IMPLEMENTASI PENGENDALIAN PERIZINAN OLEH ...repository.umrah.ac.id/3869/1/Muhammad...

19
1 IMPLEMENTASI PENGENDALIAN PERIZINAN OLEH DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU TAHUN 2016 (Studi Pada Perizinan Kapal Perikanan Tangkap untuk Ukuran di Atas 5 GT hingga 30 GT di Kabupaten Bintan) JURNAL MUHAMMAD SYAHREZA NIM. 130565201176 PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAM MARITIM RAJA ALI HAJI 2019

Transcript of IMPLEMENTASI PENGENDALIAN PERIZINAN OLEH ...repository.umrah.ac.id/3869/1/Muhammad...

Page 1: IMPLEMENTASI PENGENDALIAN PERIZINAN OLEH ...repository.umrah.ac.id/3869/1/Muhammad Syahreza...PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAM MARITIM

1

IMPLEMENTASI PENGENDALIAN PERIZINAN OLEH

DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI

KEPULAUAN RIAU TAHUN 2016

(Studi Pada Perizinan Kapal Perikanan Tangkap untuk Ukuran

di Atas 5 GT hingga 30 GT di Kabupaten Bintan)

JURNAL

MUHAMMAD SYAHREZA

NIM. 130565201176

PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAM MARITIM RAJA ALI HAJI

2019

Page 2: IMPLEMENTASI PENGENDALIAN PERIZINAN OLEH ...repository.umrah.ac.id/3869/1/Muhammad Syahreza...PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAM MARITIM

2

IMPLEMENTASI PENGENDALIAN PERIZINAN OLEH DINAS

KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU

TAHUN 2016

(Studi Pada Perizinan Kapal Perikanan Tangkap untuk Ukuran di Atas 5

GT hingga 30 GT di Kabupaten Bintan)

Muhammad Syahreza (130565201176)

[email protected]

Program Studi Ilmu Pemerintahan, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Maritim Raja Ali Haji

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pelaksanaan pengendalian

dalam perizinan kapal perikanan tangkap oleh Dinas Kelautan dan Perikanan

Provinsi Kepulauan Riau. Indikator penilaian dalam penelitian ini menggunakan

teori Edward III yang meliputi Komunikasi, Sumberdaya, Disposisi, dan Struktur

Birokrasi. Jenis penelitian ini adalah deskriptif dengan pendekatan kualitatif.

Informan dalam penelitian ini berjumlah 14 orang, 3 diantaranya aparatur

pemerintah Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Kepulauan Riau, 10 orang

nelayan di kelurahan Kawal, Kabupaten Bintan, dan Kepala Seksi Perizinan di

Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu. Jenis dan data yang

digunakan terdiri dari data primer dan data skunder, sementara teknik

pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara dan dokumentasi. Teknik

analisis data menggunakan model interaktif oleh Miles dan Huberman yakni,

reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. Berdasarkan teknik

analisa ini, penulis menyimpulkan dan menilai bahwa Implementasi Pengendalian

Perizinan oleh Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Kepulauan Riau Tahun

2016 (Studi Pada Perizinan Kapal Perikanan Tangkap untuk Ukuran di Atas 5 GT

Hingga 30 GT di Kabupaten Bintan), sudah terlaksana dengan “cukup baik”.

Rekomendasi bagi Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Kepulauan Riau adalah

perlu ditambahkan lagi sumberdaya manusia, serta sumberdaya finansial agar

memudahkan dalam pelaksanaan kebijakan

Kata kunci : Implementasi,Pengendalian, Dinas Kelautan dan Perikanan

Page 3: IMPLEMENTASI PENGENDALIAN PERIZINAN OLEH ...repository.umrah.ac.id/3869/1/Muhammad Syahreza...PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAM MARITIM

3

IMPLEMENTATION OF LICENSING CONTROL BY MARINE AND

FISHERIES DEPARTMENT OF RIAU ISLANDS PROVINCE IN 2016

(Study on Capture of Fishing for Ship Sizes Above 5 GT to 30 GT in Bintan

Regency)

By

Muhammad Syahreza

Abstract

This study aims to determine the implementation of control / supervision in

the licensing of fishing vessels by the Marine and Fisheries Service of the Riau

Islands Province. Assessment indicators in this study use the theory of Edward III

which includes Communication, Resources, Disposition, and Bureaucratic

Structure. This type of research is descriptive with a qualitative approach. The

informants in this study were 14 people, 3 of them were the government officials

of the Riau Islands Province Marine and Fisheries Service, 10 fishermen in the

Bintan Regency area, and a Head of the Licensing Section in the Department of

One-Stop Integrated Services and Investment Service. Types and data used consist

of primary data and secondary data, while data collection techniques used are

interviews and documentation. Data analysis techniques using interactive models

by Miles and Huberman, data reduction, data display and conclusion

drawing/verification. Based on this analytical technique, the authors conclude

and evaluate that the Implementation of Licensing Control by the Marine and

Fisheries Department of Riau Island Province in 2016 (Study on Capture of

Fishing for Ship Sizes Above 5 GT to 30 GT in Bintan Regency) has been carried

out with "good enough " Recommendations for the Department of Marine Affairs

and Fisheries are necessary to make and add more human resources, as well as

financial resources of Riau Islands Province to facilitate the implementation of

policies

Keywords: Implementation, Controlling, Marine and Fisheries Service

Department

PENDAHULUAN

Setelah disahkannya Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang

Pemerintahan Daerah pada tanggal 30 September 2014 dan diundangkan pada

tanggal 2 Oktober 2014, maka Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang

Pemerintahan Daerah resmi dicabut dan dinyatakan tidak berlaku lagi. Dalam

Page 4: IMPLEMENTASI PENGENDALIAN PERIZINAN OLEH ...repository.umrah.ac.id/3869/1/Muhammad Syahreza...PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAM MARITIM

4

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 terdapat perintah bahwa mobilisasi

sumber daya harus sudah selesai dilakukan paling lama 2 (dua) tahun terhitung

sejak diundangkan.

Undang-Undang tersebut telah menyebutkan kewenangan provinsi dalam

pengelolaan laut pada pasal 27 ayat (3) yang menyebutkan bahwa kewenangan

pengelolaan laut oleh provinsi adalah sejauh 12 Mil diukur dari garis pantai.

Artinya, pasal ini menetapkan bahwa hanya provinsi yang berhak mengelola

sumber daya laut.1 Berbeda dengan peraturan sebelumnya yakni Undang-Undang

Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, pada pasal 18 ayat (1) dan

(4) yang menyebutkan bahwa kabupaten/kota memiliki kewenangan untuk

mengelola wilayah lautnya.

Kewenanganya pada bidang kelautan yang sebelumnya dimiliki

Kabupaten/Kota yang sekarang hilang diantaranya adalah pelaksanaan kebijakan,

penataan ruang laut, pengawasan dan penegakan hukum, koordinasi pengelolaan

dan pemanfaatan, dan perizinan (kecuali izin usaha perikanan di bidang

pembudidayaan).

Pada perizinan usaha perikanan, berupa diantaranya SIUP (Surat Izin Usaha

Perikanan), SIPI (Surat Izin Penangkapan Ikan), SIKPI (Surat Izin Kapal

Pengangkut Ikan), yang seluruhnya tidak terpisahkan dari SIUP wajib dimiliki

nelayan atau pengusaha yang memiliki kapal perikanan sebagaimana ditetapkan

dalam Undang-Undang Nomor 45 tahun 2009 tentang Perikanan pada pasal 27

dan pasal 28.

1 Adhayanto, Oksep dan Yudhanto S.A. 2015. Dampak Undang-Undang Nomor 23 Tahun

2014 Terhadap Peraturan Daerah di Kabupaten Bintan Tahun 2015 (Studi Peralihan

Kewenangan Dibidang Kelautan dan Pertambangan). Jurnal Selat, Mei vol. 2 No. 2 Edisi 4, hal

305

Page 5: IMPLEMENTASI PENGENDALIAN PERIZINAN OLEH ...repository.umrah.ac.id/3869/1/Muhammad Syahreza...PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAM MARITIM

5

Dalam mengurus izin usaha perikanan, sebagaimana terdapat dalam lampiran

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah,

pemerintah Provinsi memiliki wewenang dalam menerbitkan izin usaha perikanan

untuk kapal yang berukuran di atas 5 GT (gross tonnage) hingga 30 GT (gross

tonnage). Berikut adalah tabel pembagian urusan di Bidang Perikanan Tangkap

pada lampiran Undang-Undang Nomor 23 tahun 2014;

Tabel 1

Pembagian Urusan Bidang Kelautan dan Perikanan

Sub

Urusan Pusat Provinsi Kab/Kota

1 2 3 4

Perikanan

tangkap

a. Pengelolaan

penangkapan ikan

di wilayah laut di

atas 12 mil.

b. Estimasi stok

ikan nasional dan

jumlah tangkapan

ikan yang

diperbolehkan

(JTB).

c. Penerbitan izin

usaha perikanan

tangkap untuk:

a. kapal

perikanan

berukuran di

atas 30 Gross

Tonase (GT);

b. di bawah 30

Gross

Tonase (GT)

yang

menggunaka

n modal

asing

dan/atau

tenaga kerja

asing.

d. Penetapan lokasi

pembangunan

dan pengelolaan

a. Pengelolaan

penangkapan ikan

di wilayah laut

sampai dengan 12

mil.

b. Penerbitan izin

usaha perikanan

tangkap untuk

kapal perikanan

berukuran di atas 5

GT sampai dengan

30 GT.

c. Penetapan lokasi

pembangunan

serta pengelolaan

pelabuhan

perikanan

provinsi.

d. Penerbitan izin

pengadaan kapal

penangkap ikan

dan kapal

pengangkut ikan

dengan ukuran di

atas 5 GT sampai

dengan 30 GT.

e. Pendaftaran kapal

perikanan di atas 5

GT sampai dengan

30 GT.

a. Pemberdayaan

nelayan kecil

dalam Daerah

kabupaten/kota.

b. Pengelolaan dan

penyelenggaraan

Tempat

Pelelangan Ikan

(TPI).

Page 6: IMPLEMENTASI PENGENDALIAN PERIZINAN OLEH ...repository.umrah.ac.id/3869/1/Muhammad Syahreza...PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAM MARITIM

6

pelabuhan

perikanan

nasional dan

internasional.

e. Penerbitan izin

pengadaan kapal

penangkap ikan

dan kapal

pengangkut ikan

dengan ukuran di

atas 30 GT.

f. Pendaftaran kapal

perikanan di atas

30 GT. Sumber : Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah

Oleh karena itu, Sari Wiji Astuti dalam peneltiannya mengemukakan

bahwa perihal pelimpahan kewenangan kepada provinsi ini, telah bersifat

sentralistik dan reduksionistik, yaitu telah mereduksi kewenangan pemerintah

daerah penyelenggara otonomi (kabupaten/kota) dalam pengelolaan wilayah

kelautan di daerah.2

Penerbitan SIUP, SIPI, dan SIKPI oleh Dinas Penanaman Modal dan

Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Provinsi Kepulauan Riau pada tahun

2017 adalah sebanyak 296 pendaftar/pemohon dengan rata-rata 20 penerbitan izin

setiap bulanny, di Kabupaten Bintan pada tahun 2017 tercatat sebanyak 176

pendaftar yang izinnya diterbitkan.

Penerbitan Izin yang dilakukan DPMPTSP merupakan peran Dinas

Kelautan dan Perikanan Provinsi Kepulauan Riau dalam pengendalian dengan

melakukan pertimbangan teknis izin usaha perikanan tangkap yakni dengan

melakukan pemeriksaan fisik kapal sebelum diterbitkannya izin tersebut

2Astuti, W. Sari. 2015. Reorientasi Politik Hukum Pengelolaan Wilayah Kelautan di Daerah

Menurut Undang-Undang No 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah: Mendukung Visi

Negara Maritim di Daerah. Jurnal Selat, Oktober Vol. 3 No.1 Edisi 5 hal 390.

Page 7: IMPLEMENTASI PENGENDALIAN PERIZINAN OLEH ...repository.umrah.ac.id/3869/1/Muhammad Syahreza...PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAM MARITIM

7

berdasarkan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 23 tahun 2013

tentang Pendaftaran dan Penandaan Kapal Perikanan pada pasal 6 angka 2 dan 3.

BAHAN DAN METODE

Implementasi merupakan langkah yang sangat penting dalam proses

kebijakan. Banyak kebijakan yang baik mampu dibuat oleh pemerintah, tetapi

kemudian ternyata tidak mempunyai pengaruh apa-apa dalam kehidupan negara

tersebut karena tidak dilaksanakan. Gordon berpendapat bahwa implementasi

berkenaan dengan berbagai kegiatan yang diarahkan pada realisasi program.

Dalam hal ini administrator sebagai pengarah mengatur cara untuk mengorganisir,

menginterpretasikan dan menetapkan kebijakan yang telah diseleksi.

Mengorganisir dalam hal ini berarti mengatur sumber daya, unit-unit dan metode-

metode untuk melaksanakan program.3

Dalam melaksanakan kebijakan dalam hal ini salah satunya pengawasan,

pengawasan dalam bahasa Inggris disebut controlling yang diterjemahkan dengan

istilah pengawasan dan pengendalian, sehingga controlling lebih luas artinya

daripada pengawasan. Akan tetapi Ni’matul Huda menyebutkan bahwa di

kalangan ahli atau sarjana telah disamakan pengertian controlling ini dengan

pengawasan, jadi pengawasan adalah termasuk pengendalian. 4

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Penelitian kualitatif adalah

penelitian dimana peneliti tidak menggunakan angka atau rumus statistik dalam

mengumpulkan data dan dalam memberikan penafsiran terhadap hasilnya. Konsep

3 Mulyadi, Deddy. 2016. Studi Kebijakan Publik dan Pelayanan Publik (Konsep dan Aplikasi

Proses Kebijakan Publik Berbasis Analisis Bukti untuk Pelayanan Publik). Bandung: Alfabeta. hal

24 4 Huda, Ni’matul. 2012. Hukum Pemerintahan Daerah. Bandung: Nusa Media.hal 101.

Page 8: IMPLEMENTASI PENGENDALIAN PERIZINAN OLEH ...repository.umrah.ac.id/3869/1/Muhammad Syahreza...PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAM MARITIM

8

dasar penelitian kualitatif adalah seseorang peneliti biasanya berorientasi pada

orientasi teoritis. Pada pengertian kualitatif, teori ini dibatasi pada pengertian,

suatu pernyataan sistematis yang berkaitan dengan seperangkat proposisi yang

berasal dari data diuji kembali secara empiris. Bogdan dan Taylor, mendefinisikan

metode kualitatif adalah sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data

deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang

dapat diamati5

Dalam penelitian ini menggunakan jenis penelitian Deskriptif kualitatif,

dengan objek penelitian yakni implementasi perizinan kapal perikanan untuk

ukuran 5 GT hingga 30 GT di Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Kepulauan

Riau. Penelitian ini dilakukan di Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi

Kepulauan Riau.

Penelitian ini berfokus pada implementasi pengendalian terhadap perizinan

kapal perikanan oleh Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Kepulauan Riau

setelah berlakunya Undang-Undang Nomor 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan

Daerah. Adapun informan yang dibutuhkan pada penelitian ini berjumlah 14

orang, 10 orang nelayan di Kelurahan Kawal Kabupaten Bintan, 3 orang dari

Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Kepulauan Riau, dan 1 orang dari Dinas

Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Provinsi Kepulauan Riau.

Sumber data dalam penelitian ini adalah sumber data primer dan sekunder. Pada

penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data dengan wawancara dan

dokumentasi.

5 Moleong, Lexy. J. 2004. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya. hal 3

dan 6.

Page 9: IMPLEMENTASI PENGENDALIAN PERIZINAN OLEH ...repository.umrah.ac.id/3869/1/Muhammad Syahreza...PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAM MARITIM

9

HASIL DAN PEMBAHASAN

Undang-Undang nomor 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, pada

bidang kelautan telah memberikan kewenangan provinsi di laut hingga 12 mil,

kewenangan yang dimiliki oleh provinsi ini adalah bentuk otonomi daerah yang

mana otonomi itu sendiri berkaitan sebagai bentuk keleluasaan untuk mengatur

masalah internal tanpa diintervensi oleh pihak lain. Adanya kewenangan provinsi

pada laut hingga 12 mil tersebut, membuat pemerintah provinsi memegang penuh

kewenangan kelautan yang sebelumnya 1/3 dimiliki oleh pemerintah

kabupaten/kota, termasuk di antaranya pada pengawasan. Pengawasan di bidang

kelautan antara lain adalah seperti patroli dan perizinan kapal nelayan yang

berfungsi untuk mencegah ataupun mengurangi terjadinya pelanggaran hukum di

laut.

Pada perizinan usaha perikanan yang termasuk diantaranya adalah SIUP

(Surat Izin Usaha Perikanan), SIPI (Surat Izin Penangkapan Ikan), SIKPI (Surat

Izin Kapal Pengangkut Ikan), Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Kepulauan

Riau dalam tugas dan fungsi nya menjalankan kebijakan dalam hal pengawasan

preventif, dengan cara melakukan rekomendasi perizinan untuk diterbitkan dan

diberikan kepada Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu

(DPMPTSP) Provinsi Kepulauan Riau, serta pengecekan fisik kapal sebelum

didaftarkan. Pemeriksaan fisik kapal tersebut dilakukan berdasarkan aturan

Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 23 tahun 2013 tentang Pendaftaran dan

Penandaan Kapal Perikanan pada pasal 6 angka 2 dan 3. Berdasarkan bentuknya,

pengawsan ini termasuk pada tipe pengawasan preventif, pengawasan tipe ini

berfungsi untuk mengurangi atau mencegah terjadinya hal-hal yang tidak

Page 10: IMPLEMENTASI PENGENDALIAN PERIZINAN OLEH ...repository.umrah.ac.id/3869/1/Muhammad Syahreza...PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAM MARITIM

10

diinginkan, seperti ketidaksesuaian ukuran kapal dalam dokumen, jenis usaha,

maupun alat tangkapnya. Pengendalian perizinan kapal perikanan untuk di atas 5

GT (gross tonnage) hingga 30 GT (gross tonnage), telah dilakukan oleh Dinas

Kelautan dan Perikanan Provinsi Kepulauan Riau sejak diberlakukannya Undang-

Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah. Implementasi

kebijakan sudah dilaksanakan sebagaimana yang dikemukakan oleh Lester dan

Stewart yang berpendapat, yakni implementasi merupakan tahap dari proses

kebijakan segera setelah penetapan undang-undang, di mana berbagai aktor,

organisasi, dan prosedur dilakukan bersama-sama untuk menjalankan kebijakan

dalam upaya untuk meraih tujuan-tujuan kebijakan atau program-program.6

1. Komunikasi

Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi telah melaksanakan pengawasan

perizinan dalam bentuk rekomendasi dengan melakukan koordinasi dengan

DPMPTSP (Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu).

Koordinasi dilakukan melalui seorang petugas perwakilan pada bidang perikanan

tangkap yang ditugaskan oleh Kepala Bidang Perikanan Tangkap Dinas Kelautan

dan Perikanan Provinsi Kepulauan Riau sebagai perpanjangan tangan untuk

mengurus perihal dokumen perizinan sebagai rekomendasi penerbitan izin

tersebut ke DPMPTSP. Sejak diberlakukannya Undang-Undang Nomor 23 tahun

2014 ini, sosialisasi kepada masyarakat terkait perizinan belum ada. Sehingga,

masyarakat yang ingin melakukan pendaftaran atau perpanjangan izin usaha

perikanan, mengetahui pindahnya wewenang yang sebelumnya berada di

6 Subarsono, AG. 2013. Analisis Kebijakan Publik (Konsep, Teori dan Aplikasi). Pustaka

Pelajar. Yogyakarta. Hal 147

Page 11: IMPLEMENTASI PENGENDALIAN PERIZINAN OLEH ...repository.umrah.ac.id/3869/1/Muhammad Syahreza...PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAM MARITIM

11

Kabupaten/Kota untuk ukuran 1 hingga 10 GT. Dinas Penanaman Modal dan

Pelayanan Terpadu Satu Pintu mengakui bahwa sosialisasi hanya dilakukan

terhadap stakeholder serta pengusaha tertentu, namun dengan harapan dapat

disebarluaskan oleh mereka terkait perubahan peraturan ini.

Dinas Kelautan dan perikanan sempat mengalami permasalahan koordinasi

dengan Dinas Perikanan Tanjungpinang, sebab berdasarkan Undang-Undang

Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2016 Tentang Perlindungan Dan

Pemberdayaan Nelayan, Pembudi Daya Ikan, dan Petambak Garam perihal

nelayan kecil adalah di bawah 10 GT, sedangkan dalam Undang-Undang Nomor

24 tahun 2014 nelayan kecil tidak dalam kewenangan Provinsi. Pada

pelaksanaannya Dinas Perikanan Kota Tanjungpinang menolak pelayanan tersebut

sehingga provinsi harus menerima.

2.Sumberdaya

Sumberdaya manusia di Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi

Kepulauan Riau dalam melakukan perizinan kapal, dilakukan oleh Kepala Seksi

Kapal Perikanan dan Alat Tangkap serta petugas teknis pada Bidang Perikanan

Tangkap. Petugas teknis dalam bidang tersebut berjumlah 9 orang yang

ditugaskan di tiap-tiap Kabupaten/Kota, masing-masing petugas teknis memiliki

pelatihan khusus di bawah kementerian dan memiliki nomor brevet sebagai syarat

untuk melakukan pengecekan fisik kapal.

Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi mengakui adanya kekurangan

anggaran , sehingga pada pelaksanaan penerbitan rekomendasi harus menunggu

minimal 3 kapal, dan terkadang akan diterbitkan paling lama sebulan. Padahal

Page 12: IMPLEMENTASI PENGENDALIAN PERIZINAN OLEH ...repository.umrah.ac.id/3869/1/Muhammad Syahreza...PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAM MARITIM

12

menurut standar waktu penyelesaian harus dilaksanakan maksimal 3 hari dan

penerbitan SIUP, SIPI, dan SIKPI di Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan

Terpadu Satu Pintu standarnya adalah 10 hingga 14 hari.

3. Disposisi

Sifat implementor dalam hal ini petugas teknis pada bidang Perikanan

Tangkap sudah dapat dikatakan cukup baik, implementor selalu mengikuti

perintah atasan yakni kepala bidang. Kepala Bidang Perikanan Tangkap juga

mengakui sudah memiliki bawahan yang taat terhadap prosedur yang diberikan,

serta mengetahui tugasnya masing-masing sesuai dengan aturan yang berlaku.

Permasalahan hanya pada kekurangan anggaran sehingga dibutuhkan petugas

pemeriksa yang lebih agar dapat diselesaikannya penerbitan izin. Pelaksanaan

dapat dikatakan baik, dengan mengacu pada standar yang ditetapkan, dan teratur

sehingga mulai dari pengusaha atau nelayan ingin memohon untuk mendaftar izin

hingga diterbitkan izin tersebut tidak melalui birokrasi yang rumit.

4. Struktur Birokrasi

Dalam melaksanakan kebijakan rekomendasi izin dan teknisnya, Dinas

Kelautan dan Perikanan Provinsi Kepulauan Riau yang ditugaskan Kepala Seksi

Kapal Perikanan dan Alat Tangkap pada Bidang Kelautan dan Perikanan ini,

mengakui sudah memiliki SOP (standard operational procedure) yang sudah

jelas dan tidak rumit. Penerbitan surat izin di PTSP tersebut sesuai dengan

peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 11 tahun 2016 tentang Standar

Page 13: IMPLEMENTASI PENGENDALIAN PERIZINAN OLEH ...repository.umrah.ac.id/3869/1/Muhammad Syahreza...PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAM MARITIM

13

Pelayanan Minimum Gerai Perizinan Kapal Penangkap Ikan Hasil Pengukuran

Ulang pada pasal 11.

Dinas Kelautan dan Perikanan telah memiliki struktur birokrasi yang jelas

berdasarkan Peraturan Gubernur Nomor 60 tahun 2016 tentang Kedudukan,

Susunan Organisasi, Tugas dan Fungsi, Serta Tata Kerja Perangkat Daerah.

Namun hal tersebut tidak ditampilkan agar dapat dilihat oleh penerima layanan

agar dapat dipahami, dalam hal ini Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi

Kepulauan Riau kurang transparan dalam menunjukkan Struktur Birokrasinya.

Adapun struktur birokrasi memiliki dua unsur yang penting yakni mekanisme dan

struktur organisasi pelaksana.

Mekanisme itu sendiri termasuk di dalamnya adalah SOP (standard

operational procedure), SOP yang baik adalah mencantumkan kerangka yang

jelas sistematis, tidak berbelit dan mudah dipahami oleh siapapun, karena hal

tersebut akan menjadi acuan dalam bekerjanya implementor. Tidak adanya SOP

(Standard operational procedure) yang rinci untuk dipahami bagi pelaksana

maupun yang diberi pelayanan tentu akan menghambat dalam pengukuran

keberhasilan dalam sebuah kebijakan.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian yang ditemukan, maka kesimpulan dari

Implementasi Pengendalian Perizinan oleh Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi

Kepulauan Riau adalah sebagai berikut;

1. Komunikasi

Page 14: IMPLEMENTASI PENGENDALIAN PERIZINAN OLEH ...repository.umrah.ac.id/3869/1/Muhammad Syahreza...PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAM MARITIM

14

Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Kepulauan Riau tidak melakukan

sosialisasi kepada masyarakat, namun dari Dinas Penanaman Modal dan

Pelayanan Terpadu Satu Pintu telah melakukan sosialisasi kepada

stakeholder,pengusaha serta akademisi. Selain itu terjadi permasalahan

komunikasi antara Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Kepulauan Riau

dengan Dinas Perikanan Kota Tanjungpinang dalam menerima pelayanan

terhadap nelayan kecil.

2. Sumberdaya

Pada sumberdaya manusianya Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi

pada Bidang Perikanan Tangkap dalam melaksanakan rekomendasi izin usaha

perikanan memiliki 9 (sembilan) orang petugas pemeriksa fisik kapal sebagai

syarat penerbitan SIUP yang masing-masing memiliki tugas di tiap

Kabupaten/Kota yang ada di Provinsi Kepulauan Riau. Pada sumberdaya

finansial, Dinas Kelautan dan Perikanan mengalami kekurangan anggaran

sehingga penerbitan izin harus menunggu minimal 3 pendaftar dan hanya kapal di

atas 10 GT saja yang dilakukan pemeriksaan fisik kapal.

3. Disposisi

Ketepatan serta kepatuhan implementor berjalan dengan cukup baik,

walaupun pihak Dinas Kelautan dan Perikanan pada Bidang Perikanan Tangkap

mengakui harus menunggu minimal 3 kapal yang terkadang harus menunggu

paling lama satu bulan, namun hal tersebut tidak selalu terjadi, di mana batas

waktu pemeriksaan fisik kapal yakni 5 hari. Lamanya penerbitan izin rekomendasi

dari Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Kepulauan Riau juga diakui oleh

Page 15: IMPLEMENTASI PENGENDALIAN PERIZINAN OLEH ...repository.umrah.ac.id/3869/1/Muhammad Syahreza...PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAM MARITIM

15

Kepala Seksi Perizinan di Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu

Pintu Provinsi Kepualauan Riau.

4. Struktur Birokrasi

Struktur Birokrasi Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Kepualaun Riau

mengacu pada Peraturan Gubernur Nomor 60 tahun 2016 tentang Kedudukan,

Sususnan Organisasi, Tugas dan Fungsi, Serta Tata Kerja Perangkat Daerah.

Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Kepulauan Riau memiliki Standar

Operational Procedure (SOP) sebagai acuan untuk pelaksanaan kegiatan, namun

hal tersebut kurang rinci terutama dari segi waktu pelaksanaannya.

DAFTAR REFERENSI

BUKU

Arikunto, Suharsimi. (2013). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik.

Jakarta: Rineka Cipta

Dwidjowijoto, Riant Nugroho. (2006). Kebijakan Publik untuk Negara-Negara

Berkembang. Jakarta: PT Elex Media Komputindo.

Huda, Ni’matul. (2012). Hukum Pemerintahan Daerah. Bandung: Nusa Media.

Moleong, Lexy. J. (2004). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja

Rosdakarya.

Page 16: IMPLEMENTASI PENGENDALIAN PERIZINAN OLEH ...repository.umrah.ac.id/3869/1/Muhammad Syahreza...PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAM MARITIM

16

Mulyadi, Deddy. (2016). Studi Kebijakan Publik dan Pelayanan Publik (Konsep

dan Aplikasi Proses Kebijakan Publik Berbasis Analisis Bukti untuk

Pelayanan Publik). Bandung: Alfabeta.

Ndraha, Taliziduhu. (2003). Kybernology (Ilmu Pemerintahan Baru) Jilid 1.

Jakarta : PT Rineka Cipta.

Sugiyono. (2014). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,

Kualitatif Dan R&D (cetakan ke-21). Bandung: Alfabeta.

Siagian,P. Sondang. (2008). Manajemen Sumber Daya Manusia (cetakan ke-15).

Jakarta: Bumi Aksara

Silalahi, Ulber. (2011). Asas-Asas Manajemen. Bandung : PT Refika Aditama

Sumaryadi,Nyoman.I. (2005). Efeketifitas Implementasi Kebijakan Otonomi

Daerah. Jakarta: Citra Utama

Winarno, Budi. (2012). Kebijakan Publik (Teori, Proses, dan Studi Kasus).

Jakarta, PT. Buku Seru.

Wursanto, Ignatius. (2005). Dasar-Dasar Ilmu Organisasi. Yogyakarta: Andi.

Page 17: IMPLEMENTASI PENGENDALIAN PERIZINAN OLEH ...repository.umrah.ac.id/3869/1/Muhammad Syahreza...PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAM MARITIM

17

JURNAL

Adhayanto, Oksep dan Yudhanto, S.A. (2015). Dampak Undang-Undang Nomor

23 Tahun 2014 Terhadap Peraturan Daerah di Kabupaten Bintan Tahun

2015 (Studi Peralihan Kewenangan Dibidang Kelautan dan

Pertambangan). Jurnal Selat, Mei vol. 2 No.2 Edisi 4, Mei 2015.

Astuti, Wiji S. (2015). Reorientasi Politik Hukum Pengelolaan Wilayah Kelautan

di Daerah Menurut Undang-Undang No 23 Tahun 2014 Tentang

Pemerintahan Daerah: Mendukung Visi Negara Maritim di Daerah.

Jurnal Selat, Oktober Vol. 3 No.1 Edisi 5, Oktober 2015.

PERATURAN-PERATURAN

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2007 Tentang

Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan

Daerah Provinsi, Dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota.

Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia Nomor 45 tahun

2009 tentang Perikanan

Page 18: IMPLEMENTASI PENGENDALIAN PERIZINAN OLEH ...repository.umrah.ac.id/3869/1/Muhammad Syahreza...PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAM MARITIM

18

Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia Nomor 12 tahun

2013 tentang Pendaftaran dan Penandaan Kapal Perikanan

Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia Nomor 26 tahun

2013 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan

Nomor 30 tahun 2013 Tentang Usaha Perikanan Tangkap di Wilayah

Pengelolaan Perikanan Negara Republik Indonesia

Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia Nomor 9 Tahun

2016 Tentang Lingkup Urusan Pemerintah Bidang Kelautan dan Perikanan

Tahun 2016 yang Dilimpahkan Kepada Gubernur Sebagai Wakil

Pemerintah Dalam Rangka Dekonsentrasi dan Ditugaskan Kepada

Pemerintah Provinsi atau Pemerintah Kabupaten/Kota dalam Rangka

Tugas Pembantuan.

Peraturan Gubernur Kepulauan Riau Nomor 60 tahun 2016 tentang Kedudukan,

Susunan Organisasi, Tugas dan Fungsi, Serta Tata Kerja Perangkat

Daerah.

INTERNET

Jati, Raharjo W. 2012. Inkonsistensi Paradigma Otonomi Daerah Di Indonesia :

Dilema Sentralisasi Atau Desentralisasi. Jurnal Konstitusi, Volume 9,

Nomor 4, Desember 2012.

Page 19: IMPLEMENTASI PENGENDALIAN PERIZINAN OLEH ...repository.umrah.ac.id/3869/1/Muhammad Syahreza...PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAM MARITIM

19

http://www.mahkamahkonstitusi.go.id/public/content/infoumum/ejurnal/p

df/ejurnal_Desember.pdf diakses pada tanggal 3 November 2017

Perdana, Reghi. 2016. Implikasi Perubahan Pembagian Urusan Pemerintahan

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang

Pemerintahan Daerah.

http://birohukum.bappenas.go.id/data/data_artikel_jdih/perubahan%20pem

bagian%20kewenangan%20by%20reghi%20perdana.pdf diakses pada

tanggal 21 Oktober 2017.

Arfan, Muhammad. 2017. Implementasi Kebijakan Perizinan Perikanan Tangkap

di Kabupaten Pemalang.

https://media.neliti.com/media/publications/107276-ID-implementasi-

kebijakan-perizinan-perikan.pdf diakses pada tanggal 22 Oktober 2017.

Kismartini, Nurul Fauziah. 2016. Implementasi Kebijakan Penerbitan Surat Izin

Penangkapan Ikan (SIPI) di Jawa Tengah. Journal of Public Policy and

Management Review, Volume 5, Nomor 4, Tahun 2016.

https://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jppmr/article/view/13541/13096

diakses pada tanggal 24 Oktorber 2017.