Isi Fix Kelompok 7 Trauma Bladder

42
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Trauma kandung kemih terbanyak karena kecelakaan lalu lintas atau kecelakaan kerja yang menyebabakan fragmen patah tulang pelvis mncederai buli-buli. Kateter urin merupakan suatu tindakan dengan memasukkan selang kedalam kandung kemih yang bertujuan untuk membantu mengeluarkan urin. Pemasangan kateter urin dapat menjadi tindakan yang menyelamatkan jiwa, khususnya bila traktus urinarius tersumbat atau pasien tidak mampu melakukan urinasi. Tindakan pemasangan kateter juga dilakukan pada pasien dengan indikasi lain, yaitu: untuk menentukan jumlah urin sisa dalam kandung kemih setelah pasien buang air kecil, untuk memintas suatu obstruksi yang menyumbat aliran urin, untuk menghasilkan drainase pascaoperatif pada kandung kemih, daerah vagina atau prostat, atau menyediakan cara untuk memantau pengeluaran urin setiap jam pada pasien yang sakit berat. pemasangan kateter dilakukan lebih dari lima ribu pasien setiap tahunnya, dimana sebanyak 4 % penggunaan kateter dilakukan pada perawatan rumah dan sebanyak 25 % pada perawatan akut. Sebanyak 15 -25% pasien di rumah sakit menggunakan kateter menetap untuk mengukur haluaran urin dan untuk membantu pengosongan kandung kemih. 1 | Page

description

kandung kemih

Transcript of Isi Fix Kelompok 7 Trauma Bladder

Page 1: Isi Fix Kelompok 7 Trauma Bladder

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Trauma kandung kemih terbanyak karena kecelakaan lalu lintas atau

kecelakaan kerja yang menyebabakan fragmen patah tulang pelvis mncederai buli-

buli.

Kateter  urin merupakan  suatu tindakan dengan memasukkan selang kedalam

kandung kemih yang bertujuan untuk membantu mengeluarkan urin.

Pemasangan kateter urin dapat menjadi tindakan yang menyelamatkan jiwa,

khususnya bila traktus urinarius tersumbat atau pasien tidak mampu melakukan

urinasi. Tindakan pemasangan kateter juga dilakukan pada pasien dengan  indikasi

lain, yaitu: untuk menentukan jumlah urin sisa dalam kandung kemih setelah pasien

buang air kecil, untuk memintas suatu obstruksi yang menyumbat  aliran urin, untuk

menghasilkan drainase pascaoperatif pada kandung kemih, daerah vagina atau prostat,

atau menyediakan cara untuk memantau pengeluaran urin setiap jam pada pasien yang

sakit berat.

pemasangan kateter dilakukan lebih dari lima ribu pasien setiap tahunnya,

dimana sebanyak 4 % penggunaan kateter dilakukan pada perawatan rumah dan

sebanyak 25 % pada perawatan akut. Sebanyak 15 -25% pasien di rumah sakit

menggunakan kateter menetap untuk mengukur haluaran urin dan untuk membantu

pengosongan kandung kemih.

Trauma uretra posterior yang paling sering dikaitkan dengan patah tulang

panggul, dengan kejadian 5% -10%. Dengan tingkat tahunan sebesar 20 patah tulang

panggul per 100.000 penduduk. Trauma uretra anterior kurang sering didiagnosis

kegawatdaruratan, dengan demikian, kejadian yang sebenarnya sulit untuk

ditentukan. Namun, banyak pria dengan striktur uretra bulbar mengingat cedera

tumpul yang terjadi di perineum atau cedera kangkang (straddle injury), membuat

frekuensi sebenarnya dari trauma uretra anterior jauh lebih tinggi. Cedera penetrasi ke

uretra jarang terjadi, dengan pusat-pusat trauma besar melaporkan hanya sedikit per

tahun.

1 | P a g e

Page 2: Isi Fix Kelompok 7 Trauma Bladder

B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam penulisan makalah, sebagai berikut:

1. Bagaimana konsep penyakit dari trauma bladder?

2. Bagaimana konsep penyakit dari trauma uretra?

3. Bagaimana konsep asuhan keperawatan dari trauma bladder?

4. Bagaimana konsep asuhan keperawatan dari trauma uretra?

C. Tujuan

Adapun tujuan dalam penulisan makalah, sebagai berikut:

1. Mengetahui konsep penyakit dari trauma bladder.

2. Mengetahui konsep penyakit dari trauma uretra.

3. Mengetahui konsep asuhan keperawatan dari trauma bladder.

4. Mengetahui konsep asuhan keperawatan dari trauma uretra.

2 | P a g e

Page 3: Isi Fix Kelompok 7 Trauma Bladder

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Penyakit

1. Trauma Bladder

a. Pengertian Trauma Bladder

Trauma bladder adalah rusaknya kandung kencing (organ yang

menampung urin dari ginjal) atau uretra (saluran yang menghubungkan

kandung kencing dengan dunia luar.

Cedera kandung kemih disebabkan oleh trauma tumpul atau penetrasi.

Kemungkinan cedera kandung kemih bervariasi menurut isi kandung kemih

sehingga bila kandung kemih penuh akan lebih mungkin untuk menjadi luka

daripada saat kosong.

b. Etiologi Trauma Bladder

1) Kecelakaan lalu lintas/ kerja yang menyebabkan patah tulang pelvis

2) Fraktur tulang panggul

3) Ruptur kandung kemih

4) Ruda paksa tumpul

5) Ruda paksa tajam akibat luka tusuk atau tembak

c. Klasifikasi Trauma Bladder

1) Rupture ekstaperitoneal kandung kemih.

Ruptur ekstraperitoenal biasanya berhubungan dengan fraktur panggul

(89%-100%). Sebelumnya , mekanisme cidera diyakini dari perforasi

langsung oleh fragmen tulang panggul. Tingkat cidera kandung kemih

secara langsung berkaitan dengan tingkat keparahan fraktur.

2) Rupture ekstaperitoneal kandung kemih.

Ruptur ekstraperitoenal biasanya berhubungan dengan fraktur panggul

(89%-100%). Sebelumnya , mekanisme cidera diyakini dari perforasi

langsung oleh fragmen tulang panggul. Tingkat cidera kandung kemih

secara langsung berkaitan dengan tingkat keparahan fraktur.

3) Kombinasi Ruptur Intraperitoneal dan Ekstraperitoneal.

3 | P a g e

Page 4: Isi Fix Kelompok 7 Trauma Bladder

Mekanisme cedera penetrasi memugkinkan cedera menembus kandung

kemih seperti peluru kecepatan tinggi melintasi kandung kemih atau luka

tusuk abdominal bawah. Hal tersebut akan menyebabkan intraperitoneal,

ekstraperitoneal, cedera atau gabungan kandung kemih.

d. Patofisiologi Trauma Bladder

Secara anatomik buli-buli atau bladder terletak di dalam rongga pelvis

dilindungi oleh tulang pelvis sehingga jarang mengalami cidera. Ruda paksa

kandung kemih karena kecelakaan lau lintas atau kecelakaan kerja dapat

menyebabkan fragmen patah tulang pevis sehingga mencederai buli-buli. Jika

fraktur tulang panggul dapat menimbulkan kontusio atau ruptur kandung

kemih, tetapi hanya terjadi memar pada dinding buli-buli dengan hematuria

tanpa ekstravasasi urin. Rudapaksa tumptul juga dapat menyebabkan ruptur

buli-buli terutama bia kandung kemih penuh atau terdapat kelainan patologik

seperti tuberculosis, tumor atau obstruksi sehingga rudapaksa kecil

menyebabkan ruptur.

4 | P a g e

Page 5: Isi Fix Kelompok 7 Trauma Bladder

e. WOC Trauma Bladder

5 | P a g e

Kandung kemih/ bladder

Kecelakaan Fraktur tulang panggul

Ruda paksa tumpul

Ruda paksa tajam

Patah tulang pelvis

Kontusio buli-buli Rupture Luka tusuk atau tembak

Memar

Trauma bladder

obstruksi Jejas/ hematom abdomen Robekan dinding bladder

perdarahan

anemiakateterisasi

Tekanan kandung kemih

Nyeri tekan supra pubik

Resiko komplikasi infeksi Gangguan rasa nyaman nyeri

Syok hipovolemik

inkontinensia

Page 6: Isi Fix Kelompok 7 Trauma Bladder

f. Manifestasi Klinis Trauma Bladder

1) Umumnya fraktur tulang pelvis disertai perdarahan hebat sehingga jarang

penderita datang dalam keadaan anemik bahkan sampai syok.

2) Pada abdomen bagian bawah tampak jejas atau hematom dan terdapat

nyeri tekan pada daerah supra pubik di tempat hematom.

3) Pada ruptur buli-buli intraperitonial urin masuk ke rongga peritonial

sehingga memberi tanda cairan intra abdomen dan rangsangan peritonial.

4) Lesi ekstra peritonial memberikan gejala dan tanda infiltrat urin di rongga

peritonial yang sering menyebabkan septisemia.

5) Penderita mengeluh tidak bisa buang air kecil, kadang keluar darah dari

uretra.

g. Pemeriksaan Diagnostik Trauma Bladder

1) Hematocrit menurun

2) Pemeriksaan pencitraan berupa sistografi yaitu dengan memasukkan

kontras ke dalam kandung kemih sebanyak 300-400 ml secara gravitasi

( tanpa tekanan ) melalui kateter per-uretram. Kemudian dibuat beberapa

foto, yaitu :

a) Foto pada saat kandung kemih terisi kontras dalam posisi anterior-

posterior (AP)

b) Pada posisi oblik.

c) Wash out film yaitu foto setelah kontras dikeluarkan dari kandung

kemih.

h. Penatalaksanaan Trauma Bladder

Pada kontusio cukup dilakukan pemasangan kateter dengan tujuan

untuk memberikan istirahat pada kandung kemih. Dengan cara ini diharapkan

buli-buli sembuh setelah 7-10 hari. Pada rupture traumatic intraperitoneal

dilakukan bedah eksplorasi segera dan perbaikan laserasi, disertai drainase

suprapubis dari kandung kemih dan ruang perivesikal (di sekitar kandung

kemih) kemudian dipasang kateter sistostomi yang dilewatkan di luar sayatan

laparotomi.

6 | P a g e

Page 7: Isi Fix Kelompok 7 Trauma Bladder

2. Trauma Uretra

a. Pengertian Trauma Uretra

Truma uretra adalah suatu cedera yang mengenai uretra sehingga

menyebabkan ruptur pada uretra (Arif Muttaqin:2011)

Ruptur uretra adalah ruptur pada uretra yang terjadi langsung akibat

trauma dan kebanyakan disertai fraktur tulang panggul, khususnya os pubis

(simpiolisis).

Cedera uretra adalah suatu cedera yang mengenai uretra sehingga

menyebabkan rupture pada uretra. Cedera uretra dibedakan menjadi cedera

uretra anterior dan cedera uretra posterior berdasarkan etiologi trauma, tanda

klinis, pengelolaan, serta prognosisnya berbeda.

Gambar: hematoma akibat trauma uretra

Sumber: google.com

b. Etiologi Trauma Uretra

Penyebab trauma uretra dapat terjadi di karenakan hal berikut ini :

1) Trauma uretra terjadi akibat cedera yang berasal dari luar dan cedera

iatrogenic akibat instrumentasi pada uretra.

2) Trauma tumpul yang menimbulkan fraktur tulang pelvis, menyebabkan

rupture uretra pars membranasea, sedangkan trauma tumpul pada

selangkangan atau “straddle injury” dapat menyebabkan rupture uretra

para bulbosa.

3) Pemasangan kateter pada uretra yang kurang hati-hati dapat menimbulkan

robekan uretra karena salah jalan (false route).

7 | P a g e

Page 8: Isi Fix Kelompok 7 Trauma Bladder

c. Klasifikasi Trauma Uretra

Ruptur uretra dibagi menjadi 2 macam:

1) Ruptur uretra anterior :

Paling sering pada bulbosa disebut Straddle Injury, dimana robekan

uretra terjadi antara ramus inferior os pubis dan benda yang

menyebabkannya. Terdapat daerah memar atau hematoma pada penis dan

scrotum (kemungkinan ekstravasasi urine Penyebab tersering : straddle

injury ( cedera selangkangan )

Jenis kerusakan :

Kontusio dinding uretra.

Ruptur parsial.

Ruptur total.

2) Ruptur uretra posterior :

Paling sering pada membranacea.

Ruptur uretra pars prostato-membranasea

Terdapat tanda patah tulang pelvis.

Terbanyak disebabkan oleh fraktur tulang pelvis.

Robeknya ligamen pubo-prostatikum.

Pada daerah suprapubik dan abdomen bagian bawah dijumpai jejas,

hematom dan nyeri tekan.

Bila disertai ruptur kandung kemih bisa ditemukan tanda rangsangan

peritoneum.

d. Patofisiologi Trauma Uretra

Ruptur uretra sering terjadi bila seorang penderita patah tulang panggul

karena jatuh atau kecelakaan lalu lintas. Ruptur uretra dibagi menjadi 2 yaitu ;

rupture uretra posterior dan anterior.

Ruptur uretra posterior hampir selalu disertai fraktur pelvis. Akibat

fraktur tulang pelvis terjadi robekan pars membranaseae karena prostat dan

uretra prostatika tertarik ke cranial bersama fragmen fraktur. Sedangkan uretra

membranaseae terikat di diafragma urogenital. Ruptur uretra posterior dapat

terjadi total atau inkomplit. Pada rupture total, uretra terpisah seluruhnya dan

8 | P a g e

Page 9: Isi Fix Kelompok 7 Trauma Bladder

ligamentum puboprostatikum robek, sehingga buli-buli dan prostat terlepas ke

cranial.

Rupture uretra anterior atau cedera uretra bulbosa terjadi akibat jatuh

terduduk atau terkangkang sehingga uretra terjepit antara objek yang keras

seperti batu, kayu atau palang sepeda dengan tulang simpisis. Cedera uretra

anterior selain oleh cedera kangkang juga dapat di sebabkan oleh

instrumentasi urologic seperti pemasangan kateter, businasi dan bedah

endoskopi. Akibatnya dapat terjadi kontusio dan laserasi uretra karena straddle

injury yang berat dan menyebabkan robeknya uretra dan terjadi ekstravasasi

urine yang biasa meluas ke skrotum, sepanjang penis dan ke dinding abdomen

yang bila tidak ditangani dengan baik terjadi infeksi atau sepsis.

9 | P a g e

Page 10: Isi Fix Kelompok 7 Trauma Bladder

e. WOC Trauma Uretra

10 | P a g e

Trauma pada uretra

Rupture uretra posteriorRupture uretra anterior

Spasme otot peritoneum:

Hematom perivesika perdarahan per-uretram, retensi urine perdarahan dalam

masif

Spasme otot perineum

Ekstravasasi saluran urine:

Hematom penis dan inguinal

Anuria

Iritasi kulit penis atau inginual

Nyeri

Gangguan pemenuhan eliminasi urine

Actual atau risiko syok hipovolemik Actual atau

risiko tinggi infeksi

Kerusakan integritas Tindakan pembedahan

Respon psikologis: koping maladaptive kecemasan

Kecemasan

Pemenuhan informasi

Page 11: Isi Fix Kelompok 7 Trauma Bladder

f. Manifestasi Klinis Trauma Uretra

1) Perdarahan per-uretra post trauma.

2) Retensi urine.

3) Rupture uretra posterior

Perdarahan per uretra

Retensi urine.

Pemeriksaan Rektal Tuse : Floating Prostat.

Ureterografi: ekstravasasi kontras dan adanya fraktur pelvis.

4) Rupture uretra anterior:

Perdarahan per-uretra/ hematuri.

Sleeve Hematom/butterfly hematom.

Kadang terjadi retensi urine.

5) Rupture uretra total

Penderita mengeluh tidak bisa buang air kecil sejak terjadi ruda

paksa.

Nyeri perut bagian bawah dan daerah supra pubik.

Pada perabaan mungkin dijumpai kandung kemih yang penuh.

g. Pemeriksaan Penunjang Trauma Uretra

Pemeriksaan radiologik:

Tampak adanya defek uretra anterior daerah bulbus dengan ekstravasasi bahan

kontras uretografi retrograd.

Gambar: hasil ronsen pada trauma uretra

Sumber : google.com

11 | P a g e

Page 12: Isi Fix Kelompok 7 Trauma Bladder

h. Penatalaksanaan Trauma Uretra

Penting bagi seluruh perawat untuk mengetahui bahwa tidak boleh

melakukan pemasangan kateter pada kondisi rupture uretra karena dapat

menyebabkan kerusakan uretra yang lebih parah.

Rupture uretra posterior biasanya diikuti oleh trauma mayor pada

organ lain (abdomen dan fraktur pelvis) disertai dengan ancaman jiwa berupa

perdarahan. Tindakan yang berlebihan akan menyebabkan timbulnya

perdarahan yang lebih banyak pada kavum pelvis dan prostat, serta menambah

kerusakan pada uretra dan struktur neurovascular di sekitarnya.

Kerusakan neurovascular menambah kemungkinan terjadinya

disfungsi ereksi dan inkontinensia. Pada keadaan akut, tindakan yang

dilakukan adalah melakukan sistostomi untuk diversi urine. Setelah keadaan

stabil, sebagian ahli urologi melakukan primary endoscopic realignment yaitu

melakukan pemasangan kateter uretra sebagai splint melalui tuntunan

uretroskopi. Dengan cara ini diharapkan kedua ujung uretra yang terpisah

dapat saling didekatkan. Tindakan ini dilakukan sebelum 1 minggu pasca-

ruptur dan kateter dipertahankan selama 14 hari.

Pada trauma anterior , kontusi uretra dimonitor terhadap kemungkinan

menjadi striktur uretra dimonitor terhadap kemungkinan menjadi striktur

uretra dan dilakukan uretografi pada 4-6 bulan kemudian. Pada ekstravasasi

ringan, cukup dilakukan sistonomi untuk mengalihkan aliran urine. Kateter

sistostomi dpertahankan sampai 2 minggu dan lepas setelah diyakinkan

melalui pemeriksaan uretografi bahwa sudah tidak ada ekstravasasi kontras

atau tidak timbul striktura uretra. Namun, jika timbul skriktura uretra. Namun,

jika timbul striktura uretra, maka dilakukan reparasi uretra.

B. Konsep Asuhan Keperawatan

1. Konsep Asuhan Keperawatan Trauma Bladder

a. Pengkajian

Kaji keluhan nyeri di daerah suprasimfisis, miksi bercampur darah atau

mungkin pasien tidak dapat miksi. Pemeriksaan secara umum sering

didapatkan adanya syok hipovolemik yang berhubungan dengan fraktur

pelvis dan perdarahan dalam pasif.

12 | P a g e

Page 13: Isi Fix Kelompok 7 Trauma Bladder

Inspeksi lokalis terdapat adanya tanda fraktur pubis, hematom

perivesika. Pada urine output didapatkan adanya hematuria, penurunan

jumlah urine sampai anuria. Klien terlihat nyeri saat berkemih.

Pemeriksaan abdominal : distensi, guarding, reboud tenderness,

hilangnya/ penurunan suara usus dan tanda-tanda iritasi peritoneal

menunjukkan kemungkinan pecahnya kandung kemih intraperitoneal.

Pemeriksaan dubur harus dilakukan untuk mengevaluasi posisi prostat.

Posisi prostat yang melayang atau tidak pada posisi anatomis normal

mengindikasikan adanya cedera kandung kemih disertai adanya rupture

pada uretra.

b. Diagnosa Keperawatan

1) Resiko tinggi syok hipovolemik berhubungan dengan perdarahan

akibat robekan dinding bladder

2) Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan nyeri tekan supra

pubik dikarenakan adanya hematom pada daerah abdomen.

3) Resiko komplikasi infeksi berhubungan dengan pemasangan

kateterisasi.

c. Intervensi Keperawatan

Dx 1 : resiko tinggi syok hipovolemik berhubungan dengan perdarahan

akibat robekan dinding bladder .

Intervensi :

1. Observasi tensi, nadi, suhu, pernafasan dan tingkat kesadaran pasien.

( Rasional : Terjadinya perubahan tanda vital merupakan manifestasi

awal sebagai kompensasi hypovolemia dan penurunan curah jantung).

2. Berikan cairan IV sesuai kebutuhan.( Rasional : Perbaikan volume

sirkulasi biasanya dapat memperbaiki curah jantung).

3. Berikan O2 sesuai kebutuhan.( Rasional : Kadar O2 yang maksimal

dapat membantu menurunkan kerja jantung ).

4. Kolaborasi pemberian obat-obatan anti perdarahan.( Rasional : Untuk

menghentikan atau mengurangi perdarahan yang sedang berlangsung ).

Dx 2 : Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan nyeri tekan

supra pubik dikarenakan adanya hematom pada daerah abdomen.

ditandai dengan :

13 | P a g e

Page 14: Isi Fix Kelompok 7 Trauma Bladder

a) Klien mengeluh nyeri pada daerah abdomen bawah yang terkena.

b) Adanya nyeri tekan pada daerah bladder yang terkena.

Intervensi :

1. Kaji skala nyeri, catat lokasi, lama, intensitas dan karakteristiknya.

(Rasional : perubahan dalam lokasi atau intensitas tidak umum tetapi

dapat menunjukkan adanya komplikasi).

2. Atur posisi sesuai indikasi, misalnya semi fowler. (Rasional :

memudahkan drainase cairan/ luka karena gravitasi dan membantu

meminimalkan nyeri karena gerakan).

3. Berikan tindakan kenyamanan, misalnya nafas dalam, teknik relaksasi/

visualisasi. (Rasional : meningkatkan kemampuan koping dengan

memfokuskan perhatian pasien).

Dx 3 : Resiko komplikasi infeksi berhubungan dengan pemasangan

kateterisasi.

Intervensi :

1. Berikan perawatan aseptik dan antiseptik, pertahankan tekhnik cuci

tangan yang baik.( Rasional : Cara pertama untuk menghindari infeksi

nasokomial ).

2. Observasi daerah kulit yang mengalami kerusakan seperti adanya

inflamasi.( Deteksi dini perkembangan infeksi memungkinkan untuk

melakukan tindakan segera dan pencegahan terhadap komplikasi

selanjutnya ).

3. Pantau suhu tubuh secara teratur, catat adanya demam dan menggigil.

( Rasional : Dapat mengindikasikan perkembangan sepsis yang

selanjutnya memerlukan evaluasi atau tindakan dengan segera ).

14 | P a g e

Page 15: Isi Fix Kelompok 7 Trauma Bladder

2. Konsep Asuhan Keperawatan Trauma Uretra

a. Pengkajian

1) Identitas pasien:

Meliputi nama, alamat,

Jenis kelamin: trauma uretra bisanya terjadi pada pria karena uretra

pria lebih panjang sehingga resiko terjadi trauma lebih besar).

Umur: usia produktif lebih beresiko karnena rentan terjadi

kecelakaan

Pekerjaan: pekerja lapangan atau pekerja berat lebih beresiko

terjadi kecelakaan dalam pekerjaan.

2) Keluhan utama

Hal yang paling dirasakan pasien seperti:

Nyeri akut

Perdarahan per-uretra post trauma

Fraktur pelvis

Hematom penis dll.

3) Riwayat penyakit sekarang

Menceritakan tentang perjalanan penyakitdari pasien dirumah sampai

dibawa ke rumahsakit. Biasanya pasien mengeluh Perdarahan per-

uretra post trauma, hematoma dll (kaji riwayat trauma)

4) Riwayat penyakit dahulu

Kaji pasien memiliki riwayat fraktur pelvis

5) Riwayat penyakit keluarga

Biasanya tidak ditemukan adanya hubungan riwayat penyakit keluarga

dengan trauma uretra.

6) Pola kebiasaan yang mempengaruhi kesehatan.

Misalnya kebiasaan mengendarai sepedah beresiko untuk terjadinya

trauma atau cidera uretra

b. Diagnosa Keperawatan

a) Gangguan eliminasi urine berhubungan dengan retensi urin akibat

obstruksi saluran kencing

b) Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan pengaktifan

mediator nyeri akibat spasme otot

15 | P a g e

Page 16: Isi Fix Kelompok 7 Trauma Bladder

c) Risiko tinggi infeksi berhubungan dengan iritasi jaringan kulit,

hematom penis, hematom inguinal sekunder cedera selangkangan.

d) Kecemasan berhubungan dengan prognosis pembedahan, tindakan

invasif diagnostik.

c. Intervensi Keperawatan

Dx. 1 : Gangguan eliminasi urine berhubungan dengan retensi urin akibat

obstruksi saluran kencing.

Intervensi :

1. Awasi pemasukan dan pengeluaran dan karakteristik urine. (Rasional :

memberikan informasi tentang fungsi ginjal dan adanya komplikasi).

2. Tentukan pola berkemih normal dan perhatikan variasi. (Rasional :

kalkulus dapat menyebabkan eksitabilitas saraf yang menyebabkan

sensasi kebutuhan berkemih segera).

3. Dorong meningkatkan pemasukan cairan. (Rasional : peningkatan

hidrasi dapat membilasi bakteri, darah dan debris dan dapat membantu

lewatnya batu).

Dx. 2 : Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan pengaktifan

mediator nyeri akibat spasme otot.

Intervensi :

1. Kaji skala nyeri, lokasi, dan intensitas nyeri. (Rasional : mengobservasi

tindakan yang telah dilakukan).

2. Beri tindakan nyaman, contoh pijatan punggung. (Rasional :

meningkatkan relaksasi menurunkan tegangan otot).

3. Berikan kompres hangat pada punggung. (Rasional : menghilangkan

tegangan otot dan dapat menurunkan reflek spasme).

4. Berikan analgesic. (Rasional : membantu meringankan nyeri dari

dalam tubuh).

16 | P a g e

Page 17: Isi Fix Kelompok 7 Trauma Bladder

C. Aplikasi Kasus

1. Kasus

Ny.B 29th datang ke RS. Dengan keluhan nyeri abdomen bagian bawah dan

klien tidak mampu BAK serta keluar darah dari alat kelamin.klien mengatakan Ketika

di jalan kendaraan klien menabrak kendaraan orang lain yang berlawanan arah saat

klien mau melewati tumpukkan pasir. Setelah terjadi tabrakan klien mengalami

benturan pada daerah abdomen bagian bawah akibat dari benturan setang sepeda

motor klien dan terdapat luka lecet pada bagian tangan dan lutut klien. Kemudian

teman-teman dan orang tua klien langsung membawa klien ke RSUD Gresik untuk

mendapatkan pengobatan dan perawatan. terpasang kateter dan keluar darah saat

BAK melalui kateter.TD 100/80 mmHg, nadi 100x/menit, RR 20X/menit, suhu 38ºC.

2. Pengkajian

a. Identitas Klien

Nama                             : Ny.B

Umur                              : 29 tahun

Jenis kelamin                  : Perempuan

Agama                           : Islam

Suku / Bangsa                : Jawa / WNI

Pendidikan                     : SLTA

Bahasa                            : Jawa

Alamat                           : Gresik

Diagnosa medis             : Trauma vesika urinaria

b. Alasan masuk rumah sakit

Alasan dirawat

Kecelakaan lalu lintas dan nyeri abdomen bagian bawah dan keluar darah dari

alat kelamin.

Keluhan utama

Nyeri abdomen bagian bawah dan klien tidak mampu BAK serta keluar darah

dari alat kelamin.

c. Riwayat penyakit

1) Riwayat penyakit dahulu

Sebelum dirawat klien tidak pernah mengalami sakit yang serius dan tidak

ada riwayat alergi obat atau makanan.

17 | P a g e

Page 18: Isi Fix Kelompok 7 Trauma Bladder

2) Riwayat penyakit sekarang

Ketika di jalan kendaraan klien menabrak kendaraan orang lain yang

berlawanan arah saat klien mau melewati tumpukkan pasir. Setelah terjadi

tabrakan klien mengalami benturan pada daerah abdomen bagian bawah

akibat dari benturan setang sepeda motor klien dan terdapat luka lecet pada

bagian tangan dan lutut klien. Kemudian teman-teman dan orang tua klien

langsung membawa klien ke RSUD Gresik untuk mendapatkan

pengobatan dan perawatan.

3) Riwayat penyakit keluarga

Menurut keluarga klien dalam keluarganya tidak ada yang menderita

penyakit menular dan keturunan seperti hipertensi dan DM.

d. Aktivitas sehari-hari

1) Makan dan minum

Di rumah : pola makan klien 3 x sehari, dengan makanan yang pokok

sehari-hari seperti nasi, lauk pauk, sayur mayur dan juga bila ada buah-

buahan. Klien minum air putih ± 7 –  9 gelas /hari

Di RS      : klien mengalami penurunan nafsu makan, porsi makan yang

disediakan hanya ± 2 – 3 sendok yang dimakan. Klien minum ± 4 – 5

gelas/hari. Diet yang diberikan adalah bubur biasa (TKTP).

2) Eliminasi BAK dan BAB

Di rumah : klien BAK ± 5 - 6 kali/hari, warna kuning jernih, bau khas,

pola BAB 1 - 2 x sehari dengan konsistensi padat.

Di RS      : pada saat pengkajian klien tidak ada BAB, dan klien tidak

mampu BAK melalui kateter  dan hanya darah segar didalam urinebag

klien.

3) Istirahat dan tidur

Di rumah   : klien tidur ± 6 – 7 jam pada malam hari dan jarang tidur

siang.

Di RS         : klien istirahat cukup, hanya diam di tempat tidur dan klien

bisa tidur.

18 | P a g e

Page 19: Isi Fix Kelompok 7 Trauma Bladder

e. Pemeriksaan fisik

Keadaan umum pasien lemah dan terlihat sakit di area abdomen bagian

bawah. Kesadaran pasien compos mentis. TTV abnormal, yaitu TD 100/80

mmHg, nadi 100x/menit, RR 20X/menit, suhu 38ºC.

Head to Too

1) Kepala

Bentuk kepala simetris, kulit kepala cukup bersih, posisi kepala tegak

dapat digelengkan ke kiri / kekanan, tidak terdapat luka jahitan.

2) Rambut

Bentuk rambut lurus, berwarna hitam, kebersihan cukup baik.

3) Mata (Penglihatan)

Terlihat bersih (tidak ada kotoran), struktur mata simetris, fungsi

penglihatan baik, sklera tidak ikterik, konjungtiva tidak anemis, klien tidak

memakai alat bantu penglihatan / kacamata, dan visus mata 6/6.

4) Hidung (Penciuman).

Bentuk simetris, fungsi penciuman baik, tidak ada perdarahan, polip dan

tidak ada peradangan, terlihat bersih (tidak ada benda asing atau secret

serta kotoran yang menempel)

5) Telinga (Pendengaran)

Bentuk dan posisi simetris, fungsi pendengaran baik, tidak terdapat luka

danj klien tidak mengguanakan alat bantu pendengaran.

6) Mulut dan Gigi

Mukosa bibir agak kering, lidah tampak bersih, jumlah gigi lengkap,

kebersihan gigi cukup baik, tidak tercium bau mulut, fungsi pengecapan

baik (dapat membedakan rasa) tidak ada masalah dalam menelan tapi klien

cuma kurang nafsu makan.

7) Leher

Terlihat bersih(tidak terdapat kotoran dilipatan kulit), tidak terdapat

pembesaran getah bening maupun kelenjar tiroid, dan tidak ada

keterbatasan gerak pada leher.

8) Thorax (Fungsi Pernafasan)

Bentuk simetris, frekuensi nafas 20x/menit, tidak terlihat sesak nafas /

tidak menggunakan alat bantu pernafasan, dada teraba datar dan tidak ada

19 | P a g e

Page 20: Isi Fix Kelompok 7 Trauma Bladder

nyeri tekan dan tidak terdengar bunyi nafas tambahan ronchi dan

wheezing.

9) Abdomen

Inspeksi      : bentuk simetris, tampak kebiruan pada perut bagian bawah.

Auskultasi  : bising usus normal 8x/menit

Perkusi       : -

Palpasi        : terdapat nyeri tekan pada abdomen bagian bawah.

10) Reproduksi

Klien berjenis kelamin perempuan, terpasang kateter dan keluar darah saat

BAK melalui kateter.

11) Ekstremitas

Atas     : Ekstremitas atas sebelah kanan terpasang infuse RL 20

tetes/menit dan ekstremitas atas sebelah kiri dan kanan terdapat luka lecet.

Bawah : Ekstremitas bawah terdapat luka lecet pada kedua lutut dan nyeri

apabila digerakkan.

12) Integument

Turgor kulit baik kembali kurang dari 2 detik, warna kulit sawo matang,

suhu 38ºC, dan terdapat hematume serta lesi.

3. Analisa Data

Data Problem Etiologi

DS:

- Ny B mengatakan nyeri

pada abdomen bawah

- P = nyeri dirasa saat BAK

- Q = nyeri setiap kali BAK

- R =Abdomen menyebar

ke kelamin

- S = skala nyeri 7

- T = nyeri dirasa semenjak

terjadinya kecelakaan dan

muncul setiap kali BAK

Kerusakan jaringan (trauma)

pada daerah bladder

Gangguan rasa nyaman

(nyeri)

20 | P a g e

Page 21: Isi Fix Kelompok 7 Trauma Bladder

DO:

- Tampak kebiruan pada

perut bagian bawah

- Terdapat nyeri tekan pada

abdomen bagian bawah

DS:

- Ny B mengatakan tidak

dapat BAK serta keluar

darah dari alat kelamin

DO:

- Ny B tidak mampu BAK

melalui kateter, hanya

darah segar di dalam urine

bag.

Trauma bladder ditandai

dengan hematuria

Gangguan eliminasi

urine

DS:

- Ny B mengatakan keluar

darah dari alat kelamin

DO:

- Tampak kebiruan pada

abdomen bagian bawah

Adanya luka trauma Resiko tinggi Infeksi

Prioritas diagnosa

1. Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan kerusakan jaringan

(trauma) pada daerah bladder ditandai dengan klien mengeluh nyeri pada

daerah abdomen bawah

2. Gangguan eliminasi urine berhubungan dengan trauma bladder ditandai

dengan hematuria.

3. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan adanya luka trauma.

21 | P a g e

Page 22: Isi Fix Kelompok 7 Trauma Bladder

4. Intervensi Keperawatan

No

Dx.NOC NIC Rasional

1 Tujuan : Nyeri

Berkurang

setelah

dilakukan

tindakan 3x24

jam dengan

kriteria hasil:

Pasien tampak

rileks

1. Ajarkan Teknik

Relaksasi

2. Kaji nyeri

meliputi lokasi,

karakteristik,

intensitas (0-10)

3. Kolaborasi medis

dengan pemberian

analgesik

1. Mengembalikan

perhatian dan

meningkatkan rasa

kontrol.

2. Membantu evalusi

derajat ketidaknyamanan

dan deteksi dini

terjadinya komplikasi

3. Analgesik dapat

menghilangkan nyeri.

2 Tujuan: tidak

ada gangguan

pemenuhan

eliminasi

setelah

dilakukan

tindakan 3x 24

jam dengan

kriteria hasil:

pasien bisa

berkemih dan

distensi

abdomen tidak

teraba

1. Katerisasi untuk

residu urine dan

biarkan kateter tak

menetap sesuai

indikasi.

2. Perhatikan aliran dan

karakteristik urine.

3. Siapkan alat bantu

untuk drainase urin,

contoh : sistomi

1. Menghilangkan atau

mencegah retensi urin

dan mengesampingkan

adanya striktur urtra.

2. Penurunan aliran

menunjukkan retensi

urin, urin keruh mungkin

normal (adanya mukus)

atau mengindikasikan

proses infeksi.

3. Diindikasikan untuk

mengeluarkan kandung

kemih selama episode

atau bila bedah

dikontraindikasikan

karena status kesehatan

pasien

3 Tujuan:

Mengurangi

1. Jelaskan pada klien

dan keluarga tentang

1. Pengetahuan yang

memadai memungkinkan

22 | P a g e

Page 23: Isi Fix Kelompok 7 Trauma Bladder

resiko infeksi

setelah

dilakukan

tindakan 3x24

jam dengan

kriteria hasil:

tidak ada

eritema dan

gejala infeksi

lainnya.

tanda-tanda infeksi

2. Observasi tanda-tanda

infeksi

3. Motivasi klien untuk

menjaga kebersihan

diri

4. Kolaborasi dengan

dokter dalam

pemberian antibiotik.

klien kooperatif terhadap

tindakan keperawatan.

2. Deteksi dini adanya

infeksi dan menentukan

tindakan selanjutnya.

3. Lingkungan yang lembab

merupakan media

pertumbuhan kuman

meningkatkan terjadinya

resiko infeksi.

4. Mencegah pertumbuhan

kuman yang lebih

progresif.

5. Implementasi keperawatan

NoTanggal dan

JamPelaksanaan

Evaluasi Tindakan/

Respons klien

Nama

dan

Paraf

Petugas

1 20 Maret 2016

08.00

1. Mengajarkan

Teknik Relaksasi

mendengarkan

musik kepada

klien.

2. Mengkaji nyeri

meliputi lokasi,

karakteristik,

intensitas (0-10).

3. Kolaborasi dengan

dokter dalam

pemberian asam

1. Klien kooperative

saat perawat

mengajarkan

teknik relaksasi

dengan musik.

Klien lebih

memilih musik

slow dan klien

mendengarkan

musik sambil

memejamkan

mata. Klien

23 | P a g e

Page 24: Isi Fix Kelompok 7 Trauma Bladder

efenamat tampak rileks dan

menikmatinya.

2. Nyeri yang

dirasakan klien 5.

3. Setelah dibeikan

obat asam

efenamat klien

merasa nyeri

berkurang .

2 20 maret 2016

13.00

1. Melakukan

katerisasi untuk

residu urine dan

biarkan kateter tak

menetap sesuai

indikasi.

2. Mengkaji aliran

dan karakteristik

urine

(konsistensinya,

volumenya,

warnanya, dan

baunya)

3. Menyiapkan alat

bantu untuk

drainase urin,

contoh : sistostomi

1. Klien merasa

sedikit nyeri saat

dilakukan

katerisasi.

2. Konsistensi

urinnya sedikit

pekat, BAK

sedikit,warnanya

kecoklatan, baunya

amis.

3. Perawat hanya

menyiapkan jika

terjadi komplikasi.

3 20 Maret 2016

15.00

1. Menjelaskan pada

klien dan keluarga

tentang tanda-tanda

infeksi yaitu kalor,

dolor, tumor,

fungsiolesa.

2. Mengobservasi

tanda-tanda infeksi

1. Klien dan keluarga

mendengarkan dan

kooperatif saat

perawat

menjelaskan. Dan

bisa menerangkan

lagi apa yang

24 | P a g e

Page 25: Isi Fix Kelompok 7 Trauma Bladder

apakah ada

kenaikan suhu

tubuh,

pembengkakan

didaerah luka,

kehilangan fungsi

jaringan,

kemrahan.

3. Memotivasi klien

untuk menjaga

kebersihan diri.

4. Kolaborasi dengan

dokter dalam

pemberian

antibiotik

Amoxilin.

dijelaskan perawat.

2. Belum ditemukan

tanda-tanda infeksi

pada daerah

katerisasi.

3. Klien menjaga

kebersihan dengan

mandi 2 kali

sehari.

4. Klien

mengkonsumsi

obatnya.

6. Evaluasi Keperawatan

No.

DxTanggal Catatan Perkembangan

Nama

&

paraf

1 22 Maret

2016

S: Ny. B mengatakan bahwa ia merasa

Rileks dan nyerinya berkurang.

O: pada hasil pengkajian nyeri didapat

skala nyerinya 4

A: Tujuan tidak tercapai

P: Pasien diberikan HE

2 22 Maret

2016

S: Ny. B merasa enakan karena BAKnya

lancar. tetapi agak risih.

O: Konsistensi urinnya sedikit pekat,

BAK sedikit,warnanya kecoklatan,

25 | P a g e

Page 26: Isi Fix Kelompok 7 Trauma Bladder

baunya amis.

A: Tujuan tercapai

P: Lanjutkan Intervensi No.1 dan

diberikan HE

3 9 Maret 2016 S: Klien mengatakan dan menjelaskan

tanda-tanda nyeri.

O: terlihat merah dibagian labia minora.

A: Tujuan tercapai sebagian

P: Lanjutkan intervensi no.3, 4 dan

diberikan HE

26 | P a g e

Page 27: Isi Fix Kelompok 7 Trauma Bladder

BAB 3

PEMBAHASAN

Ditemukan sebuah kasus Ny.B 29th datang ke RS. Dengan keluhan nyeri abdomen

bagian bawah dan klien tidak mampu BAK serta keluar darah dari alat kelamin.klien

mengatakan Ketika di jalan kendaraan klien menabrak kendaraan orang lain yang berlawanan

arah saat klien mau melewati tumpukkan pasir. Setelah terjadi tabrakan klien mengalami

benturan pada daerah abdomen bagian bawah akibat dari benturan setang sepeda motor klien

dan terdapat luka lecet pada bagian tangan dan lutut klien. Kemudian teman-teman dan orang

tua klien langsung membawa klien ke RSUD Gresik untuk mendapatkan pengobatan dan

perawatan. terpasang kateter dan keluar darah saat BAK melalui kateter.TD 100/80 mmHg,

nadi 100x/menit, RR 20X/menit, suhu 38ºC.

Dari data pengkajian kasus yang didapatkan sudah sesuai dengan konsep pengkajian

asuhan keperawatan trauma Bladder. Dimana pada Ny.B terdapat keluhan abdomen bagian

bawah dan klien tidak mampu BAK serta keluar darah dari alat kelamin. Umumnya fraktur

tulang pelvis disertai perdarahan hebat sehingga jarang penderita datang dalam keadaan

anemik bahkan sampai syok. Data ini sesuai dengan manifestasi klinis pada klien dengan

trauma bladder yaitu: Pada abdomen bagian bawah tampak jejas atau hematom dan terdapat

nyeri tekan pada daerah supra pubik di tempat hematom. Pada ruptur buli-buli intraperitonial

urin masuk ke rongga peritonial sehingga memberi tanda cairan intra abdomen dan

rangsangan peritonial. Lesi ekstra peritonial memberikan gejala dan tanda infiltrat urin di

rongga peritonial yang sering menyebabkan septisemia. Penderita mengeluh tidak bisa buang

air kecil, kadang keluar darah dari uretra.

Diagnosa keperawatan ditemukan 3 diagnosa yang sesuai dari hasil analisa data yang

didapatkan dari klien. Yang pertama yaitu Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan

dengan kerusakan jaringan (trauma) pada daerah bladder ditandai dengan klien mengeluh

nyeri pada daerah abdomen bawah . yang kedua yaitu Gangguan eliminasi urine berhubungan

dengan trauma bladder ditandai dengan hematurina, Dan yang ketiga yaitu Resiko tinggi

infeksi berhubungan dengan adanya luka trauma.

Intervensi dan Implementasi keperawatannya sudah sesuai dengan konsep

keperawatan pada klien dengan trauma bladder. Untuk evaluasi keperawatannya kami

mengambila SOAP dengan acuan sesua dengan Tinjauan teori.

27 | P a g e

Page 28: Isi Fix Kelompok 7 Trauma Bladder

BAB 4

PENUTUP

4.1 Simpulan

1. Trauma bladder adalah rusaknya kandung kencing (organ yang menampung urin

dari ginjal) atau uretra (saluran yang menghubungkan kandung kencing dengan

dunia luar.

2. Truma uretra adalah suatu cedera yang mengenai uretra sehingga menyebabkan

ruptur pada uretra (Arif Muttaqin:2011)

3. Konsep keperawatan trauma bladder dari data pengkajian mempunyai gejala

khas pada saat dikaji yaitu Kaji keluhan nyeri di daerah suprasimfisis, miksi

bercampur darah atau mungkin pasien tidak dapat miksi. Pemeriksaan secara

umum sering didapatkan adanya syok hipovolemik yang berhubungan dengan

fraktur pelvis dan perdarahan dalam pasif.

4. Konsep keperawatan trauma uretra dari data pengkajian mempunyai gejala khas

yaitu Nyeri akut, Perdarahan per-uretra post trauma, Fraktur pelvis, Hematom

penis.

4.2 Saran

1. Diharapkan mahasiswa dapat mengetahui/menguasai tentang penyakit asuhan

keperawatan untu klien dengan gangguan sistem perkemihan pada bladder dan

uretra agar dapat mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari.

28 | P a g e

Page 29: Isi Fix Kelompok 7 Trauma Bladder

DAFTAR PUSTAKA

Baradero, M., Wilfrid Dayrit, Yakobus Siswadi. 2008. Klien Gangguan Kardiovaskular.

Jakarta : EGC.

Hidayat, A. 2006. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia: Aplikasi Konsep dan Proses

Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

Muttaqin, Arif. 2011. Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem Perkemihan. Jakarta: Salemba

Medika

Saputra, Dr. Lyndon. 2012. Buku Saku Kpererawatan Pasien dengan GangguanFungsi Renal

dan Urologi Disertai Contoh Kasus Klinik. Tanggerang: Bina Rupa Aksara

Publisher.

Williams, Lippincott & Wilkins. 2009. Kapita Selekta Penyakit:Dengan implikasi

Keperawatan. Jakarta: Media Aesculapius.

Wilkinson, Judith M., Ahern Nancy R. 2012. Diagnosis Keperawatan. Jakarta: EGC.

29 | P a g e