infeksi bumil dg torch

33
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kesehatan merupakan salah satu kebutuhan manusia yang penting. Terwujudnya keadaan sehat adalah kehendak semua pihak untuk mewujudkan keadaan sehat. Bentuk nyata perilaku proaktif memelihara dan meningkatkan keadaan sehat mencegah resiko terjadnya penyakit, melindungi diri dari ancaman penyakit serta berupaya aktif dalam memelihara kesehatan. (Depkes,RI.2005). Saat hamil emosi seorang ibu biasanya berubah – ubah mulai dari rasa senang sampai rasa cemas berlebihan perubahan lain yang perlu untuk diketahui yaitu menurunnya system kekebalan tubuh yang dapat meningkatkan resiko janin terhadap berbagai penyakit infeksi . infeksi bisa ditularkan ibu kepada janinnya melalui penularan vertical atau vertical transmission . infeksi yang ditularkan secara vertical yaitu infeksi kongenital. Infeksi ini dapat bergerak melalui plasenta untuk menginfeksi janin contohnya TORCH. (Abidin , 2014). Infeksi TORCH merupakan akronim dari kelompok infeksi Toksoplasma, Rubella, Sitomegalovirus (CMV) dan Herpes Simplex Virus (HSV). Walaupun berbeda dalam taksonomi tetapi kelompok mikroba ini memberikan gejala klinis yang mirip, gejala yang ada sukar dibedakan dengan dari penyakit lain, bahkan ada kalanya gejala tidak muncul. Infeksi TORCH dapat menyebabkan abortus pada ibu hamil, pertumbuhan janin terhambat, cacat 1

description

makalah ini membahas infeksi torch pada ibu hamil

Transcript of infeksi bumil dg torch

Page 1: infeksi bumil dg torch

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Kesehatan merupakan salah satu kebutuhan manusia yang penting. Terwujudnya keadaan

sehat adalah kehendak semua pihak untuk mewujudkan keadaan sehat. Bentuk nyata perilaku

proaktif memelihara dan meningkatkan keadaan sehat mencegah resiko terjadnya penyakit,

melindungi diri dari ancaman penyakit serta berupaya aktif dalam memelihara kesehatan.

(Depkes,RI.2005).

Saat hamil emosi seorang ibu biasanya berubah – ubah mulai dari rasa senang sampai

rasa cemas berlebihan perubahan lain yang perlu untuk diketahui yaitu menurunnya system

kekebalan tubuh yang dapat meningkatkan resiko janin terhadap berbagai penyakit infeksi .

infeksi bisa ditularkan ibu kepada janinnya melalui penularan vertical atau vertical

transmission . infeksi yang ditularkan secara vertical yaitu infeksi kongenital. Infeksi ini

dapat bergerak melalui plasenta untuk menginfeksi janin contohnya TORCH. (Abidin ,

2014).

Infeksi TORCH merupakan akronim dari kelompok infeksi Toksoplasma, Rubella,

Sitomegalovirus (CMV) dan Herpes Simplex Virus (HSV). Walaupun berbeda dalam

taksonomi tetapi kelompok mikroba ini memberikan gejala klinis yang mirip, gejala yang ada

sukar dibedakan dengan dari penyakit lain, bahkan ada kalanya gejala tidak muncul. Infeksi

TORCH dapat menyebabkan abortus pada ibu hamil, pertumbuhan janin terhambat, cacat

bawaan serta membawa permasalahan infertilitas pada pasangan suami istri yang

menginginkan keturunan (Mulyo, 1998)

Pada masa kehamilan sekitar 40% wanita hamil mengalami infeksi TORCH dan bayi

yang di lahirkan akan terinfeksi. Sebanyak 17% janin lahir terinfeksi pada trimester

pertama,dapat menyebaban keguguran dan berbagai masalah kongenital yang berat,24% pada

trimester kedua dan 27% pada trimester ketiga dapat menyebabkan kelahiran prematur

maupun kelahiran sehat (kelihatan tanpa kelainan fisik) (haksohusodo,2005).

1.2 RUMUSAN MASALAH

1. Apa definisi dari penyakit torch ?

2. Apa etiologi penyakit torch ?

3. Apa patofisiologi penyakit torch ?

1

Page 2: infeksi bumil dg torch

4. Apa manifestaasi klinis penyakit torch ?

5. Bagaimana pemeriksaan penunjang penyakit torch ?

6. Bagaimana penatalaksanaan medis penyakit torch ?

7. Bagaimana cara penularan penyakit torch ?

8. Bagaimana cara menghindari penyakit torch ?

1.3 TUJUAN

1. Mengetahui definisi penyakit torch

2. Mengetahui etiologi penyakit torch

3. Mengetahui patofisiologi penyakit torch

4. Mengetahui manifestaasi klinis penyakit torch

5. Mengetahui pemeriksaan penunjang penyakit torch

6. Mengetahui penatalaksanaan medis penyakit torch

7. Mengetahui cara penularan penyakit torch

8. Mengertahui cara menghindari penyakit torch

2

Page 3: infeksi bumil dg torch

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1DEFINISI

Penyakit Infeksi TORCH (Toksoplasma, Rubela, Cytomegalovirus/CMV dan Herpes

simplex) adalah sekelompok infeksi yang dapat ditularkan dari wanita hamil kepada bayinya.

Ibu hamil yang terinfeksi TORCH berisiko tinggi menularkan kepada janinnya yang bisa

menyebabkan cacat bawaan. Dugaan terhadap infeksi TORCH baru bisa dibuktikan dengan

melakukan pemeriksaan darah atau skrining. Jika hasilnya positif, atau terdapat infeksi aktif,

selanjutnya disarankan pemeriksaan diagnostik berupa pengambilan sedikit cairan ketuban

untuk diperiksa di laboratorium.

TORCH tidak hanya berkaitan dengan masalah kehamilan saja. TORCH juga bisa

menyerang orang tua, anak muda, dari berbagai kalangan, usia, dan jenis kelamin. TORCH

bisa menyerang otak (timbul gejala sering sakit kepala), menyebabkan sering timbul radang

tenggorokan, flu berkepanjangan, sakit pada otot, persendian, pinggang, sakit pada kaki,

lambung, mata, dan sebagainya.

Infeksi TORCH ini sering menimbulkan berbagai masalah kesuburan (fertilitas) baik

pada wanita maupun pria sehingga menyebabkan sulit terjadinya kehamilan. Infeksi TORCH

bersama dengan paparan radiasi dan obat-obatan teratogenik dapat mengakibatkan kerusakan

pada embrio. Beberapa kecacatan janin yang bisa timbul akibat TORCH yang menyerang

wanita hamil antara lain kelainan pada saraf, mata, kelainan pada otak, paru-paru, telinga,

terganggunya fungsi motorik, hidrosepalus, dan lain sebagainya.

1) Toxoplasma

Toxoplasma gondii adalah protozoa dengan penyebaran luas. Infeksi oleh

T.gondii dapat menyebabkan terjadinya toxoplasmosis, infeksi tesebut dapat

terjadi pada hewan dan manusia.Toxoplasma merupakan parasit protozoa

dengan sifat alami, perjalanan penyakitnya dapat bersifat akut atau menahun,

simptomatik maupun asimptomatik. T.gondii mengalami siklus aseksual pada

spesies vertebrata berdarah panas. Penularan pada manusia terjadi dengan cara

menelan kista yang berisi bradizoit yang terdapat pada daging yang terinfeksi,

atau secara tidak sengaja menelan ookista yang terdapat pada ekskreta

kucing. Frekuensi penyebaran tergantung pada kelembaban dan temperatur

3

Page 4: infeksi bumil dg torch

(yang mempengaruhi ketahanan ookista dalam lapisannya ), dan kebiasaan

mengkonsumsi daging yang tidak dimasak atau kurang matang.

2) Rubella

Congenital Rubella Syndrome Rubella atau campak Jerman adalah penyakit

yang disebabkan oleh infeksi virus rubella. infeksi biasanya hanya

menimbulkan sedikit keluhan atau tanpa gejala. Infeksi pada orang dewasa

dapat menimbulkan keluhan demam, sakit kepala, lemas dan konjungtivitis.

Tujuh puluh persen kasus infeksi rubella di orang dewasa menyebabkan

terjadinya atralgi atau artritis. Jika infeksi virus rubella terjadi pada kehamilan,

khususnya trimester pertama sering menyebabkan Congenital Rubella

Syndrome(CRS). CRS mengakibatkan terjadinya abortus, bayi lahir mati,

prematur dan cacat apabila bayi tetap hidup. definisi CRS merupakan

gabungan beberapa keabnormalan fisik yang berkembang di bayi sebagai

akibat infeksi virus rubella maternal yang berlanjut dalam fetus. Nama lain CRS

ialah Fetal Rubella Syndrome. Cacat bawaan (Congenital defect) yang paling

sering dijumpai ialah tuli sensoneural, kerusakan mata seperti katarak,

gangguan kardiovaskular, dan retardasi mental (Reef S, Coronado V 2006 dan

Anonim 2007).

3) Cytomegalovirus

Infeksi Cytomegalovirus ( CMV )biasanya dikelompokkan dalam infeksi

TORCH yang merupakan singkatan dariToxoplasma, Rubella, Cytomegalovirus,

Herpes simplex virus atau ada juga yang menambahkan othersuntuk huruf O-nya.

Seperti pada infeksi TORCH, infeksi CMV dipopulerkan sebagai penyakit yang

berdampak negatif terhadap janin atau fetus yang dikandung oleh wanita hamil

yang terinfeksi. Pada infeksi CMV, infeksi maternal atau ibu hamil kebanyakan

bersifat silent, asimtomatik tanpa disertai keluhan klinikatau gejala, atau hanya

menimbulkan gejala yang minim bagi ibu, namun dapat memberi akibat yang

berat bagi fetus yang dikandung, dapat pula menyebabkan infeksi kongenital,

perinatal bagi bayi yang dilahirkan. Keadaan seperti ini memang perlu diketahui

dan dideteksi agar dapat diberikan pengelolaan yang tepat, sebab infeksi prenatal

dapat berakibat fatal, sedangkan infeksi kongenital atau perinatal yang pada

awalnya berjalan tanpa gejala dapat menjadi manifes di kemudian hari. Infeksi

CMV tidak selalu bergabung dalam infeksi TORCH, melainkan dapat berdiri

sendiri, karena selain pada ibu hamil dan fetus, dapat menyerang setiap individu.

4

Page 5: infeksi bumil dg torch

Prevalensi infeksi sangat tinggi, dan walaupun umumnya bersifat silent,infeksi

CMV ternyata dapat memicu banyak macam penyakit lain, antara lain keganasan,

penyakit autoimun, bermacam inflamasi seperti radang ginjal-saluran kemih, hati,

saluran cerna, paru, mata, dan infertilitas. Diagnosis infeksi CMV tidak dapat

ditegakkan hanya berdasarkan latar belakang klinik saja, terlebih bila tidak

dijumpai keluhan atau hanya menimbulkan keluhan yang mirip dengan infeksi

virus pada umumnya. Deteksi secara laboratorik diperlukan untuk menunjang

diagnosis. Berbagai metoda pemeriksaan laboratorium telah dikembangkan

dengan menggunakan bahan pemeriksaan serum darah, urin, cairan tubuh lain.

Sejauh ini, pemeriksaan laboratorium untuk mendeteksi infeksi CMV banyak

dilakukan oleh pasangan pranikah, prahamil, atau wanita hamil yang mempunyai

riwayat kelainan kehamilan termasuk keguguran atau ingin punya anak, serta

bayi baru lahir cacat. Namun, dengan memahami seluk beluk infeksi CMV, akan

dapat dipahami bahwa deteksi laboratorik juga diperlukan oleh setiap individu

yang dicurigai terinfeksi CMV, baik hamil maupun tidak hamil, wanita maupun

pria, dewasa, anak, maupun bayi baru lahir.

4) Herpes

Acquired immunodeficiency syndrome (AIDS) adalah penyakit yang

disebabkan oleh infeksi human imunodefisiensi virus( HIV) .Penyebaran HIV

ini berkembang dengan cepat dan mengenai wanita dan anak-anak. Acquired

immunodeficiency syndrome menyebabkan kematian lebih dari 20 juta orang

setahun. Saat ini di seluruh dunia kira-kira 40 juta orang dewasa berusia 15-

45 tahun yang hidup dengan infeksi HIV . T ahun 2003 diperkirakan 700.000

bayi baru lahir terinfeksi HIV .Angka morbiditas dan mortalitas yang

disebabkan oleh HIV semakin meningkat dan merupakan masalah kesehatan

masyarakat yang paling penting di seluruh dunia. Hingga saat ini belum

ditemukan imunisasi profilaksis atau pengobatan AIDS, meskipun demikian

terapi antiretrovirus seperti highly active antiretroviral therapy (HAART)

tetap dikembangkan. Penggunaan obat antivirus dan persalinan berencana

dengan seksio sesaria telah menurunkan angka transmisi perinatal penyakit

ini dari 30% menjadi 20%. AIDS dikarakteristikkan sebagai penyakit

imunosupresif berat yang sering dikaitkan dengan infeksi oportunistik dan

tumor ganas serta degenerasi susunan saraf pusat. HIV menimbulkan infeksi

5

Page 6: infeksi bumil dg torch

berbagai + macam sistem sel imun, termasuk CD4 , makro-5,6 fag, dan sel

dendrit

2.2 ETIOLOGI

a) Toksoplasmosis

Manusia dapat terinfeksi oleh T. gondi dengan berbagai cara yaitu dari makan daging

mentah atau kurang masak yang mengandung kista T. gondi, ternakan atau tertelan

bentuk ookista dari tinja kucing, misalnya bersarma buah-buahan dan sayur-sayuran

yang terkontaminasi. Juga mungkin terinfeksi melalui transplantasi organ tubuh dari

donor penderita toksoplasmosis laten kepada resipien yang belum pernah terinfeksi T.

gondi. Kecelakaan laboratorium dapat terjadi melalui jarum suntik dan alat

laboratoriurn lain yang terkontaminasi oleh T. gondi. Infeksi kongenital terjadi intra

uterin melalui plasenta (WHO, 1979 ; Levine, 1990). Setelah terjadi infeksi T. gondi

ke dalam tubuh akan terjadi proses yang terdiri dari tiga tahap yaitu parasitemia, di

mana parasit menyerang organ dan jaringan serta memperbanyak diri dan

menghancurkan sel-sel inang. Perbanyakan diri ini paling nyata terjadi pada jaringan

retikuloendotelial dan otak, di mana parasit mempunyai afinitas paling besar.

Pembentukan antibodi merupakan tahap kedua setelah terjadinya infeksi. Tahap

ketiga merupakan fase kronik, terbentuk kista-kista yang menyebar di jaringan otot

dan syaraf, yang sifatnya menetap tanpa menimbulkan peradangan lokal.

b) Rubella

Infeksi ini juga dikenal dengan campak Jerman dan sering diderita anak-anak. Rubella

yang dialami pada tri semester pertama kehamilan 90 persennya menyebabkan

kebutaan, tuli, kelainan jantung, keterbelakangan mental, bahkan keguguran. Ibu

hamil disarankan untuk tidak berdekatan dengan orang yang sedang sakit campak

Jerman.

c) Cytomegalovirus (cmv)

CMV merupakan keluarga virus herpes. Infeksi CMV disebabkan oleh virus

Cytomegalo, dan virus ini temasuk golongan virus keluarga Herpes. Seperti halnya

keluarga herpes lainnya, virus CMV dapat tinggal secara laten dalam tubuh dan CMV

merupakan salah satu penyebab infeksi yang berbahaya bagi janin bila. Transmisi

vertikal dari ibu ke bayi melalui transplacental. Infeksi CMV pada ibu hamil bisa

secara primer atau rekuren.

6

Page 7: infeksi bumil dg torch

d) herpes simpleks

Virus herpes terdiri dari 2 jenis, yaitu herpes simplex 1 (HSV-1) dan herpes simplex

virus 2 (HSV 2). Penularan biasanya terjadi pada kontak seksual pada orang dewasa.

HSV 1 juga bisa ditularkan melalui kontak sosial pada masa anak-anak. Prevelansi

HSV 2 lebih tinggi pada kelompok HIV positif dan mereka yang melakukan

hubungan seks tanpa kondom. Infeksi herpes pada alat genital (kelamin) disebabkan

oleh Virus Herpes Simpleks tipe II (HSV II). Virus ini dapat berada dalam bentuk

laten, menjalar melalui serabut syaraf sensorik dan berdiam diganglion sistem syaraf

otonom.

2.3 PATOFISIOLOGI

Penularan TORCH pada manusia dapat melalui 2 (dua) cara. Pertama, secara aktif (didapat)

dan yang kedua, secara pasif (bawaan). Penularan secara aktif disebabkan antara lain sebagai

berikut :

1) Makan daging setengah matang yang berasal dari hewan yang terinfeksi (mengandung

sista), misalnya daging sapi, kambing, domba, kerbau, babi, ayam, kelinci dan

lainnya. Kemungkinan terbesar penularan TORCH ke manusia adalah melalui jalur

ini, yaitu melalui masakan sate yang setengah matang atau masakan lain yang

dagingnya diamasak tidak semnpurna, termasuk otak, hati dan lainnya.

2) Transfusi darah (trofozoid), transplantasi organ atau cangkok jaringan (trozoid, sista),

kecelakaan di laboratorium yang menyebabkan TORCH masuk ke dalam tubuh atau

tanpa sengaja masuk melalui luka (Remington dan McLeod 1981, dan Levine 1987).

3) Hubungan seksual antara pria dan wanita juga bisa menyebabkan menularnya

TORCH. Misalnya seorang pria terkena salah satu penyakit TORCH kemudian

melakukan hubungan seksual dengan seorang wanita (padahal sang wanita

sebelumnya belum terjangkit) maka ada kemungkinan wanita tersebut nantinya akan

terkena penyakit TORCH sebagaimana yang pernah diderita oleh lawan jenisnya.

4) Ibu hamil yang kebetulan terkena salah satu penyakit TORCH ketika mengandung

maka ada kemungkinan juga anak yang dikandungnya terkena penyakit TORCH

melalui plasenta.

5) Air Susu Ibu (ASI) juga bisa sebagai penyebab menularnya penyakit TORCH. Hal ini

bisa terjadi seandainya sang ibu yang menyusui kebetulan terjangkit salah satu

7

Page 8: infeksi bumil dg torch

penyakit TORCH maka ketika menyusui penyakit tersebut bisa menular kepada sang

bayi yang sedang disusuinya.

I. Toxoplasma

Setelah terjadi infeksi T. gondii ke dalam tubuh akan terjadi proses yang terdiri dari

tiga tahap yaitu parasitemia, di mana parasit menyerang organ dan jaringan serta

memperbanyak diri dan menghancurkan sel-sel inang. Perbanyakan diri ini paling

nyata terjadi pada jaringan retikuloendotelial dan otak, di mana parasit mempunyai

afinitas paling besar. Pembentukan antibodi merupakan tahap kedua setelah terjadinya

infeksi. Tahap ketiga rnerupakan fase kronik, terbentuk kista-kista yang menyebar di

jaringan otot dan saraf, yang sifatnya menetap tanpa menimbulkan peradangan lokal.

Infeksi primer pada janin diawali dengan masuknya darah ibu yang mengandung

parasit tersebut ke dalam plasenta, sehingga terjadi keadaan plasentitis yang terbukti

dengan adanya gambaran plasenta dengan reaksi inflamasi menahun pada desidua

kapsularis dan fokal reaksi pada vili. Inflamasi pada tali pusat jarang

dijumpai.Kemudian parasit ini akan menimbulkan keadaan patologik yang

manifestsinya sangat tergantung pada usia kehamilan

II. Rubella

Virus rubella ditransmisikan melalui pernapasan dan mengalami replikasi di

nasofaring dan di daerah kelenjar getah bening. Viremia terjadi antara hari ke-5

sampai hari ke-7 setelah terpajan virus rubella. Dalam ruangan tertutup, virus rubella

dapat menular ke setiap orang yang berada di ruangan yang sama dengan penderita.

Masa inkubasi virus rubella berkisar antara 14–21 hari. Masa penularan 1 minggu

sebelum dan empat (4) hari setelah permulaan (onset) ruam (rash). Pada episode

ini, Virus rubella sangat menular. Infeksi transplasenta janin dalam kandungan

terjadi saat viremia berlangsung. Infeksi rubella menyebabkan kerusakan janin

karena proses pembelahan terhambat. Dalam rembihan (secret) tekak (faring) dan

air kemih (urin) bayi dengan CRS, terdapat virus rubella dalam jumlah banyak

yang dapat menginfeksi bila bersentuhan langsung. Virus dalam tubuh bayi dengan

CRS dapat bertahan hingga beberapa bulan atau kurang dari 1 tahun setelah

kelahiran. Kerusakan janin disebabkan oleh berbagai faktor, misalnya oleh kerusakan

sel akibat virus rubella dan akibat pembelahan sel oleh virus. Infeksi plasenta

terjadi selama viremia ibu, menyebabkan daerah (area) nekrosis yang tersebar

secara fokal di epitel vili korealis dan sel endotel kapiler. Sel ini mengalami

8

Page 9: infeksi bumil dg torch

deskuamasi ke dalam lumen pembuluh darah, menunjukkan (indikasikan) bahwa

virus rubella dialihkan (transfer) ke dalam peredaran (sirkulasi) janin sebagai emboli

sel endotel yang terinfeksi. Hal ini selanjutnya mengakibatkan infeksi dan

kerusakan organ janin. Selama kehamilan muda mekanisme pertahanan janin

belum matang dan gambaran khas embriopati pada awal kehamilan adalah

terjadinya nekrosis seluler tanpa disertai tanda peradangan. Sel yang terinfeksi virus

rubella memiliki umur yang pendek. organ janin dan bayi yang terinfeksi memiliki

jumlah sel yang lebih rendah daripada bayi yang sehat. Virus rubella juga dapat

memacu terjadinya kerusakan dengan cara apoptosis. Jika infeksi maternal terjadi

setelah trimester pertama kehamilan, kekerapan (frekuensi) dan beratnya derajat

kerusakan janin menurun secara tiba-tiba (drastis). Perbedaan ini terjadi karena

janin terlindung oleh perkembangan melaju (progresif) tanggap (respon) imun

janin, baik yang bersifat humoral maupun seluler, dan adanya antibodi maternal

yang dialihkan (transfer) secara pasif (Anonim 2006)

Cytomegalovirus

III. CMV meningkatkan proses inflamasi. Sel secara umum terinfeksi CMV dapat

mengekskresi tumor necrosis factor–α(TNF-α) yang merupakan salah satu sitokin

proinflamasi.Hal ini terjadi karena protein IE mempengaruhi fungsi sel, mengaktifkan

sel yang mengandung genom CMV, serta memacu peningkatan produksi TNF- α,

sehingga sel terinfeksi CMV laten dapat memacu respons inflamasi.Gen IE dapat

diekspresikan antara lain oleh monosit. Selain itu, HSP meningkatkan peran protein

virus yang bergabung dengannya untuk membangun respons imun dan inflamasi. HSP

meningkatkan efek dari protein IE, melindungi dari degradasi, memperpanjang waktu

keberadaan di dalam sel, memberi fasilitas untuk transpor protein IE ke sel lain, atau

berperan sebagai chaperoneuntuk meningkatkan transpor protein IE ke dalam

nukleus.Reaktivasi CMV dari fase laten terjadi dalam kondisi yang berhubungan

dengan peningkatan sekresi TNF-α. Peningkatan TNF-αmenyebabkan akumulasi NF-

κB dan aktivasi DNA dari CMV untuk bereplikasi.Di dalam sitoplasma, NF-κB

berikatan dengan I-κB yang merupakan famili protein inhibitor. Pemaparan sel

dengan berbagai stimulus termasuk sitokin TNF-αmenyebabkan aktivasi IKK

kompleks (I-κB kinase kompleks). HSP90 yang merupakan komponen dari high

molecular weight IKK kompleks memegang peran sebagai regulator positif jalur NF-

κB dengan mengaktifkan IKK kompleks.Sebaliknya, HSP 27 merupakan regulator

negatif untuk aktivitas NF-κB yang diperantarai aktivitas TNF-αdengan mengikat

9

Page 10: infeksi bumil dg torch

IKK kompleks.30,36 Tergantung ekspresi HSP mana yang dominan, TNF-α dapat

meningkat atau menurun, replikasi virus dapat terpacu atau tidak. Inflamasi pada

CMV dapat memperberat penyakit lain seperti infeksi HIV, dapat pula diperberat

oleh molekul mikroba lain seperti endotoksin bakteri atau lipopolisaccharida (LPS).

Mekanisme di mana infeksi CMV dapat meningkatkan replikasi HIV-1 ialah karena

stimulasi oleh TNF-α. Kofaktor yang meningkatkan efek produk gen IE terhadap

TNF- α, serta transkripsi HIV1 adalah HSP. Protein IE akan memacu peningkatan

produksi sitokin proinflamasi lain yaitu interleukin-1 (IL-1), IL-6 di samping TNF- α,

bila sel terstimulasi oleh LPS sebagai kofaktor.

IV. Herpes

Penularan HIVdari Ibu ke Anak Banyak penelitian membuktikan bahwa penularan

HIV terjadi pada masa intrauterin dan saat intrapartum. Dengan menggunakan

perhitungan model matematika maka distribusi penularan dari ibu ke bayi

diperkirakan sebagian terjadi beberapa hari sebelum persalinan, dan pada saat

plasenta mulai terpisah dari dinding uterus pada waktu melahirkan. Penularan

diperkirakan terjadi karena bayi terpapar oleh darah dan sekresi saluran genital ibu.

Penularan lainnya terjadi pada Tatalaksana Pencegahan Penularan Vertikal dari Ibu

Terinfeksi HIVke Bayi yang Dilahirkan Tatalaksana Pencegahan Penularan Vertikal

dari Ibu Terinfeksi HIVke Bayi yang Dilahirkan .masa dini kehamilan dan pada saat

bayi menetek. Akan tetapi, peranan dari masing-masing saat penularan masih belum

diketahui dengan jelas.Walaupun demikian, Damania dan Tank (2006) menyatakan

bahwa sekitar 25 sampai 35% penularan terjadi pada saat antenatal terutama pada fase

akhir kehamilan dan 70 sampai 75% terjadi pada saat persalinan. Selain itu, penularan

pada saat menetek terjadi sekitar 14% Karena banyak para ahli mengatakan bahwa

penularan lebih sering terjadi pada masa kehamilan tua dan pada saat melahirkan, dan

sangat jarang terjadi pada masa permulaan kehamilan, maka yang menjadi sasaran

penting untuk mencegah penularan vertikal adalah janin pada fase akhir intrauterin

dan pada waktu intrapartum.

2.4 WOC

10

Page 11: infeksi bumil dg torch

Terlampir

2.5 MANIFESTASI KLINIS

1) Toksoplasmosis

Pada garis besarnya sesuai dengan cara penularan dan gejala klinisnya,

toksoplasmosis dapat dikelompokkan menjadi 2 yaitu : toksoplasmosis akuisita

(dapatan) dan toksoplasmosis kongenital. Baik toksoplasmosis dapatan maupun

kongenital sebagian besar asimtomatis atau tanpa gejala. Keduanya dapat bersifat akut

dan kemudian menjadi kronik atau laten. Gejala yang nampak sering tidak spesifik

dan sulit dibedakan dengan penyakit lain. Toksoplasmosis dapatan biasanya tidak

diketahui karena jarang menimbulkan gejala. Tetapi bila seorang ibu yang sedang

hamil mendapat infeksi primer, ada kemungkinan bahwa 50% akan melahirkan anak

dengan toksoplasmosis kongenital. Gejala yang dijumpai pada orang dewasa maupun

anak-anak umumnya ringan. Gejala klinis yang paling sering dijumpai pada

toksoplasmosis dapatan adalah limfadenopati dan rasa lelah, disertai demam dan sakit

kepala (Zaman dan Keong, 1988).

Pada infeksi akut, limfadenopati sering dijumpai pada kelenjer getah bening

daerah leher bagian belakang. Gejala tersebut di atas dapat disertai demam, mialgia,

malaise. Bentuk kelainan pada kulit akibat toksoplasmosis berupa ruam

makulopapuler yang mirip kelainan kulit pada demam titus, sedangkan pada jaringan

paru dapat terjadi pneumonia interstisial. Gambaran klinis toksoplasmosis kongenital

dapat bermacam-macam. Ada yang tampak normal pada waktu lahir dan gejala

klinisnya baru timbul setelah beberapa minggu sampai beberapa tahun. Ada gambaran

eritroblastosis, hidrops fetalis dan triad klasik yang terdiri dari hidrosefalus,

korioretinitis dan perkapuran intrakranial atau tetrade sabin yang disertai kelainan

psikomotorik (Zaman dan Keong, 1988). Toksoplasmosis kongenital dapat

menunjukkan gejala yang sangat berat dan menimbulkan kematian penderitanya

karena parasit telah tersebar luas di berbagai organ penting dan juga pada sistem

syaraf penderita. Gejala susunan syaraf pusat sering meninggalkan gejala sisa,

misalnya retardasi mental dan motorik. Kadang-kadang hanya ditemukan sikatriks

pada retina yang dapat kambuh pada masa anak-anak, remaja atau dewasa.

Korioretinitis karena toksoplasmosis pada remaja dan dewasa biasanya akibat infeksi

kongenital. Akibat kerusakan pada berbagai organ, maka kelainan yang sering terjadi

11

Page 12: infeksi bumil dg torch

bermacam-macam jenisnya. Kelainan pada bayi dan anak-anak akibat infeksi pada ibu

selama kehamilan trimester pertama, dapat berupa kerusakan yang sangat berat

sehingga terjadi abortus atau lahir mati, atau bayi dilahirkan dengan kelainan seperti

ensefalomielitis, hidrosefalus, kalsifikasi serebral dan korioretinitis. Pada anak yang

lahir prematur, gejala klinis lebih berat dari anak yang lahir cukup bulan, dapat

disertai hepatosplenomegali, ikterus, limfadenopati, kelainan susunan syaraf pusat dan

lesi mata. Infeksi T. gondi pada individu dengan imunodefisiensi menyebabkan

manifestasi penyakit dari tingkat ringan, sedang sampai berat, tergantung kepada

derajat imunodefisiensinya (Cornain dkk., 1990). Menurut Gandahusada dkk., (1992).

2) Infeksi rubella

Tanda tanda dan gejala infeksi Rubella sangat bervariasi untuk tiap individu, bahkan

pada beberapa pasien tidak dikenali, terutama apabila ruam merah tidak tampak. Oleh

Karena itu, diagnosis infeksi Rubella yang tepat perlu ditegakkan dengan bantuan

pemeriksaan laboratorium. Pemeriksaan Laboratorium yang dilakukan meliputi

pemeriksaan Anti-Rubella IgG dana IgM. Pemeriksaan Anti-rubella IgG dapat

digunakan untuk mendeteksi adanya kekebalan pada saat sebelum hamil. Jika ternyata

belum memiliki kekebalan, dianjurkan untuk divaksinasi. Pemeriksaan Anti-rubella

IgG dan IgM terutama sangat berguna untuk diagnosis infeksi akut pada kehamilan <

18 minggu dan risiko infeksi rubella bawaan.

3) Cytomegalovirus

Infeksi primer pada ibu hamil ditandai dengan terjadinya serokonversi dari IgG

antibodi CMV selama kehamilan atau didapatkan IgG dan IgM CMV bersama-sama

selama kehamilan. Sedangkan infeksi rekuren ditandai adanya antibodi CMV pada

fase sebelum terjadinya pembuahan. Pada infeksi primer, transmisi infeksi ke bayi

sebesar 40%. Adanya IgG anti CMV pada ibu hamil tidak memberi perlindungan

kepada bayi, sehingga kelainan kongenital mungkin terjadi

4) Herpes simpleks

Bayi yang dilahirkan dari ibu yang terinfeksi HSV II biasanya memperlihatkan lepuh

pada kulit, tetapi hal ini tidak selalu muncul sehingga mungkin tidak diketahui.

Infeksi HSV II pada bayi yang baru lahir dapat berakibat fatal (Pada lebih dari 50

kasus) Pemeriksaan laboratorium, yaitu Anti-HSV II IgG dan Igm sangat penting

untuk mendeteksi secara dini terhadap kemungkinan terjadinya infeksi oleh HSV II

dan mencegah bahaya lebih lanjut pada bayi bila infeksi terjadi pada saat

12

Page 13: infeksi bumil dg torch

kehamilan.Penderita TORCH kadang tidak menunjukkan gejala klinis yang spesifik,

bahkan bisa jadi sama sekali tidak merasakan sakit. Secara umum keluhan yang

dirasakan adalah mudah pingsan, pusing, vertigo, migran, penglihatan kabur,

pendengaran terganggu, radang tenggorokan, radang sendi, nyeri lambung, lemah

lesu, kesemutan, sulit tidur, epilepsi, dan keluhan lainnya.Untuk kasus kehamilan:

sulit hamil, keguguran, organ tubuh bayi tidak lengkap, cacat fisik maupun mental,

autis, keterlambatan tumbuh kembang anak, dan ketidaksempurnaan lainnya.

2.6 PEMERIKSAAN PENUNJANG

Ibu dengan seronegatif 6 bulan sebelum konsepsi, pada ibu hamil berpeluang untuk

terinfeksi primer saat hamil. Tes IgG perlu dilakukan sekurang-kurangnya 2 x yaitu pada 2

bulan dan 4 bulan kehamilan. Bila hasil negatif, maka tindakan lanjut dapat ditunda, bila

didapatkan serokonversi, maka diagnosis infeksi primer ibu dan prenatal bayi dapat

ditegakkan.Reinfeksi sering terjadi ketika hamil, penetapan muatan virus dapat dipakai untuk

mengetahui risiko transmisi vertikal.Deteksi prenatal Isolasi virus dari cairan amnion dipakai

untuk mendeteksi infeksi in utero, kombinasi dengan tes darah fetus setelah 20 minggu

kehamilan memberi hasil sensitivitas diagnostik 80-100%.Deteksi Isolasi CMV dari darah

tali pusat, urin, saliva, kongenitaldarah atau serum pada minggu pertama setelah lahir atau

sebelum berumur 3 minggu, merupakan pemeriksaan penunjang untuk infeksi kongenital.

Ekskresi CMV tersebut dapat dideteksi dengan metoda PCR., penemuan dalam darah

menunjukkan prognosis yang jelek.Hasil IgM positif pada darah tali pusat yang diambil

in uteroatau saat lahir juga mempunyai arti diagnostik untuk infeksi kongenital. Kecurigaan

terhadap infeksi CMV kongenital dapat dipikirkan, apabila ditemukan kelainan

hematologik yang menunjukkan gambaran limfositosis reaktif, anemia hemolitik,

trombositopeni.

Diagnosis laboratorik dilakukan dengan menggunakan tes ELISA. Jika ditemukan

bahwa antibodi IgM menunjukkan hasil positif 40 (10.52%) untuk toksoplasma, 102 (26.8%)

untuk Rubella, 32 (8.42%) untuk CMV dan 14 (3.6%) untuk HSV-II. Antibodi IgG

menunjukkan hasil positif 160 (42.10%) untuk Toxoplasma, 233 (61.3%) untuk Rubella, 346

(91.05%) untuk CMV dan 145 (33.58%) untuk HSV-II.

2.7 PENATALAKSANAAN MEDIS

13

Page 14: infeksi bumil dg torch

Toxoplasma

Pasien yang hanya memperlihatkan gejala limfadenopati tidak perlu terapi spesifik

kecuali jika terdapat gejala yang persisten dan berat. Pasien dengan okuler toxoplasmosis

harus diobati selama 1 bulan dengan sulfadiazin dan pirimetamin. Preparat alternatif

adalah kombinasi klindamisin dan pirimetamin. Susunan pengobatan paling mutakhir

mencakup pemberian pirimetamin dengan dosis awal 50 – 75 mg / hari, ditambah

sulfadiazin 4 – 6 g / hari dalam dosis terbagi 4. Selain itu diberikan pula kalsium

folinat 10 -15 mg / hari selama 6 minggu. Semua preparat ini hanya bekerja aktif terhadap

stadium takizoit pada toxoplasmosis. Jadi setelah menyelesaikan pengobatan awal

penderita harus mendapat tertapi supresif seumur hidup dengan pirimetamin ( 25 -50

mg ) dan sulfadiazin ( 2 – 4 g ). Jika pemberian sulfadiazin tidak dapat ditolerir dapat

diberikan kombinasi pirimetamin ( 75 mg / hari ) ditambah klindamisin ( 400 mg ) 3x

/ hari. Pemberian pirimetamin saja ( 50 -75 mg / hari ) mungkin sudah cukup untuk terapi

supresif yang lama. Neonatus yang terinfeksi secara congenital dapat diobati dengan

pemberian pirimetamin oral ( 0,5 – 1 mg / kg BB ) dan sulfadiazine ( 100 mg / kg

BB ).Di samping itu terapi dengan golongan spiramisin ( 100 mg / kg BB ) ditambah

prednisone ( 1 mg / kg BB ) juga memberikan respon yang baik untuk infeksi congenital.

Cytomegalovirus

Obat-obat infeksi virus yaitu acyclovir, pencegahan gancyclovir, dapat diberikan

untuk infeksi CMV. Pemberian imunisasi dengan plasma hiperimun dan globulin

dikemukakan telah memberi beberapa keberhasilan untuk mencegah infeksi primer dan dapat

diberikan kepada penderita yang akan menjalani cangkok organ. Namun demikian, program

imunisasi terhadap infeksi CMV, belum lazim dijalankan di negeri kita. Pada pemberian

transfusi darah, resipien dengan CMV negatif idealnya harus mendapat darah dari donor

dengan CMV negatif pula.Deteksi laboratorik untuk infeksi CMV, idealnya dilakukan pada

setiap donor maupun resipien yang akan mendapat transfusi darah atau cangkok organ.

Apabila terdapat peningkatan kadar IgG anti- CMV padapemeriksaan serial yang dilakukan

2x dengan selang waktu 2-3 minggu,maka darah donor seharusnya tidak diberikan kepada

resipien mengingat dalam kondisi tersebut infeksi atau reinfeksi

masih berlangsung. Seorang calon ibu, hendaknya menunda untuk hamil apabila secara

laboratorik dinyatakan terinfeksi CMV primer akut. Bayi baru lahir dari ibu yang menderita

infeksi CMV, perlu dideteksi IgM anti-CMV untuk mengetahui infeksi kongenital. Higiene

dan sanitasi lingkungan perlu diperhatikan untuk mencegah penularan atau penyebaran.

Infeksi CMV tidak menimbulkan keluhan apabila individu berada dalam kondisi kompetensi

14

Page 15: infeksi bumil dg torch

imun yang baik, oleh karena itu pola hidup sehat dengan makan minum yang sehat dan

bergizi, sangat diperlukan agar sistem imun dapat bekerja dengan baik untuk meniadakan

atau membasmi CMV. Istirahat yang cukup juga sangat diperlukan, karena istirahat termasuk

”pengobatan terbaik” untuk infeksi virus pada umumnya.

Herpes

Perkembangan dan percobaan klinis terhadap kemampuan obat antiretrovirus

yang sering dikenal dengan highly active antiretroviraltherapy (HAART) untuk

menghambat HIV terus di l akukan sel ama 15 t ahun t erakhi r i ni .Pengobatan

diharapkan mampu menghambat progresivitas infeksi HIV untuk menjadi AIDS dan

penularannya terhadap orang lain serta janin pada wanita hamil. HAART menunjukkan

adanya penurunan jumlah penderita HIV yang dirawat, penurunan angka kematian,

penurunan infeksi oportunistik, dan meningkatkan kualitas hidup penderita. HAART bisa

memperbaiki fungsi imunitas tetapi tidak dapat kembali normal.Pengobatan dengan

menggunakanHAART yang aman saat ini pada wanita hamil adalah dengan

menggunakan AZT (azidotimidin) atau ZDV (zidovudin). Pengobatan wanita hamil dengan

menggunakan regimen AZT ini dibagi atas tiga bagian, yaitu: wanita hamil dengan HIV

positif, pengobatan dengan menggunakan AZT harus dimulai pada usia kehamilan 14-

34 minggu dengan dosis 100 mg, 5 kali sehari, atau 200 mg 3 kali sehari, atau 300 mg 2 kali

sehari, pada saat persalinan; AZT diberikan secara intravena, dosis inisial 2 mg/kgBB

dalam 1 jam dan dilanjutkan 1 mg/kgBB/jam sampai partus, terhadap bayi diberikan

AZT dengan dosis 2 mg/kgBB secara oral atau 1,5 mg/kgBB secara intravena tiap 6 jam

sampai usianya 4 minggu.

2.8 CARA MENGHINDARI PENYAKIT TORCH

Infeksi primer toxoplasma dapat dikurangi dengan menghindari bahan yang

terkontaminasi ookista dan memakan daging yang kurang matang. Daging harus

dimasak hingga suhu 60ºC dan dibekukan untuk mematikan kista. Tangan harus dicuci

sampai bersih setelah bekerja di kebun, sayur dan buah harus dicuci dahulu. Darah yang

digunakan untuk tranfusi pada penderira dengan keadaan umum lemah dengan hasil

serologis kehamilan seronegatif harus mengalami pemeriksaan skrining untuk antibodi

terhadap T.gondii. Meskipun pemeriksaan skrining serologis tidak dilakukan rutin, namun

wanita dengan seronegatif harus mengalami pemeriksaan skrining beberapa kali selama

kehamilannya untuk menemukan bukti adanya infeksi jika mereka terpajan dengan

15

Page 16: infeksi bumil dg torch

situasi lingkungan yang memberikan resiko terkena infeksi T.gondii. Untuk menghindari

sedini mungkin penyakit TORCH yang sangat membahayakan ini, ada beberapa hal sebagai

solusi awal yang bisa dilakukan antara lain sebagai berikut :

1. Bila mengkonsumsi daging seperti daging ayam, sapi, kambing, kelinci, babi dan

lainnya terlebih dahulu dimasak dengan matang hingga suhu mencapai 66 derajat

Celcius, agaroosista - oosista yang mungkin terbawa di dalam daging tersebut bisa

mati.

2. Kucing peliharaan di rumah hendaknya diberi daging matang untuk mencegah infeksi

yang masuk ke dalam tubuh kucing. Tempat makan, minum dan alas tidur harus

selalu dicuci / dibersihkan.

3. Hindari kontak dengan hewan - hewan mamalia liar, seperti rodensia liar (tikus,

bajing, musang dan lain - lain) serta reptilia kecil seperti cecak, kadal, dan

bengkarung yang kemungkinan dapat sebagai hewan perantara TORCH.

4. Bagi wanita yang sedang hamil, terutama yang dinyatakan secara serologis sudah

negatif, jangan memelihara atau menangani kucing kecuali dengan sarung tangan.

5. Bila sedang memegang daging, bekerja di tempat atau perusahaan daging atau organ

yang masih mentah, hindari untuk tidak menyentuh mata, mulut, dan hidung dan

peralatan dapur setelah selesai sebaiknya dicuci dengan sabun.

6. Darah penderita seropositif tidak boleh ditransfusikan pada penderita yang menderita

imunosupresif, demikian pula transplantasi organ pada penderita seronegatif harus

dari orang dengan seronegatif TORCH.

7. Pemberantasan terhadap lalat dan kecoa sebagai pembawa oosista perlau dilakukan.

8. Penggunaan desinfektan komersial yang ada di toko - toko dapat berguna untuk

membasmi oosista.

9. Memeriksakan hewan peliharaan secara kontinyu ke dokter hewan atau poliklinik

hewan agar supaya hewan keanyangan selalu dalam keadaan sehat.

BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN TEORI PADA IBU HAMIL

16

Page 17: infeksi bumil dg torch

DENGAN PENYAKIT TORCH

3.1  Pengkajian

1.      Identitas klien:

a.       Keluhan utama :

1) Suhu tubuh meningkat

2) Malaise

3) Sakit tenggorokan

4) Mual dan muntah

5) Nyeri otot

6) Pembesaran kelenjar limfe dan getah bening

7) Kuning pada mata dan kulit

8) Ruam makulapapular

9) Radang tenggorokan

b.       Riwayat kesehatan dahulu:

    1. Klien sering berkontak langsung dengan binatang

    2. Klien sering mengkonsumsi daging setengah matang

    3. Klien pernah mendapatkan tranfusi darah

d. data psikologis

e.      data spiritual

f.       data social dan ekonomi

g.      Pemeriksaan umum

Keadaan umum : baik

Kesadaran : Composmetis

Status emosional : stabil

Tanda tanda vital

TD : (Normal : 120/80 mmHg) N : (Normal : 60-80 x/ mnt)

RR : (Normal :16-20 x/ mnt ) S : (Normal : 36,5 – 37,5 C)

TB : 150 cm BB : 65 kg

h. Pemeriksaan Fisik

Kepala : messosepalus,tidak ada nyeri tekan, rambut rontok, bersih, bau

17

Page 18: infeksi bumil dg torch

Muka : oedema, pucat, ada cloasa

Mata : simetris, konjungtiva merah muda, skera putih,

Hidung : kotor ,ada polip , ada secret,

Mata : Nyeri

Telinga : simetris,bersih, tidak ada serumen , pendengaran baik

Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid,parotis, vena jungularis.

Dada : tidak ada retraksi dinding dada, suara paru-paru dan jantung normal

Payudara : simetris, putting susu menonjol, aerola hiperpegmentasi

Abdomen : pembesaran simetris, tidak ada penonjolan, tidak ada bekas operasi, Diare,

mula dan muntah

3.2  Diagnosa Keperawatan

1.      Nyeri b.d adanya proses infeksi / inflamasi.

2.      Hipertemia b. d peningkatan tingkat metabolisme penyakit ditandai dengan suhu 390c

tubuh menggigil.

3.      Kerusakan integritas kulit b/d perubahan sirkulasi

3.3  Intervensi1.      Diagnose 1: Nyeri b/d kerusakan jaringan organ.

a.       Tujuan : mengurangi nyeri

b.      Kriterian hasil :

-    Klien melaporkan nyeri hilang dan terkontrol

-    Klien tampak rileks, Klien mampu tidur/istirahat dengan tepat.

c.       Intervensi

a.       Berikan lingkungan yang tenang sesuai kebutuhan.

R/ menurunkan reaksi stimulasi dari luar atau sensitivitas pada cahaya dan meningkatkan

istirahat/reaksi.

b.      Tingkatkan tirah baring, bantulah kebutuhan perawatan diri yang penting.

R/ menurunkan gerakan yang dapat meningkatkan nyeri.

c.       Kolaborasi dengan tim medis lainnya dalam pemberian analgesic seperti asetamenofen.

R/ Untuk menghilangkan rasa nyeri yang berat.

2.      Diagnose 2 : Hipertemia b.d peningkatan laju metabolisme a.        Tujuan:

Mendemonstrasikan suhu dalam batas normal

b.      Kriteria hasil:

-    Terjadi peningkatan suhu

18

Page 19: infeksi bumil dg torch

-    Kulit kemerahan dan hangat waktu disentuh

-    Peningkatan tingkat pernapasan

c.       Intervensi:

a.       Monitor tanda-tanda vital : suhu tubuh

R : Sebagai indikator untuk mengetahui status hipertermi

b.      Ajarkan klien pentingnya mempertahankan cairan yang adekuat sedikitnya 2000ml/ hari

untuk mencegah dehidrasi

R : Dalam kondisi demam terjadi peningkatan evaporasi yang memicu timbulnya dehidrasi

c.       Berikan kompres dengan air biasa pada lipatan ketiak dan femur

R : Menghambat pusat simpatis di hipotalamus sehingga terjadi vasodilatasi kulit dengan

merangsang kelenjar keringat untuk mengurangi panas tubuh melalui penguapan.

d.      Anjurka klien untuk memakai pakaian yang menyerap keringat

R : Kondisi kulit yang mengalami lembab memicu timbulnya pertumbuhan jamur, juga akan

mengurangi kenyamanan klien, mencegah timbulnya ruam kulit.

BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

19

Page 20: infeksi bumil dg torch

TORCH adalah singkatan dari Toxoplasma gondii (Toxo), Rubella, Cyto Megalo

Virus (CMV), Herpes Simplex Virus (HSV) yang terdiri dari HSV1 dan HSV2 serta

kemungkinan oleh virus lain yang dampak klinisnya lebih terbatas (Misalnya Measles,

Varicella, Echovirus, Mumps, virus Vaccinia, virus Polio, dan virus Coxsackie-B).

Penyakit ini sangat berbahaya bagi ibu hamil karena dapat mengakibatkan keguguran,

cacat pada bayi, juga pada wanita belum hamil bisa akan sulit mendapatkan kehamilan.

4.2 Saran

Untuk selalu waspada terhadap penyakit TORCH dengan cara mengetahui media dan

cara penyebaran penyakit ini kita dapat menghindari kemungkinan tertular. Hidup bersih dan

makan makanan yang dimasak dengan matang.

DAFTAR PUSTAKA

Cornain, S ; Suryana E.J ; Sugiharto. ; Jacoeb T.Z ; Rahman, I.A; Lubis, N.S dan Gusniarti,

N., 1990. : Aspek Imunologi dan Pendekatan Imunoterapi pada Infeksi Toxoplasma.

Kumpulan Makalah Simposium Toxoplasmosis. Fakultas Kedokteran UI, Jakarta.

20

Page 21: infeksi bumil dg torch

Carpenito,Lynda Juall. 2001. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Jakarta: EGC

Doengoes, M.E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman untuk Perencanaan dan

Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta: EGC.

Somantri, Irman. 2007. Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan Sistem

Imunologi. Jakarta: Salemba.

Price, Sylvia & Loiraine M. Wilson. 1998. Patofisiologi Konsep Klinis Proses Penyakit. Edisi

4. Jakarta : EGC.

Rab, Tabrani. 2000. Agenda Gawat Darurat (Critical Care) jilid 2. Bandung: PT. Alumni.

Smeltzer & Brenda G. bare. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah.Vol II. Edisi 8.

Jakarta : EGC.

Reef S, Coronado V. Congenital Rubella Syndrome. http://www.deafblind.com/crs.htlm.

(accesed Agustus 30, 2006).

Anonim. The Delayed effects of Congenital Rubella Syndrome.

http://www.sense.org.uk/publication/all pubs/rubella/R03.htm. (accesed 11 Januari, 2007).

21