Isi
-
Upload
ifanda-ibnu-hidayat -
Category
Documents
-
view
16 -
download
2
description
Transcript of Isi
BAB I
PENDAHULUAN
Neurofibroma adalah suatu kelainan genetik pada sistem saraf yang berpengaruh pada
pertumbuhan dan perkembangan jaringan saraf, dimana neurofibroma muncul pada kulit dan
bagian tubuh lainnya. Penyakit ini diturunkan secara autosomal dominan.
Gangguan ini dapat mempengaruhi semua ras, semua kelompok etnis dan jenis kelamin
masing-masing dengan probabilitas yang sama. NFM (Neurofibromatosis) tipe 1, juga dikenal
sebagai penyakit Reclkingshausen Von, memiliki insiden 1:3000. NFM tipe II "Sindrom
MISME" memiliki kejadian 1:40,000. Schwannomatosis adalah bentuk paling unik. Ini memiliki
jenis yang berbeda berbeda. Hal ini membuat sekitar 1 / 3 dari pasien hanya memiliki satu tumor,
bukan banyak. Schwannomatosis memiliki terjadinya 1:40,000.
Penderita NF kebanyakan mendapatkan penyakit ini dari faktor keturunan (dari kedua
orangtuanya), namun sekitar 30% kasus ternyata penderita NF tidak dari orang tua atau riwayat
keluarga yang memiliki penyakit NF pula. Artinya penyakit ini mereka dapatkan karena tubuh
mereka mengalami mutasi gen secara individual dan tidak selalu bawaan lahir. Apabila salah
satu orang tua menderita kelainan NF ini , maka 50 % kemungkinan anaknya menderita
penyakit ini .
Mereka dapat muncul di mana saja, dan biasanya meningkat dengan usia. Bintik-bintik
muncul pada daerah pangkal paha dan ketiak. Gejala penyerta dapat bervariasi dari jenis ke jenis
seperti dalam bentuk gangguan pendengaran, sakit kepala, vertigo, kelumpuhan wajah, tumor
otak, atau tuli. Pertumbuhan ini biasanya mulai muncul setelah masa pubertas dan bisa dirasakan
dibawah kulit sebagai benjolan kecil.
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1) ANATOMI DAN FISIOLOGI SARAF
Sama dengan jaringan tubuh lainnya, jaringan saraf juga dibangun oleh sel-sel saraf.
Sel saraf adalah komponen terkecil yang menyusun sistem persarafan manusia yang
mempunyai karaktersitik yang berbeda dengan sel-sel tubuh lainnya.
Unsur-unsur Struktural susunan saraf tersusun dari tiga unsur dasar antara lain :1,2
Sel saraf yang dinamakan neuron
Sel interstisial neuroglia, sel neurolema, dan sel satelit
Unsur jaringan penyambung
Neuron adalah Neuron adalah suatu sel saraf dan merupakan unit anatomis dan
fungsional system saraf. Sebuah neuron (sel saraf) biasanya terdiri dari tiga bagian utama
yaitu :
1) Badan sel
Bagian yang di dalamnya ditemukan nukleus dan organel-organel yang lain.
2) Dendrit
Sejumlah besar tonjolan dari badan sel, biasanya berbentuk menyerupai akar
pohon atau antena untuk meningkatkan luas permukaan yang memungkinkan
penerimaan sinyal dari sel saraf lain. Dendrit membawa sinyal ke arah badan sel. Pada
sebagian besar neuron, membran plasma badan sel dan dendrit mengandung reseptor-
reseptor protein untuk mengikat zat perantara kimiawi (neurotransmitter) dari neuron
lain.
3) Akson
Tonjolan tunggal, memanjang, berbentuk pipa yang menghantarkan potensial aksi
menjauhi badan sel dan berakhir di sel saraf lain. Akson sering mengandung cabang-
cabang sisi atau kolateral sepanjang seratnya. Bagian dari badan sel yang merupakan
tempat keluarnya akson dikenal sebagai bukit akson ( axon hillock ). Bagian ini adalah
tempat potensial aksi bermula di sebuah neuron.
Akson panjangnya bervariasi, mulai dari kurang dari 1 mm pada neuron-neuron
yang hanya berhubungan dengan sel-sel tetangganya, sampai lebih dari 1 m pada
2
3
neuron-neuron yang berhubungan dengan bagian-bagian sistem saraf yang jauh atau
dengan organ perifer.
Pada bagian ujung dari akson biasanya akan didapati percabangan yang cukup
banyak (juga menyerupai akar pohon) yang disebut sebagai telodendrion. Di setiap
ujung percabangan atau telodendrion ini akan ditemukan bulatan-bulatan kecil yang
disebut button terminal atau terminal akson. Terminal-terminal ini mengeluarkan zat
perantara kimiawi yang secara simultan mempengaruhi banyak sel lain yang
berhubungan erat dengan terminal tersebut.
Gambar 1. Anatomi dari neuron
4) Mielin
Merupakan suatu kompleks protein lemak bewarna putih yang mengisolasi
tonjolan saraf. Mielin menghalangi aliran ion Natrium dan Kalium melintasi membran
neuronal dengan hampir sempurna. Selubung myelin tidak kontinu disepanjang tonjolan
saraf, dan terdapat celah – celah yang tidak memiliki myelin, dinamakan nodus Ranvier .2
Tonjolan saraf pada susunan saraf pusat dan tepi dapat bermielin atau tidak
bermielin. Serabut saraf yang mempunyai selubung myelin dinamakan serabut bermielin, dan
dalam SSP dinamakan massa putih ( Substansia Alba). Serabut – serabut yang tak bermielin
dinamakan serabut tak bermielin danterdapat dalam massa kelabu ( Substansia Grisea) SSP.
Transmisi impuls saraf disepanjang serabut bermielin lebih cepat dari transmisi di sepanjang
serabut tak bermielin, karena impuls berjalan dengan cara “ meloncat “ dari nodus ke nodus
yang lain di sepanjang selubung myelin Cara transmisi seperti ini dinamakan konduksi
saltatorik.2
4
Hal terpenting dari peran myelin pada proses transmisi di serabut saraf dapat terlihat
dengan mengamati hal yang terjadi jika tidak lagi terdapat myelin sehingga orang tersebut
mulai kehilangan kemampuan untuk mengontrol otot – ototnya dan akhirnya menjadi tidak
mampu sama sekali.
2. JENIS – JENIS NEURON
Neuron dapat diklasifikasikan menurut bentuknya atas neuron unipolar, bipolar atau
multipolar.
1. Neuron unipolar hanya mempunyai satu serabut yang dibagi menjadi satu cabang sentral yang berfungsi sebagai satu akson dan satu cabang perifer yang bergunasebagai satu dendrit. Jenis neuron ini merupakan neuron-neuron sensorik saraf perifer (misalnya, sel-sel ganglion cerebrospinalis).
2. Neuron bipolar mempunyai dua serabut, satu dendrite dan satu akson. Jenis neuron ini dijumpai dalam epithelolfaktorius, dalam retina mata dan dalam telinga dalam.
3. Neuron multipolar mempunyai beberapa dendrite dan satu akson. Jenis neuron ini merupakan yang paling sering dijumpai pada system saraf sentral (misalnya, sel-sel motoris pada cornu anterior dan lateralis medulla spinalis, sel sel ganglion otonom. 1,2
Gambar 2. Jenis – jenis nuron
3. DEFINISI
Neurofibromatosis adalah suatu kelainan genetik pada sistem saraf yang berpengaruh
pada pertumbuhan dan perkembangan jaringan saraf , dimana neurofibroma muncul pada
kulit dan bagian tubuh lainnya.3
5
Neurofibroma adalah benjolan seperti daging yang lembut, yang berasal dari jaringan
saraf. Neurofibroma merupakan pertumbuhan dari sel Schwann (penghasil selubung saraf
atau mielin) dan sel lainnya yang mengelilingi dan menyokong saraf-saraf tepi (saraf perifer,
saraf yang berada diluar otak dan medula spinalis).
4. EPIDEMIOLOGI
Penderita NF kebanyakan mendapatkan penyakit ini dari faktor keturunan (dari kedua
orangtuanya), namun sekitar 30% kasus ternyata penderita NF tidak memiliki orang tua atau
riwayat keluarga yang memiliki penyakit NF pula. Artinya penyakit ini mereka dapatkan
karena tubuh mereka mengalami mutasi gen secara individual dan tidak selalu bawaan lahir.
Apabila salah satu orang tua menderita kelainan NF ini , maka 50 % kemungkinan anaknya
menderita penyakit ini .4
Gangguan ini dapat mempengaruhi semua ras, semua kelompok etnis dan jenis
kelamin masing-masing dengan probabilitas yang sama. Neurofibromatosis telah, terlepas
dari bentuk yang paling umum, jenis yang berbeda. NFM (Neurofibromatosis) tipe 1, juga
dikenal sebagai penyakit Reclkingshausen Von, memiliki insiden 1:3000. NFM tipe II
"Sindrom MISME" memiliki kejadian 1:40,000. Schwannomatosis, adalah bentuk paling
unik. Ini memiliki jenis yang berbeda berbeda. Hal ini membuat sekitar 1 / 3 dari pasien
hanya memiliki satu tumor, bukan banyak. Schwannomatosis memiliki terjadinya 1:40,000.
Pertumbuhan ini biasanya mulai muncul setelah masa pubertas dan bisa dirasakan dibawah
kulit sebagai benjolan kecil.
5. KLASIFIKASI
Neurofibromatosis disebabkan oleh pewarisan pada autosom dominan atau terjadinya
mutasi pada gen.
Berdasarkan etiologinya neurofibromatosis dibedakan menjadi 2 tipe :
1) Neurofibroma tipe 1 (penyakit von Recklinghausen)
NF tipe 1 disebabkan oleh mutasi kromosom 17q11.2. Jenis neurofibromatosis ini lebih
sering ditemukan.
2) Neurofibroma tipe 2 ( Sindrom MISME )
6
NF 2 disebabkan oleh mutasi kromosom 22q12 . Jenis neurofibromatosis yang lebih
jarang adalah neurofibromatosis jenis 2, dimana terjadi pertumbuhan tumor di telinga
bagian dalam (neuroma akustik) yang dapat menyebabkan tuli dan vertigo pada penderita.
3) Schwannomatosis
Mutasi genetiknya belum dapat diindetifikasi. 1,5
6. PATOFISIOLOGI
Neurofibroma terjadi akibat adanya cacat genetik, di mana Neurofibroma tipe 1 dan
Neurofibroma tipe 2 terjadi sebagai akibat dari cacat pada gen yang berbeda. Neurofibroma
tipe 1 disebabkan oleh mutasi pada gen yang terletak dikromosom 17 dan Neurofibroma tipe 2
pada kromosom 22.
Mutasi gen dapat diwariskan dari orang tua yang memiliki riwayat Neurofibroma atau
pada beberapa kasus gen dapat bermutasi secara spontan. Orang tua dengan riwayat
Neurofibroma memiliki kemampuan menurunkan ke masing-masing anaknyasebesar 50% .
Neurofibroma Tipe 1
Ini terjadi setelah mutasi pada kromosom neurofibromin
17q11.2. 100.000 penduduk Amerika telah mengidap neurofibromatosis.
Neurofibromin adalah tumor supresor gen yang berfungsi untuk
menghambat onkoprotein p21 ras. Dalam tidak adanya kontrol
penghambatan ini supresor tumor pada onkoprotein ras,. Proliferasi
seluler tidak menentu dan tidak terkendali, yang mengakibatkan
proliferasi seluler tidak seimbang dan perkembangan tumor.
Neufibroma tipe 1 disebabkan oleh mutasi pada gen
Neurofibroma tipe 1 yang mengkode protein yang disebut
neurofibromin, yang berfungsi sebagai penekantumor.Kondisi ini
mengikuti pola pewarisan dominan autosomal. Sekitar 50% dari kasus
neurofibroma diwariskan dari orangtua. Sekitar 50% adalah karena
mutasi baru pada gen neurofibroma terjadi secara acak pada atau
sekitar konsepsi untukalasan yang tidak diketahui
Neurofibroma Tipe 2
7
Neurofibroma tipe 2 disebabkan oleh mutasi pada gen
Neurofibroma tipe 2 (kromosom 22) yang mengatur produksi merlin /
schwnnomin protein yang berfungsi sebagai penekan tumor.
Kondisi ini mengikuti pola pewarisan dominan autosomal. Sekitar
50% dari kasus Neurofibroma tipe 2 diwariskan dan sekitar 50% adalah
karena mutasi baru pada gen NF2.
7. MANIFESTASI KLINIS 1,2,4
N NEUROFIBROMA TIPE 1N NEUROFIBROMA TIPE II SCHWANNOMATOSIS
Bercak kecoklatan di
kulit (café-au-lait
spots )
Neurofibroma
Bintik – bintik di
ketiak dan
selangkangan
Hamartoma di iris
(nodul Lisch)
Tumor di nervus
opticus yang dapat
Berupa neuroma akustik
di nervus
vestibulokoklearis yang
menyebabkan hilangnya
pendengaran biasanya
pada usia 20 tahun.
Pusing
Gangguan keseimbangan
Vertigo
Paralysis nervus VII
Tinnitus
Ditemukan multiple
schawnnoma yang
dapat terkena di
cranial dan saraf tepi.
Nyeri kronis yang
dapat berupa baal,
kesemutan, dan
paresis
Sekitar 1 / 3 pasien
memiliki
Schwannomatosis
segmental, yang
berarti bahwa
schwannomas terbatas
pada satu bagian
tubuh, seperti lengan,
kaki atau tulang
belakang.
Schwannomas tidak
menyerang saraf
vestibularis sehingga
tidak disertai
8
mempengaruhi
penglihatan ( optic
nerve gliomas)
Skoliosis
Deformitas tulang
Gangguan fungsi
intelektual ( ADHD
gangguan
pendengaran
Tidak ada gangguan
fungsi intelektual.
Gambar 3. Manifestasi Klinis Neurofibromatosis tipe I dan II 5
9
Gambar 4. Lisch nodul (tumor kecil pada iris)
8. DIAGNOSIS
Diagnosa ditegakkan berdasarkan anamnesa dan pemeriksaan fisik sesuai dengan
manifestasi klinis yang ditimbulkan.
Diagnosis Neurofibroma tipe 1 biasanya didasarkan pada:
Riwayat keluarga,
pemeriksaan fisik,
tanda-tanda klinis,
MRI
tes genetik. 7,8,9
Diagnosis klinis umumnya didasarkan pada kriteria yang dikembangkan oleh NIH
(National Institutes of Health) pada tahun 1988 (Pedoman diagnosis dan pengelolaan
individu dengan neurofibromatosis 1, 2007; Neurofibromatosis tipe 1 revisited, 2009),
diagnosis berlaku pada individu yang menunjukkan dua atau lebih dari gejala klinis berikut:
6 atau lebih café-au-lait spot (didefinisikan berbentuk oval patch coklat muda lebih
besar dari diameter 0.5cm), >5 mm prepuberitas, >15 mm postpuberitas
Beberapa neurofibroma (tumor pada, di bawah, atau menggantung kulit)
Freckling (di bawah ketiak dan daerah lipatan kulit seperti selangkangan). Freckling
biasanya tidak jelas pada saat lahir tetapi sering muncul selamaawal masa kanak-kanak.
10
Lisch nodul (tumor kecil pada iris mata)
Optic Glioma (terdeteksi memlalui pemeriksaan MRI)
Dispasia skeletal
Riwayat keluarga menderita Neurfibroma
Kriteria NIH keduanya sangat spesifik dan sangat sensitif untuk orang dewasa dengan
Neurofibroma tipe 1. Diagnosis pada anak-anak adalah sedikit lebih sulit karena, karena
hanya sekitar setengah dari anak-anak dengan Neurofibroma tipe 1 dan tidak ada riwayat
keluarga yang dikenal dari neurofibroma memenuhi kriteria NIH untuk diagnosis pada usia
satu tahun, tapi hampir semua lakukan pada usia delapan tahun karena banyak gejala klinis
dari Neurofibroma tipe 1 peningkatan frekuensi dengan usia. Penggunaan lembaga nasional
kriteria kesehatan untuk diagnosis neurofibromatosis tipe 1 pada anak-anak, 2000.Anak-anak
yang telah mewarisi Neurofibroma tipe 1 dari orangtua yang terkena biasanya dapat
diidentifikasi dalam tahun pertama kehidupan karena diagnosis hanya memerlukan satu fitur
di samping riwayat keluarga yang positif. Fitur ini biasanya beberapa café au lait spots, yang
berkembang pada masa bayi di lebih dari 95% dari individu dengan neurofibroma tipe1.
Anak-anak kecil dengan beberapa café au lait spot dan tidak ada gajala kliis
neurofibroma lain yang orang tuanya tidak menunjukkan tanda-tanda neurofibroma tipe 1
pada pemeriksaan fisik dan ophthalmologic. Banyak tes genetik dapat digunakan untuk
diagnosis.8
Analisis urutan mRNA dan DNA genomik yang mendeteksi: mutasi nonsense, mutasi
missense, mutasi splicing dan isìnsertioffff di hampir 90% pasien dengan diagnosis klinis.
Penghapusan / duplikasi analisis (FISH) yang mendeteksi penghapusan besar (gen utuh) di
almast 5% dari pasien dengan diagnosis klinis, Penghapusan / duplikasi analisis (MLPA)
yang mendeteksi penghapusan intragenic kecil atau duplikasi di hampir 1% dari pasien
dengan analisis klinis. Sitogenetika analisis yang mendeteksi penyusunan ulang skala besar
dalam waktu kurang dari 1% dari pasien dengan diagnosis klinis.Magnetic Resonance
Imaging berguna pada anak-anak untuk memvisualisasikan apa yang disebut "benda terang
tak dikenal" (UBOs) di scan otak pada setidaknya 60% dari anak-anak dengan Neurofibroma
tapi signifikansi klinis mereka tidak pasti.8
11
9. DIAGNOSIS BANDING
Beberapa penyakit yang memiliki tanda klinis sama dengan neurofibromatosis tipe 1,
tertuang dalam dalam sebagai berikut:
10. PENATALAKSANAAN
12
Karena tidak ada obat untuk neurofibroma ini, satu-satunya terapi untuk pasien dengan
neurofibroma adalah sebuah program pengobatan oleh tim spesialis untuk mengelola gejala
atau komplikasi.
Neurofibromatosis tipe I
Pembedahan dapat membantu memperbaiki beberapa kelainan tulang. Bedah
tulang dapat dianjurkan untuk memperbaiki skoliosis. Operasi juga dapat digunakan untuk
mengangkat tumor menyakitkan. Namun, tumor bisa tumbuh kembali dan dalam jumlah
yang lebih besar.10
Dalam kasus yang jarang terjadi ketika tumor menjadi kanker, pengobatan dapat
mencakup:
Bedah
Bedah / reseksi lesi plexiform dilakukan untuk kebutuhan kosmetik (estetika), apabila
lesi menimbulkan nyeri, atau terjadi gangguan fungsi. Pembedahan dapat membantu
memperbaiki beberapa kelainan tulang. Bedah tulang dapat dianjurkan untuk
memperbaiki skoliosis. Oprasi juga dapat ditujukan untuk mengangkat tumor, namun
tumor dapat tumbuh kembali.
Kemoterapi
Dilakukan apabila neurofibromatosis berkembang menjadi kanker. Namun kasus ini
sangat jaranng sekitar 10 %.
Radiasi
Sebaiknya tidak dilakukan karena dikhawatirkan sinar radiasi akan mempercepat
pertumbuhan neurofibroma menjadi malignant dan mempercepat pertumbuhan lesi
plexiform.
Neurofibromatosis tipe II
Pembedahan dapat menghilangkan tumor, tetapi dapat merusak saraf. Jika saraf yang
menuju ke telinga rusak, kehilangan pendengaran dapat terjadi. Pilihan pengobatan
lainnya termasuk:
Pengangkatan tumor secara parsial
Terapi radiasi
13
Terapi baru untuk kanker, terkait dengan NF1 dapat dikelompokkan menjadi:
Mereka yang berusaha untuk menderegulasi jalur sinyal dalam sel tumor dan
Mereka yang berusaha untuk mengubah komponen stroma dalam lingkungan mikro
tumor.
Selain itu, strategi telah diusulkan berdasarkan sinyal koreksi Ras untuk pengobatan
defisit kognitif pada anak-anak dengan NF1. 7,8,9
Melawan sel tumor
Karena neurofibromin berfungsi sebagai inhibitor dari Ras, studi awal telah
difokuskan pada inhibitor dari Ras. Tipifarnib ini merupakan inhibitor protein farnesyl
transferase, yang menghambat farnesyl dan geranilgeranilazione Ras, diperlukan untuk
transfer ke membran sel dan aktivasi berikutnya. Baru saja menyelesaikan Tahap 1 uji coba
dengan tipifarnib, dilakukan pada anak dengan tumor padat tahan api atau dengan
neurofibroma plexiform di NF1 saja, obat itu dapat ditoleransi dengan baik pada anak-anak
dan orang dewasa.8
Karena neurofibromin mengatur mTOR sinyal, penggunaan rapamycin dan analog
yang harus dipertimbangkan dalam pengobatan kanker pada individu dengan NF1.
Rapamycin awalnya digambarkan sebagai obat imunosupresif yang mengikat target, yang
FKBP12 inhibitor mTOR sinyal. Bunga dalam penggunaan rapamycin telah dibangkitkan
terakhir dengan deskripsi rapamycin oleh mulut menyebabkan regresi raksasa-sel
subependymal astrocytoma, dalam sejumlah kecil pasien dengan tuberous sclerosis.8
Menjelang komponen stroma
Antihistamin agen seperti ketotifen, meskipun tidak dengan efek menguntungkan pada
pengobatan neurofibroma plexiform, digunakan karena mereka akan mengarah pada
pelemahan gejala subyektif. Para Neurofibroma plexiform mempertahankan suplai darah
berlimpah, menunjukkan bahwa agen terapeutik yang bekerja pada pembuluh darah tumor,
bisa efektif.
Ini pertama kali digunakan untuk interferon α, tetapi implementasi praktis
mengecewakan. The AZD2171, yang menghambat reseptor tirosin kinase dikenal sebagai
inhibitor angiogenesis, zat ini dan lain penghambat angiogenesis (thalidomide) mungkin
14
efektif dalam pengobatan tumor selubung saraf perifer. AZD2171 digunakan dalam fase 1
dan neurofibroma plexiform pada pasien dengan neurofibroma tulang belakang.
The pirfenidone, antifibrotic zat yang membantu untuk mengurangi aktivitas sitokin
dilepaskan dari fibroblas di lingkungan neurofibroma, menjadikan itu tidak mampu bertindak
dengan dukungan jaringan selular (fibroblast, sel mast dan lain-lain). Tahap II sidang
pirfenidone pada orang dewasa dengan neurofibromatosis, tipe 1 2006.9
11. KOMPLIKASI
Neurofibroma dapat menimbulkan komplikasi, antara lain adalah.
Kardiovaskular : Congenital Heart Disease (CHD) dan hipertensi pada anak-anak
Gastroenterologi : Dispepsia, konstipasi, dan diare.
Pulmonari : Pulmonary stenosis
Kutaneus :Neurofibroma yang dapat berkembang menjadi keganasan.
Skeletal: Osteoporosis dini.11
12. PENCEGAHAN
Neurofibromatosis merupakan penyakit keturunan, apabila salah satu orang tua menderita
kelainan NF ini , maka 50 % kemungkinan anaknya menderita penyakit ini. Oleh karena itu
dianjurkan untuk melakukan konsultasi genetik pada penderita yang merencanakan untuk
memiliki keturunan.
Untuk mencegah komplikasi, mengurangi komorbiditas dan meningkatkan kualitas
hidup. Pasien harus dikonsultasikan kepada:
Seorang ahli saraf untuk memberikan informasi mengenai perubahan status neurologis
Seorang ahli bedah saraf untuk mengidentifikasi dan mengobati tulang belakang atau
tumor otak.
Opthalmologist untuk mendapatkan ketajaman informasi mengenai visual, cacat bidang
atau penampilan dari nodul lisch.
Ahli ortopedi untuk mengevaluasi kelainan terkait tulang.
Tekanan darah harus sering diperiksa dan hipertensi harus segera diobati jika
terdeteksi.Setiap perubahan yang mungkin terjadi dalam pemeriksaan sensoris atau
motoris (seperti inkontinensia) harus didokumentasikan dan dievaluasi dengan hati-hati.7
15
13. PROGNOSIS
Pada NF1 memiliki prognosis yang baik karena sangat kecil kemungkinan menjadi
keganasan. Namun demikian, NF1 dapat memiliki prognosis yang buruk apabilakomplikasi
neurofibroma sudah mengenai ke berbagai organ-organ dalam.
BAB III
LAPORAN KASUS
3.1 IDENTITAS
Nama : Tn. SO
Umur : 14 tahun
Jenis Kelamin : Laki laki
Agama : Islam
Suku : Aceh
Alamat : Langsa
Tanggal Periksa : 2 Juni 2015
No. Rekam Medis : 1-05-32-04
3.2 ANAMNESIS
Keluhan Utama
Benjolan dibadan sejak 8 tahun yang lalu
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke rumah sakit zainal abidin banda aceh dengan
keluhan benjolan di badan sejak 8 tahun yang lalu benjolan dirasakan
semakin membesar dan semakin banyak. Benjolan dirasakan nyeri
sesekali. pasien tidak ada mengeluhkan pandangan kabur.
Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien pernah di operasi pada 6 tahun yamg lalu di rumah sakit langsa. 2 tahun yang
lalu pasien mengeluhkan benjolan timbul kembali dan saat ini semakin besar dan banyak.
Riwayat Alergi
Riwayat alergi obat : Disangkal
Riwayat alergi makanan : Disangkal
Riwayat Keluarga
Ibu pasien juga mengalami keluhan yang sama, seperti yang dialami oleh pasien.
16
17
Riwayat Pengobatan
Sudah pernah di operasi 8 tahun yang lalu di rs langsa.
3.3 PEMERIKSAAN FISIK
Status Generalisata
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Compos mentis
Tekanan Darah : 120/80 mmHg
Nadi : 78 x/menit
Pernafasan : 20 x/menit
Suhu : 37, 2 0C
Status Gizi : Gizi baik
Kepala : Normochepali
Mata : Dalam batas normal
Toraks : Dalam batas normal
Abdomen : Dalam batas normal
Gluteus dan anogenital : Tidak dilakukan
Status Dermatologis
Regio Occipitalis
Terdapat nodul ukuran 12 x 5 x 3cm, berbatas tegas,
warna sama dengan kulit sekitar, konsistensi kenyal.
Regio Facialis
Tampak nodul ukuran 5 x 4 x 3 cm, berbatas tegas,
warna sama dengan kulit sekitar, konsistensi kenyal.
3.4 PEMERIKSAAN PENUNJANG
Darah Rutin (25/05/2015)
Hb : 14,1 g/dL
Hematokrit : 41%
Eritrosit : 4,9 x 106/mm3
Trombosit : 302 x 103/mm3
18
Leukosit : 10,2 x 103/mm3
MCV : 85 fL
MCH : 29 pg
MCHC : 34 %
LED : 23 mm/jam
Hitung jenis
Eosinofil : 5 %
Basofil : 1 %
NS : 61 %
Limfosit : 26 %
Monosit : 7 %
CT/BT : 2/7 menit
Elektrolit
Na : 140 mmol/L
K : 4,9 mmol/L
Cl : 98 mmol/L
GDS : 115 mg/dL
Ur/Cr : 27/ 0,54 mg/dL
Foto Toraks PA (25/5/2015)
Kesimpulan : Cord an pulmo tidak tampak kelainan
3.5 DIAGNOSIS BANDING
Neurofibroma
Lipoma
Fibroma
3.6 DIAGNOSIS KERJA
Neurofibroma
3.7 PROGNOSIS
Ad vitam : Dubia Ad Bonam
19
Ad sanationam : Dubia Ad Bonam
Ad fungsionam : Dubia Ad Bonam
BAB IV
ANALISA KASUS
Tn. SO, 14 tahun datang ke rumah sakit zainal abidin banda aceh
dengan keluhan benjolan di badan sejak 8 tahun yang lalu benjolan
dirasakan semakin membesar dan semakin banyak. Benjolan dirasakan nyeri
sesekali. pasien tidak ada mengeluhkan pandangan kabur.
Café au lait macules (CALMs) hampir selalu di temukan pada pasien dengan
neurofibroma. CALMs biasanya berwarna coklat dengan diameter ukuran 10 sampai 40 mm dan
sering di temuakn di daerah axial ata inguinal. biasanya Bintik-bintik paling sering muncul pada
daerah pangkal paha dan ketiakdan biasanya meningkat dengan bertambahnya usia.. Gejala
penyerta dapat bervariasi dari jenis ke jenis seperti dalam bentuk gangguan pendengaran, sakit
kepala, vertigo, kelumpuhan wajah, tumor otak, atau tuli. Pertumbuhan ini biasanya mulai
muncul setelah masa pubertas dan bisa dirasakan dibawah kulit sebagai benjolan kecil. Pada
neurofibrosis dengan adanya komplikasi seperti komplokasi ke tulang, mata dan telinga sering
menimbulkan gejala lain yang harus segera di obati seperti adanya tonjolan pada iris mata yang
dapat di diagnosis oleh dokter spesialis mata dan adanya gangguan pendengaran dan rasa
berdengung pada teling juga merupakan komplikasi neurofibroma, dan juga adanya komplikasi
ke tulang yang dapat di deteksi oleh dokter spesialis ortopedi. 7
Dari hasil pemeriksaan fisik di dapatkan adanya benjolan di regio occipitaslis dengan
ukuran 12 x 5 x 3cm, berbatas tegas, warna sama dengan kulit sekitar, konsistensi kenyal dan
regio fasialis di dengan ukuran 5 x 4 x 3 cm, berbatas tegas, warna sama dengan kulit sekitar,
konsistensi kenyal.
Penegakan diagnosis neurofinroma adalah berdasarkan beberapa kriteria. Jika di temukan
2 dari beberapa gejala yang di sebutkan maka diagnosis neurofibroma dapat di regakkan. Gejala
yang timbul adalah.
6 atau lebih café-au-lait spot (didefinisikan berbentuk oval patch coklat muda lebih
besar dari diameter 0.5cm), >5 mm prepuberitas, >15 mm postpuberitas
Beberapa neurofibroma (tumor pada, di bawah, atau menggantung kulit)
Freckling (di bawah ketiak dan daerah lipatan kulit seperti selangkangan). Freckling
biasanya tidak jelas pada saat lahir tetapi sering muncul selamaawal masa kanak-kanak.
20
21
Lisch nodul (tumor kecil pada iris mata)
Optic Glioma (terdeteksi memlalui pemeriksaan MRI)
Dispasia skeletal
Riwayat keluarga menderita Neurfibroma. 7
Prognosis pada pasien ini dubia ad bonam. Pada NF1 memiliki prognosis yang baik
karena sangat kecil kemungkinan menjadi keganasan. Namun demikian, NF1 dapat memiliki
prognosis yang buruk apabilakomplikasi neurofibroma sudah mengenai ke berbagai organ-
organ dalam. 8
KESIMPULAN
Neurofibromatosis adalah suatu kelainan genetik pada sistem saraf yang berpengaruh
pada pertumbuhan dan perkembangan jaringan saraf , dimana neurofibroma muncul pada
kulit dan bagian tubuh lainnya.
Gangguan ini dapat mempengaruhi semua ras, semua kelompok etnis dan jenis kelamin
masing-masing dengan probabilitas yang sama. Neurofibromatosis telah, terlepas dari bentuk
yang paling umum, jenis yang berbeda. NFM (Neurofibromatosis) tipe 1, juga dikenal
sebagai penyakit Reclkingshausen Von, memiliki insiden 1:3000. NFM tipe II "Sindrom
MISME" memiliki kejadian 1:40,000. Schwannomatosis, adalah bentuk paling unik. Ini
memiliki jenis yang berbeda berbeda. Hal ini membuat sekitar 1 / 3 dari pasien hanya
memiliki satu tumor, bukan banyak. Schwannomatosis memiliki terjadinya 1:40,000. Apabila
salah satu orang tua menderita kelainan NF ini , maka 50 % kemungkinan anaknya menderita
penyakit ini.
Diagnosa klinis ditegakkan berdasarkan anamnesa dan pemeriksaan fisik sesuai dengan
manifestasi klinis yang ditimbulkan dari masing – masing jenis neurofibromatosis. Terapi
yang diberikan berupa pembedahan yang dapat bertujuan untuk kepentingan estetika maupun
terapi pembedahan parsial pada neurofibromatosis tipe II. Karena penyakit ini merupakan
penyakit yang berhubungan dengan herediter maka pencegahannya dapat berupa konsultasi
genetik pada penderita yang merencanakan untuk memiliki keturunan.
22
DAFTAR PUSTAKA
1. Sjamsuhidajat, R. Jong, W D. Buku Ajar Ilmu Bedah. EGC: 2004: 808-28
2. Linda Piersall.M.S. Gutmann David H,M.D.,Ph.D. Living with Neurofibromatosis Type I
: A Guide for Adults:2010
3. Theos, A. Korf, B R. pathophysiology of Neurofibromatosis Type 1.
Annals of Internal Medicine: 2006; 144: 842-9
4. Bourgouin PM, Shepard JO, Moore EH, et al. Plexiform
neurofibromatosis of the mediastinum: CT appearance. American
Journal of J Roentgenology:2007 ;151: 461–463.
5. Gerber, P A. Antal, A S. et al. Neurofibromatosis. European Journal of Medical
Research: 2009; 14: 102-5
6. Piersall, L. Gutmann, D H. Living With Neurofibromatosis: A Guide for Adults.
Childrens Tumor Foundation: 2006; 1-6
7. Ferner, R. Thomas, N. et al. Clinical guidelines for the management of individuals with
neurofibromatosis 1. J Med Genet:2007; 44: 81-8
8. Murarescu, E D. Ivan, L. Mihailovici, M S. Neurofibroma, Schwannoma or a hybrid
tumor of the periphearal nerve sheath. Romanian Journal of Morphology and
Embryology: 2005; 46(2): 113-6
9. National Genetic and Genomics Educations Centre. Neurofibromatosis
type 1. National Genetic and Genomics Educations Centre: 2006: 1-2
10. MD, James H. Tonsgard. Clinical Manifestations and Management of Neurofibromatosis
Type 1. Pediatric neurology: 2006; 13: 2-7
23