Informed Consent Dalam Kondisi Kegawatdaruratan

22
INFORMED CONSENT DALAM KONDISI KEGAWATDARURATAN Persetujuan tindakan medik adalah terjemahan yang sering dipakai untuk istilah informed consent. Informed consent dirumuskan sebagai suatu kesepakatan atau persetujuan pasien atas upaya medis yang akan dilakukan dokter terhadap dirinya setelah memperoleh informasi dari dokter mengenai upaya medis yang dapat dilakukan untuk menolong dirinya disertai informasi mengenai segala resiko yang mungkin terjadi. Informed consent mempunyai fungsi ganda. Bagi dokter, informed consent dapat membuat rasa aman dalam menjalankan tindakan medis pada pasien, sekaligus dapat digunakan sebagai pembelaan diri terhadap kemungkinan adanya tuntutan atau gugatan dari pasien atau keluarganya apabila timbul akibat yang tidak dikehendaki. Bagi pasien, informed consent merupakan penghargaan terhadap hak-haknya oleh dokter dan dapat digunakan sebagai alasan gugatan terhadap dokter apabila terjadi penyimpangan praktik dokter dari maksud diberikannya persetujuan pelayanan kesehatan (informed consent). Pasien sebagai individu mempunyai otonomi harus memberikan persetujuan terlebih dahulu terhadap pemeriksaaan medis, pengobatan, atau tindakan medis yang akan dilakukan terhadap tubuhnya setelah mendapat penjelasan dari dokter. Persetujuan yang diberikan oleh pasien memerlukan beberapa masukan sebagai berikut : 1. Penjelasan lengkap mengenai prosedur yang akan digunakan dalam tindakan medis tertentu (yang masih berupa upaya, percobaan), yang diusulkan oleh dokter serta tujuan yang ingin dicapai (hasil dari upaya, percobaan). 2. Deskripsi mengenai efek-efek sampingan serta akibat-akibat yang tak diinginkan yang mungkin timbul. 3. Deskripsi mengenai keuntungan-keuntungan yang dapat diantisipasi bagi atau untuk pasien. 4. Penjelasan mengenai perkiraan lamanya prosedur berlangsung. 5. Penjelasan mengenai hak pasien untuk menarik kembali persetujuan tanpa adanya prasangka (jelek) mengenai hubungannya dengan dokter dan lembaga. 6. Prognosis mengenai kondisi medis pasien jika ia menolak tindakan medis tertentu tersebut. Persetujuan tindakan medik diatur dalam UU No. 29 Tahun 2004 Tentang

description

-

Transcript of Informed Consent Dalam Kondisi Kegawatdaruratan

Page 1: Informed Consent Dalam Kondisi Kegawatdaruratan

INFORMED CONSENT DALAM KONDISI KEGAWATDARURATAN

Persetujuan tindakan medik adalah terjemahan yang sering dipakai untuk istilah informed consent. Informed consent dirumuskan sebagai suatu kesepakatan atau persetujuan pasien atas upaya medis yang akan dilakukan dokter terhadap dirinya setelah memperoleh informasi dari dokter mengenai upaya medis yang dapat dilakukan untuk menolong dirinya disertai informasi mengenai segala resiko yang mungkin terjadi.

Informed consent mempunyai fungsi ganda. Bagi dokter, informed consent dapat membuat rasa aman dalam menjalankan tindakan medis pada pasien, sekaligus dapat digunakan sebagai pembelaan diri terhadap kemungkinan adanya tuntutan atau gugatan dari pasien atau keluarganya apabila timbul akibat yang tidak dikehendaki. Bagi pasien, informed consent merupakan penghargaan terhadap hak-haknya oleh dokter dan dapat digunakan sebagai alasan gugatan terhadap dokter apabila terjadi penyimpangan praktik dokter dari maksud diberikannya persetujuan pelayanan kesehatan (informed consent).

Pasien sebagai individu mempunyai otonomi harus memberikan persetujuan terlebih dahulu terhadap pemeriksaaan medis, pengobatan, atau tindakan medis yang akan dilakukan terhadap tubuhnya setelah mendapat penjelasan dari dokter. Persetujuan yang diberikan oleh pasien memerlukan beberapa masukan sebagai berikut :1. Penjelasan lengkap mengenai prosedur yang akan digunakan dalam tindakan medis tertentu (yang masih berupa upaya, percobaan), yang diusulkan oleh dokter serta tujuan yang ingin dicapai (hasil dari upaya, percobaan).2. Deskripsi mengenai efek-efek sampingan serta akibat-akibat yang tak diinginkan yang mungkin timbul.3. Deskripsi mengenai keuntungan-keuntungan yang dapat diantisipasi bagi atau untuk pasien.4. Penjelasan mengenai perkiraan lamanya prosedur berlangsung.5. Penjelasan mengenai hak pasien untuk menarik kembali persetujuan tanpa adanya prasangka (jelek) mengenai hubungannya dengan dokter dan lembaga.6. Prognosis mengenai kondisi medis pasien jika ia menolak tindakan medis tertentu tersebut.

Persetujuan tindakan medik diatur dalam UU No. 29 Tahun 2004 Tentang Praktik Kedokteran. Menurut pasal 45 (1) dinyatakan bahwa “Setiap tindakan kedokteran atau kedokteran gigi terhadap pasien harus mendapat persetujuan”. Pada ayat (2) dijelaskan “Persetujuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan setelah pasien mendapat penjelasan secara lengkap”. Lebih lanjut pada ayat (4) dijelaskan “Persetujuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat diberikan secara tertulis maupun lisan” dan pada ayat (5) di jelaskan “Setiap tindakan kedokteran atau kedokteran gigi yang mengandung resiko tinggi harus diberikan dengan persetujuan tertulis yang ditandatangani oleh yang berhak memberikan persetujuan”. Ketentuan lebih mendalam tentang persetujuan tidakan medik akan diatur dengan peraturan menteri sebagaimana yang dijelaskan pada ayat (6).

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 290/MENKES/PER/III/2008 tentang Persetujuan Tindakan Medik Pasal 1 ayat (1) dijelaskan bahwa “Persetujuan tindakan medik kedokteran adalah persetujuan yang diberikan oleh pasien atau keluarganya setelah mendapatkan penjelasan secara lengkap mengenai tindakan kedokteran atau kedokteran gigi yang akan dilakukan

Page 2: Informed Consent Dalam Kondisi Kegawatdaruratan

terhadap pasien.

Pada Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 290/MENKES/PER/III/2008 tentang Persetujuan Tindakan Medik, pengaturan mengenai informed consent pada kegawatdaruratan lebih tegas dan lugas. Permenkes No. 290/Menkes/Per/III/2008 pasal 4 ayat (1) dijelaskan bahwa “Dalam keadaan darurat, untuk menyelamatkan jiwa pasien dan/atau mencegah kecacatan tidak diperlukan persetujuan tindakan kedokteran”.

Disahkannya Permenkes No. 290/MENKES/PER/III/2008 sekaligus mengggugurkan Permenkes sebelumnya yaitu pada Permenkes No 585/Men.Kes/Per/IX/1989 masih terdapat beberapa kelemahan. Pada pasal 11 hanya disebutkan bahwa yang mendapat pengecualian hanya pada pasien pingsan atau tidak sadar. Beberapa pakar mengkritisi bagaimana jika pasien tersebut sadar namun dalam keadaan darurat. Guwandi (2008) mencontoh pada kasus pasien yang mengalami kecelakaan lalu-lintas dan terdapat perdarahan serta membahayakan jiwa di tubuhnya tetapi masih dalam keadaan sadar. Contoh lain apabila seseorang digigit ular berbisa dan racun yang sudah masuk harus segera dikeluarkan atau segera dinetralisir dengan anti-venom ular.

Jika ditinjau dari hukum kedokteran yang dikaitkan dengan doktrin informed consent, maka yang dimaksudkan dengan kegawatdaruratan adalah suatu keadaan dimana :a. Tidak ada kesempatan lagi untuk memintakan informed consent, baik dari pasien atau anggota keluarga terdekat (next of kin)b. Tidak ada waktu lagi untuk menunda-nundac. Suatu tindakan harus segera diambild. Untuk menyelamatkan jiwa pasien atau anggota tubuh.

Seperti yang telah dijelaskan pada Permenkes No 209/Menkes/Per/III/2008 pada pasal 4 ayat (1) bahwa tidak diperlukan informed consent pada keadaan gawat darurat. Namun pada ayat (3) lebih di tekankan bahwa dokter wajib memberikan penjelasan setelah pasien sadar atau pada keluarga terdekat. Berikut pasal 4 ayat (3) “ Dalam hal dilakukannya tindakan kedokteran sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dokter atau dokter gigi wajib memberikan penjelasan sesegera mungkin kepada pasien setelah pasien sadar atau kepada keluarga terdekat”. Hal ini berarti, apabila sudah dilakukan tindakan untuk penyelamatan pada keadaan gawat darurat, maka dokter berkewajiban sesudahnya untuk memberikan penjelasan kepada pasien atau kelurga terdekat.

Selain ketentuan yang telah diatur pada UU No. 29 Tahun 2004 Tentang Praktik Kedokteran dan Peraturan Menteri Kesehatan No. 209/Menkes/Per/III/2008, apabila pasien dalam keadaan gawat darurat sehingga dokter tidak mungkin mengajukan informed consent, maka KUH Perdata Pasal 1354 juga mengatur tentang pengurusan kepentingan orang lain. Tindakan ini dinamakan zaakwaarneming atau perwalian sukarela yaitu “Apabila seseorang secara sukarela tanpa disuruh setelah mengurusi urusan orang lain, baik dengan atau tanpa sepengetahuan orang itu, maka secara diam-diam telah mengikatkan dirinya untuk meneruskan mengurusi urusan itu sehingga orang tersebut sudah mampu mengurusinya sendiri”. Dalam keadaan yang demikian perikatan yang timbul tidak berdasarkan suatu persetujuan pasien, tetapi berdasarkan suatu perbuatan menurut hukum yaitu dokter berkewajiban untuk mengurus kepentingan pasien dengan sebaik-baiknya. Maka dokter berkewajiban memberikan informasi mengenai tindakan medis yang telah dilakukannya dan

Page 3: Informed Consent Dalam Kondisi Kegawatdaruratan

mengenai segala kemungkinan yang timbul dari tindakan itu.

Dalam istilah ilmu hukum perdata yang melakukan pengurusan kepentingan orang lain dinamakan zaakwaarnemer atau gestor (dokter) sedangkan yang mempunyai kepentingan dinamakan dominus (pasien). Untuk menentukan apakah suatu perbuatan seseorang merupakan zaakwaarneming atau tidak, perlu dilihat apa yang terdapat di dalam perbuatan itu. Syarat-syarat adanya zaakwaarneming adalah sebagai berikut:a. Yang diurus (diwakili) oleh zaakwaarnemer adalah kepen¬tingan orang lain, bukan kepentingan dirinya sendiri.b. Perbuatan pengurusan kepentingan orang lain itu harus dilakukan zaakwaarnemer dengan sukarela, artinya karena kesadaran sendiri tanpa mengharapkan imbalan/upah apapun, dan bukan karena kewajiban yang timbul dari undang-undang maupun perjanjian.c. Perbuatan pengurusan kepentingan orang lain itu harus dilakukan oleh zaakwaarnemer tanpa adanya perintah (kuasa) melainkan atas inisiatif sendiri.d. Harus terdapat suatu keadaan yang membenarkan inisiatif seseorang untuk bertindak sebagai zaakwaarnemer misalnya, keadaan yang mendesak untuk berbuat.

Dalam konteks kesehatan, dalam keadaan yang mendesak seperti dalam keadaan kegawatdaruratan maka dokter dapat melakukan tindakan medik untuk menyelamatkan jiwa atau penyelamatan anggota tubuh pasien tanpa persetujuan.

KESIMPULANTindakan dalam kegawatdaruratan medik di perbolehkan tanpa melakukan persetujuan atau informed consent terlebih dahulu. Hal ini sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 290/MENKES/PER/III/2008 tentang Persetujuan Tindakan Kedokteran dan diperjelas oleh KUH Perdata pasal 1354.

DAFTAR PUSTAKAAstuti, E.K. 2009. Transaksi Terapeutik Dalam Upaya Pelayanan Medis Di Rumah Sakit. Bandung: PT Citra Aditya Bakti.Chazawi, A. 2007. Malpraktik Kedokteran. Malang: Bayumedia.Guwandi, J. 2008. Informed consent. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.Komalawati, V. 1989. Hukum dan Etika Dalam Praktek Dokter. Jakarta : Pustaka Sinar Harapan.Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia. Nomor 290/MENKES/PER/III/2008 tentang Persetujuan Tindakan Kedokteran.Pramana, B.T. 2007. Tinjauan Yuridis Terhadap Informed consent Sebagai Dasar Dokter Dalam Melakukan Penanganan Medis Yang Berakibat Malpraktek. Skripsi : Universitas Islam Indonesia.Subekti dan Tjitrosudibio. 2008. KUH Perdata. Jakarta: PT. Pradya Paramita.Supriadi, W. C. 2001. Hukum Kedokteran. Bandung : Mandar Maju.Syahrani, R. 2006. Seluk-Beluk dan Asas-Asas Hukum Perdata. Bandung: PT. Alumni.Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2004 Tentang Praktik Kedokteran.

I.1 LATAR BELAKANG

Clavikula (tulang selangka) adalah tulang menonjol di kedua sisi di bagian depan bahu dan atas dada. Dalam anatomi manusia, tulang selangka atau clavicula adalah tulang yang membentuk bahu dan

Page 4: Informed Consent Dalam Kondisi Kegawatdaruratan

menghubungkan lengan atas pada batang tubuh. serta memberikan perlindungan kepada penting yang mendasari pembuluh darah dan saraf.

Fraktur clavicula merupakan 5% dari semua fraktur sehingga tidak jarang terjadi. Fraktur clavicula juga merupakan cedera umum di bidang olahraga seperti seni bela diri, menunggang kuda dan balap motor melalui mekanisme langsung maupun tidak langsung.

I.2 RUMUSAN MASALAH

I.2.1 Bagaimana etiologi, patogenesis, pemeriksaan fisik, diagnosis dan penatalaksanaan fraktur clavicula?

I.3 TUJUAN

I.3.1 Mengetahui etiologi, patogenesis, pemeriksaan fisik, diagnosis dan penatalaksanaan fraktur clavicula.

I.4 MANFAAT

I.4.1 Menambah wawasan mengenai penyakit bedah khususnya fraktur clavicula.

I.4.2 Sebagai proses pembelajaran bagi dokter muda yang sedang mengikuti kepaniteraan klinik bagian ilmu penyakit bedah orthopedi.

BAB I

STATUS PENDERITA

A. IDENTITAS PENDERITA

Nama : Sdr. A

Umur : 21 tahun

Jenis kelamin : Laki-laki

Pekerjaan : swasta

Agama : Islam

Alamat : panggung rejo kepanjen

Status perkawinan : Belum Menikah

Suku : Jawa

Tanggal MRS : jumat, 8 april 2011

Tanggal periksa : jumat, 15 april 2011

No. Reg : 151573

B. ANAMNESA

Page 5: Informed Consent Dalam Kondisi Kegawatdaruratan

Keluhan utama : bahu sebelah kiri terasa nyeri

Riwayat penyakit sekarang

Pasien datang ke UDG RSUD kanjuruhan kepanjen diantar polisi dalam keadaan pingsan setelah jatuh dari sepeda ontel ±1 jam sebelum MRS. Setelah sadar pasien bercerita bahwa bahu kirinya terasa nyeri sesaat setelah kejadian.

Pasien mampu menceritakan kronologis kejadian yaitu saat kejadian pasien sedang dalam perjalanan kerumah temannya. Pasien jatuh dari sepeda ontel yang ditarik menggunakan tali oleh temannya yang mengendarai sepeda motor. Awalnya pasien masih bisa mengimbangi, namun saat kecepatan sepeda motor yang mengikatnya mulai bertambah kira-kira 60 km/jam, maka pasien oleng dan terjatuh ke tanah dengan posisi kepala terlebih dahulu disusul oleh bahu kiri.

Saat kejadian pasien tidak mengalami mual ataupun muntah, tapi pasien mengaku kepalanya pusing. Pasien tidak mengalami gangguan BAK ataupun gangguan BAB.

Riwayat penyakit dahulu

Riwayat trauma sebelumnya tidak ditemukan

Pasien tidak pernah mengalami sakit yang sama sebelumnya

riwayat pengobatan

– mengkonsumsi obat-obatan untuk DM tidak ditemukan

– mengkonsumsi obat-obatan untuk hipertensi tidak ditemukan

– penggunaan kortikosteroid dalam jangka waktu yang lama tidak ditemukan

PRIMARY SURVEY

Airway : tidak ada gangguan jalan nafas

Breathing : Pernafasan 24x/mnt

Circulation : tekanan darah 110/70 mmHg, Nadi; 87x/mnt

Disability : GCS E4 V5 M6

Exposure : Suhu 36,8 oC

D. SECONDARY SURVEY

Status Lokalis : Regio clavicula sinistra

Look : Tak tampak luka, tidak terdapat penonjolan abnormal, oedem (+), deformitas (+) , tampak pemendekan dibandingkan dengan clavicula dekstra, angulasi (+), tak tampak sianosis pada bagian distal lesi

Page 6: Informed Consent Dalam Kondisi Kegawatdaruratan

Feel : Nyeri tekan setempat (+), krepitasi (+), cekungan pada 1/3 mid clavicula (+), sensibilitas (+), suhu rabaan hangat, NVD (neurovaskuler disturbance) (-): kapiler refil (+), arteri brachialis teraba (+)

Move : Gerakan aktif dan pasif terhambat, Gerakan abduksi lengan kiri terhambat, gerakan adduksi lengan kiri tidak terhambat, gerakan rotasi sendi bahu terhambat, sakit bila digerakkan, gangguan persarafan tidak ada, tampak gerakan terbatas (+), sendi-sendi pada pada bagian distal dapat digerakkan

RESUME

laki-laki umur 21 tahun datang dengan keluhan nyeri pada bahu kiri setelah jatuh dari sepeda ontel sejak ±1jam sebelum MRS, pingsan (+), muntah(-), kepala pusing (+).

Primary survey tidak didapatkan kelainan. Secondary survey region clavicula sinistra didapatkan oedem (+), deformitas (+) , tampak pemendekan dibandingkan dengan clavicula dekstra, angulasi (+), nyeri tekan setempat (+), krepitasi (+),gerakan aktif dan pasif terhambat, Gerakan abduksi lengan kiri terhambat, gerakan rotasi sendi bahu terhambat, sakit bila digerakkan tampak gerakan terbatas (+).

F. DIAGNOSA KERJA

close fracture clavicula sinistra

G. PLANNING DIAGNOSA

Planning pemeriksaan

– Foto rontgen regio clavicula sinistra AP, rontgen Thorax + Rontgen cervical AP – Lateral

– Lab : DL, CT, BT, HbSAg

Planning Terapi

Non operatif

Medikamentosa

Analgetik

Non medikamentosa

Pemasangan mitela atau ransel verband

Operatif

Reposisi terbuka dan fiksasi interna : ORIF

BAB III

PEMBAHASAN PENYAKIT

Page 7: Informed Consent Dalam Kondisi Kegawatdaruratan

DEFINISI FRAKTUR

Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang, tulang rawan sendi, tulang rawan epifisis baik bersifat total ataupun parsial yang umumnya disebabkan oleh tekanan yang berlebihan. Trauma yang menyebabkan tulang patah dapat berupa trauma langsung dan trauma tidak langsung. Trauma langsung menyebabkan tekanan langsung pada tulang dan terjadi fraktur pada daerah tekanan. Trauma tidak langsung, apabila trauma dihantarkan ke daerah yang lebih jauh dari daerah fraktur, misalnya jatuh dengan tangan ekstensi dapat menyebabkan fraktur pada klavikula, pada keadaan ini biasanya jaringan lunak tetap utuh.

B. MEKANISME PENYEBAB FRAKTUR

Trauma penyebab fraktur dapat bersifat:

Trauma langsung

Frakur terjadi di daerah yang mengalami tekanan langsung

Biasanya kopmunitif

Jaringan lunak mengalami kerusakan

Trauma dihantarkan dari daerah yang lebih jauh dari fraktur

Jaringan lunak utuh

Trauma tidak langsung

C. ANATOMI CLAVICULA

Dalam anatomi manusia, tulang selangka atau clavicula adalah tulang yang membentuk bahu dan menghubungkan lengan atas pada batang tubuh.

Clavicula berbentuk kurva-ganda dan memanjang. Ini adalah satu-satunya tulang yang memanjang horizontal dalam tubuh. Terletak di atas tulang rusuk pertama. Pada ujung medial, clavicula bersendi pada manubrium dari sternum (tulang dada) pada sendi sternoclavicularis. Pada bagian ujung lateral bersendi dengan acromion dari scapula (tulang belikat) dengan sendi acromioclavicularis.

Pada wanita, clavicula lebih pendek, tipis, kurang melengkung, dan permukaannya lebih halus.

Fungsi clavicula berguna untuk:

Sebagai pengganjal untuk menjauhkan anggota gerak atas dari bagian dada supaya lengan dapat bergerak leluasa.

Meneruskan goncangan dari anggota gerak atas ke kerangka tubuh (aksial).

Walaupun dikelompokkan dalam tulang panjang, clavicula adalah tulang satu-satunya yang tidak memiliki rongga sumsum tulang seperti pada tulang panjang lainnya. Clavicula tersusun dari tulang spons.

Perlekatan

Page 8: Informed Consent Dalam Kondisi Kegawatdaruratan

Otot-otot dan ligamentum yang berlekatan pada clavicula:

Permukaan superior:

Otot deltoideus pada bagian tuberculum deltoideus

Otot trapezius

Permukaan inferior

Otot subclavius pada sulcus musculi subclavii

Ligamentum conoideum (bagian medial dari ligamentum coracoclaviculare) pada tuberculum conoideum

Ligamentum trapzoideum (bagian lateral dari ligamentum coracoclaviculare pada linea trapezoidea

Batas anterior:

Otot pectoralis mayor

Otot deltoideus

Otot sternocleidomastoid

Otot sternohyoideus

Otot trapezius

Perkembangan

Clavicula adalah tulang pertama yang mengalami proses pengerasan osifikasi selama perkembangan embrio minggu ke-5 dan 6. Clavicula juga yang merupakan tulang terakhir yang menyelesaikan proses pengerasan yakni pada usia 21 tahun.

D. FRAKTUR CLAVICULA

Cukup sering sering ditemukan (isolated, atau disertai trauma toraks, atau disertai trauma pada sendi bahu ).

Lokasi fraktur klavikula umumnya pada bagian tengah (1/3 tengah)

Deformitas, nyeri pada lokasi taruma.

Foto Rontgen tampak fraktur klavikula

E. KLASIFIKASI FRAKTUR KLAVIKULA

Fraktur mid klavikula ( Fraktur 1/3 tengah klavikula)

paling banyak ditemui

terjadi medial ligament korako-klavikula ( antara medial dan 1/3 lateral)

Page 9: Informed Consent Dalam Kondisi Kegawatdaruratan

mekanisme trauma berupa trauma langsung atau tak langsung ( dari lateral bahu)

Fraktur 1/3 lateral klavikula

fraktur klavikula lateral dan ligament korako-kiavikula, yang dapat dibagi:

type 1: undisplaced jika ligament intak

type 2 displaced jika ligamen korako-kiavikula rupture.

type 3 : fraktur yang mengenai sendi akromioklavikularis.

Mekanisme trauma pada type 3 biasanya karena kompresi dari bahu.

Fraktur 1/3 medial klavikula

Insiden jarang, hanya 5% dan seluruh fraktur klavikula. Mekanisme trauma dapat berupa trauma langsung dan trauma tak langsung pada bagian lateral bahu yang dapat menekan klavikula ke sternum . Jatuh dengan tangan terkadang dalam posisi abduksi.

F. PATOFISIOLOGI

Pada fraktur sepertiga tengah klavikula otot stemokleidomastoideus akan menarik fragmen medial keatas sedangkan beban lengannya akan menarik fragmen lateral ke bawah. Jika fraktur terdapat pada ligament korako-klavikula maka ujung medial klavikula sedikit bergeser karena ditahan ligament ini.

Fraktur yang terjadi kearah medial terhadap fragment maka ujung luar mungkin tampak bergeser kearah belakang dan atas, sehingga membentuk benjolan dibawah kulit.

G. PEMERIKSAAN KLINIS

Fraktur klavikula sering terjadi pada anak-anak. Biasanya penderita datang dengan keluhan jatuh dan tempat tidur atau trauma lain dan menangis saat menggerakkan lengan. Kadangkala penderita datang dengan pembengkakan pada daerah klavikula yang terjadi beberapa hari setelah trauma dan kadang-kadang fragmen yang tajam mengancam kulit. Ditemukan adanya nyeri tekan pada daerah klavikula.

H. PEMERIKSAAN RADIOLOGIS

Pemeriksaan rontgen anteroposterior dan klavikula biasanya dapat membantu menegakkan diagnosis dan fraktur. Fraktur biasanya terjadi pada 1/3 tengah dan fragmen luar terletak dibawah fragmen dalam. Fraktur pada 1/3 lateral klavikula dapat terlewat atau tingkat pergeseran salah dikira kecil, kecuali kalau diperoleh foto tambahan pada bahu.

I. INDIKASI OPERASI

Fraktur terbuka.

Fraktur dengan gangguan vaskularisasi

Fraktur dengan “scapulothorcic dissociation” (floating shoulder)

Page 10: Informed Consent Dalam Kondisi Kegawatdaruratan

Fraktur dengan displaced glenoid neck fraktur

Brachial plexus injury

Ruptur ligamentum korakoklavikulare

Delayed/ non union

penderita aktif yang segera akan kembali pada pekerjaan semula.

Kosmetik

J. TEKNIK PENANGANAN TERAPI KONSERVATIF DAN OPERASI

Penatalaksanaan Fraktur Klavikula:

Fraktur 1/3 tengah

Undisplaced fraktur dan minimal displaced fraktur diterapi dengan menggunakan sling, yang dapat mengurangi nyeri.

Displaced fraktur fraktur dengan gangguan kosmetik diterapi dengan menggunakan commersial strap yang berbentuk angka 8 (“Verband figure of eight”) sekitar sendi bahu, untuk menarik bahu sehingga dapat mempertahankan alignment dan fraktur. Strap harus dijaga supaya tidak terlalu ketat karena dapat mengganggu sirkulasi dan persyarafan. Suatu bantal dapat diletakkan di antara scapula untuk menjaga tarikan dan kenyamanan. Jika commersial strap tidak dapat digunakan balutan dapat dibuat dari “tubular stockinet”, ini biasanya digunakan untuk anak yang berusia <10 tahun.

Pemakaian strap yang baik:

menarik kedua bahu, melawan tekanan dipusat, dan daerah interscapula selama penarikan fraktur.

tidak menutupi aksila, untuk kenyamanan dan hygiene.

menggunakan bantalan yang bagus.

tidak mengganggu sirkulasi dan persyarafan kedua lengan.

Plating Clavikula

Gunakan insisi sesuai garis Langer untuk mengekspos permukaan superior clavikula. Hindari flap kulit undermining dan kerusakan saraf supraklavikula. Hindari juga diseksi subperiosteal pada fracture site.

Lakukan reduksi fragmen fraktur jika memungkinkan pasang lag screw melintasi fraktur. Plate diletakkan di sisi superior clavikula dengan 3 screw pada masing-masing sisi fraktur untuk mencapai fiksasi yang solid.

Jika diperlukan diletakan subkutaneus drain, luka operasi ditutup dengan jahitan subcuticular.

Fraktur lateral

Page 11: Informed Consent Dalam Kondisi Kegawatdaruratan

Undisplaced fraktur dapat diterapi dengan sling. Displaced fraktur dapat diterapi dengan sling atau dengan open reduction dan internal fiksasi.

Jika pergeseran lebih dari setengah diameter klavikula harus direduksi dan internal fiksasi. Bila dibiarkan tanpa terapi akan terjadi deformitas dan dalam beberapa kasus rasa tidak enak dan kelemahan pada bahu karena itu terapi diindikasikan melalui insisi supraklavikular, fragmen diaposisi dan dipertahankan dengan pen yang halus, yang menembus kearah lateral melalui fragmen sebelah luar dan akromion dan kemudian kembali ke batang klavikula. Lengan ditahan dengan kain gendongan selama 6 minggu dan sesudah itu dianjurkan melakukan pergerakan penuh.

K. KOMPLIKASI OPERASI

Komplikasi dini

kerusakan pada pembuluh darah atau saraf ( jarang terjadi)

Komplikasi lanjut

non-union : jarang terjadi dapat diterapi dengan fiksasi interna dan pencangkokan tulang yang aman.

mal-union :

meninggalkan suatu benjolan, yang biasanya hilang pada waktunya.

untuk memperoleh basil kosmetik yang baik dan cepat dapat menjalani terapi yang lebih drastis yaitu fraktur direduksi dibawah anastesi dan dipertahankan reduksinya dengan menggunakan gips yang mengelilingi dada ( wirass)

kekakuan bahu sering ditemukan, hanya sementara, akibat rasa takut untuk menggerakkan fraktur. Jari juga akan kaku dan membutuhkan waktu berbulan-bulan untuk memperoleh kembali gerakan, kecuali kalau dilatih.

L. PERAWATAN PASCABEDAH

Rehabilitasi

Commersial strap yang berbentuk angka 8, harus di follow up apakah sudah cukup kencang. Strap ini harus dikencangkan secara teratur. Anak anak <10 tahun menggunakan strap atau splint selama 3-4 minggu sampai bebas nyeri, sedangkan orang dewasa biasanya membutuhkan waktu 4-6 minggu. Pasien dianjurkan untuk melakukan pergerakan seperti biasa begitu nyeri berkurang (strap/splint/sling sudah dilepas).

BAB IV

KESIMPULAN

Berdasarkan anamnesa didapatkan Sdr. A laki-laki umur 21 tahun dibawa ke UGD RSUD kanjuruhan kepanjen dengan nyeri pada bahu kiri setelah jatuh dari sepeda ontel sejak ±1jam lalu, pingsan (+), muntah (-), kepala pusing (+).

Page 12: Informed Consent Dalam Kondisi Kegawatdaruratan

Primary survey didapatkan circulation : tekanan darah 110/70 mmHg, Nadi; 102x/mnt, disability : GCS E3 V5 M6.

Secondary survey didapatkan, Look: oedem (+), terdapat deformitas (+) pada sepertiga mid clavicula, angulasi (+). Feel: nyeri tekan setempat (+), krepitasi (+), cekungan pada 1/3 mid clavicula (+), sensibilitas (+), suhu rabaan hangat, kapiler refil (+). Move: Gerakan aktif dan pasif terhambat, Gerakan abduksi lengan kiri terhambat, gerakan rotasi sendi bahu terhambat, sakit bila digerakkan tampak gerakan terbatas (+).

Berdasarkan anamnesa, primary survey dan secondary survey didapatkan diagnose close fracture mid 1/3 clavicula sinistra.

DAFTAR PUSTAKA

Penanganan konservatif dan operatif fraktur clavicula 1/3 Tengah . Availablehttp://bedahumum.wordpress.com/?s=fraktur+clavicula. Diakses tanggal 19 april 2011.

Indah Kusuma Dewi. 2010. presentasi kasus Fraktur Clavicula dan Fraktur Costae.available at http//:Scribs.com. diakses tanggal 19 april 2011.

Sjamsuhidajat, R., Jong, W.D., editor., “fraktur clavicula”, dalam Buku Ajar Ilmu Bedah,Edisi 2. EGC, Jakarta, 2005,hlm. 858.

Harri Prawira Ezzedin. 2009. Fraktur. Faculty of Medicine – University of Riau Pekanbaru, Riau. available at (http://www.Belibis17.tk. Di akses tanggal 6 april 2011.

M, Kevin. Fraktur klavikula. Klinik Olahraga dan Orthopedi Singapura. Available athttp://indonesian.orthopaedicclinic.com.sg/?p=940. Diakses tanggal 19 april 2011.

FRAKTUR CLAVICULA

PENDAHULUAN

Fraktur adalah hilangnya kontinuitas tulang, tulang rawan sendi, tulangrawan epifisis, baik yang bersifat total maupun yang parsial. Untuk mengetahui mengapa dan bagaimana tulang mengalami kepatahan, kita harusmengetahui keadaan fisik tulang dan keadaan trauma yang dapat menyebabkantulang patah. Kebanyakan fraktur terjadi karena kegagalan tulang menahantekanan terutama tekanan membengkok, memutar dan tarikan.1

INSIDENS & EPIDEMIOLOGI

Terdapat 5-10% fraktur clavicula dari semua jenis fraktur. Fraktur inikebanyakan terjadi pada pria yang berusia kurang dari 25 tahun, namun jugalebih sering terjadi pada pria yang lebih tua, yaitu >55 tahun dan pada wanita>75 tahun.2

Page 13: Informed Consent Dalam Kondisi Kegawatdaruratan

ETIOLOGI

Menurut sejarah fraktur pada klavikula merupakan cedera yang seringterjadi akibat jatuh dengan posisi lengan terputar/tertarik keluar (outstrechedhand) dimana trauma dilanjutkan dari pergelangan tangan sampaiklavikula, namun baru-baru ini telah diungkapkan bahwa sebenarnyamekanisme secara umum patah tulang klavikula adalah hantaman langsung ke bahu atau adanya tekanan yang keras ke bahu akibat jatuh atau terkena pukulan benda keras.3

KLASIFIKASI

Patah tulang dapat dibagi menurut ada tidaknya hubungan antara patahan tulang dengan dunia luar, yaitu:4

Fraktur tertutup yaitu fraktur tanpa adanya komplikasi, kulit masihutuh, tulang tidak menonjol melalui kulit.

Fraktur terbuka yaitu fraktur yang merusak jaringan kulit, karenaadanya hubungan dengan lingkungan luar, maka fraktur terbuka potensial terjadi infeksi.

Lokasi patah tulang pada klavikula diklasifikasikan menurut Dr. FL Allmantahun 1967 dan dimodifikasi oleh Neer pada tahun 1968, yang membagi patahtulang klavikula menjadi 3 kelompok :5

Kelompok 1: patah tulang pada sepertiga tengah tulang klavikula(insidensi kejadian 75-80%).

Pada daerah ini tulang lemah dan tipis.

Umumnya terjadi pada pasien yang muda.

Kelompok 2: patah tulang klavikula pada sepertiga distal (15-25%)

Terbagi menjadi 3 tipe berdasarkan lokasi ligament coracoclavicular yakni (yakni, conoid dan trapezoid).

a.Tipe 1. Patah tulang secara umum pada daerah distal tanpa adanya perpindahan tulang maupun ganguan ligament coracoclevicular.

b. Tipe 2 A. Fraktur tidak stabil dan terjadi perpindahan tulang, danligament coracoclavicular masih melekat pada fragmen.

c. Tipe 2 B. Terjadi ganguan ligament. Salah satunya terkoyak ataupunkedua-duanya.

d. Tipe 3. Patah tulang yang pada bagian distal clavikula yangmelibatkan AC joint.

e. Tipe 4. Ligament tetap utuk melekat pata perioteum, sedangkanfragmen proksimal berpindah keatas.

Page 14: Informed Consent Dalam Kondisi Kegawatdaruratan

f. Tipe 5. Patah tulang kalvikula terpecah menjadi beberapa fragmen.

3. Kelompok 3: patah tulang klavikula pada sepertiga proksimal (5%). Pada kejadian ini biasanya berhubungan dengan cidera neurovaskuler.

ANATOMI

Os clavicula (tulang selangka) berhubungan dengan os sternum disebelah medial dan di lateral tulang ini berhubungan dengan os scapula padaacromion yang dapat diraba sebagai tonjolan di bahu bagian lateral. Tulang initermasuk jenis tulang pipa yang pendek, walaupun bagian lateral tulang initampak pipih. Bentuknya seperti huruf S terbalik, dengan bagian medial yangmelengkung ke depan, dan bagian lateral agak melengkung ke belakang.Permukaan atasnya relatif lebih halus dibanding dengan permukaan inferior.Ujung medial atau ujung sternal mempunyai facies articularis sternalis yang berhubungan dengan discus articularis sendi atau articulatiosternoclavicularis.6

Gambar 1. Anatomi Clavicula1

PATOMEKANISME

Fraktur clavicula paling sering disebabkan oleh karena mekanismekompressi atau penekanan, paling sering karena suatu kekuatan yang melebihikekuatan tulang tersebut dimana arahnya dari lateral bahu apakah itu karena jatuh, keeelakaan olahraga, ataupun kecelakaan kendaraan bermotor.1

Pada daerah tengah tulang clavicula tidak di perkuat oleh otot ataupunligament-ligament seperti pada daerah distal dan proksimal clavicula.Clavicula bagian tengah juga merupakan transition point antara bagian lateraldan bagian medial. Hal ini yang menjelaskan kenapa pada daerah ini palingsering terjadi fraktur dibandingkan daerah distal ataupun proksimal.1

Page 15: Informed Consent Dalam Kondisi Kegawatdaruratan

Gambar 2. Fraktur Clavicula

DIAGNOSIS

Gambaran klinis pada patah tulang klavikula biasanya penderita datangdengan keluhan jatuh atau trauma. Pasien merasakan rasa sakit bahu dandiperparah dengan setiap gerakan lengan. Pada pemeriksaan fisik pasien akanterasa nyeri tekan pada daerah fraktur dan kadang-kadang terdengar krepitasi pada setiap gerakan. Dapat juga terlihat kulit yang menonjol akibat desakandari fragmen patah tulang. Pembengkakan lokal akan terlihat disertai perubahan warna lokal pada kulit sebagai akibat trauma dan gangguansirkulasi yang mengikuti fraktur. Untuk memperjelas dan menegakkandiagnosis dapat dilakukan pemeriksaan penunjang.7

Evaluasi pada fraktur clavicula yang standar berupa proyeksi anteroposterior (AP) yang dipusatkan pada bagian tengah clavicula. Pencitraan yang dilakukan harus cukup luas untuk bisa menilai juga kedua AC joint danSC joint. Bisa juga digunakan posisi oblique dengan arah dan penempatan yang baik. Proyeksi AP 20-60° dengan cephalic terbukti cukup baik karena bisa meminimalisir struktur toraks yang bisa mengganggu pembacaan. Karena bentuk dari clavicula yang berbentuk S, maka fraktur menunjukkan deformitasmultiplanar, yang menyebabkan susahnya menilai dengan menggunakanradiograph biasa. CT scan, khususnya dengan 3 dimensi meningkatkan akurasi pembacaan.7

PENATALAKSANAAN

Penatalaksanaan pada fraktur clavicula ada dua pilihan yaitu dengantindakan bedah atau operative treatment dan tindakan non bedah ataukonsevatif.5

Page 16: Informed Consent Dalam Kondisi Kegawatdaruratan

Pada orang dewasa dan anak-anak biasanya pengobatannya konservatif tanpa reposisi, yaitu dengan pemasangan mitela. Reposisi tidak diperlukan,apalagi pada anak karena salah-sambung klavikula jarang menyebabkangangguan pada bahu, baik fungsi maupun keuatannya. Kalus yang menonjolkadang secara kosmetik mengganggu meskipun lama-kelamaan akan hilangdengan proses pemugaran. Yang penting pada penggunaan mitela ialah letak tangan lebih tinggi daripada tingkat siku, analgetik, dan latihan gerak jari dantangan pada hari pertama dan latihan gerak bahu setelah beberapa hari.4

Tidakan pembedahan dapat dilakukan apabila terjadi hal-hal berikut :5

1.Fraktur terbuka.

2.Terdapat cedera neurovaskuler.

3.Fraktur comminuted.

4.Tulang memendek karena fragmen fraktur tumpang tindih.

5.Rasa sakit karena gagal penyambungan (nonunion).

6. Masalah kosmetik, karena posisi penyatuan tulang tidak semestinya(malunion).

KOMPLIKASI

Komplikasi akut :7

Cedera pembuluh darah

Pneumouthorax

Haemothorax

Komplikasi lambat :7

Mal union: proses penyembuhan tulang berjalan normal terjadi dalamwaktu semestinya, namun tidak dengan bentuk aslinya atau abnormal.

Non union: kegagalan penyambungan tulang setelah 4 sampai 6 bulan

PROGNOSIS

Prognosis jangka pendek dan panjang sedikit banyak bergantung pada berat ringannya trauma yang dialami, bagaimana penanganan yang tepat danusia penderita. Pada anak prognosis sangat baik karena proses penyembuhansangat cepat, sementara pada orang dewasa prognosis tergantung dari penanganan, jika penanganan baik maka komplikasi dapat diminimalisir.7

Page 17: Informed Consent Dalam Kondisi Kegawatdaruratan

XIII. PROGNOSIS 5,7

Pasien dengan pneumotoraks spontan mengalami pneumotorak ulangan, tetapi tidak ada komplikasi jangka panjang dengan terapi yang berhasil.5 Kesembuhan dari kolap paru secara umum membutuhkan waktu 1 sampai 2 minggu. Pneumotoraks tension dapat menyebabkan kematian secara cepat berhubungan dengan curah jantung yang tidak adekuat atau insufisiensi oksigen darah (hipoksemia), dan harus ditangani sebagai kedaruratan medis.