INSIDENSI PENDERITA OAB (OVERACTIVE BLADDER) PADA … Yudistriani.pdfii insidensi penderita oab...

33
i INSIDENSI PENDERITA OAB (OVERACTIVE BLADDER) PADA IBU- IBU PENGAJIAN DI KECAMATAN MEDAN SUNGGAL TAHUN 2012 DENGAN MENGGUNAKAN OABSS (OVERACTIVE BLADDER SYMPTOMS SCORE) KARYA TULIS ILMIAH Oleh : ANNISA YUDISTIRANI 091001019 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA MEDAN 2012

Transcript of INSIDENSI PENDERITA OAB (OVERACTIVE BLADDER) PADA … Yudistriani.pdfii insidensi penderita oab...

Page 1: INSIDENSI PENDERITA OAB (OVERACTIVE BLADDER) PADA … Yudistriani.pdfii insidensi penderita oab (overactive bladder) pada ibu-ibu pengajian di kecamatan medan sunggal tahun 2012 dengan

i

INSIDENSI PENDERITA OAB (OVERACTIVE BLADDER) PADA IBU-

IBU PENGAJIAN DI KECAMATAN MEDAN SUNGGAL TAHUN 2012

DENGAN MENGGUNAKAN OABSS (OVERACTIVE BLADDER

SYMPTOMS SCORE)

KARYA TULIS ILMIAH

Oleh :

ANNISA YUDISTIRANI

091001019

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA

MEDAN

2012

Page 2: INSIDENSI PENDERITA OAB (OVERACTIVE BLADDER) PADA … Yudistriani.pdfii insidensi penderita oab (overactive bladder) pada ibu-ibu pengajian di kecamatan medan sunggal tahun 2012 dengan

ii

INSIDENSI PENDERITA OAB (OVERACTIVE BLADDER) PADA IBU-

IBU PENGAJIAN DI KECAMATAN MEDAN SUNGGAL TAHUN 2012

DENGAN MENGGUNAKAN OABSS (OVERACTIVE BLADDER

SYMPTOMS SCORE)

KARYA TULIS ILMIAH

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar

Sarjana Kedokteran

Oleh :

ANNISA YUDISTIRANI

091001019

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA

MEDAN

2012

Page 3: INSIDENSI PENDERITA OAB (OVERACTIVE BLADDER) PADA … Yudistriani.pdfii insidensi penderita oab (overactive bladder) pada ibu-ibu pengajian di kecamatan medan sunggal tahun 2012 dengan

i

ABSTRAK

Overactive Bladder (OAB) adalah kelainan pada kandung kemih yang ditandai dengan frekuensi, nokturia, dapat disertai dengan atau tanpa adanya inkontinensia desakan. Penelitian yang dilakukan di Eropa & Amerika menunjukkan bahwa prevalensi OAB lebih kurang 17% populasi umum, sementara penelitian berbasis quisioner yang dilakukan pada wanita di Asia didapatkan prevalensi OAB sebesar 53,1%. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui insidensi penderita OAB (Overactive Bladder) pada Ibu-ibu pengajian di Kecamatan Medan Sunggal tahun 2012 dengan menggunakan OABSS (Overactive Bladder Symptoms Score). Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif dari data primer dengan melakukan wawancara menggunakan OABSS. Jumlah sampel adalah sebanyak 100 orang dengan usia kurang dari 40 tahun sebanyak 25 orang, usia 40-50 tahun sebanyak 42 orang, dan usia lebih dari 50 tahun sebanyak 33 orang. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa insidensi penderita OAB pada Ibu-ibu pengajian di Kecamatan Medan Sunggal tahun 2012 sebanyak 33 orang (33%). Berdasarkan usia, penderita OAB di Kecamatan Medan Sunggal tahun 2012 yang berusia <40 tahun : 6 orang (6%), usia 40-50 tahun : 15 orang (15%), dan usia >50 tahun : 12 orang (12%) dengan total sebanyak 33 orang (33%). Berdasarkan jenis OAB yaitu OAB basah dan OAB kering, didapati bahwa insidensi penderita OAB basah di Kecamatan Medan Sunggal pada tahun 2012 adalah 26 orang (26%), sedangkan yang menderita OAB kering adalah sebanyak 7 orang (7%).

Kata kunci : Overactive Bladder (OAB), OAB basah, OAB kering.

Page 4: INSIDENSI PENDERITA OAB (OVERACTIVE BLADDER) PADA … Yudistriani.pdfii insidensi penderita oab (overactive bladder) pada ibu-ibu pengajian di kecamatan medan sunggal tahun 2012 dengan

ii

ABSTRACT

Overactive Bladder (OAB) is an abnormality of the bladder which is characterized by frequency, nocturia, with or without the urge incontinence. studies in Europe and America showed that the OAB prevalence is more or less than 17 % of general population. While a studies based on questioner and implemented on women in Asia showed that the OAB prevalence is over than 53,1%. This studies aims to determine the incidence of the OAB patient (Overactive Bladder) on moeslem of gathering women in Kecamatan Medan Sunggal in 2012 by using OABSS (Overactive Bladder Symptoms Score). This studies used the descriptive research method of primary data with interviews by doing OABSS. Total sample are 100 people, the sample with aged less than 40 years are 25 people, the sample with aged 40-50 years are 42 people and the sample with aged over than 50 years are 33 people. The results of this study showed that the incidence of OAB patients on moeslem of gathering women in Kecamatan Medan Sunggal in 2012 is the OAB patiens with aged <60 are 6 people (6%), the OAB patiens with aged 40-50 are 15 people (15%), and the OAB patiens with aged > 50 years are 12 people (12%).the total of the OAB patiens are 33 people (33%). Based on the type of OAB, the wet OAB and dry OAB, in Kecamatan Medan Sunggal in 2012 described that the incidence of the wet OAB patients in Kecamatan Medan Sunggal in 2012 are 26 people (26%), while the incidence of the dry OAB patients are 7 people (7%).

Keywords: Overactive Bladder (OAB), wet OAB, dry OAB.

Page 5: INSIDENSI PENDERITA OAB (OVERACTIVE BLADDER) PADA … Yudistriani.pdfii insidensi penderita oab (overactive bladder) pada ibu-ibu pengajian di kecamatan medan sunggal tahun 2012 dengan

iii

KATA PENGANTAR

Segala Puji dan Syukur saya panjatkan ke hadirat Allah SWT Yang Maha

Pengasih Lagi Maha Penyayang. Tuhan Yang Maha Kuasa, berkat Ridha dan

Karunia-Nya penulisan karya tulis ilmiah ini dapat diselesaikan.

Karya tulis ilmiah ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu saya

mengharapkan kritikan dan saran yang membangun agar karya tulis ilmiah saya

yang berjudul “ INSIDENSI PENDERITA OVERACTIVE BLADDER

(OAB) PADA IBU-IBU PENGAJIAN DI KECAMATAN MEDAN

SUNGGAL TAHUN 2012 DENGAN MENGGUNAKAN OABSS

(OVERACTIVE BLADDER SYMPTOMS SCORE) “ ini menjadi lebih baik

lagi.

Dengan selesainya karya tulis ilmiah saya ini, perkenankanlah saya

menyampaikan rasa terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada

yang terhormat :

1. Bapak dr. H. Rahmat Nasution, MSc, DTM & H, M. Sc, Sp. ParK selaku

Dekan FK UISU.

2. Bapak Prof. dr. H. Gusbakti Rusip, MSc, PKK, AIFM selaku Pembantu

Dekan I

3. Bapak dr. Abd. Rachman Nasution, M. Hum selaku Pembantu Dekan II

4. Ibu dr. Hj. Sri Rahmawaty selaku Pembantu Dekan III

5. Bapak dr. Jensen Lautan M.Kes selaku Ketua Karya Tulis Ilmiah FK

UISU.

6. Bapak dr. H. Sumiardi Karakata, Sp.U selaku Dosen Pembimbing dalam

penulisan Karya Tulis Ilmiah FK UISU.

7. Orang Tua saya Aiptu. Solikhin dan Alm. Dra. Rehulinawati Br. Tarigan,

yang telah membesarkan, membimbing, mendoakan, serta mendidik saya

dengan penuh kasih sayang dari masa kandungan sampai saat ini dan

seluruh keluarga besar yang saya cintai yang tidak bisa saya sebutkan

namanya satu persatu.

Page 6: INSIDENSI PENDERITA OAB (OVERACTIVE BLADDER) PADA … Yudistriani.pdfii insidensi penderita oab (overactive bladder) pada ibu-ibu pengajian di kecamatan medan sunggal tahun 2012 dengan

iv

8. Teman-teman saya Nurul Lidya Ayu, Nurul Melinda Hasibuan, Fadhilla

Mahlaini Lubis, Arfa’I Laksamana, Anuari Idris Ritonga.

Semoga Allah SWT senantiasa memberikan berkah-Nya kepada kita semua.

Medan, 14 November 2012

Annisa Yudistirani

Page 7: INSIDENSI PENDERITA OAB (OVERACTIVE BLADDER) PADA … Yudistriani.pdfii insidensi penderita oab (overactive bladder) pada ibu-ibu pengajian di kecamatan medan sunggal tahun 2012 dengan

v

DAFTAR ISI

ABSTRAK ........................................................................................................... i

KATA PENGANTAR ....................................................................................... iii

DAFTAR ISI ..................................................................................................... iv

BAB 1 PENDAHULUAN................................................................................... 1

1.1. Latar belakang ..................................................................................... 1

1.2. Rumusan masalah ................................................................................ 2

1.3. Tujuan penelitian ................................................................................. 2

1.4. Manfaat penelitian ............................................................................... 2

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................ 3

2.1. Anatomi fisiologi vesika urinaria ......................................................... 3

2.1.1. Vesika urinaria .............................................................................. 3

2.1.2. Sistem persarafan vesika urinaria .................................................. 4

2.2. Mekanisme berkemih .......................................................................... 5

2.3. Overactive Bladder ............................................................................. 7

2.3.1. Patofisiologi Overactive Bladder .................................................... 7

2.3.2. Gejala klinis Overactive Bladder .................................................... 8

2.3.3. Diagnosis Overactive Bladder ......................................................... 9

2.3.4. Penatalaksanaan ........................................................................... 12

2.3.4.1. Terapi behavioural ................................................................ 12

2.3.4.2. Farmakologis ........................................................................ 12

2.3.4.3. Pembedahan ........................................................................ 13

Page 8: INSIDENSI PENDERITA OAB (OVERACTIVE BLADDER) PADA … Yudistriani.pdfii insidensi penderita oab (overactive bladder) pada ibu-ibu pengajian di kecamatan medan sunggal tahun 2012 dengan

vi

BAB 3 METODE PENELITIAN .................................................................... 14

3.1. Kerangka konsep ............................................................................... 14

3.2. Definisi operasional .......................................................................... 14

3.3. Rancangan penelitian ........................................................................ 15

3.4. Waktu dan tempat penelitian .............................................................. 15

3.4.1. Waktu penelitian .......................................................................... 15

3.4.2. Tempat penelitian ........................................................................ 15

3.5. Populasi dan sampel penelitian .......................................................... 15

3.5.1. Populasi penelitian ....................................................................... 15

3.5.2. Besar sampel ................................................................................ 15

3.6. Kriteria inklusi dan eksklusi .............................................................. 16

3.6.1. Kriteria inklusi .............................................................................. 16

3.6.2. Kriteria eksklusi ........................................................................... 16

3.7. Teknik pengumpulan data ................................................................. 17

3.8. Analisis data ..................................................................................... 17

BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .................................... 18

4.1. Hasil penelitian ................................................................................. 18

4.2. Pembahasan ...................................................................................... 19

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................. 22

Page 9: INSIDENSI PENDERITA OAB (OVERACTIVE BLADDER) PADA … Yudistriani.pdfii insidensi penderita oab (overactive bladder) pada ibu-ibu pengajian di kecamatan medan sunggal tahun 2012 dengan

vii

5.1. Kesimpulan ....................................................................................... 22

5.2. Saran ................................................................................................. 22

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 23

LAMPIRAN

Page 10: INSIDENSI PENDERITA OAB (OVERACTIVE BLADDER) PADA … Yudistriani.pdfii insidensi penderita oab (overactive bladder) pada ibu-ibu pengajian di kecamatan medan sunggal tahun 2012 dengan

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1.Latar belakang

Overactive Bladder (OAB) adalah kelainan pada kandung kemih yang mengakibatkan penderitanya mengalami keinginan berkemih tidak tertahankan (urgensi), miksi yang sering dengan atau tanpa inkontinensia urin. Menurut The International Continence Society (ICS), buli-buli overaktif atau OAB (Overactive Bladder) didefinisikan sebagai keluhan urgensi yang disertai inkontinensia urgensi atau tanpa disertai dengan inkontinensia urgensi, yang biasanya diikuti dengan frekuensi pada siang hari dan nokturia, dan tanpa didapatkan infeksi atau patologi yang lain pada buli-buli.12,3׳

Berbagai penelitian yang dilakukan di Eropa maupun di Amerika menunjukkan bahwa prelavensi OAB di kedua benua ini hampir sama, yakni lebih kurang 17% populasi umum menderita OAB. Penelitian yang dilakukan oleh National Overactive Bladder Evaluation (NOBLE) disebutkan bahwa 37% pasien OAB mengeluhkan adanya inkontinensia urin, atau dikenal dengan OAB basah (wet) dan 63% tidak disertai dengan inkontinensia urine atau OAB kering (dry). Prevalensi OAB ‘basah’ akan meningkat dengan bertambahnya usia. Disebutkan bahwa OAB ‘kering’ lebih sering dijumpai pada lelaki daripada perempuan (36% dibanding 7%) dan sebaliknya OAB ‘basah’ lebih sering dijumpai pada perempuan (9,3% dibanding 2,4%).13,4׳2׳

Gejala OAB antara lain adalah adanya urgensi, frekuensi, nokturia, dapat disertai dengan atau tanpa adanya urge inkontinensia. Untuk mengetahui derajat keparahan OAB, penderita dapat mengisi kuisioner (system scoring) OAB yang dirancang oleh Homma. Gejala-gejala tersebut menyebabkan penurunan kualitas hidup, diantaranya adalah terbatasnya aktivitas fisis, psikis, sosial, seksual, dan produktivitas kerja.14,5,6׳

Terapi non farmakologis adalah pilihan pertama untuk pasien OAB. Yang terbaik adalah kombinasi dengan terapi farmakologis. Tindakan pembedahan hanya dilakukan jika terapi non farmakologis dan terapi farmakologis gagal. Dengan pengobatan tersebut diharapkan kualitas hidup penderita OAB dapat ditingkatkan.14,5׳

Hanya ada sedikit data mengenai insidensi OAB, maka dari itu penulis ingin mengetahui insidensi terjadinya OAB di kalangan Ibu-ibu pengajian di Kecamatan Medan Sunggal.3

Page 11: INSIDENSI PENDERITA OAB (OVERACTIVE BLADDER) PADA … Yudistriani.pdfii insidensi penderita oab (overactive bladder) pada ibu-ibu pengajian di kecamatan medan sunggal tahun 2012 dengan

2

1.2.Rumusan masalah

Dengan latar belakang tersebut diatas penulis mengambil rumusan masalah dimana belum diketahuinya insidensi penderita OAB di kalangan Ibu-ibu pengajian di Kecamatan Medan Sunggal tahun 2012.

1.3.Tujuan penelitian

1.3.1. Tujuan umum penelitian

Untuk mengetahui insidensi penderita OAB dikalangan Ibu-ibu pengajian di Kecamatan Medan Sunggal tahun 2012.

1.3.2. Tujuan khusus penelitian

Mengetahui usia terbanyak yang mengalami OAB di kalangan Ibu-ibu pengajian di Kecamatan Medan Sunggal tahun 2012 dengan menggunakan OABSS (Overactive Bladder Symptomps Score).

1.4. Manfaat penelitian

1. Menambah pengetahuan masyarakat tentang insidensi Overactive Bladder (OAB) sehingga masyarakat dapat mengetahui penyebab OAB, dengan pemahaman yang lebih baik akan membantu masyarakat untuk mengatasi terjadinya gangguan ini.

2. Bagi institusi pendidikan hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan dasar untuk penelitian OAB selanjutnya misalnya penelitian mengenai penatalaksanaan OAB atau mengenai kualitas hidup penderita OAB.

3. Bagi peneliti, penelitian ini bermanfaat dalam memperluas wawasan peneliti dalam mengetahui penyebab OAB dan cara mengidentifikasi pasien OAB secara tepat dengan Overactive Bladder Symptomps Score (OABSS).

Page 12: INSIDENSI PENDERITA OAB (OVERACTIVE BLADDER) PADA … Yudistriani.pdfii insidensi penderita oab (overactive bladder) pada ibu-ibu pengajian di kecamatan medan sunggal tahun 2012 dengan

3

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Anatomi fisiologi vesika urinaria

2.1.1. Vesika urinaria

Vesika urinaria adalah suatu kantong yang dapat mengempis, terletak

dibelakang simfisis pubis di dalam cavitas pelvis. Vesika urinaria yang kosong

pada orang dewasa seluruhnya terletak dibelakang pelvis, bila vesika urinaria

terisi, dinding atasnya terangkat sampai masuk ke region hypogastrikum.1,7,8

Dinding vesika urinaria terdiri dari 4 lapis : tunika mukosa, tunika

submukosa, tunika muskularis, dan tunika serosa. Tunika muskularis terdiri atas 3

lapis otot detrusor yang saling beranyaman, yakni (1) terletak paling dalam adalah

otot longitudinal, (2) ditengah merupakan otot sirkuler, dan (3) paling luar

merupakan otot longitudinal. Lapisan otot ini akan menebal pada bagian leher

untuk membentuk spinchter vesicae.1,3,5,7,8,9,13,14,16

Mukosa vesika urinaria terdiri atas epitel transisional yang sama seperti

pada mukosa pelvis renalis, ureter, dan uretra posterior. Mukosa ini sebagian

besar berlipat-lipat pada vesika urinaria yang kosong dan lipatan-lipatan tersebut

akan menghilang bila vesika urinaria terisi penuh. Pada dasar vesika urinaria,

kedua muara ureter dan meatus uretra internum membentuk suatu segitiga yang

disebut trigonum buli-buli.1,8,9

Page 13: INSIDENSI PENDERITA OAB (OVERACTIVE BLADDER) PADA … Yudistriani.pdfii insidensi penderita oab (overactive bladder) pada ibu-ibu pengajian di kecamatan medan sunggal tahun 2012 dengan

4

Gambar 2.1. Anatomi vesika urinaria

http://academic.kellogg.edu/herbrandsonc/bio201_mckinley/f27-9a_urinary_bladder_c.jpg

Fungsi vesika urinaria adalah menampung urin dari ureter dan kemudian

mengeluarkannya melalui uretra dalam mekanisme miksi (berkemih ). Normalnya

vesika urinaria dapat menampung urin sebanyak 300-450 ml.1,10,11

2.1.2. Sistem persarafan vesika urinaria

Sistem saraf involunter mencakup sistem saraf simpatis dan parasimpatis.

Sistem saraf simpatis mengatur pengisian vesika urinaria dengan menghambat

kontraksi muskulus detrusor vesika dan merangsang penutupan muskulus

spinchter vesicae, sehingga memberikan rasa penuh, rasa terbakar, atau rasa

kejang dan perasaan urgency. Refleks detrusor memulai kontraksi involunter dari

otot vesika urinaria karena peregangan pada dinding. Refleks ini terjadi melalui

serabut aferen dan eferen sistem parasimpatis. Refleks detrusor menjadi aktif bila

vesika urinaria terisi lebih dari 100-150 cc urin. Sistem saraf parasimpatis

menimbulkan keinginan untuk berkemih merangsang kontraksi muskulus detrusor

vesika dan menghambat kerja muskulus spinchter vesicae. Sistem saraf somatik

mengirim signal ke sfingter uretra eksterna untuk mencegah kebocoran urin atau

untuk berelaksasi sehingga urin dapat keluar. 3,5,8,10,11,14,16

Page 14: INSIDENSI PENDERITA OAB (OVERACTIVE BLADDER) PADA … Yudistriani.pdfii insidensi penderita oab (overactive bladder) pada ibu-ibu pengajian di kecamatan medan sunggal tahun 2012 dengan

5

Gambar 2.2. Sistem persarafan vesika urinaria

Abrams P, Artibani W. Understanding Stress urinary Incontinence. 2004.

2.2. Mekanisme berkemih

Mekanisme berkemih terdiri dari 2 fase yaitu fase pengisian dan fase

pengosongan kandung kemih.3,5,8,10,13,16,21

1. Fase pengisian

Kontraksi peristaltik yang timbul secara teratur satu sampai lima kali tiap

menit akan mendorong urin dari pelvis renalis menuju vesika urinaria, dan

akan masuk secara periodik sesuai dengan gelombang peristaltik. Ketika

vesika urinaria terisi dan tekanan dinding vesika urinaria meningkat,

kontraksi refleks involunter muskulus detrusor secara efektif dilawan oleh

aktivasi spinchter internus. Pada saat yang bersamaan terjadi penutupan

spinchter internus dan relaksasi muskulus detrusor.

Page 15: INSIDENSI PENDERITA OAB (OVERACTIVE BLADDER) PADA … Yudistriani.pdfii insidensi penderita oab (overactive bladder) pada ibu-ibu pengajian di kecamatan medan sunggal tahun 2012 dengan

6

2. Fase pengosongan kandung kemih (miksi)

Stimulus yang terpenting untuk mikturisi adalah regangan dinding vesika

urinaria. Urin yang memasuki vesika urinaria tidak begitu meningkatkan

tekanan intravesika sampai vesika urinaria terisi penuh. Selain itu, seperti

juga jenis otot polos lainnya, otot vesika urinaria memiliki sifat plastis;

bila diregang, ketegangan yang mula-mula dimiliki tidak akan

dipertahankan. Keinginan pertama untuk berkemih timbul bila volume

vesika sekitar 150 mL, dan rasa penuh timbul pada pengisian sekitar 400

mL. Reseptor regangan didalam vesika urinaria terangsang dan impuls

tersebut diteruskan ke sistem saraf pusat, dan timbullah kesadaran miksi.

Selama proses berkemih, otot perineum dan spinchter uretra externa

melemas; otot detrusor berkontraksi; dan urin akan mengalir melalui

uretra. Ketika miksi berakhir secara volunter, dasar panggul berkontraksi

untuk meninggikan leher vesika urinaria kearah simfisis pubis, leher

vesika urinaria tertutup dan tekanan detrusor menurun.

Gambar 2.3. Fase pengisian dan pengosongan vesika urinaria

http://img.medscape.com/fullsize/migrated/editorial/clinupdates/2003/242

1/ostergard.fig5.gif

Page 16: INSIDENSI PENDERITA OAB (OVERACTIVE BLADDER) PADA … Yudistriani.pdfii insidensi penderita oab (overactive bladder) pada ibu-ibu pengajian di kecamatan medan sunggal tahun 2012 dengan

7

2.3. Overactive Bladder

Overactive Bladder adalah salah satu sindroma klinik yang merupakan salah

satu bentuk dari kelainan overactive detrusor. Overactive detrusor adalah suatu

keadaan dimana terjadi aktivitas atau kontraksi kandung kemih yang berlebihan.3

2.3.1. Patofisiologi Overactive Bladder

Vesika urinaria adalah organ yang dilapisi otot polos yang dalam proses

miksi dikendalikan oleh sistem saraf pusat, oleh karena itu gangguan dari sistem

saraf maupun kerusakan otot vesika urinaria sendiri dapat menyebabkan OAB.

Penyebab neurogenik tersebut antara lain adalah penurunan inhibisi suprapontin

terhadap refleks miksi, seperti yang terjadi pada pasien pasca stroke. Disamping

itu, kerusakan jaras akson pada korda spinalis, meningkatnya input aferen pada

Lower Urinary Tract (LUT), hilangnya inhibisi perifer, dan meningkatnya

neurotransmisi pada jaras refleks miksi, yang kesemuanya bisa terjadi pada stroke,

cedera korda spinalis, dan sklerosis multiple.1,3,12,15,19,20

Teori miogenik, dapat terlihat pada pasien yang menderita obstruksi

intravesika, sehingga menyebabkan peningkatan tekanan intravesika; yang

berakibat terjadinya denervasi otot polos detrusor. Bangkitan potensial aksi pada

otot polos menjadi terganggu dan tidak bisa disebarkan dari sel ke sel otot polos

yang lain. Denervasi ini menyebabkan timbulnya gerakan mikro (micromotion),

yang justru meningkatkan tekanan intravesika dan memberikan rangsangan pada

reseptor aferen otot polos. Rangsangan ini akan memberikan umpan balik ke

sistem saraf pusat sehingga timbul sensasi OAB.1,3,19

Dalam teori lain dikemukakan bahwa asetilkolin (Ach) yang dikeluarkan

dari urotelium pada saat distensi vesika urinaria jauh lebih banyak daripada

normal, disamping itu reseptor sensoris pada urotelium lebih sensitif terhadap Ach

yang dikeluarkannya. Kedua hal tersebut memberikan umpan balik pada susunan

saraf pusat yang memberikan perasaan urgensi dari suatu OAB. Terdapat banyak

Page 17: INSIDENSI PENDERITA OAB (OVERACTIVE BLADDER) PADA … Yudistriani.pdfii insidensi penderita oab (overactive bladder) pada ibu-ibu pengajian di kecamatan medan sunggal tahun 2012 dengan

8

bukti bahwa urotelium juga berperan pada fungsi sensoris, termasuk di sini adalah

pelepasan neurotransmitter sebagai respon dari stimulus.1,3,19

Pada keadaan normal, selama proses pengisian vesika urinaria, tidak

terjadi aktivitas saraf eferen postganglionik. Dalam hipotesis lain disebutkan

bahwa pada pasien OAB, terdapat kebocoran Ach pada serabut eferen,

menyebabkan gerakan mikro (micromotions) pada otot polos detrusor dan

menstimulasi SSP, yang menyebabkan perasaan urgensi.1,3,19

Gambar 2.4. Perbedaan terjadinya miksi yang normal dengan terjadinya miksi pada OAB

http://pelvicspecialtycare.com/image_lib/vesicare_graphic.gif

2.3.2. Gejala Overactive Bladder

Gejala klinis gangguan OAB meliputi : 1,3,4,19,20,21

1. Urgensi

Keinginan yang sangat kuat untuk berkemih, yang sulit untuk ditunda

2. Inkontinensia urgensi

Page 18: INSIDENSI PENDERITA OAB (OVERACTIVE BLADDER) PADA … Yudistriani.pdfii insidensi penderita oab (overactive bladder) pada ibu-ibu pengajian di kecamatan medan sunggal tahun 2012 dengan

9

Keluarnya urin secara tidak diinginkan yang sebelumnya didahului oleh

urgensi

3. Frekuensi

Terlalu sering berkemih, dalam sehari > 8 kali

4. Nokturia

Terbangun untuk berkemih pada malam hari > 1 kali

2.3.3. Diagnosis Overactive Bladder

Diagnosis OAB dapat dibuat berdasarkan :

1. Anamnesis riwayat penyakit

Di dalam menggali riwayat penyakit harus diperhatikan berbagai hal,

yakni :1,4

- Berapa kali ia berkemih pada siang atau malam hari ?

- Setiap berapa lama (menit/jam) jarak antara berkemih ?

- Berapa lama ia dapat menunda berkemih setelah muncul keinginan

berkemih (urge) datang ?

- Harus ditentukan kenapa ia seringkali harus berkemih, apakah karena

timbulnya urgensi, atau hanya karena rasa tidak enak harus membuang

urinnya, atau usaha untuk mencegah inkontinensia ?

- Jika terdapat inkontinensia, harus ditentukan jenisnya, apakah stress

(terjadi pada saat batuk, bersin, merubah posisi dari duduk ke berdiri

atau latihan), urge, atau campuran ?

- Apakah pasien menyadari celana dalamnya basah oleh urin ?

- Apakah memakai pempers (pembalut) ? apakah pempernya selalu

basah penuh urin ? seberapa sering ia menggantinya ?

- Apakah ada kesulitan memulai berkemih ? apakah perlu mengedan

dulu ?

- Apakah pancaran urin lemah atau terputus-putus ? pernahkah

mengalami retensi urin ? pada perempuan, pernahkah mengalami

prolaps organ (vagina) ? nyeri daerah sakral, atau kesulitan defekasi ?

Page 19: INSIDENSI PENDERITA OAB (OVERACTIVE BLADDER) PADA … Yudistriani.pdfii insidensi penderita oab (overactive bladder) pada ibu-ibu pengajian di kecamatan medan sunggal tahun 2012 dengan

10

- Harus dicari kemungkinan adanya gejala neurologis (double vision,

kelemahan otot, paralisis, gangguan koordinasi, tremor, rasa tebal)

keadaan neurologis yang diketahui berefek pada vesica urinaria, antara

lain cedera spinal, penyakit diskus lumbalis, mielodisplasia, diabetes,

dan parkinson.

- Riwayat operasi vagina, pernah operasi inkontinensia urin, operasi

desobstruksi uretra, atau pernah radiasi.

- Untuk mengetahui derajat keparahan OAB, pasien dapat mengisi

kuesioner (sistem skoring) OAB yang dirancang oleh Homma.

Tabel 2.1: Skor gejala OAB

PERTANYAAN FREKUENSI SKOR

Berapa kali rata-rata anda berkemih mulai

saat bangun pagi sampai pergi tidur malam

hari ?

< 7

8-14

>15

0

1

2

Berapa kali rata-rata anda terbangun untuk

berkemih pada saat tidur malam hingga

bangun pagi hari ?

0

1

2

>3

0

1

2

3

Berapa seringkah anda merasa tiba-tiba

timbul perasaan ingin kencing (“kebelet”)

yang tidak dapat ditunda ?

Tidak pernah

<1/minggu

≥1/minggu

±1/hari

2-4/hari

≥5/hari

0

1

2

3

4

5

Berapa seringkah Anda tiba-tiba keluar

urin (mengompol) karena ingin kencing

Tidak pernah

<1/minggu

≥1/minggu

0

1

2

Page 20: INSIDENSI PENDERITA OAB (OVERACTIVE BLADDER) PADA … Yudistriani.pdfii insidensi penderita oab (overactive bladder) pada ibu-ibu pengajian di kecamatan medan sunggal tahun 2012 dengan

11

yang tidak tertahankan ? ±1/hari

2-4/hari

≥5/hari

3

4

5

Total skor

Pasien diminta untuk melingkari jawaban pada kolom nilai skor,

sesuai dengan kondisi yang dialami selama seminggu terakhir,

kemudian skor total adalah penjumlahan dari keempat skor tersebut.

Skor <5 : ringan, 6-11 : sedang, >12 : berat.

2. Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan fisik difokuskan untuk mendeteksi adanya kelainan anatomi

maupun neurologi yang dapat menyebabkan timbulnya gejala itu.

Pemeriksaan dimulai dari mengamati cara berjalan dan sikap pasien saat

masuk keruang periksa. Perlu diperiksa daerah abdomen dan pinggang.

Colok dubur untuk mengetahui kelainan prostat. Dermatom sacral

dievaluasi dengan memeriksa tonus sfingter ani, dan refleks

bulbokavernosus.1

Beberapa ahli menyarankan pemeriksaan uroflometri (terutama pada

pasien laki-laki), tetapi pemeriksaan urodinamika diindikasikan pada

pasien yang gagal setelah terapi konservatif, atau bagi pasien yang

memiliki sisa urin sangat banyak setelah miksi, kelainan uroflometri, atau

pada kasus yang sulit dan tidak sederhana.1

2.3.4. Terapi Overactive Bladder

2.3.4.1. Terapi behavioural

Terapi behavioral merupakan langkah pertama, tidak invasif, nontoksik, dan

seringkali memberikan hasil yang cukup bagus. Terapi ini meliputi pemberian

Page 21: INSIDENSI PENDERITA OAB (OVERACTIVE BLADDER) PADA … Yudistriani.pdfii insidensi penderita oab (overactive bladder) pada ibu-ibu pengajian di kecamatan medan sunggal tahun 2012 dengan

12

edukasi pasien tentang traktus urinarius, proses pengisian dan pengeluaran urin.

Pencatatan miksi dengan catatan harian berkemih sangat berguna karena dapat

membantu pasien mengerti dan kemudian mengatur kebiasannya dalam

berkemih.1,4,15,20

Terapi perilaku mencakup pengaturan asupan cairan, pembatasan konsumsi

makanan dan minuman yang mengandung kafein dan bladder training. Bladder

training yang sering dianjurkan pada pasien inkontinensia, dapat mengajarkan

cara untuk menghentikan miksi dan menunda perasaan ingin miksi yang tidak

diinginkan. Biofeedback dapat ditambahkan pada pelatihan dasar panggul ini

untuk meningkatkan efeknya.1,4,15,19,20

2.3.4.2. Farmakologis

Terapi farmakologis lebih efektif jika dibarengi dengan behavioural. Dibuktikan

bahwa kombinasi kedua terapi tersebut jauh lebih efektif daripada terapi tunggal.

Titik tangkap terapi ini adalah pada otot polos vesica urinaria, saraf eferen

(motor), aferen (sensori), dan SSP. Pada umumnya obat yang saat ini diresepkan

adalah penghambat adrenergik alfa dan antimuskarinik. 1,4

Obat antimuskarinik adalah antikolinergik yang bekerja terhadap reseptor motorik

pada otot polos, dan mungkin juga pada reseptor sensoris, terbukti dapat

menurunkan gejala OAB 70-80%.1,4

Injeksi botox (BTX) intravesika diindikasikan pada pasien yang tidak mempan

dengan pemberian antimuskarinik. Dipercayai bahwa BTX menghambat

eksositosis sinaps vesikel, sehingga menghambat pelepasan Ach. Telah terbukti

bahwa BTX mampu menurunkan atau menghilangkan inkontinensia hingga 6-9

bulan pada 67-73% pada pasien OAB neurogenik atau idiopatik.1,4

2.3.4.3. Pembedahan

Neuromodik adalah implantasi alat neuromodulator listrik yang berfungsi dalam

merangsang saraf sakral, dan kemudian memodulasi vesica urinaria, sfingter, dan

Page 22: INSIDENSI PENDERITA OAB (OVERACTIVE BLADDER) PADA … Yudistriani.pdfii insidensi penderita oab (overactive bladder) pada ibu-ibu pengajian di kecamatan medan sunggal tahun 2012 dengan

13

otot dasar panggul. Cara ini diindikasikan jika dengan pengobatan secara

konservatif tidak memberikan hasil.1,4

Sistoplasti augmentasi diindikasikan pada inkontinensia urge yang derajat berat,

dan refrakter dengan berbagai pengobatan. Volume vesica urinaria diperbesar

dengan menambah dari segmen usus.1,4

BAB 3

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Kerangka konsep

Page 23: INSIDENSI PENDERITA OAB (OVERACTIVE BLADDER) PADA … Yudistriani.pdfii insidensi penderita oab (overactive bladder) pada ibu-ibu pengajian di kecamatan medan sunggal tahun 2012 dengan

14

3.2. Definisi operasional

1. OAB adalah suatu sindroma klinik yang ditandai dengan adanya gejala

berupa urgensi, frekuensi, nokturia, dengan atau tanpa urge inkontinensia

dimana tidak ditemukan adanya kelainan patologis maupun infeksi saluran

kemih.

2. Urgensi adalah keinginan yang sangat kuat untuk berkemih, yang sulit

untuk ditunda.

3. Inkontinensia urgensi adalah keluarnya urin secara tidak diinginkan yang

sebelumnya didahului oleh urgensi.

4. Frekuensi adalah terlalu sering berkemih, dimana dalam sehari > 8 kali.

5. Nokturia adalah terbangun untuk berkemih pada malam hari > 1 kali.

6. OABSS digunakan untuk mengetahui derajat keparahan OAB.

3.3. Rancangan penelitian

Rancangan penelitian ini merupakan rancangan penelitian yang bersifat

deskriptif untuk menilai penderita OAB di Kecamatan Medan Sunggal tahun

2012.

Page 24: INSIDENSI PENDERITA OAB (OVERACTIVE BLADDER) PADA … Yudistriani.pdfii insidensi penderita oab (overactive bladder) pada ibu-ibu pengajian di kecamatan medan sunggal tahun 2012 dengan

15

3.4. Waktu dan tempat penelitian

3.4.1. Waktu penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan September 2012 sampai Desember

2012

3.4.2. Tempat penelitian

Tempat penelitian dilakukan di pengajian-pengajian di Kecamatan Medan

Sunggal.

3.5. Populasi dan sampel penelitian

3.5.1. Populasi penelitian

Populasi yang diamati dalam penelitian ini adalah “Ibu-ibu pengajian di

Kecamatan Medan Sunggal”.

Dimana terdiri dari 6 Kelurahan dan 88 Lingkungan, dengan jumlah

pengajian sebanyak 46, dan total penduduk wanita 68.195 jiwa.

3.5.2. Besar sampel

Teknik pengambilan sampel ditentukan dengan teknik stratified random

sampling.

Untuk memperkirakan jumlah kasus penderita OAB di lingkungan

Kecamatan Medan Sunggal tahun 2012, besarnya sampel didapat dengan rumus :

= 1+ ()2

Dimana :

n = jumlah sampel yang digunakan

d = derajat kemaknaan yang diinginkan (0,1)

N = besar populasi

Page 25: INSIDENSI PENDERITA OAB (OVERACTIVE BLADDER) PADA … Yudistriani.pdfii insidensi penderita oab (overactive bladder) pada ibu-ibu pengajian di kecamatan medan sunggal tahun 2012 dengan

16

Maka jika dimasukkan dalam rumus :

= ேଵାே (ௗ)మ

= .ଵଽହଵା.ଵଽହ (,ଵ)మ

= .ଵଽହଶ,ଽହ

= 99, 85

Untuk memudahkan, sampel dibulatkan menjadi 100 orang

3.6. Kriteria inklusi dan eksklusi

3.6.1. Kriteria inklusi

1.Ibu-ibu pengajian di Kecamatan Medan Sunggal

2.Tidak menderita gangguan neurologi maupun diabetes

3.Tidak dalam keadaan hamil

4.Tidak dalam terapi OAB

3.6.2. Kriteria eksklusi

1. Terdapat kelainan organ ginekologi

2. Ada riwayat operasi kandung kemih

3. Terdapat infeksi saluran kemih

4. Tidak bersedia mengikuti penelitian

3.7. Teknik pengumpulan data

Pada penelitian ini data diperoleh dari data primer dari ibu-ibu pengajian di

Kecamatan Medan Sunggal. Untuk mengukur variabel penelitian, penulis

menggunakan instrumen untuk mengumpulkan data. Instrumen penelitian yang

digunakan adalah kuisioner dengan metode wawancara, dimana pertanyaan

Page 26: INSIDENSI PENDERITA OAB (OVERACTIVE BLADDER) PADA … Yudistriani.pdfii insidensi penderita oab (overactive bladder) pada ibu-ibu pengajian di kecamatan medan sunggal tahun 2012 dengan

17

disiapkan sehingga responden tinggal menjawab pertanyaan yang mencakup

variabel-variabel yang ada dalam penelitian. Wawancara dilakukan dengan

menggunakan metode wawancara terpimpin (structured interview).

3.8. Analisis data

Teknik analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah setelah data

dari kuisioner telah terkumpul, data akan dihitung dengan menggunakan rumusan

sederhana dan disajikan dalam bentuk tabel.

Page 27: INSIDENSI PENDERITA OAB (OVERACTIVE BLADDER) PADA … Yudistriani.pdfii insidensi penderita oab (overactive bladder) pada ibu-ibu pengajian di kecamatan medan sunggal tahun 2012 dengan

18

BAB 4

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil penelitian

Penelitian ini dilakukan pada 100 orang responden atau subyek penelitian, yang

memenuhi kriteria penerimaan, yang terdiri dari Ibu-ibu pengajian di Kecamatan

Medan Sunggal.

Tabel 4.1 Insidensi penderita OAB di Kecamatan Medan Sunggal tahun 2012

Kasus Jumlah Persentase

Yang menderita OAB 33 33 %

Yang tidak menderita OAB 67 67 %

Total 100 100%

Pada tabel 4.1 didapati bahwa yang menderita OAB di Kecamatan Medan

Sunggal tahun 2012 adalah sebanyak 33 orang (33%), sedangkan yang tidak

menderita OAB adalah 67 orang (67%).

Tabel 4.2 Insidensi penderita OAB di Kecamatan Medan Sunggal menurut

usia pada tahun 2012

<40 tahun 40-50 tahun >50 tahun Persentase

Yang menderita

OAB

6 15 12 33 %

Yang tidak

menderita OAB

19 27 21 67 %

Total 25 42 33 100 %

Page 28: INSIDENSI PENDERITA OAB (OVERACTIVE BLADDER) PADA … Yudistriani.pdfii insidensi penderita oab (overactive bladder) pada ibu-ibu pengajian di kecamatan medan sunggal tahun 2012 dengan

19

Pada tabel 4.2 didapati bahwa penderita OAB di Kecamatan Medan

Sunggal tahun 2012 yang berusia <40 tahun : 6 orang (6%), usia 40-50 tahun : 15

orang (15%), dan usia >50 tahun : 12 orang (12%) dengan total sebanyak 33

orang (33%).

Tabel 4.3 Insidensi penderita OAB di Kecamatan Medan Sunggal menurut

OAB basah dan OAB kering pada tahun 2012

Kasus Jumlah Persentase

Yang menderita OAB basah 26 26 %

Yang menderita OAB kering 7 7 %

Total 33 33 %

Pada tabel 4.3 didapati bahwa insidensi penderita OAB basah di

Kecamatan Medan Sunggal pada tahun 2012 adalah 26 orang (26%), sedangkan

yang menderita OAB kering adalah sebanyak 7 orang (7%).

4.2. Pembahasan

Dari hasil diatas sebanyak 33 orang (33%) mengalami OAB sedangkan 67

orang (67%) lainnya tidak mengalami OAB.

Berbagai penelitian yang dilakukan di Eropa maupun di Amerika

menunjukkan bahwa prevalensi OAB di kedua benua ini hampir sama, yakni lebih

kurang 17% populasi umum menderita OAB.1

The National Overactive Bladder Evaluation (NOBLE) melakukan survey

melalui telepon di Amerika, dari 17.231 orang yang dihubungi, 11.740 setuju

berpartisipasi. Prevalensi keseluruhan OAB pada wanita adalah sebesar 16,9%.4

Jika dibandingkan dengan hasil penelitian saya, maka prevalensi di Eropa

maupun di Amerika lebih rendah dibandingkan dengan insidensi pada ibu-ibu

Page 29: INSIDENSI PENDERITA OAB (OVERACTIVE BLADDER) PADA … Yudistriani.pdfii insidensi penderita oab (overactive bladder) pada ibu-ibu pengajian di kecamatan medan sunggal tahun 2012 dengan

20

pengajian di Kecamatan Medan Sunggal, hal ini dikarenakan kurang banyaknya

sampel.

Sebuah penelitian berbasis quisioner yang dilakukan pada 5502 wanita di 11

negara di Asia (India, Pakistan, Korea Utara, Taiwan, Philippina, Malaysia,

Indonesia, Thailand, Hongkong, China dan Singapore) didapatkan bahwa

prevalensi OAB pada wanita di Asia sebesar 53,1%.25

Penelitian yang dilakukan pada wanita di Asia ini hasilnya tidak berbeda jauh

dengan hasil penelitian saya pada ibu-ibu di Kecamatan Medan Sunggal.

Berdasarkan pembagian usia penderita OAB yang berusia <40 tahun

sebanyak 6 orang (6%), yang berusia 40-50 tahun sebanyak 15 orang (15%), dan

yang berusia >50 tahun adalah sebanyak 12 orang (12%), dengan total 33 orang

(33 %).

Dalam penelitian The National Overactive Bladder Evaluation (NOBLE)

prevalensi gejala OAB meningkat bersamaan dengan usia. NOBLE melakukan

survey melalui telepon, dimana prevalensi OAB 9,6% pada wanita berusia 18

tahun, sedangkan pada usia 18-44 tahun meningkat kurang lebih 5% dan pada usia

diatas 65 tahun meningkat sebanyak 19%.3,4

Berdasarkan survey berbasis populasi pada 16.776 orang yang berusia di atas

40 tahun yang dilakukan Milsom et al. di 6 negara, melalui telepon ataupun

wawancara langsung, prevalensi OAB pada wanita di Eropa diperkirakan 17,4 %.4

Bila dibandingkan antara hasil penelitian saya dengan penelitian yang

dilakukan NOBLE dan Milsom et al. dimana hasil penelitian saya penderita

OAB yang berusia 40-50 tahun sebanyak 15 orang (15%) sementara penderita

OAB yang berusia >50 tahun sebanyak 12 orang (12%), hal ini bertentangan

dengan hasil penelitian NOBLE dan Milsom et al. Ini dikarenakan pada

penelitian saya sampel yang berusia >50 tahun lebih sedikit dibandingkan dengan

yang berusia 40-50 tahun.

Page 30: INSIDENSI PENDERITA OAB (OVERACTIVE BLADDER) PADA … Yudistriani.pdfii insidensi penderita oab (overactive bladder) pada ibu-ibu pengajian di kecamatan medan sunggal tahun 2012 dengan

21

Berdasarkan pembagian OAB basah dan OAB kering didapati bahwa

prevalensi penderita OAB basah di Kecamatan Medan Sunggal pada tahun 2012

adalah 26 orang (26%), sedangkan yang menderita OAB kering adalah sebanyak 7

orang (7%).

NOBLE melakukan survey melalui telepon di Amerika, dimana dari 11.740

orang yang dihubungi dan berpartisipasi, sebanyak 16,9% wanita mengalami

OAB, dimana 7,6% mengalami OAB kering dan 9,3% mengalami OAB basah.4,2

Van der Vaart et al. melakukan penelitian kohort cross-sectional berbasis

populasi pada wanita berusia 20-45 tahun melaporkan bahwa prevalensi OAB

kering pada wanita adalah sebesar 11,9% , sedangkan untuk OAB basah lebih

besar yaitu 15,3%.4

Hasil Penelitian yang dilakukan pada populasi wanita di Eropa, didapati

bahwa yang menderita OAB basah sebanyak 9,3%, sedangkan yang menderita

OAB kering sebanyak 7%.1

Jika dibandingkan antara hasil penelitian saya dengan penelitian yang

dilakukan oleh NOBLE, Van der Vaart et al, dan penelitian di Eropa, maka hasil

penelitian saya sejalan, dimana penderita OAB basah 26% sementara penderita

OAB kering sebanyak 7%, hal ini dikarenakan populasi yang diteliti adalah

wanita dimana OAB basah ini lebih banyak didapati pada wanita.

Page 31: INSIDENSI PENDERITA OAB (OVERACTIVE BLADDER) PADA … Yudistriani.pdfii insidensi penderita oab (overactive bladder) pada ibu-ibu pengajian di kecamatan medan sunggal tahun 2012 dengan

22

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

KESIMPULAN

1. Insidensi penderita OAB pada Ibu-ibu pengajian di Kecamatan Medan

Sunggal tahun 2012 adalah 33 orang (33%).

2. Insidensi penderita OAB pada Ibu-ibu pengajian di Kecamatan Medan

Sunggal tahun 2012 berdasarkan usia yang paling banyak adalah usia 40-

50 tahun sebanyak 15 orang (15%), dan yang paling sedikit adalah usia

<40 tahun yaitu sebanyak 6 orang (6%).

3. Insidensi penderita OAB basah di Kecamatan Medan Sunggal pada tahun

2012 adalah 26 orang (26%), sedangkan yang menderita OAB kering

adalah sebanyak 7 orang (7%).

SARAN

1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai penatalaksanaan OAB

yang efektif serta bagaimana kualitas hidup penderita OAB.

2. Perlu dilakukan penyuluhan kesehatan pada masyarakat mengenai OAB

agar masyarakat sadar apabila mengalami gejala OAB dapat langsung

mendatangi sarana kesehatan terdekat.

Page 32: INSIDENSI PENDERITA OAB (OVERACTIVE BLADDER) PADA … Yudistriani.pdfii insidensi penderita oab (overactive bladder) pada ibu-ibu pengajian di kecamatan medan sunggal tahun 2012 dengan

23

DAFTAR PUSTAKA

1. Purnomo BB. Dasar-dasar urologi ed.3. Jakarta: Sagung seto, 2011; 165-172.

2. Sudoyo SW, Setiyohadi B, Alwi I, Marcellus KS, Setiati S. Buku Ajar Ilmu

Penyakit Dalam jilid I ed.V. Jakarta: Internal publishing. 2009.

3. Abrams P, Cardozo L, Khoury S, Wein A. Incontinence volume 1 basic &

evaluation. 2005.

4. Semijurnal Farmasi & Kedokteran Ethical Digest. Overactive Bladder 2009;

66: 28-37.

5. Permana RU. Prevalensi dan Faktor-faktor resiko Overactive Bladder Pada

Paramedis Perempuan di RSUP H. Adam Malik Medan 2008; FK-USU: 1-

26.

6. Agustina N. Prevalensi penderita Overactive Bladder pada pegawai

perempuan di lingkungan Departemen Obstetri dan Ginekologi RSUPN Dr.

Cipto Mangunkusumo Jakarta 2008; FK-UI: 82-83.

7. Price SA, Wilson LM. Patofisiologi volume 2. Jakarta: EGC. 2006.

8. Snell RS. Anatomi klinik ed.6. Jakarta : EGC. 2006; 345-349.

9. Junquiera LC, Carneiro J. Histologi Dasar Teks dan Atlas edisi 6. Jakarta:

EGC. 2007.

10. Ganong WF. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran ed.22. Jakarta: EGC. 2008;

753-756.

11. Sherwood L. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem ed.2. Jakarta : EGC. 2001;

499-502.

12. Corwin EJ. Buku Saku Patofisiologi Edisi 3. Jakarta: EGC. 2009: 71.

13. Baehr M, Frotscher M. Diagnosis Topik Neurologi DUUS edisi 4. Jakarta:

EGC. 2010.

14. Snell RS. Neuroanatomi Klinik. Jakarta: EGC. 2009; 456.

15. Martono H, Pranaka K. Geriatri ed.4. Jakarta: FK-UI; 2009.

16. Wibowo DS, Paryana W. Anatomi Tubuh Manusia. Yogyakarta: Graha Ilmu.

2009; 426-431.

Page 33: INSIDENSI PENDERITA OAB (OVERACTIVE BLADDER) PADA … Yudistriani.pdfii insidensi penderita oab (overactive bladder) pada ibu-ibu pengajian di kecamatan medan sunggal tahun 2012 dengan

24

17. Supartono, Setiati S, Soejono CH. Penatalaksanaan Pasien Geriatri dengan

Pendekatan Interdisiplin. Jakarta: FK-UI. 2003.

18. Sjamsuhidajat R, Jong WD. Buku Ajar Ilmu bedah edisi . Jakarta: EGC.

2005.

19. Abrams P, Cardozo L, Khoury S, Wein A. Incontinence volume 2

Management. 2005.

20. Jonas U, Hannover, Germany. European Association of Urology. European

Urology Supplements. OAB: What Matters to the Patients?. 2006. Volume 6.

21. Abrams P, Artibani W. Understanding Stress urinary Incontinence. 2004.

22. Anonymous.http://academic.kellogg.edu/herbrandsonc/bio201_mckinley/f27-

9a_urinary_bladder_c.jpg

23. Anonymoushttp://img.medscape.com/fullsize/migrated/editorial/clinupdates/2

003/2421/ostergard.fig5.gif

24. Anonymous http://pelvicspecialtycare.com/image_lib/vesicare_graphic.gif

25. Lapitan MC, Chyeon PLH. International Urogynecology Journal. The

Epidemiology of Overactive Bladder among Females in Asia: A

Questionnaire Survey 2001; volume 12: 226-231.