Isi
description
Transcript of Isi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Fenomena-fenomena di masa lalu telah melahirkan konsep pembangunan
yang sedikit berbeda di masa sekarang. Pembangunan yang cenderung
mengarah pada sentralisasi kekuasaan dan pengambilan keputusan dari atas ke
bawah (top-down) kini mulai diminimalkan, dan muncul konsep
pembangunan alternatif yang menekankan pentingnya pembangunan berbasis
masyarakat (community based development), yang bersifat bottom up dan
menggunakan pendekatan lokalitas yaitu pembangunan yang menyatu dengan
budaya lokal serta menyertakan partisipasi masyarakat lokal bukan
memaksakan suatu model pembangunan dari luar (Zubaedi, 2007 : 10).
Prinsip pelayanan publik harus dilaksanakan oleh jenjang pemerintahan yang
sedekat mungkin kepada rakyat. Itu berarti pemerintah desa adalah sebagai
ujung tombak pemerintah pusat dalam melaksanakan pembangunan,
pelayanan publik, dan pemberdayaan masyarakat karena pemerintah desa
merupakan tingkat pemerintahan terkecil yang berhadapan langsung dengan
rakyat (Drs. Joelino,2013).
Otonomi daerah sebagaimana dituangkan dalam Undang-Undang No.32
Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah maupun Undang-Undang No.33
Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Pusat-Daerah sejak wacana itu
ada memperoleh sambutan positif dari semua pihak, dengan segenap harapan
1
2
bahwa melaui otonomi daerah akan dapat merangsang terhadap adanya upaya
untuk menghilangkan praktek-praktek sentralistik yang pada satu sisi
dianggap kurang menguntungkan bagi daerah dan penduduk lokal. Prinsip
otonomi daerah menggunakan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam arti
daerah diberikan kewenangan mengurus dan mengatur semua urusan
pemerintahan di luar yang menjadi urusan Pemerintah yang ditetapkan dalam
Undang-Undang.
Proses desentralisasi yang telah berlangsung telah memberikan penyadaran
tentang pentingnya kemandirian daerah yang bertumpu pada pemberdayaan
potensi lokal. Meskipun pada saat ini kebijakan yang ada masih menitik-
beratkan otonomi pada tingkat Kabupaten/Kota, namun secara esensi
sebenarnya kemandirian tersebut harus dimulai dari level pemerintahan
ditingkat paling bawah, yaitu desa.
Pemerintah desa diyakini lebih mampu melihat prioritas kebutuhan
masyarakat dibandingkan Pemerintah Kabupaten yang secara nyata memiliki
ruang lingkup permasalahan lebih luas dan rumit. Untuk itu, pembangunan
pedesaan yang dilaksanakan harus sesuai dengan masalah yang dihadapi,
potensi yang dimiliki, aspirasi masyarakat dan prioritas pembangunan
pedesaan yang telah ditetapkan. Pemerintah kemudian mengeluarkan
Peraturan Pemerintah No. 72 Tahun 2005 tentang Desa dan Peraturan Menteri
Dalam Negeri Nomor 37 tahun 2007 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan
Desa. Pemerintah daerah mempunyai kewenangan yang lebih luas dalam
pengelolaan daerahnya. Salah satu bentuk kepedulian pemerintah terhadap
3
pengembangan wilayah pedesaaan adalah adanya anggaran pembangunan
secara khusus yang dicantumkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah (APBD) untuk pembangunan wilayah pedesaan, yakni dalam bentuk
Alokasi Dana Desa (ADD). Inilah yang kemudian melahirkan suatu proses
baru tentang desentralisasi desa diawali dengan digulirkannya Alokasi Dana
Desa (ADD).
Selama ini, pembangunan desa masih banyak bergantung dari pendapatan
asli desa dan swadaya masyarakat yang jumlah maupun sifatnya tidak dapat
diprediksi. Oleh karena itu untuk menunjang pembangunan di wilayah
pedesaan, pemerintah pusat mengarahkan kepada beberapa kabupaten untuk
melakukan pengalokasian dana langsung ke desa dari APBD-nya. Kebijakan
pengalokasian dana langsung ke desa ini disebut sebagai kebijakan Alokasi
Dana Desa (ADD). Alokasi Dana Desa (ADD) adalah dana yang dialokasikan
oleh Pemerintah Kabupaten untuk desa, yang bersumber dari bagian dana
perimbangan keuangan pusat dan daerah yang diterima oleh Kabupaten (Drs.
Joelino,2013). Menurut Drs.Joelino (2013) tujuan dari Alokasi Dana Desa
(ADD) ini adalah untuk :
1. Meningkatkan penyelenggaraan pemerintahan desa dalam
melaksanakan pelayanan pemerintahan, pembangunan, dan
kemasyarakatan sesuai kewenangannya.
2. Meningkatkan kemampuan lembaga kemasyarakatan di desa dalam
perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian pembangunan secara
partisipatif sesuai dengan potensi desa.
4
3. Meningkatkan pemerataan pendapatan, kesempatan bekerja dan
kesempatan berusaha bagi masyarakat desa.
4. Mendorong peningkatan swadaya gotong royong masyarakat desa.
Pemerintah mengharapkan kebijakan Alokasi Dana Desa ini dapat
mendukung pelaksanaan pembangunan partisipatif berbasis masyarakat dalam
upaya pemberdayaan masyarakat pedesaan sekaligus memelihara
kesinambungan pembangunan di tingkat desa. Dengan adanya Alokasi Dana
Desa, desa memiliki kepastian pendanaan sehingga pembangunan dapat terus
dilaksanakan tanpa harus terlalu lama menunggu datangnya dana bantuan dari
pemerintah pusat (Drs.Joelino,2013).
Sadu Wasistiono (2002) menegaskan bahwa Pengakuan secara yuridis
terhadap kewenangan Desa tidak akan banyak artinya apabila tidak didukung
dengan pemberian sumber-sumber pembiayaan serta upaya pemberdayaan
secara konseptual dan berkesinambungan. Sebab pada dasarnya pembiayaan
akan mengikuti fungsi-fungsi yang dijalankan (money follows function).Maka
pemberian Alokasi Dana Desa (ADD) merupakan wujud dari pemenuhan hak
desa untuk menyelenggarakan otonominya dalam rangka terwujudnya
pertumbuan dan perkembangan antar Desa secara merata, Untuk itu harus
dapat dibangun suatu kebijakan pengelolaan dan penentuan besaran Alokasi
Dana Desa dalam rangka penguatan pelaksanaan otonomi desa.
Desa adalah desa dan desa adat atau yang disebut dengan nama lain,
selanjutnya disebut Desa, adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki
batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan
5
pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat berdasarkan prakarsa
masyarakat, hak asal usul, dan/atau hak tradisional yang diakui dan dihormati
dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia (Undang
Undang No 6 Tahun 2014, pasal 1 ayat 1).
Pemerintahan Desa adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan dan
kepentingan masyarakat setempat dalam sistem pemerintahan Negara
Kesatuan Republik Indonesia(Undang Undang No 6 Tahun 2014, pasal 1 ayat
2).Undang-Undang Desa adalah seperangkat aturan mengenai penyelenggaran
pemerintah desa dengan pertimbangan telah berkembang dalam berbagai
bentuk sehingga perlu dilindungi dan diberdayakan agar menjadi kuat, maju,
mandiri, dan demokratis sehingga dapat menciptakan landasan yang kuat
dalam melaksanakan pemerintahan dan pembangunan menuju masyarakat
yang adil, makmur, dan sejahtera.Undang-Undang ini juga mengatur materi
mengenai Asas Pengaturan, Kedudukan dan Jenis Desa, Penataan Desa,
Kewenangan Desa, Penyelenggaraan Pemerintahan Desa, Hak dan Kewajiban
Desa dan Masyarakat Desa, Peraturan Desa, Keuangan Desa dan Aset Desa,
Pembangunan Desa dan Pembangunan Kawasan Perdesaan, Badan Usaha
Milik Desa, Kerja Sama Desa, Lembaga Kemasyarakatan Desa dan Lembaga
Adat Desa, serta Pembinaan dan Pengawasan.Selain itu, Undang-Undang ini
juga mengatur dengan ketentuan khusus yang hanya berlaku untuk Desa Adat
sebagaimana diatur dalam Bab XIII.Undang undang ini juga mempunyai
keistimewaan (http://kartonmedia.blogspot.com/2014/02/keistimewaan-
6
undang-undang-desa-terbaru.html dikutip pada tanggal 28 Oktober 2014)
antara lain :
Dana Milyaran Rupiah akan masuk ke Desa, dengan disahkannya Undang-
Undang Desa maka tiap Desa akan mendapatkan kucuran dana dari
pemerintah pusat melalui APBN lebih kurang 1 Milyar per tahun. Ini bisa kita
baca pada pasal 72 ayat (1) mengenai sumber pendapatan desa, dalam huruf d.
disebutkan "alokasi dana desa yang merupakan bagian dari dana perimbangan
yang diterima Kabupaten/Kota". Selanjutnya dalam ayat (4) pasal yang sama
disebutkan "Alokasi dana Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d
paling sedikit 10% (sepuluh perseratus) dari dana perimbangan yang diterima
Kabupaten/Kota dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah setelah
dikurangi Dana Alokasi Khusus".
Undang Undang Desa juga mengatur tentang alokasi dana dari pemerintah
pusat. Selama ini tidak pernah ada anggaran dari pusat. Jumlahnya sebesar
10% dari dana per daerah, Kira-kira sekitar Rp700 juta untuk tiap Desa per
tahunnya (Wakil Ketua DPR RI, Priyo Budi Santoso). Sementara itu jumlah
10 persen dari dana perimbangan yang diterima Kabupaten/Kota dalam
anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah setelah dikurangi Dana Alokasi
Khusus harus diberikan ke Desa. Dana sekitar Rp104,6 triliun ini dibagi
sekitar 72.000 desa. Sehingga total Rp1,4 miliar per tahun per Desa (Wakil
Ketua Pansus RUU Desa, Budiman Sudjatmiko). Jumlahnya akan ditentukan
berdasarkan letak geografis, jumlah penduduk dan tingkat kemiskinan. Dana
itu diajukan desa melalui BPD (badan Permusyawaratan Desa) yang
7
anggotanya merupakan wakil dari penduduk desa berdasarkan keterwakilan
wilayah dan ditetapkan secara demokratis. BPD merupakan badan
permusyawaratan di tingkat desa yang turut membahas dan menyepakati
berbagai kebijakan dalam penyelenggaraan Pemerintah Desa dan BPD harus
menyelengggaran rapat setahun sekali.
Selain Dana Milyaran Rupiah, keistimewaan berikutnya adalah
menyangkut penghasilan tetap Kepala Desa. Menurut Pasal 66 Kepala Desa
atau yang disebut lain (Nagari) memperoleh gaji dan penghasilan tetap setiap
bulan. Penghasilan tetap kepala desa dan perangkat desa bersumber dari dana
perimbangan dalam APBN yang diterima oleh kabupaten/kota ditetapkan oleh
APBD. Selain penghasilan tetap yang dimaksud, Kepala Desa dan Perangkat
Desa juga memperoleh jaminan kesehatan dan penerimaan lainya yang sah.
Selain dua hal sebagaimana tersebut diatas, dalam UU Desa tersebut akan
ada pembagian kewenangan tambahan dari pemerintah daerah yang
merupakan kewenangan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat yaitu
adanya peluang desa untuk mengatur penerimaan yang merupakan pendapatan
desa yaitu sebagaimana diatur dalam Pasal 72 UU Desa. Selama ini, Kepala
desa menjadi pesuruh camat, bupati. Tapi hari ini jadi raja dan penentu sendiri,
jadi Kepala Desa yang berkuasa penuh mengatur dan membangun desanya,
( Anggota Panitia Kerja Rancangan Undang-Undang Desa, Bachruddin
Nasori).
Dengan Undang-Undang Desa yang baru masa jabatan Kepala Desa
adalah 6 tahun dan dapat dapat menjabat paling banyak 3 (tiga) kali masa
8
jabatan secara berturut-turut atau tidak secara berturut-turut (pasal 39).
Demikian juga dengan masa jabatan Badan Permusyawaratan Desa, mereka
bisa menjabat paling banyak tiga kali masa jabatan, baik secara berturut turut
maupun tidak berturut-turut. Hal Ini berbeda dengan Undang-Undang yang
berlaku sebelumnya yaitu UU Nomor 32 Tahun 2004 dimana Kepala Desa
dan BPD hanya bisa menjabat paling banyak 2 (dua) kali masa jabatan.
Menurut pasal 55 UU Desa yang baru, Badan Permusyawaratan Desa
mempunyai fungsi:
1. Membahas dan menyepakati Rancangan Peraturan Desa bersama
Kepala Desa.
2. Menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat Desa.
3. Melakukan pengawasan kinerja Kepala Desa.
Disini ada penambahan fungsi BPD yaitu pada huruf c yaitu melakukan
pengawasan kinerja Kepala Desa. Hal ini berbeda dengan Undang-Undang
Nomor 32 Tahun 2004,dimana dalam pasal 209 disebutkan Badan
Permusyawaratan Desa berfungsi menetapkan peraturan desa bersama kepala
desa, menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat.
Salah satu poin yang paling krusial dalam pembahasan RUU Desa, adalah
terkait alokasi anggaran untuk desa, di dalam penjelasan Pasal 72 Ayat 2
tentang Keuangan Desa.Jumlah alokasi anggaran yang langsung ke desa,
ditetapkan sebesar 10 persen dari dan di luar dana transfer daerah.Kemudian
dipertimbangkan jumlah penduduk, angka kemiskinan, luas wilayah, kesulitan
geografi.Hal ini dalam rangka meningkatkan masyarakat desa karena
9
diperkirakan setiap desa akan mendapatkan dana sekitar 1.4 miliar
berdasarkan perhitungan dalam penjelasan UU desa yaitu, 10 persen dari dan
transfer daerah menurut APBN untuk perangkat desa sebesar Rp. 59, 2 triliun,
ditambah dengan dana dari APBD sebesar 10 persen sekitar Rp. 45,4
triliun.Total dana untuk desa adalah Rp. 104, 6 triliun yang akan dibagi ke 72
ribu desa se Indonesia.
Selain dana dari pemerintah, desa juga mempunyai sumber pendapatan
lain yaitu dari Badan Usaha Milik Desa(BUMDes). Badan Usaha Milik Desa
adalah Lembaga Usaha Desa yang dikelola oleh Masyarakat dan Pemerintah
Desa dalam upaya memperkuat perekonomi desa dan di bentuk berdasarkan
kebutuhan dan potensi desa (Maryunani 2008).
Ciri Utama BUMDes dengan Lembaga Ekonomi Komersil lainya,sebagai
berikut :
1. Badan Usaha ini dimiliki oleh desa dan dikelola bersama.
2. Modal bersumber dari desa sebesar 51% dan dari masyarakat sebesar
49% melalui penyerataan modal (Saham atau andil).
3. Operasionalisasinya menggunakan falsafah bisnis yang berakar dari
budaya lokal.
4. Bidang usaha yang dijalankan berdasarkan pada potensi dan informasi
pasar
5. Keuntungan yang di peroleh di tunjukan untuk meningkatkan
kesejaktraan anggota (Penyetara Modal ) dan masyarakat melalui
kebijakan desa.
10
6. Difasilitasi oleh Pemerintah Propinisi,Pemerintah Kabupaten dan
Pemerintahaan Desa.
7. Operasionalisasi di kontrol secara bersama oleh BPD,Pemerintah Desa
dan Anggota)
BUMDes sebagai suatu lembaga ekonomi modal usahanya dibangun atas
inisiatif masyarakat dan menganut asas mandiri. Ini berarti pemenuhan modal
usaha BUMDes harus bersumber dari masyarakat. Meskipun demikian, tidak
menutup kemungkinan BUMDes dapat mengajukan pinjaman modal kepada
pihak luar, seperti dari Pemerintah Desa atau pihak lain, bahkan melalui pihak
ketiga. Ini sesuai dengan peraturan per undang-undangan (UU 32 tahun 2004
tentang Pemerintahan Daerah Pasal 213 ayat 3). Penjelasan ini sangat penting
untuk mempersiapkan pendirian BUMDes, karena implikasinya akan
bersentuhan dengan pengaturannya dalam Peraturan Daerah (Perda) maupun
Peraturan Desa (Perdes).Tujuan pendirian BUMDes,diantaranya sebagai
berikut :
1. Meningkatkan Perekonomian Desa.
2. Meningkatkan Pendapatan asli Desa.
3. Meningkatkan Pengelolaan potensi desa sesuai dengan kebutuhan
masyarakat.
4. Menjadi tulang punggung pertumbuhan dan pemerataan ekonomi desa.
BUMDes merupakan pilar kegiatan ekonomi di desa yang berfungsi
sebagai lembaga sosial (social institution) dan komersial (commercial
institution). BUMDes sebagai lembaga sosial berpihak kepada kepentingan
11
masyarakat melalui kontribusinya dalam penyediaan pelayanan sosial.
Sedangkan sebagai lembaga komersial bertujuan mencari keuntungan melalui
penawaran sumberdaya lokal (barang dan jasa) ke pasar. Dalam menjalankan
usahanya prinsip efisiensi dan efektifitas harus selalu ditekankan. BUMDes
sebagai badan hukum, dibentuk berdasarkan tata perundang-undangan yang
berlaku, dan sesuai dengan kesepakatan yang terbangun di masyarakat desa.
Dengan demikian, bentuk BUMDes dapat beragam di setiap desa di Indonesia.
Ragam bentuk ini sesuai dengan karakteristik lokal, potensi, dan sumberdaya
yang dimiliki masing-masing Desa.
Sesuai dengan amanat Undang Undang No 17 Tahun 2003, pemerintah
menerbitkan Peraturan Pemerintah No 24 Tahun 2005 yang diperbarui dengan
Peraturan Pemerintah No 24 Tahun 2010 tentang Standart Akuntansi
Pemerintah (SAP). SAP merupakan prinsip-prinsip akuntansi yang diterapkan
dalam menyusun dan menyajikan laporan keuangan pemerintah. Dengan
demikian SAP merupakan persyaratan yang mempunyai kekuatan hukum
dalam upaya meningkatkan kualitas laporan keuangan pemerintah Indonesia.
Sopian Hadi (2014) mengatakan bahwa agar penyelenggaraan
pemerintahan di desa berjalan lancar, pemerintah perlu melakukan pembinaan
serta pengawasan jalannya pemerintahan di desa. Pemerintah bisa
mendelegasikan pembinaan dan pengawasannya kepada pemerintah provinsi
atau pemerintah kabupaten/kota. Pembinaan dan Pengawasan tersebut bisa
dilakukan dengan cara melakukan pengawasan dalam penetapan anggaran,
evaluasi anggaran dan pertanggungjawaban anggaran, melakukan
12
pendampingan dalam perencanaan, pelaksanaan, dan pemantauan
pembangunan desa, melakukan peningkatan kapasitas kepala desa, perangkat
desa, dan Badan Permusyawaratan Desa serta memberikan sanksi atas
penyimpangan yang dilakukan oleh Kepala Desa.
Peningkatan kapasitas kepala desa bisa dilakukan dengan melakukan
pelatihan-pelatihan yang diadakan oleh pemerintah kabupaten/kota dan atau
pemerintah provinsi. Sejauh ini pemerintah provinsi telah mengadakan
pelatihan kepada kepala desa sejawa timur yang diadakan mulai bulan
September lalu. Pelatihan ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas dan
kapasitas kepala desa dalam mengimplementasikan undang undang desa.
Pelatihan ini berisi tentang perencanaan penyelenggaraan desa sampai
pembinaan dan pengawasan penyelenggaran desa serta pengadaan barang dan
jasa. Pelatihan atau diklat ini diharapkan keuangan desa dapat dikelola dengan
baik dan dapat dipertanggungjawabkan, sehingga dana desa atau keuangan
desa dapat berjalan ekonomis,efektif dan efesien.
B. Rumusan Masalah
Dari uraian diatas maka dapat ditarik rumusan masalah sebagai berikut:
1. Apakah kepala Desa dan Perangkat Desa mengerti dan paham tentang
Undang Undang Nomor 6 tahun 2014 tentang Desa?
2. Apakah Kepala Desa dan Perangkat Desa siap untuk
mengimplementasikan UndangUndang Nomor 6 tahun 2014 tentang
Desa didaerah masing-masing?
13
C. Tujuan Penelitian
1. Peneliti ingin mengetahui pemahaman Kepala Desa dan Perangkat
Desa tentang Undang Undang Desa Nomor 6 Tahun 2014.
2. Peneliti ingin mengetahui kesiapan Kepala Desa dan Perangkat Desa
dalam implementasi Undang Undang Nomor 6 tahun 2014 tentan Desa
didaerah masing-masing.
D. Manfaat penelitian
Dari uraian di atas penelitian inimempunyai manfaat :
1. Bagi Pemerintah Daerah
Penelitian ini digunakan Pemerintah Daerah dalam mengambil keputan
tentang kesiapan Kepala Desa dan Perangkat Desa dalam menghadapi
implementasi Undang Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa.
2. Bagi Universitas.
a. Penelitian ini dapat menambah khasanah peneliti dalam
perkembangan ilmu pengetahuan bidang akuntansi sector publik.
b. Penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi bagi peneliti
berikutnya.
3. Bagi Peneliti
a. Penelitian ini dapat menambah pengetahuan tentang implementasi
Undang Undang Desa.
b. Sebagai sarana untuk meningkatkan pengetahuan yang pernah
didapatdari buku atau sumber lainnya.
14
E. Ruang Lingkup Penelitian
Dalam penelitian ini permasalahan akan dibatasi agar tidak menyimpang
dari maksut penelitian. Adapun hal yang membatasi penelitian ini adalah :
1. Penelitian ini berpusat pada penganggaran dan atau keuangan desa.
2. Obyek Penelitian dilakukan di Desa se Kecamatan Dagangan
Kabupaten Madiun.
3. Subyek dalam penelitian ini adalah Kepala Desa dan Perangkatnya.
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Kajian Penelitian Terdahulu
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Okta Rosalinda tahun 2014 dengan
judul Pengelolaan Alokasi Dana Desa Dalam Menunjang Pembangunan
Pedesaan. Hasil dari penelitian ini adalah ADD berperan dalam program
pembangunan di tingkat desa terutama pembangunan secara fisik sehingga
tidak mengherankan kalau program-program pemberdayaan masyarakat yang
ada di desa pembiayaannya sebagian berasal dari ADD. Namun pelaksaaan
pembangunan masih belum maksimal, karena perolehan ADD masih belum
bisa mencakup atau membiayai pembangunan yang ada di desa. Sebagai
pelaksanaan ADD di desa pasti menemukan hambatan dan faktor pendukung
keberhasilan ADD. Beberapa faktor pendukung pelaksanaan ADD dapat
dirinci sebagai berikut: a) Potensi penerimaan desa yang mendukung
berdampak signifikan dalam menunjang keberhasilan atau efektivitas
pembangunan masyarakat di desa Segodorejo dan desa Ploso Kerep baik
pembangunan masyarakat di bidang sumberdaya manusia, lingkungan maupun
ekonomi; dan b) Dukungan kebijakan pemerintah yang diterapkan di desa.
Dukungan kebijakan pemerintah terhadap pelaksanaan ADD di desa
menjadikan arah pelaksanaan ADD menjadi baik dan sesuai dengan aturan.
Faktor yang menghambat pelaksanaan ADD di desa meliputi beberapa hal
yaitu:
15
16
1. Kualitas sumber daya aparatur yang dimiliki desa pada umumnya
masih rendah.
2. Belum sempurnanya kebijakan pengaturan tentang organisasi
pemerintah desa.
3. Rendahnya kemampuan perencanaan ditingkat desa, sering berakibat
pada kurangnya sinkronisasi antara output (hasil/keluaran)
implementasi kebijakan dengan kebutuhan dari masyarakat yang
merupakan input dari kebijakan.
4. Sarana dan prasarana penunjang operasional administrasi pemerintah
masih sangat terbatas, selain mengganggu efisiensi dan efektivitas
pelaksanaan pekerjaan, juga berpotensi menurunkan motivasi aparat
pelaksana, sehingga pada akhirnya menghambat pencapaian tujuan,
tugas dan pekerjaan.
5. Kurang maksimal kemampuan sumber daya manusia yang memiliki
peran dalam pengelolaan alokasi dana desa sehingga perlu
ditingkatkan lagi, sarana prarasarana yang kurang menunjang karena
terbatasnya dana ADD.
Purwitasari dkk. (2013) dalam penelitiannya yang berjudul Analisis
Perbandingan dan Analisis Sumber Serta Penggunaan Dana pada APBDes
Sleman. Hasil dari penelitian ini adalah analisis perbandingan dan analisis
sumber serta penggunaan dana yang dapat digunakan untuk mengetahui
kinerja keuangan desa (APBDes).
17
Sari(2014) dalam penelitiannya yang berjudul Pengaruh Penerapan
Standart Akuntansi Pemerintahan Terhadap Kualitas Laporan Keuangan
Pemerintah Daerah. Hasil dari penelitian ini adalah bahwa akuntabilitas,
manajemen, transparansi, keseimbangan antar generasi dan evaluasi kinerja
berpengaruh terhadap laporan keuangan.
Persamaan dari penilitian satu dan dua tersebut dengan penelitian ini
adalah teknik pengumpulan datanya. Teknik pengumpulan data dilakukan
dengan wawancara dan dokumentasi. Perbedaannya terletak pada metode
analisis data yang digunakan. Penelitian kedua diatas menggunakan metode
triangulasi, sedangkan penelitian ini menggunakan metode statistik yaitu
deferensi konstribusi tunggal. Sedangkan dengan penelitian ketiga ada
kesinambungan bahwa dalam menyususn laporan keuangan dan pertanggung
jawaban harus akuntabilitas dan transparan baik pemerintah pusat daerah
maupun pemerintah desa. Pemerintah desa tidak ada standart yang mengatur
tentang pengelolaan keuangan tetapi berupa peraturan yaitu Peraturan Menteri
Dalam Negeri Nomor 37 tahun 2007 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan
Desa.
Dilihat dari penelitian tersebut bahwa dalam penyusunan anggaran dana
desa atau laporan keuangan desa dipengaruhi oleh beberapa faktor, dalam hal
ini adalah pemerintah desa harus transparansi, akuntabilitas, kepala desa dan
BPD dan evaluasi kinerja yang dapat mempengaruhi laporan keuangan desa.
Selain faktor dari dalam desa itu sendiri juga terdapat faktor dari luar desa
18
yaitu peran pemerintah dalam mengatur keuangan yang berada di desa melalui
peraturan atau kebijakan yang berlaku.
B. Landasan Teori
Landasan Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah
1. Teori Akuntansi dan Birokrasi
Birokrasi (bahasa Perancis: bureaucratie) mempunyai arti
bureaucratie atau sistem struktur manajemen pemerintahan negara atau
administrasi besar atau organisasi sesuai dengan kebutuhan atau keinginan
yang kompleks yang ditandai dengan otoritas hirarkis di antara banyak
kantor dengan prosedur yang tetap (http://id. wikipedia.org/wiki/
Birokrasi_di_ Indonesia dikutip pada tanggal 03 Desember 2014).
Wajah birokrasi dari suatu penyelengaraan Negara Indonesia akan
tercermin pada hasil produk yang berupa adanya standar pelayanan
terhadap publik atau masyarakat dalam rangka merasionalisasi birokrasi
akan dapat terwujudnya dengan adanya batasan dan hubungan yang jelas
tentang hak, tanggung jawab, kewajiban, dan kewenangan seluruh pihak
yang terkait dengan penyelenggaraan pelayanan publik, terdapat sistem
penyelenggaraan pelayanan publik yang layak dan sesuai dengan asas-asas
umum pemerintahan dan korporasi yang baik dengan terpenuhinya
penyelenggaraan pelayanan publik sesuai dengan pengaturan dalam
peraturan perundang-undangan dan perlindungan dan kepastian hukum
bagi masyarakat dalam memperoleh penyelenggaraan pelayanan publik
19
berasaskan pada kepentingan umum serta adanya kepastian hukum dalam
kesamaan hak disamping keseimbangan hak dan kewajiban meliputi
keprofesionalan, partisipatif, persamaan perlakuan/tidak diskriminatif,
keterbukaan, akuntabilitas, penyedian fasilitas dan perlakuan khusus bagi
kelompok rentan, ketepatan waktu, kecepatan, kemudahan dan
keterjangkauan.
2. Otonomi Daerah
Otonomi daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom
untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan
kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-
undangan ( Undang Undang Nomor 32 tahun 2004). Pelaksanaan otonomi
daerah selain berlandaskan pada acuan hukum, juga sebagai implementasi
tuntutan globalisasi yang harus diberdayakan dengan cara memberikan
daerah kewenangan yang lebih luas, lebih nyata dan bertanggung jawab,
terutama dalam mengatur, memanfaatkan dan menggali sumber-sumber
potensi yang ada di daerahnya masing-masing. Adapun tujuan pemberian
otonomi daerah (http://id.wikipedia.org/wiki/Otonomi_daerah dikutip pada
tanggal 28 Oktober 2014)adalah sebagai berikut:
a. Peningkatan pelayanan masyarakat yang semakin baik.
b. Pengembangan kehidupan demokrasi.
c. Keadilan nasional.
d. Pemerataan wilayah daerah.
20
e. Pemeliharaan hubungan yang serasi antara pusat dan daerah serta antar
daerah dalam rangka keutuhan NKRI.
f. Mendorong untuk memberdayakan masyarakat.
g. Menumbuhkan prakarsa dan kreatifitas, meningkatkan peran serta
masyarakat, mengembangkan peran dan fungsi Dewan Perwakilan
Rakyat Daerah.
Secara konseptual, di Indonesia dilandasi oleh tiga tujuan utama yang
meliputi: tujuan politik, tujuan administratif dan tujuan ekonomi. Hal yang
ingin diwujudkan melalui tujuan politik dalam pelaksanaan otonomi
daerah adalah upaya untuk mewujudkan demokratisasi politik melalui
partai politik dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD). Perwujudan
tujuan administratif yang ingin dicapai melalui pelaksanaan otonomi
daerah adalah adanya pembagian urusan pemerintahan antara pusat dan
daerah, termasuk sumber kuangan, serta pembaharuan manajemen
birokrasi pemerintahan di daerah. Sedangkan tujuan ekonomi yang ingin
dicapai dalam pelaksanaan otonomi daerah di Indonesia adalah
terwujudnya peningkatan Indeks pembangunan manusia sebagai indikator
peningkatan kesejahteraan masyarakat Indonesia.
3. Pemerintah Daerah
a. Pengertian Pemerintah Daerah
Pemerintahan Daerah adalah penyelenggaraan pemerintahan
didaerah(Misdyanti dan Kartasapoerta, 1993:17). Dengan kata lain,
pemerintah daerah adalah pengemudi dalam pelksanaan kegiatan
21
pemerintahan daerah.Penyelenggaraan urusan pemerintahan dibagi
berdasarkan kriteria eksternalitas, akuntabilitas, dan efisiensi dengan
memperhatikan keserasian hubungan antar susunan pemerintahan.
Dalam menyelenggarakan urusan pemerintahan yang menjadi
kewenangan daerah, pemerintahan daerah menjalankan otonomi
seluas-luasnya untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan
pemerintahan berdasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan.
Pemerintahan daerah dalam menyelenggarakan urusan
pemerintahan memiliki hubungan dengan pemerintah pusat dan
dengan pemerintahan daerah lainnya. Hubungan tersebut meliputi
hubungan wewenang, keuangan, pelayanan umum, pemanfaatan
sumber daya alam, dan sumber daya lainnya. Hubungan keuangan,
pelayanan umum, pemanfaatan sumber daya alam, dan sumber daya
lainnya dilaksanakan secara adil dan selaras. Hubungan wewenang,
keuangan, pelayanan umum, pemanfaatan sumber daya alam dan
sumber daya lainnya menimbulkan hubungan administrasi dan
kewilayahan antar susunan pemerintahan.
b. Standart Akuntansi Pemerintahan.
Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tentang
Standart Akuntansi Pemerintahan, yang dimaksut Standar Akuntansi
Pemerintahan (SAP) adalah prinsip-prinsip akuntansi yang diterapkan
dalam menyusun dan menyajikan laporan keuangan pemerintahan
22
yang terdiri atas Laporan Keuangan Pemerintah Pusat (LKPP) dan
Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD).
Laporan keuangan pokok menurut Standart Akuntansi Pemerintah
terdiri atas :
a. Laporan Realisasi Anggaran
b. Neraca
c. Laporan Arus Kas
d. Catatan atas laporan Keuangan
c. Konsep Standart Akuntansi Pemerintahan
Upaya untuk mewujudkan transparansi dan akuntabilitas
pengelolaan keuangan Negara adalah penyampaian laporan
pertanggungjawaban keuangan pemerintah yang memenuhi prinsip
tepat waktu dan disusun dengan mengikuti standart akuntansi
pemerintah yang telah diterima secara umum. Hal tersebut sesuai
dengan Undang Undang No 6 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara
yang mensyaratkan bentuk dan isi laporan pertanggungjawaban
pelaksanaan APBN/APBD disusun dan disajikan sesuai dengan
Standart Akuntansi Pemerintahan.
d. Kandungan Standart Akuntansi Pemerintahan.
Peraturan Pemerintah Nomor 24 tahun 2005 Tentang Standart
Akuntansi Pemerintahan(PP SAP) terdiri atas:
a) Kerangka Koseptual Akuntansi Pemerintahan
b) PSAP 01 : Penyajian Laporan Keuangan
23
c) PSAP 02 : Laporan Realisasi Anggaran
d) PSAP 03 : Laporan Arus Kas
e) PSAP 04 : Catatan atas Laporan Keuangan
f) PSAP 05 : Akuntansi Persedian
g) PSAP 06 : Akuntansi Investasi
h) PSAP 07 : Akuntansi Aset Tetap
i) PSAP 08 : Akuntansi Kontruksi dalam pengerjaan
j) PSAP 09 : Akuntansi Kewajiban
k) PSAP 10 : Koreksi Keslahan, Perubahan Kebijakan
Akuntansi, dan Peristiwa Luar Biasa.
l) PSAP 11 : Laporan Keuangan Konsulidasi
e. Laporan Keuangan
Laporan keuangan harus memenuhi karekteristik sebagai berikut:
a) Relevan
b) Andal
c) Dapat dibandingkan
d) Dapat dipahami
Penerapan SAP diyakini akan berdampak pada peningkatan
kualitas pelaporan keuangan dipemerintah pusat dan daerah. Informasi
akuntansi keuangan pemerintah akan dapat menjadi dasar pengambilan
keputusan dipemerintah serta terwujudnya transparansi dan
akuntabilitas laporan keuangan pemerintah daerah.
24
4. Pemerintah Desa
Pemerintahan Desa adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan dan
kepentingan masyarakat setempat dalam sistem pemerintahan Negara
Kesatuan Republik Indonesia(Undang Undang No 6 Tahun 2014, pasal 1
ayat 2).Dalam pemerintahan daerah kabupaten/kota dibentuk pemerintahan
desa yang terdiri dari pemerintah desa dan Badan Permusyawaratan Desa.
Pembentukan, penghapusan, dan/atau penggabungan Desa dengan
memperhatikan asal usulnya atas prakarsa masyarakat.
Landasan pemikiran dalam pengaturan mengenai desa adalah
keanekaragaman, partisipasi, otonomi asli, demokratisasi dan
pemberdayaan masyarakat. Pemerintah mengakui otonomi yang dimiliki
oleh desa ataupun dengan sebutan lainnya dan kepada desa melalui
pemerintah desa dapat diberikan penugasan ataupun pendelegasian dari
Pemerintah ataupun pemerintah daerah untuk melaksanakan urusan
pemerintah tertentu. Sedang terhadap desa di luar desa geneologis yaitu
desa yang bersifat administratif seperti desa yang dibentuk karena
pemekaran desa ataupun karena transmigrasi ataupun karena alasan lain
yang warganya pluralistis, majemuk, ataupun heterogen, maka otonomi
desa akan diberikan kesempatan untuk tumbuh dan berkembang mengikuti
perkembangan dari desa itu sendiri (http://id.wikipedia.Org/wiki/
Pemerintahan_daerah_di_Indonesia dikutip pada tanggal 28 Oktober
2014).
25
Urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan desa mencakup:
a. Urusan pemerintahan yang sudah ada berdasarkan hak asal usul desa;
b. Urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan kabupaten/kota yang
diserahkan pengaturannya kepada desa;
c. Tugas pembantuan dari Pemerintah, pemerintah provinsi, dan/atau
pemerintah kabupaten/kota;
d. Urusan pemerintahan lainnya yang oleh peraturan perundang-
perundangan diserahkan kepada desa.
Keuangan desa adalah semua hak dan kewajiban desa yang dapat
dinilai dengan uang, serta segala sesuatu baik berupa uang maupun berupa
barang yang dapat dijadikan milik desa berhubung dengan pelaksanaan
hak dan kewajiban (Undang Undang Nomor 6 Tahun 2014 pasal 1 ayat
10) . Desa dapat mendirikan badan usaha milik desa sesuai dengan
kebutuhan dan potensi desa. Desa dapat mengadakan kerja sama untuk
kepentingan desa yang diatur dengan keputusan bersama dan dilaporkan
kepada Bupati/Walikota melalui camat.
5. Bentuk dan Peraturan Desa
Peraturan yang mengatur tentang desa diantaranya adalah Undang
Undang No 6 tahun 2104 tentang Desa, yang terdapat dalam BAB VIII
tentang Kuangan Desa dan Asset Desa, Peraturan PemerintahNo 43 Tahun
2014 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang Undang No 6 Tahun 2014,
yang terdapat dalam BAB IV bagian keenam tentang Penghasilan
Pemerintah Desa, Peraturan Pemerintah No 60 Tahun 2014 tentang
26
Alokasi Anggaran Dana Desa, yang terdapat dalam BAB III bagian kedua
tentang Pengalokasian Dana Desa Setiap Desa serta Peraturan Mentri
Dalam Negeri No37 tahun 2007,yang terdapat BAB IX tentang
Pengelolaan Alokasi Dana Desa. Sedangkan bentuk didalam sebuah desa
adalah sebagai berikut:
a. Badan Usaha Milik Desa
Badan Usaha Milik Desa adalah Lembaga Usaha Desa yang
dikelolah oleh Masyarakat dan Pemerintah Desa dalam upaya
memperkuat perekonomi desa dan di bentuk berdasarkan kebutuhan
dan potensi desa (https://id-id. facebook.com/kirana.cibitung/
posts/158797314245619 dikutip pada tanggal 03 Desember 2014).
Ciri Utama BUMDes dengan Lembaga Ekonomi Komersil
lainy
a(https://id-id.facebook.com/kirana.cibitung/posts/158797314245619di
kutip pada tanggal 03 Desember 2014)adalah sebagai berikut :
1) Badan Usaha ini dimiliki oleh desa dan dikelola bersama.
2) Modal bersumber dari desa sebesar 51% dan dari masyarakat
sebesar 49% melalui penyerataan modal (Saham atau andil).
3) Operasionalisasinya menggunakan falsafah bisnis yang berakar
dari budaya lokal.
4) Bidang usaha yang dijalankan berdasarkan pada potensi dan
informasi pasar.
27
5) Keuntungan yang di peroleh di tunjukan untuk meningkatkan
kesejaktraan anggota (Penyetara Modal ) dan masyarakat melalui
kebijakan desa
6) Difasilitasi oleh Pemerintah Propinisi,Pemerintah Kabupaten dan
Pemerintahaan Desa.
7) Operasionalisasi di kontrol secara bersama oleh BPD,Pemerintah
Desa dan Anggota).
BUMDes sebagai suatu lembaga ekonomi modal usahanya
dibangun atas inisiatif masyarakat dan menganut asas mandiri. Ini
berarti pemenuhan modal usaha BUMDes harus bersumber dari
masyarakat. Meskipun demikian, tidak menutup kemungkinan
BUMDes dapat mengajukan pinjaman modal kepada pihak luar,
seperti dari Pemerintah Desa atau pihak lain, bahkan melalui pihak
ketiga. Ini sesuai dengan peraturan per undang-undangan (UU 32
tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah Pasal 213 ayat 3). Penjelasan
ini sangat penting untuk mempersiapkan pendirian BUMDes, karena
implikasinya akan bersentuhan dengan pengaturannya dalam Peraturan
Daerah (Perda) maupun Peraturan Desa (Perdes).
Tujuan pendirian BUMDes(https://id-id. facebook.com
/kirana.cibitung/posts/158797314245619dikutip pada tanggal 03
Desember 2014)diantaranya sebagai berikut :
1) Meningkatkan Perekonomian Desa
2) Meningkatkan Pendapatan asli Desa
28
3) Meningkatkan Pengelolaan potensi desa sesuai dengan kebutuhan
masyarakat
4) Menjadi tulang punggung pertumbuhan dan pemerataan ekonomi
Desa.
b. APBDes
Pemerintah mengeluarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri No 7
Tahun 2007 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Desa.
Permendagri tersebut bertujuan untuk memudahkan dalam pelaksanaan
pengelolaan keuangan desa, sehingga tidak menimbulkan multitafsir
dalam penerapannya. Dengan demikian desa dapat mewujudkan
pengelolaan keuangan yang efektif dan efisien. Disamping itu
diharapkan dapat diwujudkan tata kelola pemerintahan desa yang baik,
yang memiliki tiga pilar utama yaitu transparansi, akuntabilitas dan
partisipatif. Oleh karenanya, proses dan mekanisme penyusunan
APBDesa yang diatur dalam Permendagri tersebut akan menjelaskan
siapa yang, dan kepada siapa bertanggungjawab, dan bagaimana cara
pertanggungjawabannya. Untuk itu perlu ditetapkan pedoman umum
tata cara pelaporan dan pertanggungjawaban penyelenggaraan
pemerintah desa, yang dimuat dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri
No. 35 Tahun 2007.
Pemberikan pedoman bagi pemerintah desa dalam menyusun
RPJM-Desa dan RKP-Desa perlu dilakukan pengaturan.Dengan itu
maka dikeluarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri NO. 66 Tahun
29
2007 tentang Perencanaan Desa. Pengaturan pada aspek perencanaan
diarahkan agar seluruh proses penyusunan APBD semaksimal
mungkin dapat menunjukkan latar belakang pengambilan keputusan
dalam penetapan arah kebijakan umum, skala prioritas dan penetapan
alokasi, serta distribusi sumber daya dengan melibatkan partisipasi
masyarakat. Struktur APBDesa terdiri dari :
1) Pendapatan, meliputi semua penerimaan uang melalui rekening
desa yang merupakan hak desa dalam 1 (satu) tahun anggaran yang
tidak perlu dibayar kembali oleh desa.
2) Belanja, meliputi semua pengeluaran dari rekening desa yang
merupakan kewajiban desa dalam 1 (satu) tahun anggaran yang
tidak akan diperoleh pembayarannya kembali oleh desa.
3) Pembiayaan, meliputi semua penerimaan yang perlu dibayar
kembali dan/atau pengeluaran yang akan diterima kembali, baik
pada tahun anggaran yang bersangkutan maupun pada tahun-tahun
anggaran berikutnya.Pendapatan terdiri dari tiga golongan :
a) PADes
b) Pendapatan Transfer
c) Pendapatan Lain-lain Desa yang Sah
Lebih jelasnya perhatikan uraian berikut:
a. Kelompok pendapatan asli Desa dibagi menurut jenis
pendapatan yang terdiri atas :
1) Hasil usaha Desa.
30
2) Hasil pengelolaan Keuangan Desa.
3) Hasil swadaya dan partisipatif.
4) Hasil gotong royong.
5) Lain-lain pendapatan asli Desa yang sah.
b. Kelompok pendapatan transfer Desa dibagi menurut jenis
pendapatan yang terdiri atas:
1) Bagi hasil pajak.
2) Bagi hasil retribusi.
3) Bagian dana perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah
(ADD).
c. Kelompok lain-lain pendapatan Desa yang sah dibagi menurut
jenis pendapatan yang terdiri atas:
1) Bantuan Keuangan Pemerintah, Pemerintah Provinsi,
Pemerintah Kabupaten/Kota, Pemerintah Desa lainnya.
2) Hibah.
3) Sumbangan pihak ketiga.
6. Kepala Desa dan Perangkat Desa
a. Kepala Desa
Kepala Desa bertugas menyelenggarakan Pemerintahan Desa,
melaksanakan Pembangunan Desa, pembinaan kemasyarakatan Desa,
dan pemberdayaan masyarakat Desa. Dalam melaksanakan tugas
Kepala Desa mempunyai wewenang, hak dan kewajiban (Undang
Undang Nomor 6 Tahun 2014 pasal 26).
31
1) Wewenang Kepala Desa
a) Memimpin penyelenggaraan Pemerintahan Desa.
b) Mengangkat dan memberhentikan perangkat Desa.
c) Memegang kekuasaan pengelolaan Keuangan dan Aset Desa.
d) Menetapkan Peraturan Desa.
e) Menetapkan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa.
f) Membina kehidupan masyarakat Desa.
g) Membina ketenteraman dan ketertiban masyarakat Desa.
h) Membina dan meningkatkan perekonomian Desa serta
mengintegrasikannya agar mencapaiperekonomian skala
produktif untuk sebesar-besarnya kemakmuran masyarakat
Desa.
i) Mengembangkan sumber pendapatan Desa.
j) Mengusulkan dan menerima pelimpahan sebagian kekayaan
negara guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat Desa.
k) Mengembangkan kehidupan sosial budaya masyarakat Desa.
l) Memanfaatkan teknologi tepat guna.
m) Mengoordinasikan Pembangunan Desa secara partisipatif.
n) Mewakili Desa di dalam dan di luar pengadilan atau menunjuk
kuasa hukum untuk mewakilinya sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
o) Melaksanakan wewenang lain yang sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
32
2) Hak Kepala Desa
b) Mengusulkan struktur organisasi dan tata kerja Pemerintah
Desa.
c) Mengajukan rancangan dan menetapkan Peraturan Desa.
d) Menerima penghasilan tetap setiap bulan, tunjangan, dan
penerimaan lainnya yang sah, serta mendapat jaminan
kesehatan.
e) Mendapatkan pelindungan hukum atas kebijakan yang
dilaksanakan.
f) Memberikan mandat pelaksanaan tugas dan kewajiban lainnya
kepada perangkat Desa.
3) Kewajiban Kepala Desa.
a) Memegang teguh dan mengamalkan Pancasila, melaksanakan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945, serta mempertahankan dan memeliharakeutuhan Negara
Kesatuan Republik Indonesia, dan Bhinneka Tunggal Ika.
b) Meningkatkan kesejahteraan masyarakat Desa.
c) Memelihara ketenteraman dan ketertiban masyarakat Desa.
d) Menaati dan menegakkan peraturan perundang-undangan.
e) Melaksanakan kehidupan demokrasi dan berkeadilan gender.
g) Melaksanakan prinsip tata Pemerintahan Desa yang akuntabel,
transparan, profesional, efektif dan efisien, bersih, serta bebas
dari kolusi, korupsi, dan nepotisme.
33
h) Menjalin kerja sama dan koordinasi dengan seluruh pemangku
kepentingan di Desa.
i) Menyelenggarakan administrasi Pemerintahan Desa yang baik.
j) Mengelola Keuangan dan Aset Desa.
k) Melaksanakan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan
Desa.
l) Menyelesaikan perselisihan masyarakat di Desa.
m) Mengembangkan perekonomian masyarakat Desa.
n) Membina dan melestarikan nilai sosial budaya masyarakat
Desa.
o) Memberdayakan masyarakat dan lembaga kemasyarakatan di
Desa.
p) Mengembangkan potensi sumber daya alam dan melestarikan
lingkungan hidup.
q) Memberikan informasi kepada masyarakat Desa.
b. Perangkat Desa
Perangkat desa berkedudukan sebagai unsur pembantu kepala desa
yang terdiri dari sekertaris desa, pelaksana kewilayahan dan pelaksana
teknis. Sekretariat Desa dipimpin oleh sekretaris Desa dibantu oleh
unsur staf sekretariat yang bertugas membantu kepala Desa dalam
bidang administrasi pemerintah. Pelaksana kewilayahan merupakan
unsur pembantu kepala Desa sebagai satuan tugas kewilayahan.
Jumlah pelaksana kewilayahan ditentukan secara proporsional antara
Undang Undang No 6 Tahun 2014Tentang Desa
Pemerintah Desa
Pemahaman Undang Undang No 6 Tahun 2014 Tentang Desa
Kepala Desa dan Perangkat Desa
Kesiapan Implementasi Undang Undang No 6 Tahun 2014Tentang
Desa
34
pelaksana kewilayahan yang dibutuhkan dan kemampuan keuangan
Desa (Peraturan Pemerintah Nomor 43 tahun 2014 pasal 61).
C. Kerangka Pemikiran
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini
adalahmetodekuantitatif. Metode kuantitatif adalahpenelitian dengan
memperoleh data yang berbentuk angka atau data kualitatif yang diangkakan
(Sugiyono;2003;14). Dalam penelitian ini pengukuran langsung kepada kepala
desa dan perangkat desa dalam implementasi dana desa (Undang Undang
Nomor 6 Tahun 2014) atau diukur dengan menggunakan skala liker
(menggunakan angka-angka).
B. Populasi, Sampel dan Teknik Sampel.
1. Populasi
Populasi adalah kumpulan dari ukuran-ukuran tentang sesuatu yang
ingin kita buat inferensi. Populasi adalah berkenaan dengan data, bukan
dengan orangnya ataupun bendanya(Moh.Nazir, PH.D;2009;273).
Populasi adalah kesatuan persoalan yang sudah ditentukan batas-batasnya
secara jelas. Dengan kata lain populasi tidak lain daripada kumpulan
lengkap dari unit-unit dasar(Dr.Soeratno,M.Ec, Drs.Lincolin
Arsyad,M.Sc;2003;71). Populasi dalam penelitian ini adalah Kepala Desa
dan Perangkat Desa se Kabupaten Madiun yang berjumlah 2.472.
35
36
2. Sampel
Menurut Moh.Nazir (2009;273) Sampel adalah kumpulan dari unit
sampling. Unit sampling adalah kumpulan dari unsur-unsur populasi yang
tidak tumpang tindih. Yang menjadi sampel dalam penelitian adalah
Kepala Desa dan Perangkat Desa se Kecamatan Dagangan yang berjumlah
204.
3. Teknik Sampel
Metoda pengambilan sampel dalam penelitian ini ialah Cluster
Sampling. Cluster Sampling adalah cara pengambilan sampel yang
berdasarkan pada cluster-cluster tertentu (Sugiyono;2003). Pada metode
ini, unsur-unsur populasi dibagi dalam sub-kelompok yang disebut Klaster
(kelompok). Seperti pembagian populasi dengan menggunakan dasar
wilayah administrasi pemerintahan maupun batas-batas alam (jalan,
sungai, gunung dsb). Probality Sampling adalah metode sampling yang
memberi kemungkinan yang sama bagi setiap unsure dalam populasi yang
dipilih(Dr.Soeratno,M.Ec, Drs.Lincolin Arsyad,M.Sc;2003;110). Dalam
penelitian ini sampel yang diambilsalah satu dari kecamatan di Kabupaten
Madiun yaitu Kecamatan Dagangan.
C. Definisi Operasional Variabel
Penelitian yang akan dilakukan sesuai dengan variabel sebagai berikut:
37
1. Variabel Pengertian dan Pemahaman tentang Undang Undang
Nomor 6 Tahun 2014.
Pemahaman dan pengertian tentang Undang Undang Nomor 6
Tahun 2014 dengan indikator-indikator sebagai berikut:
a. Mengetahui adanya Undang Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang
Desa.
b. Pehamahan akan isi dan makna Undang Undang Nomor 6 Tahun
2014 tentang Desa.
c. Mendapatkan bimtek atau pelatihan tentang Undang Undang
Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa
d. Siap mengimplementasikan Undang Undang Nomor 6 Tahun 2014
tentang Desa
2. Variabel Kesiapan Kepala Desa dan Perangkat Desa
Mengimplementasi Undang Undang Nomor 6 Tahun 2014.
Kesiapan Kepala Desa dan Perangkat Desa dalam
mengimplementasi Undang Undang Nomor 6 Tahun 2014 dengan
indikator sebagai berikut:
a. Kesiapan Perangkat Desa dan masyarakat menyusun RPJM, RKP
dan APBDes sesuai dengan Undang Undang Nomor 6 Tahun 2014
b. Pemahaman akan pengelolaan keuangan desa (perencanaan,
pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan dan pertanggungjawaban)
38
sesuai dengan Undang Undang Nomor 6 Tahun 2014 dan
Peraturan Pemerintah
c. Dukungan dari masyarakat desa mengimplementasi Undang
Undang No 6 Tahun 2014 tentang Desa.
d. Tidak ada masalah dalam pelaksanaan Undang Undang No 6
Tahun 2014
Indikator-indikator dari dua variabel diatas akan diukur dengan
menggunakan skala liker dengan kategori skala:
Sangat Setuju : 5
Setuju : 4
Netral : 3
Tidak Setuju : 2
Sangat Tidak Sejutu : 1
D. Jenis dan Sumber Data
1. Jenis Data
Jenis data dalam penelitian ini adalah jenis data Primer. Data Primer
adalah data yang dikumpulkan dan diolah sendiri oleh organisasi yang
menerbitkan atau menggunakannya (Dr.Soeratno,M.Ec, Drs.Lincolin
Arsyad,M.Sc;2003;77). Dalam penelitian ini data primer diperoleh secara
langsung dari Kepala Desa dan Perangkat Desa.
2. Sumber Data
39
Sumber data dalam penelitian ini adalah Data Ekstern. Data ekstern
adalah data yang diperoleh dari sumber-sumber di luar perusahaan
(Dr.Soeratno,M.Ec, Drs.Lincolin Arsyad,M.Sc;2003;75). Peneliti
menggunakan data Ekstern Primer (data primer). Sumber data dalam
penelitian ini didapat melalui kuisioner yang dibagikan kepada Kepala
Desa dan Perangkat Desa.
E. Intrumen Penelitian
Instrument yang digunakan dalam penelitian ini adalah daftar pertanyaan
(kuesioner) dan kamera untuk mendokumentasikan pelaksanaaan penyebaran
kuisioner pada responden.
F. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dimaksutkan untuk memperoleh informasi yang
relevan, akurat dan riabel. Teknik yang digunakan adalah :
1. Angket (kuisioner).
Angket adalah pernyataan tertulis yang digunakan untuk memperoleh
informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadi atau hal-hal
yang ia ketahui (Arikunto;2006). Sedangkan menurut Sugiyono (2003)
Angket atau kuesioner merupakan tehnik pengumpulan data yang
dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan
tertulis kepada responden untuk dijawab. Angket ini digunakan peneliti
untuk mengukur kesiapan kepala desa dan perangkat desa tentang Undang
40
Undang Nomor 6 Tahun 2014 sesuai indikatornya. Angket ini diberikan
kepada kepala desa dan perangkat desa.
2. Dokumentasi.
Menurut Arikunto (2006) Dokumentasi adalah mencari dan
mengumpulkan data mengenai hal-hal yang berupa catatan, transkip,
buku, surat kabar, majalah, notulen, rapot, agenda dan sebagainya.
Dokumentasi yaitu kamera, yang digunakan untuk mendokumentasikan
kegiatan penelitian.
G. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data dalam penelitian ini dilakukan secara kualitatif
dengan melalui proses mencari dan menyusun data yang diperoleh dari hasil
penelitian melalui angket. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan
program aplikasi Microsoft Excel. Dideskripsikan dengan menggunakan
Tabeldan grafik.
H. Jadwal Penelitian
Uraian KegiatanOktober November Desember Januari Februari
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Persiapan
Pengajuan Judul
Penyelesaian dan Bimbingan Proposal
41
Melakuakn Penelitian
Penyelesaian dan Bimbingan Skripsi
Sidang Skripsi
BAB IV
ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Obyek Penelitian
Secara geografis Kabupaten Madiun terletak disekitar 7˚ 12’ - 7˚ 48’ 30ˮ Lintang Selatan dan 111˚ 25’ 45’’ - 111˚ 51’ Bujur Timur. Dengan Luas
Wilayah Kabupaten Madiun 1.010,86 Km². secara administrative, Kabupaten
Madiun ini terbagi menjadi 15 (lima belas) Kecamatan yang terbagi dalam 206
(dua ratus enam) terdiri dari 198desa dan 8kelurahan. Kabupaten ini memiliki
jumlah penduduk sebesar 661.886 jiwa dan kepadatan654, 78 jiwa/Km².
Keseluruhan luas wilayah 1.010,86 Km² dengan batas-batas sebagai berikut:
Sebelah Utara : Kabupaten Bojonegoro
Sebelah Timur : Kabupaten Nganjuk
Sebelah Selatan : Kabupaten Ponorogo
Sebelah Barat : Kota Madiun, Kabupaten Magetan dan Kabupaten
Ngawi
Dengan Ibukotanya adalah Kecamatan Mejayan(PP No.52 tahun 2010).
Gedung-gedung pemerintahan sudah ada diCaruban yang merupakan bagian
Kecamatan Mejayan. Gedung lainnya akan dipindah secara bertahap dari Kota
Madiun yang dimulai dari 2011.
Madiun dilintasi jalur utama Surabaya-Jogjakarta, dan kabupaten ini juga
dilintasi jalur kereta api lintasselatan Pulau Jawa. Kota-kotakecamatan yang
cukup signifikan adalah Caruban, Dagangan, Saradan, Dolopo dan Balerejo.
42
43
Bagian utara wilayah Madiun berupa perbukitan, yakni bagian dari
rangkaian Pegunungan Kendeng. Bagian Tengah merupakan dataran tinggi
dan bergelombang. Sedang bagian tenggara berupa pegunungan, bagian dari
komplek Gunung Wilis-Gunung Liman.
Potensi yang menonjol saat ini adalah pertanian padi, kedelai, palawija,
perkebunan kakao, kopi, mangga, durian, rambutan dan produk hasil hutan
dan produk olahan lainnya seperti kerajinan kayu jati dan lain sebagainnya.
Durian dan kakao banyak dibudidayakan di Kecamatan Dagangan dan
Kecamatan Kare. Kebun kopi dengan skala besar di budidayakan di
Kandangan, Kecamatan Kare yang merupakan peninggalan Belanda.
B. Analisa Data
Undang-Undang Desa merupakan seperangkat aturan mengenai
penyelenggaran pemerintah desa dengan pertimbangan telah berkembang
dalam berbagai bentuk sehingga perlu dilindungi dan diberdayakan agar
menjadi kuat, maju, mandiri, dan demokratis sehingga dapat menciptakan
landasan yang kuat dalam melaksanakan pemerintahan dan pembangunan
menuju masyarakat yang adil, makmur, dan sejahtera. Undang Undang ini
mempunyai keistimewaan, keistimewaan yang paling menonjol dalam undang
undang ini adalah bahwa desa akan mendapatkan kucuran dana kurang lebih
Rp 1,4 Miliar dihitung sesuai dengan beberapa criteria yaitu jumlah penduduk,
angka kemiskinan, letak geografis. Anggran ini nantinya akan digunakan
untuk operasional 30% dan pemberdayaan 70%, hal inilah yang
44
menyababkan kepala desa dan perangkat desa merasa kebaratan dalam
pertanggungjawabannya. Selain dana yang turun dari pemrintah, pemerintah
desa memperoleh sumber pendapatan lain yaitu yang bersumber dari asset
desa (bengkok). Pendapatan lain yang diterima desa adalah bantuan keuangan
dari pemerintah pusat, pemerintah provinsi, pemerintah kabupaten/kota,
pemerintah daerah lainnya, hibah dan sumbangan dari pihak ketiga.
Perencanaan dan pengelolaan desa sesuai dengan peraturan Menteri Dalam
Negeri No 7 Tahun 2007 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Desa dan
66 tahun 2017 tentang perencanaan desa. Peraturan tersebut bertujuan untuk
memudahkan pemerintah desa dalam mengelola keuangan secara efektif dan
efisien. Pengaturan pada aspek perencanaan diarahkan agar seluruh proses
penyusunan APBD semaksimal mungkin dapat menunjukkan latar belakang
pengambilan keputusan dalam penetapan arah kebijakan umum, skala prioritas
dan penetapan alokasi, serta distribusi sumber daya dengan melibatkan
partisipasi masyarakat.
Anggaran yang akan masuk kedesaitu digunakan sebagai sumber
pendapatan desa yang akan dikelola untuk kemandirian desa. Untuk membuat
kemandirian desa, dibutuhkan dua daya dukung. Pertama, desentralisasi dari
negara yang membagi kekuasaan, kewenangan, keuangan, kepercayaan dan
tanggungjawab kepada desa. Kedua, basis lokal yang tumbuh di dalam desa
(swadaya, modal sosial, adat dan pranata lokal, kapasitas, dan sumberdaya
ekonomi). Kemandirian desa merupakan cita-cita ideal jangka panjang
45
desentralisasi dan otonomi desa. Untuk menuju cita-cita ideal itu, ada
sejumlah tujuan antara yang hendak dibawa oleh desentralisasi desa:
a. Mendekatkan perencanaan pembangunan ke masyarakat.
b. Memperbaiki pelayanan publik dan pemerataan pembangunan.
c. Menciptakan efisiensi pembiayaan pembangunan yang sesuai dengan
kebutuhan local.
d. Mendongkrak kesejahteraan perangkat desa.
e. Menggairahkan ekonomi lokal dan penghidupan masyarakat desa.
f. Memberikan kepercayaan, tanggungjawab dan tantangan bagi desa untuk
membangkitkan prakarsa dan potensi desa.
g. Menempa kapasitas desa dalam mengelola pemerintahan dan
pembangunan.
h. Membuka arena pembelajaran yang sangat berharga bagi pemerintah desa,
Badan Perwakilan Desa dan masyarakat.
i. Merangsang tumbuhnya partisipasi masyarakat lokal.
Anggaran atau alokasi dana yang masuk kedesa merupakan dana
perimbangan atau dana bagi hasil dari pemerintah pusat dan pemerintah
daerah dengan desa, seperti bagi hasil retribusi dan pajak serta bagian dari
dana pembangunan yang diperoleh pemerintah kecuali dana alokasi khusus.
Anggaran ini yang selanjutnya akan digunakan 70% untuk pemberdayaan dan
30% untuk operasional. Pemberdayaan tersebut harus tepat sasaran, dan
pengelolaannya secara efektif, efisien dan ekonomis.
46
Besarnya alokasi dana yang akan masuk kedesa, kepala desa dan
perangkatnya harus paham akan pengelolaan dana tersebut.Pengelolaan
keuangan desa yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan,
pelaporan dan pertanggungjawabannyaharus sesuai amanat undang undang
dan peraturan pemerintah.
Pemerintah desa sebelum menerima anggaran harus menyusun Rencana
Program Jangka Menengah (RPJM), Rencana Kerja Pemerintah (RKP),
Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDesa). Rencana ini disusun oleh
kepala desa, perangkat desa dan BPD. Rencana inilah yang akan digunakan
pemerintah desa sebagai dasar atau sebagai sasaran yang akan dituju.
Sedangkan rencana tersebut digunakan pemerintah kabupaten sebagai tolak
ukur sejauh mana program yang sudah direncanakan dengan hasil akhirnya.
Selanjutnya digunakan sebagai dasar dalam pengambilan keputusan.
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh pemahaman dan kesiapan
kepala desa dan perangkat desa dikatakan paham tetapi untuk
mengimplementasikan undang undang ini kepala desa dan perangkatnya
kurang siap.Hal ini diukur dengan menggunakan skala liker dan indikator
yang telah ditetapkan. Lebih jelasnya akan diuraikan sebagai berikut :
1. Pemahaman
a. Kepala Desa
47
Tabel IV.1Pemahaman Undang Undang Nomor 6 Tahun 2014
Sangat Tidak Setuju
Tidak Setuju
Netral SetujuSangat Setuju
TOTAL
0 2 2 10 3 17 0 11.7647 11.7647 58.8235 17.6471 100
0% 12% 12% 59% 18% 1.01Sumber : Hasil Pengolahan Data
Pemahaman kepala desa tentang undang undang nomor 6 tahun 2014
dapat kita lihat pada Tabeldiatas. Kepala desa harus paham betul akan isi
undang undang, karena kepala desa adalah orang yang bertanggung jawab
penuh akan kegiatan yang ada didesa. Pemahaman kepala desa ini diukur
dengan menggunakan skala liker dan sesuai indikator yang sesuai dengan
kuisioner. Dengan pengukuran itulah pemahman kepala desa bisa
diketahui.
Pemahaman undang undang yang sangat tidak paham 0%, ini
menunjukan bahwa tidak ada kepala desa yang sangat tidak paham akan
undang undang. Tidak paham akan undang undang menujukan presentase
12% atau 2 kepala desa yang tidak paham akan undang undang nomor 6
tersebut, 2 kepala desa yang tidak paham adalah kepala desa sewulan dan
kepala desa mendak. Kepala desa yang netral ada 2 kepala desa dengan
presentase 12% dari jumlah sampel. Dua kepala desa yang netral adalah
kepala desa segulung dan jetis. Kepala desa segulung netral karena kepala
desanya baru, jadi belum memahami secara keseluruhan.
Kepala desa yang paham tentang undang undang menunjukan
presentase yang tinggi yaitu 59% atau 10 kepala desa. Angka ini cukup
48
besar, menandakan bahwa 10 kepala desa ini sudah benar-benar siap. 10
kepala desa yang siap diantaranya adalah kepala desa prambon, mruwak,
banjarjo, kepet, banjarsari kulon, sukosari, joho, padas, tileng dan
ketandan. Sedangkan yang sangat paham akan undang undang tersebut
adalah 3 kepala desa atau 3% dari jumlah sampel. Tiga kepala desa yang
sangat paham dengan undang undang nomer 6 ini adalah kepala desa
banjarsari wetan, dagangan, dan kepala desa ngranget. Hal ini menunjukan
bahwa respon atau kemauan memahami undang undang bagi kepala desa
cukup baik. Dengan pemahaman yang begitu besar bararti kepala desa
sudah paham akan isi undang undang nomor 6 tahun 2014. Pemahaman
inilah yang akan membantu kapala desa dalam mengimplementasikan
undang undang nomor 6 didesanya masing-masing, sehingga kegiatan
yang ada didesa akan berjalan secara efektif. Berjalannya kegiatan desa
maka kemandirian desa untuk mengelola desanya akan terwujud dengan
mudah. Selain undang undang nomor 6 tahun 2014 tentang desa kepala
desa juga harus paham akan peraturan lain yaitu peraturan pemerintah
nomor 60 tahun 2014.
Peraturan pemerintah nomor 60 tahun 2014 tentang dana desa yang
bersumber dari anggaran pendapatan dan belanja desa. Sama dengan
pemahaman undang undang, pemahaman peratiran pemerintah ini diukur
dengan menggunakan skala liker dan menggunakan indikator yang
terdapat dalam kuisioner. Pemahaman kepala desa terhadap peraturan
pemerintah ini harus baik, karena anggaran yang akan masuk ke desa nanti
49
bersumber dari Anggaran Pendapatan dan BelanjaNegara (APBN).
Pemahaman kepala desa tentang peraturan pemerintah nomor 60 ini bisa
dilihat Tabel4.2 dibawah ini.
TabelIV.2Pemahaman Peraturan Pemerintah Nomor 60 tahun 2014
Sangat Tidak Setuju
Tidak Setuju
Netral Setuju Sangat Setuju
TOTAL
0 2 6 8 1 17
011.764
735.2941 47.0588 5.88235 100
0% 12% 35% 47% 6% 1Sumber : Hasil Pengolahan Data
Peraturan pemerintah nomor 60 tahun 2014 tentang dana desa yang
bersumber dari anggaran pendapatan dan belanja Negara. Penjabaran
darimana dana atau anggaran diperoleh sampai laporan pertanggung
jawaban terdapat dalam peraturan pemerintah ini. Kepala desa dituntut
paham dengan peraturan ini agar dana desa dapat dikelola dengan tertib,
taat pada ketentuan peraturan perundang undangn, efisien, efektif,
transparan dan bertanggung jawab dengan memperhatikan rasa keadilan
dan kepatutan serta mengutamakan kepentingan masyarakat umum.
Kepala desa selain paham juga harus mengerti akan isi dan bisa
mengimplementasikannya.
Kepala desa yang sangat tidak paham akan isi peraturan ini adalah 0%.
Tidak ada kepala desa yang sangat tidak paham dengan peraturan ini.
Kepala desa yang tidak paham dengan peraturan adalah 12% atau 2
keapala desa. Dua kepala desa yang tidak paham dengan peraturan ini
adalah kepala desa sewulan dan kepala desa padas. Kepala desa yang
50
netral ada 6 atau 35% dari jumlah sampel, enam kepala desa yang netral
ini adalah ketandan, mendak, tileng, segulung, jetis dan joho. Kepala desa
yang paham dengan peraturan ini adalah 47% atau 8 kepala desa. Delapan
kepala desa yang paham adalah kepala desa ngranget, dagangan, sukosari,
banjarsari kulon,prmbon, mruwak, banjarjo dan kepet. Kepala desa yang
sangat paham adalah 6% atau 1 kepala desa yaitu kepala desa banjarsari
wetan. Pemahaman kepala desa ini bisa dibilang cukup paham karena
angka netral cukup tinggi. Tingginya angka netral dikarenakan kepala desa
sekedar mengetahui adanya peraturan tersebut tapi tidak mempelajarinya
lebih lanjut.
Selain paham dengan peraturan pemerintah nomer 60 tahun 2014,
kepala desa juga harus paham dengan peraturan pemerintah nomo 43
tahun 2014 tentang pelaksanaan undang undang nomor 6 tahun 2014
tentang desa. Kepala desa seharusnya paham dengan peraturan ini, karena
peraturan ini mengatur pelaksanaan undang undang nomor 6 tahun 2014.
Pemahaman kepala desa terhadap peraturan pemerintah ini bisa dilihat
pada Tabel berikut:
TabelIV.3Pemahaman Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014
Sangat Tidak Tidak Netral Setuju Sangat TOTAL
51
Setuju Setuju Setuju1 1 5 8 2 17
5.882355.8823
529.4118 47.0588 11.7647 100
6% 6% 29% 47% 12% 1Sumber : Hasil Pengolahan Data
Kepala desa yang sangat tidak paham dengan peraturan ini adalah 6 %
atau satu desa dari jumlah sampel yaitu desa padas. Sangat ketidak
pahaman ini menjadi perhatian khusus, karena peraturan pemerintah ini
berisi tentang pelaksanaan undang undang nomor 6 khususnya tentang
pelaksanaan penggunaan dana desa yang baik. Kepala desa yang tidak
paham dengan peraturan pemerintah ini adalah desa sewulan atau 6% dari
jumlah sampel. Kepala desa yang netral dengan peraturan ini ada lima
kepala desa atau 29% dari total sampel yaitu desa segulung, ketandan,
mendak, tileng dan kepala desa jetis.
Pemahaman kepala desa yang paham dengan peraturan ini ada 47%
atau delapan kepala desa, delapan kepala desa yang paham dengan
peraturan ini adalah kepala desa prambon, mruwak, banjarjo, kepet,
banjarsari kulon, dagangan, joho, sukosari. Presentase ini lebih tinggi
dibanding skala lainnya, ini menunjukan bahwa 47% kepala desa benar-
benar paham, dibuktikan dengan Tabeldiatas dan dengan menggunakan
pengukuran indikator yang telah digunakan. Selain 47% kepala desa yang
paham, ada 12% atau dua kepala desa yang sangat paham dengan
peraturan pemerintah tersebut, dua kepala desa yang paham dengan
pearturan pemerintah ini adalah kepala desa ngranget dan banjarsari
wetan. Hal ini menunjukan bahwa pemehaman peraturan pemerintah
52
nomor 43 adalah baik, namun harus lebih diingkatkan lagi, agar dalam
mengimplementasikannya nanti hampir tidak menemui kendala atau
masalah.
b. Sekertaris Desa
Selain kepala desa, sekertaris desa juga harus paham dengan undang
undang dan peraturan pemerintah lainnya. Sekertaris desa merupakan
bagian dibawahnya kepala desa atau bisa disebut juga tangan kanan kepala
desa. Pemahaman sekertaris desa sangat perlu untuk membantu
mengimplementasikan undang undang nomer 6 tahun 2014. Dengan
mengimplementasikan undang undang dengan baik, maka visi dan misi
yang telah direncanakan akan mudah tercapai. Pemahaman sekertaris desa
mengenai undang undang nomor 6 tahun 2014 dapat dilihat Tabelberikut:
Tabel IV.4Pemahaman Undang Undang Nomor 6 Tahun 2014
Sangat Tidak Setuju
Tidak Setuju
Netral Setuju Sangat Setuju
TOTAL
0 1 5 8 3 17
0 5.88235 29.411847.058
817.6471 100
0% 6% 29% 47% 18% 1Sumber : Hasil Pengolahan Data
Pemahaman sekertaris desa tentang undang undang nomor 6 tahun
2014 diukur dengan menggunakan skala liker dan dengan indikator yang
terdapat dalam kuisioner. Pengukuran yang dilakukan menunjukan bahwa
sekertaris yang sangat tidak paham dengan undang undang nomor 6 tahun
2014 adalah 0 %. Artinya tidak ada sekertaris yang sangat tidak paham
dengan undang undang ini. Sekertaris desa yang tidak paham menunjukan
53
presentase 6% atau satu desa, yaitu sekertaris desa tileng. Sekertaris desa
yang netral menunjukan presentase yang lumayan tinggi yaitu 29% atau
lima sekertaris desa, kelima sekertaris tersebut ialah bsekertaris desa
sewulan, ngranget, ketandan, mendak, dan jetis. Hal ini perlu ditingkatkan
pemahamanya, agar dalam mengimplementasikannya berjalan lancer
sesuai harapan atau tujuannya.
Pemahaman sekertaris desa yang paham dengan undang undang ini
mencapai 47% atau delapan sekertaris desa yang paham. Delapan
sekertaris desa yang paham adalah sekertaris desa prambon, mruwak,
banjarjo, banjarsari kulon, banjarsari wetan, joho, padas, segulung.
Presentase ini baik, menunjukan bahwa mereka benar-benar paham dan
siap mengimplementasikan undang undang nomor 6 tahun 2014 ini.
Sekertaris desa yang sangat paham juga menunjukan presentase yang
lumayan baik yaitu 18 % atau 3 sekertaris desa yang paham. Ketiga
sekertaris tersebut adalah sekertaris desa kepet, sukosari dan dagangan.
Diharapkan dengan sangat pahamnya tentang undang undang ini mampu
mendukung pelaksanaan implementasi undang undang nomor 6 tahun
2014 tentang desa didesanya masing-masing.
Selain undang undang nomor 6 tahun 2014 tentang desa, sekertaris
desa juga harus paham dengan peraturan pemerintah, yaitu peraturan
pemerintah nomor 6 tahun 2014 tentang dana desa yang bersumber dari
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), dan peraturan
pemerintah nomor 43 tahun 2014 tentang pelaksanaan undang undang
54
nomor 6 tahun 2014 tentang desa.Berikut ini akan dijelaskan sejauhmana
pemahaman sekertaris desa mengenai peraturan pemerintah.
TabelIV.5Pemahaman Peraturan Pemerintah Nomor 60 tahun 2014
Sangat Tidak Setuju
Tidak Setuju
Netral Setuju Sangat Setuju
TOTAL
1 2 3 7 4 17
5.88235 11.7647 17.647141.176
523.5294 100
6% 12% 18% 41% 24% 1.01Sumber : Hasil Pengolahan Data
Sekertaris desa yang sangat tidak paham dengan peraturan nomor 60
tahun 2014 adalah 6 % dari total sampel atau satu sekertaris desa yang
sangat tidak paham yaitu sekertaris desa ketandan. Sangat tidak pahamnya
sekertaris desa dengan peraturan pemerintah ini akan menghambat
pelaksanaan implementasi undang undang. Sedangkan sekertaris desa
yang tidak paham dengan peraturan pemerintah ini adalah 12% atau dua
sekertaris desa dari total sampel. Dua sekertaris desa yang tidak paham
adalah sekertaris desa ngranget dan sewulan.
Sekertaris desa yang netral dengan peraturan ini ada 18% atau 3
sekertaris desa, tiga desa yang netral tersebut adalah sekertaris desa
mendak, banjarsari kulon dan joho. Pemahaman sekertaris desa tentang
pearaturan ini yang paham menunjukan presentase yang cukup baik yaitu
41% atau tujuh sekertaris desa yakni sekertaris desa prambon, mruwak,
banjarjo, banjarsari kulon, padas, tileng dan jetis. Pemahaman yang sangat
paham dengan peraturan ini adalah 24% atau empat sekertaris desa,
emapat sekertaris desa tersebut adalah sekertaris desa kepet, sukosari,
55
dagangan dan segulung. Dengan tingkat pemahaman beginilah dapat
mambantu pelaksanaan implementasi undang undang. Selain pemahaman
terhadap peraturan pemerintah nomor 60, sekertaris desa juga harus paham
dengan peraturan nomor 43 tentang pelaksanaan undang undang nomor 6
tahun 2014 tentang desa. Pemahaman ini bertujuan untuk mengefektifkan
pelaksanaan implementasi undang undang, sehingga tujuan dapat tercapai
dengan baik. Pemahaman sekertaris desa tentang peraturan pemarintah
nomor 43 tahun 2014 bisa dilihat pada Tabelberikut.
TabelIV.6Pemahaman Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014
Sangat Tidak Setuju
Tidak Setuju
Netral Setuju Sangat Setuju
TOTAL
1 2 4 7 3 17
5.8823511.764
723.5294 41.1765 17.6471 100
6% 12% 24% 41% 18% 1.01Sumber : Hasil Pengolahan Data
Pelaksanaan implementasi undang undang bisa tercapai dengan baik
bila kepala desa dan perangkatnaya paham dengan peraturan pemerintah
ini. Sejauh ini pemahaman sekertaris desa mengenai peraturan pemerintah
ini masih kurang, hal ini bisa dilihat dari Tabeldi atas. Terdapat sekertaris
desa yang sangat tidak paham, yaitu 6% atau satu sekertaris desa. Satu
sekertaris desa yang sangat tidak paham yaitu sekertaris desa ketandan.
Sekertaris desa yang tidak paham dengan peraturan ini ada 12% atau dua
sekertaris desa, dua sekertaris ini adalah sekertaris desa joho dan sewulan.
Pemahaman sekertaris desa bisa juga netral, pemahaman sekertaris
desa yang netral menunjukan 24 % atau empat sekertaris desa yang netral.
56
Empat sekertaris yang netral tersebut adalah sekertaris desa jetis, mendak,
banjarjo, ngranget. Netral ini ada dua kemungkinan, kumingkinan pertama
sekertaris desa sekedar mengetahui bahwa ada peraturan tersebut,
kemungkinan kedua bahwa sekertaris desa mengetahui dan membacanya
tapi tidak dan atau kurang paham. Sekertaris desa yang paham dengan
peraturan ini adalah 41%atau tujuh sekertaris desa, tujuh sekertaris desa
tersebut adalah sekertaris desa prambon, mruwak, banjarsari wetan,
banjarsari kulon, padas, segulung, tileng. Sedangkan sekertaris desa yang
sangat paham dengan peraturan ini adalah 18% atau tiga sekertaris desa,
ketiga sekertaris desa tersebut adalah sekertaris desa kepet, sukosari, dan
dagangan.
c. Bendahara Desa
Bendahara desa merupakan bagian dari pengelolan keuangan desa.
Keuangan desa dikelola oleh bendahara dibawah naungan kepala desa.
Keuangan desa atau dana desa harus dikelola secara tertib, taat pada
ketentuan peraturan perundang-undangan, efisien, ekonomis, efektif,
transparan, dan bertanggung jawab dengan memperhatikan rasa keadilan
dan kepatutan serta mengutamakan kepentingan masyarakat setempat.
Sudah jelas bahwa bendahara hurus paham dan siap untuk
mengimplementasikan undang undang dan peraturan pemerintah terutama
mengenai anggaran atau dana yang akan masuk kedesa, jangan sampai
terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Pemahaman bendahara mengenai
undang undang ini dan peraturan pemerintah diukur dengan skala liker dan
57
dengan menggunakan indikator sesuai dengan kuisioner. Pemahaman
bendahara desa mengenai undang undang akan dijelaskan sebagi berikut.
Tabel IV.7Pemahaman Undang Undang Nomor 6 Tahun 2014
Sangat Tidak Setuju
Tidak Setuju
Netral Setuju Sangat Setuju
TOTAL
0 1 2 5 9 17
0 5.88235 11.764729.411
852.9412 100
0% 6% 12% 29% 53% 1Sumber : Hasil Pengolahan Data
Dari Tabeldiatas menunjukan bahwa pemahaman bendahara desa yang
sangat tidak paham adalah 0 %. Hal ini menunjukan bahwa ada ada
kemauan atau ada respon positif dari bendahara desa untuk memehami
undang undang ini. Terbukti tidak ada bendahara desa yang sangat tidak
paham dengan undang undang. Tidak pahamnya bendara desa tentang
undang undang ini menunjukan 6% atau satu bendahara desa, bendahara
desa tersebut ialah bendahara desa sewulan. Dengan ketidakpahaman ini
akan mengganggu bendahara dalam melakukan pengelolaan keuangan.
Bendahara desa yang netral menunjukan presentase 12% atau dua
bendahara yang netral, bendahara tersebut adalah bendahara desa ngranget
dan tileng. Bendahara yang paham dengan undang undang ini ada 29 %
atau lima bendahara desa, bendahara tersebut adalah prambon, banjarjo,
sukosari, joho dan jetis. Angka ini turun atau lebih rendah dibandingkan
dengan sekertaris desa, padahal sekertaris desa tidak menangani kuangan
desa. Hal ini harus menjadi pertimbangan supaya pemahaman mengenai
undang undang meningkat lebih baik.
58
Pemahaman bendahara desa mengenai undang undang sangat paham
mencapai presentase yang baik, yaitu 53% atau Sembilan bendahara desa
yang sangat paham. Kesembilan bendahara tersebut adalah bendahara
mruwak, kepet, banjarsari wetan, banjarsari kulon, dagangan, padas,
segulung, tandan dan mendak. Pemahaman yang baik ini sangat membantu
dalam melaksanakan dan atau mengimplementasikan undang undang
tersebut. Maka, tujuan suatu desa akan mudah tercapai jika semua
pemerintah desa paham dan siap mengimplementasikan undang-undang
nomor 6 tersebut.
Selain paham dengan undang undang bendahara desa juga harus
paham dengan peraturan pemerintah nomor 60 dan juga peraturan
pemerintah nomor 43 tahun 2014. Peraturan nomor 60 tahun 2014 birisi
tentang dana desa yang bersumber dari APBN. Seorang bendahara harus
paham dari mana dari desa diperoleh dan bagaimana penyaluranya dari
pusat sampai dengan masuk kedesa. Selain itu bendahara juga harus
mengetahui pembagian dana yang akan masuk sesuai dengan kreteria apa
saja. Jadi, dana yang turun dari pusat sampai kedesa berjalan secara
efektif. Pemahaman bendahara desa mengenai peraturan pemerintah
nomor 60 tahun 2014 dapat dijelaskan sebagai berikut.
59
TabelIV.8Pemahaman Peraturan Pemerintah Nomor 60 tahun 2014
Sangat Tidak Setuju
Tidak Setuju
Netral Setuju Sangat Setuju
TOTAL
0 2 2 7 6 17
0 11.7647 11.764741.176
535.2941 100
0% 12% 12% 41% 35% 1Sumber : Hasil Pengolahan Data
Pemahaman sekertaris desa yang sangat tidak paham 0%, artinya tidak
ada bendahara yang sangat tidak paham dengan peraturan ini. Bendahara
desa yang tidak paham 12% atau dua bendahara desa yang tidak paham.
Dua bendahara desa yang tidak paham itu adalah bendahara desa sewulan
dan ngranget. Sedangkan bendahara yang netral 12% atau dua bendahara
desa yang netral. Bendahara desa tersebut adalah bendahara desa tileng
dan jetis.
Pemahaman bendahara desa yang paham mencapai 41 %, atau tujuh
bendahara desa yang paham. Hal ini menunjukan bahwa bendahara desa
memahami peraturan pemerintah ini, dengan pemahaman inilah bendahara
desa dapat mengelola keuangan desa dengan baik. Sedangkan bendahara
desa yang sangat paham 35% atau enam bendahara desa yang paham.
Keenam bendahara tetsebut adalah bendahara desa banjarsari wetan,
banjarsari kulon, dagangan, ketandan, mendak, kepet. Dengan pemahaman
ini, diharapkan dalam mengimplementasikan undang undang tidak
menemui kendala apapun. Selain peraturan pemerintah nomor 60,
bendahara desa juga harus pahamdengan peraturan pemerintah nomor 43
tahun 2014 tentang pelaksanaan undang undang tentang desa.
60
Pemahaman peraturan pemerintah nomor 43 ini sangat penting, karena
peraturan ini berisi tentang pelaksanaan undang undang. Berhbung
bendahara desa mengelola keuangan desa, maka bendahara desa harus
benar-benar paham dengan peraturan ini. Pemahaman bendahara desa
tentang peraturan ini harus lebih baik dibanding pemahaman sekertaris
desa, karena pengelolaan keuangan desa ada pada bendahara desa. Dengan
pemahaman itulah yang nanti akannya digunakan bendahara desa untuk
menyusun laporan keuangan yang baik dan dapat dipertanggung
jawabkan. Pemahaman bendahara desa tentang peraturan pemerintah ini
bisa dilihat dibawah ini.
TabelIV.9Pemahaman Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014
Sangat Tidak Setuju
Tidak Setuju
Netral SetujuSangat Setuju
TOTAL
0 1 4 5 7 17
0 5.8823523.5294
29.4118 41.1765 100
0% 6% 24% 29% 41% 1Sumber : Hasil Pengolahan Data
Pemahaman bendahara desa dengan peraturan ini ditunjukan dengan
Tabeldiatas. Bendahara desa yang sangat tidak paham dengan peraturan
pemerintah ini 0 % atau tidak ada bendahara desa yang sangat tidak
paham. Bendaahara yang tidak paham 6% atau satu bendahara desa yang
tidak paham. Bendahara desa yang tidak paham tersebut adalah bendahara
desa sewulan. Bendahara desa yang netral 24% atau empat bendahara desa
yang netral dengan pemahmanan peraturan ini. Keempat bendahara
tersebut adalah bendahara desa ngranget, tileng, jetis dan banjarjo.
61
Pemahaman bendahara desa yang paham dengan peraturan ini ada 29%
atau lima bendahara desa. Kelima bendahara tersebut adalah prambon,
sukosari, mruwak, daganagan dan joho. Jumlah ini lebih kecil atau rendah
dibandingkan dengan pemahaman sekertaris desa. Sedangkan yang sangat
paham dengan peraturan ini 41 % atau tujuh bendahara desa. Ketujuh
bendara ini adalah padas, segulung, ketandan, mendak, kepet, banjarsari
kulon, banjarsari wetan. Jumlah ini meningkat dibanding dengan
pemahman sekertaris desa, karena sekertaris desa tidak terlalu penuh ada
hubungannya dengan peraturan ini. Dengan jumlah yang besarinilah yang
nanti akan membantu dalam mengimplementasikan undang undang
tentang desa tersebut.
d. Desa
Pemahaman selanjutnya dilihat dari desa, untuk mengetahui seberapa
besar pemahaman desa mengenai undang undang dan peraturan
pemerintah. Bagi desa undang undang dan peraturan tersebut sangat
penting, karena untuk terwujudnya tujuan desa maka perlu pengetahuan
tentang peraturan tersebut. Tujuan desa untuk menciptakan kemandiri desa
bisa tercapai bila semua unsure yang didalamnya saling bekerjasama.
Dengan kerjasama inilah dapat mempermudah pencapaian tujuan
desa.Pemahaman desa mengenai undang undang dan peraturan lain bisa
dilihat pada Tabeldibawah ini.
62
Tabel IV.10Pemahaman Undang Undang Nomor 6 Tahun 2014
Sangat Tidak Setuju
Tidak Setuju
Netral SetujuSangat Setuju
TOTAL
0 1 3 8 5 17
0 5.88235 17.647147.0588
29.4118 100
0% 6% 18% 47% 29% 1Sumber : Hasil Pengolahan Data
Dari Tabeldiatas dapat dilihat bahwa pemahaman desa tentang undang
undang nomor 6 tahun 2014, desa yang sangat tidak paham dengan undang
undang 0%. Artinya tidak ada desa yang sangat tidak paham dengan
undang undang ini. Desa yang tidak paham dengan undang undang ini 6%
atau satu desa yang tidak paham. Desa yang tidak paham adalah desa
sewulan. Desa sewulan tidak paham karena kepala desa, perangkat desa
dan desa secara keseluruhan memang menolak dengan desahkannya
undang undang nomor 6 tahun 2014 tersebut, karena ada point-point yang
kurang sesuai dengan keadaan lapangan atau desanya. Pemahaman desa
yang netral 18 % atau tiga desa yang netral. Tiga desa yang netral tersebut
adalah desa ketandan, tileng dan jetis. Salah satu desa menyebutkan bahwa
didalam undang undang ini tidak pas, karena biaya operasional hanya
30%. Hal itulah yang menjadikan desa tersebut menjadikan pemahaman
desa netral.
Pemahaman desa yang paham dengan undang undang menunjukan
jumlah yang baik yaitu 47 % atau delapan desa yang paham. Jumlah ini
hampir setengah dari jumlah sampelnya. Delapan desa yang paham adalah
desa prambon, mruwak, banjarjo, banjarsari kulon, joho, ngranget,
63
segulung dan ketandan. Sedangkan desa yang sangat paham 29 % atau
lima desa yang sangat paham. Kelima desa yang sangat paham tersebut
adalah desa kepet, banjarsari wetan, dagangan, sukosari dan padas.
Dengan jumlah pemahaman yang besar, maka desa-desa ini akan benar
siap untuk mengimplementasikannya. Dengan kesiapan desa untuk
mengelola dana yang akan masuk ini, maka dana tersebut akan dapat
digunakan seefektif mungkin untuk kepentingan masyarakat.
Selain pemahaman undang undang sebagi pendukung kesiapan
implementasi undang undang, desa juga harus harus paham dengan
peraturan pemerintah nomor 60 tahun 2014. Peraturan ini tentang dana
desa yang bersumber dari APBN. Desa harus paham dari mana dana yang
akan masuk ke desa itu berasal dan bagimana proses sampai diterima
didesanya masing-masing. Dan sempainya didesa harus dikelola dengan
baik oleh pemerintah desa. Pemahaman desa mengenai peraturan
pemerintah nomor 60 tahun 2014 akan dijelaskan sebagai berikut.
TabelIV.11Pemahaman Peraturan Pemerintah Nomor 60 tahun 2014
Sangat Tidak Setuju
Tidak Setuju
Netral SetujuSangat Setuju
TOTAL
0 1 5 6 5 17
0 5.8823529.4118
35.2941 29.4118 100
0% 6% 29% 35% 29% 0.99Sumber : Hasil Pengolahan Data
Pemahaman desa dengan peraturan pemerintah nomor 60 tahun 2014 bisa
diliaht pada Tabeldiatas. Desa yang sangat tidak paham 0 %, artinya bahwa
tidak ada desa yang sangat tidak paham dengan peraturan ini. Desa yang tidak
64
paham menunjukan 6 % atau satu desa yang tidak paham. Desa yang tidak
paham adalah desa sewulan. Desa yang netral 29% atau 5 desa yang netral.
Kelima desa yang netral tersebut adalah desa ngranget, padas, tandan, tileng
dan jetis. Desa yang paham dengan peraturan pemerintah ini adalah 35 5 atau
enam desa yang paham dengan peraturan ini. Keenam desa yang paham
adalah desa prambon, mruwak, banjarjo, segulung, mendak dan joho.
Sedangkan desa yang sangat paham 29 % atau lima desa yang sangat paham.
Kelilama desa yang sangat paham adalah desa kepet, banjarsari wetan,
banjarsari kulon, sukosari, dan desa dagangan. Dengan pemhaman desa yang
cukup tinggi ini dapat membantu desa dalam mengimplementasikan undang
undang.
Selain undang undang dan peraturan pemerintah nomer 60, desa juga
harus paham dengan peraturan pemerintah nomor 43 tahun 2014.
Peraturan ini berisi tentang pelaksanaan undang undang. Dengan
pemahaman yang baik pada peraturan ini, desa akan lebih siap dalam
mengimplementasikan undang undang. Kesiapan inilah yang akan
menetukan keberhasilan cita-cita pemerintah dan desa. Pemahaman desa
mengenai pelaksanaan undang undang atau peraturan pemerintah nomor
43 dapat diliahat dibawah ini.
65
TabelIV.12Pemahaman Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014
Sangat Tidak Setuju
Tidak Setuju
Netral SetujuSangat Setuju
TOTAL
0 1 3 10 3 17
05.88235
17.647158.8235
17.6471 100
0% 6% 18% 59% 18% 1.01Sumber : Hasil Pengolahan Data
Dari Tabeldiatas menunjukan bahwa pemahaman desa yang sangat
tidak paham adlah 0 %, artinya tidak ada desa yang sangat tidak paham
dengan peraturan ini. Desa yang tidak paham 6% atu satu desa yang tidak
pahm. Satu desa yang tidak paham adalah desa sewulan. Pemahaman desa
yang netral 18 % atau tiga desa yang pemahamnnya netral. Ketiga desa
tersebut adalah desa tandan, tileng dan jetis. Desa yang paham 59 % atau
sepuluh desa yang paham dengan peraturan pemerintah ini. Kesepuluh
desa tersebut adalah desa prambon, mruwak, banjarjo, banjarsari kulon,
dagangan, joho, ngranget, padas, segulung dan desa mendak. Sedangkan
desa yang sangat paham 18 % atau tiga desa yang sangat paham. Ketiga
desa yang sangat paham adalah desa kepet, banjarsari wetan dan desa
sukosari.
2. Kesiapan
Kepala desa dan perangkatnya selain paham juga harus siap
mengimplementasikan undang undang dan peraturan pemerintah lainnya.
Kesiapan ini yang akan menetukan keberhasilan baik pemerintah pusat,
pemerintah daerah dan pemerintah desa itu sendiri. Dengan dana desa
66
yang akan masuk kedesa, yang nantinya dana tersebut akan digunakan
desa untuk membangun desanya masing-masing.
Kesiapan kepala desa dan perangkatnya dukur dengan menggunaka
skala liker sesuai dengan indikator-indikator yang ada pada kuisioner.
Pengukuran ini bertujuan untuk mengetahui sejauhmana kesiapan kepala
desa dan perangkatnya dalam mengimplementasikan undang undang.
Kesiapan mengimplementasikan undang undang bagi kepala desa,
sekertaris desa, bendahara desa dan desa secara umum dapat diurakan
sebagai berikut.
a. Kepala Desa
Kepala desa sebagai tonggak atau sebagai penanggung jawab desa
selain perangkat lainnya. Kesiapan kepala desa mengimplementasikan
undang undang minimal harus siap, akan lebih baik kepala desa sangat
siap mengimplementasikan undang undang tersebut. Kesiapan ini akan
membantu kegiatan-kegiatan yang ada di desa. Berjalannya kegiatan
desa, maka akan membantu pula perekonomian desa. Sejauh mana
kesiapan kepala desa perhatikan Tabelberikut ini.
TabelIV.13Kesiapan Kepala Desa Mengimplementasi
Undang Undang Nomor 6 tahun 2014
Sangat Tidak Setuju
Tidak Setuju
Netral SetujuSangat Setuju
TOTAL
1 3 4 6 3 17
5.8823517.6471
23.529435.2941
17.6471 100
6% 17% 24% 35% 18% 1Sumber : Hasil Pengolahan Data
67
Tabeldiatas menunjukan bahwa kesiapan kepala desa yang sangat
tidak siap 6 % atau satu kepala desa yang tidak siap. Kepala desa yang
tidak siap ini adalah kepala desa sewulan. Kepala desa yang tidak siap
17% atau tiga kepala desa. Ketiga kepala desa tersebut adalah kepala
desa segulung, ketandan dan jetis. Tidak siapnya kepala desa
mengimplementasikan undang undang ini akan berdampak negatif
terhadap kegiatan yang ada didesa. Dengan begitu besarnya dana yang
masuk kedesa, jika kepala desa tidak siap bagaimana realisasi
anggaran tersebut digunakan. Padahal dana tersebut mencapai 1 miliar
rupiah. Mungkin saja bisa terjadi penyelewengan dana apabila kepala
desa sangat tidak siap.
Kesiapan kepala desa yang netral 24 % atau empat kepala desa
yang netral. Empat kepala desa yang netral adalah kepala desa padas,
mendak, tileng dan joho. Kepala desa yang siap dengan implemntasi
undang undang ini 35% atau enam kepala desa yang siap. Keenam
kepala desa yang siap tersebut adalah kepala desa rambon, mruwak,
banjarjo, kepet, banjarsari kulon dan kepala desa sukosari. Sedangkan
kepala desa yang sangat siap 18% atau tiga kepala desa. Ketiga kepala
desa yang siap adalah kepala desa ngranget, dagangan, banjarsari
wetan.
Kesiapan kepala yang baik akan mempermudah kegiatan desa
danmembantu pertumbuhan ekonomi desa. Dengan pemahaman dan
kesiapan yang matang maka pengelolaan dana yang masuk kedesa
68
akan berjalan secara efektif. Dana yang masuk inilah yang nantinya
akan digunakan desa untuk membangun desanya masing-masing.
Dana yang masuk kedesa, sebelum dana itu turun kepala desa dan
anggotanya harus menyusun Rencana Program Jangka Menengah
(RPJM), Rencana Kerja Pemenrintah ( RKP) dan Anggaran
Pendapatan dan Belanja Desa (APBDes). Dan dana tersebut dikelola
mulai dari perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan dan
pertanggungjawaban sesuai undang undang nomor 6 tahun 2014.
Tetapi pemerintah tidak diam begtu saja, akan ada pemdampingan
dalam melaksankan kegiatan tersebut. Agar pelaksanaan implementasi
undang undang ini berjalan secara efektif, ekonomis dan efisien serta
tidak terjadi tindak pidana korupsi pada kepala desa dan perangkatnya.
b. Sekertaris Desa
Sekertaris desa bisa disebut juga wakil kepala desa, jadi kesiapan
sekertaris desa juga harus baik karena untuk mendukung kegiatan yang
ada didesanya. Kesiapan sekertaris desa tentang undang undang nomor
6 akan dijelaskan sebagai berikut.
TableIV.14Kesiapan Sekertaris Desa Mengimplementasi
Undang Undang Nomor 6 tahun 2014
Sangat Tidak Setuju
Tidak Setuju
Netral SetujuSangat Setuju
TOTAL
0 4 3 7 3 17
0 23.529417.647
141.1765
17.647
1100
0% 24% 18% 41% 18% 1.01
69
Sumber : Hasil Pengolahan Data
Dari penjelasan Tabeldiatas, bahwa sekertaris desa yang sangat
tidak siap dengan implementasi undang undang adalah 0 %, artinya
bahwa tidak ada sekertaris desa yang sangat tidak siap dengan
implementasi undang undang. Sekertaris desa yang tidak siap 24 %
atau empat sekertaris desa yang tidak siap mengimplementasikan
undang undang. Empat sekertaris desa yang tidak paham tersebut
adalah sekertaris desa joho, sewulan, ngranget dan tileng. Sekertaris
desa yang netral 18% atau tiga sekertaris desa yang deng implementasi
undang undang. Ketiga sekertaris desa yang netral tersebut adalah jetis,
tandan, dan mendak. Dengan tidak siapnya sekertaris desa dalam
mengimplementasika undang undang, akan menyebabkan
terhambatnya pembangunan didesa.
Kesiapan sekertaris desa yang siap mengimplementasikan undang
undang adalah 41 % atau tujuh sekertaris desa yang paham. Ketujuh
sekertaris tersebut adalah sekertaris desa prambon, mruwak, banjarjo,
banjarsari wetan, banjarsari kulon, dan dagangan. Sedangkan sekertaris
desa yang sangat siap 18 % atau tiga sekertaris desa yang siap. Ketiga
sekertaris tersebut adalah sekertaris desa padas, sukosari, dan kepet.
Dengan kesiapan inilah diharapkan mampu mendukung barjalannya
pelaksanaan implementasi undang undang.
c. Bendahara Desa
70
Bendahara desa adalah bagian yang berususang dengan keuang
desa. Bendahara desa akan mengelola dana miliaran rupiah, maka dari
itu bendahara desa harus sangat siap untuk mengimplementasikan
undang undang. Dengan kesiapan bendahara yang baik, maka akan
tercipta pengelolaan keuangan yang baik. Berikut akan dijelaskan
kesiapan bendahara desa mengimplementasikan undang undang nomor
6 tahun 2014.
TableIV.15Kesiapan Bendahara Desa Mengimplementasi
Undang Undang Nomor 6 tahun 2014
Sangat Tidak Setuju
Tidak Setuju
Netral SetujuSangat Setuju
TOTAL
0 11.7647 11.7647 29.411847.0588
100
0% 12% 12% 29% 47% 1Sumber : Hasil Pengolahan Data
Bendahara desa yang sangat tidak siap adalah 0 %, artinya tidak
ada bendahara desa yang sangat tidak siap. Bendahara desa yang tidak
siap 12 % atau dua bendahara desa yang tidak siap. Kedua bendahara
desa yang tidak siap tersebut adalah ngranget dan sewulan. Sedangkan
bendahara desa yang netral adalah 12% atau dua bendahara yang
netral. Ketidak siapan bendahara desa ini akan berpengaruh terhadap
pengelolaan keuangan desa. Dengan demikian untuk mengambil
keputusan oleh pemerintah daerah dan pusat akan sulit.
Bendahara desa yang siap mengimplementasikan undang undang
29% atau lima bendahara desa yang siap mengimplementasikan
71
undang undang. Kelima bendahara desa tersebut adalah bendahara
desa prambon, mruwak, banjarjo, sukosari dan jetis. Sedangkan
bendahara desa sangat siap 47 % atau delapan bendahara desa yang
sangat siap. Delapan bendahara yang sangat siap tersebut adalah
bendahara desa kepet, banjarsari wetan, banjarsari kulon, dagangan,
padas, segulung, ketandan dan mendak. Dengan kesiapan inilah akan
memudahkan bendahara dalam mengelola keuangan desa dan akan
memudahkan pemerintah daerah dan pusat dalam mengambil
keputusan.
d. Desa
Desa merupakan kumpulan dari masyarakat. Kepala desa,
sekertaris desa dan bendahara desa juga termasuk didalamnya.
Kesiapan desa mengimplementasikan undang undang akan
berpengaruh terhadap perkembangan desa itu sendiri. Kesiapan desa
yang baik, maka akan mepermudah menciptakan desa yang mandiri,
sedangkan desa yang tidak siap, desa akan kesulitan dalam
menjalankan program-programnya. Tujuan yang telah direncanakan
tidak akan terealisai dengan baik. Berikut ini penjelasan kesiapan desa
mengimplementasi undang undang nomor 6 tahun 2014.
TableIV.16Kesiapan Desa Mengimplementasi Undang Undang Nomor 6 tahun 2014
Sangat Tidak Setuju
Tidak Setuju
Netral SetujuSangat Setuju
TOTAL
0 1 5 8 3 17
0 5.88235 29.4118 47.0588 17.6471 100
72
0% 6% 29% 47% 18% 1Sumber : Hasil Pengolahan Data
Kesiapan desa mengimplementasikan undang yang sangat tidak siap
adalah 0 %, artinta tidak ada desa yang sangat tidak siap. Desa yang tidak
siap 6 % atau satu desa yang tidak siap, desa yang tidak siap tersebut
adalah desa sewulan. Desa yang netral adalah 29% atau lima desa yang
netral. Kelima desa yang netral adalah desa jetis, tileng, ketandan,
ngranget dan joho. Tidak siapnya desa mengimplementasikan undang
undang akan mengganggu program atau kegiatan desa. Tidak berjalannya
kegiatan desa secara efektif, juga akan mengganggu masyarakat sekitar.
Kesiapan desa yang siap adalah 47 % atau delapan desa yang siap.
Delapan desa yang siap tersebut adalah desa prambon, mruwak, banjarjo,
banjarsari kulon, sukosari, padas, segulung dan mendak. Sedangkan desa
yang sangat siap deng implementasi undang undang 18% atau tiga desa
yang sangat siap. Ketiga desa tersebut adalah desa kepet, banjarsari wetan,
dan dagangan. Kesiapan desa yang baik mengimplementasikan undang
undang akan membantu menciptakan kemandirian desa dan kesejahteraan
masyarakat.
Dengan adanya dana desa yang masuk kedesa dan dengan kesiapan
kepala desa dan perangkatnya dengan baik, maka akan membantu program
yang ada didesa masing-masing. Berjalannyaprogram desa yang baik maka
dapat meningkatkan sector yang ada misalnya sector ekonomi,
sosial,budaya, politik dan hukum. Sehingga kemandirian desa dan
kesejahteraan masyarakat akan terwujud.
73
C. Pembahasan.
Dalam implementasinya bahwa desa akan mendapatkan dana miliran
rupiah, bagaimana kepala desa perangkatnya mengelola agar dana tersebut
dapat bermanfaat bagi masyarakat banyak. Kepala desa dan perangkat desa
harus paham dan siap mengimplementasikan undang undang dan peraturan
pemerintah. Dengan pemahaman inilah kepala desa dan perangkat desa akan
lebih mudah dalam melaksanakan atau menerapkan sesuai dengan isi dari
undang undang.
Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa pemahaman kepala desa dan
perangkatnya terhadap undang undang nomor 6 tahun 2014 sudah paham dan
mengerti. Pemahaman kepala desa dan perangkatnya diukur dengan
menggunakan skala liker dan dengan menggunakan indikator indikator
sebagai berikut :
1. Pengetahuan tentang Undang Undang Nomer 6 Tahun 2014 tentang
Desa
2. Pengetahuan tentang Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2014
tentang Dana Desa Yang Bersumber Dari Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara
74
3. Pengetahuan tentang Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014
tentang Peraturan Pelaksanaan Undang Undang Nomor 6 Tahun 2014
tentang Desa
4. Implementasi Undang Undang Nomor 6 Tahun 2014
Pemahaman kepala desa perangkatnya sebabkan oleh beberapa faktor,
diantaranya adalah sebagai berikut :
a. Sudah mengetahui informasi tersebut melalui media masa dan atau
dari forum-forum rapat yang diadakan pada tingkat kecamatan.
b. Sudah mendapatkan bimtek yang di adakan secara serentak oleh
Pemerintah Provinsi Jawa Timur.
c. Sudah diadakannya diskusi dilingkungan pemerintah desa (kepala
desa, perangkat desa dan BPD).
Pemahaman kepala desa dan perangkatnya akan mempermudah dalam
mengimplementasi undang undang, sehingga dalam menerapkannya tidak
menemui kendala atau kesulitan. Dengan pemahaman yang baik pengelolaan
keuangan desa akan berjalan secara efektif dan transparan. Pengelolaan
keuangan yang baik akan membantu desa dalam menciptakan kemandiriaan
desa dan kesejahteraan desa akan terwujud.
Dari analisa data diatas menunjukkan bahwa kesiapan kepala desa dan
perangkatnya mengimplementasikan undang undang nomor 6 tahun 2014
sudah siap. Hasil ini diukur dengan menggunakan skala liker dan dengan
menggunaka indikato indikator yang sesuai dengan kuisioner.
75
Kesiapan kepala desa perangkatnya belum bisa secara total atau
menyeluruh. Kurang atau belum bisa secara total kesiapan kepala desa dan
perangkatnya dikarenakan ada beberapa point dari isi undang undang yang
tidak sependapat dengan kepala desa dan perangkat desa. Point-point itu
adalah sebagai berikut :
a. Asset desa (bengkok) yang selama ini dikelola oleh kepala desa dan
perangkat desa tanpa memberi kas kepada desa akan ditarik desa sebagai
sumber pendapatan desa (kas desa).
b. Prensetase anggaran yang masuk untuk operasional cukup kecil yaitu
hanya 30% dari total dana yang diterima desa.
Perlu ada pelatihan untuk meningkatkan kesiapan kepala desa dan
perangkatnta. Dengan pelatihan ini bertujuan untuk meminimalisir adanya
kesalahan dalam mengimplementasikan undang undang tersebut. Sehingga
dalam implementasinya tidak menemui kendala apapun.
Kesiapan kepala desa dan perangkatnya mengimplementasi undang
undang ini akan membantu pemerintah desa dalam mewujudkan desa yang
mandiri. Desa yang mandiri akan membantu program yang dijalankan baik
pemerintah desa, pemerintah daerah dan pemerintah pusat untuk mewujudkan
masyarakat yang sejahtera. Sedangkan kepala desa dan perangkat yang kurang
siap akan mengganggu program yang akan dijalankan, sehingga kemandirian
desa untuk mengelola desanya akan sulit terwujud.
Kepala desa dan perangkat desa yang kurang siap akan menjadi
pertimbangan pemerintah dalam menetapkan aturan tersebut dan perlu adanya
76
evaluasi.Evaluasi bertujuan untuk melihat, hal apa yang menjadikan kepala
desa dan perangkat desa kurang siap dalam mengimplementasikan undang
undang. Selain mengevaluasi aturan tersebut pemerintah kabupaten perlu
mengadakan pelatihan-pelatihan untuk meningkatkan kesiapkan kepala desa
dan perangkat desa. Pelatihan ini diharapakan dapat membantu kepala desa
dan perangkatnya dalam mengelola dan mengatur desanya masing-masing.
Dengan kesiapan yang maksimal program-program yang dijalankan akan
berjalan dengan efektif dan efisien.
Selain program yang tidak berjalan dengan baik, kurang siapmya kepala
desa dan perangkatnya akan berpengaruh tergadap hasil atau kualitas laporan
pertanggungjawaban yang akan dihasilkan. Kualitas laporan inilah yang akan
digunakan pemerintah daerah dan pusat sebagai dasar pengambilan
keputusan. Dengan demikian bila laporan yang dihasilkan tidak maksimal
maka hasil keputusan yang diambil pemerintah tidak maksimal dan tidak tepat
sasaran.
Kesiapan yang kurang terhadap kepala desa dan perangkatnya perlu
adanya pendampingan dari pemerintah kabupaten madiun untuk
meminimalisir kesalahan dalam pengelolaan keuanagan. Pendampingan ini
bertujuan untuk mendampingi dalam penyusunan RPJM, RKP dan APBDes
agar berjalan secara efektif dan efisien. Berjalannya perencanaan dan
pengelolaan keuangan yang baik kemandirian pemerintah desa dalam
menjalakan program-programnya akan berjalan secara baik pula. Sehingga
77
dengan berjalannya program pemerintah desa kesejahteraan masyarakat desa
akan meningkat.
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Kepala desa dan perangkat desa paham dan mengerti dengan Undang
Undang Nomor 6 Tahun 2014. Pemahaman kepala desa dan perangkatnya
diukur dengan menggunakan skala liker dan dengan menggunakan indikator
indikator sebagai berikut :
a. Pengetahuan tentang Undang Undang Nomer 6 Tahun 2014 tentang
Desa.
b. Pengetahuan tentang Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2014
tentang Dana Desa Yang Bersumber Dari Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara.
c. Pengetahuan tentang Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014
tentang Peraturan Pelaksanaan Undang Undang Nomor 6 Tahun 2014
tentang Desa.
d. Implementasi Undang Undang Nomor 6 Tahun 2014
Pemahaman ini diharapkan kepala desa dan perangkat desa bisa
mengimplementasikan undang undang secara efektif dan efisien. Dengan
pemahaman yang baik implementasi undang undang akan berjalan dengan
lancar. Berjalannya implementasi undang undang ini, akan menciptakan
kemandiriian desa. Pemahaman kepala desa dan perangkatnya ini karena
dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu:
78
79
1. Sudah mengetahui informasi tersebut melalui media masa dan atau
dari forum-forum rapat yang diadakan pada tingkat kecamatan.
2. Sudah mendapatkan bimtek yang di adakan secara serentak oleh
Pemerintah Provinsi Jawa Timur.
3. Sudah diadakannya diskusi dilingkungan pemerintah desa (kepala
desa, perangkat desa dan BPD).
Kesiapan kepala desa dan perangkat desa dalam mengimplementasikan
Undang Undang Nomor 6 Tahun 2014 sudah siap. Kesiapan kepala desa dan
perangkatnya ini diukur dengan indikator yang sesuai dengan kuisioner.
Kesiapan kepala desa perangkatnya belum bisa secara total atau menyeluruh.
Kurang atau belum bisa secara total kesiapan kepala desa dan perangkatnya
dikarenakan ada beberapa point dari isi undang undang yang tidak sependapat
dengan kepala desa dan perangkat desa. Point-point itu adalah sebagai berikut:
a. Asset desa (bengkok) yang selama ini dikelola oleh kepala desa dan
perangkat desa tanpa memberi kas kepada desa akan ditarik desa
sebagai sumber pendapatan desa (kas desa).
b. Prensetase anggaran yang masuk untuk operasional cukup kecil yaitu
hanya 30% dari total dana yang diterima desa.
Perlu ada pelatihan untuk meningkatkan kesiapan kepala desa dan
perangkatnya. Dengan pelatihan ini bertujuan untuk meminimalisir adanya
kesalahan dalam mengimplementasikan undang undang tersebut. Sehingga
dalam implementasinya tidak menemui kendala apapun.
80
Kesiapan kepala desa dan perangkatnya mengimplementasi undang
undang ini akan membantu pemerintah desa dalam mewujudkan desa yang
mandiri. Desa yang mandiri akan membantu program yang dijalankan baik
pemerintah desa, pemerintah daerah dan pemerintah pusat untuk mewujudkan
masyarakat yang sejahtera. Sedangkan kepala desa dan perangkat yang kurang
siap akan mengganggu program yang akan dijalankan, sehingga kemandirian
desa untuk mengelola desanya akan sulit terwujud.
B. SARAN
Agar pelaksanaan implementasi Undang Undang Nomor 6 tahun 2014
dapat berjalan sesuai dengan aturan sehingga tujuan pengelolaan keuangan
dan perencanaan pembangunan berjalan baik, ada beberapa saran yang
diperlukan:
1. Pemerintah daerah seharusnya memberikan pelatihan tambahan kepada
kepala desa dan perangkat desa agar lebih siap dalam
mengimplementasikan Undang Undang Nomor 6 Tahun 2014.
2. Selain itu pemerintah daerah melakukan pendampingan secara efektif
dengan tujuan pengelolaan keuangan dan perencanaan desa dapat
berjalan dengan baik.
3. Ada kerjasama antara pemerintah desa dengan pemerintah kabupaten.
4. Adanya pastisipasi dari masyarakat untuk mendukung implementasi
Undang Undang Nomor 6 Tahun 2014.
81
C. Rekomendasi Penelitian Selanjutnya
Penelitian ini memiliki keterbatasan yaitu terbatasnya jumlah sampel dan
teknik analisa yang digunakan. Dengan ketrbatasan tersebut, beberapa saran
untuk penelitian selanjutnya adalah :
1. Memperluas jumlah sampel, guna mendapatkan hasil yang lebih akurat.
2. Teknik analisa data sebaiknya menggunakan program SPSS misalnya
menggunaka Regresi Linier.