Isi

download Isi

of 19

description

pkm

Transcript of Isi

20

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar BelakangPembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal. Pembanguan di bidang kesehatan bertujuan juga antara lain untuk memperbaiki derajat kesehatan masyarakat secara efektif dan efisien, agar semua lapisan masyarakat memperoleh layanan kesehatan secara mudah dan murah. Salah satu sarana layanan kesehatan yang mudah dan murah adalah Puskesmas yang pembangunannya dilakukan di seluruh Indonesia dengan maksud untuk memperluas pemerataan dan jangkauan pelayanan kesehatan dasar kepada masyarakat.Puskesmas adalah suatu kesatuan organisasi kesehatan fungsional yang merupakan pusat pembangunan kesehatan masyarakat, Puskesmas berfungsi sebagai pusat pelayanan kesehatan masyarakat secara menyeluruh dan terpadu dalam bentuk usaha pokok Puskesmas, pusat pembinaan peran serta masyarakat dan pusat pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya. Sebagai pusat pelayanan kesehatan tingkat pertama, Puskesmas wajib menyelenggaraan pelayanan kesehatan secara bermutu, adil dan merata. Pelayanan yang diselenggarakan adalah pelayanan kesehatan dasar yang dibutuhkan sebagaian besar masyarakat dan sangat strategis dalam upaya meningkatkan status kesehatan masyarakat umum.Puskesmas Nelayan merupakan salah satu dari 21 Puskesmas di Kota Cirebon. Puskesmas Nelayan menyelenggarakan pelayanan kesehatan kepada masyarakat berdasarkan program-program pokok pelayanan di Puskesmas. Jenis pelayanan kesehatan yang dilaksanakan oleh Puskesmas Nelayan antara lain Pengobatan Umum, Pengobatan Gigi, KIA/KB, posyandu, posbindu, Promosi Kesehatan, dan Laboratorium Sederhana.Daerah Kapten Samadikun warganya banyak yang menderita penyakit diabetes mellitus, daerah tersebut merupakan salah satu wilayah kerja dari puskesmas Nelayan. Diabetes melitus (DM) merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia (meningkatanya kadar gula darah) yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau keduanya (Sudoyo, 2009).Menurut data World Health Organization (WHO), diperkirakan pada tahun 2000, terdapat 171 juta orang pasien diabetes melitus, dan diperkirakan pada tahun 2030, angka tersebut akan meningkat menjadi 366 juta orang. Data menunjukkan pada tahun 1995, Indonesia berada di tempat ke tujuh dalam 10 negara untuk estimasih jumlah orang dewasa dengan diabetes dengan jumlah 4.5 juta orang (Gupta dan Phatak, 2003). Namun, pada tahun 2000, jumlah ini meningkat pada 8,4 juta orang dan menyebabkan Indonesia meningkat menjadi turutan yang ke empat. Sedangkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) pada tahun 2007, diperoleh bahwa proporsi penyebab kematian akibat diabetes melitus pada kelompok usia 45-54 tahun di daerah perkotaan menduduki ranking ke-2 yaitu 14,7%. Di daerah pedesaan, diabetes melitus menduduki ranking ke-6 yaitu 5,8% (Sudoyo, 2009).1.2 Tujuan1. Melakukan research kasus yang ada di Puskesmas Nelayan dengan membagikan kuisioner.2. Melakukan Penyuluhan ke sasaran yang tepat sesuai dengan kasus yang di kaji di salah satu BAPERKAM wilayah kerja Puskesmas Nelayan.3. Melakukan kegiatan rutinitas di balai pengobatan umum (BP Umum), KIA, dan Farmasi di Puskesmas Nelayan.

BAB II CARA PEMBUATAN KUESIONER

2.1 Jenis Pertanyaan Jenis pertanyaan yang digunakan dalam pembuatan kuesioner ini yaitu menggunakan pertanyaan-pertanyaan informatif. Pertanyaan-pertanyaan ini menghendaki jawaban-jawaban dari responden mengenai apa yang telah diketahui, apa yang telah didengar, dan seberapa jauh apa yang diketahui serta dari mana mereka tahu, dan sebagainya.

2.2 Bentuk pertanyaan Bentuk pertanyaan yang digunakan dalam pembuatan kuesioner ini yaitu bentuk pertanyaan tertutup (Closed Ended) dengan variasi Multiple Choice sehingga mudah untuk mengarahkan jawaban responden dan juga memudahkan dalam pengolahan.

2.3 Isi Kuesioner1. Penyakit Diabetes Mellitus (kencing manis)adalah Penyakit kelebihan kadar gula dalam darah.[ 3] Benar [ 2 ] Salah [ 1 ] Tidak tau2. PenyakitDiabetes Mellitus disebut juga dengan penyakit kencing manis.[ 3] Benar [ 2 ] Salah [ 1 ] Tidak tau3. PenyakitDiabetes Mellitussalah satunya disebabkan oleh mengkonsumsi makanan yang mengandung asam.[ 3] Benar [ 2 ] Salah [ 1 ] Tidak tau4. Usia semakin bertambah atau semakin tua adalah faktor yang menyebabkan PenyakitDiabetes Mellitus (kencing manis).[ 3] Benar [ 2 ] Salah [ 1 ] Tidak tau5. Salah satu faktor penyebab timbulnya penyakitDiabetes Mellitus(kencing manis)adalah kurang tidur.[ 3] Benar [ 2 ] Salah [ 1 ] Tidak tau6. PenyakitDiabetes Mellitus (kencing manis)salah satunya juga bisa disebabkan karena kurang atau tidak adanya hormon insulin.[ 3] Benar [ 2 ] Salah [ 1 ] Tidak tau7. Umur, keturunan dari keluarga, dan berat badan/kegemukan merupakan faktorfaktor penyebab timbulnya penyakitDiabetes Mellitus (kencing manis).[ 3] Benar [ 2 ] Salah [ 1 ] Tidak tau8. Seseorang yang menderita penyakitDiabetes Mellitus(kencing manis)dapat menurunkan penyakit tersebut kepada anaknya atau keturunanya.[ 3] Benar [ 2 ] Salah [ 1 ] Tidak tau9. Salah satu gejala penyakitDiabetes Mellitus (kencing manis)adalah sering buang air kecil.[ 3] Benar [ 2 ] Salah [ 1 ] Tidak tau10. Penglihatan kabur,mulut kering, dan berat badan menurun merupakan gejala-gejala penyakitDiabetes Mellitus . (kencing manis).[ 3] Benar [ 2 ] Salah [ 1 ] Tidak tau11. Tidak enak makanmerupakan gejala dari penyakitDiabetes Mellitus (kencing manis).[ 3] Benar [ 2 ] Salah [ 1 ] Tidak tau12. Diabetes Mellitus(kencing manis)dapat mengakibatkan gangguan pendengaran.[ 3] Benar [ 2 ] Salah [ 1 ] Tidak tau13. Kerusakan organ ginjaldan Infeksi pada kaki hingga membusuk (luka tidak cepat sembuh) merupakan akibat penyakitDiabetes Mellitus (kencing manis).[ 3] Benar [ 2 ] Salah [ 1 ] Tidak tau14. Merokok dan alkoholmerupakan hal hal yang harus dihindari oleh penderitaDiabetes Mellitus (kencing manis).[ 3] Benar [ 2 ] Salah [ 1 ] Tidak tau15. Cara pencegahan penyakitDiabetes Mellitus(kencing manis)adalah dengan banyak tidur.[ 3] Benar [ 2 ] Salah [ 1 ] Tidak tau16. Untuk pencegahan penyakitDiabetes Mellitus(kencing manis)juga diperlukan pemeriksaan kadar gula darah berkala atau teratur.[ 3] Benar [ 2 ] Salah [ 1 ] Tidak tau17. Seseorang yang menderitaDiabetes Mellitus(kencing manis)dapat terganggu penglihatanya (matanya).[ 3] Benar [ 2 ] Salah [ 1 ] Tidak tau18. Direbus, dibakar, dan dikukusmerupakancara memasakak makanan yang dapat lebih menyebabkan penyakit Diabetes Melitus(kencing manis).[ 3] Benar [ 2 ] Salah [ 1 ] Tidak tau

BAB III ANALISIS MASALAH

3.I Diabetes Mellitus3.I.1 Definisi Diabetes MellitusDiabetes mellitus (DM) adalah suatu kumpulan gejala klinis (sindroma klinis) yang timbul oleh karena adanya peningkatan kadar gula (glukosa) darah kronis akibat kekurangan insulin baik absolut maupun relatif (Katzung, 2002).Penyakit diabetes mellitus merupakan satu penyakit kronik yang berlaku bila pankreas tidak menghasilkan insulin yang cukup atau tubuh tidak dapat memanfaatkan insulin yang diproduksikan secara efektif, dan ini mengakibatkan konsentrasi glukosa dalam darah kita meningkat (WHO, 2009).3.1.2 Epidemiologi Diabetes MellitusTingkat prevelensi duabetes melitus sangat tinggi, diduaga terdapat sekitar 16 juta kasus diabetes di Amerika serikat dengan 600.000 kasus baru tiap tahunnya. Diabetes merupakan penyebab kematian ketiga di amerika serikat dan merupakan penyebab utama kebutaan pada orang dewasa akibat retinopati diabetik. Tujuh puluh lima persen penderita akhirnya meninggal karena penyakit vaskular, serangan jantung, gagal ginjal, stroke dan gangren. (Price, 2006)3.1.3 Klasifikasi Diabetes MellitusKlasifikasi diabetes melitus mengalami perkembangan dan perubahan dari waktu ke waktu. Dahulu diabetes diklasifikasikan berdasarkan waktu munculnya (time of onset). Diabetes yang muncul sejak masa kanak-kanak disebut juvenile diabetes, sedangkan yang baru muncul setelah seseorang berumur di atas 45 tahun disebut sebagai adult diabetes. Namun klasifikasi ini sudah tidak layak dipertahankan lagi, sebab banyak sekali kasus-kasus diabetes yang muncul pada usia 20-39 tahun, yang menimbulkan kebingungan untuk mengklasifikasikannya. Pada tahun 1968, ADA (American Diabetes Association) mengajukan rekomendasi mengenai standarisasi uji toleransi glukosa dan mengajukan istilah-istilah Pre-diabetes, Suspected Diabetes, Chemical atau Latent Diabetes dan Overt Diabetes untuk pengklasifikasiannya. British Diabetes Association (BDA) mengajukan istilah yang berbeda, yaitu Potential Diabetic, Latent Diabetic, Asymptomatic atau Sub-clinical Diabetic, dan Clinical Diabetic. WHO pun telah beberapa kali mengajukan klasifikasi diabetes melitus. Pada tahun 1965 WHO mengajukan beberapa istilah dalam pengklasifikasian diabetes, antara lain Childhood Diabetics, Young Diabetics, Adult Diabetics dan Elderly Diabetics. Pada tahun 1980 WHO mengemukakan klasifikasi baru diabetes melitus memperkuat rekomendasi National Diabetes Data Group pada tahun 1979 yang mengajukan 2 tipe utama diabetes melitus, yaitu "Insulin- Dependent Diabetes Mellitus" (IDDM) disebut juga Diabetes Melitus Tipe 1 dan "Non-Insulin-Dependent Diabetes Mellitus" (NIDDM) yang disebut juga Diabetes Melitus Tipe 2. Pada tahun 1985 WHO mengajukan revisi klasifikasi dan tidak lagi menggunakan terminologi DM Tipe 1 dan 2, namun tetap mempertahankan istilah "Insulin-Dependent Diabetes Mellitus" (IDDM) dan "Non-Insulin-Dependent Diabetes Mellitus" (NIDDM), walaupun ternyata dalam publikasi-publikasi WHO selanjutnya istilah DM Tipe 1 dan 2 tetap muncul. (Kumar, 2007).Disamping dua tipe utama diabetes melitus tersebut, pada klasifikasi tahun 1980 dan 1985 ini WHO juga menyebutkan 3 kelompok diabetes lain yaitu Diabetes Tipe Lain, Toleransi Glukosa Terganggu atau Impaired Glucose Tolerance (IGT) dan Diabetes Melitus Gestasional atau Gestational Diabetes. (Kumar, 2007).

3.1.4 Faktor Risiko1. kelompok usia dewasa tua (>45 tahun )2. kegemukan {BB (kg)>120% BB idaman atau IMT>27 (kg/m2)}3. tekanan darah tinggi (>140/90 mmHg)4. riwayat keluarga DM5. riwayat kehamilan dengan BB lahir bayi>4000 gram6. riwayat DM pada kehamilan7. dislipidemia (HDL250 mg/dl8. pernah TGT (Toleransi Glukosa Terganggu) atau GDPT (Glukosa Darah Puasa Terganggu).3.1.5 Gejala KlinisDiabetes seringkali muncul tanpa gejala. Namun demikian ada beberapa gejala yang harus diwaspadai sebagai isyarat kemungkinan diabetes. Gejala tipikal yang sering dirasakan penderita diabetes antara lain poliuria (sering buang air kecil), polidipsia (sering haus), dan polifagia (banyak makan/mudah lapar). Selain itu sering pula muncul keluhan penglihatan kabur, koordinasi gerak anggota tubuh terganggu, kesemutan pada tangan atau kaki, timbul gatal-gatal yang seringkali sangat mengganggu (pruritus), dan berat badan menurun tanpa sebab yang jelas. Pada DM Tipe I gejala klasik yang umum dikeluhkan adalah poliuria, polidipsia, polifagia, penurunan berat badan, cepat merasa lelah (fatigue), iritabilitas, dan pruritus (gatal-gatal pada kulit). Pada DM Tipe 2 gejala yang dikeluhkan umumnya hampir tidak ada. DM Tipe 2 seringkali muncul tanpa diketahui, dan penanganan baru dimulai beberapa tahun kemudian ketika penyakit sudah berkembang dan komplikasi sudah terjadi. Penderita DM Tipe 2 umumnya lebih mudah terkena infeksi, sukar sembuh dari luka, daya penglihatan makin buruk, dan umumnya menderita hipertensi, hiperlipidemia, obesitas, dan juga komplikasi pada pembuluh darah dan syaraf. (Kumar, 2007).3.1.6 DiagnosisDiagnosis DM harus didasarkan atas pemeriksaan kadar glukosa darah, tidak dapat ditegakkan hanya atas dasar adanya glukosuriasaja. Dalam menegakkan diagnosis DM harus diperhatikan asal bahan darahyang diambil dan cara pemeriksaan yang dipakai. Untuk diagnosis DM,pemeriksaan yang dianjurkan adalah pemeriksaan glukosa dengan cara enzimatik dengan bahan glukosa darah plasma vena. Untuk memastikan diagnosis DM, pemeriksaan glukosa darah seyogyanya dilakukan dilaboratorium klinik yang terpercaya . Untuk memantau kadar glukosa darah dapat dipakai bahan darah kapiler. Saat ini banyak dipasarkan alat pengukur kadar glukosa darah cara reagen kering yang umumnya sederhanadan mudah dipakai. Hasil pemeriksaan kadar glukosa darah memakaialat-alat tersebut dapat dipercaya sejauh kalibrasi dilakukan dengan baik dan cara pemeriksaan sesuai dengan cara standar yang dianjurkan.Secara berkala , hasil pemantauan dengan cara reagen kering perlu dibandingkan dengan cara konvensional.Kriteria diagnostik Diabetes Melitus Kadar glukosa darah sewaktu (plasma vena) 200 mg/dl Kadar glukosa darah puasa (plasma vena) 126 mg/dl (Puasa berarti tidak ada masukan kalori sejak 10 jam terakhir) Kadar glukosa plasma 200 mg/dl pada 2 jam sesudah beban glukosa 75 gram pada TTGOKriteria diagnostik tersebut harus dikonfirmasi ulang pada hari yang lain, kecuali untuk keadaan khas hiperglikemia dengan dekompensasi metabolik akut, seperti ketoasidosisatau berat badan yang menurun cepat.

3.1.7 Penatalaksanaan DM Tujuan :1. Jangka pendek: menghilangkan keluhan/gejala DM dan mempertahankan rasa nyaman dan sehat.2. Jangka panjang: mencegah penyulit, baik makroangiopati, mikroangiopati maupunneuropati, dengan tujuan akhir menurunkan morbiditas dan mortilitas DM.3. Cara: menormalkan kadar glukosa, lipid, insulin.4. Mengingat mekanisme dasar kelainan DM tipe-2 adalah terdapatnya faktor genetik,tekanan darah, resistensi insulin dan insufisiensi sel beta pankreas, maka cara-cara untuk memperbaiki kelainan dasar yang dapat dikoreksiharus tercermin pada langkah pengelolaan.5. Kegiatan: mengelola pasien secara holistik, mengajarkan perawatan mandiri dan melakukan promosi perubahan perilaku.Pilar utama pengelolaan DM :1. Edukasi2. Perencanaan makan3. Latihan jasmani4. Obat-obatanPada dasarnya, pengelolaan DM dimulai dengan pengaturan makan disertaidengan latihan jasmani yang cukup selama beberapa waktu (2-4 minggu).Bila setelah itu kadar glukosa darah masih belum dapat memenuhi kadar sasaran metabolik yang diinginkan, baru dilakukan intervensi farmakologik dengan obat-obat anti diabetes oral atau suntikan insulin sesuai dengan indikasi. Dalam keadaan dekompensasi metabolik berat,misalnya ketoasidosis, DM dengan stres berat, berat badan yang menurun dengan cepat, insulin dapat segera diberikan. Pada keadaan tertentu obat-obat anti diabetes juga dapat digunakan sesuai dengan indikasi dandosis menurut petunjuk dokter. Pemantauan kadar glukosa darah bila dimungkinkan dapat dilakukan sendiri di rumah, setelah mendapat pelatihan khusus untuk itu.a) EdukasiDiabetes Tipe 2 biasa terjadi pada usia dewasa, suatu periode dimana telahter bentuk kokoh pola gaya hidup dan perilaku. Pengelolaan mandiri diabetes secara optimal membutuhkan partisipasi aktif pasien dalam merubah perilaku yang tidak sehat. Tim kesehatan harus mendampingi pasien dalam perubahan perilaku tersebut, yang berlangsung seumur hidup. Keberhasilan dalam mencapai perubahan perilaku, membutuhkan edukasi, pengembangan keterampilan (skill), dan motivasi yang berkenaan dengan: makan makanan sehat kegiatan jasmani secara teratur menggunakan obat diabetes secara aman, teratur, dan pada waktu-waktu yang spesifik melakukan pemantauan glukosa darah mandiri dan memanfaatkan berbagai informasi yang ada melakukan perawatan kaki secara berkala mengelola diabetes dengan tepat mengembangkan sistem pendukung dan mengajarkan keterampilan dapat mempergunakan fasilitas perawatan kesehatan.Edukasi (penyuluhan) secara individual dan pendekatan berdasarkan penyelesaian masalah merupakan inti perubahan perilaku yang berhasil. Perubahan perilaku hampir sama dengan proses edukasi dan memerlukan penilaian,perencanaan, implementasi, dokumentasi, dan evaluasi.

b) Perencanaan makanDiabetes tipe 2 merupakan suatu penyakit dengan penyebab heterogen, sehingga tidak ada satu cara makan khusus yang dapat mengatasi kelainan inisecara umum. Perencanaan makan harus disesuaikan menurut masing-masing individu. Pada saat ini yang dimaksud dengan karbohidrat adalah gula,tepung dan serat, sedang istilah gula sederhana/simpel, karbohidrat kompleks dan karbohidrat kerja cepat tidak digunakan lagi. Penelitian pada orang sehat maupun mereka dengan risiko diabetes mendukung akan perlunya dimasukannya makanan yang mengandung karbohidrat terutama yang berasal dari padi-padian, buah-buahan, dan susu rendah lemak dalam menumakanan orang dengan diabetes. Banyak faktor yang berpengaruh pada respons glikemik makanan, termasuk didalamnya adalah macam gula (glukosa, fruktosa, sukrosa, laktosa), bentuk tepung (amilose,amilopektin dan tepung resisten), cara memasak, proses penyiapan makanan, dan bentuk makanan serta komponen makanan lainnya (lemak,protein). Pada diabetes tipe 1 dan tipe 2, pemberian makanan yang berasal dari berbagai bentuk tepung atau sukrosa, baik langsung maupun 6minggu kemudian ternyata tidak mengalami perbedaan repons glikemik,bila jumlah karbohidratnya sama. Sehingga dapat disimpulkan bahwa jumlah total kalori dari makanan lebih penting daripada sumber atau macam makanannya.c) Latihan JasmaniManfaat olah raga bagi pasien DM : Meningkatkan kontrol GD Menurunkan resiko penyakit KV, jika dilakukan minimal 30 menit,3-4kali/minggu sampai HR mencapai 220-umur/menit Menurunkan BB Menimbulkan kegembiraan

d) Interferensi FarmakologiIntervensi farmakologis ditambahkan jika sasaran kadar glukosa darah belum tercapai dengan pengaturan makan dan latihan jasmaniIntervensi Farmakologis meliputi: OHO (Obat Hipoglikemik Oral) Insulin

1. Obat Hipoglikemik OralDigolongkan berdasarkan cara kerjanya:Pemicu sekresi insulin/secretagogue (Sulfonilurea dan Glinit) Penambah sensitifitas terhadap insulin : Metformin dan Tiazolidindion. Penghambat absorbsi glukosa:penghambat oksidase alfa.a. SULFONILUREABekerja dengan cara meningkatkan sekresi insulin. Semua Sulfonilurea meningkatkan berat badan dan beresiko menyebabkan hipoglikemi . Menurunkan GDP sampai 5070 mg/dl dan menurunkan HbA1c sampai 0.81.7%. b. TIAZOLIDINDIONBekerja dengan cara meningkatkan sensitifitas insulin pada jaringan otot dan adipose dan sedikit menghambat produksi glukosa di hati. c. GLUKOSIDASE ALFA/GLUKOSIDASE INHIBITORS Bekerja dengan cara menghambat absorbsi karbohidrat pada usus halus .Absorbsi dextrins, maltose, sucrose, and KH tergangu dengan pemberian Acarbose tetapi tidak menghambat penyerapan glucose dan lactose. Dimakan bersamaan suapan pertama. Pengobatan dengan Arcabose dapat menurunkan GDP sampai 3540 mg/dl dan HbA1c sampai 0.40.7%. Terapi Acarbose tidak menyebabkan peingkatan berat badan atau hipoglikemi (karena hanya berefek lokal). d. BIGUANIDMekanisme kerja terutama menurunkan pengeluaran glukosa hati. Mampu menurunkan GDP sampai 5070 mg/dl dan the HbA1c sampai 1.41.8%. .2. Insulin Cara kerja Insulin: Fungsi utama mengkounter hormon peningkat glukosa dan mempertahankan gula darah normal, menstimulasi lipogenesis, menurunkan lipolisis dan meningkatkan transport asam amino ke dalam sel, menstimulasi pertumbuhan, sintesis DNA dan replikasi sel.Indikasi terapi insulin: DM tipe 1/IDDM DM tipe 2/NIDDM yang tidak berespon dengan pengobatan OHO DM tipe 2 dengan stress Penurunan BB yang cepat Ketoasidosis diabetic3.1.8 KomplikasiKomplikasi pada diabetes mellitus dapat dibedakan menjadi akut dan kronik :a. Hipoglikemia adalah gejala yang timbul akibat tubuh kekurangan glukosa, dengan tanda-tanda : Rasa lapar Gemetar Keringat dingin Pusingb. Krisis HiperglikemiaKrisis hiperglikemia merupakan komplikasi akut serius pada penderita diabetes mellitus. Krisis hiperglikemia dapat terjadi dalam bentuk ketoasidosis diabetik (KAD), status hiperosmolar hiperglikemik (SHH) atau kondisi yang mempunyai elemen kedua keadaan diatas. KAD adalah keadaan yang ditandai dengan asidosis metabolik akibat pembentukan keton yang berlebihan, sedangkan SHH ditandai dengan hiperosmolalitas berat dengan kadar glukosa serum yang biasanya lebih tinggi dari KAD murni.c. Komplikasi Ginjal pada Diabetes MellitusNefropati diabetic merupakan penyebab kematian terbanyak penderita DM. Proteinuria penderita DM biasanya menunjukkan tingkat kerusakan pada ginjal dan prognosis. Patogenesis nefropati diabetic berhubungan dengan hiperglikemia, kemungkinan karena kerja ginjal yang terus menerus melebihi batas untuk menyaring glukosa, peningkatan tekanan darah pada ginjal dan perubahan struktur glomerular.d. Diabetic NeuropathyDiabetic neuropathy muncul pada 50% penderita DM jangka panjang baik pada tipe 1 maupun tipe 2. Pada penderita DM kemungkinan disebabkan gangguan sirkulasi pada sel saraf karena kerusakan pembuluh darah, Ada pun jenis-jenisnya adalah:a) Polyneuropathy (mononeuropathy)Bentuk yang paling sering adalah distal symmetric polyneuropathy berupa kehilangan kemampuan sensorik bagian distal. Gejala yang muncul berupa perasaan gatal geli atau terbakar dimulai dari ujung kaki menyebar ke proksimal. b) Autonomic neuropathyPenderita DM dapat mengalami disfungsi saraf otonom (sistem kolinergik, noradrenergic dan peptidergik). Saraf-saraf tersebut mengatur jantung, gastrointestinal dan sistem kemih. e. Gastrointestinal dan genitourinaryKelainan yang paling sering muncul adalah gangguan pengosongan lambung dan gangguan motilitas usus. Gejala yang mungkin muncul adalah anorexia, muntah, mual, dan kembung. Penyebabnya mungkin adalah disfungsi saraf simpatis. Selain itu hiperglikemia juga mengganggu proses pengosongan lambung. f. KardiovaskularFaktor resiko untuk penyakit makrovaskular pada penderita DM misalnya dislipidemia, hipertensi, obesitas, aktivitas fisik berkurang, dan bila merokok akan semakin parah. g. Komplikasi pada ekstremitas bawahDM merupakan penyebab amputasi non-traumatik tertinggi terutama akibat ulkus pada kaki, dan infeksi. h. InfeksiPenderita DM juga bisa mengalami gangguan sistem imun dan fungsi fagosit. Hal ini berhubungan dengan hiperglikemia dan gangguan vaskularisasi. Infeksi tersering yang muncul adalah pneumonia, UTI, dan infeksi pada kulit. Selain itu penderita DM juga lebih rentan terhadap postoperative infection. i. MataPada DM dapat saja terjadi retinopati dimana pembuluh retina mengalami penyempitan, karena merupakan end artery (tak punya kolateral) sumbatan pada pembuluh retina berakibat kebutaan. Komplikasi kronik lainnya ialah katarak diabetik sebagai akibat tingginya kadar glukosa dalam cairan lensa mata, sehingga cairan lensa tersebut menjadi keruh3.1.9 PrognosisSanationam : dubia ad bonamVitam : dubia ad malamFungsionam : dubia ad malam.3.2 Analisis Potensi dan KebutuhanSepanjang tahun 2013, Puskesmas Nelayan telah menjalankan beberapa programnya salah satunya adalah pemeriksaan kadar gula darah yang hasilnya menunjukkan banyak warga yang kadar gula darahnya menigkat terutama warga di Jl. Kapten Samadikun Gg. Empang IV RW 06.

Surveilans Epidemiologi melaksanakan tugas dengan mengamati kejadian penyakit metabolik yang terjadi di Jl. Kapten Samadikun Gg. Empang IV RW 06 yang merupakan Wilayah kerja Puskesmas Nelayan.

3.3 Perumusan MasalahHasil dari pembagian kuesioner di RW 06 Jl. Kapten Samadikun Gg. Empang IV ditemukan beberapa faktor pencetus terjadinya diabetes mellitus, antara lain:1. Warga kurang memahami mengenai faktor penyebab diabetes mellitus.2. Warga kurang bisa mengatur pola makan sehari-hari3. Warga kurang tahu cara mencegah terjadinya diabetes mellitus4. Warga belum memahami cara pengobatan jika sudah terkena diabetes mellitus

3.4 Prioritas MasalahPada tahun 2013, di Puskesmas Nelayan angka kejadian diabetes mellitus hingga bulan Juli 2013 meningkat jumlahnya terutama di Jl. Kapten Samadikun Gg. Empang IV RW 06.

3.5Pemecahan Masalah3.5.1 Alternatif Kegiatan untuk Pemecahan Masalah1. Memberikan pengetahuan tentang penyakit diabetes mellitus pada masyarakat.2. Memberikan penyuluhan tentang pola hidup yang sehat.3. Pergerakan pemeriksaan gula darah rutin, tidak menunggu timbulnya gejala.4. Selalu ada penyuluhan/seminar di masyarakat khususnya tentang pola hidup yang baik dan sehat.

3.5.2 Urutan Prioritas Pemecahan Masalah1. Memberikan pengetahuan tentang diabetes mellitus pada masyarakat.2. Pergerakan pemeriksaan gula darah rutin, tidak menunggu timbulnya gejala.3. Memberikan penyuluhan tentang pola hidup yang sehat.4. Selalu ada penyuluhan/seminar di masyarakat khususnya tentang pola hidup yang baik dan sehat.

3.5.3 Pemecahan Masalah yang DiambilMemberikan pengetahuan tentang diabetes mellitus pada masyarakat.

BAB VKESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan Penyakit diabetes mellitus pada tahun 2013 meningkat di wilayah kerja Puskesmas Nelayan, terutama di Jl. Kapten Samadikun Gg. Empang IV RW 06. Salah satu upaya untuk mengurangi jumlah penderita diabetes mellitus adalah dengan cara dilakukannya penyuluhan di daerah tersebut. Penyuluhan diabetes mellitus dilakukan pada minggu kedua kegiatan praktik lapangan di puskesmas. Dari hasil penyuluhan didapatkan kesimpulan bahwa sebagian besar warga di wilayah yang dilakukan penyuluhan belum terlalu paham mengenai penyakit diabetes mellitus. Warga pun antusias menyambut penyuluhan yang kami berikan terbukti dari banyak nya pertanyaan yang dilontarkan ketika penyuluhan berlangsung.4.2 Saran 1. Disarankan agar selalu menjaga pola hidup yang baik dan sehat supaya tidak mudah terkena penyakit diabetes mellitus.2. Melakukan pemeriksaan gula darah bagi yang mempunyai faktor risiko diabetes mellitus.3. Kepada yang sudah mengalami diabetes mellitus harus rutin melakukan pemeriksaan gula darah agar bisa mencegah terjadinya komplikasi dari penyakit diabetes mellitus.4. Kepada pihak puskesmas agar selalu melakukan follow up terhadap kasus diabetes mellitus agar angka kejadian diabetes mellitus bisa ditekan.

DAFTAR PUSTAKA

Adam JMF. Dislipidemia diabetes dan Risiko Kardiovaskuler Peran Statin Sebagai Pencegahan. Dalam: Naskah Lengkap Pertemuan Ilmiah Berkala X Ilmu Penyakit Dalam. Padang 2010:254-73.Alwi Shahab. Penatalaksanaan dislipidemia pada diabetes melitus tipe 2, Subbagian Endokrinologi Metabolisme Bagian Ilmu Penyakit Dalam FK Unsri/ RSMH Palembang, 2006.Anwar TB. Dislipidemia sebagai faktor risiko penyakit jantung koroner. Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara,2004.Canadian Diabetes Association. Dyslipidemia in adult with diabetes. Canadian journal of diabetes 2006;30(3):230-40.Depkes (2008) Pedoman Teknis Penemuan dan Tata Laksana Penyakit Diabetes Melitus Cetakan ke 2.Mooradian AD. Dyslipidemia in type 2 diabetes mellitus. Endocrinology & Metabolism 2009;5(3):150-9.National Diabetes Fact Sheet 2011 diakses dari www.cdc.gov pada September 2011.Notoatmojo, Soekidjo. 2007. Pendidikan, Perilaku Kesehatan, Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi. Jakarta. Rineka Cipta.Pramono, L. A. Dislipidemia. Jurnal Kedokteran Indonesia Medika. No.7, Juli 2009. Jakarta.Prince A.Sylvia, Wilson M. Lorraine 2006. Patofisiologi konsep klinis proses-proses penyakit edisi 6 vol. 2. Jakarta. EGC.Saddock, Benjamin. dkk. 2010. Kaplan & Sadock Sinopsis Psikiatri Ilmu Pengetahuan Perilaku Psikiatri Klinis Edisi. 2. Jakarta. EGC. Sudoyo A.W., Setiyohadi B., Alwi I, Simadribata M., Setiati S. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit dalam edisi V jilid III. Jakarta. FKUI.