Isi
-
Upload
yopi-agustine -
Category
Documents
-
view
13 -
download
0
description
Transcript of Isi
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ketersediaan energi dunia terutama minyak bumi semakin menipis. Kondisi
ini menuntut kita untuk mencari energi alternatif yang dapat memenuhi kebutuhan
sehari-hari. Beberapa alternatif pengganti minyak bumi antara lain energi angin,
air, nuklir, biomassa, dan cahaya matahari. Energi matahari adalah salah satu
alternatif yang tidak polutif, dan gratis.
Energi matahari yang muncul sebagai salah satu yang menjanjikan sumber
energi yang berkelanjutan. Sebuah pembangkit energi matahari digunakan untuk
memanfaat kan energi matahari dan mengubah energi matahari menjadi suatu
produk dalam hal ini adalah energi listrik. Secara teoritis, seluruh dunia hanya
membutuhkan 1% dari energi matahari untuk dapat mencukupi seluruh kebutuhan
energi di bumi.
Berdasarkan data penyinaran matahari yang dihimpun dari 18 lokasi di
Indonesia, radiasi surya di Indonesia dapat diklasifikasikan berturut-turut sebagai
berikut: untuk kawasan Barat dan Timur Indonesia dengan distribusi penyinaran
di Kawasan Barat Indonesia sekitar 4,5 kWh/m2 per hari dengan variasi bulanan
sekitar 10% dan di Kawasan Timur Indonesia sekitar 5,1 kWh/m2 per hari dengan
variasi bulanan sekitar 9%. Dengan demikian, potensi energi matahari rata-rata
Indonesia sekitar 4,8 kWh/m2 per hari dengan variasi bulanan sekitar 9%
(Kementrian ESDM, 2011).
1
Penggunaan energi listrik semakin lama semakin meningkat, namun
peningkatan kebutuhan energi listrik ini perlu diimbangi dengan upaya pencarian
sumber energi baru. Salah satu upaya kearah itu yaitu dengan memanfaatkan
energi surya.
Untuk memanfaatkan potensi energi surya tersebut, ada 2 (dua) macam
teknologi yang sudah diterapkan, yaitu teknologi energi surya termal dan energi
surya fotovoltaik. Energi surya termal pada umumnya digunakan untuk memasak
(kompor surya), mengeringkan hasil pertanian (perkebunan, perikanan,
kehutanan, tanaman pangan) dan memanaskan air. Energi surya fotovoltaik
digunakan untuk memenuhi kebutuhan listrik, pompa air, televisi, telekomunikasi,
dan lemari pendingin di Puskesmas dengan kapasitas total ± 6 MW (Kementerian
ESDM, 2011).
Pemanfaatan energi surya khususnya dalam bentuk SHS (solar home
systems ) sudah mencapai tahap semi komersial. Komponen utama suatu SESF
adalah, Sel fotovoltaik (mengubah penyinaran matahari menjadi listrik), Balance
of system (BOS), Unit penyimpan energi (baterai) dan peralatan penunjang lain
seperti: inverter untuk pompa, sistem terpusat, dan sistem hybrid (Kementrian
ESDM, 2011).
Radiasi termal muncul sebagai media yang penting dalam mekanisme
transfer energi dari berbagai sistem praktis seperti exchangers panas , boiler dan
tenaga surya. Energi matahari yang dibedakan dalam dua bentuk, radiasi yang
tersebar dan radiasi langsung. Untuk mendapatkan suhu yang tinggi memerlukan
konsentrasi matahari yang besar, untuk itu di butuhkan desain sistem, seperti
2
reflektor parabola, system tracking agar mendapatkan konsentrasi matahari yang
tinggi. Banyak penelitian yang berkaitan dengan konsentrator parabola yang
ditemukan.
Radiasi matahari yang cukup besar dibutuhkan agar dapat memanaskan
cairan yang akan digunakan dalam Pembangkit Listrik Tenaga Surya Termal
(PLTSt) dan untuk mendapatkan radiaai yang cukup diperlukan desain sistem,
seperti reflektor parabola, dan sisterm penjejakan (tracking system) yang baik.
Oleh karena itu penulis mencoba untuk merancang sistem penjejakan semi
mekanis untuk kolektor surya agar mendapatka panas yang cukup untuk
memanaskan cairan pada yang digunakan dalam Pembangkit Listrik Tenaga Surya
Termal (PLTSt).
B. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah merancang suatu system tracking semi mekanis
untuk solar collector yang sederhana untuk diaplikasikan di daerah pesisir supaya
dapat selalu pointing ke arah matahari.
C. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:
1. Memberikan informasi mengenai potensi energi surya yang dapat
dimanfaatkan sebagai sumber energi listrik dengan solar concentrator.
3
2. Memberikan informasi secara teknis mengenai besarnya energi yang
diperlukan untuk membentuk energi listrik.
4
II. KERANGKA PEMIKIRAN
A. Kerangka Pemikiran
Matahari memiliki jarak 150 juta kilometer dari bumi, dan menyediakan
energi yang dibutuhkan oleh kehidupan di bumi ini secara terus-menerus
(Mulyono, 2007: 47). Energi yang dibebaskan oleh matahari setiap detiknya
menurut perhitungan para ahli, adalah ekuivalen dengan konversi massa hidrogen
yang besarnya adalah 4,2x10 ton/detik, yang ekuivalen dengan 1,2x10 KW
(Daryanto, 2007).
Sebagian energi tersebut di transmisikan ke bumi dengan cara radiasi
gelombang elektromagnetik. Radiasi menjalar dengan kecepatan cahaya (3*
108m/s) dalam bentuk gelombang yang mempunyai panjang gelombang yang
berbeda-beda. Peristiwa ini akan berhenti jika hidrogen dalam reaksi inti habis
(Daryanto, 2007).
Ada beberapa jenis teknik pemanfaatan surya yang tersedia saat ini .Namun,
masing-masing dari mereka memiliki perberbedaan konsep dan memiliki
keuntungan masing-masing. Analisis dan perbandingan antara teknologi yang
berbeda akan membantu dalam menetukan teknologi yang paling efisien dan
tepat diberikan dalam kondisi tertentu (Chu,2011).
5
Gambar 1. Teknologi pemanfaatan energi matahari.
Sistem tenaga matahari terkonsentrasi (CSP) menggunakan cermin atau
lensa untuk memfokuskan atau mngumpulkan area sinar matahari yang luas atau
energi panas matahari ke sebuah area atau luasan yang kecil. Daya listrik yang
dihasilkan adalah ketika cahaya yang terkonsentrasi diubah menjadi panas yang
menggerakkan heat engine ( biasanya turbin uap ) yang terhubung ke sebuah
pembangkit listrik generator (Chu,2011).
Gambar 2. Contoh Concentrated Solar Power.
Tidak seperti sel surya fotovoltaik, konversi energi dari sinar matahari listrik
oleh sistem CSP didasarkan pada aplikasi mesin panas (heat engine), daripada
efek fotovoltaik yang langsung mengubah energi foton menjadi energi listrik
(Chu,2011).
6
Gambar 3. Ilustrasi mekanisme kerja CSP.
Gambar di atas menggambarkan bagaimana sebuah sistem kerja parabola
CSP yang biasa digunakan. Kolektor berkonsentrasi bawah sinar matahari,
mengumpulkan dan menyimpan energi panas. Lalu, menghasilkan energi panas
yang digunakan untuk menghasilkan uap untuk menggerakkan heat engine untuk
menghasilkan listrik (Chu,2011).
Sebagian besar listrik yang dihasilkan saat ini adalah oleh heat engine yang
digerakan oleh pembakaran bahan bakar dari fosil atau hydropower. Efisiensinya
dibatasi oleh hukum termodinamika. Teori efisiensi maksimum yang dapat
dicapai ditentukan oleh Siklus Carnott, yang menyatakan bahwa efisiensi mesin
panas ditentukan oleh perbedaan antara suhu terendah dan tertinggi yang dicapai
di satu siklus seperti yang ditunjukkan di bawah (Chu,2011).
Gambar 4. Siklus Carnott.
7
(1)
(2)
Tc adalah suhu pada bagian yang dingin dan Th adalah suhu pada bagian
yang panas (Chu,2011).
Kolektor terkonsentrasi memiliki berbagai kelebihan bila dibandingkan
dengan tipe pelat datar biasa, antara lain:
1. Fluida kerja yang bisa mencapai temperatur yang lebih tinggi bila
dibandingkan dengan sistem konsentrator plat datar dengan
permukaan yang sama saat mengumpulkan energi matahari. Ini
berarti bahwa termodinamika yang lebih tinggi dapat tercapai.
2. Efisiensi termal lebih baik karena memiliki relativitas heat loss
(kehilangan panas) yang kecil pada bagian penerima panas
(receiver).
3. Biaya yang diperlukan untuk per satuan luas kolektor lebih murah
bila dibandingkan dengan konsentrator plat datar.
4. Karena luas permukaan penerima yang kecil dalam mengumpulkan
energi matahari,maka teknik selective surface treatment dan isolasi
vakum digunakan untuk mengurangi heat loss dan menigkatkan
efisiensi.
Kekurangan dari konsentrator ini adalah:
1. Sistem konsentrator mengumpulkan sedikit radiasi yang tersebar
tergantung pada rasio konsentrator.
8
(3)
2. Dibutuhkan sistem tracking agar konsentrator dapat mengikuti arah
matahari.
3. Permukaan pemantul cahaya akan kehilangan reflektansinya ,
sehingga dibutuhkan pembersihan dan perbaikan secara periodik.
Konsentrator surya akan menangkap radiasi yang lebih banyak apabila
diaplikasikan di daerah dengan awan yang sedikit bila dibandingkan dengan
konsentrator pelat datar. Ini jauh lebih lebih baik untuk mengadopsi
berkonsentrasi kolektor di daerah kering atau semi gersang (Chu,2011).
Surya termal adalah teknologi konversi energi radiasi matahari menjadi
energi panas / termal denganmenggunakan alat pengumpul panas atau dikenal
sebagai kolektor surya. Kolektor surya merupakan piranti utama dalam sistem
surya termal yang berfungsi mengumpulkan dan menyerap radiasi sinar matahari
yang kemudian mengkonversinya menjadi energi panas. Ketika cahaya matahari
menimpa absorber pada kolektor surya, sebagian cahaya akan dipantulkan
kembali ke lingkungan dan sebagian besar lagi akan diserap dan diubah menjadi
panas. Panas tersebut dipindahkan kepada fluida (air atau udara) yang bersikulasi
di dalam kolektor surya kemudian dimanfaatkan untuk berbagai aplikasi yang
membutuhkan panas (Kementerian ESDM, 2012).
Beberapa contoh pemanfaatan teknologi surya termal antara lain ;
1. Pemanas air rumah tangga / bangunan (Solar water heater)
2. Pengering hasil pertanian / perkebunan / kelautan (solar drying)
3. Penyuling air (Distilasi / desalinasi)
4. Pendinginan (solar cooling)
9
5. Memasak ( solar cooking)
6. Pembangkit listrik (Solar thermal power plant)
Jenis kolektor surya bermacam-macam tergantung pada besarnya suhu
termal yang dihasilkan dan tujuan penggunaannya. Misalkan untuk sistem
pemanas air tenaga surya pada rumah tangga/bangunan cukup menggunakan
kolektor surya jenis plat datar yang menghasilkan panas dibawah 100 0C
sedangkan jika ingin memanfaatkan teknologi surya termal untuk pembangkit
listrik atau pendinginan (AC/kulkas) maka dibutuhkan jenis kolektor surya yang
menggunakan teknologi tabung hampa atau konsentrator yang dapat
menghasilkan energi panas dengan suhu yang sangat tinggi (Kementerian ESDM,
2012).
Sistem tracking diperlukan untuk kolektor agar dapat mengikuti matahari
untuk mengumpulkan langsung radiasi matahari ke bagian penerima yang kecil.
Rasio konsentrasi yang tinggi dari kolektor tidak bisa bekerja tanpa sistem
penjejakan (tracking). Berbagai bentuk mekanisme penjejakan bervariasi mulai
dari sederhana sampai rumit. Sistem penjejakan dapat dibagi menjadi dua kategori
besar, yaitu mekanik dan listrik (sistem elektronik). Sistem elektronik tersebut
umumnya menunjukkan tingkat reliabilitas dan akurasi yang tinggi.
Empat kategori dalam pembagian macam-macam tipe konsentrator, yaitu:
1. Parabolic trough collectors (PTC)
2. Linear Fresnel collectors (LFR)
3. Solar towers (Heliostat field collectors)
4. Parabolic dish reflectors (PDR)
10
Parabolic Dish Reflector memfokuskan dalam penjejakan matahari pada
dua sumbu, mengkonsentrasikan energi matahari pada titik tengah dari parabola.
Parabola harus mengikuti martahari sepenuhnya agar dapat memantulkan radiasi
pada penerima panas.
Gambar 5. Parabolic dish solar concentrator.
Penerima panas energi matahari mengubah energi panas pada fluida yang
bersirkulasi. Energi panas tersebut diubah ke energi listrik menggunakan mesin
generator yang terhubung secara langsung dengan penerima panas ataupun
disalurkan melaui pipa ke sistem pengubah energi. Sistem parabolic dish dapat
mencapai suhu lebih dari 1500 oC.
Parabolic dish memiliki beberapa kelebihan, yaitu:
1. Sistem kolektor paling efisien karena selal mengikuti matahari.
2. Memiliki rasio konsentrasi 600-2000.
3. Efisien dalam penyerapan panas dan sistem perubahan energinya.
4. Kolektor yang modular dan penerima dapat berfungsi secara
independent atau sebagai bagian dari sistem yang lebih besar.
11
Posisi matahari sangat penting diketahui untuk melakukan perhitungan
lebih lanjut dalam pemanfaatan sistem energi surya. Matahari memiliki ketinggian
dan posis dimana, ketinggian matahari atau elevasi (γs) dan azimuth matahari (αs)
mendefinisikan posisi matahari. Ketinggian matahari didefinisikan sebagai sudut
antara pusat matahari dan horizontal dilihat oleh pengamat. Sudut azimuth
matahari menggambarkan sudut antara utara geografis dan vertikal melalui pusat
matahari (Kazmerski, 2012).
Sebagai hasil dari rotasi aksial bumi dan revolusi mengelilingi matahari,
matahari terus berubah posisinya di langit. Gerakan matahari ini menentukan
jumlah pertemuan energi matahari pada kolektor yang terletak di permukaan
bumi. Luas kolektor surya terkena radiasi matahari langsung tergantung pada
sudut antara matahari dan kolektor. Demikian pula, lamanya waktu untuk
mengumpulkan energi (panjang hari) surya tergantung pada gerakan matahari di
langit (Kazmerski, 2012).
Sudut matahari seperti deklinasi, ketinggian matahari dan azimut matahari
dapat diturunkan dengan menggunakan Gambar 5.
Gambar 6. Geometri surya untuk permukaan miring pada lokasi tertentu.
12
cos θ = sin δ sin ϕ cos β − sin δ cos ϕ sin β cos γ + cos δ
cos ϕ cos β cos ω + cos δ sin ϕ sin β cos γ cos ω +
cos δ sin β sin γ sin ω
Selain itu, sudut datang dapat berhubungan dengan sudut matahari oleh
cos θ = cos ας cos β − sin ας sin β cos(γς − γ)
deklinasi surya (δ) adalah sudut yang dibentuk oleh garis dari pusat bumi ke
pusat matahari pada hari tertentu dan permukaan yang dilalui khatulistiwa bumi.
Nilai sudut deklinasi berkisar 0◦ pada equinox musim semi, + 23.45◦ pada titik
balik matahari musim panas, 0◦ di equinox musim gugur, 23.45◦ pada titik balik
matahari musim dingin. Persamaan. (6) digunakan untuk menghitung deklinasi
matahari. Deklinasi hari tertentu (n) (Kazmerski, 2012).
δ = 23.45 sin(360248+n
365 )ketinggian matahari (ας) dan sudut azimut (γς) dapat Dihitung dengan
menggunakan persamaan berikut dan lintasan yang tepat dari matahari dapat
ditemukan (Kazmerski, 2012).
sin ας = sin ϕ sin δ + cos ϕ cos ω cos θ
sin γς =
cosδ sin ωcos ας
13
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
III. METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu
Penelitian ini akan dilaksanakan di Laboratorium Teknologi Pertanian,
Fakultas Pertanian, Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto, (110 meter di
atas permukaan laut), dan Pesisir pantai, Cilacap. Penelitian akan dilaksanakan
mulai bulan April sampai ... 2015.
B. Materi Penelitian
1. Bahan
2. Alat
Alat yang digunakan dalam peneltian ini adalah seperangkat komputer,
piranometer, termometer dan alat tulis.
C. Rancangan Percobaan
Rancangan percobaan lapangan yang digunakan adalah
D. Variabel Pengamatan
1. Variabel pengamatan pada penelitian ini adalah:
a. Variabel yang diukur meliputi iradiasi surya dan suhu (lingkungan dan
liquid).
14
b. Variabel yang dihitung meliputi iradiasi surya sesaat, sudut datang matahari
dan energi yang dibutuhkan untuk menghasilkan listrik.
E. Pelaksanaan Penelitian
1. Pelaksanaan Penelitian
a.Tahap persiapan
b.Tahap percobaan lapang
Tahap percobaan lapang yang dilakukan yaitu dengan mempersiapkan
fluida yang akan digunakan. Mengukur iradiasi surya dan lama pemanasan fluida
dalam konsentrator hingga mencapai suhu yang telah ditentukan.
c.Tahap pengukuran dan perhitungan
1) Pengukuran
Pengukuran yang dilakukan pada penelitian ini meliputi:
a) Pengukuran iradiasi surya dengan menggunakan piranometer.
b) Pengukuran suhu yang meliputi suhu fluida dan suhu lingkungan.
2) Perhitungan
Perhitungan yang dilakukan pada penelitian ini meluputi:
a) Perhitungan sudut datang surya
b) Perhitungan sudut deklinasi
F. Analisis Data
Analisis data yang dilakukan pada penelitian ini meliputi:
15
1. Iradiasi surya sesaat
Pengukuran iradiasi surya sesaat dilakukan dengan menggunakan alat
piranometer dalam satuan mV. Untuk mengkonversi mV ke W/m2 yaitu dengan
mengalikan data yang dicatat dengan faktor konversi dari piranometer sebesar
10007
.
2. Sudut datang sinar surya
Perhitungan sudut datang sinar surya dilakukan dengan menggunakan
persamaan, berikut:
a. Sudut deklinasi
Perhitungan sudut deklinasi menggunakan persamaan (6).
b. Sudut datang sinar surya
Perhitungan sudut datang sinar surya menggunakan persamaan (4).
G. Jadwal Pelaksanaan
Penelitian ini dilakukan selama ... bulan untuk percobaan dengan rinciannya
sebagai berikut:
Tabel 3. Jadwal Pelaksanaan PenelitianNo Kegiatan Bulan ke-
1. Persiapan
2. Pelaksanaan percobaan
3. Analisis data
5. Penulisan laporan
16