Isi

44
BAB I Pendahuluan 1.1 Latar belakang Kehamilan adalah suatu masa yang dinanti oleh setiap pasangan suami istri yang dimulai dari terjadinya pembuahan (konsepsi) sampai lahirnya anak. Sel telur yang sudah dibuahi akan menempel pada dindin rahim dan kemudian tumbuh dan berkembang sampai mencapai 40 minggu atau 9 bulan. Kehamilan 40 minggu ini disebut kehamilan matur (cukup bulan). (Ibrahim, 1993 dalam Pasaribu, 2005). WHO memperkirakan bahwa sekitar 15% dari seluruh wanita yang hamil akan berkembang menjadi komplikasi yang berkaitan dengan kehamilannya serta dapat mengancam jiwaya. Dari 5.600.000 wanita hamil di Indonesia, sebagian besar akan mengalami suatu komplikasi atau masalah yang bisa menjadi fakta. Di Indonesia, Program kesehatan Ibu dan Anak (KIA) merupakan salah satu prioritas Kementerian Kesehatan dan keberhasilan program KIA menjadi salah satu indikator utama dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2005 – 2025. Tingginya Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia membuat pemerintah menempatkan upaya penurunan AKI sebagai program prioritas dalam pembangunan kesehatan. Menurut Survei

Transcript of Isi

Page 1: Isi

BAB I

Pendahuluan

1.1 Latar belakang

Kehamilan adalah suatu masa yang dinanti oleh setiap pasangan suami

istri yang dimulai dari terjadinya pembuahan (konsepsi) sampai lahirnya anak. Sel

telur yang sudah dibuahi akan menempel pada dindin rahim dan kemudian

tumbuh dan berkembang sampai mencapai 40 minggu atau 9 bulan. Kehamilan 40

minggu ini disebut kehamilan matur (cukup bulan). (Ibrahim, 1993 dalam

Pasaribu, 2005).

WHO memperkirakan bahwa sekitar 15% dari seluruh wanita yang hamil

akan berkembang menjadi komplikasi yang berkaitan dengan kehamilannya serta

dapat mengancam jiwaya. Dari 5.600.000 wanita hamil di Indonesia, sebagian

besar akan mengalami suatu komplikasi atau masalah yang bisa menjadi fakta.

Di Indonesia, Program kesehatan Ibu dan Anak (KIA) merupakan salah

satu prioritas Kementerian Kesehatan dan keberhasilan program KIA menjadi

salah satu indikator utama dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional

(RPJPN) 2005 – 2025. Tingginya Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia

membuat pemerintah menempatkan upaya penurunan AKI sebagai program

prioritas dalam pembangunan kesehatan. Menurut Survei Demografi Kesehatan

Indonesia Angka Kematian Ibu saat ini telah menunjukkan terjadinya penurunan

dari 307/100.00 Kelahiran Hidup, ditahun 2002 menjadi 228/100.00 Kelahiran

Hidup ditahun 2007 dan 226/100.00 Kelahiran Hidup ditahun 2009. Namun

program percepatan penurunan AKI diupayakan terus untuk mencapai target

Pembangunan Milenium (MDG) 102/100.000 Kelahiran Hidup pada tahun 2015.

Berdasarkan data informasi Dinas Kesehatan Provinsi Papua pada tahun

2008 Angka Kematian Ibu di Papua masih tinggi jika dibandingkan dengan

provinsi lain. Di Papua, terutama di daerah pedalaman, kematian ibu melahirkan,

bayi, dan anak balita, menjadi ancaman serius. AKI di Papua 362 per 100.000

Page 2: Isi

kelahiran hidup, di atas angka nasional 228 per 100.000 kelahiran hidup. Angka

kematian bayi di Papua pun tertinggi di Indonesia, 41 per 1.000 kelahiran hidup,

jauh lebih tinggi daripada angka nasional 34 per 1.000 kelahiran hidup.

Setiap tahun diperkirakan terjadi 20.000 kematian ibu karena komplikasi

melahirkan dan selama kehamilan. Penyebab utama kematian ibu di Papua adalah

perdarahan, eklampsia yang menyebabkan tekanan darah tinggi sewaktu

kehamilan, komplikasi aborsi, infeksi dan lama partus. Sejumlah komplikasi

sewaktu melahirkan dapat dicegah, misalnya komplikasi akibat aborsi yang tidak

aman. Komplikasi menyumbang 6% dari angka kematian. 

Sangat sulit diketahui sebelumnya bahwa kehamilan akan menjadi

masalah atau tidak, dan sistem penilaian risiko tidak dapat memprediksi apakah

ibu hamil akan bermasalah atau tidak selama kehamilannya. Oleh karena itu

asuhan pemeriksaan kehamilan/antenatal care (ANC) yang dilakukan secara

teratur dan rutin merupakan cara yang paling tepat dan penting untuk memonitor

dan mendukung kesehatan ibu hamil normal dan mendeteksi ibu dengan

kehamilan normal. Ibu hamil sebaiknya mengunjungi bidan atau dokter sedini

mungkin di tempat pelayanan kesehatan seperti Puskesmas, semenjak ia merasa

dirinya hamil untuk mendapatkan pelayanan/asuhan antenatal care (Saifuddin,

2002).

1.2 Perumusan masalah

Page 3: Isi

Bagaimana gambaran kepatuhan ibu hamil terhadap kunjungan

pemeriksaan kehamilan (antenatal care) ANC di Puskesmas Sentani

periode Juni 2012 - Juni 2013?

1.3 Tujuan penelitian :

1. Tujuan umum :

Mengetahui gambaran kepatuhan ibu hamil terhadap kunjungan

pemeriksaan kehamilan (antenatal care) ANC.

2. Tujuan khusus :

1. Mengetahui gambaran kepatuhan ibu hamil terhadap kunjungan

pemeriksaan kehamilan (antenatal care) ANC berdasarkan

umur.

2. Mengetahui gambaran kepatuhan ibu hamil terhadap kunjungan

pemeriksaan kehamilan (antenatal care) ANC berdasarkan

pendidikan.

3. Mengetahui gambaran kepatuhan ibu hamil terhadap kunjungan

pemeriksaan kehamilan (antenatal care) ANC berdasarkan

paritas.

1.4 Manfaat penelitian :

1. Bagi Puskesmas Sentani.

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan

dalam meningkatkan pemeriksaan dan pelayanan ANC.

2. Bagi masyarakat sentani dan sekitarnya

Hasil penilitian ini diharapkan sebagai informasi mengenai

pentingnya kunjungan ibu hamil terhadap pemeriksaan ANC.

3. Bagi institusi Fakultas Kedokteran Universitas

Cenderawasih

Page 4: Isi

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan untuk

memperluas wawasan dan menambah kepustakaan mahasiswa

4. Bagi peneliti

Untuk menambah kemampuan peneliti dalam meneliti dan

menyusun suatu skripi ilmiah yang sitematis.

5. Bagi Peneliti Selanjutnya

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat

sebagai informasi, perbandingan, serta referensi bagi peneliti

selanjutnya.

BAB II

Page 5: Isi

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kehamilan

1. Pengertian Kehamilan

Kehamilan adalah kondisi dimana seorang wanita memiliki janin yang

sedang tumbuh di dalam tubuhnya (yang pada umumnya di dalam rahim).

Kehamilan pada manusia berkisar 40 minggu atau 9 bulan, dihitung dari awal

periode menstruasi terakhir sampai melahirkan. Kehamilan merupakan suatu

proses reproduksi yang perlu perawatan khusus, agar dapat berlangsung dengan

baik kehamilan mengandung kehidupan ibu maupun janin. Resiko kehamilan ini

bersifat dinamis, karena ibu hamil yang pada mulanya normal, secara tiba-tiba

dapat menjadi berisiko tinggi. Faktor resiko pada ibu hamil seperti umur terlalu

muda atau tua, banyak anak, dan beberapa faktor biologis lainnya adalah keadaan

yang secara tidak langsung menambah resiko kesakitan dan kematian pada ibu

hamil. Resiko tinggi adalah keadaan yang berbahaya dan mungkin terjadi

penyebab langsung kematian ibu, misalnya pendarahan melalui jalan lahir,

eklamsia, dan infeksi. Beberapa faktor resiko yang sekaligus terdapat pada

seorang ibu dapat menjadikan kehamilan berisiko tinggi.

2. Tanda dan Gejala Awal Kehamilan

Tanda dan gejala pada masing-masing wanita hamil berbeda-beda. Ada

yang mengalami gejala-gejala kehamilan sejak awal, ada yang beberapa minggu

kemudian, atau bahkan tidak memiliki gejala kehamilan dini. Namun, tanda yang

pasti dari kehamilan adalah terlambatnya periode menstruasi. Selain itu

didapatkan tanda-tanda lain yaitu :

1) Nyeri atau payudara yang terasa membesar, keras, sensitif dengan

sentuhan. Tanda ini muncul dalam waktu 1-2 minggu setelah konsepsi

(pembuahan). Dalam waktu 2 minggu setelah konsepsi, payudara

seorang wanita hamil akan mengalami perubahan untuk persiapan

produksi ASI yang dipengaruhi oleh hormon estrogen dan progesteron.

Page 6: Isi

2) Mual pagi hari (morning sickness) umum terjadi pada triwulan

pertama. Meskipun disebut morning sickness, namun mual dan muntah

dapat terjadi kapan saja selama kehamilan. Penyebab mual dan muntah

ini adalah perubahan hormonal yang dapat memicu bagian dari otak

yang mengontrol mual dan muntah. Gejala ini dialami oleh 75%

wanita hamil.

3) Mudah lelah, lemas, pusing, dan pingsan adalah gejala kehamilan yang

disebabkan oleh pelebaran pembuluh darah dalam kehamilan atau

kadar gula darah yang rendah.

4) Sakit kepala pada umumnya muncul pada minggu ke-6 kehamilan

yang disebabkan oleh peningkatan hormon.

5) Konstipasi (sulit BAB) terjadi karena peningkatan hormon progesteron

yang menyebabkan kontraksi usus menjadi lebih pelan dan makanan

lebih lambat melalui saluran pencernaan.

6) Perubahan mood karena pengaruh hormon.

7) Bercak perdarahan. Terjadi ketika telur yang sudah dibuahi

berimplantasi (melekat) ke dinding rahim sekitar 10-14 hari setelah

fertilisasi (pembuahan). Tipe perdarahan umumnya sedikit, bercak

bulat, berwarna lebih cerah dari darah haid, dan tidak berlangsung

lama.

3. Suplemen yang dianjurkan selama kehamilan

1) Asam folat. Asam folat yang dikonsumsi sebelum hamil dan selama

kehamilan melindungi dari gangguan saraf pada janin (anensefali,

spina bifida). Wanita hamil disarankan mengkonsumsi asam folat 400

μg/hari selama 12 minggu kehamilan karena kebutuhan asam folat

tidak dapat dipenuhi hanya dari makanan.

2) Zat besi. Zat besi adalah komponen utama dari hemoglobin yang

bekerja mengangkut oksigen di dalam darah. Selama kehamilan,

suplai darah meningkat untuk memberikan nutrisi ke janin. Suplemen

besi yang dibutuhkan adalah 30 – 50 mg/hari dan disarankan pada

Page 7: Isi

wanita hamil dengan hemoglobin < 10 atau 10,5 g/dl pada akhir

kehamilan. Selain suplemen, zat besi juga terkandung pada daging,

telur, kacang, sayuran hijau, gandum, dan buah-buahan kering.

Suplemen besi sebaiknya dikonsumsi diantara waktu makan dengan

perut yang kosong atau diikuti jus jeruk untuk meningkatkan

penyerapan.

3) Kalsium. Kalsium penting di dalam mengatur kekuatan tulang wanita

hamil dan pertumbuhan tulang bagi janin. Kalsium yang disarankan

sebanyak 1.200 mg untuk memenuhi kebutuhan ibu dan janin.

Kalsium sebaiknya dikonsumsi ketika sedang makan, diikuti dengan

jus buah yang kaya vitamin C untuk meningkatkan penyerapan.

B. ANC (antenatal care)

1. Pengertian Pemeriksaan Antenatal Care

Pemeriksaan Antenatal Care (ANC) adalah pemeriksaan kehamilan untuk

mengoptimalkan kesehatan mental dan fisik ibu hamil, hingga mampu

menghadapi persalinan, kala nifas, persiapan pemberiaan ASI dan kembalinya

kesehatan reproduksi secara wajar (Manuaba, 2008).

2. Tujuan ANC (Antenatal Care)

a. Tujuan Umum

1. Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan

ibu dan tumbuh kembang janin.

2. Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, maternal

dan sosial ibu dan bayi.

3. Mengenal secara dini adanya komplikasi yang mungkin terjadi

selama hamil, termasuk riwayat penyakit secara umum,

kebidanan dan pembedahan.

Page 8: Isi

4. Mempersiapkan persalinan cukup bulan, melahirkan dengan

selamat ibu maupun bayinya dengan trauma seminimal

mungkin.

5. Mempersiapkan ibu agar masa nifas berjalan normal dan

pemberian ASI Eksklusif.

6. Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima

kelahiran bayi agar dapat tumbuh kembang secara normal.

7. Menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu dan perinatal.

b. Tujuan Khusus

1. Mengenali dan mengobati penyulit-penyulit yang mungkin

diderita sedini mungkin.

2. Menurunkan angka morbilitas ibu dan anak.

3. Memberikan nasihat-nasihat tentang cara hidup sehari-hari dan

keluarga berencana, kehamilan, persalinan, nifas dan laktasi.

3. Manfaat Antenatal Care (ANC)

Antenatal Care (ANC) memberi manfaat dengan ditemukannya kelainan

yang menyertai kehamilan secara dini, sehingga dapat diperhitungkan dan

dipersiapkan langkah-langkah dalam pertolongan persalinannya.

Sehingga kesehatan ibu yang optimal dapat meningkatkan kesehatan,

pertumbuhan dan perkembangan janin. Selain itu, pemeriksaan kehamilan

(Antenatal Care) yang diberikan kepada ibu hamil secara berkala dan teratur

merupakan upaya bersama antara petugas kesehatan dan ibu hamil, suami,

keluarga dan masyarakat, mengenai :

1) Aspek kesehatan dari ibu dan janin untuk menjaga kelangsungan

kehamilan, pertumbuhan janin dalam kandungan, kelangsungan

hidup ibu dan bayi setelah lahir.

2) Aspek psikologi, agar dalam menghadapi kehamilan dan

persalinannya ibu hamil mendapatkan rasa aman, tenang, terjamin

dan terlindungi keselamatan diri dan bayinya.

Page 9: Isi

3) Aspek sosial ekonomi, ibu hamil dari keluarga miskin (gakin) pada

umumnya tergolong dalam kelompok gizi kurang, anemia,

penyakit menahun. Ibu resiko tinggi atau ibu dengan komplikasi

persalinan dari keluarga miskin membutuhkan dukungan biaya dan

transportasi untuk rujukan ke rumah sakit.

4. Jadwal Pemeriksaan Antenatal care (ANC)

Kunjungan ibu hamil adalah kontak antara ibu hamil dan petugas

kesehatan yang memberikan pelayanan antenatal standar untuk mendapatkan

pemeriksaan kehamilan. Istilah kunjungan tidak mengandung arti bahwa selalu

ibu hamil yang datang ke fasilitas pelayanan, tetapi dapat sebaliknya, yaitu ibu

hamil yang dikunjungi petugas kesehatan di rumahnya atau di posyandu.

Adapun jadwal pemeriksaan kehamilan adalah :

a. Minimal 1 kali pada trimester I (sebelum 14 minggu)

b. Minimal 1 kali pada trimester II (antara minggu 14-28)

c. Minimal 2 kali pada trimester III. (antara minggu 28-36 dan

sesudah minggu ke-36).

Menurut depkes RI (2002) pemeriksaan kehamilan berdasarkan kunjungan

antenatal dibagi atas :

a. Kunjungan pertama (K1) :

Kunjungan K1 adalah kontak ibu hamil yang pertama kali dengan

petugas kesehatan untuk mendapatkan pemeriksaan kehamilan dan

pelayanan kesehatan trimester I, dimana usia kehamilan 1 sampai 12

minggu. Kunjungan pertama ini meliputi :

1) Identitas /biodata

2) Riwayat kehamilan

3) Riwayat kebidanan

4) Riwayat kesehatan

5) Riwayat sosial ekonomi

Page 10: Isi

6) pemeriksaan kehamilan dan pelayanan kesehatan

7) Penyuluhan dan konsultasi.

b. Kunjungan keempat(K4):

Kunjungan K4 adalah kontak ibu hamil yang keempat atau lebih

dengan petugas kesehatan untuk mendapatkan pemeriksaan kehamilan

dan pelayanan kesehatan pada trimester III, usia kehamilan > 24

minggu.

Kunjungan K4 ini meliputi :

1) Anamnesa keluhan/masalah

2) Pemeriksaan kehamilan dan pelayanan kesehatan

3) Pemeriksaan psikologis

4) Pemeriksaan laboratorium bila ada indikasi/diperlukan

5) Diagnosa akhir (kehamilan normal, terdapat penyulit, terjadi

komplikasi, atau tergolong kehamilan resiko tinggi)

6) Sikap dan rencana tindakan (persiapan persalinan dan rujukan).

5. Standar Pemeriksaan ANC (antenatal care)

1. Pemeriksaan kehamilan dilaksanakan sesuai standar 7T yaitu:

a. (Timbang) berat badan

Ibu hamil yang melakukan kunjungan harus ditimbang berat

badannya. Penimbangan berat badan dilakukan tanpa sepatu dan

memakai pakaian yang seringan-ringannya. Selain menimbang

berat badan, tinggi badan dan ibu hamil juga harus diukur.

Pengukuran dilakukan dengan meteran dengan satuan cm, tanpa

sepatu. Tinggi yang kurang dari 145 cm, ada kemungkinan dapat

mempengaruhi proses persalinan CPD (Cephalo Pelvic

disproportion) (Burns, 2000).

Cara yang dipakai untuk menentukan berat badan menurut

tinggi badan adalah menggunakan indeks massa tubuh (IMT)

dengan rumus berat badan dibagi tinggi badan pangkat 2. Contoh,

Page 11: Isi

wanita dengan BB sebelum hamil 51 kg dan tinggi badan 157

meter. Maka IMTnya 51/(1,57)2 = 20,7.

Nilai IMT mempunyai rentang :

1) <19,8 (underweight)

2) 19,8-26,6 (normal)

3) 26,6-29,0 (overweight)

4) >29,0 (obese).

Penambahan berat badan per trimester lebih penting daripada

penambahan berat badan keseluruhan. Pada trimester pertama

peningkatan berat badan hanya sedikit, 0,7 – 1,4 kg. Pada trimester

berikutnya akan terjadi peningkatan berat badan yang dapat

dikatakan teratur, yaitu 0,35-0,4 kg per minggu (Salmah, 2006).

b. Ukur (Tekanan) darah

Tekanan darah perlu diukur untuk mengetahui perbandingan

nilai dasar selama masa kehamilan. Beberapa kondisi yang dapat

menimbulkan nilai tinggi palsu pada sistolik adalah ketika ibu

merasa cemas atau kandung kemih penuh. Tekanan darah diukur

harus dalam keadaan rileks (Salmah, 2006).

Tekanan darah normal untuk ibu hamil adalah 110/80 – 130/90

mmHg. Bila lebih dari ukuran tersebut, kemungkinan dapat

menyebabkan preeklampsia. Preeklampsia merupakan salah satu

penyebab kematian ibu dan bayi dengan gejala tekanan darah

meningkat, bengkak di kaki dan di tungkai atau seluruh tubuh ibu

hamil jika gangguannya lebih berat (Solihah, 2005).

Tekanan darah yang adekuat diperlukan untuk

mempertahankan fungsi plasenta, tetapi tekanan darah sistolik 140

mmHg atau diastolik 90 mmHg pada saat awal pemeriksaan

mengindikasikan potensi hipertensi dan membutuhkan pemantauan

ketat selama kehamilan (Salmah, 2006).

Page 12: Isi

c. Ukur (Tinggi) fundus uteri

Pemeriksaan lain adalah mengukur tinggi fundus uteri dengan

perabaan. Cara pemeriksaan ini menurut Leopold dibagi dalam 4

tahap yaitu Leopold I, II, III dan IV. Maksud pemeriksaan Leopold

I untuk menentukan tinggi fundus uteri untuk mengetahui tuanya

kehamilan. Tua kehamilan disesuaikan dengan hari pertama haid

terakhir. Selain itu, dapat pula ditentukan bagian janin mana yang

terletak pada fundus uteri. Bila kepala, akan teraba benda bulat dan

keras, sedangkan bokong tidak bulat dan lunak.

Pada Leopold II ditentukan batas samping uterus dan dapat

ditentukan letak punggung janin yang membujur dari atas ke bawah

menghubungkan bokong dengan kepala. Pada letak lintang dapat

ditentukan kepala. Pada letak lintang dapat ditentukan kepala janin.

Pada Leopold III dapat ditentukan bagian apa yang terletak di

sebelah bawah. Sedangkan Leopold IV, selain menentukan bagian

janin mana yang terletak di sebelah bawah, juga dapat menentukan

berapa bagian dari kepala telah masuk ke dalam pintu atas panggul

(Wiknjosastro, 2005).

Gambar 1 : ukur tinggi fundus uteri

Page 13: Isi

Gambar 2 : pemeriksaan Leopold 1- 4

d. Pemberian imunisasi (Tetanus Toxoid)

Pada saat pemeriksaan kehamilan ini ibu hamil diberi suntikan

tetanus toxoid (TT). Pemberian vaksin (toxoid) melalui suntikan,

diperlukan untuk melindungi ibu hamil saat bersama bayinya

terhadap tetanus neonatorum (tetanus saat nifas). Sosialisasi dan

pengertian tentang pemberian TT diperlukan untuk menghindari

fitnah yang luas beredar seolah-olah TT merupakan suntikan

Keluarga Berencana (KB), sehingga ibu hamil menjadi tidak subur

lagi setelah melahirkan (Achsin, 2003).

Ibu hamil yang belum pernah mendapat imunisasi TT pada

kehamilan sebelumnya atau pada waktu akan menjadi pengantin,

maka perlu mendapat dua kali suntikan TT dengan jarak minimal

satu bulan. Imunisasi TT yang pertama diberikan pada kunjungan

Page 14: Isi

antenatal yang pertama. Bila sudah pernah, maka cukup diberikan

sekali selama kehamilan. Suntikan TT melindungi ibu dan bayinya

dari penyakit tetanus neonatorum (Salmah, 2006).

Setiap ibu hamil harus mengetahui dan memahami manfaat

pemberian TT ini, khususnya bila mereka tiba-tiba harus bersalin di

luar jangkauan rumah sakit / rumah sakit bersalin, dokter atau

bidan dan terpaksa ditolong dukun bersalin. Meskipun saat ini

dukun bersalin umumnya telah terlatih untuk menolong persalinan

normal secara steril sehingga tetanus dapat dicegah, tetapi di lain

pihak, rasa kekuatiran pertolongan secara tradisional harus tetap

diperhitungkan. Pemberian TT pada ibu hamil dimaksudkan untuk

memberi kekebalan terhadap tetanus untuk dirinya dan janin dalam

kandungannya (Achsin, 2003).

Gambar 3 : jadwal pemberian imunisasi TT

e. Pemberian (Tablet zat besi), minimum 90 tablet selama

kehamilan

Zat besi penting untuk mengompensasi peningkatan volume

darah yang terjadi selama kehamilan, dan untuk memastikan

pertumbuhan dan perkembangan janin yang adekuat. Kebutuhan

akan zat besi meningkat selama kehamilan, seiring dengan

pertumbuhan janin. Ibu hamil dapat memenuhi kebutuhan zat

besinya yang meningkat selama kehamilan dengan meminum

tablet tambah darah, dan dengan memastikan bahwa ia makan

Page 15: Isi

dengan cukup dan seimbang. Makanan yang mengandung banyak

zat besi antara lain daging, terutama hati dan jeroan, telur, polong

kering, kacang tanah, kacang-kacangan, dan sayuran berdaun hijau

seperti bayam, sawi ijau, dan lain-lain (Pusdiknakes, 2003).

Tanpa persediaan zat besi yang cukup, ibu dapat mengalami

anemia. Ibu yang anemia akan cenderung mengalami kelahiran

prematur, jatuh sakit (karena pertahanan yang lemah terhadap

infeksi), melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah

perdarahan pasca salin, dan meninggal. Banyak ibu-ibu yang sudah

mengalami anemia saat ia hamil. Jarak kehamilan terlalu dekat,

malaria, cacing tambang, dan infeksi yang sering dan kronis,

adalah beberapa penyebab anemia (Achsin, 2003).

Untuk meningkatkan persediaan zat besi selama kehamilan,

semua ibu harus minum tablet tambah darah. Berikan setiap ibu

paling sedikit 90 tablet. Ibu harus meminum satu tablet tambah

darah setiap hari selama kehamilannya. Salah satu efek samping

dari penggunaan zat besi adalah sembelit. Bidan seharusnya

memberikan konseling kepada ibu bahwa mereka akan mengalami

sembelit. Untuk mencegah atau mengurangi sembelit, sebaiknya

bidan mengajarkan ibu untuk mengkonsumsi makanan berserat,

banyak minum air putih, dan melakukan senam (exercise) setiap

hari. (Pusdiknakes, 2003).

Pemberian vitamin zat besi Di mulai dengan memberikan satu

sehari sesegera mungkin setelah rasa mual hilang. Tiap tablet

mengandung FeSO4 320 M (zat besi 60 Mg) dan asam folat 500

Mg, minimal masing-masing 120 tablet. Tablet besi sebaiknya

tidak di minum bersama teh atau kopi, karena mengganggu

penyerapan. Zat besi paling baik di konsumsi di antara waktu

makan bersama jus jeruk (vitamin C).

Page 16: Isi

f. (Tes) terhadap penyakit menular sexual

Penyakit menular seksual (PMS) adalah infeksi yang ditularkan

dari satu orang ke orang lain melalui hubungan seksual. Apapun

bentuk hubungan seksual tersebut bisa menyebabkan PMS.

Kadang-kadang PMS juga bisa terjadi hanya karena saling

menyentuh genitalia yang terinfeksi PMS. PMS bisa ditularkan

dari ibu hamil ke bayi yang dikandungnya sebelum dilahirkan atau

sewaktu melahirkan.

Pemeriksaan PMS dilakukan pada ibu yang mengeluh pada

fungsi organ seksualnya, seperti terjadinya keputihan, gatal pada

daerah kelamin, dan pencegahan terhadap penyakit infeksi menular

seksual yang berbahaya seperti HIV/AIDS.

Terdapat beberapa jenis tes / pemeriksaan yang bisa

memperlihatkan apakah seorang wanita terkena infeksi jenis PMS

tertentu. Tetapi tes-tes tersebut hanya tersedia di tempat terbatas,

dan kadang-kadang tes tersebut tidak memberikan hasil yang

akurat atau tidak mendeteksi semua jenis PMS, disamping itu juga

mahal (Burns, 2000).

g. (Temu wicara) dalam rangka persiapan rujukan.

Seorang bidan, akan bertanya tentang riwayat kehamilan dan

persalinan sebelumnya, termasuk berbagai masalah kesehatan lain

seperti perdarahan atau bayi yang telah meninggal. Keterangan ini

akan membantu untuk mempersiapkan masalah yang sama pada

kehamilan kali ini. Dengan temu wicara, bidan dapat membantu

memastikan ibu untuk makan dengan baik dan memberi nasehat

makanan bergizi; Memberikan tablet zat besi dan asam folat, untuk

mencegah anemia; Memeriksa ibu, untuk memastikan kesehatan

ibu dan bahwa bayi berkembang dengan baik; Memberi vaksinasi

anti tetanus; memberikan obat pencegah malaria, dan memberikan

pemeriksaan laboratorium HIV/AIDS, dan shypilis (Burns, 2000).

Page 17: Isi

7. Pemeriksaan Ibu hamil meliputi:

1. Anamnesis

Anamnesis berupa pertanyaan terarah yang ditujukan kepada ibu

hamil, untuk mengetahui keadaan ibu dan faktor resiko yang

dimilikinya. Pertanyaan yang diajukan dalam anamnesis adalah:

a. Nama, umur, pekerjaan, pendidikan, nama suami, agama, dan

alamat.

b. Keluhan Utama: apakah penderita datang untuk pemeriksaan

kehamilan ataukah ada pengaduan- pengaduan lain yang

penting.

c. Tentang Haid: haid teratur atau tidak, lamanya haid, banyaknya

darah, sifatnya darah, haid nyeri atau tidak, dan haid terakhir.

d. Status perkawinan

e. Kehamilan, persalinan, dan nifas yang lalu jika bukan

kehamilan yang pertama. Kehamilan sekarang: Hal-hal yang

berkaitan dengan kehamilan sekarang yaitu berhubungan

dengan gerakan janin, hal-hal yang dirasakan akibat

perkembangan kehamilan dan penyimpangan dari normal

(keadaan patologis).

f. Anamnesis keluarga: adakah penyakit turunan dalam keluarga

(Sastrawinata, 1983)

2. Pemeriksaan Fisik diagnostik

Pemeriksaan fisik pada ibu hamil bertujuan untuk menilai keadaan

umum ibu, status gizi, tingkat kesadaran, serta ada tidaknya kelainan

bentuk badan (Uliyah, 2006). Selain itu pemeriksaan fisik diagnostik

juga meliputi:

a. Takanan Darah

Tekanan darah pada ibu hamil tidak boleh mencapai 140/90

mmHg Bila tekanan darah naik hingga 30 mmHg sistolik dan

15 mmHg diastolik dari tensi sebelumnya maka perlu dicurigai

toxaemia gravidarum.

Page 18: Isi

b. Berat badan

Berat badan dalam trimester ketiga tidak boleh bertambah lebih

dari 1kg seminggu atau 3kg dalam sebulan. Penambahan yang

lebih dari batasbatas tersebut disebabkan oleh penimbunan

(retensi) air dan hal ini disebut praoedema.

c. Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksaan ini meliputi pemeriksaan urin (glukosa, zat putih

telur dan

sedimen), darah (Hemoglobin, golongan darah), Feses (adakah

telur-telur

cacing).

3. Pemeriksaan Obstetrik

a. Inspeksi

Inspeksi dilakukan untuk menilai keadaan ada tidaknya

cloasma gravidarum pada muka/wajah, pucat atau tidak pada

selaput mata, ada tidaknya oedem. Pemeriksaan selanjutnya

adalah melihat leher, dada, perut, dan pemeriksaan ekstremitas

untuk melihat ada tidaknya varises.

b. Palpasi

Digunakan untuk menentukan besarnya rahim dengan

menentukan usia kehamilan serta menentukan letak anak dalam

rahim. Pemeriksaan secara palpasi dilakukan dengan

menggunakan metode leopold.

c. Auskultasi

Dilakukan umumnya dengan stetoskop monoaural untuk

mendengarkan bunyi jantung anak, bising tali pusat, gerakan

anak, bising rahim, bunyi aorta serta bising usus. Bunyi jantung

anak dapat didengar pada akhir bulan ke-5. Dalam keadaan

sehat bunyi jantung antara 120-140 x/menit. (Uliyah, 2006).

Page 19: Isi

8. Pelaksana dan Tempat Pelayanan Antenatal Care (ANC)

Pelaksana pelayanan antenatal adalah dokter, bidan (bidan

puskesmas, bidan di desa, bidan di praktek swasta), pembantu bidan,

perawat yang sudah dilatih dalam pemeriksaan kehamilan (Depkes RI,

2002).

Pelayanan Antenatal Care dapat dilaksanakan di Puskesmas,

Puskesmas pembantu, posyandu, bidan praktek, polindes, rumah sakit

bersalin dan rumah sakit umum. (Depkes RI, 2002).

9. Faktor predisposisi dalam pemeriksaan Antenatal Care (ANC)

1. Umur

Umur mempunyai pengaruh terhadap kehamilan dan persalinan

ibu. Usia yang kemungkinan tidak resiko tinggi pada saat kehamilan

dan persalinan yaitu umur 20-35 tahun, karena pada usia tersebut rahim

sudah siap menerima kehamilan, mental sudah matang dan sudah

mampu merawat bayi dan dirinya. Sedangkan umur < 20 tahun dan >

35 tahun merupakan umur yang resiko tinggi terhadap kehamilan dan

persalinan. Dengan demikian diketahui bahwa umur ibu pada saat

melahirkan turut berpengaruh terhadap morbiditas dan mortalitas ibu

maupun anak yang dilahirkan.

Ibu yang berumur kurang dari 20 tahun rahim dan bagian tubuh

lainnya belum siap untuk menerima kehamilan dan cenderung kurang

perhatian terhadap kehamilannya. Ibu yang berumur 20-35 tahun rahim

dan bagian tubuh lainnya sudah siap untuk menerima dan diharapkan

untuk memerhatikan kehamilannya. Ibu yang berumur lebih dari 35

tahun rahim dan bagian tubuh lainnya fungsinya sudah menurun dan

kesehatan tubuh ibu tidak sebaik saat berumur 20-35 tahun.

Page 20: Isi

2. Pendidikan

Pendidikan secara umum adalah segala upaya yang

direncanakan untuk memengaruhi orang lain baik individu, kelompok

atau masyarakat sehingga melakukan apa yang diharapkan oleh pelaku

pendidikan. Pendidikan kesehatan adalah aplikasi atau penerapan

pendidikan didalam bidang kesehatan (Notoatmojo, 2003).

Pendidikan merupakan salah satu unsur penting yang dapat

memengaruhi keadaan keluarga karena dengan tingkat pendidikan yang

lebih tinggi diharapkan pengetahuan atau informasi tentang

pemanfaatan pelayanan kesehatan akan lebih baik. Pengetahuan

kesehatan akan berpengaruh kepada perilaku seseorang sebagai hasil

jangka menengah dari pendidikan yang diperoleh. Perilaku kesehatan

akan berpengaruh pada meningkatnya indikator kesehatan masyarakat

sebagai hasil dari pendidikan kesehatan.

Tingkat pendidikan sangat mempengaruhi bagaimana seseorang

untuk bertindak dan mencari penyebab serta solusi dalam hidupnya.

Orang yang berpendidikan tinggi biasanya akan bertindak lebih

rasional. Oleh karena itu orang yang berpendidikan akan lebih mudah

menerima gagasan baru.

Ketidakmengertian ibu dan keluarga terhadap pentingnya

pemeriksaan kehamilan berdampak pada ibu hamil tidak memeriksakan

kehamilannya pada petugas kesehatan (Depkes RI, 2008). Sebaliknya

ibu yang berpendidikan tinggi akan memeriksakan kehamilannya secara

teratur demi menjaga keadaan kesehatan dirinya dan anak dalam

kandungannya.

3. Paritas

Menurut Wiknjosastro (2005), paritas 2-3 merupakan paritas

paling aman ditinjau dari sudut kematian maternal. Paritas 1 dan paritas

tinggi (lebih dari 3) mempunyai angka kematian maternal lebih tinggi.

Makin tinggi paritas ibu maka makin kurang baik endometriumnya. Hal

ini diakibatkan oleh vaskularisasi yang berkurang ataupun perubahan

Page 21: Isi

atrofi pada desidua akibat persalinan yang lampau sehingga dapat

mengakibatkan terjadinya plasenta previa. Ibu yang pernah melahirkan

mempunyai pengalaman tentang Antenatal Care (ANC), sehingga dari

pengalaman yang terdahulu kembali dilakukan untuk menjaga

kesehatan kehamilannya (Depkes RI, 2008).

C. Kepatuhan

Kepatuhan merupakan tindakan yang berkaitan dengan perilaku seseorang.

Perilaku manusia hakekatnya merupakan aktivitas dari manuia itu sendiri.

sedangkan tingkat kepatuhan adalah pengukuran pelaksanaan kegiatan yang

sesuai dengan langkah-langkah yang telah ditetapkan. Berdasarkan beberapa

pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa kepatuhan merupakan ketaatan

seseorang untuk melaksanakan kegiatan atau aktivitas seperti yang disarankan

oleh orang lain.

Perhitungan tingkat kepatuhan dapat sebagai kontrol bahwa pelaksana

program telah melaksanakan program sesuai standar. Dalam hal ini kepatuhan

kunjungan dapat diartikan ketaatan dan tindakan yang berkaitan dengan perilaku

seseorang. Sedangkan kepatuhan kunjungan Antenatal Care dapat diartikan

ketaatan dalam berkunjung ke tempat pelayanan kesehatan oleh ibu hamil sesuai

dengan saran petugas kesehatan dalam hal ini bidan ataupun dokter spesialis

sesuai dengan standar Antenatal Care yang ditetapkan. Bila ibu tidak melakukan

kunjungan sesuai dengan standar tersebut dapat dikatakan bahwa ibu tersebut

tidak patuh dalam melakukan kunjungan Antenatal Care.

1. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan Melakukan

Antenatal car

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi ibu hamil sehingga tidak

memeriksakan kehamilannya diantaranya adalah (Wibowo,1992 dalam

Maulina,2010):

a. faktor akses terhadap pelayanan (jarak, tempat, waktu)

b. faktor sosial ibu hamil ( pendidikan, pengetahuan, sikap)

Page 22: Isi

c. faktor keadaan ekonomi keluarga, faktor reproduksi ibu hamil (paritas,

jarak kelahiran)

d. faktor kondisi kesehatan ibu hamil, faktor pencarian pengobatan.(1)

Selain itu, Anderson (1974) mengembangkan model sistem

kesehatan berupa model kepercayaan kesehatan (health belief model) yang

didasarkan teori lapangan (field theory) dari Lewin (1994). Dalam model

Anderson ini, terdapat 3 (tiga) kategori utama dalam pelayanan kesehatan

yaitu :

1) Komponen predisposisi, menggambarkan kecenderungan

individu yang berbeda-beda dalam menggunakan pelayanan

kesehatan seseorang. Komponen terdiri dari:

a. Faktor-faktor demografi (umur, jenis kelamin, status

perkawinan, besar keluarga dan lain-lain)

b. Faktor struktural sosial (suku bangsa, pendidikan

dan pekerjaan)

c. Faktor keyakinan/kepercayaan (pengetahuan, sikap

dan persepsi)

2) Komponen enabling (pemungkin/pendorong), menunjukkan

kemampuan individual untuk menggunakan pelayanan

kesehatan. Di dalam komponen ini termasuk faktor-faktor

yang berpengaruh dengan perilaku pencarian :

a. Sumber keluarga (pendapatan/penghasilan,

kemampuan membayar pelayanan, keikutsertaan

dalam asuransi, dukungan suami, informasi

pelayanan kesehatan yang dibutuhkan).

b. Sumber daya masyarakat (suatu pelayanan,

lokasi/jarak transportasi dan sebagainya).

3) Komponen need (kebutuhan), merupakan faktor yang

mendasari dan merupakan stimulus langsung bagi individu

untuk menggunakan pelayanan kesehatan apabila faktor-

Page 23: Isi

faktor predisposisi dan enabling itu ada. Kebutuhan pelayanan

kesehatan dapat dikategorikan menjadi :

a. Kebutuhan yang dirasakan/persepsikan (seperti

kondisi kesehatan, gejala sakit, ketidakmampuan

bekerja)

b. Evaluasi/clinical diagnosis yang merupakan

penilaian keadaan sakit didasarkan oleh petugas

kesehatan (tingkat beratnya penyakit dan gejala

penyakit menurut diagnosis klinis dari dokter).

2. Dampak Ketidakpatuhan Melakukan Antenatal Care (ANC)

Tujuan utama pemeriksaan kehamilan (Antenatal Care) adalah

untuk memfasilitasi hasil yang sehat dan positif bagi ibu maupun bayinya

dengan cara membina hubungan saling percaya dengan ibu, mendeteksi

komplikasi yang dapat mengancam jiwa, mempersiapkan kelahiran dan

memberikan pendidikan. Sehingga bila ANC tidak dilakukan sebagaimana

mestinya maka akan mengakibatkan dampak:

1. Ibu hamil kurang mendapat informasi tentang cara perawatan

kehamilan yang benar,

2. Tidak terdeteksinya tanda bahaya kehamilan secara dini,

3. Tidak terdeteksinya anemia kehamilan yang dapat

menyebabkan perdarahan saat persalinan,

4. Tidak terdeteksinya tanda penyulit persalinan sejak awal

seperti kelainan bentuk panggul atau kelainan pada tulang

belakang, atau kehamilan ganda,

5. Tidak terdeteksinya penyakit penyerta dan komplikasi selama

kehamilan seperti preeclampsia, penyakit kronis (penyakit

jantung atau paru), dan penyakit karena genetic (diabetes,

hipertensi, atau cacat congenital).

Page 24: Isi

Sehingga bila tidak ditangani atau tidak dilakukan skrining sejak

awal, akan mengakibatkan komplikasi pada saat hamil atau pada saat

persalinan yang akan mengarah kepada kematian baik ibu maupun janin

D. PUSKESMAS

1. Definisi

Puskesmas adalah unit pelaksanan teknis dinas kesehatan

kabupaten/kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan

pembangunan kesehatan di wilayah kerja (KEPMENKES RI, 2004)

Pengertian pusat kesehatan masyarakat (Puskesmas)

menunjukkan adanya perubahan yang disesuaikan dengan

perkembangan dan tuntutan pelayanan kesehatan dewasa ini, tempat

puskesmas menyelenggarakan upaya kesehatan yang bersifat

menyeluruh, terpadu, dan merata dapat diterima dan dijangkau

masyarakat dengan peran serta aktif masyarakat dan menggunakan

hasil pengambangan ilmu pengetahuan dan teknologi tepat guna

dengan biaya yang dipikul oleh pemerintah dan masyarakat luas guna

mencapai derajat kesehatan yang optimal tanpa mengabaikan mutu

pelayanan kepada perorangan.

2. Konsep dasar Puskesmas

Puskesmas adalah unit pelaksanaan teknis dinas kesehatan

kabupaten/kota yang bertanggung jawab untuk melenggarakan

pembangunan kesehatan di wilayah kerja. Disebut unit pelaksana

teknis karena merupakan unit pelaksanan tingkat pertama dan berperan

sebagai penyelengara sebagian tugas teknis operasional dinas

kesehatan kabupaten/kota serta sebagai ujung tombak pembangunan

kesehatan Indonesia.

Page 25: Isi

3. Fungsi Puskesmas

a. Pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan

b. Pusat pemberdayaan masyarakat

c. Pusat pelayanan kesehatan strata pertama

1. Pelayanan kesehatan perorangan (private goods)

2. Pelayanan kesehatan masyarakat (public goods)

4. Upaya kesehatan Puskesmas

1) Upaya kesehatan wajib

a. Upaya promosi kesehatan

b. Upaya kesehatan lingkungan

c. Upaya kkesehatan ibu dan anak serta keluarga berencana

d. Upaya perbaikkan gizi masyarakat

e. Upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit menular

f. Upaya pengobatan

2) Upaya kesehatan pengembangan

a. Upaya kesehatan sekolah

b. Upaya kesehatan olahraga

c. Upaya perawatan kesehatan masyarakat

d. Upaya kesehatan kerja

e. Upaya kesehatan gigi dan mulut

f. Upaya kesehatan jiwa

g. Upaya kesehatan mata

h. Upaya kesehatan usia lanjut

i. Upaya pembinaan pengobatan tradisional

Page 26: Isi

E. SISTEM RUJUKAN

1) Definisi

Suatu sistem jaringan fasilitas pelayanan kesehatan yang

memungkinkan terjadinya penyerahan tanggung jawab secara timbale

balik atas masalah yang timbul baik secara vertical maupun horizontal ke

fasilitas pelayanan yang lenih kompeten.

2) Tujuan rujukan

a. Dihasilkannya pemerataan upaya kesehatan yang didukung

mata pelayanan yang optimal dalam rangka memecahkan

masalah kesehatan secara berdaya dan berhasil guna

b. Dihasilkannya upaya pelayanan kesehatan yang bersifat kuratif

dan rehabilitatif.

c. Dihasilkannya upaya pelayanan kesehatan yang bersifat

preventif dan promotif.

3) Jenis rujukan

a. Rujukan medik yaitu pelimpahan tanggungjawab secara timbal

balik atas satu kasus yang timbul baik secara vertical maupun

horizontal kepada yang lebih berwenang dan mampu

menanganinya secara rasional. Jenis rujukan medik :

1. Transfer of specimen : pengiriman bahan (spesimen)

untuk pemeriksaan laboratorium lebih lengkap

2. Transfer of patient : konsultasi penderita untuk keperluan

diagnose, pengobatan, tindakan operatif dan lain-lain.

3. Transfer of knowledge : pengiriman tenanga yang lebih

kompeten atau ahli untuk meningkatkan mutu layanan

pengobatan setempat.

b. Rujukan kesehatan yaitu hubungan dalam pengiriman,

pemeriksaan bahan atau specimen ke fasilitas yang lebih mampu

dan lengkap. Ini adalah rujukan yang menyangkut masalah

kesehatan yang sifatnya preventif dan promotif. Tujuan sistem

rujukan adalah untuk meningkat mutu,cakupan dan efisiensi

Page 27: Isi

pelayanan kesehatan secara terpadu. Dengan adanya sistem rujukan

diharapkan dapat meningkatkan pelayanan kesehatan yang lebih

bermutu karena tindakan rujukan dapat menjadi factor yang

menentukan untuk menurunkan angka kematian ibu dan perinatal,

terutama dalam mengatasi keterlambatan.

Persiapan saat melakukan rujukan, meliputi persiapan yang akan

menemani ibu atau bayi baru lahir, tempat rujukan, sarana transportasi

yang akan digunakan, orang yang akan ditunjuk untuk menjadi donor

darah, dana serta siapa yang akan tinggal dan menemani anak yang lain

pada saat ibu tidak dirumah atau disingkat menjadi BAKSO (Bidan, Alat,

Keluarga, Surat, Obat, Kendaraan dan Uang).

Page 28: Isi

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis penelitian :

Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif

retrospektif.

3.2 Lokasi penelitian :

Penelitian dilaksanakan di wilayah Puskesmas Sentani, Kecamatan

Sentani, Kelurahan Sentani kota

3.3 Waktu penelitian :

Bulan Juni- Agustus 2013

3.4 Populasi dan sampel penelitian :

Populasi :

Populasi pada pnilitian ini adalah semua ibu hamil yang

berkunjung untuk memeriksakan kehamilannya pada periode Juni 2012 –

Juni 2013.

Sampel :

Sampel yang diambil pada penilitian ini yaitu total populasi

sebanyak 60 orang ibu hamil

3.5 Variabel yang diteliti :

1. Umur

2. Pendidikan

3. Paritas

Page 29: Isi

3.6 Definisi operasional :

1. Usia : yang dimaksud umur ibu hamil yang dihitung sejak lahir sampai

berkunjung ke Puskesmas.

Umur ibu hamil dikelompokkan berdasarkan tingkat kedewasaan :

1) Umur < 20 tahun atau > 35 tahun = beresiko

2) Umur 20-35 tahun = tidak beresiko

2. Pendidikan : pendidikan adalah suatu proses dimana pengalaman atau

informasi diperoleh sebagai hasil dari proses belajar. Pada umumnya

semakin tinggi pendidikan seseorang, semakin baik pula tingkat

pengetahuannya (Notoatmodjo, 2003). Pendidikan yang dimaksud

adalah jenjang pendidikan terakhir ibu

1) Tidak sekolah

2) SD – SMP

3) SMA – Perguruan tinggi

3. Paritas : yang dimaksud adalah jumlah persalinan yang dialami ibu

ditinjau dari sudut kematian maternal.

1) 1 = kurang

2) 2-3 = aman

3) 0 atau > 3 = tinggi

3.7 Teknik pengambilan dan pengolahan data

3.7.1 Pengambilan data

Data diambil dengan menggunakan data sekunder yang

diambil dari Rekam Medik

3.7.2 Pengolahan data

Setelah data dikumpulkan kemudian diolah dan disajikan

dalam bentuk tabulasi distribusi frekuensi.