Inflamasi

37
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Inflamasi adalah respon dari suatu organisme terhadap patogen dan alterasi mekanis dalam jaringan, berupa rangkaian reaksi yang terjadi pada tempat jaringan yang mengalami cedera, seperti karena terbakar, atau terinfeksi. Radang atau inflamasi adalah satu dari respon utama sistem kekebalan terhadap infeksi dan iritasi. Apabila jaringan cedera misalnya karena terbakar, teriris atau karena infeksi kuman, maka pada jaringan ini akan terjadi rangkaian reaksi yang memusnahkan agen yang membahayakan jaringan atau yang mencegah agen menyebar lebih luas. Reaksi-reaksi ini kemudian juga menyebabkan jaringan yang cedera diperbaiki atau diganti dengan jaringan baru. Gejala inflamasi dapat disertai dengan gejala panas, kemerahan, bengkak, nyeri/sakit, fungsinya terganggu. Proses inflamasi meliputi kerusakan mikrovaskuler, meningkatnya permeabilitas vaskuler dan migrasi leukosit ke jaringan radang, dengan gejala panas, kemerahan, 1

description

makalah Inflamasi secara umum

Transcript of Inflamasi

Page 1: Inflamasi

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang

Inflamasi adalah respon dari suatu organisme terhadap patogen dan alterasi

mekanis dalam jaringan, berupa rangkaian reaksi yang terjadi pada tempat jaringan

yang mengalami cedera, seperti karena terbakar, atau terinfeksi. Radang atau

inflamasi adalah satu dari respon utama sistem kekebalan terhadap infeksi dan iritasi.

Apabila jaringan cedera misalnya karena terbakar, teriris atau karena infeksi

kuman, maka pada jaringan ini akan terjadi rangkaian reaksi yang memusnahkan

agen yang membahayakan jaringan atau yang mencegah agen menyebar lebih luas.

Reaksi-reaksi ini kemudian juga menyebabkan jaringan yang cedera diperbaiki atau

diganti dengan jaringan baru.

Gejala inflamasi dapat disertai dengan gejala panas, kemerahan, bengkak,

nyeri/sakit, fungsinya terganggu. Proses inflamasi meliputi kerusakan mikrovaskuler,

meningkatnya permeabilitas vaskuler dan migrasi leukosit ke jaringan radang, dengan

gejala panas, kemerahan, bengkak, nyeri/sakit, fungsinya terganggu. Mediator yang

dilepaskan antara lain histamin, bradikinin, leukotrin, Prostaglandin dan PAF.

Inflamasi adalah respons protektif untuk menghilangkan penyebab jejas (cell injury),

dengan mengencerkan, menghancurkan atau menetralkan agen berbahaya, serta

membuang penyebab awal jejas sehingga proses penyembuhan dapat dilaksanakan.

1

Page 2: Inflamasi

1.2. Rumusan Masalah 1.2.1 Apa pengertian inflamasi?

1.2.2 Bagaimana mekanisme terjadinya inflamasi?

1.2.3 Apa perbedaan inflamasi akut dan inflamasi kronis?

1.2.4 Apa saja yang berperan sebagai mediator inflamasi?

1.2.5 Bagaimana reaksi sel inflamasi?

1.3. Tujuan

1.3.1 Untuk mengetahui pengertian inflamasi.1.3.2 Untuk mengetahui bagaimana mekanisme terjadinya inflamasi?1.3.3 Untuk mengetahui perbedaan inflamasi akut dan inflamasi

kronis.1.3.4 Untuk mengetahui apa yang berperan sebagai mediator

inflamasi.1.3.5 Untuk mengetahui reaksi sel inflamasi.

1.4. Manfaat

Adapun manfaat dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata

kuliah Imunologi Veteriner yang ditugaskan oleh dosen. Disamping

itu makalah ini diharapkan menjadi salah satu arsip dan bahan bacaan

bagi mahasiswa yang ingin mempelajari materi kuliah mengenai

“inflamasi”.

2

Page 3: Inflamasi

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Inflamasi

Radang (bahasa Inggris: inflammation) adalah respon dari suatu organisme

terhadap patogen dan alterasi mekanis dalam jaringan, berupa rangkaian reaksi yang

terjadi pada tempat jaringan yang mengalami cedera, seperti karena terbakar, atau

terinfeksi. Radang atau inflamasi adalah satu dari respon utama sistem kekebalan

terhadap infeksi dan iritasi. Inflamasi distimulasi oleh faktor kimia (histamin,

bradikinin, serotonin, leukotrien, dan prostaglandin) yang dilepaskan oleh sel yang

berperan sebagai mediator radang di dalam sistem kekebalan untuk melindungi

jaringan sekitar dari penyebaran infeksi.

Menurut Kamus Kedokteran Dorland:

Radang ialah respon protektif setempat yang ditimbulkan oleh cedera atau kerusakan

jaringan, yang berfungsi menghancurkan, mengurangi, atau mengurung baik agen

pencedera maupun jaringan yang cedera itu.

Menurut Katzung (2002):

Radang ialah suatu proses yang dinamis dari jaringan hidup atau sel terhadap suatu

rangsang atau injury (jejas) yang dilakukan terutama oleh pembuluh darah (vaskuler)

dan jaringan ikat (connective tissue).

Apabila jaringan cedera misalnya karena terbakar, teriris atau karena infeksi

kuman, maka pada jaringan ini akan terjadi rangkaian reaksi yang memusnahkan

agen yang membahayakan jaringan atau yang mencegah agen menyebar lebih luas.

Reaksi-reaksi ini kemudian juga menyebabkan jaringan yang cedera diperbaiki atau

diganti dengan jaringan baru.

3

Page 4: Inflamasi

Rangkaian reaksi ini disebut inflamasi (Rukmono, 1973). Inflamasi atau

inflamasi adalah satu dari respon utama sistem kekebalan terhadap infeksi dan iritasi.

Inflamasi distimulasi oleh faktor kimia (histamin, bradikinin, serotonin, leukotrien,

dan prostaglandin) yang dilepaskan oleh sel yang berperan sebagai mediator

inflamasi di dalam sistem kekebalan untuk melindungi jaringan sekitar dari

penyebaran infeksi. Inflamasi mempunyai tiga peran penting dalam perlawanan

terhadap infeksi:

1) Memungkinkan penambahan molekul dan sel efektor ke lokasi infeksi untuk

meningkatkan performa makrofaga.

2) Menyediakan rintangan untuk mencegah penyebaran infeksi.

3) Mencetuskan proses perbaikan untuk jaringan yang rusak.

Inflamasi adalah respons protektif untuk menghilangkan penyebab jejas (cell injury),

dengan mengencerkan, menghancurkan atau menetralkan agen berbahaya, serta

membuang penyebab awal jejas sehingga proses penyembuhan dapat dilaksanakan.

Inflamasi merupakan sebuah proses kompleks yang meliputi kerjasama banyak

“Pemain”. “Pemain” yang berkontribusi ini adalah sel dan protein dan sel plasma

dalam sirkulasi, sel endotel pembuluh darah dan sel serta matriks ekstraseluler

jaringan ikat. Sel dalam sirkulasi meliputi leukosit (neutrofil, eosinofil, basofil,

limfosit, monosit) dan trombosit; protein dalam sirkulasi meliputi faktor pembekuan,

kininogen dan komponen komplemen; sel endotel sendiri, sel jaringan ikat meliputi

sel mast, makrofag, limfosit dan fobroblas; dan yang terakhir Extraceluler matrix

(ECM) meliputi kolagen dan elastin susun fibrosa, proteoglikan bentuk gel,

glikoprotein adhesif (fibronektin) sebagai struktur penyambung antar ECM.

4

Page 5: Inflamasi

Respon peradangan dapat dikenali dari rasa sakit, kulit lebam, demam dll,

yang disebabkan karena terjadi perubahan pada pembuluh darah di area infeksi:

1) Pembesaran diameter pembuluh darah, disertai peningkatan aliran

darah di daerah infeksi. Hal ini dapat menyebabkan kulit tampak

lebam kemerahan dan penurunan tekanan darah terutama pada

pembuluh kecil.

2) Aktivasi molekul adhesi untuk merekatkan endotelia dengan

pembuluh darah.

3) Kombinasi dari turunnya tekanan darah dan aktivasi molekul adhesi,

akan memungkinkan sel darah putih bermigrasi ke endotelium dan

masuk ke dalam jaringan. Proses ini dikenal sebagai ekstravasasi.

Bagian tubuh yang mengalami peradangan memiliki tanda-tanda sebagai berikut:

1) Tumor atau membengkak

2) Calor atau menghangat

3) Dolor atau nyeri

4) Rubor atau memerah

5) Functio laesa atau daya pergerakan menurun dan kemungkinan disfungsi

organ atau jaringan.

5

Page 6: Inflamasi

2.2. Mekanisme Inflamasi

Beberapa penyebab dari peradangan diantaranya adalah keberadaan benda

asing di dalam jaringan dan kerusakan jaringan yang disebabkan oleh agen infeksi,

trauma fisik, radiasi, racun (kimia, biologi, organik), respon imun, alergi, serta suhu

yang ekstrim. Apabila terjadi peradangan, maka agen penyebab radang dan kerusakan

jaringan yang terjadi tersebut akan dilokalisasi dan dieliminasi dengan berbagai cara,

diantaranya adalah melalui fagositosis oleh leukosit. Kondisi ini akan menyebabkan

persembuhan jaringan yang rusak di lokasi radang. Apabila terjadi kelambanan atau

ketidakmampuan proses eliminasi agen penyebab radang tersebut, maka akan

menyebabkan peradangan menjadi berlanjut dan persembuhan akan terhambat.

Gambar 1. Mekanisme inflamasi

Aktifitas peradangan yang diselenggarakan oleh mediator inflamasi dimulai

dengan dilatasi pembuluh darah arterial dan pembuluh darah kapiler setempat untuk

menciptakan kondisi hiperemi. Setelah itu, akan terjadi kontraksi endotel dinding

kapiler yang dapat meningkatkan permeabilitas vaskuler, sehingga akan terbentuk

eksudat serous di interstisium daerah yang mengalami peradangan.

6

Page 7: Inflamasi

Pembuluh darah kapiler yang sehat mempunyai permeabilitas yang terbatas,

yaitu dapat dilalui oleh cairan dan larutan garam, tetapi sulit untuk dialui larutan

protein yang berupa koloid. Apabila pembuluh darah kapiler cedera akibat

peradangan, maka dinding pembuluh darah kapiler menjadi lebih permeabel dan akan

lebih mudah dilalui oleh larutan protein yang berupa koloid. Peningkatan

permeabilitas tersebut menyebabkan peningkatan jumlah cairan yang keluar dari

pembuluh darah kapiler. Cairan tersebut akan mengisi jaringan sekitar radang dan

menyebabkan edema, sehingga akan terlihat gejala radang yaitu pembengkakan.

Larutan protein (koloid) dapat dengan mudah keluar melalui dinding pembuluh darah

kapiler yang cedera/rusak tersebut. Molekul protein awal yang keluar dari pembuluh

darah adalah albumin, kemudian diikuti oleh molekul-molekul protein yang lebih

besar (globulin dan fibrinogen). Kondisi ini menyebabkan cairan edema mempunyai

kadar protein yang tinggi. Kadar protein yang tinggi dalam plasma di jaringan

tersebut akan mengakibatkan peningkatan tekanan osmotik dalam jaringan, sehingga

menghalangi cairan plasma tersebut masuk ke dalam pembuluh darah kapiler.

Selain itu, terjadi perubahan pengaliran sel-sel darah putih di dalam pembuluh

darah di daerah yang mengalami radang. Apabila dalam kondisi normal, maka sel-sel

darah putih akan mengalir di tengah arus. Sedangkan pada kondisi radang, sel-sel

darah putih akan mengalami marginasi (mengalir mendekati dinding endotel). Sel-sel

darah putih tersebut berperan dalam fagositosis agen penyebab radang,

menghancurkan sel dan aringan nekrotik, serta antigen asing.

Kondisi radang akan terjadi aktifitas pengiriman sel-sel darah putih dari lumen

pembuluh darah ke daerah yang mengalami radang atau ke lokasi yang mengalami

kerusakan jaringan. Tahapan dalam pengiriman sel-sel darah putih tersebut

diantaranya adalah :

7

Page 8: Inflamasi

a. Sel-sel darah putih mengalir mendekati endotel pembuluh darah

(marginasi).

b. Sel-sel darah putih mendarat pada dinding endotel pembuluh darah dengan

cara menggelinding di sepanjang endotel (rolling).

c. Sel-sel darah putih berhenti dengan melekat pada reseptor di permukaan

endotel (adhesi).

d. Sel-sel darah putih mengalami ekstravasasi/emigrasi (keluar dari dalam

pembuluh darah) dengan cara menembus dinding endotel dan membran

basal di bawah endotel. Keluarnya sel-sel darah putih terjadi secara

diapedesis (melewati celah diantara endotel).

e. Sel-sel darah putih bermigrasi di jaringan interstisium, menuju ke pusat

inflamasi karena adanya stimulus kemotaktik.

2.3. Perbedaan Inflamasi Akut dan Inflamasi Kronis

2.3.1. Inflamasi Akut

Inflamasi akut akan terjadi secara cepat (menit —hari) dengan ciri khas utama

eksudasi cairan, akumulasi neutrofil memiliki tanda-tanda umum berupa rubor

(redness), calor (heat), tumor (swelling), Dolor (pain), Functio laesa (lose of

function). Terjadi karena tujuan utama : mengirim leukosit ke tempat jejas untuk

bersihkan setiap mikroba. Dengan dua proses utama, perubahan vascular(vasodilatasi,

peningkatan permeabilitas) dan perubahan selular (rekrutmen dan aktivasi selular).

Perubahan makroskopik yang dapat diamati berupa hiperemia yang memberikan

penampakan eritema, exudation yang memberikan penampakan edema, dan emigrasi

leukosit.

8

Page 9: Inflamasi

Radang akut adalah respon yang cepat dan segera terhadap cedera yang

didesain untuk mengirimkan leukosit ke daerah cedera. Leukosit membersihkan

sebagai mikroba yang menginvansi dan memulai proses pembongkaran jaringan

nekrotik. Terdapat 2 komponen utama dalam proses radang akut, yaitu perubahan

penampang dan structural dari pembuluh darah serta emigrasi dari leukosit.

Perubahan penampang pembuluh darah akan mengakibatkan meningkatnya aliran

darah dan terjadinya perubahan structural pada pembuluh darah mikro akan

memungkinkan protein plasma dan leukosit meninggalkan sirkulasi darah. Leukosit

yang berasal dari mikrosirkulasi akan melakukan emigrasi dan selanjutnya

berakumulasi di lokasi cedera

Segera setelah jelas, terjadi dilatasi arteriol lokal yang mungkin didahului oleh

vasokontriksi singkat. Sfingter prakapiler membuka dengan akibat aliran darah dalam

kapiler yang telah berfungsi meningkat dan juga dibukanya anyaman kapiler yang

sebelumnya inaktif. Akibatnya anyaman venular pasca kapiler melebar dan diisi

darah yang mengalir deras. Dengan demikian, mikrovaskular pada lokasi jejas

melebar dan berisi darah terbendung. Kecuali pada jejas yang sangat ringan,

bertambahnya aliran darah (hiperemia) pada tahap awal akan disusul oleh

perlambatan aliran darah, perubahan tekanan intravaskular dan perubahan pada

orientasi unsur-unsur berbentuk darah terhadap dinding pembuluhnya. Perubahan

pembuluh darah dilihat dari segi waktu, sedikit banyak tergantung dari parahnya

jejas. Dilatasi arteriol timbul dalam beberapa menit setelah jejas. Perlambatan dan

bendungan tampak setelah 10-30 menit

Peningkatan permeabilitas vaskuler disertai keluarnya protein plasma dan sel-

sel darah putih ke dalam jaringan tersebut eksudasi dan merupakan gambaran utama

reaksi radang akut. Vaskulatur-mikro pada dasarnya terdiri dari saluran-saluran yang

berkesinambungan berlapis endotel yang bercabang-cabang dan mengadakan

anastomosis. Sel endotel dilapisi oleh selaput basalis yang berkesinambungan

9

Page 10: Inflamasi

Pada ujung arteriol kapiler, tekanan hidrostatik yang tinggi mendesak cairan keluar ke

dalam ruang jaringan interstisial dengan cara ultrafiltrasi. Hal ini berakibat

meningkatnya konsentrasi protein plasma dan menyebabkan tekanan osmotik koloid

bertambah besar, dengan menarik kembali cairan pada pangkal kapiler venula.

Pertukaran normal tersebut akan menyisakan sedikit cairan dalam jaringan interstisial

yang mengalir dari ruang jaringan melalui saluran limfatik. Umumnya, dinding

kapiler dapat dilalui air, garam, dan larutan sampai berat jenis 10.000 dalton

2.3.2. Inflamasi Kronis

Inflamasi kronis dapat diartikan sebagai inflamasi yang berdurasi panjang

(berminggu-minggu hingga bertahun-tahun) dan terjadi proses secara simultan dari

inflamasi aktif, cedera jaringan, dan pennyembuhan. Perbedaannya dengan radang

akut, radang akut ditandai dengan perubahn vaskuler, edema, dan inflitrasi neutrofil

dalam jumlah besar. Sedangkan radang kronik ditandai oleh infiltrasi sel mononuklir

(seperti makrofag, limfosit, dan sel plasma), destruksi jaringan, dan perbaikan

(meliputi proliferasi pembuluh darah baru/angiogenesis dan fibrosis).

Radang kronik dapat timbul melalui satu atau dua jalan. Dapat timbul

menyusul radang akut, atu responnya sejak awal bersifat kronik. Perubahan radang

akut menjadi kronik berlangsung bila respon radang akut tidak dapat reda, disebabkan

agen penyebab jejas yang menetap atau terdapat gangguan pada proses penyembuhan

normal. Ada kalanya radang kronik sejak awal merupakan proses promer. Sering

penyebab jejas memiliki toksitas rendah dibandingkan dengan penyebab yang

menimbulkan radang akut. Terhadap 3 kelompok besar yang menjadi penyebabnya,

yaitu infeksi persisten oleh mikroorganisme intrasel tertentu (seperti basil tuberkel,

Treponema palidum, dan jamur-jamur tertentu), kontak lama dengan bahan yang

tidak dapat hancur (misalnya silika), penyakit autonium. Bila suatu radang

berlangsung lebih lama dari 4 atau 6 minggu disebut kronik. Tetapi karena banyak

10

Page 11: Inflamasi

kebergantungan respon efektif tuan rumah dan sifat alami jejas, maka batasan waktu

tidak banyak artinya. Perbedaan antara akut dan kronik sebaiknya berdasarkan pola

morfologi reaksi

Mekanisme reaksi inflamasi kronis umum dimulai dari suatu agen pencidera

yang akan menghasilkan antigen yng mana antigen ini akan merangsang

pembentukan proses perubahan Limfosit T yang menjadi sel T efktor yang

berakumulasi membentuk respon sel T sitotoksik yang berperan dalam lisis sel

(selular imuniti). Sel T tersebut juga berpengaruh dalam pembentukan granuloma

epiteloid dirangsang oleh sikotin. Sel T sitotoksik juga berpengaruh dalam perubahan

limfosit B menjadi sel plasma, yang akhirnya berpern dalam pembentukan antibodi

untuk melemahkan antigen (humoral imuniti). Makrofag yang telah memakan

antigen, dalam proses kronis akan membentuk granuloma awal, yang dalam keadaan

infeksius membentuk jaringan granuloma epiteloid kaseosa, dan pada keadaan

noninfeksius menghasilkan granuloma epitoloid nonkaseosa. Yang pada proses

penyembuhan membentuk jaringan fibrosis.

2.4. Mediator Inflamasi

Mediator adalah cara atau signal kimia. Mediator dalam inflamasi/radang berperan

sangat penting karena merupakan komponen utama dalam komunikasi sel,

amplifikasi inflamasi, ataupun opsonin, yang ketiganya berguna dalam memfasilitasi

eliminasi agen penyebab radang dan juga perbaikan jaringan. Beberapa hal yang

perlu diketahui dari mediator adalah sebagai berikut :

(1) Mediator dapat berasal dari sel maupun cairan plasma (plasma protein).

(2) Mediator dari sel biasanya diisolasi dengan membentuk granula dalam sel,

sedangkan mediator pada plasma dihasilkan sebagian besar oleh hati dan

berada dalam keadaan non-aktif dalam cairan darah sehingga membutuhkan

mekanisme aktivasi tertentu.

11

Page 12: Inflamasi

(3) Mediator aktif diproduksi sebagai respon terhadap berbagai macam

rangsangan, termasuk radang.

(4) Rangsangan yang dimaksud di sini adalah produk mikroba, substansi dari

jaringan yang nekrosis, dan protein-protein seperti kompelemen, kinin, sistem

koagulasi, yang dengan sendirinya diaktivasi oleh mikroba dan jaringan yang

terluka. Mekanisme ini dapat diartikan sebagai “diaktivasi jika diperlukan,

diproduksi jika dibutuhkan”.

(5) Mediator yang satu dapat merangsang dikeluarkannya mediator yang lain.

(6) Misalnya, mediator TNF dan IL-1 dapat menstimulasi dikeluarkannnya

protein selektin oleh sel endotel.

(7) Mediator bervariasi dalam efek dan jenis sel tempat ia bekerja.

(8) Kebanyakan mediator (terutama yang bersifat hidrofilik) hanya memiliki

waktu hidup yang pendek karena harus segera didegradasi agar tidak

menimbulkan respon yang berlebihan.

Terdapat dua macam mediator yang dibagi berdasarkan tempat ia berasal, yaitu

mediator yang berasal dari sel (cell-derived mediators) dan mediator yang murni dari

plasma darah (plasma-derived mediators). Berikut ini, yang akan dibahas secara

mendalam adalah mediator yang berasal dari sel. Mediator selular dapat dibagi

menjadi beberapa macam, sebagai berikut:

(1) Amina Vasoaktif: Histamin dan Serotonin. Amina vasoaktif maksudnya

adalah berbagai macam mediator kimia yang merupakan turunan dari amina,

yang dapat bekerja langsung pada sistem vaskular. Histamin paling banyak

dihasilkan oleh sel mast yang biasanya terdistribusi dengan normal pada

jaringan ikat longgar sebagai sel tetap (fixed cell). sel mast mengeluarkan

histamin sebagai mediator kimia, yaitu Histamin, salah satu mediator yang

paling umum diproduksi dan berguna untuk vasodilatasi dan meningkatkan

permeabilitas vaskular. Selain itu, histamin juga menyebabkan bronkofasme

12

Page 13: Inflamasi

pada asma dan meningkatkan produksi mukus pada saluran pernafasan.

Histamin akan berikatan ada reseptor H1 pada sel endotel. Pengeluaran

histamin selain disebabkan oleh pengikatan antigen dengan reseptor Fc, juga

dapat disebabkan oleh (1) trauma, (2) histamine releasing hormone yang

berasal dari leukosit, (3) neuropeptida (misalnya substansi P), dan (4) sitokin

tertentu.

Serotonin (5-hidroksitriptamin) juga merupakan mediator kimia yang sefungsi

dengan histamin, namun tempat asalnya berada di keping darah (platelet) dan

beberapa sel pensekresi neuroendokrin. Serotonin akan dilepaskan ketika

terjadi reaksi koagulasi (pembekuan darah), di mana keping darah akan

beragregasi setelah bersentuhan langsung dengan kolagen, thrombin, ADP,

dan komplek antigen-antibodi. Ini merupakan salah satu hubungan antara

pembekuan dan peradangan.

(2) Metabolit Asam Arakidonat (AA): Prostaglandin, Leukotrien, dan Lipoksin

AA merupakan salah satu turunan asam lemah yang terdiri atas 20 atom C

(Karbon) yang diperoleh dari asupan makanan ataupun konversi dari asam

lenoleat. AA juga disebut sebagai eicosanoid, dan perolehan dari bahan kimia

ini tidak terdapat secara bebas pada sel-sel, namun diperlukan mekanisme

tertentu untuk menghasilkannya, yaitu dengan pencernaan membran lipid sel

oleh enzim phospolipase A2. Senyawa eikosanoid berikatan dengan reseptor

terkait protein G pada sel-sel target untuk menghasilkan suatu respon.

Prostaglandin (dan turunannya) terlibat dalam pemicuan timbulnya rasa sakit

dan demam. Prostaglandin diproduksi oleh sel mast dan mekanisme

produksinya mulai dari pencernaan lipid membran sampai kepada produksi

asam arakidonat

(3) Platelet-Activating Factor (PAF) merupakan salah satu bentuk mediator yang

adalah turunan dari fosfolipid. Diberi nama PAF karena mediator ini dapat

13

Page 14: Inflamasi

menyebabkan agregasi dari keping-keping darah, namun sekarang ini

ditemukan pula efek dari mediator ini yang dapat memicu terjadinya

inflamasi. Dalam kontraksi yang relatif tinggi, PAF berlaku sebagai

vasokonstriktor dan bronkokonstriktor, namun dalam konsentrasi yang

ekstrem kecil, PAF berefek 100 – 10000 kali lebih besar dibanding histamin

dalam bertindak sebagai vasodilator dan meningkatkan permeabilitas

vaskular. Selain itu, PAF juga berperan dalam adhesi leukosit ke endotel,

kemotaksis, degranulasi, dan peristiwa ledakan oksigen, serta stimulasi

produksi berbagai macam mediator lainnya, terutama eikosanoid.

(4) Reactive Oxygen Species (ROS), meskipun terlibat dalam pencernaan

mikroba dan eliminasi agen radang, juga dapat dilepaskan ke lingkungan

ekstraselular akibat terjadinya frustated-leukocyte. Apabila dikeluarkan dalam

konsentrasi kecil, ROS dapat merangsang pengeluaran kemokin, sitokin, dan

molekul adhesi endotel yang lebih banyak, sehingga mengamplifikasi respon

inflamasi. Namun, tetap saja ROS dapat menyebabkan kerusakan pada sel dan

jaringan yang sehat dalam tubuh, misalnya kerusakan pada sel endotel dan

sel-sel lain, serta inaktivasi antiprotease, seperti α-antitripsin. Untuk itu,

dalam plasma darah, terdapat banyak zat antioksidan, misalnya enzim

katalase, glutationin, SOD, ceruloplasmin, dan transferin.

(5) Nitrogen Oksida (NO).NO berperan dalam merelaksasi otot polos vaskular

dan mempromosikan terjadinya vasodilatasi. Namun, pada beberpa keadaan,

NO dapat menghambat reaksi inflamasi, misalnya menghambat agregasi

keping darah, inflamasi dengan pemicu sel mast, dan rekruitment dari leukosit

ke daerah inflamasi. Dengan demikian, NO dapat dikatakan sebagai faktor

regulator endogenous dari respon inflamasi.

14

Page 15: Inflamasi

(6) Sitokin dan Kemokin

Sitokin yang paling banyak berperan dalam inflamasi akut adalah TNF (α,β,γ)

ataupun Interleukin (IL, dari 1 – 20), selain itu terdapat pula Interferon/IFN (α,β,γ).

Perhatikan gambar di bawah ini untuk memperoleh gambaran dari cara kerja TNF

dan IL (dalam hal ini IL-1 yang berperan dalam inflamasi akut pada masa awal).

Produksi dari sitokin IL-1 diatur oleh kompleks protein multipel yang disebut sebagai

inflammasome yang merespon stimuli dari mikroba dan sel-sel atau jaringan yang

mati. Komplek protein ini tergolong dalam protein apoptotik caspase yang berfungsi

mengaktifkan prekursor dari IL-1 menjadi sitokin yang aktif. Mutasi dari gen-gen

yang mengkode protein ini akan menyebabkan penyakit demam Mediterania.

Kemokin

Merupakan protein yang bersifat terutama sebagai kemoatraktan untuk leukosit.

Terdapat 40 jenis kemokin di dalam tubuh, namun baru 20 yang baru teridentifikasi

sampai saat ini. Namun, secara umum, berdasarkan struktur yang dibentuknya,

kemokin dapat digolongkan menjadi 4 kelas, antara lain:

a. Kelas C-X-C (α-kemokin) dengan 2 gugus sistein di antara asma

amino, misalnya IL-8.

b. Kelas C-C (β-kemokin) mencakup protein kemoatraktan untuk

monosit (MCP-1), eotaksin untuk eosinofil, protein inflamasi

makrofage (MIP-1 α), dan RANTES (Regulated and Normal T-Cell

Expressed and Secreted). Tidak bekerja pada neutrofil.

c. Kelas C yang bersifat spesifik untuk limfosit.

d. Kelas CX3C, yang hanya meliputi fraktalkin, terdapat dalam dua

bentuk yaitu (1) terikat membran plasma dan (2) turunan dari

proteolisis protein terikat membran.

15

Page 16: Inflamasi

(7) Kandungan Lisosomal dari Leukosit.

Kandungan lisosomal dari leukosit yang terdapat dalam granulanya apabila

dilepaskan akan dapat memicu terjadinya respon inflamasi. Misalnya pada

neutrofil terdapat enzim kolagenase pada granula kecil, sedangkan pada granula

besar (bersifat azurofil) terdapat neutral protease. Keseimbangan akan aktivitas

dari enzim-enzim berbahaya ini dikontrol oleh antiprotease.

(8). Neuropeptida

Disekresikan oleh sel-sel neuron (pada sensorik dan beberapa leukosit tertentu)

yang berperand dalam amplifikasi dari respon inflamasi, misalnya substansi P dan

neurokinin-A. Susbtansi P dapat menyebabkan terjadinya rasa peruh, pengaturan

tekanan darah, stimulasi sel endokrin, dan peningkatan permeablitas membran.

2.5. Reaksi Sel Inflamasi

Leukositosis terjadi bila ada jaringan cedera atau infeksi sehingga pada tempat

cedera atau radang dapat terkumpul banyak leukosit untuk membendung infeksi atau

menahan microorganisme menyebar keseluruh jaringan. Leukositosis ini disebabkan

karena produksi sumsum tulang meningkat, sehingga jumlahnya dalam darah cukup

untuk emigrasi pada waktu terjadi cedera atau radang. Karena itu banyak leukosit

yang masih muda dalam darah, dalam pemeriksaan laboratorium dikatakan

pergeseran ke kiri.

Jenis-Jenis Leukosit Dan Masing-Masing Fungsinya Dalam Peradangan.

Leukosit yang bersirkulasi dalam aliran darah dan emigrasi ke dalam eksudat

peradangan berasal dari sumsum tulang, di mana tidak saja leukosit tetapi juga sel-sel

darah merah dan trombosit dihasilkan secara terus memenerus.Dalam keadaan

normal, di dalam sumsum tulang dapat ditemukan banyak sekali leukosit yang belum

16

Page 17: Inflamasi

matang dari berbagai jenis dan “pool” leukosit matang yang ditahan sebagai cadangan

untuk dilepaskan ke dalam sirkulasi darah. Jumlah tiap jenis leukosit yang

bersirkulasi dalam darah perifer dibatasi dengan ketat tetapi diubah “sesuai

kebutuhan” jika timbul proses peradangan. Artinya, dengan rangsangan respon

peradangan, sinyal umpan balik pada sumsum tulang mengubah laju produksi dan

pengeluaran satu jenis leukosit atau lebih ke dalam aliran darah.

a. Granulosit, terdiri dari neutrofil, eosinofil, dan basofil.

Dua jenis leukosit lain ialah monosit dan limposit, tidak mengandung banyak granula

dalam sitoplasmanya.

a) Neutrofil

Sel-sel pertama yang timbul dalam jumlah besar di dalam eksudat pada

jamjam pertama peradangan adalah neutrofil.Inti dari sel ini berlobus tidak teratur

atau polimorf. Karena itu sel-sel ini disebut neutrofil polimorfonuklear (pmn) atau

“pool”. Sel-sel ini memiliki urutan perkembangan di dalam sumsum tulang,

perkembangan ini kira-kira memerlukan 2 minggu. Bila mereka dilepaskan ke dalam

sirkulasi darah, waktu paruhnya dalam sirkulasi kira-kira 6 jam. Per millimeter kubik

darah terdapat kira-kira 5000 neutrofil, kira-kira 100 kali dari jumlah ini tertahan

dalam sumsum tulang sebagai bentuk matang yang siap untuk dikeluarkan bila ada

sinyal.

Granula yang banyak sekali terlihat dalam sitoplasma neutrofil sebenarnya

merupakan paket-paket enzim yang terikat membran yaitu lisosom, yang dihasilkan

selama pematangan sel. Jadi neutrofil pmn yang matang adalah kantong yang

mengandung banyak enzim dan partikel-partikel antimicrobial. Neutrofil pmn mampu

bergerak aktif dan mampu menelan berbagai zat dengan proses yang disebut

fagositosis. Proses fagositosis dibantu oleh zat-zat tertentu yang melapisi obyek untuk

dicernakan dan membuatnya lebih mudah dimasukkan oleh leukosit. Zat ini

17

Page 18: Inflamasi

dinamakan opsonin. Setelah mencernakan partikel dan memasukkannya ke dalam

sitoplasma dalam vakuola fagositosis atau fagosom, tugas berikutnya dari leukosit

adalah mematikan partikel itu jika partikel itu agen microbial yang hidup, dan

mencernakannya. Mematikan agen-agen yang hidup itu diselesaikan melalui berbagai

cara yaitu perubahan pH dalam sel setelah fagositosis, melepaskan zat-zat anti

bakteri. Pencernaan partikel yang terkena fagositosis itu umumnya diselesaikan di

dalam vakuola dengan penyatuan lisosom dengan fagosom. Enzim-enzim pencernaan

yang sebelumnya tidak aktif sekarang diaktifkan di dalam fagolisosom,

mengakibatkan pencernaan obyek secara enzimatik.

b) Eosinofil

Merupakan jenis granulosit lain yang dapat ditemukan dalam eksudat peradangan,

walaupun dalam jumlah yang lebih kecil. Eosinofil secara fungsional akan

memberikan respon terhadap rangsang kemotaksis khas tertentu yang ditimbulkan

pada perkembangan allergis dan mereka mengandung enzim-enzim yang mampu

menetralkan efek-efek mediator peradangan tertentu yang dilepaskan dalam reaksi

peradangan semacam itu.

c) Basofil

Berasal dari sumsum tulang yang juga disebut mast sel/basofil jaringan. Granula dari

jenis sel ini mengandung berbagai enzim, heparin, dan histamin. Basofil akan

memberikan respon terhadap sinyal kemotaksis yang dilepaskan dalam perjalanan

reaksi immunologis tertentu. Dan basofil biasanya terdapat dalam jumlah yang sangat

kecil dalam eksudat.

Basofil darah dan mast sel jaringan dirangsang untuk melepas granulanya pada

berbagai keadaan cedera, termasuk reaksi immunologis maupun reaksi non

18

Page 19: Inflamasi

spesifik.Dalam kenyataannya mast sel adalah sumber utama histamin pada reaksi

peradangan.

b. Monosit

Adalah bentuk leukosit yang penting. Pada reaksi peradangan monosit akan

bermigrasi, tetapi jumlahnya lebih sedikit dan kecepatannya lebih lambat. Karena itu,

pada jam jam pertama peradangan relative sedikit terdapat monosit dalasn eksudat.

Namun makin lama akan makin bertambah adanya monosit dalam eksudat. Sel yang

sama yang dalam aliran darah disebut monosit, kalau terdapat dalam eksudat disebut

makrofag. Ternyata, jenis sel yang sama ditemukan dalam jumlah kecil melalui

jaringan penyambung tubuh walaupun tanpa peradangan yang jelas. Makrofag yang

terdapat dalam jaringan penyambung ini disebut histiosit. Dengan banyak hal fungsi

makrofag sangat mirip dengan fungsi neutrofil pmn. dimana makrofag akan bergerak

secara aktif yang memberi respon terhadap stimulasi kemotaksis, fagosit aktif dan

mampu mematikan serta mencernakan berbagal agen. Ada perbedaan penting antara

makrofag dan neutrofil, dimana siklus kehidupan makrofag lebih panjang, dapat

bertahan berminggu-minngu atau bahkan berbulan-bulan dalam jaringan dibanding

dengan neutrofil yang berumur pendek. Selain itu waktu monosit memasuki aliran

darah dari sumsum tulang dan waktu memasuki jaringan dari aliran darah, ia belum

matang betul seperti halnya neutrofil. Karena neutrofil dalam jaringan dan aliran

darah sudah mengalami pematangan (sudah matang), sehingga ia tidak mampu

melakukan pembelahan sel dan juga tidak mampu melakukan sintesis enzim-enzim

pencenna. Pada monosit dapat dirangsang untuk membelah dalam jaringan, dan

mereka mampu memberi respon terhadap keadaan lokal dengan mensintesis sejumlah

enzim intrasel. Kemampuan untuk menjalani “on the.job training”, ini adalah suatu

sifat makrofag yang vital, khususnya pada reaksireaksi immunologis tertentu. Selain

itu makrofag-makrofag dapat mengalami perubahan bentuk, selama mengalami

perubahan itu, mereka menghasilkan seI-se1 secara tradisional disebut sel epiteloid.

19

Page 20: Inflamasi

Makrofag juga mampu bergabung membentuk sel raksasa berinti banyak disebut

giant cell.

Walaupun makrofag merupakan komponen penting dalam eksudat namun mereka

tersebar secara luas dalam tubuh, dalam keadaan normal dan disebut sebagai system

reticuloendotelial atau RES (Reticulo Endotelial System), yang mempunyai sifat

fagositosis, termasuk juga dalam hati, sel tersebut dikenal sebagai sel kupffer. Fungsi

utama makrofag sebagai pembersih dalam darah ataupun seluruh jaringan

tubuh.Fungsi RES yang sehari-hari penting menyangkut pemrosesan haemoglobin sel

darah merah yang sudah mencapai akhir masa hidupnya. Sel-sel ini mampu memecah

Hb menjadi suatu zat yang mengandung besi dan zat yang tidak mengandung besi.

Besinya dipakai kembali dalam tubuh untuk pembuatan sel-sel darah merah lain

dalam sumsum tulang dan zat yang tidak mengandung besi dikenal sebagai bilirubin,

di bawa ke dalam aliran darah ke hati, dimana hepatosit mengekstrak bilirubin dari

aliran darah dan mengeluarkannya sebagai bagian dari empedu.

c. Limposit

Umumnya terdapat dalam eksudat hanya dalam jumlah yang sangat kecil,meskipu

eksudat sudah lama terbentuk yaitu sampai reaksi-reaksi peradangan menjadi kronis.

20

Page 21: Inflamasi

BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Inflamasi adalah respon dari suatu organisme terhadap patogen dan alterasi

mekanis dalam jaringan, berupa rangkaian reaksi yang terjadi pada tempat jaringan

yang mengalami cedera, seperti karena terbakar, atau terinfeksi. Radang atau

inflamasi adalah satu dari respon utama sistem kekebalan terhadap infeksi dan iritasi.

Gejala inflamasi dapat disertai dengan gejala panas, kemerahan, bengkak, nyeri/sakit,

fungsinya terganggu. Proses inflamasi meliputi kerusakan mikrovaskuler,

meningkatnya permeabilitas vaskuler dan migrasi leukosit ke jaringan radang, dengan

gejala panas, kemerahan, bengkak, nyeri/sakit, fungsinya terganggu. Mediator yang

dilepaskan antara lain histamin, bradikinin, leukotrin, Prostaglandin dan PAF.

Inflamasi akut akan terjadi secara cepat (menit —hari) dengan ciri khas utama

eksudasi cairan, akumulasi neutrofil memiliki tanda-tanda umum berupa rubor

(redness), calor (heat), tumor (swelling), Dolor (pain), Functio laesa (lose of

function). Inflamasi kronis dapat diartikan sebagai inflamasi yang berdurasi panjang

(berminggu-minggu hingga bertahun-tahun) dan terjadi proses secara simultan dari

inflamasi aktif, cedera jaringan, dan pennyembuhan.

21

Page 22: Inflamasi

DAFTAR PUSTAKA

Akhmad Snh. 2012. http://akhmad-snh.blogspot.com/2012/05/mekanisme-fisiologi-inflamasi.html. Diakses tanggal 30 november 2013.

ariputuamijaya. http://ariputuamijaya.wordpress.com/2011/12/10/perbedaan-radang-akut-dengan-radang-kronis/. Diakses tanggal 30 november 2013

Fety kurniawati. http://fetybyanstec.wordpress.com/2011/06/22/radangpengertianmacamperantanda2faktor-pengaruhaspek-cairan-seluler-peradangandlllll/. Diakses tanggal 30 november 2013

Janeway, Charles A.; Travers, Paul; Walport, Mark; Shlomchik, Mark (2001). Immunobiology. Garland Science. Diakses 30 november 2013.

http://dawibo.wordpress.com/2011/03/27/mekanisme-peradangan/. Diakses tanggal

30 november 2013.

http://serpihanilmuku.blogspot.com/2011/11/mediator-peradangan-perantara

kimia.html. Diakses tanggal 30 november 2013

http://id.wikipedia.org/wiki/Radang. Diakses tanggal 30 november 2013

http://jenispenyakit.blogspot.com/2009/07/penyakit-radang.html. Diakses tanggal 30 november 2013

http://davidd-sastra.blogspot.com/2010/04/pengertian-radang-dan-proses-terjadinya.html. Diakses tanggal 30 november 2013

22