Inspiring - Sharing - Empowering - Changing Lives betterlife · PDF filePada bulan Juni lalu,...

16
betterlife Inspiring - Sharing - Empowering - Changing Lives magazine Edisi Agustus 2015 Kemerdekaan Yang Kian Tergerus oleh Kemiskinan 70 Tahun Indonesia Merdeka:

Transcript of Inspiring - Sharing - Empowering - Changing Lives betterlife · PDF filePada bulan Juni lalu,...

betterlifeInspiring - Sharing - Empowering - Changing Lives

magazineEdisi Agustus 2015

Kemerdekaan Yang Kian Tergerus oleh Kemiskinan70 Tahun Indonesia Merdeka:

Dear Beloved Partners,

Puji Tuhan! Pembangunan Children Rescue Home dan Sekolah PAUD di Merauke, Papua tahap 1, telah selesai, dan kami mengirim 3 guru S1 dari Jakarta yang telah dipersiapkan untuk mengajar anak-anak dari pedalaman Papua Selatan, yang akan tinggal dan mem-bina anak-anak di Children Rescue Home Tangan Pengharapan di Merauke.

Pada bulan Juni lalu, kami kembali melaku-kan Mobile Clinic dan Operasi Katarak gra-tis di RSUD Soe, NTT untuk menolong ma-syarakat pedalaman NTT yang mengalami buta katarak, dan di akhir bulan Agustus kami kembali melakukan pengobatan gratis di beberapa desa di pedalaman NTT, yang jauh dari akses kesehatan.

Pembangunan Sekolah Lapangan: “Life Skills Training” di Kupang, NTT sudah dimulai sejak bulan Juli 2015, untuk melatih masyarakat dari berbagai pe-losok desa-desa di NTT, yang kemudian diharapkan dapat menularkan ilmu mer-eka untuk melatih masyarakat di de-sanya masing-masing, untuk menjawab berbagai kebutuhan yang ada, seperti pembuatan ferrocement filtered water tank, solar food drier, arang batok kela-pa, pembuatan lock bricks untuk rumah sehat, pengembangbiakan ikan air tawar, penanaman sayur organik, dll.Akhirnya, atas segenap dukungan dan kepercayaan yang partners berikan ke-pada Yayasan Tangan Pengharapan, kami mengucapkan terima kasih. Bersama-sa-ma kita memajukan kesejahteraan rakya dan mencerdaskan kehidupan bangsa. Doa kami Tuhan mempermudah dan memberdaya saudara selalu!Merdeka Indonesiaku, Berprestasi Bang-saku.

Together we have accomplished a lot!

Yoanes Kristianus, M.Th & Henny Kristianus, MA.

WelcomeNote:)

Dukung kami melalui doa, menjadi volunteer atau berdonasi :A.n Yayasan Tangan Pengharapan BCA - 0653090096 Hubungi kami di : +62 813 1433 3341/ +6221 452 8511 atau kunjungi website kami di www.tanganpengharapan.org

How to Donate?

Peringatan Hari Kemerdekaan RI

Anak-anak Feeding & Learning Center Merauke, Papua mem-peringati hari Kemerdekaan dengan melakukan beberapa lomba, seperti Tarik Tambang, Kostum Daerah dan Vocal Group

Begitu juga dengan anak-anak dari Feeding and Learning Center Sumba, mereka melakukan lomba kelereng dan menari daerah.

D ari keluarga yang tidak mampu di pedalaman daerah Papua yang ber-nama Sugapa, lahir seorang anak ber-

nama Dewinus Tigau dari pasangan ayah yang bernama Ishak Tigau bekerja sebagai seorang petani, dan ibu bernama Joamina yang kesehariannya bekerja sebagai ibu rumah tangga selain mengurus keluarga dan membantu suami di kebun. Penghasi-lan ayah yang hanya bergantung dari hasil berkebun, membuat Dewinus yang berke-inginan untuk sekolah dari usia 5 Tahun sudah tinggal di Asrama Pesat yang ada di Sugapa.

Selesai pendidikan di TK Cendrawasih di Sugapa, Dewinus otomatis bergabung den-gan teman-temannya yang ada di Asrama Gilgal Nabire untuk melanjutkan studi ke jenjang sekolah dasar. Dari kecil terlihat bakat dan dari sang anak yang cerdas, keti-ka di TK Dewinus termasuk salah satu murid yang pintar, tapi belum terasah betul. Sejak ia duduk dikelas 1 SD sampai sekarang selalu masuk ranking 10 besar di antara sekian jumlah anak yang ada dikelasnya. Banyak guru yang terpukau kala itu, “Anak ini pintar dibanding beberapa anak yang datang dari pedalaman Papua lainnya,” demikian komentar salah satu guru SD Agape.

Better Life I 4 I Agustus l 2015

Sebuah Ketekunan Yang Membuahkan Prestasi

Di Asrama keseharian kehidupan dari Dewinus sangat baik, dari pendidikan rohani yang di tanamkan para pengasuh ke setiap anak yang tinggal di asrama, Dewinus juga salah satu anak yang dapat menyerap den-gan baik pendidikan yang diberikan, berbeda dengan beberapa anak yang selalu berma-salah dengan para pengasuh mengenai tang-gung jawab, disiplin dan hal-hal yang lain.

Interaksi Dewinus dengan teman, pengasuh maupun guru di sekolah sangat baik. “Anak ini sangat mudah bekerja sama dengan te-man yang lain sehingga dia mudah diterima oleh sesama teman yang lain,” demikian ko-mentar ibu Painina Panjaitan wali kelas IV.Memang ketika dari kecil Dewinus memang sudah terbiasa hidup mandiri, sehingga ke-tika tinggal di asrama ia tidak repot untuk mengatur segala keperluannya.

Better Life I 5 I Agustusl 2015

Dia sangat senang kebersamaan dalam kerja bakti yang setiap pagi hari dilakukan dilingkup asrama Gilgal sebelum semua anak mandi dan bersiap-siap ke sekolah. Ketika ditanya bagaimana tanggapannya selama berada di asrama, Dewinus men-jawab ia sangat bersyukur karena bisa ting-gal dan menjadi bagian dari Yayasan Tan-gan Pengharapan, sehingga ia bisa sekolah dan mendapat makanan yang bergizi, dan bisa mewujudkan mimpinya menjadi seorang polisi.Memang masih begitu banyak anak-anak yang belum merasakan pendidikan dan makanan yang semestinya. Saatnya untuk mencari mereka yang tersebar di antara hamparan hutan belantara Papua sehing-ga anak-anak Papua bisa menjadi generasi yang mampu bersaing di masa yang akan datang.

Sebuah Ketekunan Yang Membuahkan Prestasi

Better Life I 6 I Agustus l 2015

Tujuh belas Agustus tahun 45, itulah hari kemerdekaan kita. Hari merdeka

Nusa dan Bangsa, hari lahirnya Bangsa Indonesia – demikian bunyi penggalan syair lagu Hari Merdeka gubahan H. Mu-tahar.Kalau kita iseng-iseng saja menghitung waktu sejak proklamasi kemerdekaan di-bacakan oleh presiden Soekarno hingga tahun ini, rasanya Indonesia sudah lama juga merdeka. 70 tahun bukanlah waktu yang singkat. Sebagai negara yang sudah merdeka cukup lama, Indonesia idealnya sudah menjadi negara yang maju dan kaya.

Pernyataan ini tidaklah berlebihan, kare-na Indonesia memiliki berbagai kekayaan yang sangat melimpah. Namun ironisnya Indonesia yang sudah terlepas dari kerja rodi dan romusha sejak kemerdekaannya di tahun 1945 ternyata masih saja ‘tertin-das’ dan ‘terjajah’ oleh kemiskinan dan kebodohan. Masih banyak penduduknya di pedalaman yang terbata-bata dalam membaca huruf. Masih banyak rakyat di negeri ini demi mendapatkan uang yang jumlahnya berkisar Rp. 10.000,- sampai Rp. 20.000,- harus rela mengerjakan apa saja, termasuk mengais-ngais sampah di pinggir jalan atau di kolong-kolong

Momentum Untuk Membangun Masa Depan Yang Lebih Baik

Better Life I 7 I Agustus l 2015

jembatan yang sekaligus menjadi tempat tinggal mereka. Ini semua mereka lakukan karena mereka merasa tidak memiliki pen-didikan memadai. Dari realita inilah Yayasan Tangan Pengharapan hadir di tengah ma-syarakat. Khususnya di daerah pedalaman untuk berjuang dan memberantas kebodo-han serta kemiskinan di negeri tercinta ini sama seperti para pejuang kita dahulu yang terus berperang dan berjuang pantang meny-erah melawan penjajah hanya untuk sebuah tekad, yaitu menjadi negara yang merdeka.YTP selalu berusaha mengingatkan anak-anak bimbingannya untuk tidak pernah melupakan bahwa kemerdekaan yang mer-eka raih adalah sebuah hasil perjuangan dari para pahlawan bangsa yang dipertahankan dan terus diperjuangkan. Mereka harus me-miliki semangat para pejuang di hati mereka.Mereka tidak perlu mengangkat bambu runc-ing dan senjata, namun mereka bisa menjadi anak-anak yang cerdas yang siap melawan kebodohan dan kemiskinan di masa men-datang. Salah satu kegiatan yang kami laku-kan di cabang Halmahera, adalah membuat hiasan bendera kertas bersama anak-anak yang kami didik, baik di level PAUD-TK sam-pai pada tingkat SMP.

Hiasan bendera merah putih serta hiasan pita merah putih ini akan di jadikan dekora-si kelas dan “zabua” tempat mereka bela-jar.Melalui kegiatan ini diharapkan timbul rasa solidaritas antar anak-anak yang kami bimbing serta semangat cinta bangsa dan tanah air. Untuk itu ketika mengerjakan pembuatan hiasan bendera dan pita merah putih dari kertas tersebut, kami juga men-gajarkan mereka arti dari bendera kita ter-cinta yang bukan cuma selembar kain ber-warna merah dan putih belaka, namun ada nilai perjuangan yang amat berharga yang terkandung di dalamnya.Indonesia secara fisik memang sudah merdeka, namun secara mental kita harus akui bahwa Indonesia masih terjajah, seti-daknya terjajah oleh kemiskinan dan ke-bodohan. Satu-satunya cara adalah dengan mengembangkan diri, potensi dan kemam-puan untuk membuat Indonesia lebih baik di masa mendatang.

anggal 18 Juli yang lalu, TK Tangan Pengharapan Desa Soamaetek kembali melepaskan 8 wisudawan dan 1 wisudawati. Jadi ada 9 anak yang duduk di

kelas TK-B yang tamat belajar di TK Tangan Pengharapan dan merekapun sudah siap untuk duduk di bangku SD baik di desa Soamaetek maupu Desa Parseba.Bukan hanya anak-anak TK-B melainkan juga anak-anak yang masih duduk di PAUD dan TK-A juga menyambut acara wisuda dengan perasaaan senang. Mereka seakan-akan ingin ikut diwisuda.

Wisuda TK Tangan Pengharapan

PAUD HalmaheraT

Better Life I 10 I Agustus l 2015

K Bagi masyarakat miskin, merdeka adalah mereka bebas dari belenggu kemiskinan dan kemelaratan hidup serta menentukan pilihan hidup terutama dalam hal ekonomi dan kebutuhan hidup lainnya. Seharus-nya mereka mendapatkan fasilitas untuk melakukan usaha-usaha yang bisa mem-buat masyarakat keluar dari kemiskinan tersebut. Di usia kemerdekaan yang sudah mencapai 70 tahun, masyarakat belum sepenuhnya bebas dalam melaksanakan aktivitas-aktivitas untuk memenuhi kebu-tuhan hidupnya, mencapai kesejahteraan secara ekonomi dan terbebas dari beleng-gu kemiskinan. Pada tataran inilah relasi kemerdekaan dan kemiskinan menemukan titik temunya.

emerdekaan Republik Indonesia yang secara formal dikumandangkan 70 tahun lalu masih terus mendapatkan

rongrongan dari dalam bangsa sendiri. Proklamasi Kemerdekaan yang dibacakan Soekarno-Hatta memang telah mem-buahkan sejumlah perubahan di negara ini. Namun permasalahan mendasar berupa kemiskinan masih terus membe-lenggu bangsa ini. Pertanyaan yang selalu diajukan setiap kali memperingati hari kemerdekaan adalah ‘Apakah Anda sudah merdeka?’. Jawaban dari pertanyaan inipun beragam tergantung kondisi orang yang mem-berikan jawaban. Ada yang menyatakan sudah merdeka dan banyak yang me-nyatakan belum merdeka.

Kemerdekaan Yang Kian Tergerus oleh Kemiskinan

Better Life I 11 I Agustus I 2015

Tangan Pengharapan hadir untuk menge-luarkan masyarakat dari kemiskinan me-lalui program pemberdayaan masyarakat, pendidikan dan perbaikan gizi. Fokus kami adalah daerah-daerah terpencil di Indone-sia, khususnya di wilayah timur, yang belum tersentuh dengan pendidikan, infrastruktur yang memadai seperti listrik, air, fasilitas pendidikan dan yang masyarakatnya rata-rata hidup di bawah garis kemiskinan di mana indikator awalnya adalah banyaknya kasus gizi buruk dan kekerasan pada anak-anak.Tangan Pengharapan akan melakukan ob-servasi lalu mempelajari kebutuhan yang ada. Apabila di daerah tersebut belum ada sekolah PAUD, maka Tangan Pengharapan akan membangun Sekolah PAUD gratis dan menyediakan seragam, sepatu, tas serta semua kebutuhan sekolah sampai biaya operasional untuk belajar mengajar dan makanan bergizi untuk anak-anak serta membuat program ternak untuk pendidi-kan.Selain sekolah PAUD, Tangan Penghara-pan juga mengadakan Pusat Bimbingan Belajar, pemberian makanan bergizi gratis, membuat program ternak untuk pendidikan, memberikan bantuan mod-al usaha tanpa bunga.

Tangan Pengharapan juga mengada-kan program Life Skills Training seperti komputer, bahasa Inggris, keterampilan membuat batako, kue, beternak, mem-batik, menenun dan lain-lain berdasar-kan kebutuhan dan adat budaya setem-pat. Life Skills Training yang diberikan diharapkan dapat membantu anak-anak untuk menggapai masa depan yang leb-ih baik.

Better Life I 12 I Juli l 2015

ada 15 Maret 2015. Ketika itu waktu menunjukan pukul 17.15 WITA. Jeni saat itu hanya tergelak melihat sebuah

kejadian yang tidak di sangka-sangka akan datang menimpa hidupnya, sebuah kejadi-an yang sangat ironis terjadi pada keluarga Jeni. Angin topan keras melanda dusun Nasi disertai hujan yang dahsyat.

Angin topan yang disertai dengan hujan yang dahsyat ini terjadi selama hampir satu hari sehingga memporak-porandakan isi desa Nasi. Banyak pohon dan bangunan yang roboh tertiup angin keras, tidak ter-kecuali rumah Jeni. Banyak keluarga yang terpaksa harus merelakan harta bendan-ya tertimbun reruntuhan bangunan dan pepohonan yang tumbang di hajar ben-cana ini.

P

Ratanya RumahTak Mematahkan Semangat Jeni

Better Life I 13 I Juli l 2015

Jeni dilahirkan oleh sepasang suami isteri Bpk. Thomas Banmeta dan Mama Margarita Tafuli. Kini Jeni tinggal bersama mamanya dan kedua adiknya yang masih kecil. Mama Jeni harus bekerja sebagai seorang petani untuk menghidupi keluarganya. Sebagai orang tua tunggal, ia harus berjuang send-irian. Sejak usia Jeni 8 tahun, bapak Thomas sudah pergi meninggalkan mereka dan sampai saat ini tidak diketahui di mana rimbanya. Inilah yang membuat Margarita Tafuli, mama dari Jeni harus memeras otak dan tenaga untuk menghidupi anak-anaknya. Dengan tenaga yang terbatas dia harus bekerja tanpa kenal lelah. Sehari-harinya Jeni menjaga adiknya sepulang dari sekolah karena mamanya per-gi ke kebun untuk menggarap tanah, mena-nam segala jenis tanaman, dan merawatnya. Inilah cara kerja mereka untuk memenuhi kebutuhan mereka sehari-hari. Apabila ada hasil lebih, baru mereka membawa ke pasar untuk dijual. Hal yang menyedihkan dari ke-luarga ini adalah ketika terjadi gagal panen di kebun mereka.

Ketika itu terjadi berarti mereka bisa di-pastikan tidak akan makan beberapa saat lamanya.Sekarang Jeni telah bergabung dengan te-man-tamannya untuk belajar di Feeding & Learning Center di dusun Nasi. Di FLC Nasi anak-anak diajarkan untuk belajar pelaja-ran sekolah serta pembinaan kerohanian dan karakter. Ratanya rumah tidak dengan serta merta mematahkan semangat Juni untuk membangun masa depan yang lebih baik. Kami berharap dengan pembinaan-pembinaan tersebut maka mereka dibekali menjadi manusia yang berkualitas di masa mendatang.Kami berharap bahwa dari desa-desa di pedalaman juga boleh melahirkan manu-sia-manusia unggul di mana mereka bisa mengharumkan nama bangsa Indonesia.“Saya berterima Kasih kepada Yayasan tan-gan pengharapan yang telah membuka FLC di Nasi sehingga saya bersama teman – te-man bisa mendapat pelajaran tambahan dari guru-guru yang ada di FLC Nasi dan mendapat makanan bergizi,” kata Jeni gadis berumur 12 tahun yang sekarang duduk di bangku kelas 6 SD.

Better Life I 14 I Agustus l 2015

Nilai Kedalaman Dilema Soekarno

Better Life I 15 I Agustus l 2015

pihak-pihak musuhnya akan berhasil. Pertumpahan darah antar anak bangsa sendiri pasti terjadi dan itu akan menim-bulkan disintegrasi bangsa. Ketegangan akan merebak di mana-mana. Saat itu, musuh pasti akan dengan mudah mem-ecah belah persatuan yang sudah susah payah dibangun oleh para pejuang neg-ara ini dengan darah dan airmata. Kare-na alasan ini, Soekarno berpikir sangat dalam tentang memutuskan yang terbaik bagi bangsa Indonesia.

Alasan di atas tentu membuat banyak orang terhentak. Alasan itu mengajak kita memasuki dunia di mana kita ha-rus meninggalkan identitas diri kita se-bagai pribadi yang hanya berpikir ten-tang kepentingan diri sendiri dan hidup kita sendiri. Alasan itu telah membawa kita untuk melihat diri kita sebagai so-sok warga negara Indonesia, sosok yang hanya bisa dimiliki oleh jiwa-jiwa yang sudah tidak mementingkan kepentingan dirinya sendiri. Kita sebagai warga negara Indonesia bukanlah individu, melainkan sebagai suatu kesadaran yang melam-paui suku, agama, ras dan golongan. Kita sebagai warga negara Indonesia adalah orang-orang yang harus bertanggung jawab atas situasi dan kondisi yang ter-jadi dalam negara Indonesia ini. Wiyamara/Kompas

Cerita perjuangan memang tidak ada habisnya bila dikupas, selalu saja ada hal baru yang muncul yang seakan baru diketahui. Padahal cerita aslinya sengaja ditutupi atau memang tak pernah ter-dengar oleh sejarah untuk dibagikan se-bagai suatu pencerahan. Satu cerita yang paling diingat kebanyakan orang adalah cerita tentang pendiri bangsa Indonesia, Ir. Soekarno, yang pernah mengalami dilemma karena gerakan kudeta yang dilakukan Soeharto untuk menjatuh-kan kekuasaannya sebagai pemimpin berpengaruh di negeri yang baru saja merdeka pada waktu itu.

Pertanyaan yang mungkin timbul adalah ‘Mengapa Soekarno tidak menghabisi Soeharto saja?’ Jelas-jelas Soeharto telah melakukan tindakan kudeta yang membahayakan bangsa. Di samping itu, Soekarno juga mengetahui siapa dalang di belakang Soeharto yang berani meng-gerakkannya untuk melawan dirinya. Bila semua itu sudah jelas akan menghancur-kan sebuah tatanan bangsa yang sudah diupayakan agar bisa mandiri dan tidak bergantung pada negara-negara adikua-sa jaman itu, mengapa Soekarno tidak melakukan perlawanan terhadap Soe-harto? Ternyata dilema yang Soekarno alami sesungguhnya beralasan, sebab bila hal itu dilakukannya terhadap Soe-harto maka politik adu domba, devide et impera yang direncanakan -

For Order:

021 452 8511/ +62 0813 143 33341 Pin BB 7CC9F2BB

www.tanganpengharapan.org