imune.id · Web viewMelihat sumber daya alam yang ada di Aceh, seperti kopi dan kakao, seharusnya...

32
ANALISIS POTENSI WILAYAH ACEH A. Pendahuluan 1. Latar Belakang Aceh sebagai pintu gerbang barat Indonesia sekaligus sebagai wilayah cadangan gas terbesar kedua di dunia menjadi viral karena termasuk wilayah termiskin se- Sumatera. Bahkan Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat Aceh sudah menjadi daerah termiskin dibandingkan dengan daerah lain di Sumatera sejak tahun 2002. Sungguh ironi, Aceh menjadi negeri yang miskin di tengah berlimpah ruahnya sumber daya alam (SDA). Apa yang menyebabkan Aceh mengalami kemiskinan yang berkepajangan? Tentu sangat menarik untuk di kaji, dengan pendekatan geopolitik diharapkan tulisan ini dapat memberikan gambaran yang utuh tentang kondisi Aceh dan menghasilkan rekomendasi strategis untuk dakwah. 2. Tujuan Tulisan ini ditujukan untuk (1) Mengenal provinsi Aceh, (2) Mengetahui potensi wilayah Aceh, (3)Mengetahui arah kebijakan pembangunan di Aceh, (4) Rekomendasi strategis untuk dakwah B. Pembahasan 1. Letak Aceh Aceh terletak di ujung barat laut Pulau Sumatera dengan ibukota Banda Aceh yang memiliki posisi strategis sebagai pintu gerbang lalu lintas perdagangan nasional dan internasional. Aceh menghubungkan belahan dunia timur dan barat yang secara astronomis terletak pada 01o58’37,2”- 06o04’33,6” Lintang Utara dan 94o57’57,6”- 98o17’13,2” Bujur Timur. Berdasarkan letak geografis, batas wilayah Aceh adalah sebagai berikut:

Transcript of imune.id · Web viewMelihat sumber daya alam yang ada di Aceh, seperti kopi dan kakao, seharusnya...

Page 1: imune.id · Web viewMelihat sumber daya alam yang ada di Aceh, seperti kopi dan kakao, seharusnya kata Arman bisa dimanfaatkan untuk mensejahterakan rakyat di sana. Optimalisasi produksinya,

ANALISIS POTENSI WILAYAH ACEH

A. Pendahuluan1. Latar Belakang

Aceh sebagai pintu gerbang barat Indonesia sekaligus sebagai wilayah cadangan gas terbesar kedua di dunia menjadi viral karena termasuk wilayah termiskin se-Sumatera. Bahkan Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat Aceh sudah menjadi daerah termiskin dibandingkan dengan daerah lain di Sumatera sejak tahun 2002.

Sungguh ironi, Aceh menjadi negeri yang miskin di tengah berlimpah ruahnya sumber daya alam (SDA). Apa yang menyebabkan Aceh mengalami kemiskinan yang berkepajangan? Tentu sangat menarik untuk di kaji, dengan pendekatan geopolitik diharapkan tulisan ini dapat memberikan gambaran yang utuh tentang kondisi Aceh dan menghasilkan rekomendasi strategis untuk dakwah.

2. TujuanTulisan ini ditujukan untuk (1) Mengenal provinsi Aceh, (2) Mengetahui potensi wilayah Aceh, (3)Mengetahui arah kebijakan pembangunan di Aceh, (4) Rekomendasi strategis untuk dakwah

B. Pembahasan1. Letak Aceh

Aceh terletak di ujung barat laut Pulau Sumatera dengan ibukota Banda Aceh yang memiliki posisi strategis sebagai pintu gerbang lalu lintas perdagangan nasional dan internasional. Aceh menghubungkan belahan dunia timur dan barat yang secara astronomis terletak pada 01o58’37,2”- 06o04’33,6” Lintang Utara dan 94o57’57,6”- 98o17’13,2” Bujur Timur.

Berdasarkan letak geografis, batas wilayah Aceh adalah sebagai berikut: Sebelah Utara : berbatasan dengan Selat Malaka dan Laut Andaman Sebelah Selatan : berbatasan dengan Samudera Hindia Sebelah Timur : berbatasan dengan Sumatera Utara Sebelah Barat : berbatasan dengan Samudera Hindia

Aceh memiliki luas wilayah darat 58.880,87 Km2, wilayah lautan sejauh 12 mil seluas 7.478,80 Km2, dan garis pantai sepanjang 2.698,89 km atau 1.677,01 mil. Secara administratif, Aceh memiliki 23 Kabupaten/Kota yang terdiri dari 18 Kabupaten dan 5 (lima) Kota, 289 Kecamatan, 805 Mukim dan 6.497 Gampong/Desa sesuai dengan Keputusan Gubernur Aceh Nomor: 140/632/2017.

Topografi wilayah Aceh bervariasi dari datar hingga bergunung. Wilayah topografi datar dan landai sekitar 32 persen dari luas wilayah Aceh, sedangkan berbukit hingga bergunung sekitar 68 persen dari luas wilayah Aceh. Daerah dengan topografi

Page 2: imune.id · Web viewMelihat sumber daya alam yang ada di Aceh, seperti kopi dan kakao, seharusnya kata Arman bisa dimanfaatkan untuk mensejahterakan rakyat di sana. Optimalisasi produksinya,

bergunung terutama terdapat di bagian tengah Aceh yang termasuk ke dalam gugusan pegunungan bukit barisan, sedangkan daerah dengan topografi berbukit dan landai terutama terdapat dibagian utara dan timur Aceh.

Wilayah Aceh memiliki 4 (empat) level ketinggian, yaitu: 1) Dengan ketinggian 0 - 125 m dpl, berada di Banda Aceh dan sebagian Aceh Besar, hampir seluruh wilayah Simeulue, Sabang, dan Pulo Aceh, serta sebagian besar pesisir Aceh; pada bagian Barat, Selatan dan Timur Aceh bentuk dataran ini cenderung lebih lebar; 2) Daerah dengan ketinggian 125 – 1.000 m dpl, terdapat diseluruh kabupaten/kota, kecuali Kota Banda Aceh, Kota langsa, dan Pulo Aceh; 3) Daerah berketinggian 1.000 – 2.000 m dpl, terletak di wilayah tengah yang meliputi wilayah kabupaten: Pidie, Aceh Tengah, Bener Meriah, Gayo Lues, dan Aceh Tenggara; 4) Daerah paling tinggi dihitung > 2.000 m dpl, berada didaerah sekitar Gunung Peut Sagoe di Kabupaten Pidie, Gunung Bur Ni Telong dan Gunung Geureudong di Kabupaten Bener Meriah, serta Gunung Leuser di Kabupaten Gayo Lues dan Aceh Selatan.

2. Mengenal Provinsi Aceh

Visi provinsi Aceh yaitu terwujudnya Aceh yang damai dan sejahtera melalui pemerintahan yang bersih, adil dan melayani

Misi provinsi Aceh diantaranya:1. Reformasi birokrasi menuju pemerintahan yang adil, bersih dan melayani.2. Memperkuat pelaksanaan Syariat Islam beserta nilai-nilai keislaman dan

budaya keacehan dalam kehidupan masyarakat dengan iktikad Ahlussunnah Waljamaah yang bersumber hukum Mazhab Syafi’iyah dengan tetap menghormati mazhab yang lain.

Page 3: imune.id · Web viewMelihat sumber daya alam yang ada di Aceh, seperti kopi dan kakao, seharusnya kata Arman bisa dimanfaatkan untuk mensejahterakan rakyat di sana. Optimalisasi produksinya,

3. Menjaga integritas nasionalisme dan keberlanjutan perdamaian berdasarkan MoU Helsinki.

4. Membangun masyarakat yang berkualitas dan berdaya saing di tingkat nasional dan regional.

5. Mewujudkan akses dan pelayanan kesehatan dan kesejahteraan sosial yang mudah, berkualitas dan terintegrasi

6. Mewujudkan kedaulatan dan ketahanan pangan. 7. Menyediakan sumber energi listrik yang bersih dan terbarukan8. Membangun dan mengembangkan sentra-sentra produksi, perdagangan, industri

dan industri9. kreatif yang kompetitif. 10. Revitalisasi fungsi perencanaan daerah dengan prinsip evidence based planning

yang efektif, efisien dan berkelanjutan. 11. Pembangunan dan peningkatan kualitas infrastruktur terintegrasi, dan lingkungan

yang berkelanjutan.

Isu Strategis Pembangunan Aceh 2017 – 2022Isu Strategis Internasional meliputi: 1) Globalisasi ekonomi dan perdagangan bebas; 2) Keterbukaan teknologi informasi dan komunikasi 3) Berkembangnya pembangunan yang berorientasi pada SDGs; 4) Sumber energi alternatif; 5) Perubahan iklim global; dan6) Munculnya kekuatan ekonomi baru (India dan Cina) di Samudera Hindia.

Isu Strategis Nasional meliputi: 1) Peningkatan produktivitas sektor pertanian untuk meningkatkan kesejahteraan

para petani dan mendukung kedaulatan pangan;2) Peningkatan investasi industri pengolahan untuk meningkatkan nilai tambah

dan memperluas lapangan kerja, terutama untuk meningkatkan pendapatan per kapita;

3) Peningkatan kualitas infrastruktur jalan dan suplai kelistrikan; 4) Pengembangan pusat-pusat pertumbuhan baru di Sumatera, khususnya di

wilayah pantai barat Sumatera; 5) Pengembangan Pusat Kegiatan Strategis Nasional (PKSN) di Sabang, Kawasan

Strategis Nasional (Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Sabang, Kawasan Banda Aceh Darussalam, Kawasan Ekosistem Leuser, Kawasan Perbatasan Negara di Provinsi Aceh dan Provinsi Sumatera Utara), Kawasan Ekonomi Khusus (KEK), Kawasan Industri, Kawasan Strategis Pariwisata dan Kawasan Strategis dan Khusus Wilayah sesuai dengan potensi masing-masing daerah.

Page 4: imune.id · Web viewMelihat sumber daya alam yang ada di Aceh, seperti kopi dan kakao, seharusnya kata Arman bisa dimanfaatkan untuk mensejahterakan rakyat di sana. Optimalisasi produksinya,

Isu Strategis Pembangunan Aceh 2017 – 2022 Isu Strategis Daerah meliputi: 1) Peningkatan sumber Penerimaan Keuangan dan Pengelolaan Aset Daerah2) Peningkatan kualitas birokrasi, tata kelola, dan pelayanan publik;3) Penguatan nilai-nilai ke-Islaman dan budaya ke-Acehan;4) Penguatan perdamaian secara berkelanjutan;5) Pemenuhan ketahanan dan kemandirian pangan;6) Pengembangan pertanian dan perikanan;7) Pengembangan industri, perdagangan, koperasi dan UMKM ;8) Pengembangan pariwisata;9) Ketenagakerjaan;10) Ketersediaan dan ketahanan energi;11) Pemenuhan data yang berkualitas, terpusat dan terintegrasi;12) Pengembangan infrastruktur dasar dan konektivitas antarwilayah;13) Pemenuhan perumahan dan permukiman layak huni;14) Peningkatan kualitas dan pelayanan pendidikan;15) Peningkatan kualitas pemuda dan prestasi olahraga;16) Peningkatan kualitas kesehatan masyarakat dan peningkatan akses dan

mutu pelayanan kesehatan;17) Pengarusutamaan gender, perlindungan anak dan Penyandang Masalah

Kesejahteraan Sosial (PMKS);18) Penanggulangan kerawanan bencana, pengelolaan sumberdaya alam, dan

lingkungan hidup.

3. Potensi wilayah Aceh3.1 Sumber Daya Alam

Secara administratif, Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam terbagi menjadi 17 kabupaten dan 4 kota dengan Banda Aceh sebagai ibukota provinsi. Daerah Aceh memiliki potensi besar di bidang pertanian dan perkebunan. Berikut potensi kekayaan alam Aceh:a) Pertanian: beras, kedelai, ubi kayu, ubi jalar, jagung, kacang kedelai, sayur-

sayuran, dan buah-buahan b) Perkebunan: coklat, kemiri, karet, kelapa sawit, kelapa, kopi, cengkeh, pala,

nilam, lada, pinang, tebu, temba-kau, randu, bawang merah, cabe, kubis, kentang, kacang panjang, tomat, ketimun, pisang, mangga, rambutan, nangka, durian, jambu biji, pepaya, dan melinjo.

c) Peternakan: ternak sapi potong, kerbau, kuda, kambing, domba, ayam buras, ayam pedaging, ayam petelur dan itik

d) Perikanan: perikanan laut di kawasan Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE); belum dimanfaatkan secara optimal

e) Pertambangan: Daerah Aceh memiliki bahan tambang, seperti tem-baga, timah hitam, minyak bumi, batubara, dan gas alam. Selain itu, terdapat tambang emas di daerah Aceh Besar, Pidie, Aceh Tengah, dan Aceh Barat. Tambang biji besi terdapat di Aceh Besar, Aceh Barat, dan Aceh Selatan. Tambang mangan

Page 5: imune.id · Web viewMelihat sumber daya alam yang ada di Aceh, seperti kopi dan kakao, seharusnya kata Arman bisa dimanfaatkan untuk mensejahterakan rakyat di sana. Optimalisasi produksinya,

terdapat di Kabupaten Aceh Tenggara dan Aceh Barat. Sementara tambang biji timah, batu bara, dan minyak bumi terdapat di Aceh Barat dan Aceh Timur, yakni di Rantau Kuala dan Sim-pang Peureulak, serta gas alam di daerah Lhok Sukon dan Kabupaten Aceh Utara. 

f) Industri: industri hasil hutan, perkebunan, dan pertanian, seperti minyak kelapa sawit, atsiri, karet, kertas, serta industri hasil pengolahan tambang yang belum berkembang secara optimal.. Jenis industri yang ada meliputi industri makanan, minuman, dan tembakau; industri tekstil dan pakaian jadi; industri kayu, bambu, rotan, dan sejenisnya; industri kertas dan barang-barang dari kertas; industri kimia dan barang-barang dari kimia; industri logam dan barang-barang dari logam. Hasil produksi komoditas industri utama berupa semen, pupuk, kayu gergajian, moulding chips, plywood, dan kertas.

g) Pariwisata: wisata alam, wisata bahari, dan wisata sejarah

Aceh memiliki mekanisme dan aturan adat yang melibatkan masyarakat dalam pengelolaan sumber daya alam. Mekanisme dan aturan itu tertuang dalam aturan Lembaga Adat, sesuai pasal 98 ayat (3) UUPA antara lain seperti Panglima Laot, Pawang Glee, dan Kejreun Blang. Berdasar Qanun Aceh Nomor 19 Tahun 2013 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Aceh Tahun 2013-2033 luas hutan lindung ditetapkan seluas 2.938.579,68 Ha (49,91%) dan Kawasan Budidaya dengan seluas 2.949.506,83 Ha (50,09%), apabiladijumlahkan secara keseluruhan luas wilayah Aceh adalah 5.888.086,51 Ha. Sedangkan luas Aceh pada draf RTRW Aceh sebelum ditetapkan menjadi Qanun Aceh adalah 5.643.152,00 Ha. Penambahan luas tersebut dikelompokkan ke dalam lindung seluas 230.029,68 Ha dankawasan budidaya bertambah seluas 14.904,83

Selain itu Aceh memiliki potensi kekayaan Alam yang diakui oleh dunia. Gas bumi dari Aceh dan Sumatra Bagian Utara telah lama diproduksi. Lapangan Arun di Aceh telah berproduksi sejak tahun 1970-an untuk memenuhi kebutuhan pabrik Pupuk Iskandar Muda, pembangkit listrik, serta ekspor LNG ke Jepang dan Korea. Pada saat itu, Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) yang beroperasi adalah ExxonMobil Oil Indonesia yang saat ini sudah beralih ke PHE NSO-NSB. KKKS lain yang beroperasi di Aceh saat ini adalah Medco E&P Malaka, Triangle Pase Inc. dan ENI Krueng Mane Ltd, sedangkan di Sumatra Bagian Utara KKKS yang beroperasi adalah Pertamina EP Asset 1 dan EMP Gebang.

Per Januari 2017, cadangan gas bumi Region I sebesar 6,60 TSCF yang berupa cadangan terbukti (proven reserves) sebesar 1,33 TSCF dan cadangan potensial (probable & possible reserves) sebesar 5,27 TSCF. PT Medco E&P Malaka mendominasi kepemilikan cadangan sebesar 3,68 TSCF disusul PHE NSO-NSB sebesar 1,11 TSCF, Pertamina EP Asset 1 sebesar 0.83 TSCF dan sisanya sebesar 0,98 TSCF dari tiga Wilayah Kerja lainnya yaitu Gebang, Krueng Mane dan Pase. 

Page 6: imune.id · Web viewMelihat sumber daya alam yang ada di Aceh, seperti kopi dan kakao, seharusnya kata Arman bisa dimanfaatkan untuk mensejahterakan rakyat di sana. Optimalisasi produksinya,

Selain pasokan gas bumi dari lapangan yang ada di Region I, saat ini gas bumi juga didatangkan dari Tangguh melalui Terminal Regasifikasi Arun. Fasilitas ini merupakan fasilitas ex LNG Plant yang dikonversi menjadi fasilitas regasi kasi. Gas bumi tersebut kemudian dialirkan ke Belawan melalui pipa transmisi Arun-Belawan berdiameter 24 inci dengan kapasitas terpasang 200 MMSCFD untuk memenuhi kebutuhan PLN dan industri di Medan dan sekitarnya.

Sejarah Migas Aceh

Pentingnya minyak bumi sudah disadari warga Tanah Rencong sekitar abad 16. Kesultanan Aceh telah menggunakan minyak bumi sebagai sumber api di obor penerang dan upaya mempertahankan wilayah dari upaya penguasaan asing (Pertamina Peduli Pembangunan Daerah Istimewa Aceh, Jamaliddun Ahmad (2001).

Aceh telah melakukan perdagangan internasional di bidang minyak bumi sebelum Indonesia merdeka. Pada tanggal 15 Juni 1885, AJ Zijker berhasil menggali sebuah sumur minyak bernama Telaga Tunggal 1 atau Telaga Said yang dikelola oleh NV Koninklijke Nederlandsch Petroleum Mij. Eksplorasi dan produksi minyak bumi semakin meningkat di Aceh. Pada 24 Oktober 1971 perusahaan minyak asal Amerika Serikat, Mobil Oil, tak sengaja menemukan gas alam ketika melakukan eksplorasi di Desa Arun, Aceh Utara. Deposit gas alam yang ditemukan mencapai 17,1 triliun kaki kubik sehingga layak dikembangkan hingga puluhan tahun. Pimpinan Mobil Oil, Alex Massad, menyediakan dana USD 400.000 untuk eksplorasi sumur gas di Desa Arun. Menggandeng Pertamina dan Japan Indonesia LNG Company (JILCO), dibentuklah perusahaan patungan (kini bernama PT Perta Arun Gas). Melimpahnya hasil gas mendorong munculnya perusahaan lain di Kabupaten Aceh Utara. (PT Pupuk Iskandar Muda, PT Asean Aceh Fertilizer (AAF), PT Kertas Kraft Aceh (KKA) dan lainnya. Terjadi eksplorasi dan pemanfaatan hasil perut bumi besar-besaran.  Hingga 1

Page 7: imune.id · Web viewMelihat sumber daya alam yang ada di Aceh, seperti kopi dan kakao, seharusnya kata Arman bisa dimanfaatkan untuk mensejahterakan rakyat di sana. Optimalisasi produksinya,

Juli 1997, PT Arun telah mengapalkan 2938 LNG dan 329 LPG ke  Jepang, Korea dan Amerika Serikat. Provinsi Aceh menjadi pemasok energi beberapa negara, penyumbang devisa terbesar untuk Indonesia. Melimpahnya hasil gas mendorong munculnya perusahaan lain di Kabupaten Aceh Utara. (PT Pupuk Iskandar Muda, PT Asean Aceh Fertilizer (AAF), PT Kertas Kraft Aceh (KKA) dan lainnya. Sehingga terjadi eksplorasi dan pemanfaatan hasil perut bumi besar-besaran. 

Badan Pengelolaan Minyak dan Gas Bumi Aceh (BPMA)

Pemerintah provinsi Aceh telah mendapatkan persetujuan presiden untuk ikut mengelola wilayah kerja minyak dan gas bumi di darat maupun di laut. Persetujuan ini ditandai dengan diterbitkanya Peraturan Pemerintah (PP) nomor 23 tahun 2015 tentang Pengelolaan Bersama Sumber Daya Alam Minyak dan Gas Bumi di Aceh. Pengelolaan akan dilakukan oleh Badan Pengelolaan Migas Aceh (BPMA). BPMA nantinya akan menggantikan tugas Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) di wilayah Aceh. BPMA bertanggung jawab kepada gubernur dan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM).

Selain mengatur pengawasan, PP 23 tahun 2015 juga mengatur pembagian keuntungan yang didapat dari blok migas di wilayah Aceh. Diantaranya, pemerintah Aceh akan menerima 50 persen bonus tanda tangan dari tiap penandatanganan kontrak bagi hasil (PSC), 50 persen bonus produksi bila mencapai target, dan 30 persen dana bagi hasil migas yang berada di perairan dengan radius 12-200 mil dari lepas pantai. Selama ini, hasil ladang migas di radius tersebut seluruhnya masuk ke kas pemerintah pusat. Dengan ketentuan tersebut, porsi bagi hasil migas yang dinikmati Aceh semakin besar. Sebelumnya, dalam Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2006 disebutkan bahwa Aceh mendapat dana bagi hasil pertambangan minyak dan gas masing-masing 15 persen dan 30 persen. Selain itu, Aceh juga menerima tambahan dana bagi hasil minyak dan gas bumi karena berstatus sebagai daerah otonomi khusus, masing-masing sebesar 55 persen dan 40 persen.

Page 8: imune.id · Web viewMelihat sumber daya alam yang ada di Aceh, seperti kopi dan kakao, seharusnya kata Arman bisa dimanfaatkan untuk mensejahterakan rakyat di sana. Optimalisasi produksinya,

Sumbangan Minim Gas Alam untuk PAD Aceh

Proporsi realisasi komponen pendapatan Aceh tahun 2012-2017 terbesar ada apada dana otonomi khusus (Otsu) yaitu sebesar 59, 20%, padhal aceh memiliki kekayaan alam salah satunya berupa Gas alam namun tak memberikan sumbangan bagi pendapatan asli daerah (PAD) Aceh. Bahkan penerimaan dari DBH Migas menurun dengan tajam dan PAD hanya menyumbangkan sebesar 8% dari penerimaan.

An PAD hanya

3.2 Sumber daya Manusia

Berdasarkan data Sensus Penduduk 2010, jumlah penduduk di Aceh berjumlah4.494.410 jiwa terdiri dari 2.248.952 jiwa laki-laki dan 2.245.458 jiwa perempuan. Dilihat dari distribusinya jumlah penduduk paling banyak di Kabupaten Aceh Utara, yaitu sebesar 529.751 jiwa atau sebesar 11,79 persen dari total penduduk di

Page 9: imune.id · Web viewMelihat sumber daya alam yang ada di Aceh, seperti kopi dan kakao, seharusnya kata Arman bisa dimanfaatkan untuk mensejahterakan rakyat di sana. Optimalisasi produksinya,

Aceh. Sedangkan jumlah penduduk yang paling sedikit berada di Kota Sabang, yaitu sebesar 30.653 jiwa atau sebesar 0,68 persen dari total penduduk. Jika dilihat dari perkembangannya, jumlah penduduk di Aceh terus meningkat pasca tsunami dan konflik yang berkepanjangan.

Pada tahun 2010 Aceh merupakan provinsi keempat terendah di Sumatera dengan kepadatan penduduk sebesar 78 orang/km2. Angka ini masih di bawah angka rata-rata kepadatan penduduk di Indonesia yaitu sebesar 124 orang/km2. Wilayah dengan kepadatan tertinggi adalah Kota Banda Aceh. Kepadatan penduduk Kota Banda Aceh mencapai 3.642 orang per km2. Kota Lhokseumawe (668 jiwa/km2) dan Kota Langsa (568 jiwa/km2) juga memiliki kepadatan penduduk yang jauh lebih tinggi dibandingkan wilayah-wilayah lain. Kondisi demikian disebabkan karena pada daerah-daerah tersebut terdapat akses yang mudah dicapai terhadap sarana dan prasarana wilayah. Fasilitas yang sudah cukup memadai pada daerah-daerah tersebut cukup menarik perhatian masyarakat untuk menetap disana. Kondisi yang terjadi di tiga kabupaten tersebut, berbanding terbalik dengan Kabupaten Gayo Lues. Kabupaten Gayo Lues yang memiliki luas wilayah sekitar 10 persen dari wilayah Aceh memiliki kepadatan penduduk terendah yaitu hanya sekitar 14 orang per 7km2. Selama periode2005-2010 kepadatan penduduk di Aceh terus meningkat, dari 68 jiwa/km2pada tahun 2005 naik menjadi 78 jiwa/km2 pada tahun 2010.

Beberapa faktor utama untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM)di Aceh pada khususnya dan di Indonesia pada umumnya yaitu Pendidikan, karena pendidikan menjadi kunci bagi pencapaian kemajuan bangsa. Tingkat pendidikan yang rendah telah menyebabkan rendahnya tingkat produktifitas yang berimbas pada buruknya tingkat penghasilan dan rendahnya kualitas kehidupan bangsa Indonesia. Dunia pendidikan di Provinsi Aceh masih menghadapi banyak masalah, salah satunya adalah keluhan mengenai sarana dan prasarana pendidikan yang kurang memadai serta diiringi dengan rendahnya mutu pendidikan di segala jenjang pendidikan. Untuk itu, berbagai cara telah dilakukan oleh pemerintahan Aceh, diantaranya dengan mengembangkan kurikulum berbasis kompentensi dan mutu tenaga pengajar, sehingga diharapkan dapat menciptakan lulusan yang lebih berkualitas yang dapat meningkatkan mutu SDM Aceh dengan alokasi dana otonomi khusus (otsus) di bidang pendidikan Aceh sebesar 20 persen pada tahun 2009-2012.

Page 10: imune.id · Web viewMelihat sumber daya alam yang ada di Aceh, seperti kopi dan kakao, seharusnya kata Arman bisa dimanfaatkan untuk mensejahterakan rakyat di sana. Optimalisasi produksinya,

Berdasarkan Gambar diatas, komposisi penduduk Aceh yang berumur 5 tahun ke atas menurut wilayah dan pendidikan tertinggi yang ditamatkan di Provinsi Aceh berjumlah sebanyak 4,000,981, yang terdiri dari Tidak/Belum Pernah Sekolah, Tidak/Belum Tamat SD, SD/MI/Sederajat, SMP/MTsN/Sederajat, SMA/MA/Sederajat, Sekolah Menengah (SM) Kejuruan, Diploma I/II, Diploma III, Diploma IV, S2 dan S3. Persentase pendidikan yang ditamatkan oleh penduduk yang berumur 5 tahun keatas di provinsi Aceh, seperti yang terlihat pada Gambar 1, dimana total pendidikan tertinggi yang ditamatkan dengan persentase angka tertinggi berada pada tingkat pendidikan SD/MI/Sederajat sebesar 25 persen atau 46,708 orang, sedangkan persentase angka terendah berada pada tingkat pendidikan S2/S3

yaitu sebesar 0 persen atau 315 orang, dan rata-rata persentase tingkat pendidikan provinsi Aceh yaitu sebesar 9 persen atau 17.396 orang.

Selanjutnya, penduduk Aceh yang berpendidikan S2/S3 menurut wilayah/kabupaten di provinsi Aceh rata-rata berjumlah 315, dimana total pendidikan tertinggi S2/S3 yang ditamatkan dengan angka tertinggi terdapat di Kota Banda Aceh yang berjumlah 2,459, sedangkan kabupaten Aceh Jaya yang berjumlah 26 orang, seperti terlihat pada gambar 4.

Tingkat Pendidikan Penduduk Aceh Berumur 5 Tahun Ke atas Menurut Kabupaten/Kota

Page 11: imune.id · Web viewMelihat sumber daya alam yang ada di Aceh, seperti kopi dan kakao, seharusnya kata Arman bisa dimanfaatkan untuk mensejahterakan rakyat di sana. Optimalisasi produksinya,

Pendidikan Aceh dalam Lintas SejarahSejarah Aceh mencatat bahwa pendidikan telah berkembang sangat pesat di Aceh

ketika masa Sultan Iskandar Muda (1607-1636). Mengutip tulisan Abdul Majid (2004), Sofyan Sofyan Djalil (2006), MantanMenteri Negara Badan Usaha Milik Negara Indonesiapada Kabinet Indonesia Bersatu dalam Orasi Ilmiahnya yang disampaikan pada Rapat Terbuka dalam rangka Dies Natalis ke-45 Unsyiah pada 2 September 2006 menyebutkan bahwa penjelajah Perancis, Beaulieu, yang melawat Aceh pada abad ke- 17, menyatakan bahwa pada kurun tersebut Aceh tidak mengenal lagi masyarakat buta huruf. Pada pemerintahan Sultan Iskandar Muda (1607-1636), di Aceh telah berdiri dengan megahnya sebuah institusi pendidikan tinggi yang setingkat dengan Universitas yang diberi nama dengan Jami’ah Baiturrahman, yang berlokasi di Mesjid Baiturrahman, mesjid kebanggaan rakyat Aceh.

Dalam sistem pendidikan di Jami’ah ini sudah diintegrasikan ilmu pendidikan umum dan agama untuk diajarkan kepada para mahasiswanya. Hal ini dapat dilihat dari nama ke-17 fakultas (Daar) yang ada pada saat itu, yaitu: (1) Daar al-Tafsir wal Hadits (Fakultas Tafsir dan Hadist); (2)Daar al-Thib (Fakultas Kedokteran); (3) Daar al-Kimiya (Fakultas Kimia); (4) Daar al-Taarikh (Fakultas Sejarah); (5) Daar al-Hisaab (Fakultas Matematika); (6) Daar al-Siyasah (Fakultas Ilmu Politik); (7) Daar al-’Aqli (Fakultas Ilmu Logika); (8) Daar al-Zira’ah (Fakultas Pertanian); (9) Daar al-Ahkaam (Fakultas Hukum); (10) Daar al-Falsafah (Fakultas Filosofi); (11) Daar al-Kalam (Fakultas Teologi); (12) Daar al-Wizaarah (Fakultas Ilmu Pemerintahan); (13) Daar al-Khazanah Bait al-Mal (Fakultas Keuangan/Akuntansi Negara); (14) Daar al-Ardh (Fakultas Pertambangan); (15) Daar al-Nahwu (Fakultas Sastera Arab); (16) Daar al-Mazahib (Fakultas Perbandingan Mazhab); dan (17) Daar al-Harb (Fakultas Ilmu Militer). Institusi pendidikan di Aceh yang sangat berwibawa ketika itu telah menjadi sentra pengembangan ilmu pengetahuan tidak hanya untuk Aceh saja, tetapi juga telah merambah kawasan regional manca negara. Tenaga pengajar dan guru besar Jami’ah Baiturrahman ini mencakup ulama-ulama besar yang bukan saja berketurunan Aceh, seperti Syeikh Nuruddin Ar-Raniry, Syeikh Syamsuddin As-Sumatrani dan juga Syeikh Hamzah Al- Fansury.Pendidikan Aceh sekarang ini jauh tertinggal dari dunia maju dan berkembang lainnnya, dan bahkan pendidikan Aceh juga tertinggal dari Provinsi-provinsi lainnya yang ada di Indonesia. Rangking pendidikan Aceh berada di nomor 25, dari 34 Provinsi yang ada di Indonesia, padahal alokasi pendidikan Aceh mencapai Rp 3,33 triliun pada tahun 2010.

Daerah yang memiliki penduduk yang berpendidikan tinggi akan memiliki modal yang besar untuk melaksanakan pembangunan dengan maksimal karena semakin tinggi pendidikan masyarakat, maka keterlibatan mereka dalam program pembangunan akan semakin terarah dan optimal. Sebaliknya, semakin banyak penduduk yang tidak berpendidikan, maka akan semakin menghambat proses pembangunan suatu daerah, dan bahkan semakin dekat dengan kemiskinan. Karena kemiskinan itu sendiri merupakan salah satu faktor yang dapat pertumbuhan ekonomi. Daerah yang memiliki penduduk miskin yang besar, maka alokasi dana akan lebih banyak untuk mengatasi kemiskinan tersebut, sehingga semakin sedikit dana yang tersedia untuk membangun sektor-sektor ekonomi lainnya, yang pada gilirannya akan menghambat pembangunan ekonomi.

Page 12: imune.id · Web viewMelihat sumber daya alam yang ada di Aceh, seperti kopi dan kakao, seharusnya kata Arman bisa dimanfaatkan untuk mensejahterakan rakyat di sana. Optimalisasi produksinya,

Provinsi Aceh merupakan salah satu daerah yang memiliki persentase penduduk miskin terbanyak nomor tujuh di level nasional, padahal APBD Aceh berada di rangking nomor tiga terbanyak dibandingkan dengan 34 provinsi lainnya yang ada di Indonesia. Gambar berikut menjelaskan persentase penduduk miskin di setiap kabupaten/kota di Aceh dan perbandingannya dengan tingkat kemiskinan provinsi dan nasional.

Persentase Penduduk Miskin Menurut Kabupaten/Kota Provinsi Aceh

Berdasarkan Gambar jelas terlihat bahwa pada tahun 2010, rata-rata persentase penduduk miskin nasional mencapai angka 14,44 persen, jauh lebih rendah dibandingkan dengan rata-rata penduduk miskin di provinsi Aceh yang mencapai 21 persen. Walaupun secara umum provinsi Aceh telah berhasil menurunkan jumlah penduduk miskin dari tahun 2009 yang mencapai 21,8 persen menjadi 20,3 persen pada tahun 2010, namun tingkat penduduk miskin Aceh masih jauh lebih tinggi berada di atas rata-rata tingkat kemiskinan penduduk Indonesia.

Kalau dilihat tingkat penduduk antar kabupaten/kota di Aceh, jelas terlihat bahwa pada tahun 2009 persentase penduduk miskin yang tertinggi berada di Kabupaten Pidie Jaya, yaitu 28 persen, dan yang terendah berada di Kota Banda Aceh, yaitu 8,6 persen. Sedangkan persentase penduduk miskin terbesar pada tahun 2010 terdapat di Kabupaten Bener Meriah yang mencapai 26,2 persen, dan persentase penduduk miskin terkecil terdapat di Kota Banda.

Sejak 2002 sampai September 2012, Aceh daerah nomor satu yang memiliki jumlah penduduk miskin terbanyak di Sumatera. Pada 2012, persentase penduduk miskin di Aceh mencapai 18,58%. Pada 2013, angka penduduk miskin di Aceh sempat turun pada angka 17,72% per September 2013 dan tidak lagi berpredikat sebagai daerah miskin di Sumatera, karena pada periode itu Bengkulu yang menjadi daerah termiskin dengan persentase 17,75%. Namun 6 bulan kemudian atau tepatnya Maret 2014 Aceh kembali tercatat naik jumlah penduduknya dengan persentase 18,05%. Dilihat dari data tahunan, selama 5 tahun ini jumlah penduduk miskin di Aceh masih tinggi. Pada September 2015 misalnya, persentasenya mencapai 17,11%. Persentase itu turun jadi 16,43% pada September 2016 dan berlanjut lagi menjadi 15,92% pada September 2017 dan 15,68% pada September 2018. Pada September 2019, angka kemiskinan berhasil turun lagi

Page 13: imune.id · Web viewMelihat sumber daya alam yang ada di Aceh, seperti kopi dan kakao, seharusnya kata Arman bisa dimanfaatkan untuk mensejahterakan rakyat di sana. Optimalisasi produksinya,

menjadi 15,01% dan turun lagi menjadi 14,99% pada Maret 2020. Kemudian naik lagi menjadi 15,43% atau sebanyak 833,91 ribu orang pada September 2020 seperti yang dilaporkan oleh Kepala BPS Suhariyanto belum lama ini. Jumlah itu bertambah 19.000 orang dibandingkan dengan Maret 2020 yakni 814,91 orang.

Pada September 2020, garis kemiskinan Aceh Rp 524.208 per kapita, Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) 2,847, Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) sebesar 0,831 dan Gini Ratio 0,319. Secara total penduduk miskin di Indonesia per September 2020 sebanyak 2,76 juta jiwa.

Secara faktual, AM. Saefuddin membagi kemiskinan menjadi dua yaitu kemiskinan alamiah (natural poverty) dan kemiskinan struktural (structural poverty). Yang pertama, terjadi karena misalnya catat mental atau fisik, lahir dari dan dalam keadaaan keluarga miskin dan faktor lain yang tak terduga (bencana alam, kebangkrutan dll). Sedangkan kemiskinan struktural diciptakan oleh sistem, nilai dan perilaku bejat manusia. Kemiskinan yang terjadi merupakan kemiskinan strutural terlihat bagaimana mirisnya wilayah yang memiliki sumber daya alam yang berlimpah namun tak mampu mensejahterakan rakyatnya.

Ketimpangan Pembangunan di wilayah Utara-Timur, Tengah-Tenggara dan Barat Selatan Aceh

Salah satu alat untuk mengukur ketimpangan ekonomi di suatu wilayah adalah Indeks Williamson. Indeks ini menggunakan indikator PDRB dan jumlah penduduk pada suatu wilayah sebagai data dasar dalam perhitungannya. PDRB digunakan untuk mewakili indikator ekonomi. Sedangkan jumlah penduduk digunakan sebagai pembagi untuk mendapatkan PDRB per kapita. Ketimpangan termasuk kategori ringan apabila kurang dari 0,35, ketimpangan sedang antara 0,35 sampai dengan 0,5 dan ketimpangan tinggi apabila lebih dari 0,5.

Indeks tersebut menggambarkan bahwa ketimpangan pembangunan dan distribusi pendapatan antar wilayah kabupaten/kota di Aceh menuju kearah pemerataan. Penurunan

Page 14: imune.id · Web viewMelihat sumber daya alam yang ada di Aceh, seperti kopi dan kakao, seharusnya kata Arman bisa dimanfaatkan untuk mensejahterakan rakyat di sana. Optimalisasi produksinya,

ketimpangan pendapatan antar wilayah antara lain disebabkan oleh menurunnya pendapatan di kabupaten/kota penghasil migas.

Pertumbuhan Ekonomi Triwulan IV-2019 Terhadap Triwulan IV-2018 (y-on-y)

Ekonomi Aceh triwulan IV-2019 dibanding triwulan IV-2018 (y-on-y) tumbuh sebesar 5,21 persen. Pertumbuhan terjadi hampir pada seluruh lapangan usaha, kecuali Perdagangan Besar-Eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda Motor turun sebesar 0,50 persen. Pertumbuhan tertinggi dicapai oleh Pengadaan Air sebesar 37,96 persen, diikuti Konstruksi sebesar 18,14 persen, dan Jasa Keuangan sebesar 16,91 persen.

Ekonomi Aceh pada triwulan III-2020 dengan migas turun sebesar 0,11 persen bila dibandingkan triwulan III-2019 (y-on-y). Dengan mengeluarkan migas, pertumbuhan ekonomi Aceh secara y-on-y turun sebesar 0,79 persen. Penurunan terjadi hampir pada seluruh lapangan usaha, kecuali konstruksi (F) tumbuh sebesar 14,59 persen; informasi dan komunikasi (J) tumbuh sebesar 12,32 persen; pertambangan (B) tumbuh sebesar 7,37 persen; pertanian, kehutanan dan perikanan (A) tumbuh sebesar 5,63 persen; pengadaan listrik (D) tumbuh sebesar 2,82 persen dan jasa kesehatan (Q) tumbuh sebesar 2,76 persen. Lapangan usaha transportasi dan pergudangan (H) merupakan lapangan usaha yang memiliki penurunan tertinggi sebesar 30,64 persen.

Bila dilihat dari penciptaan sumber pertumbuhan ekonomi Aceh Triwulan III-2020 y-on-y, lapangan usaha pertanian, kehutanan, dan perikanan (A) memiliki kontribusi sebagai sumber pertumbuhan tertinggi sebesar 1,56 persen dan diikuti konstruksi (F) sebesar 1,39 persen; pertambangan dan penggalian (B) sebesar 0,55 persen serta informasi dan komunikasi sebesar 0,43 persen. Sementara itu, kontribusi negatif tertinggi berasal dari Transportasi dan Pergudangan (H) yaitu sebesar -2,33 persen; diikuti oleh lapangan usaha perdagangan besar dan eceran (G) sebesar -0,74 persen dan administrasi pemerintahan (O) sebesar -0,72 persen.

Struktur perekonomian Aceh menurut lapangan usaha Triwulan III-2020 masih didominasi lapangan usaha pertanian, kehutanan dan perikanan (A) sebesar 31,37 persen; perdagangan besar-eceran dan reparasi mobil-sepeda motor (G) 14,37 persen; dan kontruksi (F) sebesar 11,05 persen.

Page 15: imune.id · Web viewMelihat sumber daya alam yang ada di Aceh, seperti kopi dan kakao, seharusnya kata Arman bisa dimanfaatkan untuk mensejahterakan rakyat di sana. Optimalisasi produksinya,

Pengamat Ekonomi dari Fakultas Ekonomi Universitas Syiah Kuala, Dr Amri SE MSi menyebutkan, meningkatnya angka kemiskinan Aceh tahun 2021 terjadi karena adanya kesalahan manajemen anggaran oleh Pemerintah Aceh yang terjadi sejak lama. Menurut Amri, hal ini tidak mengherankan, karena bukan pertama kalinya Aceh didapuk menjadi daerah termiskin di Sumatera, meskipun anggaran pembangunannya cukup besar. Pengamat Ekonomi dari Fakultas Ekonomi Universitas Syiah Kuala, Dr Amri SE MSi menyebutkan, meningkatnya angka kemiskinan Aceh tahun 2021 terjadi karena adanya kesalahan manajemen anggaran oleh Pemerintah Aceh yang terjadi sejak lama. Menurut Amri, hal ini tidak mengherankan, karena bukan pertama kalinya Aceh didapuk menjadi daerah termiskin di Sumatera, meskipun anggaran pembangunannya cukup besar.

Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Aceh, T. Ahmad Dadek mengatakan bahwa kenaikan angka kemiskinan di Aceh harus dilihat dari kondisi secara nasional dan dalam perspektif pandemi Covid-19. Tingginya Angka Kemiskinan Aceh Tak Bisa Disamakan dengan Daerah Lain, Dadek juga menjelaskan bahwa isu kemiskinan di Aceh berbeda dengan daerah lain di Indonesia. Kemiskinan di Aceh, kata Dadek, meningkat tajam saat tahun 2000 sampai 2004 karena konflik bersenjata dan tsunami yang memporak porandakan Aceh pada saat itu.

Komite Pemantauan Pelaksanaan Otonomi Daerah (KPPOD) telah melakukan kajian masalah kemiskinan di Provinsi Daerah Istimewa Aceh. Menurutnya, kemiskinan di Aceh bisa diatasi apabila dana otonomi khusus (otsus) dikelola dengan benar. Peneliti KPPOD Arman Suparman menjelaskan persoalan kemiskinan di Aceh disumbang oleh persoalan tata kelola pembangunan di daerah. Seharusnya pembangunan di sana bisa difokuskan untuk memenuhi kebutuhan mayoritas masyarakat di Aceh. Tata kelola pembangunan, dari birokrasi dan pelayanan publik tidak banyak memberikan andil untuk kesejahteraan masyarakat. Ini juga salah satu kontribusi angka kemiskinan. Tata kelola pembangunan dan implementasinya seharusnya fokus ke persoalan masyarakat di daerah. Kadang pemerintah daerah itu kurang tahu apa yang menjadi kebutuhan masyarakat. Melihat sumber daya alam yang ada di Aceh, seperti kopi dan kakao, seharusnya kata Arman bisa dimanfaatkan untuk mensejahterakan rakyat di sana. Optimalisasi produksinya, menurut Arman salah satunya bisa digunakan melalui dana otsus. Dana pembangunan di Aceh, kata Arman terbesar berasal dari

Page 16: imune.id · Web viewMelihat sumber daya alam yang ada di Aceh, seperti kopi dan kakao, seharusnya kata Arman bisa dimanfaatkan untuk mensejahterakan rakyat di sana. Optimalisasi produksinya,

dana otsus. Pun 50% penerimaan daerah berasal dari dana otsus yang setiap tahun digelontorkan oleh pemerintah pusat.

Masalahnya, pengelolaan dana otsus di Aceh, menurut Arman tidak dikelola dengan baik. Seperti diketahui, sejak 2008 - 2015 dana otsus di Aceh meningkat. Terakhir pada 2019 dan 2020, Aceh mendapatkan porsi dana otsus Rp 8,4 triliun, meningkat dibandingkan alokasi 2017-2018 yang sebesar Rp 8 triliun. Seharusnya dengan dana otsus itu bisa untuk mengatasi kemiskinan dan mensejahterakan rakyat Aceh. Caranya, dana otsus dialokasikan untuk pembiayaan prioritas seperti infrastruktur, pendidikan, dan kesehatan. Dari sistem perencanaan harus fokus. Money follow program, ketika punya fokus, anggaran seharusnya mengikuti programnya. Ini yang belum optimal dijalankan Pemda Aceh. Juga dari pemerintah pusat kurangnya pengendalian dan pengawasan. Oleh karena itu, menurut Arman pemerintah pusat semestinya bisa memberikan semacam NPSK. Atau lebih tepatnya ketentuan peraturan perundang-undangan yang ditetapkan pemerintah pusat sebagai pedoman dalam menyelenggarakan urusan pemerintahan konkuren (bersaingan) serta menjadi kewenangan pemerintah pusat dan untuk menjadi kewenangan daerah.

Sementara dari tahun yang sudah berjalan, dana otsus di Aceh tidak dipergunakan secara rata, baik itu untuk infrastruktur, kesehatan atau pendidikan. Dari pengamatannya sejauh ini, dana otsus banyak digunakan untuk pembangunan infrastruktur. Pembangunan infrastruktur di Aceh pun tidak memberikan multiplier effect yang signifikan untuk masyarakatnya. Seharusnya infrastruktur itu untuk mempermudah konektivitas masyarakat. Perlu meningkatkan kebijakan lain, karena mata pencaharian besar di Aceh kebanyakan adalah petani. Perlu memajukan kesejahteraan petani dengan program lain. Makanya dana otsus sebaiknya fokus.

Berdasarkan data BPS, sampai dengan Agustus 2020 jumlah mata pencaharian masyarakat di Aceh sebanyak 231,86 ribu masyarakatnya atu 21,42% bekerja di sektor pertanian. Kemudian 162,99 ribu orang atau 15,05% sebagai tenaga administrasi pemerintahan, pertahanan, dan jaminan sosial, dan sebanyak 156,84 ribu orang atau 14,49% bekerja di jasa pendidikan. Tahun 2021, pemerintah pusat juga telah memutuskan agar dana otsus Aceh berlanjut. Namun anggarannya berkurang dari tahun sebelumnya, menjadi Rp 7,8 triliun. Tahun 2020 angka kemiskinan kita 15,20 dan tahun 2021 ini 15,43%, ini artinya Aceh tidak bisa disamakan dengan daerah lain dan harus bekerja keras dua kali lipat. Secara nasional Indonesia juga terus bekerja keras mempertahankan pertumbuhan ekonomi dan penurunan angka kemiskinan di tengah pandemi Covid-19. Angka kemiskinan Indonesia juga disebut meningkat dari 9,22 % menjadi 10,19% atau naik 0,93 poin. Sedangkan Aceh 2019 angka kemiskinan Aceh 15,01 % tahun 2020 menjadi 15,43% dalam hal ini naik sebesar 0,42%, masih rendah dibandingkan dengan kenaikan secara nasional yang mencapai 0,93 poin. Pemerintah Aceh telah mencoba berbagai strategi untuk menekan angka kemiskinan di Aceh, di antaranya dengan menekan pengeluaran masyarakat seperti program JKA, bantuan rumah layak huni, hingga meningkatkan pendapatan masyarakat dengan berbagai bantuan. Termasuk juga meningkatkan SDM dengan pelatihan kerja dan pendidikan, menekan

Page 17: imune.id · Web viewMelihat sumber daya alam yang ada di Aceh, seperti kopi dan kakao, seharusnya kata Arman bisa dimanfaatkan untuk mensejahterakan rakyat di sana. Optimalisasi produksinya,

transaksi ekonomi dengan meningkatkan jalan dalam keadaan baik, menjaga stabilitas pangan dan menangani dampak bencana.

4. Rawan Bencana dan Kerusakan Alam Aceh

Aceh adalah provinsi yang rawan terhadap bencana. Hal itu disebabkan karena kondisi geologi dan geografi Aceh berada di jalur cincin api (ring of fire) yang menyebabkan beberapa gunung api, dan zona subduksi menjadi pusat gempa bumi dan tsunami. Dari sisi hidrometeorologi, Aceh juga rentan terhadap banjir bandang, longsor, banjir luapan, dan kekeringan. Sederet fenomena alam ini, telah menjadikan masyarakat Aceh akrab dengan berbagai bencana yang datang silih berganti.

Indeks Risiko Bencana Indonesia (IRBI) memberikan informasi tentang kategori bencana, yaitu: kategori rendah (<36), kategori sedang (36-144) dan kategori tinggi (>144). Kondisi geografis, geologi, hidrologis, dan demografis wilayah Aceh memiliki tingkat kerawanan tinggi terhadap terjadinya bencana. Kondisi alam yang kompleks telah menjadikan Aceh sebagai salah satu provinsi dengan indeks risiko bencana berkategori tinggi di Indonesia dengan indeks 160. Kabupaten Bener Meriah, Gayo Lues, dan Nagan Raya, serta Kota Langsa dan Kota Sabang memiliki indeks risiko bencana kategori sedang. Sementara itu, kabupaten/kota lainnya termasuk kategori tinggi. Jumlah kejadian bencana dari tahun 2013 hingga tahun 2017 dilaporkan sebanyak 682 kejadian bencana atau rata-rata 136 kejadian bencana per tahun. Dalam rentang waktu dari tahun 2012 sampai dengan 2017, telah terjadi berbagai jenis bencana dengan sebaran titik kejadian.

Page 18: imune.id · Web viewMelihat sumber daya alam yang ada di Aceh, seperti kopi dan kakao, seharusnya kata Arman bisa dimanfaatkan untuk mensejahterakan rakyat di sana. Optimalisasi produksinya,

Selain itu menurut muhammad Nur Direktur Walhi, Aceh bertabur masalah lingkungan hidup, mulai dari pencemaran, konflik lahan, pencurian kayu, pertambangan, perkebunan, mega proyek jalan dalam kawasan hutan hingga energy terbarukan yang akan di bangun diberbagai wilayah Aceh. Lalu mengapa menjadi masalah lingkungan hidup, ia, karena terjadi berbagai dampak akibat dari seluruh kegiatan Keberadaan PT Asdal di Aceh Selatan menyebabkan perkara hukum hingga terjadi diskriminalisasi terhadap warga, begitu pula juga halnya sengketa lahan yang terjadi di Krueng Simpo kabupaten Bireun hingga PT Bumi Glora di Aceh tamiang. 

Pada dasarnya semua kasus tanah atau dikenal konflik agraria memiliki karakteristik yang sama, persoalan pertama terkait bukti legalitas formal, sehingga menyampingkan hak atas penguasaan tanah dan membuang secara pelan-pelan pengakuan tanah melalui hukum adat, harta warisan dsb, artinya semangat Presiden membagi lahan kepada warga miskin mencapai 10.2 jt hektar yang tersebar di 25.863 desa di Indonesia merupakan angka yang sangat kecil dan terlalu mengada-ngada, padahal ketika presiden mengakui wilayah adat sebagai wilayah bersama masyarakat hukum adat, tidak perlu negara harus capek membagi-bagikan lahan, jusru yang membuat masyarakat terganggu dari akses lahan dan hutan disebabkan adanya reformasi agraria, menjadi bukti pemerintah mengabaikan hak-hak masyarakat miskin untuk mendapatkan tanahnya sendiri melalu pola adat.

Sedangkan sektor pertambangan maupun perkebunan kelapa sawit merupakan bentuk usaha yang dibutuhkan negara demi memastikan penyediaan bahan baku dalam rangka memenuhi kebutuhan warga, sayangnya kegiatan pertambangan sudah memberikan bukti nyata terhadap daya rusak dan daya keruk yang cukup massif, artinya kegiatan pertambangan maupun perkebunan tidak dikenal sebagai kegiatan yang ramah lingkungan, semua orang mengamini daya rusak itu benar adanya. Sehingga dibutuhkan komitmen pengelola untuk memperbaiki diri secara sistematis atau menutup selamanya karena tidak sanggup memenuhi kaidah pengelolaan lingkungan hidup.   Begitupula halnya terkait laju deforestasi akibat adanya kebijakan yang lebih mementingkan aspek ekonomi dari pada aspek lingkungan untuk mengejar target pertumbuhan ekonomi. faktor perilaku manusia juga menjadi permasalahan utama dalam kerusakan lingkungan. Berdasarkan data Tahun 2007 Luas lahan kritis di Provinsi Aceh seluas 459.469,28 ha  dengan kategori kritis seluas 393.025,63 ha dan sangat kritis seluas 66.443,65 ha. Pada tahun 2011 luas lahan kritis di provinsi Aceh mengalami peningkatan mencapai 460.099,76 ha, dengan kategori kritis seluas 393.397,03 ha dan sangat kritis seluas 66.702,73 ha. Upaya yang telah dilakukan untuk mengurangi lahan kritis yaitu melalui penanaman satu miliar pohon (OMOT).

Pada tahun 2011, melalui penanaman pada kegiatan penghijauan sebanyak 24.886.789 batang dan penanaman reboisasi sebanyak 3.808.598 batang. Pembangunan yang tidak terpadu (fragmented) selama ini telah berakibat perubahan drastis negatif terhadap kondisi sumber daya alam. Eksploitasi sumber daya alam tidak terbarukan (pertambangan mineral, batubara, migas, dan galian C) telah mengubah bentang alam tanpa terkendali. Terlebih lagi sumber daya alam terbarukan oleh deforestasi intensif (legal and illegal logging) untuk pembangunan fisik infrastruktur, transportasi, industri, perkebunan, pertanian, telah mengakibatkan penyusutan drastis tutupan vegetasi hutan terutama di Daerah Aliran Sungai (DAS) dan punahnya keanekaragaman hayati. Aceh merupakan wilayah dengan kondisi alam yang kompleks sehingga menjadikannya sebagai salah satu daerah berpotensi tinggi terhadap bencana, khususnya bencana alam. Tingkat resiko bencana alam yang terjadi setiap tahunnya sangat tinggi, terutama bencana banjir dan kekeringan. Sangat terbatasnya investasi infrastruktur tampungan penyimpanan air, telah berdampak pada keseimbangan hidrologi

Page 19: imune.id · Web viewMelihat sumber daya alam yang ada di Aceh, seperti kopi dan kakao, seharusnya kata Arman bisa dimanfaatkan untuk mensejahterakan rakyat di sana. Optimalisasi produksinya,

DAS, fluktuasi debit air di sungai menjadi sangat besar terutama pada musim hujan terjadi bencana banjir dan tanah longsor, sedangkan pada musim kemarau terjadi kekeringan dan kebakaran hutan. Kecenderungan penurunan produksi kayu bulat dari hutan alam telah memacu peningkatan pengelolaan hutan tanaman dan hutan rakyat. Hal ini ditandai dengan semakin meningkatnya produksi kayu dari hutan tanaman dan hutan rakyat.

Hutan rakyat di propinsi aceh seluas 11.632 ha, yang tersebar di 23 kabupaten/kota. Potensi kayu jenis perdagangan di Propinsi Aceh baik di Cagar Alam, Suaka Margasatwa, Taman Nasional, Taman Hutan Raya, Taman Wisata Alam, Taman Buru, Hutan Lindung, Hutan Produksi Tetap dan Hutan Produksi mencapai 59,19 juta m3. Hutan Tanaman Rakyat yang sudah mendapat IUPHHK-HTR di Propinsi Aceh sebanyak 3 unit yaitu 1 unit di Kabupaten Bireun (Kopwan Seulanga Aneuk Nanggroe) dan 2 unit di Kabupaten Aceh Utara (Kop. Tuah Nanggroe Aceh 811 Ha) melalui (SK.282/Menhut-II/2009 Tgl13 Mei 2009), Kop. Ikapeda 1.155 Ha (SK.721/Menhut-II/2009 Tgl19 Oktober 2009). Usulan Pencadangan areal di Provinsi Aceh Seluas 3.667 Ha sedangkan luas areal yang sudah di keluarkan SK Pencadangan oleh Menteri Kehutanan seluas 10.884 Ha dengan jenis tanaman Jabon, Mahoni, Sengon. Produksi kayu bulat di provinsi NAD pada tahun 2012 berjumlah 185.358,48 m3, yang berasal dari 3 sumber yaitu IUPHHK pada HTI, Izin Pemanfaatan Kayu (IPK), Hutan Rakyat, Kayu perkebunan dan hasil lelang. Masing-masing produksinya yaitu IUPHHK pada HTI sebanyak 8.043,81 m3, IPK sebanyak 2.196,33 m3, kayu perkebunan 169.348,50 m3, dan hasil lelang 475,98 m3. HHBK yang dikembangkan di Propinsi NAD yaitu rotan produksinya mencapai 90.590 kg, Cendana 14.000 kg, dan Arang kayu 155.000 kg.

Untuk memperkuat upaya-upaya perlindungan hutan dalam priode tahun 2007 s/d 2008 telah dilakukan rekruitmen Pamhut sebanyak 2000 Orang yang mempunyai tugas pengamanan hutan dan pencegahan perambahan hutan (Ilegal Logging). Pemanfaatan jasa lingkungan dari kawasan hutan khususnya untuk kegiatan wisata alam sudah lama dikembangkan di Aceh, hal ini didukung dengan keberadaan berbagai potensi yang ada antara lain : Cagar Alam Pinus Strain Aceh (16.940 Ha)di Kabupaten Aceh Besar, Cagar Alam Serbajadi (300 Ha) Kabupaten Aceh Tamiang, Swaka Margasatwa Rawa Singkil (102.370 Ha)di Kabupaten Aceh Singkil, Taman Hutan Raya (TAHURA) Po Cut Meurah Intan (6.300 Ha) di Kabupaten Aceh Besar, Taman Nasional Gunung Leuser (623.987 Ha) di Kabupaten Aceh Tenggara, Taman Wisata Alam Iboih (1.200 Ha) di Kota Sabang, Taman Wisata Alam Kepulauan Banyak (16.200 Ha) di Kabupaten Aceh Singkil, Taman Wisata Alam Lhok Asan (PLG : 112 Ha) di Kabupaten Aceh Utara, Taman Buru Lingga Isaq (86.704 Ha) di Kabupaten Aceh Tengah. Dari data Walhi Aceh, sejauh ini (2016)  ada empat perusahaan yang memegang Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu Pada Hutan Alam (IUPHHK-HA), dengan total luas wilayah  kelola 252. 550 hektar. Keempat perusahaan tersebut adalah PT. Lamuri Timber, PT. Aceh Inti Timber, PT. Raja Garuda Mas Unit II dan Koperasi Pondok Pesantren Najmussalam.

Sedangkan pemegang Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu Pada Hutan Tanaman Industri (IUPHHK-HTI) sebanyak delapan perusahaan dengan total wilayah kelola 252. 519 hektar. Adapaun perusahaan tersebut adalah PT. Gunung Medang Raya Utama Timber, PT. Tusan Hutani Lestari, PT. Nusa Indrapuri, PT. Rimba Wawasan Permai, PT. Rimba Penyangga Utama, PT. Rimba Timur Sentosa, PT. Madum Payah Tamita, PT. Rencong Pulm ådan Paper Industri. Tahun 2016, Hutan Desa di Aceh memiliki luas kawasan 47.594 hektar dengan rincian 370 hektar di Aceh Timur, 2.221 hektar di Pidie Jaya, 44.7984 hektar di Pidie dan 200 hektar di Aceh Tamiang. Juga tidak ada perkembangan apapun untuk

Page 20: imune.id · Web viewMelihat sumber daya alam yang ada di Aceh, seperti kopi dan kakao, seharusnya kata Arman bisa dimanfaatkan untuk mensejahterakan rakyat di sana. Optimalisasi produksinya,

Izin Usaha pemanfaatan Hasil Hutan Kayu Hutan Tanaman Rakyat pada tahun ini. Data sebelum 2016, IUPHHK-HTR yang pernah dikeluarkan adalah untuk Aceh Utara seluas 1.966 hektar yang dikelola oleh dua koperasi. Bireuen dengan luas 1.335 hektar yang dikelola oleh tiga koperasi.

Aceh Besar dikelola oleh satu kelompok dengan luas kawasan 244,4 hektar. Total keseluruhan 3.542 hektar. Melihat trend tidak adanya penambahan HKm, Hutan Desa dan IUPHHK-HTR pada 2016, menunjukkan bahwa Pemerintah Aceh belum mengikuti Nawacita terkait perluasan wilayah kelola masyarakat seluas 12,7 juta hektar. Alih fungsi hutan dan lahan yang mencapai angka 62.240,59 hektar Oleh karenanya penulis mendorong agar adanya perbaikan tatakelola sector hutan dan lahan, selain itu harusnya pemerintah bersama lembaga teknis untuk memperkuat control terhadap industry yang sedang mencari keuntungan di Aceh dengan mengedepankan pengakuan wilayah kelola masyarakat Aceh dari sekarang, atau menyesal selamanya karena kehilangan ruang secara pelan namun pasti.  

C. Kesimpulan

1. Aceh merupakan daerah kaya dengan potensi gas alamnya yang diperhitungkan dunia. Namun sayangnya, pengelolaan yang salah ala Demokrasi telah memiskinkan penduduk pribumi Aceh. Gas alam sebagai kepemilikan umum dinikmati para Kapital dan tidak dikelola menjadi PAD secara optimal.

2. Letak Aceh yang strategis dan terbuka menjadi sasaran penjarahan asing untuk melakukan pencaplokan pada titik-titik sumber potensial Gas Alam Aceh. Lemahnya kedaulatan Negara semakin menyeret Aceh menjadi objek perebutan dalam konstelasi politik internasional.

3. Aceh berada dalam posisi yang semakin terhimpit. Kondisi alam secara sunatullah yang selalu menghendaki kesiapsiagaan juga diperparah dengan kondisi sosial dari konflik horizontal masyarakat dan kondisi lingkungan yang rusak karena eksploitasi dari pihak yang tidak bertanggung jawab, hanya mementingkan keuntungan.

D. Rekomendasi Program dan Uslub Dakwah Adapun rekomendasi program dan uslub dakwah yang dapat kami sarankan

adalah sebagai berikut.

Isu Gas Alam dan Kemiskinan Gas Alam dan Kerusakan Lingkungan

Strategi Opini Shiro’ul Fiqr, Kifah Siyasi Shiro’ul Fiqr, Kifah Siyasi

Target Tokoh Muslimah, Dosen/Pakar Tokoh Muslimah, Dosen/Pakar

Elemen Sasaran

Mau’idzotul hasanah Mau’idzotul hasanah, jidal

Angel Opini/ Pendekatan Tema

Pengelolaan Kepemilikan Umum,

Distribusi Kekayaan dalam Islam

Pengelolaan Tata Ruang dan Mitigas

Bencana dalam Islam

Teknik Pembentukan Opini

Diskusi Terbatas online, artikel

online, interaksi offline

FGD online, artikel online, interaksi offline

Media Zoom, makalah dan PPT materi Zoom, makalah dan PPT materi

Page 21: imune.id · Web viewMelihat sumber daya alam yang ada di Aceh, seperti kopi dan kakao, seharusnya kata Arman bisa dimanfaatkan untuk mensejahterakan rakyat di sana. Optimalisasi produksinya,

Sumber: Sudarwati. 2015. Analisis Kinerja Pendidikan Provinsi Aceh. Jakarta: Pusat Data dan

Statistik Pendidikan dan Kebudayaan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Qanun Aceh Nomor 19 Tahun 2013 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Aceh

Tahun 2013-2033 Zulhelmy bin mohd. Hatta, 2013.Isu-isu kontemporer ekonomi dan keuangan Islam. Al

Azhar Yusri. 2019 . Kajian Fiskal Regional. Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi Aceh https://www.bpma.go.id/visi-dan-misi https://www.tagar.id/sejarah-migas-aceh-dulu-untuk-perang-lawan-portugis https://economy.okezone.com/amp/2020/12/18/320/2330390/potensi-besar-aset-negara-

pada-hulu-migas?page=2 https://aceh.tribunnews.com/2017/07/24/blok-migas-aceh https://amp.kompas.com/regional/read/2021/02/17/15441631/aceh-kembali-termiskin-di-

sumatera-pengamat-sebut-karena-salah-kelola https://aceh.bps.go.id/indicator/23/42/1/persentase-penduduk-miskin.html http://scholar.unand.ac.id/67431/2/BAB%20I.%20Pendahuluan.pdf https://aceh.bps.go.id/statictable/2020/02/04/210/jumlah-penduduk-miskin-menurut-

kabupaten-kota-di-provinsi-aceh-tahun-2005-2019.html https://aceh.tribunnews.com/2017/07/24/blok-migas-aceh https://katadata.co.id/safrezifitra/finansial/5e9a56f983f2f/aceh-akan-dapat-30-persen-dana-

bagi-hasil-migas https://www.bpma.go.id/peraturan-dan-kebijakan-perundangan-di-sektor-migas