Isi

37
BAB 1 TINJAUAN TEORI A. Definisi Kata arthritis berasal dari dua kata Yunani. Pertama, arthron, yang berarti sendi. Kedua, itis yang berarti peradangan. Secara harfiah, arthritis berarti radang sendi. Sedangkan rheumatoid arthritis adalah suatu penyakit autoimun dimana persendian (biasanya sendi tangan dan kaki) mengalami peradangan, sehingga terjadi pembengkakan, nyeri dan seringkali akhirnya menyebabkan kerusakan bagian dalam sendi. (Gordon, 2002). Reumatoid Artritis merupakan suatu penyakit inflamasi sistemik kronik yang manifestasi utamanya adalah poliartritis yang progresif, akan tetapi penyakit ini juga melibatkan seluruh organ tubuh. (Hidayat, 2006). B. Epidemiologi Menurut Williams (2009) yaitu: 1. Menyerang wanita 3 kali lebih sering daripada pria. 2. Dapat terjadi pada semua usia 35 hingga 50 tahun. C. Etiologi 1. Penyebab 1

description

Reumathoid Artritis

Transcript of Isi

BAB 1

TINJAUAN TEORI

A. Definisi

Kata arthritis berasal dari dua kata Yunani. Pertama, arthron, yang berarti

sendi. Kedua, itis yang berarti peradangan. Secara harfiah, arthritis berarti

radang sendi. Sedangkan rheumatoid arthritis adalah suatu penyakit autoimun

dimana persendian (biasanya sendi tangan dan kaki) mengalami peradangan,

sehingga terjadi pembengkakan, nyeri dan seringkali akhirnya menyebabkan

kerusakan bagian dalam sendi. (Gordon, 2002).

Reumatoid Artritis merupakan suatu penyakit inflamasi sistemik kronik

yang manifestasi utamanya adalah poliartritis yang progresif, akan tetapi

penyakit ini juga melibatkan seluruh organ tubuh. (Hidayat, 2006).

B. Epidemiologi

Menurut Williams (2009) yaitu:

1. Menyerang wanita 3 kali lebih sering daripada pria.

2. Dapat terjadi pada semua usia 35 hingga 50 tahun.

C. Etiologi

1. Penyebab

Penyebab masih belum diketahui secara pasti.

2. Faktor predisposisi

a) Infeksi dengan kecenderungan virus (Infeksi Streptokokkus

hemolitikus dan Streptococcus non-hemolitikus).

b) Endokrin Kecenderungan wanita untuk menderita artritis reumatoid

dan sering dijumpainya remisi pada wanita yang sedang hamil

menimbulkan dugaan terdapatnya faktor keseimbangan hormonal

sebagai salah satu faktor yang berpengaruh pada penyakit ini.

Walaupun demikian karena  pemberian hormon estrogen eksternal

tidak pernah menghasilkan  perbaikan sebagaimana yang diharapkan,

1

sehingga kini belum berhasil dipastikan bahwa faktor hormonal

memang merupakan penyebab  penyakit ini.

c) Autoimmun Pada saat ini artritis reumatoid diduga disebabkan oleh

faktor autoimun dan infeksi. Autoimun ini bereaksi terhadap kolagen

tipe II, faktor infeksi mungkin disebabkan oleh karena virus dan

organisme mikroplasma atau grup difterioid yang menghasilkan

antigen tipe II kolagen dari tulang rawan sendi penderita.

d) Metabolik.

e) Faktor genetik serta pemicu lingkungan Faktor genetik dan beberapa

faktor lingkungan telah lama diduga  berperan dalam timbulnya

penyakit ini. Hal ini terbukti dari terdapatnya hubungan antara produk

kompleks histokompatibilitas utama kelas II, khususnya HLA-DR4

dengan artritis reumatoid seropositif. Pengemban HLA-DR4 memiliki

resiko relatif 4:1 untuk menderita penyakit ini.

3. Faktor risiko

a) Jenis Kelamin.

Perempuan lebih mudah terkena RA daripada laki-laki.

Perbandingannya adalah 2-3:1.

b) Umur.

Reumatoid Artritis biasanya timbul antara umur 40 sampai 60

tahun.

c) Riwayat Keluarga.

Apabila anggota keluarga anda ada yang menderita penyakit

rheumatoid artritis maka anda kemungkinan besar akan terkena juga.

d) Merokok.

Merokok dapat meningkatkan risiko terkena reumatoid artritis.

D. Patofisiologi

Peradangan AR berlangsung terus-menerus dan menyebar ke struktur-

struktur sendi dan sekitarnya termasuk tulang rawan sendi dan kapsul fibrosa

sendi. Ligamentum dan tendon meradang. Peradangan ditandai oleh

penimbunan sel darah putih, pengaktivan komplemen, fagositosis ekstensif dan

2

pembentukan jaringan parut. Peradangan kronik akan menyebabkan membran

sinovium hipertrofi dan menebal sehingga terjadi hambatan aliran darah yang

menyebabkan nekrosis sel dan respons peradangan berlanjut. Sinovium yang

menebal kemudian dilapisi oleh jaringan granular yang disebut panus. Panus

dapat menyebar ke seluruh sendi sehingga semakin merangsang peradangan

dan pembentukan jaringan parut. Proses ini secara lambat merusak sendi dan

menimbulkan nyeri hebat serta deformitas.

3

E. WOC

F.

G.

H.

I.

4

Infeksi, endokrin, autoimun, metabolic dan factor genetic serta factor lingkungan

Penyakit autoimun Menginfeksi sendi

Predisposisi genetikReaksi autoimun dalam jaringan

sinovialMengubah respon

hormone dalam tubuh Mengubah respon hormone dalam tubuh

Rheumathoid Artritis (RA)

Terjadi dalam jaringan sinovial

Sinovitis

Hiperemia dan pembengkakan

(oedema)

Kerusakan dalam ruang sendi

Nyeri

Kelainan pada tulang

Erosi tulang

Deformitas sendi

Gangguan mekanis dan fungsional

pada sendi

Perubahan bentuk tubuh pada tulang dan sendi

Gangguan Citra Tubuh

Gangguan Mobilitas Fisik

F. Manifestasi klinis

Menurut Williams (2009) yaitu:

1. Deformitas dan kontraktur sendi

2. Lengan bengkak yang berwarna merah, dan terasa nyeri

3. Lengan atas yang memendek

4. Pergelangan tangan yang berongga dan turgid

5. Nodul rheumatoid

6. Ulserasi kaki

7. Mata merah

8. Sendi yang terasa hangat saat disentuh

9. Gesekan pericardium

G. Hasil pemeriksaan

Menurut Williams (2009) yaitu:

1. Laboratorium

a) Uji faktor reumathoid positif pada 75% hingga 80% pasien, seperti

yang diidikasikan oleh nilai titer 1:160 atau lebih tinggi.

b) Analisis cairan synovial menunjukkan peningkatan volume dan

turbiditas tetapi kadar komplemen (C3 dan C4) meningkat, dengan

hitung leukosit mungkin lebih dari 10.000/ul.

c) Kadar globulin serum meningkat.

d) Laju endap darah meningkat.

2. Pencitraan

a) pada tahap awal, ronsen menunjukkan deminiralisasi tulang dan

pembengkakan jaringan lunak. Selanjutnya, ronsen membantu

menentukan sejauh mana kerusakan kartilago dan tulang, erosi,

subluksasi, dan deformitas serta menujukkan pola karakteristik

abnormalitas ini.

b) MRI, CT Scan dapat memberikan informasi tentang luasnya

kerusakan.

3. Prosedur diagnostic

Elektrokardiografi menunjukkan interval QT yang memanjang.

5

H. Penatalaksanaan

Tujuan penatalaksanaan reumatoid artritis adalah mengurangi nyeri,

mengurangi inflamasi, menghentikan kerusakan sendi dan meningkatkan

fungsi dan kemampuan mobilisasi penderita. Adapun penatalaksanaan umum

pada rheumatoid arthritis antara lain:

1. Pemberian terapi

Pengobatan pada rheumatoid arthritis meliputi pemberian aspirin

untuk mengurangi nyeri dan proses inflamasi, NSAIDs untuk mengurangi

inflamasi, pemberian corticosteroid sistemik untuk memperlambat

destruksi sendi dan imunosupressive terapi untuk menghambat proses

autoimun.

2. Pengaturan aktivitas dan istirahat

Pada kebanyakan penderita, istirahat secara teratur merupakan hal

penting untuk mengurangi gejala penyakit. Pembebatan sendi yang terkena

dan pembatasan gerak yang tidak perlu akan sangat membantu dalam

mengurangi progresivitas inflamasi. Namun istirahat harus diseimbangkan

dengan latihan gerak untuk tetap menjaga kekuatan otot dan pergerakan

sendi.

3. Kompres panas dan dingin

Kompres panas dan dingin digunakan untuk mendapatkan efek

analgesic dan relaksan otot. Dalam hal ini kompres hangat lebih efektive

daripada kompres dingin.

4. Diet

Untuk penderita rheumatoid arthritis disarankan untuk mengatur

dietnya. Diet yang disarankan yaitu asam lemak omega-3 yang terdapat

dalam minyak ikan. Mengkonsumsi makanan seperti tahu untuk pengganti

daging, memakan buah beri untuk menurunkan kadar asam urat dan

mengurangi inflamasi.

Hindari makanan yang banyak mengandung purin seperti bir dari

minuman beralkohol, ikan anchovy, sarden, herring, ragi, jerohan, kacang-

kacangan, ekstrak daging, jamur, bayam, asparagus, dan kembangkol

karena dapat menyebabkan penimbunan asam urat dipersendian.

6

5. Banyak minum air untuk membantu mengencerkan asam urat yang

terdapat dalam darah sehingga tidak tertimbun di sendi. (Nanda, 2013).

6. Gizi

Pemenuhan gizi pada atritis reumatoid adalah untuk mencapai dan

mempertahankan status gizi yang optimal serta mengurangi peradangan

pada sendi. Adapun syarat–syarat diet atritis rheumatoid adalah protein

cukup, lemak sedang, cukup vitamin dan mineral, cairan disesuaikan

dengan urine yang dikeluarkan setiap hari. Rata–rata asupan cairan yang

dianjurkan adalah 2 – 2 ½ L/hari, karbohidrat dapat diberikan lebih banyak

yaitu 65 – 75% dari kebutuhan energi total.

7. Pembedahan

Pembedahan dilakukan apabila rheumatoid arthritis sudah

mencapai tahap akhir. Bentuknya dapat berupa tindakan arhthrodesis

untuk menstabilkan sendi, arthoplasty atau total join replacement untuk

mengganti sendi.

Ada beberapa hal cara pencegahan reumathoid artritis yang dapat

dilakukan untuk mengurangi rasa sakit yaitu:

a) Lakukan kegiatan rutin. Tidak hanya latihan yang baik bagi jantung dan

sistem kardovaskuler, itu juga baik untuk tulang, otot dan sendi.

b) Regangkan. Peregangan akan meningkatkan tonus otot dan dapat

membantu meningkatkan jangkauan gerak sendi Anda.

c) Makan yang benar. Tulang membutuhkan sejumlah nutrisi untuk tetap

kuat dan sehat. Dengan mengonsumsi makanan yang kaya vitamin C dan

E dan kalsium, akan membantu membangun sistem musculoskeletal yang

bisa hidup lebih lama kondisi degenerative.

d) Minum cukup air. Air membentuk 70% dari tulang rawan pada sendi dan

membantu menjaga mereka dilumasi sehingga tulang jangan menggosok

terhadap satu sama lain.

7

BAB 3

APLIKASI TEORI

A. Kasus

Seorang perempuan umur 58 tahun, ibu rumah tangga, di bawa ke

poliklinik dengan keluhan nyeri lutut yang dialami sejak 3 bulan terakhir ini,

terutama saat berjalan, sulit berdiri dari posisi jongkok. Kaku di pagi hari (+),

berlangsung sekitar 10-15 menit. Bengkak kedua lutut, namun tidak ada tanda-

tanda kemerahan. Nyeri pada jari-jari tangan (+), tidak bersifat simetris.

Penderita juga menderita kencing manis dan berobat teratur di poliklinik

endokrin. Berat badan 65 kg dan tinggi badan 162 cm.

B. Pengkajian

1. Anamnesa

No. Register :      100130

Ruang :      Kamboja

Tanggal MRS :      19 September 2015 Jam : 08.00 WIB

Tanggal Pengkajian :      19 September 2015

Diagnosa Medis :      Reumathoid Artritis

1) Identitas pasien

Nama :    Ny. Y

Umur :    58 tahun

Jenis Kelamin :    Perempuan  

Suku/bangsa :    Indonesia             

Agama :    Islam

Pekerjaan :    Ibu rumah tangga

Pendidikan :    SMA

Alamat :    Bojong Menteng Rt. 03 Rw. 01 Nganjuk

Tanggungan : Suami

2) Data penanggung jawab

Nama :    Tn. N       

Umur :    60 tahun

8

Jenis Kelamin :    Laki-laki

Suku/bangsa :    Indonesia             

Agama :    Islam

Pekerjaan :    Wiraswasta

Hubungan dengan px :    Suami

Alamat :    Bojong Menteng Rt. 03 Rw. 01 Nganjuk

2. Riwayat keperawatan (nursing history)

Riwayat Sebelum Sakit :

Penyakit berat yang pernah diderita : tidak pernah menderita penyakit

yang serius.

Obat-obat yang biasa dikonsumsi : -

Kebiasaan berobat : -

Alergi : tidak ada alergi

Kebiasaan merokok/alcohol : Ny. Y tidak perokok dan tidak

mengosumsi alkohol

Riwayat Penyakit Sekarang:

Keluhan utama : Klien mengatakan nyeri lutut yang

dialami sejak 3 bulan terakhir ini, terutama

saat berjalan, sulit berdiri dari posisi

jongkok.

Riwayat keluhan utama : Tanggal 18-09-2015 (19.00) sering

mengalami nyeri lutut yang dialami sejak

3 bulan terakhir ini, kemudian dibawa ke

UGD RS. Dr. Ramelan pukul 05.00 pagi

dan dirawat ruang penyakit dalam.

Upaya yang telah dilakukan : Tanggal 19-09-2015 (05.00) dibawa ke

UGD namun dirawat diruang penyakit

dalam.

Terapi/operasi yang pernah dilakukan: Klien mengatakan tidak pernah

operasi.

9

Riwayat Kesehatan Keluarga: Klien mengatakan tidak ada anggota

keluarga yang mempunyai penyakit seperti

yang diderita klien dan tidak ada yang

mempunyai penyakit menular atau

keturunan (DM dan Hipertensi).

Riwayat Kesehatan Lingkungan: Suami Ny.Y mengatakan lingkungan

disekitar rumahnya cukup bersih, adanya

selokan dan sanitasi air lancar.

Riwayat Kesehatan Lainnya: Istri Tn.N tidak mempunyai alergi baik

makanan, obat maupun udara.

Alat bantu yang dipakai : Tidak ada alat bantu yang digunakan.

3. Observasi dan pemeriksaan fisik

1) Keadaan umum : Nyeri lutut

2) Tanda-tanda vital : TD: 130/90 mmHg, S:37 oC, N:88 x/menit, RR:24

x/menit.

3) Berat badan 65 kg dan tinggi badan 162 cm.

4. Body system :

1) Pernapasan (B1 : Breathing)

Hidung : Hidung simetris, tidak ada pernapasan cuping hidung

Palpasi : Tidak ada nyeri tekan

2) Cardiovaskuler (B2 : Bleeding)

Suara jantung : Normal, tidak ada kelainan pada cardiovaskuler

Edema : Tidak ada oedema

Dada : Bentuk dada simetris, tidak ada kemerahan.

3) Persyarafan (B3 : Brain)

Kesadaran : Compos mentis

Glasgow Coma Scale : E;2 V;3 M\: 4 = 9

Kepala dan wajah

Kepala : Bentuk kepala simetris, tidak terdapat kemerahan.

10

Mata : Konjungtiva anemis.

Leher :Warna kulit sama dengan warna kulit disekitar, tidak

ada pembesaran vena jugularis. Tidak ada pembesaran

kelenjar tiroid.

4) Perkemihan-Eliminasi Urin (B4 : Bladder)

Produksi urine : 1100ml frekuensi : 4 x/hari

Warna : Kuning Bau : -

Alat bantu : Tidak ada alat bantu

Lainnya : Tidak ada kelainan pada perkemihan

5) Pencernaan-Eliminasi Alvi (B5 : Bowel)

Abdomen :

- Inspeksi : Warna kulit sama dengan warna kulit disekitar,

tidak terdapat kemerahan.

- Auskultasi : Bunyi peristaltik usus 7x/menit.

- Palpasi : -

- Perkusi : Timpani

6) Tulang-Otot-Integumen (B6 : Bone)

a. Pemeriksaan Tangan

- Inspeksi: Tidak simetris

- Palpasi: Terdapat nyeri tekan

b. Pemeriksaan Kaki

- Inspeksi: bengkak pada kedua lutut namun tidak ada tanda

kemerahan

- Palpasi : terdapat nyeri tekan

c. Pemeriksaan Muskuloskeletal

- Kesimetrian otot: Pada jari tangan tidak simetris

- Pemeriksaan edema : Bengkak pada kedua lutut

- Kekuatan otot: kekuatan otot telah berkurang. Dimana klien

mengalami kesulitan berjalan.

5. Pola aktivitas (Dirumah dan Rs)

a. Makan

Rumah Rumah Sakit

11

Frekuensi 3 x 1 hari 3 x 1 hari

Jenis menu Semua makanan Makanan lunak

Porsi 1 porsi habis 1 porsi habis

Yang disuka Nasi goring Bubur ayam

Yang tidak disukai Tidak ada Tidak ada

Pantangan Tidak ada pantangan Makanan yang

mengandung asam,

pedas, berlemak, yang

bisa mengiritasi

lambung

Alergi Tidak ada alergi Tidak ada alergi

Lain-lain - -

b. Minum

Rumah Rumah Sakit

Frekuensi 8 gelas/hari 8 gelas / hari

Jenis minuman Air putih biasa Air putih dan air teh

Jumlah (Lt/gelas) 1,5 lt / gelas 1 lt / gelas

Yang disuka Kopi Teh

Yang tidak disukai Tidak ada Tidak ada

Pantangan Tidak ada pantangan Tidak ada pantangan

Alergi Tidak ada alergi Tidak ada alergi

Lain-lain - -

c. Kebersihan diri

Rumah Rumah Sakit

Mandi 2x sehari 1x sehari

Keramas 2x seminggu -

Sikat gigi 3x sehari 1x sehari

Memotong kuku 1x sehari -

Ganti pakaian 2x sehari 1x sehari

Lain-lain - -

12

d. Istirahat

Rumah Rumah Sakit

Tidur siang 2 jam 3 jam

Tidur malam 7 jam 10 jam

Gangguan tidur - -

e. Aktivitas

Rumah Rumah Sakit

Aktivitas sehari-hari Lama 10 jam

Jam 08.00 s/d jam

17.00

Lama - jam

Jam - s/d jam -

Jenis aktivitas Menanam padi di

sawah (petani)

Klien hanya tidur

karena lemah

Tingkat ketergantungan Semua aktivitas

dilakukan mandiri

Di bantu total

6. Psikososial Spiritual

a) Sosial/interaksi :

Hubungan dengan klien : Tidak kenal

Dukungan keluarga : Aktif

Dukungan kelompok/teman/masyarakat : Aktif

Reaksi saat interaktif : Kooperatif

Konfilk yang terjadi terhadap : Tidak ada

b) Spiritual

Konsep tentang penguasa kehidupan : Allah

Sumber kekuatan/harapan saat sakit : Allah

Ritual agama yang bermakna/berarti/diharapkan saat ini : Baca kitab

suci

Sarana/peralatan/orang yang diperlukan untuk melaksanakan ritual

agama yang diharapkan saat ini : Lewat ibadah

13

Upaya kesehatan yang bertentangan dengan keyakinan agama :Tidak

ada

Keyakinan/kepercayaan bahwa Tuhan akan menolong dalam

menghadapi situasi sakit saat ini : Ya

Keyakinan/kepercayaan bahwa penyakit dapat disembuhkan : Ya

Persepsi terhadap penyebab penyakit : Cobaan/peringatan

7. Pemeriksaan penunjang

1. Kalsium dalam serum rendah yaitu -5 mg/dL (normalnya 8.5–10.5

mg/dl).

2. Kadar fosfat meningkat yaitu 6.0 mg/dL (normalnya 2.5-4.5 mg/dL).

8. Analisa data

Nama : Ny. Y No. Register :      100130

Umur : 58 tahun Ruang :      Kamboja

NO. SYMTOMP

(DATA SUBYEKTIF DAN

DATA OBYEKTIF)

ETIOLOGI PROBLEM

1.

2.

DS: Klien mengatakan bahwa nyeri

lutut yang dialami sejak 3 bulan

terakhir ini dan nyeri pada jari-jari

tangan.

DO: Klien terlihat nyeri di lutut dan

jari-jari tangan, serta tidak simetris.

DS: Klien mengatakan sulit saat

berjalan, sulit berdiri dari posisi

jongkok.

DO: Klien terlihat sulit berjalan

karena nyeri di lututnya. Klien

terlihat sulit berdiri dari posisi

jongkok.

Penurunan

fungsi tulang

atau destruksi

sendi

Intoleransi

terhadap

aktivitas atau

penurunan

kekuatan otot.

Nyeri

Gangguan

mobilitas fisik

14

3. DS:-

DO: Jari-jari tangan klien tidak

simetris pada tulang dan sendi.

Klien mengalami deformitas atau

pemendekan tulang akibat RA

Perubahan

bentuk tubuh

pada tulang

dan sendi

Gangguan citra

tubuh

C. Prioritas diagnosa

1. Nyeri berhubungan dengan penurunan fungsi tulang atau destruksi sendi.

2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan intoleransi terhadap

aktivitas atau penurunan kekuatan otot.

3. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan bentuk tubuh pada

tulang dan sendi

D. Intervensi

Nama : Ny. Y No. Register :      100130

Umur : 58 tahun Ruang :      Kamboja

No TUJUAN &

KRITERIA

HASIL

RENCANA TINDAKAN RASIONAL

1. Setelah dilakukan

tindakan

keperawatan 2x24

jam dengan tujuan:

Nyeri berkurang.

Kriteria Hasil:

Klien tidak

mengeluh karena

nyeri berkurang.

1. Kaji nyeri, lokasi,

karakteristik, derajat

(skala 0-10).

2. Sering atur posisi yang

nyaman untuk

mengurangi nyeri.

1. Membantu dalam

menentukan

managemen nyeri.

2. Dengan

memposisikan klien

senyaman mungkin

agar mengurangi

tekanan dan

mencegah otot-otot

menjadi tegang

sehingga

menurunkan rasa

nyeri.

15

2. Setelah dilakukan

tindakan

keperawatan 2x24

jam dengan tujuan:

Klien mampu

melaksanakan

aktivitas fisik

sesuai dengan

kemampuannya.

Kriteria Hasil:

Klien menunjukkan

tindakan untuk

meningkatkan

mobilitas,

mempertahankan

koordinasi

3. Anjurkan klien untuk

mandi air hangat.

Sediakan waslap hangat

untuk kompres sendi

yang sakit. Pantau suhu

air kompres, air mandi,

dan sebagainya.

4. Berikan obat sesuai

indikasi.

1. Evaluasi/ lanjutan

pemantauan tingkat

inflamasi/ rasa sakit pada

sendi.

2. Pertahankan istirahat

tirah baring/ duduk jika

diperlukan. Buat jadwal

aktivitas yang sesuai

dengan toleransi untuk

memberikan periode

istirahat yang terus-

menerus dan tidur malam

hari yang tidak

terganggu.

3. Ubah posisi klien setiap

3. Meningkatkan

relaksasi otot dan

mobilitas,

menurunkan rasa

sakit, dan

menghilangkan

kekakuan pada pagi

hari. Sensitivitas

pada panas dapat

dihilangkan dan luka

dermal dapat

disembuhkan.

4. Menaikkan relaksasi

dan sebagai terapi

pengobatan.

1. Tingkat aktivitas/

latihan tergantung

dari perkembangan

resolusi proses

inflamasi.

2. Istirahat sistemik

dianjurkan selama

eksaserbasi akut dan

seluruh fase

penyakit yang

penting, untuk

mencegah

kelelahan, dan

mempertahankan

kekuatan.

3. Menghilangkan

16

3.

mobilitas sesuai

tingkat optimal.

Setelah dilakukan

tindakan

keperawatan 2x24

jam dengan tujuan:

Klien mampu

mengimplementasi

kan pola koping

yang baru dan

mengungkapkan

serta menunjukkan

dua jam dengan bantuan

personel yang cukup.

Demonstrasikan/ bantu

teknik pemindahan dan

penggunaan bantuan

mobilitas.

4. Konsultasi dengan ahli

terapi fisik/ okupasi dan

spesialis vokasional.

1. Dorong klien

mengungkapkan

perasaannya mengenai

proses penyakit dan

harapan masa depan.

2. Observasi perilaku klien

terhadap kemungkinan

tekanan pada

jaringan dan

meningkatkan

sirkulasi.

Mempermudah

perawatan diri dan

kemandirian klien.

Teknik pemindahan

yang tepat dapat

mencegah robekan

abrasi kulit.

4. Berguna dalam

memformulasikan

program latihan/

aktivitas yang

berdasarkan pada

kebutuhan

individual dan

dalam

mengidentifikasi

alat/ bantuan

mobilitas.

1. Memberikan

kesempatan untuk

mengidentifikasi

rasa takut/kesalahan

konsep dan mampu

menghadapi

masalah secara

langsung.

2. Dapat menunjukkan

emosional atau

17

terhadap

penampilan.

Kriteria Hasil:

Mengungkapkan

peningkatan rasa

percaya diri dalam

kemampuan untuk

menghadapi

penyakit,

perubahan pada

gaya hidup, dan

kemungkinan

keterbatasan

menarik diri, menyangkal

atau terlalu

memperhatikan

perubahan tubuh.

3. Bantu kebutuhan

perawatan yang

diperlukan klien.

4. Berikan obat-obatan

sesuai petunjuk, missal

antiansietas dan obat-

obatan peningkat alam

perasaan.

metode koping

maladaftif,

membutuhkan

intervensi lebih

lanjut/dukungan

psikologis.

3. Mempertahankan

penampilan yang

dapat meningkatkan

citra diri.

4. Mungkin

dibutuhkan pada

saat munculnya

depresi hebat

sampai klien

mampu

mengembangkan

kemampuan koping

yang lebih efektif.

E. Implementasi

Nama : Ny. Y No. Register :      11300130

Umur : 58 tahun Ruang : Bougenvile

No Tanggal

dan jam

Penatalaksaan Evaluasi

tindakan/respon klien

Nama

dan

paraf

1. 19-09-2015

Pukul:

08.00 WIB

1. Mengkaji nyeri, lokasi,

karakteristik, derajat

(skala 0-10).

2. Sering mengatur posisi

yang nyaman untuk

mengurangi nyeri.

1. Klien terlihat

kesakitan sedikit

(skala nyeri 5).

2. Klien menggunakan

posisi yang nyaman,

seperti menggunakan

18

3. Menganjurkan klien

untuk mandi air hangat.

Sediakan waslap hangat

untuk kompres sendi

yang sakit. Pantau suhu

air kompres, air mandi,

dan sebagainya.

4. Memberikan obat sesuai

indikasi.

bantal.

3. Klien di seka oleh

keluarganya

menggunakan air

hangat.

4. Klien mengonsumsi

obat nyeri untuk

meredakan.

2. 19-09-2015

Pukul:

09.00 WIB

1. Mengevaluasi/

melanjutkan

pemantauan tingkat

inflamasi/ rasa sakit

pada sendi.

2. Mepertahankan istirahat

tirah baring/ duduk jika

diperlukan. Membuat

jadwal aktivitas yang

sesuai dengan toleransi

untuk memberikan

periode istirahat yang

terus-menerus dan tidur

malam hari yang tidak

terganggu.

3. Mengubah posisi klien

setiap dua jam dengan

bantuan personel yang

cukup.

Mendemonstrasikan/

membantu teknik

1. Klien tampak rileks.

2. Klien istirahat yang

cukup.

3. Klien di bantu untuk

mengubah posisi tidur

tiap 2 jam sekali.

19

pemindahan dan

penggunaan bantuan

mobilitas.

4. Mengkonsultasi dengan

ahli terapi fisik/ okupasi

dan spesialis

vokasional.

4. Keluarga klien

berkonsultasi dengan

ahli terapi fisik.

3. 19-09-2015

Pukul:

10.00

1. Mendorong klien

mengungkapkan

perasaannya mengenai

proses penyakit dan

harapan masa depan.

2. Mengobservasi perilaku

klien terhadap

kemungkinan menarik

diri, menyangkal atau

terlalu memperhatikan

perubahan tubuh.

3. Membantu kebutuhan

perawatan yang

diperlukan klien.

4. Memberikan obat-

obatan sesuai petunjuk,

missal anti ansietas dan

obat-obatan peningkat

alam perasaan.

1. Klien bercerita dengan

perawatnya.

2. Perilaku klien tampak

baik-baik saja.

3. Perawat dan keluarga

menyediakan

kebutuhan yang

diperlukan klien.

4. Klien di beri obat

untuk menenangkan

diri.

20

F. Evaluasi

Nama : Ny. Y No. Register :      11300130

Umur : 58 tahun Ruang : Bougenvile

No Tanggal

dan jam

Catatan perkembangan Nama

dan

paraf

1. 19-09-2015

Pukul:

08.00 WIB

S : Klien menyatakan nyeri di skala 5 atau sedang

O : Klien tampak sedikit tidak nyaman

A : Tujuan teratasi sebagian

P : Lanjutkan intervensi 1

2. 07-09-2015

Pukul:

09.00 WIB

S : Klien menyatakan nyaman ketika tidur

O: Klien tampak rileks

A : Tujuan teratasi

P : Pasien diperbolehkan pulang dan diberikan

Health Education.

3. 07-09-2015

Pukul:

10.00

S : Klien menyatakan sedikit tenang ketika bercerita

O : Klien merasakan nyaman

A : Tujuan teratasi sebagian

P : Lanjutkan intervensi 1

G. Peran perawat

1. Peran sebagai pemberi Asuhan Keperawatan

Dengan memperhatikan keadaan kebutuhan dasar manusia yang

dibutuhkan melalui pemberian pelayanan keperawatan dengan

menggunakan proses keperawatan sehingga dapat ditentukan diagnosis

keperawatan agar bisa direncanakan dan dilaksanakan tindakan yang tepat

sesuai dengan tingkat kebutuhan dasar manusia, kemudian dapat

dievaluasi tingkat perkembangannya. Pemberian asuhan keperawatannya

dilakukan dari yang sederhana sampai yang kompleks.

2. Peran sebagai advokat klien

Dilakukan untuk membantu klien dan keluarga dalam

menginterpretasikan berbagai informasi dari pemberi pelayanan atau

21

informasi lain khususnya dalam pengambilan persetujuan atas tindakan

keperawatan yang diberikan kepada klien, juga dapat berperan

mempertahanakan dan melindungi hak-hak klien yang meliputi :

- Hak atas pelayanan sebaik-baiknya

- Hak atas informasi tentang penyakitnya

- Hak atas privasi

- Hak untuk menentukan nasibnya sendiri

- Hak untuk menerima ganti rugi akibat kelalaian

3. Peran sebagai edukator

Membantu klien dalam meningkatkan tingkat pengetahuan

kesehatan, gejala penyakit bahkan tindakan yang diberikan, sehingga

terjadi perubahan perilaku dari klien setelah dilakukan pendidikan

kesehatan.

4. Peran sebagai koordinator

Untuk mengarahkan, merencanakan serta mengorganisasi pelayanan

kesehatan dari tim kesehatan sehingga pemberi pelayanan kesehatan dapat

terarah serta sesuai dengan kebutuhan klien.

5. Peran sebagai kolaborator

Untuk upaya mengidentifikasi pelayanan keperawatan yang

diperlukan termasuk diskusi aatau tukar pendapat dalam penentuan bentuk

pelayanan selanjutnya.

6. Peran sebagai konsultan

Sebagai tempat konsultasi terhadap masalah atau tindakan

keperawatan yang tepat untuk diberikan.

7. Peran sebagai pembaharu

Dilakukan dengan mengadakan perencanaan, kerja sama, perubahan

yang sistematis dan terarah sesuai dengan metode pemberian pelayanan

keperawatan.

22

BAB 2

PENUTUP

A. Simpulan

Artritis reumatoid merupakan inflamasi kronik yang paling sering

ditemukan pada sendi. Insiden puncak adalah antara usia 40 hingga 60 tahun,

lebih sering pada wanita daripada pria dengan perbandingan 3:1. Penyakit ini

menyerang sendi-sendi kecil pada tangan, pergelangan kaki dan sendi-sendi

besar dilutut, panggul serta pergelangan tangan.

Tujuan pengobatan adalah menghasilkan dan mempertahankan remisi atau

sedapat mungkin berusaha menekan aktivitas penyakit tersebut.Tujuan utama

dari program terapi adalah meringankan rasa nyeri dan peradangan,

mempertahankan fungsi sendi dan mencegah dan/atau memeperbaiki

deformitas.

B. Saran

Diharapkan  mahasiswa dapat mengetahui/menguasai  tentang Reumathoid

Artritis dan mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari.

23

DAFTAR PUSTAKA

Hidayat, A. A. A. 2006. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia: Aplikasi Konsep

dan Proses Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

Williams, Lippincott & Wilkins. 2009. Kapita Selekta Penyakit:Dengan implikasi

Keperawatan. Jakarta: Media Aesculapius.

Wilkinson Judith M., Ahern Nancy R. 2012. Diagnosis Keperawatan. Jakarta:

EGC

24