integumen

28
LAPORAN PENDAHULUAN SISTEM INTEGUMEN A. KONSEP DASAR ABSES 1. Pengertian Abses (Latin: abscessus) merupakan kumpulan nanah (netrofil yang telah mati) yang terakumulasi di sebuah kavitas jaringan karena adanya proses infeksi (biasanya oleh bakteri atau parasit) atau karena adanya benda asing (misalnya serpihan, luka peluru, atau jarum suntik). Proses ini merupakan reaksi perlindungan oleh jaringan untuk mencegah penyebaran/perluasan infeksi ke bagian tubuh yang lain. Abses adalah infeksi kulit dan subkutis dengan gejala berupa kantong berisi nanah. (Siregar, 2004) Abses adalah pengumpulan nanah yang terlokalisir sebagai akibat dari infeksi yang melibatkan organisme piogenik, nanah merupakan suatu campuran dari jaringan nekrotik, bakteri, dan sel darah putih yang sudah mati yang dicairkan oleh enzim autolitik. (Morison, 2003) Abses (misalnya bisul) biasanya merupakan titik “mata”, yang kemudian pecah, rongga abses kolaps dan terjadi obliterasi karena fibrosis, meninggalkan jaringan parut yang kecil. (Underwood, 2000) Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa abses adalah terbentuknya kantong berisi nanah pada jaringan kutis dan subkutis akibat infeksi kulit yang

description

hhh

Transcript of integumen

LAPORAN PENDAHULUANSISTEM INTEGUMEN

A. KONSEP DASAR ABSES1. PengertianAbses (Latin: abscessus) merupakan kumpulan nanah (netrofil yang telah mati) yang terakumulasi di sebuah kavitas jaringan karena adanya proses infeksi (biasanya oleh bakteri atau parasit) atau karena adanya benda asing (misalnya serpihan, luka peluru, atau jarum suntik). Proses ini merupakan reaksi perlindungan oleh jaringan untuk mencegah penyebaran/perluasan infeksi ke bagian tubuh yang lain. Abses adalah infeksi kulit dan subkutis dengan gejala berupa kantong berisi nanah. (Siregar, 2004)Abses adalah pengumpulan nanah yang terlokalisir sebagai akibat dari infeksi yang melibatkan organisme piogenik, nanah merupakan suatu campuran dari jaringan nekrotik, bakteri, dan sel darah putih yang sudah mati yang dicairkan oleh enzim autolitik. (Morison, 2003) Abses (misalnya bisul) biasanya merupakan titik mata, yang kemudian pecah, rongga abses kolaps dan terjadi obliterasi karena fibrosis, meninggalkan jaringan parut yang kecil. (Underwood, 2000)Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa abses adalah terbentuknya kantong berisi nanah pada jaringan kutis dan subkutis akibat infeksi kulit yang disebabkan oleh bakteri/parasit atau karena adanya benda asing.

2. Anatomi dan FisiologiKulit adalah suatu organ pembungkus seluruh permukaan luar tubuh, merupakan organ terberat dan terbesar dari tubuh. Seluruh kulit beratnya sekitar 16% berat tubuh, pada orang dewasa sekitar 2,7 3,6kg dan luasnya sekitar 1,5 1,9 meter persegi. Tebalnya kulit bervariasi mulai 0,5 - 6 mm tergantung dari letak, umur dan jenis kelamin. Kulit tipis seperti : kelopak mata, penis, labium minus dan kulit bagian medial lengan atas. Sedangkan kulit tebal seperti pada telapak tangan, telapak kaki, punggung, bahu dan bokong.Secara embriologis kulit berasal dari dua lapis yang berbeda, yaitu : Lapisan luar adalah epidermis yang merupakan Lapisan epitel berasal dari ectoderm Lapisan dalam yang berasal dari mesoderm adalah dermis atau korium yang merupakan suatu lapisan jaringan ikat.Epidermis terdiri atas lima lapisan (dari lapisan yang paling atas sampai yang terdalam), yaitu :1) Stratum Korneum (lapisan tanduk) Merupakan lapisan epidermis paling atas, terdiri atas beberapa lapis sel pipih, tidak memiliki inti, tidak mengalami proses metabolisme, tidak berwarna dan sangat sedikit mengandung air. Terdiri dari sel keratinosit yang bisa mengelupas dan berganti. 2) Stratum Lusidum (lapisan bening)Disebut juga lapisan barrier terletak dibawah lapisan tanduk dengan lapisan berbutir. Lapisan bening terdiri dari protoplasma sel-sel jernih yg kecil-kecil, tipis, dan bersifat translusen sehingga dapat dilewati sinar (tembus cahaya). Lapisan ini sangat tampak jelas pada telapak tangan dan telapak kaki.3) Stratum Granulosum (lapisan berbutir)Tersusun oleh sel-sel keratonosit berbentuk kumparan yang mengandung butir-butir di dalam protoplsmanya, berbutir kasar dan berinti mengkerut. Lapisan ini tampak paling jelas pada kulit telapak tangan dan telapak kaki. 4) Stratum Spinosum (lapisan bertaju) Disebut juga lapisisan malphigi terdiri atas sel-sel yang saling berhubungan dengan perantaraan jembatan-jembatan protoplasma berbentuk kubus. Jika sel-sel lapisan saling berlepasan, maka seakan-akan selnya bertaju. Setiap sel berisi filamen-filamen kecil yang terdiri atas serabut protein. Sel-sel pada lapisan taju normal, tersusun menjadi beberapa baris.5) Stratum Basale /Stratum Germinativum (lapisan benih)Merupakan lapisan terbawah epidermis, dibentuk oleh satu baris sel torak (silinder) dengan kedudukan tegak lurus terhadap permukaan dermis. Alas sel-sel torak ini bergerigi dan bersatu dengan lamina basalis di bawahnya. Lamina basalis yaitu struktur halus yang membatasi epidermis dengan dermis. Terdapat aktifitas mitosis yang hebat dan bertanggung jawab dalam pembaharuan sel epidermis secara konstan. Epidermis diperbaharui setiap 28 hari untuk migrasi kepermukaan, hal ini tergantung letak, usia dan faktor lain. Merupakan satu lapis sel yg mengandung melanosit.Epidermis mempunyai fungsi sebagai berikut, yaitu : Proteksi barier Organisasi sel Sintesis vitamin D dan sitokin Pembelahan dan mobilisasi sel Pigmentasi (melanosit) dan pengenalan alergen (sel Langerhans).Dermis merupakan bagian yang paling penting di kulit yang sering dianggap sebagai True Skin karena 95% dermis membentuk ketebalan kulit. Terdiri atas jaringan ikat yang menyokong epidermis dan menghubungkannya dengan jaringan subkutis. Tebalnya bervariasi, yang paling tebal pada telapak kaki sekitar 3 mm. Kulit jangat atau dermis menjadi tempat ujung saraf perasa, tempat keberadaan kandung rambut, kelenjar keringat, kelenjar-kelenjar palit atau kelenjar minyak, pembuluh-pembuluh darah dan getah bening, dan otot penegak rambut (muskulus arektor pili). Lapisan Dermis terdiri dua lapisan, yaitu : Lapisan papiler, tipis mengandung jaringan ikat jarang. Lapisan retikuler, tebal terdiri dari jaringan ikat padat Subkutis merupakan lapisan di bawah dermis atau hipodermis yang terdiri dari lapisan lemak. Lapisan ini terdapat jaringan ikat yang menghubungkan kulit secara longgar dengan jaringan di bawahnya. Jumlah dan ukurannya berbeda-beda menurut daerah di tubuh dan keadaan nutrisi individu. Berfungsi menunjang suplai darah ke dermis untuk regenerasi. Subkutis/hipodermis mempunyai fungsi sebagai berikut : Melekat ke struktur dasar Isolasi panas Cadangan kalori Kontrol bentuk tubuh Mechanical shock absorber.Suplai darah dan nutrisi untuk kulit diperoleh dari arteri yang membentuk pleksus terletak antara lapisan papiler dan retikuler dermis dan selain itu antara dermis dan jaringan subkutis. Cabang kecil meninggalkan pleksus ini memperdarahi papilla dermis tiap papilla dermis punya satu arteri asenden dan satu cabang vena. Pada epidermis tidak terdapat pembuluh darah tapi mendapat nutrient dari dermis melalui membran epidermis pembuluh darah kulit. Kulit merupakan organ yang berfungsi sangat penting bagi tubuh, yaitu :1) Memungkinkan bertahan dalam berbagai kondisi lingkungan 2) Sebagai barier infeksi 3) Mengontrol suhu tubuh (termoregulasi)4) Sensasi 5) Eskresi 6) Metabolisme. Fungsi proteksi kulit adalah melindungi dari kehilangan cairan dan elektrolit, trauma mekanik, ultraviolet dan sebagai barier dari invasi mikroorganisme patogen.Sensasi telah diketahui merupakan salah satu fungsi kulit dalam merespon rangsang raba karena banyaknya akhiran saraf seperti pada daerah bibir, putting dan ujung jari.Kulit berperan pada pengaturan suhu & keseimbangan cairan elektrolit. Termoregulasi dikontrol oleh hipothalamus. Temperatur perifer mengalami proses keseimbangan melalui keringat, insessible loss dari kulit, paru-paru dan mukosa bukal. Temperatur kulit dikontrol dengan dilatasi atau kontriksi pembuluh darah kulit. Bila temperatur meningkat terjadi vasodilatasi pembuluh darah, kemudian tubuh akan mengurangi temperatur dengan melepas panas dari kulit dengan cara mengirim sinyal kimia yang dapat meningkatkan aliran darah di kulit. Pada temperatur yang menurun, pembuluh darah kulit akan vasokontriksi yang kemudian akan mempertahankan panas.

Gambar 1. Struktur Kulit

3. EtiologiMenurut Siregar (2004) suatu infeksi bakteri bisa menyebabkan abses melalui beberapa cara : a) Bakteri masuk ke bawah kulit akibat luka yang berasal dari tusukan jarum yang tidak sterilb) Bakteri menyebar dari suatu infeksi di bagian tubuh yang lainc) Bakteri yang dalam keadaan normal hidup di dalam tubuh manusia dan tidak menimbulkan gangguan, kadang bisa menyebabkan terbentuknya abses.Peluang terbentuknya suatu abses akan meningkat jika :a) Terdapat kotoran atau benda asing di daerah tempat terjadinya infeksib) Daerah yang terinfeksi mendapatkan aliran darah yang kurangc) Terdapat gangguan sistem kekebalanBakteri tersering penyebab abses adalah Staphylococus Aureus

4. Tanda dan GejalaAbses bisa terbentuk diseluruh bagian tubuh, termasuk paru-paru, mulut, rektum, dan otot. Abses yang sering ditemukan di dalam kulit atau tepat dibawah kulit terutama jika timbul di wajah.Menurut Smeltzer & Bare (2001), gejala dari abses tergantung kepada lokasi dan pengaruhnya terhadap fungsi suatu organ saraf. Gejalanya bisa berupa:a) Nyerib) Nyeri tekanc) Teraba hangatd) Pembengkakane) Kemerahanf) Demam Suatu abses yang terbentuk tepat dibawah kulit biasanya tampak sebagai benjolan. Adapun lokasi abses antara lain ketiak, telinga, dan tungkai bawah. Jika abses akan pecah, maka daerah pusat benjolan akan lebih putih karena kulit diatasnya menipis. Suatu abses di dalam tubuh, sebelum menimbulkan gejala seringkali terlebih tumbuh lebih besar. Paling sering, abses akan menimbulkan Nyeri tekan dengan massa yang berwarna merah, hangat pada permukaan abses, dan lembut.

5. Fatofisiologi

Bakteri Gram Positif (Staphylococcus aureus Streptococcus mutans)

Mengeluarkan enzim hyaluronidase dan enzim koagulase

merusak jembatan antar sel

transpor nutrisi antar sel terganggu

Jaringan rusak/mati/nekrosis

Media bakteri yang baik

Jaringan terinfeksi

Peradangan Sel darah putih mati

DemamPembedahan

Jaringan menjadi abses& berisi PUS Gangguan Thermoregulator(Pre Operasi)

Pecah

Reaksi Peradangan (Rubor, Kalor, Tumor, Dolor, Fungsiolaesea)

Resiko Penyebaran Infeksi(Pre dan Post Operasi)Luka Insisi

Nyeri(Post Operasi) Nyeri(Pre Operasi)

Sumber : Hardjatmo Tjokro Negoro, PHD dan Hendra Utama, 2001

6. Pemeriksaan Penunjang1) Pemeriksaan laboratorium : Peningkatan jumlah sel darah putih.2) Untuk menentukan ukuran dan lokasi abses dilakukan pemeriksaan rontgen, USG, CT Scan, atau MRI.

7. KomplikasiKomplikasi mayor dari abses adalah penyebaran abses ke jaringan sekitar atau jaringan yang jauh dan kematian jaringan setempat yang ekstensif (gangren). Pada sebagian besar bagian tubuh, abses jarang dapat sembuh dengan sendirinya, sehingga tindakan medis secepatnya diindikasikan ketika terdapat kecurigaan akan adanya abses. Suatu abses dapat menimbulkan konsekuensi yang fatal. Meskipun jarang, apabila abses tersebut mendesak struktur yang vital, misalnya abses leher dalam yang dapat menekan trakea. (Siregar, 2004)

8. PenatalaksanaanMenurut Morison (2003), Abses luka biasanya tidak membutuhkan penanganan menggunakan antibiotik. Namun demikian, kondisi tersebut butuh ditangani dengan intervensi bedah, debridement dan kuretase.Suatu abses harus diamati dengan teliti untuk mengidentifikasi penyebabnya, terutama apabila disebabkan oleh benda asing, karena benda asing tersebut harus diambil. Apabila tidak disebabkan oleh benda asing, biasanya hanya perlu dipotong dan diambil absesnya, bersamaan dengan pemberian obat analgetik dan antibiotik.Drainase abses dengan menggunakan pembedahan diindikasikan apabila abses telah berkembang dari peradangan serosa yang keras menjadi tahap nanah yang lebih lunak. Drain dibuat dengan tujuan mengeluarkan cairan abses yang senantiasa diproduksi bakteri.Apabila menimbulkan risiko tinggi, misalnya pada area-area yang kritis, tindakan pembedahan dapat ditunda atau dikerjakan sebagai tindakan terakhir yang perlu dilakukan. Memberikan kompres hangat dan meninggikan posisi anggota gerak dapat dilakukan untuk membantu penanganan abses kulit.

9. PencegahanMenjaga kebersihan kulit dengan sabun cair yang mengandung zat anti-bakteri merupakan cara terbaik untuk mencegah terjadinya infeksi atau mencegah penularan.

B. KONSEP DASAR SELULITIS1. PengertianSelulitis adalah penyebaran infeksi pada kulit yang meluas hingga jaringan subkutan (Arif, 2000).Selulitis adalah peradangan akut terutama menyerang jaringan subkutis, biasanya didahului luka atau trauma dengan penyebab tersering Streptokokus betahemolitikus dan Stafilokokus aureus. Sellulitis adalah peradangan pada jaringan kulit yang mana cenderung meluas kearah samping dan ke dalam (Herry, 1996).Selulitis adalah infeksi pada lapisan kulit yang lebih dalam. Dengan karakteristik sebagai berikut :a. Peradangan supuratif sampai di jaringan subkutis b. Mengenai pembuluh limfe permukaan c. Plak eritematus, batas tidak jelas dan cepat meluas

2. EtiologiPenyakit Selulitis disebabkan oleh:a. Infeksi bakteri dan jamur : 1) Disebabkan oleh Streptococcus grup A dan Staphylococcus aureus2) Pada bayi yang terkena penyakit ini dibabkan oleh Streptococcus grup B3) Infeksi dari jamur, Tapi Infeksi yang diakibatkanjamur termasuk jarang 4) Aeromonas Hydrophila.5) S. Pneumoniae (Pneumococcus)b. Penyebab lain :1) Gigitan binatang, serangga, atau bahkan gigitan manusia.2) Kulit kering3) Eksim4) Kulit yang terbakar atau melepuh5) Diabetes6) Obesitas atau kegemukan7) Pembekakan yang kronis pada kaki8) Penyalahgunaan obat-obat terlarang9) Menurunnyaa daya tahan tubuh10) Cacar air11) Malnutrisi12) Gagal ginjal

3. Faktor yang Memperparah Perkembangan Selulitisa. UsiaSemakin tua usia, kefektifan sistem sirkulasi dalam menghantarkan darah berkurang pada bagian tubuh tertentu. Sehingga abrasi kulit potensi mengalami infeksi seperti selulitis pada bagian yang sirkulasi darahnya memprihatinkan.b. Melemahnya sistem imun (Immunodeficiency)Dengan sistem immune yang melemah maka semakin mempermudah terjadinya infeksi. Contoh pada penderita leukemia lymphotik kronis dan infeksi HIV. Penggunaan obat pelemah immun (bagi orang yang baru transplantasi organ) juga mempermudah infeksi.c. Diabetes mellitusTidak hanya gula darah meningkat dalam darah namun juga mengurangi sistem immun tubuh dan menambah resiko terinfeksi. Diabetes mengurangi sirkulasi darah pada ekstremitas bawah dan potensial membuat luka pada kaki dan menjadi jalan masuk bagi bakteri penginfeksi.d. Cacar dan ruam sarafKarena penyakit ini menimbulkan luka terbuka yang dapat menjadi jalan masuk bakteri penginfeksi.e. Pembangkakan kronis pada lengan dan tungkai (lymphedema) Pembengkakan jaringan membuat kulit terbuka dan menjadi jalan masuk bagi bakteri penginfeksi.f. Infeksi jamur kronis pada telapak atau jari kakiInfeksi jamur kaki juga dapat membuka celah kulit sehinggan menambah resiko bakteri penginfeksi masukg. Penggunaan steroid kronikContohnya penggunaan corticosteroid.h. Penyalahgunaan obat dan alcoholMengurangi sistem imun sehingga mempermudah bakteri penginfeksi berkembang.

4. PatofisiologiBakteri pathogen yang menembus lapisan luar menimbulkan infeksi pada permukaan kulit atau menimbulkan peradangan. Penyakit infeksi sering berjangkit pada orang gemuk, rendah gizi, orang tua dan pada orang dengan diabetes mellitus yang pengobatannya tidak adekuat.

Gambaran klinis eritema lokal pada kulit dan sistem vena serta limfatik pada kedua ekstremitas atas dan bawah. Pada pemeriksaan ditemukan kemerahan yang karakteristi hangat, nyeri tekan, demam dan bakterimia.

Selulitis yang tidak berkomplikasi paling sering disebabkan oleh streptokokus grup A, streptokokus lain atau staphilokokus aereus, kecuali jika luka yang terkait berkembang bakterimia, etiologi microbial yang pasti sulit ditentukan, untuk abses lokalisata yang mempunyai gejala sebagai lesi kultur pus atau bahan yang diaspirasi diperlukan. Meskipun etiologi abses ini biasanya adalah stapilokokus, abses ini kadang disebabkan oleh campuran bakteri aerob dan anaerob yang lebih kompleks. Bau busuk dan pewarnaan gram pus menunjukkan adanya organisme campuran.

Ulkus kulit yang tidak nyeri sering terjadi. Lesi ini dangkal dan berindurasi dan dapat mengalami infeksi. Etiologinya tidak jelas, tetapi mungkin merupakan hasil perubahan peradangan benda asing, nekrosis dan infeksi derajat rendah.

5. Pathway

6. Manifestasi KlinisSelulitis menyebabkan kemerahan atau peradangan yang terlokalisasi. Kulit tampak merah, bengkak, licin disertai nyeri tekan dan teraba hangat. Ruam kulit muncul secara tiba-tiba dan memiliki batas yang tegas. Bisa disertai memar dan lepuhan-lepuhan kecil. Gejala lainnya adalah: a. Demam b. Menggigil c. Sakit kepala d. Nyeri otot e. Tidak enak badan.

7. Pemeriksaan PenunjangTidak membutuhkan prosedur lebih lanjut untuk sampai ke tahap diagnosis (yang meliputi anamnesis,uji laboratorium, sinar x dll, dalam kasus cellulite yang belum mengalami komplikasi yang mana kriterianya seperti :a. Daerah penyebaran belum luasb. Daerah yang terinfeksi tidak mengalami rasa nyeri atau sedikit nyeric. Tidak ada tanda-tanda systemic seperti : demam, terasa dingin, dehidrasi, tachypnea, tachycardia,hypotensi.d. Tidak ada factor resiko yang dapat menyebabkan penyakit bertambah parah seperti : Umur yang sangat tua, daya tahan tubuh sangat lemah.

Jika sudah mengalami gejala seperti adanya tanda systemic, maka untuk melakukan diagnosis membutuhkan penegakan diagnosis tersebut dengan melakukan pemeriksaan lab seperti :1) Complete blood count, menunjukkan kenaikan jumlah leukosit dan rata-rata sedimentasi eritrosit. Sehingga mengindikasikan adanya infeksi bakteri.2) BUN level3) Creatinine level4) Culture darahPembuangan luka5) ImmunofluorescenceImmunofluorescence adalah sebuah teknik yang dimana dapat membantu menghasilkan diagnosa secara pasti pada kultur cellulites negative, tapi teknik ini jarang digunakan.6) Penggunaan MRI juga dapat membantu dalam mendiagnosa infeksi cellulites yang parah. Mengidentifikasi pyomyositis, necrotizing fascitiis, dan infeksi selulitis dengan atau tanpa pembentukan abses pada subkutaneus.

8. PenatalaksanaanPengobatan yang tepat dapat mencegah penyebaran infeksi ke darah dan organ lainnya. Diberikan penicillin atau obat sejenis penicillin (misalnya cloxacillin). Jika infeksinya ringan, diberikan sediaan per-oral (ditelan). Biasanya sebelum diberikan sediaan per-oral, terlebih dahulu diberikan suntikan antibiotik jika: a. penderita berusia lanjut b. selulitis menyebar dengan segera ke bagian tubuh lainnya c. demam tinggi. Jika selulitis menyerang tungkai, sebaiknya tungkai dibiarkan dalam posisi terangkat dan dikompres dingin untuk mengurangi nyeri dan pembengkakan.

9. Pencegahana. Jika memiliki luka,1) Bersihkan luka setiap hari dengan sabun dan air2) Oleskan antibiotic3) Tutupi luka dengan perban4) Sering-sering mengganti perban tersebut5) Perhatikan jika ada tanda-tanda infeksib. Jika kulit masih normal1) Lembabkan kulit secara teratur2) Potong kuku jari tangan dan kaki secara hati-hati3) Lindungi tangan dan kaki4) Rawat secara tepat infeksi kulit pada bagian superficial

10. Komplikasia. Bakteremiab. Nanah atau local Abscessc. Superinfeksi oleh bakteri gram negatived. Lymphangitise. Trombophlebitisf. Sellulitis pada muka atau Facial cellulites pada anak menyebabkan meningitis sebesar 8%.g. Dimana dapat menyebabkan kematian jaringan (Gangrene), dan dimana harus melakukan amputasi yang mana mempunyai resiko kematian hingga 25%.

C. KONSEP DASAR DERMATITIS1. DefinisiDermatitis adalah peradangan kulit ( epidermis dan dermis ) sebagai respon terhadap pengaruh faktor eksogen atau pengaruh faktor endogen, menimbulkan kelainan klinis berupa efloresensi polimorfik ( eritema, edema, papul, vesikel, skuama ) dan keluhan gatal ( Djuanda, Adhi, 2007 ).

Dermatitis adalah peradangan pada kulit ( imflamasi pada kulit ) yang disertai dengan pengelupasan kulit ari dan pembentukkan sisik ( Brunner dan Suddart 2000 ). Jadi dermatitis adalah peradangan kulit yang ditandai oleh rasa gatal.

2. Klasifikasia. Dermatitis kontakDermatitis kontak adalah respon peradangan kulit akut atau kronik terhadap paparan bahan iritan eksternal yang mengenai kulit. Dermatitis kontaki terbagi 2 yaitu :1) Dermatitis kontak iritan (mekanisme non imunologik)2) Dermatitis kontak alergik (mekanisme imunologik spesifik) Perbedaan Dermatitis kontak iritan dan kontak alergik seperti dibawah:

No.Dermatitis kontak iritanDermatitis kontak alergik

1.PenyebabIritan primerAlergen kontak S.sensitizer

2.PermulaanPada kontak pertamaPada kontak ulang

3.PenderitaSemua orangHanya orang yang alergik

4.LesiBatas lebih jelasEritema sangat jelasBatas tidak begitu jelasEritema kurang jelas

5.Uji TempelSesudah ditempel 24 jam, bila iritan di angkat reaksi akan segeraBila sesudah 24 jam bahan allergen di angkat, reaksi menetap atau meluas berhenti.

b. Dermatitis atopikDermatitis atopik adalah keadaan peradangan kulit kronis dan residif, disertai gatal dan umumnya sering terjadi selama masa bayi dan anak-anak, sering berhubungan dengan peningkatan kadar IgE dalam serum dan riwayat atopi pada keluarga atau penderita. Kelainan kulit berupa papul gatal, yang kemudian mengalami ekskoriasi dan likenifikasi, tempatnya dilipatan atau fleksural..c. Dermatitis numularis Merupakan dermatitis yang bersifat kronik residif dengan lesi berukuran sebesar uang logam dan umumnya berlokasi pada sisi ekstensor ekstremitas.d. Dermatitis seboroik Merupakan golongan kelainan kulit yang didasari oleh factor konstitusi, hormon, kebiasaan buruk dan bila dijumpai pada muka dan aksila akan sulit dibedakan. Pada muka terdapat di sekitar leher, alis mata dan di belakang telinga.

Manajemem keperawatan pada pasien Dermatitis seboroik: 1) Sarankan pada pasien untuk menghindari iritasai dari luar, factor pemicu yang menyebabkan muncul lagi dermatitis seboroik ulangan, dan menyarankan untuk tidak sering menggaruk area yang gatal.2) Diskusikan pada pasien untuk menghindari udara ke kulit dan selalu menjaga kebersihan pelipatan pada kulit dan usahakan supaya tetap kering.3) Instruksikan untuk menggunakan shampoo dan menghindari kebiasaan yang buruk4) Beritahu pasien bahwa dermatitis seboroik adalah masalah yang sangat kronik dan tidak tertutup kemungkinan untuk muncul lagi.5) Ajarkan pada pasien menempelkan cara-cara untuk mengghindari dermatitis.

3. EtiologiPenyebab dermatitis belum diketahui secara pasti. Sebagian besar merupakan respon kulit terhadap agen-agen misal nya zat kimia, bakteri dan fungi selain itu alergi makanan juga bisa menyebabkan dermatitis. Respon tersebut dapat berhubungan dengan alergi. (Arief Mansjoer. 2002.Kapita selekta) Penyebab Dermatitis secara umum dapat dibedakan menjadi 2 yaitua. Luar ( eksogen ) misalnya bahan kimia ( deterjen, oli, semen, asam, basa ), fisik ( sinar matahari, suhu ), mikroorganisme ( mikroorganisme, jamur).b. Dalam ( endogen ) misalnya dermatitis atopik.

4. Manifestasi KlinisPada umumnya manifestasi klinis dermatitis adanya tanda-tanda radang akut terutama pruritus ( gatal ), kenaikan suhu tubuh, kemerahan, edema misalnya pada muka ( terutama palpebra dan bibir ), gangguan fungsi kulit dan genitalia eksterna.a. Stadium akut : kelainan kulit berupa eritema, edema, vesikel atau bula, erosi dan eksudasi sehingga tampak basah.b. Stadium subakut : eritema, dan edema berkurang, eksudat mengering menjadi kusta.c. Stadium kronis : lesi tampak kering, skuama, hiperpigmentasi, papul dan likenefikasi.Stadium tersebut tidak selalu berurutan, bisa saja sejak awal suatu dermatitis sejak awal memberi gambaran klinis berupa kelainan kulit stadium kronis.

5. Pemeriksaan Penunjang dan Diagnostika. Pemeriksaan penunjang :1) Percobaan asetikolin ( suntikan dalam intracutan, solusio asetilkolin 1/5000).2) Percobaan histamin hostat disuntikkan pada lesib. Laboratorium 1) Darah : Hb, leukosit, hitung jenis, trombosit, elektrolit, protein total, albumin, globulin2) Urin : pemerikasaan histopatologi

6. Penatalaksanaan Medis dan KeperawatanPenatalaksanaan medis dan keperawatan dermatitis melalui terapi yaitu :a. Terapi sitemik Pada dermatitis ringan diberi antihistamin atau kombinasi antihistamin, antiserotonin, antigraditinin, arit SRS A dan pada kasus berat dipertimbangkan pemberian kortikosteroid.b. Terapi topical Dermatitis akut diberi kompres bila sub akut cukup diberi bedak kocok bila kronik diberi saleb.c. Diet Tinggi kalori dan tinggi protein ( TKTP ) Contoh : daging, susu, ikan, kacang-kacangan, jeruk, pisang, dan lain-lain.

7. Komplikasia. Infeksi saluran nafas atasb. Bronkitis c. Infeksi kulit

DAFTAR PUSTAKAMansoer, Arif, dkk. (2002). Kapita Selekta Kedokteran jilid 2. Edisi 3. Penerbit : Media Aesculapius FK UI, Jakarta.Djuanda, Adhi. (2005). Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin, Jakarta: Balai Penerbit FK UI.Harrison. Prinsip-prinsip ilmu penyakit dalam. (2002) Editor dalam bahasa Inggris : kurt J. Lessebacher. Et. Al : editor bahasa Indnesia Ahmad H. Asdie. Edisi 13. jakarta : EGC. Siregar, R,S. Atlas Berwarna Saripati Kulit. (2004). Editor Huriawati Hartanta. Edisi 2. Jakarta:EGC.Suzanne, C, Smeltzer, Brenda G Bare. (2012. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Bruner and Suddarth. Ali Bahasa Agung Waluyo. ( et,al) Editor bahasa Indonesia :Monica Ester. Edisi 8 Jakarta: EGC