Isi Makalah Integumen

download Isi Makalah Integumen

of 30

description

ds

Transcript of Isi Makalah Integumen

BAB 1PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANGPenyakit Cacar atau yang disebut sebagai 'Herpes' oleh kalangan medis adalah penyakit radang kulit yang ditandai dengan pembentukan gelembung-gelembung berisi air secara berkelompok. Penyakit Cacar atau Herpes ini ada 2 macam golongan, Herpes Genetalis (herpes simplex) dan herpes zoster. Herpes Genetalis adalah infeksi atau peradangan (gelembung lecet) pada kulit terutama dibagian kelamin (vagina, penis, termasuk dipintu dubur/anus serta pantat dan pangkal paha/selangkangan) yang disebabkan virus herpes simplex (VHS), Sedangkan Herpes Zoster atau dengan nama lain 'shingles' adalah infeksi kulit yang disebabkan oleh virus varicella-zoster yang menimbulkan gelembung cairan hampir pada bagian seluruh tubuh.

Herpes zoster juga dikatakan penyakit infeksi pada kulit yang merupakan lanjutan dari pada chickenpox (cacar air) karena virus yang menyerang adalah sama, Hanya terdapat perbedaan dengan cacar air. Herpes zoster memiliki ciri cacar gelembung yang lebih besar dan berkelompok pada bagian tertentu di badan, bisa di bagian punggung, dahi atau dada.

B. TUJUAN 1. Tujuan UmumDalam penulisan makalah ini diharapkan mahasiswa mampu memahami konsep kelainan sistem integumen yaitu Herpes dan mampu memahami bagaimana memberikaan asuhan keperawatan denagan infeksi virus : Herpes.

2. Tujuan Khususa. Mahasiswa mampu memahami pengertian, etiologi, manifestasi klinis, pemeriksaan diagnostik serta penatalaksanaan pada pasien yang mengalami Herpes.b.Mahasiswa mampu menganalisis kasus dan mampu menerapkan prinsip asuhan keperawatan dengan pendekatan keperawatan yang meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi pada klien dengan kelainan Herpes.

C.MASALAHKurangnya pengetahuan tentang penyakit Herpes itu sendiri.

D.MANFAAT Dapat menambah ilmu Sebagai suatu acuan pembelajaran mahasiswa. Mengetahui pengertian, etiologi, manifestasi klinis, pemeriksaan diagnostik serta penatalaksanaan pada pasien yang mengalami Herpes. menganalisis kasus dan mampu menerapkan prinsip asuhan keperawatan dengan pendekatan keperawatan yang meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi pada klien dengan kelainan Herpes.

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

Penyakit Cacar atau yang disebut sebagai 'Herpes' oleh kalangan medis adalah penyakit radang kulit yang ditandai dengan pembentukan gelembung-gelembung berisi air secara berkelompok. Penyakit Cacar atau Herpes ini ada 2 macam golongan, herpes zoster dan Herpes Genetalis (herpes simplex).

1. Herpes ZosterA. DefinisiHerpes zoster adalah radang kulit akut dan setempat disebabkan oleh virus, terutama terjadi pada orang tua yang khas ditandai adanya nyeri radikuler unilateral serta timbulnya lesi vesikuler yang terbatas pada dermatom yang dipersarafi serabut saraf spinal maupun ganglion serabut saraf sensorik dari nervus kranialis. Infeksi ini merupakan reaktivasi virus varisela zoster dari infeksi endogen yang telah menetap dalam bentuk laten setelah infeksi oleh virus.B. Etiologi Herpes zoster disebabkan oleh Varisella Zoster Virus yang mempunyai kapsid tersusun dari 162 subunit protein dan berbentuk simetri ikosehedral dengan diameter 100 nm. Virion lengkapnya berdiameter 150-200 nm dan hanya virion yang berselubung yang bersifat infeksius. Virus varisela dapat menjadi laten di badan sel saraf, sel satelit pada akar dorsalis saraf, nervus kranialis dan ganglio autonom tanpa menimbulkan gejala. Pada individu yang immunocompromise, beberapa tahun kemudian virus akan keluar dari badan saraf menuju ke akson saraf dan menimbulkan infeksi virus pada kulit yang dipersarafi. Virus dapat menyebar dari satu ganglion ke ganglion yang lain pada satu dermatom.

C. Manifestasi klinis1. Gejala prodromal sistematik (demam, pusing, malese) maupun gejala prodomal local (nyeri otot tulang, gatal, pegal).2. Setelah itu timbul eritema yang dalam waktu singkat menjadi vesikel yang berkelompok, vesikel ini berisi cairan yang jernih kemudian menjadi keruh (berwarna abu-abu) dapat menjadi pustule dan krusta. (Prof. dr. Adhi Juwanda, 199:107).3. Gambaran yang khas pada herpes zoster adalah erupsi yang lokalisata dan hamper selalu unilateral.Menurut daerah penyerangnya dikenal :a. Herpes zorter of taimika: menyerang dahi dan sekitar matab. Herpes zorter servikali: menyerang pundak dan lenganc. Herpes zorter torakalis: menyerang dada dan perutd. Herpes zorter lumbalis: menyerang bokong dan paha.e. Herpes zorter sakralis: menyerang sekitar anus dan getaliaf. Herpes zorter atikum : menyerang telinga.

D. Klasifikasi Herpes Zoster1. Herpes zoster oftalmikusHerpes zoster oftalmikus merupakan infeksi virus herpes zoster yang mengenai bagian ganglion gasseri yang menerima serabut saraf dari cabang ophtalmicus saraf trigeminus (N.V), ditandai erupsi herpetik unilateral pada kulit. Infeksi diawali dengan nyeri kulit pada satu sisi kepala dan wajah disertai gejala konstitusi seperti lesu, demam ringan. Gejala prodromal berlangsug 1 sampai 4 hari sebelum kelainan kulit timbul. Fotofobia, banyak kelar air mata, kelopak mata bengkak dan sukar dibuka.2. Herpes zoster fasialis Herpes zoster fasialis merupakan infeksi virus herpes zoster yang mengenai bagian ganglion gasseri yang menerima serabut saraf fasialis (N.VII), ditandai erupsi herpetik unilateral pada kulit.3. Herpes zoster brakialisHerpes zoster brakialis merupakan infeksi virus herpes zoster yang mengenai pleksus brakialis yang ditandai erupsi herpetik unilateral pada kulit.4. Herpes zoster torakalisHerpes zoster torakalis merupakan infeksi virus herpes zoster yang mengenai pleksus torakalis yang ditandai erupsi herpetik unilateral pada kulit.

E. Faktor Resiko Herpes zoster1. Usia lebih dari 50 tahun, infeksi ini sering terjadi pada usia ini akibat daya tahan tubuhnya melemah. Makin tua usia penderita herpes zoster makin tinggi pula resiko terserang nyeri.2. Orang yang mengalami penurunan kekebalan (immunocompromised) seperti HIV dan leukimia. Adanya lesi pada ODHA merupakan manifestasi pertama dari immunocompromised.3. Orang dengan terapi radiasi dan kemoterapi.4. Orang dengan transplantasi organ mayor seperti transplantasi sumsum tulang.

F. Faktor Resiko Herpes Zoster1. Trauma / luka2. Kelelahan3. Demam4. Alkohol5. Gangguan pencernaan6. Obat obatan7. Sinar ultraviolet8. Haid9. StresG. PatofisiologisHerpez zoster disebabkan oleh varicello zoster (VZV). Selama terjadinya infeksi varisela, VZV meninggalkan lesi dikulit dan permukaan mukosa ke ujung serabut saraf sensorik. Kemudian secara sentripetal virus ini dibawa melalui serabut saraf sensorik. Dalam ganglion ini, virus memasuki masa laten dan disini tidak infeksios dan tidak mengadakan multiplikasi lagi, namun tidak berarti ia kehilangan daya infeksinya.Bila daya tahan tubuh penderita mengalami manurun, akan terjadi reaktivasi virus. Virus mengalami multiplikasi dan menyebar di dalam ganglion. Ini menyebabkan nekrosis pada saraf serta menjadi inflamasi yang berat dan biasanya disertai nevralgia yang hebat.

VZV yang infeksius ini mengikuti serabut saraf sensorik/sehingga terjadi neuritis. Neuritis ini berakhir pada ujung serabut saraf sensorik dikulit dengan gambaran erupsi yang khas untuk erupsi herpes zoster.

1. Neurologi pasca herfetikeRasa nyeri yang timbul pada daerah bekas penyembuhan neuralgia ini dapat berlangsung berbulan-bulan sampai beberapa tahun.2. Infeksi sekunderOleh bakteri akan menyebabkan terhambatnya penyembuhan dan akan meninggalkan bekas sebagai sikatritis.3. Pada sebagian kecil penderita dapat terjadi paralysis motorik, terutama bila virus juga menyerang ganglion anterior bagian motorik kranialis. Terjadi biasanya 2 minggu setelah timbul erupsi.

I. Komplikasi herpes Zoster1. Neuralgia Pasca Herpes zoster (NPH) merupakan nyeri yang tajam dan spasmodic (singkat dan tidak terus menerus) sepanjang nervus yang terlibat. Nyeri menetap di dermatom yang terkena setelah erupsi.2. Herpes zoster menghilang, batasan waktunya adalah nyeri yang masih timbul satu bulan setelah timbulnya erupsi kulit. Kebanyakan nyeri akan berkurang dan menghilang spontan setelah 16 bulan3. Gangren superfisialis, menunjukan Herpes zoster yang berat, mengakibatkan hambatan penyembuhan dan pembentukan jaringan parut.4. Komplikasi mata, antara lain : keratitis akut, skleritis, uveitis, glaucoma sekunder, ptosis, korioretinitis, neuritis optika dan paresis otot penggerak bola mata.5. Herpes zoster diseminata / generalisata6. Komplikasi sitemik, antara lain : endokarditis, menigosefalitis, paralysis saraf motorik, progressive multi focal leukoenche phatopathy dan angitis serebral granulomatosa disertai hemiplegi (2 terkahir ini merupakan komplikasi herpes zoster optalmik).J. Pemeriksaan diagnostic pada Herpes zosterTes diagnostik untuk membedakan dari impetigo, kontak dermatitis dan herpes zoster :1. Tzanck Smear : mengidentifikasi virus herpes tetapi tidak dapat membedakan herpes zoster dan herpes simplex.2. Kultur dari cairan vesikel dan tes antibody : digunakan untuk membedakan diagnosis herpes virus.3. Immunofluororescent : mengidentifikasi varicella di sel kulit.4. Pemeriksaan histopatologik.5. Pemerikasaan mikroskop electron.6. Kultur virus.7. Identifikasi anti gen / asam nukleat VV.8. Deteksi antibody terhadap infeksi virus.K.Penatalaksanaan Herpes zostera. Pengobatan 1. Pengobatan topical Pada stadium vesicular diberi bedak salicyl 2% atau bedak kocok kalamin untuk mencegah vesikel pecah Bila vesikel pecah dan basah, diberikan kompres terbuka dengan larutan antiseptik atau kompres dingin dengan larutan burrow 3 x sehari selama 20 menit. Apabila lesi berkrusta dan agak basah dapat diberikan salep antibiotik (basitrasin / polysporin ) untuk mencegah infeksi sekunder selama 3 x sehari2. Pengobatan sistemikDrug of choice- nya adalah acyclovir yang dapat mengintervensi sintesis virus dan replikasinya. Meski tidak menyembuhkan infeksi herpes namun dapat menurunkan keparahan penyakit dan nyeri. Dapat diberikan secara oral, topical atau parenteral. Pemberian lebih efektif pada hari pertama dan kedua pasca kemunculan vesikel. Namun hanya memiliki efek yang kecil terhadap postherpetic neuralgia. Antiviral lain yang dianjurkan adalah vidarabine (Ara A, Vira A) dapat diberikan lewat infus intravena atau salep mata. Kortikosteroid dapat digunakan untuk menurunkan respon inflamasi dan efektif namun penggunaannya masih kontroversi karena dapat menurunkan penyembuhan dan menekan respon immune. Analgesik non narkotik dan narkotik diresepkan untuk manajemen nyeri dan antihistamin diberikan untuk menyembuhkan priritus.

b. Penderita dengan keluhan mataKeterlibatan seluruh mata atau ujung hidung yang menunjukan hubungan dengan cabang nasosiliaris nervus optalmikus, harus ditangani dengan konsultasi opthamologis. Dapat diobati dengan salaep mata steroid topical dan mydriatik, anti virus dapat diberikan.

c. Neuralgia Pasca Herpes zoster Bila nyeri masih terasa meskipun sudah diberikan acyclovir pada fase akut, maka dapat diberikan anti depresan trisiklik ( misalnya : amitriptilin 10 75 mg/hari) Tindak lanjut ketat bagi penanganan nyeri dan dukungan emosional merupakan bagian terpenting perawatan Intervensi bedah atau rujukan ke klinik nyeri diperlukan pada neuralgi berat yang tidak teratasi.

2. Herpes Genetalis (Herpes Simpleks)A. DefinisiHerpes simpleks merupakan penyakit yang diakibatkan karena virus. Penyakit menular seksual ini disebabkan oleh virus Herpes Simpleks tipe I (HSV-I) atau Herpes Simpleks tipe 2 (HSV-2). Kontak langsung dengan penderita melalui air liur merupakan cara utama dalam penyebaran penyakit ini. Studi seroepidemiologi mengindikasikan bahwa prevalen HSV berhubungan langsung dengan usia dan status sosial ekonomi. Herpes simpleks Virus 1 biasanya ditemukan di atas pinggang sedangkan Herpes Simpleks Virus 2 biasanya ditemukan pada daerah genital. HSV juga dapat ditularkan dari ibu kepada bayinya yang akan menyebabkan Neonatal Herpes. (Anonim, 2010) .

B. Etiologi Herpes simpleks disebabkan oleh HSV-1 dan HSV-2 yang merupakan kelompok family Herpesviridae yang berbentuk besar, beramplop dan memiliki DNA rantai ganda. Morfologi virus ini memiliki diameter 180 200 nm dan inti asam nukleat 30-45 nm.

C. Manifestasi klinis(Wilson, 2010)1. Herpes simpleks tipe 1Manifestasi klinik dari infeksi HSV-1 umumnya ditemukan pada daerah di atas pinggang.Manifstasi klinik terdiri dari lesi vesikular khusus dalam bentuk kelompok atau tunggal yang dapat menjadi pustular dan bersatu membentuk satu atau banyak ulcus. Di permukaan yang kering, ulcus menjadi keropeng sebelum sembuh; pada permukaan mukosa, ulcus kembali membentuk jaringan epitel dengan cepat. HSV dapat diisolasi dari seluruh lesi ulceratif. Infeksi pada umumnya menyerang jaringan eksoderm (kulit, mulut, vagina, matadan sistem syaraf).

2. Herpes Simpleks Tipe 2Penderita yang disebabkan pada umumnya tidak menunjukan gejala klinis dengan beberapa lesi ditubuh dan penderita tidak mengetahui bahwa mereka telah terinfeksi. a. Infeksi Genital Herpes PrimerMasa inkubasi infeksi tipe ini dari mulai kontak pertama sampai timbulnya lesi adalah 5 hari. Lesi berawal dari eritema kecil ang terlihat bening lalu kemudian menjadi nanah. Selama 5 sampai 3 hari lesi vesikuloputula pecah dan membentuk kumpulan bisul yang menyakitkan yang kemudian mengering, beberapa membentuk kerak padakulit (krus) dan akan sembuh dengan sendirinya.infeksi genital herpes primer umumnya banyak, bilateral dan ekstensif. Uretra dan serviks juga diinfeksi secara berkala, dengan ciri-ciri atau kumpulan ulcer pada eksoserviks. Perluasan secara bilateral pada titik-titik limfa umumnya tampak dan dapat berlangasung selama berbulan-bulan. Sekitar 2-3 penderita memperlihatkan gejala sistemik seperti demam, malaise, myalgia, dan 1 10 % berkembang aseptis meningitis dengan leher yang kaku dan sakit kepala. Tahap pertama dari penyakit ii umumnya berlangsung selama 20-30 hari.

b. Infeksi Genital Kambuh (Infeksi Rekuren Genital)Perbeda dengan infeksi primer, herpes rekuren genital merupakan penyakit dengan durasi yang lebih pendek, biasanya terdepat di area sekitar genital, tanpa gejala sistemik. Prodormal parestesias di perineum, genitalia, atau pantat terjadi selama 12-24 jam sebelum keluarnya lesi. Herpes rekuren genital biasanya muncul sebagai vesikel berkelompok di area eksternal genital. Gejala lokal seperti sakit dan gatal di daerah tengah selama 4-5 hari dan lesi biasanya terjadi selama 10-14 hari. Rekuren meningitis disebabkan oleh terjadinya HSV2.

3. Neonatal HerpesHerpes neonatal biasanya dihasilkan dari transmisivirus selama proses melahirkan, ketika bayi dilahirkan, infeksi terjadi karena sekresi genital dari ibu. Infeksi di uteri meskipun dapat terjadi tetapi kasusnya jarang. Manifestasi dari neonatal herpes berubah-ubah dan bermacam-macam ditentukan oleh status antibodi sang ibu. Jika sang ibu menderita infeksi HSV primer dan tidak memiliki antibodi yang diturunkan ke bayi konsekuensinya akan menjadi sangat berbahaya. Jika sang ibu mengalami reaktifasi HSV sang bayi dapat secara utuh dilindungi oleh antibodi ibu. Beberapa bayi hanya menunjukan lesi yang tersebar luas di kulit, tetapi beberapa lainnya tersebar luas di organ dalam dan beberapa yang lain juga hanya menyerang sisitem saraf pusat dengan kelesuan dan lunglai. Jarang sekali HSV-1 memyebabkan infeksi neonatal herpes, biasanya hanya hasil dari lesi atau kolonisasi dari genital HSV-1.

D Pemeriksaan diagnostic pada Herpes Simpleks1. Tes virologi (Anonim, 2010). Tes viral secara kultur dibuat dengan mengambil sampel cairan dari lesi atau kultur sedini mungkin, idealnya dalam 3 hari pertama dari penampakan lesi. Virus, jika ada, akan bereproduksi dalam sampel cairan ini namun mungkin berlangsung selama 1 - 10 hari untuk melakukannya. Jika infeksi parah, teknologi pengujian dapat mempersingkat masa ini sampai 24 jam, tapi mempercepat jangka waktu selama tes ini dapat membuat hasil kurang akurat. Kultur virus sangat akurat jika lesi masih dalam tahap lecet jelas, tetapi mereka tidak bekerja sebagai ulserasi yang lama baik untuk luka, lesi yang kambuh, atau latensi. Pada tahap ini virus mungkin tidak cukup aktif untuk mereproduksi cukup untuk menghasilkan sebuah kultur yang terlihat

Polymerase chain reaction (PCR) Tes jauh lebih akurat daripada kultur virus, dan CDC merekomendasikan tes ini untuk mendeteksi cairan herpes di tulang belakang ketika diagnosis herpes ensefalitis. PCR dapat membuat transkripsi virus DNA sehingga bahkan sejumlah kecil DNA dalam sampel dapat dideteksi. PCR jauh lebih mahal daripada kultur virus dan tidak disetujui FDA untuk pengujian spesimen kelamin. Namun, karena PCR sangat akurat, banyak laboratorium telah menggunakannya untuk pengujian herpes.

Jenis pengujian lainnyya yaitu tes Tzanck smear merupakan jenis pengujian yang lebih tua dibandingkan tes virologi. Pengujian ini menggunakan teknik gores (scraping) dari lesi herpes. Hasil goresan diperiksa secara mikroskopis untuk melihat virus. Temuan spesifik sel raksasa dengan banyak nuklei atau partikel yang berbeda yang membawa virus (disebut inklusi tubuh) mengindikasikan infeksi herpes. Tes cepat dengan keakuratan 50 - 70% , Namun, tidak dapat membedakan antara jenis virus herpes simplex dan herpes zoster. Tes Tzanck tidak dapat diandalkan untuk menyediakan diagnosis konklusif infeksi herpes dan tidak direkomendasikan oleh CDC.

2. Tes Serologi (Anonim, 2010)Tes serologi (darah) dapat mengidentifikasi antibodi yang spesifik terhadap virus dan jenis virus herpes simpleks 1 (HSV-1) atau virus herpes simpleks 2 (HSV-2). Ketika virus herpes menginfeksi seseorang, sistem kekebalan tubuh mereka menghasilkan antibodi spesifik untuk melawan infeksi. Jika tes darah dapat mendeteksi antibodi terhadap herpes, itulah bukti bahwa telah terinfeksi virus, walaupun virus ini dalam keadaan non-aktif (tidak aktif). Kehadiran antibodi terhadap herpes juga menunjukkan bahwa seorang adalah pembawa virus dan mungkin menularkan kepada orang lain.Jenis tes antibodi spesifik terbaru untuk dua protein yang berbeda yang berkaitan dengan virus herpes adalah Glikoprotein gg-1 berhubungan dengan HSV-1 Glikoproteingg-2 berhubungan dengan HSV-2

Tes serologi yang paling akurat ketika diberikan 12-16 minggu setelah terpapar virus. Fitur tes meliputi:a. HerpeSelectMencakup dua tes yaitu ELISA (enzyme-linked Immunosorbent assay) atau Immunoblot.Keduanya sangat akurat dalam mendeteksi kedua jenis herpes simplex virus. Sampel harus dikirim ke laboratorium, jadi untuk mengetahui hasilnya memakan waktu lebih lama daripada Biokit tes.

b. Biokit HSV-2 (SureVue HSV-2)Tes ini mendeteksi HSV-2 saja. Keunggulan utamanya adalah tes ini hanya membutuhkan satu jari untuk diambil sampel darahnya dengan cara ditusuk dan hasil bisa didaptkan dalam waktu kurang dari 10 menit. Tes ini sangat akurat, meskipun sedikit lebih rendah daripada tes lainnya dan juga lebih murah.

c. Western Blot TestTes Ini merupakan standar terbaik bagi para peneliti dengan tingkat akurasi 99%. Tes ini mahal dan memakan waktu dan tidak tersedia secara luas seperti tes lainnya.

Hasil negatif palsu dapat terjadi jika tes dilakukan pada tahap awal infeksi. Hasil positif palsu dapat juga terjadi, meskipun lebih jarang daripada negatif palsu. Dokter mungkin menyarankan melakukan tes ulang.

Dokter menyarankan tes serologi terutama untuk Orang-orang yang telah berulang gejala genital tetapi tidak ada virus herpes negatif dalam tes kultur viral. Memantapkan infeksi pada orang yang memiliki gejala terlihat genital herpes Menentukan jika mitra sex seseorang didiagnosa menderita genital herpes telah diketahui. Orang yang memiliki banyak pasangan seks dan yang perlu diuji untuk berbagai jenis penyakit menular seksual

3. Tes untuk Herpes EncephalitisDiperlukan sejumlah tes untuk mendiagnosa encefalitis herpes.a. Tes pencitraanElektroensefalografi menangkap jejak gelombang otak dan dapat mengidentifikasi sekitar 80% dari kasus. Computed tomography atau magnetic resonance imaging scan dapat digunakan untuk membedakan ensefalitis dari kondisi lain.

b. Biopsi otakBiopsi otak adalah metode yang paling dapat diandalkan untuk mendiagnosa herpes ensefalitis, tetapi juga yang paling invasif dan umumnya dilakukan hanya jika diagnosis tidak pasti.

c. Polymerase Chain Reaction (PCR)Polymerase chain reaction (PCR) assay mencari potongan-potongan kecil dari DNA virus, dan kemudian bereplikasi mereka jutaan kali sampai virus terdeteksi. Tes ini dapat mengidentifikasi strain spesifik virus dan pelepasan virus asimtomatik. PCR Mengidentifikasi HSV di cairan tulang punggung ke otak dan memberikan diagnosis yang cepat herpes ensefalitis dalam kebanyakan kasus menghilangkan keharusan untuk biopsi. CDC merekomendasikan herpes PCR untuk mendiagnosis infeksi sistem saraf pusat.

BAB IIIKONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian keperawatana. Riwayat Riwayat menderita penyakit cacar Riwayat immunocompromised (HIV/AIDS, Leukimia) Riwayat terapi radiasi

b. Diet

c. Keluhan utama Nyeri Sensasi gatal Lesi kulit Kemerahan Fatige

d. Riwayat psikososial Kondisi psikologis pasien Kecemasan Respon pasien terhadap penyakit

e. Pemeriksaan fisik Tanda vital Tes diagnostik

2. Diagnosa keperawatan1. Kerusakan integritas kulit b/d lesi dan respon peradangan2. Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan infeksi virus3. Gangguan rasa nyaman (pruritus) yang berhubungan dengan erupsi dermal4. Gangguan integritas kulit yang berhubungan vesikel yang mudah pecah5. Resiko terjadi gangguan konsep diri, yang berhubungan dengan penampilan dan respon orang lain

3. Intervensi keperawatan:

1. Kerusakan integritas kulit b/d lesi dan respon peradangan ditandai dengan: DO: - Erupsi berupa vesikel yang menggerombol- Warna kulit kemerahan DS: - Pasien merasa kulitnya panas

Tujuan : Pasien tidak mengalami kerusakan intergritas kulit yang lebih parah setelah dilakukan tindakan keperawatan 7 X 24 jam

Kriteria hasil : Erupsi berkurang Kulit tidak kemerahan dan terjadi iritasi yang lebih parah Lakukan mobilisasi semaksimal mungkin untuk menghindari periode penekanan yang terlalu lama. Ajarkan pada pasien atau keluarga pasien supaya mengerti tindakan-tindakan yang tepat untuk mencegah penekenan,gesekan,pergeseran, Ajarkan pada pasien untuk waspada terhadap tanda-tanda awal kerusakan jaringan. Ganti posisi sekurana-kurangnya tiap 2 jam Usahakan kulit klien selalu bersih dan kering Rasionalisasi :

Dengan dilakukan mobilisasi secara rutin (alih posisi) diharapkan kulit pasien tidak terlalu lama tertekan sehingga vaskularisasi menjadi lancar. Memberikan dorongan pada pasien dan keluarga untuk secara aktif ikut serta dalam proses penyembuhan dan asuhan keperawatan, sehingga dengan begitu tujuan dapat segera tercapai. Dengan meenjaga kulit yang senantiasa kering dan bersih hal ini akan dapat mempercepat penyembuhan dimana keadaan kulit pasien terutama luka/vesikel yang mudah pecah ( mencegah penularan dan penyebaran luka.

2. Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan infeksi virus, ditandai dengan : DS : pusing, nyeri otot, tulang, pegal

DO: erupsi kulit berupa papul eritema, vseikel, pustula, krusta

Tujuan :Rasa nyaman terpenuhi setelah tindakan keperawatan

Kriteria hasil : Rasa nyeri berkurang/hilang Klien bias istirahat dengan cukup Ekspresi wajah tenang

Intervensi:

Kaji kualitas & kuantitas nyeri Kaji respon klien terhadap nyeri Jelaskan tentang proses penyakitnya Ajarkan teknik distraksi dan relaksasi Hindari rangsangan nyeri Libatkan keluarga untuk menciptakan lingkungan yang teraupeutik Kolaborasi pemberian analgetik sesuai dengan intensitas nyeri

3. Gangguan rasa nyaman (pruritus) yang berhubungan dengan erupsi dermal yang ditandai dengan: DO : Erupsi berupa vesikel yang menggerombol

DS : Pasien mengeluh gatal

Tujuan : Pasien tidak mengalami pruritus setelah dilakukan tindakan keperawatanselama 5x24 jam.

Kriteria hasil : pasien tidak mengeluh gatal lagi

Intervensi: Anjurkan pasien untuk mandi air hangat dan sabun antiseptik ( hati-hati jangan sampai vesikel pecah ) Beritahu pasien agar tidak menggaruk dan menepuk kulit. Anjurkan pasien untuk memakai bedak ( salisil 2% ) untuk mengurangi rasa gatal. Observasi kerusakan jaringan akibat pecahnya vesikel.

Rasionalisasi : Anjurkan pasien untuk tidak menggaruk ( karena semakin digaruk akan semakin terasa gatal ) yang akhirnya akan lengket karena vesikel yang pecah.

4. Gangguan integritas kulit yang berhubungan vesikel yang mudah pecah, ditandai dengan : DS : - DO: kulit eritem vesikel, krusta pustule

Tujuan :Integritas kulit tubuh kembali dalam waktu 7-10 hari

Kriteria hasil :Tidak ada lesi baruLesi lama mengalami involusi

Intervensi: Kaji tingkat kerusakan kulit Jauhkan lesi dari manipulasi dan kontaminasi Kelola tx topical sesuai program

5. Resiko terjadi gangguan konsep diri, yang berhubungan dengan penampilan dan respon orang lain yang ditandai dengan: DO : Erupsi berupa vesikel yang menggerombol Warna kulit kemerahan Pasien tampak menarik diri Pasin tampak gelisah DS : Pasien mengeluh malu untuk bergaul Pasien selalu menanyakan tentang penyakitnya

Tujuan : Pasien tidak mengalami gangguan konsep diri berhubungan dengan perubahan gambaran diri setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam.

Kriteria hasil : Pasien tidak malu mengenai penyakitnya Pasien mau bersosialisasi kembali Pasien tidak menarik diri Pasien tidak gelisah lagi

Tujuan :

Berikan dorongan/support mental kepada pasien dan yakinkan bahwa penyakitnya dapat disembuhkan.Bina hubungan saling percaya antara perawat dan klien. Dorong pasien untuk mengungkapkan perasaannya terutama cara dia memandang dirinya setelah sakitnya. Lindungi prifacy dan menjamin lingkungan yang kondusif. Jernihkan kesalahan persepsi individu tentang dirinya.

Rasionalisasi :

Dengan membina hubungan saling percaya dan selalu memberikan support mental pada pasien diharapkan percaya diri pasien dapat kembali seperti semula dan pasien dapat bersosialisasi dengan baik

4. Implementasi keperawatanPada tahap ini untuk melaksanakan intervensi dan aktivitas yang telah dicatat dalam rencanaperawatan pasien. Agar implementasi/pelaksanaan perencanaan ini dapat tepat waktu dan efektif maka perlu mengidentifikasi prioritasperawat memantau dan mencatat respon pasien terhadap setiap intervensi yang dilaksanakan serta mendokumentasikan pelaksaan perawatan. Pada pelaksanaan keperawatan diprioritaskan pada uppaya untuk mempertahankan jalan napas, mempermudah pertukarangas, meningkatkan masukan nutrisi, mencegah komplikasi, memperlambat memperburuknya kondisi, memberikan informasi tentan proses penyakit (Doenges Marilynn E, 2000, Rencana Asuhan Keperawatan).

5. Evaluasi keperawatanPada tahap akhir proses keperawatan adalah mengevaluasi respon pasien terhadap perawatan yang diberikan untuk memastikan bahwa hasil yang di harapkan telah dicapai. Evaluasi merupakan proses yang interaktif dan kontinyu, karena setiap tindakan keperawatan, respon pasien dicatat dan dievaluasi alam hubungannya dengan hasil yang diharapkan kemudian berdasarkan respon pasien, revisi, intervensi keperawatan/hasil pasien yang mungkin diperlukan. Pada tahap evaluasi mengacu pada tujuan yang telah ditetapkan yaitu : jalan nafas efektif, pola nafas efektif, pertukaran gas adekuat, masukan nutrisi adekuat, infeksitidakterjadi,intoleransiaktivitasmeningkat,kecemasanberkurang/hilang klien memahami kondisi penyakitnya.

BAB IVTINJAUAN KASUSA. KasusNy. MH usia 56 tahun di rawat di ruang penyakit kulit RS Medical sentre dengan keluhan kulitdi bagian kulit perut tersa pedas dan nyeri, kulit terlihat kemerahan dan melepuh, timbul bula serta muncul lagi di bawah mata kiri. Berdasarkan keterangan keluarga belum di berikan obat hanya di berikan parem kelapa yang di kunyah. Pemeriksaan fisik TD : 110/70 mmhg, S: 37,5 C , RR: 24 x/m , N : 104 x/m B. Analisa DataNODATA FOKUSPROBLEMETIOLOGI

1.DS : Pasien mengeluh kulit terasa pedes dan nyeri P : Q : nyeri seperti terbakar R : pada bagian perut/abdomenS : nyeri skala 6T : terus menerus DO : kulit kemerahan, melepuh, timbul bula

Nyeri akut

agencidera biologis ; proses inflamasi

2.DS : - DO : timbul bula di bawah mata sebelah kiri, mata kemerahan, visus mata buruk

Gangguan persepsi sensori

Perubahan fungsi sensori

3.DS : Pasien mengeluh kulitnya terasa pedes DO : Erupsi berupa vesikel yang menggerombol, Warna kulit kemerahan

Gangguan integritas kulit

Perubahan turgor kulit; elastisitas

4.DS : -DO : terjadi erupsi kulit, tampak kemerahan dan gatal

Resiko infeksiPost de entri mikroorganisme

C. Diagnosa Keperawtan1. Nyeri akut b.d agen cidera biologis; proses inflamasi2. Perubahan persepsi sensori b.d perubahan fungsi sensori3. Gangguan integritas kulit b.d perubahan turgor kulit; elatisitas4. Resiko infeksi b.d post de entri mikroorganismeD. Intervensi 1. Dx 1 : Nyeri akut b.d agen cidera biologis; proses inflamasi Tujuan : Nyeri berkurang KH : - Nyeri < 3 - Pasien bisa istirahat dengan tenang - Pasien dapat menggunakan teknik relaksasi distraksi Intervensi : 1. Memberikan posisi yang nyaman 2. Ciptakan lingkungan yang nyaman : membatasi pengunjung 3. Mengajarkan teknik relaksasi distraksi 4. Kolaborasi pemberian analgetik 5. Menganjurkan pasien untuk istirahat cukup

2. Dx 2: Gangguan persepsi sensori b.d perubahan fungsi sensori Tujuan : Pasien mendemonstrasikan peningkatan kemampuan untuk memproses rangsangan visualKH : Visus meningkat Respon verbal peningkatan penglihatan Intervensi : 1. Kaji ketajaman penglihatan klien 2. Berikan pencahayaan yang sesuai dengan klien 3. Cegah glare atau sinar yang menyilaukan 4. Letakkan barang pada tempat yang konsisten 5. Membatasi klien untuk tidak melakukan aktivitas sendiri seperti : turun dari bed tempat tidur sendiri, pergi keluar dari ruangan

3. Dx 3 : Gangguan integritas kulit b.d perubahan turgor kulit Tujuan : Pasien tidak mengalami kerusakan intergritas kulit yang lebih parah KH : - Erupsi berkurang - Kulit tidak kemerahan dan tidak terjadi iritasi yang lebih parah Intervensi : 1. Kaji tingkat kerusakan kulit 2. Jauhkan lesi dari manipulasi dan kontaminasi 3. Berikan terapi topical sesuai program 4. Berikan diet TKTP5. Dilarang menggaruk-garuk kulit dengan tangan kotor

4. Dx : Resiko infeksi b.d post de entri mikroorganisme Tujuan : Tidak terjadi infeksi KH : - Bula tidak bertambah banyak - Tidak bertambah gatal dan nyeri - Kemerahan pada bula berkurang

Intervensi :1. Menganjurkan klien untuk selalu cuci tangan bersih 2. Personal hygiene minimal 2x sehari 3. Dilarang menggaruk-garuk kulit dengan tangan 4. Batasi pengunjung dan minimalkan kontak langsung dengan klien

BAB IVPENUTUP

A. KesimpulanPenyakit Cacar atau yang disebut sebagai 'Herpes' oleh kalangan medis adalah penyakit radang kulit yang ditandai dengan pembentukan gelembung-gelembung berisi air secara berkelompok. Penyakit Cacar atau Herpes ini ada 2 macam golongan, Herpes Genetalis dan Herpes Zoster.Herpes Genetalis adalah infeksi atau peradangan (gelembung lecet) pada kulit terutama dibagian kelamin (vagina, penis, termasuk dipintu dubur/anus serta pantat dan pangkal paha/selangkangan) yang disebabkan virus herpes simplex (VHS), Sedangkan Herpes Zoster atau dengan nama lain 'shingles' adalah infeksi kulit yang disebabkan oleh virus varicella-zoster yang menimbulkan gelembung cairan hampir pada bagian seluruh tubuh.Herpes zoster juga dikatakan penyakit infeksi pada kulit yang merupakan lanjutan dari pada chickenpox (cacar air) karena virus yang menyerang adalah sama, Hanya terdapat perbedaan dengan cacar air. Herpes zoster memiliki ciri cacar gelembung yang lebih besar dan berkelompok pada bagian tertentu di badan, bisa di bagian punggung, dahi atau dada.

# Cara Penularan Penyakit Cacar (Herpes)Secara umum, seluruh jenis penyakit herpes dapat menular melalui kontak langsung. Namun pada herpes zoster, seperti yang terjadi pada penyakit cacar (chickenpox), proses penularan bisa melalui bersin, batuk, pakaian yang tercemar dan sentuhan ke atas gelembung/lepuh yang pecah. Pada penyakit Herpes Genitalis (genetalia), penularan terjadi melalui prilaku sex. Sehingga penyakit Herpes genetalis ini kadang diderita dibagian mulut akibat oral sex. Gejalanya akan timbul dalam masa 7-21 hari setelah seseorang mengalami kontak (terserang) virus varicella-zoster.Seseorang yang pernah mengalami cacar air dan kemudian sembuh, sebenarnya virus tidak 100% hilang dari dalam tubuhnya, melainkan bersembunyi di dalam sel ganglion dorsalis sistem saraf sensoris penderita. Ketika daya tahan tubuh (Immun) melemah, virus akan kembali menyerang dalam bentuk Herpes zoster dimana gejala yang ditimbulkan sama dengan penyakit cacar air (chickenpox). Bagi seseorang yang belum pernah mengalami cacar air, apabila terserang virus varicella-zoster maka tidak langsung mengalami penyakit herpes zoster akan tetapi mengalami cacar air terlebih dahulu.

# Tanda dan Gejala Penyakit Cacar (Herpes)Tanda dan gejala yang timbul akibat serangan virus herpes secara umum adalah demam, menggigil, sesak napas, nyeri dipersendian atau pegal di satu bagian rubuh, munculnya bintik kemerahan pada kulit yang akhirnya membentuk sebuah gelembung cair. Keluhan lain yang kadang dirasakan penderita adalah sakit perut.

B. Saran Apabila ada kesalahan dalam penulisan makalah ini,kritik dan saran sangat penyusun harapkan.

DAFTAR PUSTAKA

Bruner dan Suddart. 2002. Edisi 8, Vol 2. Jakarta: EGCPrice, Sylvia Anderson. 2005. Patofisiologi : konsep klinis proses-proses penyakit. Jakarta : EGCJudith M. Wilkinson. 2006. Buku Saku Diagnosa Keperawatan dengan Intervensi Nic dan Noc. Jakarta : EGCDjuanda, Adhi, dkk. 1993. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin, Edisi ke Dua. Jakarta : FKUIHarahap, Marwali.2000. Ilmu Penyakit Kulit. Hipokrates: Jakarta.Smeitzer, Suzanne C.2001. Buku Ajar Keperawatan Medical-Bedah Brunner & Suddarth. EGC: JakartaAnonim. 2010. Herpes Simplex. http://www.wikipedia.org. Diakses tanggal 10 Maret 2010Anonim. 2010. Herpes Simplex-Diagnosis. University of Maryland Medical Centre.http://www.umm.edu/patiented/articles/how_serious_herpes_simplex_000052_5.htm.Diakses tanggal 10 Maret 2010.Wilson, Walter R. And Merle A. Sande. 2001. Current Diagnosis & Treatment in InfectiousDiseases. The McGraw-Hill Companies, United States of America. Handoko R.P.(2005). Herpes Simpleks dalam ilmu penyakit kulit dan kelamin. Djuanda Adhi, Hamzah M, Aisah S (ed).ed cat.4. Jakarta:Balai Penerbit FK UI, p359 361. Zitalal.(2010).Internet. Kumpulan asuhan keperawatan terdahsyat.Mataram. www.duta4diagnosa.blogspot.com Hartadi, Sumaryo, S.(2000).herpes simpleks dalam ilmu penyakit kulit, Hipokrates.Jakarta:EGCPrice, Sylvia A dan Willson, Loraine M (2006). Patofisiologi kosep klinis proses proses penyakit. Jakarta: EGCBrunner dan sussarth.(2006). Buku ajar keperawatan medical bedah volume 3, Jakarta: EGC

LAMPIRAN Lampiran 1 (Gambar penderita herpes Zoster)

(gmbr 1. Penderita Herpes Zoster di punggung) (gmbr 2. Pada bayi) (gmbr 3. Menyerang hampir di seluruh tubuh)

Lampiran 2 (Gambar Penderita Herpes Genitalis/Herpes Kompleks) (gmbr 1. Penderita Herpes Kompleks Tipe 1, Terjadi di daerah sekitar mulut)

(gmbr 2. Penderita Herpes Kompleks Tip 2, di sekitar alat reproduksi/ daerah genital)

2