ yang bersangkutan. Kerja konsepsi hormonal ini dengan menghambat perkambangan folikel dan ovulasi, menghambat penetrasi sperma dalam lendir serviks, perubahan sifat motilitas tuba, menghambat implantasi embrio, serta menghambat perkambangan awal embrio. Pada keadaan menstruasi, progesteron meningkat 1-2 hari sebelum ovulasi bahkan puncaknya pada ovulasi. Jika tidak ada pembuahan maka akan terjadi haid. Progesteron akan menurun. Apabila progesteron dengan dosis tinggi akan menekan aktivitas ovarium sehingga tidak ada FSH dan LH. Maka tidak terjadi ovulasi dan haid. Jenis-jenis alat kontrasepsi hormonal :Kontrasepsi Oral seperti pilPil ini juga masih terbagi atas pil tunggal (hanya progesteron saja) dan pil kombinasi (estrogen dan progesteron). Namun yang paling efektif adalah pil kombinasi dengan kerja yang berlapis. Diantaranya, mencegah terjadinya ovulasi, mengentalkan lendir rahim sehingga sperma tidak dapat masuk, membuat dinding rongga rahim tidak siap untuk menerima dan menghidupi hasil pembuahan. Sebanyak sepuluh juta wanita di USA dan enam puluh jut awanita di dunia sekarang ini menggunakan oral kontrasepsi. Kontrasepsi ini biasanya berisi estrogen sintetik yang dikombinasikan dengan progesteron sintetik dalam pil ynag dikonsumsi setiap harinya selama tiga minggu setelah hari terakhir menstruasi. Pil ini menagkibatkan peningkatan kedua hormon tersebut dalam darah pada ovarium., dan hal ini dijaga secara normal untuk jangka waktu satu bulan dalma satu siklus. Hasil dari penghambatan feedback negatif pada sekresi gonatropin, ovulasi tidak pernah terjadi. Sehingga terjadi peningkatan kadar estrogen dan progesteron dan penurunan kadar gonadotropin. Pengguanan kontrasepsi ini dapat menyebabkan penebalan dinding endometrium. Untuk mencegah pertumbuhan tidak normal pada emdometrium, wanita menghentikan pemakaian setelah jangka waktu tiga minggu dan pada minggu keempat yang terdapat dalam pil bukan lagi estrogen dan progesteron tetapi pil tersebut merupakan pil palsu yang mengandung plasebo. Penggunan pil pada minggu keempat menyebabkan kadar estrogen dan progesteron turun dan dinding endometrium meluruh sehingga terjadilah menstruasi. D. Siklus EstrusSiklus Estrus atau siklus berahi yaitu Interval antara timbulnya satu periode birahi ke permulaan periode berahi berikutnya. Interval-interval ini disertai oleh suatu seri perubahan-perubahan fisiologik di dalam saluran kelamin betina. Beberapa hewan liar seperti beruang, serigala dan ajag adalah monoestrus artinya mereka hanya mengalami satu periode estrus pertahun. Hewan-hewan betina dari spesies lain adalah polyestrus karena memiliki banyak periode estrus dalam siklus-siklus tertentu menurut musim atau sepanjang tahun. Walaupun setiap spesies mempunyai cirri-ciri khas dari pola siklus berahinya , namun pada dasarnya adalah sama, siklus berahi umumnya dibagi atas empat fase yaitu: proestrus, estrus, metestrus dan diestrus. Beberapa penulis memilih pembagian siklus berahi atas dua fase yaitu fase folikuler atau estrogenic (proestrus dan estrus) dan fase fale luteal atau progestational(metestrus dan diestrus).1.Proestrus

Selama fase luteal akhir, jika signal kebuntingan tidak ada sekitar hari ke-17-18, prostaglandin dilepaskan. Hal ini akan menyebabkan regresi luteal, yang berarti terjadi penurunan progesteron. Akibat kehilangan hambatan progesteron, GnRH meningkat dan menyebabkan stimulasi LH dan FSH. FSH menyebabkan maturasi akhir folikel yang tumbuh. Folikel yang tumbuh menghasilkan estrogen oleh sel-sel granulosa dan sel theka interna. Estrogen akan menyebabkan tanda-tanda estrus pada sapi. Secara aktual, estrogen mencapai puncaknya sebelum heat (estrus)seperti telihat pada Gambar 4 dan estrogen inilah yang akan menyebabkan pelepasan LH. Inhibin juga dihasilkan oleh folikel yan tumbuh dan mencegah folikel yang lebih kecil untuk terus tumbuh. Hambatan pada folikel yang kecil ini menjamin hanya satu folikel yang ovulasi pada sapi. Estrogen menyebabkan sintesis reseptor progesteron, yang memungkinkan LH berikatan pada sel luteal.

2.Estrus Selama estrus, estrogen dan FSH mulai menurun (Gambar 4). Puncak LH terjadi selama standing estrus. Ini adalah waktu ketika sapi dalam keadaan 'standing heat', dan akan berdiri dengan posisi siap dinaiki atau menaiki sapi lain. Estrogen berfungsi meningkatkan kontraksi saluran reproduksi untuk memfasilitasi transportasi sperma dan sel telur. Estrogen juga mempengaruhi sejumlah dan tipe cairan yang dihasilkan oviduct, uterus, serviks dan vagina. Pelepasan mucus jernih terlihat pada saat estrus yang membantu migrasi sperma melalui serviks. Estrus terjadi selama 18-20 jam, tetapi mungkin lebih pendek dalam musim panas atau akibat stres panas. Sel-sel theca mulai menghasilkan progesteron yang menghambat pelepasan LH dan FSH. Ovulasi terjadi 12-18 jam setelah akhir estrus. Selama estrus sel-sel granulosa melepaskan inhibin, suatu hormon yang mencegah pelepasan FSH dari pituitary.3.Metestrus Metestrus tejadi selama 3-5 hari dan ini adalah waktu perkembangan luteal. Lonjakan LH dan FSH selama fase estrus menghasilkan ruptur folikel (ovulasi) sekitar 30 jam setelah mulai standing estrus, atau 10-14 jam setelah akhir estrus.Corpus hemorhagicum (CH), yang dikenal dengan 'bloody body' yang terbentuk dari folikel setelah ovulasi, selanjutnya membentuk corpus luteum (yellow body). Selama metestrus, corpus luteum belum matang tetapi tetap tumbuh sehingga progesteron meningkat. Hormon ini bertanggungjawab menyiapkan uterus untuk kebuntingan dan menghambat aktivitas siklus estrus. Ketika corpus luteum belum matang, tidak ada reseptor untuk prostaglandin, sehingga membuat luteolisis dengan prostaglandin adalah tidak mungkin.4.Diestrus Diestrus terjadi 5-17 siklus dan waktu ketika CL menjadi matang dan menghasilkan hormon progesteron. Progesteron dihasilkan oleh sel luteal besar dan kecil. Sel luteal berasal dari sel-sel granulosa dan sel theca. Selama diestrus terdapat 2 atau 3 gelombang pertumbuhan folikel, tergantung individual sapi (Gambar 5). Folikel-folikel tumbuh menjadi statis sekitar 2 hari dan kemudian menjadi mengecil (menjadi atresi ). Pada sapi dengan 2 gelombang pertumbuhan folikel, gelombang pertama dimulai pada hari ke-2, gelombang 2 mulai hari ke-11 dan akan ovulasi pada gelombang ke-2. Pada sapi dengan 3 gelombang pertumbuhan folikel, gelombang pertama dimulai pada hari ke-2,menjadi statis pada hari ke-8-12 dan atresi pada hari ke-12-16, gelombang ke-2 mulai hari ke-9 dan berakhir pada hari ke-17; dan gelombang 3 dimulai pada hari ke-16 dan seringkali diikuti dengan ovulasi. Gelombang pertumbuhan folikel perlu diketahui dalam hubungannya dengan sinkronisasi siklus estrus. Pada akhir diestrus, jika tidak ada signal kebuntingan diterima oleh CL maka kaskade luteolitik dimulai.

BAB III PENUTUP3.1. Kesimpulan

Folikulogenesis merupakan proses perkembangan follikel muda menjadi follikel masak, yang meliputi perubahan-perubahan pada besarnya, jumlah lapisan-lapisan sel granulosa, pertumbuhan lapisan sel theca dan posisi oosit dikelilingi sel cumulus.Hormon yang mempengaruhi Follikulogenesis FSH Berperan pada saat pertumbuhan follikel primordial sampai follikel tersier LH Berperan pada saat pertumbuhan follikel tersier ke follikel degraaf dan ovulasi Kedua hormon ini (FSH dan LH) mempunyai reseptor spesifik pada permukaansel granulosa dan sel theca dan berfungsi untuk ; Menstimulasi produksi estrogen dari dinding follikel (sel theca interna dan eksterna) Meningkatkan produksi inhibin khuus oleh FSHOvulasi merupakan proses dimana dilepasnya sel telur (gamet betina) ke tuba fallopi karena meluruhnya folikel graafian. Ovulasi terdiri dari beberapa tahapan yang dipengaruhi oleh hormon hormon tubuh yang penting dimana semuanya dikendalikan dalam kontrol hormonal. Siklus Estrus atau siklus berahi yaitu Interval antara timbulnya satu periode birahi ke permulaan periode berahi berikutnya. Interval-interval ini disertai oleh suatu seri perubahan-perubahan fisiologik di dalam saluran kelamin betina.Dengan prosesnya meliputi : a. Proestrusb. Estrusc. Metestrusd. diestrusDAFTAR PUSTAKA

Hafez dan hafez. 2000. Sistem Reproduksi Sapi Betina. Bogor :Fakultas kedokteran hewan Institute pertanian Bogor.Lindawati, Kiki Indah. 2010.Ilmu Reproduksi Ternak Anatomi dan Histologi Reproduksi Jantan. Yogyakarta : Universitas Gadjah Mada.

Toelihere, Mozes. 1979. Fisiologi Reproduksi pada Ternak. Bandung: Angkasa.

Turner, C. D. dan J. T. Bagnara., 1976. General Endocrinology. 6 th ed. Saunders Company. Philadelpia. London. Toronto.Akmal, M., T.N. Siregar, dan Syafiuddin. 1999. Pengaruh Pemberian Hormon PMSG dan hCG pada Kambing Kacang Prapuber terhadap Respon Estrus Berikutnya. Artikel hasil penelitian. Fakultas Kedokteran Hewan. Universitas Syahkuala. Bandar Aceh

TernakUmur pubertas (bulan)Berat pada pubertas (kg)Umur yang dianjurkan pada perkawinan pertamaLama siklus birahi (hari)Lama berahi

Waktu ovulasiWaktu optimum untuk dikawinkanWaktu untuk transport ova (hari)Waktu terabit untuk dikawinkan sesudah partus

Kuda10-24 (18)Tergantung pada ukuran dewasa2-3 tahun19-23 (21)4,5-7,5(5,5)(hari)1-2 hari sebelum akhir estrus2-4 hari sblm akhir estrus/hari ke 2, ke 3 estrus425-35 hari atau estrus ke 2

Sapi4-24 (6-18)160-27014-22 bulan18-24(21)12-28(18)(jam)10-15 jam sesudah akhir estrusPertengahan sampai akhir estrus3-460-90 hari

Domba4-1227-3412-18 bulan14-20(16,5)18-24(30-36)(jam)12-24 jam sebelum akhir estrus18-24 jam sesudah mulai estrus3-4Pada musim gugur berikutnya di negeri beriklim sedang

Babi 5-868-1138-9 bulan18-24(21)1-4(2-3)hari30-40 jam sesudah mulai estrus12-30 jam sesudah mulai estrus2-3Estrus pertama 4-9 hari sesudah anaknya disapih

tanda kurung menunjukkan rata-rata1