ISPA Adit Artikel
-
Upload
muhammad-amri-kautsar -
Category
Documents
-
view
23 -
download
1
Transcript of ISPA Adit Artikel
Gambaran Usia, Lingkungan Rumah, Tingkat Pendidikan dan Perilaku Keluarga Pada Pasien ISPA Pada Rawat Jalan di
Puskesmas Cikalong
Agli Adhitya Anugrah Putra, Ina Rinawaty, Eka Nurhayati
Abstrak
Berdasarkan hasil Riskesdas tahun 2007 didapatkan prevalensi nasional ISPA di Indonesia adalah 25,5%. Pada Puskesmas Cikalong penyakit ISPA merupakan penyakit paling banyak diderita oleh pasien pengobatan rawat jalan di Puskesmas tersebut yaitu sekitar 40,7%. Banyak faktor yang mempengaruhi kejadian ISPA. Faktor-faktor tersebut diantaranya adalah kondisi sanitasi, polusi udara, keadaan rumah, keadaan sosial ekonomi, dan pengetahuan ibu rumah tangga. Perilaku masyarakat juga berpengaruh terhadap angka kejadian ISPA. Oleh karena itu, peniliti ingin melakukan penelitian tentang gambaran usia, lingkungan rumah, tingkat pendidikan dan perilaku keluarga pada pasien ISPA pada rawat jalan di Puskesmas Cikalong. Penelitian ini bersifat deskriptif dan menggunakan desain cross sectional menggunakan kuisioner tertutup. Penyelenggaraan peneilitian berlangsung sejak 18 September 2013 sampai dengan 12 oktober 2013. Populasi pada penelitian ini adalah semua pengunjung Puskesmas Cikalong yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Pemilihan sampel dilakukan secara simple random sampling. Besarnya sample yang diambil adalah 30 orang. Pengolahan data dilakukan dengan cara deskriptif. Analisis univariat untuk mengetahui deskripsi variabel penelitian menggunakan distribusi frekuensi. Usia, Pendidikan dan perilaku pada masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Cikalong masih rendah sehingga kerentanan terhadap infeksi menular contohnya ISPA masih sangat tinggi. Perilaku merokok didalam rumah masih sangatlah banyak terjadi di masyarakat.
Kata kunci : ISPA, perilaku hidup bersih dan sehat, lingkungan rumah
Abstract
Based on the results obtained Riskesdas 2007 national prevalence of ARI in Indonesia is 25.5%. At the health center Cikalong, most diseases suffered by patients in the outpatient treatment of the health center is a respiratory disease which is about 40.7%. Many factors affect the incidence of ARI. Such factors include the conditions of sanitation, air pollution, the state house, socioeconomic circumstances, and knowledge housewife. People's behavior also affects the incidence of ARI. Hence, researchers want to conduct research on an idea of age, home environment, level of education and family behavior in ARD patients at outpatient health center Cikalong.
This study was descriptive and cross-sectional design using a closed questionnaire. Implementation peneilitian lasted from 18 September 2013 to 12 October 2013. The population in this study were all visitors Cikalong health centers that meet the inclusion and exclusion criteria. The sample selection performed by simple random sampling. The amount of sample taken is 30 people. Data processing performed in a descriptive way. Univariate analysis to determine the description of the study variables using frequency distributions.
Age, education and behavior at the community health center Cikalong in the working area is still low so susceptibility to infectious disease such as acute respiratory infection is still very high. Smoking behavior in the home is still very much going on in the community.
Keywords: ARI, clean and healthy lifestyle, home environment
PENDAHULUAN
Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) merupakan infeksi yang terdapat pada
saluran nafas atas maupun saluran nafas bagian bawah. Penyakit infeksi ini dapat
menyerang semua umur, tetapi bayi dan balita paling rentan untuk terinfeksi
penyakit ini. Penyakit ISPA merupakan penyakit yang sering dijumpai di negara-
negara berkembang, seperti di Indonesia maupun di negara maju. Dimana
berdasarkan hasil Riskesdas tahun 2007 didapatkan prevalensi nasional ISPA di
Indonesia adalah 25,5%. Pada Puskesmas Cikalong penyakit ISPA merupakan
penyakit paling banyak diderita oleh pasien pengobatan rawat jalan di Puskesmas
tersebut yaitu sekitar 40,7%.
ISPA dapat ditularkan melalui air ludah, darah, bersin, udara pernapasan yang
mengandung kuman yang terhirup oleh orang sehat kesaluran pernapasannya.
Infeksi saluran pernapasan bagian atas terutama yang disebabkan oleh virus,
sering terjadi pada cuaca dingin. ISPA yang berlanjut dapat menjadi pneumonia.
Hal ini sering terjadi pada anak-anak terutama apabila terdapat gizi kurang dan
keadaan lingkungan yang kurang bersih.
Berdasarkan penelitian-penelitian yang telah dilakukan diketahui bahwa
banyak faktor yang mempengaruhi kejadian ISPA. Faktor-faktor tersebut
diantaranya adalah kondisi sanitasi, polusi udara, keadaan rumah, keadaan social
ekonomi, dan pengetahuan ibu rumah tangga. Faktor-faktor tersebut merupakan
faktor yang berasal dari luar dan dapat diperbaiki, sehingga dengan memperbaiki
faktor resiko tersebut diharapkan dapat menekan angka kesakitan dan kematian
ISPA.
Perilaku masyarakat juga berpengaruh terhadap angka kejadian ISPA. Terdapat
beberapa perilaku yang tidak baik yang dapat menjadi faktor risiko terjadinya
ISPA, yaitu merokok dalam rumah, tidak mencuci tangan sebelum dan sesudah
makan, setelah buang air besar ataupun buang air kecil, dan setelah melakukan
pekerjaan, dan tidak memberikan ASI eksklusif.
Oleh karena itu, peniliti ingin melakukan penelitian tentang gambaran keadaan
tempat tinggal, tingkat pendidikan dan perilaku keluarga pada pasien ISPA pada
rawat jalan di Puskesmas Cikalong.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini bersifat deskriptif dan menggunakan desain cross sectional
menggunakan kuisioner tertutup. Penelitian ini akan dilangsungkan di
Puskesmas Cikalong. Penyelenggaraan peneilitian berlangsung sejak 18
September 2013 sampai dengan 12 oktober 2013. Populasi pada penelitian ini
adalah semua pengunjung Puskesmas Cikalong yang memenuhi kriteria
inklusi dan eksklusi.
Pemilihan sampel dilakukan secara simple random sampling. Semua
pengunjung yang datang ke Puskesmas Cikalong serta memenuhi kriteria inklusi
dan eksklusi selama waktu pengambilan data dapat ikut serta dalam penelitian.
Besarnya sample yang diambil adalah 30 orang. Sample ini telah ditentukan
oleh institusi pendidikan dimana peneliti berada. Syarat kriteria inklusi yang
digunakan pada penelitian ini yaitu, pengunjung yang sedang menunggu obat,
bersedia mengisi kuesioner, pengunjung yang di diagnosa ISPA oleh tenaga
medis yang memeriksa. Kriteria eksklusi yaitu, kriteria eksklusi pada penelitian
ini adalah pengunjung yang bukan warga wilayah kerja Puskesmas Cikalong.
Pengambilan responden dilapangan dengan cara convenience. Pengumpulan data
dilakukan dengan wawancara langsung terhadap responden dengan menggunakan
kuesioner tertutup terstruktur yang telah dipersiapkan. Pengolahan data dilakukan
dengan cara deskriptif. Analisis univariat untuk mengetahui deskripsi variabel
penelitian menggunakan distribusi frekuensi.
HASIL
Hasil dari penelitian ini merupakan gambaran dari tingkat pendidikan, usia,
lingkungan rumah, dan perilaku dari responden.
Tabel 1 Karakteristik Usia Pada Pasien ISPA
Usia (tahun) Jumlah 0-12 913-24 825-36 437-50 2>50 7
Berdasarkan tabel 1 dapat disimpulkan bahwa usia pasien rawat jalan yang di
diagnosa ISPA di Puskesmas Cikalong paling banyak adalah berusia 0-12 tahun
dengan jumlah 9 orang. Usia paling sedikit adalah berusia 37-50 tahun dengan
total 2 orang.
Tabel 2 Karakteristik Tingkat Pendidikan Pada Pasien ISPA
Tingkat pendidikan Jumlah SD 17SMP dan sederajat 7SMA dan sederajat 5Sarjana 1
Berdasarkan tabel 2 dapat disimpulkan bahwa tingkat pendidikan pada pasien
ISPA di Puskesmas Cikalong paling banyak adalah SD dengan jumlah 17 orang.
Tingkat pendidikan paling sedikit dalah sarjana yaitu S1.
Tabel 3 Karakteristik Lingkungan Rumah Pada Pasien ISPA
Karakteristik Rumah Baik BurukKepadatan penghuni 14 16Jumlah kamar 19 11Pencahayaan 24 6kelembaban 14 16Ventilasi 25 5Dapur 18 12Jumlah 114 66
Berdasarkan tabel 3 dapat disimpulkan bahwa karakter lingkungan rumah pada
pasien ISPA di Puskesmas Cikalong baik dengan total 114. Pada hasil tersebut
total ventilasi yang baik merupakan aspek paling banyal pada pasien ISPA. Pada
aspek kepadatan dan kelembaban rumah dinilai buruk pada pasien ISPA dengan
total masing-masing 16 orang.
Tabel 4 Karakteristik Perilaku Pada Pasien ISPA
Perilaku Ya Tidak
Anggota keluarga yang merokok di dalam rumah
23 7
Seringnya cuci tangan sebelum dan sesudah makan dan juga sebelum dan setelah aktivitas
20 10
Makan-makanan yang bergizi
12 18
Pada tabel 4 dapat dilihat bahwa banyaknya perilaku anggota keluarga yang
merokok di dalam rumah sebanyak 23 orang. Pada perilaku mencuci tangan pada
anggota keluarga 20 orang. Pada perilaku makan-makan yang bergizi sebanyak 12
orang.
DISKUSI
Pada penelitian ini dapat dilihat gambaran usia, tingkat pendidikan, lingkungan
rumah dan perilaku pada pasien rawat jalan yang di diagnosa ISPA di Puskesmas
Cikalong. Pada karakteristik usia dapat dilihat bahwa pasien rawat jalan yang
paling banyak didiagnosa ISPA di Puskesmas Cikalong berusia 0-12 tahun. Hal
ini dapat disimpulkan bahwa angka kejadian ISPA yang terjadi di wilayah kerja
Puskesmas Cikalong merupakan masyarakat dengan usia rentan. Usia 0-12 tahun
merupakan usia rentan terjadinya suatu penyakit infeksi, hal ini terbukti dari hasil
penelitian ini.
Berdasarkan tingkat pendidikan dapat disimpulkan bahwa pasien rawat jalan
yang didiagnosa ISPA di Puskesmas Cikalong rata-rata berpendidikan rendah
yaitu SD. Hal ini berhubungan dengan tingkat kejadian ISPA karena pada
masyarakat dengan tingkat pendidikan rendah maka kurang mengetahui tentang
bahaya ISPA, cara penularan dan juga pencegahannya.
Berdasarkan karakteristik lingkungan rumah dapat disimpulkan bahwa
lingkungan rumah pasien rawat jalan yang didiagnosa ISPA di Puskesmas
Cikalong baik. Namun ada bebarapa aspek yang dinilai kurang yaitu tingkat
kepadatan dan juga kelembaban. Tingkat kepadatan yang buruk serta kelembaban
yang buruk dapat meningkatkan angka kejadian ISPA. Hal ini berpengaruh
terhadap penularan terhadap sesama anggota keluarga dan juga terhadap
perkembangbiakan mikroorganisme penyebab infeksi.
Berdasarakan perilaku hidup bersih dan sehat pada pasien rawat jalan yang di
diagnosa ISPA di Puskesmas Cikalong dapat dilihat bahwa masih banyaknya
pasien ataupun anggota pasien yang merokok didalam rumah. Hal ini dapat
berpengaruh terhadap tingginya angka kejadian ISPA. Fungsi dari pertahanan
tubuh pada sistem pernafasan baik pada perokok aktif maupun perokok pasif
sehingga akan mudahnya mikroorganisme menginfeksi saluran pernafasan.
Berdasarkan perilaku makan-makanan bergizi juga dapat dilihat bahwa lebih
banyak masyarakat yang mengkonsumsi makan-makanan yang bergizi. Hal ini
mungkin berhubungan dengan tingkat pendidikan rata-rata yang rendah. Makanan
bergizi sangat penting untuk meningkatkan sistem kekebalan tubuh pada tubuh
manusia, sehingga apabila tubuh manusia kurang mengkonsumsi makanan yang
bergizi maka kemungkinan terserang penyakit contohnya ISPA akan lebih besar.
SIMPULAN
Usia, Pendidikan dan perilaku pada masyarakat di wilayah kerja Puskesmas
Cikalong masih rendah sehingga kerentanan terhadap infeksi menular contohnya
ISPA masih sangat tinggi. Perilaku merokok didalam rumah masih sangatlah
banyak terjadi di masyarakat. Hal ini sangat berpengaruh terhadap kesehatan
individu maupun keluarga dimana dapat dilihat dari angka kejadian ISPA pada
wilayah kerja Puskesmas Cikalong yang di dominasi oleh pasien anak-anak.
Kejadian ISPA pada anak-anak di wilayah kerja Puskesmas Cikalong mungkin
dapat disebabkan oleh faktor internal dan eksternal. Faktor internal yaitu faktor
kekebalan tubuh pada pasien anak-anak, sedangkan faktor eksternal disebabkan
oleh perilaku hidup keluarga dan juga lingkungan rumah salah satunya merokok
dalam rumah.
Ucapan Terima Kasih
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Dinas Kesehatan Kabupaten
Bandung, Kepala Puskemas Cikalong beserta seluruh staf, dosen pembimbing
pada bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat di Universitas Islam Bandung dan
seluruh respoonden yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan penelitian
artikel ini.