ISI KARET

36
1 PENDAHULUAN Latar Belakang Tanaman karet merupakan komoditi perkebunan yang penting dalam industri otomotif. Karet (Heveabrasiliensis) berasal dari benua Amerika dan saat ini menyebar luas ke seluruh dunia. Karet dikenal di Indonesia sejak masa kolonial Belanda, dan merupakan salah satu komoditas perkebunan yang memberikan sumbangan besar bagi perekonomian Indonesia. Diperkirakan ada lebih dari 3,4 juta hektar perkebunan karet di Indonesia, 85% di antaranya (2,9 juta hektar) merupakan perkebunan karet yang dikelola oleh rakyat atau petani skala kecil, dan sisanya dikelola oleh perkebunan besar milik negara atau swasta (Janudianto, dkk., 2013). Komoditas ini merupakan sumber pencaharian pokok. Tanaman perkebunan memberikan kontribusi besar pada sector pertanian yaitu 44,63%. Salah satu penyebab produktivitas karet rakyat menurun adalah kurangnya pemupukan yang diberikan pada tanamn karet. Peningkatan produksi karet harus dibarengi dengan perhatian pada kesehatan tanaman

description

karet

Transcript of ISI KARET

23

PENDAHULUANLatar Belakang

Tanaman karet merupakan komoditi perkebunan yang penting dalam industri otomotif. Karet (Heveabrasiliensis) berasal dari benua Amerika dan saat ini menyebar luas ke seluruh dunia. Karet dikenal di Indonesia sejak masa kolonial Belanda, dan merupakan salah satu komoditas perkebunan yang memberikan sumbangan besar bagi perekonomian Indonesia. Diperkirakan ada lebih dari 3,4 juta hektar perkebunan karet di Indonesia, 85% di antaranya (2,9 juta hektar) merupakan perkebunan karet yang dikelola oleh rakyat atau petani skala kecil, dan sisanya dikelola oleh perkebunan besar milik negara atau swasta (Janudianto, dkk., 2013).

Komoditas ini merupakan sumber pencaharian pokok. Tanaman perkebunan memberikan kontribusi besar pada sector pertanian yaitu 44,63%. Salah satu penyebab produktivitas karet rakyat menurun adalah kurangnya pemupukan yang diberikan pada tanamn karet. Peningkatan produksi karet harus dibarengi dengan perhatian pada kesehatan tanaman karet. Besarnya hara yang terangkut harus dibarengi dengan penambagan hara (Purnamayani dan Asni, 2013).

Pengembangan perkebunan karet memberikan peranan penting bagi perekonomian nasional, yaitu sebagai sumber devisa, sumber bahan baku industri, sumber pendapatan dan kesejahteraan masyarakat serta sebagai pengembangan pusat-pusat pertumbuhan perekonomian di daerah dan sekaligus berperan dalam pelestarian fungsi lingkungan hidup. Guna mendukung keberhasilan pengembangan karet, perlu disusun Teknis Budidaya Tanaman Karet digunakan sebagai acuan bagi pihak-pihak yang terkait pengolahan komoditi tersebut (Disbun Kuansing, 2010).

Dengan memperhatikan adanya peningkatan permintaan dunia terhadap komoditi karet ini dimasa yang akan datang, maka upaya untuk meningkatakan pendapatan petani melalui perluasan tanaman karet dan peremajaaan kebun bisa merupakan langkah yang efektif untuk dilaksanakan. Guna mendukung hal ini, perlu diadakan bantuan yang bisa memberikan modal bagi petani atau pekebun swasta untuk membiayai pembangunan kebun karet dan pemeliharaan tanaman secara intensif (Anwar, 2001).

Eksistensi hara dalam tanah sangat erat kaitannya dengan daur hara yang terjadi di dalam tanah. Hara dari dalam tanah berasal dari pelapukan mineral batuan dan berasal dari dekomposisi bahan organik baik manusia, hewan maupun tumbuhan. Di areal perkebunan karet hara yang ada dalam tanah diserap dalam bentuk ion oleh tanaman karet dan terakumulasi atau terimmobilisasi sebagai penyusun jaringan tubuhnya. Immobilisasi artinya hara berada dalam tubuh tanaman tetapi pada suatu waktu dapat kembali lagi ke tanah apabila tanaman tersebut terdekomposisi. Hara yang terdekomposisi termasuk ke dalam faktor kehilangan hara. Tanaman karet yang berumur 190 bulan dengan kerapatan 335 tegakan/ha di dalam jaringan tubuhnya terakumulasi hara yang setara dengan 1426,1 kg Urea, 372,2 kg SP 36, 1456,7 kg MoP dan 551,9 Kg Kieserite. Akumulasi hara juga terjadi di dalam tanaman kacangan penutup tanah (LCC) (Adi dan Istianto, 2009).

Pemberian pupuk organik dapat memperbaiki struktur tanah, menaikan bahan serap tanah terhadap air, menaikan kondisi kehidupan di dalam tanah, dan sebagai sumber zat makanan bagi tanaman. Sedangkan pemberian pupuk urea dapat merangsang pertumbuhan secara keseluruhan khususnya cabang, batang,daun, dan berperan sangat penting dalam pembentukan warna hijau daun (Lingga dan Marsono, 2008).Tujuan Percobaan

Adapun tujuan percobaan ini adalah untuk mengetahui adanya pengaruh Komposisi kompos pada media tanam Terhadap Pertumbuhan Stum Karet (Havea brasiliensis Muell. Arg.)Kegunaan Penulisan

Adapun kegunaan penulisan ini adalah sebagai salah satu syarat untuk dapat mengikuti praktikum di laboratorium budidaya tanaman kelapa sawit dan karet, program studi agroekoteknologi, fakultas pertanian, universitas sumatera utara, medan serta sebagai bahan informasi bagi pihak yang membutuhkan Hipotesis Percobaan Adanya pengaruh komposisi kompos pada media tanam terhadap pertumbuhan stum karet (Havea brasiliensis Muell. Arg.) Media yang digunakan adalah Top Soil dan Pasir dengan Perbanding (2:1)TINJAUAN PUSTAKABotani Tanaman

Klasifikasi tanaman karet adalah sebagai berikut Kingdom: Plantae, Divisi: Spermatophyta; Subdivisi: Angiospermae; Class: Dicotyledonae, Ordo: Euphorbiales, Family: Euphorbiaceae, Genus: Hevea, Spesies : Hevea brasiliensis Muell. Arg. (Setiawan dan Andoko, 2005 Dalam Purba, 2013)

Tanaman karet memiliki sistem perakaran yang terdiri dari akar tunggang, akar lateral yang menempel pada akar tunggang dan akar serabut. Pada tanaman yang berumur 3 tahun kedalaman akar tunggang sudah mencapai 1,5 m. Apabila tanaman sudah berumur 7 tahun maka akar tunggangnya sudah mencapai kedalaman lebih dari 2,5 m. Pada konsisi tanah yang gembur akar lateral dapat berkembang sampai pada kedalaman 40-80 cm. Akar lateral berfungsi untuk menyerap air dan unsur hara dari tanah. Pada tanah yang subur akar serabut masih dijumpai sampai kedalaman 45 cm. Akar serabut akan mencapai jumlah yang maksimum pada musim semi dan pada musim gugur mencapai jumlah minimum (Sianturi, 2001 Dalam Guntur, 2012).

Tanaman karet merupakan pohon yang tumbuh tinggi dan berbatang besar. Batang Tanaman karet yang tingginya bisa mencapai 25 meter dengan diameter batang yang cukup besar. Umumnya, batang karet tumbuh lurus ke atas dengan percabangan di bagian atas. Di batang inilah mengandung getah yang lebih dikenal dengan nama lateks (Setiawan dan Andoko, 2005 Dalam Purba, 2013).

Daun karet berwarna hijau. Apabila akan rontok berubah warna menjadi kuning atau merah. Daun mulai rontok apabila memasuki musim kemarau. Daun karet terdiri dari tangkai daun utama dan tangkai anak daun. Panjang tangkai daun utama sekitar 3-20 cm. Panjang tangkai anak daun sekitar 3-10 cm. Biasanya terdapat 3 anak daun pada setiap helai daun karet. Anak daun karet berbentuk elips, memanjang dengan ujung yang meruncing, tepinya rata dan tidak tajam (Marsono dan Sigit, 2005 Dalam Guntur, 2012). Karet termasuk bunga yang sempurna karena memiliki bunga jantan dan betina dalam satu pohon, terdapat dalam malai payung yang jarang. Pangkal tenda bunga berbentuk lonceng dan diujungnya terdapat lima taju yang sempit. Bunga betina berambut viit dengan ukuran sedikit lebih besar dibandingkan dengan jantannya dan mengandung bakal buah yang beruang tiga (Setiawan dan Andoko, 2005 Dalam Purba, 2013)Buah beruang 3, jarang yang beruang 4 hingga 6, diameter buah 3- 5 cm dan terpisah 3, 4, 6 cocci berkatup 2, perikarp berbalok dan endocaro berkayu. Garis tengah buah sekitar 3-5 cm. Bila telah masak, maka buah akan pecah dengan sendirinya. Pemecahan biji ini berhubungan dengan pengembangbiakan tanaman karet secara alami yaitu biji terlontar sampai jauh dan akan tumbuh dalam lingkungan yang mendukung (Sianturi, 2001 Dalam Afriza, 2010). Biji karet terdaoat disetiap ruang buah. Jadi jumlah biji biasanya ada tiga kadang enam sesuai dengan jumlah ruang. Ukuran biji besar sesuai dengan kulit keras. Warnanya coklat kehitaman dengan bercak bercak berpola yang khas (Budiman, 2012 Dalam Purba, 2013).Syarat TumbuhIklim

Tanaman karet menyenangi curah hujan cukup tinggi antar 2000-2500 mm/tahun. Kebutuhan sinar matahri juga cukup tinggi, dalam sehari memerlukan 5-7 jam dengan intensitas yang cukup (Setiawan, 2000 Dalam Afriza, 2010).

Tanaman karet tumbuh baik di dataran rendah. Idealnya adalah pada tinggi 0- 200 m dari permukaan laut. Penyebaran perkebunan karet di Indonesia terbanyak adalah hingga tinggi 400 m dari permukaan laut. Tanaman karet tumbuh baik di daerah yang mempunyai curah hujan 2000 - 4000 mm per tahun. Tanaman karet dapat tumbuh pada suhu diantara 250 C hingga 350C. Suhu terbaik adalah rata-rata 280C. Kelembaban nisbi (RH) yang sesuai untuk tanaman karet adalah rata-rata berkisar diantara75-90 %. Angin yang bertiup kencang dapat mengakibatkan patah batang, cabang atau tumbang. Lama penyinaran dan intensitas cahaya matahari sangat menentukan produktivitas tanaman. Di daerah yang kurang hujan yang menjadi faktor pembatas adalah kurangnya air, sebaliknya di daerah yang terlalu banyak hujan, cahaya matahari menjadi pembatas (Sianturi, 2001 Dalam Purba, 2013). Karet termasuk tanaman dataran rendah yaitu bisa tumbuh baik di dataran dengan ketinggia 0-400 m dpl.Diketinggian tersebut suhu harian 25-30 C.Jika kondisi-kondisi tertentu tersebut tidak terpenuhi tanaman karet bisa saja tetap tumbuh tetapi pertumbuhannya lambat.Tanaman bisa menjadi kerdil dan kurus dengan percabangan banyak lebih buruk lagi produksi lateks nya rendah sehingga secara ekonomis tidak menguntungkan (Setiawan dan Andoko, 2005 Dalam Purba, 2013).Kelembaban nisbi (RH) yang sesuai untuk tanaman karet adalah rata-rata berkisar diantara 75-90%. Lama penyinaran dan intensitas cahaya matahari sangat menentukan produktivitas tanaman. Di daerah yang kurang hujan yang menjadi faktor pembatas adalah kurangnya air, sebaliknya di daerah yang terlalu banyak hujan, cahaya matahari menjadi faktor pembatas. Dalam sehari tanaman karet membutuhkan sinar matahari dengan intensitas yang cukup paling tinggi antara 5 7 jam. Angin yang bertiup kencang dapat mengakibatkan patah batang, cabang atau tumbang (Sianturi, 2001 Dalam Guntur, 2012). Secara garis besar tanaman karet dapat tumbuh baik pada kondisi iklim sebagai berikut : suhu rata-rata harian 280C dan curah hujan tahunan rata- rata antara 2500 4000 mm dengan hari hujan mencapai 150 hari per tahun. Pada daerah yang sering turun hujan pada pagi hari akan mempengaruhi kegiatan penyadapan. Daerah yang sering mengalami hujan pada pagi hari produksinya akan berkurang. Keadaan daerah di Indonesia yang cocok untuk pertanaman karet adalah daerah-daerah Indonesia bagian barat yaitu Sumatera, Jawa dan Kalimantan, sebab iklimnya lebih basah (Budiman, 2012 Dalam Purba, 2013) Tanah

Secara umum karet mengkhendaki tanah dengan struktur ringan sehingga mudah ditembus air. Sementara itu, derajat keasaman atau pH tanah yang sesuai untuk tanaman karet adalah mendekati normal (4-9) dan untuk pertumbuhan optimalnya 5-6. kontur atay topografi tanah juga berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman karet. Kontur tanah yang datar lebih baik dibandingkan dengan yang berbuki t- bukit. Untuk memudahkan pengairan, lahan penanaman karet sebaiknya dekat dengan sumber air baik sungai maupun aliran air lainnya (Setiawan dan Andoko, 2005 Dalam Purba, 2013)

Tanaman karet termasuk tanaman perkebunan yang mempunyai toleransi cukup tinggi terhadap kesuburan tanah. Tanaman ini tidak menuntut kesuburan tanah yang terlalu tinggi. Tanah kurang subur seperti podsolik merah kuning yang banyak dijumpai di Indonesia. Tanaman ini masih bisa tumbuh dengan baik paa kisaran pH 3,5 7,5. Meskipun demikian, tanaman Karet akan berproduksi maksimal pada tanah yang subur dengan pH antara 5 6 (Setiawan, 2000 Dalam Afriza, 2010)

Tanaman karet bukanlah tanaman manja, dapat tumbuh pada tanah tanah yang mempunyai sifat fisik baik, atau sifat fisiknya dapat diperbaiki. Tanah yang dikehendaki adalah bersolum dalam, jeluk lapisan dalam lebih dari 1 m, permukaan air tanah rendah. Sangat toleran terhadap kemasaman tanah, dapat tumbuh pada pH 3,8 hingga 8,0, tetapi pada pH yang lebih tinggi sangat menekan pertumbuhan (Sianturi, 2001 Dalam Guntur 2012).Berbagai jenis tanah dapat sesuai dengan syarat tumbuh tanaman karet baik tanah vulkanis muda dan tua, bahkan pada tanah gambut < 2 m. Tanah vulkanis mempunyai sifat fisik yang cukup b aik terutama struktur, tekstur, solum, kedalaman air tanah, aerasi dan drainasenya, tetapi sifat kimianya secara umum kurang baik karena kandungan haranya rendah. Tanah alluvial biasanya cukup subur, tetapi sifat fisikanya terutama drainase dan aerasenya kurang baik (Anwar, 2006 Dalam Guntur, 2012)Reaksi tanah yang umum ditanami karet mempunyai pH antara 3,5-7,0. sifat-sifat tanah yang cocok untuk tanaman karet adalah sebagai berikut: solum cukup dalam, sampai 100 cm atau lebih, tidak terdapat batu-batuan , aerasi dan drainase baik, remah, porous dan dapat menahan air, tekstur terdiri atas 35 % liat dan 30 % pasir, tidak bergambut, dan jika ada tidak lebih tebal dari 20 cm, kandungan unsur hara N,P, dan K cukup daan tidak kekurangan unsur mikro, kemiringan tidak lebih dari 16 %, dan permukaan air tanah kurang dari 100 cm (Budiman, 2012 Dalam Purba, 2012). Kompos

Kompos memiliki fungsi kimia yang penting seperti: (1) penyediaan hara makro (N, P, K, Ca, Mg, dan S) dan mikro seperti Zn, Cu, Mo, Co, B, Mn, dan Fe, meskipun jumlahnya relatif sedikit. Unsur N yang terkandung dalam bahan organic diserap oleh tanaman melalui akar. Pemberian nitrogen yang tepat dapat membentuk bagian-bagian penting tanaman seperti batang, daun dan akar. Jika N terpenuhi sintesis protein dan pembentukan sel-sel baru dapat tercapai sehingga mampu membentuk organ organ seperti pembentukan daun (Adi dan Istianto, 2009).

Unsur Magnesium (Mg) yang terkandung pada bahan organik dapat memberikan efek positif dalam pembentukan daun. Magnesium sebagai penyusun molekul klorofil dan aktivator enzim juga berperan dalam proses fotosintesis sehingga fotosintat yang dihasilkan dapat ditranslokasikan untuk mendukung pertumbuhan daun. Selain itu, hormon sitokinin yang berperan dalam merangsang proses sitokinesis atau proses pembelahan sel sehingga dapat mendukung pertumbuhan jumlah daun (Kasno,dkk., 2009).

Bibit harus mendapatkan unsur hara yang cukup untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangannya, seperti unsur hara N dan P yang ada pada bahan organik walaupun dalam jumlah sedikit, maka pemberian bahan organik harus lebih banyak dosisnya. Nitrogen (N) berperan sebagai penyusun protein dan Fosfor (P) yang penting dalam transfer energi diperlukan untuk kegiatan fisiologis tanaman dan akan mempengaruhi pertumbuhan tanaman. Aktivitas fotosintesis menghasilkan fotosintat yang akan ditranslokasikan ke bagian meristem dan dilanjutkan dengan terjadinya pembelahan serta pemanjangan sel sehingga tanaman dapat menjadi besar. Namun jika jumlah unsur hara yang tersedia belum mencukupi kebutuhan bibit, maka kurang mendukung pertumbuhan stum seperti diameter tunas (Nurjaya, dkk., 2009).

Aktivitas fotosintesis menghasilkan fotosintat yang akan ditranslokasikan ke bagian meristem dan dilanjutkan dengan terjadinya pembelahan serta pemanjangan sel sehingga tanaman dapat menjadi besar. Namun jika jumlah unsur hara yang tersedia belum mencukupi kebutuhan bibit, maka kurang mendukung pertumbuhan bibit seperti diameter tunas (Teddy, dkk., 2009).

Tanaman karet membutuhkan unsur hara untuk pertumbuhan dan berproduksi. Pemupukan dalam perlindungan tanaman karet bukan berperan langsung untuk memberantas patogen, tetapi berperan dalam meningkatkan kesehatan tanaman karet. Penggunaan pupuk dalam pengendalian penyakit karet memberikan banyak keuntungan yaitu penghematan biaya, tenaga dan waktu dibandingkan dengan penggunaan fungisida, selain itu pemberian pupuk juga akan mempengaruhi peningkatan pertumbuhan produksi tanaman (Nurhayati, dkk., 2006).

Pemberian pupuk anorganik memiliki respon pertumbuhan bibit yang sama dengan pemberian pupuk organik. Untuk pupuk NPK Organik apabila kekurangan fosphor akan menyebabkan tanaman tidak mampu menyerap unsur lainnya, sedangkan fosphor berperan penting pada pembentukan inti sel dalam proses pembelahan sel untuk perkembangan jaringan meristem. Secara umum nitrogen merangsang pertumbuhan di atas tanah, memberikan warna hijau daun dan sekulensi(Tampubolon, 2000).

Bibit harus mendapatkan unsur hara yang cukup untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangannya, seperti unsur hara N dan P yang ada pada bahan organik walaupun dalam jumlah sedikit, maka pemberian bahan organik harus lebih banyak dosisnya. Nitrogen (N) berperan sebagai penyusun protein dan Fosfor (P) yang penting dalam transfer energi diperlukan untuk kegiatan fisiologis tanaman dan akan mempengaruhi pertumbuhan tanaman. Aktivitas fotosintesis menghasilkan fotosintat yang akan ditranslokasikan ke bagian meristem dan dilanjutkan dengan terjadinya pembelahan serta pemanjangan sel sehingga tanaman dapat menjadi besar. Namun jika jumlah unsur hara yang tersedia belum mencukupi kebutuhan bibit, maka kurang mendukung pertumbuhan stum seperti diameter tunas (Simtalia et al., 2013).Rasio pucuk akar pada tanaman karet sejalan dengan pertambahan konsentrasi nitrogen dari media tumbuh tanaman.Nilai Rasio pucuk akar dipengaruhi oleh kandungan air tanag dan aerasi. Perkembangan pucuk bertambah sejalan dengan bertambahnya kandungan air-tanah, sedangkan perkembangan akar akan terhambat pada kandungan air tanah yang tinggi (Gabriel dkk, 2014).

Unsur Magnesium (Mg) yang terkandung pada bahan organik dapat memberikan efek positif dalam pembentukan daun. Magnesium sebagai penyusun molekul klorofil dan aktivator enzim juga berperan dalam proses fotosintesis sehingga fotosintat yang dihasilkan dapat ditranslokasikan untuk mendukung pertumbuhan daun. Selain itu, hormon sitokinin yang berperan dalam merangsang proses sitokinesis atau proses pembelahan sel sehingga dapat mendukung pertumbuhan jumlah daun (Sinaga, 2013).

Dalam budidaya karet, pemupukan dilakukan sejak tanam sampai tanaman tidak berproduksi lagi. Tanpa pemupukan produksi karet tidak akan maksimal. Jika pada masa komposisi I atau sebelum disadap tanaman karet harus dipupuk, pada masa komposisi II atau setelah sadap kegiatan pemupukan harus dilakukan secara selektif. Artinya, hanya tanaman yang produksi lateknsnya bagus saja yang dipuypuk. Langkah ini untuk menghindari pemborosan (Setiawan dan Andoko, 2005 Dalam Purba, 2013).Stum Mata Tidur Karet

Tanaman karet diperbanyak melalui okulasi, sehingga untuk menghasilkan bibit yang baik perlu mempersiapkan adanya batang bawah dan batang atas. Batang bawah berupa tanaman semaian dan biji-biji klon anjuran, sedangkan untuk batang atas berasal dari mata klon-klon anjuran. Untuk mendapatkan bibit yang bermutu baik perlu mempersiapkan kebun atang bawah dan kebun batang atas (entres) yang dibangun sesuai standart yang dianjurkan (Budiman, 2012 Dalam Purba, 2012).

Bibit karet klonal atau stum okulasi mata tidur (OMT) adalah pembibitan main nursery yang menggunakan batang bawah yang telah diokulasi dengan mata okulasi terpilih. Stum okulasi mata tidur tahan hidup, seragam, mudah dikemas, mudah diatur dan mudah diangkut. Bibit karet yang akan ditanan di lapang harus berasal dari klon unggul yang terpilih, pertumbuhan bibit dalam kondisi prima, terhindar dari hama/penyakit, dan sebagainya (Sianturi, 2001 Dalam Purba, 2013).

Okulasi adalah salah satu perbanyakan tanaman secara vegetatif yaitu dengan menempelkan mata tunas dari tanaman batang atas ke tanaman batang bawah yang keduanya memiliki sifat unggul. Dengan cara ini akan terjadi penggabun gan sifat-sifat baik dari kedua tanaman tersebut dalam waktu yang relatif pendek dan dapat memperlihatkan pertumbuhan yang seragam. Tujuan utama pembuatan bibit okulasi untuk meningkatkan hasil produksi (Marsono dan Sigit, 2005 Dalam Guntur, 2012).

Kriteria bibit stump mata tidur yang baik yaitu memiliki akar tunggang lurus, tidak bercabang, panjang minimal 35 cm dan akar lateral yang disisakan panjangnya 5 cm, tinggi batang di atas okulasi sekitar 5-7 cm, memiliki diameter batang sekitar 2,5 cm. Bagian bekas pemotongan diolesi TB 192 atau parafin, apabila diperoleh pada bagian okulasi berwarna hijau, jika bibit memiliki akar tunggang lebih dari satu, pilih satu akar tunggang yang paling baik dan yang lainnya dibuang (Purwanta, dkk., 2008).

Pembuatan bibit karet OMT dimulai dengan menyemaikan biji karet sebagai batang bawah. Setelah mencapai umur 9-12 bulan, batang bawah diokulasi dengan mata entres yang diambil dari kebun induk yang terpilih. Setelah 1 bulan, batang bawah dipotong menyerong.Bibit karet kemudian dibongkar dari tempat tumbuhnya setelah tempelan okulasi dipastikan hidup. Setelah okulasi jadi, batang bawah dipotong 5 cm di atas mata okulasi, kemudian dibongkar (Suylistya, 2005). Stum Coklat

Untuk meningkatkan produk tivitas perkebunan karet rakyat, pemerintah telah menempuh berbagai upaya antara lain perluasan tanaman, penyuluhan, intensifikasi, rehabilitasi dan peremajaan serta penyebaran klon klon unggul benih karet. Dalam menunjang keberhasilan peningkatan produktivitas perkebunan karet, telah dilakukan usaha khususnya terhadap benih karet (Syukur, 2013)

Hingga saat ini, perbanyakan bibit karet unggul khususnya di tingkat penangkar dilakukan dengan system pembibitan di lapangan (ground nursery) dan menggunakan teknik okulasi cokelat (brown budding). Hasil dari teknik ini adalah bibit stum mata tidur atau bibit dalam polibag Penyediaan bibit dengan teknik okulasi cokelat memerlukan waktu 12(18 bulan mulai dari perkecambahan hingga bibit siap disalurkan. Sementara itu Perkebunan Besar Negara (PBN) atau Perkebunan Besar Swasta (PBS), selain dengan pembibitan di lapangan juga menggunakan teknik pembibitan di polibag dengan teknik okulasi hijau dan atau cokelat (Boerhendhy, 2013).

Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk memperbanyak tanaman karet dari klon -klon unggul adalah dengan menggunakan teknik. Ada tiga macam tiga macam teknik okulasi pada tanaman karet, yaitu okulasi dini, okulasi hijau dan okulasi coklat. Ketiga macam teknik okulasi tersebut pada prinsipnya relatif sama, perbedaannya hanya terletak pada umur batang bawah dan umur batang atas (Syukur, 2013).

Tanaman memerlukan unsure hara essensial untuk pertumbuhannya dimana unsure N (nitrogen) berperan untuk merangsangb pertumbuhan secara keseluruhan, khususnya batang cabang dan daun. Media tanam yang baik yaitu mampu mengikat dan menyimpang hara dengan baik, memiliki aerase dan drainase ysng baik, cukup poros sehingga mampu menyimpang oksigen yang diperlukan untuk proses respirasi (Fansuri dkk, 2013)

Auksin berperan dalam pertumbuhan dan perkembangan tanaman yaitu mempengaruhi protein membrane sehingga protein dan asam nukleat sehingga mempercepat pembentukan tunas dan akar. Pemberian zat pengatur tumbuh giberelin member pengaruh yang tidak berbeda nyata dengan auksin. Pemberian hormone IBA (auksin) dapat mendorong atau meningkatkan keberhasilan penyambungan tanamn pada stum ciklat (Shiddiqi dkk, 2012).BAHAN DAN METODE

Tempat Dan Waktu Percobaan

Adapun percobaan ini dilaksanakan di Lahan Percobaan Laboratorium Budidaya Tanaman Kelapa Sawit Dan Karet Program Studi Agroekoteknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan dengan ketinggian tempat 25 m dpl pada bulan Maret 2015 sampai dengan bulan Juni 2015.

Bahan Dan Alat

Adapun bahan yang digunakan dalam percobaan ini yaitu stum karet (Hevea brasiliensis Jacq.) klon PB 260 yang telah bersertifikat yang digunakan sebagai bahan tanam, kompos yang digunakan sebagai media tanam, top soil yang digunakan sebagai media tanam, polybag yang digunakan sebagai wadah media tanam, air yang digunakan untuk menyiram tanaman, spanduk yang digunakan untuk memberi pembatas lahan, pelepah kelapa sawit yang digunakan sebagai atap naungan, bambu yang digunakan sebagai tiang naungan, pasir yang digunakan sebagai media tanam.

Adapun alat yang digunakan dalam percobaan ini yaitu cangkul yang digunakan untuk membuka lahan, parang yang digunakan untuk membersihkan gulma berkayu, handsprayer yang digunakan untuk menyiram benih saat benih belum tumbuh, gembor yang digunakan untuk menyiram tanaman, kamera yang digunakan untuk memfoto tanaman, kertas label yang digunakan sebagai pemberi perlakuan, penggaris yang digunakan untuk mengukur tinggi tanaman, buku data yang digunakan untuk menulis data.

Metode Percobaan

Percobaan ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap Non Faktorial dengan perlakuan yaitu :

Kompos (K) yang terdiri dari 5 taraf perlakuan yaitu:

K0: Top soil + Pasir (2 : 1) + Kompos 0 kg/polybag

K1: Top soil + Pasir (2 : 1) + Kompos 0,5 kg/polybag

K2: Top soil + Pasir (2 : 1) + Kompos 1 kg/polybag

K3: Top soil + Pasir (2 : 1) + Kompos 1,5 kg/polybag

K4: Top soil + Pasir (2 : 1) + Kompos 2 kg/polybag

Jumlah Ulangan

: 3

Jumlah polibag per ulangan: 25

Jumlah tanaman per polibag: 1

Tanaman per unit/plot

: 5

Jumlah Tanaman Seluruhnya: 75

Data hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan sidik ragam dengan model linier aditif sebagai berikut:

Yij = + i + ij

Dimana :

Yij: Hasil Pengamatan dari komposisi kompos ke-j dan media tanam taraf ke-k

: Nilai tengah

i: Efek Perlakuan komposisi kompos pada blok ke-i

ij : Galat dari perlakuan komposisi kompos ke-j

Bagan Percobaan

K2 III 12K1 II 12K2 I 12

333

454545

K1 III 12K4 III12K1 I 12

333

454545

K3 II 12K0 II 12K3 III 12

333

454545

K2 II12K4 II 12K0 I 12

333

454545

K3 I 12K4 I 12K0 III12

333

454545

PELAKSANAAN PERCOBAAN

Persiapan lahan

Areal percobaan dilakukan di lahan percobaan Laboratorium Budidaya Tanaman Kelapa Sawit Dan Karet Program Studi Agroekoteknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara. Kegiatan persiapan lahan meliputi pembukaan lahan, pengukuran lahan, pengolahan tanah dan pembuatan drainase. Pembukaan lahan dilakukan dengan membersihkan lahan dari gulma berkayu dengan meggunakan parang, pengolahan tanah dan pembuatan drainase dilakukan dengan menggunakan cangkul. Persiapan lahan dilakukan dalam waktu 2 minggu.

Persiapan Stum

Stum karet yang digunakan merupakan stum yang dibeli langsung dibalai penelitian sungai putih Galang. Sebelum di lakukan penanaman, stum karet direndam didalam larutan Rootone-F yang berguna untuk merangsang pertumbuhan akar dan melindungi akar dari infeksi mikroba di dalam tanah.

Persiapan Media Tanam

Media yang digunakan berupa campuran pasir, top soil dan kompos yang dicampur secara homogen. Perbandingan antara top soil dan pasir yaitu 2:1 sedangkan untuk kompos disesuaikan dengan perlakuan yang telah ditentukan. Polybag yang digunakan yaitu polybag dengan ukuran 10 kg.

Penanaman

Penanaman stum karet dilakukan tanggal 21 Maret 2015 dengan menanam satu stum pada setiap polybag dengan membuat lubang tanam terlebih dahulu.

Pemeliharaan tanaman

Penyiraman

Penyiraman dilakukan pada pagi dan sore hari dengan menggunakan cup plastik. Penyiraman dilakukan pada pagi dan sore hari.

Penyiangan

Penyiangan dilakukan dengan mencabut gulma-gulma yang tumbuh di dalam plot. Penyiangan dilakukan setiap saat gulma tumbuh. Peyiangan dilakukan secara manual dengan menggunakan tangan.

Pengendalian OPT

Pengendalian organisme pengganggu tanaman dilakukan apabila tanaman karet menunjukkan gejala terserang OPT. Pengendalian OPT dapat menggunakan pestisida.

Pengamatan parameter

Kecepatan Melentis (HST)

Kecepatan melentis dihitung mulai dari 1 HST sampai 30 HST. Pengamatan kecepatan melentis dilakukan setiap hari. Dicatat kecepatan melentis dengan satuan HST.

Persentase Melentis (%)

Persentase melentis dihitung pada saat 30 HST dimana merupakan pengamatan terakhir untuk menghitung kecepatan melentis. Persentase melentis dihitung dengan rumus:

Persentase Melentis (%) = x 1100%

Tinggi Tunas (cm)

Tinggi tunas mulai diukur ketika tanaman telah memiliki tunas yang dapat diukur. Tinggi tanaman diukur mulai dari pangkal batang sampai dengan ujung daun tertinggi pada setiap sampel dengan menggunakan meteran. Pengukuran dilakukan setiap seminggu sekali.

Jumlah daun (helai)

Jumlah daun dihitung mulai saat tunas karet telah memiliki daun. Daun yang dihitung yaitu daun yang telah terbuka sempurna. Penghitungan dilakukan setiap seminggu sekali.

Diameter Tunas (cm)

Diameter tunas diukur mulai saat stum karet yang telah melentis memiliki diameter tunas. Pengukuran diameter tunas menggunakan jangka sorong. Pengamatan dilakukan setiap seminggu sekali.DAFTAR PUSTAKAAdi, P. N dan Istianto. 2009. Pentingnya Pemupukan Tanaman Karet. Balai

Penelitian Sungei Putih, Deli Serdang Afriza, T. O. 2010. Pertumbuhan Stum Mata Tidur Karet dengan Pemberian Air Kelapa dan Lama Penyimpanan pada Kertas Koran. Skripsi. Fakultas Pertanian Universitas Sumatera UtaraAnwar, C., 2001. Budidaya Karet. Pusat Penelitian Karet, MedanAnwar, C. 2006. Manajemen dan Teknologi Budidaya Karet. Pusat Penelitian Karet. Medan.Boerhendhy. 2013. Prospek Perbanyakan Bibit Karet Unggul dengan Teknik Okulasi Dini. Pusat Penelitian Karet, PalembangBudiman, H. 2012. Budidaya Karet Unggul. Pustaka Baru Press, Yogyakarta.

Damanik,S., Syakir,M., Made,T., dan Siswanto. 2010. Budidaya Pasca Panen Karet. Pusat Penilitian dan Perkebunan , BogorDisbun Kuansing. 2010. Pedoman Teknis Karet. Dirjenbun Kementerian RI, JakartaFansuri, M. Irsal., N. Rahmawati. 2013. Tanggap Pertumbuhan Stump Mata Tidur Karet Terhadap Komposisi Media Tanam dan Pemupukan NPK Organik. Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan

Gabriel, E., I. Situmorang, F. Safryadi. 2014. Pengaruh Substitusi Pupuk NPK dan Bio-Urine Terhdap Pertumbuhan Bibit Karet (Havea Brasiliensis Muell Arg.). Laporan Praktikum Fakultas Pertanian Universitas JambiGuntur, M. S. 2012. Pengaruh Media Tanamdan Pemberian Pupuk Posfat Terhadap Pertumbuhan Stum Okulasi Mata Tidur Karet di Pembibitan. Skripsi. Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara.

Janudianto, Andi P. Naoitupulu, H. Rahayu, S. 2013. Panduan Budidaya Karet untuk Petani Skala Kecil. World Agroforestry Centre (ICRAF), BogorKasno,A., Sri R dan Bambang H.P. 2009. Deposit, Penyebaran, dan Karakteristik Posfat Alam. www.balai.litbang.deptan.ac.id/pdf. Diakses pada tanggal 8 Juni 2015Lingga, P dan Marsono. 2008. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Penebar Swadaya. Jakarta. 150 hal.Marsono dan Sigit, P. 2005. Karet. Strategi Pemasaran Budidaya dan Pengolahan.Penebar Swadaya, JakartaNurhayati, Suparman SHK, Desty S. 2006. Pengaruh Pupuk Nitrogen Terhadap Infeksi Coryespora cassiicola (Berk & Curt) Wei Pada Daun Karet di Pembibitan. www.eprints.unsri.ac.id/pdf. Diakses 8 Juni 2015Nurjaya.2009. Respon Tanaman Karet di Pembibitan Terhadap Pemberian Pupuk Mikro Majemuk. Balai Penelitian Tanah, Bogor.Purba, P. R. O. 2013. Efektivitas Pemberian Jenis Fungi Mikoriza Arbuskular Terhadap Pertumbuhan Tanaman Karet di Pembibitan. Skripsi. Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara.Purnamayani, R. dan N. Asni. 2013. Teknologi Pemupukan Karet Unggul dan Lokal Spesifik Lokasi. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian, Kementrian Pertanian.Purwanta, J.H, Kiswanto, Slameto. 2008. Teknologi Budidaya Karet. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian, Lampung Setiawan, A. I., 2000. Penghijauan Dengan Tanaman Potensial. Kanisius, Yogyakarta.

Setiawan,H.D dan Andoko, A. 2005. Petunjuk Lengkap Budi Daya Karet. Agromedia, JakartaShiddiqi, U. A., Murniati, S. I. Saputra. 2012. Pengaruh Pemberian Zat Pengatur Tumbuh Terhadap Perumbuhan Bibit Stum Mata Tidur Tanaman., Fakultas Pertanian Universitas Riau.Sianturi, H.S.D., 2001. Budidaya Tanaman Karet. USU Press, Medan.Simtalia, M., Armaini, M. A. khoiri. 2013. Pertumbuhan Bibit Karet (Havea Brasiliensis Muell Arg.) Stum Mata Tidur Dengan Pemberian Air Kelapa dan Ampas Teh. Journal. Fakultas Pertanian, Universitas Riau.

Sinaga, P, L, E. 2013. Respon Pertumbuhan Stum Mata Tidur Karet (Havea Brasiliensis Muell Arg.) dengan Pemberian Air Kelapa dan Pupuk Organik cair.Sulistya I.I. 2005. Bibit Karet Klonal dalam Polibag Cocok untuk Lahan Bekas Hutan. Balai Penilitian Getas, SalatigaSyukur. 2013. Kajian Okulasi Benih Karet (Hevea brasiliensis Muell. Arg) Dengan Perbedaan Mata Tunas (Entres) Dan Klon. Balai Pelatihan Pertanian, JambiTampubolon, H. 2000. Pengaruh Pemupukan Terhadap Pertumbuhan Bibit Karet (Havea Brasiliensis Muell Arg.) Pada Tanah Latosol.Skripsi. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Teddy M. S, Sri R dan Achmad R. 2009. Pemanfaatan Fosfat Alam Ditinjau Dari Aspek Lingkungan.www.balai.litbang.deptan.ac.id/pdf. Diakses pada tanggal 8 Juni 2015

Jumlah kecambah yang tumbuh

Jumlah kecambah yang ditanam

X 100%