Isi

download Isi

of 38

Transcript of Isi

BAB I

Instalasi Penerangan Manual dan Otomatis

PAGE 29Instalasi Penerangan Manual dan Otomatis

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Energi listrik merupakan suatu kebutuhan yang sangat vital bagi kehidupan manusia. Bahkan boleh dikatakan listrik merupakan kebutuhan primer bagi kebanyakan masyarakat sekarang ini. Disamping itu listrik bersifat universal di mana semua lapisan masyarakat membutuhkannya entah itu masyarakat lapisan bawah, menegah ataupun lapisan masyarakat atas. Khusus untuk sistem penerangan akhir-akhir ini telah mengalami perkembangan yang sangat pesat yang di awali dengan ditemukannya alat-alat yang lebih praktis atau efisien. Penemuan alat-alat tersebut didasari pula oleh pemikir-pemikir professional untuk senantiasa melahirkan atau menciptakan sumber daya manusia yang handal dalam mengoperasikan atau mereparasi alat penemuannya sehingga dapat menghadapi tingkat pemakaian yang lebih lama dalam pemakaiannya. Cara-cara yang ditempuh itu dapat secara formal maupun informal.

Sejak ditemukannya istilah listrik beratus-ratus tahun yang lalu yang mana pengoperasiannya secara manual dan sampai sekarang sistem manual ini lebih banyak digunakan khususnya di negara berkembang. Ternyata cara manual ini menjadi pekerjaan yang cukup menyita waktu dan tenaga. Namun dibalik itu juga menjadi tantangan bagi para ahli kelistrikan untuk menemukan suatu sistem yang handal. Dengan kerja keras yang memerlukan waktu yang lama, para ahli berhasil menemukan suatu metode atau sistem pengoperasian yang disebut sistem otomatis. Sistem pengoperasian ini khususnya untuk sistem penerangan sangat bermanfaat dengan mengandalkan kehandalan dan efsiensi itu membuat lebih banyak pelanggan listrik memilih pengontrolan otomatis.

1.2. Tujuan

Adapun tujuan diadakannya praktek instalasi penerangan sistem manual dan otomatis ini adalah :

Menggunakan petunjuk teknik untuk praktek yang benar.

Memilih dan memperoleh alat yang tepat, menandai, memasang, mengencangkan dan teknik pemasangan.

Mengoperasikan kabel dan penghantar sambungan yang dapat diandalkan.

Mengoperasikan peralatan instalasi yang sesuai dengan urutan kerja yang baik.

Membandingkan metode-metode instalsi yang berbeda sesuai dengan prinsip dasar instalasi listrik.

Menghasilkan distribusi yang bebas dan panel penghubung yang sesuai dengan gambar yang tersedia.

Melakukan secara bebas suatu penerangan dan instalasi kotal-kontak.

Memasang dan mengamati instalasi dari rumah sekring, peralatan kontrol seperti saklar pengontrol (cahaya, relay, saklar waktu, saklar tangga dan kontaktor).

Mengamati dan menghubungkan rumah sekring dan peralatan kontrol pada panel, keluaran terminal yang telah dikawati siap untuk dihubungkan.

Merakit sekring dan panel control dengan peralatan instalasi yang disiapkan.

Menemukan kesalahan pada instalasi (kesalahan yang dibuat oleh instruktur) dengan menggunakan multitester.

Memperkirakan pemakaian waktu dan bahan serta melaporkannya dengan cara yang benar ke pimpinan bengkel.

Merubah instalasi, menghindari kerusakan atau bahan tidak berguna.

Memberitahukan sisa bahan yang berguna dengan bentuk teknik yang benar.

BAB II

TEORI DASAR2.1. Jenis Saklar

2.1.1.Impuls

Saklar impuls adalah suatu saklar yang bekerja berdasarkan prinsip kerja magnet, dimana posisi saklarnya akan berubah setiap impuls. Lamanya mengoperasikan dari kontak tekan tidak mempengaruhi sistem kerjanya. Saklar ini mempunyai dua posisi kontak, off pada impuls kedua dan 6kontak on pada posisi pertama.

Dalam mengendalikan (on dan off) suatu lampu menggunakan push button sebagai control Bantu, dipakai suatu saklar impuls yang bekerja oleh adanya impuls (sinyal) yang diberikan dari push button.

Gambar 2.1 Simbol saklar Impuls

2.1.2.Selector

Saklar selector atau atau saklar golongan, jarang sekali digunakan untuk rangkaian-rangkaian penerangan, tetapi biasa digunakan untuk rangkaian-rangkaian pengatur, misalnya untuk dua posisi pengaturan manual dan otomatis. Saklar jenis ini adalah saklar putar.

Gambar 2.2 Simbol saklar selector

2.1.3.Staircase

Staircase merupakan jenis saklar yang bekerja secara magnetis yang akan memutus rangkaian secara magnetis sesuai dengan batasan waktu yang telah ditentukan pada saat beban bekerja. Adapun simbol dari saklar staircase adalah sebagai berikut :

Gambar 2.3 simbol lokasi Gambar 2.4 simbol pengawatan

Staircase ini juga dapat digunakan untuk pengontrolan lampu yang menyala terus menerus tanpa ada pengaruh waktu.

2.1.4.Timer

Timer digunakan menghubungkan dan memutuskan instalasi secara otomatis berdasarkan jangka waktu tertentu.

Ada beberapa jenis timer yang beredar dipasaran, namun yang digunakan dalam praktek bengkel semester III adalah yang menggunakan piringan waktu, pada tepi piringan diukur garis pembagi waktu menjadi 24 bagian (24 segmen). Tiap bagian ekivalen dengan satu jam waktu. Piringan berputar satu kali dalam 24 jam. Saat-saat penghubung dan pemutus berikutnya dapat diatur dengan segmen yang dipasang ditepi piringan.

Gambar 2.5 Simbol lokasi saklar timer

2.1.5.LDR (Lighting Dependent Resistor)

LDR digunakan untuk memutuskan dan menghubungkan instalasi listrik secara otomatis dengan adanya gelap dan terang yang memungkinkan peralatan LDR dapat bekerja.

LDR memilik sebuah lubang kecil sebagai tempat masuknya cahaya. Cepat dan lambat penghubung dan pemutusan dapat diatur dengan mengatur besar kecilnya mulut cahaya LDR.

Gambar 2.6 Simbol Lokasi LDR

2.1.6. Relay/Kontaktor

Relay merupakan sebuah saklar elektrik yang dapat mengubah kontak-kontak dari NO (Normally Open) menjadi NC (Normally close) sewaktu mendapat supply aliran listrik. Untuk mengendalikan suatu sistem dengan beban keadaan AC/DC biasanya dilakukan dengan saklar kerja magnetis ini.

Prinsip kerja dari relay adalah berdasarkan gejala elektro magnetic dimana terdiri dari lilitan kawat/kumparan, coil, yang dililitkan pada sebuah inti dari besi baja yang bersifat lunak. Apabila pada kumparan tersebut kita alirkan arus maka inti baja tersebut akan menarik jangkar dan relay dinamis dalam suatu type-type beragam-ragam tersedia untuk daerah kerja arus dan tegangan yang luas dan besa. Relay akan bekerja normal bila toleransi tegangan pada kumparan magnetnya adalah 85=110 % dana apabila tegangan kerja turun dari batas normalnya, maka relay akan bergetar.

Biasanya pada relay kontaktor terdapat beberapa kontak kontrol NO dan NC. Dalam batas waktu pemutusan, bunga api akan timbul. Untuk ini banyak digunakan relay yang mempunyai bentuk dan susunan tersendiri untuk memadamkan api tersebut.

Bila relay bekerja, kontak-kontak utama dan Bantu akan bekerja pada waktu yang bersamaan.

Gambar 2.7 Simbol pengawatan kontaktor.

2.2.Pengaman

Pengaman alat-alat listrik sederhana khususnya yang digunakan didalam praktek bengkel semeseter III adalah patron lebur yang pada umumnya bertujuan mengamankan terhadap hubung singkat antara fasa dan netral.

Patron lebur atau sekring (fuse) merupakan alat yang sudah sangat dikenal olrh masyarakat banyak, karena rata-rata setiap rumah atau suatu rangkaian akhir ada patron leburnya. Patron lebur harus memutuskan rangkaian yang diamankan kalau arusnya menjadi lebih besar, dan bila patron melebur (putus) harus diganti dengan yang baru dan tidak boleh dipakai lagi, hanya patron-patron yang memang dibuat untuk dapat diperbaiki boleh dipakai lagi, setelah diperbaiki oleh ahlinya.

Patron lebur memiliki kawat isyarat dan kawat lebur dan masing-masing mempunyai fungsi yang berbeda, kawat lebur terbuat dari perak dengan campuran beberapa logam lain, digunakan perak karena logam ini hampir tidak mengoksidasi dan hantarannya tinggi, jadi diameter kawat leburnya bisa sekecil mungkin. Sehingga jika kawatnya lebur tidak akan menimbulkan uap yang banyak. Dengan demikian kemungkinan terjadinya ledakan juga kecil sekali. Sedangkan kawat isyaratnya dihubungkan pararel dengan kawat lebur. Karena tahanannya besar, arus yang mengalir dalam kawat tersebut kecil. Pada ujung kawat ini terdapat sebuah piringan kecil berwarna yang berfungsi sebagai isyarat. Piringan isyarat ini menekan sebuah pegas kecil, jika kawat leburnya putus karena arus yang terlalu besar, kawat isyarat juga akan akan putus karena itu piringan isyaratnya akan lebur sehingga dapat diketahui bahwa kawat leburnya telah putus.

Dalam patron lebur juga terdapat pasir yang dimaksudkan untuk meredam bunga api yang timbul jika kawat leburnya putus.

Pemakaian dari patron lebur mempunyai klasifikasi berdasarkan pada kemampuan hantaran arusnya dengan menggunakan kode warna tertentu, yaitu :

2 Ampere:Merah muda

4 Ampere:Cokelat

6 Ampere:Hijau

10 Ampere:Merah

16 Ampere:Kelabu

20 Ampere:Biru

25 Ampere:Kuning

35 Ampere:Hitam

50 Ampere: Putih

65 Ampere:Warna tembaga

2.3.Panel Hubung Bagi (PHB)

Panel hubung bagi adalah panel distribusi sekunder yang berisi peralatan control misalnya fuse, timer, kontaktor dan lain-lain. Panel hubung bagi selain untuk memperjelas pembagian group juga merupakan sentral atau pusat pengaturan dari seluruh sistem yang akan dikontrol.

Suatu hal yang umum untuk setiap pembuatan panel, konstruksi panel yang dipilih harus direncanakan, dirancang sedemikian rupa sesuai dengan kebutuhan dan lingkungannya.

Setelah diagram kerjanya dibuat dengan cermat, lalu dilakukan pemilihan jenis panel, selanjutnya merencanakan penempatan komponen pengaman maupun komponen control namun untuk itu harus terlebih dahulu mengetahui :

Dimensi ukuran panel

Dimensi ruangan yang tersedia

Pembuatan panel

Gambar 2.8 Simbol umum untuk panel distribusi / hubung bagi (IEC)

2.4.Jenis Lampu

Sumber cahaya buatan yang digunakan sebagai pengganti cahaya matahari yang tidak dapat digunakan continue dan sebagai bentuk penerangan keindahan, sumber cahaya yang dimaksud adalah lampu. Lampu sendiri terdiri dari beberapa macam seperti lampu pijar, lampu TL (Tube Lamp), lampu neon, lampu merkuri, lampu sodium, lampu halogen dan lain-lain. Namun yang akan dibahas disini adalah lampu pijar dan lampu tanda yang dipergunakan pada praktek instalasi penerangan semester III.

2.4.1. Lampu pijar sebagai lampu penerangan.

Lampu penerangan pertama dibuat oleh T.A. Edison pada tahun 1879. Pada waktu yang sama swan di Inggris juga mencapai hasil yang kira-kira sama.

Lampu-lampu pertama itu menggunakan benang arang sebagai kawat pijar. Suhunya mencapai 2000oC. Cahaya yang dipancarkan kemerah-merahan, dan fluks cahaya spesifikasinya 3 Lm/W.

Setelah mengalami perkembangan-perkembangan yang terus maju, maka dapat dilihat bentuk akhir dari lampu pijar yang digunakan dirumah-rumah sekarang.

Cahaya yang dipanaskan lampu pijar yang dimiliki spekrum continue, kuantitas cahaya dan masing-masing warna yang dipancarkan tergantung pada suhu kawat pijarnya. Jika suhunya mencapai titik terendah, maka warna kuning dan merah akan lebih menonjol. Jika suhu yang dinaikkan maka warna-warna kawat pijar yang akan menonjol adalah biru dan ungu, jadi warna kawat pijar menjadi lebih putih. Disini dapat dilihat keuntungan-keuntungan dari lampu pijar yaitu, walaupun tegangan sumber turun lampu akan tetap menyala.

Tetapi lampu jenis ini mempunyai cahaya lampu yang cukup tajam sehingga bayangan yang tampak sangat jelas. Dalam sistem penerangan hal tersebut tidak diinginkan, oleh karena itu untuk menanggulanginya dibutuhkan beberapa sistem penerangan difus, yang mengarahkan cahaya 50 % ke bawah dana selebihnya kelangit-langit dan ke dinding.

Gambar 2.9 Simbol lokasi lampu penerangan

2.4.2. Lampu tanda

Untuk mengoperasikan suatu control listrik, perlu adanya penandaan untuk kondisi-kondisi tertentu, misalnya saat kondisi beroperasi, kondisi beban lebih, kondisi manual atau otomatis.

Umumnya penandaan tersebut merupakan penandaan yang menggunakan lampu tanda atau lampu indicator. Karena digunakan sebagai lampu tanda maka daya yang dipancarkan kecil.

Gambar 2.10 Simbol lokasi lampu tanda

2.5. Pembagian Group Beban Penerangan

2.5.1. Group I

Group ini terdiri dari dua buah push button D (SI), satu buah saklar seri, dua stop kontak, satu buah saklar impuls yang masing-masing melayani C, C1, dan D.

2.5.2. Group II

Group ini meliputi dua buah saklar tukar, satu buah saklar silang, 1 buah lampu F, ketiga saklar tersebut berlabel F. Disamping itu peada group II ini dilengkapi dengan sebuah kotak kontak dan sebuah kotak sambung. Ketiga saklar yang ada, ditempatkan dari tiga tempat yang berbeda sehingga lampu F dapat dioperasikan dari ketiga tempat tersebut tadi.

2.5.3. Group III dan IV

Group III dan IV ini merupakan group penerangan juga sebagai pengontrolan. Group ini terdiri atas sebuah saklar selektor S5, 1 buah lampu tanda H5 (B), 2 buah push button S6 (B) dengan lampu tanda, 2 buah lampu AB, satu buah timer K4T, 1 buah staircase K6T, 1 buah LDR S8, 2 buah relay K7 dan K9A.

BAB III

ANALISA

3.1. Analisa Rangkaian

3.1.1. Analisa rangkaian group I

Saklar impuls yang melayani lampu D tersebut dioperasikan oleh dua buah push button yang dihubung pararel, Bila salah satu saklar S1 ditekan maka kumparan K1 akan bekerja dan menarik kontak-kontaknya sehingga kontak tersebut terhubung, tetapi tidak akan membuka kembali walaupun yang digunakan pada push button, hal ini dikarenakan pada kontak Bantu K1 dilengkapi oleh satu pengunci dengan kontak nol. Ini akan terputus/padam bila push button baik dalam (salah satu S1) ditekan.

Untuk lampu C dan C1 mendapat suplay dari saklar seri, dan prinsip kerja dari saklar seri ini sama dengan saklar biasa, yaitu jika toggle untuk C1 dikean maka lampu C1 menyala dan bila toggle C ditekan maka lampu C akan menyala pula. Saklar seri dapat pula mengoffkan atau mengonkan bersamaan.

3.1.2. Analisa rangkaian group II

Bila salah satu dari saklar F ditekan, maka lampu F akan menyala begitu juga bila akan dipadamkan cukup menekan salah satu saklar F tadi. Atau dengan kata lain jika salah satu dari saklar F ditekan terjadi salah satu dari dua keadaan yang berbeda yaitu on atau off.

Untuk mengetahui berapa banyak saklar silang yang dibutuhkan untuk pelayanan dari beberapa tempat dapat diketahui dengan menggunakan rumus (n-2), dimana n = banyak tempat pelayanan dan, 2 = 2 buah saklar tukar.

3.1.3. Analisa rangkaian group III dan IV

Saklar selector mempunyai 3 posisi pengoperasian, yaitu posisi manual (M), posisi otomatis (A) dan posisi off (o)

Untuk kondisi manual ini penerangan dapat diatur setiap saat baik pengoperasian otomatis padam setelah menyala selama setting waktu yang telah ditentukan sebelumnya, atau menyala permanent.

Pada posisi otomatis sangat ditentukan oleh keadaan sekitarnya (lingkungan). Jika keadaan gelap, maka LDR yang ada berfungsi sebagai saklar dan menyalakan sistem penerangan begitulah pula dalam keadaan terang, secara otomatis saklar LDR akan memutuskan sistem penerangan. Sistem otomatis sangat baik digunakan dalam menghemat energi dengan cukup mengset batas waktu yang kita butuhkan berfungsinya sistem otomatis ini. Untuk mensuplay batas waktu dapat dilakukan pada timer clock dengan menurnkan sejumlah segmen-segmen pada piringan, dimana setiap segmen mempunyai nilai jam. Posisi otomatis dapat pula difungsikan dengan pengoperasian tangan dari pintu depan pekarangan dan pintu masuk rumah dan kemudian padam kembali setelah batas waktu yang ditentukan.

Untuk keadaan otomatis ini lampu tanda tidak berfungsi kecuali untuk posisi manual ditandai dengan tanda merah.

Prinsip kerja sistem sebagai berikut :

Pada saat selector berada pada posisi manual, maka K4T langsung bekerja, namun kontak bantunya tidak ikut bekerja jika belum sampai pada setting lampunya. Pada keadaan manual ini lampu tanda mendapat suplay tegangan oleh kotak Bantu K9A NC sehingga lampu tanda menyala. Untuk lampu AB dapat menyala apabila S6 ditekan, maka K6T akan bekerja sehingga dengan K7 mendapat suplay tegangan dan kontak bantunya yang ada pada fuse 3 akan menutup, sehingga lampu AB akan menyala sampai beberapa menit. Pada keadaan manual LDR tidak berfungsi karena kontak Bantu dari K4T untuk LDR tidak tersuplay tegangan.

Bila selector berada pada posisi otomatis maka K9A sudah tersuplay tegangan dan bekerja sehingga kontak-kontak NC-nya terbuka dan menyebabkan lampu tanda tidak menyala. Apabila kontak Bantu timer mendapat suplay (menutup) maka LDR berfungsi dan K7 ikut berfungsu sampai keadaan diluar terang, dengan bekerjanya K& maka lampu AB pada F3 akan menyala. Keadaan otomatis dilengkapi pula oleh S6 dimana jika LDR tidak berfungsi untuk menyalakan lampu AB. Lampu yang menyala tadi hanya dapat berlangsung beberapa menit saja atau tidak permanent.

3.2. Analisa TroubleShooting

Troubleshooting dilakukan agar mahasiswa dapat mengatasi masalah-masalah yang kerap timbul dalam lapangan.

Masalah yang saya dapati pada saat troubleshooting yaitu seluruh lampu tidak menyala.

Masalah pertama yaitu terletak pada kabel netral yang terlepas pada steker yang menyebabkan seluruh sistem penerangan tidak berfungsi mulai dari group 1 sampai group 4 disebabkan tidak adanya supply netral yang berasal dari sumber.

Masalah kedua yaitu pada group I yaitu masukan pada saklar seri tidak terkopel sehingga tidak ada hubungan akibatnya lampu C tidak menyala.

Masalah ketiga yaitu pada group II keluaran pada saklar tukar yang mendapat masukan fasa utama dimasukkan pada keluaran saklar silang sehingga lampu hanya dapat dikontrol dari dua tempat.

Masalah yang keempat terdapat pada fasa pada stop kontak yaitu fasanya diambil dari keluaran saklar tukar, sehingga stop kontak tergantung pada saklar tukar, yaitu stop kontak bekerja jika sklar tukar ditekan.

Masalah kelima yaitu pada K7 yaitu fasa yang masuk pada kontak NO-nya dilepaskan dan dimasukkan ke NC, jadi pada saat dioperasikan selector pada posisi manual maka lampu AB langsung menyala tanpa penekanan push button S6, dan pada saat koilnya bekerja maka lampu AB akan padam karena kedudukan kontak NC-nya berubah menjadi terbuka sehingga tidak berhubungan.

Setelah semua diperbaiki maka rangkaian berfungsi seperti pada awalnya kembali dan proses pembongkaran boleh dilakukan.

BAB IV

PENUTUP

4.1. Kesimpulan

Setelah melakukan praktek instalasi listrik penerangan dengan sistem manual dan otomatis, maka praktikan menyimpulkan beberapa hal sebagai berikut:

Staircase adalah alat yang bekerja berdasarkan fungsi waktu pada timer.

Sekering adalah suatu alat pengaman hubung singkat atau beban lebih yang dapat memutuskan rangkaian dengan sumber apabila arus yang melewatinya lebih besar dari kawat leburnya.

Relay adalah suatu peralatan listrik yang berfungsi untuk melindungi, memutuskan atau menghubungkan suatu rangkaian listrik yang satu kerangkaian yang lainnya, yang bekerja secara otomatis dan dapat dipakai sebagai alat kontrol jarak jauh.

Impuls adalah suatu saklar yang cara kerjanya berdasarkan kemagnetan, yang mempunyai dua posisi kontak yaitu kontak ON pada impuls pertama dan kontak Off pada impuls kedua.

Timer adalah suatu saklar yang bekerja berdasarkan magnetisasi yang akan memutuskan rangkaian beban secara otomatis sesuai dengan batasan waktu yang telah ditentukan.

LDR adalah suatu peralatan listrik yang bekerja berdasarkan cahaya.

Pengontrolan instalasi penerangan listrik baik secara manual maupun otomatis dapat bekerja dengan adanya alat-alat yang bekerja keterkaitan, seperti LDR, kontaktor, timer, staircase dan lain-lain.

4.2 Saran-saranSetelah melakukan praktek instalasi listrik penerangan dengan sistem manual dan otomatis, maka praktikan ingin menyampaikan beberapa hal yang kiranya dapat menjadi perhatian oleh teknisi dan pembimbing :

Karena kegiatan ini merupakan kegiatan pembelajaran hendaknya kabel yang diberikan tidak diberikan dalam bentuk potongan kecil untuk tiap praktikan, hendaknya diberikan dalam bentuk gulungan karena kemungkinan terjadi kesalahan sangat tinggi.

DAFTAR PUSTAKA

Harten, Van P, Ir. E. Setiawan. 1986. Instalasi listrik arus kuat I dan II, Bina cipta, Bandung

PEDC Bandung, 1987. Rancangan listrik I, PEDC, Bandung

Politeknik Negeri Ujung Pandang, 2003. Latihan bengkel listrik semester III, Departemen Pendidikan Nasional, Makassar

LAMPIRAN

A.Daftar Bahan / Peralatan

No.Nama Bahan / PeralatanJumlahSatuan

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

9.

10.

11.

12.

13.

14.

15.

16.

17.

18.

19.

20.

21.

22.

23.

24.

25.

26.

27.

28.

29.

30.

31.

32.

33.

34.

35.

36.

37.

38.

39.

40.

41.

42.

43.

44.

45.

46.

47.

48.

49.

50.

51.

52.

53.

54.

55.

56.

57.

58.

59.

60.

61.

62.

63.

64.

65.

66.A. Pipa dan alat Bantu

Pipa Union (5/8) (( int. 15 mm)

Pipa sintesis local (5/8) PVC

Pipa KIR 11 mm (( int. 13,5 mm)

Benda siku 5/8 union

Benda siku sintetik lokal

Benda siku KIR

Sok (benda sambung) KIR

Cabang T (KIR)

Tole Union

Klem aluminium

Klem import

Kelm NYM 9 mm sebelah paku

B. Sakelar dan peralatannya

Saklar dimmer (LDR)

Saklar tukar

Saklar silang

Saklar seri

Saklar golongan (selector)

Saklar tekan (impuls) dg.lampu tanda

Saklar tekan (impuls) dn. Lampu IP 55

Lampu tabda (merah)

Kotak hubung

Kotak kontak 1 fasa + PE

Fitting duduk (local)

Roset Kayu

Fitting duduk (import)

Saklar tekan

C. Panel

Sekring Diarca lengkap 10 A

Sekring Diarca lengkap 6 A

Relai kontaktor 220 v/10 A

Saklar relai impuls 220 V

Saklar waktu 220 V

Saklar relai tangga 220 V

Bus bar tembaga 3-5 x 15 mm

Profil C 22 x 12 alu

Profil untuk terminal

Profil dudukan relai

Terminal 4 mm2Penahan terminal

Treeplex

Lebar x panjang x tebal

253 x 453 x 4 mm

Asbes plafon, lebar x panjang x tebal

353 x 453 x 4 mm

Asbes plafon, lebar x panjang x tebal

353 x 603 x 8 mm

skrup kayu, rata perseng

Plat penutup untuk item 40

Terminal 6 mm2Plat penutup 6 mm2 untuk item 46

Plat pemisah 6 mm2

Saluran kabel

Plastik pengikat kabel

Kabel NYM re 3 x 1,5 mm2, warna untuk 2 ph + N

Kabel NYM 3 x 1, 5 mm2 , warna untuk ph + n + E

NYA merah dan kuning dan hitam 1,5 mm2NYA coklat dan putih dan merah jambu

NYA biru tua 1,5 mm2NYA hijau/kuning 1,5 mm2NYA hijau 1,5 mm2Dempul untuk kayu (putty)

Nomor-nomor untuk terminal blok

Steker 10-16A PNE

Kabel NYMHY 3 x 1 mm2 (Fleksibel)

E. Mur, baut dan sekerup dan panel

Sekrup kayu, kepala bulat

3,5 x 15

3,5 x 30

3,5 x 20

4,0 x 40

Sekrup kayu, rata persang 4 x 30 1201

4 x 50 (45)

3,5 x 25

Mur baut M4 x 10

Mur baut M4 x 50

Mur baut M4 x 15

Rumah control panel (housing)

Bingkai panel

Mur geser M4.3,6

1,9

1,25

3

2

1

1

1

16

40

12

14

1

2

1 (+1 spare)

1

1

1

1 (+2 spare)

1

4

3

4

4

2

2

3

1

2

1

1

1

280

100

150

200

15

1

1

1

1

1

1

1

1

400

10

3,4

1,0

17,0

12

13

13,5

6,5

0,1

1

1

2,0

100

40

20

10

8

4

6

20

8

4

1

1

4m

m

m

Buah

Buah

Buah

Buah

Buah

Buah

Buah

Buah

Buah

Buah

Buah

Buah

Buah

Buah

Buah

Buah

Buah

Buah

Buah

Buah

Buah

Buah

Buah

Buah

Buah

Buah

Buah

Buah

Buah

mm

mm

mm

mm

Buah

Buah

Lembar

Lembar

Lembar

Buah

Buah

Buah

Buah

mm

Buah

m

m

m

m

m

m

m

Kg

Serie

Buah

m

Buah

Buah

Buah

Buah

Buah

Buah

Buah

Buah

Buah

Buah

Buah

Buah

Buah

t

1 3 5 A1 13 21 31 43

2 4 6 A2 14 22 32 44

1

P

N

2

1

PAGE