Praktikum Fisiologi Reproduksi Akuatik
-
Upload
diyan-fitriya-pleiades -
Category
Documents
-
view
244 -
download
12
Transcript of Praktikum Fisiologi Reproduksi Akuatik
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Perkembangan usaha budidaya ikan semakin hari dirasakan semakin
meningkat. Hal ini memang sudah sejalan dengan kemajuan jaman dan teknologi.
Sebagaimana ilmu-ilmu terapan yang lain, pengembangan ilmu dan teknologi
perikanan sangat ditentukan oleh pengetahuan dasar yang memadai, antara lain
fisiologi.
Fisiologi sebagai salah satu cabang biologi yang berkaitan dengan fungsi dan
kegiatan kehidupan dapat lebih mudah dipahami bila organism dan fungsi sel
diketahui, dimana salah satu bentuk fisiologi tersebut adalah reproduksi.
1.2. Tujuan dan manfaat
Tujuan dari praktikum ini adalah agar mahasiswa bisa mengenali kualitas
sperma dan telur selain itu dapat menghitung fekunditas telur dan dapat melihat dan
mengetahui proses embriologi pada ikan mas dari mulai striping sampai penetasan.
Adapun manfaatnya praktikan dapat mengenali secara langsung tingkat
kematangan gonad setiap jenis ikan dan diharapkan pengetahuan ini dapat
diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.
2
II. TINJAUAN PUSTAKA
Fisiologi adalah turunan biologi yang mempelajari bagaimana kehidupan
berfungsi secara fisik dan kimiawi atau sebagai salah satu cabang biologi yang
berkaitan dengan fungsi dan kegiatan kehidupan dapat lebih mudah dipahami bila
organism dan fungsi sel diketahui, dimana salah satu bentuk fisiologi tersebut adalah
reproduksi. Yushinta Fujaya (2004) menyatakan reproduksi adalah kemampuan
individu untuk menghasilkan keturunan sebagai upaya untuk melestarikan jenisnya
atau kelompoknya. Untuk dapat melakukan reproduksi maka harus ada gamet jantan
dan betina. Penyatuan gamet jantan dan betina akan membentuk zigot yang
selanjutnya berkembang menjadi generasi baru.
Menurut Anonim (2006), meskipun tidak semua individu mampu
menghasilkan keturunan, namun setidaknya reproduksi berlangsung pada sebagian
besar individu yang hidup di permukaan bumi ini. Tingkah laku reproduksi pada ikan
merupakan suatu siklus yang dapat dikatakan berkala dan teratur. Kebanyakan ikan
mempunyai siklus reproduksi tahunan. Sekali mereka memulainya maka hal itu akan
berulang terus menerus sampai mati. Beberapa ikan malahan bias bereproduksi lebih
dari satu kali dalam satu tahun.
Ikan adalah kelompok vertebrata yang paling besar jumlahnya. Ikan
mendominasi kehidupan perairan diseluruh permukaan bumi. Jumlah spesies ikan
yang telah berhasil dicatat adalah sekitar 21.000 spesies dan diperkirakan
berkembang mencapai 28.000 spesies. Jumlah spesies ikan yang hidup dipermukaan
3
bumi adalah 21.723 spesies, sementara jumlah spesies vertebrata yang ada
diperkirakan sekitar 43.173 spesies (Nelson, 2001).
Ikan Mas (Cyprinus carpio L) termasuk salah satu jenis ikan air tawar yang
mudah dipelihara dan disukai masyarakat karena dagingnya enak. Ikan mas juga
salah satu komoditas sector perikanan yang terus berkembang dari waktu ke waktu
dan mempunyai nilai ekonomis penting sebagai ikan komersial. Ikan ini mempunyai
sifat cepat tumbuh, mudah berkembang biak, mempunyai kemampuan beradaptasi
dan kandungan proteinnya cukup tinggi ( Khairuman, Sudenda dan Gunadi, 2002).
Pengamatan tentang tahap-tahap kematangan gonad ikan dapat dilakukan
secara morfologi dan secara histologi. Pengamatan secara morphologi dapat
dilakukan di lapangan dan di laboratorium, sedangkan pengamatan secara histologi
hanya dapat dilakukan di laboratorium dan sangat memerlukan peralatan yang
canggih serta teliti dan memerlukan dana yang cukup besar. Bila pengamatan
dilakukan pada testes maka yang diamati adalah bentuk testes dan kedua sisinya,
ukuran (panjang dan diameter ) testes, perbandingan panjang testes dan rongga tubuh,
warnanya serta pembuluh darah pada permukaan testes. Demikian juga halnya bila
pengamatan dilakukan pada ovari tetapi yang perlu diamati lagi adalah diameter
beberapa butir telur (Pulungan,2005).
Dalam proses reproduksi, sebelum terjadi pemijahan sebagian besar hasil
metabolisme tertuju untuk perkembangan gonad. Gonad semakin bertambah berat
diimbangi dengan bertambah besar ukuran ikan (Effendi,1979 dalam Imeilda, 2008).
Penampakan ciri – ciri seksual ini pada beberapa spesies ikan baru nyata terlihat
apabila individu ikan mengalami kematangan gonad (kelamin), akan tetapi pada
4
beberapa spesies ikan lainnya ciri – ciri seksual itu dapat terlihat dengan jelas
walaupun individu ikan tersebut belum matang gonad ataupun sudah selesai memijah
karena dapat terlihat pada ciri – ciri morfologi pada permukaan tubuhnya
(Djadjadiredja et al, 1977).
Sumantadinata (1983) menyatakan gonad ikan adalah sebagai kelenjar biak.
Gonad ikan betina dinamakan ovari dan gonad ikan jantan dinamakan testes. Ovari
dan testes ikan dewasa biasanya terdapat pada individu yang terpisah, kecuali pada
beberapa ikan, kadang-kadang gonad jantan dan betina ditemukan dalam satu
individu (ovotestes).
Gonad adalah organ reproduksi yang berfungsi menghasilkan sel kelamin
(gamet). Gonad yang terdapat pada tubuh ikan jantan tersebut disebut testes yang
berfungsi menghasilkan spermatozoa, sedangkan yang terdapat pada individu ikan
betina disebut ovari berfungsi menghasilkan telur (Pulungan, 2004). Menurut
Wallace (1989) dalam Sapriana (2008), pematangan sel telur dapat dilakukan dengan
memberi rangsangan hormonal yang sesuai akan menyebabkan bertambahnya
diameter telur oosit karena penyerapan cairan lumen dan selanjutnya terjadi ovulasi.
Nilai fekunditas suatu individu ikan sangat bervariasi karena dipengaruhi oleh
umur/ukuran individu ikan, jenis dan jumlah dari makanan yang dimakan serta sifat
ikan, kepadatan populasi, lingkungan hidup dimana individu ikan itu berada dan
faktor fisiologi tubuh dari individu ikan itu sendiri sangat mempenga-ruhi nilai
fekunditasnya. Ukuran diameter telur dari setiap individu ikan sangat bervariasi. Hal
ini tergantung dari jenis individu ikan itu sendiri (Ridwan et al, 2009).
5
III. BAHAN DAN METODE
3.1. Waktu dan tempat
Praktikum Fisiologi Reproduksi Hewan Air ini dilaksanakan pada tanggal 4
Desember sampai 15 Desember pukul 14.00 WIB yang bertempat di Laboratorium
Balai Benih Ikan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Riau.
3.2. Alat Dan Bahan
Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam pratikum ini adalah
mikroskop, nampan, alat bedah, cawan petri, alat tulis, larutan NaCl, telur ikan mas
(Cyprinus carpio), preparat histologi, jarum spuit, gelas kimia dan gonad ikan patin
(Pangasius pangasius),haemocytometer,larutan pembuahan, eosin, dll.
3.3. Metode Praktikum
Metode yang dipergunakan pada praktikum ini adalah metode langsung
dimana objek diteliti dan diamati secara langsung oleh praktikan.
3.4. Prosedur Prkatikum
3.4.1. Menentukan Kualitas Gonad
Ikan dibedah
Amati secara morfologi gonadnya
Kalau testes ditampung semennya dan kalau ovary dihitung fekunditasnya
Penilaian semen secara makrokopis dan mikrokopis
Hitung volume semennya, konsentrasi sperma, motilitas serta viabilitasnya
6
3.4.2. Tingkat Kematangan Gonad
Hidupkan mikroskop
Amati gambar histologi telur yang ada pada preparat yang telah disediakan
Tentukan tingkat kematang gonad telur tersebut
Gambar dan diserahkan pada asisten
3.4.3. Pengamatan Beberapa Data Biologi Reproduksi Ikan Yang Menunjang
Keberhasilan Pemijahan Buatan
Timbang ikan uji dan bedah kemudian ambil gonadnya
Timbang gonad ikan, hati ikan serta usus ikan
Hitung IGS, IHS, IUS, Frekunditas telur dengan rumus seperti dibawah ini
serta diameter telur yang diamati dibawah mikroskop
IGS = berat gonad (gr )berat tubuh(gr )
x 100%
IHS = berat hati
berat tubuh x 100%
IUS = berat usus
berat tubuh x 100%
Sedangkan untuk frekunditas telur ambil seluruh gonad yang telah ditimbang
kemudian potong pada satu bagiannya. Bagian yang telah dipotong timbang
dan dihitung jumlah telurnya kemudian masukkan ke dalam rumus: Jumlah
Butir Telur x Perbandingan berat Gonad Seluruhnya dengan Berat Gonad
yang Dipotong.
Diameter telur dihitung dengan rumus 10/4 x 0,01 x diameter telur.
7
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil
4.1.1. Pemijahan Buatan
o Volume semen (ml) = 3,0 ml
o Konsentrasi Spermatozoa = 7.750.000 sel/ml
o Motilitas spermatozoa = kamar 1 40/154 ×100% = 25,9 %
= kamar 2 52/168 ×100% = 30,9 %
= kamar 3 45/147 ×100% = 30,6 %
= kamar 4 46/131 ×100% = 35,1 %
= kamar 5 50/135 ×100% = 28,5 %
o Viabilitas spermatozoa = kamar 1 54/154 ×100% = 33,7 %
= kamar 2 72/168 ×100% = 42,8 %
= kamar 3 50/147 ×100% = 34,0 %
= kamar 4 45/131 ×100% = 34,3 %
= kamar 5 53/175 ×100% = 30,2 %
o Diameter Telur
Gambar 1. Diameter Telur
1. 10/4 × 0,01 × 60 = 1,5 µm ( inti telur berada ditengah )
2. 10/4 × 0,01 × 55 = 1,37 µm ( inti telur berada ditengah )
3. 10/4 × 0,01 × 70 = 1,75 µm ( inti telur berada ditepi )
4. 10/4 × 0,01 × 60 = 1,5 µm ( inti telur berada ditengah )
5. 10/4 × 0,01 × 60 = 1,5 µm ( inti telur berada ditengah )
8
6. 10/4 × 0,01 × 55 = 1,37 µm ( inti telur berada ditengah )
7. 10/4 × 0,01 × 55 = 1,37 µm ( inti telur berada ditengah )
8. 10/4 × 0,01 × 60 = 1,5 µm ( inti telur berada ditengah )
9. 10/4 × 0,01 × 50 = 1,25 µm ( inti telur tidak dampak )
10. 10/4 × 0,01 × 58 = 1,45 µm ( inti telur berada ditengah )
11. 10/4 × 0,01 × 50 = 1,25 µm ( inti telur tidak dampak )
12. 10/4 × 0,01 × 47 = 1,25 µm ( inti telur berada ditengah )
13. 10/4 × 0,01 × 62 = 1,55 µm ( inti telur berada ditengah )
14. 10/4 × 0,01 × 63 = 1,58 µm ( inti telur berada ditengah )
15. 10/4 × 0,01 × 61 = 1,53 µm ( inti telur berada ditengah )
16. 10/4 × 0,01 × 64 = 1,60 µm ( inti telur berada ditepi)
17. 10/4 × 0,01 × 68 = 1,70 µm ( inti telur berada ditepi)
18. 10/4 × 0,01 × 68 = 1,70 µm ( inti telur berada ditepi)
19. 10/4 × 0,01 × 50 = 1,25 µm ( inti telur berada ditepi )
20. 10/4 × 0,01 × 56 = 1,40 µm ( inti telur berada ditepi )
Rata-rata diameter telur = 1,46 µm
4.1.2. Pengamatan Beberapa Data Biologi Reproduksi Ikan Yang Menunjang
Keberhasilan Pemijahan Buatan
Indeks Gonad Somatik = Berat gonad ÷ berat tubuh × 100 %
= 0,32 gr ÷ 8,78 gr × 100 %
= 3,64 %
Indeks Hati Somatik = Berat hati ÷ berat tubuh × 100 %
= 0,22 gr ÷ 8,78 gr × 100 %
= 2,50 %
Indeks Usus Somatik = Berat usus ÷ berat tubuh × 100 %
= 0,46 gr ÷ 8,78 gr × 100 %
9
= 5,23 %
Fekunditas = 83 butir × 2,90 = 240,7 butir atau 241 butir
4.1.3. Hasil Pengamatan Perkembangan Embriogenesis
Perhitungan Dosis Ovaprim (Betina dan Jantan) dan Ovoposisi
Dosis ovaprim Betina = Berat tubuh ÷ 1000 × dosis
= 364 ÷ 1000 × 0,7 ml
= 0,25 ml
Dosis ovaprim Jantan = Berat tubuh ÷ 1000 × dosis
= 364 ÷ 1000 × 0,3 ml
= 0,11 ml
Ovoposisi = Berat total telur ÷ Berat sample telur × jumlah telur sample
= 47,9 gr ÷ 0,2 gr × 1487 butir
= 356137 butir
Pengamatan perkembangan embrio
Jam 08.00 – 08.45 WIB = Embrio belum berkembang.
Gambar 2. Embrio belum berkembang
Jam 09.45 – 14.26 WIB = Blastodisk sempurna.
10
Gambar 3. Blastodisk sempurna
Jam 15.10 – 19.12 WIB = Morula.
Gambar 4. Morula
Jam 19.40 – 20.00 WIB = Blastula.
Gambar 5. Blastula
Jam 20.30 – 21.28 WIB = Gastrula.
Gambar 6. Gastrula
Jam 22.00 – 23.45 WIB = Perisai embrio.
11
Gambar 7. Perisai Embrio
Jam 00.00 – 15.45 WIB = Mulai tahap organogenesis, sudah mulai
kelihatan bintik mata, ada garis-garis dibagian punggung sampai
terbentuknya organ.
Gambar 8. Organogenesis
Jam 16.00 WIB = Telur telah menetas menjadi larva.
Gambar 9. Larva
12
4.1.4. Pengamatan Histologi Testis Ikan Baung
Gambar 10. Preparat TKG I
Jaringan ikat terlihat lebih dominan, sel-sel spermatogonium mulai terlihat
yang akan memasuki perkembangan tahap spermatogonia.
Gambar 11. Preparat TKG II
Testis berkembang ditandai dengan terlihatnya kantong-kantong tubulus semi-
niferi yang berisi spermatosit primer berasal dari perkembangan
spermatogonium.
13
Gambar 12. Preparat TKG III
Jaringan ikat testis terlihat lebih sedikit, spermatid menyebar. Sebagian masih
terlindung oleh sista yang berbentuk kantong.
Gambar 13. Preparat TKG IV
Spermatid dan spermatozoa terlihat lebih jelas. Sel spermatozoa yang
terbentuk mengisi kantong-kantong tubulus seminiferi.
4.2. Pembahasan
Selama praktikum didapat hasil – hasil pengamatan sebagai berikut yaitu
pengamatan untuk pemijahan buatan didapatkan volume semen 3,0 ml, konsentrasi
spermatozoa 7.750.000 sel/ml, dan rata-rata diameter telur 1,46 µm serta untuk inti
telur yang ditengah memiliki nilai persentase 50%, inti sel telur yang ke tepi 35%.
Jadi, jumlah persentase untuk keduanya 85% sehingga dapat diartikan telur tersebut
telah matang gonad karena persentasenya sudah ≥ 80%.Volume semen diukur dengan
cara menyedot semen yang berhasil distriping dari induk ikan jantan dengan memakai
spuit sedangkan konsentrasi spermatozoa ditentukan dengan menggunakan alat
hemositometer (kamar hitung) dan untuk mengukur diameter telur dilakukan dengan
14
cara dilihat di mikroskop dan begitu juga cara melihat inti sel telur sehingga dapat
diketahui kematangan dari telur tersebut.
Pengamatan beberapa data biologi reproduksi ikan yang menunjang
keberhasilan pemijahan buatan didapatkan hasil indeks gonad 3,64 %, indeks hati
somatik 2,50 %, indeks usus somatik 5,23 % dan fekunditas 241 butir. Penentuan dari
indeks gonad somatic ikan dilakukan terhadap setiap tingkat kematangan gonad
(TKG) dengan cara menimbang berat total tubuh ikan, kemudian ikan dibedah dan
ditimbang gonadnya (Effendi,1992). Begitu juga untuk Pengamatan nilai indeks hati
somatic dan indeks usus somatic yang sebelumnya gonad yang ditimbang namun
untuk indeks hati somatic hati yang ditimbang dan indeks usus somatic usus yang
ditimbang.
Pengamatan perkembangan embriogenesis didapatkan hasil perhitungan Dosis
ovaprim Betina 0,25 ml, Dosis ovaprim Jantan 0,11 ml dan ovoposisi 356137 butir
serta untuk perkembangan embrio selama ± 48 jam yaitu dari jam 08.0–08.45 wib
embrio belum berkembang, jam 09.45–14.26 wib blastodisk sempurna, jam 15.10–
19.12 wib morula, jam 19.40 – 20.00 wib blastula, jam 20.30–21.28 wib gastrula, jam
22.00–23.45 wib perisai embrio, jam 00.00–15.45 wib mulai tahap organogenesis,
sudah mulai kelihatan bintik mata, ada garis-garis dibagian punggung sampai
terbentuknya organ dan terakhir jam 16.00 wib telur telah menetas menjadi larva.
Pengamatan histologi testis ikan baung didapatkan hasil TKG I sampai TKG IV
untuk testis ikan baung.
15
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Praktikum pengamatan untuk pemijahan buatan dapat disimpulkan telur
tersebut telah matang gonad karena persentasenya sudah ≥ 80%. Pengamatan
beberapa data biologi reproduksi ikan yang menunjang keberhasilan pemijahan
buatan didapatkan hasil indeks gonad 3,64 %, indeks hati somatik 2,50 %, indeks
usus somatik 5,23 % dan fekunditas 241 butir. Pengamatan perkembangan
embriogenesis pada jam 08.00 wib tanggal 14 desember berakhir sampai jam 16.00
wib tanggal 15 desember telur telah menetas menjadi larva.
Pengamatan histologi testis ikan baung dapat disimpulkan TKG I dengan ciri-
ciri jaringan ikat terlihat lebih dominan, sel-sel spermatogonium mulai terlihat yang
akan memasuki perkembangan tahap spermatogonia.TKG II dengan ciri-ciri testis
berkembang ditandai dengan terlihatnya kantong-kantong tubulus semi-niferi yang
berisi spermatosit primer berasal dari perkembangan spermatogonium.TKG III
dengan ciri-ciri jaringan ikat testis terlihat lebih sedikit, spermatid menyebar.
Sebagian masih terlindung oleh sista yang berbentuk kantong dan TKG IV dengan
ciri-ciri spermatid dan spermatozoa terlihat lebih jelas. sel spermatozoa yang
terbentuk mengisi kantong-kantong tubulus seminiferi.
5.2. Saran
Praktikum selanjutnya diharapkan praktikan lebih memperhatikan para asisten
saat menjelaskan prosedur kerja praktikum agar tidak terjadi kesalahan hasil yang
diperoleh saat praktikum.
16
DAFTAR PUSTAKA
Anonim.2006. Bahan Ajar Mata Kuliah Ikhtiologi. Universitas Hasanuddin Makassar
: Makassar.
Djadjadiredja, R. S. et al. 1977. Pedoman pengenalan sumberdaya perikanan. Bagian
I. Direktorat jendral perikanan. Jakarta.
Effendie, M. I. 1979. Metode Biologi Perikanan. Yayasan Sri Dwi. Bogor. 112 hal.
Fujaya, Yushinta.2004. Fisiologi Ikan Dasar Pengembangan Teknik Perikanan.
PT.Rineka Cipta : Jakarta.
Khairuman, Sudenda, D dan Gunadi, B. 2002. Budidaya Ikan Mas Secara Intensif.
PT. Agro Media Pustaka. Jakarta.
Nelson, J.S. 2001. Fisher Of The World. New York 524 p: John Wiley And Sons.
Pulungan. 2004. Hand Out Kuliah Mata Kuliah Biologi Perikanan. Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan. UNRI. Pekanbaru.
Pulungan, 2005. Fekunditas dan Seberan Diameter Telur dari Beberapa enis Ikan
Cyprinid dari Danau Lubuk Siam, Riau. Pusat Penelitian Universitas Riau,
pekanbaru. 57 hal (tidak diterbitkan).
Ridwan et al. 2009. ‘Penuntun Praktikum Biologi Perikanan’. Fakultas perikanan
Dan Ilmu Kelautan Universitas Riau. Pekanbaru
Sumantadinata, K. 1983. Pengembangbiakan Ikan-Ikan Pemeliharaan di Indonesia.
Sastra Budaya. Bogor. 129 hal.