(ISD)Menghayati Norma & Lembaga Masyarakat Yang Berkembang Di Tengah Masyarakat

23
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Banyaknya kriminalitas yang terjadi membuat kita perlu membahas tentang norma- norma dan lembaga sosial atau lembaga kemasyarakatan. Di dalam masyarakat manusia selalu ada, dan selalu dimungkinkan adanya, apa yang disebut double reality. Di satu pihak ada sistem fakta, yaitu sistem yang tersusun atas segala apa yang senjatanya di dalam kenyataan ada, dan di lain pihak ada sistem normatif, yaitu sistem yang berada di dalam mental yang membayangkan segala apa yang seharusnya ada. Sistem fakta dan sistem normatif di atas itu sesungguhnya bukan realita yang identik. Namun, meskipun tidak identik, kedua realitas itu pun sama sekali tidak saling berpisahan. Antara keduanya ada pertalian yang erat; secara timbal balik, yang satu amat memengaruhi yang lainnya. Pertama- tama, sistem fakta berfungsi sebagai determinan sistem normatif. Artinya, bahwa apa yang dibayangkan di dalam mental sebagai suatu keharusan itu sesungguhnya adalah sesuatu yang di alam kenyataan merupakan sesuatu yang betul- betul ada, dan atau yang mungkin ada. Norma atau keharusan selalu dipertimbangkan dalam kenyataan dan mempertimbangkan pula segala kemungkinan- kemungkinan yang ada dalam situasi fakta. 1

description

Pelajaran tentang Ilmu Sosial Dasar

Transcript of (ISD)Menghayati Norma & Lembaga Masyarakat Yang Berkembang Di Tengah Masyarakat

Page 1: (ISD)Menghayati Norma & Lembaga Masyarakat Yang Berkembang Di Tengah Masyarakat

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Banyaknya kriminalitas yang terjadi membuat kita perlu membahas tentang

norma- norma dan lembaga sosial atau lembaga kemasyarakatan. Di dalam masyarakat

manusia selalu ada, dan selalu dimungkinkan adanya, apa yang disebut double reality.

Di satu pihak ada sistem fakta, yaitu sistem yang tersusun atas segala apa yang

senjatanya di dalam kenyataan ada, dan di lain pihak ada sistem normatif, yaitu sistem

yang berada di dalam mental yang membayangkan segala apa yang seharusnya ada.

Sistem fakta dan sistem normatif di atas itu sesungguhnya bukan realita yang identik.

Namun, meskipun tidak identik, kedua realitas itu pun sama sekali tidak saling

berpisahan. Antara keduanya ada pertalian yang erat; secara timbal balik, yang satu

amat memengaruhi yang lainnya.

Pertama- tama, sistem fakta berfungsi sebagai determinan sistem normatif.

Artinya, bahwa apa yang dibayangkan di dalam mental sebagai suatu keharusan itu

sesungguhnya adalah sesuatu yang di alam kenyataan merupakan sesuatu yang betul-

betul ada, dan atau yang mungkin ada. Norma atau keharusan selalu dipertimbangkan

dalam kenyataan dan mempertimbangkan pula segala kemungkinan- kemungkinan

yang ada dalam situasi fakta. Orang tidak akan mungkin diwajibkan melakukan

tindakan yang tidak akan dikerjakan oleh orang pada umumnya.

Sementara itu, di lain pihak sistem normatif pada gantinya balik memengaruhi

sistem fakta (kenyataan). Di dalam hal ini, wujud dan bentuk perilaku- perilaku

kultural yang di alam kenyataan ditentukan oleh pola- pola kultural yang telah

diketahui apriori di dalam mental sebagai keharusan- keharusan yang harus dikerjakan.

“Mengapa perilaku- perilaku pada kenyataannya berhal demikian” itu tidak lain adalah

karena “sistem dan tertib” normatifnya memang mengharuskan hal dan keadaan yang

demikian itu. Dengan jalan membebankan keharusan- keharusan yang disebut norma-

norma sosial itu, maka secara keseluruhan dapat diwujudkan suatu aktifitas bersama

yang tertib yang dapat digerakkan secara efektif ke arah pemenuhan keperluan-

keperluan dan hajat- hajat hidup masyarakat.

1

Page 2: (ISD)Menghayati Norma & Lembaga Masyarakat Yang Berkembang Di Tengah Masyarakat

1.2 Rumusan Masalah

1.      Apa pengertian dari norma dan lembaga sosial?

2.      Bagaimana proses Institusionalisme & Internalisasi Norma?

3.      Mengapa Pengendalian dan pengawasan sosial penting bagi masyarakat?

4. Kenapa setiap manusia di haruskan memahami setiap norma-norma?

5. Dimana suatu norma bisa dilakukan di dalam suatu lembaga sosial?

6. Kapan norma-norma itu di laksanakan?

1.3 Tujuan Masalah

1. Mengetahui apa arti norma dalam sebuah lembaga social

2. Menganalisis suatu kejadian yang marak di lingkungan kita.

2

Page 3: (ISD)Menghayati Norma & Lembaga Masyarakat Yang Berkembang Di Tengah Masyarakat

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

3.1 Norma

Dari segi bahasa Norma berasal dari bahasa inggris yakni norm. Dalam kamus oxford

norm berarti usual or expected way of behavin yaitu norma umum yang berisi bagaimana cara

berprilaku.

Norma adalah patokan prilaku dalam satu kelompok tertentu, norma memungkinkan

sesorang untuk menentukan terlebih dahulu bagaimana tindakannya itu akan dinilai oleh

orang lain, norma juga merupakan kriteria bagi orang lain untuk mendukung atau menolak

prilaku seseorang.

Norma juga merupakan sesuatu yang mengikat dalam sebuah kelompok masyarakat,

yang pada keselanjutannya disebut norma sosial, karena menjaga hubungan dalam

bermasyarakat. Norma pada dasarnya adalah bagian dari kebudayaan, karena awal dari

sebuah budaya itu sendiri adalah intraksi antara manusia pada kelompok tertentu yang

nantinya akan menghasilkan sesuatu yang disebut norma. Sehingga kita akan menumukan

definisi dari budaya itu seperti ini; budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan

dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang  dan diwariskan dari generasi ke generas

Adapula yang mengartikan norma sebagai nilai karena norma merupakan konkretasi

dari nilai. Norma adalah perwujudan dari nilai karena setiap norma pasti terkandung nilai di

dalamnya, nilai sekaligus menjadi sumber bagi norma. Tanpa ada nilai tidak mungkin

terwujud norma. Sebaliknya, tanpa di buatkan norma maka nilai yang hendak di jalankan itu

mustahil terwujud.

Jika kita berbicara norma, norma di bagi menjadi dua yaitu: norma yang datang dari

Tuhan dan norma yang dibuat oleh manusia. Norma yang pertama di sebut norma agama

sedang yang kedua di sebut norma sosial, meskipun pada dasarnya keduanya dalam orientasi

yang sama, yakni mengatur kehidupan manusia agar menjadi manusia yang berbudaya dan

beradab.

Unsur pokok menurut Berry adalah tekanan sosial terhadap anggota-anggota

masyarakatuntuk menjalankan norma-norma tersebut. Latar belakang pemikirannya adalah

apabila aturan-aturan yang tidak di kuatkan oleh aturan-aturan sosial, maka ia tidak bisa di

anggap sebagai norma sosial, sebab norma di sebut sebagai norma sosial bukan saja karena

telah mendapatkan sifat kemasyarakatannya, akan tetapi telah di jadikan patokan hidup dalam

prilaku.

3

Page 4: (ISD)Menghayati Norma & Lembaga Masyarakat Yang Berkembang Di Tengah Masyarakat

BAB III

STUDY KASUS

3.1 Pengertian Norma & Macam2 Norma

Dari segi bahasa Norma berasal dari bahasa inggris yakni norm. Dalam kamus oxford

norm berarti usual or expected way of behavin yaitu norma umum yang berisi bagaimana cara

berprilaku.

Norma adalah patokan prilaku dalam satu kelompok tertentu, norma memungkinkan

sesorang untuk menentukan terlebih dahulu bagaimana tindakannya itu akan dinilai oleh

orang lain, norma juga merupakan kriteria bagi orang lain untuk mendukung atau menolak

prilaku seseorang.

Norma juga merupakan sesuatu yang mengikat dalam sebuah kelompok masyarakat,

yang pada keselanjutannya disebut norma sosial, karena menjaga hubungan dalam

bermasyarakat. Norma pada dasarnya adalah bagian dari kebudayaan, karena awal dari

sebuah budaya itu sendiri adalah intraksi antara manusia pada kelompok tertentu yang

nantinya akan menghasilkan sesuatu yang disebut norma. Sehingga kita akan menumukan

definisi dari budaya itu seperti ini; budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan

dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang  dan diwariskan dari generasi ke generas

Adapula yang mengartikan norma sebagai nilai karena norma merupakan konkretasi

dari nilai. Norma adalah perwujudan dari nilai karena setiap norma pasti terkandung nilai di

dalamnya, nilai sekaligus menjadi sumber bagi norma. Tanpa ada nilai tidak mungkin

terwujud norma. Sebaliknya, tanpa di buatkan norma maka nilai yang hendak di jalankan itu

mustahil terwujud.

Jika kita berbicara norma, norma di bagi menjadi dua yaitu: norma yang datang dari

Tuhan dan norma yang dibuat oleh manusia. Norma yang pertama di sebut norma agama

sedang yang kedua di sebut norma sosial, meskipun pada dasarnya keduanya dalam orientasi

yang sama, yakni mengatur kehidupan manusia agar menjadi manusia yang berbudaya dan

beradab.

Unsur pokok menurut Berry adalah tekanan sosial terhadap anggota-anggota

masyarakatuntuk menjalankan norma-norma tersebut. Latar belakang pemikirannya adalah

apabila aturan-aturan yang tidak di kuatkan oleh aturan-aturan sosial, maka ia tidak bisa di

anggap sebagai norma sosial, sebab norma di sebut sebagai norma sosial bukan saja karena

telah mendapatkan sifat kemasyarakatannya, akan tetapi telah di jadikan patokan hidup dalam

prilaku

4

Page 5: (ISD)Menghayati Norma & Lembaga Masyarakat Yang Berkembang Di Tengah Masyarakat

3.2 Macam-macam Norma:

1.    Norma agama, yaitu peraturan hidup manusia yang berisi perintah dan larangan yang

berasal dari Tuhan. Peraturan hidup yang harus diterima manusia sebagai perintah -

perintah, larangan - larangan dan ajaran - ajaran yang bersumber dari Tuhan Yang

Maha Esa. Pelanggaran terhadap norma ini akan mendapat hukuman dari Tuhan Yang

Maha Esa berupa “siksa” kelak di akhirat. Contoh norma agama ini diantaranya ialah:

1. “Kamu dilarang membunuh”. 2. “Kamu dilarang mencuri”.

3. “Kamu harus patuh kepada orang tua”.

4. “Kamu harus beribadah”.

5. “Kamu jangan menipu”.

2.    Norma moral/kesusilaan, yaitu peraturan atau kaidah hidup yang bersumber dari hati

nurani dan merupakan nilai-nilai moral yang mengikat manusia.

Hakikat norma kesopanan adalah kepantasan, kepatutan, atau kebiasaan yang

berlaku dalam masyarakat. Norma kesopanan sering disebut sopan santun, tata krama

atau adat istiadat. Norma kesopanan tidak berlaku bagi seluruh masyarakat dunia,

melainkan bersifat khusus dan setempat (regional) dan hanya berlaku bagi segolongan

masyarakat tertentu saja. Apa yang dianggap sopan bagi segolongan masyarakat,

mungkin bagi masyarakat lain tidak demikian.

Contoh norma ini diantaranya ialah :

a) “Berilah tempat terlebih dahulu kepada wanita di dalam kereta api, bus dan lain-lain,

terutama wanita yang tua, hamil atau membawa bayi”.

b) “Jangan makan sambil berbicara”.

c) “Janganlah meludah di lantai atau di sembarang tempat”.

d) “Orang muda harus menghormati orang yang lebih tua”.

Kebiasaan merupakan norma yang keberadaannya dalam masyarakat diterima

sebagai aturan yang mengikat walaupun tidak ditetapkan oleh pemerintah. Kebiasaan

adalah tingkah laku dalam masyarakat yang dilakukan berulang-ulang mengenai sesuatu

hal yang sama, yang dianggap sebagai aturan hidup.

5

Page 6: (ISD)Menghayati Norma & Lembaga Masyarakat Yang Berkembang Di Tengah Masyarakat

Kebiasaan dalam masyarakat sering disamakan dengan adat istiadat. Adat

istiadat adalah kebiasaan-kebiasaan sosial yang sejak lama ada dalam masyarakat

dengan maksud mengatur tata tertib. Ada pula yang menganggap adat istiadat sebagai

peraturan sopan santun yang turun temurun Pada umumnya adat istiadat merupakan

tradisi. Adat bersumber pada sesuatu yang suci (sakral) dan berhubungan dengan tradisi

rakyat yang telah turun temurun, sedangkan kebiasaan tidak merupakan tradisi rakyat.

3. Norma kesopanan, yaitu peraturan atau kaidah yang bersumber dari pergaulan hidup

antar manusia. Norma yang timbul dan diadakan oleh masyarakat itu sendiri untuk

mengatur pergaulan sehingga masing - masing anggota masyarakat saling hormat

menghormati. Akibat dari pelanggaran terhadap norma ini ialah dicela sesamanya,

karena sumber norma ini adalah keyakinan masyarakat yang bersangkutan itu sendiri.

Hakikat norma kesopanan adalah kepantasan, kepatutan, atau kebiasaan yang berlaku

dalam masyarakat. Norma kesopanan sering disebut sopan santun, tata krama atau adat

istiadat. Norma kesopanan tidak berlaku bagi seluruh masyarakat dunia, melainkan

bersifat khusus dan setempat (regional) dan hanya berlaku bagi segolongan masyarakat

tertentu saja. Apa yang dianggap sopan bagi segolongan masyarakat, mungkin bagi

masyarakat lain tidak demikian. Contoh norma ini diantaranya ialah :

1. “Berilah tempat terlebih dahulu kepada wanita di dalam kereta api, bus dan

lain - lain, terutama wanita yang tua, hamil atau membawa bayi”.

2. “Jangan makan sambil berbicara”.

3. “Janganlah meludah di lantai atau di sembarang tempat” dan.

4. “Orang muda harus menghormati orang yang lebih tua”.

Kebiasaan merupakan norma yang keberadaannya dalam masyarakat diterima

sebagai aturan yang mengikat walaupun tidak ditetapkan oleh pemerintah. Kebiasaan

adalah tingkah laku dalam masyarakat yang dilakukan berulang - ulang mengenai

sesuatu hal yang sama, yang dianggap sebagai aturan hidup. Kebiasaan dalam

masyarakat sering disamakan dengan adat istiadat.

Adat istiadat adalah kebiasaan - kebiasaan sosial yang sejak lama ada dalam

masyarakat dengan maksud mengatur tata tertib. Ada pula yang menganggap adat

istiadat sebagai peraturan sopan santun yang turun temurun Pada umumnya adat

6

Page 7: (ISD)Menghayati Norma & Lembaga Masyarakat Yang Berkembang Di Tengah Masyarakat

istiadat merupakan tradisi. Adat bersumber pada sesuatu yang suci (sakral) dan

berhubungan dengan tradisi rakyat yang telah turun temurun, sedangkan kebiasaan

tidak merupakan tradisi rakyat

4.    Norma hukum, yaitu peraturan atau kaidah yang diciptakan oleh kekuasaan resmi atau

negara yang sifatnya mengikat atau memaksa

Peraturan - peraturan yang timbul dan dibuat oleh lembaga kekuasaan negara.

Isinya mengikat setiap orang dan pelaksanaanya dapat dipertahankan dengan segala

paksaan oleh alat - alat negara, sumbernya bisa berupa peraturan perundang - undangan,

yurisprudensi, kebiasaan, doktrin, dan agama. Keistimewaan norma hukum terletak

pada sifatnya yang memaksa, sanksinya berupa ancaman hukuman. Penataan dan sanksi

terhadap pelanggaran peraturan - peraturan hukum bersifat heteronom, artinya dapat

dipaksakan oleh kekuasaan dari luar, yaitu kekuasaan negara. Contoh norma ini

diantaranya ialah :

1. “Barang siapa dengan sengaja menghilangkan jiwa/nyawa orang lain, dihukum karena

membunuh dengan hukuman setinggi - tingginya 15 tahun”.

2. “Orang yang ingkar janji suatu perikatan yang telah diadakan, diwajibkan mengganti

kerugian”, misalnya jual beli.

3. “Dilarang mengganggu ketertiban umum”.

Hukum biasanya dituangkan dalam bentuk peraturan yang tertulis, atau disebut

juga perundang - undangan. Perundang - undangan baik yang sifatnya nasional maupun

peraturan daerah dibuat oleh lembaga formal yang diberi kewenangan untuk

membuatnys. Oleh karena itu, norma hukum sangat mengikat bagi warga negara.

Hubungan Antar-Norma

Kehidupan manusia dalam bermasyarakat, selain diatur oleh hukum juga diatur

oleh norma - norma agama, kesusilaan, dan kesopanan, serta kaidah - kaidah lainnya.

Kaidah - kaidah sosial itu mengikat dalam arti dipatuhi oleh anggota masyarakat di

mana kaidah itu berlaku. Hubungan antara hukum dan kaidah - kaidah sosial lainnya itu

saling mengisi. Artinya kaidah sosial mengatur kehidupan manusia dalam masyarakat

dalam hal - hal hukum tidak mengaturnya. Selain saling mengisi, juga saling

7

Page 8: (ISD)Menghayati Norma & Lembaga Masyarakat Yang Berkembang Di Tengah Masyarakat

memperkuat. Suatu kaidah hukum, misalnya “kamu tidak boleh membunuh” diperkuat

oleh kaidah sosial lainnya. Kaidah agama, kesusilaan, dan adat juga berisi suruhan yang

sama.

Dengan demikian, tanpa adanya kaidah hukum pun dalam masyarakat sudah ada

larangan untuk membunuh sesamanya. Hal yang sama juga berlaku untuk “pencurian”,

“penipuan”, dan lain - lain pelanggaran hukum. Hubungan antara norma agama, kesusilaan,

kesopanan dan hukum yang tidak dapat dipisahkan itu dibedakan karena masing - masing

memiliki sumber yang berlainan. Norma Agama sumbernya kepercayaan terhadap Tuhan

Yang Maha Esa. Norma kesusilaan sumbernya suara hati (insan kamil). Norma kesopanan

sumbernya keyakinan masyarakat yang bersangkutan dan norma hukum sumbernya peraturan

perundang - undangan.

3.3 Proses institualisasi norma.

Berbicara proses, institualisasi atau pengaturan norma dalam bentuk institusi sangatlah

penting di lakukan, karena tanpa dukungan sebuah lembaga, norma seiring berjalan waktu

bisa saja hilang karena di tinggalkan oleh manusianya.

Institualisasi dewasa ini begitu menjamur, karena terjadinya deikotomi antara satu

kepercayaan dengan kepercayaan yang lain, dimana satu kepercayaan ingin mempertahankan

loyalitasnya pada  masyarakat tanpa terganggu oleh eksistensi kepercayaan lain, sehingga

jalur institusi sepertinya menjadi pilihan tepat bagi ajaran-ajaran kepercayaan yang ada. Hal

ini terbukti dari semakin banyaknya perkumpulan penghayat kepercayaan terhadap Tuhan

Yang Maha Esa yang terdaftar pada kantor direktorat pembinaan kepercayaan terhadap

Tuhan Yang Maha Esa(Binyat)

Dari data di atas, dapat kita ambil persepsi, bahwa semakin hari di negara semakin

banyak ajaran baru yang bermunculan yang diikuti tentunya dengan norma-norma yang baru,

sehingga tidak menutup kemungkinan terjadi perseberangan pendapat antara golongan-

golongan yang ada. Oleh sebab itu untuk menjaga kedamaian dalam hidup bernegara, negara

penting untuk mengadakan pengkordinasian diantara kepercayaan agar bisa terjalin

komunikasi antar golongan yang dengan hal itu akan mencegah terjadinya kesenjangan atau

perdebatan yang tidak sehat antar golongan.

Namun akibat yang akan muncul dari sebuah institualisasi, akan tersingkirnya

kesalehan simbolis dari kesalehan aktual. Kesalehan simbolis kemudian akan memisahkan

8

Page 9: (ISD)Menghayati Norma & Lembaga Masyarakat Yang Berkembang Di Tengah Masyarakat

diri dari kerangka sosial massa dan menjadi kesalehan individual, sementara kesalehan aktual

menjadi kesalehan sosial-politik.

3.4 Proses internalisasi norma

Proses internalisasi dimaksudkan untuk menanamkan sesuatu atau ideologi pada

sesorang atau kelompok untuk memantapkan ideologi yang ada guna membentuk insan yang

mulia dan bertanggung jawab berdasarkan visi misi yang diemban.

Dalam menjalankan sebuah organisasi, internalisasi sangat di butuhkan karena akan

memperkuat kader yang ada dan akan mampu mempertahankan organisasi dengan jiwa rasa

memiliki pada organisasi itu sendiri. Di samping itu juga internalisasi penting dilakukan

karena membantu untuk menyempurnakan pemahaman kader atas organisasi. Seorang ahli

estetika mengatakan: “pemahaman yang setengah tentag sebuah budaya, akan menghilangkan

nilai-nilai estetika pada budaya itu sendiri”. Dengan demikian proses internalisasi sangatlah

di butuhkan lebih-lebih dalam tatanan norma yang menjadi pedoman hidup masyarakat.

3.5 Sistem Pengendalian/Pengawasan (Sosial Control)

Agar anggota masyarakat menaati norma yang berlaku, diciptakan sistem pengawasan

sosial (sosial control), yakni sistem yang dijalankan masyarakat agar selalu disesuaikan

dengan nilai- nilai dan norma yang berlaku di masyarakat. Pengendalian sosial dapat

dilakukan oleh individu terhadap individu lainnya (misalnya, seorang ibu mendidik anak-

anaknya untuk menyesuaikan diri pada kaidah- kaidah dan nilai- nilai yang berlaku) atau

mungkin dilakukan oleh individu terhadap suatu kelompok sosial (misalnya, seorang dosen

memimpin beberapa orang mahasiswa di dalam kuliah- kuliah kerja).

Dengan demikian, pengendalian sosial terutama bertujuan untuk mencapai keserasian

antara stabilitas dengan perubahan- perubahan dalam masyarakat. Atau, suatu sistem

pengendalian sosial yang bertujuan untuk mencapai keadaan damai melalui keserasian antara

kepastian dengan keadilan/kesebandingan.

Cara pengawasan/pengendalian sosial, dilakukan dengan:

1. Mempertebal keyakinan anggota masyarakat akan kebaikan nilai- nilai dan

norma- norma yang berlaku;

2. Memberikan penghargaan kepada setiap anggota masyarakat yang taat kepada

norma- norma yang berlaku;

3. Mengembangkan rasa malu dalam diri atau jiwa anggota masyarakat apabila

menyimpang dari norma yang berlaku;

4. Menimbulkan rasa takut;

9

Page 10: (ISD)Menghayati Norma & Lembaga Masyarakat Yang Berkembang Di Tengah Masyarakat

5. Menciptakan sistem hukum, yaitu tata tertib dengan sanksi (pidana) yang tegas

kepada para pelanggarnya.

3.6 Lembaga Kemasyarakatan (Sosial Institution)

Lembaga kemasyarakatan mengandung pengertian adanya bentuk yang sekaligus juga

mengandung pengertian yang abstrak berupa norma- norma dan aturan- aturan tertentu yang

menjadi ciri lembaga kemasyarakatan itu. Ciri- ciri dari lembaga kemasyarakatan tersebut

yaitu:

1.      Suatu lembaga kemasyarakatan adalah suatu organisasi pola- pola pemikiran dan

perilaku yang terwujud melalui aktifitas- aktifitas kemasyaratakan dan hasil-

hasilnya.

2.      Suatu tingkat kekekalan tertentu merupakan ciri semua lembaga kemasyarakatan.

3.      Lembaga kemasyarakatan mempunyai satu atau beberapa tujuan tertentu.

4.     Lembaga kemasyarakatan mempunyai alat- alat perlengkapan yang dipergunakan

untuk mencapai tujuan lembaga yang bersangkutan.

5.      Lembaga biasanya juga merupakan ciri khas lambaga kemasyarakatan.

6.      Suatu lembaga kemasyarakatan mempunyai suatu tradisi tertulis atau tidak tertulis.

Lembaga- lembaga atau institusi tidak lain adalah perwujudan dari norma- norma dan

aturan- aturan sosial yang terdapat di masyarakat dalam berbagai segi kehidupan. Contoh dari

lembaga kemasyarakatan ialah:

1. Bidang ekonomi: lembaga hak milik, lembaga bank, lembaga koperasi, CV, dan

lain- lain.

2. Bidang pendidikan: pesantren, madrasah, sekolah, akademi, universitas, dan lain-

lain.

3. Bidang agama: masjid, gereja, wakaf, dan lain- lain.

4. Bidang politik: desa, kecamatan, DPR, MPR, dan lain- lain.

5. Bidang keluarga: perkawinan, dan lain- lain.

3.7 Contoh Studi Kasus

3.7.1 Studi Kasus Lembaga Sosial Dalam Masyarakat.

Disini kami akan membuat studi kasus tentang lembaga social dalam masyarakat

kita bisa ambil contoh dalam konflik warga syiah. Penyerangan terhadap warga Syiah

Sampang diklaim pemerintah sebagai masalah keluarga. Namun Wakil Ketua Komisi III

DPR Nasir Djamil melihatnya sebagai konflik sosial. Perbedaan aliran seharusnya

disikapi secara arif, jangan menggunakan kekerasan.

10

Page 11: (ISD)Menghayati Norma & Lembaga Masyarakat Yang Berkembang Di Tengah Masyarakat

"Tentunya sangat tidak dibenarkan adanya penyerangan terhadap komunitas

tertentu yang kemudian dijarah, dibakar rumahnya, apalagi sampai dianiaya, bahkan

sampai ada korban yang tewas," sesal Nasir melalui pesan singkat di Jakarta, Selasa

(28/7/2012).

Berbagai macam bentuk kekerasan, lanjut politisi PKS ini, harus dihentikan.

Masyarakat, ulama, aparat penegak hukum, dan pemerintah harus cepat tanggap

menyelesaikannya secara komprehensif. Apalagi konflik yang terjadi di Sampang

merupakan perseteruan interumat beragama.

"Menurut saya sudah bisa dikategorikan sebagai konflik sosial, sehingga

sudah seharusnya pemerintah dan aparat segera melakukan langkah-langkah yang

diperintahkan dalam UU Nomor 7 Tahun 2012 tentang Penanganan Konflik Sosial,"

terang Nasir.

Dalam UU tersebut, papar dia, pemerintah dan aparat penegak hukum

diwajibkan untuk melakukan upaya-upaya penanganan konflik sosial, mulai dari

pencegahan konflik, penghentian konflik, dan pemulihan pasca konflik.

"Dalam pencegahan konflik, pemerintah dan aparat seharusnya membuat sistem

peringatan dini, mengingat kasus Sampang bukanlah kasus baru. Namun ini sudah lewat

dan jadi pembelajaran bagi daerah rawan konflik," ujar Nasir.

Untuk mencari solusi penghentian konflik ini, menurut dia, aparat Polri harus

cepat melakukan upaya penghentian kekerasan secara fisik. Kemudian melakukan upaya

terencana, terpadu, berkelanjutan dan terukur untuk memulihkan kondisi pasca konflik.

"Upaya yang dilakukan adalah dengan rekonsiliasi, rehabilitasi, rekonstruksi,

sebagaimana diatur dalam UU Penanganan Konflik Sosial tersebut. Hal terpenting adalah

melibatkan masyarakat, pranata adat dan sosial yang ada di Sampang. Semoga konflik ini

cepat reda dan upaya pemulihan pasca konflik cepat juga dilakukan pemerintah. Toleransi

beragama harus ditingkatkan," tutup Nasir.

"Namun, kegagalan pemerintah Indonesia dalam menangani serangan sebelumnya,

terhadap komunitas Syiah, menimbulkan pertanyaan serius tentang kesediaannya untuk

memastikan bahwa pelaku serangan Sampang dibawa ke pengadilan, untuk memberikan

korban reparasi, dan untuk mencegah lanjut serangan terhadap kelompok minoritas,"

imbuhnya.

Komunitas Syiah di pulau Madura telah diintimidasi dan diserang sebelumnya. Pada

11

Page 12: (ISD)Menghayati Norma & Lembaga Masyarakat Yang Berkembang Di Tengah Masyarakat

tanggal 29 Desember 2011, massa membakar tempat ibadah, pesantren, dan rumah-rumah

sekitarnya. .

Amnesty International juga menyerukan kepada otoritas Indonesia untuk menyelidiki

laporan bahwa Polsek Omben memiliki pengetahuan sebelumnya tentang ancaman

terhadap komunitas Syiah tetapi tidak mengambil tindakan pencegahan yang diperlukan

terhadap serangan baru-baru ini, termasuk mobilisasi jumlah personal yang memadai.

Menurut Komnas HAM hanya lima personel polisi berada di tempat kejadian.

Sebagai negara yang ikut dalam Kovensi Internasional tentang Hak Sipil dan Politik

(ICCPR), Indonesia memiliki kewajiban untuk menjamin hak untuk hidup, keamanan dan

kebebasan dari penyiksaan dan perlakuan buruk lainnya. Berdasarkan Pasal 2 (1) ICCPR,

perlindungan tersebut harus diberikan tanpa diskriminasi, termasuk atas dasar agama.

Amnesty International terus menerima laporan serangan dan intimidasi terhadap

kelompok agama minoritas di Indonesia, termasuk Syiah, Ahmadiyah dan komunitas

Kristen. Banyak masyarakat telah mengungsi akibat serangan termasuk pembakaran, dan

dalam banyak kasus para pelaku tidak dihukum

12

Page 13: (ISD)Menghayati Norma & Lembaga Masyarakat Yang Berkembang Di Tengah Masyarakat

BAB IV

ANALISIS KESIMPULAN

4.1 Analisis

Dalam UU tersebut, pemerintah dan aparat penegak hukum diwajibkan untuk

melakukan upaya-upaya penanganan konflik sosial, mulai dari pencegahan konflik,

penghentian konflik, dan pemulihan pasca konflik.

"Dalam pencegahan konflik, pemerintah dan aparat seharusnya membuat sistem

peringatan dini, mengingat kasus Sampang bukanlah kasus baru. Namun ini sudah lewat

dan jadi pembelajaran bagi daerah rawan konflik.

Untuk mencari solusi penghentian konflik ini, aparat Polri harus cepat melakukan

upaya penghentian kekerasan secara fisik. Kemudian melakukan upaya terencana,

terpadu, berkelanjutan dan terukur untuk memulihkan kondisi pasca konflik.

"Upaya yang dilakukan adalah dengan rekonsiliasi, rehabilitasi, rekonstruksi,

sebagaimana diatur dalam UU Penanganan Konflik Sosial tersebut. Hal terpenting adalah

melibatkan masyarakat, pranata adat dan sosial yang ada di Sampang. Semoga konflik ini

cepat reda dan upaya pemulihan pasca konflik cepat juga dilakukan pemerintah. Toleransi

beragama harus ditingkatkan,

Dan menurut kami dari kasus yang ada di Sampang itu bahwa kita tdak perlu

melakukan suatu kekerasan dengan membakar, atau menyerbu warga yang di anggap sesat

itu. Dan permasalahn ini bisa diselesaikan dengan tangan dingin bukan dengan kekerasan

yang terjadi. Sehingga menimbulkan ada korban tewas gara-gara konfli itu. Norma dan

Lembaga sosial seharusnya dijadikan patokan pada diri kita masing.sehingga tidak ada

rasa mencurigai antar sesama.

4.2 Kesimpulan

Dari uraian diatas, dapat kita ketahui kehidupan di masyarakat menumbuhkan norma-

norma yang, secara langsung atau tidak, secara sadar atau tidak sadar, mengikat kita untuk

mempunyai rasa toleransi antar sesama tanpa menyingkirkan hak- hak masyarakat yang lain.

Dan itu semua diatur oleh norma- norma di lingkungan dimana masyarakat itu hidup.

Setiap norma yang dilanggar akan mendapatkan hukuman sesuai perbuatan yang

dilakukan. Dan dimana ada norma- norma, pasti terdapat lembaga- lembaga yang mengatur

13

Page 14: (ISD)Menghayati Norma & Lembaga Masyarakat Yang Berkembang Di Tengah Masyarakat

dan mengawasnya. Tidak semua norma- norma bisa diterima dengan langsung, norma- norma

tersebut akan melalui proses yang sudah ada.

Lembaga sosial merupakan Lembaga kemasyarakatan mengandung pengertian adanya

bentuk yang sekaligus juga mengandung pengertian yang abstrak berupa norma- norma dan

aturan- aturan tertentu yang menjadi ciri lembaga kemasyarakatan itu.

Dan Norma sendiri adalah Dari segi bahasa Norma berasal dari bahasa inggris yakni

norm. Dalam kamus oxford norm berarti usual or expected way of behavin yaitu norma

umum yang berisi bagaimana cara berprilaku.

Norma adalah patokan prilaku dalam satu kelompok tertentu, norma memungkinkan

sesorang untuk menentukan terlebih dahulu bagaimana tindakannya itu akan dinilai oleh

orang lain, norma juga merupakan kriteria bagi orang lain untuk mendukung atau menolak

prilaku seseorang.

Norma juga merupakan sesuatu yang mengikat dalam sebuah kelompok masyarakat,

yang pada keselanjutannya disebut norma sosial, karena menjaga hubungan dalam

bermasyarakat. Norma pada dasarnya adalah bagian dari kebudayaan, karena awal dari

sebuah budaya itu sendiri adalah intraksi antara manusia pada kelompok tertentu yang

nantinya akan menghasilkan sesuatu yang disebut norma. Sehingga kita akan menumukan

definisi dari budaya itu seperti ini; budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan

dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang  dan diwariskan dari generasi ke generas

Adapula yang mengartikan norma sebagai nilai karena norma merupakan konkretasi

dari nilai. Norma adalah perwujudan dari nilai karena setiap norma pasti terkandung nilai di

dalamnya, nilai sekaligus menjadi sumber bagi norma. Tanpa ada nilai tidak mungkin

terwujud norma. Sebaliknya, tanpa di buatkan norma maka nilai yang hendak di jalankan itu

mustahil terwujud.

Jika kita berbicara norma, norma di bagi menjadi dua yaitu: norma yang datang dari

Tuhan dan norma yang dibuat oleh manusia. Norma yang pertama di sebut norma agama

sedang yang kedua di sebut norma sosial, meskipun pada dasarnya keduanya dalam orientasi

yang sama, yakni mengatur kehidupan manusia agar menjadi manusia yang berbudaya dan

beradab.

14

Page 15: (ISD)Menghayati Norma & Lembaga Masyarakat Yang Berkembang Di Tengah Masyarakat

DAFTAR PUSTAKA

http://zoelnayaries.blogspot.com/2011/05/norma-dan-lembaga-sosial.html

Soekanto, soerjono. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Raja Gravindo Persada. 2007.

http://analisis.news.viva.co.id/news/read/347373-amnesty-international-pantau-kasus-sampang

http://www.centroone.com/news/penyerangan konflik sosial/

15