Inflamasi
-
Upload
erena-hajar-kartika -
Category
Documents
-
view
125 -
download
1
description
Transcript of Inflamasi
![Page 1: Inflamasi](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022062305/55cf9a6f550346d033a1b9e4/html5/thumbnails/1.jpg)
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang
Inflamasi adalah respon dari suatu organisme terhadap patogen dan alterasi
mekanis dalam jaringan, berupa rangkaian reaksi yang terjadi pada tempat jaringan
yang mengalami cedera, seperti karena terbakar, atau terinfeksi. Radang atau
inflamasi adalah satu dari respon utama sistem kekebalan terhadap infeksi dan iritasi.
Apabila jaringan cedera misalnya karena terbakar, teriris atau karena infeksi
kuman, maka pada jaringan ini akan terjadi rangkaian reaksi yang memusnahkan
agen yang membahayakan jaringan atau yang mencegah agen menyebar lebih luas.
Reaksi-reaksi ini kemudian juga menyebabkan jaringan yang cedera diperbaiki atau
diganti dengan jaringan baru.
Gejala inflamasi dapat disertai dengan gejala panas, kemerahan, bengkak,
nyeri/sakit, fungsinya terganggu. Proses inflamasi meliputi kerusakan mikrovaskuler,
meningkatnya permeabilitas vaskuler dan migrasi leukosit ke jaringan radang, dengan
gejala panas, kemerahan, bengkak, nyeri/sakit, fungsinya terganggu. Mediator yang
dilepaskan antara lain histamin, bradikinin, leukotrin, Prostaglandin dan PAF.
Inflamasi adalah respons protektif untuk menghilangkan penyebab jejas (cell injury),
dengan mengencerkan, menghancurkan atau menetralkan agen berbahaya, serta
membuang penyebab awal jejas sehingga proses penyembuhan dapat dilaksanakan.
1
![Page 2: Inflamasi](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022062305/55cf9a6f550346d033a1b9e4/html5/thumbnails/2.jpg)
1.2. Rumusan Masalah 1.2.1 Apa pengertian inflamasi?
1.2.2 Bagaimana mekanisme terjadinya inflamasi?
1.2.3 Apa perbedaan inflamasi akut dan inflamasi kronis?
1.2.4 Apa saja yang berperan sebagai mediator inflamasi?
1.2.5 Bagaimana reaksi sel inflamasi?
1.3. Tujuan
1.3.1 Untuk mengetahui pengertian inflamasi.1.3.2 Untuk mengetahui bagaimana mekanisme terjadinya inflamasi?1.3.3 Untuk mengetahui perbedaan inflamasi akut dan inflamasi
kronis.1.3.4 Untuk mengetahui apa yang berperan sebagai mediator
inflamasi.1.3.5 Untuk mengetahui reaksi sel inflamasi.
1.4. Manfaat
Adapun manfaat dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata
kuliah Imunologi Veteriner yang ditugaskan oleh dosen. Disamping
itu makalah ini diharapkan menjadi salah satu arsip dan bahan bacaan
bagi mahasiswa yang ingin mempelajari materi kuliah mengenai
“inflamasi”.
2
![Page 3: Inflamasi](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022062305/55cf9a6f550346d033a1b9e4/html5/thumbnails/3.jpg)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengertian Inflamasi
Radang (bahasa Inggris: inflammation) adalah respon dari suatu organisme
terhadap patogen dan alterasi mekanis dalam jaringan, berupa rangkaian reaksi yang
terjadi pada tempat jaringan yang mengalami cedera, seperti karena terbakar, atau
terinfeksi. Radang atau inflamasi adalah satu dari respon utama sistem kekebalan
terhadap infeksi dan iritasi. Inflamasi distimulasi oleh faktor kimia (histamin,
bradikinin, serotonin, leukotrien, dan prostaglandin) yang dilepaskan oleh sel yang
berperan sebagai mediator radang di dalam sistem kekebalan untuk melindungi
jaringan sekitar dari penyebaran infeksi.
Menurut Kamus Kedokteran Dorland:
Radang ialah respon protektif setempat yang ditimbulkan oleh cedera atau kerusakan
jaringan, yang berfungsi menghancurkan, mengurangi, atau mengurung baik agen
pencedera maupun jaringan yang cedera itu.
Menurut Katzung (2002):
Radang ialah suatu proses yang dinamis dari jaringan hidup atau sel terhadap suatu
rangsang atau injury (jejas) yang dilakukan terutama oleh pembuluh darah (vaskuler)
dan jaringan ikat (connective tissue).
Apabila jaringan cedera misalnya karena terbakar, teriris atau karena infeksi
kuman, maka pada jaringan ini akan terjadi rangkaian reaksi yang memusnahkan
agen yang membahayakan jaringan atau yang mencegah agen menyebar lebih luas.
Reaksi-reaksi ini kemudian juga menyebabkan jaringan yang cedera diperbaiki atau
diganti dengan jaringan baru.
3
![Page 4: Inflamasi](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022062305/55cf9a6f550346d033a1b9e4/html5/thumbnails/4.jpg)
Rangkaian reaksi ini disebut inflamasi (Rukmono, 1973). Inflamasi atau
inflamasi adalah satu dari respon utama sistem kekebalan terhadap infeksi dan iritasi.
Inflamasi distimulasi oleh faktor kimia (histamin, bradikinin, serotonin, leukotrien,
dan prostaglandin) yang dilepaskan oleh sel yang berperan sebagai mediator
inflamasi di dalam sistem kekebalan untuk melindungi jaringan sekitar dari
penyebaran infeksi. Inflamasi mempunyai tiga peran penting dalam perlawanan
terhadap infeksi:
1) Memungkinkan penambahan molekul dan sel efektor ke lokasi infeksi untuk
meningkatkan performa makrofaga.
2) Menyediakan rintangan untuk mencegah penyebaran infeksi.
3) Mencetuskan proses perbaikan untuk jaringan yang rusak.
Inflamasi adalah respons protektif untuk menghilangkan penyebab jejas (cell injury),
dengan mengencerkan, menghancurkan atau menetralkan agen berbahaya, serta
membuang penyebab awal jejas sehingga proses penyembuhan dapat dilaksanakan.
Inflamasi merupakan sebuah proses kompleks yang meliputi kerjasama banyak
“Pemain”. “Pemain” yang berkontribusi ini adalah sel dan protein dan sel plasma
dalam sirkulasi, sel endotel pembuluh darah dan sel serta matriks ekstraseluler
jaringan ikat. Sel dalam sirkulasi meliputi leukosit (neutrofil, eosinofil, basofil,
limfosit, monosit) dan trombosit; protein dalam sirkulasi meliputi faktor pembekuan,
kininogen dan komponen komplemen; sel endotel sendiri, sel jaringan ikat meliputi
sel mast, makrofag, limfosit dan fobroblas; dan yang terakhir Extraceluler matrix
(ECM) meliputi kolagen dan elastin susun fibrosa, proteoglikan bentuk gel,
glikoprotein adhesif (fibronektin) sebagai struktur penyambung antar ECM.
4
![Page 5: Inflamasi](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022062305/55cf9a6f550346d033a1b9e4/html5/thumbnails/5.jpg)
Respon peradangan dapat dikenali dari rasa sakit, kulit lebam, demam dll,
yang disebabkan karena terjadi perubahan pada pembuluh darah di area infeksi:
1) Pembesaran diameter pembuluh darah, disertai peningkatan aliran
darah di daerah infeksi. Hal ini dapat menyebabkan kulit tampak
lebam kemerahan dan penurunan tekanan darah terutama pada
pembuluh kecil.
2) Aktivasi molekul adhesi untuk merekatkan endotelia dengan
pembuluh darah.
3) Kombinasi dari turunnya tekanan darah dan aktivasi molekul adhesi,
akan memungkinkan sel darah putih bermigrasi ke endotelium dan
masuk ke dalam jaringan. Proses ini dikenal sebagai ekstravasasi.
Bagian tubuh yang mengalami peradangan memiliki tanda-tanda sebagai berikut:
1) Tumor atau membengkak
2) Calor atau menghangat
3) Dolor atau nyeri
4) Rubor atau memerah
5) Functio laesa atau daya pergerakan menurun dan kemungkinan disfungsi
organ atau jaringan.
5
![Page 6: Inflamasi](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022062305/55cf9a6f550346d033a1b9e4/html5/thumbnails/6.jpg)
2.2. Mekanisme Inflamasi
Beberapa penyebab dari peradangan diantaranya adalah keberadaan benda
asing di dalam jaringan dan kerusakan jaringan yang disebabkan oleh agen infeksi,
trauma fisik, radiasi, racun (kimia, biologi, organik), respon imun, alergi, serta suhu
yang ekstrim. Apabila terjadi peradangan, maka agen penyebab radang dan kerusakan
jaringan yang terjadi tersebut akan dilokalisasi dan dieliminasi dengan berbagai cara,
diantaranya adalah melalui fagositosis oleh leukosit. Kondisi ini akan menyebabkan
persembuhan jaringan yang rusak di lokasi radang. Apabila terjadi kelambanan atau
ketidakmampuan proses eliminasi agen penyebab radang tersebut, maka akan
menyebabkan peradangan menjadi berlanjut dan persembuhan akan terhambat.
Gambar 1. Mekanisme inflamasi
Aktifitas peradangan yang diselenggarakan oleh mediator inflamasi dimulai
dengan dilatasi pembuluh darah arterial dan pembuluh darah kapiler setempat untuk
menciptakan kondisi hiperemi. Setelah itu, akan terjadi kontraksi endotel dinding
kapiler yang dapat meningkatkan permeabilitas vaskuler, sehingga akan terbentuk
eksudat serous di interstisium daerah yang mengalami peradangan.
6
![Page 7: Inflamasi](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022062305/55cf9a6f550346d033a1b9e4/html5/thumbnails/7.jpg)
Pembuluh darah kapiler yang sehat mempunyai permeabilitas yang terbatas,
yaitu dapat dilalui oleh cairan dan larutan garam, tetapi sulit untuk dialui larutan
protein yang berupa koloid. Apabila pembuluh darah kapiler cedera akibat
peradangan, maka dinding pembuluh darah kapiler menjadi lebih permeabel dan akan
lebih mudah dilalui oleh larutan protein yang berupa koloid. Peningkatan
permeabilitas tersebut menyebabkan peningkatan jumlah cairan yang keluar dari
pembuluh darah kapiler. Cairan tersebut akan mengisi jaringan sekitar radang dan
menyebabkan edema, sehingga akan terlihat gejala radang yaitu pembengkakan.
Larutan protein (koloid) dapat dengan mudah keluar melalui dinding pembuluh darah
kapiler yang cedera/rusak tersebut. Molekul protein awal yang keluar dari pembuluh
darah adalah albumin, kemudian diikuti oleh molekul-molekul protein yang lebih
besar (globulin dan fibrinogen). Kondisi ini menyebabkan cairan edema mempunyai
kadar protein yang tinggi. Kadar protein yang tinggi dalam plasma di jaringan
tersebut akan mengakibatkan peningkatan tekanan osmotik dalam jaringan, sehingga
menghalangi cairan plasma tersebut masuk ke dalam pembuluh darah kapiler.
Selain itu, terjadi perubahan pengaliran sel-sel darah putih di dalam pembuluh
darah di daerah yang mengalami radang. Apabila dalam kondisi normal, maka sel-sel
darah putih akan mengalir di tengah arus. Sedangkan pada kondisi radang, sel-sel
darah putih akan mengalami marginasi (mengalir mendekati dinding endotel). Sel-sel
darah putih tersebut berperan dalam fagositosis agen penyebab radang,
menghancurkan sel dan aringan nekrotik, serta antigen asing.
Kondisi radang akan terjadi aktifitas pengiriman sel-sel darah putih dari lumen
pembuluh darah ke daerah yang mengalami radang atau ke lokasi yang mengalami
kerusakan jaringan. Tahapan dalam pengiriman sel-sel darah putih tersebut
diantaranya adalah :
7
![Page 8: Inflamasi](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022062305/55cf9a6f550346d033a1b9e4/html5/thumbnails/8.jpg)
a. Sel-sel darah putih mengalir mendekati endotel pembuluh darah
(marginasi).
b. Sel-sel darah putih mendarat pada dinding endotel pembuluh darah dengan
cara menggelinding di sepanjang endotel (rolling).
c. Sel-sel darah putih berhenti dengan melekat pada reseptor di permukaan
endotel (adhesi).
d. Sel-sel darah putih mengalami ekstravasasi/emigrasi (keluar dari dalam
pembuluh darah) dengan cara menembus dinding endotel dan membran
basal di bawah endotel. Keluarnya sel-sel darah putih terjadi secara
diapedesis (melewati celah diantara endotel).
e. Sel-sel darah putih bermigrasi di jaringan interstisium, menuju ke pusat
inflamasi karena adanya stimulus kemotaktik.
2.3. Perbedaan Inflamasi Akut dan Inflamasi Kronis
2.3.1. Inflamasi Akut
Inflamasi akut akan terjadi secara cepat (menit —hari) dengan ciri khas utama
eksudasi cairan, akumulasi neutrofil memiliki tanda-tanda umum berupa rubor
(redness), calor (heat), tumor (swelling), Dolor (pain), Functio laesa (lose of
function). Terjadi karena tujuan utama : mengirim leukosit ke tempat jejas untuk
bersihkan setiap mikroba. Dengan dua proses utama, perubahan vascular(vasodilatasi,
peningkatan permeabilitas) dan perubahan selular (rekrutmen dan aktivasi selular).
Perubahan makroskopik yang dapat diamati berupa hiperemia yang memberikan
penampakan eritema, exudation yang memberikan penampakan edema, dan emigrasi
leukosit.
8
![Page 9: Inflamasi](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022062305/55cf9a6f550346d033a1b9e4/html5/thumbnails/9.jpg)
Radang akut adalah respon yang cepat dan segera terhadap cedera yang
didesain untuk mengirimkan leukosit ke daerah cedera. Leukosit membersihkan
sebagai mikroba yang menginvansi dan memulai proses pembongkaran jaringan
nekrotik. Terdapat 2 komponen utama dalam proses radang akut, yaitu perubahan
penampang dan structural dari pembuluh darah serta emigrasi dari leukosit.
Perubahan penampang pembuluh darah akan mengakibatkan meningkatnya aliran
darah dan terjadinya perubahan structural pada pembuluh darah mikro akan
memungkinkan protein plasma dan leukosit meninggalkan sirkulasi darah. Leukosit
yang berasal dari mikrosirkulasi akan melakukan emigrasi dan selanjutnya
berakumulasi di lokasi cedera
Segera setelah jelas, terjadi dilatasi arteriol lokal yang mungkin didahului oleh
vasokontriksi singkat. Sfingter prakapiler membuka dengan akibat aliran darah dalam
kapiler yang telah berfungsi meningkat dan juga dibukanya anyaman kapiler yang
sebelumnya inaktif. Akibatnya anyaman venular pasca kapiler melebar dan diisi
darah yang mengalir deras. Dengan demikian, mikrovaskular pada lokasi jejas
melebar dan berisi darah terbendung. Kecuali pada jejas yang sangat ringan,
bertambahnya aliran darah (hiperemia) pada tahap awal akan disusul oleh
perlambatan aliran darah, perubahan tekanan intravaskular dan perubahan pada
orientasi unsur-unsur berbentuk darah terhadap dinding pembuluhnya. Perubahan
pembuluh darah dilihat dari segi waktu, sedikit banyak tergantung dari parahnya
jejas. Dilatasi arteriol timbul dalam beberapa menit setelah jejas. Perlambatan dan
bendungan tampak setelah 10-30 menit
Peningkatan permeabilitas vaskuler disertai keluarnya protein plasma dan sel-
sel darah putih ke dalam jaringan tersebut eksudasi dan merupakan gambaran utama
reaksi radang akut. Vaskulatur-mikro pada dasarnya terdiri dari saluran-saluran yang
berkesinambungan berlapis endotel yang bercabang-cabang dan mengadakan
anastomosis. Sel endotel dilapisi oleh selaput basalis yang berkesinambungan
9
![Page 10: Inflamasi](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022062305/55cf9a6f550346d033a1b9e4/html5/thumbnails/10.jpg)
Pada ujung arteriol kapiler, tekanan hidrostatik yang tinggi mendesak cairan keluar ke
dalam ruang jaringan interstisial dengan cara ultrafiltrasi. Hal ini berakibat
meningkatnya konsentrasi protein plasma dan menyebabkan tekanan osmotik koloid
bertambah besar, dengan menarik kembali cairan pada pangkal kapiler venula.
Pertukaran normal tersebut akan menyisakan sedikit cairan dalam jaringan interstisial
yang mengalir dari ruang jaringan melalui saluran limfatik. Umumnya, dinding
kapiler dapat dilalui air, garam, dan larutan sampai berat jenis 10.000 dalton
2.3.2. Inflamasi Kronis
Inflamasi kronis dapat diartikan sebagai inflamasi yang berdurasi panjang
(berminggu-minggu hingga bertahun-tahun) dan terjadi proses secara simultan dari
inflamasi aktif, cedera jaringan, dan pennyembuhan. Perbedaannya dengan radang
akut, radang akut ditandai dengan perubahn vaskuler, edema, dan inflitrasi neutrofil
dalam jumlah besar. Sedangkan radang kronik ditandai oleh infiltrasi sel mononuklir
(seperti makrofag, limfosit, dan sel plasma), destruksi jaringan, dan perbaikan
(meliputi proliferasi pembuluh darah baru/angiogenesis dan fibrosis).
Radang kronik dapat timbul melalui satu atau dua jalan. Dapat timbul
menyusul radang akut, atu responnya sejak awal bersifat kronik. Perubahan radang
akut menjadi kronik berlangsung bila respon radang akut tidak dapat reda, disebabkan
agen penyebab jejas yang menetap atau terdapat gangguan pada proses penyembuhan
normal. Ada kalanya radang kronik sejak awal merupakan proses promer. Sering
penyebab jejas memiliki toksitas rendah dibandingkan dengan penyebab yang
menimbulkan radang akut. Terhadap 3 kelompok besar yang menjadi penyebabnya,
yaitu infeksi persisten oleh mikroorganisme intrasel tertentu (seperti basil tuberkel,
Treponema palidum, dan jamur-jamur tertentu), kontak lama dengan bahan yang
tidak dapat hancur (misalnya silika), penyakit autonium. Bila suatu radang
berlangsung lebih lama dari 4 atau 6 minggu disebut kronik. Tetapi karena banyak
10
![Page 11: Inflamasi](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022062305/55cf9a6f550346d033a1b9e4/html5/thumbnails/11.jpg)
kebergantungan respon efektif tuan rumah dan sifat alami jejas, maka batasan waktu
tidak banyak artinya. Perbedaan antara akut dan kronik sebaiknya berdasarkan pola
morfologi reaksi
Mekanisme reaksi inflamasi kronis umum dimulai dari suatu agen pencidera
yang akan menghasilkan antigen yng mana antigen ini akan merangsang
pembentukan proses perubahan Limfosit T yang menjadi sel T efktor yang
berakumulasi membentuk respon sel T sitotoksik yang berperan dalam lisis sel
(selular imuniti). Sel T tersebut juga berpengaruh dalam pembentukan granuloma
epiteloid dirangsang oleh sikotin. Sel T sitotoksik juga berpengaruh dalam perubahan
limfosit B menjadi sel plasma, yang akhirnya berpern dalam pembentukan antibodi
untuk melemahkan antigen (humoral imuniti). Makrofag yang telah memakan
antigen, dalam proses kronis akan membentuk granuloma awal, yang dalam keadaan
infeksius membentuk jaringan granuloma epiteloid kaseosa, dan pada keadaan
noninfeksius menghasilkan granuloma epitoloid nonkaseosa. Yang pada proses
penyembuhan membentuk jaringan fibrosis.
2.4. Mediator Inflamasi
Mediator adalah cara atau signal kimia. Mediator dalam inflamasi/radang berperan
sangat penting karena merupakan komponen utama dalam komunikasi sel,
amplifikasi inflamasi, ataupun opsonin, yang ketiganya berguna dalam memfasilitasi
eliminasi agen penyebab radang dan juga perbaikan jaringan. Beberapa hal yang
perlu diketahui dari mediator adalah sebagai berikut :
(1) Mediator dapat berasal dari sel maupun cairan plasma (plasma protein).
(2) Mediator dari sel biasanya diisolasi dengan membentuk granula dalam sel,
sedangkan mediator pada plasma dihasilkan sebagian besar oleh hati dan
berada dalam keadaan non-aktif dalam cairan darah sehingga membutuhkan
mekanisme aktivasi tertentu.
11
![Page 12: Inflamasi](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022062305/55cf9a6f550346d033a1b9e4/html5/thumbnails/12.jpg)
(3) Mediator aktif diproduksi sebagai respon terhadap berbagai macam
rangsangan, termasuk radang.
(4) Rangsangan yang dimaksud di sini adalah produk mikroba, substansi dari
jaringan yang nekrosis, dan protein-protein seperti kompelemen, kinin, sistem
koagulasi, yang dengan sendirinya diaktivasi oleh mikroba dan jaringan yang
terluka. Mekanisme ini dapat diartikan sebagai “diaktivasi jika diperlukan,
diproduksi jika dibutuhkan”.
(5) Mediator yang satu dapat merangsang dikeluarkannya mediator yang lain.
(6) Misalnya, mediator TNF dan IL-1 dapat menstimulasi dikeluarkannnya
protein selektin oleh sel endotel.
(7) Mediator bervariasi dalam efek dan jenis sel tempat ia bekerja.
(8) Kebanyakan mediator (terutama yang bersifat hidrofilik) hanya memiliki
waktu hidup yang pendek karena harus segera didegradasi agar tidak
menimbulkan respon yang berlebihan.
Terdapat dua macam mediator yang dibagi berdasarkan tempat ia berasal, yaitu
mediator yang berasal dari sel (cell-derived mediators) dan mediator yang murni dari
plasma darah (plasma-derived mediators). Berikut ini, yang akan dibahas secara
mendalam adalah mediator yang berasal dari sel. Mediator selular dapat dibagi
menjadi beberapa macam, sebagai berikut:
(1) Amina Vasoaktif: Histamin dan Serotonin. Amina vasoaktif maksudnya
adalah berbagai macam mediator kimia yang merupakan turunan dari amina,
yang dapat bekerja langsung pada sistem vaskular. Histamin paling banyak
dihasilkan oleh sel mast yang biasanya terdistribusi dengan normal pada
jaringan ikat longgar sebagai sel tetap (fixed cell). sel mast mengeluarkan
histamin sebagai mediator kimia, yaitu Histamin, salah satu mediator yang
paling umum diproduksi dan berguna untuk vasodilatasi dan meningkatkan
permeabilitas vaskular. Selain itu, histamin juga menyebabkan bronkofasme
12
![Page 13: Inflamasi](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022062305/55cf9a6f550346d033a1b9e4/html5/thumbnails/13.jpg)
pada asma dan meningkatkan produksi mukus pada saluran pernafasan.
Histamin akan berikatan ada reseptor H1 pada sel endotel. Pengeluaran
histamin selain disebabkan oleh pengikatan antigen dengan reseptor Fc, juga
dapat disebabkan oleh (1) trauma, (2) histamine releasing hormone yang
berasal dari leukosit, (3) neuropeptida (misalnya substansi P), dan (4) sitokin
tertentu.
Serotonin (5-hidroksitriptamin) juga merupakan mediator kimia yang sefungsi
dengan histamin, namun tempat asalnya berada di keping darah (platelet) dan
beberapa sel pensekresi neuroendokrin. Serotonin akan dilepaskan ketika
terjadi reaksi koagulasi (pembekuan darah), di mana keping darah akan
beragregasi setelah bersentuhan langsung dengan kolagen, thrombin, ADP,
dan komplek antigen-antibodi. Ini merupakan salah satu hubungan antara
pembekuan dan peradangan.
(2) Metabolit Asam Arakidonat (AA): Prostaglandin, Leukotrien, dan Lipoksin
AA merupakan salah satu turunan asam lemah yang terdiri atas 20 atom C
(Karbon) yang diperoleh dari asupan makanan ataupun konversi dari asam
lenoleat. AA juga disebut sebagai eicosanoid, dan perolehan dari bahan kimia
ini tidak terdapat secara bebas pada sel-sel, namun diperlukan mekanisme
tertentu untuk menghasilkannya, yaitu dengan pencernaan membran lipid sel
oleh enzim phospolipase A2. Senyawa eikosanoid berikatan dengan reseptor
terkait protein G pada sel-sel target untuk menghasilkan suatu respon.
Prostaglandin (dan turunannya) terlibat dalam pemicuan timbulnya rasa sakit
dan demam. Prostaglandin diproduksi oleh sel mast dan mekanisme
produksinya mulai dari pencernaan lipid membran sampai kepada produksi
asam arakidonat
(3) Platelet-Activating Factor (PAF) merupakan salah satu bentuk mediator yang
adalah turunan dari fosfolipid. Diberi nama PAF karena mediator ini dapat
13
![Page 14: Inflamasi](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022062305/55cf9a6f550346d033a1b9e4/html5/thumbnails/14.jpg)
menyebabkan agregasi dari keping-keping darah, namun sekarang ini
ditemukan pula efek dari mediator ini yang dapat memicu terjadinya
inflamasi. Dalam kontraksi yang relatif tinggi, PAF berlaku sebagai
vasokonstriktor dan bronkokonstriktor, namun dalam konsentrasi yang
ekstrem kecil, PAF berefek 100 – 10000 kali lebih besar dibanding histamin
dalam bertindak sebagai vasodilator dan meningkatkan permeabilitas
vaskular. Selain itu, PAF juga berperan dalam adhesi leukosit ke endotel,
kemotaksis, degranulasi, dan peristiwa ledakan oksigen, serta stimulasi
produksi berbagai macam mediator lainnya, terutama eikosanoid.
(4) Reactive Oxygen Species (ROS), meskipun terlibat dalam pencernaan
mikroba dan eliminasi agen radang, juga dapat dilepaskan ke lingkungan
ekstraselular akibat terjadinya frustated-leukocyte. Apabila dikeluarkan dalam
konsentrasi kecil, ROS dapat merangsang pengeluaran kemokin, sitokin, dan
molekul adhesi endotel yang lebih banyak, sehingga mengamplifikasi respon
inflamasi. Namun, tetap saja ROS dapat menyebabkan kerusakan pada sel dan
jaringan yang sehat dalam tubuh, misalnya kerusakan pada sel endotel dan
sel-sel lain, serta inaktivasi antiprotease, seperti α-antitripsin. Untuk itu,
dalam plasma darah, terdapat banyak zat antioksidan, misalnya enzim
katalase, glutationin, SOD, ceruloplasmin, dan transferin.
(5) Nitrogen Oksida (NO).NO berperan dalam merelaksasi otot polos vaskular
dan mempromosikan terjadinya vasodilatasi. Namun, pada beberpa keadaan,
NO dapat menghambat reaksi inflamasi, misalnya menghambat agregasi
keping darah, inflamasi dengan pemicu sel mast, dan rekruitment dari leukosit
ke daerah inflamasi. Dengan demikian, NO dapat dikatakan sebagai faktor
regulator endogenous dari respon inflamasi.
14
![Page 15: Inflamasi](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022062305/55cf9a6f550346d033a1b9e4/html5/thumbnails/15.jpg)
(6) Sitokin dan Kemokin
Sitokin yang paling banyak berperan dalam inflamasi akut adalah TNF (α,β,γ)
ataupun Interleukin (IL, dari 1 – 20), selain itu terdapat pula Interferon/IFN (α,β,γ).
Perhatikan gambar di bawah ini untuk memperoleh gambaran dari cara kerja TNF
dan IL (dalam hal ini IL-1 yang berperan dalam inflamasi akut pada masa awal).
Produksi dari sitokin IL-1 diatur oleh kompleks protein multipel yang disebut sebagai
inflammasome yang merespon stimuli dari mikroba dan sel-sel atau jaringan yang
mati. Komplek protein ini tergolong dalam protein apoptotik caspase yang berfungsi
mengaktifkan prekursor dari IL-1 menjadi sitokin yang aktif. Mutasi dari gen-gen
yang mengkode protein ini akan menyebabkan penyakit demam Mediterania.
Kemokin
Merupakan protein yang bersifat terutama sebagai kemoatraktan untuk leukosit.
Terdapat 40 jenis kemokin di dalam tubuh, namun baru 20 yang baru teridentifikasi
sampai saat ini. Namun, secara umum, berdasarkan struktur yang dibentuknya,
kemokin dapat digolongkan menjadi 4 kelas, antara lain:
a. Kelas C-X-C (α-kemokin) dengan 2 gugus sistein di antara asma
amino, misalnya IL-8.
b. Kelas C-C (β-kemokin) mencakup protein kemoatraktan untuk
monosit (MCP-1), eotaksin untuk eosinofil, protein inflamasi
makrofage (MIP-1 α), dan RANTES (Regulated and Normal T-Cell
Expressed and Secreted). Tidak bekerja pada neutrofil.
c. Kelas C yang bersifat spesifik untuk limfosit.
d. Kelas CX3C, yang hanya meliputi fraktalkin, terdapat dalam dua
bentuk yaitu (1) terikat membran plasma dan (2) turunan dari
proteolisis protein terikat membran.
15
![Page 16: Inflamasi](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022062305/55cf9a6f550346d033a1b9e4/html5/thumbnails/16.jpg)
(7) Kandungan Lisosomal dari Leukosit.
Kandungan lisosomal dari leukosit yang terdapat dalam granulanya apabila
dilepaskan akan dapat memicu terjadinya respon inflamasi. Misalnya pada
neutrofil terdapat enzim kolagenase pada granula kecil, sedangkan pada granula
besar (bersifat azurofil) terdapat neutral protease. Keseimbangan akan aktivitas
dari enzim-enzim berbahaya ini dikontrol oleh antiprotease.
(8). Neuropeptida
Disekresikan oleh sel-sel neuron (pada sensorik dan beberapa leukosit tertentu)
yang berperand dalam amplifikasi dari respon inflamasi, misalnya substansi P dan
neurokinin-A. Susbtansi P dapat menyebabkan terjadinya rasa peruh, pengaturan
tekanan darah, stimulasi sel endokrin, dan peningkatan permeablitas membran.
2.5. Reaksi Sel Inflamasi
Leukositosis terjadi bila ada jaringan cedera atau infeksi sehingga pada tempat
cedera atau radang dapat terkumpul banyak leukosit untuk membendung infeksi atau
menahan microorganisme menyebar keseluruh jaringan. Leukositosis ini disebabkan
karena produksi sumsum tulang meningkat, sehingga jumlahnya dalam darah cukup
untuk emigrasi pada waktu terjadi cedera atau radang. Karena itu banyak leukosit
yang masih muda dalam darah, dalam pemeriksaan laboratorium dikatakan
pergeseran ke kiri.
Jenis-Jenis Leukosit Dan Masing-Masing Fungsinya Dalam Peradangan.
Leukosit yang bersirkulasi dalam aliran darah dan emigrasi ke dalam eksudat
peradangan berasal dari sumsum tulang, di mana tidak saja leukosit tetapi juga sel-sel
darah merah dan trombosit dihasilkan secara terus memenerus.Dalam keadaan
normal, di dalam sumsum tulang dapat ditemukan banyak sekali leukosit yang belum
16
![Page 17: Inflamasi](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022062305/55cf9a6f550346d033a1b9e4/html5/thumbnails/17.jpg)
matang dari berbagai jenis dan “pool” leukosit matang yang ditahan sebagai cadangan
untuk dilepaskan ke dalam sirkulasi darah. Jumlah tiap jenis leukosit yang
bersirkulasi dalam darah perifer dibatasi dengan ketat tetapi diubah “sesuai
kebutuhan” jika timbul proses peradangan. Artinya, dengan rangsangan respon
peradangan, sinyal umpan balik pada sumsum tulang mengubah laju produksi dan
pengeluaran satu jenis leukosit atau lebih ke dalam aliran darah.
a. Granulosit, terdiri dari neutrofil, eosinofil, dan basofil.
Dua jenis leukosit lain ialah monosit dan limposit, tidak mengandung banyak granula
dalam sitoplasmanya.
a) Neutrofil
Sel-sel pertama yang timbul dalam jumlah besar di dalam eksudat pada
jamjam pertama peradangan adalah neutrofil.Inti dari sel ini berlobus tidak teratur
atau polimorf. Karena itu sel-sel ini disebut neutrofil polimorfonuklear (pmn) atau
“pool”. Sel-sel ini memiliki urutan perkembangan di dalam sumsum tulang,
perkembangan ini kira-kira memerlukan 2 minggu. Bila mereka dilepaskan ke dalam
sirkulasi darah, waktu paruhnya dalam sirkulasi kira-kira 6 jam. Per millimeter kubik
darah terdapat kira-kira 5000 neutrofil, kira-kira 100 kali dari jumlah ini tertahan
dalam sumsum tulang sebagai bentuk matang yang siap untuk dikeluarkan bila ada
sinyal.
Granula yang banyak sekali terlihat dalam sitoplasma neutrofil sebenarnya
merupakan paket-paket enzim yang terikat membran yaitu lisosom, yang dihasilkan
selama pematangan sel. Jadi neutrofil pmn yang matang adalah kantong yang
mengandung banyak enzim dan partikel-partikel antimicrobial. Neutrofil pmn mampu
bergerak aktif dan mampu menelan berbagai zat dengan proses yang disebut
fagositosis. Proses fagositosis dibantu oleh zat-zat tertentu yang melapisi obyek untuk
dicernakan dan membuatnya lebih mudah dimasukkan oleh leukosit. Zat ini
17
![Page 18: Inflamasi](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022062305/55cf9a6f550346d033a1b9e4/html5/thumbnails/18.jpg)
dinamakan opsonin. Setelah mencernakan partikel dan memasukkannya ke dalam
sitoplasma dalam vakuola fagositosis atau fagosom, tugas berikutnya dari leukosit
adalah mematikan partikel itu jika partikel itu agen microbial yang hidup, dan
mencernakannya. Mematikan agen-agen yang hidup itu diselesaikan melalui berbagai
cara yaitu perubahan pH dalam sel setelah fagositosis, melepaskan zat-zat anti
bakteri. Pencernaan partikel yang terkena fagositosis itu umumnya diselesaikan di
dalam vakuola dengan penyatuan lisosom dengan fagosom. Enzim-enzim pencernaan
yang sebelumnya tidak aktif sekarang diaktifkan di dalam fagolisosom,
mengakibatkan pencernaan obyek secara enzimatik.
b) Eosinofil
Merupakan jenis granulosit lain yang dapat ditemukan dalam eksudat peradangan,
walaupun dalam jumlah yang lebih kecil. Eosinofil secara fungsional akan
memberikan respon terhadap rangsang kemotaksis khas tertentu yang ditimbulkan
pada perkembangan allergis dan mereka mengandung enzim-enzim yang mampu
menetralkan efek-efek mediator peradangan tertentu yang dilepaskan dalam reaksi
peradangan semacam itu.
c) Basofil
Berasal dari sumsum tulang yang juga disebut mast sel/basofil jaringan. Granula dari
jenis sel ini mengandung berbagai enzim, heparin, dan histamin. Basofil akan
memberikan respon terhadap sinyal kemotaksis yang dilepaskan dalam perjalanan
reaksi immunologis tertentu. Dan basofil biasanya terdapat dalam jumlah yang sangat
kecil dalam eksudat.
Basofil darah dan mast sel jaringan dirangsang untuk melepas granulanya pada
berbagai keadaan cedera, termasuk reaksi immunologis maupun reaksi non
18
![Page 19: Inflamasi](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022062305/55cf9a6f550346d033a1b9e4/html5/thumbnails/19.jpg)
spesifik.Dalam kenyataannya mast sel adalah sumber utama histamin pada reaksi
peradangan.
b. Monosit
Adalah bentuk leukosit yang penting. Pada reaksi peradangan monosit akan
bermigrasi, tetapi jumlahnya lebih sedikit dan kecepatannya lebih lambat. Karena itu,
pada jam jam pertama peradangan relative sedikit terdapat monosit dalasn eksudat.
Namun makin lama akan makin bertambah adanya monosit dalam eksudat. Sel yang
sama yang dalam aliran darah disebut monosit, kalau terdapat dalam eksudat disebut
makrofag. Ternyata, jenis sel yang sama ditemukan dalam jumlah kecil melalui
jaringan penyambung tubuh walaupun tanpa peradangan yang jelas. Makrofag yang
terdapat dalam jaringan penyambung ini disebut histiosit. Dengan banyak hal fungsi
makrofag sangat mirip dengan fungsi neutrofil pmn. dimana makrofag akan bergerak
secara aktif yang memberi respon terhadap stimulasi kemotaksis, fagosit aktif dan
mampu mematikan serta mencernakan berbagal agen. Ada perbedaan penting antara
makrofag dan neutrofil, dimana siklus kehidupan makrofag lebih panjang, dapat
bertahan berminggu-minngu atau bahkan berbulan-bulan dalam jaringan dibanding
dengan neutrofil yang berumur pendek. Selain itu waktu monosit memasuki aliran
darah dari sumsum tulang dan waktu memasuki jaringan dari aliran darah, ia belum
matang betul seperti halnya neutrofil. Karena neutrofil dalam jaringan dan aliran
darah sudah mengalami pematangan (sudah matang), sehingga ia tidak mampu
melakukan pembelahan sel dan juga tidak mampu melakukan sintesis enzim-enzim
pencenna. Pada monosit dapat dirangsang untuk membelah dalam jaringan, dan
mereka mampu memberi respon terhadap keadaan lokal dengan mensintesis sejumlah
enzim intrasel. Kemampuan untuk menjalani “on the.job training”, ini adalah suatu
sifat makrofag yang vital, khususnya pada reaksireaksi immunologis tertentu. Selain
itu makrofag-makrofag dapat mengalami perubahan bentuk, selama mengalami
perubahan itu, mereka menghasilkan seI-se1 secara tradisional disebut sel epiteloid.
19
![Page 20: Inflamasi](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022062305/55cf9a6f550346d033a1b9e4/html5/thumbnails/20.jpg)
Makrofag juga mampu bergabung membentuk sel raksasa berinti banyak disebut
giant cell.
Walaupun makrofag merupakan komponen penting dalam eksudat namun mereka
tersebar secara luas dalam tubuh, dalam keadaan normal dan disebut sebagai system
reticuloendotelial atau RES (Reticulo Endotelial System), yang mempunyai sifat
fagositosis, termasuk juga dalam hati, sel tersebut dikenal sebagai sel kupffer. Fungsi
utama makrofag sebagai pembersih dalam darah ataupun seluruh jaringan
tubuh.Fungsi RES yang sehari-hari penting menyangkut pemrosesan haemoglobin sel
darah merah yang sudah mencapai akhir masa hidupnya. Sel-sel ini mampu memecah
Hb menjadi suatu zat yang mengandung besi dan zat yang tidak mengandung besi.
Besinya dipakai kembali dalam tubuh untuk pembuatan sel-sel darah merah lain
dalam sumsum tulang dan zat yang tidak mengandung besi dikenal sebagai bilirubin,
di bawa ke dalam aliran darah ke hati, dimana hepatosit mengekstrak bilirubin dari
aliran darah dan mengeluarkannya sebagai bagian dari empedu.
c. Limposit
Umumnya terdapat dalam eksudat hanya dalam jumlah yang sangat kecil,meskipu
eksudat sudah lama terbentuk yaitu sampai reaksi-reaksi peradangan menjadi kronis.
20
![Page 21: Inflamasi](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022062305/55cf9a6f550346d033a1b9e4/html5/thumbnails/21.jpg)
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Inflamasi adalah respon dari suatu organisme terhadap patogen dan alterasi
mekanis dalam jaringan, berupa rangkaian reaksi yang terjadi pada tempat jaringan
yang mengalami cedera, seperti karena terbakar, atau terinfeksi. Radang atau
inflamasi adalah satu dari respon utama sistem kekebalan terhadap infeksi dan iritasi.
Gejala inflamasi dapat disertai dengan gejala panas, kemerahan, bengkak, nyeri/sakit,
fungsinya terganggu. Proses inflamasi meliputi kerusakan mikrovaskuler,
meningkatnya permeabilitas vaskuler dan migrasi leukosit ke jaringan radang, dengan
gejala panas, kemerahan, bengkak, nyeri/sakit, fungsinya terganggu. Mediator yang
dilepaskan antara lain histamin, bradikinin, leukotrin, Prostaglandin dan PAF.
Inflamasi akut akan terjadi secara cepat (menit —hari) dengan ciri khas utama
eksudasi cairan, akumulasi neutrofil memiliki tanda-tanda umum berupa rubor
(redness), calor (heat), tumor (swelling), Dolor (pain), Functio laesa (lose of
function). Inflamasi kronis dapat diartikan sebagai inflamasi yang berdurasi panjang
(berminggu-minggu hingga bertahun-tahun) dan terjadi proses secara simultan dari
inflamasi aktif, cedera jaringan, dan pennyembuhan.
21
![Page 22: Inflamasi](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022062305/55cf9a6f550346d033a1b9e4/html5/thumbnails/22.jpg)
DAFTAR PUSTAKA
Akhmad Snh. 2012. http://akhmad-snh.blogspot.com/2012/05/mekanisme-fisiologi-inflamasi.html. Diakses tanggal 30 november 2013.
ariputuamijaya. http://ariputuamijaya.wordpress.com/2011/12/10/perbedaan-radang-akut-dengan-radang-kronis/. Diakses tanggal 30 november 2013
Fety kurniawati. http://fetybyanstec.wordpress.com/2011/06/22/radangpengertianmacamperantanda2faktor-pengaruhaspek-cairan-seluler-peradangandlllll/. Diakses tanggal 30 november 2013
Janeway, Charles A.; Travers, Paul; Walport, Mark; Shlomchik, Mark (2001). Immunobiology. Garland Science. Diakses 30 november 2013.
http://dawibo.wordpress.com/2011/03/27/mekanisme-peradangan/. Diakses tanggal
30 november 2013.
http://serpihanilmuku.blogspot.com/2011/11/mediator-peradangan-perantara
kimia.html. Diakses tanggal 30 november 2013
http://id.wikipedia.org/wiki/Radang. Diakses tanggal 30 november 2013
http://jenispenyakit.blogspot.com/2009/07/penyakit-radang.html. Diakses tanggal 30 november 2013
http://davidd-sastra.blogspot.com/2010/04/pengertian-radang-dan-proses-terjadinya.html. Diakses tanggal 30 november 2013
22