Isi

37
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Dalam upaya mempertahankan tingkat kesehatan yang optimal pada klien untuk menurunkan jumlah dan atau keparahan gejala pernafasan, pencegahan infeksi pernafasan merupakan upaya paling penting. Salah satu bentuk intervensi keperawatan yang dilakukan adalah dengan teknik drainage postural, latihan nafas dalam dan batuk efektif. Teknik- teknik tersebut merupakan teknik non invasive. Postural Drainage (PD) merupakan cara klasik untuk mengeluarkan sekret dari paru dengan mempergunakan gaya berat dari sekretnya itu sendiri. Tahun 1953 Palmer dan Sellick telah menunjukkan manfaat PD yang disertai dengan perkusi dada untuk mencegah terjadinya atelektasis paru setelah pembedahan. Sejak itu pula PD telah diterapkan secara intensif pada perawatan penderita-penderita penyakit paru akut maupun kronik .Mengingat kelainan pada paru bisa terjadi pada berbagai lokasi maka PD dilakukan pada berbagai posisi disesuaikan dengan kelainan parunya. Dengan PD dapat dilakukan pencegahan terkumpulnya sekret dalam saluran nafas terutama pada mereka yang tergolong high risk, disamping untuk mempercepat pengeluaran cairan patologik lainnya yang berasal dari saluran nafas maupun perenkhim paru yang viskositasnya kental . Keberhasilan dari PD sering segera 1

Transcript of Isi

Page 1: Isi

BAB IPENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Dalam upaya mempertahankan tingkat kesehatan yang optimal pada klien untuk

menurunkan jumlah dan atau keparahan gejala pernafasan, pencegahan infeksi

pernafasan merupakan upaya paling penting. Salah satu bentuk intervensi keperawatan

yang dilakukan adalah dengan teknik drainage postural, latihan nafas dalam dan batuk

efektif. Teknik-teknik tersebut merupakan teknik non invasive.

Postural Drainage (PD) merupakan cara klasik untuk mengeluarkan sekret dari

paru dengan mempergunakan gaya berat dari sekretnya itu sendiri. Tahun 1953 Palmer

dan Sellick telah menunjukkan manfaat PD yang disertai dengan perkusi dada untuk

mencegah terjadinya atelektasis paru setelah pembedahan. Sejak itu pula PD telah

diterapkan secara intensif pada perawatan penderita-penderita penyakit paru akut maupun

kronik .Mengingat kelainan pada paru bisa terjadi pada berbagai lokasi maka PD

dilakukan pada berbagai posisi disesuaikan dengan kelainan parunya. Dengan PD dapat

dilakukan pencegahan terkumpulnya sekret dalam saluran nafas terutama pada mereka

yang tergolong high risk, disamping untuk mempercepat pengeluaran cairan patologik

lainnya yang berasal dari saluran nafas maupun perenkhim paru yang viskositasnya

kental . Keberhasilan dari PD sering segera dapat dirasakan oleh penderitanya, yaitu

dengan adanya perbaikan ventilasi.

Batuk merupakan cara efektif dan efisien untuk mengeluarkan lendir di saluran

pernapasan. Agar batuk jadi efektif maka perlu diberikan latihan batuk. Namun latihan ini

hanya bisa dilakukan pada anak yang sudah bisa diajak sedikit bekerja sama (kooperatif)

atau mulai di usia balita. Untuk bayi, teknik batuk pada fisoterapi di rumah biasanya

ditiadakan. Bayi biasanya mengeluarkan lendir dengan cara memuntahkannya.

Latihan batuk merupakan cara yang paling efektif untuk membersihkan laring,

trakea, bronkhioli dari sekret dan benda asing Latihan batuk efektif juga sangat

diperlukan bagi klien terutama klien yang mengalami operasi dengan anestesi general.

Karena pasien akan mengalami pemasangan alat bantu nafas selama dalam kondisi

teranastesi. Sehingga ketika sadar pasien akan mengalami rasa tidak nyaman pada

tenggorokan. Dengan terasa banyak lendir kental di tenggorokan.

1

Page 2: Isi

Latihan batuk efektif sangat bermanfaat bagi pasien setelah operasi untuk

mengeluarkan lendir atau sekret tersebut.

B. TUJUAN PENULISAN

1. TUJUAN UMUM

Setelah menyusun makalah ini mahasiswa diharapkan dapat lebih mengerti dan

memahami tentang konsep dan teknik Postural Drainage, latihan nafas dalam dan

batuk efektif.

2. TUJUAN KHUSUS

a. Diharapkan mahasiswa dapat memahami Konsep, Tujuan, Indikasi, Kontra

Indikasi serta Prosedur tindakan Postural Drainage.

b. Diharapkan mahasiswa dapat memahami Konsep, Tujuan, Indikasi, Kontra

Indikasi serta Prosedur Latihan Nafas Dalam.

c. Diharapkan mahasiswa dapat memahami Konsep, Tujuan, Indikasi, Kontra

Indikasi serta Prosedur Batuk efektif.

C. METODE PENULISAN

Metode yang digunakan dalam penulisan makalah ini adalah metode deskriftif

untuk lebih memperjelas dan memahami setiap tindakan prosedur tersebut.

D. SISTEMATIKA PENULISAN

Bab I Pendahuluan, terdiri dari Latar belakang masalah, Tujuan Penulisan,

Metode Penulisan dan Sistematika Penulisan.

Bab II Tinjauan Teoritis, terdiri dari Definisi, Tujuan, Indikasi, Kontra Indikasi

serta Prosedur Tindakan.

Bab III Asuhan keperawatan.

Bab IV Penutup

2

Page 3: Isi

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. DEFINISI

1. Postural Drainage

“Drainage Postural adalah teknik membuang sekresi dari segmen tertentu di

paru dan di bronchus ke dalam trachea dengan memperhatikan posisi pasien”.

(Potter Patricia A, 2005: ).

“Drainage Postural merupakan cara klasik untuk mengluarkan sekret dari

pasien menggunakan gaya berat dari sekretnya itu sediri”. (dr.Hudaya Sutadinata,

http://www.portkalbe.com/files/srv/www/portalkalbe/files/cdk/files/

07PosturalDrainage024.pdf/07PosturalDrainage024).

Postural drainage ini merupakan satu kesatuan dari Fisioterapi dada yang satu

sama lain tidak dapat dipisahkan, adapun yang lainnya itu adalah perkusi dada dan

Vibrasi dada.

Perkusi dada adalah penepukan pada daerah dimana sekret terakumulasi (dada

dan punggung) dengan tangan yang dibentuk menyerupai mangkuk, tepukan tangan

secara berirama dan sistematis dari arah atas menuju kebawah. Selalu perhatikan

ekspresi wajah klien untuk mengkaji kemungkinan nyeri. Setiap lokasi dilakukan

perkusi selama 1-2 menit.

Sedangkan vibrasi dada bertujuan melepaskan sekret yang menempel di

dinding bronchus-alveolus dengan menggetarkan dada dengan kedua telapak tangan

yang dibuat saling menyilang, lakukan 5-7 kali. Dilakukan pada saat ekspirasi atau

pada saat batuk.

2. Latihan Nafas Dalam

“Latihan nafas dalam adalah suatu tindakan untuk melatih pengembangan

pengempisan secara optimal paru-paru dengan cara menarik nafas dalam selama 3-5

3

Page 4: Isi

detik kemudian dikeluarkan secara perlahan melalui mulut”. (Kozier, B & Erb, G,

2000: ).

3. Latihan Batuk Efektif

“Latihan Batuk efektif adalah suatu metode batuk dengan benar, dimana

klien dapat menghemat energi sehingga tidak mudah lelah dan dapat mengeluarkan

dahak secara maksimal”. (Potter Patricia A, 2005: ).

“Batuk efektif merupakan suatu metode batuk dengan benar, dimana klien

dapat menghemat energy sehingga tidak mudah lelah dan dapat mengeluarkan dahak

secara maksimal”. (E-learning Dec 2006)

Batuk merupakan rangsangan fisiologik yang secara reflex/otomatis terjadi

bila terdapat benda asing di di saluran nafas. Batuk efktif mengandung makna

dengan batuk yang benar, akan dapat mengeluarkan benda asing/secret semaksimal

mungkin dengan penggunaan tenaga yang semaksimal mungkin. Bila klien

mengalami gangguan pernafasan karena akumulasi secret, ajarkanlah bagaimana

melakukan batuk efektif.

B. TUJUAN

1. Postural Drainage

Tujuan dilakukannya teknik postural drainage adalah:

a. Untuk mengeluarkan secret yang tertampung

b. Untuk mencegah akumulasi secret agar tidak terjadi atelektasis

c. Mencegah dan mengeluarkan secret.

2. Latihan Nafas Dalam

Tujuan dilakukannya teknik nafas dalam adalah:

a. Mengatur frekuensi dan pola nafas sehingga mengurangi air trapping.

b. Memperbaiki fungsi diafragma.

4

Page 5: Isi

c. Memperbaiki mobilitas thoraks.

d. Memperbaiki ventilasi alveoli untuk memperbaiki pertukaran gas tanpa

meningkatkan kerja pernafasan.

e. Mengatur dan mengkoordinasi kecepatan pernafasan,sehingga nafas lebih efektif.

f. Menyiapkan klien pre dan post operasi.

g. Mencegah komplikasi pernafasan.

h. Mengurangi rasa nyeri.

i. Mempertahakan relaksasi otot.

3. Batuk Efektif

Tujuan batuk efektif adalah:

a. Mengeluarkan secret dari saluran pernafasan,

b. Mencegah komplikasi pernafasan dan sirkulasi.

C. INDIKASI

Teknik postural drainage, latihan nafas dalam dan batuk efektif dapat dilakukan

pada pasien pasien, COPD, PPOK, emphysema, fibrosis Asthma,chest infection, pasien-

pasien dengan tirah baring lama, mereka yang tergolong high risk yaitu penderita penyakit

paru kronik, penderita pasca bedah yang mengalami imobilisasi dan mereka yang telah

dilakukan sayatan pada toraks dan abdomen,pasien dengan sputum yang banyak, seperti

bronkhoektasis atau fibrosis kistik.

D. KONTRAINDIKASI

Kontra indikasi teknik postural drainage, batuk efektif, dan latihan nafas dalam

adalah pada pasien-pasien dengan kelainan system kardiovaskuler seperti hipotensi,

hipertensi, Akut infark miocard,aritmia dan kegagalan jantung. Pasien-pasien dengan bedah

syaraf akan meningkatkan tekanan intra cranial.

5

Page 6: Isi

E. PROSEDUR TINDAKAN

Untuk melakukan PD, Batuk Efektif dan latihan Nafas Dalam tidak ada persiapan

khusus dari penderita yang penting adalah perlu diketahui lokasi kelainan pada paru serta

keadaan umum penderita. Untuk mengetahui dengan cepat perubahan klinik penderita yang

mungkin terjadi selama dilakukan Postural Drainage, latihan Nafas dalam dan Batuk Efektif

maka sebaiknya kita yang mengerjakan Postural drainage, Latihan Nafas dan Batuk Efektif

berada di depan penderita.

I. Postural Drainage

Postural drainage dilakukan pada posisi tertentu yaitu pada posisi supaya terjadi

pengeluaran (drain-age) sputum yang cepat karena pengaruh gaya beratnya di-sertai

pengaruh perkusi dan vibrasi dada (1, 3). Posisi pen-derita yang diharapkan terjadi

drainage sesuai dengan lokasikelainan paru adalah sebagai berikut (3) :

1. Tidur dengan beberapa bantal, kepala letak tinggi membentuk sudut 45° untuk

drainage kedua lobus atas dari segmen apical, perkusi dada dibawah leher serentak

pada kedua sisi (Gambar 1).

2. Tidur dengan satu bantal bawah kepala dan satu bantal bawah lutut untuk drainage

lobus atas kanan segmen anterior dilakukan perkusi pada bahu kanan bagian

atas(Gambar 2), dan beberapa bantal tanpa bantal bawah lutut untuk drainage lobus

atas kiri segmen ante-rior perkusi pada bahu kiri bagian atas(Gambar 3).22 Cermin

Dunia Kedokteran No. 24, 1981

3. Tidur menelungkup pada bantal untuk drainage lobus atas segmen posterior perkusi

pada daerah punggung dibawah leher (Gambar4Adan B, serta 5A dan B).

4. Tidur pada sisi kiri dengan3/4 bagian badan tidur, untuk drainage lobus tengah kanan

dan lobus bawah kanan segmen anterior. Kepala lebih bawah dari bagian tubuh

lainnya, perkusi pada dada kanan antara ICS 4-6 (Gambar 6).

5. Tidur pada sisi kanan dengan3/4 bagian badan tidur, untuk drainage lingula dan lobus

bawah kiri segmen anterior, perkusi pada basal paru jangan sampai menepuk lambung

(Gambar 7). Letak kepala sama seperti No. 4.

6. Tidur dengan satu bantal bawah kepala dan satu bantal bawah lutut dengan letak

kepala seperti no. 4, untuk drainage kedua lobus bawah segmen anterior (Gambar 8).

6

Page 7: Isi

7. Tidur pada sisi kiri, letak kepala sama seperti no. 4, untuk drainage lobus bawah kanan

segmen lateral (Gambar 9).

8. Tidur pada sisi kanan dengan letak kepala sama seperti no. 4, untuk drainage lobus

bawah kiri segmen lateral dan lobus bawah kanan segmen kardiak (Gambar 10).

9. Tidur menelungkup dengan satu bantal dibawah perut dengan letak kepala sama

seperti no. 4 (Gambar 11) atau beberapa bantal di bawah perut (Gambar 13) untuk

drainage kedua lobus bawah.

10. Tidur pada sisi kiri dengan ¾ bagian badan miring, letak kepala sama seperti no. 4,

untuk drainage lobus bawah kanan segmen posterior (Gambar 12). Untuk penderita

dengan kelainan paru pada beberapa tempat PD dapat dilakukan pada beberapa posisi.

Setiap posisi sebaiknya dilakukan selama 5 - 10 menit. Keadaan ini biasa diperpanjang

bila penderita tahan lama, sekret/cairan patologik jumlahnya banyak atau kental

sehingga drainage memerlukan.

II. Melatih Napas Dalam

a. Pelaksanaan

1. Pastikan kebutuhan klien akan latihan pernapasan dalam

2. Persiapan klien:

a. Sampaikan salam

b. Informasikan kepada klien tentang tujuan dan prosedur tindakan yang akan

dilakukan

3. Persiapan alat

a. Stetoskop

4. Persiapan lingkungan

a. Buka jendela dan pertahankan kebersihan ruangan

b. Cuci tangan (lihat SOP cuci tangan)

5. Atur posisi klien fowler atau duduk berbaring miring ke satu sisi dengan lutut

fleksi

6. Demonstrasikan tahapan napas dalam

7. Letakkan kedua telapak tangan disekitar kedua sisi iga bawah

7

Page 8: Isi

8. Tarik napas melalui hidung secara perlahan sampai dada mengembang dan

abdomen terlihat naik dan menahannya selama 3-5 detik

9. Kemudian hembuskan napas secara perlahan melalui lutut

10. Evaluasi respon klien dan tentukan seberapa sering tindakan perlu dilakukan oleh

klien. Jika menurunnya bunyi respond an adanya ronkhi, indikasi bahwa latihan

nafas dalam lebih sering dilakukan

11. Atur kembali posisi

12. Bereskan alat

13. Sampaikan salam terminasi (lihat SOP komunikasi terapeutik)

14. Cuci tangan

15. Dokumentasikan hasil tindakan dan respon klien

Selain latihan nafas dalam ada beberapa latihan yang terlu dilakukan oleh klien

dengan masalah system pernafasan khususnya pada episode dispnoe antara lain:

a. Pernafasan Diafraghma dan pernafasan abdomen

Teknik ini bertujuan untuk mempertahankan pergerakan diafraghma secara maksimal.

Cara kerja:

1. Klien tidur terlentang dengan kedua sendi lutut flexi

2. Letakkan tangan atau tumpukan buku di atas muskulus rektus abdominalis untuk

member tahanan

3. Memulai tarikan nafas dari hidung sampai paru mengembang maksimal

sementara tahanan tetap diberikan

4. Teknik yang benar bila tumpukan buku atau tangan turun naik seirama dengan

pernafasan

5. Lakukan 2-3 kali sehari dengan frekuensi tarikan nafas 5-7 kali setiap latihan.

b. Pernafasan bibir (Purse Lip Breathing)

Teknik ini bertujuan untuk mengontrol pola nafas klien, khususnya dilakukan oleh

klien dalam episode dispnoe.

Cara kerja:

1. Tutup mulut danbernafaslah melalui hidung

2. Tarik nafas dalam, tiupkan perlahan-lahan dari bibir tanpa terputu-putus

8

Page 9: Isi

3. Tarik nafas dalam agak cepat, tahan, kemudian hembuskan lagi perlahan-lahan

4. Demikian dilakukan berulang-ulang

5. Ingat untuk menggunakan teknik ini terutama pada saat beraktifitas selalu

menarik nafas dalam sebelum memulai aktifitas tersebut dan menghembuskannya

perlahan-lahan selama aktifitas.

III. Melatih Batuk Efektif

Melatih batuk efektif adalah melakukan latihan batuk untuk mengeluarkan secret

sebanyak mungkin dari jalan nafas dan area paru dengan tenaga yang digunakan

seminimal mungkin dengan prosedur pelaksanaan:

1. Pastikan kebutuhan klien akan pemberian latihan batuk efektif

2. Persiapan klien

a. Sampaikan salam

b. Informaskan kepada klien tentang tujuan dan prosedur tindakan yang akan

dilakukan

3. Persiapan alat

a. Bantal 2 buah (jika diperlukan)

b. Bengkok besar 1 buah

c. Sputum pot 1 buah dengan cairan desinfektan 5%

d. Tissue secukupnya dan simpan pada tempatnya

e. Perlak dan pengalas 1 buah

f. Masker

g. Sarung tangan bersih

h. Barakskort/Gown

4. Persiapan lingkungan

a. Jaga privacy klien dengan menutup gordin/pasang sampiran

b. Buka jendela dan ruangan bersih serta nyaman

5. Cuci tangan

6. Atur posisi klien fowler atau duduk

7. Pakai barakskort, masker dan sarung tangan

8. Pasang perlak

9

Page 10: Isi

9. Jika klien mempunyai luka insisi didada atau perut yang akan menyebabkan nyeri

selama batuk, anjurkan klien menahan bagian tersebut dengan lembut menggunakan

bantal atau tangan saat melakukan batuk efektif

10. Dekatkan pot sputum kepada klien

11. Jaga jarak aman lebih kurang 70 cm

12. Anjurkan klien untuk melakukan napas dalam (lihat SOP napas dalam)

13. Jika batuk secara spontan tidak terjadi, minta klien menarik nafas melalui hidung

secara perlahan dan tahan selama 2-3 detik, lakukan sampai 3 kali, kemudian

batukkan dengan kuat dan posisi tubuh dicondongkan kea rah depan

14. Buang secret/sputum kedalam sputum pot

15. Lakukan secara berulang tindakan no 13 sampai jalan napas bersih sesuai

kemampuan klien

16. Berikan tissue untuk membersihkan area yang mulut dan buang ke bengkok

17. Obervasi karakteristik secret, seperti warna, konsitensi dan jumlah

18. Angkat pengalas

19. Atur kembali posisi klien

20. Anjurkan klien untu mengulang latihan batuk efektif setiap 2-3 jam

21. Bereskan alat-alat

22. Evaluasi respon klien dan lakukan rencana tindak lanjut

23. Sampaikan salam terminasi

24. Cuci tangan (sesuai SOP cuci tangan)

25. Dokumentasikan hasil tindakan dan respon klien

10

Page 11: Isi

11

Page 12: Isi

12

Page 13: Isi

BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian

1. Data demografi

Mengidentifikasi karakter individu seperti umur, gender, dan ras. Inforasi ini

sangat penting sebab temuan fisik dan hasil diagnostic berbeda pada beberapa tingkatan

usia sebut saja klien anak dengan dewasa akan member nilai normal yang berbeda.

Kapasitas paru pria lebih besar dari kapasitas paru wanita. Orang berkulit hitam kapasitas

parunya lebih besar dari pada orang asia.

2. Riwayat kesehatan keluarga

Riwayat penyakit yang pernah diderita keluarga yang ada hubungannya dengan

penyakit klien.

3. Riwayat kesehatan masa lalu

Tanyakan riwayat klien apakah pernah mengalami gangguan masalah-masalah

pernafasan dan penyakit kronis lain, seperti batuk, sesak nafas, dll. Apakah klien pernah

mengalami trauma atau pembedahan pada dada. Apakah klien pernah menggunakan obat-

obat tertentu yang diperoleh secara resmi maupun tidak resmi dan apa jenis obatnya.

4. Kebiasaan hidup sehari-hari

Masalah pernafasan banyak disebabkan oleh faktor-faktor eksternal seperti gaya

hidup, kebersihan lingkungan dan kebersihan diri yang tidak terjaga.

5. Status sosial ekonomi

Mencakup kondisi tempat tinggal yang memungkinkan klien terpapar dengan

polusi udara dan zat-zat lainnya yang berdampak buruk terhadap saluran nafas. Status

social ekonomi pun berpengaruh pada pengadaan rumah tempat tinggal dimana veentilasi

dan kondisi ruaangan akan menetukan sirkulasi udara. Ventilasi ruangan sangat

menentukan kesehatan saluran pernafasan klien dan keluarga.

Jenis pekerjaan perlu dikaji untuk mengidentifikasi penyebab dan factor resiko

gangguan atau masalah pernafasan. Status social ekonomi juga dapat menggambarkan

kecukupan nilai gizi yang terkandung dalam makanan klien. Gizi yang baik menjadikan

13

Page 14: Isi

kondisii immunitas yang adekuat. Kondisi ini tentu saja dapat menghambat pertumbuhan

kuman sehingga akan mempercepat penyembuhan.

6. Masalah-masalah yang sering dikeluhkan oleh klien

Menanyakan kepada klien tentang kondisi yang menyebabkan ia datang meminta

bantuan ke Rumah Sakit, seperti batuk yang tidak sembuh-sembuh disertai atau tanpa

panas, sesak nafas, dll. Perlu diingat dalam setiap pengkajian “keluhan utama” harus

secara rinci jika dikaji hal berfikut ini:

Sejak kapan keluhan dirasakan

Lamanya keluhan

Lokasi dan pola penyebaran

Frekuensi

Pola penyebaran

Kulitas gejala

Faktor-faktor yang dapat meningkatkan dan mengurangi keluhan

Upaya yang dilakukan untuk menaggulangi keluhan termasuk pengobatan yang

sudah diperoleh. Atau dapat pula dengan pendekatan PQRST untuk menggali lebih

rinci keluhan nyeri seperti berikut ini:

P : Provocative factor ( factor yang memicu terjadinya nyeri)

Q : Quality of the pain ( kualitas nyeri )

R : Region of the pain ( Penyebaran nyeri )

S : Severity of the pain ( Derajat atau gradasi nyeri )

T : Temporal characteristic atau Time ( karakteristik temporal seperti waktu )

7. Keluhan yang sering disampaikan klien antara lain:

a. Batuk

Tanyakan apakah batuk hilang timbul, atau menetap, berhubungan dengan cuaca,

sudah berapa lama mengalami batuk, batuknya produktif atau tidak.

Gejala penting yang berhubungan dengan batuk adalah produksi sekret. Perawat

mencatat jumlah, warna, bau dan konsistensi.

14

Page 15: Isi

b. Nyeri dada

Kejelasan nyeri dada yang diarasakan oleh klien akan membnatu perawat dalam

menentukan kemungkinan penyebab nyeri dada.

Apakah nyeri dada bersumber dari Pleura, Otot/ tulang, saluran cerna atau jantung.

Untuk membantu kemungkinan sumber nyeri, lakukan pengkajian terhadap kondisi

berikut:

Apakah nyeri timbul spontan ataukah berhubungan dengan inspirasi/

ekspirasi, umumnya mengindikasikan gangguan system pernafasan (Green,

1992)

Bagaimana intensitas nyerinyaa, apakah nyeri terus menerus atau hilang

timbul

Apakah nyeri menyebar

Apakah disertai batuk produktif atau tidak.

c. Dispnoe

Persepsi sesak nafas atau kesulitan bernafas pada klien dapat bervariasi oleh

karena itu perawat menayakan apakah klien bernafas lambat atau cepat, lama

serangan (jam/hari), faktor-faktor yang dapat mengurangi keluhan seperti istirahat,

perubahan posisi, atau penggunaan obat-obatan tertentu. Juga perlu ditanyakan

apakah sesak bertambah berat di malam hari, kondisi ini lazim pada asthma.

Untuk mengetahui derajat derajat dispnoe, perawat menanyakan apakah klien

dapat melakukan aktivitas sehari-hari atau tidak, kemungkinan sesak nafas berat.

Diyakini oleh para pakar adanya korelasi antara sesak nafas dengan aktivitas sehari-

hari klien.

B. Pemeriksaan Fisik (head to toe)

Pemeriksaan Hidung dan Sinus Paranasalis

Lakukan Inspeksi pada struktur luar hidung dengan cara mengangkat sedikit keatas.

Amati bentuk hidung terhadap adanya tanda radang. Dengan bantuan speculum

hidung, lakukan inspeksi struktur dalam rongga nasalis, amati warna mukosa,

15

Page 16: Isi

pengeluaran dan adanya pembengkakan concha. Amati perubahan kualitas suara

seperti suara sengau atau bindeng. Kondisi ini nyata pada rhinitis.

Palpasi sinus Paranasal khususnya maksilaris dan frontalis untuk mendeteksi

pembengkakan, tenderness. Untuk kedua sinus yang lainnya tidak dapat dipalpasi

karena letaknya yang dalam.

Pemeriksaan Mulut dan Pharing serta daerah Leher

Inspeksi rongga mulut dengan alat bantu Tongue Spatel dan Pen light. Periksa mulut

dan pharing, apakah ada tanda-tanda radang, simetris tidaknya, ada pengeluaran,

oedema, ulserasi atau pembengkakan tonsil.

Pemeriksaan leher, apakah ada pembesaran kelenjar limpha leher dan distensi vena

jugularis . pembesaran kelenjar limpha daerah leher, sekitar telinga dan daerah

suprakalikula serta daerah axilla dapat menggambarkan proses infeksi daerah sekitar

axilla dan buah dada dapat member kecurigaan pada kemungkinan adanya keganasan

pada buah dada. Lakukan perabaan terhadap kemungkinan adanya pembesaran

kelenjar.

Palpasi trachea terhadap kemungkinan deviasi, tenderness dan massa. Dalam keadaan

normal, trachea letaknya midline leher, oleh Karena itu bila terdapat deviasi juga akan

disertai nafas berbunyi dan kesulitan bernafas

Laring biasanya diperiksa oleh dokter dengan Laringoscope. Perawat mengamati

perubahan seperti serak.

Rongga Thorax dan Paru

Pemeriksaan dilakukan pada posisi duduk atau berdiri, dimulai dengan pemeriksaan

thorax bagian posterior baru kemudian bagian interior

Amati pola nafas klien, ritme, irama dan penggunaan otot-otot tambahan pernafasan.

Amati pula warna kulit, jaringan parut dan adanya tanda peradangan. Dalam keadaan

fisiologis, otot inspirasi utama adalah diapragma dan muskulus interkostalis eksternus.

Dalam keadaan patologis otot sternokleidomastoideus, trapezius, pektoralis mayor dan

16

Page 17: Isi

minor serta otot interkostalis internus dapat saja diamankan yang akan menunjukan

adanya retraksi otot-otot pernafasan.

Pada posisi netral, amati bentuk dada klien. Ada beberapa bentuk dada yang khas pada

klien dengan masalah pernafasan tertentu. Perbedaan ini didasarkan pada luas bidang

dada anterior dibandingkan posterior, dalam keadaan normal bidang antero-posterior

dengan perbandingan 1:2

Anjurkan klien agak membungkuk agar paru terdorong keluar (ke arah belakang)

Untuk lebih meyakinkan hasil pemeriksaan, pemeriksaan pergerakan dada dengan

palpasi. Cara kerja:

- Taruh kedua telapak tangan pada kedua permukaan paru bagian posterior taruh

kedua tangan pada batas toraxal ke-12

- Rasakan pergerakan tangan pada saat inspirasi dan ekspirasi. Apakah bergerak

simetris atau tidak, normalnya pergerakan dada simetris. Dapat terjadi kondisi

asimetris seperti pada efusi pleura.

Pada saat udara masuk saluran pernafasan akan menggetarkan jaringan yang

dilewatinya. Taktil atau vocal premitus dilakukan dengan klien menyebut suatu angka

yang memberi tekanan kuat pada huruf pertama dan terakhir seperti “Tujuh puluh

tujuh”.

Cara kerja:

- Letakkan kedua tangan dengan posisi supine secara sistematis dari lobus atas

paru menuju ke lobus. Cara lain, sisi lateral kedua tangan pemeriksa di lokasi

yang diinginkan. Dalam keadaan normal, vibrasi dirasakan lebih kuat pada lobus

paru atas dan semakin halus pada lobus bawah paru. Hilang atau menurun pada

efusi pleura, pneumothorax-pneumothorax, atau konsolidasi paru dan meninggi

pada efusi pleura. Kaji pula apakah ada emphysema subcutis (krepitasi)

Lakukan pengkajian paru melalui perkusi paru. Dalam keadaan normal, melalui

perkusi akan teridentifikasi bunyi resonan atau sonor (nyaring).

17

Page 18: Isi

- Kaji bunyi paru pada posisi duduk dimulai dari bagian posterior dari mulai lobus

atas, apex, kemudian menuju basal paru

- Ikuti sistematika perkusi

- Lakukan perkusi diantara iga sebab perkusi pada tulang akan menghasilkan bunyi

flatness

- Perkusi pada dinding dada dilakukan dengan meletakkan tangan kiri (fleximeter)

dengan posisi pronasi didaerah yang akan diperkusi dan tangan kanan

(flexor)melakukan pengetukan

- Pada kondisi patologis dapat terdengar bunyi-bunyi berikut ini:

Dullness pada atelektosis atau konsolidasi paru

Tympani pada pneumothorax

Hiperresonan pada emphysema; asthma dan pneumothorax.

Lakukan pengkajian paru melalui auskultasi paru

Bunyi paru Fisiologis:

Vesikuler, intensitas rendah, terdengar pada daerah basal paru. Suara jelas

pada saat inspirasi

Bronchovesicular, campuran bunyi bronchial dan vesicular, terdengar sama

pada inspirsi dan ekspirasi

Bronchial atau trancheobronchial terdengar jelas pada ekspirasi, nada dan

intensitas tinggi.

Bunyi paru Patologis:

Ronchi, bunyi yang terdengar akibat penyempitan lumen bronchus. Dapat

karena adanya mukosa, akumulasi sekret atau tumor menekan bronchus

Ronchi basah, bunyi yang terdengar karena akumulasi sekret

18

Page 19: Isi

Ronchi kering, sering juga disebut weezing yang terjadi karena spasme

bronchus

Krepitasi / rales, yaitu suara yang terdengar apabila udara tiba-tiba masuk

alveolus atau kavitasi didalam paru yang mengandung cairan, terdengar

seperti gesekan rambut oleh jari-jari tangan. Dapat diumpai pada bronchietas,

tumor paru, COPD. Apabila krepitasi terdengar setelah pasien batuk

kemungkinan pasien menderita Tuberkulosa.

Pleural Friction Rub, terdengar karena gesekan cairan pada saat inspirasi dan

ekspirasi. Dapat dijumpai pada akumulasi cairan di rongga pleura dan

peradangan pada selaput pleura.

C. Diagnosa Keperawatan

1. Gangguan pertukaran gas b.d perubahan membrane alveolar, produksi sekret berlebih;

hambatan passage udara; kelemahan otot pernafasan

2. Pola pernafasan tidak efektif b.d suumbatan jalan nafas; kelelahan

3. Bersiahan jalan nafas yang tidak efektif b.d batuk yang tidak efektif; sekresi mucus yang

berlebihan

D. Intervensi Keperawatan

DX-1: Gangguan pertukaran gas b.d perubahan membrane alveolar, produksi sekret

berlebih; hambatan passage udara; kelemahan otot pernafasan.

Tujuan:

1. Pertukaran gas optimal

2. Klien menunjukan penggunaan teknik dan metode yang benar dalam mendukung

oksigenasi yang optimal

3. Tanda-tanda hypoxia minimal

19

Page 20: Isi

No Intervensi Keperawatan Rasional1.

2.

3.

4.

5.

6.

Kaji oksigenasi jaringan mencakup:- Tingkat kesadaran- Saturasi oksigen melalui pemeriksaan pulse

oxymetri- Pola nafas, frekuensi, kedalamam, ekspansi dada,

ada tidaknya PCH, dispnoe, ekspirasi yang memanjang dan retraksi otot-otot sterna.

Berikan therafi oksigen sesuai program. Metoda pemberiannya sesuai kondisi atau hasil analisa gas darah. Jelaskan pada klien tujuan pemberian oksigen dan hal-hal yang harus diperhaatikan klien.

Anjurkan klien untuk menghemat energy- istirahat setelah melakukan aktivitas- aktivitas dilakukan secara bertahap

Anjurkan dan bimbing klien dalam:- Pernafasan bibir (tarik nafas dalam)- Pernafasan diafraghma- Terapi relaksasi- Batuk efektif

Kaji dan kualitas sputum:Warna, konsistensi, jumlah dan bau

Kolaborasi dengan tim medis lain untuk memberikan obat-obatan sesuai program

Untuk mengetahui tanda-tanda kekurangan oksigen sejak dini untuk mencegah terjadinya komplikasi lebih lanjut.

Untuk pemenuhan oksigen yang dibutuhkan oleh tubuh sesuai dengan kebutuhan klien, klien dapat mengerti dan memahami prosedur tindakan dan tujuan dari tindakan yang dilakukan.

Untuk mengurangi kerja paru dan mengurangi kebutuhan oksigen dan menghemat oksigen yang ada dalam saluran pernafasan

Untuk melancarkan pertukaran gas dengan cara pernafasan, klien dapat melakuakn nya sendiiri tanpa bantuandari perawat, juga sebagai pendidikan kesehatan untuk perawatan di rumah,

Untuk mengetahui proses patologis apa yang sedang terjadi saat ini di saluran pernafasan.

Untuk mempercepat proses penyembuhan klien

20

Page 21: Isi

DX-2: Pola pernafasan tidak efektif b.d sumabatan jalan nafas akibat akumulatif sekret dan

kelemahan

Tujuan: klien akan menunjukan pola pernafasan yang efektif sehingga bebab pernafasan menurun

No Intervensi Rasional1.

2.

3.

4.

Kaji frekuensi nafas, kedalaman, teratur tidaknya pernafasan, setiap 4 jam sekali.

Bantu klien dalam mempertahankan posisi yang nyaman selama periode dispnoe, seperti: Duduk dan telungkup di atas meja tempat tidur Duduk dengan mengistirahatkan siku di atas

lutut Berdiri dan sandaran ke dinding bila perlu

Anjurkan dan bimbing teknik pernafasan diafragma dan proses lip breathing

Ajarkan cara menghemat energy

Untuk mengetahui status pernafasan klien

Dengan posisi yang nyaman dan relax mengurangi tekanan otot-otot diafragma sehingga diharapkan dapat mengurangi sesak

Agar klien dapat memperthankan pergeakan diafragma secara maksimal serta untuk mengontrol pola nafas klien

Untuk mengurangi pemakaian oksigen dalam tubuh

DX-3: Bersihan jalan nafas yang tidak efektif b.d batuk yang tidak efektif; sekresi mucus

berlebih

Tujuan:

1. Bersihan jalan nafas efektif

2. Bunyi paru fisiologis optimal

3. Bunyi paru patologis hilang

No Intervensi Rasional

21

Page 22: Isi

1.

2.

3.

4.

5.

6.

Kaji sputum: warna, jumlah, bau dan konsisitensi

Kaji kemampuan klien untuk mengeluarkan sputum dengan mudah, bila klien tampak kelelahan berat kolaborasikan dengan tim medis lain untuk pemberian respiratory artificial

Monitoring cairan masuk, bila tidak ada kontra indikasi beri minum banyak tetapi bertahap

Ajarkan cara batuk efektif

Lakukan pengisapan lendir bila perlu

Lakukan fisioterafi dada dan postural drainage

Untuk mengetahui proses patologi yang sedang berlangsung di saluran pernafasan

Untuk membantu klien dalam penegeluaran sputum dengan mudah

Untuk memudahkan proses pengenceran mucus pada sal pernafasan

Untuk mengeluarkan sekret yang menempel pada dinding bronchus semaksimal mungkin dengan penggunaan tenaga yang minimal sehingga energy tidak banyak terbuang

Untuk membebaskan jalan nafas pada daerah karina

Pengaturan posisi klien Untuk memudahkan sekret bergerak dengan gaya gravitasi sekret itu sendiri dari bronchus ke trachea sehingga sekret lebih mudah untuk dikeluarkan

E. Implementasi Keperawatan

DX-1: Gangguan pertukaran gas b.d perubahan membrane alveolar, produksi sekret

berlebih; hambatan passage udara; kelemahan otot pernafasan.

1. Mengkaji oksigenasi jaringan mencakup:

- Tingkat kesadaran, Tanda-tanda vital mencakup Tekanan darah, Respirasi, Pulse

dan suhu

- Saturasi oksigen melalui pemeriksaan pulse oxymetri

- Pola nafas, frekuensi, kedalamam, ekspansi dada, ada tidaknya PCH, dispnoe,

ekspirasi yang memanjang dan retraksi otot-otot sterna.

22

Page 23: Isi

2. Memberikan therafi oksigen sesuai program. Metoda pemberiannya sesuai kondisi

atau hasil analisa gas darah. Jelaskan pada klien tujuan pemberian oksigen dan hal-hal

yang harus diperhaatikan klien.

3. Menganjurkan klien untuk menghemat energy

- istirahat setelah melakukan aktivitas

- aktivitas dilakukan secara bertahap

4. Menganjurkan dan bimbing klien dalam:

- Pernafasan bibir (tarik nafas dalam)

- Pernafasan diafraghma

- Terapi relaksasi

- Batuk efektif

5. Mengkaji kualitas sputum: Warna, konsistensi, jumlah dan bau

6. Melakukan kolaborasi dengan tim medis lain untuk memberikan obat-obatan sesuai

program.

DX-2: Pola pernafasan tidak efektif b.d sumbatan jalan nafas akibat akumulatif sekret dan

kelemahan

1. Mengkaji frekuensi nafas, kedalaman, teratur tidaknya pernafasan, setiap 4 jam sekali.

2. Membantu klien dalam mempertahankan posisi yang nyaman selama periode dispnoe,

seperti:

Duduk dan telungkup di atas meja tempat tidur

Duduk dengan mengistirahatkan siku di atas lutut

Berdiri dan sandaran ke dinding bila perlu

3. Menganjurkan dan membimbing teknik pernafasan diafragma dan proses lip breathing

4. Mengajarkan cara menghemat energy.

DX-3: Bersihan jalan nafas yang tidak efektif b.d batuk yang tidak efektif; sekresi mucus

berlebih

1. Mengkaji sputum: warna, jumlah, bau dan konsisitensi

2. Mengkaji kemampuan klien untuk mengeluarkan sputum dengan mudah,

23

Page 24: Isi

3. Memonitoring cairan masuk, bila tidak ada kontra indikasi beri minum banyak tetapi

bertahap

4. Mengajarkan teknik cara batuk efektif

5. Melakukan fisioterafi dada dan postural drainage

E. Evaluasi

Evaluasi dilakukan setelah implementasi keperawatan dilakukan kemudian

dilakukan kembali pangkajian terhadap klien berdasarkan respon klien saat itu sehingga

dapat diketahui apakah masalah teratasi semua, sebagian maupun masalah belum

sehingga dapat dilakukan rencana selanjutnya.

24

Page 25: Isi

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Salah satu bentuk intervensi keperawatan yang dilakukan dalam upaya mempertahankan

tingkat kemampuan paru dan mengurangi keparahan gejala pernafasan serta mencegah

terjadinya infeksi pernafasan adalah dengan teknik drainase postural, latihan napas dalam dan

batuk efektif.

Tetapi dalam pelaksanaannya terdapat beberapa hal yang harus kita pahami yakni tujuan

tindakan tersebut, indikasi, kontra indikasi, serta prosedur tindakan yang benar untuk

mencapai tujuan yang diharapkan dan mencegah masalah baru.

B. Saran

Ilmu keperawatan merupakan ilmu professional yang bersifat ilmiah yang setiap waktu

dilakukan pembaruan, maka untuk menguasai lmu dan teknik-teknik itu dibutuhkan literatur

terbaru. Maka dari itu, diharapkan setiap tenaga professional perawat untuk selalu membaca

buku-buku terbaru sebagai pedoman dalam melaksanakan tindakan keperawatan yang sesuai

dengan masalah keperawatan.

25

Page 26: Isi

DAFTAR PUSTAKA

Potter , P.A. & Perry, A.G (2005). Fundamentalis of nursing. 2nd Edition. St. Louis: Elsevier

Mosley.

Potter , P.A. & Perry, A.G (1994). Clinical nursing skills & techniques. 3nd Edition. St.

Louis: Mosby Year Book

Kozier, B. & Erb G. (2000). Fundamentalis of nursing:Concepts and Procedures. 4nd

Edition. St. Louis: Mosby Year Book.

.

26