Bumil Dg Hiv Aids

37
. Latar Belakang Kehamilan merupakan peristiwa alami yang terjadi pada wanita, namun kehamilan dapat mempengaruhi kondisi kesehatan ibu dan janin terutama pada kehamilan trimester pertama. Wanita hamil trimester pertama pada umumnya mengalami mual, muntah, nafsu makan berkurang dan kelelahan. Menurunnya kondisi wanita hamil cenderung memperberat kondisi klinis wanita dengan penyakit infeksi antara lain infeksi HIV-AIDS. Penyakit AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome) merupakan suatu syndrome/kumpulan gejala penyakit yang disebabkan oleh Retrovirus yang menyerang sistem kekebalan atau pertahanan tubuh. Dengan rusaknya sistem kekebalan tubuh, maka orang yang terinfeksi mudah diserang penyakit-penyakit lain yang berakibat fatal, yang dikenal dengan infeksi oportunistik. Kasus AIDS pertama kali ditemukan oleh Gottlieb di Amerika Serikat pada tahun 1981 dan virusnya ditemukan oleh Luc Montagnier pada tahun 1983 (Yopan, 2012). Acquired immunodeficiency syndrome (AIDS) adalah penyebab penyakit dan kematian yang terkemuka di

description

askep bumil hiv aids

Transcript of Bumil Dg Hiv Aids

Page 1: Bumil Dg Hiv Aids

. Latar Belakang

Kehamilan merupakan peristiwa alami yang terjadi pada wanita, namun kehamilan

dapat mempengaruhi kondisi kesehatan ibu dan janin terutama pada kehamilan

trimester pertama. Wanita hamil trimester pertama pada umumnya mengalami

mual, muntah, nafsu makan berkurang dan kelelahan. Menurunnya kondisi wanita

hamil cenderung memperberat kondisi klinis wanita dengan penyakit infeksi antara

lain infeksi HIV-AIDS.

Penyakit AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome) merupakan suatu

syndrome/kumpulan gejala penyakit yang disebabkan oleh Retrovirus yang

menyerang sistem kekebalan atau pertahanan tubuh. Dengan rusaknya sistem

kekebalan tubuh, maka orang yang terinfeksi mudah diserang penyakit-penyakit

lain yang berakibat fatal, yang dikenal dengan infeksi oportunistik. Kasus AIDS

pertama kali ditemukan oleh Gottlieb di Amerika Serikat pada tahun 1981 dan

virusnya ditemukan oleh Luc Montagnier pada tahun 1983 (Yopan, 2012).

Acquired immunodeficiency syndrome (AIDS) adalah penyebab penyakit dan

kematian yang terkemuka di kalangan perempuan dan anak-anak di negara-negara

dengan tingkat infeksi human immunodeficiency virus (HIV) yang tinggi.

Transmisi HIV dari ibu ke anak (Mother To Child Transmission – MCTC) adalah

rute infeksi HIV pada anak yang paling signifikan. Beberapa intervensi telah

terbukti efektif dalam mengurangi MTCT termasuk pilihan persalinan secara

caeseran, substitusi menyusui dan terapi antiretroviral selama kehamilan,

persalinan, dan pasca melahirkan. Jika intervensi ini diterapkan dengan benar maka

dapat mengurangi MTCT sebesar 2% (Yopan, 2012) .

Jumlah penderita penyakit HIV/AIDS (Human Immunodeficiency Virus/

Acquaired Immune Deficiency Syndrome) di dunia maupun di Indonesia, baik

Page 2: Bumil Dg Hiv Aids

pada orang dewasa maupun anak semakin meningkat jumlahnya setiap tahun.

Diduga jumlah kasus HIV/AIDS ini menyerupai fenomena gunung es, yaitu kasus

yang diketahui hanya sekitar 1/10 dari jumlah kasus yang sebenarnya (Gemari,

2010 dalam Yopan, 2012). Penyakit HIV/AIDS merupakan salah satu penyakit

pembunuh terbesar di dunia. Hal ini karena pada Januari 2006, UNAIDS dan

WHO memperkirakan bahwa AIDS telah menyebabkan kematian lebih dari 25 juta

orang sejak pertama kali diakui pada tanggal 5 Juni 1981. Sejak HIV menjadi

pandemi di dunia, diperkirakan 5,1 juta anak di dunia terinfeksi HIV. Setiap tahun

sekitar 400.000 bayi dilahirkan terinfeksi HIV akibat penularan dari ibu ke anak

(penularan vertical). Di Indonesia, hingga Maret 2011, jumlah anak penderita

HIV/AIDS mencapai 1.119 orang, dengan jumlah penderita dibawah lima tahun

dilaporkan mencapai 514 anak (Depkes, 2011 dalam Yopan, 2012). Dilaporkan

juga sebanyak 34 anak usia bawah lima tahun (balita) di propinsi Papua positif

mengidap infeksi HIV(Judarwanto, 2010 dalam Yopan, 2012).

Kasus HIV/AIDS di negara berkembang sungguh sangat mengerikan karena

kasusnya mengalami kenaiakan yang luar biasa yang mempengaruhi angka

kesakitan dan kematian pada penduduk usia produktif. Dan hal ini berdampak

sangat buruk terhadap pembangunan sosial ekonomi suatu bangsa dan dapat

menyebabkan usia harapan hidup menjadi terhambat atau bahkan menjadi mundur.

Selanjutnya dapat mengancam kehidupan penduduk bahkan kehidupan sebuah

bangsa. Di Indonesia telah dilaporkan pula kasus HIV/AIDS pada bayi yang

tertular dari ibunya yang mengidap HIV dan pada remaja yang tertular karena

berperilaku berisiko.

Dampak dari permasalahan pada anak tersebut diatas dapat mengarah pada

penyebar luasan HIV/ AIDS antara lain melalui hubungan sex yang tidak aman

Page 3: Bumil Dg Hiv Aids

maupun melalui penggunaan jarum suntik yang tidak steril oleh penyalahguna

narkoba.

Ini semua dapat terjadi pada anak/ remaja penyalahguna narkoba, anak jalanan,

anak/remaja tuna susila atau yang dieksploitasi, anak/remaja nakal karena mereka

termasuk kelompok yang rentan terhadap penularan HIV/AIDS selain itu

pengetahuan mereka terhadap permasalahan HIV/ AIDS masih sangat kurang.

Untuk itu perlu diadakan upaya pencegahan dan penanggulangan HIV/ AIDS

terhadap kelompok-kelompok rawan, masyarakat termasuk kepada anak/remaja.

Komisi Penanggulangan AIDS Nasional menyatakan bahwa saat ini jumlah ibu

rumah tangga yang terinfeksi HIV di Indonesia terus meningkat setiap tahunnya,

sementara jumlah pekerja seks komersil yang terinfeksi HIV terus menurun. Hal

ini diduga disebabkan oleh penularan HIV dari suami atau pasangan intim yang

memiliki perilaku beresiko. Keadaan ini dapat meningkatkan resiko penularan dari

ibu ke anak. Dengan demikian permasalahan HIV harus segera ditangani dengan

baik. Bila tidak ditangani, epidemi HIV akan merambat masuk ke dalam keluarga

dan masyarakat umum (KPA, 2010 dalam Yopan, 2012).

Semakin tingginya jumlah penderita penyakit ini di Indonesia, selain membebani

pembiayaan sistem kesehatan juga menimbulkan dampak sosial ekonomi yang tak

sedikit karena sebagian besar penderita berada dalam usia produktif (20-39 tahun).

Hal ini memperlambat pertumbuhan ekonomi dan menghancurkan kekuatan

sumber daya manusia sehingga mengakibatkan berkurangnya daya saing bangsa

dalam percaturan global dunia. Makin bertambahnya jumlah penderita HIV/AIDS

terutama pada anak dan wanita menyebabkan terancamnya Millenium

Developmental Goals 2015 (4,5, dan 6) (Syafrawati, 2006 dalam Yopan, 2012).

I. 2. Tujuan Penulisan

Page 4: Bumil Dg Hiv Aids

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah:

1. Mengetahui tentang HIV/AIDS

2. Mengetahui gejala penyakit HIV/AIDS

3. Mengetahui cara penularan penyakit HIV/AIDS

4. Memahami pengobatan penanganan penyakit HIV/AIDS

5. Mengetahui Pencegahan penyakit HIV/AIDS pada ibu hamil

I. 3. Perumusan Masalah

Adapun rumusan masalah yang terdapat dalam makalah ini, antara lain:

1. Apa pengertian HIV/AIDS ?

2. Apa gejala-gejala orang yang mengidap penyakit HIV/AIDS ?

3. Bagaimana penularan penyakit HIV/AIDS?

4. Bagaimana pengobatan/ penanganan penyakit HIV/AIDS ?

5. Bagaimana pencegahan penyakit HIV/AIDS pada ibu hamil ?

I. 4. Manfaat Penulisan

1. Adapun manfaat memberikan informasi kepada pembaca tentang pengertian,

penyebab, penularan, pencegahan dan penanganan HIV/AIDS.

I. 5. Metode Penulisan

1. Makalah ini disusun dengan menggunakan metode pustaka yaitu metode

pengumpulan data dengan cara mengutip sumber-sumber tertulis.

Page 5: Bumil Dg Hiv Aids

BAB II

PEMBAHASAN

II. 1. Pengertian HIV/AIDS

Menurut Andy (2011), Acquired Immunodeficiency Syndrome atau Acquired

Immune Deficiency Syndrome (AIDS) adalah sekumpulan gejala dan infeksi

(sindrom) yang timbul karena rusaknya sistem kekebalan tubuh manusia akibat

infeksi virus HIV. Virus penyebab adalah Human Immunodeficiency Virus (HIV)

merupakan virus yang secara progresif menghancurkan sel-sel darah putih,

sehingga melemahkan kekebalan manusia dan menyebabkan AIDS (Acquired

Immunodeficiency Syndrome). Orang yang terinfeksi virus ini menjadi rentan

terhadap infeksi oportunistik ataupun mudah terkena tumor/kanker. Meskipun

penanganan yang ada dapat memperlambat laju perkembangan virus, namun

penyakit ini belum bisa disembuhkan.

Virus HIV menyerang sel putih dan menjadikannya tempat berkembang biaknya

Virus. Sel darah putih sangat diperlukan untuk sistem kekebalan tubuh. Tanpa

kekebalan tubuh maka ketika tubuh kita diserang penyakit, Tubuh kita lemah dan

tidak mampu melawan penyakit yang datang dan akibatnya kita dapat meninggal

dunia meski terkena influenza atau pilek biasa (Andy, 2011).

Ketika tubuh manusia terkena virus HIV maka tidaklah langsung menyebabkan

atau menderita penyakit AIDS, melainkan diperlukan waktu yang cukup lama

bahkan bertahun-tahun bagi virus HIV untuk menyebabkan AIDS atau HIV positif

yang mematikan (Andy 2011).

Menurut Ayu (2012), HIV, virus penyebab AIDS, juga dapat menular dari ibu

yang terinfeksi HIV ke bayinya. Tanpa upaya pencegahan, kurang-lebih 30 persen

Page 6: Bumil Dg Hiv Aids

bayi dari ibu yang terinfeksi HIV menjadi tertular juga. Ibu dengan viral load

tinggi lebih mungkin menularkan HIV kepada bayinya. Namun tidak ada jumlah

viral load yang cukup rendah untuk dianggap "aman". Infeksi dapat terjadi kapan

saja selama kehamilan, namun biasanya terjadi beberapa saat sebelum atau selama

persalinan. Bayi lebih mungkin terinfeksi bila proses persalinan berlangsung lama.

Selama persalinan, bayi yang baru lahir terpajan darah ibunya. Meminum air susu

dari ibu yang terinfeksi dapat juga mengakibatkan infeksi pada si bayi. Ibu yang

HIV-positif sebaiknya tidak memberi ASI kepada bayinya. Untuk mengurangi

risiko infeksi ketika sang ayah yang HIV-positif, banyak pasangan yang

menggunakan pencucian sperma dan inseminasi buatan.

AIDS bukan penyakit turunan, oleh sebab itu dapat menulari siapa saja.Virusnya

sendiri bernama HIV yaitu virus yang memperlemah kekebalan pada tubuh

manusia. Orang yang terkena virus ini akan menjadi rentan terhadap infeksi

oportunistik ataupun mudah terkena tumor . Meskipun penanganan yang telah ada

dapat memperlambat laju perkembangan virus, namun penyakit ini belum benar-

benar bisa disembuhkan. Penyakit ini kadang disebut “infeksi oportunistik”, karena

penyakit ini menyerang dengan cara memanfaatkan kesempatan ketika kekebalan

tubuh menurun sehingga kanker dan infeksi oportunistik inilah yang dapat

menyebabkan kematian.

Kehamilan merupakan usia yang rawan tertular HIV-AIDS. Penularan HIV-AIDS

pada wanita hamil terjadi melalui hubungan seksual dengan suaminya yang sudah

terinfeksi HIV (Ayu, 2012). Pada negara berkembang isteri tidak berani mengatur

kehidupan seksual suaminya di luar rumah. Kondisi ini dipengaruhi oleh sosial dan

ekonomi wanita yang masih rendah, dan isteri sangat percaya bahwa suaminya

setia, dan lagi pula masalah seksual masih dianggap tabu untuk dibicarakan.

Page 7: Bumil Dg Hiv Aids

Virus HIV dikenal secara terpisah oleh para peneliti di Institut Pasteur Perancis

pada tahun 1983 dan NIH yaitu sebuah institut kesehatan nasional di Amerika

Serikat pada tahun 1984. Meskipun tim dari Institute Pasteur Perancis yang

dipimpin oleh Dr. Luc Montagnie, yang pertama kali mengumumkan penemuan ini

di awal tahun 1983 namun penghargaan untuk penemuan virus ini tetap diberikan

kepada para peneliti baik yang berasal dari Perancis maupun Amerika. Peneliti

Perancis memberi nama virus ini LAV atau Lymphadenopathy Associated Virus.

Tim dari Amerika yang dipimpin Dr. Robert Gallo menyebut virus ini HTLV-3

atau Human T-cell Lymphotropic Virustype-3 (Ayu, 2012).

Kemudian Komite Internasional untuk Taksonomi Virus memutuskan untuk

menetapkan nama Human Immunodeficiency Virus (HIV) sebagai nama yang

dikenal sampai sekarang. Maka para peneliti tersebut juga sepakat untuk

menggunakan istilah HIV. Sesuai dengan namanya, virus ini “memakan” imunitas

tubuh (Ayu, 2012).

AIDS pertama kali dilaporkan pada tanggal 5 Juni 1981, ketika Centers for Disease

Control and Prevention Amerika Serikat mencatat adanya Pneumonia pneumosistis

(sekarang masih diklasifikasikan sebagai PCP tetapi diketahui disebabkan oleh

Pneumocystis jirovecii) pada lima laki-laki homoseksual diLos Angeles (Ayu,

2012).

Dua spesies HIV yang diketahui menginfeksi manusia adalah HIV-1 dan HIV-2.

HIV-1 lebih mematikan dan lebih mudah masuk ke dalam tubuh. HIV-1 adalah

sumber dari mayoritas infeksi HIV di dunia, sementara HIV-2 sulit dimasukan dan

kebanyakan berada di Afrika Barat. Baik HIV-1 dan HIV-2 berasal dari primata.

Asal HIV-1 berasal dari simpanse Pan troglodytes troglodytes yang ditemukan di

Page 8: Bumil Dg Hiv Aids

Kamerunselatan. HIV-2 berasal dari Sooty Mangabey (Cercocebus atys), monyet

dari Guinea Bissau, Gabon, dan Kamerun (Ayu, 2012).

Banyak ahli berpendapat bahwa HIV masuk ke dalam tubuh manusia akibat kontak

dengan primata lainnya, contohnya selama berburu atau pemotongan daging. Teori

yang lebih kontroversial yang dikenal dengan nama hipotesis OPV AIDS,

menyatakan bahwa epidemik AIDS dimulai pada akhir tahun 1950-an diKongo

Belgia sebagai akibat dari penelitian Hilary Koprowski terhadap vaksin polio.

Namun demikian, komunitas ilmiah umumnya berpendapat bahwa skenario

tersebut tidak didukung oleh bukti-bukti yang ada (Ayu, 2012).

Menurut Ayu (2012), berdasarkan hal tersebut diatas maka penderita AIDS

dimasyarakat digolongkan kedalam 2 kategori yaitu :

1. Penderita yang mengidap HIV dan telah menunjukkan gejala klinis (penderita

AIDS positif).

2. Penderita yang mengidap HIV, tetapi belum menunjukkan gejala klinis

(penderita AIDS negatif).

Penyakit AIDS telah menjadi masalah internasional karena dalam waktu singkat

terjadi peningkatan jumlah penderita dan melanda semakin banyak negara.

Dikatakan pula bahwa epidemi yang terjadi tidak saja mengenai penyakit (AIDS ),

virus (HIV) tetapi juga reaksi/dampak negatif berbagai bidang seperti kesehatan,

sosial, ekonomi, politik, kebudayaan dan demografi. Hal ini merupakan tantangan

yang harus dihadapi baik oleh negara maju maupun negara berkembang (Ayu,

2012).

Sampai saat ini obat dan vaksin yang diharapkan dapat membantu memecahkan

masalah penanggulangan HIV/AIDS belum ditemukan. Salah satu alternatif dalam

Page 9: Bumil Dg Hiv Aids

upaya menanggulangi problematik jumlah penderita yang terus meningkat adalah

upaya pencegahan yang dilakukan semua pihak yang mengharuskan kita untuk

tidak terlibat dalam lingkungan transmisi yang memungkinkan dapat terserang

HIV (Ayu, 2012).

II. 2. Gejala-gejala Penyakit HIV/AIDS

Seseorang yang terkena virus HIV pada awal permulaan umumnya tidak

memberikan tanda dan gejala yang khas, penderita hanya mengalami demam

selama 3 sampai 6 minggu tergantung daya tahan tubuh saat mendapat kontak

virus HIV tersebut. Setelah kondisi membaik, orang yang terkena virus HIV akan

tetap sehat dalam beberapa tahun dan perlahan kekebelan tubuhnya

menurun/lemah hingga jatuh sakit karena serangan demam yang berulang. Satu

cara untuk mendapat kepastian adalah dengan menjalani Uji Antibodi HIV

terutamanya jika seseorang merasa telah melakukan aktivitas yang berisiko terkena

virus HIV (Andy, 2011).

Menurut Andy (2011), adapun tanda dan gejala yang tampak pada penderita

penyakit AIDS diantaranya adalah seperti dibawah ini :

· Saluran pernafasan. Penderita mengalami nafas pendek, henti nafas sejenak,

batuk, nyeri dada dan demam seprti terserang infeksi virus lainnya (Pneumonia).

Tidak jarang diagnosa pada stadium awal penyakit HIV AIDS diduga sebagai

TBC.

· Saluran Pencernaan. Penderita penyakit AIDS menampakkan tanda dan gejala

seperti hilangnya nafsu makan, mual dan muntah, kerap mengalami penyakit jamur

pada rongga mulut dan kerongkongan, serta mengalami diarhea yang kronik.

Page 10: Bumil Dg Hiv Aids

· Berat badan tubuh. Penderita mengalami hal yang disebut juga wasting

syndrome, yaitu kehilangan berat badan tubuh hingga 10% dibawah normal karena

gangguan pada sistem protein dan energy didalam tubuh seperti yang dikenal

sebagai Malnutrisi termasuk juga karena gangguan absorbsi/penyerapan makanan

pada sistem pencernaan yang mengakibatkan diarhea kronik, kondisi letih dan

lemah kurang bertenaga.

· System Persyarafan. Terjadinya gangguan pada persyarafan central yang

mengakibatkan kurang ingatan, sakit kepala, susah berkonsentrasi, sering tampak

kebingungan dan respon anggota gerak melambat. Pada system persyarafan ujung

(Peripheral) akan menimbulkan nyeri dan kesemutan pada telapak tangan dan kaki,

reflek tendon yang kurang, selalu mengalami tensi darah rendah dan Impoten.

· System Integument (Jaringan kulit). Penderita mengalami serangan virus cacar

air (herpes simplex) atau carar api (herpes zoster) dan berbagai macam penyakit

kulit yang menimbulkan rasa nyeri pada jaringan kulit. Lainnya adalah mengalami

infeksi jaringan rambut pada kulit (Folliculities), kulit kering berbercak (kulit

lapisan luar retak-retak) serta Eczema atau psoriasis.

· Saluran kemih dan Reproduksi pada wanita. Penderita seringkali mengalami

penyakit jamur pada vagina, hal ini sebagai tanda awal terinfeksi virus HIV. Luka

pada saluran kemih, menderita penyakit syphillis dan dibandingkan Pria maka

wanita lebih banyak jumlahnya yang menderita penyakit cacar. Lainnya adalah

penderita AIDS wanita banyak yang mengalami peradangan rongga (tulang) pelvic

dikenal sebagai istilah ‘pelvic inflammatory disease (PID)’ dan mengalami masa

haid yang tidak teratur (abnormal).

Page 11: Bumil Dg Hiv Aids

II. 3. Penularan Penyakit HIV/AIDS

Virus HIV ditemukan dalam cairan tubuh manusia, dan paling banyak ditemukan

pada darah, cairan sperma dan cairan vagina. Pada cairan tubuh lain bisa juga

ditemukan, misalnya air susu ibu dan juga air liur, tapi jumlahnya sangat sedikit

(Andy, 2011)..

Sejumlah 75-85% penularan virus ini terjadi melalui hubungan seks (5-10%

diantaranya melalui hubungan homoseksual), 5-10% akibat alat suntik yang

tercemar (terutama para pemakai narkoba suntik yang dipakai bergantian), 3-5%

dapat terjadi melalui transfusi darah yang tercemar (Andy, 2011).

Infeksi HIV sebagian besar (lebih dari 80%) diderita oleh kelompok usia produktif

(15-50 tahun) terutama laki-laki, tetapi proporsi penderita wanita cenderung

meningkat (Andy, 2011).

Infeksi pada bayi dan anak-anak 90% terjadi dari ibu yang mengidap HIV. sekitar

25-35% bayi yang dilahirkan ibu yang terinfeksi HIV, akan tertular virus tersebut

melalui infeksi yang terjadi selama dalam kandungan, proses persalinan dan

pemberian ASI (Andy, 2011).

Dengan pengobatan antiretroviral pada ibu hamil trimester terakhir, resiko

penularan dapat dikurangi menjadi 8%(Andy, 2011).

Penelitian baru menunjukkan bahwa perempuan HIV-positif yang hamil tidak

menjadi lebih sakit dibandingkan yang tidak hamil. Ini berarti menjadi hamil tidak

mempengaruhi kesehatan perempuan HIV-positif(Andy, 2011).

Menurut Yopan (2012), peningkatan kerentanan untuk terinfeksi HIV selama

kehamilan adalah mereka yang berperilaku seks bebas dan mungkin karena

penyebab biologis yang tidak diketahui.

Page 12: Bumil Dg Hiv Aids

Ada beberapa cara penularan HIV/AIDS yaitu sebagai berikut :

a. Transmisi Seksual

Penularan melalui hubungan seksual baik Homoseksual maupun Heteroseksual

merupakan penularan infeksi HIV yang paling sering terjadi. Penularan ini

berhubungan dengan semen dan cairan vagina atau serik. Infeksi dapat ditularkan

dari setiap pengidap infeksi HIV kepada pasangan seksnya. Resiko penularan HIV

tergantung pada pemilihan pasangan seks, jumlah pasangan seks dan jenis

hubungan seks. Pada penelitian Darrow (1985) ditemukan resiko seropositive

untuk zat anti terhadap HIV cenderung naik pada hubungan seksual yang

dilakukan pada pasangan tidak tetap. Orang yang sering berhubungan seksual

dengan berganti pasangan merupakan kelompok manusia yang berisiko tinggi

terinfeksi virus HIV (Yopan, 2012).

b. Transmisi Non Seksual

· Transmisi Parenral

Yaitu akibat penggunaan jarum suntik dan alat tusuk lainnya (alat tindik) yang

telah terkontaminasi, misalnya pada penyalah gunaan narkotik suntik yang

menggunakan jarum suntik yang tercemar secara bersama-sama. Disamping dapat

juga terjadi melaui jarum suntik yang dipakai oleh petugas kesehatan tanpa

disterilkan terlebih dahulu. Resiko tertular cara transmisi parental ini kurang dari

1%.

Page 13: Bumil Dg Hiv Aids

Transmisi melalui transfusi atau produk darah terjadi di negara-negara barat

sebelum tahun 1985. Sesudah tahun 1985 transmisi melalui jalur ini di negara barat

sangat jarang, karena darah donor telah diperiksa sebelum ditransfusikan. Resiko

tertular infeksi/HIV lewat trasfusi darah adalah lebih dari 90% (Yopan, 2012).

· Transmisi Transplasental

Penularan dari ibu yang mengandung HIV positif ke anak mempunyai resiko

sebesar 50%. Penularan dapat terjadi sewaktu hamil, melahirkan dan sewaktu

menyusui. Penularan melalui air susu ibu termasuk penularan dengan resiko rendah

(Yopan, 2012).

c. Penularan Masa Prenatal

HIV dapat ditularkan dari ibu ke bayinya dengan tiga cara yaitu di dalam uterus

(lewat plasenta), sewaktu persalinan dan melalui air susu ibu. Pada bayi yang

menyusui kira-kira separuhnya transmisi terjadi sewaktu sekitar persalinan,

sepertiganya melalui menyusui ibu dan sebagian kecil di dalam uterus. Bayi

terinfeksi yang tidak disusui ibunya, kira-kira dua pertiga dari transmisi terjadi

sewaktu atau dekat dengan persalinan dan sepertiganya di dalam uterus (Ayu,

2012).

ü Kehamilan

Menurut Ayu (2012), kehamilan bisa berbahaya bagi wanita dengan HIV atau

AIDS selama persalinan dan melahirkan. Ibu sering akan mengalami masalah-

masalah sebagai berikut :

1) Keguguran

2) Demam, infeksi dan kesehatan menurun.

Page 14: Bumil Dg Hiv Aids

3) Infeksi serius setelah melahirkan, yang sukar untuk di rawat dan mungkin

mengancam jiwa ibu.

ü Melahirkan

Setelah melahirkan cucilah alat genitalia 2 kali sehari dengan sabun dan air bersih

sehingga terlindungi dari infeksi (Yopan, 2012).

ü Menyusui

Menyusui meningkatkan risiko penularan sebesar 4%. Infeksi HIV kadang-kadang

ditularkan ke bayi melalui air susu ibu (ASI). Saat ini belum diketahui dengan pasti

frekuensi kejadian seperti ini atau mengapa hanya terjadi pada beberapa bayi

tertentu tetapi tidak pada bayi yang lain. Di ASI terdapat lebih banyak virus HIV

pada ibu-ibu yang baru saja terkena infeksi dan ibu-ibu yang telah memperlihatkan

tanda-tanda penyakit AIDS. Setelah 6 bulan, sewaktu bayi menjadi lebih kuat dan

besar, bahaya diare dan infeksi menjadi lebih baik. ASI dapat diganti dengan susu

lain dan memberikan makanan tambahan. Dengan cara ini bayi akan mendapat

manfaat ASI dengan resiko lebih kecil untuk terkena HIV (Yopan, 2012).

II. 4. Penanganan Penyakit HIV/AIDS

Sampai saat ini tidak ada vaksin atau obat untuk HIV atau AIDS. Metode satu-

satunya yang diketahui untuk pencegahan didasarkan pada penghindaran kontak

dengan virus atau, jika gagal, perawatan antiretrovirus secara langsung setelah

kontak dengan virus secara signifikan, disebut post-exposure prophylaxis (PEP).

PEP memiliki jadwal empat minggu takaran yang menuntut banyak waktu. PEP

juga memiliki efek samping yang tidak menyenangkan seperti diare, tidak enak

badan, mual, dan lelah (Yopan, 2012).

Page 15: Bumil Dg Hiv Aids

Berbagai upaya telah dilakukan dalam penanggulangan HIV/AIDS di Indonesia

antara lain: KIE, promosi perilaku seksual aman, penyediaan darah transfusi yang

aman dari HIV, pemasaran kondom, pemeriksaan dan pengobatan IMS, surveilans

HIV/STS, surveilans AIDS, layanan VCT yang masih terbatas pada RS tertentu

dan LSM, pelatihan bagi petugas kesehatan serta lintas sektor (universal

precaution, VCT), pengobatan dan perawatan ODHA yang masih terbatas, dan

penelitian perilaku pada kelompok risiko tinggi (Yopan, 2012).

Kendatipun dari berbagai negara terus melakukan researchnya dalam mengatasi

HIV AIDS, namun hingga saat ini penyakit AIDS tidak ada obatnya termasuk

serum maupun vaksin yang dapat menyembuhkan manusia dari Virus HIV

penyebab penyakit AIDS. Adapun tujuan pemberian obat-obatan pada penderita

AIDS adalah untuk membantu memperbaiki daya tahan tubuh, meningkatkan

kualitas hidup bagi meraka yang diketahui terserang virus HIV dalam upaya

mengurangi angka kelahiran dan kematian (Yopan, 2012).

Antibiotik adalah pengobatan untuk gonore. Pasangan seksual juga harus diperiksa

dan diobati sesegera mungkin bila terdiagnosis gonore. Hal ini berlaku untuk

pasangan seksual dalam 2 bulan terakhir, atau pasangan seksual terakhir bila

selama 2 bulan ini tidak ada aktivitas seksual. Banyak antibiotika yang aman dan

efektif untuk mengobati gonorrhea, membasmi N.gonorrhoeae, menghentikan

rantai penularan, mengurangi gejala, dan mengurangi kemungkinan terjadinya

gejala sisa (Yopan, 2012).

Ada beberapa cara untuk mengobati atau menangani HIV/AIDS, yaitu:

· Terapi Anti Virus

Penanganan infeksi HIV terkini adalah terapi antiretrovirus yang sangat aktif

(highly active antiretroviral therapy, disingkat HAART). Terapi ini telah sangat

Page 16: Bumil Dg Hiv Aids

bermanfaat bagi orang-orang yang terinfeksi HIV sejak tahun 1996, yaitu setelah

ditemukannya HAART yang menggunakan protease inhibitor. Pilihan terbaik

HAART saat ini, berupa kombinasi dari setidaknya tiga obat ( disebut koktail )

yang terdiri dari paling sedikit dua macam ( atau kelas ) bahan antiretrovirus.

Kombinasi yang umum digunakan adalah nucleoside analogue reverse

transcriptase inhibitor (atau NRTI) dengan protease inhibitor, atau dengan non-

nucleoside reverse transcriptase inhibitor (NNRTI). Karena penyakit HIV lebih

cepat perkembangannya pada anak-anak daripada pada orang dewasa, maka

rekomendasi perawatannya pun lebih agresif untuk anak-anak daripada untuk

orang dewasa. Di negara-negara berkembang yang menyediakan perawatan

HAART, seorang dokter akan mempertimbangkan kuantitas beban virus,

kecepatan berkurangnya CD4, serta kesiapan mental pasien, saat memilih waktu

memulai perawatan awal (Yopan, 2012).

Perawatan HAART memungkinkan stabilnya gejala dan viremia (banyaknya

jumlah virus dalam darah) pada pasien, tetapi ia tidak menyembuhkannya dari HIV

ataupun menghilangkan gejalanya. HIV-1 dalam tingkat yang tinggi sering resisten

terhadap HAART dan gejalanya kembali setelah perawatan dihentikan. Lagi pula,

dibutuhkan waktu lebih dari seumur hidup seseorang untuk membersihkan infeksi

HIV dengan menggunakan HAART. Meskipun demikian, banyak pengidap HIV

mengalami perbaikan yang hebat pada kesehatan umum dan kualitas hidup mereka,

sehingga terjadi adanya penurunan drastis atas tingkat kesakitan (morbiditas) dan

tingkat kematian (mortalitas) karena HIV (Yopan, 2012).

Tanpa perawatan HAART, berubahnya infeksi HIV menjadi AIDS terjadi dengan

kecepatan rata-rata (median) antara sembilan sampai sepuluh tahun, dan

selanjutnya waktu bertahan setelah terjangkit AIDS hanyalah 9.2 bulan. Penerapan

HAART dianggap meningkatkan waktu bertahan pasien selama 4 sampai 12 tahun.

Page 17: Bumil Dg Hiv Aids

Bagi beberapa pasien lainnya, yang jumlahnya mungkin lebih dari lima puluh

persen, perawatan HAART memberikan hasil jauh dari optimal. Hal ini karena

adanya efek samping/dampak pengobatan tidak bisa ditolerir, terapi antiretrovirus

sebelumnya yang tidak efektif, dan infeksi HIV tertentu yang resisten obat (Yopan,

2012).

Ketidaktaatan dan ketidak teraturan dalam menerapkan terapi antiretrovirus adalah

alasan utama mengapa kebanyakan individu gagal memperoleh manfaat dari

penerapan HAART. Terdapat bermacam-macam alasan atas sikap tidak taat dan

tidak teratur untuk penerapan HAART tersebut. Isyu-isyu psikososial yang utama

ialah kurangnya akses atas fasilitas kesehatan, kurangnya dukungan sosial,

penyakit kejiwaan, serta penyalahgunaan obat. Perawatan HAART juga kompleks,

karena adanya beragam kombinasi jumlah pil, frekuensi dosis, pembatasan makan,

dan lain-lain yang harus dijalankan secara rutin. Berbagai efek samping yang juga

menimbulkan keengganan untuk teratur dalam penerapan HAART, antara lain

lipodistrofi, dislipidaemia, penolakan insulin, peningkatan risiko sistem

kardiovaskular, dan kelainan bawaan pada bayi yang dilahirkan (Yopan, 2012).

Obat anti-retrovirus berharga mahal, dan mayoritas individu terinfeksi di dunia

tidaklah memiliki akses terhadap pengobatan dan perawatan untuk HIV dan AIDS

tersebut (Yopan, 2012).

· Penanganan eksperimental dan saran

Telah terdapat pendapat bahwa hanya vaksin lah yang sesuai untuk menahan

epidemik global (pandemik) karena biaya vaksin lebih murah dari biaya

pengobatan lainnya, sehingga negara-negara berkembang mampu mengadakannya

dan pasien tidak membutuhkan perawatan harian. Namun setelah lebih dari 20

Page 18: Bumil Dg Hiv Aids

tahun penelitian, HIV-1 tetap merupakan target yang sulit bagi vaksin (Yopan,

2012).

Beragam penelitian untuk meningkatkan perawatan termasuk usaha mengurangi

efek samping obat, penyederhanaan kombinasi obat-obatan untuk memudahkan

pemakaian, dan penentuan urutan kombinasi pengobatan terbaik untuk menghadapi

adanya resistensi obat. Beberapa penelitian menunjukan bahwa langkah-langkah

pencegahan infeksi oportunistik dapat menjadi bermanfaat ketika menangani

pasien dengan infeksi HIV atau AIDS. Vaksinasi atas hepatitis A dan B disarankan

untuk pasien yang belum terinfeksi virus ini dan dalam berisiko terinfeksi. Pasien

yang mengalami penekanan daya tahan tubuh yang besar juga disarankan

mendapatkan terapi pencegahan (propilaktik) untuk pneumonia pneumosistis,

demikian juga pasien toksoplasmosis dan kriptokokus meningitis yang akan

banyak pula mendapatkan manfaat dari terapi propilaktik tersebut (Yopan, 2012).

· Pengobatan alternatif

Berbagai bentuk pengobatan alternatif digunakan untuk menangani gejala atau

mengubah arah perkembangan penyakit. Akupunktur telah digunakan untuk

mengatasi beberapa gejala, misalnya kelainan syaraf tepi (peripheral neuropathy)

seperti kaki kram, kesemutan atau nyeri, namun tidak menyembuhkan infeksi HIV.

Tes-tes uji acak klinis terhadap efek obat-obatan jamu menunjukkan bahwa tidak

terdapat bukti bahwa tanaman-tanaman obat tersebut memiliki dampak pada

perkembangan penyakit ini, tetapi malah kemungkinan memberi beragam efek

samping negatif yang serius (Yopan, 2012).

Beberapa data memperlihatkan bahwa suplemen multivitamin dan mineral

kemungkinan mengurangi perkembangan penyakit HIV pada orang dewasa,

meskipun tidak ada bukti yang menyakinkan bahwa tingkat kematian (mortalitas)

Page 19: Bumil Dg Hiv Aids

akan berkurang pada orang-orang yang memiliki status nutrisi yang baik.

Suplemen vitamin A pada anak-anak kemungkinan juga memiliki beberapa

manfaat. Pemakaian seleniumdengan dosis rutin harian dapat menurunkan beban

tekanan virus HIV melalui terjadinya peningkatan pada jumlah CD4. Selenium

dapat digunakan sebagai terapi pendamping terhadap berbagai penanganan

antivirus yang standar, tetapi tidak dapat digunakan sendiri untuk menurunkan

mortalitas dan morbiditas (Yopan, 2012).

Penyelidikan terakhir menunjukkan bahwa terapi pengobatan alternatif memiliki

hanya sedikit efek terhadap mortalitas dan morbiditas penyakit ini, namun dapat

meningkatkan kualitas hidup individu yang mengidap AIDS. Manfaat-manfaat

psikologis dari beragam terapi alternatif tersebut sesungguhnya adalah manfaat

paling penting dari pemakaiannya (Yopan, 2012).

II. 5. Pencegahan Penyakit HIV/AIDS pada ibu hamil

Menurut Yopan (2012), penularan HIV dari ibu ke bayi bisa dicegah melalui empat

cara, mulai saat hamil, saat melahirkan, dan setelah lahir yaitu:

· Penggunaan antiretroviral selama kehamilan

· Penggunaan antiretroviral saat perasalinan dan bayi bayi yang baru dilahirkan

· Penatalaksanan selama menyusui

Bayi dari ibu yang terinfeksi HIV memperlihatkan antibody terhadap virus tersebut

hingga 10 sampai 18 bulan setelah lahir karena penyaluran IgG anti-HIV ibu

menembus plasenta. Karena itu, uji terhadap serum bayi untuk mencari ada

tidaknya antibodi IgG ,erupakan hal yang sia-sia, karena uji ini tidak dapat

membedakan antibody bayi dari antibody ibu. Sebagian besar dari bayi ini, seiring

dengan waktu, akan berhenti memperlihatkan antibody ibu dan juga tidak

Page 20: Bumil Dg Hiv Aids

membentuk sendiri antibody terhadap virus, yang menunjukkan status seronegatif.

Pada bayi, infeksi HIV sejati dapat diketahui melalui pemeriksaan-pemeriksaan

seperti biakan virus, antigen p24, atau analisis PCR untuk RNA atau DNA virus.

PCR DNA HIV adalah uji virologik yang dianjurkan karena sensitive untuk

mendiagnosis infeksi HIV selama masa neonatus (Yopan, 2012).

Selama ini, mekanisme penularan HIV dari ibu kepada janinnya masih belum

diketahui pasti. Angka penularan bervariasi dari sekitar 25% pada populasi yang

tidak menyusui dan tidak diobati di negara-negara industri sampai sekitar 40%

pada populasi serupa di negara-negara yang sedang berkembang. Tanpa menyusui,

sekitar 20% dari infeksi HIV pada bayi terjadi in utero dan 80% terjadi selama

persalinan dan pelahiran. Penularan pascapartus dapat terjadi melalui kolostrum

dan ASI dan diperkirakan menimbulkan tambahan risiko 15% penularan perinatal

(Yopan, 2012).

Menurut Yopan (2012), factor ibu yang berkaitan dengan peningkatan risiko

penularan mencakup penyakit ibu yang lanjut, kadar virus dalam serum yang

tinggi, dan hitung sel T CD4+ yang rendah. Pada tahun 1994, studi 076 dari the

Pediatric AIDS Clinical Trials Group (PACTG) membuktikan bahwa pemberian

zidovudin kepada perempuan hamil yang terinfeksi HIV mengurangi penularan ibu

ke bayi sebesar dua pertiga dari 25% menjadi 8%. Di Amerika Serikat, insiden

AIDS yang ditularkan pada masa perinatal turun 67% dari tahun 1992 sampai 1997

akibat uji HIV ibu prenatal dan profilaksis prenatal dengan terapi zidovudin.

Perempuan merupakan sekitar 20% dari kasus HIV-AIDS di Amerika Serikat.

Perempuan dari kaum minoritas (Amerika Afrika dan keturunan Spanyol) lebih

banyak terkena, merupakan 85% dari seluruh kasus AIDS. Selain pemberian

zidovudin oral kepada ibu positif HIV selama masa hamil, tindakan-tindakan lain

Page 21: Bumil Dg Hiv Aids

yang dianjurkan untuk mengurangi risiko penularan HIV ibu kepada anak antaea

lain:

1) seksio sesaria sebelum tanda-tanda partus dan pecahnya ketuban (mengurangi

angka penularan sebesar 50%);

2) pemberian zidovudin intravena selama persalinan dan pelahiran;

3) pemberian sirup zidovudin kepada bayi setelah lahir;

4) tidak memberi ASI

Data menunjukkan bahwa perkembangan penyakit mengalami percapatan pada

anak. Fase asimptomatik lebih singkat pada anak yang terjangkit virus melalui

penularan vertical. Waktu median sampai awitan gejala lebih kecil pada anak, dan

setelah gejala muncul, progresivitas penyakit menuju kematian dipercepat. Pada

tahun 1994, CDC merevisi sistem klasfikasi untuk infeksi HIV pada anak berusia

kurang dari 13 tahun. Pada sistem ini, anak yang terinfeksi diklasifikasikan

menjadi kategori-kategori berdasarkan tiga parameter: status infeksi, status klinis,

dan status imunologik (Yopan, 2012).

Perjalanan infeksi HIV pada anak dan dewasa memiliki kemiripan dan perbedaan.

Pada anak sering terjadi disfungsi sel B sebelum terjadi perubahan dalam jumlah

limfosit CD4+. Akibat disfungsi sistem imun ini, anak rentan mengalami infeksi

bakteri rekuren. Invasi oleh pathogen-patogen bakteri ini menyebabkan berbagai

sindrom klinis pada anak seperti otitis media, sinusitis, infeksi saluran kemih,

meningitis infeksi pernapasan, penyakit GI, dan penyakit lain (Yopan, 2012).

Seluruh dunia, pada tahun 2008 diperkirakan 430.000 [240.000-610.000] infeksi

baru karena human immunodeficiency virus (HIV) terjadi pada anak-anak, yang

90% diperoleh melalui motherto-child transmission (MTCT) HIV. Dari 430.000

Page 22: Bumil Dg Hiv Aids

infeksi baru, antara 280 dan 360.000.000 diperoleh selama persalinan danpada

periode pra-melahirkan. Dari infeksi baruyang tersisa, sebagian besar diperoleh

selama menyusui. Pada bayi yang terjangkit HIV selama waktu persalinan,

perkembangan penyakit terjadi sangat cepat dalam beberapa bulanp ertama

kehidupan, sering menyebabkan kematian. Untuk mengaktifkan antiretroviral

(ARV) profilaksis harus diberikan kepada bayi sesegera mungkin setelah lahir,

semua bayi yang memiliki status pajanan HIV harus diketahui sejak lahir (Yopan,

2012).

Data terbaru yang diterbitkan mengkonfirmasi manfaat kelangsungan hidup

dramatis bagi bayi yang mulai diberikan ART sedini mungkin setelah diagnosis

HIV, diperoleh dari review Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pedoman

pengobatan pediatrik. Pada Juni 2008, pedoman baru dikeluarkan, yang

merekomendasikan inisiasi ART segera pada bayi didiagnosis dengan infeksi HIV.

Dalam rangka untuk mengidentifisikan bayi yang akan membutuhkan ART segera,

konfirmasi awal dari infeksi HIV diperlukan. Pada November 2008, pertemuan

diadakan untuk meninjau rekomendasioleh WHO untuk pengujian

diagnostikinfeksi HIVpada bayi dan anak-anak (Yopan, 2012).

BAB III

PENUTUP

III. 1. Kesimpulan

AIDS merupakan masalah kesehatan internasional yang perlu segera

ditanggulangi. AIDS berkembang secara pandemi hampir di setiap negara di

Dunia, termasuk Indonesia.

Page 23: Bumil Dg Hiv Aids

Sampai saat ini obat dan vaksin untuk menaggulangi AIDS belum ditemukan.

Untuk itu alternatif lain yang lebih mendekati dalam upaya pencegahan. Upaya

pencegahan dapat dilakukan oleh semua pihak asal mengetahui cara-cara penularan

AIDS.

Penularan AIDS terjadi melalui hubungan seksual, parental dan transplasental,

sehingga upaya pencegahan perlu diarahkan untuk merubah perilaku seksual

masyarakat (terutama yang memilikiki resiko tinggi), menghindari infeksi melalui

donor darah, dan upaya pencegahan infeksi perinatal sebelum ibu hamil.

Perubahan perilaku dilakukan dengan penyuluhan kesehatan.

III. 2. Saran

Semoga Makalah ini dapat berguna bagi penyusun dan pembaca. Kritik dan saran

sangat diharapkan untuk pengerjaan berikutnya yang lebih baik

Daftar Pustaka

Andy. 2011. HIV/AIDS Pada Ibu Hamil. http://ilmu-pasti-pengungkap-

kebenaran.blogspot.com/2011/11/hivaids-pada-ibu-hamil.html. Diakses tanggal 09

April 2013

Ayu. 2012. Pengaruh HIV/AIDS Terhadap Sistem Kekebalan Tubuh.

http://ayups87.wordpress.com/2012/06/16/makalah-pengaruh-hivaids-terhadap-

sistem-kekebalan-tubuh-manusia/. Diakses tanggal 09 April 2013

Yopan. 2012. Asuhan Keperawatan Pada Ibu Hamil Dengan HIV/AIDS.

http://yopangumilar.blogspot.com/2012/03/makalah-askep-pada-ibu-hamil-

dengan.html. Diakses tanggal 09 April 2013