polisiku.netpolisiku.net/files/TASKAP_LENGKAP_WEBSITE.docx  · Web viewMelihat dari uraian bab di...

156
LEMBAGA KETAHANAN NASIONAL REPULIK INDONESIA KATA PENGANTAR Dengan memanjatkan puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa serta atas segala rakhmat dan perkenan-Nya, penulis sebagai salah satu peserta Program Pendidikan Reguler Angkatan (PPRA) XLVIII Tahun 2012 Lembaga Ketahanan Nasional Republik Indonesia, telah berhasil menyelesaikan tugas Kertas Karya Perorangan (TASKAP) ini. Berbagai kendala yang penulis hadapi, baik berupa keterbatasan pengetahuan dan kemampuan, maupun keterbatasan waktu, namun berkat dukungan berbagai pihak yang dengan tulus membantu penulis, maka tugas ini dapat diselesaikan dengan baik dan tepat pada waktunya. Kertas Karya Perorangan ini memilih judul : “Implementasi Kepemimpinan Rahmatan Lil Alamin di Lingkungan Polri Guna Peningkatan Ketahanan Pangan Dalam Rangka Kemandirian Bangsa”. Judul TASKAP ini dipilih dengan latar belakang diantaranya bahwa, setelah Polri dipisahkan dari ABRI di sekitar tahun 1998, sampai saat ini belum ada sebuah penamaan khusus yang merupakan kristalisasi dari asas- asas ataupun nilai-nilai yang dapat menjadi pegangan ataupun pedoman kepemimpinan di lingkungan Polri seperti misalnya adanya “11 Asas Kepemimpinan ABRI” sebelumnya. Pemilihan akan kata-kata kepemimpinan Rahmatan Lil Alamin

Transcript of polisiku.netpolisiku.net/files/TASKAP_LENGKAP_WEBSITE.docx  · Web viewMelihat dari uraian bab di...

Page 1: polisiku.netpolisiku.net/files/TASKAP_LENGKAP_WEBSITE.docx  · Web viewMelihat dari uraian bab di atas maka perlu untuk kita lihat bagaimana implementasi kepemimpinan RLA di lingkungan

LEMBAGA KETAHANAN NASIONAL REPULIK INDONESIA

KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa

serta atas segala rakhmat dan perkenan-Nya, penulis sebagai salah satu

peserta Program Pendidikan Reguler Angkatan (PPRA) XLVIII Tahun 2012

Lembaga Ketahanan Nasional Republik Indonesia, telah berhasil

menyelesaikan tugas Kertas Karya Perorangan (TASKAP) ini. Berbagai

kendala yang penulis hadapi, baik berupa keterbatasan pengetahuan dan

kemampuan, maupun keterbatasan waktu, namun berkat dukungan berbagai

pihak yang dengan tulus membantu penulis, maka tugas ini dapat

diselesaikan dengan baik dan tepat pada waktunya. Kertas Karya

Perorangan ini memilih judul : “Implementasi Kepemimpinan Rahmatan Lil Alamin di Lingkungan Polri Guna Peningkatan Ketahanan Pangan Dalam Rangka Kemandirian Bangsa”.

Judul TASKAP ini dipilih dengan latar belakang diantaranya bahwa,

setelah Polri dipisahkan dari ABRI di sekitar tahun 1998, sampai saat ini

belum ada sebuah penamaan khusus yang merupakan kristalisasi dari asas-

asas ataupun nilai-nilai yang dapat menjadi pegangan ataupun pedoman

kepemimpinan di lingkungan Polri seperti misalnya adanya “11 Asas

Kepemimpinan ABRI” sebelumnya. Pemilihan akan kata-kata kepemimpinan

Rahmatan Lil Alamin (RLA) ini, dikarenakan makna dari RLA itu sendiri

sebagai sebuah ungkapan yang bermakna “rahmat bagi semesta alam”. Hal

ini menurut penulis selaras dengan “roh” atau “jiwa” ataupun “hakekat” dari

keberadaan berbagai aparat pemerintah lebih-lebih sebagai polisi yang

secara universal memiliki tugas-tugas menjaga dan memilihara keamanan

dan ketertiban masyarakat, menegakkan hukum dengan pendekatan

pengyoman, perlindungan dan pelayanan masyarakat. RLA senantiasa

menebarkan cinta kasih bagi seluruh umat manusia dan segala ciptaan

Tuhan di alam semesta baik benda hidup (biotik) maupun benda mati

(abiotik). Dengan demikian penggunaan istilah kepemimpinan RLA ini adalah

Page 2: polisiku.netpolisiku.net/files/TASKAP_LENGKAP_WEBSITE.docx  · Web viewMelihat dari uraian bab di atas maka perlu untuk kita lihat bagaimana implementasi kepemimpinan RLA di lingkungan

2

sebagai sebuah alternatif penamaan. Lebih lanjut hal ini didorong oleh

perkembangan dari organisasi Polri itu sendiri, dimana setelah dipisahkan

dari ABRI telah memiliki landasan operasional yang baru berupa undang-

undang yang berbeda dari sebelumnya yaitu undang-undang No. 2 Tahun

2002 Tentang Polri, kemudian ada pemaknaan baru dari pedoman hidup

maupun pedoman kerja di lingkungan Polri selama ini yaitu Tribrata dan

Catur Prasetya. Disamping itu Polri telah memiliki Grand Strategi 2005-2025

yang dijadikan pedoman atau arah pembangunan Polri untuk jangka waktu

tertentu. Dalam Grand Strategi ini terkandung pikiran-pikiran pokok

pembangunan Polri baik jangka pendek, sedang dan panjang maupun visi

sebagai arah yang dikehendaki dalam kerangka memperkuat pembangunan

masyarakat sipil yang madani ataupun membangun masyarakat yang

demokrasi, patuh pada hukum dan menghargai hak asasi manusia

sebagaimana yang tertuang dalam nilai-nilai Pancasila sebagai pedoman

hidup, pandangan hidup maupun idiologi dan UUD 1945 sebagai landasan

konstitusional dalam kehidupan berbangsa, bernegara dan bermasayarakat.

Hal lain yang cukup mendasar dalam perkembangan Polri setelah dipisahkan

dari ABRI adalah pemilihan strategi maupun filosofi perpolisian yang modern

yaitu perpolisian masyarakat atau pemolisian masyarakat (Polmas).

Kebijakan Polmas ini telah tertuang dalam Peraturan Kapolri Nomor 7 Tahun

2008 Tentang Pedoman Dasar Strategi Dan Implementasi Pemolisian

Masyarakat Dalam Penyelenggaraan Tugas Polri. Kebijakan Polmas ini baik

sebagai strategi maupun filosofi pada intinya adalah mensetarakan aparat

atau para petugas Polri dengan masyarakatnya yang harus dilayani dan

pemecahan masalah bersama. Berbagai perubahan-perubahan di

lingkungan Polri tersebutlah, setidaknya yang mendorong penulis untuk

membahas dan mencoba merumuskan asas-asas yang dapat menjadi style

atau gaya kepemimpinan di lingkungan Polri dengan tentu saja didasarkan

pada nilai-nilai kepemimpinan yang diterapakan di Indonesia dan diajarkan di

Lemhannas ini seperti diantaranya nilai-nilai kepemimpinan nasional,

kepemimpinan kontemporer, kepemimpinan visioner, kepemimpinan

negarawan dan tentu juga tidak terlepas dari sifat-sifat kepemimpinan Nabi

Besar Muhammad SAW yaitu fatonah, amanah, siddig dan tabligh.

Page 3: polisiku.netpolisiku.net/files/TASKAP_LENGKAP_WEBSITE.docx  · Web viewMelihat dari uraian bab di atas maka perlu untuk kita lihat bagaimana implementasi kepemimpinan RLA di lingkungan

3

Implementasi kepemimpinan yang RLA di lingkungan Polri pada tataran

realitas dengan menjalankan tugas pokoknya sebagai pemelihara

kamtibmas, menegakkan hukum serta memberikan pengayoman,

perlindungan dan pelayanan yang prima kepada masyarakat, akan

membawa organisasi Polri sebagai bagian dari aparat pemerintahan yang

transparan dan akuntabel dan dapat menjadi pengungkit terwujudnya

pemerintahan yang bersih atau baik dan sistem tata kelola pemerintahan

yang amanah atau yang baik dan bertangung jawab (clean government and

good governance). Kehadiran Polri sebagai bagian dari pemerintah yang

dapat dipercaya, berkemitraan dengan seluruh pemangku kepentingan serta

memberikan pelayanan yang prima, adalah ujud atau keluaran dari pada

Polri yang RLA. Dengan demikian, dalam pelaksanaan tugas pokok Polri

yang bernuansakan ramatan lil alamin, dengan senantiasa melalui

pendekatan komprehensif, integratif dan holistik, akan memberikan kontribusi

kepada penguatan ketahanan pangan dan penguatan ketahanan pangan

pada gilirannya akan memperkuat kemandirian bangsa Indonesia. Kontribusi

ini juga akan semakin besar dengan implementasi perpolisian masyarakat

dimana Polri secara langsung bersama-sama komponen para pemangku

kepentingan dibidang pangan seperti Kementerian Pertanian, Badan

Ketahanan Pangan pusat maupun daerah, Pemda dengan Dinas

Pertaniannya, Kementerian PU dan lain-lain untuk bersama-sama secara

sinergi mengoptimalkan aspek-aspek ketahanan pangan yaitu ketersediaan

pangan, keterjangkauan pangan, konsumsi, pemberdayaan masyarakat dan

manajemen di bidang pangan.

Dengan segala kerendahan hati, menjadi suatu kehormatan bagi

penulis apabila dalam kesempatan ini dapat menyampaikan terima kasih dan

penghargaan yang tulus kepada :

1. Bapak Gubernur Lemhannas RI, beserta para pejabat utama dan

seluruh staff Lemhannas RI yang dengan penuh perhatian telah

membimbing dan mengarahkan penulis selama mengikuti Program

Pendidikan Reguler Angkatan (PPRA) XLVIII Tahun 2012.

2. Bapak Dr. Adi Sujatno, Bc.Ip, SH, MH sebagai Tenaga Profesional

Bidang Pimnas Lemhannas R.I dan sebagai tutor Taskap penulis, yang

Page 4: polisiku.netpolisiku.net/files/TASKAP_LENGKAP_WEBSITE.docx  · Web viewMelihat dari uraian bab di atas maka perlu untuk kita lihat bagaimana implementasi kepemimpinan RLA di lingkungan

4

dengan penuh kesabaran membimbing dan mengarahkan penulis

sehingga Kertas Karya Perorangan ini dapat diselesaikan dengan baik

dan tepat waktu.

3. Rekan-rekan peserta Program Pendidikan Reguler Angkatan

(PPRA) XLVIII Tahun 2012 Lemhannas RI, yang dengan setia

memberikan dorongan semangat kepada penulis sehingga Kertas

Karya Perorangan ini dapat penulis selesaikan.

4. Istri tercinta, MILAWATI serta anak-anak kami, PUTRI ZAHNAS

ADINEGARA, BUNGA ZAHNAS S. ADINEGARA, MOCH. GHOLIB

ADINEGARA dan BERLIAN ZULIA ADINEGARA, doa dan pemberian

semangat mereka menjadi bekal bagi penulis dalam menekuni tugas

belajar di Lemhannas RI ini.

Penulis menyadari bahwa TASKAP ini masih jauh dari sempurna. Oleh

karena itu, sumbang saran dan kritik membangun dari berbagai pihak akan

menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari upaya penulis dalam

menyempurnakan tulisan ini.

Semoha Tuhan Yang Maha Esa senantiasa memberikan berkah dan

petunjuk serta bimbingan kepada kita semua dalam melaksanakan tugas dan

pengabdian kepada negara dan bangsa Indonesia yang kita cintai dan kita

banggakan.

Jakarta, 31 Oktober 2012

Penulis Taskap,

Drs. Zulkarnain

Kombes Pol. NRP : 61100610

Page 5: polisiku.netpolisiku.net/files/TASKAP_LENGKAP_WEBSITE.docx  · Web viewMelihat dari uraian bab di atas maka perlu untuk kita lihat bagaimana implementasi kepemimpinan RLA di lingkungan

5

LEMBAGA KETAHANAN NASIONALREPUBLIK INDONESIA

PERNYATAAN KEASLIAN

1. Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Drs. ZULKARNAIN

Pangkat : KOMISARIS BESAR POLISI

Jabatan : KEPALA LEMBAGA PENJAMIN MUTU STIK PTIK POLRI

Instansi : KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Alamat : Jl. TIRTAYASA NO. 6 JAKARTA SELATAN

Sebagai peserta Program Pendidikan Reguler Angkatan (PPRA) XLVIII Tahun

2012 menyatakan dengan sebenarnya bahwa :

a. Kertas Karya Perorangan (TASKAP) yang saya tulis adalah asli.

b. Apabila ternyata sebagian tulisan TASKAP ini terbukti tidak asli atau

plagiasi, maka saya bersedia untuk dibatalkan.

2. Demikian pernyataan keaslian ini dibuat untuk dapat digunakan seperlunya.

Jakarta, 31 Oktober 2012

Penulis Taskap

Drs. ZULKARNAIN

KOMISARIS BESAR POLISI

Nomor Urut : 82

Page 6: polisiku.netpolisiku.net/files/TASKAP_LENGKAP_WEBSITE.docx  · Web viewMelihat dari uraian bab di atas maka perlu untuk kita lihat bagaimana implementasi kepemimpinan RLA di lingkungan

6

DAFTAR ISI

IMPLEMENTASI KEPEMIMPINAN RAHMATAN LIL ALAMIN DI LINGKUNGAN POLRI GUNA MENINGKATKAN KETAHANAN PANGAN

DALAM RANGKA KEMANDIRIAN BANGSA

Halaman

KATA PENGANTAR ....................................................................... i

DAFTAR ISI .................................................................................... vi

Bab I Pendahuluan

1 Umum ...............................................................

1

2 Maksud dan Tujuan ............................................

4

3 Ruang Lingkup dan Sistimatika ............................

5

4 Metode dan Pendekatan .....................................

7

5 Pengertian .........................................................

7

Bab II Landasan Pemikiran

6 Umum ...............................................................

11

7 Paradigma Nasional ............................................

12

8 Peraturan Perundang-undangan ..........................

15

9 Landasan 22

Page 7: polisiku.netpolisiku.net/files/TASKAP_LENGKAP_WEBSITE.docx  · Web viewMelihat dari uraian bab di atas maka perlu untuk kita lihat bagaimana implementasi kepemimpinan RLA di lingkungan

7

Teori ..................................................

10 Tinjauan Pustaka ................................................

27

Bab III Kondisi Implementasi Kepemimpinan RLA di Lingkungan Polri, Implikasi Implementasi Kepemimpinan RLA di Lingkungan Polri Terhadap Peningkatan Ketahanan Pangan dan Kemandirian Bangsa Serta Permasalahannya

11 Umum ...............................................................

31

12 Implementasi Kepemimpinan RLA di Lingkungan Polri Saat Ini ......................................................

32

13 Implikasi Implementasi Kepemimpinan RLA di Lingkungan Polri Terhadap Ketahanan Pangan dan Implikasi Peningkatan Ketahanan Pangan Terhadap Kemandirian Bangsa ............................

41

14 Permasalahan yang Ditemukan ...........................

47

Bab IV Pengaruh Perkembangan Lingkungan Strategis

15 Umum ................................................................

49

16 Pengaruh Perkembangan Global ..........................

49

17 Pengaruh Perkembangan Regional .......................

54

Page 8: polisiku.netpolisiku.net/files/TASKAP_LENGKAP_WEBSITE.docx  · Web viewMelihat dari uraian bab di atas maka perlu untuk kita lihat bagaimana implementasi kepemimpinan RLA di lingkungan

8

18 Pengaruh Perkembangan Nasional .......................

55

19 Peluang dan Kendala ..........................................

57

Bab V Implementasi Kepemimpinan RLA di Lingkungan Polri yang Dapat Meningkatkan Ketahanan Pangan dan Kemandirian Bangsa

20 Umum ................................................................

63

21 Implementasi Kepemimpinan RLA yang Diharapakan .......................................................

63

22 Kontribusi Impelementasi Kepemimpinan RLA Terhadap Peningkatan Ketahanan Pangan dan Kontribusi Peningkatan Ketahanan Pangan Terhadap Kemandirian Bangsa .............................

67

23 Indikator Keberhasilan ........................................

70

Bab VI Konsepsi Implementasi Kepemimpinan RLA yang Dapat Meningkatkan Ketahanan Pangan dan Kemandirian Bangsa

24 Umum ................................................................

75

25 Kebijakan ...........................................................

76

26 Strategi ..............................................................

77

Page 9: polisiku.netpolisiku.net/files/TASKAP_LENGKAP_WEBSITE.docx  · Web viewMelihat dari uraian bab di atas maka perlu untuk kita lihat bagaimana implementasi kepemimpinan RLA di lingkungan

9

27 Upaya ................................................................

77

Bab VII

Penutup

28 Kesimpulan .....................................................

93

29 Saran .............................................................

99

LAMPIRAN :

1. ALUR PIKIR.2. POLA PIKIR.3. DAFTAR PUSTAKA.4. DATA TAMBAHAN DAN TABEL.

BAB I

PENDAHULUAN

1. Umum

Page 10: polisiku.netpolisiku.net/files/TASKAP_LENGKAP_WEBSITE.docx  · Web viewMelihat dari uraian bab di atas maka perlu untuk kita lihat bagaimana implementasi kepemimpinan RLA di lingkungan

10

Pada saat Polri masih di lingkungan ABRI (sebelum tahun 2000),

Kepemimpinan di lingkungan Polri tentu saja senantiasa berkorelasi dengan

nilai-nilai Kepemimpinan yang ada di lingkungan ABRI pada saat itu yang

cukup dikenal yaitu dengan “11 (sebelas) asas Kepemimpinan ABRI”.1

Walaupun tentu saja ada nilai-nilai secara khusus yang berlaku di lingkungan

Polri sebagaimana adanya nilai-nilai falsafah hidup Polri yang bersumber dari

Pancasila yaitu Tribrata dan pedoman kerja Polri yaitu Catur Prasetya, yang

dengan sendirinya akan mempengaruhi gaya atau style Kepemimpinan di

lingkungan Polri. Akan tetapi setelah berpisah dengan ABRI, gaya atau style

kepemimpinan di lingkungan Polri secara khusus belum ada yang dapat

dikatakan sebagai ciri khas Kepemimpinan yang berlaku di lingkungan Polri

seperti ketika berlaku 11 (sebelas) asas Kepemimpinan ABRI waktu itu.

Memang telah banyak diskusi dan kajian-kajian khususnya di Sespimmen

dan Sespimti Polri yang membahas tentang Kepemimpinan di lingkungan

Polri ini yang pada dasarnya identik dengan pembahasan di Lemhannas

yang membahas tentang Kepemimpinan Nasional, Kepemimpinan

Negarawan, Kepemimpinan Visioner, Kepemimpinan Kontemporer, bahkan

karena salah satu tugas pokok Polri adalah pengayoman, perlindungan dan

pelayanan masyarakat maka dikemukakan juga tentang “kepemimpinan

pelayanan” yang pada dasarnya juga mendasari dari teori-teori

Kepemimpinan Negarawan dan Visioner. Berkaitan dengan falsafah hidup

dan pedoman kerja di atas, seiring dengan perkembangan reformasi

birokrasi Polri telah terjadi perubahan pemaknaan tentang Tribrata dan Catur

Prasetya, 2 dengan ditandai oleh perubahan kata-kata dan pemaknaanya.3

Sehingga sesungguhnya dengan mencermati perubahan ini, dimana Tribrata

sebagai falsafah hidup Polri dan Catur Prasetya sebagai pedoman kerja Polri

dengan sendirinya akan berpengaruh pada Kepemimpinan di lingkungan

Polri.1 11 Asas Kepemimpinan ABRI atau saat ini TNI adalah : (1) TAQWA, (2) ING NGARSA SUNG TULADA, (3) ING MADYA MANGUN KARSA, (4) TUT WURI HANDAYANI, (5) WASPADA PURBA WISESA, (6) AMBEG PARAMA ARTA, (7) PRASAJA, (8) SATYA, (9) GEMI NASTITI, (10) BALAKA, (11) LEGAWA. Lebih lengkap dengan penjelasan lihat dalam lampiran 4.2 Tribrata yang lama adalah; Tribrata, Polisi ialah : (1) Rastra Sewakottama, (2) Nagara Yanottama, (3) Yana Anusasana Dharma. Catur Prasetya yang lama adalah; Catur Prasetya, (1) Satya Habrabu, (2) Hanyaken musuh, (3) Giniung Pratidina, (4) Tansa Trisna. Lebih lengkap dengan maknanya lihat dalam lampiran 4.3 Perubahan kata-kata dan pemaknaan baru Tribrata dan Catur Prasetya lihat dalam lampiran 4.

Page 11: polisiku.netpolisiku.net/files/TASKAP_LENGKAP_WEBSITE.docx  · Web viewMelihat dari uraian bab di atas maka perlu untuk kita lihat bagaimana implementasi kepemimpinan RLA di lingkungan

11

Sehubungan dengan kondisi belum adanya “brand” 4 ataupun “merk”

khusus yang berlaku dalam kepemimpinan Polri dan dengan didasarkan

kepada pemahaman kehadiran seorang pemimpin ataupun fitrah dari

kehadiran umat manusia yang seharusnya membawa rahmat bagi sesama

manusia maupun alam serta seisinya (rahmatan lil alamin) sebagaimana

yang dicontohkan oleh junjungan dan panutan umat manusia Nabi Besar

Muhammad S.A.W dan didasarkan akan tujuan kehadiran Polri ditengah-

tengah masyarakat maupun kehidupan berbangsa dan bernegara maka

penulis mengemukakan dalam kaitan dengan masalah penegakan hukum

maupun pengembanan tugas-tugas Polri lainnya, kepemimpinan yang baik di

lingkungan Polri itu adalah “Kepemimpinan Rahmatan Lil Alamin”.

Kepemimpinan Rahmatan Lil Alamin (RLA) ini tentu saja pada dasarnya

adalah pengejawantahanan dari teori-teori kepemimpinan nasional,

negarawan, visioner maupun kontemporer maupun bersumber dari sifat-sifat

kepemimpinan Nabi Muhammad SAW yaitu fatonah, amanah, shiddiq dan

tablig yang dikaitkan dengan tugas pokok Polri yaitu penegakan hukum,

pemeliharaan kamtibmas dan selaku pengayom, pelindung dan pelayan

masyarakat. Kepemimpinan rahmatan lil alamin ini bila dikaitkan dengan teori

“Scenario Learning” 5 adalah sebuah focal concern sebagai pernyataan

strategis yang menjadi obsesi dengan menitik beratkan pada pendorong

perubahan atau driving forces berupa variabel-variabel kritikal yaitu Moral

dan Profesional. Tentu saja variabel-variabel atau driving forces yang

memberikan kontribusi kepada terujudnya kepemimpinan rahmatan lil alamin

cukup banyak, tetapi kedua driving forces Moral dan Profesionalisme

merupakan variabel pengungkit yang dapat digambarkan sebagai garis

ordinat dan aksis. Artinya kepemimpinan rahmatan lil alamin yang

diobsesikan di lingkungan Polri khususnya dalam penegakan hukum itu

adalah kepemimpinan yang menekankan pada moral yang positif dan

profesionalisme yang positif sebagai daya pengungkit untuk membawa

organisasi penegak hukum yang bermanfaat bagi sesamanya umat manusia

4 Hermawan Kertajaya, Bahan Ceramah Ilmiah Kuliah Sespati Polri 2008, Strategi Memasyarakatkan Tugas Pokok, Fungsi, dan Peran Polri dalam Rangka Meningkatkan Citra Polri, Bandung, 2008.5 Nusyirwan Zen, Bahan Ceramah Ilmiah di Sespati Polri 2008, Scenario Learning Suatu Pengantar Untuk Merangkai Plausibilitas Masa Depan, Bandung 2008.

Page 12: polisiku.netpolisiku.net/files/TASKAP_LENGKAP_WEBSITE.docx  · Web viewMelihat dari uraian bab di atas maka perlu untuk kita lihat bagaimana implementasi kepemimpinan RLA di lingkungan

12

serta memberikan kemanfaatan dan kebaikan bagi alam dan seisinya. Tidak

justru sebaliknya fenomena yang sering ditunjukkan justru aparat penegak

hukum atau Polri atas kehadirannya membuat keresahan, keberpihakan dan

memberikan keadilan yang tidak proporsional sehingga berpengaruh pada

“kepercayaan” masyarakat kepada institusi Polri itu sendiri. Tidak justru

kehadiran aparat penegak hukum atau Polri berkolusi dengan para

pengusaha tambang, logging, fishing yang serba illegal sehingga justru

membuat kerusakan bagi alam dan lingkungannya. Pemilihan focal concern

Kepemimpinan Rahmatan Lil Alamin ini juga berkaitan dengan kondisi tingkat

kepercayaan masyarakat terhadap Polri, misalnya hasil survey dan analisis

yang dilakukan oleh Political and Economic Risk Consultancy (PERC), Citra

Publik Indonesia dan lain-lain dapat di lihat pada Bab III di bawah.

Disisi lain, sebagai sebuah tema dari pendidikan reguler di Lemhannas

angkatan XLVIII/ 2012, bangsa dan negara ini sangat membutuhkan sebuah

ketahanan dibidang pangan sebagai bagian dari kemandirian bangsa. Dalam

UU NO. 7 Tahun 1996 tentang Pangan, dikatakan bahwa pangan merupakan

kebutuhan dasar manusia yang pemenuhannya menjadi hak asasi setiap

rakyat Indonesia dalam mewujudkan SDM yang berkualitas untuk

melaksanakan pembangunan nasional.6 Dikatakan bahwa pangan yang

aman, bermutu, bergizi, beragam, dan tersedia secara cukup merupakan

persyaratan utama yang harus dipenuhi dalam upaya terselenggaranya

suatu sistem pangan yang memberikan perlindungan bagi kepentingan

kesehatan serta makin berperan dalam meningkatkan kemakmuran dan

kesejahteraan rakyat. Lebih lanjut dalam Peraturan Pemerintah No. 68

Tahun 2002 Tentang Ketahanan Pangan dikatakan bahwa ketahanan

pangan merupakan hal yang sangat penting dalam rangka pembangunan

nasional untuk membentuk manusia Indonesia yang berkualitas, mandiri, dan

sejahtera melalui perwujudan ketersediaan pangan yang cukup, aman,

bermutu, bergizi dan beragam serta tersebar merata di seluruh wilayah

Indonesia dan terjangkau oleh daya beli masyarakat.7 Untuk mewujudkan

6 ______ Undang-undang No. 7 Tahun 1996 Tentang Pangan, Pasal Pertimbangan. 7 Pasal 1 Peraturan Pemerintah No. 68 Tahun 2002 Tentang Ketahanan Pangan mengatur; Ketahanan Pangan adalah kondisi terpenuhinya pangan bagi rumah tangga yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya, aman, merata dan terjangkau. Ketersediaan pangan adalah tersedianya pangan dari hasil produksi dalam negeri dan/ atau sumber

Page 13: polisiku.netpolisiku.net/files/TASKAP_LENGKAP_WEBSITE.docx  · Web viewMelihat dari uraian bab di atas maka perlu untuk kita lihat bagaimana implementasi kepemimpinan RLA di lingkungan

13

ketahanan pangan ini, tentu Polri sebagai salah satu pemangku kepentingan

dalam sistem pemerintahan negara khususnya sebagai aparat penegak

hukum terdepan dan pemeliharaan kamtibmas bersama-sama Penyidik

Pegawai Negeri Sipil (PPNS) lainnya mempunyai peran yang sangat penting.

Oleh karenanya melalui implementasi kepemimpinan yang RLA di

lingkungan Polri diharapkan dapat memberikan kontribusi yang signifikan

dalam mewujudkan situasi keamanan dan ketertiban masyarakat yang baik

untuk mendukung suasana yang memungkinkan terjadinya proses

pembangunan nasional untuk mewujudkan kesejahteraan nasional. Untuk

lebih mendalami bagaimana implementasi kepemimpinan RLA, penulis

selaku salah satu peserta PPRA XLVIII-2012 Lemhannas R.I mencoba

menguraikan dalam bentuk karya tulis perorangan (Taskap) dengan judul :

“Implementasi Kepemimpinan Rahmatan Lil Alamin (RLA) di Lingkungan Polri Guna Meningkatkan Ketahanan Pangan Dalam Rangka Kemandirian Bangsa”. Tidaklah berlebihan penulisan Taskap ini

juga dikandung maksud sebagai kontribusi strategis penulis dalam upaya

membantu pemerintah khususnya Polri dalam mengatasi salah satu

permasalahan yang dihadapi oleh bangsa Indonesia saat ini baik masalah

kepemimpinan di lingkungan Polri sendiri maupun masalah ketahanan

pangan dalam rangka kemandirian bangsa.

2. Maksud dan Tujuan

a. Maksud. Tulisan ini dimaksudkan untuk membahas bagaimana

implementasi kepemimpinan RLA di lingkungan Polri secara umum

maupun lebih khusus dalam penegakan hukum peraturan

perundang-undangan di bidang pangan dan upaya-upaya yang

dapat dilakukan oleh Polri dikaitkan dengan masalah meningkatkan

ketahanan pangan dalam rangka kemandirian bangsa. Tulisan ini

dimaksudkan juga untuk memberikan gambaran driving forces atau

pengungkit utama apa saja yang dapat mewujudkan kepemimpinan

RLA maupun alternatif asas-asas atau prinsif-prinsif kepemimpinan

RLA itu sendiri.

lain. Terjangkau adalah keadaan di mana rumah tangga secara berkelanjutan mampu mengakses pangan sesuai dengan kebutuhan, untuk hidup yang sehat dan produktif.

Page 14: polisiku.netpolisiku.net/files/TASKAP_LENGKAP_WEBSITE.docx  · Web viewMelihat dari uraian bab di atas maka perlu untuk kita lihat bagaimana implementasi kepemimpinan RLA di lingkungan

14

b. Tujuan. Tujuan penulisan Taskap ini adalah memberikan

sumbangan pemikiran dan bahan masukan kepada Lembaga

Lemhannas maupun Polri guna melakukan berbagai kajian strategis

berkaitan dengan masalah style atau brand ataupun merk

kepemimpinan RLA, serta kepada para penentu kebijakan

khususnya di lingkungan Polri untuk menerapkan kepemimpinan

nasional, negarawan, kontemporer ataupun visioner dan RLA dalam

meningkatkan ketahanan pangan dalam rangka kemandirian bangsa.

3. Ruang Lingkup dan Sistimatika

Ruang lingkup penulisan naskah ini dibatasi pada implementasi

kepemimpinan RLA di lingkungan Polri, yang dengan demikian anggota

Polri khususnya dalam pelaksanaan tugas sebagai aparat penegak hukum

serta memelihara kamtibmas untuk berperan serta secara aktif menegakkan

berbagai peraturan perundang-undangan maupun melakukan upaya-upaya

yang berkaitan dengan pangan dalam meningkatkan ketahanan pangan.

Tata urut penulisan naskah ini disusun sebagai berikut :

a. BAB I, PENDAHULUAN. Pada bab ini diuraikan secara singkat

garis besar latar belakang makalah, Maksud dan Tujuan Penulisan,

Ruang Lingkup dan Tata Urut serta beberapa Pengertian yang

terkait dengan judul penulisan.

b. BAB II, LANDASAN PEMIKIRAN. Bab ini membahas dasar-

dasar pemikiran yang digunakan sebagai landasan dalam

menyusun makalah dan digunakan sebagai instrumental input

dalam pemecahan persoalan berupa paradigma nasional yang

meliputi Landasan ldiil Pancasila, Landasan konstitusional UUD

Negara RI 1945, Landasan Visional Wawasan Nusantara, dan

Landasan Konsepsional Ketahanan Nasional dan Landasan

Operasional peraturan perundang-undangan yang terkait serta

landasan teori yang relevan dan tinjauan pustaka.

c. BAB III, KONDISI IMPLEMENTASI KEPEMIMPINAN RLA DI LINGKUNGAN POLRI, IMPLIKASI IMPLEMENTASI KEPEMIMPINAN RLA DI LINGKUNGAN POLRI TERHADAP

Page 15: polisiku.netpolisiku.net/files/TASKAP_LENGKAP_WEBSITE.docx  · Web viewMelihat dari uraian bab di atas maka perlu untuk kita lihat bagaimana implementasi kepemimpinan RLA di lingkungan

15

MENINGKATKAN KETAHANAN PANGAN DAN KEMANDIRIAN BANGSA SERTA PERMASALAHANNYA. Pada bab ini dibahas

tentang kondisi implementasi kepemimpinan RLA saat ini, dan

implikasinya terhadap meningkatkan ketahanan pangan dalam

rangka kemandirian bangsa, serta mengindentifikasi permasala-han

yang dihadapi.

d. BAB IV, PENGARUH PERKEMBANGAN LINGKUNGAN STRATEGIS. Pada bab ini diuraikan tentang perkembangan

lingkungan strategis yang mencakup Lingkungan Global,

Lingkungan Regional, dan Lingkungan Nasional, berikut Peluang

dan Kendala yang mempengaruhi implementasi kepemimpinan RLA

di lingkungan Polri guna meningkatkan ketahanan pangan dalam

rangka kemandirian bangsa.

e. BAB V, IMPLEMENTASI KEPEMIMPINAN RLA DI LINGKUNGAN POLRI YANG DIHARAPKAN YANG DAPAT MENINGKATKAN KETAHANAN PANGAN DAN KEMANDIRIAN BANGSA. Pada bab ini dibahas tentang implementasi

kepemimpinan RLA di lingkungan Polri yang diharapkan, dan

kontribusinya terhadap ketahanan pangan dalam rangka

kemandirian bangsa, serta indikator keberhasilan.

f. BAB VI, KONSEPSI IMPLEMENTASI KEPEMIMPINAN RLA YANG DAPAT MENINGKATKAN KETAHANAN PANGAN DAN KEMANDIRIAN BANGSA. Pada Bab ini diuraikan konsepsi

implementasi kepemimpinan RLA di lingkungan Polri guna

meningkatkan ketahanan pangan dalam rangka kemandirian

bangsa yang berisikan kebijakan yang ditempuh, strategi yang

diterapkan dan upaya yang dilakukan.

g. BAB VII, PENUTUP. Pada Bab ini berisi tentang kesimpulan

dari keseluruhan pembahasan dan beberapa saran yang

dikemukakan.

4. Metode dan Pendekatan

Page 16: polisiku.netpolisiku.net/files/TASKAP_LENGKAP_WEBSITE.docx  · Web viewMelihat dari uraian bab di atas maka perlu untuk kita lihat bagaimana implementasi kepemimpinan RLA di lingkungan

16

Dalam penulisan ini metode yang digunakan adalah deskriptif

analitis, yakni menyajikan, menelaah, menjelaskan data maupun informasi

yang berkaitan dengan materi permasalahan, sekaligus analisis yang

didasarkan pada tinjauan kepustakaan (library research), serta menerapkan

pendekatan yang komprehensif, integral dan holistik dengan menggunakan

pisau analisis Ketahanan Nasional dengan beberapa gatra di dalamnya.

5. Pengertian

a. Kepemimpinan. Seperti diketahui kata Kepemimpinan adalah

kata sifat yang berasal dari kata “pemimpin”, sehingga dapat

dikatakan bahwa Kepemimpinan adalah sifat atau perilaku dari

seorang pemimpin.8 Teori tentang Kepemimpinan ini seperti

diketahui cukup banyak. Seperti George R. Terry misalnya

mengatakan : Kepemimpinan merupakan hubungan seseorang

dengan pimpinannya, dimana pemimpin tersebut dapat

mempengaruhi untuk bekerja bersama-sama secara ikhlas. Sayidin

Suryodiningrat dalam Kepemimpinan ABRI, 1996, menguraikan :

Kepemimpinan adalah kemampuan seseorang untuk membawa atau

mengajak orang-orang lain untuk mencapai tujuan yang telah

ditetapkan dengan memperoleh kepercayaan dan respek dari orang-

orang itu. Harold Koontz dan Cyrill O’ Donnel menyatakan bahwa :

Kepemimpinan dapat didifinisikan sebagai kemampuan untuk

mempengaruhi seseorang dengan sarana komunikasi untuk

mencapai tujuan yang diinginkan. Berkaitan dengan bangsa dan

negara maka Kepemimpinan ini dimaksudkan sebagai

Kepemimpinan Nasional yang dapat didifinisikan sebagai kelompok

pemimpin bangsa pada segenap strata kehidupan nasional di dalam

setiap gatra (Astagatra) pada bidang/ sektor profesi baik di supra

struktur, infra struktur dan sub struktur, formal dan informal yang

memiliki kemampuan dan kewenangan untuk mengarahkan/

mengerahkan segenap potensi kehidupan nasional (bangsa dan

negara) dalam rangka pencapaian tujuan nasional berdasarkan

8 Lembaga Ketahanan Nasional R.I., Pokja Bidang Studi Kepemimpinan, Kepemimpinan Nasional, Jakarta, 2012, hal. 3

Page 17: polisiku.netpolisiku.net/files/TASKAP_LENGKAP_WEBSITE.docx  · Web viewMelihat dari uraian bab di atas maka perlu untuk kita lihat bagaimana implementasi kepemimpinan RLA di lingkungan

17

Pancasila dan UUD N RI 1945 serta memperhatikan dan memahami

perkembangan lingkungan strategis guna mengantisipasi berbagai

kendala dalam memanfaatkan peluang.9

b. Rahmatan Lil Alamin diambil dari bahasa Al Qur’an atau Arab

dari surat Al-Anbiya ayat (107), yang artinya “Dan tiada kami

mengutus kamu (wahai Muhammad) melainkan untuk menjadi

rahmat bagi semesta alam”. Jadi sesungguhnya rahmatan lil alamin

ini sesuatu yang melekat pada Nabi Muhammad SAW, sesuatu yang

berhubungan dengan “diin” atau keyakinan Islam. Dengan tidak

menghilangkan pemaknaan tersebut, penulis mengambil istilah

rahmatan lil alamin (RLA) sebagai sebuah ungkapan yang bermakna

“rahmat bagi semesta alam”, menebar cinta kasih bagi seluruh umat

manusia di dunia dan segala ciptaan Tuhan di alam semesta baik

benda hidup (biotik) maupun benda mati (abiotik). Rahmatan lil

alamin yang dimaksud oleh penulis adalah sebuah paradigma yang

harus memberi mashlahat (kebaikan atau kemanfaatan), tidak boleh

merusak dan menghancurkan yang juga bermakna anti kekerasan

(baik phisik maupun psikis) dan toleran terhadap perbedaan yang

melampaui dari makna kebhinekaan.

c. Keamanan dan ketertiban masyarakat adalah suatu kondisi

dinamis masyarakat sebagai salah satu prasyarat terselenggaranya

proses pembangunan nasional dalam rangka tercapainya tujuan

nasional yang ditandai oleh terjaminnya keamanan, ketertiban, dan

tegaknya hukum, serta terbinanya ketenteraman, yang mengandung

kemampuan membina serta mengembangkan potensi dan kekuatan

masyarakat dalam menangkal, mencegah, dan menanggulangi

segala bentuk pelanggaran hukum dan bentuk-bentuk gangguan

lainnya yang dapat meresahkan masyarakat.10

d. Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber

hayati dan air, baik yang diolah maupun tidak diolah, yang

9 Ibid, hal. 12.10 Lembaran Negara R.I Tahun 2002 Nomor 2, UU No. 2 Tahun 2002 Tentang Polri, Jakarta, 2002, Pasal 1 ayat (5).

Page 18: polisiku.netpolisiku.net/files/TASKAP_LENGKAP_WEBSITE.docx  · Web viewMelihat dari uraian bab di atas maka perlu untuk kita lihat bagaimana implementasi kepemimpinan RLA di lingkungan

18

diperuntukkan sebagai makanan atau minuman bagi konsumsi

manusia, termasuk bahan tambahan pangan, bahan baku pangan,

dan bahan lainnya yang digunakan dalam proses penyiapan,

pengolahan, dan atau pembuatan makanan atau minuman.11

e. Ketahanan Pangan. Ketahanan Pangan adalah kondisi

terpenuhinya pangan bagi rumah tangga yang tercermin dari

tersedianya pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya,

aman, merata dan terjangkau.12

f. Ketahanan Nasional adalah kondisi dinamik bangsa Indonesia

yang meliputi segenap aspek kehidupan nasional yang terintegrasi

berisi keuletan dan ketangguhan yang mengandung kemampuan

mengembangkan kekuatan nasional, dalam menghadapi dan

mengatasi segala tantangan, ancaman, hambatan, dan gangguan,

baik yang datang dari luar maupun dari dalam, untuk menjamin

identitas, integritas, kelangsungan hidup bangsa dan negara, serta

perjuangan mencapai tujuan nasionalnya.13

g. Kemandirian diartikan hal atau keadaan dapat berdiri sendiri

tanpa tergantung pada orang lain. Padanan katanya independent,

otonom, swasembada, sendiri dan bebas. Dalam pembelajaran

“Implementasi Sismennas Dalam Penyelengaraan Negara Guna

Mendukung Ketahanan Pangan Dalam Rangka Kemandirian

Bangsa” yang disampaikan oleh Mayjend. TNI (Pur) SHM Lerrick,

kemandirian bangsa tidak berarti bahwa segala upaya pembangunan

diprogramkan dan dianggarkan sendiri tanpa bantuan dari negara

lain. Kebutuhan pangan nasional tidaklah mungkin dipenuhi dari

dalam negeri saja, tetapi impor pangan tetap dibutuhkan tanpa

mengorbankan produk-produk pangan nasional. Kemandirian Bangsa diartikan sebagai kemampuan untuk mewujudkan cita-cita

11 ______ UU Nomor 7 tahun 1996 Tentang Pangan, Pasal 1 ayat (1) dan Peraturan Pemerintah Nomor 68 Tahun 2002 Tentang Ketahanan Pangan, Pasal 1 ayat (2).12 Lembaran Negara R.I Tahun 2002 Nomor 142, Peraturan Pemerintah No. 68 Tahun 2002 Tentang Ketahanan Pangan, Pasal 1 ayat (1).13 Lembaga Ketahanan Nasional R.I., Pokja Bidang Studi Ketahanan Nasional, Pokok Bahasan : Kondisi Ketahanan Nasional, Jakarta, 2012.

Page 19: polisiku.netpolisiku.net/files/TASKAP_LENGKAP_WEBSITE.docx  · Web viewMelihat dari uraian bab di atas maka perlu untuk kita lihat bagaimana implementasi kepemimpinan RLA di lingkungan

19

berbangsa dan bernegara melalui kerja keras secara mandiri dan

mampu berdikari (berdiri di atas kaki sendiri). Suatu bangsa

dikatakan mandiri apabila proses penyelenggaraan bernegara

diarahkan sepenuhnya bagi kepentingan bangsa itu sendiri dan

dilakukan oleh seluruh komponen bangsa secara berdaulat.

BAB II

LANDASAN PEMIKIRAN

6. Umum

Seperti telah sedikit disinggung di atas khususnya dalam pengertian

tentang kepemimpinan, menegaskan bahwa betapa pentingnya posisi

Page 20: polisiku.netpolisiku.net/files/TASKAP_LENGKAP_WEBSITE.docx  · Web viewMelihat dari uraian bab di atas maka perlu untuk kita lihat bagaimana implementasi kepemimpinan RLA di lingkungan

20

pemimpin dalam suatu organisasi. Dari difinisi kepemimpinan dan

kepemimpinan nasional menegaskan kepada kita bahwa posisi dan

kedudukan dari seorang pemimpin adalah sebagai unsur penggerak dalam

berkehidupan di organisasi, apa lagi dalam kehidupan berbangsa, bernegara

dan bermasyarakat untuk mencapai tujuan nasional. Posisi atau kedudukan

para pemimpin sangat menentukan apakah tujuan organisasi, bangsa dan

negara mereka dapat dicapai atau tidak. Dr. Adi Sujatno, S.H salah satu

Tenaga Profesional Bidang Kepemimpinan Nasional Lemhannas R.I

menegaskan tetang pengertian kepemimpinan sebagai berikut; (1)

Kepemimpinan merupakan sebuah kegiatan, (2) Kepemimpinan sebagai

suatu kemampuan untuk selalu berusaha mempengaruhi orang lain dan (3)

Kepemimpinan dilakukan untuk mencapai tujuan tertentu.14 Posisi yang

penting dan strategis dari pemimpin ini dalam konteks kehidupan nasional,

berbangsa dan bernegara setiap implementasi atau operasionalisasinya

dalam bentuk gaya atau style haruslah berlandaskan pada nilai-nilai

pandangan hidup bangsa yaitu Pancasila sebagai landasan idiil, UUD N RI

1945 sebagai landasan konstitusional, Wawasan Nusantara sebagai

landasan visional dan Ketahanan Nasional sebagai landasan konsepsional,

dengan tetap meletakkan kepentingan nasional di atas segala-galanya.

Demikian juga halnya dengan pilihan style atau gaya kepemimpinan

yang penulis kemukakan yaitu kepemimpinan Rahmatan Lil Alamin (RLA)

tidaklah terlepas dari paradigma nasional maupun nilai-nilai yang berlaku di

lingkungan Polri seperti Tribrata, Catur Prasetya, Kode Etik Polri dan

peraturan perundang-undangan tentang pembangunan nasional, tentang

Polri maupun yang berkaitan dengan ketahanan pangan.

7. Paradigma Nasional

a. Pancasila sebagai Landasan Idiil

Sesuatu yang penting direnungkan dalam pemaknaan

Pancasila sebagai falsafah pandangan hidup bangsa yaitu Pancasila

digali dari nilai-nilai luhur yang lebih mementingkan adanya

keseimbangan hubungan antar manusia dengan Tuhan, antara

14 Dr. Adi Sujatno, SH., Teori-teori Kepemimpinan, Lemhannas R.I., Cetak Kedua, Jakarta, 2010, Hal. 15.

Page 21: polisiku.netpolisiku.net/files/TASKAP_LENGKAP_WEBSITE.docx  · Web viewMelihat dari uraian bab di atas maka perlu untuk kita lihat bagaimana implementasi kepemimpinan RLA di lingkungan

21

manusia dengan manusia dan antara manusia dengan alam

sekitarnya. Pancasila mengajarkan sebuah ketaqwaan kepada sang

penciptanya dan religiusitas dimana hubungan manusia dengan

Tuhan akan menjadi dasar hubungan manusia dengan sesama

manusia dan alam ciptaannya. Hubungan yang harmonis ini akan

memunculkan suasana damai antar sesama manusia dan dengan

alam sekitarnya. 15 Dengan bahasa lain dapat dikatakan bahwa

kehadiran manusia yang ber-Pancasila akan memberikan

kemanfaatan bagi sesamanya manusia serta alam dengan segala

isinya atau dikatakan rahmatan lil alamin (membawa rahmat atau

kemanfaatan bagi sesamanya manusia serta alam dan seisinya).

Membawa rahmat bagi siapapun juga ini dimaksudkan baik bagi

sesamanya manusia yang memang baik seperti patuh kepada ajaran

agama dan Pancasila maupun bagi sesamanya yang tidak baik,

dalam bahasa hukum yang patuh hukum maupun yang tidak patuh

hukum.

Sebagai ideologi nasional, Pancasila merupakan panggilan

hidup dan komitmen bangsa Indonesia dalam upaya mewujudkan

visi pembangunan nasionalnya, yaitu terwujudnya kehidupan

masyarakat, bangsa dan negara yang aman, bersatu, rukun dan

damai yang menjunjung tinggi hukum, ketenteraman dan hak asasi

manusia, serta terwujudnya penghidupan yang layak guna

memberikan pondasi yang kokoh bagi pembangunan berkelanjutan.

Pancasila memberikan pemahaman bahwa kodrat manusia ialah

sebagai makhluk individu dan sekaligus sebagai makhluk sosial.

Dengan demikian, Pancasila merupakan penuntun dan pengikat

moral serta norma sikap dan tingkahlaku Bangsa Indonesia dalam

kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara termasuk

dalam kehidupan global.

b. UUD Negara RI 1945 (Amandemen) Sebagai Landasan Konstitusional

15 Lemhannas R.I., Tim B.S. Idiologi, TOR DAK B.S Idiologi PPRA XLVIII-2012, Jakarta, 2012, Hal. 2.

Page 22: polisiku.netpolisiku.net/files/TASKAP_LENGKAP_WEBSITE.docx  · Web viewMelihat dari uraian bab di atas maka perlu untuk kita lihat bagaimana implementasi kepemimpinan RLA di lingkungan

22

UUD Negara RI 1945 merupakan keputusan politik nasional

yang dituangkan dalam norma-norma konstitusi dalam rangka

menentukan sistem dan pemerintahan negara. Seluruh aspek

kehidupan bangsa dan negara dengan demikian tercakup dalam

pengaturan yang tertuang dalam perundang-undangan berdasarkan

konstitusi. Negara RI bukanlah negara kekuasaan yang dilaksanakan

dengan sistem totaliter, karena penyelenggaraan negara didasarkan

atas hukum. Dengan demikian, kekuasaan hanya dilaksanakan

melalui pengaturan menurut hukum yang berlaku.

Hukum sebagai pranata sosial disusun bukan untuk

kepentingan kekuasaan golongan maupun perorangan, termasuk

bukan untuk keenakan bagi seorang pemimpin, namun untuk

kepentingan seluruh rakyat Indonesia agar dapat berfungsi sebagai

penjaga ketertiban bagi seluruh rakyat dengan peran pemimpin

sebagai penggeraknya. Sebagai landasan konstitusional UUD

Negara RI 1945 merupakan sumber hukum yang menuntun

bagaimana penerapan hukum atau pelaksanaan kebijakan yang

diantaranya untuk mewujudkan kepemimpinan yang RLA di

lingkungan Polri guna meningkatkan ketahanan pangan dalam

rangka kemandirian bangsa.

c. Wawasan Nusantara sebagai Landasan Visional

Wawasan atau cara pandang dalam mencapai tujuan

pembangunan nasional adalah Wawasan Nusantara, yang mencakup

perwujudan kepulauan Nusantara sebagai suatu kesatuan politik,

kesatuan ekonomi, kesatuan sosial budaya dan kesatuan hankam

dalam kaitan dengan ideologi nasional. Wawasan Nusantara

merupakan operasionalisasi lebih lanjut dari ideologi nasional dalam

memandang diri dan lingkungannya. Keyakinan yang mantap

terhadap Pancasila dan UUD Negara RI 1945 merupakan modal

dasar dalam pencapaian tujuan nasional dengan motor

penggeraknya dari para pemimpin yang berada pada level apapun.

Dengan demikian, sesungguhnya seluruh komponen bangsa seperti

birokrat, politisi (supra struktur politik, infra struktur politik) lebih

Page 23: polisiku.netpolisiku.net/files/TASKAP_LENGKAP_WEBSITE.docx  · Web viewMelihat dari uraian bab di atas maka perlu untuk kita lihat bagaimana implementasi kepemimpinan RLA di lingkungan

23

khusus para pemimpinnya harus berwawasan Nusantara, yaitu

memberikan pengakuan dan kesadaran bahwa masyarakat

Indonesia adalah manusia yang mendiami kepulauan Nusantara,

serta memiliki komitmen menuju kesejahteraan bersama melalui

pembangunan nasional di tengah-tengah keanekaragaman.

d. Ketahanan Nasional Sebagai Landasan Konsepsional

Setiap bangsa dalam rangka mempertahankan kehidupannya,

eksistensinya dan untuk mewujudkan tujuan berdasarkan ideologi

nasionalnya perlu memiliki pemahaman ideologi nasional, konstitusi,

wawasan geopolitik dan dalam implementasinya diperlukan suatu

geostrategi. Konsepsi Ketahanan Nasional Indonesia adalah

konsepsi pengembangan kekuatan nasional melalui pengaturan dan

penyelenggaraan kesejahteraan dan keamanan yang seimbang,

serasi, selaras dan berkeadilan dalam seluruh aspek kehidupan

secara utuh dan menyeluruh dan terpadu berdasarkan Pancasila,

UUD Negara RI 1945 dan Wawasan Nusantara. Ketahanan Nasional

harus diwujudkan dan dibina secara dini dan terus menerus serta

sinergis, mulai dari pribadi, keluarga, lingkungan, daerah dan

nasional berdasarkan pemikiran geostrategi yang dirancang dan

dirumuskan dengan memperhatikan kondisi bangsa dan geografi

Indonesia. Pemikiran tersebut merupakan konsepsi Ketahanan

Nasional yang dapat digunakan untuk melandasi implementasi

kepemimpinan RLA di lingkungan Polri guna meningkatkan

ketahanan pangan dalam rangka kemandirian bangsa.

e. Tribrata Sebagai Pedoman Hidup Polri

Seperti telah juga disinggung di atas tentang perubahan dan

pemaknaan baru Tribrata sebagai pedoman hidup Polri, maka

pemaknaan baru ini tentu harus menjadi landasan dari pada

implementasi kepemimpinan RLA di lingkungan Polri. Tribrata adalah

nilai dasar yang merupakan pedoman moral dan penuntun nurani

bagi setiap anggota Polri serta dapat pula berlaku bagi

pengembangan fungsi kepolisian lainnya. Pemaknaan baru tersebut

Page 24: polisiku.netpolisiku.net/files/TASKAP_LENGKAP_WEBSITE.docx  · Web viewMelihat dari uraian bab di atas maka perlu untuk kita lihat bagaimana implementasi kepemimpinan RLA di lingkungan

24

dijelaskan sebagaimana dalam lampiran 4.16

Dengan pemaknaan baru akan Tribrata tersebut, menegaskan

kepada kita bahwa implementasi kepemimpinan RLA di lingkungan

Polri guna ketahanan pangan dalam rangka kemandirian bangsa

haruslah mendasarkan kepadanya. Dengan demikian gaya atau style

kepemimpinan RLA merupakan pengejawantahanan nilai-nilai yang

terkandung dalam Tribarata.

f. Catur Prasetya Sebagai Pedoman Kerja Polri

Nilai-nilai yang juga berlaku di lingkungan Polri sebagai

pedoman dalam bekerja dan tentu akan mempengaruhi terhadap

implementasi kepemimpinan di lingkungan Polri adalah Catur

Prasetya. Pemaknaan baru akan nilai-nilai dalam lampiran 4. 17

8. Peraturan Perundang-undangan

a. Undang-undang No. 2 Tahun 2002 Tentang Polri. Hal yang

penting dalam UU No. 2 Tahun 2002 tentang Polri ini diantaranya

adalah pertimbangan pembentukan UU ini yang menyebutkan bahwa

keamanan dalam negeri sebagai syarat utama mendukung

terwujudnya masyarakat madani yang adil, makmur dan beradap

berdasarkan Pancasila dan UUD N RI 1945. Diatur juga tentang

tujuan Polri, yaitu mewujudkan Kamdagri meliputi terpeliharanya

keamanan dan ketertiban masyarakat, tertib dan tegaknya hukum,

terselenggaranya perlindungan, pengayoman dan pelayanan

masyarakat serta terbinanya ketentraman masyarakat dengan

menjungjung tinggi HAM. Hal lainnya UU ini mengatur tentang tugas

pokok, tugas-tugas dan wewenang Polri. Tugas pokok Polri adalah

(1) Memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat; (2)

Menegakkan hukum; dan (3) Memberikan perlindungan,

pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat. Demikian juga

tentang wewenang diatur lebih rinci sebagai penjabaran dari tugas

pokok sebagai pemelihara kamtibmas dan penegak hukum.

16 Pemaknaan Baru Tribrata, Sebagai Pedoman Hidup Polri, terlampir dalam lampiran 4.17 Pemaknaan Baru Catur Prasetya Polri, Sebagai Pedoman Kerja Polri, terlampir dalam lampiran 4.

Page 25: polisiku.netpolisiku.net/files/TASKAP_LENGKAP_WEBSITE.docx  · Web viewMelihat dari uraian bab di atas maka perlu untuk kita lihat bagaimana implementasi kepemimpinan RLA di lingkungan

25

b. Undang-undang No. 7 Tahun 1996 tentang Pangan. UU ini

mengatur tentang pangan yang pembuatannya didasarkan pada

beberapa pasal dalam UUD N RI 1945 (amandemen), diantaranya

Pasal 33 tentang perekonomian negara disusun sebagai usaha

bersama berdasarkan atas asas kekeluargaan.

UU ini bertujuan mengatur, membina dan mengawasi masalah

pangan agar :

1) Tersediannya pangan yang memenuhi persyaratan keamanan, mutu, dan gizi bagi kepentingan kesehatan manusia.

2) Terciptanya perdagangan pangan yang jujur dan bertanggung jawab; dan

3) Terwujudnya tingkat kecukupan pangan dengan harga yang wajar dan terjangkau sesuai dengan kebutuhan masyarakat.18

c. Peraturan Pemerintah No. 68 Tahun 2002 Tentang Ketahanan Pangan. PP ini dibuat atas dasar UUD N RI 1945

(amandemen) pasal 5 (2) dan sebagai penjabaran dari UU No. 7

Tahun 1996 tentang Pangan. Ketahanan pangan merupakan hal

yang sangat penting dalam rangka pembangunan nasional untuk

membentuk manusia Indonesia yang berkualitas, mandiri, dan

sejahtera melalui perwujudan ketersediaan pangan yang cukup,

aman, bermutu, bergizi dan beragam serta tersebar merata di

seluruh wilayah Indonesia dan terjangkau oleh daya beli masyarakat.

PP No. 68/ 2002 ini juga mengatur tentang ketersediaan pangan,

cadangan pangan nasional, penganeka-ragaman pangan,

pencegahan dan penanggulangan masalah pangan, pengendalian

harga, peran pemerintah daerah dan masyarakat. Peran pemerintah

daerah dijelaskan sebagai berikut : Pemerintah Propinsi, Pemerintah

Kabupaten/ Kota dan/ atau Pemerintah Desa melaksanakan

kebijakan dan bertanggung jawab terhadap penyelenggaraan

ketahanan pangan diwilayahnya masing-masing, dengan

memperhatikan pedoman, norma, standar, dan kriteria yang

ditetapkan oleh Pemerintah Pusat. Pemerintah Propinsi, Pemerintah

18 ______ UU R.I. Nomor 7 tahun 1996 Tentang Pangan, Pasal 3.

Page 26: polisiku.netpolisiku.net/files/TASKAP_LENGKAP_WEBSITE.docx  · Web viewMelihat dari uraian bab di atas maka perlu untuk kita lihat bagaimana implementasi kepemimpinan RLA di lingkungan

26

Kabupaten/ Kota dan/ atau Pemerintah Desa mendorong

keikutsertaan masyarakat dalam penyelenggaraan ketahanan

pangan.

d. Undang-undang Nomor 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional. Undang-Undang ini

mengatur perencanaan jangka panjang untuk kurun waktu 20 tahun,

pembangunan jangka menengah untuk kurun waktu 5 tahun, dan

pembangunan tahunan.19 Sebagaimana dikemukakan dalam

pembelajaran Sismennas UU Sisren Bangnas ini merupakan salah

satu ujud dari implementasi Sistem Informasi Nasional atau Simnas

dalam Sistem Manajemen Nasional.

e. Undang-undang No. 17 Tahun 2007 Tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional 2005-2025. Sebagaimana ditegaskan bahwa visi Indonesia 2005-2025 adalah

“Indonesia yang Mandiri, maju, adil dan makmur”. Dari visi ini

dijabarkan dalam 8 (delapan) misi dan yang berkaitan dengan bidang

tugas Kepolisian adalah misi ke tiga, yaitu mewujudkan masyarakat

demokratis berlandaskan hukum dengan penekanan melakukan

pembenahan struktur hukum dan meningkatkan budaya hukum dan

menegakkan hukum secara adil, konsekuen, tidak diskriminatif dan

memihak kepada rakyat kecil. Sedangkan dibidang keamanan

berada pada misi keempat yaitu mewujudkan Indonesia aman,

damai dan bersatu dengan penekanan memantapkan kemampuan

dan meningkatkan profesionalisme Polri agar mampu melindungi dan

mengayomi masyarakat, mencegah tindak kejahatan dan

menuntaskan tindakan kriminalitas. Tentu saja kebijakan pemerintah

ini sangat mempengaruhi bagaimana implementasi kepemimpinan

RLA di lingkungan Polri. Sebagai gambaran pentahapan

pembangunan RPJPN 2005-2025 dapat dilihat dalam tabel 1 berikut.

TABEL : 1PENTAHAPAN PEMBANGUNAN DALAM RPJPN 2005-2025

19 Lembaga Ketahanan Nasional Republik Indonesia, Pokja Bidang Studi Sistem Manajemen Nasional, Pokok Bahasan : Sistem Manajemen Nasional, Jakarta, 2012.

Page 27: polisiku.netpolisiku.net/files/TASKAP_LENGKAP_WEBSITE.docx  · Web viewMelihat dari uraian bab di atas maka perlu untuk kita lihat bagaimana implementasi kepemimpinan RLA di lingkungan

27

Sumber : Buku I RPJMN 2010-2014 hal. 25

f. Peraturan Presiden No. 5 Tahun 2010 Tentang RPJMN 2010-2014. Di dalam Peraturan Presiden RI Nomor 5 Tahun 2010

tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional

(RPJMN) 2010-2014 ditentukan visinya adalah terwujudnya

Indonesia yang sejahtera, demokratis dan berkeadilan yang memiliki

program aksi sebelas prioritas pembangunan nasional dan tiga

prioritas lainnya, dimana prioritas ke-lima adalah ketahanan pangan.

Diluar 11 Prioritas Nasional 2010-2014 dalam salah satu prioritas

lainnya adalah prioritas dibidang politik, hukum dan keamanan yang

memprioritaskan masalah mekanisme prosedur penanganan

terorisme, deradikalisasi menangkal terorisme, meningkatkan peran

Indonesia mewujudkan perdamaian dunia, penguatan dan

pemantapan hubungan kelembagaan dan pemberantasan korupsi,

peningkatan kepastian hukum dan penguatan perlindungan HAM.

Peningkatan ketahanan pangan dan lanjutan revitalisasi

pertanian untuk mewujudkan kemandirian pangan, peningkatan daya

saing produk pertanian, peningkatan pendapatan petani, serta

kelestarian lingkungan dan sumber daya alam dapat dilihat dalam

lampiran 5.

g. Keputusan Kapolri No. Pol : Kep/360/VI/2005 tanggal 10 Juni 2005 Tentang Grand Strategi Polri 2005-2025. Grand Strategi

ini bukan dibuat oleh Polri semata, tetapi lebih melibatkan civitas

akademika dari UI dan UGM. Dalam Grand Strategi ini secara umum

Page 28: polisiku.netpolisiku.net/files/TASKAP_LENGKAP_WEBSITE.docx  · Web viewMelihat dari uraian bab di atas maka perlu untuk kita lihat bagaimana implementasi kepemimpinan RLA di lingkungan

28

mengarahkan pembangunan Polri untuk 20 tahun kedepan, Polri

akan dibawa kemana, dan sesuai Grand Strategi tersebut secara

garis besar arah pembangunan Polri adalah : Renstra pertama 2005-

2009 yang lalu pembangunan Polri sesungguhnya diarahkan kepada

pembangunan kepercayaan masyarakat kepada Polri atau Trust

Building. Kemudia Renstra ke dua 210-2014 diarahkan kepada

membangun kemitraan atau kebersamaan atau Pathnership Building

dan kemudian Renstra ketiga 2015-2025 diarahkan kepada

pembangunan yang mengkukuhkan organisasi untuk dapat

memberikan pelayanan secara prima kepada publik atau Strive for

Excellence. Setiap Renstra tersebut tentulah tidak parsial, tetapi

saling bersinergi dan saling menguatkan. Sedangkan visi Grand

Strategi Polri 2005-2025 dan tahapan pembangunan dapat dilihat

terlampir dalam Tabel 2.20

h. Peraturan Kapolri No. 7 Tahun 2008 Tentang Pedoman Dasar Strategi dan Implementasi Pemolisian Masyarakat (Polmas) Dalam Penyelenggaraan Tugas Polri. Peraturan Kapolri

ini sesungguhnya merupakan pilihan bagaimana polisi

melaksanakan tugas-tugasnya dengan cara-cara yang lebih modern

bersama-sama masyarakat dalam rangka memelihara kamtibmas,

menegakkan hukum dengan pendekatan perlindungan, pengayoman

dan pelayanan masyarakat. Dikatakan Falsafah Polmas mendasari

pemahaman bahwa masyarakat bukan merupakan obyek pembinaan

dari petugas yang berperan sebagai subyek penyelenggara

keamanan, melainkan masyarakat harus menjadi subyek dan mitra

yang aktif dalam memelihara keamanan dan ketertiban di

lingkungannya sesuai dengan hukum dan hak asasi manusia.

Falsafah Polmas mendasari pemahaman bahwa

penyelenggaraan keamanan tidak akan berhasil bila hanya

ditumpukan kepada keaktifan petugas polisi semata, melainkan

harus lebih ditumpukan kepada kemitraan petugas dengan warga

masyarakat yang bersama-sama aktif mengatasi permasalahan di

20 Visi Grand Strategi Polri terlapir dalam lampiran 7.

Page 29: polisiku.netpolisiku.net/files/TASKAP_LENGKAP_WEBSITE.docx  · Web viewMelihat dari uraian bab di atas maka perlu untuk kita lihat bagaimana implementasi kepemimpinan RLA di lingkungan

29

lingkungannya. Falsafah Polmas menghendaki agar petugas polisi di

tengah masyarakat tidak berpenampilan sebagai alat hukum atau

pelaksana undang-undang yang hanya menekankan penindakan

hukum atau mencari kesalahan warga, melainkan lebih

menitikberatkan kepada upaya membangun kepercayaan

masyarakat terhadap Polri melalui kemitraan yang didasari oleh

prinsip demokrasi dan hak asasi manusia, agar warga masyarakat

tergugah kesadaran dan kepatuhan hukumnya. Oleh karenanya,

fungsi keteladanan petugas Polri menjadi sangat penting. Prinsip-

prinsip penyelenggaraan Polmas setidaknya adalah komonikasi

intensif, kesetaraan, kemitraan, transparan, akuntabilitas, partisipasi,

personalisasi, desentralisasi, otonomisasi, proaktif, berorientasi pada

pemecahan masalah dan berorientasi pada pelayanan. Dengan

demikian pemilihan strategi dan filosofi Polmas ini tentulah sangat

berhubungan erat dengan implementasi kepemimpinan RLA guna

meningkatkan ketahanan pangan dalam rangka kemandirian bangsa.

9. Landasan Teori

Dalam Taskap ini ada beberapa teori yang dapat digunakan sebagai

pisau analisis atau pembahasan tentang kepemimpinan RLA di lingkungan

Polri secara umum maupun dikaitkan dengan masalah ketahanan pangan

dan kemandirian bangsa. Teori-teori ini setidaknya tentang kepemimpinan itu

sendiri, teori scenario learning dan Positioning Diffrensiation and Brand

Triangel (Segitiga PDB) dan tentang ketahanan pangan.

a. Teori Kepemimpinan. Seperti dikemukakan dalam bebagai

buku literatur, teori tentang kepemimpinan ini cukup banyak. Seperti

misalnya Prof. Dr. Ermaya Suradinata, M.Si (Adi Sujatno, 2010)

melihat teori kepemimpinan dari lahirnya seorang pemimpin. Untuk

itu Prof. Ermaya Suradinata melihatnya ada 4 jenis teori, yaitu teori genetis, yang mengatakan bahwa kepemimpinan seseorang telah

melekat sejak ia dilahirkan atau dikatakan leaders are bond not

made. Teori ini dikenal juga sebagai teori The Great Man.

Sedangkan teori siosial mengatakan bahwa pemimpin harus

diciptakan melalui persiapan berupa pendidikan dan pelatihan atau

Page 30: polisiku.netpolisiku.net/files/TASKAP_LENGKAP_WEBSITE.docx  · Web viewMelihat dari uraian bab di atas maka perlu untuk kita lihat bagaimana implementasi kepemimpinan RLA di lingkungan

30

leaders are made and not born. Dari pertentangan kedua teori

genetik dan sosial ini lahirlah teori sintetis. Teori sintesis ini

menguraikan bahwa seorang pemimpin akan lahir menjadi pemimpin

yang sukses dalam kepemimpinannya manakala sejak lahir ia telah

memiliki bakat yang melekat dalam dirinya dan bakat tersebut

dikembangkan melalui pendidikan dan latihan, serta dibentuk dan

dikembangkan sesuai dengan tuntutan hubungan organisme dengan

lingkungannya.21

Dalam buku literatur yang lain seperti misalnya buku Bidang

Studi Kepemimpinan yang dikeluarkan oleh Lemhannas R.I melihat

teori kepemimpinan dikaitkan dengan pengertiannya dalam

pendekatan teoritis, diantaranya dikemukakan antara lain :

1) George R. Terry, yang mengatakan Leader is the

relationship in which one person or the leader influences other

to work together willingly on related task to affair that which the

leader desires. Yang terjemahannya “Kepemimpinan

merupakan hubungan seseorang dengan pemimpinnya dimana

pemimpin tersebut dapat mempengaruhi untuk bekerja

bersama-sama secara ikhlas”.

2) Joseph L. Massie dan John Douglas, mengatakan

Leadership accurs when one person influences others to work

to word some predeter missed obyektive. Yang terjemahannya

“Kepemimpinan terjadi bilamana seseorang mempengaruhi

orang lain untuk bekerja mencapai suatu tujuan”.

3) Harold Koontz dan Cyriil O’Donnel, mengatakan

Leadership may be defined as theability to exercthiter personal

influence, by means of communication to word the achievement

of a goal. Yang terjemahannya “Kepemimpinan dapat

didefinisikan sebagai kemampuan untuk mempengaruhi

seseorang dengan sarana komunikasi untuk mencapai tujuan

yang diinginkan”. 22

21 Dr. Adi Sijatno, S.H., M.H., Teori-teori Kepemimpinan, Lemhannas R.I., Jakarta, 2010, hal. 23.22 Tim Pokja Bidang Studi Kepemimpinan Lemhannas R.I., Kepemimpinan Nasional, Jakarta, 2012, Hal. 3

Page 31: polisiku.netpolisiku.net/files/TASKAP_LENGKAP_WEBSITE.docx  · Web viewMelihat dari uraian bab di atas maka perlu untuk kita lihat bagaimana implementasi kepemimpinan RLA di lingkungan

31

Dari uraian di atas dapat disimpulkan tentang teori

kepemimpinan dari pengertiannya adalah kepemimpinan

sebagai ilmu dan seni dalam mempengaruhi orang dan

organisasi untuk mencapai tujuan yang dikehendaki,

sedangkan pengertian yang lain dikatakan bahwa

kepemimpinan adalah ilmu dan seni mempengaruhi orang lain

(yang dipimpin) untuk mentaati perintah/ anjuran dengan tulus

dan ikhlas guna mencapai tujuan organisasi sesuai kehendak

pimpinan.

4) Kepemimpinan Nasional. Dalam Taskap ini sangat

penting sekali untuk mengetahui teori kepemimpinan nasional

sebagai alat untuk menganalisis kepemimpinan RLA di

lingkungan Polri. Hal ini tentu berkaitan dengan Polri sebagai

salah satu gatra dalam lembaga pemerintah secara nasional,

yaitu pada gatra hankam dan sosial budaya (penegak hukum).

Kepemimpinan nasional dimaknakan adalah :

Kelompok pemimpin bangsa pada segenap strata kehidupan nasional didalam setiap gatra (Asta Gatra) pada bidang/ sektor profesi baik di supra struktur, infra struktur dan sub struktur, formal dan informal yang memiliki kemampuan dan kewenangan untuk mengarahkan/ mengerahkan segenap potensi kehidupan nasional (bangsa dan negara) dalam rangka pencapaian tujuan nasional berdasarkan Pancasila dan UUD N RI 1945 serta memperhatikan dan memahami perkembangan lingkungan strategis guna mengantisipasi berbagai kendala dalam memanfaatkan peluang. 23

Dalam kepemimpinan nasional ini yang perlu diketahui

adalah rumusan sifat-sifat kepemimpinan nasional. Sifat-sifat ini

dikatakan sebagai sebuah hasil studi tentang kehidupan dan

karier pemimpin-pemimpin besar yang berhasil dan telah

menunjukkan adanya sifat-sifat pribadi tertentu yang

merupakan kualitas pribadi pemimpin yang paling esensi dan

harus dipunyai oleh setiap pemimpin. Sifat-sifat ini dapat dilihat

dalam lampiran 6.24

23 Ibid, Hal. 1224 Sifat-sifat Pemimpin terlampir .dalam lampiran 6

Page 32: polisiku.netpolisiku.net/files/TASKAP_LENGKAP_WEBSITE.docx  · Web viewMelihat dari uraian bab di atas maka perlu untuk kita lihat bagaimana implementasi kepemimpinan RLA di lingkungan

32

Hal lain dari kepemimpinan nasional yang perlu

diketahui adalah moral dan etika kepemimpinan nasional.

Dikatakan moral dan etika kepemimpinan nasional bersumber

dari nilai-nilai Pancasila yang diambil dari tiap-tiap sila sebagai

pandangan hidup bernegara, berbangsa dan bermasyarakat.

Moral-moral kepemimpinan nasional ini adalah (a) Moral

ketaqwaan, (b) Moral Kemanusiaan, (c) Moral kebersamaan

dan kebanggan, (d) Moral kerakyatan dan (e) Moral keadilan.

5) Kepemimpinan Transformatif. Dikatakan bahwa

perubahan itu adalah sebagai sebuah keniscayaan, artinya

segala sesuatu dalam kehidupan sosial akan mengalami

perubahan seiring dengan bergulirnya waktu. Latar belakang

yang memicu sebuah perubahan itu adalah : (a) Keadaan

krisis, (b) Keinginan keberhasilan dimasa depan, (c)

Pembaharuan pendekatan, (d) Perlu strategi baru dan (e)

Memecahkan curreent isues. Pemimpin perubahan atau

transformatif pada tataran kepemimpinan nasional dikatakan

untuk memulihkan keadaan akibat krisis melakukan suatu

upaya-upaya : yaitu (a) Memperbaiki mutu sumberdaya

manusia dan sumberdaya lainnya untuk mengembalikan

kebanggaan nasional, (b) Tidak hanya mencatat dan

memperdebatkan kegagalan beserta sebab-sebabnya, tetapi

lebih focus membantu pemecahan berbagai kesulitan, (c)

Menciptakan lingkungan yang kondusif, produktif dan inovatif.

Penjelasan lebih lanjut landasan teori Kepemimpinan

Kontemporer ini terlampir dalam lampiran 8.25

6) Kepemimpinan Melayani.a) Teori Kepemimpinan Melayani dari Peter Seuge atau “Servent Leadhership”. Peter Seuge menguraikan

bahwa : (1) Leader is designer, (2) Leader is teacher dan

(3) Leader is servant.26

25 Kepemimpinan Kontemporer, Penjelasan lebih lanjut terlampir dalam lampiran 8.26 Adi Sujatno, Kepemimpinan Melayani, Penjelasan lansung kepada penulis, Tanggal 8 Oktober 2012.

Page 33: polisiku.netpolisiku.net/files/TASKAP_LENGKAP_WEBSITE.docx  · Web viewMelihat dari uraian bab di atas maka perlu untuk kita lihat bagaimana implementasi kepemimpinan RLA di lingkungan

33

b) Teori Kepemimpinan Melayani dari Ken Blanchard dan Mark Millers dalam bukunya “The

Scret”. Blanchard dan Millers mengatakan bahwa ada 5

syarat untuk menjadi pemimpin besar yang dapat

membangkitkan sebuah negara, diantaranya adalah : (1)

Seorang pemimpin harus bisa dan mampu untuk menjadi

pendengar yang baik, (2) Seorang Pemimpin harus

mampu untuk mengenal para bawahannya atau yang

dipimpin dengan baik, (3) Kepemimpinan banyak

kesamaannya dengan gunung es, artinya 10% yang ada

di atas permukaan sebagai hal yang tampak yaitu skill/

knowladge/ kemampuan dan 90% sebagai sesuatu yang

di bawah permukaan atau tidak tampak yaitu karakter

atau attitude. Kemudian dikemukakan ada 5 (lima)

kebiasaan utama seorang pemimpin, yaitu: (1) See the

Future, melihat masa depan atau punya visi, (2) Engage

and Develop Others, melibatkan dan mengembangkan

orang lain, (3) Reinvent Continuously, temukan kembali

terus menerus, (4) Value Results and Relationship,

hargai hasil dan hubungan dan (5) Embody the Values,

mewujudkan nilai. Kelima kebiasaan tersebut dapat

disingkat SERVE.27 Dr. Ken Blanchard juga menguraikan

dalam teori kepemimpinan melayani ini ada tiga aspek,

yaitu : (1) Servant Heart, melayani dengan hati, (2)

Servant Head, melayani dengan kepala atau kecerdasan

dan (3) Servant Hand’s, melayani dengan tangan atau

aktifitas.28

b. Teori Scenario Learning. 29 Mengapa teori Scenario Learning

yang digunakan untuk membangun Polri dimasa depan yang dibatasi

27 Adi Sujatno, Teori Kepemimpinan, Jakarta : Penerbit Lemhannas R.I., 2012, Hal. 1028 Adi Sujatno, Kuliah Ilmiah di Depan Peserta PPRA XLVIII-2012 Lemhannas R.I., Jakarta 2012, Slide No. 4129 Nusyirwan Zen, Ceramah Ilmiah Pada Peserta Sespati Angkatan XV Tahun 2008, Scenario Learning Suatu Pengantar Untuk Merngkai Plausibilitas Masa Depan, Bandung, 2008.

Page 34: polisiku.netpolisiku.net/files/TASKAP_LENGKAP_WEBSITE.docx  · Web viewMelihat dari uraian bab di atas maka perlu untuk kita lihat bagaimana implementasi kepemimpinan RLA di lingkungan

34

oleh target waktu, karena senyatanya learning atau belajar bukan

sekedar sarana untuk menghasilkan atau mengejar pengetahuan

tetapi juga untuk menggunakannya. Scenario adalah tantangan

“mindset” para manajer ataupun pemimpin dengan mengembangkan

alternatif yang plausible atau mungkin, kridibel dan relevan, sebagai

masukan yang sinambung pada pembuatan keputusan. Learning,

menggunakan dialog dan diskusi mengenai gagasan, persepsi,

temuan dan lain-lain. Scenario Learning melatih para manajer untuk

mengorganisasikan apa yang mereka ketahui dengan apa yang

dapat mereka bayangkan menjadi cerita-cerita bermakna dan logis

tentang masa depan, serta melihat dan mempertimbangkan

implikasi-implikasi cerita masa depan tersebut terhadap pilihan-

pilihan strategi masa kini maupun masa depan.

Dibutuhkannya kepemimpinan rahmatan lil alamin diawali

dengan sebuah kehendak atau keinginan yang menjadi Focal

Concern (FC) yaitu “Membangun Polri yang Rahmatan Lil Alamin

2020”. Dari analisis teori Scenario Learning, membangun polisi yang

rahmatan lil alamin 2020 adalah sebuah alternatif masa depan yang

plausible atau sesuatu yang mungkin terjadi. Penjelasan lebih lanjut

tentang membangun Polri yang RLA tahun 2020 terlampir dalam

lampiran 9.30

c. Teori PDB Triangle. Teori ini digunakan untuk menganalisis

kebijakan atau strategi apa yang bersifat differentiation atau ada nilai

perbedaannya untuk dilakukan agar organisasi atau kebijakan yang

selama ini diambil tetap berjalan dengan baik dan memberikan

makna bagi kebijakan itu sendiri. Dalam hal ini yang akan disoroti

adalah kebijakan atau strategi penerapan kepemimpinan di

lingkungan Polri yaitu kepemimpinan Rahmatan Lil Alamin (RLA) itu

sendiri.

d.

30 Matriks Scenario Membangun Polri yang RLA Tahun 2020, terlampr dalam lampiran 9.

POSITIONINGBEING STRATEGI

DIFFERENTIATIONCORE TACTIC

PDB TRIANGLE :

Page 35: polisiku.netpolisiku.net/files/TASKAP_LENGKAP_WEBSITE.docx  · Web viewMelihat dari uraian bab di atas maka perlu untuk kita lihat bagaimana implementasi kepemimpinan RLA di lingkungan

35

e. Teori Kependudukan dan Kebutuhan Pangan Malthus. Teori Malthus adalah teori tentang Kependudukan Malthus

(pertumbuhan penduduk) yang dikaitkan dengan kebutuhan pangan,

yang menyatakan bahwa pertumbuhan penduduk menurut deret ukur

dan pertumbuhan ekonomi menurut deret hitung. Maksudnya adalah

bahwa jumlah penduduk akan berkembang lebih cepat

daripada pertumbuhan ekonomi sehingga mengakibatkan upah

tenaga kerja menjadi sangat murah dan hanya cukup untuk biaya

hidup sehari-hari (subsistensi). Malthus memulai dengan

merumuskan dua postulat yaitu : (1) Bahwa pangan dibutuhkan

untuk hidup manusia, (2) Bahwa kebutuhan nafsu seksuil antar jenis

kelamin akan tetap sifatnya sepanjang masa. Atas dasar postulat

tersebut Malthus menyatakan bahwa, jika tidak ada pengekangan,

kecenderungan pertambahan jumlah manusia akan lebih cepat dari

pertambahan subsisten (pangan). Perkembangan penduduk akan

mengikuti deret ukur sedangkan perkembangan subsisten (pangan)

mengikuti deret hitung dengan interval waktu seperti berikut :

Penduduk : 1 2 4 8 16 32 dst

Subsisten (Pangan) : 1 2 3 4 5 6 dst

Dari postulat Malthus, terdapat pengekangan perkembangan

penduduk dapat berupa pengekangan segera dan pengekangan

hakiki atau mutlak. Yang dimaksud dengan factor  pengekangan

adalah pangan, sedangkan pengekangan segera dapat berbentuk

pengekangan prefentif dan pengekangan positif. Pengekangan

BRANDVALUE INDICATOR

BRAND IMAGEBRAND IDENTITY

KEPEMIMPINAN RAHMATAN LIL

Page 36: polisiku.netpolisiku.net/files/TASKAP_LENGKAP_WEBSITE.docx  · Web viewMelihat dari uraian bab di atas maka perlu untuk kita lihat bagaimana implementasi kepemimpinan RLA di lingkungan

36

prefentif adalah factor-faktor yang bekerja mengurangi angka

kelahiran. Pengekangan prefentif yang dianjurkan Malthus

adalah pengendalian diri dalam hal nafsu seksual antar jenis seperti

penundaan perkawinan. Pengekangan positif merupakan faktor-

faktor yang mempengaruhi angka kematian, dapat berupa epidemi,

penyakit-penyakit dan kemiskinan.

10. Tinjauan Pustaka

a. Indeks Kepemimpinan Nasional Indonesia (IKNI). IKNI yang

diuraikan dalam buku “Traktat Etis Kepemimpinan Nasional dan

IKNI” Karangan Prof. Dr. Muladi, S.H. dan Dr. Adi Sujatno, S.H.,

M.H. Dalam uraiannya IKNI mengandung identitas terhadap 4

(empat) kategori sebagai “Cita Susila” Moralitas dan Akuntabilitas,

yaitu :

1) Moralitas dan Akuntabilitas yang bersifat sipil atau

individual.

2) Moralitas dan Akuntabilitas yang bersifat Sosial

Kemasyarakatan.

3) Moralitas dan Akuntabilitas yang bersifat Institusional

atau Kelembagaan.

4) Moralitas dan Akuntabilitas yang bersifat Global.

Selanjutnya setiap kategori ini diperinci pada perilaku atau

semacam parameter yang bersifat perilaku moralitas dan

akuntabilitas seorang pemimpin nasional. Dijelaskan lebih lanjut

bahwa penekanan kepemimpinan nasional ini adalah pada karakter,

baik karakter yang bersifat umum maupun karakter yang bersifat

khusus atau karakteristik.

Dalam uraian masalah IKNI ini Lemhannas juga menyampaikan

beberapa harapan, yang salah satunya dikemukakan bahwa

“Pemerintah agar dapat lebih menjaga jarak dari praktek-praktek

politisasi di dalam rekruitmen pemimpin sampai pada tingkat eselon

satu yang merupakan jabatan karier. Penunjukan pejabat karier

Page 37: polisiku.netpolisiku.net/files/TASKAP_LENGKAP_WEBSITE.docx  · Web viewMelihat dari uraian bab di atas maka perlu untuk kita lihat bagaimana implementasi kepemimpinan RLA di lingkungan

37

harus lepas dari campur tangan partai politik (non political

appointee)”.

Dari uraian singkat di atas tentu saja kita sebagai bagian dari

anak bangsa sangat setuju. Akan tetapi menurut penulis

berdasarkan fakta realita di lapangan perlu adanya penambahan

kategori ataupun parameter yang menekankan pada kemampuan

profesionalisme dari pemimpin nasional, khususnya sesuai dengan

bidang atau gatra masing-masing. Hal tersebut juga ditekankan

dalam harapan Lemhannas bahwa dalam rekruitmen pemimpin

nasional sampai tingkat eselon satu yang merupakan jabatan karier

diharapkan non political appointee. Ini menunjukkan bahwa

parameter profesionalisme bagi pemimpin menjadi sangat penting.

b. Tiga Aspek Ketahan Pangan Menurut Prof. Dr. Ahmad Suryana dan Dr. Ir. Hermanto, MS. Prof. Dr. Ahmad Suryana

(Kepala Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian) maupun

Dr. Ir. Hermanto, MS Sekretaris Badan Ketahanan Pangan

Kementerian Pertanian menyampaikan dalam makalah ilmiahnya

yang disampaikan di depan peserta Lemhannas PPRA XLVIII-2012

di Lemhannas R.I tanggal 28 Agustus 2012 dan 28 Maret 2012,

bahwa sistem ketahanan pangan nasional ditentukan oleh tiga

aspek, yaitu aspek ketersediaan, keterjangkauan dan konsumsi pangan. Ketiga aspek ini dipengaruhi juga oleh kebijakan ekonomi

dan kebijakan pangan serta kebijakan otonomi dan desentralisasi

akan pangan. Disamping itu ditentukan juga oleh sumber daya,

antara lain seperti ketersediaan lahan, air irigasi, SDM, tehnologi,

kelembagaan dan budaya.

Kondisi ketahanan pangan ini juga dipengaruhi oleh

perkembangan lingkungan strategi baik dalam negeri maupun luar

negeri seperti kondisi penduduk, perubahan iklim, kinerja ekonomi,

dinamika pasar sektor non pangan maupun pangan sendiri di dalam

negeri maupun luar negeri dan shock atau bencana.

Page 38: polisiku.netpolisiku.net/files/TASKAP_LENGKAP_WEBSITE.docx  · Web viewMelihat dari uraian bab di atas maka perlu untuk kita lihat bagaimana implementasi kepemimpinan RLA di lingkungan

38

Tentu saja pendapat ini menurut penulis sangatlah benar

adanya. Akan tetapi berdasarkan pemahaman lebih lanjut bila

dikaitkan dengan pendekatan manajemen dalam sistem manajemen

nasional (Sismennas), kepemimpinan nasional dan pemberdayaan

masyarakat, ketahanan pangan tidak hanya ditentukan oleh ketiga

aspek tersebut (ketersediaan, keterjangkauan dan konsumsi), tetapi

juga ditentukan oleh dua aspek lainnya yang relatif berdiri sendiri

sebagai aspek yang mempengaruhi ketahanan pangan, yaitu : aspek pemberdayaan masyarakat dan aspek manajemen. Aspek

pemberdayaan masyarakat ini misalnya keterbatasan sarana dan

belum adanya mekanisme kerja yang efektif di masyarakat dalam

merespon adanya kerawanan pangan, terutama dalam penyaluran

pangan kepada masyarakat yang membutuhkan, keterbatasan

keterampilan dan akses masyarakat miskin terhadap sumber daya

usaha seperti pendanaan, tehnologi, informasi pusat dan sarana

prasarana yang menyebabkan masyarakat kesulitan memasuki

lapangan kerja dan menumbuhkan usaha. Kurang efektifnya program

pemberdayaan masyarakat yang selama ini bersifat top-down karena

tidak memperhatikan aspirasi, kebutuhan dan kemampuan

masyarakat yang bersangkutan. Belum berkembang-nya sistem

pemantauan kewaspadaan pangan dan gizi secara dini dan akurat

dalam mendeteksi kerawanan pangan dan gizi pada tingkat

masyarakat.

Aspek manajemen, keberhasilan pembangunan ketahanan dan

kemandirian pangan dipengaruhi oleh efektifitas penyelenggaraan

fungsi-fungsi manajemen pembangunan yang meliputi aspek

perencanan, pelaksanaan, pengawasan dan pengendalian serta

koordinasi berbagai kebijakan dan program. Masalah yang dihadapi

dalam aspek manajemen adalah : (1) Terbatasnya ketersediaan data

yang akurat, konsisten, dipercaya dan mudah diakses yang diperlukan

untuk perencanaan pengembangan kemandirian dan ketahanan

pangan. Disini berarti peran teknologi sangatlah dominan. (2) Belum

adanya jaminan perlindungan bagi pelaku usaha dan konsumen kecil

Page 39: polisiku.netpolisiku.net/files/TASKAP_LENGKAP_WEBSITE.docx  · Web viewMelihat dari uraian bab di atas maka perlu untuk kita lihat bagaimana implementasi kepemimpinan RLA di lingkungan

39

di bidang pangan. (3) Lemahnya koordinasi dan masih adanya iklim

egosentris dalam lingkup instansi dan antar instansi, subsektor,

sektor, lembaga pemerintah dan non pemerintah, pusat dan daerah

dan antar daerah.

BAB III

KONDISI IMPLEMENTASI KEPEMIMPINAN RLA DI LINGKUNGAN POLRI, IMPLIKASI IMPLEMENTASI KEPEMIMPINAN RLA DI

LINGKUNGAN POLRI TERHADAP MENINGKATKAN KETAHANAN PANGAN DAN KEMANDIRIAN

BANGSA SERTA PERMASALAHANNYA

11. Umum

Sebagaimana disinggung pada BAB I dan II di atas tentang

kepemimpinan yang RLA sebagai sebuah gaya ataupun style kepemimpinan

yang menekankan kepada fitrah dari pada kehadiran umat manusia itu

sendiri yang seharusnya, yaitu membawa rahmat bagi sesamanya manusia

maupun alam serta sesisinya sebagaimana dalam kepemimpinan hal ini

dicontohkan oleh junjungan Nabi Besar Muhammad SAW. “Wama arsalnaha

illa rahmatan lil alamin” (Surat Al-Anbiya : 107) yang dimaknakan “... dan

Page 40: polisiku.netpolisiku.net/files/TASKAP_LENGKAP_WEBSITE.docx  · Web viewMelihat dari uraian bab di atas maka perlu untuk kita lihat bagaimana implementasi kepemimpinan RLA di lingkungan

40

tiada kami mengutus kamu (wahai Muhammad), melainkan untuk menjadi

rahmat bagi semesta alam”.

Kepemimpinan yang RLA di lingkungan Polri pada dasarnya

berorientasi dari pada embanan ataupun tugas pokok yang melekat pada

Polri itu sendiri, yaitu selaku pemelihara keamanan dan ketertiban

masyarakat, penegak hukum dan memberikan pengayoman, perlindungan

serta pelayanan kepada masyarakat. Bersumber dari tugas pokok serta

pengejawantahanan dari berbagai paradigma nasional, khususnya Pancasila

dan landasan teori kepemimpinan yang dipelajari seperti kepemimpinan

nasional, negarawan, kontemporer, visioner, transformatif maupun sifat-sifat

kepemimpinan Nabi Besar Muhammad SAW khususnya fatonah, amanah,

shiddig dan tabligh, maka kepemimpinan yang RLA inilah sebagai alternatif

gaya atau style yang harus diberikan oleh setiap pemimpin di lingkungan

Polri. Bertitik tolak dari pemaknaan kepemimpinan RLA inilah maka dalam

sub-bab berikut ini akan dijelaskan bagaimana kondisi implementasi

kepemimpinan RLA di lingkungan Polri saat ini, implikasi implementasi

kepemimpinan RLA di lingkungan Polri terhadap meningkatkan ketahanan

pangan dan implikasi peningkatan ketahanan pangan terhadap kemandirian

bangsa serta permasalahan yang ditemukan.

12. Kondisi Implementasi Kepemimpinan RLA di Lingkungan Polri Saat Inia. Belum Diimplementasikannya Kepemimpinan RLA di

Lingkungan Polri Saat Ini.

Seperti telah disinggung di atas bahwa setelah Polri berpisah

dengan TNI atau ABRI saat itu di tahun 2000, yaitu dengan

ditetapkannya Ketetapan MPR Nomor : VI/MPR/2000 Tentang

Pemisahan TNI dan Polri sebagai sebuah tuntutan reformasi di

Indonesia, Polri sampai saat ini belum memiliki asas-asas

kepemimpinan yang secara umum diberlakukan di lingkungan Polri

seperti waktu sebelumnya dengan 11 asas kepemimpinan ABRI.

Dengan dipisahkannya dari ABRI, bukanlah berarti kemudian

terputusnya seketika itu juga pengamalan akan nilai-nilai atau asas-

asas dari kepemimpinan di lingkungan Polri yang selama ini berlaku.

Page 41: polisiku.netpolisiku.net/files/TASKAP_LENGKAP_WEBSITE.docx  · Web viewMelihat dari uraian bab di atas maka perlu untuk kita lihat bagaimana implementasi kepemimpinan RLA di lingkungan

41

Senyatanya ada nilai-nilai dan etika Polri yang dapat menjadi sumber

implementasi kepemimpinan di lingkungan Polri, yaitu pedoman

hidup dan pedoman kerja berupa Tribrata dan Catur Prasetya yang

pada hakekatnya merupakan penjabaran dari nilai-nilai Pancasila

dan tugas pokok Polri yang juga telah dicantumkan dalam UUD N RI

1945 (amandemen). Sesungguhnya reformasi Polri yang secara

struktural baru terlihat di tahun 2000, yaitu dengan dipisahkannya

dari ABRI, sudah disusun dan direncanakan bahwa reformasi

birokrasi Polri itu sejak tahun 1998, yaitu dalam sebuah buku yang

dikenal dengan “buku biru reformasi Polri”. Dimana reformasi Polri itu

dibagi dalam tiga bagian, yaitu struktural, instrumental dan kultur.

Jika kita melihat nilai-nilai ataupun asas-asas kepemimpinan maka

hal ini cenderung masuk pada ranah kultur atau budaya yang

memang perubahannya relatif sulit dan membutuhkan waktu, karena

berkaitan dengan nilai-nilai yang kemudian tercermin dalam perilaku.

Sosok kepemimpinan di lingkungan Polri sejak tahun 2000

dapat kita lihat sebagai berikut : 1) Jenderal Polisi Rusdihardjo,

Januari-Agustus 2000, Kapolri ini diangkat oleh Presdien R.I hasil

Pemilu 1999 yang cukup kontraversi yaitu K.H Abdulrahman Wahid

atau Gus Dur. 2) Jederal Polisi Drs. Suroyo Bimantoro, 2000-2001,

Kapolri ini juga diangkat oleh Presiden R.I K.H Abdulrahmman

Wahid. Dalam perjalanannya Gus Dur diganti oleh MPR karena

skandal tertentu yang berujung kepada politik dan dipenghujung

jabatannya Gus Dur sempat mengangkat Kapolri baru yaitu Jenderal

Polisi Drs. Chairuddin Ismail yang baru sempat dilantik di Istana

Presiden tetapi belum sempat serah terima jabatan dengan Jenderal

Polisi Drs. Suroyo Bimantoro. Situasi ini menjadi sebuah persoalan

tersendiri secara internal di lingkungan Polri, dimana selama ini calon

Kapolri pengganti selalu diajukan oleh Kapolri lama sebagai sebuah

cara memelihara kesinambungan, walaupun tentu saja dengan

sistem tata negara Indonesia penunjukan Kapolri itu sebagai ranah

prerogratif Presiden. 3) Jenderal Polisi Drs. Da’i Bachtiar, S.H, 2001-

2005, Kapolri ini diangkat oleh Presiden Megawati Soekarno Putri. 4)

Page 42: polisiku.netpolisiku.net/files/TASKAP_LENGKAP_WEBSITE.docx  · Web viewMelihat dari uraian bab di atas maka perlu untuk kita lihat bagaimana implementasi kepemimpinan RLA di lingkungan

42

Jenderal Polisi Drs. Sutanto, 2005-2008, Kapolri ini diangkat oleh

Presiden SBY yang kebetulan teman seangkatan di AkABRI dan

sama-sama penerima penghargaan Adhimakayasa di Akademi

masing-masing. 5) Jenderal Polisi Drs. Bambang Hendarso Danuri,

M.M, 2008-20110, juga diangkat oleh Presiden SBY dan kemudian

6) Jenderal Polisi Drs. Timur Pradopo, 2010-sekarang, juga diangkat

oleh Presiden SBY.

Melihat secara empiris, sesungguhnya para Kapolri ini tidak

memiliki nilai-nilai kepemimpinan yang khusus dapat diterapkan

seperti pada saat adanya 11 asas kepmimpinan ABRI. Akan tetapi

para pemimpin di lingkungan Polri tersebut sudah menerapkan nilai-

nilai kepemimpinan nasional, prinsif-prinsif dalam kepemimpi-nan

transformatif, kepemimpinan visioner, kepemimpinan kontem-porer

sebagaimana model-model kepemimpinan tersebut dipelajari,

didiskusikan saat mereka sekolah di Sespim, Sespati maupun di

Lemhannas. Hal tersebut dapat dilihat dari kinerja yang menonjol

dari masing-masing pimpinan, walaupun tentu saja disana sini masih

ada kekurangan, sehingga citra atau pandangan publik pada

organisasi Polri secara keseluruhan belum begitu baik atau naik

turun sesuai dengan isue yang mengemuka pada setiap saat

kepemimpinan Polri itu hadir pada masanya.

b. Profesionalisme di Lingkungan Polri Secara Umum Masih

Kurang.

Seperti diketahui bahwa makna profesi adalah pekerjaan yang

membutuhkan pelatihan dan penguasaan terhadap suatu

pengetahuan khusus. Suatu profesi biasanya memiliki aosiasi

profesi, kode etik serta proses sertifikasi dan lisensi yang khusus

untuk bidang tersebut. Contoh profesi dibidang hukum, kedokteran,

keuangan, militer, teknik dan lain-lain. Karakteristik profesi

disimpulkan antara lain : (1) Adanya keterampilan yang berdasarkan

pada pengetahuan teoritis, (2) Asosiasi profesional, (3) Ujian

kompetensi, (4) Pelatihan institusional, (5) Lisensi, (6) Pendidikan

yang ekstensif, (7) Otonomi kerja, (8) Kode etik, (9) Mengatur diri,

Page 43: polisiku.netpolisiku.net/files/TASKAP_LENGKAP_WEBSITE.docx  · Web viewMelihat dari uraian bab di atas maka perlu untuk kita lihat bagaimana implementasi kepemimpinan RLA di lingkungan

43

(10) Layanan publik altruisme dan (11) Status dan imbalan yang

tinggi.

Unsur profesionalisme dalam tulisan Taskap ini dijadikan

sebagai sebuah critical driving force atau salah satu pengungkit

utama untuk mewujudkan kepemimpinan yang RLA di lingkungan

Polri. Di dalam organisasi Polri sendiripun telah beberapa kali terjadi

perubahan struktur organisasi dengan orientasi mendekatkan

organisasi Polri sebagai bagian fungsi pelayanan pemerintah dengan

masyarakat yang akan dilayani. Reformasi instrumental juga telah

dilakukan seperti misalnya lahirnya Undang-undang No. 2 Tahun

2002 tentang Polri sebagai perubahan dari Undang-undang

sebelumnya yaitu UU No. 28 Tahun 1997 tentang Polri dimana pada

periode tersebut Polri masih bersama-sama dengan ABRI. Kemudian

juga telah dirubah berbagai macam Pedoman atau Petunjuk yang

disebut sebagai pedoman induk, pedoman dasar, Petunjuk

Pelaksana, petunjuk tehnis menjadi Peraturan-peraturan Kapolri

sesuai dengan amanat Undang-undang No. 4 Tahun 2010 tentang

Tata Cara Pembuatan Peraturan dan Perundang-undangan yang

terakhir telah dirubah dengan Undang-undang No. 12 Tahun 2011

tentang Tata Cara Pembuatan Peraturan Perundang-undangan.

Sedangkan perubahan kultur, hal ini dirasakan relatif sulit untuk

dilakukan oleh Polri. Berdasarkan beberapa literatur perubahan

kultur di lingkungan Polri ini dimaksudkan adalah perubahan artefak,

perubahan perilaku dan perubahan paradigma atau pola pikir (mind

set) dan budaya kerja (cultur set). Beberapa hal budaya yang ingin

dirubah secara mendasar di lingkungan Polri misalnya adalah

budaya organisasi yang tadinya antagonis menjadi protagonis, reaktif

menjadi proaktif, legalitas menjadi legitimitas, elitis menjadi populis,

arogan menjadi humanis, otoriter menjadi demokratis, tertutup

menjadi transparan, akuntabilitas vertikal menjadi akuntabilitas publik

dan dari monologis menjadi dialogis.

Sesungguhnya juga Polri telah memiliki Grand Strategi Polri

2005-2025 yang dikukuhkan berdasarkan Keputusan Kapolri Nomor

Page 44: polisiku.netpolisiku.net/files/TASKAP_LENGKAP_WEBSITE.docx  · Web viewMelihat dari uraian bab di atas maka perlu untuk kita lihat bagaimana implementasi kepemimpinan RLA di lingkungan

44

Polisi : Kep/360/VI/2005 tanggal 10 Juni 2005. Grand Strategi ini

bukan dibuat oleh Polri semata, tetapi lebih melibatkan civitas

akademika dari UI dan UGM. Dalam Grand Strategi ini secara umum

mengarahkan pembangunan Polri untuk 20 tahun kedepan, Polri

akan dibawa kemana, dan sesuai Grand Strategi tersebut secara

garis besar arah pembangunan Polri adalah : Renstra pertama 2005-

2009 yang lalu pembangunan Polri sesungguhnya diarahkan kepada

pembangunan kepercayaan masyarakat kepada Polri atau Trust

Building. Kemudian Renstra ke dua 210-2014 diarahkan kepada

membangun kemitraan atau kebersamaan atau Pathnership Building

dan kemudian Renstra ketiga 2015-2025 diarahkan kepada

pembangunan yang mengkukuhkan organisasi untuk dapat

memberikan pelayanan secara prima kepada publik atau Strive for

Excellence. Setiap Renstra tersebut tentulah tidak parsial, tetapi

saling bersinergi dan saling menguatkan, artinya ketika Renstra

pertama lalu (2005-2009) menekankan kepada pembangunan

kepercayaan, bersama itu juga dibangun kemitraan dan pelayanan

prima, hanya memang penekanan atau orientasinya kepada

pembangunan kepercayaan. Begitu juga pada Renstra kedua yang

sedang berjalan (2010-2014), penekanan pembangunan Polri

kepada kemitraan atau pathnership, akan tetapi tentu juga dilakukan

pembangunan kepercayaan dan telah dirintis upaya untuk

memberikan pelayanan yang prima. Jadi pembangunan di

lingkungan Polri ada penekanan yang berkelanjutan atau suistanable

program. Visi Grand Strategi 2005-2025 ini terlampir dalam lampiran

7.

Kondisi Polri dimata masyarakat sebagai indikator hasil kinerja

atau penerapan kepemimpinan rahmatan lil alamin saat ini dapat

dilihat dari berbagai persepsi masyarakat terhadap Polri sebagai

hasil penelitian ataupun survey, yang dapat digambarkan sebagai

berikut :

1) Hasil survey dari PERC (Political and Economic Risk

Counsulting) menempatkan Indonesia sebagai negara nomor

Page 45: polisiku.netpolisiku.net/files/TASKAP_LENGKAP_WEBSITE.docx  · Web viewMelihat dari uraian bab di atas maka perlu untuk kita lihat bagaimana implementasi kepemimpinan RLA di lingkungan

45

dua terburuk masalah keamanan individu setelah Philipina bagi

para investor (2010).

2) Kompolnas merelease bahwa penyimpangan Polri

terjadi paling besar pada penegakan hukum, yaitu sebesar 72%

(2009).

3) TII (Transparancy International Indonesia) menempatkan Polri

sebagai Institusi dengan tingkat suap tertinggi (2009).

4) Global Coruption Barometer (GCB), menempatkan Polri

sebagai institusi terkorup di Indonesia dengan indeks 4,2

(2010).

5) Penelitian yang dilakukan oleh lembaga independent

Markplus in Sight menyimpulkan tingkat kepuasan masyarakat

atas pelayanan Polri baru 54,37% (2009).

6) Penelitian oleh Staf Ahli Kapolri, Biro Litbang Polri,

Mahasiswa PTIK, merelease bahwa tingkat harapan

masyarakat atas pelayanan Polri sebesar 86,32%, sedangkan

rata-rata transparansi pelayanan yang diberikan kepada

masyarakat baru sebear 64,21%, jadi masih ada gap atau

disparitas antara harapan masyarakat dan yang dapat diberikan

oleh Polri yang cukup tinggi, yaitu sebesar 22,11% (2010).

7) Pada tahun 2002, mahasiswa PTIK juga telah

melakukan penelitian di 10 Polda yang menyoroti tentang

pergeseran paradigma sebagai upaya melakukan perubahan

budaya untuk meningkatkan kinerja. Ditemukan ada dua faktor

utama yang menerangkan kinerja Polri, yaitu pemahaman

personil tentang paradigma itu sendiri dan peranan atasan atau

pemimpin di lingkungan Polri. Ini menunjukkan bahwa betapa

pentingnya kehadiran seorang pemimpin yang rahmatan lil

alamin.

8) Hasil survey Jaringan Survey Indonesia yang dimuat di

harian Kompas hari Rabu, 2 Nopember 2011 tentang tingkat

kepercayaan dan tingkat kepuasan masyarakat atas kinerja

aparat penegak hukum. Hasilnya adalah, untuk tingkat

kepercayaan Polri menduduki peringkat yang terbaik yaitu

Page 46: polisiku.netpolisiku.net/files/TASKAP_LENGKAP_WEBSITE.docx  · Web viewMelihat dari uraian bab di atas maka perlu untuk kita lihat bagaimana implementasi kepemimpinan RLA di lingkungan

46

58,2%, kemudian KPK : 53,8%, MA : 47,8%, MK : 47,3%,

Kejagung : 46,0%. Untuk tingkat kepuasan masyarakat Polri

juga terbaik yaitu 53,6%, KPK : 45,0%, MK : 43,5%, MA :

42,1% dan Kejagung : 41,1%. Sedangkan terakhir hasil survey

Sugeng Suryadi Syndicate pada tanggal 14-24 Mei 2012 yang

lalu di 33 Provinsi menempatkan DPR sebagai lembaga

terkorup di Indonesia dengan nilai 47%.

Kondisi profesionalitas secara umum ini juga dapat dilihat dari

komposisi kepangkatan riil anggota Polri dibandingkan dengan yang

seharusnya, dengan asumsi kepangkatan mencerminkan

profesionalisme dari anggota Polri tersebut. Tabel 3 profesionalis-me

dilihat dari aspek kepangkatan terlampir dalam lampiran 10.

Dari sudut pandangan masyarakat dapat juga kita lihat

profesionalisme Polri ini dari hasil survey dan analisis Citra Publik

Indonesia pada tanggal 11-14 September 2009 lalu. Hasilnya dapat

dilihat 58,20% Polri sudah/ cukup profesional dan 56,50%

masyarakat yakin/ sangat yakin mampu menjadi lembaga yang

profesional. Tabel 4 dan 5 Profesionalisme Anggota Polri terlampir

dalam lampiran 10.

c. Belum Optimalnya Moralitas Anggota Polri Secara Umum.

Seperti juga telah disinggung di atas bahwa moral ini

bersumber dari nilai-nilai dasar Pancasila dan khususnya untuk Polri

tentu juga bersumber dari pedoman kerja Tribrata yang pada

dasarnya bersumber dari hakekat akan tugas pokok dan keberadaan

polisi itu sendiri dalam kehidupan berbangsa, bernegara dan

bermasyarakat. Moralitas yang bersumber dari nilai-nilai-nilai

Pancasila setidaknya sesuatu yang harus melekat pada perilaku

polisi seperti moral ketaqwaan, moral kemanusiaan, moral

kebersamaan dan kebangsaan, moral kerakyatan dan moral

keadilan. Nilai-nilai moral ini dalam organisasi teraktualisasi pada

etika organisasi yang tertuang dalam kode etik profesi. Di lingkungan

Polri sudah ada kode etik Polri yang senantiasa terjadi perubahan-

Page 47: polisiku.netpolisiku.net/files/TASKAP_LENGKAP_WEBSITE.docx  · Web viewMelihat dari uraian bab di atas maka perlu untuk kita lihat bagaimana implementasi kepemimpinan RLA di lingkungan

47

perubahan sesuai dengan perubahan pemaknaan Tribrata maupun

dinamika organisasi Polri. terakhir kode etik Polri ini diatur dalam

Peraturan Kapolri (Perkap) Nomor 14 Tahun 2011 Tentang Kode Etik

Profesi Polri sebagai perubahan dari Perkap Nomor 7 Tahun 2006

Tentang hal yang sama.

Berdasarkan release akhir tahun Kapolri tahun 2011 yang lalu

beberapa catatan yang dapat digolongkan menyangkut moralitas

anggota Polri adalah menyangkut pelanggaran kode etik, disiplin

maupun pidana sampai diputuskan harus dikeluarkan dengan tidak

hormat dari keanggotaan Polri. Catatan-catatan tersebut dapat kita

lihat sebagai berikut :

1) Bidang Tata Tertib.Untuk tahun 2010 sebanyak 26.872 orang dan pada

tahun 2011 sebanyak 12.987 orang sehingga mengalami penurunan sebanyak 13.975 orang atau 52 %. Untuk penyelesaian kasus, seluruh masalah pelanggaran tata tertib telah diselesaikan seluruhnya atau 100%;

2) Bidang Disiplin. Untuk tahun 2010 pelanggaran disiplin yang tercatat

sebanyak 6.900 orang dan pada tahun 2011 sebanyak 3.429 orang, sehingga mengalami penurunan sebanyak 3.471 orang atau 50%. Untuk penyelesaian masalah pelanggaran tata tertib, telah diselesaikan sebanyak 931 orang atau 27%;

3) Bidang Sidang Kode Etik Polri (KKEP).Polri telah menyidangkan (Sidang Kode Etik Polri)

selama tahun 2010 sebanyak 412 orang sedangkan pada tahun 2011 sebanyak 376 orang, sehingga mengalami penurunan sebanyak 36 orang atau 9%. Untuk penyelesaian masalah kode etik Polri, seluruhnya sudah tuntas atau 100%;

4) Bidang PTDH.Pada tahun 2010 , Polri telah memberhentikan tidak

dengan hormat sebanyak 298 orang, sementara itu ditahun 2011, Polri telah memberhentikan secara tidak hormat sebanyak 267 orang. Sehingga mengalami penurunan sebanyak 31 orang atau 10,4%.5) Bidang Pelanggaran Pidana.

Pada tahun 2010 Polri telah menyidangkan anggota Polri yang melakukan tindak pidana sebanyak 512 orang dan pada tahun 2011 sebanyak 207 orang, sehingga mengalami penurunan sebanyak 305 orang atau 60%. Untuk penyelesaian

Page 48: polisiku.netpolisiku.net/files/TASKAP_LENGKAP_WEBSITE.docx  · Web viewMelihat dari uraian bab di atas maka perlu untuk kita lihat bagaimana implementasi kepemimpinan RLA di lingkungan

48

masalah pelanggaran pidana, hingga saat ini sudah 51 orang yang terselesaikan masalahnya atau 75%. 31

Sedangkan hasil survey dan analisis dari Citra Publik

Indonesia yang berkaitan dengan moralitas ini dapat dlihat dari

hasil poling tentang kejujuran polisi, 51,40% masyarakat

menilai polisi kurang jujur. Kedisiplinan, 52,60% masyarakat

menganggap poliswi belum disiplin. Masalah tanggungjawab,

45,90% masyarakat menganggap polisi belum tanggung-jawab

dalam melaksanakan tugas kepolisian. Jika dibanding-kan

dengan TNI, maka masalah kemanusiaan atau manusiawi

42,10% masyarakat menilai TNI lebih manusiawi dari pada

Polri. Masalah keramahan, 42,90% masyarakat menilai TNI

lembaga yang lebih ramah dari pada Polri, sedangkan masalah

komunikasi, 56% masyarakat menilai Polri telah berkomunikasi

dengan baik. Tabel 6 : Kejujuran Anggota Polri, Tabel 7 :

Kedisiplinan Anggota Polri, Tabel 8 : Sifat Manusiawi Anggota

Polri dan Tabel 9 : Keramahan Anggota Polri terlampir dalam

lampiran 10.

d. Ketahanan Pangan Indonesia Masih Sangat Rentan.

Dari berbagai literatur, khususnya pembelajaran baik dari

Kementerian dan para tenaga pengajar di Lemhannas R.I pada

PPRA XLVIII Tahun 2012 yang memang temanya “Ketahanan

Pangan Dalam Rangka Kemandirian Bangsa”, menunjukkan secara

umum masalah ketahanan pangan Indonesia masih sangat rentan,

walaupun dalam hal-hal tertentu seperti produk strategis beras

memberikan harapan akan swasembada. Secara umum kerentanan

ini disebabkan oleh berbagai permasalahan dibidang ketahanan

pangan itu sendiri. Beberapa hal dapat dikemukakan sebagai

berikut :

1) Laju pertumbuhan penduduk yang masih tinggi periode 2000-2010 sebesar 1,49% per tahun dengan jumlah penduduk yang besar, sedangkan pertumbuhan produksi pangan relatif masih kecil.

31 Jenderal Polisi Drs. Timur Pradopo (Kapolri), Materi Pers Release Akhir Tahun 2011, 30 Desember 2011, Jakarta, 2011.

Page 49: polisiku.netpolisiku.net/files/TASKAP_LENGKAP_WEBSITE.docx  · Web viewMelihat dari uraian bab di atas maka perlu untuk kita lihat bagaimana implementasi kepemimpinan RLA di lingkungan

49

2) Jumlah penduduk miskin dan rawan pangan masih relatif tinggi sebesar 12.4% dari total penduduk.3) Ketergantungan konsumsi beras dalam pola konsumsi pangan yang masih tinggi sebesar beras 139,15 kg/kapita/th. 4) Konversi lahan pertanian masih tinggi dan tidak terkendali, sekitar 65.000 ha/th.5) Kompetisi pemanfaatan dan degradasi sumber daya air semakin meningkat.6) Infrastruktur pertanian/ pedesaan masih kurang memadai, jaringan irigasi yang rusak 52%.7) Belum memadainya prasarana dan sarana transportasi, sehingga meningkatkan biaya distribusi/ pemasaran pangan.8) Sebaran produksi pangan yang tidak menentu, baik antar waktu panen raya dan paceklik ataupun antar daerah di Jawa surplus, di Papua dan Papua Barat defisit.9) Beberapa daerah di Indonesia rawan bencana alam, yang menyulitkan bagi pengembangan ketahanan pangan yang berkelanjutan. 32

Data pendukung yang menunjukkan persoalan dalam

ketahanan pangan ini misalnya adalah masalah besarnya peralihan

lahan sawah atau penyusutan seluas 36.000 Ha sejak tahun 1994

s/d 2004 atau sekitar 3.600 Ha per tahun. Lebih lanjut dapat dilihat

dalam Tabel 10 : Alih Fungsi Lahan Sawah terlampir lampiran 10. 33

Begitupun kondisi impor terhadap beberapa produksi strategis,

sebagai bukti bahwa permasalahan ketahanan pangan harus diatasi

oleh seluruh komponen bangsa secara komprehensif, integral dan

holistik dan tidak terkecuali oleh Polri dengan pelaksanaan tugas

pokoknya.

TABEL : 11PERSENTASE IMPORT PANGAN STRATEGIS

KOMODITI PERSEN THD KEBUTUHAN NASIONALDaging sapi 25 % ( K.L 600.000 ekor)Gula 30 % (K.L 1,3 juta ton)Beras 2 % ( K.L 1,2 juta ton)Bawang putih 90 %Kedelai 70 % ( K.L 1,4 juta ton)Garam 50 %Jagung 10 %

32 Prof. Ahmad Suryana (Kepala Badan Ketahanan Pangan Nasional), Ceramah Ilmiah Pada Peserta PPRA XLVIII-2012 Lemahannas R.I, Kebijakan dan Strategi Ketahanan Pangan Indonesia, 29 Agustus 2012.33 Tabel tentang besaran penambahan maupun penyusutan lahan sawah terlampir dalam lampiran 10.

Page 50: polisiku.netpolisiku.net/files/TASKAP_LENGKAP_WEBSITE.docx  · Web viewMelihat dari uraian bab di atas maka perlu untuk kita lihat bagaimana implementasi kepemimpinan RLA di lingkungan

50

Kacang Tanah 15 %Susu 70 %

Sumber : Prof. Dr. Didin S Damanhuri, Kuliah Ilmiah PPRA XLVIII, 2012

13. Implikasi Implementasi Kepemimpinan RLA di Lingkungan Polri Terhadap Ketahanan Pangan dan Implikasi Peningkatan Ketahanan Pangan Terhadap Kemandirian Bangsa

Beranjak dari pemaknaan kepemimpinan RLA di lingkungan Polri

yang menekankan bahwa seorang pemimpin itu adalah rahmat bagi semesta

alam, menebar cinta kasih bagi seluruh umat manusia dan segala ciptaan

Tuhan di alam semesta baik yang hidup (biotik) dan benda mati (abiotik)

serta menekankan pada kemampuan profesionalisme dan moralitas dalam

mencapai tujuan organisasi dan kemudian dikaitkan dengan organisasi Polri

yang memiliki tugas pokok harkamtibmas, penegakan hukum, pengayom,

pelindung dan pelayanan masyarakat, maka jika dikaitkan dengan upaya

meningkatkan ketahanan pangan Indonesia sangatlah relevan. Artinya jika

kepemimpinan di lingkungan Polri yang menekankan pada RLA dengan

pendekatan pelaksanaan tugas yang profesional serta personilnya memiliki

moral yang baik maka persoalan-persoalan ketahanan pangan baik

persoalan ketersediaan, keterjangkauan, konsumsi, pemberdayaan

masyarakat maupun manajemen akan dapat diatasi dengan baik dan

ketahanan pangan akan meningkat. Kondisi ini tentu juga akan memberikan

peningkatan kesejahteraan masyarakat sebagai bagian dari tujuan negara.

Artinya kondisi ketahanan pangan ini juga akan memberikan kontribusi pada

peningkatan kemandirian bangsa.

a. Implikasi Implementasi Kepemimpinan RLA di Lingkungan Polri Terhadap Peningkatan Ketahanan Pangan.

Berdasarkan beberapa tabel diatas, baik yang mencerminkan

tentang implementasi kepemimpinan RLA maupun kondisi ketahanan

pangan, seperti masih tingginya peralihan lahan sawah untuk

pertanian kepada fungsi lainnya, yang berkorelasi langsung dengan

ketahanan pangan, khususnya pada aspek ketersediaan pangan

(produksi), maka apabila diimplementasikannya kepemimpinan RLA di

lingkungan Polri, asumsinya masalah-masalah tersebut akan teratasi

Page 51: polisiku.netpolisiku.net/files/TASKAP_LENGKAP_WEBSITE.docx  · Web viewMelihat dari uraian bab di atas maka perlu untuk kita lihat bagaimana implementasi kepemimpinan RLA di lingkungan

51

dengan baik. Berbagai permasalahan ketahanan pangan khususnya

yang berkaitan dengan tugas pokok Polri seperti penegakan hukum

akan dapat teratasi dengan baik, peralihan lahan sawah akan semakin

berkurang atau berhenti sama sekali. Dengan demikian salah satu

faktor menurunnya produksi pangan akan teratasi. Belum lagi jika

implementasi kepemimpinan RLA ini diterapkan dalam kerja sama

yang riil antara Polri dan Kementerian Pertanian misalnya dalam

pengolahan lahan sebagai ujud implementasi Perpolisian Masyarakat

(Polmas), maka akan semakin memberikan kontribusi pada

peningkatan produksi pangan. Lebih jauh program seperti pengadaan

lahan pertanian dua juta hektar atau surplus produksi gabah sepuluh

juta ton pada tahun 2014 bukanlah sesuatu yang mustahil dan sangat

realistis.

Lebih lanjut, seperti telah juga dikemukakan di atas bahwa

sistem ketahanan pangan itu mencakup aspek-aspek ketersediaan

pangan, distribusi pangan, konsumsi pangan, pemberdayaan

masyarakat dan manajemen. Dari tiap tiap aspek ini dapat kita lihat

permasalahan dan tantangan yang harus dihadapi dengan

implementasi kepemimpinan RLA di lingkungan Polri adalah sebagai

berikut :

1) Aspek ketersediaan pangan. Dalam aspek

ketersediaan pangan, masalah pokok adalah semakin terbatas

dan menurunnya kapasitas produksi dan daya saing pangan

nasional. Hal ini disebabkan oleh faktor-faktor teknis dan sosial-

ekonomi. Secara tehnis hal-hal yang mempengaruhi produksi

ini misalnya : (a) Berkurangnya areal lahan pertanian karena

derasnya alih lahan pertanian ke non pertanian seperti industri

dan perumahan, laju 1% setiap tahun. (b) Teknologi produksi

yang belum efektif dan efisien. (c) Infrastruktur pertanian

(irigasi) yang tidak bertambah selama krisis dan

kemampuannya semakin menurun.

2) Aspek distribusi pangan. Faktor tehnis disebabkan

oleh antara lain : (a) Belum memadainya infrastruktur,

Page 52: polisiku.netpolisiku.net/files/TASKAP_LENGKAP_WEBSITE.docx  · Web viewMelihat dari uraian bab di atas maka perlu untuk kita lihat bagaimana implementasi kepemimpinan RLA di lingkungan

52

prasarana distribusi darat dan antar pulau yang dapat

menjangkau seluruh wilayah konsumen. (b) Belum merata dan

memadainya infrastruktur pengumpulan, penyimpanan dan

distribusi pangan, kecuali beras. Faktor Sosial-ekonomi : (a)

Belum berperannya kelembagaan pemasaran hasil pangan

secara baik dalam menyangga kestabilan distribusi dan harga

pangan. (b) Masalah keamanan jalur distribusi dan pungutan

resmi pemerintah pusat dan daerah serta berbagai pungutan

lainnya sepanjang jalur distribusi dan pemasaran telah

menghasilkan biaya distribusi yang mahal dan meningkatkan

harga produk pangan.

3) Aspek konsumsi pangan. Faktor teknis : (a) Belum

berkembangnya teknologi dan industri pangan berbasis

sumber daya pangan lokal. (b) Belum berkembangnya produk

pangan alternatif berbasis sumber daya pangan lokal. Faktor

Sosial-ekonomi : (a) Tingginya konsumsi beras per kapita per

tahun tertinggi di dunia > 100 kg, Thailand 60 kg, Jepang 50 kg.

(b) Kendala budaya dan kebiasaan makan pada sebagian

daerah dan etnis sehingga tidak mendukung terciptanya pola

konsumsi pangan dan gizi seimbang serta pemerataan

konsumsi pangan yang bergizi bagi anggota rumah tangga.

4) Aspek pemberdayaan masyarakat. Aspek ini

diantaranya melingkupi hal-hal sebagai berikut : (a)

Keterbatasan sarana dan belum adanya mekanisme kerja yang

efektif di masyarakat dalam merespon adanya kerawanan

pangan, terutama dalam penyaluran pangan kepada

masyarakat yang membutuhkan. (b) Keterbatasan

keterampilan dan akses masyarakat miskin terhadap sumber

daya usaha seperti permodalan, teknologi, informasi pasar dan

sarana pemasaran meyebabkan mereka kesulitan untuk

memasuki lapangan kerja dan menumbuhkan usaha. (c)

Kurang efektifnya program pemberdayaan masyarakat yang

selama ini bersifat top-down karena tidak memperhatikan

Page 53: polisiku.netpolisiku.net/files/TASKAP_LENGKAP_WEBSITE.docx  · Web viewMelihat dari uraian bab di atas maka perlu untuk kita lihat bagaimana implementasi kepemimpinan RLA di lingkungan

53

aspirasi, kebutuhan dan kemampuan masyarakat yang

bersangkutan. (d) Belum berkembangnya sistem pemantauan

kewaspadaan pangan dan gizi secara dini dan akurat dalam

mendeteksi kerawanan pangan dan gizi pada tingkat

masyarakat.

5) Aspek manajemen. Keberhasilan pembangunan

ketahanan dan kemandirian pangan dipengaruhi oleh efektifitas

penyelenggaraan fungsi-fungsi manajemen pembangunan yang

meliputi aspek perencanan, pelaksanaan, pengawasan dan

pengendalian serta koordinasi berbagai kebijakan dan program.

Masalah yang dihadapi dalam aspek manajemen adalah : (a)

Terbatasnya ketersediaan data yang akurat, konsisten,

dipercaya dan mudah diakses yang diperlukan untuk

perencanaan pengembangan kemandirian dan ketahanan

pangan. (b) Belum adanya jaminan perlindungan bagi pelaku

usaha dan konsumen kecil di bidang pangan. (c) Lemahnya

koordinasi dan masih adanya iklim egosentris dalam lingkup

instansi dan antar instansi, subsektor, sektor, lembaga

pemerintah dan non pemerintah, pusat dan daerah dan antar

daerah.

Dari uraian permasalahan aspek-aspek ketahanan pangan di

atas tidak setiap sub-aspek dapat disentuh dengan implementasi

kepemimpinan RLA di lingkungan Polri. Beberapa yang dapat

disentuh oleh Polri dalam pelaksanaan tugas pokoknya misalnya

masalah aspek ketersediaan pangan yang disebabkan karena

berkurangnnya lahan pertanian atau sawah, Polri bersama-sama

PPNS Kementerian terkait dapat menegakkan hukum secara tegas

kepada para pelanggar yang mengalih fungsikan lahan dimaksud

sesuai dengan undang-undang Nomor 41 Tahun 2009 Tentang

Pemeliharaan Lahan Pertanian Berkelanjutan maupun menegakkan

hukum anti korupsi. Disamping itu tentu Polri dapat melaksanakan

peran perpolisian masyarakat yang bekerja sama dengan Badan

Ketahanan Pangan baik pusat dan daerah melakukan kegiatan

Page 54: polisiku.netpolisiku.net/files/TASKAP_LENGKAP_WEBSITE.docx  · Web viewMelihat dari uraian bab di atas maka perlu untuk kita lihat bagaimana implementasi kepemimpinan RLA di lingkungan

54

penanaman tanaman tertentu sesuai kondisi daerah dalam kegiatan

bhakti Bhayangkara. Pada aspek keterjangkauan Polri dapat

memberikan bantuan terhadap keamanan dalam setiap distribusi

pangan sampai pada level keluarga. Pada aspek konsumsi, Polri

dapat bekerja sama dengan Pemda setempat untuk

mengembangkan penanaman produksi pangan tertentu berbasiskan

pangan lokal. Pada aspek pemberdayaan masyarakat peran Polri

misalnya dalam pengawasan distribusi pangan kepada masyarakat

yang mengalami kerawanan pangan agar distribusi tersebut sesuai

sasaran dan tidak ada penyelewengan dan dapat juga membantu

memberikan akses kepada pemodalan kepada pihak perbankan

melalui peran perpolisian masyarakat. Dalam aspek manajemen

secara keseluruhan Polri dapat berperan dalam peran pengawasan

dengan menegakkan hukum secara berkeadilan, berkepastian dan

berkemanfaatan.

b. Implikasi Peningkatan Ketahanan Pangan Terhadap Kemandirian Bangsa.

Sebagaimana dimaknai bahwa kemandirian bangsa sebagai

kemampuan untuk mewujudkan cita-cita berbangsa dan bernegara

melalui kerja keras secara mandiri dan mampu berdikari, maka

sesungguhnya kondisi ketahanan pangan adalah bagian dari pada

kemandirian bangsa itu sendiri. Artinya ketahanan pangan sebagai

bagian dari pembangunan ekonomi bangsa, jika terwujud akan

memberikan kontribusi besar pada terwujudnya kemandirian bangsa.

Implementasi kepemimpinan RLA di Lingkungan Polri tidak saja akan

mewujudkan ketahanan pangan tetapi juga akan memperkuat

kemandirian bangsa dan ketahanan nasional.

Jika kita mengacu pada pemaknaan kemandirian bangsa

khususnya dalam kemampuan pemimpin membawa keberhasilan

organisasi dalam mencapai tujuan bersama seperti misalnya

mengembangkan inovasi dan riset diberbagai bidang dan memiliki

keunggulan serta daya saing, maka implementasi kepemimpinan

RLA adalah sesuatu yang wajib sifatnya. Artinya peran pemimpin

Page 55: polisiku.netpolisiku.net/files/TASKAP_LENGKAP_WEBSITE.docx  · Web viewMelihat dari uraian bab di atas maka perlu untuk kita lihat bagaimana implementasi kepemimpinan RLA di lingkungan

55

yang profesional serta memiliki moral yang baik sebagai salah satu

modal untuk mempercepat proses pembangunan dan pencapaian

kemandirian itu sendiri. Lebih lanjut jika kita kaitkan dengan konsep

prinsif-prinsif berdikari founding father Ir. Soekarno (Presiden I R.I),

dalam pidato peringatan HUT Kemerdekaan R.I Tahun 1965 yang

menyampaikan konsep berdikari atau “berdiri di atas kaki sendiri”, menurut beliau untuk berdikari ada tiga prinsif utama, yaitu

(1) Berdaulat dibidang politik, (2) Berdikari dalam bidang ekonomi

dan (3) Berkepribadian dalam kebudayaan dan ketiga hal ini tidak

bisa dipisahkan, saling kait mengkait, maka peran seorang pemimpin

sangatlah sentral dan menentukan.

14. Permasalahan yang Ditemukan

Dari uraian di atas tentang kondisi implementasi kepemimpinan RLA

yang digambarkan dalam berbagai data dan tabel, hasil survey dan analisis

maupun penindakan yang dilakukan secara internal oleh Polri yang pada

dasarnya menggambarkan masalah profesionalisme maupun moralitas

anggota Polri. Kemudian hal ini dapat kita kaitkan dengan melihat bagaimana

kondisi ketahanan pangan di Indonesia yang masih cukup rentan. Dari

kondisi inilah maka Kertas Karya Perorangan (Taskap) ini merumuskan

pokok permasalahannya adalah : Bagaimana Implementasi Kepemimpinan RLA di Lingkungan Polri Guna Meningkatkan Ketahanan Pangan Dalam

Rangka Kemandirian Bangsa ?. Sesungguhnya tentu saja bila kepemimpian

RLA di lingkungan Polri bisa diimplementasikan, tidak hanya masalah-

masalah ketahanan pangan yang dapat diatasi, tetapi juga masalah-masalah

lain yang berkaitan dengan tugas pokok Polri.

Dari rumusan pokok permasalahan di atas, serta memperhatikan

berbagai kondisi saat ini, maka pokok-pokok persoalan antara lain adalah :

a. Belum adanya rumusan asas-asas kepemimpinan di

lingkungan Polri sejak dipisahkannya dari ABRI tahun 2000 sampai

dengan saat ini. Hal ini berkaitan dengan nilai-nilai yang sebaiknya

ditumbuh kembangkan dalam kepemimpinan di lingkungan Polri

pada setiap level yang mencerminkan pedoman hidup baik

Page 56: polisiku.netpolisiku.net/files/TASKAP_LENGKAP_WEBSITE.docx  · Web viewMelihat dari uraian bab di atas maka perlu untuk kita lihat bagaimana implementasi kepemimpinan RLA di lingkungan

56

Pancasila, Tribrata, pedoman kerja Catur Prasetya dan yang

berdasarkan kepada kepemimpinan Nasional, Negarawan,

Kontemporer, visioner maupun nilai-nilai kepemimpinan Nabi Besar

Muhammad SAW.

b. Belum maksimalnya profesionalisme dan moralitas anggota

Polri. Hal ini berkaitan dengan pelaksanaan ataupun pengembangan

tugas pokok Polri sendiri, khususnya dibidang penegakan hukum

secara umum sehingga masih menimbulkan persoalan-persoalan

tentang citra Polri di mata masyarakat dan secara khusus yang

dikaitkan dengan masalah upaya meningkatkan ketahanan pangan.

c. Belum optimalnya atau sama sekali belum dilakukan

penegakan hukum dibidang pangan. Hal ini berkaitan dengan

peraturan perundang-undangan yang memiliki sangsi administrasi

maupun ancaman pidana kurungan dan denda seperti misalnya UU

No. 7 Tahun 1996 Tentang Pangan, UU No. 41 Tahun 2009 Tentang

Perlindungan Lahan Pertanian Berkelanjutan dan UU No. 26 Tahun

2007 Tentang Penataan Ruang dan peraturan lainnya.

d. Belum adanya kesepahaman atau ikatan kerja sama antara

Polri dengan Kementerian Pertanian maupun para Kepala Daerah

CQ Kepala Dinas Pertanian dengan Kepolisian di Daerah untuk

bekerja sama secara sinergi dalam meningkatkan ketahanan pangan

secara nasional maupun di daerah masing-masing. Hal ini berkaitan

dengan kebijakan dan strategi perpolisian masyarakat (Polmas) yang

dalam penanganan masalah kamtibmas harus atau dapat dilakukan

secara bersama-sama dengan berbagai komponen bangsa yang ada

dan warga masyarakat sejak dini atau dari hulunya seperti masalah-

masalah kemiskinan, kebodoham, pengangguran dan kerentanan

pangan.

Page 57: polisiku.netpolisiku.net/files/TASKAP_LENGKAP_WEBSITE.docx  · Web viewMelihat dari uraian bab di atas maka perlu untuk kita lihat bagaimana implementasi kepemimpinan RLA di lingkungan

57

BAB IV

PENGARUH PERKEMBANGAN LINGKUNGAN STRATEGIS

15. Umum

Perkembangan lingkungan global merupakan dinamika internasional

yang mendunia, mempengaruhi dan memiliki pengaruh yang sangat besar

terhadap idiologi, politik, ekonomi, sosial budaya dan hankam suatu negara.

Perkembangan global ini pada satu sisi dapat menjadi peluang tetapi disisi

lain dapat pula menjadi kendala atau penghambat upaya suatu negara dan

bangsa dalam melaksanakan pembangunan nasional. Bagi seorang

pemimpin yang memiliki style atau gaya apapun juga, perkembangan global

atau lingkungan strategis ini sangatlah penting dan karena itu dalam difinisi

kepemimpinan nasional salah satunya menekankan terhadap tindakan

antisipasi dari seorang pemimpin terhadap berbagai kendala dan

memanfaatkan peluang perkembangan lingkungan strategis ini.

16. Pengaruh Perkembangan Global

Page 58: polisiku.netpolisiku.net/files/TASKAP_LENGKAP_WEBSITE.docx  · Web viewMelihat dari uraian bab di atas maka perlu untuk kita lihat bagaimana implementasi kepemimpinan RLA di lingkungan

58

a. Pengaruh Global Amerika Serikat.

Pada tahun 2012 ini Amerika Serikat (A.S) masih menjadi satu-

satunya kekuatan adidaya di dunia, walaupun terjadi persaingan dan

peningkatan pengaruh global dari China dan Rusia, namun demikian

posisi dan kepentingan nasionalnya cenderung dijadikan

kepentingan global untuk mengintervensi negara-negara lain

termasuk Indonesia, dengan alasan keamanan dan perdamain

dunia. A.S secara politik tampil sebagai negara yang memiliki

kemampuan dan keunggulan, baik dalam bidang tehnologi, ekonomi

maupun kekuatan militer. Hal ini sejalan dengan visi mereka “Global

Enggement” dimana dengan kekuatan dan kemampuannya itu A.S

senantiasa hadir dalam segala persoalan strategis yang ada

diseluruh penjuru dunia, termasuk pada tahun 2012 ini A.S sedang

menyiapkan perisai di kawasan Asia Pasifik, Asia Selatan dan Timur

Tengah dalam melindungi kawasan dari senjata rudal Iran dan Korea

Utara, serta mempengaruhi pemilihan Presiden Bank Dunia yang

dapat menuruti kepentingan A.S, sehingga dianggap oleh negara-

negara lain sebagai polisi dunia.

Dengan kekuatan dan kemampuannya yang belum tertandingi

ini, mendorong A.S melakukan tindakan-tindakan yang mengatas

namakan stabilitas keamanan internasional atau perdamaian dunia

meskipun terkadang di luar keputusan Perserikatan Bangsa-Bangsa

(PBB), yang kesemuanya itu untuk kepentingan nasionalnya. Hal ini

tentu berpengaruh juga bagi perubahan dan dinamika politik dan

keamanan di Indonesia.

b. Pengaruh Perekonomian Global.

Perkembangan skenario global terutama dipengaruhi oleh

faktor kemunduran hegemoni A.S yang memicu terjadinya kompetisi

strategis antara A.S dan China. Kemunduran hegemoni A.S ditandai

dengan terjadinya stagnasi ekonomi yang disebabkan oleh

melemahnya sistem ekonomi liberal yang dikenal dengan sistem

Reaganomics. Melemahnya sistem Reagannomics ini ditandai

Page 59: polisiku.netpolisiku.net/files/TASKAP_LENGKAP_WEBSITE.docx  · Web viewMelihat dari uraian bab di atas maka perlu untuk kita lihat bagaimana implementasi kepemimpinan RLA di lingkungan

59

dengan semakin besarnya defisit anggaran dan perdagangan A.S

yang melemahkan posisi mata uang Dollar sebagai mata uang

internasional. Di tahun 2012 ini kemunduran A.S akan semakin tajam

terutama karena terjadinya krisis utang A.S yang berhimpitan dengan

krisis utang Eropa.

Krisis ekonomi yang melanda negara-negara Eropa perlu

diwaspadai karena apabila tidak teratasi dengan baik dan terus

berkembang akan dapat mengarah pada terjadinya krisis

perekonomian dunia. Dampak dari krisis tersebut juga akan

dirasakan oleh Indonesia, dalam hal ini perlu diambil upaya agar

dampak yang timbul tidak terlalu berpengaruh kepada prekonomian

nasional. Disisi lain pertumbuhan perekonomian dunia perlu

diantisipasi dengan baik, agar dapat merebut peluang yang ada

dengan meningkatkan kerjasama dan kemitraan dengan negara-

negara terkait untuk dapat mengembangkan perekonomian nasional.

c. Pengaruh Pasar Bebas.

Perdagangan bebas yang mulai digulirkan pada era globalisasi,

dimaksudkan untuk mengembangkan perekonomian dunia dengan

menghapuskan hambatan penjualan produk antar negara berupa

pajak ekpor-impor atau hambatan perdangangan lainnya. Sejauh ini

beberapa kesepakatan sebagai perdagangan bebas yang sudah

disepakati antara lain AFTA (ASEAN Free Trade Area), CAFTA

(China-ASEAN Free Trade Agreement), APEC (Asia-Pasific

Economic Cooperation). AFTA yang disepakati pada KTT ASEAN ke

IV tanggal 27-28 Januari 1992 di Singapura, merupakan moment

bersejarah bagi masa depan kawasan Asia Tenggara dalam bidang

perdangan yang pemberlakuannya dimulai pada 1 Januari 2003

yang lalu, kemudian dipercepat menjadi tahun 2002 yang lalu.

Dengan diberlakukannya perdagangan bebas dunia secara

bertahap dibeberapa kawasan dunia, maka akan terbuka peluang

yang besar bagi produk satu negara untuk diperdagangkan ke

negara lain tanpa adanya hambatan terutama yang berkaitan dengan

Page 60: polisiku.netpolisiku.net/files/TASKAP_LENGKAP_WEBSITE.docx  · Web viewMelihat dari uraian bab di atas maka perlu untuk kita lihat bagaimana implementasi kepemimpinan RLA di lingkungan

60

pajak, dimana hal ini menyebabkan masyarakat di kawasan tersebut

akan lebih mudah mendapatkan produk yang dibutuhkan dengan

harga yang relatif murah. Kondisi ini akan membuka peluang bagi

negara-negara yang mampu mengahasilkan produk secara efisien

untuk merebut pangsa pasar di negara lain, sehingga akan dapat

mengembangkan perekonomian nasional. Sedangkan bagi negara

yang tidak dapat memproduksi secara efisien akan kebanjiran

dengan produk-produk luar negeri, yang akan menyebabkan

ketergantungan negara tersebut terhadap produk dari luar negeri dan

melemahkan perekonomian nasionalnya.

d. Pengaruh Masalah Energi.

Penggunaan bahan bakar fosil seperti minyak bumi , batubara

dan gas alam untuk kepentingan industri saat ini, akan dapat

menimbulkan krisis energi dimasa depan. Kemungkinan ini akan

terjadi karena persediaan yang terbatas dan akan semakin minipis

dan merupakan energi yang tidak dapat diperbaharui, disisi lain

konsumsi energi fosil ini diperkirakan masih akan terus meningkat

sekitar 1,8% pertahunnya. Diperkirakan permintaan minyak dunia

tumbuh menjadi 16 juta barrel tiap harinya untuk tahun 2012 dan

akan mencapai angka 103 juta barrel per hari pada tahun 2030 nanti.

Banyak upaya telah dilakukan untuk mengembangkan energi lain

yang dapat terbaharukan untuk mengganti energi fosil, namun upaya

tersebut belum mendapat hasil yang diharapkan, sehingga sampai

saat ini dunia masih tergantung pada energi fosil. Oleh karena itu

negara-negara di dunia bersaing untuk mendapatkan energi guna

memenuhi kebutuhan industrinya. Kondisi ini lebih diperparah

dengan pertambahan penduduk dunia, laju pembangunan serta

belum efektifnya upaya diversifikasi sumber energi untuk

kepentingan pembangunan, menyebabkan minyak dan gas bumi

semakin terbatas dan tetap menjadi sumber daya strategis yang

semakin diperebutkan. Saat ini produsen produsen minyak bumi

terbesar adalah negara-negara Timur Tengah, sedangkan konsumen

energi terbesar adalah A.S, Uni Eropa, China, Jepang, India dan

Page 61: polisiku.netpolisiku.net/files/TASKAP_LENGKAP_WEBSITE.docx  · Web viewMelihat dari uraian bab di atas maka perlu untuk kita lihat bagaimana implementasi kepemimpinan RLA di lingkungan

61

Rusia. Yang menimbulkan kekhawatiran dimasa depan adalah ketika

konsumsi minyak dunia telah melampaui kemampuan produksi

produksi secara global. Kondisi akan memicu persaingan akan

semakin tajam dan harga minyak global akan cenderung semakin

meningkat, tidak hanya karena faktor produksi melainkan juga

karena faktor transportasi, iklim dan permainan spekulan.

Perkembangan energi dunia ini akan sangat mempengaruhi

perekonomian negara-negara di dunia termasuk Indonesia. Dalam

hal ini Indonesia harus mewaspadai dampak dari meningkatnya

harga minyak dunia agar tidak terlalu memperburuk perekonomian

nasional, yang dapat memperburuk aspek kehidupan yang lain. Di

samping itu harus dapat memanfaatkan sebaik mungkin energi

terbarukan yang cukup melimpah terkandung dalam bumi Indonesia

agar dapat dimanfaatkan dalam jangka waktu yang panjang untuk

memenuhi kebutuhan energi nasional.

e. Pengaruh Pemanasan Global (Global Warming).

Pemanasan global (global warming) merupakan suatu proses

meningkatnya suhu rata-rata atmosfer, laut dan daratan bumi. Suhu

rata-rata global pada permukaan bumi telah meningkat 0.74 kurang

lebih 0.18 derajat Celcius (1.33 lebih kurang 0.32 derajat Farenhit)

selama seratus tahun terakhir. Intergovernmental Panel on Climate

Change (IPCC) menyimpulkan bahwa, “semakin besar peningkatan

suhu rata-rata global sejak pertengahan abad ke 20 kemungkinan

besar disebabkan oleh meningkatnya konsentrasi gas-gas rumah

kaca akibat aktivitas manusia” melalui efek rumah kaca.

Meningkatnya suhu global telah menyebabkan terjadinya perubahan

antara lain seperti naiknya permukaan air laut, meningkatnya

intensitas fenomena cuaca yang ektrim, serta perubahan jumlah dan

pola presipitasi.

Kondisi ini juga telah dirasakan dampaknya oleh Indonesia,

oleh karena itu perlu mewaspadai dan mengambil langkah-langkah

yang serius untuk mencegah dan mengatasinya agar tidak

Page 62: polisiku.netpolisiku.net/files/TASKAP_LENGKAP_WEBSITE.docx  · Web viewMelihat dari uraian bab di atas maka perlu untuk kita lihat bagaimana implementasi kepemimpinan RLA di lingkungan

62

menimbulkan korban jiwa dan harta benda bagi masyarakat. Disisi

lain Indonesia dapat meraih peluang untuk ikut mengatasi dampak

rumah kaca dengan memanfaatkan dan melestarikan hutan tropis

yang dimilikinya, hal ini tentu akan meraih keuntungan secara

ekonomis bila dapat memanfaatkan peluang yang ada.

f. Pengaruh Ancaman Terorisme.

Kegiatan terorisme sudah berlangsung sejak lama di dunia,

namun lebih mengemuka sejak terjadinya peristiwa Word Trade

Center (WTC) di New York, A.S pada tanggal 11 September 2001,

dikenal dengan “September Kelabu”, yang memakan 3000 orang

korban. Tiga pesawat komersil milik A.S dibajak, dua diantaranya

ditabrakkan kemenara kembar Twin Tower World Trade Center dan

gedung Pentagon. Kejadian ini telah menjadi isu global yang

mempengaruhi kebijakan politik seluruh negara-negara di dunia,

sehingga menjadi titik tolak persepsi untuk memerangi teorisme

sebagai musuh internasional. Pembunuhan massal tersebut telah

mempersatukan dunia melawan teorisme internasional. Terlebih lagi

dengan diikuti tragedi bom Bali tanggal 12 Oktober 2002 yang

merupakan tindakan terorisme dan menewaskan 184 orang dan

melukai lebih dari 300 orang. Perang terhadap teorisme yang

dilaksanakan oleh A.S, kemudian diikuti oleh negara-negara lain.

Upaya ini mendapat perlawanan dari kelompok-kelompok terorisme

seperti Al Qaida di bawah pimpinan Osama Bin Laden dengan

meningkatkan serangan terhadap sasaran-sasaran milik negara-

negara Barat di beberapa negara termasuk Indonesia.

17. Pengaruh Perkembangan Regional

Hampir semua negara di Asia Tenggara menghadapi permasalahan

internal, seperti terorisme, separatis, dan konflik komunal antar suku, agama,

dan nuansa kekeluargaan dalam kerangka ASEAN untuk mengatasi

permasalahan tersebut cenderung semakin menguat.

Beberapa negara di kawasan Asia Tenggara masih memiliki

permasalahan dan sengketa perbatasan dengan negara tetangganya,

Page 63: polisiku.netpolisiku.net/files/TASKAP_LENGKAP_WEBSITE.docx  · Web viewMelihat dari uraian bab di atas maka perlu untuk kita lihat bagaimana implementasi kepemimpinan RLA di lingkungan

63

terutama masalah tumpang-tindih klaim Laut China Selatan. Meskipun

Indonesia bukan negara yang ikut klaim atas kawasan tersebut, namun

karena secara geografis berdekatan dan berbatasan langsung, maka konflik

di kawasan itu akan berpengaruh terhadap keamanan Indonesia. Isue

keamanan Selat Malaka yang tidak pernah surut dari keinginan negara-

negara besar terutama Amerika Serikat, Jepang, China dan Korea Selatan

untuk mengintervensi melalui kehadiran militernya dengan dalih

pengamanan jalur internasional. Namun Indonesia dan Malaysia terus

menolak kehadiran militer asing dengan meningkatnya kerjasama patroli

keamanan yang melibatkan Indonesia, Malaysia, Singapura dan Thailand.

Indonesia sebagai negara terbesar dan sebagai pendiri ASEAN memiliki

peluang yang besar untuk mengambil peran penting dalam menyelesaikan

sengketa serta bisa mengembangkan pengaruh di negara-negara ASEAN.

Di sisi lain dengan pembentukan AFTA, maka produk dari negara

lain telah membanjiri pasar dalam negeri, perlu ada upaya untuk melindungi

industri dalam negeri agar tidak tergantung kepada produk luar negeri dan

tidak terjadi PHK yang dapat meningkatkan angka pengangguran.

18. Pengaruh Perkembangan Nasional

Pengaruh perkembangan Nasional ini diuraikan melalui pendekatan

panca gatra, yaitu gatra geografi, demografi, sumber kekayaan alam,

ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya, pertahanan dan keamanan sebagai

berikut :

a. Geografi.

Secara geografi, ruang hidup bangsa Indonesia memiliki tiga

dimensi yang relatif sangat luas. Indonesia merupakan negara

kepulauan yang memiliki posisi berada di tengah-tengah dua

samudera dan dua benua. Iklim tropis Indonesia juga disamping

dapat menjadi sumber bencana, manakala hutan yang sangat luas

tersebut, dikelola dan dimanfaatkan dengan tidak bertanggung jawab

tanpa memperhitungkan daya dukung lingkungan dan

keberlanjutannya. Hal ini perlu menjadi perhatian mengingat pada

musim hujan curah hujan sangat besar, dan akan menimbulkan

Page 64: polisiku.netpolisiku.net/files/TASKAP_LENGKAP_WEBSITE.docx  · Web viewMelihat dari uraian bab di atas maka perlu untuk kita lihat bagaimana implementasi kepemimpinan RLA di lingkungan

64

bencana banjir dan longsor akibat penggundulan hutan, sementara

pada musim kemarau sering terjadi kekeringan, dan kebakaran yang

dapat menghanguskan hutan.

b. Demografi.Penduduk Indonesia pada saat ini menduduki peringkat ke

empat setelah Cina, India, dan Amerika Serikat, berjumlah kurang

lebih 237,6 juta jiwa (BPS 2010). Jumlah penduduk yang sangat

besar tersebut membawa pengaruh terhadap konsumsi pangan.

Saat ini laju pertumbuhan penduduk masih 1,49 persen per tahun. Ini

berarti bahwa pada tahun 2045, jumlah penduduk Indonesia

diprediksi akan menembus angka 400 juta jiwa. Dengan jumlah

penduduk dan laju pertumbuhan yang masih tinggi memerlukan

perhatian khusus terutama dalam hal penyediaan pangan.

Masalah lain yang terkait dengan demografi adalah kualitas

penduduk kita juga masih rendah yaitu urutan 124 dari 187 negara,

dan persebarannya pun sekitar 67 persen penduduk mendiami pulau

Jawa yang luas wilayahnya sekitar 7 persen saja dari total wilayah

Indonesia. Kondisi ini akan memberikan kontribusi terhadap berbagai

bentuk gangguan kamtibmas yang disebabkan oleh akar

permasalahan seperti kemiskinan, kebodohan, pengangguran dan

lain-lain.

c. Ideologi

Ideologi merupakan variabel penting dalam membawa arah

pembangunan yang hendak dicapai suatu bangsa. Ideologi pada

dasarnya merupakan suatu pandangan hidup dan pedoman hidup

suatu bangsa dan negara dalam melaksanakan kehidupan

bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Dalam konteks ini, upaya

untuk meningkatkan ketahanan pangan kurang memperhatikan

Pancasila sebagai ideologi negara terutama dari tataran

instrumental. Hal ini dapat dicermati masih banyak peraturan

perundang-undangan yang kurang berpihak kepada masyarakt kecil

dan menafikan kesejahteraan masyarakat banyak. Keluhuran nilai-

nilai Pancasila semestinya harus menjadi landasan utama dalam

Page 65: polisiku.netpolisiku.net/files/TASKAP_LENGKAP_WEBSITE.docx  · Web viewMelihat dari uraian bab di atas maka perlu untuk kita lihat bagaimana implementasi kepemimpinan RLA di lingkungan

65

melakukan pengelolaan SKA sehingga dapat membangun

perekonomian nasional yang berpengaruh terhadap peningkatan

ketahanan pangan dalam rangka kemandirian bangsa.

d. Politik

Keadaan politik nasional sangat berpengaruh terhadap

keberhasilan pembangunan pertanian khususnya ketahanan pangan.

Oleh karena itu para politisi dan pembuat kebijakan harus

memahami karakteristik aspirasi dan hak-hak Petani, lahan

pertanian, dan norma budaya masyarakat dalam merumuskan

kebijakan ketahanan pangan dan pertanian.

e. Ekonomi.Kondisi perekonomian Indonesia yang mulai stabil masih bisa

bertahan ketika krisis keuangan dunia melanda benua Eropa.

Pertumbuhan ekonomi Indonesia masih sekitar 6,3%, jauh diatas

rata-rata negara lain kecuali China dan India. Indonesia sebagai

salah satu anggota G-20 membuktikan bahwa perekonomian

nasional berada pada urutan yang membanggakan diantara 20

negara yang tingkat perekonomiannya menjanjikan.

f. Sosial Budaya.

Kehidupan sosial budaya masyarakat dalam kaitan dengan

ketahanan pangan perlu diperbaiki terutama dalam hubungannya

dengan kebiasaan makan nasi 3 kali sehari. Kebiasaan ini makin

diperparah sejak makin menurunnya kebiasaan sebagian

masyarakat yang semula makan sagu atau jagung, justeru kini

beralih makan nasi. Jika kondisi ini terus dibiarkan, bukan hal

mustahil pada suatu saat nanti Indonesia akan kesulitan untuk

memenuhi pangan dalam hal ini beras karena jumlah penduduk terus

bertambah sekitar 3,5-4 juta setiap tahun.

g. Pertahanan Keamanan.

Pertahanan ditujukan untuk mewujudkan kedaulatan negara

dan bangsa Indonesia agar tidak diganggu oleh bangsa lain.

Page 66: polisiku.netpolisiku.net/files/TASKAP_LENGKAP_WEBSITE.docx  · Web viewMelihat dari uraian bab di atas maka perlu untuk kita lihat bagaimana implementasi kepemimpinan RLA di lingkungan

66

Masalah utama yang sedang berkembang di dalam negeri berkaitan

dengan keterjangkauan pangan adalah masalah distribusi pangan

untuk menjangkau pulau-pulau yang bersebaran membentang dari

timur ke barat dengan daya jelajah yang sangat luas dan jauh.

Keamanan dalam pendistribusian ini penting untuk menjamin

pasokan pangan sampai kepada sasaran dengan aman.

19. Peluang dan Kendala

Perkembangan lingkungan strategis seperti yang telah dijelaskan di

atas akhirnya akan menciptakan peluang yang harus dimanfaatkan dan

kendala yang harus dihadapi oleh siapapun yang menjadi pemimpin baik

dibidang gatra apapun maupun pada level apapun. Peluang dan kendala

yang terkait dengan implementasi kepemimpinan RLA di lingkungan Polri

guna meningkatkan ketahanan pangan dalam rangka kemandirian bangsa,

setidaknya antara lain adalah :

a. Peluang.1) Hubungan antara Indonesia dan A.S sejauh dibidang

politik dan ekonomi sejauh ini cukup baik dan kondisi ini

memberikan peluang kepada stabilitas politik dan kemajuan

ekonomi Indonesia.

2) Perkembangan ekonomi global memberikan peluang

kepada Indonesia untuk memimpin pertumbuhan ekonomi di

kawasan Asia Tenggara, yang disebabkan cukup besarnya

pasar dalam negeri maupun beberapa produk non migas

seperti sawit, hasil tambang khususnya batubara yang dapat

memberikan kontribusi ketahanan pangan Indonesia.

3) Indonesia merupakan anggota WTO dan adanya pasar

bebas di kawasan baik Asia Pasific maupun Asean, yang dapat

secara aktif Indonesia memperjuangkan perdagangan keluar

untuk membuka pasar hasil tanaman pangan kepada Negara-

negara lain sebagai akses pasar yang sangat luas.

4) Kebutuhan energi dunia semakin hari semakin

meningkat. Kondisi ini merupakan potensi Indonesia untuk

dapat mengembangkan energi terbarukan dari berbagai produk

Page 67: polisiku.netpolisiku.net/files/TASKAP_LENGKAP_WEBSITE.docx  · Web viewMelihat dari uraian bab di atas maka perlu untuk kita lihat bagaimana implementasi kepemimpinan RLA di lingkungan

67

pangan yang dapat dihasilkan di Indonesai seperti sawit.

Disamping itu cadangan sumber kekayaan alam Indonesia

seperti batu bara, gas masih cukup besar dan apabila dikelola

dengan baik, dengan memperhatikan kelestarian lingkungan

akan memberikan kontribusi kesejahteraan untuk rakyat.

Demikian juga potensi energi terbarukan seperti panas bumi,

matahari, air dan angin jika dikembangkan dan dikelola dengan

baik akan memberikan kesejahteraan bagi masyarakat.

5) Dalam menghadapi perubahan iklim dunia sebagai

dampak pemanasan global, dapat menjadikan Indonesia

sebagai negara yang diperhatikan dunia dalam upaya

memelihara kelestarian hutan trofis sebagai paru-paru dunia.

Indonesia dapat memperoleh konvensasi dari dunia berupa

dana yang dapat dimanfaatkan berbagai program padat karya

dalam melestrarikan dan penghijauan hutan Indonesia.

6) Ancaman terorisme dan kemampuan Indonesia dalam

mengatasi dan mengungkapnya selama ini menjadi perhatian

dunia seperti Australia, Amerika dan negara-negara kawasan

Asean serta Asia Pasific. Kondisi ini menjadikan Indonesia

sebagai tempat pembelajaran maupun sharing penyelesaian

kasus-kasus terorisme dan Indonesia mendapat dukungan baik

dana maupun sarana prasarana yang dapat digunakan untuk

mendukung penciptaan rasa aman.

7) Perkembangan regional di kawasan Asean terhadap

klaim Laut China Selatan oleh beberapa negara dalam

kawasan, memberikan peluang bagi Indonesai untuk menjadi

mediator. Kondisi ini akan semakin menguatkan peran politik

Indonesia di kawasan Asean.

8) Letak yang strategis Negara Indonesia, yaitu berada di

jalur lalu-lintas antara benua Asia dengan Australia, dan antara

Samudra Hindia dengan Samudra Pasifik, sangat potensial

untuk mengembangkan pembangunan di bidang Agro Bisnis,

Agro Wisata, Agro Kuliner dan Agro Industri.

Page 68: polisiku.netpolisiku.net/files/TASKAP_LENGKAP_WEBSITE.docx  · Web viewMelihat dari uraian bab di atas maka perlu untuk kita lihat bagaimana implementasi kepemimpinan RLA di lingkungan

68

9) Perkembangan dunia ilmu pengetahuan dan teknologi

yang sangat pesat dapat membantu percepatan peningkatan

industri pertanian, terutama tanaman pangan dengan

pemanfaatan penerapan teknologi, baik dalam pembenihan,

pengolahan lahan, panen, dan pengolahan pasca panen.

10) Wilayah Indonesia yang terletak di daerah tropis,

memiliki kondisi tanah yang subur, lautan yang luas, apabila

dikelola dengan optimal akan menghasilkan produksi pangan

yang maksimal sehingga dapat mencukupi kebutuhan dalam

negeri, bahkan dapat ekspor ke luar negeri.

11) Jumlah penduduk yang besar, merupakan potensi yang

dapat dimanfaatkan dalam mengembangkan sumber daya

manusia yang terampil untuk pengolahan pertanian dan

perikanan yang dapat menghasilkan produksi pangan yang

baik dan berlimpah.

12) Beragamnya sumber daya alam dan kesuburan tanah

dapat dimanfaatkan untuk mengembangkan tanaman pangan

selain padi (beras), seperti jagung, ketela, kentang disesuaikan

dengan potensi daerah masing-masing.

b. Kendala.1) Dominasi A.S yang cenderung mau menjadi polisi dunia

dapat mempengaruhi dunia khususnya Indonesia baik di bidang

politik dan ekonomi. Kebencian kelompok tertentu pada

arogansi A.S menjadikan rentan terhadap keamanan dalam

negeri yang berkaitan dengan kepentingan A.S.

2) Krisis ekonomi di A.S dan beberapa negara Eropa

seperti Yunani, Irlandia dan Portugal bisa saja meluas dan

mempengaruhi pasar bagi produk-produk Indonesia, sehingga

perekonomian Indonesai dapat terganggu dan kondisi ini tentu

mempengaruhi ketahanan pangan Indonesia.

3) Indonesia menjadi anggota WTO serta adanya pasar

bebas baik Asean dan kawasan Asia Pasific, jika produk

barang dan jasa Indonesia kalah bersaing dengan produk luar

Page 69: polisiku.netpolisiku.net/files/TASKAP_LENGKAP_WEBSITE.docx  · Web viewMelihat dari uraian bab di atas maka perlu untuk kita lihat bagaimana implementasi kepemimpinan RLA di lingkungan

69

akan mengakibatkan Indonesia kebanjiran produk luar dan

dapat mematikan produk dalam negeri, termasuk produk

pangan akan semakin tergantung pada impor. Jika ini terjadi

akan menyebabkan besarnya pengangguran dan gangguan

keamanan.

4) Krisis energi dunia sebagai dampak dari semakin

besarnya kebutuhan akan energi, dapat menjadikan harga

energi BBM melonjak tinggi, sehingga akan memberikan beban

pada APBN Indonesia. Dan apabila subsidi BBM dikurangi

akan berdampak pada unjuk rasa yang berpotensi kepada

tindakan anarkisme serta pengrusakan fasilitas umum negara.

Kondisi ini akan meningkatkan resiko kontinjensi baik dipusat

maupun di daerah, sehingga khusus untuk Polri sebagai aparat

keamanan betul-betul dibutuhkan kepemimpinan yang RLA

untuk memelihara situasi keamanan tetap kondusif dinamis.

5) Isue perubahan iklim dan posisi Indonesia yang memiliki

hutan trofis cukup besar akan menjadi sorotan dunia baik oleh

negara maupun non negara atau LSM dunia, sehingga

pembangunan yang bersinggungan dengan hutan seperti

pemanfaatan kayu hutan alam maupun hutan tanam industri,

perluasan areal perkebunan berskala besar seperti sawit, karet,

gula akan relatif terhambat. Kondisi ini juga dapat memicu

ketidak stabilan di lingkungan perusahaan seperti konflik sosial

antara masyarakat dan lingkungan perusahaan.

6) Kelompok terorisme yang tadinya berseberangan

dengan kepentingan A.S karena mereka merasa telah dizolimi

dengan cara menzolimi Islam di Israel, dalam perkembangan-

nya mereka bergabung dengan kelompok-kelompok yang ingin

mendirikan Negara Islam Indonesai (NII), sehingga

pemerintahan yang sahpun menjadi musuh mereka, karena

pemerintahannya bukan berdasarkan Islam sebagaimana

idiologi kelompok teroris tersebut.

Page 70: polisiku.netpolisiku.net/files/TASKAP_LENGKAP_WEBSITE.docx  · Web viewMelihat dari uraian bab di atas maka perlu untuk kita lihat bagaimana implementasi kepemimpinan RLA di lingkungan

70

7) Perkembangan klaim Laut China Selatan oleh beberapa

negara di seputaran kawasan, jika berkembang kepada konflik

terbuka dapat mempengaruhi keamanan di Indonesia sebagai

negara yang paling dekat di Asean.

8) Letak Indonesia yang strategis dan berada pada jalur

lintas antar benua menjadikan beberapa wilayah Indonesia

rawan perampokan laut, seperti di seputaran Selat Malaka

maupun rawan pelanggaran ALKI.

9) Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi

dijadikan sebagai alat untuk melakukan tindak pidana secara

lebih rapi dan semakin sulit dibuktikan. Disisi lain pembangunan

industri pendukung pertanian belum optimal, seperti industri

pupuk baik kimia maupun organic, industri perbenihan dan

perbibitan tanaman pangan unggul dan industri mekanik

pertanian, termasuk industri pengolahan hasil pertanian seperti

pabrik gula.

10) Luasnya wilayah dan banyaknya pulau menyulitkan

pendistribusian pangan kepada rumah tangga yang bertempat

tinggal di daerah terpencil dan tertinggal. Luas wilayah ini juga

dengan berbagai kekayaan yang terkandung di laut seperti ikan

dan keterbatasan kemampuan pengawasan, maka menjadikan

Indonesia sebagai sasaran pencurian ikan oleh nelayan-

nelayan negara lain.

11) Jumlah penduduk yang besar, jika tidak bisa dikelola

dengan baik, akan menjadikan beban, karena kebutuhan

pangannya harus tetap dipenuhi. Masih banyaknya Petani dan

Nelayan yang berpendidikan rendah, sulit menerima teknologi

dan tata cara mengelola pertanian modern yang efektif dan

efisien. Masih banyaknya rakyat miskin sehingga memiliki daya

beli rendah untuk memenuhi kebutuhan pangannya.

12) Beragamnya sumberdaya alam serta suburnya wilayah

atau tanah, justru menjadikan masyarakat lokal tertentu malas

Page 71: polisiku.netpolisiku.net/files/TASKAP_LENGKAP_WEBSITE.docx  · Web viewMelihat dari uraian bab di atas maka perlu untuk kita lihat bagaimana implementasi kepemimpinan RLA di lingkungan

71

untuk melakukan pengelohan lahan baik secara intensifikasi

dan ektensifikasi.

BAB V

IMPLEMENTASI KEPEMIMPINAN RLA DI LINGKUNGAN POLRI YANG DAPAT MENINGKATKAN KETAHANAN PANGAN

DAN KEMANDIRIAN BANGSA

20. Umum

Setelah kita melihat kondisi implementasi kepemimpinan RLA di

lingkungan Polri yang secara umum dapat kita katakan belum dilaksanakan,

sehingga beberapa hal yang berkaitan dengan kepemimpinan RLA di

lingkungan Polri itu sendiri maupun ketahanan pangan masih relatif belum

memuaskan. Seperti misalnya masalah implementasi kepemimpinan RLA di

lihat dari profesionalisme masih ada keluhan masyarakat akan kinerja Polri

sebagaimana ditunjukkan oleh hasil survey dan analisis berbagai lembaga

survey. Walau demikian tentu ada hal-hal yang sudah positif. Begitu juga jika

dilihat dari masalah moralitas, khususnya jika dikaitkan dengan pelanggaran

tata tertib, disiplin, kode etik dan tindak pidana yang dilakukan oleh anggota

Page 72: polisiku.netpolisiku.net/files/TASKAP_LENGKAP_WEBSITE.docx  · Web viewMelihat dari uraian bab di atas maka perlu untuk kita lihat bagaimana implementasi kepemimpinan RLA di lingkungan

72

Polri masih saja terjadi dan terkadang menjadi sorotan publik, walaupun

berdasarkan angka atau kwantitasnya tidak terlalu tinggi jika dibandingkan

dengan jumlah anggota Polri keseluruhan. Demikian juga bila kita kaitkan

pelaksanaan tugas pokok Polri baik sebagai penegak hukum, pemelihara

kamtibmas dan pengayom, pelindung dan pelayanan masyarakat dikaitkan

dengan ketahanan pangan, kondisi ketahanan pangan kita masih cukup

mengkhawatirkan dengan data yang ditunjukkan masih tingginya angka

impor pangan produk strategis tertentu (kecuali beras sudah relatif

memuaskan). Kekhawatiran akan masalah pangan ini juga dapat dilihat dari

sebaran daerah rawan pangan, masalah distribusi pangan, pengalihan fungsi

lahan dan lain-lain.

Melihat dari uraian bab di atas maka perlu untuk kita lihat bagaimana

implementasi kepemimpinan RLA di lingkungan Polri yang diharapkan

maupun kontribusi implementasi kepemimpinan RLA terhadap meningkatkan

ketahanan pangan dan kontribusinya terhadap kemandirian bangsa serta

indikator keberhasilannya.

21. Implementasi Kepemimpinan RLA yang DiharapkanMengacu pada sub bab 14 di atas tentang permasalahan yang

ditemukan, maka implementasi kepemimpinan RLA yang diharapkan

tentunya berkaitan dengan permasalahan tersebut. Atau lebih jelasnya

permasalahan yang cenderung negatif, setelah diterapkan kepemimpinan

RLA menjadi positif sebagai mana diuraikan di bawah ini.

a. Adanya rumusan asas-asas kepemimpinan RLA di lingkungan

Polri.

Dengan memperhatikan esensi sifat-sifat kepemimpinan

nasional, kontemporer, visioner, negarawan serta sifat-sifat

kepemimpinan Nabi Besar Muhammad SAW, maka pemimpin yang

RLA memiliki sifat-sifat sebagaimana yang diharapkan dari sosok

pemimpin nasional, yaitu orang yang “berpengetahuan” atau

profesional, memiliki kepribadian atau berakhlak yang mulia atau

bermoral baik (berakhlaqul karomah), sederhana (qonaah) dan

konsisten atau tidak ambivalen (istiqomah).

Page 73: polisiku.netpolisiku.net/files/TASKAP_LENGKAP_WEBSITE.docx  · Web viewMelihat dari uraian bab di atas maka perlu untuk kita lihat bagaimana implementasi kepemimpinan RLA di lingkungan

73

Dengan “10 Asas” kepemimpinan RLA Polri yang dirumuskan

pada Bab VI diharapkan dapat mengadopsi berbagai kelebihan yang

ada dalam rumusan kepemimpinan nasional, negarawan, visioner,

kontemporer maupun transformatif dengan menitik beratkan pada

profesionalisme dan moralitas seorang pemimpin. Di lingkungan Polri

salah satu cerminan profesionalisme ini adalah menitik beratkan

pada sifat tugas pokok Polri itu sendiri, yaitu pengayoman,

perlindungan dan pelayanan masyarakat dalam setiap upaya

memelihara situasi kamtibmas dan penegakan hukum. Disadari

bahwa rumusan 10 Asas kepemimpinan RLA ini bisa menjadi

debatebel dalam penggunaan kata-kata RLA dan oleh karena itu

berdasarkan sifat dalam rumusan 10 Asas tersebut maupun hakekat

dari tugas Polri sebagai pengayom, pelindung dan pelayan

masyarakat bisa saja dinamakan “10 Asas Kepemimpinan

Pelayanan Polri”.

b. Semakin meningkatnya profesionalisme dan moralitas anggota

Polri. Seperti dikemukakan di atas dalam Bab III tentang kondisi

profesionalisme maupun moralitas anggota Polri yang didasarkan

pada hasil survey maupun pelaporan Divisi Propam dalam beberapa

hal masih kurang dan oleh karena itulah justru kedua hal inilah

sebagai critical driving forces atau pengungkit penting dalam

mewujudkan polisi yang rahmatan lil alamin. Dengan kata lain kedua

variabel profesionalisme dan moralitas ini juga sebagai pengungkit

penting dalam mewujudkan kepemimpinan yang RLA di lingkungan

Polri. Dengan kata lain pula, apabila 10 asas kepemimpinan RLA

dapat diterapkan oleh setiap pemimpin di lingkungan Polri pada

setiap level, maka profesionalisme dan moralitas anggota Polri

secara umum akan meningkat. Hal ini didasarkan pada pemaknaan

bahwa pemimpin adalah bagian dari penggerak organisasi yang

dapat menjadi contoh sebagaimana ditekankan dalam pemaknaan

asas profesionalisme. Jika kepemimpinan RLA ini dapat diterapkan

maka dengan sendirinya citra Polri akan semakin menjadi baik

dimata masyarakat dan tentu juga dalam upaya-upaya perbantuan

Page 74: polisiku.netpolisiku.net/files/TASKAP_LENGKAP_WEBSITE.docx  · Web viewMelihat dari uraian bab di atas maka perlu untuk kita lihat bagaimana implementasi kepemimpinan RLA di lingkungan

74

mewujudkan ketahanan pangan melalui program pemolisian

masyarakat dan penegakan hukum.

c. Dilakukannya penegakan hukum oleh penyidik Polri terhadap

berbagai peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan

meningkatkan ketahanan pangan. Sudah cukup banyak peraturan

perundang-undangan yang menyangkut masalah pangan yang

memiliki sangsi baik administratif, denda maupun pidana penjara

kurungan. Akan tetapi kondisinya pelanggaran terhadap peraturan

perundang-undangan yang menyangkut pangan terus saja terjadi.

Beberapa peraturan perundang-undangan yang menyangkut pangan

yang harus ditegakkan oleh Penyidik Polri ataupun PPNS antara lain

misalnya :

1) UU No. 7 Tahun 1996 Tentang Pangan yang

diantaranya mengatur masalah :

(a) Kegiatan produksi, penyimpanan, pengangkutan

dan peredaran pangan yang harus memenuhi

persyaratan sanitasi.

(b) Penggunaan bahan-bahan tertentu dalam produk

panganyang melampaui batas.

(c) Kemasan pangan yang dapat membahayakan

kesehatan manusia.

(d) Memperdagangkan pangan yang tidak sesuai

standart baik mutu, sertifikasi dan lain-lain.

Kepada pelanggar dapat dikenakan sangsi administrasi,

denda dan pidana kurungan atau penjara.

2) UU No. 41 Tahun 2009 Tentang Perlindungan Lahan

Pertanian Pangan Berkelanjutan yang mengatur diantaranya :

(a) Alih fungsi lahan pertanian pangan berkelanjutan.

(b) Tidak melakukan kewajiban mengembalikan

keadaan lahan pertanian pangan berkelanjutan.

Kepada para pelanggar peraturan ini dapat dikenakan

sangsi administrasi, denda, pidana kurungan atau penjara dan

kepada pejabat pemerintah yang mengeluarkan ijin dapat

Page 75: polisiku.netpolisiku.net/files/TASKAP_LENGKAP_WEBSITE.docx  · Web viewMelihat dari uraian bab di atas maka perlu untuk kita lihat bagaimana implementasi kepemimpinan RLA di lingkungan

75

ditambah ancaman hukumannya 1/3 dari pidana yang

diancamkan sebagaimana ditentukan.

3) UU No. 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang yang

diantaranya mengatur :

(a) Perubahan fungsi ruang.

(b) Pemanfaatan ruang yang tidak sesuai ijin

pemanfaatan yang telah ditentukan.

(c) Tidak mematuhi ketentuan yang ditetapkan dalam

persyaratan ijin pemanfaatan ruang.

Kepada para pelanggar dapat dikenakan sangsi

administrasi, denda, pidana penjara atau kurungan dan kepada

pejabat pemerintah yang mengijinkannya juga dapat dipidana.

d. Adanya kesepahaman antara Polri dengan Kementerian

Pertanian maupun Polda dan Polres dengan pemerintah daerah

Provinsi, Kabupaten dan Kota dalam upaya Polri ikut serta

meningkatkan ketahanan pangan. Nota kesepahaman atau MoU ini

menjadi penting sebagai dasar hukum untuk mensinergikan kegiatan

maupun program dalam pembangunan nasional. Untuk Polri

sesungguhnya cara-cara perbantuan ini sudah terwadahi dalam

strategi dan filosofi perpolisian masyarakat atau program Polmas

yang menekankan kepada upaya bersama masyarakat secara setara

memecahkan persoalan-persoalan yang dihadapi yang berkaitan

dengan masalah kamtibmas. Lebih lanjut dapat dikaitkan dengan

prinsif-prinsif strategi pelaksanaan tugas kepolisian yang dikenal

dengan preventif dan pre-emtif edukatif yang secara dini bersama-

sama berbagai komponen bangsa lainnya menyentuh atau

memecahkan persoalan-persoalan yang dapat menimbulkan

berbagai bentuk ganguan kamtibmas, seperti misalnya masalah

kebodohan, kemiskinan, pengangguran, dan lain-lain dan tentunya

termasuk masalah ketersediaan pangan dikarenakan produksi yang

gagal atau ketidak terjangkauan pangan karena daya beli

masyarakat rendah.

Page 76: polisiku.netpolisiku.net/files/TASKAP_LENGKAP_WEBSITE.docx  · Web viewMelihat dari uraian bab di atas maka perlu untuk kita lihat bagaimana implementasi kepemimpinan RLA di lingkungan

76

22. Kontribusi Impelementasi Kepemimpinan RLA Terhadap Peningkatan Ketahanan Pangan dan Kontribusi Peningkatan Ketahanan Pangan Terhadap Kemandirian Bangsa

Apabila gambaran implementasi kepemimpinan RLA di lingkungan

Polri di atas dapat diujudkan, maka sesungguhnya dengan sendirinya

ketahanan pangan dapat meningkat dan kemandirian bangsa dapat

terwujud. Beberapa hal kontribusi yang dapat diberikan dari implementasi

kepemimpinan RLA di lingkungan Polri ini dapat diuraikan sebagai berikut:

a. Kontribusi Implementasi Kepemimpinan RLA di Lingkungan

Polri Terhadap Peningkatan Ketahanan Pangan.

1) Berbagai peraturan perundang-undangan yang berkaitan

dengan masalah pangan, baik yang menyangkut produksi

(seperti keamanan pangan, ketersediaan lahan pertanain

berkelanjutan), distribusi pangan dari suatu tempat ketempat

lain, konsusmsi, pemberdayaan dan manajemen di bidang

pangan dapat ditegakkan dengan baik (memenuhi asas

kepastian, keadilan dan kemanfaatan). Anggota Polri betul-

betul menjadi rahmat bagi sesama umat manusia maupun alam

sekitarnya yang dapat dimanfaatkan sesuai dengan

peruntukannya dengan memperhatikan keberlanjutan dan

kelestarian alam itu sendiri.

2) Memberikan kontribusi pada terwujudnya ketahanan

pangan dalam arti terpenuhinya pangan bagi level negara,

provinsi, kabupaten, kota, kecamatan, masyarakat, keluarga

sampai pada tingkat individu dengan tersedianya pangan yang

cukup jumlahnya, mutunya, aman, bergizi, merata, terjangkau

dan sesuai dengan keyakinan serta dapat untuk hidup sehat,

aktif, produktif dan berkelanjutan.

3) Terwujudnya hak negara dan bangsa dalam

mewujudkan ketahanan pangan dalam arti dapat menentukan

kebijakan pangan sendiri tanpa adanya tekanan dari negara

luar atau non negara seperti para pelaku usaha besar dibidang

pangan, dapat menjamin hak atas pangan bagi rakyat

Page 77: polisiku.netpolisiku.net/files/TASKAP_LENGKAP_WEBSITE.docx  · Web viewMelihat dari uraian bab di atas maka perlu untuk kita lihat bagaimana implementasi kepemimpinan RLA di lingkungan

77

Indonesia serta dapat memberikan hak bagi masyarakat untuk

menentukan sistem usaha pangan sesuai dengan potensi

sumber daya domestik masing-masing.

4) Memperkuat kemampuan negara dalam memproduksi

pangan dalam negeri untuk mewujudkan ketahanan pangan

(swasembada) dengan memanfaatkan sebesar-besarnya

potensi sumber daya alam, manusia, sosial ekonomi dan

kearifan lokal secara bermartabat, berlandaskan pada

kelestarian lingkungan dan keberlanjutan.

5) Semakin berkurangnya konflik lahan antara masyarakat

disekitar lahan pertanian pangan maupun lahan perkebunan,

pertambakan, peternakan yang dimiliki oleh rakyat maupun

perusahaan besar yang biasanya untuk perusahaan besar lebih

memiliki fasilitas perlindungan yang lebih dibandingkan dengan

masyarakat petani.

6) Terjalinnya kerja sama yang harmonis dan sinergis

antara pihak kepolisian setempat dengan Badan Ketahanan

Pangan maupun Dinas ataupun Satuan Kerja Pemerintah

Daerah (SKPD) yang berkaitan dengan masalah pangan

seperti Dinas Kehutanan, Dinas PU, Dinas Pertanian, Dinas

Perkebunan, Kesbang Linmas, Perbankan setempat, Dinas

Koperasi dan UMKM di tiap-tiap daerah otonom maupun tingkat

Provinsi.

7) Adanya penanganan kasus korupsi oleh pihak penyidik

Polri maupun Kejaksaan dan KPK yang berkaitan dengan

masalah pangan sebagai upaya memberikan pembelajaran dan

dari waktu kewaktu kasus-kasus korupsi tersebut semakin

berkurang dan menjadi tidak ada sama sekali.

b. Kontribusi Peningkatan Ketahanan Pangan Terhadap

Kemandirian Bangsa.

Seperti dikemukakan di atas bahwa kemandirian bangsa

tidaklah berarti bahwa segala upaya pembangunan diprogramkan

dan dianggarkan sendiri tanpa bantuan dari negara lain. Kebutuhan

Page 78: polisiku.netpolisiku.net/files/TASKAP_LENGKAP_WEBSITE.docx  · Web viewMelihat dari uraian bab di atas maka perlu untuk kita lihat bagaimana implementasi kepemimpinan RLA di lingkungan

78

pangan nasional tidaklah mungkin dipenuhi dari dalam negeri saja,

tetapi impor pangan tetap dibutuhkan dengan penekanan tanpa

mengorbankan produk-produk pangan nasional. Tetapi sesuatu yang

prinsif bahwa kemandirian pangan haruslah diupayakan yaitu

kemampuan negara memproduksi pangan dalam negeri untuk

mewujudkan ketahanan pangan dengan memanfaatkan sebesar-

besarnya potensi sumberdaya alam, manusia, sosial, ekonomi dan

kearifan lokal secara bermartabat tanpa menggantungkan diri dari

import.

Dalam konteks kebangsaan, bangsa yang mandiri itu artinya

bangsa yang mampu berdiri di atas kekuatan sendiri dengan segala

sumberdaya yang dimiliki, mampu memecahkan persoalan yang

dihadapi dan mampu mengembangkan inovasi dan riset di bidang

ilmu pengetahuan dan teknologi yang akhirnya memiliki keunggulan

dan daya saing. Disinilah peran seorang pemimpin yang RLA,

dengan mengamalkan 10 Asas Kepemimpinan RLA pada setiap

level dan gatra baik di pusat maupun di daerah sangat diperlukan.

Dalam konteks tulisan ini tentu saja pengamalan kepemimpinan RLA

di lingkungan Polri khususnya dalam penegakan hukum peraturan

perundang-undangan yang berkaitan dengan pangan.

Ketahanan pangan dalam kaitan dengan kemandirian bangsa

berbanding lurus, artinya semakin tinggi ketahanan pangan suatu

bangsa, maka semakin mandiri bangsa tersebut. Pemaknaan lainnya

adalah untuk mewujudkan kemandirian bangsa, maka salah satu

prasyarat yang harus dipenuhi adalah ketahanan pangan.

23. Indikator Keberhasilan

Seperti diuraikan pada Sub Bab 14 dan 21 di atas tentang Pokok

Permasalahan dan Implementasi Kepemimpinan RLA Yang Diharapkan

dalam Taskap ini, maka indikator keberhasilan dari pada implementasi

kepemimpinan RLA di lingkungan Polri dalam kaitannya dengan

meningkatkan ketahanan pangan antara lain adalah :

Page 79: polisiku.netpolisiku.net/files/TASKAP_LENGKAP_WEBSITE.docx  · Web viewMelihat dari uraian bab di atas maka perlu untuk kita lihat bagaimana implementasi kepemimpinan RLA di lingkungan

79

a. Sudah adanya rumusan asas-asas Kepemimpinan RLA di

lingkungan Polri sebagaimana akan dirumuskan dalam 10 Asas

Kepemimpinan RLA Polri dalam Bab VI di bawah. Rumusan asas-

asas kepemimpinan ini tentu saja tidak hanya sekedar rumusan,

tetapi dapat diterapkan oleh setiap pimpinan Polri mulai dari level

terendah sampai dengan Kapolri. 10 Asas Kemimpinan RLA Polri ini

haruslah mencerminkan dari pada nilai-nilai kepemimpinan nasional,

negarawan, visioner, kontemporer maupun nilai-nilai kepemimpinan

Nabi Besar Muhammad SAW serta pedoman hidup dan pedoman

kerja Polri yaitu Tribrata dan Catur Prasetya.

b. Meningkatnya profesionalisme maupun moralitas anggota Polri

yang dapat dilihat dari meningkatnya pengetahuan anggota Polri

akan profesi masing-masing, meningkatnya dukungan sarana dan

prasarana maupun anggaran serta sistem dan metode yang

mendukung pelaksanaan tugas pokok Polri maupun semakin

kecilnya penyimpangan-penyimpangan yang dilakukan oleh anggota

Polri.

1) Peningkatan Profesinalisme anggota Polri ini setidaknya

didukung oleh beberapa indikator, misalnya :

a) Tataran pelaksanaan rekruitmen anggota Polri

semakin baik (transparan, akuntabel) dan

pelaksanaanya melibatkan kelompok-kelompok

masyarakat sipil yang independent untuk menjamin tidak

adanya kontaminasi kolusi, nepotisme dan korupsi.

b) Sistem pendidikan pembentukan anggota Polri

betul-betul telah mengacu pada kompetensi yang

dibutuhkan seperti sebagai petugas patroli menjaga

situasi keamanan dan ketertiban masyarakat,

menyelesaikan kasus-kasus konflik antar pihak

masyarakat, penyidikan suatu kasus dan lain-lain.

c) Sistem seleksi, pendidikan dan latihan lanjutan

bagi anggota Polri juga terjamin akan transparansi dan

Page 80: polisiku.netpolisiku.net/files/TASKAP_LENGKAP_WEBSITE.docx  · Web viewMelihat dari uraian bab di atas maka perlu untuk kita lihat bagaimana implementasi kepemimpinan RLA di lingkungan

80

akuntabilitasnya dan juga mengacu pada kompetensi

lanjutan yang dibutuhkan.

d) Sistem pembinaan karier anggota Polri sesuai

dengan program yang telah dicanangkan dengan baik

yaitu mengacu pada meryt system.

e) Lahirnya berbagai peraturan atau instrumental

yang mendukung perpolisian masyarakat yang humanis

dan menghargai HAM.

f) Terbentuknya budaya kepolisian sipil dalam arti

polisi yang berubah dari budaya antagonis ke protagonis,

reaktif ke proaktif, legalitas ke legitimitas, arogan ke

humanis, otoriter ke demokrasi, tertutup ke terbuka,

akuntabilitas vertikal ke akuntabilitas publik dan dari

monologis ke dialogis.

2) Peningkatan Moralitas juga setidaknya ditunjukkan oleh

beberapa indikator, antara lain :

a) Semakin meningkatnya perilaku yang dapat

diteladani di lingkungan Polri baik oleh para

pemimpinnya maupun anggota Polri sendiri.

b) Semakin berkurangnya perilaku yang

menyimpang dari anggota Polri berupa tindak pidana,

pelanggaran disiplin maupun pelanggaran etika

kepolisian.

c. Telah ditegakkannya berbagai peraturan perundang-undangan

dibidang pangan. Berdasarkan literatur yang pernah disampaikan

oleh Ir. H.M Romahurmuzy, MT (Ketua Komisi IV DPR R.I, 2012)

beberapa peraturan perundang-undangan yang mengandung

masalah pangan dan membutuhkan penegakan oleh penyidik Polri

maupun PPNS Kementerian terkait adalah 34 :

1) UU RI No. 7/ 1996 Tentang Pangan.

2) UU RI No. 12/ 1992 Tentang Sistem Budidaya Tanaman.

34 Ir. H. M. Romahurmuzy, MT (Ketua Komisi IV DPR R.I., 2012), Regulasi Pangan Dalam Rangka Mendukung Kemandirian Bangsa, Ceramah Ilmiah Kepada Peserta PPRA XLVIII/ 2012 Lemhannas R.I., Tanggal 31 Agustus 2012, Jakarta, 2012.

Page 81: polisiku.netpolisiku.net/files/TASKAP_LENGKAP_WEBSITE.docx  · Web viewMelihat dari uraian bab di atas maka perlu untuk kita lihat bagaimana implementasi kepemimpinan RLA di lingkungan

81

3) UU RI No. 29/ 2000 Tentang Perlindungan Varietas

Tanaman, yang mengatur tentang perlindungan varietas

tanaman.

4) UU RI No. 18/ 2004 Tentang Perkebunan.

5) UU RI No. 16/ 2006 Tentang Sistem Penyuluhan

Pertanian, Perikanan dan Kehutanan, yang bertujuan untuk

pengembangan SDM dan peningkatan modal sosial untuk

menyukseskan program-program terkait dengan pembangunan

pertanian.

6) UU RI No. 18/ 2009 Tentang Peternakan dan Kesehatan

Hewan, yang bertujuan untuk mengatur kegiatan peternakan di

Indonesia dengan meningkatkan produksi lokal.

7) UU RI No. 41/ 2009 Tentang Perlindungan Lahan

Pertanian Pangan Berkelanjutan.

8) UU RI No. 13/ 2010 Tentang Hortikultura, yang bertujuan

untuk mengembangkan potensi hortikultura Indonesia dan

meningkatkan daya saing produk local.

9) Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1999 Tentang

Label dan Iklan Pangan.

10) Peraturan Pemerintah Nomor 68 Tahun 2002 Tentang

Ketahanan Pangan.

11) Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2004 Tentang

Keamanan, Mutu, dan Gizi Pangan.

12) Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2007 pada Pasal

2 dan Pasal 3, menyatakan bahwa Pemerintah Daerah Provinsi

dan Kabupaten/ Kota wajib membuat laporan mempertanggung

jawabkan urusan ketahanan pangan.

13) Peraturan Presiden Nomor 83 tahun 2006 tentang

Dewan Ketahanan Pangan.

14) Peraturan Presiden Nomor 22 Tahun 2009 tentang

Kebijakan Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan

Berbasis Sumberdaya Lokal.

Page 82: polisiku.netpolisiku.net/files/TASKAP_LENGKAP_WEBSITE.docx  · Web viewMelihat dari uraian bab di atas maka perlu untuk kita lihat bagaimana implementasi kepemimpinan RLA di lingkungan

82

Disamping ditegakkannya berbagai peraturan perundang-

undangan tersebut di atas, juga tersedianya suatu wadah yang dapat

ditampung oleh Polri jika ada perseorangan maupun kelompok

masyarakat merasakan ada berbagai kepentingan hukum mereka

dirugikan oleh pihak lain baik oleh perseorangan, perusahaan besar

maupun oleh pemerintah sendiri di bidang pertanian. Hal ini seperti

dikemukakan oleh Mochammad Maksum Machfoedz dalam ceramah

di depan peserta PPARA XLVIII/ 2012 Lemhannas R.I dengan

skema penyelesaian masalah misalnya seperti gambaran dalam

tabel 11 di bawah ini.

TABEL : 11PROSES PERBANTUAN PENYELESAIAN KONFLIK LAHAN

Page 83: polisiku.netpolisiku.net/files/TASKAP_LENGKAP_WEBSITE.docx  · Web viewMelihat dari uraian bab di atas maka perlu untuk kita lihat bagaimana implementasi kepemimpinan RLA di lingkungan

83

d. Dibuatnya nota kesepahaman antara Polri dan Kementerian

Pertanian untuk tingkat Pusat maupun antara Kepolisian Daerah dan

Resort dengan masing-masing Kepala Dinas Pertanian dan atau

Kepala Badan Ketahanan Pangan masing-masing. Kesepahaman ini

tidak hanya keterlibatan Polri dalam proses produksi pangan seperti

ikut serta membantu menjadi motor penanaman produk strategis

nasional seperti padi, jagung, kedelai, tebu untuk gula, peternakan

seperti sapi, kerbau, kambing, maupun budidaya perikanan sesuai

dengan situasi dan kondisi atau zoning wilayah masing-masing,

tetapi juga kesepahaman terhadap penegakan hukum maupun

keterlibatan Polri menjadi mediasi paripurna bersama pemangku

kepentingan lainnya jika ada permasalahan atau konflik masalah

pangan. Disamping itu juga tentu sesuai dengan salah satu tugas

pokok Polri memberikan bantuan kelancaran distribusi pangan

sampai kepada tingkat keluarga untuk membantu memperkecil

adanya penyimpangan-penyimpangan.

BAB VIKONSEPSI IMPLEMENTASI KEPEMIMPINAN RLA YANG DAPAT

MENINGKATKAN KETAHANAN PANGAN DAN KEMANDIRIAN BANGSA

24. Umum

Pada Bab III khususnya Sub Bab 14 telah menguraikan beberapa

pokok permasalahan yang diangkat dalam Taskap ini yang kemudian pada

Bab IV Sub Bab 21 diuraikan pula bagaimana implementasi kepemimpinan

RLA di lingkungan Polri yang diharapkan dan untuk kemudian dalam Sub

Bab 23 menguraikan bagaimana beberapa indikator keberhasilan dari pada

implementasi kepemimpinan RLA di lingkungan Polri yang dapat

meningkatkan ketahanan pangan dan kemandirian bangsa. Dalam

Page 84: polisiku.netpolisiku.net/files/TASKAP_LENGKAP_WEBSITE.docx  · Web viewMelihat dari uraian bab di atas maka perlu untuk kita lihat bagaimana implementasi kepemimpinan RLA di lingkungan

84

pembahasan Sub Bab di bawah ini tentu saja tidak terlepas dari berbagai

paradigma nasional yang menjadi landasan idiil, konstitusionil, visional dan

konsepsi ketahanan nasional maupun nilai-nilai yang berlaku di lingkungan

Polri yaitu pedoman hidup dan pedoman kerja selama ini Tribrata dan Catur

Prasetya yang sudah mengalami pemaknaan baru. Nilai-nilai inilah yang

harus mengkristal dalam perumusan asas-asas kepemimpinan RLA di

lingkungan Polri. Disamping itu tentu juga dalam pembahasannya tidak

terlepas dari landasan teori yang dipakai seperti telah disinggung di atas

yaitu teori kepemimpinan, teori scenario learning, teori PDB (Positioning

Diffrentiation and Brand) Triangle dan teori kependudukan dan kebutuhan

pangan Malthus. Landasan teori inilah yang pada akhirnya mengarahkan

penulis untuk memilih penamaan asas-asas kepemimpinan yang berlaku di

lingkungan Polri pada khususnya sebagai kepemimpinan Rahmatan Lil

Alamin (RLA). Karena berkaitan dengan kehidupan berbangsa dan

bernegara yaitu pembangunan nasional khususnya pembangunan di bidang

ketahanan pangan dan juga berkaitan dengan salah satu tugas pokok Polri

penegakan hukum, maka penulisan konsepsi implementasi kepemimpinan

RLA di lingkungan Polri ini tidak terlepas dari berbagai peraturan perundang-

undangan baik yang menyangkut masalah perencanaan pembangunan itu

sendiri maupun yang berkaitan dengan masalah pangan serta dengan Polri

itu sendiri.

25. Kebijakan

Sebagaimana telah diuraikan di atas bahwa perumusan

kepemimpinan RLA ini adalah sebagai sesuatu yang baru, dalam arti

sebagai sebuah style kepemimpinan di lingkungan Polri. Walaupun

sesungguhnya fitrah ataupun suratan manusia sebagai rahmat bagi

sesamanya umat manusia serta bagi alam dan seisinya adalah sudah ada

sejak manusia itu sendiri ada. Tuhan dalam penciptaannya memberikan

rahmatNya berupa nilai-nilai yang universal kepada umat manusia seperti

misalnya sifat mengasihi, menyayangi (rahim dan rahman ataupun rahmat),

sifat jujur, adil dan lain-lain kepada sesamanya manusia maupun kepada

seluruh ciptaan Tuhan serta alam dan seisinya, dimana sifat-sifat ini sebagai

sebuah anggukan universal. Didasarkan pada pemahaman teoritis betapa

Page 85: polisiku.netpolisiku.net/files/TASKAP_LENGKAP_WEBSITE.docx  · Web viewMelihat dari uraian bab di atas maka perlu untuk kita lihat bagaimana implementasi kepemimpinan RLA di lingkungan

85

pentingnya posisi seorang pemimpin dalam suatu komunitas atau kumpulan

orang ataupun organisasi termasuk organisasi seperti Polri, maka kebijakan

yang diambil dari penulisan Taskap yang menguraikan tentang implementasi

kepemimpinan RLA di lingkungan Polri guna meningkatkan ketahanan

pangan dalam rangka kemandirian bangsa ini adalah : “Implementasi Asas-asas Kepemimpinan Rahmatan Lil Alamin Sebagai Salah Satu Upaya Perubahan Kultur di Lingkungan Polri Menuju Polisi Sipil Yang Profesional, Bermoral dan Modern Dilandasi Sinergitas Dengan Berbagai Komponen Bangsa Lainnya”. Atau dalam narasi yang lebih

singkat dapat dikemukakan “Percepatan Perubahan Kultur Polri Melalui Implementasi Kepimpinan RLA”.

Kebijakan ini diambil dengan sebuah kesadaran bahwa tugas pokok

Polri amatlah strategis dalam kehidupan berbangsa, bernegara dan

bermasyarakat, yaitu sebagai aparat penegak hukum, memelihara

kamtibmas dan sebagai pengayom, pelindung dan pelayan masyarakat.

Dengan demikian gaya kepemimpinan yang memberikan rahmat kepada

sesamanya manusia (baik kepada sesama manusia yang baik atau taat

kepada hukum maupun yang tidak baik atau melanggar hukum) serta bagi

alam serta seisinya seperti kepada mahluk hidup lainnya berupa hewan

(fauna), tumbuh-tumbuhan (flora) maupun benda mati seperti sumber daya

alam tambang, sangatlah penting dan semacam keharusan.

26. Srategi

Untuk mewujudkan kebijakan di atas dan dikaitkan dengan pokok

permasalahan maupun indikator keberhasilan yang diharapkan, maka

strategi yang diambil antara lain adalah :

a. Merumuskan asas-asas Kepemimpinan yang RLA di

Lingkungan Polri untuk kemudian disosialisasikan dan dilaksanakan

atau diamalkan oleh setiap pemimpin di lingkungan Polri.

b. Meningkatkan Profesionalisme dan Moralitas anggota Polri dari

waktu ke waktu sesuai dengan perkembangan lingkungan strategis

serta terintegrasi dengan berbagai komponen bangsa lainnya baik

Page 86: polisiku.netpolisiku.net/files/TASKAP_LENGKAP_WEBSITE.docx  · Web viewMelihat dari uraian bab di atas maka perlu untuk kita lihat bagaimana implementasi kepemimpinan RLA di lingkungan

86

sebagai aparat penegak hukum maupun pemelihara kamtibmas dan

selaku pengayom, pelindung dan pelayan masyarakat.

c. Meningkatkan penegakan hukum terhadap berbagai

pelanggaran peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan

pangan bersama PPNS Kementerian yang terkait seperti

Kementerian Pertanian, PU, Perkebunan dan Kehutanan serta

koordinatif dengan Jaksa Penuntut Umum dan pemangku

kepentingan lainnya.

d. Membuat kesepahaman atau MoU dengan Kementerian

Pertanian untuk tingkat Pusat dan dengan Kepala Dinas Pertanian

dan atau Kepala Badan Ketahanan Pangan Provinsi, Kabupaten dan

Kota untuk tingkat daerah.

27. Upaya

Untuk mewujudkan strategi di atas, maka upaya-upaya yang dapat

dilakukan dari setiap strategi antara lain adalah sebagai berikut :

Upaya Strategi 1; Merumuskan asas-asas Kepemimpinan yang RLA

di lingkungan Polri untuk kemudian disosialisasikan dan diimplementasikan.

Dibutuhkannya kepemimpinan rahmatan lil alamin diawali dengan

sebuah kehendak atau keinginan yang menjadi Focal Concern (FC) yaitu

“Membangun Polri yang Rahmatan Lil Alamin 2020”. Dari analisis teori

Scenario Learning, membangun polisi yang rahmatan lil alamin 2020 adalah

sebuah alternatif masa depan yang plausible atau sesuatu yang mungkin

terjadi. Dengan melalui proses langkah-langkah scenario learning maka

ditentukan dari sekian banyak variabel atau Driving Forces (DF) dari FC

membangun Polri yang rahmatan lil alamin 2020 maka dipilih atau ditentukan

dua variabel atau DF yaitu Moralitas dan Profesionalisme. Lihat Tabel 12.

Dipilihnya kedua DF tersebut karena yang paling kritis dan sangat penting

untuk mewujudkan FC, serta kondisinya terkadang tidak menentu, sehingga

mempengaruhi pencapaian FC yang telah ditentukan. Kedua Driving Forces

moralitas dan profesionalisme, diharapkan sebagai pengungkit terwujudnya

pembangunan Polri yang rahmatan lil alamin 2020.

TABEL : 12

Page 87: polisiku.netpolisiku.net/files/TASKAP_LENGKAP_WEBSITE.docx  · Web viewMelihat dari uraian bab di atas maka perlu untuk kita lihat bagaimana implementasi kepemimpinan RLA di lingkungan

87

GAMBAR MATRIKS SCENARIO DAN CIRI-CIRI KUNCI SETIAP SECENARIO “MEMBANGUN POLRI YANG RLA 2020”

Dalam pelaksanaannya, berdasarkan sejarah atau

perkembangan kepemimpinan ini khususnya di Indonesia senantiasa

memiliki asas-asas ataupun sifat-sifat utama yang harus

dikembangkan oleh siapapun yang menjadi pemimpin. Seperti

misalnya pada masa Kerajaan Singosari pada saat Rajanya Tungul

Ametung sebagai Raja Tumapel atau Singosari. Kendedes sebagai

permaisuri Tunggul Ametung mengembangkan ajaran atau asas-

asas kepemimpinan “Karma Pratama” atau “Delapan Laku Utama”

dari ajaran Empu Purwo. Asas-asas kepemimpinan “Karma

Pratama” ini secara singkat adalah : (1) Pandangan yang benar, (2)

Pikiran yang benar, (3) Bicara yang benar, (4) Tingkah laku yang

benar, (5) Kehidupan yang benar, (6) Usaha yang benar, (7) Ingatan

yang benar dan (8) Samadi yang benar. Ajaran Empu Purwo ini oleh

Kendedes dikembangkan dalam asas-asas kepemimpinan yang

disebut dengan “Dasa Paramita”, yaitu : (1) Dhana, bermurah hati

kepada sesama, (2) Sila, berlaku susila, (3) Santi, damai tidak

MORALITAS (+)

BERLAYAR DI SAMUDERA YANG TENANGKAPAL BOCOR

SKENARIO I : SDM Polri yang menguasai tugas dengan baik dan menjalankannya dengan memberikan kemanfaatan. Polri dekat dengan rakyat dan memberikan pelayanan yang prima. Didukung oleh Sarpras, Sitem dan pendanaan yang cukup, citra Polri sangat baik. Polri mencintai dan dicintai masyarakat dengan baik. Polri yang rahmatan lil alamin.

SKENARIO IV : Situasi memprihatinkan, walaupun moral anggota baik-baik tetapi profesionalisme kurang, sarpras tidak mendapat penambahan, anggaran untuk operasional sangat minim dan sistem metode tidak jelas.

PROFESIONALISME (+)PROFESIONALISME (-)

SKENARIO II : Terjadi berbagai kegoncangan, kritikan dan hujatan walau polisi telah dapat menjalankan tugas dengan baik, kepercayaan masyarakat melemah karena moralitas menyebabkan banyak KKN di lingkungan Polri.

SKENARIO III : Polri semakin terpuruk dan citranya jatuh di mata publik karena SDM tidak profesional , sarpras yang tidak mendukung serta anggaran minim. Banyak anggota yang melakukan KKN, masyarakat antipati dengan Polri.

KAPAL KARAM DITERJANG BADAI

MORALITAS (-)

Page 88: polisiku.netpolisiku.net/files/TASKAP_LENGKAP_WEBSITE.docx  · Web viewMelihat dari uraian bab di atas maka perlu untuk kita lihat bagaimana implementasi kepemimpinan RLA di lingkungan

88

bergejolak, (4) Sadhu, berbudi luhur, (5) Virya, penuh keperwiraan,

(6) Prajna, berpengetahuan atau bijaksana, (7) Upaya Kausalya,

dinamis dan giat berusaha, (8) Pranidana, bersemangat dan bercita-

cita, (9) Bala, mampu menggerakkan orang atau pasukan dan

trengginas dan (10) Juana, bertanggung-jawab.35 Pada masa

Majapahit ada seorang Patih yang kemudian amat terkenal yaitu

Patih Gajah Mada. Patih Gajah Mada inilah kemudian mampu

membangun kerajaan Majapahit dengan mempersatukan Nusantara

melalui perwujudan sumpah beliau yang dikenal dengan “Sumpah

Palapa”. Pasukan Gajah Mada pada saat itu sebagai pasukan

kerajaan dinamakan Bhayangkara yang dalam perkembangannya

Polri mengadopsi nama ini untuk menamakan prajurit-prajurit Polri

sebagai Bhayangkara negara. Pada masa Gajah Mada memiliki

ajaran yang disebut “Catur Prasetya” yang nilai-nilainya ada 15

asas, yaitu : (1) Mijnana, bijaksana, (2) Mantri Wira, pembela negara

sejati, (3) Wicaksono-Ngnyo, mampu menganalisis dan mengambil

keputusan, (4) Tanggwan, dipercaya oleh anak buah, (5) Satyo

Bhakti Haprabu, loyal pada atasan, (6) Wakjnana, pandai berpidato

dan berdiplomasi, (7) Sajjawopasama, tidak sombong, rendah hati

dan manusiawi, (8) Dhirottsaha, rajin dan kreatif, (9) Tan Lalana,

gembira dan periang, (10) Disyacitta, jujur dan terbuka, (11) Tan

Satrisna, tidak egois, (12) Mashihi Samastha Bhuwana, penyayang

dan cinta alam, (13) Ginong Pratidina, tekun menegakkan

kebenaran, (14) Sumantri, abdi negara yang baik dan (15) Hanyaken

Musuh, mampu membinasakan musuh.36 Pada perkembangannya

Polri juga mengambil asas-asas Catur Prasetya dari Gajah Mada ini

sebagai pedoman kerja walaupun isinya sesuai dengan namanya

hanya ada empat nilai-nilai, yaitu : (1) Satya Habrabu (2) Hanyaken

Musuh (3) Giniung Pratidina dan (4) Tansa Trisna. Kemudian dalam

perkembangannya Catur Prasetya Polri ini berubah dalam

35 Muladi dan Adi Sujatno, Traktat Etis Kepemimpinan Nasional dan Indeks Kepemimpinan Nasional Indonesia, Penerbit RMBOOKS, Cetakan ke IV, Jakarta, 2011, Hal. 174.36 Ibid, Hal. 175-176.

Page 89: polisiku.netpolisiku.net/files/TASKAP_LENGKAP_WEBSITE.docx  · Web viewMelihat dari uraian bab di atas maka perlu untuk kita lihat bagaimana implementasi kepemimpinan RLA di lingkungan

89

pemaknaannya sebagaimana diuraikan di atas dan dapat dilihat

dalam lampiran. Upaya-upaya perumusan ini :

a. Seluruh pemangku kepentingan di lingkungan Polri khususnya

Lembaga Pendidikan Tinggi Polri, seperti Sespimti, Sespimmen,

Sespimma dan PTIK merumuskan asas-asaas kepemimpinan RLA di

lingkungan Polri. Rumusan yang dibuat ini tentu saja harus

memperhatikan nilai-nilai kepemimpinan nasional, negarawan,

visioner, transformatif yang telah dikemukakan dalam landasan teori

maupun paradigma nasional pada Bab II di atas. Disamping itu juga

haruslah selaras dengan nilai-nilai yang memang sudah berlaku di

lingkungan Polri yaitu pedoman hidup dan pedoman kerja Tribrata

dan Catur Prasetya dengan pemaknaan yang baru.

Berdasarkan analisis landasan teori, nilai-nilai yang berlaku di

lingkungan Polri seperti kode etik maupun dikaitkan dengan tugas

pokok Polri, maka rumusan asas-asas kepemimpinan Polri tersebut

setidaknya ada “10 Asas Kepemimpinan RLA Polri”, yaitu :

1) Taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, yaitu beriman

kepada Tuhan Yang Maha Esa dan taat kepadaNya serta

menjalankan ajaran agamanya masing-masing sesuai

keyakinan.

2) Profesional, yaitu memiliki kecerdasan atau

intelektualitas yang disertai oleh sifat-sifat kenegarawanan dan

nasionalisme yang tinggi serta menjadi teladan bagi siapapun

atau fatonah.

3) Akuntabel atau dapat dipertanggung-jawabkan semua

kata dan perbuatan secara transfaran sehingga dipercaya dan

memiliki legitimasi serta rendah hati atau amanah.

4) Jujur, yaitu menjaga kebenaran, berintegrasi tinggi serta

terjaga dari kesalahan atau shiddiq.

5) Komunikatif dan informatif, artinya senantiasa

menyampaikan risalah kebenaran dengan cara-cara diplomasi

dan aspiratif (tabligh) baik kepada karyawan secara internal

maupun publik secara eksternal.

Page 90: polisiku.netpolisiku.net/files/TASKAP_LENGKAP_WEBSITE.docx  · Web viewMelihat dari uraian bab di atas maka perlu untuk kita lihat bagaimana implementasi kepemimpinan RLA di lingkungan

90

6) Visioner, yaitu kemampuan untuk memprediksi apa

yang diharapkan oleh organisasi dimasa depan dan bagaimana

untuk mencapai secara lebih cepat, efektif dan efisien tidak

sekedar reaktif tetapi juga proaktif dan antisipatif.

7) Adil, artinya selalu patuh kepada hukum (tidak KKN),

menegakkan hukum dengan berlandaskan pada hukum untuk

memperoleh keadilan, kemanfaatan, cinta damai, anti

kekerasan, toleran dan menjunjung tinggi HAM.

8) Setia dan berani, artinya memiliki kualitas kesetiaan

kepada negara dan bangsa, tanah air dan organisasi serta

memiliki sikap loyal yang timbal balik dari atasan terhadap

bawahan, terhadap atasan dan dua atasan samping serta

berani dalam mengambil keputusan dengan berbagai alternatif.

9) Berjiwa besar, artinya memiliki kemauan, kerelaan dan

keikhlasan untuk pada saatnya menyerahkan tanggung-jawab

dan kedudukan kepada generasi muda atau legowo, serta

senantiasa mengkader generasi berikutnya sebagai pengganti

yang lebih baik.

10) Memiliki sikap pengayom, pelindung dan pelayan masyarakat, artinya seorang pemimpin di lingkungan Polri

senantiasa berupaya mewujudkan suasana yang mengayomi,

melindungi dan melayani masyarakat dengan keikhlasan (tanpa

paksaaan dan kepentingan apapun kecuali karena tugas dan

tanggung jawab) dalam mewujudkan keamanan dan ketertiban

masyarakat maupun menegakkan hukum.

b. Divisi Hukum Polri dengan dibantu oleh Kasetum Polri,

berdasarkan UU No. 12 Tahun 2011 Tentang Pembentukan

Peraturan Perundang-undangan atas inisiatif sendiri membuat

konsep rancangan Peraturan Kapolri tentang “10 Asas

Kepemimpinan RLA Polri” ini untuk kemudian diajukan sebagai

sebuah Peraturan Kapolri (Perkap). Jika penamaan atau penyebutan

”Kepemimpinan RLA Polri” ini kurang disukai, maka melalui

pendekatan teori kepemimpinan pelayanan dan tugas pokok Polri

Page 91: polisiku.netpolisiku.net/files/TASKAP_LENGKAP_WEBSITE.docx  · Web viewMelihat dari uraian bab di atas maka perlu untuk kita lihat bagaimana implementasi kepemimpinan RLA di lingkungan

91

sebagai aparat yang harus mengayomi, melindungi dan melayani

masyarakat, maka dapat saja asas-asas kepemimpinan Polri ini

dinamakan sebagai “10 Asas Kepemimpinan Pelayanan Polri”.

c. Divisi Hukum Polri setelah menyusun rancangan Perkap 10

asas kepemimpinan RLA dengan dibantu oleh Divisi Humas Polri

melakukan sosialisasi dan permintaan masukan kepada satuan

kerja-satuan kerja secara internal Polri maupun ekternal Polri

khususnya kepada kelompok masyarakat sipil yang terorganisir dan

yang peduli kepada Polri.

d. Divisi Hukum Polri dan Divisi Humas Polri bersama Asrena

Kapolri setelah menerima masukan secara internal dari berbagai

satuan kerja maupun secara ekternal dari berbagai kelompok

masyarakat sipil, menyusun kembali rancangan Perkap sesuai

ketentuan untuk kemudian diajukan kepada Kapolri. Setelah

mendapat persetujuan dari Kapolri dan pemberian nomor Peraturan

Kapolri dari Sekretariat Umum Polri, maka Divkum Polri mengirimkan

Perkap dimaksud kepada Kementerian Hukum dan HAM untuk

mendapatkan pengesahan resmi maupun harmonisasi dan diberikan

nomor Lembaran Negara secara resmi untuk dapat dinyatakan asas-

asas kepemimpinan RLA Polri tersebut secara resmi dan sah berlaku

dan mempunyai kekuatan hukum yang mengikat.

e. Setelah asas-asas kepemimpinan RLA Polri ini secara sah

sebagai produk hukum, maka Divkum Polri, Divhumas Polri maupun

Inspektorat Pengawas Umum Polri mensosialisasikan keseluruh

jajaran Polri melalui acara-acara pertemuan, rapat dinas, rakornis,

workshop, memasukkannya sebagai konten informasi melalui media

komunikasi internal seperti majalah internal, website, penerangan

satuan, telegram dan lain-lain.

f. Setiap lembaga pendidikan khususnya lembaga pendidikan

yang mengandung unsur pembentukan kepemimpinan seperti Akpol,

STIK-PTIK, Sespimma, Sespimmen dan Sespimti Polri memasukkan

asas-asas kepemimpinan RLA Polri ini sebagai bagian dari materi

Page 92: polisiku.netpolisiku.net/files/TASKAP_LENGKAP_WEBSITE.docx  · Web viewMelihat dari uraian bab di atas maka perlu untuk kita lihat bagaimana implementasi kepemimpinan RLA di lingkungan

92

pelajaran kepemimpinan dengan menyesuaikan arahan dari

Lembaga Pendidikan Polri.

Upaya Strategi 2; Meningkatnya profesionalisme dan moralitas

anggota Polri dari waktu ke waktu sesuai dengan perkembangan lingkungan

strategi serta terintegrasi dengan berbagai komponen bangsa lainnya, baik

sebagai sesama aparat penegak hukum maupun pemelihara kamtibmas dan

selaku pengayom, pelindung dan pelayan masyarakat.

a. Peningkatan profesionalisme anggota Polri dapat dilakukan

melalui upaya-upaya antara lain :

1) As SDM Polri dan Karo SDM Polda-Polda melakukan

sistem rekruitmen pada setiap level baik untuk Tamtama,

Bintara maupun perwira dan Pegawai Negeri Sipil di lingkungan

Polri haruslah betul-betul transfaran, akuntabel dan bersih dari

praktek-praktek KKN baik secara nyata-nyata maupun secara

tersembunyi dalam arti secara formalitas dan substansi bebas

dari KKN.

2) As SDM dan Satuan Pendidikan memberikan sistem

pendidikan baik pembentukan dan lanjutan senantiasa

mengacu kepada kompetensi yang dibutuhkan oleh tantangan

tugas dan kinerja sesuai dengan perkembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi untuk menuju polisi yang

profesional dan modern.

3) As SDM Polri maupun atasan langsung setiap Personil

Polri melakukan pembinaan karier baik bagi polisi pekerja

(police worker) maupun pada tataran suvervisor dan manajer

berdasarkan pada pendekatan prestasi kerja maupun sistem

seleksi uji kompetensi yang transfaran dan akuntabel serta

bebas dari KKN baik secara prosedur maupun substansi.

Beberapa hal sistem ini sudah dinyatakan dalam berbagai

Perkap, tinggal eksekusi pelaksanaan yang konsisten dari

setiap pimpinan maupun As SDM Kapolri.

4) Negara dalam hal ini Presdien dan DPR melalui Asrena

Kapolri memberikan dukungan sarana dan prasarana maupun

Page 93: polisiku.netpolisiku.net/files/TASKAP_LENGKAP_WEBSITE.docx  · Web viewMelihat dari uraian bab di atas maka perlu untuk kita lihat bagaimana implementasi kepemimpinan RLA di lingkungan

93

dukungan anggaran operasional Polri yang memadai baik untuk

pemeliharaan kamtibmas, penegakan hukum maupun

pemberian pengayoman, perlindungan dan pelayanan kepada

masyarakat.

5) Negara dalam hal ini Presiden maupun DPR memiliki

kemauan politik untuk meningkatkan kuantitas polisi dibanding

dengan masyarakat atau police ratio yang memadai atau

setidaknya mendekati standart PBB yaitu 1 : 400 (saat ini

jumlah Polri 390.312 orang dengan jumlah penduduk Indonesia

237.641.326,00 dan laju pertumbuhan penduduk diperkirakan

1,49% atau bertambah setiap tahunnya 4,5 Juta jiwa 37, artinya

police ratio pada tahun 2012 ini jika penduduk Indonesia

diasumsikan 240 Juta jiwa, baru sekitar 1 : 872).

6) Terpenuhinya DSP (Daftar Susunan Personil Polri)

sebagaimana angka penghitungan idialnya minimum, yaitu

Brigadir Polisi : 470.265 (saat ini baru 350.175), Inspektur Polisi

: 95.285 (saat ini baru 14.735), AKP : 28.091 (saat ini baru

14.476), Kompol : 11.220 (saat ini baru 6.025), AKBP : 4.430

(saat ini baru 3.576), Kombes Pol : 1.089 (saat ini sudah 1.129

atau sudah lebih 40 orang).

b. Peningkatan Moralitas anggota Polri dapat dilakukan melalui

upaya-upaya antara lain :

1) As SDM Polri dan jajarannya memberikan sistem reward

dan punishment yang jelas dan terukur serta transfaran dan

akuntabel. Misalnya yang melakukan pelanggaran dihukum

dengan jelas dan yang berpotensi baik dibidang tugas maupun

akademis mendapat promosi pendidikan, jabatan dan atau

kepangkatan yang memadai melalui proses yang benar.

2) Negara melalui Kementerian Keuangan dan As Rena

Kapolri melakukan upaya-upaya peningkatan kesejahteraan

anggota Polri, misalnya negara memberikan gaji ataupun

tunjangan kinerja yang memadai untuk hidup sederhana dan

37 Sumber Website Resmi Badan Pusat Statistik (BPS), http://www.bps.go.id/, Sesus Penduduk 2010.

Page 94: polisiku.netpolisiku.net/files/TASKAP_LENGKAP_WEBSITE.docx  · Web viewMelihat dari uraian bab di atas maka perlu untuk kita lihat bagaimana implementasi kepemimpinan RLA di lingkungan

94

layak serta ada kepastian dalam pemeliharaan kesehatan

maupun pendidikan keturunannya.

3) Meningkatkan fungsi pengawasan yang dilakukan baik

secara internal oleh Irwasum Polri, Divisi Propam Polri maupun

oleh setiap atasan langsung terhadap staf bawahannya atau

karyawan maupun secara ekternal seperti oleh Kompolnas,

DPR R.I khusus oleh Komisi III Bidang Hukum, Ombudsement

Republik Indonesia (ORI) dan lembaga swadaya masyarakat

yang peduli terhadap organisasi Polri.

4) Kapolri dan pimpinan atau manajer atas senantiasa

dapat mendorong para pemimpin di lingkungan Polri yang ada

di bawahnya sampai pada level terbawah dapat menjadi

pemimpin yang menjadi contoh bagi staf atau anggotanya (lead

by example).

Upaya Strategi 3; Penyidik Polri bersama PPNS (Penyidik Pegawai

Negeri Sipil) Kementerian yang terkait seperti Kementerian Pertanian, PU,

Perkebunan dan Kehutanan meningkatkan penegakan hukum terhadap

berbagai pelanggaran peraturan perundang-undangan yang berkaitan

dengan pangan serta meningkatkan koordinasi dan sinkronisasi dengan

Jaksa Penuntut Umum dan pemangku kepentingan lainnya.

Secara konstitusional dinyatakan bahwa negara Indonesia adalah

negara hukum yang dinyatakan dalam pasal 1 ayat (3) UUD N R.I 1945.

Untuk selanjutnya suatu negara dapat dikatakan sebagai negara hukum atau

“rule of law” bilamana aturan hukum telah dijadikan sebagai aturan main (fair

play) dalam penyelenggaraan pemerintahan negara, terutama dalam

memelihara keamanan dan ketertiban serta perlindungan terhadap hak-hak

warganya. Menurut teori hukum John Lock dalam bukunya “Second Tratise

of Government” menguraikan minimal ada tiga unsur bagi suatu negara

dikatakan negara berdasarkan hukum, yaitu; (1) Adanya hukum yang

mengatur bagaimana anggota masyarakat dapat menikmati hak asasi

dengan damai, (2) Adanya suatu badan yang dapat menyelesaikan sengketa

yang timbul dibidang pemerintah atau antar pemerintah dan (3) Adanya

Page 95: polisiku.netpolisiku.net/files/TASKAP_LENGKAP_WEBSITE.docx  · Web viewMelihat dari uraian bab di atas maka perlu untuk kita lihat bagaimana implementasi kepemimpinan RLA di lingkungan

95

badan yang tersedia atau diadakan untuk menyelesaikan sengketa yang

timbul diantara sesama anggota masyarakat.38

Sesuatu yang penting untuk dipahami dalam teori aktualisasi hukum

yang dikemukakan oleh Lawrence M. Friedman bahwa aktualisasi hukum

mempersyaratkan berfungsinya semua komponen sistem hukum. Komponen

sistem hukum itu ada tiga, yaitu; (1) Struktur hukum, merupakan kerangka,

bagian yang tetap bertahan (statis), bagian yang memberikan semacam

bentuk dan batasan terhadap keseluruhan instansi penegak hukum atau

aparat penegak hukum. (2) Substansi hukum, merupakan aturan-aturan atau

norma-norma dan pola perilaku nyata manusia yang berada dalam sistem,

termasuk produk yang dihasilkan oleh orang-orang yang ada dalam sitem

hukum itu mencakup keputusan yang mereka lakukan atau aturan baru yang

mereka susun. Jadi disini juga merupakan materi atau isi dari peraturan

perundang-undangan tersebut. (3) Budaya hukum, merupakan gagasan,

sikap, keyakinan, harapan dan pendapat tentang hukum, jadi disini melihat

bagaimana budaya hukum masyarakat apakah patuh atau tidak patuh

terhadap hukum. Hal lain yang juga sangat penting untuk dipahami dalam

penegakan hukum ini adalah fungsi dari pada hukum itu sendiri. Secara

umum dapat dikatakan fungsi hukum itu adalah; (1) Law as a tool of social

control, sebagai alat kontrol sosial, (2) Law as a tool social engineering,

sebagai alat untuk merekayasa masyarakat, (3) Law as facilitation of social,

sebagai fasilitas berinteraksinya berbagai interaksi sosial, (4) Law as a

conflict social, sebagai jalan keluar atau penyelesaian konflik sosial dan (5)

Law as a recruitment of emantipation, sebagai cara untuk memahami

berbagai perbedaan atau pihak-pihak lain.39

Dari uraian di atas maka upaya-upaya yang dapat dilakukan dalam

penegakan hukum khususnya dalam peraturan perundang-undangan yang

berkaitan dengan pangan ini antara lain adalah :

a. Secara struktur hukum atau aparat penegak hukum dibidang

peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan pangan.

38 ______, http://hukum-on.blogspot.com/2012/06/pengertian-supremasi-hukum-dan.html, Pengertian Supremasi Hukum dan Penegakan Hukum, diunduh tanggal 27 Juli 2012.39 Unsiyah, Taqwaddin, S.H., SE, MS. C.D., Materi Sosiologi Hukum S2, Banda Aceh, 2007.

Page 96: polisiku.netpolisiku.net/files/TASKAP_LENGKAP_WEBSITE.docx  · Web viewMelihat dari uraian bab di atas maka perlu untuk kita lihat bagaimana implementasi kepemimpinan RLA di lingkungan

96

1) Mabes Polri haruslah menstrukturkan proses penegakan

hukum dibidang peraturan perundang-undangan yang berkaitan

dengan masalah pangan, baik yang berkaitan dengan masalah

ketersediaan, keterjangkauan maupun konsumsi pangan.

Strukturisasi ini tidaklah berarti harus membuat struktur baru

semacam Direktorat khusus ataupun Sub Direktorat, tetapi bisa

saja menjadi bagian dari Direktorat Kriminalitas khusus yang

sudah ada atau dalam bentuk ad hok (sementara atau

kepanitiaan) bila memang ada kasus atau peristiwa.

Strukturisasi ini setidaknya dinyatakan dalam bentuk petunjuk

teknis berupa telegram ataupun bagian dari Peraturan Kapolri.

2) Mabes Polri, khususnya Biro Koordinator dan Pengawas

Penyidik Pegawai Negeri Sipil menginventarisir secara khusus

Kementerian dan Lembaga yang mempunyai kewenangan

untuk melakukan penegakan hukum berupa penyidikan

maupun pemberian sangsi administrasi peraturan perundang-

undangan yang berkaitan dengan pangan. Misalnya UU No. 7

Tahun 1996 Tentang Pangan adalah PPNS Kementerian

Pertanian dan BPOM, UU No. 26 Tahun 2007 Tentang

Penataan Ruang adalah PPNS Kementerian PU, UU No. 41

Tahun 2009 Tentang Pemeliharaan Lahan Pertanian Pangan

Berkelanjutan adalah PPNS Kementerian Pertanian dan lain-

lain. Inventarisasi para PPNS ini sebagai sebuah upaya

menyangkut struktur penegakan hukum.

3) Mabes Polri melalui Kepala Badan Pemeliharaan

Kamtibmas (Baharkam) Polri menstrukturkan dalam jajarannya

khususnya melalui kebijakan dan strategi perpolisian

masyarakat (Polmas) sesuai dengan Peraturan Kapolri No. 7

Tahun 2008 yang diembankan kepada Direktorat Bimbingan

Masyarakat (Bimmas) maupun seluruh fungsi Kepolisian yang

ada. Strukturisasi yang dimaksudkan disini adalah bahwa

masalah-masalah pangan dijadikan bagian perhatian yang

khusus oleh jajaran Baharkam Polri, khususnya pada aspek

Page 97: polisiku.netpolisiku.net/files/TASKAP_LENGKAP_WEBSITE.docx  · Web viewMelihat dari uraian bab di atas maka perlu untuk kita lihat bagaimana implementasi kepemimpinan RLA di lingkungan

97

ketersediaan dan keterjangkauan pangan. Ketersediaan

pangan misalnya pada sub aspek produksi pangan, jajaran

Baharkam Polri melalui kegiatan manajemen melakukan

kerjasama dengan Badan Ketahanan Pangan di daerah-daerah

untuk ikut serta melakukan kegiatan penyuluhan maupun

kegiatan penanaman produk-produk pangan strategis seperti

misalnya padi, jagung, kedelai, gula dan daging melalui

peternakan.

4) Secara struktur beberapa karakter yang harus dimiliki

oleh aparat kepolisian sebagai pengemban fungsi perpolisian

masyarakat dalam kerjasama dengan Pemda atau Badan

Ketahanan Pangan maupun pemangku kepentingan lainnya

secar khusus adalah sebagai berikut :

a) Mengenali diri sendiri: memahami kelebihan yang dimiliki untuk dimanfaatkan secara optimal bagi kelancaran tugas dan di lain sisi juga menyadari atas kekurangan/ kelemahan diri guna dikikis/ diperbaiki;

b) Percaya diri: bersikap optimis terhadap kemampuannya, apa yang dilaksanakannya dan bagaimana melaksanakannya serta tidak takut untuk mengembangkan kemampuan diri;

c) Disiplin pribadi: ketaatan kepada aturan dan ketertiban diri dalam penggunaan waktu secara efektif untuk melaksanakan tugas maupun kehidupan sehari-hari;

d) Profesional: kemampuan profesional Polri sebagai pelindung, pengayom dan pelayan masyarakat khususnya kemampuan membangun kemitraan dengan warga masyarakat;

e) Integritas: keteguhan dan ketangguhan jiwa raga secara menyeluruh mencakup aspek kepribadian, mentalitas, moralitas dan profesionalitas.40

5) Beberapa penampilan atau sikap yang harus dimiliki

oleh para petugas Polmas dalam menjalankan tugas adalah

sebagai berikut :

a) Simpatik: selalu berpakaian rapi, sikap menarik dan menunjukkan empati;

40 Mabes Polri, Peraturan Kapolri Nomor 7 Tahun 2008 Tentang Pedoman Dasar Strategi dan Implementasi Pemolisian Masyarakat Dalam Penyelenggaraan Tugas Polri, Pasal 33.

Page 98: polisiku.netpolisiku.net/files/TASKAP_LENGKAP_WEBSITE.docx  · Web viewMelihat dari uraian bab di atas maka perlu untuk kita lihat bagaimana implementasi kepemimpinan RLA di lingkungan

98

b) Ramah: selalu menunjukkan sikap berteman/ bersahabat, murah senyum, mendahului sapa dan membalas salam;

c) Optimis: bersikap positif, tidak ragu akan keberhasilan dalam setiap melakukan pekerjaan;

d) Inisiatif: kemampuan mengajukan gagasan dan prakarsa dalam mengidentifikasi masalah, menentukan prioritas masalah, mencari alternatif solusi dan memecahkan pemasalahan dengan melibatkan masyarakat;

e) Tertib: selalu teratur dalam melaksanakan pekerjaan dan mampu menata/ menyusun rencana kerja, dokumen, lingkungan kerja dan wilayah kerja;

f) Disiplin waktu: mampu merencanakan pekerjaan dan aktivitas agar memanfaatkan waktu tersedia seproduktif mungkin;

g) Cermat: teliti dalam mengumpulkan dan menganalisis fakta serta mempertimbangkan konsekuensi atas setiap pengambilan keputusan;

h) Akurat: mampu menentukan tindakan yang tepat dalam mengantisipasi permasalahan, disertai argumentasi yang jelas;

i) Tegas: mampu mengambil keputusan dan tindakan tegas tanpa keraguan serta melaksanakannya tanpa menunda-nunda waktu.41

b. Secara substansi atau materi hukum. Tentu saja yang

dimaksudkan disini adalah isi atau materi dari peraturan perundang-

undangan yang berkaitan dengan pangan itu sendiri sebagaimana

sudah diuraikan di atas pada sub bab 23 C Indikator Keberhasilan

dibidang penegakan hukum. Disadari bahwa Polri bukanlah bagian

dari pada pembuat regulasi, tetapi sebagai bagian dari pelaksanaan

peraturan perundang-undangan yang sudah disahkan atau sebagai

aparat penegak hukumnya. Akan tetapi melalui mekanisme yang

benar, Polri dapat saja memberikan masukan terhadap perbaikan

materi hukum yang dijalankan selama ini kepada bagian regulasi

atau dalam hal ini legislatif DPR R.I melalui Kementerian Hukum dan

HAM atau Kementerian yang menjadi leading sektor daripada

peraturan tersebut. Misalnya saja, secara substansi atau isi

peraturan perundang-undangan, pemerintah dalam hal ini 41 Ibid, Pasal 34.

Page 99: polisiku.netpolisiku.net/files/TASKAP_LENGKAP_WEBSITE.docx  · Web viewMelihat dari uraian bab di atas maka perlu untuk kita lihat bagaimana implementasi kepemimpinan RLA di lingkungan

99

Menkopolhukam, MA, Kemenkum HAM, BPN, Kemdagri, Kemen PU,

Kejagung, Polri melakukan evaluasi dan sinkronisasi peraturan dan

perundang-undangan yang berkaitan dengan penataan ruang dan

penggunaan ruang seperti UU No. 26 Tahun 2007 Tentang

Penataan Ruang, UU No. 41 Tahun 2009 Tentang Perlindungan

Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan dengan UU No. 2 Tahun

2012 Tentang Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk

Kepentingan Umum. UU No. 2 Tahun 2012 hanya menekankan

kepada penyediaan tanah dengan cara mengganti rugi yang layak

kepada pihak yang berhak tanpa ada penekanan untuk

memperhatikan rencana tata ruang wilayah atau zoning wilayah yang

sudah ditentukan sebelumnya, walaupun ada klausal dalam pasal 7

yang mengatakan bahwa pengadaan tanah untuk kepentingan

umum diselenggarakan sesuai dengan RTRW, rencana

pembangunan nasional/ daerah, rencana strategis dan rencana

setiap instansi yang memerlukan tanah untuk kepentingan umum.

Kondisi ini mengisyaratkan bahwa jika atas nama “kepentingan

umum” maka tanah atau lahan apapun dapat diambil dengan ganti

rugi walaupun tanah atau lahan tersebut sudah di zoning atau

ditetapkan dalam tata ruang sebagai lahan pertanian pangan yang

subur. Dengan kata lain UU Perlindungan Lahan Pertanian Pangan

Berkelanjutan dan Penataan Ruang dapat dikalahkan, dan kondisi

ini, apabila pihak yang membutuhkan tanah tersebut lebih “kuat”

akan semakin memberikan peluang semakin berkurangnya lahan

pertanian atau zoning wilayah atau penataan tidak berfungsi dengan

baik.

c. Secara budaya atau kultur hukum. Kementerian Hukum dan

HAM maupun aparat penegak hukum lainnya seperti MA, Kejagung,

Polri dan jajaran kementerian terkait yang menjadi leading sektor

terhadap pangan maupun penataan ruang atau penggunaan ruang

seperti Kementerian Pertanian, PU, Kemdagri, BPN untuk

melakukan kegiatan antara lain :

Page 100: polisiku.netpolisiku.net/files/TASKAP_LENGKAP_WEBSITE.docx  · Web viewMelihat dari uraian bab di atas maka perlu untuk kita lihat bagaimana implementasi kepemimpinan RLA di lingkungan

100

1) Sosialisasi secara sistemik dan berkelanjutan baik kepada

masyarakat petani, mahasiswa dan para pengusaha tentang

berbagai peraturan perundang-undangan yang berkaitan

dengan pangan, penataan ruang atau penggunaan lahan.

2) Menguatkan kelompok-kelompok sipil atau LSM yang

peduli pada masalah-masalah pembangunan khususnya

dibidang pangan yang berkelanjutan dan berwawasan pada

lingkungan sesuai dengan penataan ruang. Kelompok

organisasi sipil ini diharapakan yang independent untuk

memperjuangkan kepentingan petani seperti misalnya

Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan), Himpunan Kerukunan

Tani dan Nelayan dan lain-lain.

3) Memberikan reward atau sejenis hadiah kepada

perorangan maupun kelompok tani dan nelayan yang

berprestasi terhadap pemajuan produksi pangan yang

berkelanjutan dan berwawasan lingkungan.

Upaya Strategi 4; Membuat kesepahaman atau MoU dengan

Kementerian Pertanian untuk tingkat Pusat dan dengan Kepala Dinas

Pertanian dan atau Kepala Badan Ketahanan Pangan Provinsi, Kabupaten

dan Kota untuk tingkat daerah.

Nota kesepahaman atau MoU sebagai dasar sinergitas antara Polri

dan Kementerian Pertanian khususnya Badan Ketahan Pangan baik di

tingkat Pusat maupun di tiap-tiap daerah otonom yaitu di Provinsi, Kabupaten

dan Kota. Sebagai bahan acuan misalnya MOU antara TNI dan Kementerian

Pertanian sudah ada yaitu Nomor : 13002/HK/130/F/04/2012 dan Nomor :

KERMA/10/IV/ 2012 tanggal 13 April 2012 Dalam Rangka Mewujudkan

Ketahanan Pangan Nasional Melalui Program Pembangunan Sektor

Pertanian Sebagai Bentuk Pengabdian TNI Mendukung Program

Pemerintah. Berdasarkan acuan ini sesungguhnya Polri sebagai lembaga

pemelihara kamtibmas dan penegak hukum melalui kebijakan dan strategi

perpolisian masyarakat sangatlah strategis untuk peduli terhadap masalah

peningkatan ketahanan pangan dari perspektif mencegah terjadinya

kejahatan dikarenakan kemiskinan maupun pengangguran atau ketiadaan

Page 101: polisiku.netpolisiku.net/files/TASKAP_LENGKAP_WEBSITE.docx  · Web viewMelihat dari uraian bab di atas maka perlu untuk kita lihat bagaimana implementasi kepemimpinan RLA di lingkungan

101

pangan atau sulitnya masyarakat untuk mengakses pangan karena berbagai

hal sebagai alasan. Kesepahaman tersebut diharapkan dapat di

operasionalisasikan di daerah-daerah otonom Provinsi, Kabupaten dan Kota,

sehingga walaupun MoU sudah dibuat di tingkat pusat, sebaiknya juga

masing-masing Kepolisian di Daerah melakukan MoU dengan Pemerintahan

setempat yang disesuaikan dengan situasi dan kondisi daerah masing-

masing. Sebenarnya sejauh ini MoU antara Polri dan Kementerian Pertanian

sudah ada yang diwakili oleh Badan Karantina Pertanian, tetapi tentang kerja

sama hanya dibidang karantina hewan, tumbuh-tumbuhan dan pengawasan

hayati yang bersifat lebih kepada penegakan hukum dari pada upaya

peningkatan ketahanan pangan. Sedangkan kerjasama dibidang ketahanan

pangan yang bersifat lebih luas dan menyentuh terhadap upaya-upaya

peningkatan ketahanan pangan sejauh ini memang belum ada.

Beberapa upaya yang dapat diambil antara lain :

a. Kapolri melalui program atau pemilihan strategi dan filosofi

Pemolisian Masyarakat membuat MoU atau Nota Kesepahaman

dengan Kementerian Pertanian dalam rangka membantu program

pemerintah mewujudkan ketahanan pangan mencapai surplus beras

10 Juta Ton dan peningkatan produksi strategis lainnya (jagung,

kedelai, gula dan daging sapi) pada tahun 2014.

b. Kapolda dan Kapolres masing-masing daerah otonom

melakukan koordinasi dengan Gubernur, Bupati dan Walikota

sebagai pimpinan daerah otonom dan atau bisa langsung dengan

Kepala Badan Ketahanan Pangan masing-masing untuk membahas

masalah program surplus produk pangan utamanya beras, kedelai,

jagung, gula dan daging sapi serta mewujudkan kerja sama dalam

MoU sebagai landasan administrasi dan hukum operasional.

c. Polri di tiap-tiap daerah otonom, memberikan bantuan kepada

masing-masing Badan Ketahanan Pangan dalam hal penanganan

daerah-daerah yang mengalami rawan pangan seperti membantu

dalam distribusi pangan, membantu stabilitas harga dengan

“koordinasi” para pengusaha dibidang pangan ditiap-tiap daerah

untuk tidak mencari keuntungan yang tidak wajar dalam kesulitan

Page 102: polisiku.netpolisiku.net/files/TASKAP_LENGKAP_WEBSITE.docx  · Web viewMelihat dari uraian bab di atas maka perlu untuk kita lihat bagaimana implementasi kepemimpinan RLA di lingkungan

102

masyarakat serta koordinasi dengan Bulog setempat jika memiliki

Bolog khusus masalah sumber pangan beras.

d. Polri dalam hal ini para petugas Polmas memberikan bantuan

tehnis lainnya kepada Badan Ketahanan Pangan dan atau petani

langsung dalam hal misalnya menjadi petugas membantu

penyuluhan, memberikan akses pemodalan kepada pihak perbankan

yang resmi dan meniadakan sistem ijon melalui para petugas

Babinkamtibmas ataupun anggota Polri yang khusus mengemban

fungsi Polmas atau Bimmas.

e. Mabes Polri melalui Polda dan Polres secara khusus diwaktu-

waktu tertentu dalam setiap tahun yang disesuaikan dengan

perkembangan kondisi iklim daerah masing-masing melaksanakan

operasi bhakti Bhayangkara khusus dibidang pangan strategis

seperti menanam padi, kedelai, jagung, tebu (untuk daerah produksi

gula) maupun peternakan untuk menghasilkan daging sebagai upaya

nyata meningkatkan ketahanan pangan. Kegiatan ini tentu saja

dilakukan secara sinergi bersama pemangku kepentingan lainnya

sebagai upaya meyakinkan kesuksesan operasi bhakti Bhayangkara

tersebut.

BAB VII

PENUTUP

28. Kesimpulan

Dari uraian dan pembahasan di atas maka beberapa hal dapat

disimpulkan dalam tulisan Kertas Karya Perorangan ini sebagai berikut :

a. Dari berbagai teori kepemimpinan, posisi seorang pemimpin

dalam suatu organisasi sangatlah strategis, karena pemimpinlah

yang akan membawa, mengarahkan dan menggerakkan seluruh

potensi dalam organisasi terutama dalam pencapaian tujuannya.

Lebih-lebih jika organisasi tersebut adalah suatu bangsa dan negara,

Page 103: polisiku.netpolisiku.net/files/TASKAP_LENGKAP_WEBSITE.docx  · Web viewMelihat dari uraian bab di atas maka perlu untuk kita lihat bagaimana implementasi kepemimpinan RLA di lingkungan

103

maka seorang pemimpin sangatlah penting, strategis dan

menentukan. Demikian juga dengan setiap pemimpin di lingkungan

organisasi Polri yang memiliki tugas pokok sebagai pemelihara

kamtibmas, penegak hukum dan pengayom, pelindung dan pelayan

masyarakat sangatlah strategis dan menentukan bagaimana “warna”

seorang pemimpin untuk menghantarkan agar tujuan tugas pokok

Polri pada setiap level atau tingkatan dapat terwujud dan tercapai.

Semua ini tentu saja guna memberikan kontribusi penciptaan situasi

dan kondisi yang aman, tentram dan damai sehingga pembangunan

nasional dan di tiap-tiap daerah dapat berjalan dengan baik dalam

rangka mensejahterakan masyarakat Indonesia. Bertitik tolak dan

pemaknaan Kepemimpinan Nasional, pemimpin di lingkungan Polri

adalah bagian dari pemimpin nasional yang berarti pula dalam

implementasi kepemimpinan pada setiap tingkatan di lingkungan

Polri haruslah senantiasa berpikir dan bertindak secara komprehensif

dengan memperhatikan bagian-bagian atau gatra-gatra yang lain

serta integratif dalam arti bersinergi satu sama lain dan holistik dalam

mewujudkan situasi yang aman, tentram dan damai sebagai bagian

dari ketahanan nasional. Adalah keliru jika seorang pemimpin dalam

suatu gatra tertentu dan dalam setiap level berpikir sektoral untuk

kesuksesan semata-mata gatra atau bagian pekerjaan sektoral tanpa

memperhatikan sektor yang lain.

b. Sejak tahun 1998 (setelah Polri berpisah dengan TNI) sampai

saat ini di lingkungan Polri belum ada perumusan asa-asas

kepemimpinan atau sifat-sifat utama yang dapat menjadi pedoman

dan diimplementasikan. Belum adanya atau ketiadaan asas

kepemimpinan ini bukanlah berarti sama sekali tidak ada asas-asas

kepemimpinan yang diterapkan di lingkungan Polri. Sejatinya Polri

memiliki tugas pokok, memiliki pedoman hidup Tribrata dan memiliki

pedoman kerja Catur Prasetya (walaupun dalam perjalanannya

sudah ada perubahan pemaknaan). Polri juga memiliki kode etik

khusus untuk Polri, memiliki kode etik penyidikan yang khusus

dimiliki oleh para penyidik Polri. Kemudian di lembaga pendidikan

Page 104: polisiku.netpolisiku.net/files/TASKAP_LENGKAP_WEBSITE.docx  · Web viewMelihat dari uraian bab di atas maka perlu untuk kita lihat bagaimana implementasi kepemimpinan RLA di lingkungan

104

seperti AKPOL, PTIK, Sespimma, Sespimmen, Sespimti dan

Lemhannas diajarkan juga berbagai teori-teori kepemimpinan

maupun pelatihan-pelatihan pembentukan karakter seorang

pemimpin yang pada dasarnya diadopsi untuk kemudian

diimplementasikan oleh para pemimpin di setiap level di lingkungan

Polri. Didasarkan pada berbagai pembelajaran kepemimpinan,

khususnya kepemimpinan nasional, negarawan, kontemporer,

visioner, kepemimpinan pelayanan maupun perpaduan dengan tugas

pokok Polri, pedoman hidup Tribrata dan pedoman kerja Catur

Prasetya maupun kepemimpinan yang dapat menjadi contoh dan

teladan utama umat manusia yaitu Nabi Muhammad SAW, maka

menurut penulis sangatlah penting merumuskan asas-asas

kepemimpinan di lingkungan Polri. Didasarkan pada atas keinginan

“Membangun Polri yang Rahmatan Lil Alamin Tahun 2020”, yang

memilih atau menentukan pada dua kritikal driving forces atau pada

dua pengungkit utama, yaitu Profesionalisme dan Moralitas anggota

Polri. Kemudian dikaitkan dengan tugas pokok Polri dan fitrah atau

kodrat umat manusia diciptakan yaitu untuk kemaslahatan umat

manusia itu sendiri maupun bermanfaat bagi sesama umat manusia

serta bagi alam dan seisinya. Didasarkan pada pemaknaan

beberapa hal tersebut diatas dengan analisis teori PDB Triangle atau

Segitiga Positioning-Defferensiation-Brand, penulis merumuskan

asas-asas kepemimpinan di lingkungan Polri sebagai sebuah style

atau gaya dengan penyebutan “Asas-asas Kepemimpinan yang Rahmatan Lil Alamin (RLA) di Lingkungan Polri”. Berdasarkan

kajian-kajian di atas maka rumusan asas-asas kepemimpinan RLA di

lingkungan Polri ini ada 10 (sepuluh) Asas, yaitu : (1) Taqwa, (2)

Profesional atau fatonah, (3) Akuntabel dan transfaran atau

amanah, (4) Jujur atau shiddig, (5) Komunikatif dan informatif atau tabligh, (6) Visioner, (7) Adil, (8) Setia dan Berani, (9)

Berjiwa besar atau Legowo, (10) Pengayom, pelindung dan pelayan. Disadari bahwa penamaan 10 asas kepemimpinan RLA di

lingkungan Polri ini bisa saja ada yang tidak setuju dikarenakan

Page 105: polisiku.netpolisiku.net/files/TASKAP_LENGKAP_WEBSITE.docx  · Web viewMelihat dari uraian bab di atas maka perlu untuk kita lihat bagaimana implementasi kepemimpinan RLA di lingkungan

105

penggunaan kata-kata “Rahmatan Lil Alamin”. Akan tetapi

penggunaan kata-kata tersebut semata-mata mengambil makna

yang terkandung didalamnya serta hakekat kehadiran polisi atau

tugas pokok Polri dimana kehadiran polisi sesungguhnya haruslah

memberikan rahmat atau manfaat kepada sesama manusia maupun

bagi alam serta seisinya. Sesungguhnya penggunaan kata-kata RLA

sama saja seperti penggunaan kata-kata Tribrata atau Catur

Prasetya yang diambil dari kata-kata Sangsekerta dimasa atau diera

kerajaan Budha ataupun Hindu dimasa lalu, yang dengan demikian

bukanlah berarti pengambilan penamaan tersebut sebagai sesuatu

yang kebudha-budhaan atau kehindu-hinduan, begitu juga dengan

penggunaan istilah RLA. Tetapi jika saja penggunaan istilah itu ada

yang tidak setuju, kemudian dikaitkan dengan teori Servant

Leadership dari Ken Blancard dan Mark Miller serta Peter Seuge

bisa saja digunakan istilah Kepemimpinan yang Melayani di

Lingkungan Polri, atau “10 Asas Kepemimpinan Yang Melayani di

Lingkungan Polri”. Penggunaan kata-kata melayani ini tentu saja

didasarkan pada tugas pokok Polri untuk melayani masyarakat

maupun makna dari seorang pemimpin itu sendiri, yang dikatakan

seorang pemimpin yang besar, yaitu pemimpin yang harus

melakukan pelayanan/ to serve baik kepada bawahannya atau

kepada rakyatnya. Seorang pemimpin yang besar harus senantiasa

bertanya secara terus menerus kepada diri sendiri, “Apakah saya

seorang pemimpin yang melayani atau seorang pemimpin yang

melayani diri sendiri atau bahkan ingin dilayani ?”.42 Implementasi

asas-asas kepemimpinan RLA pada setiap level kepemimpinan di

lingkungan Polri, dengan sendirinya akan mendorong percepatan

perubahan kultur Polri (mind set atau pola pikir dan cultur set atau

budaya kerja) menjadi polisi sipil yang tegas tetapi protagonis,

proaktif, legitimis, populis, humanis, demokratis, transparan,

akuntabilitas kepada publik dan dialogis.

42 Adi Sujatno, Teori Kepemimpian, Lemhannas R.I., Cetakan kedua, Jakarta, 2010, Hal. 10.

Page 106: polisiku.netpolisiku.net/files/TASKAP_LENGKAP_WEBSITE.docx  · Web viewMelihat dari uraian bab di atas maka perlu untuk kita lihat bagaimana implementasi kepemimpinan RLA di lingkungan

106

c. 10 Asas Kepemimpinan RLA di lingkungan Polri ini apabila

diimplementasikan khususnya dalam penegakan hukum peraturan

perundang-undangan yang berkaitan dengan pangan, maupun

dalam upaya-upaya yang nyata seperti keterlibatan perpolisian

masyarakat untuk ikut serta bersama-sama pemangku kepentingan

lainnya pada usaha produksi pangan, akan meningkatkan ketahanan

pangan. Peningkatan ketahanan pangan disini tidak hanya pada

sistem ketersediaan pangan saja seperti misalnya terpeliharanya

lahan pertanian pangan yang berkelanjutan, sehingga produksi

meningkat, tetapi juga pada sistem yang lain yaitu keterjangkauan,

konsumsi, pemberdayaan masyarakat maupun manajemen. Pada

sistem keterjangkauan pangan misalnya lancarnya distribusi pangan

yang dikarenakan seluruh aparat kepolisian membantu kelancaran

distribusi di lapangan, yang biasanya sering dikeluhkan oleh

pengusaha distribusi pangan banyaknya pungutan liar, sehingga

mengakibatkan biaya tinggi dan harga pangan menjadi lebih tinggi.

Dari sistem pemberdayaan masyarakat, kontribusi yang dapat dilihat

adalah keterlibatan para kelompok tani seperti Gapoktan maupun

kelompok masyarakat sipil lainnya yang independent dan peduli

terhadap petani dan nelayan untuk ikut secara aktif meningkatkan

harkat dan martabat dari para petani dan nelayan sendiri.

29. Saran a. Sungguhpun penulis sudah mencoba merumuskan ”10 Asas-

asas Kepemimpinan RLA di Lingkungan Polri”, disarankan kepada

Mabes Polri dalam hal ini Itwasum Polri, Asrena Kapolri, Kepala

Divisi Propam Polri khususnya Biro Profesi dan Divisi Hukum Polri

bersama Lemdikpol yang dapat diwakili oleh Sespimmen/ Sespimti

Polri merumuskan asas-asas kepemimpinan di lingkungan Polri.

Perumusan asas-asas kepemimpinan di lingkungan Polri disarankan

juga haruslah mampu mengadopsi nilai-nilai kepemimpinan nasional,

negarawan, kontemporer, visioner, kepemimpinan melayani maupun

tugas pokok Polri itu sendiri yang pada dasarnya kehadiran

organisasi Polri ditengah-tengah masyarakat harus memberikan

Page 107: polisiku.netpolisiku.net/files/TASKAP_LENGKAP_WEBSITE.docx  · Web viewMelihat dari uraian bab di atas maka perlu untuk kita lihat bagaimana implementasi kepemimpinan RLA di lingkungan

107

rahmat atau manfaat kepada sesamanya umat manusia maupun

bagi alam Indonesia serta seisinya dengan kemampuan pemberian

pelayanan yang prima. Karena itu disarankan juga penamaan asas-

asas kepemimpinan di lingkungan Polri itu nantinya adalah “asas-

asas kepemimpinan Rahmatan Lil Alamin di lingkungan Polri”.

b. Mabes Polri, khususnya Badan Pemeliharaan Keamanan

(Baharkam) Polri perlu membuat nota kesepahaman atau MoU

dengan Kementerian Pertanian sebagai ujud keikut sertaan Polri

melalui pelaksanaan tugas-tugas perpolisian masyarakat (Polmas)

bersama berbagai pemangku kepentingan untuk membantu negara

meningkatkan ketahanan pangan. Sungguhpun tugas pokok Polri

dibidang pemeliharaan kamtibmas dan penegakan hukum, tetapi

tugas-tugas meningkatkan ketahanan pangan melalui sistem

peningkatan ketersediaan pangan, keterjangkauan dan konsumsi

pangan adalah juga bagian dari tugas pemeliharaan kamtibmas

untuk secara dini Polri mengatasi penyebab-penyebab atau

permasalahan kamtibmas seperti masalah kemiskinan, kebodohan

ataupun pengangguran. Dengan meningkatnya ketahanan pangan

sampai kepada keluarga ataupun individu maka permasalahan

kamtibmas dengan sendirinya akan semakin berkurang.

c. Badan Reserse Kriminal (Bareskrim) Polri dengan jajarannya

yaitu reserse di tingkat Polda, Polres dan Polsek perlu

menstrukturkan aparat penegak hukum dibidang perundang-

undangan yang berkaitan dengan pangan secara ad hok atau

setidaknya mengeluarkan suatu standar operasi prosedur khusus di

lingkungan Bareskrim Polri. Tujuannya adalah agar ada keseriusan

atau optimalisasi penegakan hukum peraturan perundang-undangan

yang berkaitan dengan pangan. Setiap Polda perlu menargetkan

untuk menindak orang-orang, korporasi maupun pejabat yang telah

mengalih fungsikan lahan pertanian pangan misalnya sawah yang

masih berpotensi produksi dengan baik, tetapi dialih fungsikan

menjadi komplek perumahan, pertokoan dan lain-lain. Undang-

undang yang dapat dipakai misalnya UU No. 41 Tahun 2009

Page 108: polisiku.netpolisiku.net/files/TASKAP_LENGKAP_WEBSITE.docx  · Web viewMelihat dari uraian bab di atas maka perlu untuk kita lihat bagaimana implementasi kepemimpinan RLA di lingkungan

108

Tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan

maupun UU No. 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang dan lain-

lain yang berkaitan dengan pangan.

Jakarta, Oktober 2012

Peserta PPRA XLVIII/ 2012

Drs. Zulkarnain.Nomor Absen : 82