Makalah Dok AsKep Integumen

29
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dokumentasi Keperawatan merupakan bagian dari pelaksanaan Asuhan Keperawatan yang menggunakan proses keperawatan yang memiliki suatu nilai hukum yang sangat penting. Tanpa dokumentasi keperawatan maka semua implementasi keperawatan yang dilaksanakan oleh perawat tidak mempunyai makna dalam hal tanggung jawab dan tanggung gugat. Dokumentasi keperawatan dapat dikatakan sebagai pegangan untuk para perawat dalam mempertanggung jawabkan dan membuktikan pekerjaannya atau tindakan yang perawat lakukan.oleh sebab itu ada beberapa kaidah atau aturan yang harus ditaati oleh perawat didalam melakukan pendokumentasian perawatan ( Setiyarini, 2010 ) Dokumentasi keperawatan merupakan bukti otentik yang dituliskan dalam format yang sudah baku / sudah di sediakan dan harus di sertakan dengan tanda tangan dan nama perawat dengan jelas ( tidak menggunkan paraf ) dan harus menyatu dengan status rekam medis pasien. Dalam pelaksanaan asuhan keperawatan memerlukan pendokumentasian mulai dari tahap pengkajian , penentuan diagnosa keperawatan , intervensi , implementasi dan evaluasi keperawatan di mana semua itu harus di dokumentasikan. ( Setiyarini , 2010 ) Dokumentasi asuhan keperawatan pada gangguan sistem integumen adalah sebuah catatan dari riwayat kesehatan, perubahan status kesehatan, tindakan

description

dokumentasi inteogumen

Transcript of Makalah Dok AsKep Integumen

Page 1: Makalah Dok AsKep Integumen

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dokumentasi Keperawatan merupakan bagian dari pelaksanaan Asuhan

Keperawatan yang menggunakan proses keperawatan yang memiliki suatu nilai

hukum yang sangat penting. Tanpa dokumentasi keperawatan maka semua

implementasi keperawatan yang dilaksanakan oleh perawat tidak mempunyai

makna dalam hal tanggung jawab dan tanggung gugat. Dokumentasi keperawatan

dapat dikatakan sebagai pegangan untuk para perawat dalam mempertanggung

jawabkan dan membuktikan pekerjaannya atau tindakan yang perawat

lakukan.oleh sebab itu ada beberapa kaidah atau aturan yang harus ditaati oleh

perawat didalam melakukan pendokumentasian perawatan ( Setiyarini, 2010 )

Dokumentasi keperawatan merupakan bukti otentik yang dituliskan dalam

format yang sudah baku / sudah di sediakan dan harus di sertakan dengan tanda

tangan dan nama perawat dengan jelas ( tidak menggunkan paraf ) dan harus

menyatu dengan status rekam medis pasien. Dalam pelaksanaan asuhan

keperawatan memerlukan pendokumentasian mulai dari tahap pengkajian ,

penentuan diagnosa keperawatan , intervensi , implementasi dan evaluasi

keperawatan di mana semua itu harus di dokumentasikan. ( Setiyarini , 2010 )

Dokumentasi asuhan keperawatan pada gangguan sistem integumen adalah

sebuah catatan dari riwayat kesehatan, perubahan status kesehatan, tindakan

keperawatan atau pengobatan yang diberikan serta respon terhadap tindakan dari

klien yang mengalami gangguan atau penyakit pada sistem integumen.

1.2 Rumusan Masalah

a) Apa yang dimaksud dengan dokumentasi asuhan keperawatan?

b) Apa tujuan dari dokumentasi asuhan keperawatan?

c) Apa kegunaan dari dokumentasi asuhan keperawatan?

d) Bagaimana tahap-tahap pendokumentasian asuhan keperawatan?

e) Apa saja jenis-jenis dokumentasi keperawatan?

f) Bagaimana dokumentasi asuhan keperawatan pada gangguan sistem

integumen?

1.3 Tujuan Penulisan

a) Tujuan Umum

Page 2: Makalah Dok AsKep Integumen

Untuk memperoleh informasi mengenai pendokumentasian asuhan

keperawatan.

b) Tujuan Khusus

Untuk mengetahui pengertian, tujuan, kegunaan, tahap dan jenis dari

dokumentasi asuhan keperawatan serta mengetahui contoh dari asuhan

keperawatan sistem integumen

1.4 Manfaat Penulisan

a) Memberikan informasi pada mahasiswa tentang  pendokumentasian

asuhan keperawatan.

b) Menambah pengetahuan penulis tentang pendokumentasian asuhan

keperawatan.

Page 3: Makalah Dok AsKep Integumen

BAB IIPEMBAHASAN

2.1  Pengertian Dokumentasi Asuhan Keperawatan

Beberapa ahli mengemukakan pengertian dokumentasi asuhan keperawatan

antara lain:

”Dokumentasi keperawatan merupakan bukti pencatatan dan pelaporan yang

dimiliki perawat dalam melakukan catatan perawatan yang berguna untuk

kepentingan klien, perawat dan tim kesehatan dalam memberikan pelayanan

kesehatan dengan dasar komunikasi yang akurat dan lengkap secara tertulis

dengan tanggung jawab perawat” (Hidayat, 2002).

”Dokumentasi asuhan keperawatan adalah sebuah catatan dari riwayat

kesehatan klien, perubahan status kesehatan klien, tindakan keperawatan atau

pengobatan yang diberikan serta respon klien terhadap tindakan itu” (Kozier,

Erb and Olivieri, 1991).

Dokumen asuhan keperawatan merupakan bukti dari pelaksanaan

keperawatan yang menggunakan metode pendekatan proses keperawatan dan

catatan tentang tanggapan/respon klien terhadap tindakan medis, tindakan

keperawatan atau reaksi klien terhadap penyakit (Depkes,1994).

2.2 Tujuan Dokumentasi Asuhan Keperawatan

Tujuan utama dari pendokumentasian asuhan keperawatan adalah untuk :

(1)   Mengidentifikasi status kesehatan klien dalam rangka mencatat kebutuhan

klien, merencanakan, melaksanakan tindakan keperawatan, dan

mengevaluasi tindakan.

(2)   Dokumentasi untuk penelitian keuangan, hukum, dan etika. Hal ini juga

menyediakan: Bukti kualitas asuhan keperawatan, bukti legal dokumentasi

sebagai pertanggungjawaban kepada klien, informasi terhadap perlindungan

individu, bukti aplikasi standar praktek keperawatan, sumber informasi

statistik untuk standar dan riset keperawatan, pengurangan biaya informasi,

sumber informasi untuk data yang harus dimasukkan, komunikasi konsep

resiko tindakan keperawatan, dokumentasi untuk tenaga profesional dan

tanggung jawab etik dan mempertahankan kerahasiaan informasi klien,

suatu data keuangan yang sesuai, data perencanaan pelayanan kesehatan di

masa yang akan datang.

Page 4: Makalah Dok AsKep Integumen

2.3  Kegunaan Dokumentasi Asuhan Keperawatan

Dokumentasi keperawatan menurut Hidayat (2002) mempunyai beberapa

kegunaan bagi perawat dan klien, antara lain :

a. Sebagai alat komunikasi

b. Sebagai mekanisme pertanggungugatan

c. Sebagai metode pengumpulan data

d. Sebagai sarana pelayanan keperawatan secara individual

e. Sebagai sarana evaluasi

f. Sebagai sarana meningkatkan kerjasama antar tim kesehatan\

g. Sebagai sarana pendidikan lanjutan

h. Sebagai audit pelayanan keperawatan

2.4 Tahap-tahap Pendokumetasian Asuhan Keperawatan

1) Dokumentasi Pengkajian Asuhan Keperawatan

Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan

suatu proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber

data untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan klien (Iyer et

al., 1996). Data pada pengkajian diperoleh melalui wawancara, pemeriksaan

fisik, pemeriksaan laboratorium maupun pemeriksaan diagnostik yang lain.

Perawat harus mencatat semua pengkajian keperawatan secara sistematis,

akurat dan komprehensif. Tahap pengkajian meliputi pengumpulan data,

analisa data dan perumusan masalah keperawatan.

2) Dokumentasi Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah pernyataan klinis dalam pertimbangan

perawat, menggambarkan respon klien terhadap masalah kesehatan aktual dan

resiko berdasarkan data yang telah dikumpulkan, yang pemecahannya berada

dalam batas kewenangan perawat. Diagnosa keperawatan ini menjadi dasar

untuk menentukan rencana tindakan keperawatan guna mencapai tujuan yang

diharapakan.

3) Dokumentasi Rencana Asuhan Keperawatan

Perencanaan keperawatan adalah penyusunan rencana tindakan

keperawatan yang akan dilaksanakan untuk menanggulangi masalah sesuai

dengan diagnosa keperawataan yang telah ditentukan dengan tujuan

Page 5: Makalah Dok AsKep Integumen

terpenuhinya kebutuhan klien (Depkes, 1994). Dalam pembuatan rencana

keperawatan ini, perawat menyusun daftar masalah klien yang memerlukan

intervensi keperawatan dalam urutan prioritas, merumuskan hasil yang

diharapkan serta menyusun intervensi untuk mencapai hasil tersebut.

4) Dokumentasi Pelaksanaan (Implementasi) Asuhan Keperawatan

Dokumentasi pelaksanaan tindakan asuhan keperawatan merupakan

catatan tentang tindakan yang diberikan oleh perawat. Tindakan keperawatan

ini termasuk tindakan keperawatan mandiri dan tindakan kolaborasi perawat

dalam memberikan asuhan keperawatan kepada klien, sesuai dengan rencana

asuhan keperawatan yang telah disusun pada tahap sebelumnya.

5) Dokumentasi Evaluasi Asuhan Keperawatan

Evaluasi merupakan fase penilaian proses keperawatan yang bertujuan

untuk menilai keefektifan tindakan keperawatan dan mengidentifikasi

kemajuan klien terhadap pencapaian tujuan (Fischbach, 1991).

2.5 Jenis Dokumentasi Keperawatan

a) Source- Oriented Record (Catatan Berorientasi pada Sumber)

Format Source- Oriented Record (SOR) ini merupakan format yang

dipakai untuk mencatat perkembangan klien dari hari kehari, berbentuk cerita.

Catatan ini merupakan informasi yang berasal dari setiap tenaga kesehatan

yang memberikan pelayanan (Depkes RI., 1994).

b) Problem-Oriented Record (Catatan Berdasarkan pada Masalah)

Format pencatatan Problem- Oriented Record (POR) ini berorientasi

pada masalah yang mencerminkan masalah yang diidentifikasi oleh semua

anggota tim keperawatan. Jenis pencatatan ini terdiri dari empat komponen,

yaitu: data dasar, daftar masalah, rencana keperawatan dan catatan

perkembangan (Fischbach, 1991).

Data dasar berisi semua informasi yang didapat dari pengkajian berupa

data subjektif dan data objektif. Daftar masalah berisi tentang masalah klien

yang telah teridentifikasi dari data dasar. Rencana keperawatan berisi rencana

tindakan yang akan diberikan dan juga tujuannya. Catatan perkembangan

berisi hasil evaluasi, tingkat pencapaian tujuan, dan perencanaan pulang,

sehingga pencatatan ini juga dikenal dengan pencatatan bentuk ”SOAPIER”,

dimana:

Page 6: Makalah Dok AsKep Integumen

S: Data subjektif, yaitu masalah yang dikemukakan oleh klien dan

pandangannnya terhadap masalah.

O: Data objektif, yaitu tanda-tanda klinik dan fakta yang berhubungan

dengan diagnosa perawatan, meliputi data-data fisiologi dan hasil

dari pemeriksaan.

A: Analisis/pengkajian, yaitu analisis dari data objektif dan data subjektif

dalam menentukan status kesehatan klien. Jika data berubah

diagnosa akan berubah atau bisa juga tetap.

P: Perencanaan, yaitu pengembangan rencana untuk mencapai status

kesehatan yang optimal.

I: Intevensi, yaitu intervensi sesuai dengan diagnosa yang ada.

E: Evaluasi, yaitu analisis respon klien terhadap intervensi yang

diberikan.

R: Revisi, yaitu perubahan rencana perawatan sesuai dengan perubahan

respon klien.

c) Progres- Oriented Record (Catatan Berorientasi pada Perkembangan)

Format ini mempunyai tiga jenis catatan perkembangan yaitu catatan

perawat, flowsheet atau lembar alur, dan catatan pemulangan atau ringkasan

rujukan. Catatan perawat meliputi berbagai informasi tentang pengkajian,

tindakan keperawatan baik yang bersifat mandiri maupun kolaboratif,

evaluasi dari tiap tindakan keperawatan. Lembar alur atau flowsheet berisi

catatan hasil observasi, termasuk data-data klinik klien tentang tanda-tanda

vital, berat badan, jumlah masukan dan keluaran cairan dalam 24 jam dan

pemberian obat. Catatan perkembangan dan ringkasan rujukan berisi

informasi yang diperlukan sebelum klien dipulangkan, seperti: masalah

kesehatan yang masih aktif, pengobatan terakhir, penanganan yang masih

harus diteruskan.

Page 7: Makalah Dok AsKep Integumen

BAB IIIDOKUMENTASI ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN GANGGUAN

SISTEM INTEGUMEN

3.1  Pengkajian

Anamnesis

-       Tanggal dan waktu pengkajian

-       Biodata: nama, umur (penting mengetahui angka prevelensi), jenis kelamin,

pekerjaan (pada beberapa kasus penyakit kulit, banyak terkait dengan factor

pekerjaan, [misalnya, dermatitis kontak alergi]).

-       Riwayat kesehatan: meliputi masalah kesehatan sekarang, riwayat penyakit

dahulu, status kesehatan keluarga, dan status perkembangan.

-       Riwayat pengobatan atau terpapar zat: obat apa saja yang pernah

dikonsumsi atau pernahkah klien terpapar faktor-faktor yang tidak lazim.

Terkena zat-zat kimia atau bahan iritan lain, memakai sabun mandi baru, minyak

wangi atau kosmetik yang baru, terpapar sinar matahari.

-       Riwayat pekerjaan atau aktifitas sehari-hari: bagaimana pola tidur klien,

lingkungan kerja klien untuk mengetahui apakah klien berkontak dengan bahan-

bahan iritan, gaya hidup klien (suka begadang, minum-minuman keras, olah raga

atau rekreasi, pola kebersihan diri klien).

-       Riwayat psikososial: Stress yang berkepanjangan

Pemeriksaan Kulit

-       Perubahan menyeluruh

Kaji ciri kulit secara keseluruhan. Informasi tentang kesehatan umum klien

dapat diperoleh dengan memeriksa turgor, tekstur, dan warna kulit.

-       Perubahan setempat

Mula-mula, lakukan pemeriksaan secara sepintas ke seluruh tubuh.

Selanjutnya, anjurkan klien untuk membuka pakaiannya dan amati seluruh tubuh

klien dari atas kebawah, kemudian lakukan pemeriksaan yang lebih teliti dan

evaluasi distribusi, susunan, dan jenis lesi kulit.

-       Ruam kulit

Ruam kulit dapat berubah pada waktu berlangsungnya penyakit. Kadang-

kadang perubahan ini dapat dipengaruhi oleh keadaan dari luar, misalnya trauma

garkan dan pengobatan yang diberikan., sehingga perubahan tersebut tidak biasa

Page 8: Makalah Dok AsKep Integumen

lagi. Perawat perlu menguasai pengetahuan tentang ruam primer atau ruam

sekunder untuk digunakan sebagai dasar dalam melaksanakan pengkajian serta

membuat diagnosis penyakit kulit secara klinis.

Ruam primer adalah kelainan yang pertama timbul, berbentuk macula,

papula, plak, nodula, vesikula, bula, pustule, irtika, dan tumor.

Ruam sekunder adalah kelainan berbentuk skuama, krusta, fisura, erosion,

ekskoriasio, ulkus, dan parut.

3.2 Diagnosa Keperawatan

Diagnosis keperawatan yang mungkin muncul pada klien dengan masalh

integumen adalah :

1.    Gangguan integritas kulit yang berhubungan dengan kerusakan jaringan,

gangguan kekebalan tubuh, atau infeksi.

2.    Gangguan rasa nyaman yang berhubungan dengan proses peradangan,

terbukanya ujung-ujung saraf kulit, atau tidak adekuatnya pengetahuan

tentang pelaksanaan nyeri.

3.    Gangguan citra tubuh yang berhubungan dengan perubahan anatomi kulit

atau bentuk tubuh.

4.    Gangguan harga diri yang berhubungan dengan penyakit yang tidak

teratasi dengan mudah.

5.    Kecemasan yang berhubungan dengan penyakit kronis, perubahan kulit,

atau potensial keganasan.

6.    Resiko infeksi yang berhubungan dengan tidak adanya perlindungan kulit.

7.    Defesiensi pengetahuan tentang factor penyebab timbulnya lesi, cara

pengobatan, dan perawatan diri.

8.    Gangguan istirahat tidur yang berhubungan dengan rasa gatal atau nyeri

pada kulit.

9.    Isolasi sosial yang berhubungan dengan penolakan dari oranglain karena

perubahan bentuk kulit.

10.     Potensial kecacatan sekunder yang berhubungan dengan hilangnya

sensasi rasa/anastesi, kurangnya pengetahuan tentang perawatn diri.

Page 9: Makalah Dok AsKep Integumen

3.3 Rencana Keperawatan

Tujuan yang harus dicapai pada klien dengan masalah kulit dapat ditentukan

berdasarkan tujuan jangka pendek atau jangka panjang. Tujuan keperawatan

secara umum adalah sebagai berikut.

1.    Kulit menjadi normal kembali.

2.    Berkurangnya rasa nyeri atau gatal

3.    Terlindungnya kulit dari trauma.

4.    Tidak terjadi infeksi

5.    Konsep diri positif

6.    Tidak terjadi penularan

7.    Kebutuhan istirahat tidur dapat terpenuhi.

Dalam pengobatan penyakit kulit cukup banyak digunakan obat-obat

topical. Macam dan jenis-jenis obat topical ini banyak sekali, diantaranya saleb

dan bedak, minyak, gel, krem, solusi, atau astringen. Perawat perlu mempelajari

sifat dan jenis, obat-obat topical ini karena dalam proses perawatan kulit,

perawat banyak memegang peranan, baik pada tahap promotif, preventif, kuratif,

maupun pada tahap rehabilitative. Pada penggunaan obat-obatan topical, jagan

oleskan obat terlalu tebal karena dapat menyebabkan iritasi bahan kimia dan

akan menghambat proses penyembuhan. Di samping itu, obat jadi banyak

terbuang.

Sediaan topical umumnya terdiri dari dua bahan pokok, yaitu:

1.      Bahan aktif, bahan ini umumnya berasal berbagai golongan obat, antara

lain golongan antibiotic, kortikostiroid, analgesi, dan lain-lain.

2.      Bahan dasar, adalah suatu bahan yang berfungsi sebagai :

a.       Pemberi bentuk, menentukan bentuk dari sediaan yang akan dibuat.

b.     Distributor, membawa bahan aktif baik untuk diratakan atau

dipenetralisasikan ke dalam kulit.

c.       Pengawet, mempertahankan khasiat bahan aktif yang lebih lama.

Page 10: Makalah Dok AsKep Integumen

BAB IVKONSEP ASUHAN KEPERAWATAN VERICELLA

4.1 Konsep Dasar Penyakit

A. Definisi

Varisela berasal dari bahasa latin, Varicella. Di Indonesia penyakit ini

dikenal dengan istilah cacar air, sedangkan di luar negeri terkenal dengan

nama Chicken – pox.

Varisela adalah Penyakit Infeksi Menular yang disebabkan oleh virus

Varicella Zoster, ditandai oleh erupsi yang khas pada kulit.

Varisela atau cacar air merupakan penyakit yang sangat menular yang

disebabkan oleh virus Varicella Zoster dengan gejala-gejala demam dan

timbul bintik-bintik merah yang kemudian mengandung cairan.

Varisela merupakan penyakit akut menular yang ditandai oleh vesikel di

kulit dan selaput lendir yang disebabkan oleh virus varisella. Varisela adalah

infeksi akut prime yang menyerang kulit dan mukosa secara klinis terdapat

gejala konstitusi, kelainan kulit polimorfi terutama berlokasi di bagian sentral

tubuh, disebut juga cacar air, chicken pox (Kapita Selekta, 2000).

B. Etiologi

Virus Varicella Zoster, termasuk Famili Herpes Virus. Menurut Richar E,

varisela disebabkan oleh Herpes virus varicella atau disebut juga virus

varicella-zoster (virus V-Z). Virus tersebut dapat pula menyebabkan herpes

zoster. Kedua penyakit ini mempunyai manifestasi klinis yang berbeda.

Diperkirakan bahwa setelah ada kontak dengan virus V-Z akan terjadi

varisela; kemudian setelah penderita varisela tersebut sembuh, mungkin virus

itu tetap ada dalam bentuk laten (tanpa ada manifestasi klinis) dan kemudian

virus V-Z diaktivasi oleh trauma sehingga menyebabkan herpes zoster. Virus

V-Z dapat ditemukan dalam cairan vesikel dan dalam darah penderita verisela

dapat dilihat dengan mikroskop electron dan dapat diisolasi dengan

menggunakan biakan yang terdiri dari fibroblas paru embrio manusia.

C. Klasifikasi

Menurut Siti Aisyah (2003). Klasifikasi Varisela dibagi menjadi 2 :

1. Varisela congenital

Page 11: Makalah Dok AsKep Integumen

Varisela congenital adalah sindrom yang terdiri atas parut sikatrisial,

atrofi ekstremitas, serta kelainan mata dan susunan syaraf pusat.

Sering terjadi ensefalitis sehingga menyebabkan kerusakan

neuropatiki. Risiko terjadinya varisela congenital sangat rendah

(2,2%), walaupun pada kehamilan trimester pertama ibu menderita

varisela. Varisela pada kehamilan paruh kedua jarang sekali

menyebabkan kematian bayi pada saat lahir. Sulit untuk

mendiagnosis infeksi varisela intrauterin. Tidak diketahui apakah

pengobatan dengan antivirus pada ibu dapat mencegah kelainan fetus.

2. Varisela neonatal

Varisela neonatal terjadi bila terjadi varisela maternal antara 5 hari

sebelum sampai 2 hari sesudah kelahiran. Kurang lebih 20% bayi

yang terpajan akan menderita varisela neonatal. Sebelum penggunaan

varicella-zoster immune globulin (VZIG), kematian varisela neonatal

sekitar 30%. Namun neonatus dengan lesi pada saat lahir atau dalam

5 hari pertama sejak lahir jarang menderita varisela berat karena

mendapat antibody dari ibunya. Neonatus dapat pula tertular dari

anggota keluarga lainnya selain ibunya. Neonatus yang lahir dalam

masa risiko tinggi harus diberikan profilaksis VZIG pada saat lahir

atau saat awitan infeksi maternal bila timbul dalam 2 hari setelah

lahir. Varisela neonatal biasanya timbul dalam 5-10 hari walaupun

telah diberikan VZIG. Bila terjadi varisela progresif (ensefalitis,

pneumonia, varisela, hepatitis, diatesis pendarahan) harus diobati

dengan asiklovir intravena. Bayi yang terpajan dengan varisela

maternal dalam 2 bulan sejak lahir harus diawasi. Tidak ada indikasi

klinis untuk memberikan antivirus pada varisela neonatal atau

asiklovir profilaksis bila terpajan varisela maternal.

D. Manifestasi Klinik

        Masa tunas penyakit berkisar antara 8-12 hari.

        Didahului stadium prodromal yang ditandai :

1.      Demam

2.      Malaise

3.      Sakit kepala

Page 12: Makalah Dok AsKep Integumen

4.      Anoreksia

5.      Sakit punggung

6.      Batuk kering

7.      Sore throat yang berlangsung 1-3 hari.

        Stadium : erupsi yang ditandai dengan terbentuknya verikula yang khas,

seperti tetesan embun (teardrops) vesikula akan berubah menjadi pustule,

kemudian pecah menjadi kusta, sementara proses ini berlangsung, timbul lagi

vesikel baru sehingga menimbulkan gambaran polimorfi.

        Penyebaran lesi terutama adalah di daerah badan kemudian menyebar

secara satrifugal ke muka dan ekstremitas. (Prof.dr. Marwali Harahap, 2000 :

94 – 95 )

E. Patofisiologi

Virus Varicella Zoster menginfeksi sel satelit di sekitar Neuron pada

ganglion akar dorsal Sumsum Tulang Belakang. Dari sini virus bisa kembali

menimbulkan gejala dalam bentuk Herpes Zoster.

Sekitar 250 – 500 benjolan akan timbul menyebar diseluruh bagian

tubuh, tidak terkecuali pada muka, kulit kepala, mulut bagian dalam, mata ,

termasuk bagian tubuh yang paling intim. Namun dalam waktu kurang dari

seminggu , lesi teresebut akan mengering dan bersamaan dengan itu terasa

gatal. Dalam waktu 1 – 3 minggu bekas pada kulit yang mengering akan

terlepas.

Virus Varicella Zoster penyebab penyakit cacar air ini berpindah dari

satu orang ke orang lain melalui percikan ludah yang berasal dari batuk atau

bersin penderita dan diterbangkan melalui udara atau kontak langsung dengan

kulit yang terinfeksi.

Virus ini masuk ke tubuh manusia melalui paru-paru dan tersebar

kebagian tubuh melalui kelenjar getah bening.

Setelah melewati periode 14 hari virus ini akan menyebar dengan

pesatnya ke jaringan kulit. Memang sebaiknya penyakit ini dialami pada masa

kanak-kanak dan pada kalau sudah dewasa. Sebab seringkali orang tua

membiarkan anak-anaknya terkena cacar air lebih dini.

Page 13: Makalah Dok AsKep Integumen

Varicella pada umumnya menyerang anak-anak ; dinegara-negara

bermusin empat, 90% kasus varisela terjadi sebelum usia 15 tahun. Pada

anak-anak , pada umumnya penyakit ini tidak begitu berat.

Namun di negara-negara tropis, seperti di Indonesia, lebih banyak remaja

dan orang dewasa yang terserang Varisela. Lima puluh persen kasus varisela

terjadi diatas usia 15 tahun. Dengan demikian semakin bertambahnya usia

pada remaja dan dewasa, gejala varisela semakin bertambah berat.

F. Komplikasi

Cacar air jarang menyebabkan komplikasi. Jika terjadi komplikasi dapat

berupa infeksi kulit. Komplikasi yang paling umum ditemukan adalah :

1.      Bekas luka yang menetap. Hal ini umumnya ditemukan jika cacar air

terjadi pada anak yang usianya lebih tua atau cenderung pada orang

dewasa.

2.      Acute Cerebral Ataxia Komplikasi ini tidak umum ditemukan dan

cenderung lebih mungkin tejadi pada anak yang lebih tua. Komplikasi ini

ditandai dengan gerakan otot yang tidak terkoordinasi sehingga anak

dapat mengalami kesulitan berjalan, kesulitan bicara, gerakan mata yang

berganti-ganti dengan cepat. Ataxia ini akan menghilang dengan

sendirinya dalam waktu beberapa minggu atau bulan.

G. Treatment

Karena umumnya bersifat ringan, kebanyakan penderita tidak

memerlukan terapi khusus selain istirahat dan pemberian asupan cairan yang

cukup. Yang justru sering menjadi masalah adalah rasa gatal yang menyertai

erupsi. Bila tidak ditahan-tahan , jari kita tentu ingin segera menggaruknya.

Masalahnya,bila sampai tergaruk hebat, dapat timbul jaringan parut pada

bekas gelembung yang pecah. Tentu tidak menarik untuk dilihat.

Umum

1. Isolasi untuk mencegah penularan.

2. Diet bergizi tinggi (Tinggi Kalori dan Protein).

3. Bila demam tinggi, kompres dengan air hangat.

4.Upayakan agar tidak terjadi infeksi pada kulit, misalnya pemberian

antiseptik pada air mandi.

5. Upayakan agar vesikel tidak pecah.

Page 14: Makalah Dok AsKep Integumen

- Jangan menggaruk vesikel.

- Kuku jangan dibiarkan panjang.

- Bila hendak mengeringkan badan, cukup tepal-tepalkan handuk pda kulit,

jangan digosok.

Farmakoterapi :

1. Antivirus dan Asiklovir

Biasanya diberikan pada kasus-kasus yang berat, misalnya pada

penderita leukemia atau penyakit-penyakit lain yang melemahkan daya

tahan tubuh.

2. Antipiretik dan untuk menurunkan demam

- Parasetamol atau ibuprofen.

- Jangan berikan aspirin pda anak anda, pemakaian aspirin pada infeksi

virus (termasuk virus varisela) telah dihubungkan dengan sebuah

komplikasi fatal, yaitu Syndrom Reye.

3. Salep antibiotika = untuk mengobati ruam yang terinfeksi.

4. Antibiotika = bila terjadi komplikasi pnemonia atau infeksi bakteri pada

kulit.

5. Dapat diberikan bedak atau losio pengurang gatal (misalnya losio

kalamin).

H. Pencegahan

1. Hindari kontak dengan penderita.

2. Tingkatkan daya tahan tubuh.

3. Imunoglobulin Varicella Zoster

- Dapat mencegah (atau setidaknya meringankan0 terjadinya cacar air. Bila

diberikan dalam waktu maksimal 96 jam sesudah terpapar.

- Dianjurkan pula bagi bayi baru lahir yang ibunya menderita cacar air

beberapa saat sebelum atau sesudah melahirkan.

4.2 Konsep Asuhan Keperawatan

A. Pengkajian

1.      Aktivitas / Istirahat

Tanda : penurunan kekuatan tahanan

2. Integritas ego

Page 15: Makalah Dok AsKep Integumen

Gejala : masalah tentang keluarga, pekerjaan, kekuatan, kecacatan.Tanda :

ansietas, menangis, menyangkal, menarik diri, marah.

3. Makan/cairan

Tanda : anorexia, mual/muntah

4.      Neuro sensori

Gejala : kesemutan area bebas Tanda : perubahan orientasi, afek, perilaku

kejang (syok listrik), laserasi corneal, kerusakan retinal, penurunan

ketajaman penglihatan

5.      Nyeri / Kenyamanan

Gejala : Sensitif untuk disentuh, ditekan, gerakan udara, peruban suhu.

6.      Keamanan

Tanda : umum destruksi jaringan dalam mungkin terbukti selama 3-5 hari

sehubungan dengan proses trambus mikrovaskuler pada kulit.

7.      Data subjektif

Pasien merasa lemas, tidak enak badan, tidak nafsu makan dan sakit kepala.

8.      Data Objektif :

a)      Integumen : kulit hangat, pucat dan adanya bintik-bintik kemerahan

pada kulit yang berisi cairan jernih.

b)      Metabolik : peningkatan suhu tubuh.

c)      Psikologis : menarik diri.

d)      GI : anoreksia.

e)      Penyuluhan / pembelajaran : tentang perawatan luka varicela.

B. Diagnosa Keperawatan

1. Resiko tinggi terjadi infeksi berhubungan dengan kerusakan jaringan kulit.

2.  Gangguan integritas kulit berhubungan dengan erupsi pada kulit.

3.   Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dnegan

kurangnya intake makanan.

4.   Gangguan citra tubuh berhubungan dengan luka pada kulit.

5.    Kurang pengetahuan tentang kondisi dan kebutuhan pengobatan.

C. Intervensi

      Diagnosa 1

Resiko tinggi terjadi infeksi berhubungan dengan kerusakan jaringan kulit.

Page 16: Makalah Dok AsKep Integumen

Tujuan : mencapai penyembuhan luka tepat waktu dan tidak demam.

Intervensi Rasional

1. Tekankan pentingnya teknik cuci

tangan yang baik untuk semua

individu yang datang kontak dnegan

pasien

1. Mencegah kontaminasi silang,

menurunkan resiko infeksi.

2. Gunakan skort, sarung tangan,

masker dan teknik aseptic, selama

perawatan kulit.

2. Mencegah masuknya organisme

infeksius

3. Awasi atau batasi pengunjung bila

perlu

3. Mencegah kontaminasi silang dari

pengunjung

4. Cukur atau ikat rambut di sekitar

daerah yang terdapat erupsi.

4. Rambut merupakan media yang

baik untuk pertumbuhan bakteri.

5. Bersihkan jaringan nekrotik / yang

lepas (termasuk pecahnya lepuh)

5. Meningkatkan penyembuhan.

6. Awasi tanda vital 6. Indikator terjadinya infeksi.

      Diagnosa 2

Gangguan integritas kulit berhubungan dengan erupsi pada kulit.

Tujuan : mencapai penyembuhan tepat waktu dan adanya regenerasi

jaringan.

Intervensi Rasional

1. Pertahankan jaringan nekrotik dan

kondisi sekitar luka.

1. mengetahui keadaan integritas

kulit.

2. Berikan perawatan kulit 2. menghindari gangguan integritas

kulit

      Diagnosa 3

Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dnegan

kurangnya intake makanan

Tujuan : terpenuhinya kebutuhan nitrisi sesuai dengan kebutuhan.

Intervensi Rasional

1. Berikan makanan sedikit tapi

sering

1. Membantu mencegah distensi

gaster/ ketidaknyamanan dan

Page 17: Makalah Dok AsKep Integumen

meningkatkan pemasukan

2. Pastikan makanan yang

disukai/tidak disukai. Dorong orang

terdekat untuk membawa makanan

dari rumah yang tepat.

2. Meningkatkan partisipasi dalam

perawatan dan dapat memperbaiki

pemasukan.

      Diagnosa 4

Gangguan citra tubuh berhubungan dengan luka pada kulit.

Tujuan : pasien dapat menerima keadaan tubuhnya.

Intervensi Rasional

1. Bantu memaksimalkan

kemampuan yang dimiliki pasien

saat ini

1. memanfaatkan kemampuan dapat

menutupi kekurangan.

2. Eksplorasi aktivitas baru yang

dapat dilakukan.

2. memfasilitasi dengan

memanfaatkan keletihan.

      Diagnosa 5

Kurang pengetahuan tentang kondisi dan kebutuhan pengobatan.

Tujuan : adanya pemahaman kondisi dan kebutuhan pengobatan.

Intervensi Rasional

1. Diskusikan perawatan erupsi pada

kulit.

1. Meningkatkan kemampuan

perawatan diri dan menngkatkan

kemandirian.

D. Implementasi

  Diagnosa 1

1.    Menekankan pentingnya teknik cuci tangan yang baik untuk semua individu

yang datang kontak dengan pasien.

2.    Menggunakan skort,masker, sarung tangan dan teknik aseptik selama

perawatan luka.

3.    Mengawasi atau membatasi pengunjung bila perlu.

4.    Mencukur atau mengikat rambut disekitar daerah yang terdapat erupsi.

5.    Membersihkan jaringan mefrotik.yang lepas (termasuk pecahnya lepuh).

Page 18: Makalah Dok AsKep Integumen

6.    Mengawasi tanda vital.

  Diagnosa 2 

a. Memperhatikan jaringan nekrotik dan kondisi sekitar luka.

b. Memberikan perawatan kulit

DiDiagnosa 3

a. Memberikan makanan sedikit tapi sering.

b. Memastikan makanan yang disukai/tidak disukai , dorong orang terdekat

untuk membawa makanan dari rumah yang tepat.

Diagnosa 4

a. Membantu memaksimalkan kemampuan yang dimiliki pasien saat ini.

b. Mengeksplorasi aktivitas baru yang dapat dilakukan.

Diagnosa 5

a. Mendiskusikan perawatan erupsi pada kulit.

E. Evaluasi

Evaluasi disesuaikan dengan tujuan yang ingin dicapai dalam intervensi

dan masalah gangguan intebritas kulit dikatakan teratasi apabila :

1.      Fungsi kulit dan membran mukosa baik dengan parut minimal

2.      Krusta berkurang

3.      Suhu kulit, kelembapan dan warna kulit serta membran mukosa normal

alami, tidak terjadi kelainan neurogik.

4.      Tidak terjadi kelainan respiratorik.