Isi

124
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Fenomena-fenomena di masa lalu telah melahirkan konsep pembangunan yang sedikit berbeda di masa sekarang. Pembangunan yang cenderung mengarah pada sentralisasi kekuasaan dan pengambilan keputusan dari atas ke bawah (top-down) kini mulai diminimalkan, dan muncul konsep pembangunan alternatif yang menekankan pentingnya pembangunan berbasis masyarakat (community based development), yang bersifat bottom up dan menggunakan pendekatan lokalitas yaitu pembangunan yang menyatu dengan budaya lokal serta menyertakan partisipasi masyarakat lokal bukan memaksakan suatu model pembangunan dari luar (Zubaedi, 2007 : 10). Prinsip pelayanan publik harus dilaksanakan oleh jenjang pemerintahan yang sedekat mungkin kepada rakyat. Itu berarti pemerintah desa adalah sebagai ujung tombak 1

description

UU Desa

Transcript of Isi

Page 1: Isi

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Fenomena-fenomena di masa lalu telah melahirkan konsep pembangunan

yang sedikit berbeda di masa sekarang. Pembangunan yang cenderung

mengarah pada sentralisasi kekuasaan dan pengambilan keputusan dari atas ke

bawah (top-down) kini mulai diminimalkan, dan muncul konsep

pembangunan alternatif yang menekankan pentingnya pembangunan berbasis

masyarakat (community based development), yang bersifat bottom up dan

menggunakan pendekatan lokalitas yaitu pembangunan yang menyatu dengan

budaya lokal serta menyertakan partisipasi masyarakat lokal bukan

memaksakan suatu model pembangunan dari luar (Zubaedi, 2007 : 10).

Prinsip pelayanan publik harus dilaksanakan oleh jenjang pemerintahan yang

sedekat mungkin kepada rakyat. Itu berarti pemerintah desa adalah sebagai

ujung tombak pemerintah pusat dalam melaksanakan pembangunan,

pelayanan publik, dan pemberdayaan masyarakat karena pemerintah desa

merupakan tingkat pemerintahan terkecil yang berhadapan langsung dengan

rakyat (Drs. Joelino,2013).

Otonomi daerah sebagaimana dituangkan dalam Undang-Undang No.32

Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah maupun Undang-Undang No.33

Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Pusat-Daerah sejak wacana itu

ada memperoleh sambutan positif dari semua pihak, dengan segenap harapan

1

Page 2: Isi

2

bahwa melaui otonomi daerah akan dapat merangsang terhadap adanya upaya

untuk menghilangkan praktek-praktek sentralistik yang pada satu sisi

dianggap kurang menguntungkan bagi daerah dan penduduk lokal. Prinsip

otonomi daerah menggunakan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam arti

daerah diberikan kewenangan mengurus dan mengatur semua urusan

pemerintahan di luar yang menjadi urusan Pemerintah yang ditetapkan dalam

Undang-Undang.

Proses desentralisasi yang telah berlangsung telah memberikan penyadaran

tentang pentingnya kemandirian daerah yang bertumpu pada pemberdayaan

potensi lokal. Meskipun pada saat ini kebijakan yang ada masih menitik-

beratkan otonomi pada tingkat Kabupaten/Kota, namun secara esensi

sebenarnya kemandirian tersebut harus dimulai dari level pemerintahan

ditingkat paling bawah, yaitu desa.

Pemerintah desa diyakini lebih mampu melihat prioritas kebutuhan

masyarakat dibandingkan Pemerintah Kabupaten yang secara nyata memiliki

ruang lingkup permasalahan lebih luas dan rumit. Untuk itu, pembangunan

pedesaan yang dilaksanakan harus sesuai dengan masalah yang dihadapi,

potensi yang dimiliki, aspirasi masyarakat dan prioritas pembangunan

pedesaan yang telah ditetapkan. Pemerintah kemudian mengeluarkan

Peraturan Pemerintah No. 72 Tahun 2005 tentang Desa dan Peraturan Menteri

Dalam Negeri Nomor 37 tahun 2007 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan

Desa. Pemerintah daerah mempunyai kewenangan yang lebih luas dalam

pengelolaan daerahnya. Salah satu bentuk kepedulian pemerintah terhadap

Page 3: Isi

3

pengembangan wilayah pedesaaan adalah adanya anggaran pembangunan

secara khusus yang dicantumkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja

Daerah (APBD) untuk pembangunan wilayah pedesaan, yakni dalam bentuk

Alokasi Dana Desa (ADD). Inilah yang kemudian melahirkan suatu proses

baru tentang desentralisasi desa diawali dengan digulirkannya Alokasi Dana

Desa (ADD).

Selama ini, pembangunan desa masih banyak bergantung dari pendapatan

asli desa dan swadaya masyarakat yang jumlah maupun sifatnya tidak dapat

diprediksi. Oleh karena itu untuk menunjang pembangunan di wilayah

pedesaan, pemerintah pusat mengarahkan kepada beberapa kabupaten untuk

melakukan pengalokasian dana langsung ke desa dari APBD-nya. Kebijakan

pengalokasian dana langsung ke desa ini disebut sebagai kebijakan Alokasi

Dana Desa (ADD). Alokasi Dana Desa (ADD) adalah dana yang dialokasikan

oleh Pemerintah Kabupaten untuk desa, yang bersumber dari bagian dana

perimbangan keuangan pusat dan daerah yang diterima oleh Kabupaten (Drs.

Joelino,2013). Menurut Drs.Joelino (2013) tujuan dari Alokasi Dana Desa

(ADD) ini adalah untuk :

1. Meningkatkan penyelenggaraan pemerintahan desa dalam

melaksanakan pelayanan pemerintahan, pembangunan, dan

kemasyarakatan sesuai kewenangannya.

2. Meningkatkan kemampuan lembaga kemasyarakatan di desa dalam

perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian pembangunan secara

partisipatif sesuai dengan potensi desa.

Page 4: Isi

4

3. Meningkatkan pemerataan pendapatan, kesempatan bekerja dan

kesempatan berusaha bagi masyarakat desa.

4. Mendorong peningkatan swadaya gotong royong masyarakat desa.

Pemerintah mengharapkan kebijakan Alokasi Dana Desa ini dapat

mendukung pelaksanaan pembangunan partisipatif berbasis masyarakat dalam

upaya pemberdayaan masyarakat pedesaan sekaligus memelihara

kesinambungan pembangunan di tingkat desa. Dengan adanya Alokasi Dana

Desa, desa memiliki kepastian pendanaan sehingga pembangunan dapat terus

dilaksanakan tanpa harus terlalu lama menunggu datangnya dana bantuan dari

pemerintah pusat (Drs.Joelino,2013).

Sadu Wasistiono (2002) menegaskan bahwa Pengakuan secara yuridis

terhadap kewenangan Desa tidak akan banyak artinya apabila tidak didukung

dengan pemberian sumber-sumber pembiayaan serta upaya pemberdayaan

secara konseptual dan berkesinambungan. Sebab pada dasarnya pembiayaan

akan mengikuti fungsi-fungsi yang dijalankan  (money follows function).Maka

pemberian Alokasi Dana Desa (ADD) merupakan wujud dari pemenuhan hak

desa untuk menyelenggarakan otonominya dalam rangka terwujudnya

pertumbuan dan perkembangan antar Desa secara merata, Untuk itu harus

dapat dibangun suatu kebijakan pengelolaan dan penentuan besaran Alokasi

Dana Desa dalam rangka penguatan pelaksanaan otonomi desa.

Desa adalah desa dan desa adat atau yang disebut dengan nama lain,

selanjutnya disebut Desa, adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki

batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan

Page 5: Isi

5

pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat berdasarkan prakarsa

masyarakat, hak asal usul, dan/atau hak tradisional yang diakui dan dihormati

dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia (Undang

Undang No 6 Tahun 2014, pasal 1 ayat 1).

Pemerintahan Desa adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan dan

kepentingan masyarakat setempat dalam sistem pemerintahan Negara

Kesatuan Republik Indonesia(Undang Undang No 6 Tahun 2014, pasal 1 ayat

2).Undang-Undang Desa adalah seperangkat aturan mengenai penyelenggaran

pemerintah desa dengan pertimbangan telah berkembang dalam berbagai

bentuk sehingga perlu dilindungi dan diberdayakan agar menjadi kuat, maju,

mandiri, dan demokratis sehingga dapat menciptakan landasan yang kuat

dalam melaksanakan pemerintahan dan pembangunan menuju masyarakat

yang adil, makmur, dan sejahtera.Undang-Undang ini juga mengatur materi

mengenai Asas Pengaturan, Kedudukan dan Jenis Desa, Penataan Desa,

Kewenangan Desa, Penyelenggaraan Pemerintahan Desa, Hak dan Kewajiban

Desa dan Masyarakat Desa, Peraturan Desa, Keuangan Desa dan Aset Desa,

Pembangunan Desa dan Pembangunan Kawasan Perdesaan, Badan Usaha

Milik Desa, Kerja Sama Desa, Lembaga Kemasyarakatan Desa dan Lembaga

Adat Desa, serta Pembinaan dan Pengawasan.Selain itu, Undang-Undang ini

juga mengatur dengan ketentuan khusus yang hanya berlaku untuk Desa Adat

sebagaimana diatur dalam Bab XIII.Undang undang ini juga mempunyai

keistimewaan (http://kartonmedia.blogspot.com/2014/02/keistimewaan-

Page 6: Isi

6

undang-undang-desa-terbaru.html dikutip pada tanggal 28 Oktober 2014)

antara lain :

Dana Milyaran Rupiah akan masuk ke Desa, dengan disahkannya Undang-

Undang Desa maka tiap Desa akan mendapatkan kucuran dana dari

pemerintah pusat melalui APBN lebih kurang 1 Milyar per tahun. Ini bisa kita

baca pada pasal 72 ayat (1) mengenai sumber pendapatan desa, dalam huruf d.

disebutkan "alokasi dana desa yang merupakan bagian dari dana perimbangan

yang diterima Kabupaten/Kota". Selanjutnya dalam ayat (4) pasal yang sama

disebutkan "Alokasi dana Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d

paling sedikit 10% (sepuluh perseratus) dari dana perimbangan yang diterima

Kabupaten/Kota dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah setelah

dikurangi Dana Alokasi Khusus".

Undang Undang Desa juga mengatur tentang alokasi dana dari pemerintah

pusat. Selama ini tidak pernah ada anggaran dari pusat. Jumlahnya sebesar

10% dari dana per daerah, Kira-kira sekitar Rp700 juta untuk tiap Desa per

tahunnya (Wakil Ketua DPR RI, Priyo Budi Santoso). Sementara itu jumlah

10 persen dari dana perimbangan yang diterima Kabupaten/Kota dalam

anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah setelah  dikurangi Dana Alokasi

Khusus harus diberikan ke Desa. Dana sekitar Rp104,6 triliun ini dibagi

sekitar 72.000 desa. Sehingga total Rp1,4 miliar per tahun per Desa (Wakil

Ketua Pansus RUU Desa, Budiman Sudjatmiko). Jumlahnya akan ditentukan

berdasarkan letak geografis, jumlah penduduk dan tingkat kemiskinan. Dana

itu diajukan desa melalui BPD (badan Permusyawaratan Desa) yang

Page 7: Isi

7

anggotanya merupakan wakil dari penduduk desa berdasarkan keterwakilan

wilayah dan ditetapkan secara demokratis. BPD merupakan badan

permusyawaratan di tingkat desa yang turut membahas dan menyepakati

berbagai kebijakan dalam penyelenggaraan Pemerintah Desa dan BPD harus

menyelengggaran rapat setahun sekali.

Selain Dana Milyaran Rupiah, keistimewaan berikutnya adalah

menyangkut penghasilan tetap Kepala Desa. Menurut Pasal 66 Kepala Desa

atau yang disebut lain (Nagari) memperoleh gaji dan penghasilan tetap setiap

bulan. Penghasilan tetap kepala desa dan perangkat desa bersumber dari dana

perimbangan dalam APBN yang diterima oleh kabupaten/kota ditetapkan oleh

APBD. Selain penghasilan tetap yang dimaksud, Kepala Desa dan Perangkat

Desa juga memperoleh jaminan kesehatan dan penerimaan lainya yang sah.

Selain dua hal sebagaimana tersebut diatas, dalam UU Desa tersebut akan

ada pembagian kewenangan tambahan dari pemerintah daerah yang

merupakan kewenangan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat yaitu

adanya peluang desa untuk mengatur penerimaan yang merupakan pendapatan

desa yaitu sebagaimana diatur dalam Pasal 72 UU Desa. Selama ini, Kepala

desa menjadi pesuruh camat, bupati. Tapi hari ini jadi raja dan penentu sendiri,

jadi Kepala Desa yang berkuasa penuh mengatur dan membangun desanya,

( Anggota Panitia Kerja Rancangan Undang-Undang Desa, Bachruddin

Nasori).

Dengan Undang-Undang Desa yang baru masa jabatan Kepala Desa

adalah 6 tahun dan dapat dapat menjabat paling banyak 3 (tiga) kali masa

Page 8: Isi

8

jabatan secara berturut-turut atau tidak secara berturut-turut (pasal 39).

Demikian juga dengan masa jabatan Badan Permusyawaratan Desa, mereka

bisa menjabat paling banyak tiga kali masa jabatan, baik secara berturut turut

maupun tidak berturut-turut. Hal Ini berbeda dengan Undang-Undang yang

berlaku sebelumnya yaitu UU Nomor 32 Tahun 2004 dimana Kepala Desa

dan BPD hanya bisa menjabat paling banyak 2 (dua) kali masa jabatan.

Menurut pasal 55 UU Desa yang baru, Badan Permusyawaratan Desa

mempunyai fungsi:

1. Membahas dan menyepakati Rancangan Peraturan Desa bersama

Kepala Desa.

2. Menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat Desa.

3. Melakukan pengawasan kinerja Kepala Desa.

Disini ada penambahan fungsi BPD yaitu pada huruf c yaitu melakukan

pengawasan kinerja Kepala Desa. Hal ini berbeda dengan Undang-Undang

Nomor 32 Tahun 2004,dimana dalam pasal 209 disebutkan Badan

Permusyawaratan Desa berfungsi menetapkan peraturan desa bersama kepala

desa, menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat.

Salah satu poin yang paling krusial dalam pembahasan RUU Desa, adalah

terkait alokasi anggaran untuk desa, di dalam penjelasan Pasal 72 Ayat 2

tentang Keuangan Desa.Jumlah alokasi anggaran yang langsung ke desa,

ditetapkan sebesar 10 persen dari dan di luar dana transfer daerah.Kemudian

dipertimbangkan jumlah penduduk, angka kemiskinan, luas wilayah, kesulitan

geografi.Hal ini dalam rangka meningkatkan masyarakat desa karena

Page 9: Isi

9

diperkirakan setiap desa akan mendapatkan dana sekitar 1.4 miliar

berdasarkan perhitungan dalam penjelasan UU desa yaitu, 10 persen dari dan

transfer daerah menurut APBN untuk perangkat desa sebesar Rp. 59, 2 triliun,

ditambah dengan dana dari APBD sebesar 10 persen sekitar Rp. 45,4

triliun.Total dana untuk desa adalah Rp. 104, 6 triliun yang akan dibagi ke 72

ribu desa se Indonesia.

Selain dana dari pemerintah, desa juga mempunyai sumber pendapatan

lain yaitu dari Badan Usaha Milik Desa(BUMDes). Badan Usaha Milik Desa

adalah Lembaga Usaha Desa yang dikelola oleh Masyarakat dan Pemerintah

Desa dalam upaya memperkuat perekonomi desa dan di bentuk berdasarkan

kebutuhan dan potensi desa (Maryunani 2008).

Ciri Utama BUMDes dengan Lembaga Ekonomi Komersil lainya,sebagai

berikut :

1. Badan Usaha ini dimiliki oleh desa dan dikelola bersama.

2. Modal bersumber dari desa sebesar 51% dan dari masyarakat sebesar

49% melalui penyerataan modal (Saham atau andil).

3. Operasionalisasinya menggunakan falsafah bisnis yang berakar dari

budaya lokal.

4. Bidang usaha yang dijalankan berdasarkan pada potensi dan informasi

pasar

5. Keuntungan yang di peroleh di tunjukan untuk meningkatkan

kesejaktraan anggota (Penyetara Modal ) dan masyarakat melalui

kebijakan desa.

Page 10: Isi

10

6. Difasilitasi oleh Pemerintah Propinisi,Pemerintah Kabupaten dan

Pemerintahaan Desa.

7. Operasionalisasi di kontrol secara bersama oleh BPD,Pemerintah Desa

dan Anggota)

BUMDes sebagai suatu lembaga ekonomi modal usahanya dibangun atas

inisiatif masyarakat dan menganut asas mandiri. Ini berarti pemenuhan modal

usaha BUMDes harus bersumber dari masyarakat. Meskipun demikian, tidak

menutup kemungkinan BUMDes dapat mengajukan pinjaman modal kepada

pihak luar, seperti dari Pemerintah Desa atau pihak lain, bahkan melalui pihak

ketiga. Ini sesuai dengan peraturan per undang-undangan (UU 32 tahun 2004

tentang Pemerintahan Daerah Pasal 213 ayat 3). Penjelasan ini sangat penting

untuk mempersiapkan pendirian BUMDes, karena implikasinya akan

bersentuhan dengan pengaturannya dalam Peraturan Daerah (Perda) maupun

Peraturan Desa (Perdes).Tujuan pendirian BUMDes,diantaranya sebagai

berikut :

1. Meningkatkan Perekonomian Desa.

2. Meningkatkan Pendapatan asli Desa.

3. Meningkatkan Pengelolaan potensi desa sesuai dengan kebutuhan

masyarakat.

4. Menjadi tulang punggung pertumbuhan dan pemerataan ekonomi desa.

BUMDes merupakan pilar kegiatan ekonomi di desa yang berfungsi

sebagai lembaga sosial (social institution) dan komersial (commercial

institution). BUMDes sebagai lembaga sosial berpihak kepada kepentingan

Page 11: Isi

11

masyarakat melalui kontribusinya dalam penyediaan pelayanan sosial.

Sedangkan sebagai lembaga komersial bertujuan mencari keuntungan melalui

penawaran sumberdaya lokal (barang dan jasa) ke pasar. Dalam menjalankan

usahanya prinsip efisiensi dan efektifitas harus selalu ditekankan. BUMDes

sebagai badan hukum, dibentuk berdasarkan tata perundang-undangan yang

berlaku, dan sesuai dengan kesepakatan yang terbangun di masyarakat desa.

Dengan demikian, bentuk BUMDes dapat beragam di setiap desa di Indonesia.

Ragam bentuk ini sesuai dengan karakteristik lokal, potensi, dan sumberdaya

yang dimiliki masing-masing Desa.

Sesuai dengan amanat Undang Undang No 17 Tahun 2003, pemerintah

menerbitkan Peraturan Pemerintah No 24 Tahun 2005 yang diperbarui dengan

Peraturan Pemerintah No 24 Tahun 2010 tentang Standart Akuntansi

Pemerintah (SAP). SAP merupakan prinsip-prinsip akuntansi yang diterapkan

dalam menyusun dan menyajikan laporan keuangan pemerintah. Dengan

demikian SAP merupakan persyaratan yang mempunyai kekuatan hukum

dalam upaya meningkatkan kualitas laporan keuangan pemerintah Indonesia.

Sopian Hadi (2014) mengatakan bahwa agar penyelenggaraan

pemerintahan di desa berjalan lancar, pemerintah perlu melakukan pembinaan

serta pengawasan jalannya pemerintahan di desa. Pemerintah bisa

mendelegasikan pembinaan dan pengawasannya kepada pemerintah provinsi

atau pemerintah kabupaten/kota. Pembinaan dan Pengawasan tersebut bisa

dilakukan dengan cara melakukan pengawasan dalam penetapan anggaran,

evaluasi anggaran dan pertanggungjawaban anggaran, melakukan

Page 12: Isi

12

pendampingan dalam perencanaan, pelaksanaan, dan pemantauan

pembangunan desa, melakukan peningkatan kapasitas kepala desa, perangkat

desa, dan Badan Permusyawaratan Desa serta memberikan sanksi atas

penyimpangan yang dilakukan oleh Kepala Desa.

Peningkatan kapasitas kepala desa bisa dilakukan dengan melakukan

pelatihan-pelatihan yang diadakan oleh pemerintah kabupaten/kota dan atau

pemerintah provinsi. Sejauh ini pemerintah provinsi telah mengadakan

pelatihan kepada kepala desa sejawa timur yang diadakan mulai bulan

September lalu. Pelatihan ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas dan

kapasitas kepala desa dalam mengimplementasikan undang undang desa.

Pelatihan ini berisi tentang perencanaan penyelenggaraan desa sampai

pembinaan dan pengawasan penyelenggaran desa serta pengadaan barang dan

jasa. Pelatihan atau diklat ini diharapkan keuangan desa dapat dikelola dengan

baik dan dapat dipertanggungjawabkan, sehingga dana desa atau keuangan

desa dapat berjalan ekonomis,efektif dan efesien.

B. Rumusan Masalah

Dari uraian diatas maka dapat ditarik rumusan masalah sebagai berikut:

1. Apakah kepala Desa dan Perangkat Desa mengerti dan paham tentang

Undang Undang Nomor 6 tahun 2014 tentang Desa?

2. Apakah Kepala Desa dan Perangkat Desa siap untuk

mengimplementasikan UndangUndang Nomor 6 tahun 2014 tentang

Desa didaerah masing-masing?

Page 13: Isi

13

C. Tujuan Penelitian

1. Peneliti ingin mengetahui pemahaman Kepala Desa dan Perangkat

Desa tentang Undang Undang Desa Nomor 6 Tahun 2014.

2. Peneliti ingin mengetahui kesiapan Kepala Desa dan Perangkat Desa

dalam implementasi Undang Undang Nomor 6 tahun 2014 tentan Desa

didaerah masing-masing.

D. Manfaat penelitian

Dari uraian di atas penelitian inimempunyai manfaat :

1. Bagi Pemerintah Daerah

Penelitian ini digunakan Pemerintah Daerah dalam mengambil keputan

tentang kesiapan Kepala Desa dan Perangkat Desa dalam menghadapi

implementasi Undang Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa.

2. Bagi Universitas.

a. Penelitian ini dapat menambah khasanah peneliti dalam

perkembangan ilmu pengetahuan bidang akuntansi sector publik.

b. Penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi bagi peneliti

berikutnya.

3. Bagi Peneliti

a. Penelitian ini dapat menambah pengetahuan tentang implementasi

Undang Undang Desa.

b. Sebagai sarana untuk meningkatkan pengetahuan yang pernah

didapatdari buku atau sumber lainnya.

Page 14: Isi

14

E. Ruang Lingkup Penelitian

Dalam penelitian ini permasalahan akan dibatasi agar tidak menyimpang

dari maksut penelitian. Adapun hal yang membatasi penelitian ini adalah :

1. Penelitian ini berpusat pada penganggaran dan atau keuangan desa.

2. Obyek Penelitian dilakukan di Desa se Kecamatan Dagangan

Kabupaten Madiun.

3. Subyek dalam penelitian ini adalah Kepala Desa dan Perangkatnya.

Page 15: Isi

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Kajian Penelitian Terdahulu

Dalam penelitian yang dilakukan oleh Okta Rosalinda tahun 2014 dengan

judul Pengelolaan Alokasi Dana Desa Dalam Menunjang Pembangunan

Pedesaan. Hasil dari penelitian ini adalah ADD berperan dalam program

pembangunan di tingkat desa terutama pembangunan secara fisik sehingga

tidak mengherankan kalau program-program pemberdayaan masyarakat yang

ada di desa pembiayaannya sebagian berasal dari ADD. Namun pelaksaaan

pembangunan masih belum maksimal, karena perolehan ADD masih belum

bisa mencakup atau membiayai pembangunan yang ada di desa. Sebagai

pelaksanaan ADD di desa pasti menemukan hambatan dan faktor pendukung

keberhasilan ADD. Beberapa faktor pendukung pelaksanaan ADD dapat

dirinci sebagai berikut: a) Potensi penerimaan desa yang mendukung

berdampak signifikan dalam menunjang keberhasilan atau efektivitas

pembangunan masyarakat di desa Segodorejo dan desa Ploso Kerep baik

pembangunan masyarakat di bidang sumberdaya manusia, lingkungan maupun

ekonomi; dan b) Dukungan kebijakan pemerintah yang diterapkan di desa.

Dukungan kebijakan pemerintah terhadap pelaksanaan ADD di desa

menjadikan arah pelaksanaan ADD menjadi baik dan sesuai dengan aturan.

Faktor yang menghambat pelaksanaan ADD di desa meliputi beberapa hal

yaitu:

15

Page 16: Isi

16

1. Kualitas sumber daya aparatur yang dimiliki desa pada umumnya

masih rendah.

2. Belum sempurnanya kebijakan pengaturan tentang organisasi

pemerintah desa.

3. Rendahnya kemampuan perencanaan ditingkat desa, sering berakibat

pada kurangnya sinkronisasi antara output (hasil/keluaran)

implementasi kebijakan dengan kebutuhan dari masyarakat yang

merupakan input dari kebijakan.

4. Sarana dan prasarana penunjang operasional administrasi pemerintah

masih sangat terbatas, selain mengganggu efisiensi dan efektivitas

pelaksanaan pekerjaan, juga berpotensi menurunkan motivasi aparat

pelaksana, sehingga pada akhirnya menghambat pencapaian tujuan,

tugas dan pekerjaan.

5. Kurang maksimal kemampuan sumber daya manusia yang memiliki

peran dalam pengelolaan alokasi dana desa sehingga perlu

ditingkatkan lagi, sarana prarasarana yang kurang menunjang karena

terbatasnya dana ADD.

Purwitasari dkk. (2013) dalam penelitiannya yang berjudul Analisis

Perbandingan dan Analisis Sumber Serta Penggunaan Dana pada APBDes

Sleman. Hasil dari penelitian ini adalah analisis perbandingan dan analisis

sumber serta penggunaan dana yang dapat digunakan untuk mengetahui

kinerja keuangan desa (APBDes).

Page 17: Isi

17

Sari(2014) dalam penelitiannya yang berjudul Pengaruh Penerapan

Standart Akuntansi Pemerintahan Terhadap Kualitas Laporan Keuangan

Pemerintah Daerah. Hasil dari penelitian ini adalah bahwa akuntabilitas,

manajemen, transparansi, keseimbangan antar generasi dan evaluasi kinerja

berpengaruh terhadap laporan keuangan.

Persamaan dari penilitian satu dan dua tersebut dengan penelitian ini

adalah teknik pengumpulan datanya. Teknik pengumpulan data dilakukan

dengan wawancara dan dokumentasi. Perbedaannya terletak pada metode

analisis data yang digunakan. Penelitian kedua diatas menggunakan metode

triangulasi, sedangkan penelitian ini menggunakan metode statistik yaitu

deferensi konstribusi tunggal. Sedangkan dengan penelitian ketiga ada

kesinambungan bahwa dalam menyususn laporan keuangan dan pertanggung

jawaban harus akuntabilitas dan transparan baik pemerintah pusat daerah

maupun pemerintah desa. Pemerintah desa tidak ada standart yang mengatur

tentang pengelolaan keuangan tetapi berupa peraturan yaitu Peraturan Menteri

Dalam Negeri Nomor 37 tahun 2007 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan

Desa.

Dilihat dari penelitian tersebut bahwa dalam penyusunan anggaran dana

desa atau laporan keuangan desa dipengaruhi oleh beberapa faktor, dalam hal

ini adalah pemerintah desa harus transparansi, akuntabilitas, kepala desa dan

BPD dan evaluasi kinerja yang dapat mempengaruhi laporan keuangan desa.

Selain faktor dari dalam desa itu sendiri juga terdapat faktor dari luar desa

Page 18: Isi

18

yaitu peran pemerintah dalam mengatur keuangan yang berada di desa melalui

peraturan atau kebijakan yang berlaku.

B. Landasan Teori

Landasan Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah

1. Teori Akuntansi dan Birokrasi

Birokrasi (bahasa Perancis: bureaucratie) mempunyai arti

bureaucratie atau sistem struktur manajemen pemerintahan negara atau

administrasi besar atau organisasi sesuai dengan kebutuhan atau keinginan

yang kompleks yang ditandai dengan otoritas hirarkis di antara banyak

kantor dengan prosedur yang tetap (http://id. wikipedia.org/wiki/

Birokrasi_di_ Indonesia dikutip pada tanggal 03 Desember 2014).

Wajah birokrasi dari suatu penyelengaraan Negara Indonesia akan

tercermin pada hasil produk yang berupa adanya standar pelayanan

terhadap publik atau masyarakat dalam rangka merasionalisasi birokrasi

akan dapat terwujudnya dengan adanya batasan dan hubungan yang jelas

tentang hak, tanggung jawab, kewajiban, dan kewenangan seluruh pihak

yang terkait dengan penyelenggaraan pelayanan publik, terdapat sistem

penyelenggaraan pelayanan publik yang layak dan sesuai dengan asas-asas

umum pemerintahan dan korporasi yang baik dengan terpenuhinya

penyelenggaraan pelayanan publik sesuai dengan pengaturan dalam

peraturan perundang-undangan dan perlindungan dan kepastian hukum

bagi masyarakat dalam memperoleh penyelenggaraan pelayanan publik

Page 19: Isi

19

berasaskan pada kepentingan umum serta adanya kepastian hukum dalam

kesamaan hak disamping keseimbangan hak dan kewajiban meliputi

keprofesionalan, partisipatif, persamaan perlakuan/tidak diskriminatif,

keterbukaan, akuntabilitas, penyedian fasilitas dan perlakuan khusus bagi

kelompok rentan, ketepatan waktu, kecepatan, kemudahan dan

keterjangkauan.

2. Otonomi Daerah

Otonomi daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom

untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan

kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-

undangan ( Undang Undang Nomor 32 tahun 2004). Pelaksanaan otonomi

daerah selain berlandaskan pada acuan hukum, juga sebagai implementasi

tuntutan globalisasi yang harus diberdayakan dengan cara memberikan

daerah kewenangan yang lebih luas, lebih nyata dan bertanggung jawab,

terutama dalam mengatur, memanfaatkan dan menggali sumber-sumber

potensi yang ada di daerahnya masing-masing. Adapun tujuan pemberian

otonomi daerah (http://id.wikipedia.org/wiki/Otonomi_daerah dikutip pada

tanggal 28 Oktober 2014)adalah sebagai berikut:

a. Peningkatan pelayanan masyarakat yang semakin baik.

b. Pengembangan kehidupan demokrasi.

c. Keadilan nasional.

d. Pemerataan wilayah daerah.

Page 20: Isi

20

e. Pemeliharaan hubungan yang serasi antara pusat dan daerah serta antar

daerah dalam rangka keutuhan NKRI.

f. Mendorong untuk memberdayakan masyarakat.

g. Menumbuhkan prakarsa dan kreatifitas, meningkatkan peran serta

masyarakat, mengembangkan peran dan fungsi Dewan Perwakilan

Rakyat Daerah.

Secara konseptual, di Indonesia dilandasi oleh tiga tujuan utama yang

meliputi: tujuan politik, tujuan administratif dan tujuan ekonomi. Hal yang

ingin diwujudkan melalui tujuan politik dalam pelaksanaan otonomi

daerah adalah upaya untuk mewujudkan demokratisasi politik melalui

partai politik dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD). Perwujudan

tujuan administratif yang ingin dicapai melalui pelaksanaan otonomi

daerah adalah adanya pembagian urusan pemerintahan antara pusat dan

daerah, termasuk sumber kuangan, serta pembaharuan manajemen

birokrasi pemerintahan di daerah. Sedangkan tujuan ekonomi yang ingin

dicapai dalam pelaksanaan otonomi daerah di Indonesia adalah

terwujudnya peningkatan Indeks pembangunan manusia sebagai indikator

peningkatan kesejahteraan masyarakat Indonesia.

3. Pemerintah Daerah

a. Pengertian Pemerintah Daerah

Pemerintahan Daerah adalah penyelenggaraan pemerintahan

didaerah(Misdyanti dan Kartasapoerta, 1993:17). Dengan kata lain,

pemerintah daerah adalah pengemudi dalam pelksanaan kegiatan

Page 21: Isi

21

pemerintahan daerah.Penyelenggaraan urusan pemerintahan dibagi

berdasarkan kriteria eksternalitas, akuntabilitas, dan efisiensi dengan

memperhatikan keserasian hubungan antar susunan pemerintahan.

Dalam menyelenggarakan urusan pemerintahan yang menjadi

kewenangan daerah, pemerintahan daerah menjalankan otonomi

seluas-luasnya untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan

pemerintahan berdasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan.

Pemerintahan daerah dalam menyelenggarakan urusan

pemerintahan memiliki hubungan dengan pemerintah pusat dan

dengan pemerintahan daerah lainnya. Hubungan tersebut meliputi

hubungan wewenang, keuangan, pelayanan umum, pemanfaatan

sumber daya alam, dan sumber daya lainnya. Hubungan keuangan,

pelayanan umum, pemanfaatan sumber daya alam, dan sumber daya

lainnya dilaksanakan secara adil dan selaras. Hubungan wewenang,

keuangan, pelayanan umum, pemanfaatan sumber daya alam dan

sumber daya lainnya menimbulkan hubungan administrasi dan

kewilayahan antar susunan pemerintahan.

b. Standart Akuntansi Pemerintahan.

Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tentang

Standart Akuntansi Pemerintahan, yang dimaksut Standar Akuntansi

Pemerintahan (SAP) adalah prinsip-prinsip akuntansi yang diterapkan

dalam menyusun dan menyajikan laporan keuangan pemerintahan

Page 22: Isi

22

yang terdiri atas Laporan Keuangan Pemerintah Pusat (LKPP) dan

Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD).

Laporan keuangan pokok menurut Standart Akuntansi Pemerintah

terdiri atas :

a. Laporan Realisasi Anggaran

b. Neraca

c. Laporan Arus Kas

d. Catatan atas laporan Keuangan

c. Konsep Standart Akuntansi Pemerintahan

Upaya untuk mewujudkan transparansi dan akuntabilitas

pengelolaan keuangan Negara adalah penyampaian laporan

pertanggungjawaban keuangan pemerintah yang memenuhi prinsip

tepat waktu dan disusun dengan mengikuti standart akuntansi

pemerintah yang telah diterima secara umum. Hal tersebut sesuai

dengan Undang Undang No 6 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara

yang mensyaratkan bentuk dan isi laporan pertanggungjawaban

pelaksanaan APBN/APBD disusun dan disajikan sesuai dengan

Standart Akuntansi Pemerintahan.

d. Kandungan Standart Akuntansi Pemerintahan.

Peraturan Pemerintah Nomor 24 tahun 2005 Tentang Standart

Akuntansi Pemerintahan(PP SAP) terdiri atas:

a) Kerangka Koseptual Akuntansi Pemerintahan

b) PSAP 01 : Penyajian Laporan Keuangan

Page 23: Isi

23

c) PSAP 02 : Laporan Realisasi Anggaran

d) PSAP 03 : Laporan Arus Kas

e) PSAP 04 : Catatan atas Laporan Keuangan

f) PSAP 05 : Akuntansi Persedian

g) PSAP 06 : Akuntansi Investasi

h) PSAP 07 : Akuntansi Aset Tetap

i) PSAP 08 : Akuntansi Kontruksi dalam pengerjaan

j) PSAP 09 : Akuntansi Kewajiban

k) PSAP 10 : Koreksi Keslahan, Perubahan Kebijakan

Akuntansi, dan Peristiwa Luar Biasa.

l) PSAP 11 : Laporan Keuangan Konsulidasi

e. Laporan Keuangan

Laporan keuangan harus memenuhi karekteristik sebagai berikut:

a) Relevan

b) Andal

c) Dapat dibandingkan

d) Dapat dipahami

Penerapan SAP diyakini akan berdampak pada peningkatan

kualitas pelaporan keuangan dipemerintah pusat dan daerah. Informasi

akuntansi keuangan pemerintah akan dapat menjadi dasar pengambilan

keputusan dipemerintah serta terwujudnya transparansi dan

akuntabilitas laporan keuangan pemerintah daerah.

Page 24: Isi

24

4. Pemerintah Desa

Pemerintahan Desa adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan dan

kepentingan masyarakat setempat dalam sistem pemerintahan Negara

Kesatuan Republik Indonesia(Undang Undang No 6 Tahun 2014, pasal 1

ayat 2).Dalam pemerintahan daerah kabupaten/kota dibentuk pemerintahan

desa yang terdiri dari pemerintah desa dan Badan Permusyawaratan Desa.

Pembentukan, penghapusan, dan/atau penggabungan Desa dengan

memperhatikan asal usulnya atas prakarsa masyarakat.

Landasan pemikiran dalam pengaturan mengenai desa adalah

keanekaragaman, partisipasi, otonomi asli, demokratisasi dan

pemberdayaan masyarakat. Pemerintah mengakui otonomi yang dimiliki

oleh desa ataupun dengan sebutan lainnya dan kepada desa melalui

pemerintah desa dapat diberikan penugasan ataupun pendelegasian dari

Pemerintah ataupun pemerintah daerah untuk melaksanakan urusan

pemerintah tertentu. Sedang terhadap desa di luar desa geneologis yaitu

desa yang bersifat administratif seperti desa yang dibentuk karena

pemekaran desa ataupun karena transmigrasi ataupun karena alasan lain

yang warganya pluralistis, majemuk, ataupun heterogen, maka otonomi

desa akan diberikan kesempatan untuk tumbuh dan berkembang mengikuti

perkembangan dari desa itu sendiri (http://id.wikipedia.Org/wiki/

Pemerintahan_daerah_di_Indonesia dikutip pada tanggal 28 Oktober

2014).

Page 25: Isi

25

Urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan desa mencakup:

a. Urusan pemerintahan yang sudah ada berdasarkan hak asal usul desa;

b. Urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan kabupaten/kota yang

diserahkan pengaturannya kepada desa;

c. Tugas pembantuan dari Pemerintah, pemerintah provinsi, dan/atau

pemerintah kabupaten/kota;

d. Urusan pemerintahan lainnya yang oleh peraturan perundang-

perundangan diserahkan kepada desa.

Keuangan desa adalah semua hak dan kewajiban desa yang dapat

dinilai dengan uang, serta segala sesuatu baik berupa uang maupun berupa

barang yang dapat dijadikan milik desa berhubung dengan pelaksanaan

hak dan kewajiban (Undang Undang Nomor 6 Tahun 2014 pasal 1 ayat

10) . Desa dapat mendirikan badan usaha milik desa sesuai dengan

kebutuhan dan potensi desa. Desa dapat mengadakan kerja sama untuk

kepentingan desa yang diatur dengan keputusan bersama dan dilaporkan

kepada Bupati/Walikota melalui camat.

5. Bentuk dan Peraturan Desa

Peraturan yang mengatur tentang desa diantaranya adalah Undang

Undang No 6 tahun 2104 tentang Desa, yang terdapat dalam BAB VIII

tentang Kuangan Desa dan Asset Desa, Peraturan PemerintahNo 43 Tahun

2014 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang Undang No 6 Tahun 2014,

yang terdapat dalam BAB IV bagian keenam tentang Penghasilan

Pemerintah Desa, Peraturan Pemerintah No 60 Tahun 2014 tentang

Page 26: Isi

26

Alokasi Anggaran Dana Desa, yang terdapat dalam BAB III bagian kedua

tentang Pengalokasian Dana Desa Setiap Desa serta Peraturan Mentri

Dalam Negeri No37 tahun 2007,yang terdapat BAB IX tentang

Pengelolaan Alokasi Dana Desa. Sedangkan bentuk didalam sebuah desa

adalah sebagai berikut:

a. Badan Usaha Milik Desa

Badan Usaha Milik Desa adalah Lembaga Usaha Desa yang

dikelolah oleh Masyarakat dan Pemerintah Desa dalam upaya

memperkuat perekonomi desa dan di bentuk berdasarkan kebutuhan

dan potensi desa (https://id-id. facebook.com/kirana.cibitung/

posts/158797314245619 dikutip pada tanggal 03 Desember 2014).

Ciri Utama BUMDes dengan Lembaga Ekonomi Komersil

lainy

a(https://id-id.facebook.com/kirana.cibitung/posts/158797314245619di

kutip pada tanggal 03 Desember 2014)adalah sebagai berikut :

1) Badan Usaha ini dimiliki oleh desa dan dikelola bersama.

2) Modal bersumber dari desa sebesar 51% dan dari masyarakat

sebesar 49% melalui penyerataan modal (Saham atau andil).

3) Operasionalisasinya menggunakan falsafah bisnis yang berakar

dari budaya lokal.

4) Bidang usaha yang dijalankan berdasarkan pada potensi dan

informasi pasar.

Page 27: Isi

27

5) Keuntungan yang di peroleh di tunjukan untuk meningkatkan

kesejaktraan anggota (Penyetara Modal ) dan masyarakat melalui

kebijakan desa

6) Difasilitasi oleh Pemerintah Propinisi,Pemerintah Kabupaten dan

Pemerintahaan Desa.

7) Operasionalisasi di kontrol secara bersama oleh BPD,Pemerintah

Desa dan Anggota).

BUMDes sebagai suatu lembaga ekonomi modal usahanya

dibangun atas inisiatif masyarakat dan menganut asas mandiri. Ini

berarti pemenuhan modal usaha BUMDes harus bersumber dari

masyarakat. Meskipun demikian, tidak menutup kemungkinan

BUMDes dapat mengajukan pinjaman modal kepada pihak luar,

seperti dari Pemerintah Desa atau pihak lain, bahkan melalui pihak

ketiga. Ini sesuai dengan peraturan per undang-undangan (UU 32

tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah Pasal 213 ayat 3). Penjelasan

ini sangat penting untuk mempersiapkan pendirian BUMDes, karena

implikasinya akan bersentuhan dengan pengaturannya dalam Peraturan

Daerah (Perda) maupun Peraturan Desa (Perdes).

Tujuan pendirian BUMDes(https://id-id. facebook.com

/kirana.cibitung/posts/158797314245619dikutip pada tanggal 03

Desember 2014)diantaranya sebagai berikut :

1) Meningkatkan Perekonomian Desa

2) Meningkatkan Pendapatan asli Desa

Page 28: Isi

28

3) Meningkatkan Pengelolaan potensi desa sesuai dengan kebutuhan

masyarakat

4) Menjadi tulang punggung pertumbuhan dan pemerataan ekonomi

Desa.

b. APBDes

Pemerintah mengeluarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri No 7

Tahun 2007 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Desa.

Permendagri tersebut bertujuan untuk memudahkan dalam pelaksanaan

pengelolaan keuangan desa, sehingga tidak menimbulkan multitafsir

dalam penerapannya. Dengan demikian desa dapat mewujudkan

pengelolaan keuangan yang efektif dan efisien. Disamping itu

diharapkan dapat diwujudkan tata kelola pemerintahan desa yang baik,

yang memiliki tiga pilar utama yaitu transparansi, akuntabilitas dan

partisipatif. Oleh karenanya, proses dan mekanisme penyusunan

APBDesa yang diatur dalam Permendagri tersebut akan menjelaskan

siapa yang, dan kepada siapa bertanggungjawab, dan bagaimana cara

pertanggungjawabannya. Untuk itu perlu ditetapkan pedoman umum

tata cara pelaporan dan pertanggungjawaban penyelenggaraan

pemerintah desa, yang dimuat dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri

No. 35 Tahun 2007.

Pemberikan pedoman bagi pemerintah desa dalam menyusun

RPJM-Desa dan RKP-Desa perlu dilakukan pengaturan.Dengan itu

maka dikeluarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri NO. 66 Tahun

Page 29: Isi

29

2007 tentang Perencanaan Desa. Pengaturan pada aspek perencanaan

diarahkan agar seluruh proses penyusunan APBD semaksimal

mungkin dapat menunjukkan latar belakang pengambilan keputusan

dalam penetapan arah kebijakan umum, skala prioritas dan penetapan

alokasi, serta distribusi sumber daya dengan melibatkan partisipasi

masyarakat. Struktur APBDesa terdiri dari :

1) Pendapatan, meliputi semua penerimaan uang melalui rekening

desa yang merupakan hak desa dalam 1 (satu) tahun anggaran yang

tidak perlu dibayar kembali oleh desa.

2) Belanja, meliputi semua pengeluaran dari rekening desa yang

merupakan kewajiban desa dalam 1 (satu) tahun anggaran yang

tidak akan diperoleh pembayarannya kembali oleh desa.

3) Pembiayaan, meliputi semua penerimaan yang perlu dibayar

kembali dan/atau pengeluaran yang akan diterima kembali, baik

pada tahun anggaran yang bersangkutan maupun pada tahun-tahun

anggaran berikutnya.Pendapatan terdiri dari tiga golongan :

a) PADes

b) Pendapatan Transfer

c) Pendapatan Lain-lain Desa yang Sah

Lebih jelasnya perhatikan uraian berikut:

a. Kelompok pendapatan asli Desa dibagi menurut jenis

pendapatan yang terdiri atas :

1) Hasil usaha Desa.

Page 30: Isi

30

2) Hasil pengelolaan Keuangan Desa.

3) Hasil swadaya dan partisipatif.

4) Hasil gotong royong.

5) Lain-lain pendapatan asli Desa yang sah.

b. Kelompok pendapatan transfer Desa dibagi menurut jenis

pendapatan yang terdiri atas:

1) Bagi hasil pajak.

2) Bagi hasil retribusi.

3) Bagian dana perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah

(ADD).

c. Kelompok lain-lain pendapatan Desa yang sah dibagi menurut

jenis pendapatan yang terdiri atas:

1) Bantuan Keuangan Pemerintah, Pemerintah Provinsi,

Pemerintah Kabupaten/Kota, Pemerintah Desa lainnya.

2) Hibah.

3) Sumbangan pihak ketiga.

6. Kepala Desa dan Perangkat Desa

a. Kepala Desa

Kepala Desa bertugas menyelenggarakan Pemerintahan Desa,

melaksanakan Pembangunan Desa, pembinaan kemasyarakatan Desa,

dan pemberdayaan masyarakat Desa. Dalam melaksanakan tugas

Kepala Desa mempunyai wewenang, hak dan kewajiban (Undang

Undang Nomor 6 Tahun 2014 pasal 26).

Page 31: Isi

31

1) Wewenang Kepala Desa

a) Memimpin penyelenggaraan Pemerintahan Desa.

b) Mengangkat dan memberhentikan perangkat Desa.

c) Memegang kekuasaan pengelolaan Keuangan dan Aset Desa.

d) Menetapkan Peraturan Desa.

e) Menetapkan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa.

f) Membina kehidupan masyarakat Desa.

g) Membina ketenteraman dan ketertiban masyarakat Desa.

h) Membina dan meningkatkan perekonomian Desa serta

mengintegrasikannya agar mencapaiperekonomian skala

produktif untuk sebesar-besarnya kemakmuran masyarakat

Desa.

i) Mengembangkan sumber pendapatan Desa.

j) Mengusulkan dan menerima pelimpahan sebagian kekayaan

negara guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat Desa.

k) Mengembangkan kehidupan sosial budaya masyarakat Desa.

l) Memanfaatkan teknologi tepat guna.

m) Mengoordinasikan Pembangunan Desa secara partisipatif.

n) Mewakili Desa di dalam dan di luar pengadilan atau menunjuk

kuasa hukum untuk mewakilinya sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan.

o) Melaksanakan wewenang lain yang sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan.

Page 32: Isi

32

2) Hak Kepala Desa

b) Mengusulkan struktur organisasi dan tata kerja Pemerintah

Desa.

c) Mengajukan rancangan dan menetapkan Peraturan Desa.

d) Menerima penghasilan tetap setiap bulan, tunjangan, dan

penerimaan lainnya yang sah, serta mendapat jaminan

kesehatan.

e) Mendapatkan pelindungan hukum atas kebijakan yang

dilaksanakan.

f) Memberikan mandat pelaksanaan tugas dan kewajiban lainnya

kepada perangkat Desa.

3) Kewajiban Kepala Desa.

a) Memegang teguh dan mengamalkan Pancasila, melaksanakan

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun

1945, serta mempertahankan dan memeliharakeutuhan Negara

Kesatuan Republik Indonesia, dan Bhinneka Tunggal Ika.

b) Meningkatkan kesejahteraan masyarakat Desa.

c) Memelihara ketenteraman dan ketertiban masyarakat Desa.

d) Menaati dan menegakkan peraturan perundang-undangan.

e) Melaksanakan kehidupan demokrasi dan berkeadilan gender.

g) Melaksanakan prinsip tata Pemerintahan Desa yang akuntabel,

transparan, profesional, efektif dan efisien, bersih, serta bebas

dari kolusi, korupsi, dan nepotisme.

Page 33: Isi

33

h) Menjalin kerja sama dan koordinasi dengan seluruh pemangku

kepentingan di Desa.

i) Menyelenggarakan administrasi Pemerintahan Desa yang baik.

j) Mengelola Keuangan dan Aset Desa.

k) Melaksanakan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan

Desa.

l) Menyelesaikan perselisihan masyarakat di Desa.

m) Mengembangkan perekonomian masyarakat Desa.

n) Membina dan melestarikan nilai sosial budaya masyarakat

Desa.

o) Memberdayakan masyarakat dan lembaga kemasyarakatan di

Desa.

p) Mengembangkan potensi sumber daya alam dan melestarikan

lingkungan hidup.

q) Memberikan informasi kepada masyarakat Desa.

b. Perangkat Desa

Perangkat desa berkedudukan sebagai unsur pembantu kepala desa

yang terdiri dari sekertaris desa, pelaksana kewilayahan dan pelaksana

teknis. Sekretariat Desa dipimpin oleh sekretaris Desa dibantu oleh

unsur staf sekretariat yang bertugas membantu kepala Desa dalam

bidang administrasi pemerintah. Pelaksana kewilayahan merupakan

unsur pembantu kepala Desa sebagai satuan tugas kewilayahan.

Jumlah pelaksana kewilayahan ditentukan secara proporsional antara

Page 34: Isi

Undang Undang No 6 Tahun 2014Tentang Desa

Pemerintah Desa

Pemahaman Undang Undang No 6 Tahun 2014 Tentang Desa

Kepala Desa dan Perangkat Desa

Kesiapan Implementasi Undang Undang No 6 Tahun 2014Tentang

Desa

34

pelaksana kewilayahan yang dibutuhkan dan kemampuan keuangan

Desa (Peraturan Pemerintah Nomor 43 tahun 2014 pasal 61).

C. Kerangka Pemikiran

Page 35: Isi

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini

adalahmetodekuantitatif. Metode kuantitatif adalahpenelitian dengan

memperoleh data yang berbentuk angka atau data kualitatif yang diangkakan

(Sugiyono;2003;14). Dalam penelitian ini pengukuran langsung kepada kepala

desa dan perangkat desa dalam implementasi dana desa (Undang Undang

Nomor 6 Tahun 2014) atau diukur dengan menggunakan skala liker

(menggunakan angka-angka).

B. Populasi, Sampel dan Teknik Sampel.

1. Populasi

Populasi adalah kumpulan dari ukuran-ukuran tentang sesuatu yang

ingin kita buat inferensi. Populasi adalah berkenaan dengan data, bukan

dengan orangnya ataupun bendanya(Moh.Nazir, PH.D;2009;273).

Populasi adalah kesatuan persoalan yang sudah ditentukan batas-batasnya

secara jelas. Dengan kata lain populasi tidak lain daripada kumpulan

lengkap dari unit-unit dasar(Dr.Soeratno,M.Ec, Drs.Lincolin

Arsyad,M.Sc;2003;71). Populasi dalam penelitian ini adalah Kepala Desa

dan Perangkat Desa se Kabupaten Madiun yang berjumlah 2.472.

35

Page 36: Isi

36

2. Sampel

Menurut Moh.Nazir (2009;273) Sampel adalah kumpulan dari unit

sampling. Unit sampling adalah kumpulan dari unsur-unsur populasi yang

tidak tumpang tindih. Yang menjadi sampel dalam penelitian adalah

Kepala Desa dan Perangkat Desa se Kecamatan Dagangan yang berjumlah

204.

3. Teknik Sampel

Metoda pengambilan sampel dalam penelitian ini ialah Cluster

Sampling. Cluster Sampling adalah cara pengambilan sampel yang

berdasarkan pada cluster-cluster tertentu (Sugiyono;2003). Pada metode

ini, unsur-unsur populasi dibagi dalam sub-kelompok yang disebut Klaster

(kelompok). Seperti pembagian populasi dengan menggunakan dasar

wilayah administrasi pemerintahan maupun batas-batas alam (jalan,

sungai, gunung dsb). Probality Sampling adalah metode sampling yang

memberi kemungkinan yang sama bagi setiap unsure dalam populasi yang

dipilih(Dr.Soeratno,M.Ec, Drs.Lincolin Arsyad,M.Sc;2003;110). Dalam

penelitian ini sampel yang diambilsalah satu dari kecamatan di Kabupaten

Madiun yaitu Kecamatan Dagangan.

C. Definisi Operasional Variabel

Penelitian yang akan dilakukan sesuai dengan variabel sebagai berikut:

Page 37: Isi

37

1. Variabel Pengertian dan Pemahaman tentang Undang Undang

Nomor 6 Tahun 2014.

Pemahaman dan pengertian tentang Undang Undang Nomor 6

Tahun 2014 dengan indikator-indikator sebagai berikut:

a. Mengetahui adanya Undang Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang

Desa.

b. Pehamahan akan isi dan makna Undang Undang Nomor 6 Tahun

2014 tentang Desa.

c. Mendapatkan bimtek atau pelatihan tentang Undang Undang

Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa

d. Siap mengimplementasikan Undang Undang Nomor 6 Tahun 2014

tentang Desa

2. Variabel Kesiapan Kepala Desa dan Perangkat Desa

Mengimplementasi Undang Undang Nomor 6 Tahun 2014.

Kesiapan Kepala Desa dan Perangkat Desa dalam

mengimplementasi Undang Undang Nomor 6 Tahun 2014 dengan

indikator sebagai berikut:

a. Kesiapan Perangkat Desa dan masyarakat menyusun RPJM, RKP

dan APBDes sesuai dengan Undang Undang Nomor 6 Tahun 2014

b. Pemahaman akan pengelolaan keuangan desa (perencanaan,

pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan dan pertanggungjawaban)

Page 38: Isi

38

sesuai dengan Undang Undang Nomor 6 Tahun 2014 dan

Peraturan Pemerintah

c. Dukungan dari masyarakat desa mengimplementasi Undang

Undang No 6 Tahun 2014 tentang Desa.

d. Tidak ada masalah dalam pelaksanaan Undang Undang No 6

Tahun 2014

Indikator-indikator dari dua variabel diatas akan diukur dengan

menggunakan skala liker dengan kategori skala:

Sangat Setuju : 5

Setuju : 4

Netral : 3

Tidak Setuju : 2

Sangat Tidak Sejutu : 1

D. Jenis dan Sumber Data

1. Jenis Data

Jenis data dalam penelitian ini adalah jenis data Primer. Data Primer

adalah data yang dikumpulkan dan diolah sendiri oleh organisasi yang

menerbitkan atau menggunakannya (Dr.Soeratno,M.Ec, Drs.Lincolin

Arsyad,M.Sc;2003;77). Dalam penelitian ini data primer diperoleh secara

langsung dari Kepala Desa dan Perangkat Desa.

2. Sumber Data

Page 39: Isi

39

Sumber data dalam penelitian ini adalah Data Ekstern. Data ekstern

adalah data yang diperoleh dari sumber-sumber di luar perusahaan

(Dr.Soeratno,M.Ec, Drs.Lincolin Arsyad,M.Sc;2003;75). Peneliti

menggunakan data Ekstern Primer (data primer). Sumber data dalam

penelitian ini didapat melalui kuisioner yang dibagikan kepada Kepala

Desa dan Perangkat Desa.

E. Intrumen Penelitian

Instrument yang digunakan dalam penelitian ini adalah daftar pertanyaan

(kuesioner) dan kamera untuk mendokumentasikan pelaksanaaan penyebaran

kuisioner pada responden.

F. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dimaksutkan untuk memperoleh informasi yang

relevan, akurat dan riabel. Teknik yang digunakan adalah :

1. Angket (kuisioner).

Angket adalah pernyataan tertulis yang digunakan untuk memperoleh

informasi  dari responden dalam arti laporan tentang pribadi atau hal-hal

yang ia ketahui (Arikunto;2006). Sedangkan menurut Sugiyono (2003)

Angket atau kuesioner merupakan tehnik pengumpulan data yang

dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan

tertulis kepada responden untuk dijawab. Angket ini digunakan peneliti

untuk mengukur kesiapan kepala desa dan perangkat desa tentang Undang

Page 40: Isi

40

Undang Nomor 6 Tahun 2014 sesuai indikatornya. Angket ini diberikan

kepada kepala desa dan perangkat desa.

2. Dokumentasi.

Menurut Arikunto (2006) Dokumentasi adalah mencari dan

mengumpulkan data mengenai hal-hal yang berupa catatan, transkip,

buku, surat kabar, majalah, notulen, rapot, agenda dan sebagainya.

Dokumentasi yaitu kamera, yang digunakan untuk mendokumentasikan

kegiatan penelitian.

G. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data dalam penelitian ini dilakukan secara kualitatif

dengan melalui proses mencari dan menyusun data yang diperoleh dari hasil

penelitian melalui angket. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan

program aplikasi Microsoft Excel. Dideskripsikan dengan menggunakan

Tabeldan grafik.

H. Jadwal Penelitian

Uraian KegiatanOktober November Desember Januari Februari

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

Persiapan                                        

Pengajuan Judul                                        

Penyelesaian dan Bimbingan Proposal

                                       

Page 41: Isi

41

Melakuakn Penelitian                                        

Penyelesaian dan Bimbingan Skripsi

                                       

Sidang Skripsi                                        

Page 42: Isi

BAB IV

ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Obyek Penelitian

Secara geografis Kabupaten Madiun terletak disekitar 7˚ 12’ - 7˚ 48’ 30ˮ Lintang Selatan dan 111˚ 25’ 45’’ - 111˚ 51’ Bujur Timur. Dengan Luas

Wilayah Kabupaten Madiun 1.010,86 Km². secara administrative, Kabupaten

Madiun ini terbagi menjadi 15 (lima belas) Kecamatan yang terbagi dalam 206

(dua ratus enam) terdiri dari 198desa dan 8kelurahan. Kabupaten ini memiliki

jumlah penduduk sebesar 661.886 jiwa dan kepadatan654, 78 jiwa/Km².

Keseluruhan luas wilayah 1.010,86 Km² dengan batas-batas sebagai berikut:

Sebelah Utara : Kabupaten Bojonegoro

Sebelah Timur : Kabupaten Nganjuk

Sebelah Selatan : Kabupaten Ponorogo

Sebelah Barat : Kota Madiun, Kabupaten Magetan dan Kabupaten

Ngawi

Dengan Ibukotanya adalah Kecamatan Mejayan(PP No.52 tahun 2010).

Gedung-gedung pemerintahan sudah ada diCaruban yang merupakan bagian

Kecamatan Mejayan. Gedung lainnya akan dipindah secara bertahap dari Kota

Madiun yang dimulai dari 2011.

Madiun dilintasi jalur utama Surabaya-Jogjakarta, dan kabupaten ini juga

dilintasi jalur kereta api lintasselatan Pulau Jawa. Kota-kotakecamatan yang

cukup signifikan adalah Caruban, Dagangan, Saradan, Dolopo dan Balerejo.

42

Page 43: Isi

43

Bagian utara wilayah Madiun berupa perbukitan, yakni bagian dari

rangkaian Pegunungan Kendeng. Bagian Tengah merupakan dataran tinggi

dan bergelombang. Sedang bagian tenggara berupa pegunungan, bagian dari

komplek Gunung Wilis-Gunung Liman.

Potensi yang menonjol saat ini adalah pertanian padi, kedelai, palawija,

perkebunan kakao, kopi, mangga, durian, rambutan dan produk hasil hutan

dan produk olahan lainnya seperti kerajinan kayu jati dan lain sebagainnya.

Durian dan kakao banyak dibudidayakan di Kecamatan Dagangan dan

Kecamatan Kare. Kebun kopi dengan skala besar di budidayakan di

Kandangan, Kecamatan Kare yang merupakan peninggalan Belanda.

B. Analisa Data

Undang-Undang Desa merupakan seperangkat aturan mengenai

penyelenggaran pemerintah desa dengan pertimbangan telah berkembang

dalam berbagai bentuk sehingga perlu dilindungi dan diberdayakan agar

menjadi kuat, maju, mandiri, dan demokratis sehingga dapat menciptakan

landasan yang kuat dalam melaksanakan pemerintahan dan pembangunan

menuju masyarakat yang adil, makmur, dan sejahtera. Undang Undang ini

mempunyai keistimewaan, keistimewaan yang paling menonjol dalam undang

undang ini adalah bahwa desa akan mendapatkan kucuran dana kurang lebih

Rp 1,4 Miliar dihitung sesuai dengan beberapa criteria yaitu jumlah penduduk,

angka kemiskinan, letak geografis. Anggran ini nantinya akan digunakan

untuk operasional 30% dan pemberdayaan 70%, hal inilah yang

Page 44: Isi

44

menyababkan kepala desa dan perangkat desa merasa kebaratan dalam

pertanggungjawabannya. Selain dana yang turun dari pemrintah, pemerintah

desa memperoleh sumber pendapatan lain yaitu yang bersumber dari asset

desa (bengkok). Pendapatan lain yang diterima desa adalah bantuan keuangan

dari pemerintah pusat, pemerintah provinsi, pemerintah kabupaten/kota,

pemerintah daerah lainnya, hibah dan sumbangan dari pihak ketiga.

Perencanaan dan pengelolaan desa sesuai dengan peraturan Menteri Dalam

Negeri No 7 Tahun 2007 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Desa dan

66 tahun 2017 tentang perencanaan desa. Peraturan tersebut bertujuan untuk

memudahkan pemerintah desa dalam mengelola keuangan secara efektif dan

efisien. Pengaturan pada aspek perencanaan diarahkan agar seluruh proses

penyusunan APBD semaksimal mungkin dapat menunjukkan latar belakang

pengambilan keputusan dalam penetapan arah kebijakan umum, skala prioritas

dan penetapan alokasi, serta distribusi sumber daya dengan melibatkan

partisipasi masyarakat.

Anggaran yang akan masuk kedesaitu digunakan sebagai sumber

pendapatan desa yang akan dikelola untuk kemandirian desa. Untuk membuat

kemandirian desa, dibutuhkan dua daya dukung. Pertama, desentralisasi dari

negara yang membagi kekuasaan, kewenangan, keuangan, kepercayaan dan

tanggungjawab kepada desa. Kedua, basis lokal yang tumbuh di dalam desa

(swadaya, modal sosial, adat dan pranata lokal, kapasitas, dan sumberdaya

ekonomi). Kemandirian desa merupakan cita-cita ideal jangka panjang

Page 45: Isi

45

desentralisasi dan otonomi desa. Untuk menuju cita-cita ideal itu, ada

sejumlah tujuan antara yang hendak dibawa oleh desentralisasi desa:

a. Mendekatkan perencanaan pembangunan ke masyarakat.

b. Memperbaiki pelayanan publik dan pemerataan pembangunan.

c. Menciptakan efisiensi pembiayaan pembangunan yang sesuai dengan

kebutuhan local.

d. Mendongkrak kesejahteraan perangkat desa.

e. Menggairahkan ekonomi lokal dan penghidupan masyarakat desa.

f. Memberikan kepercayaan, tanggungjawab dan tantangan bagi desa untuk

membangkitkan prakarsa dan potensi desa.

g. Menempa kapasitas desa dalam mengelola pemerintahan dan

pembangunan.

h. Membuka arena pembelajaran yang sangat berharga bagi pemerintah desa,

Badan Perwakilan Desa dan masyarakat.

i. Merangsang tumbuhnya partisipasi masyarakat lokal.

Anggaran atau alokasi dana yang masuk kedesa merupakan dana

perimbangan atau dana bagi hasil dari pemerintah pusat dan pemerintah

daerah dengan desa, seperti bagi hasil retribusi dan pajak serta bagian dari

dana pembangunan yang diperoleh pemerintah kecuali dana alokasi khusus.

Anggaran ini yang selanjutnya akan digunakan 70% untuk pemberdayaan dan

30% untuk operasional. Pemberdayaan tersebut harus tepat sasaran, dan

pengelolaannya secara efektif, efisien dan ekonomis.

Page 46: Isi

46

Besarnya alokasi dana yang akan masuk kedesa, kepala desa dan

perangkatnya harus paham akan pengelolaan dana tersebut.Pengelolaan

keuangan desa yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan,

pelaporan dan pertanggungjawabannyaharus sesuai amanat undang undang

dan peraturan pemerintah.

Pemerintah desa sebelum menerima anggaran harus menyusun Rencana

Program Jangka Menengah (RPJM), Rencana Kerja Pemerintah (RKP),

Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDesa). Rencana ini disusun oleh

kepala desa, perangkat desa dan BPD. Rencana inilah yang akan digunakan

pemerintah desa sebagai dasar atau sebagai sasaran yang akan dituju.

Sedangkan rencana tersebut digunakan pemerintah kabupaten sebagai tolak

ukur sejauh mana program yang sudah direncanakan dengan hasil akhirnya.

Selanjutnya digunakan sebagai dasar dalam pengambilan keputusan.

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh pemahaman dan kesiapan

kepala desa dan perangkat desa dikatakan paham tetapi untuk

mengimplementasikan undang undang ini kepala desa dan perangkatnya

kurang siap.Hal ini diukur dengan menggunakan skala liker dan indikator

yang telah ditetapkan. Lebih jelasnya akan diuraikan sebagai berikut :

1. Pemahaman

a. Kepala Desa

Page 47: Isi

47

Tabel IV.1Pemahaman Undang Undang Nomor 6 Tahun 2014

Sangat Tidak Setuju

Tidak Setuju

Netral SetujuSangat Setuju

TOTAL

0 2 2 10 3 17 0 11.7647 11.7647 58.8235 17.6471 100

0% 12% 12% 59% 18% 1.01Sumber : Hasil Pengolahan Data

Pemahaman kepala desa tentang undang undang nomor 6 tahun 2014

dapat kita lihat pada Tabeldiatas. Kepala desa harus paham betul akan isi

undang undang, karena kepala desa adalah orang yang bertanggung jawab

penuh akan kegiatan yang ada didesa. Pemahaman kepala desa ini diukur

dengan menggunakan skala liker dan sesuai indikator yang sesuai dengan

kuisioner. Dengan pengukuran itulah pemahman kepala desa bisa

diketahui.

Pemahaman undang undang yang sangat tidak paham 0%, ini

menunjukan bahwa tidak ada kepala desa yang sangat tidak paham akan

undang undang. Tidak paham akan undang undang menujukan presentase

12% atau 2 kepala desa yang tidak paham akan undang undang nomor 6

tersebut, 2 kepala desa yang tidak paham adalah kepala desa sewulan dan

kepala desa mendak. Kepala desa yang netral ada 2 kepala desa dengan

presentase 12% dari jumlah sampel. Dua kepala desa yang netral adalah

kepala desa segulung dan jetis. Kepala desa segulung netral karena kepala

desanya baru, jadi belum memahami secara keseluruhan.

Kepala desa yang paham tentang undang undang menunjukan

presentase yang tinggi yaitu 59% atau 10 kepala desa. Angka ini cukup

Page 48: Isi

48

besar, menandakan bahwa 10 kepala desa ini sudah benar-benar siap. 10

kepala desa yang siap diantaranya adalah kepala desa prambon, mruwak,

banjarjo, kepet, banjarsari kulon, sukosari, joho, padas, tileng dan

ketandan. Sedangkan yang sangat paham akan undang undang tersebut

adalah 3 kepala desa atau 3% dari jumlah sampel. Tiga kepala desa yang

sangat paham dengan undang undang nomer 6 ini adalah kepala desa

banjarsari wetan, dagangan, dan kepala desa ngranget. Hal ini menunjukan

bahwa respon atau kemauan memahami undang undang bagi kepala desa

cukup baik. Dengan pemahaman yang begitu besar bararti kepala desa

sudah paham akan isi undang undang nomor 6 tahun 2014. Pemahaman

inilah yang akan membantu kapala desa dalam mengimplementasikan

undang undang nomor 6 didesanya masing-masing, sehingga kegiatan

yang ada didesa akan berjalan secara efektif. Berjalannya kegiatan desa

maka kemandirian desa untuk mengelola desanya akan terwujud dengan

mudah. Selain undang undang nomor 6 tahun 2014 tentang desa kepala

desa juga harus paham akan peraturan lain yaitu peraturan pemerintah

nomor 60 tahun 2014.

Peraturan pemerintah nomor 60 tahun 2014 tentang dana desa yang

bersumber dari anggaran pendapatan dan belanja desa. Sama dengan

pemahaman undang undang, pemahaman peratiran pemerintah ini diukur

dengan menggunakan skala liker dan menggunakan indikator yang

terdapat dalam kuisioner. Pemahaman kepala desa terhadap peraturan

pemerintah ini harus baik, karena anggaran yang akan masuk ke desa nanti

Page 49: Isi

49

bersumber dari Anggaran Pendapatan dan BelanjaNegara (APBN).

Pemahaman kepala desa tentang peraturan pemerintah nomor 60 ini bisa

dilihat Tabel4.2 dibawah ini.

TabelIV.2Pemahaman Peraturan Pemerintah Nomor 60 tahun 2014

Sangat Tidak Setuju

Tidak Setuju

Netral Setuju Sangat Setuju

TOTAL

0 2 6 8 1 17 

011.764

735.2941 47.0588 5.88235 100

0% 12% 35% 47% 6% 1Sumber : Hasil Pengolahan Data

Peraturan pemerintah nomor 60 tahun 2014 tentang dana desa yang

bersumber dari anggaran pendapatan dan belanja Negara. Penjabaran

darimana dana atau anggaran diperoleh sampai laporan pertanggung

jawaban terdapat dalam peraturan pemerintah ini. Kepala desa dituntut

paham dengan peraturan ini agar dana desa dapat dikelola dengan tertib,

taat pada ketentuan peraturan perundang undangn, efisien, efektif,

transparan dan bertanggung jawab dengan memperhatikan rasa keadilan

dan kepatutan serta mengutamakan kepentingan masyarakat umum.

Kepala desa selain paham juga harus mengerti akan isi dan bisa

mengimplementasikannya.

Kepala desa yang sangat tidak paham akan isi peraturan ini adalah 0%.

Tidak ada kepala desa yang sangat tidak paham dengan peraturan ini.

Kepala desa yang tidak paham dengan peraturan adalah 12% atau 2

keapala desa. Dua kepala desa yang tidak paham dengan peraturan ini

adalah kepala desa sewulan dan kepala desa padas. Kepala desa yang

Page 50: Isi

50

netral ada 6 atau 35% dari jumlah sampel, enam kepala desa yang netral

ini adalah ketandan, mendak, tileng, segulung, jetis dan joho. Kepala desa

yang paham dengan peraturan ini adalah 47% atau 8 kepala desa. Delapan

kepala desa yang paham adalah kepala desa ngranget, dagangan, sukosari,

banjarsari kulon,prmbon, mruwak, banjarjo dan kepet. Kepala desa yang

sangat paham adalah 6% atau 1 kepala desa yaitu kepala desa banjarsari

wetan. Pemahaman kepala desa ini bisa dibilang cukup paham karena

angka netral cukup tinggi. Tingginya angka netral dikarenakan kepala desa

sekedar mengetahui adanya peraturan tersebut tapi tidak mempelajarinya

lebih lanjut.

Selain paham dengan peraturan pemerintah nomer 60 tahun 2014,

kepala desa juga harus paham dengan peraturan pemerintah nomo 43

tahun 2014 tentang pelaksanaan undang undang nomor 6 tahun 2014

tentang desa. Kepala desa seharusnya paham dengan peraturan ini, karena

peraturan ini mengatur pelaksanaan undang undang nomor 6 tahun 2014.

Pemahaman kepala desa terhadap peraturan pemerintah ini bisa dilihat

pada Tabel berikut:

TabelIV.3Pemahaman Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014

Sangat Tidak Tidak Netral Setuju Sangat TOTAL

Page 51: Isi

51

Setuju Setuju Setuju1 1 5 8 2 17 

5.882355.8823

529.4118 47.0588 11.7647 100

6% 6% 29% 47% 12% 1Sumber : Hasil Pengolahan Data

Kepala desa yang sangat tidak paham dengan peraturan ini adalah 6 %

atau satu desa dari jumlah sampel yaitu desa padas. Sangat ketidak

pahaman ini menjadi perhatian khusus, karena peraturan pemerintah ini

berisi tentang pelaksanaan undang undang nomor 6 khususnya tentang

pelaksanaan penggunaan dana desa yang baik. Kepala desa yang tidak

paham dengan peraturan pemerintah ini adalah desa sewulan atau 6% dari

jumlah sampel. Kepala desa yang netral dengan peraturan ini ada lima

kepala desa atau 29% dari total sampel yaitu desa segulung, ketandan,

mendak, tileng dan kepala desa jetis.

Pemahaman kepala desa yang paham dengan peraturan ini ada 47%

atau delapan kepala desa, delapan kepala desa yang paham dengan

peraturan ini adalah kepala desa prambon, mruwak, banjarjo, kepet,

banjarsari kulon, dagangan, joho, sukosari. Presentase ini lebih tinggi

dibanding skala lainnya, ini menunjukan bahwa 47% kepala desa benar-

benar paham, dibuktikan dengan Tabeldiatas dan dengan menggunakan

pengukuran indikator yang telah digunakan. Selain 47% kepala desa yang

paham, ada 12% atau dua kepala desa yang sangat paham dengan

peraturan pemerintah tersebut, dua kepala desa yang paham dengan

pearturan pemerintah ini adalah kepala desa ngranget dan banjarsari

wetan. Hal ini menunjukan bahwa pemehaman peraturan pemerintah

Page 52: Isi

52

nomor 43 adalah baik, namun harus lebih diingkatkan lagi, agar dalam

mengimplementasikannya nanti hampir tidak menemui kendala atau

masalah.

b. Sekertaris Desa

Selain kepala desa, sekertaris desa juga harus paham dengan undang

undang dan peraturan pemerintah lainnya. Sekertaris desa merupakan

bagian dibawahnya kepala desa atau bisa disebut juga tangan kanan kepala

desa. Pemahaman sekertaris desa sangat perlu untuk membantu

mengimplementasikan undang undang nomer 6 tahun 2014. Dengan

mengimplementasikan undang undang dengan baik, maka visi dan misi

yang telah direncanakan akan mudah tercapai. Pemahaman sekertaris desa

mengenai undang undang nomor 6 tahun 2014 dapat dilihat Tabelberikut:

Tabel IV.4Pemahaman Undang Undang Nomor 6 Tahun 2014

Sangat Tidak Setuju

Tidak Setuju

Netral Setuju Sangat Setuju

TOTAL

0 1 5 8 3 17 

0 5.88235 29.411847.058

817.6471 100

0% 6% 29% 47% 18% 1Sumber : Hasil Pengolahan Data

Pemahaman sekertaris desa tentang undang undang nomor 6 tahun

2014 diukur dengan menggunakan skala liker dan dengan indikator yang

terdapat dalam kuisioner. Pengukuran yang dilakukan menunjukan bahwa

sekertaris yang sangat tidak paham dengan undang undang nomor 6 tahun

2014 adalah 0 %. Artinya tidak ada sekertaris yang sangat tidak paham

dengan undang undang ini. Sekertaris desa yang tidak paham menunjukan

Page 53: Isi

53

presentase 6% atau satu desa, yaitu sekertaris desa tileng. Sekertaris desa

yang netral menunjukan presentase yang lumayan tinggi yaitu 29% atau

lima sekertaris desa, kelima sekertaris tersebut ialah bsekertaris desa

sewulan, ngranget, ketandan, mendak, dan jetis. Hal ini perlu ditingkatkan

pemahamanya, agar dalam mengimplementasikannya berjalan lancer

sesuai harapan atau tujuannya.

Pemahaman sekertaris desa yang paham dengan undang undang ini

mencapai 47% atau delapan sekertaris desa yang paham. Delapan

sekertaris desa yang paham adalah sekertaris desa prambon, mruwak,

banjarjo, banjarsari kulon, banjarsari wetan, joho, padas, segulung.

Presentase ini baik, menunjukan bahwa mereka benar-benar paham dan

siap mengimplementasikan undang undang nomor 6 tahun 2014 ini.

Sekertaris desa yang sangat paham juga menunjukan presentase yang

lumayan baik yaitu 18 % atau 3 sekertaris desa yang paham. Ketiga

sekertaris tersebut adalah sekertaris desa kepet, sukosari dan dagangan.

Diharapkan dengan sangat pahamnya tentang undang undang ini mampu

mendukung pelaksanaan implementasi undang undang nomor 6 tahun

2014 tentang desa didesanya masing-masing.

Selain undang undang nomor 6 tahun 2014 tentang desa, sekertaris

desa juga harus paham dengan peraturan pemerintah, yaitu peraturan

pemerintah nomor 6 tahun 2014 tentang dana desa yang bersumber dari

Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), dan peraturan

pemerintah nomor 43 tahun 2014 tentang pelaksanaan undang undang

Page 54: Isi

54

nomor 6 tahun 2014 tentang desa.Berikut ini akan dijelaskan sejauhmana

pemahaman sekertaris desa mengenai peraturan pemerintah.

TabelIV.5Pemahaman Peraturan Pemerintah Nomor 60 tahun 2014

Sangat Tidak Setuju

Tidak Setuju

Netral Setuju Sangat Setuju

TOTAL

1 2 3 7 4 17

5.88235 11.7647 17.647141.176

523.5294 100

6% 12% 18% 41% 24% 1.01Sumber : Hasil Pengolahan Data

Sekertaris desa yang sangat tidak paham dengan peraturan nomor 60

tahun 2014 adalah 6 % dari total sampel atau satu sekertaris desa yang

sangat tidak paham yaitu sekertaris desa ketandan. Sangat tidak pahamnya

sekertaris desa dengan peraturan pemerintah ini akan menghambat

pelaksanaan implementasi undang undang. Sedangkan sekertaris desa

yang tidak paham dengan peraturan pemerintah ini adalah 12% atau dua

sekertaris desa dari total sampel. Dua sekertaris desa yang tidak paham

adalah sekertaris desa ngranget dan sewulan.

Sekertaris desa yang netral dengan peraturan ini ada 18% atau 3

sekertaris desa, tiga desa yang netral tersebut adalah sekertaris desa

mendak, banjarsari kulon dan joho. Pemahaman sekertaris desa tentang

pearaturan ini yang paham menunjukan presentase yang cukup baik yaitu

41% atau tujuh sekertaris desa yakni sekertaris desa prambon, mruwak,

banjarjo, banjarsari kulon, padas, tileng dan jetis. Pemahaman yang sangat

paham dengan peraturan ini adalah 24% atau empat sekertaris desa,

emapat sekertaris desa tersebut adalah sekertaris desa kepet, sukosari,

Page 55: Isi

55

dagangan dan segulung. Dengan tingkat pemahaman beginilah dapat

mambantu pelaksanaan implementasi undang undang. Selain pemahaman

terhadap peraturan pemerintah nomor 60, sekertaris desa juga harus paham

dengan peraturan nomor 43 tentang pelaksanaan undang undang nomor 6

tahun 2014 tentang desa. Pemahaman ini bertujuan untuk mengefektifkan

pelaksanaan implementasi undang undang, sehingga tujuan dapat tercapai

dengan baik. Pemahaman sekertaris desa tentang peraturan pemarintah

nomor 43 tahun 2014 bisa dilihat pada Tabelberikut.

TabelIV.6Pemahaman Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014

Sangat Tidak Setuju

Tidak Setuju

Netral Setuju Sangat Setuju

TOTAL

1 2 4 7 3 17 

5.8823511.764

723.5294 41.1765 17.6471 100

6% 12% 24% 41% 18% 1.01Sumber : Hasil Pengolahan Data

Pelaksanaan implementasi undang undang bisa tercapai dengan baik

bila kepala desa dan perangkatnaya paham dengan peraturan pemerintah

ini. Sejauh ini pemahaman sekertaris desa mengenai peraturan pemerintah

ini masih kurang, hal ini bisa dilihat dari Tabeldi atas. Terdapat sekertaris

desa yang sangat tidak paham, yaitu 6% atau satu sekertaris desa. Satu

sekertaris desa yang sangat tidak paham yaitu sekertaris desa ketandan.

Sekertaris desa yang tidak paham dengan peraturan ini ada 12% atau dua

sekertaris desa, dua sekertaris ini adalah sekertaris desa joho dan sewulan.

Pemahaman sekertaris desa bisa juga netral, pemahaman sekertaris

desa yang netral menunjukan 24 % atau empat sekertaris desa yang netral.

Page 56: Isi

56

Empat sekertaris yang netral tersebut adalah sekertaris desa jetis, mendak,

banjarjo, ngranget. Netral ini ada dua kemungkinan, kumingkinan pertama

sekertaris desa sekedar mengetahui bahwa ada peraturan tersebut,

kemungkinan kedua bahwa sekertaris desa mengetahui dan membacanya

tapi tidak dan atau kurang paham. Sekertaris desa yang paham dengan

peraturan ini adalah 41%atau tujuh sekertaris desa, tujuh sekertaris desa

tersebut adalah sekertaris desa prambon, mruwak, banjarsari wetan,

banjarsari kulon, padas, segulung, tileng. Sedangkan sekertaris desa yang

sangat paham dengan peraturan ini adalah 18% atau tiga sekertaris desa,

ketiga sekertaris desa tersebut adalah sekertaris desa kepet, sukosari, dan

dagangan.

c. Bendahara Desa

Bendahara desa merupakan bagian dari pengelolan keuangan desa.

Keuangan desa dikelola oleh bendahara dibawah naungan kepala desa.

Keuangan desa atau dana desa harus dikelola secara tertib, taat pada

ketentuan peraturan perundang-undangan, efisien, ekonomis, efektif,

transparan, dan bertanggung jawab dengan memperhatikan rasa keadilan

dan kepatutan serta mengutamakan kepentingan masyarakat setempat.

Sudah jelas bahwa bendahara hurus paham dan siap untuk

mengimplementasikan undang undang dan peraturan pemerintah terutama

mengenai anggaran atau dana yang akan masuk kedesa, jangan sampai

terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Pemahaman bendahara mengenai

undang undang ini dan peraturan pemerintah diukur dengan skala liker dan

Page 57: Isi

57

dengan menggunakan indikator sesuai dengan kuisioner. Pemahaman

bendahara desa mengenai undang undang akan dijelaskan sebagi berikut.

Tabel IV.7Pemahaman Undang Undang Nomor 6 Tahun 2014

Sangat Tidak Setuju

Tidak Setuju

Netral Setuju Sangat Setuju

TOTAL

0 1 2 5 9 17 

0 5.88235 11.764729.411

852.9412 100

0% 6% 12% 29% 53% 1Sumber : Hasil Pengolahan Data

Dari Tabeldiatas menunjukan bahwa pemahaman bendahara desa yang

sangat tidak paham adalah 0 %. Hal ini menunjukan bahwa ada ada

kemauan atau ada respon positif dari bendahara desa untuk memehami

undang undang ini. Terbukti tidak ada bendahara desa yang sangat tidak

paham dengan undang undang. Tidak pahamnya bendara desa tentang

undang undang ini menunjukan 6% atau satu bendahara desa, bendahara

desa tersebut ialah bendahara desa sewulan. Dengan ketidakpahaman ini

akan mengganggu bendahara dalam melakukan pengelolaan keuangan.

Bendahara desa yang netral menunjukan presentase 12% atau dua

bendahara yang netral, bendahara tersebut adalah bendahara desa ngranget

dan tileng. Bendahara yang paham dengan undang undang ini ada 29 %

atau lima bendahara desa, bendahara tersebut adalah prambon, banjarjo,

sukosari, joho dan jetis. Angka ini turun atau lebih rendah dibandingkan

dengan sekertaris desa, padahal sekertaris desa tidak menangani kuangan

desa. Hal ini harus menjadi pertimbangan supaya pemahaman mengenai

undang undang meningkat lebih baik.

Page 58: Isi

58

Pemahaman bendahara desa mengenai undang undang sangat paham

mencapai presentase yang baik, yaitu 53% atau Sembilan bendahara desa

yang sangat paham. Kesembilan bendahara tersebut adalah bendahara

mruwak, kepet, banjarsari wetan, banjarsari kulon, dagangan, padas,

segulung, tandan dan mendak. Pemahaman yang baik ini sangat membantu

dalam melaksanakan dan atau mengimplementasikan undang undang

tersebut. Maka, tujuan suatu desa akan mudah tercapai jika semua

pemerintah desa paham dan siap mengimplementasikan undang-undang

nomor 6 tersebut.

Selain paham dengan undang undang bendahara desa juga harus

paham dengan peraturan pemerintah nomor 60 dan juga peraturan

pemerintah nomor 43 tahun 2014. Peraturan nomor 60 tahun 2014 birisi

tentang dana desa yang bersumber dari APBN. Seorang bendahara harus

paham dari mana dari desa diperoleh dan bagaimana penyaluranya dari

pusat sampai dengan masuk kedesa. Selain itu bendahara juga harus

mengetahui pembagian dana yang akan masuk sesuai dengan kreteria apa

saja. Jadi, dana yang turun dari pusat sampai kedesa berjalan secara

efektif. Pemahaman bendahara desa mengenai peraturan pemerintah

nomor 60 tahun 2014 dapat dijelaskan sebagai berikut.

Page 59: Isi

59

TabelIV.8Pemahaman Peraturan Pemerintah Nomor 60 tahun 2014

Sangat Tidak Setuju

Tidak Setuju

Netral Setuju Sangat Setuju

TOTAL

0 2 2 7 6 17 

0 11.7647 11.764741.176

535.2941 100

0% 12% 12% 41% 35% 1Sumber : Hasil Pengolahan Data

Pemahaman sekertaris desa yang sangat tidak paham 0%, artinya tidak

ada bendahara yang sangat tidak paham dengan peraturan ini. Bendahara

desa yang tidak paham 12% atau dua bendahara desa yang tidak paham.

Dua bendahara desa yang tidak paham itu adalah bendahara desa sewulan

dan ngranget. Sedangkan bendahara yang netral 12% atau dua bendahara

desa yang netral. Bendahara desa tersebut adalah bendahara desa tileng

dan jetis.

Pemahaman bendahara desa yang paham mencapai 41 %, atau tujuh

bendahara desa yang paham. Hal ini menunjukan bahwa bendahara desa

memahami peraturan pemerintah ini, dengan pemahaman inilah bendahara

desa dapat mengelola keuangan desa dengan baik. Sedangkan bendahara

desa yang sangat paham 35% atau enam bendahara desa yang paham.

Keenam bendahara tetsebut adalah bendahara desa banjarsari wetan,

banjarsari kulon, dagangan, ketandan, mendak, kepet. Dengan pemahaman

ini, diharapkan dalam mengimplementasikan undang undang tidak

menemui kendala apapun. Selain peraturan pemerintah nomor 60,

bendahara desa juga harus pahamdengan peraturan pemerintah nomor 43

tahun 2014 tentang pelaksanaan undang undang tentang desa.

Page 60: Isi

60

Pemahaman peraturan pemerintah nomor 43 ini sangat penting, karena

peraturan ini berisi tentang pelaksanaan undang undang. Berhbung

bendahara desa mengelola keuangan desa, maka bendahara desa harus

benar-benar paham dengan peraturan ini. Pemahaman bendahara desa

tentang peraturan ini harus lebih baik dibanding pemahaman sekertaris

desa, karena pengelolaan keuangan desa ada pada bendahara desa. Dengan

pemahaman itulah yang nanti akannya digunakan bendahara desa untuk

menyusun laporan keuangan yang baik dan dapat dipertanggung

jawabkan. Pemahaman bendahara desa tentang peraturan pemerintah ini

bisa dilihat dibawah ini.

TabelIV.9Pemahaman Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014

Sangat Tidak Setuju

Tidak Setuju

Netral SetujuSangat Setuju

TOTAL

0 1 4 5 7  17

0 5.8823523.5294

29.4118 41.1765 100

0% 6% 24% 29% 41% 1Sumber : Hasil Pengolahan Data

Pemahaman bendahara desa dengan peraturan ini ditunjukan dengan

Tabeldiatas. Bendahara desa yang sangat tidak paham dengan peraturan

pemerintah ini 0 % atau tidak ada bendahara desa yang sangat tidak

paham. Bendaahara yang tidak paham 6% atau satu bendahara desa yang

tidak paham. Bendahara desa yang tidak paham tersebut adalah bendahara

desa sewulan. Bendahara desa yang netral 24% atau empat bendahara desa

yang netral dengan pemahmanan peraturan ini. Keempat bendahara

tersebut adalah bendahara desa ngranget, tileng, jetis dan banjarjo.

Page 61: Isi

61

Pemahaman bendahara desa yang paham dengan peraturan ini ada 29%

atau lima bendahara desa. Kelima bendahara tersebut adalah prambon,

sukosari, mruwak, daganagan dan joho. Jumlah ini lebih kecil atau rendah

dibandingkan dengan pemahaman sekertaris desa. Sedangkan yang sangat

paham dengan peraturan ini 41 % atau tujuh bendahara desa. Ketujuh

bendara ini adalah padas, segulung, ketandan, mendak, kepet, banjarsari

kulon, banjarsari wetan. Jumlah ini meningkat dibanding dengan

pemahman sekertaris desa, karena sekertaris desa tidak terlalu penuh ada

hubungannya dengan peraturan ini. Dengan jumlah yang besarinilah yang

nanti akan membantu dalam mengimplementasikan undang undang

tentang desa tersebut.

d. Desa

Pemahaman selanjutnya dilihat dari desa, untuk mengetahui seberapa

besar pemahaman desa mengenai undang undang dan peraturan

pemerintah. Bagi desa undang undang dan peraturan tersebut sangat

penting, karena untuk terwujudnya tujuan desa maka perlu pengetahuan

tentang peraturan tersebut. Tujuan desa untuk menciptakan kemandiri desa

bisa tercapai bila semua unsure yang didalamnya saling bekerjasama.

Dengan kerjasama inilah dapat mempermudah pencapaian tujuan

desa.Pemahaman desa mengenai undang undang dan peraturan lain bisa

dilihat pada Tabeldibawah ini.

Page 62: Isi

62

Tabel IV.10Pemahaman Undang Undang Nomor 6 Tahun 2014

Sangat Tidak Setuju

Tidak Setuju

Netral SetujuSangat Setuju

TOTAL

0 1 3 8 5 17 

0 5.88235 17.647147.0588

29.4118 100

0% 6% 18% 47% 29% 1Sumber : Hasil Pengolahan Data

Dari Tabeldiatas dapat dilihat bahwa pemahaman desa tentang undang

undang nomor 6 tahun 2014, desa yang sangat tidak paham dengan undang

undang 0%. Artinya tidak ada desa yang sangat tidak paham dengan

undang undang ini. Desa yang tidak paham dengan undang undang ini 6%

atau satu desa yang tidak paham. Desa yang tidak paham adalah desa

sewulan. Desa sewulan tidak paham karena kepala desa, perangkat desa

dan desa secara keseluruhan memang menolak dengan desahkannya

undang undang nomor 6 tahun 2014 tersebut, karena ada point-point yang

kurang sesuai dengan keadaan lapangan atau desanya. Pemahaman desa

yang netral 18 % atau tiga desa yang netral. Tiga desa yang netral tersebut

adalah desa ketandan, tileng dan jetis. Salah satu desa menyebutkan bahwa

didalam undang undang ini tidak pas, karena biaya operasional hanya

30%. Hal itulah yang menjadikan desa tersebut menjadikan pemahaman

desa netral.

Pemahaman desa yang paham dengan undang undang menunjukan

jumlah yang baik yaitu 47 % atau delapan desa yang paham. Jumlah ini

hampir setengah dari jumlah sampelnya. Delapan desa yang paham adalah

desa prambon, mruwak, banjarjo, banjarsari kulon, joho, ngranget,

Page 63: Isi

63

segulung dan ketandan. Sedangkan desa yang sangat paham 29 % atau

lima desa yang sangat paham. Kelima desa yang sangat paham tersebut

adalah desa kepet, banjarsari wetan, dagangan, sukosari dan padas.

Dengan jumlah pemahaman yang besar, maka desa-desa ini akan benar

siap untuk mengimplementasikannya. Dengan kesiapan desa untuk

mengelola dana yang akan masuk ini, maka dana tersebut akan dapat

digunakan seefektif mungkin untuk kepentingan masyarakat.

Selain pemahaman undang undang sebagi pendukung kesiapan

implementasi undang undang, desa juga harus harus paham dengan

peraturan pemerintah nomor 60 tahun 2014. Peraturan ini tentang dana

desa yang bersumber dari APBN. Desa harus paham dari mana dana yang

akan masuk ke desa itu berasal dan bagimana proses sampai diterima

didesanya masing-masing. Dan sempainya didesa harus dikelola dengan

baik oleh pemerintah desa. Pemahaman desa mengenai peraturan

pemerintah nomor 60 tahun 2014 akan dijelaskan sebagai berikut.

TabelIV.11Pemahaman Peraturan Pemerintah Nomor 60 tahun 2014

Sangat Tidak Setuju

Tidak Setuju

Netral SetujuSangat Setuju

TOTAL

0 1 5 6 5 17 

0 5.8823529.4118

35.2941 29.4118 100

0% 6% 29% 35% 29% 0.99Sumber : Hasil Pengolahan Data

Pemahaman desa dengan peraturan pemerintah nomor 60 tahun 2014 bisa

diliaht pada Tabeldiatas. Desa yang sangat tidak paham 0 %, artinya bahwa

tidak ada desa yang sangat tidak paham dengan peraturan ini. Desa yang tidak

Page 64: Isi

64

paham menunjukan 6 % atau satu desa yang tidak paham. Desa yang tidak

paham adalah desa sewulan. Desa yang netral 29% atau 5 desa yang netral.

Kelima desa yang netral tersebut adalah desa ngranget, padas, tandan, tileng

dan jetis. Desa yang paham dengan peraturan pemerintah ini adalah 35 5 atau

enam desa yang paham dengan peraturan ini. Keenam desa yang paham

adalah desa prambon, mruwak, banjarjo, segulung, mendak dan joho.

Sedangkan desa yang sangat paham 29 % atau lima desa yang sangat paham.

Kelilama desa yang sangat paham adalah desa kepet, banjarsari wetan,

banjarsari kulon, sukosari, dan desa dagangan. Dengan pemhaman desa yang

cukup tinggi ini dapat membantu desa dalam mengimplementasikan undang

undang.

Selain undang undang dan peraturan pemerintah nomer 60, desa juga

harus paham dengan peraturan pemerintah nomor 43 tahun 2014.

Peraturan ini berisi tentang pelaksanaan undang undang. Dengan

pemahaman yang baik pada peraturan ini, desa akan lebih siap dalam

mengimplementasikan undang undang. Kesiapan inilah yang akan

menetukan keberhasilan cita-cita pemerintah dan desa. Pemahaman desa

mengenai pelaksanaan undang undang atau peraturan pemerintah nomor

43 dapat diliahat dibawah ini.

Page 65: Isi

65

TabelIV.12Pemahaman Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014

Sangat Tidak Setuju

Tidak Setuju

Netral SetujuSangat Setuju

TOTAL

0 1 3 10 3 17 

05.88235

17.647158.8235

17.6471 100

0% 6% 18% 59% 18% 1.01Sumber : Hasil Pengolahan Data

Dari Tabeldiatas menunjukan bahwa pemahaman desa yang sangat

tidak paham adlah 0 %, artinya tidak ada desa yang sangat tidak paham

dengan peraturan ini. Desa yang tidak paham 6% atu satu desa yang tidak

pahm. Satu desa yang tidak paham adalah desa sewulan. Pemahaman desa

yang netral 18 % atau tiga desa yang pemahamnnya netral. Ketiga desa

tersebut adalah desa tandan, tileng dan jetis. Desa yang paham 59 % atau

sepuluh desa yang paham dengan peraturan pemerintah ini. Kesepuluh

desa tersebut adalah desa prambon, mruwak, banjarjo, banjarsari kulon,

dagangan, joho, ngranget, padas, segulung dan desa mendak. Sedangkan

desa yang sangat paham 18 % atau tiga desa yang sangat paham. Ketiga

desa yang sangat paham adalah desa kepet, banjarsari wetan dan desa

sukosari.

2. Kesiapan

Kepala desa dan perangkatnya selain paham juga harus siap

mengimplementasikan undang undang dan peraturan pemerintah lainnya.

Kesiapan ini yang akan menetukan keberhasilan baik pemerintah pusat,

pemerintah daerah dan pemerintah desa itu sendiri. Dengan dana desa

Page 66: Isi

66

yang akan masuk kedesa, yang nantinya dana tersebut akan digunakan

desa untuk membangun desanya masing-masing.

Kesiapan kepala desa dan perangkatnya dukur dengan menggunaka

skala liker sesuai dengan indikator-indikator yang ada pada kuisioner.

Pengukuran ini bertujuan untuk mengetahui sejauhmana kesiapan kepala

desa dan perangkatnya dalam mengimplementasikan undang undang.

Kesiapan mengimplementasikan undang undang bagi kepala desa,

sekertaris desa, bendahara desa dan desa secara umum dapat diurakan

sebagai berikut.

a. Kepala Desa

Kepala desa sebagai tonggak atau sebagai penanggung jawab desa

selain perangkat lainnya. Kesiapan kepala desa mengimplementasikan

undang undang minimal harus siap, akan lebih baik kepala desa sangat

siap mengimplementasikan undang undang tersebut. Kesiapan ini akan

membantu kegiatan-kegiatan yang ada di desa. Berjalannya kegiatan

desa, maka akan membantu pula perekonomian desa. Sejauh mana

kesiapan kepala desa perhatikan Tabelberikut ini.

TabelIV.13Kesiapan Kepala Desa Mengimplementasi

Undang Undang Nomor 6 tahun 2014

Sangat Tidak Setuju

Tidak Setuju

Netral SetujuSangat Setuju

TOTAL

1 3 4 6 3 17 

5.8823517.6471

23.529435.2941

17.6471 100

6% 17% 24% 35% 18% 1Sumber : Hasil Pengolahan Data

Page 67: Isi

67

Tabeldiatas menunjukan bahwa kesiapan kepala desa yang sangat

tidak siap 6 % atau satu kepala desa yang tidak siap. Kepala desa yang

tidak siap ini adalah kepala desa sewulan. Kepala desa yang tidak siap

17% atau tiga kepala desa. Ketiga kepala desa tersebut adalah kepala

desa segulung, ketandan dan jetis. Tidak siapnya kepala desa

mengimplementasikan undang undang ini akan berdampak negatif

terhadap kegiatan yang ada didesa. Dengan begitu besarnya dana yang

masuk kedesa, jika kepala desa tidak siap bagaimana realisasi

anggaran tersebut digunakan. Padahal dana tersebut mencapai 1 miliar

rupiah. Mungkin saja bisa terjadi penyelewengan dana apabila kepala

desa sangat tidak siap.

Kesiapan kepala desa yang netral 24 % atau empat kepala desa

yang netral. Empat kepala desa yang netral adalah kepala desa padas,

mendak, tileng dan joho. Kepala desa yang siap dengan implemntasi

undang undang ini 35% atau enam kepala desa yang siap. Keenam

kepala desa yang siap tersebut adalah kepala desa rambon, mruwak,

banjarjo, kepet, banjarsari kulon dan kepala desa sukosari. Sedangkan

kepala desa yang sangat siap 18% atau tiga kepala desa. Ketiga kepala

desa yang siap adalah kepala desa ngranget, dagangan, banjarsari

wetan.

Kesiapan kepala yang baik akan mempermudah kegiatan desa

danmembantu pertumbuhan ekonomi desa. Dengan pemahaman dan

kesiapan yang matang maka pengelolaan dana yang masuk kedesa

Page 68: Isi

68

akan berjalan secara efektif. Dana yang masuk inilah yang nantinya

akan digunakan desa untuk membangun desanya masing-masing.

Dana yang masuk kedesa, sebelum dana itu turun kepala desa dan

anggotanya harus menyusun Rencana Program Jangka Menengah

(RPJM), Rencana Kerja Pemenrintah ( RKP) dan Anggaran

Pendapatan dan Belanja Desa (APBDes). Dan dana tersebut dikelola

mulai dari perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan dan

pertanggungjawaban sesuai undang undang nomor 6 tahun 2014.

Tetapi pemerintah tidak diam begtu saja, akan ada pemdampingan

dalam melaksankan kegiatan tersebut. Agar pelaksanaan implementasi

undang undang ini berjalan secara efektif, ekonomis dan efisien serta

tidak terjadi tindak pidana korupsi pada kepala desa dan perangkatnya.

b. Sekertaris Desa

Sekertaris desa bisa disebut juga wakil kepala desa, jadi kesiapan

sekertaris desa juga harus baik karena untuk mendukung kegiatan yang

ada didesanya. Kesiapan sekertaris desa tentang undang undang nomor

6 akan dijelaskan sebagai berikut.

TableIV.14Kesiapan Sekertaris Desa Mengimplementasi

Undang Undang Nomor 6 tahun 2014

Sangat Tidak Setuju

Tidak Setuju

Netral SetujuSangat Setuju

TOTAL

0 4 3 7 3 17 

0 23.529417.647

141.1765

17.647

1100

0% 24% 18% 41% 18% 1.01

Page 69: Isi

69

Sumber : Hasil Pengolahan Data

Dari penjelasan Tabeldiatas, bahwa sekertaris desa yang sangat

tidak siap dengan implementasi undang undang adalah 0 %, artinya

bahwa tidak ada sekertaris desa yang sangat tidak siap dengan

implementasi undang undang. Sekertaris desa yang tidak siap 24 %

atau empat sekertaris desa yang tidak siap mengimplementasikan

undang undang. Empat sekertaris desa yang tidak paham tersebut

adalah sekertaris desa joho, sewulan, ngranget dan tileng. Sekertaris

desa yang netral 18% atau tiga sekertaris desa yang deng implementasi

undang undang. Ketiga sekertaris desa yang netral tersebut adalah jetis,

tandan, dan mendak. Dengan tidak siapnya sekertaris desa dalam

mengimplementasika undang undang, akan menyebabkan

terhambatnya pembangunan didesa.

Kesiapan sekertaris desa yang siap mengimplementasikan undang

undang adalah 41 % atau tujuh sekertaris desa yang paham. Ketujuh

sekertaris tersebut adalah sekertaris desa prambon, mruwak, banjarjo,

banjarsari wetan, banjarsari kulon, dan dagangan. Sedangkan sekertaris

desa yang sangat siap 18 % atau tiga sekertaris desa yang siap. Ketiga

sekertaris tersebut adalah sekertaris desa padas, sukosari, dan kepet.

Dengan kesiapan inilah diharapkan mampu mendukung barjalannya

pelaksanaan implementasi undang undang.

c. Bendahara Desa

Page 70: Isi

70

Bendahara desa adalah bagian yang berususang dengan keuang

desa. Bendahara desa akan mengelola dana miliaran rupiah, maka dari

itu bendahara desa harus sangat siap untuk mengimplementasikan

undang undang. Dengan kesiapan bendahara yang baik, maka akan

tercipta pengelolaan keuangan yang baik. Berikut akan dijelaskan

kesiapan bendahara desa mengimplementasikan undang undang nomor

6 tahun 2014.

TableIV.15Kesiapan Bendahara Desa Mengimplementasi

Undang Undang Nomor 6 tahun 2014

Sangat Tidak Setuju

Tidak Setuju

Netral SetujuSangat Setuju

TOTAL

 

0 11.7647 11.7647 29.411847.0588

100

0% 12% 12% 29% 47% 1Sumber : Hasil Pengolahan Data

Bendahara desa yang sangat tidak siap adalah 0 %, artinya tidak

ada bendahara desa yang sangat tidak siap. Bendahara desa yang tidak

siap 12 % atau dua bendahara desa yang tidak siap. Kedua bendahara

desa yang tidak siap tersebut adalah ngranget dan sewulan. Sedangkan

bendahara desa yang netral adalah 12% atau dua bendahara yang

netral. Ketidak siapan bendahara desa ini akan berpengaruh terhadap

pengelolaan keuangan desa. Dengan demikian untuk mengambil

keputusan oleh pemerintah daerah dan pusat akan sulit.

Bendahara desa yang siap mengimplementasikan undang undang

29% atau lima bendahara desa yang siap mengimplementasikan

Page 71: Isi

71

undang undang. Kelima bendahara desa tersebut adalah bendahara

desa prambon, mruwak, banjarjo, sukosari dan jetis. Sedangkan

bendahara desa sangat siap 47 % atau delapan bendahara desa yang

sangat siap. Delapan bendahara yang sangat siap tersebut adalah

bendahara desa kepet, banjarsari wetan, banjarsari kulon, dagangan,

padas, segulung, ketandan dan mendak. Dengan kesiapan inilah akan

memudahkan bendahara dalam mengelola keuangan desa dan akan

memudahkan pemerintah daerah dan pusat dalam mengambil

keputusan.

d. Desa

Desa merupakan kumpulan dari masyarakat. Kepala desa,

sekertaris desa dan bendahara desa juga termasuk didalamnya.

Kesiapan desa mengimplementasikan undang undang akan

berpengaruh terhadap perkembangan desa itu sendiri. Kesiapan desa

yang baik, maka akan mepermudah menciptakan desa yang mandiri,

sedangkan desa yang tidak siap, desa akan kesulitan dalam

menjalankan program-programnya. Tujuan yang telah direncanakan

tidak akan terealisai dengan baik. Berikut ini penjelasan kesiapan desa

mengimplementasi undang undang nomor 6 tahun 2014.

TableIV.16Kesiapan Desa Mengimplementasi Undang Undang Nomor 6 tahun 2014

Sangat Tidak Setuju

Tidak Setuju

Netral SetujuSangat Setuju

TOTAL

0 1 5 8 3 17 

0 5.88235 29.4118 47.0588 17.6471 100

Page 72: Isi

72

0% 6% 29% 47% 18% 1Sumber : Hasil Pengolahan Data

Kesiapan desa mengimplementasikan undang yang sangat tidak siap

adalah 0 %, artinta tidak ada desa yang sangat tidak siap. Desa yang tidak

siap 6 % atau satu desa yang tidak siap, desa yang tidak siap tersebut

adalah desa sewulan. Desa yang netral adalah 29% atau lima desa yang

netral. Kelima desa yang netral adalah desa jetis, tileng, ketandan,

ngranget dan joho. Tidak siapnya desa mengimplementasikan undang

undang akan mengganggu program atau kegiatan desa. Tidak berjalannya

kegiatan desa secara efektif, juga akan mengganggu masyarakat sekitar.

Kesiapan desa yang siap adalah 47 % atau delapan desa yang siap.

Delapan desa yang siap tersebut adalah desa prambon, mruwak, banjarjo,

banjarsari kulon, sukosari, padas, segulung dan mendak. Sedangkan desa

yang sangat siap deng implementasi undang undang 18% atau tiga desa

yang sangat siap. Ketiga desa tersebut adalah desa kepet, banjarsari wetan,

dan dagangan. Kesiapan desa yang baik mengimplementasikan undang

undang akan membantu menciptakan kemandirian desa dan kesejahteraan

masyarakat.

Dengan adanya dana desa yang masuk kedesa dan dengan kesiapan

kepala desa dan perangkatnya dengan baik, maka akan membantu program

yang ada didesa masing-masing. Berjalannyaprogram desa yang baik maka

dapat meningkatkan sector yang ada misalnya sector ekonomi,

sosial,budaya, politik dan hukum. Sehingga kemandirian desa dan

kesejahteraan masyarakat akan terwujud.

Page 73: Isi

73

C. Pembahasan.

Dalam implementasinya bahwa desa akan mendapatkan dana miliran

rupiah, bagaimana kepala desa perangkatnya mengelola agar dana tersebut

dapat bermanfaat bagi masyarakat banyak. Kepala desa dan perangkat desa

harus paham dan siap mengimplementasikan undang undang dan peraturan

pemerintah. Dengan pemahaman inilah kepala desa dan perangkat desa akan

lebih mudah dalam melaksanakan atau menerapkan sesuai dengan isi dari

undang undang.

Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa pemahaman kepala desa dan

perangkatnya terhadap undang undang nomor 6 tahun 2014 sudah paham dan

mengerti. Pemahaman kepala desa dan perangkatnya diukur dengan

menggunakan skala liker dan dengan menggunakan indikator indikator

sebagai berikut :

1. Pengetahuan tentang Undang Undang Nomer 6 Tahun 2014 tentang

Desa

2. Pengetahuan tentang Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2014

tentang Dana Desa Yang Bersumber Dari Anggaran Pendapatan dan

Belanja Negara

Page 74: Isi

74

3. Pengetahuan tentang Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014

tentang Peraturan Pelaksanaan Undang Undang Nomor 6 Tahun 2014

tentang Desa

4. Implementasi Undang Undang Nomor 6 Tahun 2014

Pemahaman kepala desa perangkatnya sebabkan oleh beberapa faktor,

diantaranya adalah sebagai berikut :

a. Sudah mengetahui informasi tersebut melalui media masa dan atau

dari forum-forum rapat yang diadakan pada tingkat kecamatan.

b. Sudah mendapatkan bimtek yang di adakan secara serentak oleh

Pemerintah Provinsi Jawa Timur.

c. Sudah diadakannya diskusi dilingkungan pemerintah desa (kepala

desa, perangkat desa dan BPD).

Pemahaman kepala desa dan perangkatnya akan mempermudah dalam

mengimplementasi undang undang, sehingga dalam menerapkannya tidak

menemui kendala atau kesulitan. Dengan pemahaman yang baik pengelolaan

keuangan desa akan berjalan secara efektif dan transparan. Pengelolaan

keuangan yang baik akan membantu desa dalam menciptakan kemandiriaan

desa dan kesejahteraan desa akan terwujud.

Dari analisa data diatas menunjukkan bahwa kesiapan kepala desa dan

perangkatnya mengimplementasikan undang undang nomor 6 tahun 2014

sudah siap. Hasil ini diukur dengan menggunakan skala liker dan dengan

menggunaka indikato indikator yang sesuai dengan kuisioner.

Page 75: Isi

75

Kesiapan kepala desa perangkatnya belum bisa secara total atau

menyeluruh. Kurang atau belum bisa secara total kesiapan kepala desa dan

perangkatnya dikarenakan ada beberapa point dari isi undang undang yang

tidak sependapat dengan kepala desa dan perangkat desa. Point-point itu

adalah sebagai berikut :

a. Asset desa (bengkok) yang selama ini dikelola oleh kepala desa dan

perangkat desa tanpa memberi kas kepada desa akan ditarik desa sebagai

sumber pendapatan desa (kas desa).

b. Prensetase anggaran yang masuk untuk operasional cukup kecil yaitu

hanya 30% dari total dana yang diterima desa.

Perlu ada pelatihan untuk meningkatkan kesiapan kepala desa dan

perangkatnta. Dengan pelatihan ini bertujuan untuk meminimalisir adanya

kesalahan dalam mengimplementasikan undang undang tersebut. Sehingga

dalam implementasinya tidak menemui kendala apapun.

Kesiapan kepala desa dan perangkatnya mengimplementasi undang

undang ini akan membantu pemerintah desa dalam mewujudkan desa yang

mandiri. Desa yang mandiri akan membantu program yang dijalankan baik

pemerintah desa, pemerintah daerah dan pemerintah pusat untuk mewujudkan

masyarakat yang sejahtera. Sedangkan kepala desa dan perangkat yang kurang

siap akan mengganggu program yang akan dijalankan, sehingga kemandirian

desa untuk mengelola desanya akan sulit terwujud.

Kepala desa dan perangkat desa yang kurang siap akan menjadi

pertimbangan pemerintah dalam menetapkan aturan tersebut dan perlu adanya

Page 76: Isi

76

evaluasi.Evaluasi bertujuan untuk melihat, hal apa yang menjadikan kepala

desa dan perangkat desa kurang siap dalam mengimplementasikan undang

undang. Selain mengevaluasi aturan tersebut pemerintah kabupaten perlu

mengadakan pelatihan-pelatihan untuk meningkatkan kesiapkan kepala desa

dan perangkat desa. Pelatihan ini diharapakan dapat membantu kepala desa

dan perangkatnya dalam mengelola dan mengatur desanya masing-masing.

Dengan kesiapan yang maksimal program-program yang dijalankan akan

berjalan dengan efektif dan efisien.

Selain program yang tidak berjalan dengan baik, kurang siapmya kepala

desa dan perangkatnya akan berpengaruh tergadap hasil atau kualitas laporan

pertanggungjawaban yang akan dihasilkan. Kualitas laporan inilah yang akan

digunakan pemerintah daerah dan pusat sebagai dasar pengambilan

keputusan. Dengan demikian bila laporan yang dihasilkan tidak maksimal

maka hasil keputusan yang diambil pemerintah tidak maksimal dan tidak tepat

sasaran.

Kesiapan yang kurang terhadap kepala desa dan perangkatnya perlu

adanya pendampingan dari pemerintah kabupaten madiun untuk

meminimalisir kesalahan dalam pengelolaan keuanagan. Pendampingan ini

bertujuan untuk mendampingi dalam penyusunan RPJM, RKP dan APBDes

agar berjalan secara efektif dan efisien. Berjalannya perencanaan dan

pengelolaan keuangan yang baik kemandirian pemerintah desa dalam

menjalakan program-programnya akan berjalan secara baik pula. Sehingga

Page 77: Isi

77

dengan berjalannya program pemerintah desa kesejahteraan masyarakat desa

akan meningkat.

Page 78: Isi

BAB V

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Kepala desa dan perangkat desa paham dan mengerti dengan Undang

Undang Nomor 6 Tahun 2014. Pemahaman kepala desa dan perangkatnya

diukur dengan menggunakan skala liker dan dengan menggunakan indikator

indikator sebagai berikut :

a. Pengetahuan tentang Undang Undang Nomer 6 Tahun 2014 tentang

Desa.

b. Pengetahuan tentang Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2014

tentang Dana Desa Yang Bersumber Dari Anggaran Pendapatan dan

Belanja Negara.

c. Pengetahuan tentang Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014

tentang Peraturan Pelaksanaan Undang Undang Nomor 6 Tahun 2014

tentang Desa.

d. Implementasi Undang Undang Nomor 6 Tahun 2014

Pemahaman ini diharapkan kepala desa dan perangkat desa bisa

mengimplementasikan undang undang secara efektif dan efisien. Dengan

pemahaman yang baik implementasi undang undang akan berjalan dengan

lancar. Berjalannya implementasi undang undang ini, akan menciptakan

kemandiriian desa. Pemahaman kepala desa dan perangkatnya ini karena

dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu:

78

Page 79: Isi

79

1. Sudah mengetahui informasi tersebut melalui media masa dan atau

dari forum-forum rapat yang diadakan pada tingkat kecamatan.

2. Sudah mendapatkan bimtek yang di adakan secara serentak oleh

Pemerintah Provinsi Jawa Timur.

3. Sudah diadakannya diskusi dilingkungan pemerintah desa (kepala

desa, perangkat desa dan BPD).

Kesiapan kepala desa dan perangkat desa dalam mengimplementasikan

Undang Undang Nomor 6 Tahun 2014 sudah siap. Kesiapan kepala desa dan

perangkatnya ini diukur dengan indikator yang sesuai dengan kuisioner.

Kesiapan kepala desa perangkatnya belum bisa secara total atau menyeluruh.

Kurang atau belum bisa secara total kesiapan kepala desa dan perangkatnya

dikarenakan ada beberapa point dari isi undang undang yang tidak sependapat

dengan kepala desa dan perangkat desa. Point-point itu adalah sebagai berikut:

a. Asset desa (bengkok) yang selama ini dikelola oleh kepala desa dan

perangkat desa tanpa memberi kas kepada desa akan ditarik desa

sebagai sumber pendapatan desa (kas desa).

b. Prensetase anggaran yang masuk untuk operasional cukup kecil yaitu

hanya 30% dari total dana yang diterima desa.

Perlu ada pelatihan untuk meningkatkan kesiapan kepala desa dan

perangkatnya. Dengan pelatihan ini bertujuan untuk meminimalisir adanya

kesalahan dalam mengimplementasikan undang undang tersebut. Sehingga

dalam implementasinya tidak menemui kendala apapun.

Page 80: Isi

80

Kesiapan kepala desa dan perangkatnya mengimplementasi undang

undang ini akan membantu pemerintah desa dalam mewujudkan desa yang

mandiri. Desa yang mandiri akan membantu program yang dijalankan baik

pemerintah desa, pemerintah daerah dan pemerintah pusat untuk mewujudkan

masyarakat yang sejahtera. Sedangkan kepala desa dan perangkat yang kurang

siap akan mengganggu program yang akan dijalankan, sehingga kemandirian

desa untuk mengelola desanya akan sulit terwujud.

B. SARAN

Agar pelaksanaan implementasi Undang Undang Nomor 6 tahun 2014

dapat berjalan sesuai dengan aturan sehingga tujuan pengelolaan keuangan

dan perencanaan pembangunan berjalan baik, ada beberapa saran yang

diperlukan:

1. Pemerintah daerah seharusnya memberikan pelatihan tambahan kepada

kepala desa dan perangkat desa agar lebih siap dalam

mengimplementasikan Undang Undang Nomor 6 Tahun 2014.

2. Selain itu pemerintah daerah melakukan pendampingan secara efektif

dengan tujuan pengelolaan keuangan dan perencanaan desa dapat

berjalan dengan baik.

3. Ada kerjasama antara pemerintah desa dengan pemerintah kabupaten.

4. Adanya pastisipasi dari masyarakat untuk mendukung implementasi

Undang Undang Nomor 6 Tahun 2014.

Page 81: Isi

81

C. Rekomendasi Penelitian Selanjutnya

Penelitian ini memiliki keterbatasan yaitu terbatasnya jumlah sampel dan

teknik analisa yang digunakan. Dengan ketrbatasan tersebut, beberapa saran

untuk penelitian selanjutnya adalah :

1. Memperluas jumlah sampel, guna mendapatkan hasil yang lebih akurat.

2. Teknik analisa data sebaiknya menggunakan program SPSS misalnya

menggunaka Regresi Linier.