Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta:...

38
PENDIDIKAN PENDIDIKAN PENDIDIKAN PENDIDIKAN BERWAWASAN BERWAWASAN BERWAWASAN BERWAWASAN MULTIKULTURAL MULTIKULTURAL MULTIKULTURAL MULTIKULTURAL : Studi Kasus Studi Kasus Studi Kasus Studi Kasus Pendidikan Agama Islam Pendidikan Agama Islam Pendidikan Agama Islam Pendidikan Agama Islam di SMA Plus di SMA Plus di SMA Plus di SMA Plus Pembangunan Jaya Bintaro Pembangunan Jaya Bintaro Pembangunan Jaya Bintaro Pembangunan Jaya Bintaro TESIS Diajukan Untuk Melengkapi Persyaratan Memperoleh Gelar Magister Agama dalam Bidang Pendidikan IRHAM Program Magister Pendidikan Islam (13.2.00.0.03.01.0117) Pembimbing : Prof. Dr. Husni Rahim SEKOLAH PASCASARJANA SEKOLAH PASCASARJANA SEKOLAH PASCASARJANA SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) (UIN) (UIN) (UIN) SYARIF SYARIF SYARIF SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA TAHUN HIDAYATULLAH JAKARTA TAHUN HIDAYATULLAH JAKARTA TAHUN HIDAYATULLAH JAKARTA TAHUN 1437 H / 2016 M 1437 H / 2016 M 1437 H / 2016 M 1437 H / 2016 M

Transcript of Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta:...

Page 1: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Homerepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38876/... · 2018. 3. 29. · Author: Ç Q åÿlh`¡ 7 $Ï2 ¿hÄY¢

PENDIDIKAN PENDIDIKAN PENDIDIKAN PENDIDIKAN BERWAWASAN BERWAWASAN BERWAWASAN BERWAWASAN MULTIKULTURAL MULTIKULTURAL MULTIKULTURAL MULTIKULTURAL :::: Studi Kasus Studi Kasus Studi Kasus Studi Kasus Pendidikan Agama Islam Pendidikan Agama Islam Pendidikan Agama Islam Pendidikan Agama Islam di SMA Plusdi SMA Plusdi SMA Plusdi SMA Plus Pembangunan Jaya BintaroPembangunan Jaya BintaroPembangunan Jaya BintaroPembangunan Jaya Bintaro

TESIS

Diajukan Untuk Melengkapi Persyaratan Memperoleh Gelar Magister Agama dalam Bidang Pendidikan

IRHAM Program Magister Pendidikan Islam

(13.2.00.0.03.01.0117)

Pembimbing : Prof. Dr. Husni Rahim

SEKOLAH PASCASARJANA SEKOLAH PASCASARJANA SEKOLAH PASCASARJANA SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERIUNIVERSITAS ISLAM NEGERIUNIVERSITAS ISLAM NEGERIUNIVERSITAS ISLAM NEGERI

(UIN)(UIN)(UIN)(UIN) SYARIF SYARIF SYARIF SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA TAHUN HIDAYATULLAH JAKARTA TAHUN HIDAYATULLAH JAKARTA TAHUN HIDAYATULLAH JAKARTA TAHUN 1437 H / 2016 M1437 H / 2016 M1437 H / 2016 M1437 H / 2016 M

Page 2: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Homerepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38876/... · 2018. 3. 29. · Author: Ç Q åÿlh`¡ 7 $Ï2 ¿hÄY¢

v

SURAT PERNYATAANSURAT PERNYATAANSURAT PERNYATAANSURAT PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Irham

NIM : 13.2.00.0.03.01.0117

Tempat, tanggal lahir : Pati, 6 Mei 1986

Alamat : Ds. Langgenharjo Rt. 08 Rw. 02 Kecamatan Juwana, Kabupaten Pati, Provinsi Jawa Tengah, Indonesia.

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa tesis ini dengan judul ““““Pendidikan Pendidikan Pendidikan Pendidikan Berwawasan Berwawasan Berwawasan Berwawasan MultikulturalMultikulturalMultikulturalMultikultural (Studi Kasus (Studi Kasus (Studi Kasus (Studi Kasus Pendidikan Agama Islam Pendidikan Agama Islam Pendidikan Agama Islam Pendidikan Agama Islam di SMA di SMA di SMA di SMA Plus PembanguPlus PembanguPlus PembanguPlus Pembangunan Jaya Bintaro),nan Jaya Bintaro),nan Jaya Bintaro),nan Jaya Bintaro),”””” adalah benar karya asli saya dan terbebas dari plagiasi kecuali kutipan-kutipan yang dijelaskan sumbernya. Apabila terdapat kesalahan-kesalahan dan kekeliruan di dalamnya, sepenuhnya menjadi tanggung jawab saya dan dapat berdampak terhadap gelar akademik saya.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya.

Jakarta, 15 Februari 2016

I r h a m

Page 3: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Homerepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38876/... · 2018. 3. 29. · Author: Ç Q åÿlh`¡ 7 $Ï2 ¿hÄY¢
Page 4: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Homerepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38876/... · 2018. 3. 29. · Author: Ç Q åÿlh`¡ 7 $Ï2 ¿hÄY¢
Page 5: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Homerepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38876/... · 2018. 3. 29. · Author: Ç Q åÿlh`¡ 7 $Ï2 ¿hÄY¢

ix

ABSTRAKABSTRAKABSTRAKABSTRAK

Kesimpulan utama penelitian ini adalah pendidikan agama Islam menjadi

bagian pendidikan berwawasan multikultural dalam menggerakkan moral kemajemukan dan membangun keberagamaan peserta didik melalui pendekatan integratif dan komprehensif. Pendekatan integratif menunjukkan masing-masing unsur kependidikan saling terkait dan terpadu, bukan masing-masing berjalan secara independen. Pendekatan komprehensif berarti keseluruhan unsur kependidikan terlibat dalam program pendidikan. Selanjutnya pendidikan berwawasan multikultural membangun keberagamaan yang bervisi integral, terutama kesadaran pada tingkat peka diri. Kesadaran tingkat ini menjadi jembatan pada visi integral yang lebih tinggi.

Penelitian ini sependapat dengan Will Kymlicka (2010) yang menyatakan bahwa kebijakan multikultural adalah untuk menormalkan keragaman dan kemajemukan. Berikutnya James A. Banks (2008) yang menyatakan bahwa pendidikan multikultural merupakan gerakan perubahan pendidikan yang didesain untuk memberikan pelayanan pendidikan yang tanpa melihat perbedaan latarbelakang anak didik. Kemudian pendidikan multikultural memuat nilai-nilai demokrasi serta membantu kesatuan dalam bangsa yang terbagi-bagi dan berbeda untuk merekatkan satu sama lainnya. Kemudian H.A.R. Tilaar (2004) yang menyatakan bahwa pendidikan multikultural bertujuan untuk menciptakan sikap anak didik yang humanis, demokratis, dan toleransi antar sesama manusia walaupun beragam dan berbeda latar belakang. Sementara itu, penelitian ini berbeda dengan Louis Ernesto Mora (2014), David B. Skillicorn (2012) yang menyatakan bahwa agama mengantarkan manusia menjadi fundamental-radikal, dan mendorong manusia berpikir yang irasional. Sedangkan Charis Boutieri (2013) menyatakan bahwa pendidikan agama tidak dapat mewujudkan pendidikan yang humanis dan akomadatif yang menghargai perbedaan dan keragaman. Pendidikan agama masih berperan sebagai media idiologisasi/legitimasi atas aliran tertentu.

Penelitian ini dilakukan di SMA Plus Pembangunan Jaya Bintaro. Sekolah ini menjadi objek penelitian karena sebagai sekolah yang telah mengembangkan program pendidikan yang berwawasan multikultural. Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah kualitatif. Cara pencarian datanya menggunakan dokumentasi, wawancara, dan observasi.

Kata Kunci:Kata Kunci:Kata Kunci:Kata Kunci: Pendidikan Berwawasan Multikultural, Pendidikan Agama, Pendidikan

Agama Islam, Keberagamaan Bervisi Integral.

Page 6: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Homerepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38876/... · 2018. 3. 29. · Author: Ç Q åÿlh`¡ 7 $Ï2 ¿hÄY¢

xi

ABSTRAABSTRAABSTRAABSTRACTCTCTCT

This research proves that Islamic education become a part of multicultural education in order to mobilize moral plurality and build learners religiosity through an integrated and comprehensive approach. The integrated approach shows that each educational elements are interrelated and integrated, it does not work independently; and the comprehensive approach means that the entire of educational elements involved in the educational program. This multicultural education can build a religiousness with an integral vision, especially at the level of self-awareness, which become a bridge for a higher integral vision.

The study agrees with Will Kymlicka (2010) who states that the aim of multicultural policy is to normalize the diversity and plurality. Similarly, James A Banks (2008) argues that multicultural education is an educational reform movement which designed to provide educational services regardless of differences to the student’s background. The multicultural education includes the values of democracy and helps unify the nations which has divided because of differences, in order to attach each other. In addition, H.A.R Tilaar also states that multicultural education has a purpose to create students attitude become humanist, democratic, and tolerance among humans despite the diverse and different backgrounds.

Nevertheless, the study differs from Louis Ernesto Mora (2014) and David B. Skillicorn (2012) which states that the religion leads man into fundamental religious-radical, and encourage people to think irrational. While Charis Boutieri (2013) argues that religious education will not be able to create a humane education which accommodate and respect differences and diversity. A religious education still act as a media of ideologies in order to legitimate particular stream.

The research conducted in SMA Plus Pembangunan Jaya Bintaro. This school become the object of this research because known as a school that has developed a vision of a multicultural education program. The research adopted a qualitative method and used documentation, interviews, and observations technique.

Keywords:Keywords:Keywords:Keywords: Multicultural Education, Religious Education, Islamic Education,

Religiosity with integral vision.

Page 7: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Homerepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38876/... · 2018. 3. 29. · Author: Ç Q åÿlh`¡ 7 $Ï2 ¿hÄY¢

xiii

ملخّص

صبح ي بامكانه ان التعليم الديني الإسلامي ي انمن هذه الدراسة ه ةالرئيسي النتيجة تدينّ ودةج وبناء الأخلاقية تعدديةّال رؤرية في تحريك متعدد الثقافات جزءا من التعليم

عناصر ان جميع يعني به النهج المتكامل .المتعلمين من خلال نهج متكامل وشامل. امّ ستقلّ بشكل م يشتغل واحد منها ترابطة ومتكاملة، وليس كلم تكون العملية التعليمية

برنامج تىّش في معا تشاركتة عناصر العملية التعليمية كافّ به ان يعنيفشامل النهج ال، لا تكلامةالمدينية الرؤية وبعد ذلك, فان التعليم متعدد الثقافات بامكانه بناء ال .التعليم الموصل جسربمثابة ال هذا المستوى من الوعي .ذاتيمستوى حساسية الوعي ال فيسيما

.علىالتكاملية الأ رؤيةال الى

على أن سياسة التعددية , الذى نصّ )2010و ويل كيملكا ( توافق هذه الدراسة مع, )2008ثم جيمس آ. بانكس ( ية.والتعدد يةعالتنوّ و تعويد تطبيعاجل من الثقافية هي

ى توفير هدف إلي الذى حركة إصلاح التعليم هود الثقافات متعدّ على أن التعليم الذى نصّ التعليم متعدد ان ثم .لبةالنظر عن الاختلافات في خلفيات الط بغضّ ,الخدمات التعليمية

ة منقسمة في دول ,وطنيةالوحدة ال يساعد على تحقيقلقيم الديمقراطية وا يحمل الثقافاتأن التعليم , الذى قال )2004حَ آ رَ. تلآر ( ثم ,لربط بعضها مع البعض الآخر.ومختلفة

جميع بين اتسامحم، واوديمقراطي اانساني الطلبةموقف تكوينهدف إلى يمتعدد الثقافات

وتختلف هذه وفي الوقت نفسه, .على الرغم من الخلفيات المختلفة والمتنوعة ,البشر), الذان نصّا 2012سكللكون ( .ديفيد ب, و (2014)الدراسة مع لويس ارنستو مورا

,منطقيّ لاعلى التفكير غير يشجّعهو ،اراديكاليّ متطرّفا و يجعل الانسانأن الدين على

امتعلييحققّ لا يمكن أن التعليم الدينيعلى ان ) نصّ 2013في حين كاريس بوتيري ( وسيلة ال بمثابة يز التعليم الديني لاا مستعيبا, الذى يحترم الخلافات والتنوعات. ان إنساني

ى.نة وتبريرها على حساب التيارات الاخرارة معيّ نشرتيّ

SMA Plus Pembangunan ( اجريت هذه الدراسة فى مدرسة العالية الزِيادية

Jaya Bintaro.( وّرت برامجواصبحت هذه المدرسة موضوعا للبحث لانها قد ط

عية. اما هى النو المستخدمة البحثية الطريقة في هذه الدراسة والثقافات. دمتعدّ التعليم . الوثائق، والمقابلات، والملاحظاتكيفية البحث عن البيانات فباستخدام

التعليم متعدد الثقافات، التربية الدينية، التربية الإسلامية، رؤية التدينكلمات البحث:

.المتكامل

Page 8: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Homerepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38876/... · 2018. 3. 29. · Author: Ç Q åÿlh`¡ 7 $Ï2 ¿hÄY¢

xv

PEDOMAN PEDOMAN PEDOMAN PEDOMAN TRASLITERASITRASLITERASITRASLITERASITRASLITERASI ARAB ARAB ARAB ARAB –––– LATINLATINLATINLATIN

ALAALAALAALA----LC ROMANIZATION TABLESLC ROMANIZATION TABLESLC ROMANIZATION TABLESLC ROMANIZATION TABLES

q = ق z = ا ز

k = ك s = س b = ب

l = ل sh = ش t = ت

m = م s} = ص th = ث

n = ن d} = ض j = ج

h = ه, ة t} = ط h} = ح

w = و z} = ظ kh = خ

y = ع = ‘ ى d = د

gh = غ dh = ذ

f = ف r = ر

Diftong Vokal Panjang Vokal Pendek

aw = ْو ◌َ a> = ا ◌َ a = ◌َ

ay = ى ◌َ i> = ى ◌ِ u = ◌ُ u> = ْو ◌ُ i = ◌ِ

Page 9: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Homerepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38876/... · 2018. 3. 29. · Author: Ç Q åÿlh`¡ 7 $Ï2 ¿hÄY¢

xvii

KATA PENGANTARKATA PENGANTARKATA PENGANTARKATA PENGANTAR

Bismilla>h al-Rah}ma>n al-Rah}i>m, al-h}amdulilla>h wa al-shukrulilla>h wala> h}aula wala> qu>wata illa> billa>h al-‘Ali>y al-‘Az}i>m. Pertama saya mengucapkan segala puji shukur ke hadirat Allah SWT Tuhan semesta alam, bahwa berkat inayah-Nya dan segala rahmat-Nya penelitian ini dapat dilaksanakan hingga selesai. Selanjutnya s}alawat serta salam kepada baginda Rasulallah SAW., sebagai suri teladan sekaligus pencerah dan inspirator seluruh umat manusia terutama umat Islam, semoga kita dapat menindak lanjuti perjuangannya dan meneladaninya dan akhirnya kita mendapatkan syafaatnya.

Berikutnya yang kedua, bahwasanya dalam penelitian ini yang berjudul, “Pendidikan Berwawasan Multikultural (Studi Kasus Pendidikan Agama Islam di SMA Plus Pembangunan Jaya Bintaro),” bukan merupakan jerih payah seorang diri pribadi. Tetapi dalam penelitian ini telah melibatkan banyak pihak. Baik dalam penemuan ide awal hingga dalam proses penelitian serta penulisan tesis ini. Oleh karena itu, saya ingin menyampaikan penghargaan yang tinggi dan mengucapkan banyak terimakasih kepada semua pihak. Secara khusus penghargaan dan ucapan tersebut saya sampaikan kepada:

1. Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, Prof. Dr. Dede Rosyada, MA.

2. Direktur Sekolah Pascasarjana Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta Prof. Dr. Masykuri Abdillah, wakil direktur dan ketua program S3 Prof. Dr. Didin Saepudin, MA., kemudian wakil direktur dan ketua program S2 Dr. JM. Muslimin, MA.

3. Prof. Dr. Husni Rahim, sebagai pembimbing tesis yang penuh perhatian dan ketelitian dalam menelaah, mengoreksi, mendiskusikan dan memberikan arahan tesis ini.

4. Prof. Dr. Azyumardi Azra, MA., Prof. Dr. Suwito, MA., Prof. Dr. Abuddin Nata, MA., Prof. Dr. Oman Fathurrahman, MA., Prof. Dr. Arif Sumantri, MA., Dr. Yusuf Rahman, MA., Dr. Suparto, MA., M. Zuhdi, M.Ed., Ph.D., Dr. Asep Saepuddin Jahar, MA., Dr. Ali Munhanif, MA., Dr. Usep Abdul Matiq, Dr.Achmad Ubaedillah, MA, yang ikut terlibat berkontribusi memberikan pandangan-pandangannya dan perbaikan tesis ini dalam konsultasi pribadi maupun di dalam kelas serta dalam ujian-ujian, mulai dari seminar proposal, WIP I, WIP II, ujian komprehensif tulis dan lesan hingga ujian pendahuluan.

Page 10: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Homerepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38876/... · 2018. 3. 29. · Author: Ç Q åÿlh`¡ 7 $Ï2 ¿hÄY¢

xviii

5. Direktur Utama LPDP Kementerian Keuangan Eko Prasetyo yang telah memberikan beasiswa pendidikan ini.

6. Syafiq Hasyim, MA., Ph.D., yang telah menyempatkan waktunya dan menginisiasi kolokium setiap hari Jumat di semester 2&3 untuk mengkaji progres penelitian. Terutama dalam memberikan arahan pada sisi metodologi penelitian ini.

7. Kepala Sekolah SMA Plus Pembangunan Jaya Bintaro Sugimin, M.Pd., beserta staf sekolah yang telah mengijinkan melakukan penelitian dan memberikan banyak informasi terkait dengan objek penelitian ini.

8. Semua guru besar, para dosen, dan staf SPs. UIN Jakarta yang telah memberikan ilmunya dengan tulus ikhlas. Kemudian semua staf akademik yang telah memberikan pelayanan yang terbaik dan memuaskan sehingga dalam proses penulisan tesis ini dapat dengan lancar. Tidak lupa juga kepada semua staf perpustakaan SPs. UIN Jakarta yang telah memberikan pelayanannya yang baik ketika mengakses literatur-literatur.

9. Kedua orang tua yang dengan tulus ikhlas mendorong, mendoakan, dan menginspirasi dalam melakukan pendidikan dan penelitian ini.

10. Semua teman-teman sejawat lebih khusus yang seangkatan di kampus SPs. UIN Jakarta ini yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu yang ikut terlibat dalam berdikusi, mengoreksi dan membantu dalam penyelesaian tesis ini. Tidak lupa kepada teman se-kos-an Muhammad Akib, Alimuddin, Athoillah Islami, Budi Solihin dan tidak lupa kepada Yudril Basith, M. Ainun Nasikh, dll., yang banyak direpotkan dalam penelitian ini terutama dalam mencari data.

Kepada semua pihak yang terlibat dalam penulisan tesis ini, selain saya haturkan penghargaan tinggi, dan ucapan terimakasih saya sampaikan jaza>kumulla>h khayran kathi>ran. Selanjutnya yang ketiga, saya ingin mengatakan bahwa tesis ini masih banyak kekurangan, oleh karenanya saran dan kritik yang membangun dari para pembaca sangat diharapkan untuk melengkapi kekurangan-kekurangannya. Semoga tesis ini dengan segala kelemahan dan kelebihannya dapat memberikan manfaat, terutama terkait dengan pengembangan pendidikan di Indonesia.

Jakarta, 15 Februari 2016 Irham

Page 11: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Homerepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38876/... · 2018. 3. 29. · Author: Ç Q åÿlh`¡ 7 $Ï2 ¿hÄY¢

xix

DAFTAR ISIDAFTAR ISIDAFTAR ISIDAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .................................................................................................. i SURAT PERNYATAAN .......................................................................................... iii KETERANGAN PENGESAHAN PEMBIMBING .................................................. v PERSETUJUAN TIM PENGUJI .............................................................................. vii ABSTRAK ................................................................................................................. ix ABSTRACT .............................................................................................................. xi

xiii ........................................................................................................................ ملخصPEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN ..................................................... xv KATA PENGANTAR ............................................................................................... xvii DAFTAR ISI ............................................................................................................. xix DAFTAR SINGKATAN ........................................................................................... xiii DAFTAR BAGAN DAN TABEL ............................................................................. xiv BAB IBAB IBAB IBAB I: PENDAHULUAN: PENDAHULUAN: PENDAHULUAN: PENDAHULUAN .................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................... 1111 A. Latar Belakang Masalah ...................................................................................... 1 B. Permasalahan ........................................................................................................ 9 C. Tujuan dan Manfaat .............................................................................................. 10 D. Penelitian Terdahulu yang Relevan ...................................................................... 11 E. Metodologi ............................................................................................................. 15 F. Sistematika Penulisan ............................................................................................ 20 BAB IIBAB IIBAB IIBAB II: MULTIKULTURALISME, AGAMA DAN PENDIDIKAN DALAM : MULTIKULTURALISME, AGAMA DAN PENDIDIKAN DALAM : MULTIKULTURALISME, AGAMA DAN PENDIDIKAN DALAM : MULTIKULTURALISME, AGAMA DAN PENDIDIKAN DALAM DISKURSUS ILMU SOSIALDISKURSUS ILMU SOSIALDISKURSUS ILMU SOSIALDISKURSUS ILMU SOSIAL ................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................ 23232323 A. Dekadensi Nilai di Era Globalisasi ....................................................................... 23 B. Harmonisasi Nilai ................................................................................................. 28

1. Multikulturalisme Mengelola Perbedaan dan Kemajemukan ......................... 28 2. Pendidikan Berwawasan Multikultural Memberdayakan Realitas

Sosial-Budaya ................................................................................................... 34 C. Agama dan Pendidikan ......................................................................................... 40

1. Agama dan Multikulturalisme Tinjauan Teologis dan Empiris ...................... 40 2. Pendidikan Medium Transformasi Agama dan Problematikanya ................... 44 3. Pendidikan Agama Islam untuk Menumbuhkembangkan Manusia ................ 47 4. Pendidikan Agama Islam Berwawasan Multikultural Sebagai Pendekatan ... 51

D. Keberagamaan Bervisi Integral ............................................................................ 54

BAB III: SISTEM PENDIDIKAN BAB III: SISTEM PENDIDIKAN BAB III: SISTEM PENDIDIKAN BAB III: SISTEM PENDIDIKAN BERWAWASAN BERWAWASAN BERWAWASAN BERWAWASAN MULTIKULTURAL DI SMA MULTIKULTURAL DI SMA MULTIKULTURAL DI SMA MULTIKULTURAL DI SMA PLUS PEMBANGUNAN JAYA BINTARO PLUS PEMBANGUNAN JAYA BINTARO PLUS PEMBANGUNAN JAYA BINTARO PLUS PEMBANGUNAN JAYA BINTARO ........................................................................................................................................................................................................................................ 63636363 A. Latar Belakang Sekolah ...................................................................................... 64

Page 12: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Homerepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38876/... · 2018. 3. 29. · Author: Ç Q åÿlh`¡ 7 $Ï2 ¿hÄY¢

xx

1. Gambaran Umum ............................................................................................. 64 2. Siswa, Guru dan Tenaga Kependidikan Sekolah ............................................ 67 3. Kurikulum Sekolah .......................................................................................... 70 4. Output Sekolah ................................................................................................ 73

B. Implementasi Pendidikan Berwawasan Multikultural di Sekolah ....................... 74 1. Nilai-nilai Utama Penyelenggaraan SMA Plus Berwawasan Multikultural ... 75 2. Pendidik yang Inklusif di SMA Plus Dasar Sekolah Berwawasan

Multikultural .................................................................................................... 81 3. Integrasi Kurikulum Penuh di SMA Plus ........................................................ 84

a. Kurikulum Inti SMA Plus Sebagai Kurikulum Formal ............................... 86 1) Kurikulum Nasional 2013 ......................................................................... 86 2) Kurikulum Unggulan Sekolah .................................................................. 92

b. Kurikulum Pembudayaan Sebagai Hidden Kurikulum ............................... 102 1) Penanaman Kesadaran Memasyarakat dengan Budaya Sekolah ............. 103 2) Pembiasaan dalam Budaya Sekolah ......................................................... 107 3) Kesadaran Kesamaan di Sekolah .............................................................. 110

c. Program Plus Sebagai Kurikulum Informal ................................................. 115 C. Pendidikan Agama Islam (PAI) dan Implementasinya di SMA Plus ................... 116

1. Guru PAI di SMA Plus ..................................................................................... 117 2. Kurikulum Formal Pendidikan Agama Islam di SMA Plus ............................. 119

a. PAI Kurikulum 2013: Dasar-dasar, Metode dan Evaluasi Pembelajarannya .......................................................................................... 120

b. PAI Kurikulum Liberal Art ......................................................................... 127 1) Perencanaan Kurikulum ............................................................................ 127 2) Metode dan Evaluasi Pembelajaran .......................................................... 130 3) Wawasan Multikultural dalam Kurikulum Puncak .................................. 133

BAB IV: SISTEM PENDIDIKAN BAB IV: SISTEM PENDIDIKAN BAB IV: SISTEM PENDIDIKAN BAB IV: SISTEM PENDIDIKAN BERWAWASAN BERWAWASAN BERWAWASAN BERWAWASAN MULTIKULTURAL DAN MULTIKULTURAL DAN MULTIKULTURAL DAN MULTIKULTURAL DAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM VISI INTEGRALPENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM VISI INTEGRALPENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM VISI INTEGRALPENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM VISI INTEGRAL ............................................................................................................................ 131313139999 A. Visi Integral di Sekolah ........................................................................................ 139

1. Visi Integral Sistem Pendidikan Berwawasan Multikultural .......................... 141 a. Kesadaran Peka Diri dalam Nilai-nilai Dasar Pendidikan Berwawasan

Multikultural di SMA Plus ........................................................................... 144 b. Pendidik yang Inklusif sebagai Pengantar Gelombang Kesadaran ............. 146 c. Kurikulum Berwawasan Multikultural Perangkat Visi Integral ................. 148

2. Visi Integral dalam Pendidikan Agama Islam .................................................. 153 a. Transformasi dalam Kurikulum 2013 ........................................................... 154 b. Kurikulum PAI Liberal Art Transformatif-Integratif ................................ 156

B. Eksistensi Keberagamaan Anak Didik .................................................................. 160

Page 13: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Homerepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38876/... · 2018. 3. 29. · Author: Ç Q åÿlh`¡ 7 $Ï2 ¿hÄY¢

xxi

1. Kebebasan dan Kesadaran Beragama ............................................................... 160 2. Toleransi Perbedaan .......................................................................................... 164 3. Menghargai dan Cinta Lingkungan .................................................................. 165 4. Kepedulian Sosial ............................................................................................. 168

C. Pendidikan Agama Penggerak Moral Sosial Anak Didik ..................................... 170 D. Desain Sistem Pendidikan Bervisi Integral .......................................................... 175

BAB V: PENUTUPBAB V: PENUTUPBAB V: PENUTUPBAB V: PENUTUP ................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................ 181181181181 A. Kesimpulan ........................................................................................................... 181 B. Saran-Saran ........................................................................................................... 182 DAFTAR PUSTAKA DAFTAR PUSTAKA DAFTAR PUSTAKA DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................ 111185858585 GLOSARIUMGLOSARIUMGLOSARIUMGLOSARIUM ................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................ 191919197777 INDEKSINDEKSINDEKSINDEKS ................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................ 201201201201 DAFTAR RIDAFTAR RIDAFTAR RIDAFTAR RIWAYAT HIDUP WAYAT HIDUP WAYAT HIDUP WAYAT HIDUP ............................................................................................................................................................................................................................................................................................................................ 207207207207 LAMPIRANLAMPIRANLAMPIRANLAMPIRAN ............................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................ 209209209209

Page 14: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Homerepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38876/... · 2018. 3. 29. · Author: Ç Q åÿlh`¡ 7 $Ï2 ¿hÄY¢

xxii

Page 15: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Homerepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38876/... · 2018. 3. 29. · Author: Ç Q åÿlh`¡ 7 $Ï2 ¿hÄY¢

xxiii

DAFTAR SINGKATANDAFTAR SINGKATANDAFTAR SINGKATANDAFTAR SINGKATAN

AGPAII :Asosiasi Guru Pendidikan Agama Islam Indonesia Balitbang : Badan Penelitian dan Pengembangan BK : Bimbingan Konseling BKTIK : Bimbingan Konseling Teknologi Informatika dan

Komunikasi IPA : Ilmu Pengetahuan Alam IPTEK : Ilmu Pengetahuan dan Teknologi IS : Islamic State IT : Informasi dan Teknologi Kemenag : Kementerian Agama Kemendiknas : Kementerian Pendidikan Nasional KD : Kompetensi Dasar KI : Kompetensi Inti KTSP : Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan MOS : Masa Orientasi Siswa PAI : Pendidikan Agama Islam PKn : Pendidikan Kewarganegaraan QS : al-Qura>n Surat RPP : Rencana Program Pembelajaran. RSBI : Rintisan Sekolah Berstandar Internasional SARA : Suku Agama Ras dan Adat Istiadat SBS : Sosialisasi Budaya Sekolah SDM : Sumber Daya Manusia Sisdiknas : Sistem Pendidikan Nasional SMA : Sekolah Menengah Atas TIK : Teknologi Informasi dan Komunikasi UIN : Universitas Islam Negeri UUD : Undang Undang Dasar YPJ : Yayasan Pendidikan Jaya 4S : Senyum, Sambut, Salam, dan Sapa

Page 16: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Homerepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38876/... · 2018. 3. 29. · Author: Ç Q åÿlh`¡ 7 $Ï2 ¿hÄY¢

xxiv

DAFTAR BAGAN DAN TABELDAFTAR BAGAN DAN TABELDAFTAR BAGAN DAN TABELDAFTAR BAGAN DAN TABEL

Bagan 1 : Standar dalam penyelenggaraan pendidikan multikultural ....... 39 Bagan 2 : Spiral dinamika .......................................................................... 57 Tabel 1 : Latar belakang siswa berdasarkan agama tahun ajaran

2015-2016 .................................................................................. 67 Tabel 2 : Latar belakang staf sekolah berdasarkan agama ........................ 69 Tabel 3 : Data Alumni dari angkatan 2011-2012 sampai dengan angkatan

2014-2015 yang masuk ke perguruan tinggi negeri .................. 74 Tabel 4 : Contoh rumusan kompetensi inti dan kompetensi dasar PAI

Kurikulum 2013 kelas X ......................................................... 121

Page 17: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Homerepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38876/... · 2018. 3. 29. · Author: Ç Q åÿlh`¡ 7 $Ï2 ¿hÄY¢

1

BAB IBAB IBAB IBAB I

PENDAHULUANPENDAHULUANPENDAHULUANPENDAHULUAN

A.A.A.A. Latar Belakang MasalahLatar Belakang MasalahLatar Belakang MasalahLatar Belakang Masalah Era globalisasi merupakan gelombang besar yang dapat membuat perubahan

sosial budaya dan keagamaan. Globalisasi memberikan ruang dan waktu yang tanpa batas, segalanya dapat terintegrasi dan terkoneksi, terlebih dengan adanya teknologi dan informasi yang semakin maju. Manusia dengan mudah berkomunikasi dengan manusia lainnya yang berbeda negara, budaya, kesenian, bahasa, agama, adat ataupun suku. Integrasi antar seni-budaya, bahasa, ekonomi, agama dan seterusnya tentu tidak dapat terhindari. Dari gelombang tersebut masyarakat yang multikultural terus berkembang, namun tidak sedikit permasalahan yang mengemuka di masyarakat karena adanya gelombang besar itu.

Merebaknya konflik sosial yang sering terjadi menjadi bukti nyata, seperti berkembangnya kelompok teroris di berbagai belahan negara di dunia dengan berbagai bentuk. Misalnya, karena perebutan kekuasaan, penegakan negara syariah, tumbuhnya kelompok-kelompok yang menyerukan anti demokrasi, anti liberal dan anti Barat.1 Keberadaan masyarakat di tengah-tengah kehidupan yang konflik tentu dapat menghambat pada perkembangan kesejahteraan masyarakat. Selain itu masyarakat juga tidak akan sempat memikirkan kemajuan peradaban.

Konflik-konflik sosial sering dilatarbelakangi karena faktor eksternal, seperti adanya diskriminasi sosial. Di Barat sebelum dekade 70-an pembedaan masyarakat berdasarkan ras sangat kentara. Pembedaan antara ras kulit putih dan kulit hitam menjadi persoalan penting dalam kehidupan masyarakat. Ras kulit putih merasa kastanya lebih baik. Sebaliknya ras berkulit hitam lebih rendah. Diskrimanasi itu mengakibatkan adanya pembedaan pelayanan dan perlakuan dalam kehidupan sosial. Tidak hanya ras saja, pembedaan atas dasar agama, suku, dan bahasa juga terjadi.2 Adanya diskriminasi dalam kehidupan sosial itu membuat tidak adanya keadilan dan hak sebagai sesama manusia menjadi terpangkas.

Tiadanya keadilan karena diskriminasi seperti di atas, selamanya akan menciptakan konflik, masyarakat akan terus tertindas dan jauh untuk mencapai kehidupan yang sejahtera. Selain itu pembunuhan akan terus berlangsung, seperti yang dapat disaksikan tidak lama ini yaitu konflik Rohingya di Myanmar. Pemerintah Myanmar tidak memperlakukan adil terhadap semua masyarakatnya. Pemerintah Myanmar menolak etnis muslim Rohingya menjadi bagian dari warganya. Demokrasi yang meniscayakan kebebasan dan penerimaan secara setara

1Meningkatnya konflik itu salah satunya karena tumbuhnya fenomena terorisme.

Fenomena ini bukannya semakin menurun malah semakin meningkat. Baca Jamal R. Nassar, Globalization and Terrorism: The Migration of Dreams and Nightmares, Second Edition (Lanham: Littlefield Plublishers, 2010).

2Lihat Pamela L. Tiedt, Iris M. Tiedt, Multiculture Teaching A Handbook of Activities, Information, and Resources, Seventh Edition (Boston: Pearson, 2005), 1-12.

Page 18: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Homerepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38876/... · 2018. 3. 29. · Author: Ç Q åÿlh`¡ 7 $Ï2 ¿hÄY¢

2

terhadap warganya tidak terjamin.3 Hal yang sama juga terjadi di Indonesia. Sejarah kelam Indonesia yang terdekat dapat ditemui setelah terjadi reformasi tahun 1998. Transisi dari pemerintahan otoriter ke otonomi membuat krisis yang multidimensional. Adanya konflik Ambon sebagai contohnya, kemudian Maluku, Aceh, dan lain sebagainya. Konflik-konflik itu ditengarahi karena upaya separatisme, krisis moneter, perbedaan SARA dan sampai pada karena pengaruh dunia global.4 Peta konflik di Indonesia dapat disebut dengan konflik dalam sekam (latent conflict).5

Selain karena sebab di atas yang menyebabkan konflik, ada faktor internal yang menurut para sarjana mempunyai pengaruh yang signifikan. Faktor itu adalah agama. Tahir Abbas dalam penelitiannya terhadap fenomena politik atas fundamentalisme dan radikalisme agama di Eropa Barat khususnya di Inggris, menunjukkan adanya faktor internal penganut agama. Seperti cita-cita yang disebut dalam agama (al-Qura>n), yakni ajaran jihad sebagai pemicu kaum fundamental berbuat radikal.6 Kerap sekali atas nama agama menjadi dasar untuk menolak demokrasi, menolak segala hal yang datang dari Barat. Kemudian atas nama agama, radikalisme terjadi. Fenomena kelompok Boko Haram di Nigeria, misalnya. Kelompok ini menolak kemodernan yang datang dari Barat, dan terus melawan pemerintah untuk merebut kekuasaan. Mereka menggunakan doktrin-doktrin agama untuk berjihad melawan pemerintahan yang resmi.7 Di Syria hal yang sama juga terjadi yaitu adanya fenomena IS (Islamic State).

Melihat survei yang pernah ada pada tahun 1900-2000 bahwa terjadinya perang sipil lebih disebabkan karena sentimen agama, dan fundamentalisme agama. Representasi Islam lebih tinggi dalam perang saudara hingga mencapai 81% dibanding agama lain. Sering kali terjadi konflik/pertentangan sosial dibingkai dengan atas nama agama, karena dapat menarik domestik dan dukungan luar.8

3Baca Ahmad Suaedy & Muhammad Hafiz, “Citizenship Challenges in Myanmar’s

Democratic Transition: Case Study of the Rohingya-Muslim,” Studia Islamika, vol. 22, no. 1 (2014): 29-63.

4Baca Syamsul Hadi, dkk., Disintegrasi Pasca Orde Baru: Negara Konflik Lokal dan Dinamika International (Jakarta: Yayasan Obor, 2007).

5Konflik dalam sekam ini merambah semua sektor, termasuk konflik kebijakan publik atau konflik negara dan masyarakat sipil, konflik fundamentalisme agama dan terorisme, kemudian konflik-konflik yang diakibatkannya karena masalah sosial ekonomi yang ditimbulkan oleh krisis. Lihat Lambang Trijono, dkk., eds. Potret Retak Nusantara Studi Kasus Konflik di Indonesia (Yogyakarta: CSPS Books, 2004).

6Tahir Abbas, “A theory of Islamic political radicalism in Britain: sociology, theology and international political economy,” Contemporary Islam, vol. 1, issue 2, (2007): 109-122, http://link.springer.com/article/10.1007/s11562-007-0012-0 (acessed March 2, 2015).

7Three Anonymous, “The Popular Discourses of Salafi Radicalism and Salafi Counter-radicalism in Nigeria: A Case Study of Boko Haram,” Journal of Religion in Africa 42 (2012): 118-144.

8Monica Duffy Toft, “Getting Religion? The Puzzling Case of Islam and Civil War,” International Security, vol. 31, no. 4 (Spring, 2007): 97-131, http://www.jstor.org/stable/4137567. ( accessed May 28, 2014).

Page 19: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Homerepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38876/... · 2018. 3. 29. · Author: Ç Q åÿlh`¡ 7 $Ï2 ¿hÄY¢

3

Kemudian dengan sebab itu, agama menciptakan prasangka yang buruk terhadap orang lain. Berkembangnya Islamofobia di Barat menjadi bukti yang tidak dapat dipungkiri, masyarakat Islam menjadi tersangka sebagai pembuat konflik. Ketakutan dengan agama Islam, karena mereka mengira bahwa agama Islam adalah agama teroris.9

Menurut para penganut sekularisme, agama dapat memicu hambatan dalam pembangunan negara. Agama sangat konservatif yang tidak mendukung dengan kemodernan, demokrasi, dan liberalisme yang pada ujungnya akan membuat radikalisme. Maka dari itu agama harus dihindari hubungannya dengan negara.10 David B. Skillicorn membenarkan hal yang sama yakni agama mempunyai potensi ke arah konflik. Doktrin-doktrinnya mengantarkan terhadap pemahaman umat yang meyakininya berbuat tindakan radikal dan mempunyai pemahaman yang fundamental.11 Fundamentalisme agama tumbuh bergerak dengan dalih pemurnian dan kembali pada sumber asli.12 Louis Ernesto Mora juga sependapat, bahwa sikap beragama yang fundamental sangat berhubungan erat dengan orientasi hidup, berpikir irasional, dan berperilaku yang belum dewasa.13

Fakta di atas juga dapat ditemui di Indonesia dalam tiga dekade akhir ini dengan berkembangnya keberagamaan masyarakat yang eksklusif. Misalnya kelompok yang suka takfiri, masyarakat yang lebih tertutup dengan masyarakat lain kecuali sesama kelompoknya sendiri, menolak idiologi negara yang bukan syariah dan melakukan pemboman atas nama jihad. Mereka itu salah satunya adalah kelompok yang mengamalkan agama bermanhaj salafi. Manhaj ini berkembang di Indonesia merupakan bagian dari globalisasi Islam dari Timur Tengah. Corak keberagamaan mereka tergolong menjadi tiga yakni keberagamaan puritan yang eksklusif, kemudian puritan eksklusif yang menolak idiologi negara bukan syariah

9Cyra Akila Choudhury, “Ideology, Identity, and Law in The Production of

Islamophobia,” Dialect Anthropol 39 (2015): 47–61, http://link.springer.com/article/10.1007/s10624-014-9357-y (Accessed March 17, 2015).

10Paul Cliteur, “State and Religio Against The Backdrop of Religious Radicalism,” I Con, vol. 10, no. 1, (2012): 127-152, http://icon.oxfordjournals.org/ (Accessed March 16, 2015).

11David B. Skillicorn, Christian Leuprecht and Conrad Winn, “Homegrown Islamist Radicalization in Canada: Process Insights from an Attitudinal Survey,” Canadian Journal of Political Science, vol. 45, no. 4 (2012 ): 929-956. Bandingkan juga Christopher G. Ellison, Identificationan D Separatism: Religious Involvement and Racial Orientations Among Black Americans,” The Sociological Quarterly, vol. 32, no. 3 (Autumn, 1991): 477-494, http://www.jstor.org/stable/4120919 (accessed March 2, 2015).

12Fundamentalisme sebagai prinsip dasar keagamaan yang tidak menerima perubahan modern dan menginginkan tradisi keagamaannya tetap. Sehingga apapun yang datang dari Barat ditolaknya, seperti isu HAM, demokrasi, kesetaraan, dan lain sebagainya. Lihat, Michael O Emerson, David Hartman, “The Rise Religious Fundamentalism,” Annual Reveiw of Sociology 32 (2006): 127-144.

13Lihat Louis Ernesto Mora, Panayiotis Stavrinides, Wilson McDermut, “Religious Fundamentalism and Religious Orientation Among the Greek Orthodox,” J Relig Health 53, (2014): 1498-1513.

Page 20: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Homerepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38876/... · 2018. 3. 29. · Author: Ç Q åÿlh`¡ 7 $Ï2 ¿hÄY¢

4

dan yang terakhir puritan eksklusif yang menolak idiologi negara dan melakukan pemberontakan. Dengan berkembangnya kelompok seperti ini intoleransi atas nama agama sering terjadi.14 Menurut Adis Dedureja berkembangnya kelompok tersebut sebagai pengaruh neo-traditional salafism, yakni pemahaman agama yang tekstualis dan menolak penafsiran ulang sehingga menyebabkan pemahaman yang fundamental.15

Berdasarkan keterangan di atas yang merupakan persoalan penting, dapat menunjukkan adanya kemerosotan/dekadensi nilai di dalam kehidupan sosial. Nilai-nilai seperti kebersamaan, toleransi, kesetaraan hak, dan demokrasi seakan sulit terjadi. Agama juga demikian, yang seharusnya menjadikan manusia beradab atau sebagai media mencapai kebahagian hidup secara pribadi maupun secara sosial belum terwujud. Doktrin agama dipahami secara dangkal dan berubah menjadi pemicu persoalan yang dapat mendorong umatnya kehilangan sifat humanis, demokratis, dan toleran. Hal ini berbeda dengan apa yang dikatakan oleh Robert Jackson terkait dengan peran agama melalui pendidikan agama dalam membangun demokratisasi dan toleransi. Ia menyatakan bahwa pendidikan agama memberikan kontribusi dalam membentuk karakter anak, membentuk kebudayaan sekolah, membangun sikap kebersamaan dan toleransi dalam perbedaan. Pendidikan agama mampu mengakomodasikan anak didik yang berbeda dan beragam budaya.16 Selanjutnya Chang-Yau Hoon, menyatakan bahwa pendidikan agama dapat membentuk dan memelihara budaya dan identitas. Pendidikan agama berperan membangun siswa agar mampu bernegosiasi dengan perbedaan.17 Robert W. Hefner juga menjelaskan pendidikan agama tidak menciptakan tindakan radikalisasi. Melainkan untuk menciptakan idealitas prinsip-prinsip demokrasi.18

14Keberagamaan dengan manhaj salafi berbeda dengan salaf, salafiyah atau salafi yang sudah lama berkembang di Indonesia. Manhaj salafi ini bagi penganutnya sebagai sumber ketiga setelah al-Qura>n dan al-Hadi>th yang mengikuti pemikiran Muhammad bin Abdul Wahhab. Manhaj ini mempunyai tipologi keberagamaan yang berbeda dengan masyarakat muslim mainstream. Kecenderungannya adalah fundamental dan konservatif, bahkan radikal. Penyebaran manhaj ini dengan berbagai cara yang paling signifikan adalah melalui pendidikan. Bukti berkembangnya kelompok ini adalah semakin banyaknya lembaga pendidikan/pesantren yang bermanhaj salafi dan menjalin hubungan dengan Timur Tengah. Selebihnya baca Din wahid, “Nurturing The Salafi Manhaj: A Studi of Salafi Pesantrens in Contemporary Indonesia,” PhD. Dissertation, Utrecht University Belanda (2014), lebih khusus halaman 35-44.

15Baca Adis Duderija, “Constructing the Religious Self and the Other: Neo-Traditional Salafi Manhaj,” Islam and Christian–Muslim Relations, vol. 21, issue 1 (2010): 75-93 http://www.tandfonline.com/doi/full/10.1080/09596410903481879 accessed 6/6/2015.

16Lihat Robert Jackson, Rethinking Religious Education and Plurality Issues in Deversity and Pedagogy, (London: Routledge Falmer, 2004).

17Chang-Yau Hoon, “Mapping ‘Chinese’ Christian Schools in Indonesia: Ethnicity, Class and Religion,” Asia Pacific Educ. Rev. (2011): 403-410.

18Dalam hal ini Hefner menjelaskan beragamnya pendidikan agama Islam di Indonesia yang sesuai dengan idealitas demokrasi. Baca Robert W. Hefner, Islamic Schools, Social

Page 21: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Homerepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38876/... · 2018. 3. 29. · Author: Ç Q åÿlh`¡ 7 $Ï2 ¿hÄY¢

5

Kemudian Yayah Khisbiah menyatakan hal yang sama, bahwa agama dapat menanamkan moral dasar dan sikap hidup yang lebih bermakna. Pada kehidupan kemasyarakatan, agama mampu membantu kemajuan peradaban manusia di seluruh dunia. Selain itu membantu memainkan peran dalam mengubah sistem yang tidak adil, perbudakan, dan mendorong gerakan hak-hak sipil.19 Selanjutnya dapat membangun etika publik yaitu kemanusiaan20 dan tidak bertentangan dengan kemodernan.21

Terlepas dari perdebatan tersebut, ada satu pandangan penting yang perlu diketahui yang berkembang di dunia dalam mengatasi persoalan-persoalan konflik sosial. Baik karena faktor eksternal maupun internal. Pandangan tersebut adalah multikulturalisme. Dalam sejarah Barat seperti di Amerika Serikat (AS), Kanada, Australia, upaya untuk membangun masyarakat yang damai tidak berkonflik antar sesama, multikulturalisme sebagai jawaban nyata. Konsep ini berkembang pada awal dekade 70-an. Multikulturalisme merupakan paham yang mengakui dan menerima perbedaan dan kemajemukan, seperti perbedaan agama, ras, suku, etnis, adat, bahasa, dan status sosial. Multikulturalisme berupaya untuk mengelola perbedaan agar dapat membantu mewujudkan peradaban manusia yang lebih baik. Di Kanada konsep multikulturalisme didukung oleh masyarakat untuk melakukan pengakuan terhadap segala budaya (politic recognition). Pengakuan terhadap budaya memberikan ruang untuk keragaman dan perbedaan.22 Menurut Will Kymlicka bahwa multikulturalisme sebagai pelindung terhadap kemajemukan budaya tersebut. Multikulturalisme sebagai pengakuan atas keberadaan terhadap budaya-budaya dan identitas masyarakat yang beragam dan berbeda.23 Selain itu, Bhikhu Parekh menyatakan bahwa multikulturalisme sebagai pemersatu atas keragaman dan kemajemukan.24

Movement, and Democracy In Indonesia, in Making Modern Muslims The Politic of Islamic Education In Shoutheast Asia, ed., Robert Hefner (Honolulu: University of Hawai’i Press, 2009), 55-105.

19Yayah Khisbiyah, “Contested Discourses on Violence, Social Justice, and Peacebuilding Among Indonesian Muslims,” dalam Peace Psychology in Asia, ed. Noraini M., Noor Cristina, Jayme Montiel (New York: Springer US, 2009), 123-145, http://link.springer.com/chapter/10.1007/978-1-4419-0143-9_7 (accessed March 1, 2015).

20Wilson Muoha Maina, “Public Ethical Discousrce and the Diversity of Cultures, Religion, and Subjectivity in History: Can We Agree on Anyting?,” Journal for The Study of Religion and Ideologies, vol. 11, issue 32, (2012): 18-36.

21Sumanto Al Qurtubi, “Public Islam in Southeast Asia: Late Modernity, Resurgent Religion, and Muslim Politics,” Studia Islamika, Vol. 20, No. 3, (2013): 399-442.

22Lihat Richard J.F. Day, Multiculturalism and The History of Canadian Diversity, (Canada: University of Toronto Press, 2000), 3-11.

23Will Kymlicka, Multiculture Citizenship (New York: Oxford University Press, 1995), 10-14.

24Bhikhu Parekh, Unity and Diversity In Multicultural Societies (Geneva: International Institute for Labour Studies, 2005), 1-20.

Page 22: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Homerepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38876/... · 2018. 3. 29. · Author: Ç Q åÿlh`¡ 7 $Ï2 ¿hÄY¢

6

Menurut H.A.R. Tilaar multikulturalisme mengandung dua pengertian yang kompleks yaitu multi yang berarti plural dan kulturalisme yang mengandung makna budaya. Plural bukan hanya berarti pengakuan keragaman dan perbedaan tetapi mempunyai implikasi politis, sosial, dan ekonomi. Setidaknya ada dua ciri utama dalam multikulturalisme, yaitu kebutuhan terhadap pengakuan dan legitimasi keragaman budaya atau pluralisme budaya.25 Sedangkan Abuddin Nata menyatakan multikulturalisme merupakan politik kebudayaan untuk memberi kesamaan hak terhadap manusia yang memiliki perbedaan budaya, agama, etnik, suku, dll. Selain itu, multikulturalisme sebagai kebijakan sosial, moral dan kultural. Kemudian pilar-pilar yang mendasarinya adalah demokrasi, persamaan di depan hukum, kebebasan, dan pengakuan atas dasar keragaman (pluralisme). Pilar tersebut mampu memberikan pengikat, penghubung, dan pengaman eksistensi keragaman budaya.26

Azyumardi Azra juga menegaskan bahwa multikulturalisme adalah sebagai pandangan dunia yang mengakui dan menerima keragaman budaya. Lebih lanjut Azra menyatakan bahwa kehidupan multikultural merupakan sunnatullah yang harus dirawat dan dijaga, termasuk di negara Indonesia ini. Cara merawat dan menjaganya adalah dengan membumikan pandangan multikulturalisme kepada masyarakat. Upaya yang paling efektif menjaga dan merawat multikulturalisme adalah melalui pendidikan. Ada dua model yang dapat dikembangkan, pertama pendidikan dengan mengedepankan multikulturalisme yang saling terintegrasi dan yang kedua mata pelajaran khusus yang memuat nilai-nilai multikultural.27

Dalam konteks Indonesia menurut Ubaedillah meskipun istilah multikulturalisme tidak terdapat dalam kosa kata sejarah kebangsaan dan budaya Indonesia, tetapi secara substansi sangat lekat dengan sejarah Indonesia. Hal ini dapat ditandai dengan adanya semangat nasionalisme masyarakat Indonesia mulai sebelum merdeka hingga setelah merdeka. Menurutnya multikulturalisme merupakan pandangan kebudayaan yang berorientasi praktis yakni menekankan perwujudan ide menjadi tindakan. Multikulturalisme menghendaki proses belajar mengenai perbedaan kebudayaan yang dimulai dari sikap dan interaksi antarkebudayaan. Konsep ini dapat menjadi strategi budaya masa depan Indonesia sebagai langkah awalnya dengan melalui program pendidikan berwawasan multikultural. Pendekatan ini selaras dengan cita-cita dalam semboyan negara, Bhinneka Tunggal Ika. Pendidikan dengan pendekatan ini anak didik dibimbing untuk membiasakan diri, menghormati dan mengakui dengan lingkungan dan teman sebayanya yang majemuk dari sisi budaya tradisi, ras, bahasa dan agama.28

25Lihat H.A.R. Tilaar, Multikulturalisme Tantangan-tantangan Global Masa Depan dalam Transformasi Pendidikan Nasional (Jakarta: Grasindo, 2004), 82-83.

26Lihat Abuddin Nata, Sosiologi Pendidikan Islam (Jakarta: Rajawali Press, 2014), 237.

27Baca Azyumardi Azra, Merawat Kemajemukan Merawat Indonesia (Yogyakarta: Kanisius, 2007).

28Lihat A. Ubaedillah, Pendidikan Kewarganegaraan (Civic Education) Pancasila, Demokrasi, dan Pencegahan Korupsi (Jakarta: Prenadamedia Group, 2015), 70-75.

Page 23: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Homerepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38876/... · 2018. 3. 29. · Author: Ç Q åÿlh`¡ 7 $Ï2 ¿hÄY¢

7

Sementara itu di Indonesia permasalahannya adalah belum ada model pendidikan multikultural yang cocok dan yang dapat diterapkan. Alasan yang mendasar adalah Indonesia sebagai negara yang paling multikultural, sehingga tidak ada satu model yang dapat diterapkan di seluruh negeri, sebab masing-masing daerah, konteks sosio-kulturalnya berbeda. Oleh karena itu yang perlu dilakukan adalah membuat desain konseptual pendidikan multikultural sesuai dengan konteks sosial di mana sekolah atau kampus itu berada.29 Bila menilik UU RI No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) tahun 2003, bahwasanya pendidikan nasional ini berupaya mengarah kepada prinsip-prinsip dalam multikulturalisme, misalnya prinsip keadilan, demokratis, dan kesamaan. Salah satu contohnya seperti yang disebutkan dalam bab III pasal 4, bahwasanya pendidikan diselenggarakan secara demokratis dan berkeadilan serta tidak diskriminatif dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia, nilai keagamaan, nilai kultural dan kemajemukan bangsa. Kemudian pendidikan diselenggarakan dengan sistem terbuka dan multimakna, berikutnya diselenggarakan dengan proses pembudayaan dan pemberdayaan, pendidikan diselenggarakan dengan memberi keteladanan, membangun kemauan dan kreatifitas anak didik serta memberdayakan semua komponen masyarakat.30 Berdasarkan landasan dasar ini setidaknya pendidikan yang berwawasan atau yang berbasiskan multikultural tidak mengada-ada jika dikembangkan dalam penyelenggaraan pendidikan di negeri ini.

Tesis ini merupakan penelitian tentang penyelenggaraan pendidikan yang berwawasan multikultural di sebuah lembaga pendidikan swasta, terutama implementasi dalam pendidikan agama Islam. Tepatnya berada di SMA Plus Pembangunan Jaya di Bintaro. SMA Plus Pembangunan Jaya Bintaro –selanjutnya disebut SMA Plus—merupakan salah satu sekolah umum yang terletak di daerah Bintaro Tangerang Selatan yang berada di sektor IX. Warga sekolah ini beragam jenis latar belakang agama, etnis, suku, dan status sosial, baik siswanya maupun gurunya. Berdasarkan penelitian ini SMA Plus merupakan sekolah yang berupaya mengembangkan pendidikan berwawasan multikultural. Hal ini dapat dilihat dari misi sekolah yang berupaya menghargai perbedaan/multikultural.31 Kemudian berdasarkan nilai-nilai utama yang menjadi landasan sekolah serta implementasi program pendidikannya, yang mana SMA ini dapat disebut sebagai sekolah yang mengembangkan pendidikan berwawasan multikultural. Keberhasilannya dalam penyelenggaran program pendidikan yang berwawasan multikultural mendapatkan pengakuan dari Kemenag Pusat Jakarta. Pernah mendapatkan undangan dari

29Ridwan al-Makassary dan Suparto, ed., Cerita Sukses Pendidikan Multikultural di

Indonesia (Jakarta: CSRC UIN Jakarta, 2010), 11-13. 30Lihat UU RI No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional bab III tentang

prinsip penyelenggaraan pendidikan pada pasal 4. 31Ada 4 misi yang dinyatakan oleh SMA Plus, secara khusus terkait dengan sekolah

yang mengembangkan pendidikan berwawasan multikultural disebutkan pada misi keempat yaitu, menjadi kebanggaan grup Pembangunan Jaya sebagai sekolah umum yang menghargai perbedaan/multikultural, toleran dan bermartabat. Lihat visi-misi SMA Plus di http://sma.jayaschool.org/index.php?stkid=62 (diakses 1/4/2015).

Page 24: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Homerepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38876/... · 2018. 3. 29. · Author: Ç Q åÿlh`¡ 7 $Ï2 ¿hÄY¢

8

Balitbang Kemenag Jakarta untuk mempresentasikan program pendidikan yang telah dijalankan terkait dengan pendidikan yang mengembangkan toleransi antar perbedaan, yakni pada akhir tahun 2013, pertengahan 2014, dan pada bulan Juni 2015.32

Penelitian ini berupaya mengungkapkan implementasi pendidikan agama Islam yang berwawasan multikultural di sekolah. Namun, sebelum mengungkapkannya itu penelitian ini akan menjelaskan terlebih dahulu sistem pendidikan yang diterapkan. Bahwasanya SMA Plus dalam mengembangkan pendidikan yang berwawasan multikultural dengan pendekatan komprehensif dan integrasi. Pendekatan ini bukan hanya memprioritaskan salah satu mata pelajaran tertentu, misalnya pada pendidikan agama atau pendidikan kewarganegaraan saja. Pendekatan secara komprehensif dan terintegrasi ini meliputi keseluruhan unsur kependidikan di sekolah terlibat, seperti SDM sekolah (staf sekolah), kurikulum, budaya sekolah, metode pembelajaran dan seterusnya.

Dalam integrasi kurikulum, SMA Plus mempunyai dua kurikulum yang saling terkait namun mempunyai perbedaan, yakni kurikulum nasional dan kurikulum unggulan. Kurikulum nasional merujuk pada kurikulum 2013. Kemudian kurikulum unggulan sebagai kurikulum lokal yang mencirikan karakteristik sekolah dalam mencapai tujuan sekolah. Kurikulum unggulan ada 4 bentuk yang saling terkait, yaitu; science workshop, entrepreneurship, liberal art, dan sustainable eco development. Kurikulum ini yang secara khusus dalam hal pengembangan wawasan multikultural di sekolah adalah kurikulum liberal art. Dalam pelaksanaannya, dua kurikulum tersebut berbeda waktunya. Empat bulan pertama pada tahun ajaran baru menjalankan kurikulum nasional kemudian empat bulan kedua kurikulum unggulan dan empat bulan setelahnya kurikulum nasional. Selain itu, metode, materi, evaluasi dan target dalam pembelajarannya juga berbeda. Integrasi pendidikan yang berwawasan multikultural secara komprehensif di SMA Plus ini menciptakan keberagamaan anak didik yang peka diri. Model keberagamaan ini mejadikan siswa saling peduli antara dirinya dengan sesamanya. Antara dirinya dengan sesama lingkungan sosial, antara dirinya dengan lingkungan alam sekitar, dan juga dengan tuhannya. Demikian ini yang menjadi menarik untuk meneliti bagaimana implementasinya dalam program pendidikan.

Penelitian ini mengunakan istilah pendidikan berwawasan multikultural karena berupaya untuk mengungkapkan penyelenggaraan sistem pendidikan yang diselenggarakan di Indonesia yang tentunya tidak sama persis dengan konsep asli pendidikan multikultural di Barat. Sehingga istilah pendidikan berwawasan multikultural digunakan untuk menggambarkan sebagai pendidikan yang memiliki orientasi ke arah pendidikan multikultural. Kerangka teori pokok yang menjadi pendekatan dalam menganalisis temuan-temuan penelitian ini adalah teorinya James A. Banks tentang dimensi dan karakter pendidikan multikultural dan teorinya Ken Wilber tentang piramida spiral yang menguraikan visi integral dalam perkembangan kesadaran manusia.

32Wawancara Iwan Ridwan, Leader Humas SMA Plus pada 6 Juli 2015.

Page 25: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Homerepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38876/... · 2018. 3. 29. · Author: Ç Q åÿlh`¡ 7 $Ï2 ¿hÄY¢

9

B.B.B.B. PermasalahanPermasalahanPermasalahanPermasalahan 1. Identifikasi Masalah1. Identifikasi Masalah1. Identifikasi Masalah1. Identifikasi Masalah

Latar belakang di atas menunjukkan adanya permasalahan yang krusial di dalam kehidupan sosial yang patut menjadi perhatian bersama. Pada bagian ini, permasalahan-permasalahan tersebut dapat diidentitifikasikan menjadi lima masalah seperti berikut ini.

Pertama, permasalahan terkait dengan pengaruh globalisasi dalam perubahan kehidupan sosial dan keagamaan. Pengaruhnya antara positif dan negatif. Namun tidak jarang masyarakat belum siap terhadap hal itu semua. Kedua, keragaman dan kemajemukan dalam kehidupan sosial sering kali menjadi penyebab terjadinya perbedaan hingga perselisihan. Diskriminasi sosial, tidak adanya kesetaraan atau keadilan dan melemahnya demokrasi merupakan permasalahan yang diakibatkannya. Ketiga, agama menjadi penyebab fundamentalisme dan radikalisme. Agama tidak dapat berkompromi dengan segala hal yang terkait dengan sekularisme, liberalisme atau yang datang dari negeri Barat, sehingga dengan permasalahan ini mengakibatkan adanya fenomena Islamofobia. Keempat, keberagamaan yang bercorak eksklusif semakin meningkat. Hal ini dibarengi dengan meningkatnya lembaga pendidikan dengan metode pembelajaran yang menciptakan sikap beragama yang eksklusif dan intoleran. Kelima, terkait dengan integrasi pendidikan yang berwawasan multikultural yang belum berkembang atau dapat disebut dengan model pendidikan multikultural yang belum ada. Permasalahan ini sangat penting yang perlu dikembangkan oleh penyelenggara pendidikan dalam menciptakan kehidupan sosial yang dinamis, toleran, demokratis, humanis dan damai.

Pemasalahan-permasalahan yang sudah teridentifikasi tersebut bukan semuanya menjadi kajian dalam penelitian ini. Melainkan akan difokuskan atau dibatasi dalam permasalahan tertentu. Untuk fokus/pembatasan masalah penelitian dijelaskan berikut di bawah ini. 2. Pembatasan Masalah2. Pembatasan Masalah2. Pembatasan Masalah2. Pembatasan Masalah

Penelitian ini memilih pada identifikasi permasalahan yang kelima yaitu terkait dengan integrasi pendidikan berwawasan multikultural yang belum berkembang. Berikutnya pembatasan masalah ini untuk membatasi ruang lingkup kajian baik konsepnya, objek kajiannya, maupun tempat penelitiannya. Konsep yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendidikan berwawasan multikultural. Konsep ini tidak sepenuhnya sama persis dengan konsep pendidikan multikultural yang berkembang di Barat, terutama dalam memaknai multikultural sebagai bentuk keragaman dan kemajemukan. Penelitian ini lebih menekankan pada aspek keragaman agama di sekolah yang menjadi objek penelitian dalam memahami multikultural, walaupun sebenarnya ada aspek keragaman yang lain. Dengan alasan tersebutlah penelitian ini menggunakan istilah pendidikan berwawasan multikultural yang dapat berbeda dengan konsep aslinya yaitu pendidikan multikultural di Barat.

Page 26: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Homerepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38876/... · 2018. 3. 29. · Author: Ç Q åÿlh`¡ 7 $Ï2 ¿hÄY¢

10

Pembatasan masalah selanjutnya terkait dengan objek kajiannya yaitu tentang pendidikan agama Islam yang berwawasan multikultural di lembaga sekolah. Dalam mengkaji ini ada dua hal yang menjadi fokus kajian. Pertama, permasalahan tentang implementasi pendidikan yang berwawasan multikultural di lembaga pendidikan yang menjadi objek penelitian. Kajian ini dilakukan supaya tidak tiba-tiba dalam menjelaskan objek kajian yang dipilih atau studi kasus yakni pendidikan agama Islam, sehingga hal tersebut dapat mengetahui kronologi yang melatarbelakanginya. Kedua, tentang implementasi pendidikan agama Islam berwawasan multikultural di lembaga pendidikan yang dipilih.

Tempat yang dipilih untuk melakukan penelitian ini adalah di SMA Plus Pembangunan Jaya Bintaro. SMA ini sebagai sekolah umum yang berupaya mengembangkan program pendidikan yang mengintegrasikan dengan nilai-nilai multikultural. Alasan lebih lanjut dalam pemilihan sekolah ini dijelaskan dalam sub metodologi yang berjudul objek penelitian. 3. 3. 3. 3. Perumusan MPerumusan MPerumusan MPerumusan Masalah asalah asalah asalah

Setelah pembatasan masalah di atas, selanjutnya perumusan masalah yang dapat ditunjukkan dalam penelitian ini ada dua. Pertama perumusan masalah mayor/pertanyaan besarnya. Kedua perumusan masalah minor atau pertanyaan turunan dari permasalahan besarnya. Perumusan ini dibuat dalam bentuk pertanyaan.

Perumusan masalah besarnya adalah bagaimana peran pendidikan agama Islam dalam implementasi pendidikan berwawasan multikultural di SMA Plus Pembangunan Jaya?

Kemudian dari pertanyaan besar tersebut menurunkan dua pertanyaan minor sebagai berikut; Pertama, bagaimana implementasi pendidikan berwawasan multikultural di SMA Plus Pembangunan Jaya? Kedua, bagaimana implementasi pendidikan agama Islam berwawasan multikultural di SMA Plus Pembangunan Jaya?

C. Tujuan dan ManfaatC. Tujuan dan ManfaatC. Tujuan dan ManfaatC. Tujuan dan Manfaat 1. Tujuan1. Tujuan1. Tujuan1. Tujuan

Penelitian ini akan menemukan peran pendidikan agama Islam dan implementasi pendidikan berwawasan multikultural. Secara khusus penelitian ini bertujuan, pertama, menemukan sistem pendidikan berwawasan multikultural di SMA Plus Pembangunan Jaya. Kedua, menemukan pola implementasi pendidikan agama Islam dalam mengembangkan nilai-nilai multikultural di SMA Plus Pembangunan Jaya.

Selanjutnya tujuan secara umum dalam penelitian ini adalah menjelaskan hubungannya penyelenggaraan pendidikan yang berwawasan multikultural dengan keberagamaan yang bervisi integral. Kemudian untuk menguraikan pendekatan-pendekatan dalam mengimplementasikan pendidikan yang mengintegrasikan nilai-nilai multikultural. Pendekatan-pendekatan tersebut dapat menjadi bahan kajian berikutnya untuk mengembangkan model pendidikan masa mendatang.

Page 27: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Homerepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38876/... · 2018. 3. 29. · Author: Ç Q åÿlh`¡ 7 $Ï2 ¿hÄY¢

11

2. Manfaat2. Manfaat2. Manfaat2. Manfaat Ada dua manfaat atau hikmah yang dapat diambil dalam penelitian ini; Pertama, secara teoritis penelitian ini berkontribusi mengembangkan

khasanah keilmuan pendidikan berwawasan multikultural secara konseptual maupun secara implementatif. Selain itu penelitian ini mengembangkan konsep keberagaman bervisi integral yang menjadi salah satu pisau analisis dalam penelitian ini. Konsep ini merupakan perpaduan dari konsep integralnya Ken Wilber. Awalnya konsep integral dipahami sebagai konsep psikologi perkembangan kesadaran manusia sebagai proyek besar keilmuan dalam a theory of everything. Kemudian konsep integral ini diintegrasikan dengan teori keberagamaan.

Manfaat yang kedua adalah secara praktis. Manfaat praktis dari hasil penelitian ini menemukan desain pendidikan yang berwawasan multikultural secara implementatif. Sehingga dapat menjadi rujukan atau bahan kajian sekolah lain dalam hal mengintegrasikan nilai-nilai multikultural atau mengembangkan keberagamaan bervisi integral. Manfaat lainnya secara praktis yaitu para pemangku kebijakan pendidikan baik pada level pusat maupun pada level daerah akan melek dengan pentingnya pendidikan berwawasan multikultural dan membangun keberagamaan yang integral. Sehingga meleknya mereka dapat memengaruhi perubahan pendidikan secara nasional maupun pada masing-masing daerah. D. PenelitiaD. PenelitiaD. PenelitiaD. Penelitian Terdahulu yang Relevann Terdahulu yang Relevann Terdahulu yang Relevann Terdahulu yang Relevan

Tinjauan pustaka terhadap hasil penelitian atau kajian terdahulu yang sesuai dengan tema tesis ini bertujuan mendapatkan gambaran hubungan penelitian ini dengan penelitian sejenis yang sudah dilakukan. Baik secara lokal maupun internasional. Kajian mengenai multikulturalisme, pendidikan multikultural, dan pendidikan agama sudah banyak dilakukan, baik oleh penulis Barat maupun penulis Indonesia. Para penulis sebelumnya telah banyak melakukan kajian baik dalam bentuk buku, hasil riset disertasi maupun tesis, artikel jurnal ilmiah dengan topik yang cukup beragam dan menarik. Sehingga dari kajian terdahulu diketahui peluang yang perlu dikaji lebih dalam lagi. Dari hasil telaah pustaka yang telah dilakukan sejauh ini, diantaranya sebagai berikut:

Pertama, artikelnya Hasan Aydin yang berjudul “Multicultural Education Curriculum Development In Turkey.” Dalam artikel ini Aydin menunjukkan penelitiannya bahwa di sekolah-sekolah Turki sudah mengalami perubahan kurikulum multikultural. Perubahannya itu karena untuk memenuhi kebutuhan siswa sekolah yang datang dari beragam latar belakang dan ditambah karena meningkatnya masyarakat imigran. Dalam temuannya ia menyatakan bahwa pendidikan dengan kurikulum multikultural mampu menjaga prinsip keadilan global (global justice). Disamping itu kurikulum multikultural dapat menghubungkan anak dengan latar belakang yang status ekonomi dan status sosialnya berbeda. Pada penelitian ini hanya terfokus terhadap perubahan dan pengembangan kurikulum pendidikan multikultural di sekolah Turki. Kekurangan dari artikel ini tidak mengkaji implementasi pendidikan multikultural secara detail karena hanya mengungkap

Page 28: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Homerepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38876/... · 2018. 3. 29. · Author: Ç Q åÿlh`¡ 7 $Ï2 ¿hÄY¢

12

adanya perubahan kurikulum pendidikan multikultural di Turki dan bentuk kurikulumnya sendiri tidak diuraikan.33

Kesimpulan Aydin di atas tidak berbeda dengan penelitiannya Jungmin Lee. Dalam disertasinya yang berjudul “Multicultural Education in South Korean Public Elementary Schools: An Analysis of Teachers’ Experiences and Perspectives and School Curriculum," Lee telah melakukan penelitian tentang pengalaman dan perspektif guru atas penerapan pendidikan multikultural di Korea Selatan. Lee dalam mencari data dengan mewawancari lima guru di lima sekolah yang berbeda. Kemudian ditambah lima guru yang berbeda pula dan satu pembuat kebijakan pendidikan multikultural sebagai data pendukung. Lee hanya memfokuskan penelitiannya pada pengalaman dan perspektif guru dalam mengimplementasikan pendidikan multikultural dan kebijakan kurikulumnya. Dalam penelitiannya, Lee menemukan bahwa para guru telah memandang pendidikan multikultural merupakan isu yang menyatakan keadilan sosial dan memastikan keadilan pendidikan terhadap kelompok minoritas. Selain itu pendidikan multikultural dapat meningkatkan kesadaran budaya, pengembangan sikap positif atas perbedaan ras dan etnik, serta meningkatkan pendidikan kewarganegaraan dan hubungan secara global.34

Penelitian yang sama juga dilakukan oleh Yesim Orbalas. Dalam disertasinya yang berjudul “Perspectives on Multicultural Education: Case Studies of A German and An Amirican Female Minority Teacher,” Orbalas telah menguraikan tentang pengalaman dua orang guru perempuan yang minoritas yang telah mengimplementasikan pendidikan multikultural. Selain itu berupaya menguraikan perbedaan dan kesaamaan keduanya dalam menerapkan pendidikan multikultural di ruangan kelas. Dalam disertasi ini, Orbalas menyimpulkan bahwasanya penerapan pendidikan multikulutaral di ruang kelas disebabkan karena adanya i’tikad/keyakinan yang kuat dari pribadi pendidik. Jadi, perspektif pendidik tentang pendidikan multikultural memengaruhi aktifitas belajar mengajar di kelas.35 Di dalam kedua penelitian ini, yakni Jungmin Lee dan Yesim Orbalas adalah sama-sama mengkaji pengalaman dan perspektif guru dalam mengimplementasikan pendidikan multikultural. Di dalam penelitian ini tidak ditemukan bagaimana sistem implementasi pendidikan multikultural di lembaga pendidikan secara utuh.

Selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh Abullah Aly yang berbeda dengan kajian di atas, yakni di dalam bukunya yang berjudul Pendidikan Islam Multikultural di Pesantren Telaah Terhadap Kurikulum Pesantren Modern Islam Assalam Surakarta. Buku ini merupakan penelitian disertasinya di UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Dalam temuannya ia menyatakan kurikulum multikultural dalam

33Hasan Aydin, “Multicultural Education Curriculum Development in Turkey,”

Mediterranean Journal of Social Sciences, 3,3 (2012): 277-286. 34Jungmin Lee, “Multicultural Education in South Korean Public Elementary

Schools: An Analysis of Teachers’ Experiences and Perspectives and School Curriculum,” Ph.D. Dissertation (Purdue University, Indiana 2008).

35Yesim Ozbarlas, Perspectives On Multicultural Education: Case Studies of A German And An Amirican Female Minority Teacher, Ph.D. Dissertation, Georgia State University, Georgia (2008).

Page 29: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Homerepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38876/... · 2018. 3. 29. · Author: Ç Q åÿlh`¡ 7 $Ï2 ¿hÄY¢

13

pendidikan Islam memuat nilai-nilai demokratis, adil, dan terbuka. Selanjutnya dalam implementasi kurikulum pendidikan Islam di Pesantren Assalam Surakarta ini memuat nilai-nilai multikultural dan sekaligus kontraproduktif terhadap nilai-nilai multikultural. Karena dalam memahami persaudaraan hanya sebatas untuk sesama muslim, untuk umat non muslim tidak diperlukan persaudaraan melainkan hanya diperlukan persatuan dan kasih sayang.36 Dalam kajian ini hanya menganalisis kurikulum yang ada di pesantren Assalam, dan tidak ditemukan atas pengembangan budaya yang berbeda di pesantren. Apalagi dengan latar belakang agama santri yang homogen.

Penelitian berikutnya, masih terkait dengan pendidikan multikultural di dalam pendidikan agama Islam adalah disertasinya Susari di SPs. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang sudah menjadi buku, yakni berjudul Pendidikan Agama Islam dalam Perspektif Multikulturalisme: Studi Kasus di SMA N 8 Kota Tangerang. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian Abdullah Aly adalah terletak pada objek yang tidak sama. Kalau Abdullah Aly objek penelitiannya di sebuah pesantren dan kajiannya pada kurikulum yang ada di dalamnya. Sedangkan Susari objeknya adalah di sebuah lembaga pendidikan umum dan kajiannya khusus pada bidang studi pendidikan agama Islam. Dalam penelitian ini, Susari berkesimpulan bahwa implementasi pembelajaran pendidikan agama Islam yang mengintegrasikan dimensi multikulturalisme mampu menciptakan aktualisasi dimensi multikulturalisme dalam diri peserta didik. Kemudian pembelajaran pendidikan agama Islam dengan perspektif multikultural mengarah pada kebermaknaan sinotik, etik, dan spiritual. Penelitian ini banyak mengkaji kurikulum dan praktik pembelajaran pendidikan agama Islam.37 Kekurangan dari penelitian ini adalah tidak mengkaji pengaruhnya terhadap pemahaman dan perilaku keberagamaan siswa di sekolah. Kemudian tidak mengkaji secara komprehensif sistem pendidikan multikultural di sekolah yang diteliti, karena dalam penelitian ini hanya memfokuskan pada pendidikan agama Islam.

Selain menguraikan penelitian terdahulu terkait dengan pendidikan multikultural seperti di atas, sub ini juga menjelaskan penelitian terdahulu yang menunjukkan bahwa pendidikan agama telah merubah perilaku manusia ke arah yang lebih baik. Terlebih yang berhubungan dengan perilaku sosial termasuk kehidupan yang multikultural. Misalnya, penelitian Thomas H Groome yang dapat ditemui dalam bukunya yang berjudul Crhistian Religious Education, Sharing Our Story and Vision. Buku ini merupakan hasil karya disertasi yang menjelaskan penelitiannya terhadap pendidikan agama Kristen. Ia berkesimpulan bahwa pendidikan agama berpengaruh terhadap perilaku hidup, spiritual dan politik manusia secara individu maupun secara sosial. Namun buku ini tidak menjelaskan

36Abdullah Aly, Pendidikan Islam Multicultural di Pesantren Telaah terhadap

Kurikulum Pondok Pesantren Modern Islam Assalam Surakarta (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011).

37Susari, Pendidikan Agama Islam dalam Perspektif Multikultural studi Kasus di SMU N 8 Kota Tangerang (Tangerang Selatan: 2012).

Page 30: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Homerepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38876/... · 2018. 3. 29. · Author: Ç Q åÿlh`¡ 7 $Ï2 ¿hÄY¢

14

aktualisasi pendidikan agama Kristen dalam perspektif multikultural. Dalam studi ini tidak diketahui praktik pendidikan agama dalam mengintegrasikan pendidikan multikultural.38

Kemudian Chang-Yau Hoon dalam artikelnya yang berjudul “Mapping ‘Chinese’ Christian Schools in Indonesia: Ethnicity, Class and Religion,” yang menjelaskan tentang pendidikan agama sebagai pembangun identitas. Artikel ini merupakan hasil penelitian di sekolah Kristen China di Jakarta yang mengkaji bagaimana sekolah membentuk dan menjaga indentitas dalam perbedaan. Temuan dalam penelitian ini menyatakan bahwa dalam pendidikan agama, berperan penting sebagai pembentuk identitas kepada peserta didik. Di samping itu berperan penting dalam membangun karakter siswa yang mampu bernegosiasi dengan perbedaan ketika berada di lingkungan luar sekolah. Penelitian ini tidak menjelaskan aktualisasi dimensi multikultural dalam pendidikaan agama.39

Sejalan dengan itu, Abdulrahman Assalimi dalam artikelnya yang berjudul “The Transformation of Religious Learning in Oman: Tradition and Modernity,” menjelaskan penelitiannya tentang transformasi pendidikan agama pada era modern. Dalam penelitiannya ini, Assalimi memberikan kesimpulan bahwa pendidikan agama di era modern memberikan pengaruh progres dan membentuk ulang/menata kembali tradisi, serta menguatkan idiologi tertentu yang dapat digunakan. Selain itu mendukung modernitas, masyarakat global, dan membentuk masyarakat non sektarian. Penelitian ini membuktikan tranformasi pendidikan agama membawa pengaruh perubahan peradaban. Hanya saja penelitian ini dilakukan secara umum di negara Oman setelah tumbangnya periode sistem perpolitikan kesultanan yang tidak dilakukan secara khusus di lembaga pendidikan.40

Berdasarkan dari beberapa penelitian yang terdahulu tersebut dan memandang beberapa kekurangan yang belum dikaji, maka dalam tesis ini berupaya untuk melengkapi celah/beberapa hal yang belum dibahas. Tesis ini akan mengkaji implementasi pendidikan berwawasan multikultural di lembaga pendidikan/sekolah yang tidak dikaji dalam penelitian sebelumnya. Selain itu juga akan mengkaji secara khusus implementasi pendidikan berwawasan multikultural di dalam bidang studi Pendidikan Agama Islam (PAI). Terkait dengan ini perbedaannya dengan penelitiannya Susari adalah objeknya yang berbeda. Kalau Susari di sebuah SMA N 8 di Kota Tangerang yang menggunakan kurikulum KTSP dan tidak mengkaji implementasi secara menyeluruh di sekolah. Sedangkan dalam tesis ini penelitiannya dilakukan di SMA swasta yang menggunakan kurikulum 2013 dan kurikulum unggulannya. Sudah tentu hasilnya akan berbeda dalam menguraikan PAI yang berwawasan multikultural selain itu karena sebelumnya diuraikan implementasi pendidikan berwawasan multikultual di dalam sistem sekolah yang

38Thomas H. Groom, Christian Relegious Education, Sharing our Story And Vision. (San Fransisco: Jossey-Bass, 1999).

39Chang-Yau Hoon, “Mapping ‘Chinese’ Christian Schools in Indonesia: Ethnicity, Class and Religion,” Asia Pacific Educ. Rev. (2011): 403-415.

40Abdulrahman, “The Transformation of Religious Learning In Oman: Tradition and Modernity,” JRAS 3, 21, 2 (2011): 147-157.

Page 31: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Homerepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38876/... · 2018. 3. 29. · Author: Ç Q åÿlh`¡ 7 $Ï2 ¿hÄY¢

15

tidak dikaji oleh Susari. Kemudian perbedaannya lagi adalah tesis ini mengkaji pendidikan berwawasan multikultural di sekolah dengan analisis visi integral yang tidak dikaji dalam semua penelitian sebelumnya.

E. MetodologiE. MetodologiE. MetodologiE. Metodologi 1. Jenis Penelitian1. Jenis Penelitian1. Jenis Penelitian1. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif. Metode ini digunakan, seperti yang dijelaskan Sugiyono, karena berangkat dari realitas sosial yang dinamis, kompleks dan membutuhkan pemahaman yang holistik dan hubungan gejala yang bersifat interaktif.41

Kemudian dalam mengkonstruksi hasil temuan lapangan menggunakan model theoretical hybridization yang melibatkan interpretasi seorang peneliti dan merupakan sebuah investigasi sendiri. Model ini melampaui batas disiplin ilmu, dan isu tematik yang cenderung kompleks.42 Tujuan dari penelitian ini untuk mengembangkan teori melalui data yang diperoleh secara sistemik dengan menggunakan motode analisis komparatif konstan. Menurut M. Atho Mudzhar metode ini mencakup tiga hal penting dalam kajian, yaitu adanya tujuan mengembangkan teori, adanya data sistemik, dan digunakannya analisis komparatif.43 2. Objek Penelitian 2. Objek Penelitian 2. Objek Penelitian 2. Objek Penelitian

Objek yang dimaksud dalam penelitian ini adalah fokus di mana penelitian ini dilakukan. Menurut pengertian Sugiyono objek penelitian dengan metode kualitatif ada tiga, yang meliputi tempat (place), pelaku (actor), aktifitas (actifity).44 Tempat yang menjadi pilihan dalam penelitian ini adalah SMA Plus Pembangunan Jaya di Bintaro Tangerang Selatan Sektor IX. Tempat ini menjadi pilihan, alasannya, pertama karena atas rekomendasi seorang teman kuliah di program S3 yang menyatakan bahwa sekolah tersebut sebagai sekolah yang berwawasan multikultural. Kedua atas dasar studi pendahuluan dengan melakukan kajian website resminya. Selanjutnya melakukan kunjungan lapangan pada tanggal 29 Oktober 2014 yang ditemui langsung oleh asisten kepala sekolahnya yaitu Renny Kumalasari. Dalam studi pendahuluan tersebut banyak informasi yang didapatkan terkait dengan latar belakang sekolah hingga kondisi riil sekolah. Sempat diajak juga keliling melihat sekitar sekolah. Dalam studi awal ini kesan pertama yang menjadikan

41Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D (Bandung: Alfabeta,

2012), 8. 42Teori hibridasi ini merupakan penemuan baru dari kontruksi dan argumentasi teori

dengan menggunakan berbagai metode sehingga kesalahan dalam menafsirkan fenomena sosial lebih sedikit. Terkait dengan ini lebih lanjut lihat, Antonio Sandu, Simona Ponea, Elena Unguru, “Qualitative Methodology in Analyzing Educational Phenomena,” Romanian Journal for Multidimensional Education, EBSCO, year 2, no. 5, (2010): 113.

43M. Atho Mudzhar, Pendekatan Studi Islam dalam Teori dan Praktik (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011), 47.

44Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, 207-209.

Page 32: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Homerepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38876/... · 2018. 3. 29. · Author: Ç Q åÿlh`¡ 7 $Ï2 ¿hÄY¢

16

sekolah ini menarik diteliti terkait dengan tema penelitian, karena, sejak awal berdiri SMA Plus ini berkomitmen dan berupaya mengembangkan pendidikan berwawasan multikultural. Kesan kedua, latar belakang siswa maupun pendidiknya beragam dan majemuk, terutama dilihat dari aspek agama. Ketiga sekolah ini pernah mendapatkan undangan dari Balitbang Kemenag Jakarta sebagai sekolah yang mampu menyelenggarakan pendidikan toleransi perbedaan agama anak didik untuk mempresentasikan di kegiatan workshop.45 Hal ini menunjukkan adanya pengakuan dari luar terkait mengelola keragaman di sekolah. Pada kunjungan pertama ini sekaligus mendapatkan persetujuan melakukan penelitian di sekolah tersebut. Studi pendahuluan ini dilakukan pada saat penyusunan proposal penelitian sebelum diujikan.

Kemudian setelah proposal penelitian diujikan dan diterima, kunjungan lapangan kembali dilakukan yakni yang kedua kalinya pada hari Kamis tanggal 9 April 2015 untuk memperdalam data lapangan. Dalam kunjungan yang kedua ini peneliti melakukan wawancara kepada Iwan Ridwan sebagai Leader Humas sekolah dan melakukan pengamatan aktifitas-aktifitas di sekolah. Dari kunjungan ini peneliti mendapatkan data lapangan yang selanjutnya dapat menindaklanjuti apa saja yang harus diamati, siapa saja yang harus diwawancari dan kapan waktunya. Selanjutnya pada hari Rabu, 6 Juli 2015 peneliti datang kembali melihat aktifitas pertama kali siswa masuk dalam tahun ajaran baru 2015-2016. Kesempatan ini pada waktu SMA Plus melakukan sosialisai budaya sekolah (SBS) sekaligus Study Ramadhan selama empat hari mulai 6-9 Juli 2015. Selanjutnya pendalaman lagi ke lapangan pada bulan Oktober, Desember 2015 dan Januari 2016 untuk cek kembali data-data lapangan. Pada kunjungan ke lapangan peneliti melakukan pengamatan terhadap aktifitas di sekolah, mewawancarai subjek penelitian, menganalisa dokumen-dokumen yang ada di sekolah. Jadi selama kunjungan lapangan, peneliti dapat melihat tahun pelajaran 2014-2015 dan melihat tahun pelajaran 2015-2016.

Subjek yang menjadi fokus dalam penelitian yakni warga di sekolah. Warga tersebut terdiri dari; pimpinan sekolah, guru agama khususnya guru agama Islam, dan guru-guru yang bersangkutan, karyawan sekolah dan anak didik. Subjek tersebut menjadi sumber primer penelitian untuk penggalian data. Berikutnya aktifitas yang menjadi pengamatan dalam penelitian ini yaitu tentang kurikulum, praktik pembelajaran (metode, materi, silabus, RPP), budaya sekolah, perilaku siswa, evaluasi pembelajaran, dan hubungan sekolah dengan masyarakat. 3. Teknik Pengumpulan 3. Teknik Pengumpulan 3. Teknik Pengumpulan 3. Teknik Pengumpulan dan Pengabsahan dan Pengabsahan dan Pengabsahan dan Pengabsahan DataDataDataData

Pengumpulan data dilakukan dengan cara alamiah (natural setting). Adapun sumbernya adalah primer dan skunder. Sumber primer yaitu sumber data yang langsung memberikan data kepada peneliti sebagai sumber pertama. Di sini yang menjadi sumber primer adalah hasil wawancara terhadap subjek penelitian dan hasil

45Wawancara dengan Renny Kumalasari pada 29 Oktober 2014. Hal yang senada juga

dinyatakan dalam wawancara dengan Iwan Ridwan, Leader Humas SMA Plus pada hari Kamis, 9 April 2015 di kantor SMA Plus Pembangunan Jaya Bintaro.

Page 33: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Homerepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38876/... · 2018. 3. 29. · Author: Ç Q åÿlh`¡ 7 $Ï2 ¿hÄY¢

17

pengamatan terhadap aktifitas warga di SMA Plus. Kemudian sumber skunder merupakan sumber kedua yang didapatkan melalui dokumentasi sekolah, informasi di website sekolah, dan melalui buku-buku/bacaan yang terkait dengan SMA Plus. Dalam penggalian data, teknik yang digunakan adalah dokumentasi, observasi, dan wawancara. a. Dokumentasia. Dokumentasia. Dokumentasia. Dokumentasi

Dokumentasi sebagai data tertulis yang berkenaan dengan program pendidikan di sekolah seperti, kurikulum, silabus, materi ajar, foto, video, berita di website dan lain sebagainya yang dapat dijadikan sumber skunder. Dokumentasi ini sebagai langkah awal mendapatkan data yang dilakukan dalam penelitian ini, yakni berupa kurikulum, materi pelajaran agama, silabus, RPP, dan beberapa dokumen lainnya yang terkait dengan penelitian. Data dari dokumentasi ini akan dilakukan trianggulasi dengan data yang dihasilkan dari wawancara, dan pengamatan. Menurut Antonio melakukan trianggulasi data adalah untuk saling menguatkan dan merekatkan.46

b. Observb. Observb. Observb. Observasiasiasiasi

Pengambilan data selanjutnya selain dokumentasi adalah pengamatan terlibat. Dalam teknik pengambilan data ini, peneliti terlibat secara langsung dalam aktifitas orang-orang yang sedang diamati. Peneliti juga ikut melakukan kegiatan seperti yang dilakukan oleh sumber data. Dengan pengamatan terlibat ini, maka data yang diperoleh menjadi lengkap, tajam, dan sampai pada tingkat makna dari setiap perilaku yang diamati.

Posisi peneliti adalah sebagai orang luar sekolah yang berupaya menjadi orang dalam. Hal ini berupaya untuk menjaga keobjektifan dalam mendapatkan data. Objek observasi atau pengamatan peneliti adalah aktivitas belajar-mengajar, perilaku dan pergaulan murid, kegiatan peribadatan, dan budaya di sekolah.

b. Wawancarab. Wawancarab. Wawancarab. Wawancara

Wawancara adalah penyelidikan ilmiah yang menggunakan verbal dalam proses komunikasi sehubungan dengan tujuan. Wawancara tidak hanya diskusi sederhana oleh dua orang saja. Antonio menyebutnya wawancara sebagai teknik investigasi secara ilmiah untuk mendapatkan informasi yang diinginkan.47 Peneliti dalam hal ini melakukan wawancara terhadap subjek penelitian di

46Lihat Antonio Sandu, Simona Ponea, and Elena Unguru, “Qualitative Methodology

in Analyzing Educational Phenomena,” Romanian Journal for Multidimensional Education EBSCO, year 2, no. 5 (2010): 126-127.

47Lihat Antonio Sandu, Simona Ponea, and Elena Unguru, “Qualitative Methodology in Analyzing Educational Phenomena,” 126-127.

Page 34: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Homerepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38876/... · 2018. 3. 29. · Author: Ç Q åÿlh`¡ 7 $Ï2 ¿hÄY¢

18

sekolah. Sebelumnya peneliti dalam memberikan pertanyaan berdasarkan atas data pertanyaan yang sudah direncanakan.48

Subjek yang menjadi sumber informasi atau sumber wawancara adalah pimpinan sekolah, guru agama Islam, guru lain yang bersangkutan, dan siswa. Wawancara ini untuk memperdalam data hasil dokumentasi dan observasi atau memperkaya data yang sesuai dengan tema penelitian.

4444. Proses Analisis Data. Proses Analisis Data. Proses Analisis Data. Proses Analisis Data

Analisis data sebagai proses pemilahan dan pengelompokan data empiris yang selajutnya menjadi sebuah kumpulan informasi ilmiah yang tersusun dan terstruktur secara sistematis menjadi laporan hasil penelitian. Dalam proses analisis data teknik yang dilakukan adalah analisis data sebelum ke lapangan dan analisis di lapangan.

Sebelum datang ke lapangan penulis melakukan analisis data, yakni menganalisis data hasil studi pendahuluan ataupun data skunder seperti hasil data dari website atau dokumentasi yang ada. Dari analisis ini dapat menentukan fokus pencarian data selanjutnya. Kemudian analisis data dilakukan pada saat pengumpulan data berlangsung, dan setelah pengumpulan data pada waktu yang berbeda. Pada saat penulis melakukan wawancara, penulis sekaligus melakukan analisis, sehingga jika didapatkan pertanyaan yang kurang mendalam maka penulis akan melanjutkan pertanyaan lagi sampai didapatkan jawaban yang memuaskan.

Kemudian proses pemilahan atau pengategorian data menggunakan model seperti yang dijelaskan M. Atho Mudzhar yaitu analisis komparatif konstan. Analisis ini adalah analisis terhadap setiap kategori data yang muncul dengan cara membandingkannya satu sama lain. Memperbandingkan setiap datum untuk memunculkan berbagai kategori. Kemudian memperbandingkan, mengintegrasikan kategori-kategori untuk memunculkan hipotesis dan memberikan batasan teori. Tujuan membandingkannya adalah untuk memverifikasi.49 5. Pendekatan Teori5. Pendekatan Teori5. Pendekatan Teori5. Pendekatan Teori

Pendekatan teori yang dimaksud disini adalah teori yang digunakan sebagai pisau analisis terhadap data yang sudah dikategorikan. Pendekatan teori yang digunakan dalam penelitian ini ada dua. Pertama main theory yaitu sebagai teori pokok yang menjadi pendekatan untuk pisau analisis. Teori pokok yang menjadi

48Peneliti memperlakukan informan sebagai teman diskusi yang bebas dan terbuka

yang tidak terbatas pada pertanyaan yang sudah direncanakan saja. Dengan cara ini informan dapat bercerita secara panjang lebar. Peneliti dapat mendapatkan informasi yang mendalam. Dalam proses wawancara peneliti sekaligus melakukan transkripsi yaitu pencatatan terhadap informasi yang telah didapat dari informan, verbal maupun non verbal. Terkait dengan penjelasan ini selebihnya baca Elizabeth Charters, “The Use of Think-aloud Methods in Qualitative Research An Introduction to Think-aloud Methods,” Brock Education 12, 2 (2003): 78-79.

49M. Atho Mudzhar, Pendekatan Studi Islam dalam Teori dan Praktik (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011), 47-54.

Page 35: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Homerepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38876/... · 2018. 3. 29. · Author: Ç Q åÿlh`¡ 7 $Ï2 ¿hÄY¢

19

pendekatan adalah teori pendidikan multikultural James A. Banks.50 Banks telah menguraikan secara filosofis maupun secara praktis penerapan pendidikan multikultural. Kosep James A. Banks digunakan karena sebagai pakar yang otoritatif terkait dengan pendidikan multikultural. Banks menjelaskan bahwasanya ada lima dimensi dalam menyelenggarakan pendidikan multikultural. Dimensi yang pertama adalah integrasi konten. Integrasi ini dilakukan oleh seorang guru dalam memberikan pengajaran atas keragaman budaya dan kelompok untuk menggambarkan sebuah pengetahuan, konsep, dan teori-teori. Dimensi yang kedua yaitu adanya proses konstruksi ilmu pengetahuan. Dimensi ini menunjukkan proses menghubungkan atau mengaitkan sesuatu kajian yang dilakukan guru untuk membantu anak didik dalam memahami, menginvestigasi, menentukan asumsi atas budaya, kerangka acuan atau kerangka pikir, perspektif dan basis disiplin ilmu. Kemudian dimensi yang ketiga pengurangan prasangka buruk di lingkungan pendidikan. Keempat dimensi keadilan dalam proses pendidikan. Bahwasanya dimensi ini menunjukkan semua anak didik berkesempatan untuk mendapatkan pelayanan yang sama dan dapat mengembangkan bakat siswa tanpa terjadi diskriminasi. Terakhir yang kelima dimensi pemberdayaan budaya sekolah dan struktur sekolah. Dimensi ini menunjukkan bahwa sekolah terlibat aktif dalam kehidupan sosial.51

Kemudian teori pokok yang kedua adalah konsep integral Ken Wilber. Teori ini merupakan konsep psikologi integral yang mengkaji tentang perkembangan kesadaran manusia yang dijelaskan ke dalam konsep piramida spiral. Teori ini disebut juga dengan teori segala hal (a theory of everything). Teori integral dalam hal ini yang digunakan adalah konsep piramida sepiral yang menjelaskan kesadaran integral manusia berawal dari kesadaran peka diri. Kesadaran ini merupakan kesadaran multikultral manusia yang dapat meningkat kepada kesadaran integral manusia yang lebih tinggi. Teori ini akan digunakan dalam menganalisis pendidikan yang berwawasan multikultural di sekolah. Salah satu tujuannya adalah untuk mengetahui bahwasanya pendidikan yang berwawasan multikultural ikut mengembangkan visi integral.52

50Teori James A. Banks yang menjadi panduan utama adalah bukunya yang berjudul,

An Introduction To Multicultural Education (Boston: Pearson, 2008). 51Kerangka dasar ini akan menjadi alat untuk menganalisis data lapangan terkait

dengan implementasi pendidikan yang berwawasan multikultural. Secara lebih dalam pemahaman tentang pendidikan multikultural dijelaskan dalam bab II. Terkait dengan dimensi pendidikan multikultural ini lihat James A. Banks, An Introduction To Multicultural Education, 30-36.

52Teori integral Ken Wilber yang digunakan adalah di dalam bukunya yang berjudul, A Theory of Everything An Integral Vision for Business, Politics, Science, an Spirituality (Boston: Shambhala Publications, 2000). Buku ini menjelaskan konsep integral dalam melihat perkembangan kesadaran manusia. Kemudian juga dijelaskan penerapan konsep integral dalam pendidikan. Secara khusus konsep ini dibahas ke dalam bab dua sub D.

Page 36: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Homerepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38876/... · 2018. 3. 29. · Author: Ç Q åÿlh`¡ 7 $Ï2 ¿hÄY¢

20

Kemudian yang kedua adalah pendekatan pendukung/supporting theory. Teori pendukung ini yang diambil adalah teori-teori yang sesuai dengan teori pokok untuk memperkuat analisis. Teori-teori pendukung yang dapat digunakan adalah teori pendidikan Islam, filsafat, sosiologi dan yang terkait dengan pendidikan dan tema penelitian. F. Sistematika Penulisan F. Sistematika Penulisan F. Sistematika Penulisan F. Sistematika Penulisan

Dalam penulisan tesis ini, keseluruhan terdiri dari lima bab. Adapun sistematika penulisannya adalah sebagai berikut:

Bab pertama tesis ini adalah pendahuluan. Bab ini menguraikan latar belakang masalah yang menjelaskan kegelisahan masyarakat akademik berkenaan dengan permasalahan sosial yang mengemuka, termasuk karena adanya dekadensi nilai dalam kehidupan sosial dan keagamaan. Hal ini yang mendorong penulis harus mengadakan penelitian. Dari kegelisahan akademik tersebut, sehingga ditemukan beberapa permasalahan yang diuraikan pada sub identifikasi masalah, fokus penelitian, dan rumusan masalah. Rumusan masalah merupakan sebuah pertanyaan besar yang jawabannya ada pada hasil dari penelitian ini dan nantinya menjadi kesimpulan utama tesis ini. Selanjutnya menjelaskan pentingnya penelitian yang terdiri dari tujuan dan manfaat yang menjadikan alasan melakukan penelitian ini. Setelah itu menguraikan sumber-sumber penelitian terdahulu yang relevan. Sumber ini untuk mengetahui sejauhmana penelitian yang ada yang sesuai dengan tema penelitian ini. Tujuannya penelitian ini dapat menyempurnakan atau mengisi atas kekurangan penelitian terdahulu. Bab ini juga menguraikan metodologi penelitian. Metodologi ini menjadi pedoman melakukan kerja penelitian terkait dengan mencari data, memilah data, dan menganalisis data dengan pendekatan teori.

Selanjutnya adalah bab dua yang berjudul Agama, Multikulturalisme dan Pendidikan dalam Diskursus Ilmu Sosial. Bab ini menguraikan perdebatan akademik yang terkait tentang agama, multikulturalisme dan pendidikan dalam kajian ilmu sosial. Tujuan dari bab ini untuk mengungkapkan diskursus secara akademis dan menjadi kerangka teori. Ada empat sub yang dijelaskan dalam bab dua ini. Pertama sub dekadensi nilai di era globalisasi. Sub ini mengungkapkan fenomena permasalahan sosial yang terjadi dewasa ini. Kedua, sub tentang harmonisasi nilai. Sub ini menguraikan teori tentang, multikulturalisme dan pendidikan berwawasan multikultural dalam rangka menciptakan harmonisasi sosial. Ketiga, sub tentang agama dan pendidikan. Sub ini menguraikan peran penting agama dan pendidikan agama dalam rangka membangun kehidupan yang berwawasan multikultural. Pendidikan agama menjadi medium transformasi agama. Termasuk juga menguraikan pendidikan agama berwawasan multikultural sebagai pendekatan. Sub ini menguraikan teori pendidikan agama berwawasan multikultural yang perlu dikembangkan. Berikutnya yang keempat adalah keberagamaan integral. Sub ini menjelaskan konsep keberagamaan bervisi integral. Konsep ini akan menjadi alat analisis dalam menguraikan pendidikan berwawasan multikultural, termasuk pendidikan agama Islam di SMA Plus dalam mengembangkan keberagamaan bervisi integral di sekolah pada bab empat.

Page 37: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Homerepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38876/... · 2018. 3. 29. · Author: Ç Q åÿlh`¡ 7 $Ï2 ¿hÄY¢

21

Kemudian bab tiga yaitu berjudul, Sistem Pendidikan Berwawasan Multikultural di SMA Plus Pembangunan Jaya Bintaro. Bab ini menguraikan temuan lapangan tentang sistem penerapan pendidikan berwawasan multikultural di sebuah lembaga pendidikan yang menjadi objek penelitian. Bab tiga ini memuat tiga sub. Pertama sub latar belakang sekolah. Sub ini berupaya mendiskripsikan profil SMA Plus sebagai data utama dan data murni yang belum diuraikan menggunakan pendekatan teori. Sub yang kedua, implementasi pendidikan berwawasan multikultural di sekolah. Sub ini menguraikan upaya SMA Plus dalam menyelenggarakan pendidikan berwawasan multikultural mulai dari nilai-nilai utama sekolah, staf sekolah dan integrasi kurikulum. Terakhir sub yang ketiga tentang pendidikan agama Islam dan kurikulum. Sub ini menguraikan salah satu bidang studi/mata pelajaran di sekolah yaitu pendidikan agama Islam yang menjadi kasus dari bagian implementasi program pendidikan berwawasan multikultural di SMA Plus. Dalam menguraikan sub B dan C terkait dengan implementasi pendidikan berwawasan multikultural di SMA Plus sekaligus menggunakan pendekatan teori pendidikan multikultural James A. Banks dan para pakar lainnya yang sudah dijelaskan dalam bab dua.

Seterusnya yaitu bab yang keempat. Bab ini berjudul, Sistem Pendidikan Berwawasan Multikultural dan Pendidikan Agama Islam dalam Visi Integral. Bab ini berupaya menguraikan temuan-temuan yang sudah dibahas di dalam bab tiga dengan menggunakan pendekatan teori integral Ken Wilber sebagai alat analisis. Ada empat sub di dalamnya. Pertama sub tentang keberagamaan integral di sekolah. Sub ini menjelaskan sistem pendidikan berwawasan multikultural, termasuk pendidikan agama Islam menurut teori integral. Sub yang kedua yaitu, eksistensi keberagamaan. Sub ini berupaya menjelaskan wujud keberagamaan anak didik sebagai salah satu ukuran keberhasilan pendidikan berwawasan multikultural di sekolah. Sub yang ketiga yaitu, pendidikan agama penggerak moral sosial anak didik, sub ini berupaya menyatakan bahwa pendidikan agama sebagai faktor penting dalam mengembangkan wawasan multikultural. Pendidikan agama sebagai penggerak, pendorong atau motivasi dalam mengembangkan moral sosial anak didik. Sub yang keempat tentang desain sistem pendidikan bervisi integral. Bagian sub ini untuk menjelaskan pengembangan selanjutnya pendidikan integral sebagai visi baru pendidikan.

Terakhir adalah bab lima atau bab penutup. Bab ini berisikan kesimpulan utama dari tesis ini dan saran-saran kepada pihak-pihak yang berkepentingan dalam pengembangan khasanah keilmuan maupun secara praktis untuk pertimbangan mengeluarkan kebijakan-kebijakan pendidikan. Termasuk memberi masukan kepada peneliti berikutnya terkait dengan penelitian ini.

Page 38: Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Homerepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38876/... · 2018. 3. 29. · Author: Ç Q åÿlh`¡ 7 $Ï2 ¿hÄY¢

22