Istilah Psikiatri New

28
PENDAHULUAN Definisi : 1.Tanda’ itu sendiri adalah temuan dokter yang bersifat objektif, misalnya afek yang terbatas dan retardasi psikomotor. 2.Gejala adalah pengalaman subjektif yang digambarkan oleh pasien, misalnya mood yang tertekan dan berkurangnya tenaga. 3.Sindrom adalah kelompok tanda dan gejala yang terjadi secara bersama–sama sebagai suatu kondisi yang dapat dikenali, walaupun mungkin masih kurang spesifik dibandingkan gangguan penyakit yang jelas. TANDA DAN GEJALA PSIKIATRI Berikut ini adalah daftar dari tanda dan gejala, yang mana setiap butirnya mengandung definisi atau deskripsi. KESADARAN : tingkat kesadaran Gangguan Kesadaran Apersepsi. Persepsi yang dimodifikasi oleh emosi dan pikiran dari seseorang. Sensorium. Keadaan fungsi kognitif tentang perasaan khusus (seringkali digunakan sebagai sinonim kesadaran). Gangguan kesadaran paling sering berhubungan keadaan patologis pada otak. 1. Disorientasi : Gangguan orientasi waktu, tempat, dan orang. 2. Kesadaran berkabut : Kejernihan ingatan yang tidak lengkap dengan gangguan persepsi dan sikap.

description

new

Transcript of Istilah Psikiatri New

Page 1: Istilah Psikiatri New

PENDAHULUAN

Definisi :

1.Tanda’ itu sendiri adalah temuan dokter yang bersifat objektif, misalnya afek yang

terbatas dan retardasi psikomotor.

2.Gejala adalah pengalaman subjektif yang digambarkan oleh pasien, misalnya mood

yang tertekan dan berkurangnya tenaga.

3.Sindrom adalah kelompok tanda dan gejala yang terjadi secara bersama–sama

sebagai suatu kondisi yang dapat dikenali, walaupun mungkin masih kurang spesifik

dibandingkan gangguan penyakit yang jelas.

TANDA DAN GEJALA PSIKIATRI

Berikut ini adalah daftar dari tanda dan gejala, yang mana setiap butirnya

mengandung definisi atau deskripsi.

KESADARAN : tingkat kesadaran

Gangguan Kesadaran

Apersepsi. Persepsi yang dimodifikasi oleh emosi dan pikiran dari seseorang.

Sensorium. Keadaan fungsi kognitif tentang perasaan khusus (seringkali digunakan

sebagai sinonim kesadaran). Gangguan kesadaran paling sering berhubungan

keadaan patologis pada otak.

1. Disorientasi : Gangguan orientasi waktu, tempat, dan orang.

2. Kesadaran berkabut : Kejernihan ingatan yang tidak lengkap dengan

gangguan persepsi dan sikap.

3. Stupor : Hilangnya reaksi dan terjadi ketidakwaspadaan terhadap

lingkungan sekitar.

4. Delirium : Reaksi kebingungan, gelisah, disorientasi yang disertai rasa

takut dan halusinasi.

5. Koma. Penurunan kesadaran yang berat.

6. Koma vigil. Keadaan koma dimana pasien tampak tertidur, tetapi dapat

segera disadarkan.

Page 2: Istilah Psikiatri New

7. Twilight state. Keadaan temaram, kesadaran yang terganggu dengan

adanya halusinasi.

8. Dreamlike state. Keadaan seperti mimpi. Seringkali digunakan secara

sinonim dengan kejang parsial kompleks atau epilepsi psikomotor.

9. Somnolens. Rasa kantuk abnormal yang paling sering ditemukan pada

proses organik. Terjadi penurunan kesadaran, tetapi pasien masih dapat

dibangunkan meskipun sulit.

10. Drowsiness. Keadaan dimana terjadi penurunan kewaspadaan yang

berhubungan dengan keinginan atau kecondongan untuk tidur.

Gangguan Atensi (Perhatian)

Atensi adalah jumlah usaha yang dilakukan untuk memusatkan pada bagian

tertentu dari pengalaman, kemampuan untuk mempertahankan perhatian pada satu

aktifitas, kemampuan untuk berkonsentrasi.

1. Distraktibilitas : Ketidakmampuan untuk memusatkan perhatian,

pengalihan perhatian kepada stimulus eksternal yang tidak penting atau

tidak relevan.

2. Inatensi selektif : Pengalihan perhatian hanya pada hal–hal yang

menimbulkan kecemasan.

3. Hipervigilensi : Perhatian yang berlebihan dan terfokus pada semua

stimulus internal maupun eksternal, biasanya sekunder dari keadaan

delusional atau paranoid.

4. Trance : Perhatian yang difokuskan dan kesadaran yang berubah,

biasanya terlihat pada hipnosis, gangguan disosiatif, dan pengalaman

religius yang luar biasa.

Gangguan Sugestibilitas

Kapatuhan dan respon yang tidak kritis terhadap suatu ide atau suatu

pengaruh.

1. Follie a deux (follie a trois). Penyakit emosional yang berhubungan

diantara dua atau tiga orang.

2. Hipnosis. Modifikasi kesadaran yang diinduksi secara buatan dan ditandai

dengan peningkatan sugestibilitas.

Page 3: Istilah Psikiatri New

EMOSI

Suatu perasaan yang kompleks dengan komponen psikis, somatik, serta

perilaku yang terkait dengan mood dan afek.

Afek

1. Appropriate affect. Kondisi dimana irama perasaan seseorang sesuai

dengan gagasan, pikiran, atau pembicaraan yang ada.

2. Inappropriate affect. Ketidaksesuaian antara irama perasaan dengan

gagasan, pikiran, atau pembicaraan yang menyertainya.

3. Afek tumpul. Penurunan yang berat intensitas irama perasaan yang

diungkapkan keluar.

4. Afek terbatas. Penurunan intensitas irama perasaan yang kurang parah

bila dibandingkan dengan afek tumpul.

5. Afek yang labil. Perubahan irama perasaan yang cepat dan tiba–tiba,

tidak berhubungan dengan stimulus eksternal.

Mood

Suasana perasaan yang meresap dan dipertahankan, yang secara subyektif

dirasakan dan dilaporkan oleh pasien dan terlihat oleh orang lain.

1. Mood disforik. Suasana perasaan yang tidak menyenangkan.

2. Mood eutimik. Suasana perasaan yang normal, tidak menurun atau

meningkat.

3. Expansive mood. Suasana perasaan yang diekspresikan tanpa hambatan,

sering disertai dengan penilaian yang berlebihan.

4. Mood irritabel. Suasana perasaan seseorang yang mudah diprovokasi,

sehingga mudah terganggu dan mudah marah.

5. Mood swings / Labile mood. Suasana perasaan yang mudah berganti-

ganti antara euforia dan depresi atau kecemasan.

6. Elevated mood. Suasana perasaan penuh dengan keyakinan dan

kesenangan ; mood yang lebih ceria dari biasanya.

7. Euforia. Elasi yang kuat disertai dengan perasaan kebesaran.

8. Ectasy. Kegembiraan yang luar biasa / perasaan kegairahan yang kuat.

9. Depresi. Kesedihan yang psikopatologis.

10. Anhedonia. Hilangnya minat dan menarik diri dari semua aktifitas rutin

yang menyenangkan, seringkali dikaitkan dengan depresi.

11. Dukacita atau berkabung. Kesedihan yang disebabkan dengan

kehilangan yang nyata.

Page 4: Istilah Psikiatri New

12. Aleksitimia. Seseorang yan tidak mampu atau kesulitan dalam

menggambarkan atau menyadari emosi-emosi dan mood.

13. Ide bunuh diri. Pikiran-pikiran atau tindakan untuk mengakhiri hidupnya.

14. Elation. Perasaan senang, euphoria, puas diri, .....dan optimis.

15. Hipomania. Mood abnormal dengan karakteristik mirip mania tapi lebih

ringan.

16. Mania. Mood yang abnormal, bercirikan agitasi, elasi, hiperaktifitas,

hiperseksualitas dan berpikir serta berbicara yang lebih cepat.

17. Melankolia. Keadaan depresi berat.

18. La Belle indifference. Perilaku yang tidak sesuai, dimana sikap tenang

atau tidak ada perhatian terhadap kesulitan yang dialami orang lain.

Emosi-emosi Yang Lain

1. Kecemasan. Perasaan khawatir yang muncul oleh adanya dugaan bahaya

yang datang dari dalam maupun dari luar dirinya.

2. Free floating anxiety / Kecemasan yang mengambang. Rasa khawatir

yang meresap dan tidak terpusatkan, yang tidak berhubungan dengan

suatu gagasan.

3. Ketakutan. Kecemasan yang disebabkan oleh adanya bahaya yang

dikenali secara sadar dan nyata.

4. Agitasi. Kecemasan yang berat disertai dengan kegelisahan motorik.

5. Ketegangan. Peningkatan aktifitas motorik dan psikologis yang tidak

menyenangkan.

6. Panik. Serangan kecemasan yang kuat, akut, episodik, dikaitkan dengan

adanya suasana perasaan yang di penuhi dengan ........dan gejala-gejala

otonomik.

7. Apatis. Irama perasaan yang tumpul dikaitkan dengan menarik diri atau

ketidakacuhan.

8. Ambivalensi. Dua impuls berlawanan terhadap suatu hal yang sama, pada

orang dan waktu yang sama.

9. Abreaksi. Pelepasan emosional setelah mengingat pengalaman yang

menyakitkan.

10. Malu. Kegagalan mencapai sesuatu yang diharapkan.

11. Rasa bersalah. Emosi yang di sebabkan karena melakukan sesuatu yang

dianggap salah.

12. impulse control. Kemampuan untuk menahan keinginan-keinginan,

dorongan-dorongan atau godaan-godaan.

Page 5: Istilah Psikiatri New

13. Ineffability. Keadaan ekstatik pada seseorang, yang tidak dapat

digambarkan, tidak dikatakan, dan mustahil untuk mempengaruhi orang

lain.

14. Akateksis. Hilangnya perasaan terhadap subyek yang biasanya terdapat

ikatan emosional.

15. Dekateksis. Terlepasnya ikatan emosi dari pikiran2, ide–ide,atau orang2.

Gangguan Fisiologis Yang Berhubungan Dengan Mood

Tanda–tanda disfungsi somatik (otonom) pada seseorang, paling sering

berhubungan dengan depresi.

1. Anoreksia. Menurunnya atau hilangnya nafsu makan.

2. Hiperfagia. Peningkatan asupan makanan yang dimakan.

3. Insomnia. Menurun atau hilangnya kemampuan untuk tidur. Fase awal,

kesulitan jatuh tertidur. Fase pertengahan, kesulitan tertidur sepanjang

malam tanpa terbangun dan kesulitan kembali tidur. Fase terminal,

terbangun pada dini hari.

4. Hipersomnia. Tidur yang berlebihan.

5. Variasi diurnal. Mood yang secara reguler memburuk pada pagi hari dan

membaik dengan semakin siangnya hari.

6. Penurunan libido. Penurunan minat, dorongan, dan daya seksual.

7. Konstipasi. Kesulitan atau tidak mampu defekasi.

8. Fatigue. Perasaan lelah, letih, lesu, mengantuk atau iritabel saat

melakukan aktifitas mental atau fisik..

9. Pica. Dorongan untuk memakan substansi yang bukan makananmis : cat.

10. Pseudocyesis. Keadaan dimana pasien mempunyai tanda dan gejala

kehamilan, seperti distensi abdomen, pembesaran payudara, pigmentasi,

berhentinya menstruasi, dan morning sickness.

11. Bulimia. Kelainan berupa perasaan lapar yang tidak terpuaskan dan rakus

saat makan, terdapat pada bulimia nervosa dan depresi atipikal.

12. Adinamia. Kondisi kelemahan dan fatigabilitas.

PERILAKU MOTORIK (KONASI)

Aspek kejiwaan yang meliputi impuls, motivasi, harapan, dorongan, naluri, dan

idaman seperti yang diekspresikan oleh perilaku atau aktifitas motorik seseorang.

Page 6: Istilah Psikiatri New

1. Ekopraksia. Peniruan gerakan yang patologis seseorang oleh orang lain.

2. Katatonia dan abnormalitas postural. Terdapat pada skizophrenia tipe

katatonik dan pada beberapa pasien dengan penyakit yang mengenai

jaringan otak, misalnya ensefalitis.

3. Katalepsi. Aistilah umum untuk suatu posisi yang tidak bergerak dan

dipertahankan terus–menerus.

4. Luapan(excitement) katatonik. Aktifitas motorik yang teragitasi, tidak

bertujuan dan tidak dipengaruhi faktor eksternal.

5. Stupor katatonik. Penurunan aktifitas motorik yang nyata hingga tidak

bergerak, dan tidak acuh terhadap keadaan sekelilingnya.

6. Rigiditas katatonik. Pembentukan postur yang kaku yang disadari dan

menentang semua usaha untuk menggerakkannya.

7. Posturing katatonik. Penerimaan postur yang tidak sesuai / aneh yang

tidak disadari, dipertahankan dalam waktu yang lama.

8. Cerea flexibilitas / Waxy flexibility. Pembentukkan posisi tertentu pada

seseorang, kemudian dipertahankannya. Jika pemeriksa menggerakkan

anggota tubuh pasien, maka dia seakan–akan terbuat dari lilin.

9. Akinesia. Hilangnya pergerakan, seperti imobilitas yang ekstrim pada

schizophrenia katatonik ; juga dapat timbul sebagai gejala ekstrapiramidal

akibat efek samping obat antipsikotik.

10. Negativisme. Resistensi tanpa alasan terhadap semua usaha untuk

menggerakkan atau terhadap semua instruksi.

11. Katapleksi. Hilangnya sementara tonus otot dan kelemahan yang

dicetuskan oleh berbagai keadaan emosional.

12. Stereotipik. Pola gerakkan fisik atau bicara yang terfiksasi dan berulang.

13. Mannerisme. Pergerakan yang tidak disadari dan menjadi suatu

kebiasaan.

14. Automatisme. Tindakan yang otomatis, biasanya mewakili suatu aktifitas

simbolik yang tidak disadari.

15. Automatisme perintah. Automatis mengikuti sugesti.

16. Mutisme. Tidak bersuara tanpa adanya kelainan struktural / organik.

17. Agitasi psikomotor. Overaktifitas motorik dan kognitif yang berlebihan dan

tidak produktif akibat ketengangan dalam diri.

18. Hiperkinesis. Tidak dapat diam, agresif, aktifitas yang destruktif, seringkali

didasari gangguan patologis pada otak.

19. Tic. Pergerakan motorik yang spasmodik dan tidak disadari.

20. Sleepwalking / Somnambulisme. Aktifitas motorik pada saat tertidur.

Page 7: Istilah Psikiatri New

21. Akathisia. Perasaan subyektif tentang ketegangan motorik, sekunder

akibat medikasi antipsikotik atau medikasi lainya, menyebabkan tidak dapat

diam/istirahat , melangkah bolak–balik, duduk dan berdiri berulang–ulang ;

dapat disalahartikan sebagai agitasi psikotik.

22. Kompulsi. Impuls yang tidak terkontrol untuk melakukan suatu tindakan

yang berulang-ulang. Contohnya dipsomania (kompulsi untuk minum

alkohol), kleptomania (kompulsi untuk mencuri), nimfomania (kompulsi

untuk melakukan koitus yang kuat pada diri seorang wanita), satiriasis

(seperti nimfomania, tetapi pada pria), trikotilomania (kompulsi untuk

mencabuti rambut), ritual (aktifitas kompulsif otomatis bertujuan untuk

menurunkan kecemasan).

23. Ataksia. Kegagalan melakukan koordinasi otot.

24. Polifagi. Makan berlebihan yang patologis.

25. Tremor. Perubahan gerakan secara ritmis, biasanya beberapa

gerakan/detik .

26. Floccillation. Memilih pakaian sehari-hari atau pakaian tidur tanpa tujuan,

umumnya terlihat pada saat delirium.

27. Hipokinesis. Penurunan aktifitas motorik dan kognitif seperti pada

retardasi psikomotor, terlihat pada perlambatan pikiran, bicara, dan

pergerakan.

28. Mimikri. Peniruan aktifitas motorik yang sederhana pada anak – anak.

29. Agresi. Tindakan yang kuat untuk mencapai tujuan yang mungkin verbal

atau fisik.

30. Acting out. Ekspresi langsung dari suatu harapan atau impuls yang tidak

disadari dalam bentuk tindakkan.

31. Abulia. Penurunan impuls untuk bertindak dan berpikir disertai dengan

ketidakacuhan tentang konsekuensi tindakannya, sebagai akibat

terdapatnya defisit neurologis.

32. Anergia. Kehilangan energi.

33. Koprofagia. Memakan feses.

34. Diskinesia. Kesulitan untuk melakukan gerakan volunter, terdapat pada

gangguan ekstrapiramidal.

35. Kekakuan otot. Keadaan dimana otot tidak dapat digerakkan, terlihat pada

skizophrenia.

36. Twirling. Tanda yang tampak pada anak yang autistik dimana badan

berputar ke arah tolehan kepala secara terus–menerus.

Page 8: Istilah Psikiatri New

37. Bradikinesia. Aktifitas motorik yang lebih pelan dari normal, pergerakan

spontan.

38. Chorea. Gerakan tidak beraturan, cepat, menghentak-hentak yang tidak

dapat dikendalikan dan tidak bertujuan.

39. Konvulsi. Kontraksi otot yang kasar dan tidak dikehendaki. Bersifat klonik

apabila terjadi kontraksi-relaksasi secara bergantian, tonik apabila kontraksi

terjadi terus–menerus.

40. Kejang. Serangan tiba2 atau terjadi gejala2 yang tiba2 mis: konvulsi, hilang

kesadaran dan gangguan psikologis atau pancaindera terdapat pada

epilepsi atau dapat di induksi dengan obat.

41. Distonia. Lambat, kontraksi otot untuk menopang batang tubuh atau

anggota gerak.

BERPIKIR

Aliran gagasan, simbol, dan asosiasi yang bertujuan, dimulai oleh suatu

masalah dan mengarah pada suatu kesimpulan yang berorientasi kenyataan ; jika

terjadi urutan yang logis, berpikir adalah normal.

Gangguan Umum Dalam Bentuk atau Proses Berpikir.

1. Gangguan mental. Sindrom perilaku atau psikologis yang bermakna

secara klinis disertai dengan penderitaan atau ketidakmampuan dalam

bentuk respon atau terbatas pada hubungan antara seseorang dan

masyarakat.

2. Psikosis. Ketidakmampuan membedakan kenyataan dari fantasi ; RTA

terganggu, dimana tercipta realita baru.

3. Tes realitas. Pemeriksaan obyektif tentang dunia di luar dirinya.

4. Gangguan pikiran formal. Gangguan dalam bentuk pikiran juga isi pikiran,

ditandai dengan kekenduran asosiasi, neologisme, dan konstruksi yang

tidak logis ; proses berpikir mengalami gangguan, dan orang didefinisikan

psikosis.

5. Berpikir tidak logis. Berpikir dengan kesimpulan yang salah dan

kontradiksi internal.

6. Dereisme. Aktifitas mental yang tidak sesuai dengan logika dan

pengalaman.

7. Berpikir autistik. Preokupasi dengan dunia dalam dan pribadi.

Page 9: Istilah Psikiatri New

8. Berpikir magis. Bentuk pikiran dereistik ; serupa dengan fase

preoperasional pada masa kanak – kanak (Jean Piget), dimana pikiran dan

kata – kata serta tindakan mempunyai kekuatan untuk dapat menyebabkan

suatu peristiwa.

9. Proses berpikir primer. Berpikir yang dereistik, tidak logis, dan magis,

normalnya ditemukan pada mimpi jarang pada psikosis.

10. Emotional insight. Pemahaman yang dalam atau kewaspadaan yang

mengarah pada perubahan – perubahan positif pada sikap dan perilaku.

Gangguan Spesifik Pada Bentuk Pikiran.

1. Neologisme. Kata baru yang diciptakan oleh pasien.

2. Word salad. Campuran kata dan frase yang membingungkan.

3. Sirkumstansialitas. Pembicaraan tidak langsung yang lambat mencapai

tujuan,namun pada akhirnya tercapai juga ; adanya rincian dan tanda –

tanda kutp yang berlebihan.

4. Tangensialitas. Ketidakmampuan untuk mencapai asosiasi pikiran.

5. Inkoherensi. Pikiran yang tidak dapat dimengerti ; kata – kata yang tidak

logis tanpa tata bahasa, yang menyebabkan disorganisasi.

6. Perseverasi. Respon yang menetap terhadap stimulus yang sebelumnya

setelah stimulus baru diberikan, sering disertai dengan ganguan fungsi

kognitif.

7. Verbigerasi. Pengulangan kata atau frase spesifik yang tidak mempunyai

arti.

8. Ekolalia. Pengulangan kata atau frase secara psikopatologis, berulang dan

menetap, dapat diucapkan dengan intonasi yang berbeda.

9. Kondensasi. Penggabungan beberapa konsep menjadi satu.

10. Jawaban yang tidak relevan. Jawaban yang tidak harmonis dengan

pertanyaan yang ditanyakan.

11. Pengenduran asosiasi. Aliran pikiran dimana gagasan bergeser dari satu

subyek ke subyek yang lain dalam cara yang sama sekali tidak berhubungan

; Jika berat dapat timbul inkoherensi.

12. Derailment. Penyimpangan mendadak dalam urutan pikiran tanpa

hambatan.

13. Flight of ideas. Verbalisasi atau permainan kata – kata yang cepat dan

terus – menerus menghasilkan pergeseran terus – menerus dari satu ide ke

ide lain.

Page 10: Istilah Psikiatri New

14. Clang association. Asosiasi kata – kata yang mirip bunyinya tetapi artinya

berbeda.

15. Blocking. Terputusnya aliran pikiran secara tiba – tiba sebelum pikiran atau

gagasan diselesaikan ; setelah satu periode terhenti singkat orang tampak

tidak ingat akan apa yang telah dikatakan.

16. Glosolalia. Ekspresi pesan – pesan yang relevan melalui kata – kata yang

tidak dapat dipahami.

Gangguan Spesifik Isi Pikiran

1. Kemiskinan isi pikiran. Pemikiran yang memberikan hanya sedikit

informasi karena tidak mengandung pengertian, pengulangan kosong

atau frase yang tidak jelas.

2. Gagasan yang berlebihan. Keyakinan palsu yang tidak beralasan yang

dipertahankan kurang kuat dibandingkan dengan waham.

3. Waham. Keyakinan palsu, didasarkan pada kesimpulan yang salah, tidak

sejalan dengan intelegensi pasien dan latar belakang budaya yang tidak

dapat dikoreksi.

a. Waham yang kacau / Bizzare. Keyakinan palsu yang aneh, mustahil,

sama sekali tidak masuk akal.

b. Waham tersistematisasi. Keyakinan yang palsu yang digabungkan

oleh suatu tema atau peristiwa tunggal.

c. Waham yang sejalan dengan mood. Isi waham sesuai dengan mood.

d. Waham yang tidak sejalan dengan mood. Isi waham yang tidak

sejalan dengan mood.

e. Waham nihilistik. Perasaan palsu bahwa dirinya, orang lain dan dunia

tidak ada atau berakhir.

f. Waham kemiskinan. Keyakinan palsu bahwa harta pasien telah

terampas atau hilang.

g. Waham somatik. Keyakinan yang palsu menyangkut fungsi tubuh

pasien.

h. Waham persekutorik. Keyakinan palsu yang merasa sedang

diganggu, ditipu dan disiksa.

i. Waham kebesaran. Gambaran kepentingan, kekuatan atau identitas

seseorang yang berlebihan.

j. Waham referensi. Keyakinan bahwa peristiwa, benda dan oran lain

mempuyai kepentingan tertentu dan tidak biasanya, umumnya dalam

bentuk negatif.

Page 11: Istilah Psikiatri New

k. Waham menyalahkan diri sendiri. Keyakinan yang palsu tentang

penyesalan yang mendalam dan bersalah.

l. Waham pengendalian. Perasaan palsu bahwa kemauan, pikiran atau

perasaan pasien dikendalikan oleh tenaga dari luar. Terdiri atas : 1)

Thought withdrawal (waham bahwa pikiran pasien dihilangkan dari

ingatannya oleh orang/tenaga lain), 2) Thought insertion (waham

bahwa pikiran ditanam dalam pikiran pasien dikendalikan oleh orang

lain), 4) Thought broadcasting (waham bahwa pikiran pasien dapat

didengar oleh orang lain, pikiran mereka tersiar di udara).

m. Waham ketidaksetiaan. Kayakinan yang palsu didapatkan dari

kecemburuan patologis bahwa kekasih pasien adalah tidah jujur.

n. Erotomania. Keyakinan yang lebih sering pada wanita, bahwa

seseorang sangat mencintai dirinya.

o. Pseudologia phantastica. Jenis kebohongan dimana seseorang

tampak percayaterhadap kenyataan fantasinya dan bertindak atas

kenyataan ; disertai dengan sindrom Munchausen, berpura – pura

sakit yang berulang.

4. Kecenderungan atau preokupasi pikiran. Pemusatan pikiran pada ide

tertentu disertai dengan irama afektif yang kuat, seperti kecenderungan

paranoid atau preokupasi tentang bunuh diri atau dibunuh.

5. Egomania. Preokupasipada diri sendiri yang patologis.

6. Monomania. Preokupasi dengan suatu obyek yang tunggal.

7. Hipokondria. Keprihatinan yang berlebihan tentang kesehatan pasienyang

didasarkan bukan pada patologi organik yang nyata, tetapi pada

interpretasi yang tidak realistik terhadap tanda atau sensasi fisik yang

abnormal.

8. Obsesi. Ketekunan yang patologis dari pikiran atau perasaan yang tidak

dapat ditentang, tidak dapat dihilangkan dan disertai dengan kecemasan.

9. Kompulsi. Kebutuhan yang patologis untuk melakukan suatu impuls jika

ditahan menyebabkan kecemasan.

10. Koprolalia. Pengungkapan secara kompulsif dari kata – kata yang cabul.

11. Fobia. Rasa takut patologis yang persisten, irasional, berlebihan dan selalu

terjadi terhadap suatu jenis stimulasi atau situasi tertentu ; menyebabkan

keinginan yang memaksa untuk menghindari stimulus yang ditakuti.

12. Fobia spesifik. Rasa takut yang jelas terhadap obyek atau situasi yang

jelas.

13. Fobia sosial. Rasa takut akan keramaian masyarakat.

Page 12: Istilah Psikiatri New

14. Akrofobia. Rasa takut terhadap tempat tinggi.

15. Agorafobia. Rasa takut terhadap tempat terbuka.

16. Algofobia. Rasa takut terhadap rasa nyeri.

17. Ailurofobia. Rasa takut terhadap kucing.

18. Eritrofobia. Takut terhadap warna merah, merujuk kepada hal yang

berdarah.

19. Panfobia. Takut terhadap segala sesuatu.

20. Klaustrofobia. Takut terhadap tempat tertutup.

21. Xenofobia. Rasa taku terhadap orang asing.

22. Zoofobia. Rasa takut terhadap binatang.

23. Needlefobia. Rasa takut yang menetap, berkesinambungan dan patologis

akan suntikan, disebut juga blood injection phobia.

24. Noesis. Perasaan bahwa pasien telah dipilih untuk memimpin dan

memerintah.

25. Unio mystica. Perasaan yang meluap, pasien secara mistik menyatu

dengan kekuatan yang tidak terbatas.

BICARA

Gangguan pikiran, perasaan, yang diekspresikan melalui bahasa ; komunikasi

melalui penggunaan kata – kata dan bahasa.

Gangguan Bicara

1. Tekanan bicara. Bicara cepat, yaitu peningkatan jumlah dan kesulitan untuk

memutus pembicaraan.

2. Kesukaran bicara (logorrhea). Bicara yang banyak sekali, bertalian dan

logis.

3. Kemiskinan bicara (poverty of speech). Pembatasan jumlah bicara yang

digunakan ; jawaban mungkin hanya satu suku kata (monosyllabic).

4. Bicara yang tidak spontan. Respon verbal yang diberikan hanya jika ditanya

atau dibicarakan langsung; tidak ada pembicaraan yang dimulai dari dirinya

sendiri.

5. Kemiskinan isi bicara (poverty of content of speech). Bicara yang adekuat

dalam jumlah tertentu, tetapi hanya memberikan sedikit informasi karena

ketidakjelasan, kekosongan atau frase yang stereotipik.

6. Diprosodi. Hilangnya irama bicara yang normal.

7. Disartria. Kesulitan dalam artikulasi.

Page 13: Istilah Psikiatri New

8. Bicara yang keras atau lemah secara berlebihan. Hilangnya modulasi

volume bicara normal ; dapat mencerminkan berbagai keadaan yang patologis

mulai dari psikosis, depresi sampai ketulian.

9. Stuttering. Pengulangan atau perpanjangan suara atau suku kata yang sering

menyebabkan gangguan kefasihan bicara yang jelas.

10. Cluttering. Bicara yang aneh dan disritmik, yang mengandung semburn yang

cepat dan menyentak.

11. Bradilalia. Berbicara lambat yang abnormal.

12. Disfonia. Kesulitan atau nyeri saat berbicara.

Gangguan Afasik

Gangguan dalam pengeluaran suara.

1. Afasia motorik. Gangguan bicara yang disebabkan oleh gangguan

kognitif, masih dapat dimengerti tetapi kemampuan bicara sangat

terganggu, bicara sepotong-potong dengan susah payah dan tidak akurat

(afasia Brocca, tidak fasih dan ekspresif).

2. Afasia sensoris. Kehilangan kemampuan organik untuk mengerti arti

kata; bicara spontan dan lancar, tetapi membingungkan dan yang bukan-

bukan (afasia Wernicke, fasih dan reseptif ).

3. Afasia nominal. Kesulitan untuk menemukan nama yang tepat untuk

suatu benda ( afasia anomia, dan amnestik )

4. Afasia sintatikal. Ketidakmampuan untuk kata-kata dalam urutan yang

tepat.

5. Afasia logat khusus. Kata – kata yang dikeluarkan semuanya

neologistik; kata-kata yang bukan – bukan dan diulangi dengan berbagai

intonasi dan nada suara.

6. Afasia global. Kombinasi afasia yang sangat tidak fasih dan afasia fasih

yang berat.

7. Alogia. Ketidakmampuan untuk bicara dikarenakan defisiensi mental atau

suatu episode dari demensia.

8. Koprofasia. Penggunaan kata-kata yang vulgar secara tidak sadar dan

bahasa yang mengejutkan ; terdapat pada gangguan Tourette’s dan

beberapa pasien dengn schizophrenia.

Page 14: Istilah Psikiatri New

PERSEPSI

Proses memindahkan stimulasi fisik menjadi informasi psikologis, proses mental

dimana stimulasi sensorik dibawa ke kesadaran.

Gangguan Persepsi

1. Halusinasi. Persepsi sensoris yang palsu dan tidak disertai dengan

stimulasi eksternal yang nyata ; mungkin terdapat atau tidak terdapat

interpretasi waham tentang pengalaman halusinasi.

a. Halusinasi hipnagogik : persepsi sensoris yang palsu yang terjadi saat

akan tertidur, biasanya dianggap fenomena nonpatologis.

b. Halusinasi hipnopompik : persepsi palsu yang terjadi saat terbangun

dari tidur ; biasanya nonpatologis.

c. Halusinasi dengar (audiotoris) : persepsi bunyi yang palsu, biasanya

suara tapi juga bunyi-bunyian lain, seperti musik; merupakan

halusinasi yang paling sering dijumpai pada ganguan psikiatri.

d. Halusinasi visual : persepsi palsu tentang penglihatanyang berupa

citrayang berbentuk (contoh: orang) dan citra yang tidak berbentuk

(contoh : kilatan cahaya) paling sering pada gangguan organik.

e. Halusinasi cium ( olfaktorius ): persepsi membau yang palsu; paling

sering pada ganguan organik.

f. Halusinasi kecap ( gustatorius ) : persepsi tentang rasa kecap yang

palsu; seperti rasa kecap yang tidak menyenangkan yang disebabkan

oleh kejang; paling sering pada gangguan organik.

g. Halusinasi raba ( taktil, haptik ) : persepsi palsu tentang perabaan dan

sensasi permukaan, seperti dari tungkai yang teramputasi (phantom

limb), sensasi adanya gerakan pada atau dibawah kulit (kesemutan).

h. Halusinasi somatik : sensasi palsu tentang sesuatu yang terjad di

dalam atau terhadap tubuh, paling sering berasal dari viseral

(halusinasi kenestetik).

i. Halusinasi liliput : persepsi yang palsu dimana benda-benda tampa

lebih kecil dari ukurannya (mikropsia).

j. Halusinasi sesuai mood ( mood-congruent hallucination ) : isi

halusinasi konsisten dengan mood yang depresi atau manik ( contoh :

pasien manik mendengar suara yang mengtakan bahwa pasien

memiliki harga diri, kekuatan dan pengetahuan yang tinggi, pasien

depresi mendengar suara yang mengatakan bahwa pasien adalah

orang jahat.

Page 15: Istilah Psikiatri New

k. Halusinasi tidak sesuai mood ( mood incongruent hallucination ) : isi

halusinasi tidak sesuai dengan mood yan depresif atau manik

( contoh : pasien depresi , halusinasi tidak melibatkan rasa bersalah,

hukuman yang layak diterima dan ketidakmampuan; pasien manik,

halusinasi tidak melibatkan harga diri dan kekuasaan tinggi ).

l. Halusinosis : paling sering adalah halusinasi dengar, yang

berhubungan dengan penyalahgunaan alkohol kronis dan terjadi dalam

sensorium yang jernih, berbeda dengan delirium tremens ( DTs ), yaitu

halusinasi yang terjadi dalam konteks sensorium yang berkabut.

m. Sinestesia : sensasi atau halusinasi yang disebabkan oleh sensasi lain

( contoh : sensasi auditoris yang disertai atau dicetuskan oleh sensasi

visual; suatu bunyi dialami sebagai sesuatu yang dapat dilihat, suatu

penglihatan dialami sebagai suatu bunyi ).

n. Trailing phenomenon : kelainan persepsi yang berhubungan dengan

obat-obat halusinogen dimana benda yang bergerak dilihat sebagai

sederetan citra yang terpisah dan tidak kontinu.

o. Halusinasi perintah ( command hallucination ) : persepsi yang palsu

terhadap suatu perintah dimana orang tersebut merasa memiliki

kewajiban untuk mematuhi atau tidak dapat menolak.

2. Ilusi. Mispersepsi atau misinterpretasi terhadap stimuli eksternal yang

nyata.

Gangguan Yang Berhubungan Dengan Gangguan Kognitif dan Kondisi

Kesehatan

1. Agnosia. Ketidakmampuan untuk megenali atau menginterpretasikan

kepentingan kesan sensoris.

2. Agnosia Visual. Ketidakmampuan untuk mengenali benda-benda atau

orang.

3. Anosogonia. Ketidakmampuan untuk mengenali suatu defek neurologis

yang terjadi pada dirinya.

4. Somatopagnosia. Ketidakmampuan untuk mengenali suatu bagian tubuh

sebagai milik tubuhnya sendiri (juga disebut autopagnosia).

5. Asteorognosia. Ketidakmampuan untuk mengenali benda melalui

sentuhan.

6. Prosopagnosia. Ketidakmampuan mengenali wajah.

Page 16: Istilah Psikiatri New

7. Apraksia. Ketidakmampuan untuk melakukan tugas tertentu.

8. Simultagnosia. Ketidakmampuan untuk mengenali lebih dari satu elemen

pandang visual pada suatu waktu atau untuk menginterpretasikan bagian-

bagian menjadi keseluruhan.

9. Adiadokinesia. Ketidakmampuan untuk melakukan pergerakan yang

berubah dengan cepat.

10. Aura. Sensasi peringatan seperti hal nya automatisme, rasa penuh di

perut, wajah memerah, dan perubahan pernafasan, sensasi kognitif, dan

status afektif yang biasanya dialami sebelum kejang ; sensasi prodromal

yang mencetus sakit kepala migren klasik.

Gangguan Yang Berhubungan Fenomena Konversi dan Disosiatif

1. Anestesia histerikal. Hilangnya modalitas sensoris yang disebabkan

oleh konflik emosional.

2. Makropsia. Menyatakan bahwa benda – benda tampak lebih besar dari

ukuran sesungguhnya.

3. Mikropsia. Menyatakan bahwa benda – benda lebih kecil dari ukuran

sesungguhnya.

4. Depersonalisasi. Suatu perasaan subyektif bahwa lingkungan adalah

aneh dan tidak nyata atau tidak mengenali diri sendiri.

5. Derealisasi. Suatu perasaan subyektif bahwa lingkungan adalah aneh

dan tidak nyata ; suatu perasaan tentang perubahan realitas.

6. Fugue. Mengambil identitas baru pada amnesia, seringkali termasuk

berjalan–jalan atau berkelana ke tempat yang baru.

7. Kepribadian ganda. Satu orang yang tampak pada waktu yang berbeda

menjadi dua atau lebih kepribadian dan karakter yang sama sekali

berbeda, disebut juga gangguan identitas disosiatif dalam DSM IV.

DAYA INGAT

Fungsi dimana informasi disimpan dalam otak dan selanjutnya diingat kembali

ke kesadaran.

Gangguan Daya Ingat

1. Amnesia. Ketidakmampuan sebagian atau kesluruhan untuk mengingat

pengalaman masa lalu, mungkin berasal dari organik atau emosional.

2. Amnesia anterograd. Amnesia untuk peristiwa yang terjadi setelah suatu

waktu.

Page 17: Istilah Psikiatri New

3. Amnesia retrograd. Amnesia untuk peristiwa yang terjadi sebelum suatu

waktu.

4. Paramnesia. Pemalsuan ingatan oleh distorsi ingatan, terdiri atas : 1)

Fausse Reconnaisance (pengenalan yang palsu), 2) Pemalsuan

retrospektif (ingatan secara tidak diharapkan atau tidak disadari menjadi

terdistorsi saat disaring melalui keadaan emosional, kognitif, dan

pengalaman pasien sekarang), 3) Konfabulasi (pengisian kekosongan

ingatan secara tidak disadari oleh pengalaman yang dibayangkan atau

tidak nyata yang dipercaya oleh pasien tapi tidak mempunyai dasar

kenyataan ; paling sering berhubungan dengan patologi organik, 4) Deja vu

(ilusi pengenalan visual dimana situasi yang baru secara keliru dianggap

sebagai suatu pengulangan ingatan sebelumnya, 5) Deja entendu (ilusi

pengenalan auditorik), 6) Deja pense (ilusi bahwa suatu pikiran baru

dikenali sebagai pikiran yang sebelumnya telah dirasakan atau

diekspresikan, 7) Jamais vu (perasaan palsu tentang ketidak kenalan

terhadap situasi nyata yang telah dialami seseorang).

5. Hiperamnesia. Peningkatan derajat penyimpanan dan pengingatan.

6. Eidetic image. Ingatan visual tentang kejelasan halusinasi.

7. Screen memory. Ingatan yang dapat ditoleransi secara sadar menutupi

ingatan yang menyakitkan.

8. Represi. Suatu mekanisme pertahanan yang ditandai oleh peluapan

secara tidak disadari terhadap gagasan atau impuls yang tidak dapat

diterima.

9. Letologika. Ketidakmampuan sementara untuk mengingat suatu nama

atau suatu kata benda yang tepat.

Tingkat Daya Ingat

1. Immediate. Pengingatan hal – hal yang dirasakan dalam beberapa detik

sampai menit.

2. Recent. Pengingatan peristiwa yang telah lewat beberapa hari.

3. Recent past. Pengingatan peristiwa yang telah lewat beberapa bulan.

4. Remote. Pengingatan peristiwa yang telah lama terjadi.

INTELEGENSIA

Kemampuan untuk mengerti, mengingat, menggerakkan dan menyatukan

secara konstruktif pelajaran sebelumnya dalam menghadapi situasi yang baru.

Page 18: Istilah Psikiatri New

1. Retardasi mental. Kurangnya intelegensia sampai derajat dimana

terdapat gangguan pada kinerja sosial dan kejuruan.

2. Demensia. Pemburukan fungsi intelektual organik dan global tanpa

pengaburan kesadaran. Terdiri atas : 1) diskalkulia/akalkulia (hilangnya

kemampuan untuk melakukan perhitugan yang tidak disebabkan oleh

kecemasan atau gangguan konsentrasi), 2) disgrafia (hilangnya

kemampuan untuk menulis dalam gaya yang kursif ; hilangnya struktur

kata), 3) aleksia (hilangnya kemampuan membaca yang sebelumnya

dimiliki, tidak disebabkan olek gangguan ketajaman penglihatan).

3. Pseudodemensia. Gambaran klinis yang menyerupai demensia yang

tidak disebabkan oleh suatu kondisi organik ; paling sering disebabkan

oleh depresi (sindrom demensia dari depresi).

4. Berpikir konkrit. Berpikir harfiah ; penggunaan kisaran yang terbatas

tanpa pengertian nuansa arti, pikiran satu dimensional.

5. Berpikir abstrak. Ketidakmampuan untuk mengerti nuansa arti ; berpikir

multidimensional dengn kemampuan menggunakan kiasan dan hipotesisi

dengan tepat.

INSIGHT (TILIKAN)

Kemampuan pasien untuk mengerti penyebab sebenarnya dan arti dari suatu

situasi.

1. Intelektual insight. Mengerti kenyataa obyektif tentang suatu keadaan

tanpa kemampuan untuk menerapkan pengetahuan dalam cara yang

berguna untuk mengatasi situasi.

2. True insight. Mengerti kenyataan obyektif tentang suatu situasi, disertai

dengan daya pendorong, motivasi dan emosional untuk mengatasi situasi.

3. Disturbance insight. Menghilangnya kempuan untnuk mengerti

kenyataan obyektif dan dari situasi.

JUDGEMENT (PERTIMBANGAN)

Kemampuan untuk menilai situasi secara benar dan untuk bertindak secara

tepat dalam situasi tersebut.

1. Pertimbangan kritis. Kemampuan unutk menilai, melihat, dan memilih

berbagai pilihan di dalam suatu situasi.

Page 19: Istilah Psikiatri New

2. Pertimbangan otomatis. Kinerja refleks di dalam suatu tindakan.

3. Pertimbangan yang terganggu. Menghilangnya kemampuan untuk

mengerti suatu situasi dengan benar dan bertindak secara tepat.

Page 20: Istilah Psikiatri New